tugas akhir optimalisasi penerangan jalan umum …
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
OPTIMALISASI PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) DI
JALAN DAWE KABUPATEN KUDUS
Disusun dalam Memenuhi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S1)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang
ANANDA FAJAR PRAKOSO
C.431.16.0055
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2021
iv
Jalan Dawe di kota Kudus ini merupakan kelas jalan kolektor primer yang
memiliki panjang jalan 1250 meter dan lebar jalan 6 meter, jalan ini termasuk
jalan penghubung antara kecamatan Colo dengan kota Kudus. Penerangan jalan
yang sudah terpasang di jalan Dawe ini belum sesuai parameter dari BSN SNI
7391:2008, karena masih menggunakan lampu jenis SON, lampu yang terpasang
juga banyak yang sudah tidak berfungsi lagi, tiang lampunya ada yang miring
(tidak tegak), maka perlu dilakukan optimalisasi atau perencanaan ulang
penerangan jalan umum di jalan Dawe ini.
Penerangan jalan umum yang sudah terpasang di jalan Dawe ini
menggunakan lampu berjenis SON 150 Watt, kemudian akan diganti dengan
lampu berjenis LED 100 Watt dengan tinggi tiang 9 meter, sudut stang ornament
nya yaitu 19,94, jumlah titik lampunya 51 titik, intensitas cahaya yang dihasilkan
875,35 Cd, intensitas penerangannya 6,23 lux, daya yang dibutuhkan lampu pju di
jalan Dawe ini 5,1 kW/hari.
Kata Kunci : PJU, Perencanaan.
ABSTRAK
Penerangan jalan umum adalah fasilitas vital yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Kondisi penerangan jalan umum sebagian besar belum sesuai dengan
parameter yang ditentukan oleh BSN SNI 7391:2008, agar intensitas cahaya yang
dihasilkan sesuai parameter yang ditentukan berdasarkan kebutuhan kelas
jalannya perlu dilakukan perencanaan yang matang.
v
ABSTRACT
Public street lighting is a vital facility needed by the community. Most of the
general street lighting conditions are not in accordance with the parameters determined by
BSN SNI 7391: 2008, so that the light intensity produced is in accordance with the
parameters determined based on the needs of the road class, it is necessary to carry out
careful planning.
Dawe Street in Kudus city is a primary collector road class which has a road
length of 1250 meters and a road width of 6 meters. This road is a connecting road
between Colo sub-district and Kudus city. The street lighting that has been installed on
Dawe Street is not in accordance with the parameters of BSN SNI 7391: 2008, because it
still uses SON type lamps, many of the lights that are installed are also no longer
functioning, some of the lamp poles are tilted (not upright), it is necessary to do so.
optimization or re-planning of public street lighting on this Dawe street.
The street lighting that has been installed on Dawe Street uses a 150 Watt SON
type lamp, then it will be replaced with a 100 Watt LED type lamp with a pole height of 9
meters, the angle of the ornament handlebar is 19.94O, the number of lamp points is 51
points, the light intensity is the resulting 875.35 Cd, the intensity of the illumination is
6.23 lux, the power required for this pju lamp on Dawe Street is 5.1 kW / day.
Keywords : PJU, Planning.
vi
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia dan hidayah-Nya, penulis diberi kekuatan untuk
menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul
“OPTIMALISASI PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) DI JALAN
DAWE KABUPATEN KUDUS”. Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan
guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang
Pendidikan Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang.
Dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini yang tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Andy Kridasusila,SE, MM, selaku Rektor Universitas
Semarang.
2. Bapak Purwanto, ST, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Semarang.
3. Ibu Titik Nurhayati, ST, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Semarang.
4. Ibu Titik Nurhayati, ST, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, saran dan
vii
bimbingan materi yang memungkinkan dalam terselesaikannya penyusunan
Tugas Akhir ini.
5. Ibu Harmini, ST, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, saran
dan bimbingan materi yang memungkinkan dalam terselesaikannya
penyusunan Tugas Akhir ini.
6. Keluarga yang telah memberikan bantuan doa, dukungan material
maupun moral.
7. Teman-teman Elektro Angkatan 2016 yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Tidak lupa juga kepada pihak-pihak lain yang tidak disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak sesempurna
sebagaimana yang diharapkan, untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan
demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat untuk para akademisi, praktisi atau untuk penelitian-penelitian
selanjutnya. Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dan
kesalahan yang ada pada penyusunan Tugas Akhir ini. Semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pihak yang berkepentingan.
