tugas asp

Upload: robby-redlycious

Post on 18-Jul-2015

625 views

Category:

Documents


68 download

TRANSCRIPT

1.

Paradigma Akuntansi Sektor Publik di Indonesia Akuntansi sektor publik saat ini sudah mendapat perhatian yang besar dari masyarakat. Terdapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat untuk dilakukan transparasi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Hal itulah yang sekarang mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang mencakup perlunya dilakukan perbaikan sistem akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan, perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan, serta berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah. Sektor publik seringkali dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi, sehingga tuntutan dari masyarakat adaah agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value

for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yangmendasarkan pada 3 (tiga) elemen, yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Selain itu ada tambahan 2 (dua) konsep lagi dalam pengelolaan organisasi sektor publik yaitu keadilan

(equity) dan

pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Kesetaraan atau pemerataan dapat diartikan bahwa uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata. Saat ini di Indonesia perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Diharapkan dengan adanya desentralisasi ini akan menghasilkan beberapa manfaat, antara lain adalah dapat mendorong

1

2

peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan/keadilan di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masing-masing daerah. Selain itu juga dapat memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap. 2. Regulasi Keuangan Sektor Publik di Era Reformasi yang Berlaku di Indonesia a. UU Perbendaharaan Indonesia

(Indische

Comptabiliteitswet,

staastsblad tahun 1925 nomor 448), sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan UU No. 9 tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1968 nomor 53). b. UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3851). c. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 nomor 54, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3952). d. Peraturan Pemerintah nomor 104 tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. e. Peraturan Pemerintah nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4022). f. Peraturan Pemerintah nomor 106 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi dan tugas Pembantuan.

3

g. Peraturan Pemerintah No. 107 tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah. h. Peraturan Pemerintah No. 108 tahun 2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. i. j. Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah No. 110 tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan DPRD. k. Keputusan Presiden No. 17 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan l. dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3930). Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daeah tanggal 17 November 2000 nomor 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD tahun Anggaran 2001. m. Keputusan Presiden nomor 228/M tahun 2002. n. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman dan Pengurusan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 3. Keunggulan New Public Management Terkait Anggaran Publik a. Desentralisasi dan devolved management. Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah, tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk privatisasi. Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusahaan publik untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi berarti pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja finansial dapat di pengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme pasar uang. Pengambilan keputusan ada di tangan masyarakat, asosiasi, pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat.

4

b. Berorientasi pada input, output, dan outcome (value for money). Input merupakan sumber daya untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan aktivitas. Output merupakan hasil atau nilai tambah yang dicapai oleh kebijakan program dan aktivitas. Outcome merupakan dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektorpublik yang mendasarkan pada 3 (tiga) elemen, yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi merupakan pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisasir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi merupakan pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang c. ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang. Anggaran tahunan mempunyai hubungan yang memadai dengan rencana pembangunan jangka panjang. d. Berdasarkan sasaran kinerja. Pengeluaran disesuaikan dengan efektivitas dari sistem kerjanya. Sehingga pengeluaran tidak akan menjadi sia-sia atau tidak tepat sasaran.

5

e. Lintas departemen (cross department). Hubungan antar departemen cenderung fleksibel, sehingga diharapkan tujuan nasional secara keseluruhan dapat dicapai. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari timbulnya konflik, overlapping, kesenjangan, dan persaingan antar departemen. f. Zero-Base Budgeting, Planning Programing Budgeting System. Konsep zero-based budgeting dimaksudkan agar dapat menghilangkan

incrementalism dan line-item karena di asumsikan mulai dari nol (zero-base).Penyusunan anggaran yang bersifat

incremental

mendasarkan besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikannya dengan tingkat inflasi atau jumlah penduduk. ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah proses anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dari struktur anggaran, atau mungkin juga muncul item baru.

Planning, programing, and budgeting system (PPBS) merupakanteknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. g. Sistematik dan rasional. Mendorong organisasi publik untuk selalu menguji alternativ aktivitas dan pola perilaku biaya serta tingkat pengeluaran secara sistematik dan rasional.

6

h. Bottom-up budgeting.Anggaran bersifat jangka panjang lebih dari 1 (satu) tahun, terutama untuk proyek modal, sehingga dapat meminimalkan praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. 4. Implementasi Anggaran Kinerja di Indonesia Anggaran kinerja (perfomance budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan), misalnya untuk menilai apakah biaya (beban) yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampui batas. Anggaran berbasis kinerja akan berpengaruh secara sistematis terhadap transformasi kelembagaan birokrasi pemerintah. Konsep anggaran berbasis kinerja akan mengubah paradigma pemerintah menjadi lebih responsif terhadap masyarakat dengan pendanaan program pada kinerja dan produksi. Anggaran berbasis kinerja menarik garis korelasi yang jelas antara uang yang dianggarkan dan hasil-hasil yang diharapkan. Hal tersebut tercermin melalui sistem perencanaan, penganggaran, dan evaluasi anggaran. Asumsi yang dipergunakan dalam proses implementasi anggaran berbasis kinerja adalah bahwa kapasitas kelembagaan birokrasi pemerintahan telah mendukung prinsip anggaran berbasis kinerja. Penguatan kapasitas kelembagaan versi UNDP (1998) menggunakan 3 (tiga) tingkat, yaitu : sistem, organisasi, dan individu. a. Penguatan kapasitas dari segi organisasi pemerintahan dapat dilakukan melalui penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penataan struktur kelembagaan. b. Penguatan kapasitas yang menyangkut individu telah dilakukan antara lain melalui transformasi manajemen kepegawaian. Pasal 13 ayat (1)

7

UU No. 43 tahun 1999 tentang revisi UU Kepegawaian menentukan ruang lingkup manajemen PNS, yaitu penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya PNS, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum. Pembangunan kapasitas kepegawaian di lingkungan birokrasi

pemerintahan dilakukan dengan mengacu pada ruang lingkup manajemen PNS tersebut. Introduksi prinsip anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat mengakslerasi proses pembangunan kapasitas sumber daya kepegawaian tersebut. c. PP No. 9 tahun 2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah sebagai pengganti PP No. 84 tahun 2000 berusaha melakukan transformasi kinerja kelembagaan daerah otonom berdasarkan prinsip efisiensi dan rasionalisasi struktur organisasi pemerintahan daerah. Anggaran berbasis kinerja merupakan kebijakan fiskal yang akan membantu untuk menghubungkan efisiensi dan rasionalisasi birokrasi daerah dengan pelayanan publik dan yang menjadi tujuan utama penataan kelembagaan dan reformasi kepegawaian. 5. Basis Akuntansi Pemerintahan di Indonesia Berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, PP No. 71 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pemerintah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual. SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan APBN/APBD. anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam

8

Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual dinyatakan dalam bentuk pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP), yang merupakan SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Perubahan PSAP diatur dengan peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). SAP pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. SAP pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum SAP, dimana pedoman SAP tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. Penerapan SAP berbasis akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP berbasis kas menuju akrual menjadi penerapan SAP berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP berbasis akrual secara bertahap diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. SAP berbasis kas menuju akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP. SAP berbasis kas menuju akrual dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.