Semarang, 11 Februari 2021
(Penulis)
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….ii
LEMBAR ORIGINALITAS……………………………………………………..iii
ABSTRAK………………………………………………………………………..iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..xi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………......1
1.2 Rumusan Masalah…...………………………………………....………..2
1.3 Batasan Masalah….…………………………………………....………..2
1.4 Tujuan…………..…. …………………………………………………...2
1.5 Metode Penelitian .……………………………………………………...3
1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………………...3
BAB II LANDASAN TEOR……………………………………………………...5
2.1 Penerangan Jalan Umum…………...…………………………………...5
2.2 Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan…………………………………..6
2.3 Fungsi Penerangan Jalan………………………………………………..8
2.4 Dasar Perencanaan Penerangan Jalan…………………………………..9
2.5 Jenis Jalan dan Klasifikasinya…………………………………………12
2.6 Tiang Penerangan Jalan………………………………………………..13
2.7 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan……………………………..16
2.8 Jenis Lampu PJU………………………………………………………17
2.9 Sistem Pengendali……………………………………………………..18
2.10 LDR…………………………………………………………………..18
2.11 Timer Switch…………………………………………………………20
ix
2.12 Optimalisasi PJU……………………………………………………..20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….……..24
3.1 Diagram Alir Penelitian………………………………………………..24
3.2 Kondisi Lapangan……………………………………………………...25
3.3 Data yang dibutuhkan………………………………………………….25
3.4 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data…………………………….26
3.5 Analisa Data…………………………………………………………....27
BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL……………………………………......28
4.1 Kondisi Lapangan……………………………………………………...28
4.2 Menentukan LPJU………………..……………………………………29
4.3 Menentukan Jenis dan Tinggi Tiang…………………………………..30
4.4 Menentukan Jumlah Titik Lampu……………………………………..32
4.5 Menentukan Sudut Stang Ornament……………………………….….33
4.6 Menghitung Intensitas Cahaya………………………………………...34
4.7 Menghitung Iluminasi…………………………………........................34
4.8 Menghitung Daya yang dibutuhkan……………………………..…….36
4.9 Menghitung Energi Listrik………………………………………..…...36
4.10 Analisa Hasil Optimalisasi…………………………………………...37
4.11 RAB ………………………………………………………………….38
BAB V PENUTUP………………………………………………………….……39
5.1 Kesimpulan………………………………………………………….....39
5.2 Saran……………………………………………………………….......40
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....41
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tiang Lampu Lengan Tunggal…………………………………..14
Gambar 2.2 Tiang Lampu Lengan Ganda…………………………………….15
Gambar 2.3 Tiang Lampu Tanpa Lengan………………………………….....15
Gambar 2.4 LDR ……………………………………………………………..19
Gambar 2.5 Timer Swicth ……………………………………………………20
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian……..…………………………………..24
Gambar 4.1 Tiang PJU………………………………………………….........31
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kualitas Pencahayaan Lampu……………………………………11
Tabel 2.2 Jenis Jalan dan Klasifikasinya …………………….…………….36
Tabel 2.3 Penataan Letak Lampu…………………………………………..16
Tabel 4.1 Kondisi Lapangan………………………………………………..28
Tabel 4.2 Standar Lampu PJU ……………………………………………..30
Tabel 4.3 Perbandingan Tinggi Tiang ……………………………………..31
Tabel 4.4 Variasi Ketinggian Lampu ……………………………………...35
Tabel 4.5 Perbandingan Lampu…………………………………………….37
Tabel 4.6 RAB……………………….……………………………………..38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan bentuk energi yang bermanfaat, salah satu pemanfaatan
energi listrik yang banyak digunakan adalah sebagai penerangan, dimana sebuah
instalasi listrik penerangan terdapat berbagai jenis keperluan yaitu untuk rumah
tangga, industri maupun penerangan jalan umum.
Penerangan jalan umum merupakan instalasi penerangan yang bersifat publik
dan biasa di pasang di media jalan, jembatan maupun tempat-tempat tertentu
seperti taman dan tempat umum lainnya. Instalasi penerangan jalan umum yang
baik harus menggunakan standar dan peraturan yang ada agar instalasi penerangan
jalan umum dapat bekerja dengan baik sesuai fungsinya dan memiliki umur pakai
yang panjang. Dalam instalasi penerangan jalan umum yang telah beroperasi tapi
jarang di lakukan perawatan, akan muncul permasalahan pada penerangan jalan
umum, antara lain lampu penerangan yang rusak, pengaman yang tidak berfungsi
lagi, penghantar yang rusak. Cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dalam
pelaksanaan pembangunan pju di perlukan perencanaan yang baik, sehingga
pemasangan lampu tersebut mempunyai efisiensi yang tinggi, kuat penerangan
yang cukup dan biaya operasional yang murah.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan intensitas penerangan agar didapatkan hasil yang
efisiensi sesuai standarisasi yang telah ditentukan oleh BSN SNI
7391:2008 ?
2. Berapa rencana anggaran biaya LPJU di Jalan Dawe ?
3. Berapa energi yang di hasilkan LPJU di Jalan Dawe ?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luas dan banyaknya hal-hal yang perlu diperhatikan, maka akan
diberikan beberapa batasan masalah, antara lain :
1. Penentuan intensitas penerangan di Jalan Dawe Kabupaten Kudus.
2. Menghitung rencana anggaran biaya untuk membangun LPJU di Jalan
Dawe Kabupaten Kudus.
3. Menghitung energi yang di hasilkan untuk LPJU di Jalan Dawe
Kabupaten Kudus.
1.4 Tujuan
Penyusunan Tugas Akhir ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. Dapat menentukan intensitas penerangan yang optimal sesuai standarisasi
yang telah ditentukan oleh BSN SNI 7391:2008.
2. Dapat mengetahui biaya yang akan digunakan untuk LPJU di Jalan Dawe
Kabupaten Kudus.
3. Dapat mengetahui energi yang di hasilkan untuk LPJU di Jalan Dawe
Kabupaten Kudus.
3
1.5 Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan untuk memperoleh data-data tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Dengan menggunakan metode observasi ini dengan pengambilan data
secara langsung terhadap pokok permasalahan, yaitu dengan mengambil data di
Jalan Dawe Kota Kudus.
b. Metode Interview
Pada metode ini penyusun melakukan Tanya jawab / wawancara langsung
dengan pihak terkait yang lebih paham mengenai PJU.
c. Metode Literatur
Pada metode ini penyusun menganalisa data dengan menggunakan buku -
buku pedoman yang sesuai dengan materi yang diambil.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberi gambaran secara garis besar, dalam hal ini dijelaskan isi tiap
bab dari laporan ini, maka sistematika penulisan dalam pembuatan Laporan ini
adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan penjelasan mengenai latar belakang masalah,
identifikasi permasalan, batasan permasalahan, tujuan, metode
penelitian serta sistematika penulisan yang menggambarkan secara
umum bab-bab yang ada di dalam Laporan Tugas Akhir ini.
4
BAB II Dasar Teori
Bab ini membahas teori PJU, kelas jalan berdasarkan
klasifikasinya, rumus untuk menghitung sudut stang ornament,
jumlah titik lampu, dan jenis-jenis lampu.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang data-data yang digunakan untuk
mencari optimalisasi daya Lampu Penerangan Jalan Umum di Jalan
Dawe Kabupaten Kudus.
BAB IV Optimalisasi Peneranga jalan Umum (PJU) di Jalan Dawe
Kabupaten Kudus
Bab ini membahas tentang perencanaan atau perhitungan
optimalisasi daya LPJU agar mendapatkan Intensitas Penerangan
yang sesuai dengan standarisasi BSN SNI 7391:2008.
BAB V Penutup
Bab ini membahas tentang Kesimpulan dan saran untuk
Optimalisasi PJU di Jalan Dawe Kabupaten Kudus.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penerangan Jalan Umum
Penerangan Jalan Umum merupakan bagian dari urusan pemerintahan bidang
perhubungan yang di sebutkan sebagai penyediaan perlengkapan jalan di daerah.
Suatu bentuk penyediaan infrastruktur, kebijakan ini berkonsekuensi
menggunakan sumber daya energi yang berdampak pada emisi Gas Rumah Kaca.
Berdasarkan kebijakan Pemerintah, angka emisi GRK Nasional perlu diturunkan
sebesar 29% dengan rerata tahunan yang diproyeksikan dari sektor energi sebesar
6,7%. Beberapa studi terdahulu telah memotret kinerja pengelolaan PJU di daerah
yang dijabarkan bahwa pengelolaan PJU cenderung kuno, menggunakan teknologi
yang tidak efisien, dan didesain kurang baik. Hasil yang dicapai terbilang boros
energi dan sangat memberatkan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
serta secara teknis memiliki permasalahan sebagai berikut: standar pencahayaan
yang minim, ketiadaan lampu di titik titik penting, pengelolaan masih swadaya
warga, peletakan yang masih bersinggungan dengan tiang listrik.
Kinerja inovasi kebijakan pemerintah daerah dalam megelola PJU
dihadapkan dengan permasalahan klasik antara lain SDM, Manajerial, dan
Financial. Pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan guna mengatasi
permasalahan klasik daerah dalam mengelola PJU (Ferza, 2020).
6
2.2 Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan
Pengelolaan Penerangan Jalan Umum merupakan penerangan untuk jalan dan
prasarana umum yang dipasang secara resmi oleh pemda atau badan resmi lainnya
dan mendedapat pasokan tenaga listrik dari PLN secara legal. PJU merupakan aset
Pemerintah Kota, dan pihak PLN hanya sebagai penyedia pasokan tenaga listrik
saja,. Lampu penerangan jalan atau disebut dengan PJU adalah fasilitas publik
berupa lampu jalan yang ada di jalan umum. Lampu penerangan jalan ini di
fasilitasi oleh PLN atau perusahaan listrik negara. Fungsi dari penerangan jalan
umum ini sangatlah banyak. Fungsi dari penerangan jalan umum mulai dari
keselamatan pengguna jalan yang bisa terhindar dari kecelakaan akibat jalan yang
rusak, fungsi keamanan yang meminimalisir tingkat kejahatan di malam hari, dan
perjalanan yang bisa aman dari berbagai hal buruk saat malam hari (Mansur,
2015).
Berikut ini adalah terkait kondisi buruknya pengelolaan penerangan jalan
umum yang banyak terjadi pada umumnya:
1. Aksi Vandalisme
Masyarakat masih banyak yang melakukan aksi vandalisme dengan
merusak beberapa fasilitas umum seperti lampu penerangan jalan umum.
Lampu penerangan jalan umum ini seharusnya dapat dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat karena menyangkut keselamatan di jalan, akan tetapi
beberapa fasilitas umum dirusak sehingga tidak dapat berjalan sesuai
fungsinya, seperti beberapa kasus yang kerap terjadi, konkretnya lampu
dan kabel yang dicuri.
7
2. Lampu Rusak
Ada kalanya lampu yang memiliki masalah seperti rusak atau mati tidak
segera diperbaiki, masyarakat yang tidak mau melapor dan juga pihak
pengelola yang tidak mengecek secara berkala juga menjadi penyebab
lampu penerangan jalan tidak berfungsi dengan baik. Masyarakat harus
turut aktif dalam menyelesaikan masalah kerusakan lampu dan sejenisnya
ke pihak yang bersangkutan.
3. Pencurian Listrik
Ada juga anggota masyarakat yang secara sembunyi melakukan tindakan
nakal ini. Mereka yang memiliki keahlian merangkai aliran listrik ke
rumah dan mereka tidak mau membayar. Biasanya petugas yang
memeriksa ada kalanya lalai dan ini bisa merugikan negara. Masyarakat
seperti ini haruslah ditindak secara tegas agar menjadi contoh bagi
masyarakat lain yang ingin melakukan tindakan serupa bisa berpikir ulang.
Penerangan jalan umum adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang
dapat diletakkan atau dipasang di kiri atau di kanan jalan dan atau di tengah jalan
yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan yang
diperlukan termasuk persimpangan jalan-jalan layang, jembatan dan jalan di
bawah tanah yang dipasang untuk kepentingan umum.
Dampak positif penerangan jalan umum tercemin dari fungsinya sebagai berikut :
a) Untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara.
b) Untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.
c) Memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang hari.
8
d) Untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.
e) Untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.
f) Untuk meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat malam hari.
Dampak negatif muncul ketika fasilitas penerangan jalan umum tidak
difungsikan dan dipelihara dengan baik. Pengadaan penerangan jalan umum yang
tidak sesuai standarisasi akan memicu beberapa masalah seperti pencurian listrik,
rusaknya jaringan penerangan yang berpotensi menimbulkan bahaya hingga listrik
padam karena kelebihan beban akibat pemasangan penerangan jalan yang kurang
benar. PJU merupakan hal yang sangat penting bagi pengendara baik mobil
maupun motor yang melintasi jalan raya pada malam hari, dengan adanya lampu
PJU diharapkan dapat membuat pengguna jalan lebih berhati-hati dan merasa
aman dalam perjalanannya.
Instalasi PJU ini harus menggunakan kaidah pemasangan listrik yang benar
dan hanya dapat dilakukan oleh petugas kelistrikan. Pemberian pencahayaan
adalah fungsi PJU sebagai fasilitas umum pada lingkungan dan terutama di jalan-
jalan umum. Revitalisasi PJU bermanfaat untuk meningkatkan keamanan
lingkungan dan jalan, peningkatan untuk orientasi kota yang lebih baik (UIN,
2017).
2.3 Fungsi Penerangan Jalan
Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional ( BSN SNI 7391:2008 ) penerangan
jalan di kawasan perkotaan memiliki fungsi antara lain :
1. Menghasilkan kekontrasan antar objek dan permukaaan jalan.
2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan.
9
3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya
pada malam hari.
4. Mendukung keamanan lingkungan.
5. Memberikan keindahan lingkungan jalan.
2.4 Dasar Perencanaan Penerangan Jalan
Berdasarkan Badan Standar Nasional (BSN) 7391:2008 perencanaan
penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini:
a) Volume lalu lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang
bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll.
b) Tipikal potongan melintang jalan, situas jalan dan persimpangan jalan.
c) Geometri jalan, seperti alinyement horizontal, alinyement vertikal, dll.
d) Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan
cahaya lampu penerangan.
e) Pemilihan jenis dan kualiatas sumber lampu, data fotometrik lampu dan
lokasi sumber listrik.
f) Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dll.
g) Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah
sekitarnya.
h) Data kecelakaan dan kerawanan dilokasi.
Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan
penerangan jalan antara lain sebagai berikut:
a) Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.
b) Tempat tempat dimana kondisi lengkung horizontal tajam.
10
c) Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dll.
d) Jalan jalan berpohon.
e) Jalan jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan
lampu di bagian median.
f) Jembatan panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah.
g) Tempat tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi
dengan jalannya.
Penentuan kualitas lampu penerang jalan umum perlu memertimbangkan 6 aspek :
a) Kuat rata-rata penerangan, besarnya kuat penerangan didasarkan pada
standar yang sudah di tentukan oleh BSN SNI tentang penerangan jalan
umum. Pada tiap jenis jalan memiliki kuat rata-rata penerangan yang
berbeda.
Jenis jalan trotoar : 1 - 4 lux
Jenis jalan lokal : 2 – 5 lux
Jenis jalan kolektor : 3 – 7 lux
Jenis jalan arteri : 15 – 20 lux
Persimpangan : 20 – 25 lux
b) Distribusi cahaya, kerataan cahaya pada jalan merupakan hal yang penting,
untuk itu harus ditentukan factor cahaya yang merupakan perbandingan
kuat penerangan pada bagian tengah lintasan dengan tepi jalan.
c) Cahaya yang menyilaukan dapat menyebabkan keletihan mata, perasaan
tidak nyaman dan kemungkinan kecelakaan. Untuk mengurangi silau
tersebut, maka digunakan gelas pada armature yang berfungsi sebagai
filter cahaya.
11
d) Arah pancaran cahaya dan pembentukan bayangan.
e) Warna dan perubahan warna. Warna cahaya lampu pelepasan gas tekanan
tinggi berpengaruh terhadap warna tertentu.
f) Lingkungan, berkabut maupun berdebu mempunyai faktor absorsi
terhadap cahaya yang di pantulkan oleh lampu.
Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metode iluminasi
atau luminasi. Meskipun demikian lebih mudah menggunakan metode iluminasi,
karena dapat diukur langsung dipermukaan jalan dengan menggunakan alat
pengukur kuat cahaya. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis atau
klasifikasi fungsi jalan ditentukan seperti Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kuat Pencahayaan dan Klasifikasi Jalan
(Sumber: BSN SNI 7391:2008)
Jenis /
Klasifikasi Jalan
Kuat Pencahayaan
(Iluminasi)
Luminasi Batasan Silau
E rata-
rata (Lux)
Kemerataan
(gl)
L
Rata-
rata
Kemerataan
G TJ (%)
VD VI
Trotoar 1 – 4 0,10 0,10 0,40 0,50 4 20
Jalan Lokal
-Primer
-Sekunder
2 – 5 0,10 0,50 0,40 0,50 4 20
Jalan Kolektor
-Primer
3 – 7 0.14 1,00 0.40 0,50 4 – 5 20
12
Jenis /
Klasifikasi Jalan
Kuat Pencahayaan
(Iluminasi)
Luminasi Batasan Silau
E rata-
rata (Lux)
Kemerataan
(gl)
L
Rata-
rata
Kemerataan G TJ (%)
-Sekunder
Jalan Arteri
-Primer
-Sekunder
11 – 20 0,14 – 0,20 1,50 0,40
0,50 –
0,70
5 – 6 10 – 20
Jalan Arteri
dengan akses
jalan bebas
hambatan
15 – 20 0,14 – 0,20 1,50 0,40
0,50 –
0,70
5 – 6 10 – 20
2.5 Jenis Jalan dan Klasifikasinya
Berdasarkan UU No.38 Tahun 2004, jalan adalah prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas. Pada Jalan Dawe memiliki
luas panjang jalan 1250 meter dan Lebar jalan 6 meter termasuk klasifikasi jalan
kolektor.
Jalan dan besarnya pencahayaan yang digunakan sebagai penerangan lampu jalan
dapat diklasifikasikan dengan beberapa kelas :
a) Jalan arteri primer
Merupakan jalur jalan penampung kegiatan lokal dan regional, lalu lintas
sangat padat sehingga perlu penerangan jalan yang optimal.
13
b) Jalan arteri sekunder
Merupakan jalur jalan penampung kegiatan lokal dan regional sebagai
pendukung jalan arteri primer, dimana kondisi lalu lintas pada jalur ini
padat sehingga memerlukan lampu yang sama dengan arteri primer.
c) Kolektor primer
Merupakan jalur pengumpul dari jalan-jalan lingkungan sekitarnya yang
akan bermuara pada jalan arteri primer maupun arteri sekunder. Jenis
lampu yang akan digunakan lebih rendah daripada jalan arteri.
d) Jalan lingkungan
Merupakan jalur jalan lingkungan perumahan, pedesaan atau
perkampungan.
Tabel 2.2 Menunjukkan Jenis Jalan dan Klasifikasinya
(Sumber : Hexamitra)
Deskripsi Jalan Tol Arteri Kolektor Lokal
Kecepatan >60 km/jam 60 km/jam >30 km/jam >20 km/jam
Lebar Jalan >8 M >8 M >6 M <5
Median Jalan - Boleh Ada Tidak
Daya Lampu >60 W >50 W >40 W >30 W
Lengan DA/SA DA/SA DA/SA SA
Jarak Tiang Kurang lebih 25-50 meter di kiri atau kanan berselang-seling
14
2.6 Tiang Penerangan Jalan
Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang lampu.
Beberapa jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan adalah tiang besi dan
tiang octagonal. Pada jalan Dawe Kudus mengunakan jenis tiang lengan tunggal
dengan standar ketinggian 9-11 meter. Berdasarkan bentuk lengannya, tiang
lampu jalan dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
a. Tiang lampu dengan lengan tunggal
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan jalan.
Tipikal bentuk tiang lampu dengan lengan tunggal dapat dilihat pada
gambar 2.1
Gambar 2.1 Tiang Lampu Lengan Tunggal
b. Tiang lampu dengan lengan ganda
Tiang lampu ini khusus diletakkan dibagian tengah atau median jalan,
dengan syarat jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu
15
dilayani oleh satu tiang. Tiang lampu lengan ganda dapat dilihat pada
Gambar 2.2
Gambar 2.2 Tiang Lampu Lengan Ganda
c. Tiang lampu tegak tanpa lengan
Tiang lampu ini terutama diperlukan untuk menopang lampu menara, yang
pada umunya ditempatkan dipersimpangan-persimpangan jalan atupun
tempat tempat yang luas seperti tempat parkir. Tiang lampu tegak tanpa
lengan dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Tiang Lampu Tanpa Lengan
16
2.7 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan
Di daerah-daerah atau kondisi kondisi dimana median sangat lebar (> 10
meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur setiap arah)
perlu dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan
kombinasi dari cara-cara tersebut di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan
penempatan lampu penerangan jalan direncanakan sendiri-sendiri untuk setiap
arah lalu lintas. Penataan letak lampu penerangan jalan di atur seperti Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan
(Sumber : BSN SNI 7391:2008)
Lokasi penempatan Rasio maksimum
Jalur lalu lintas :
1 di daerah permukiman
2 di daerah komersil/pusat kota
6 : 1
3 : 1
Jalur pejalan kaki :
- di daerah permukiman
- di daerah komersil/pusat kota
10:1
4 : 1
Terowongan 4 : 1
Tempat-tempat peristirahatan (rest area) 6 : 1
17
2.8 Jenis Lampu Penerangan Jalan
1. Lampu Tabung Fluorescent Tekanan Rendah
Jenis lampu bisa digunakan untuk jalan umum dengan jarak yang sedang
dan dekat ( jalan kolektor dan jalan lokal ), efisiensi cukup tinggi tapi
berumur pendek.
2. Lampu Gas Tekanan Tinggi ( MBF/IU )
Mirip dengan jenis lampu yang pertama, PJU gas merkuri digunakan
untuk penerangan jalan yang sifat jaraknya dekat hingga sedang ( jalan
kolektor, jalan lokal, dan persimpangan ), efisiensi rendah, umur panjang
dan ukuran lampu kecil.
3. Lampu Gas Sodium Bertekanan Rendah ( SOX )
Karakteristik penggunaanya serupa dengan dua PJU sebelumnya.
Namun, lampu berjenis ini dapat dipakai untuk menerangi penyebrangan,
terowongan, dan tempat peristirahatan. Efisiensi sangat tinggi, umur cukup
panjang, ukuran lampu besar sehingga sulit untuk mengontrol cahayanya
dan cahaya lampu sangat buruk karena berwarna kuning.
4. Lampu Gas Sodium Tekanan Tinggi ( SON )
Jenis PJU gas sodium tekanan tinggi, di pakai untuk menerangi jalan raya
berukuran besar, seperti jalan tol dan jalan arteri. Umur lampunya sangat
panjang dan berukuran kecil, sehingga mudah dikontrol sistem
pencahayaannya. Pengaruh warna terhadap objek buruk.
5. Lampu LED
Efisiensi lampu ini sangat tinggi, umur yang panjang dan pengaruh warna
yang dihasilkan terhadap objek baik, maka dari itu lampu jenis ini sangat
18
dianjurkan untuk dipakai. Lampu jenis ini biasa digunakan di jalan tol,
arteri, kolektor dan persimpangan (Fazrul, 2020).
2.9 Sistem Pengendali
Pada Perencanaan Penerangan Jalan Umum (PJU) ada 2 peralatan yang
sering digunakan yaitu dengan menggunakan sensor cahaya (LDR) dan timer.
Sistem yang biasa akan direncanakan untuk sistem otomatis dapat dibagi menjadi
3 :
1. Perlampu, pemasangan sistem otomatis untuk masing-masing lampu
dengan pemasangan satu sensor cahaya (LDR) atau satu timer pada
masing-masing lampu.
2. Pergrup, penggunaan sistem otomatis untuk masing-masing panel
yang melayani beban lampu. Sehingga pemasangan LDR dan timer
pada tiap panel, sehingga sistem otomatisnya dapat diasumsikan
yaitu dengan satu buah LDR atau satu buah timer akan melayani
semua beban lampu.
3. Gabungan, merupakan penggunaan sistem otomatis yang terdiri dari
LDR dan timer yang dipasangan secara kombinasi atau gabungan
pemasangan perlampuatau pergrup, sehingga memiliki
keseimbangan yang baik dan lebih efisien.
2.10 Light Dependent Resistor (LDR)
LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi
yang besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam
yaitu laju Recovery dan Respon Spektral :
19
1. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa
nilai resistansiya pada keadaan ruangan gelap tersebut. LDR tersebut
hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan hanya setelah mengalami
selang waktu tertentu, Laju Recovery merupakan suatu ukuran praktis dan
suatu kenaikan nilai resistansinya dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis
dalam K/detik, untuk LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200k/detik
selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux. Kecepatan
tersebut akan lebih tinggi pada arus sebaliknya, yaitu pindah dari tempat
gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk
mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.
2. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya ( yaitu warna ). Bahan yang biasa
digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium,
perak, baja, dan emas. Kelima bahan tersebut tembaga merupakan
penghantar yang paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantar
listrik yang baik.
Gambar 2.4 LDR
20
2.11 Timer Switch
Timer switch merupakan alat saklar otomatis dengan prinsip kerja
berdasarkan waktu tertentu, timer adalah alat penunda waktu dimana batas dari
penundaannya dapat ditentukan dengan cara mengatur timer tersebut sesuai
dengan yang diinginkan. Timer switch adalah saklar yang ON dan OFF-nya
tergantung dengan waktu yang telah ditentukan dalam 24 jam sehari. Saklar waktu
ini akan terus bekerja selam masih ada arus yang mengalir ke koil saklar waktu
tersebut. Saklar waktu ini tidak mempengaruhi komponen apapun. Sebagai contoh
prinsip kerja dari timer terhadap beban lampu, jika timer switch diatur jam 18.00
sampai 06.00 (12 jam) maka lampu akan menyala sesuai dengan pengaturan timer
dan tidak tergantung pada kondisi cuaca.
Gambar 2.5 Timer Swicth
2.12 Optimalisasi Penerangan Jalan Umum
Optimal atau optimalisasi berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan,
menjadikan lebih baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara,
perbuatan mengoptimalkan sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses
21
atau metodologi untuk membuat sesuatu menjadi lebih atau sepenuhnya
sempurna, fungsional atau lebih efektif, untuk menjaga peralatan agar dapat
berfungsi secara optimal.
Kondisi lampu penerangan jalan umum sebagian besar daerah belum sesuai
dengan standar yang telah ditentukan oleh BSN SNI tentang penerangan jalan
umum. Lampu-lampu yang dipakai masih banyak menggunakan lampu yang tidak
sesuai dengan kebutuhan kelas jalan. Instalasi penerangan jalan yang baik juga
harus menggunakan standar dari BSN SNI 7391:2008 dan peraturan yang ada agar
instalasi penerangan jalan umum dapat bekerja optimal sesuai dengan fungsinya.
Analisa hal teknis terhadap lampu penerangan jalan umum dilakukan untuk
mendapatkan sistem pengaman yang baik, aman, handal, tahan lama. Lampu
adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, untuk membuatnya
bekerja (hidup) dan akan menghabiskan energi selama lampu tersebut bekerja
(hidup). Persamaan yang digunakan untuk menghitung besaran energi lampu
dengan paremeter dari BSN SNI adalah sebagai berikut :
1) Menghitung Energi yang dibutuhkan
Eload = Pload x t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
Dimana :
Eload = Energi yang dibutuhkan atau beban (Wh / Watt hour)
Pload = Daya beban atau lampu (Watt)
t = Lama pemakaian beban atau lampu dalam satu hari (hour)
22
2) Menghitung Titik Lampu
T =
+ 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.2)
Keterangan :
T = Jumlah titik lampu
L = Panjang jalan
S = Jarak antar tiang
3) Menghitung Daya yang dibutuhkan
P = daya lampu x jumlah lampu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)
4) Menentukan Sudut Stang Ornament
Sudut stang ornament dihitung agar lampu mengarah ke tengah jalan,
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
t = √ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.4)
Setelah didapatkan hasil t, kemudian menghitung :
cos =
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.5)
5) Menghitung Intensitas Cahaya
I =
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6)
Keterangan :
I = Intensitas cahaya dalam candela (cd)
= Fluks cahaya dalam lumen (lm)
= Sudut ruang (steradian)
Dimana besarnya fluks cahaya dalam lumen dapat dicari menggunakan
Persamaan 2.7 sebagai berikut :
23
= K x P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.7)
Keterangan :
K = Efikasi cahaya rata-rata lampu dalam lumen/Watt
P = Daya listrik dalam Watt
Maka didapatkan Persamaan 2.8 :
I =
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.8)
6) Menghitung Iluminasi pada titik ujung jalan
Sebelum menghitung iluminasi pada titik ujung jalan, harus mencari jarak
lampu ke ujung jalan menggunakan Persamaan 2.9 sebagai berikut :
r = √ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.9)
Keterangan : h = Tinggi tiang (meter)
l = Jarak titik lampu ke ujung jalan (meter)
sehingga nilai iluminasi pada titik ujung jalan dapat diperoleh
menggunakan Persamaan 2.10 :
E =
x
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.10)
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Flowchart
Gambar 3.1 Flowchart
MULAI
Ambil data panjang dan
lebar jalan, jumlah titik
lampu, jarak antar tiang
Menentukan jenis lampu, tinggi
tiang, jumlah titik lampu
Jumlah titik lampu = 𝐿
𝑆 + 1
Hitung intensitas cahaya : I = ∅ /𝜔
Daya yang dibutuhkan = daya lampu x jumlah lampu
Pelaksanaan pergantian lampu PJU di
Jalan Dawe Kabupaten Kudus
SELESAI
Analisa hasil perhitungan intensitas
penerangan sesuai parameter dari BSN SNI
untuk kelas jalan kolektor primer yaitu
antara 3-7 lux
25
Penjelasan flowchart :
1. Penelitian di buat dengan mengambil data pada Jalan Dawe Kabupaten
Kudus berupa panjang jalan, lebar jalan, jumlah titik lampu yang sudah
terpasang, dan jarak antar tiang.
2. Kemudian peneliti mengolah data yang sudah di dapat dan merencanakan
ulang penerangan jalan umum di Jalan Dawe Kabupaten Kudus.
3. Menghitung jumlah titik lampu.
4. Menghitung intensitas cahaya.
5. Menghitung intensitas penerangan.
6. Menghitung daya yang di butuhkan.
7. Menganalisa hasil perhitungan yang mengacu pada BSN SNI 7391:2008
tentang Penerangan Jalan Umum.
8. Jika sudah sesuai standarisasi akan dilakukan pergantian lampu PJU di
Jalan Dawe Kabupaten Kudus.
3.2 Kondisi Lapangan
Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Dawe Kabupaten Kudus yang
memiliki panjang jalan 1,25 km dengan lebar jalan 6 meter. Pada jalan ini sudah
terpasang Penerangan Jalan Umum sebanyak 37 titik dengan jenis tiang yang
digunakan berjenis single ornament, sedangkan jarak antar tiang yaitu 30 meter.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020.
3.3 Data yang dibutuhkan
Data yang dibutuhkan diambil dengan survey langsung ke Jalan Dawe
Kabupaten Kudus, data yang diambil sebagai berikut :
26
1. Kondisi jalan
2. Panjang dan lebar jalan
3. Jumlah titik tiang
4. Jarak antar tiang
5. Tinggi tiang
6. Jenis lampu penerangan jalan
3.4 Metode Penelitian
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu :
1) Studi Lapangan
Pengumpulan data melalui studi lapangan adalah untuk mendapatkan
data primer, dilakukan dengan cara :
a) Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung dan
mengukur panjang dan lebar jalan objek yang diteliti.
2) Wawancara, dalam penelitian ini dilakukan wawancara terhadap
beberapa pihak untuk mengumpulkan data-data mengenai LPJU di
Jalan Dawe Kabupaten Kudus.
3) Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan upaya mempelajari dan mengumpulkan data
sekunder untuk menunjang penelitian. Data yang dikumpulkan
berasal dari buku referensi, jurnal, artikel, internet, dokumen-
dokumen, serta bahan yang mendukung berkaitan dengan topik tugas
akhir ini.
27
3.5 Analisa Data Eksiting
Pada Jalan Dawe Kabupaten Kudus sudah terpasang Penerangan Jalan Umum
(PJU) berjumlah 37 titik lampu menggunakan single ornament, lampu yang
digunakan berjenis SON 150 Watt, jarak antar tiang yaitu 30 meter, namun lampu
penerangan di jalan ini banyak yang sudah mati, kondisi tiang juga sudah ada
yang tidak tegak lagi (miring). Saat malam hari cahaya yang dihasilkan juga
kurang terang (optimal), maka dari itu peneliti akan melakukan optimalisasi atau
pergantian lampu penerangan jalan umum dengan cara merencanakan kembali
sesuai aturan BSN SNI tahun 7391:2008 tentang penerangan jalan umum dengan
parameter intensitas penerangan 3-7 Lux untuk klasifikasi jalan kolektor primer.
28
BAB IV
PERHITUNGAN DAN HASIL
4.1 Kondisi Lapangan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan tanah atau
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Lampu penerangan jalan adalah bagian dari fasilitas pelengkap jalan yang
dapat dipasang pada kedua sisi jalan dan dapat pula dipasang pada median tengah
jalan yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan.
Jalan Dawe merupakan jenis jalan kolektor primer yang menghubungkan
Kota Kudus dengan Kecamatan Colo, jalan ini digunakan setiap harinya untuk
beraktifitas berangkat kerja. Perbedaan kolektor primer dengan kolektor sekunder
yaitu dari volume kendaraan yang melintas, kolektor primer lebih padat jika
dibandingkan dengan kolektor sekunder. Data yang diambil dari lapangan :
Tabel 4.1 Kondisi Lapangan
(Sumber Pribadi)
Keterangan Ukuran
Panjang Jalan 1250 Meter
Lebar Jalan 6 Meter
Jumlah Titik Lampu 37 Titik Lampu
Jarak Antar Tiang 30 Meter
29
4.2 Menentukan Lampu Penerangan Jalan
Pada penelitian ini mengganti lampu berjenis SON 150 Watt dengan lampu
LED 100 Watt, karena lampu LED memiliki banyak keunggulan dibandingan
dengan lampu lainnya. Berikut beberapa keunggulan lampu LED dibandingkan
jenis lampu yang lain:
1. Lampu LED tidak memerlukan pemanasan untuk mendapatkan terang
yang maksimal.
2. Efisiensi listrik yang paling tinggi diantara jenis jenis lampu lainnya.
3. Dapat di stel untuk berubah warna.
4. Dikarenakan bentuknya hanya merupakan dioda kecil, maka volume
lampu jauh lebih kecil dan dapat diletakkan dimanapun.
5. Fleksibilitas lampu.
6. Tahan lama.
7. Tidak mengandung bahan berbahaya.
8. Temperatur lampu yang lebih dingin dibadingkan jenis lampu lain.
30
Tabel 4.2 Standar Lampu PJU
Deskripsi Jalan Tol Arteri Kolektor Lokal
Kecepatan >60 km/jam 60 km/jam >30 km/jam >20 km/jam
Lebar Jalan >8 m >8 m >6 m <5 m
Median Jalan - Boleh Ada Tidak
Daya Lampu >60 W >40 W >40 W >30 W
Lengan DA/SA DA/SA DA/SA SA
Jarak Tiang 25-50 di kiri atau di kanan atau berselang-seling
Data lampu yang diambil dari Hexamitra dapat dilihat :
Daya : 100 Watt
Lifetime : 1 -2 tahun
Efficacy : 110 lm/watt
4.3 Menentukan Jenis dan Tinggi Tiang
Pada penerangan jalan umum ini menggunakan tiang berjenis single
ornament dengan tinggi tiang 9 meter. Gambar 4.1 Menunjukan Tiang Single
Ornament.
31
Gambar 4.1 Tiang PJU Single Ornament
Penelitian ini mengganti lampu SON 150 Watt yang sudah terpasang menjadi
lampu LED dengan daya 100 Watt, karena lampu jenis LED memiliki banyak
keunggulan dibanding lampu berjenis SON, saat menggunakan lampu SON 150
Watt intensitas yang dihasilkan 8,33 lux. Berikut tabel perbandingan tinggi tiang
berdasarkan daya lampu :
Tabel 4.3 Perbandingan Tinggi Tiang Berdasarkan Daya Lampu
(Sumber : Hexamitra)
LED Power 90 Watt 100 Watt 120 Watt
Luminous Efficiency 110 lm/w 110 lm/w 110 lm/w
Lifespan 1 - 2 years 1 - 2 years 1 - 2 years
Recommended Heigh 7 - 9 meter 7 - 13 meter 8 - 13 meter
Recommended Jarak 25 meter 25 meter 25 meter
32
4.4 Menentukan Jumlah Titik Lampu
Jalan Dawe Kudus memiliki panjang 1250 meter dengan lebar jalan 6
meter, sedangkan jarak antar tiang yang akan digunakan berdasarkan rekomendasi
dari Hexamitra adalah 25 meter.
Dalam menentukan jumlah titik lampu menggunakan rumus sebagai
berikut:
T =
+ 1
T =
+ 1
T = 51 titik lampu
Keterangan:
T = Jumlah Titik Lampu Lampu
L = Panjang Jalan
S = Jarak Antar Tiang
Jadi titik lampu yang akan dipasang pada penerangan jalan umum di Jalan Dawe
berjumlah 51 titik lampu.
33
4.5 Menentukan Sudut Stang Ornament
Menghitung sudut stang ornament dengan menggunakan rumus t = √
Diketahui : Tinggi tiang (h) = 9 Meter
Jarak horizontal lampu ke tengah jalan (c) = 3 Meter
Ditanya : Jarak lampu ke tengah – tengah jalan (t) ?
Penyelesaian: t = √
t = √
t = √
t = 9,48 meter
maka, cos =
=
= 0,94
=
Jadi sudut kemiringan stang ornament nya adalah
t
c c
19,94o
34
4.6 Menghitung Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.6
sebagai berikut :
I =
Dimana besarnya fluks cahaya dalam lumen saat menggunakan LED 100 Watt
dicari menggunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut :
I =
=
= 875,35 Cd
Perhitungan saat menggunakan lampu SON 150 Watt :
I =
=
= 1169,78 Cd
4.7 Menghitung Iluminasi
Sebelum menghitung iluminasi pada pinggir jalan, sebelumnya perlu
mencari jarak lampu ke pinggir jalan.
Tinggi tiang 9 meter
Lebar jalan 6 meter
35
r = √
= √
= √
= 10,81 meter
Dimana : h = Tinggi tiang (meter)
l = Lebar jalan (meter)
Sehingga nilai iluminasi dapat diperoleh menggunakan Persamaan 2.10 sebagai
berikut :
E =
x
E =
x
E = 6,23 lux
Hasil ini sudah memenuhi peraturan dari BSN SNI 7391:2008 untuk kebutuhan
kelas jalan kolektor primer yaitu antara 3 – 7 lux.
Tabel 4.4 Variasi ketinggian tiang lampu terhadap iluminasi yang dihasilkan
NO Tinggi Tiang (Meter) Iluminasi (Lux)
Standar Iluminasi
(Lux)
1 8 meter 7,0028 3 – 7 Lux
2 9 meter 6,23 3 – 7 Lux
3 10 meter 5,5 3 – 7 Lux
Tabel 4.4 menunjukan bahwa semakin tinggi tiang lampu yang digunakan, maka
iluminasi yang dihasilkan akan semakin kecil.
36
Perhitungan iluminasi saat menggunakan lampu SON 150 Watt :
E =
x
E =
x
E = 8,33 lux
4.8 Perhitungan Daya Yang Dibutuhkan
Daya yang mengalir pada penerangan jalan umum saat menggunakan
lampu LED 100 Watt dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P = Daya lampu x Jumlah lampu
= 100 Watt x 51 lampu
= 5100 Watt
= 5,1 kW/hari
Jumlah daya yang dikonsumsi untuk penerangan jalan umum di jalan Dawe
Kudus saat menggunakan lampu LED 100 Watt sebesar 5,1 kW/hari.
Perhitungan daya saat kondisi eksiting saat ini (menggunakan SON 150 Watt) :
P = Daya lampu x Jumlah lampu
= 150 Watt x 37 lampu
= 5550 Watt
= 5,55 kW/hari
Penghematan 4,5 % terlihat saat menggunakan lampu LED 100 Watt, meskipun
saat menggunakan lampu LED jumlah tiang ditambah tetapi daya yang
dibutuhkan lebih kecil dibandingan saat penggunaan lampu SON 150 Watt.
4.9 Perhitungan Energi Listrik
Pola operasi lampu PJU ditentukan dengan waktu nyala yaitu pukul 17.00
– 05.00 WIB, sehingga lampu beroperasi selama 12 jam.
37
Energi yang dibutuhkan saat menggunakan LED 100 Watt sebagai berikut :
E = P x t
= ( 100 x 51 ) x 12
= 61200 Wh
= 61,2 kWh per hari
Perhitungan energi listrik kondisi eksiting (menggunakan lampu SON 150 Watt) :
E = P x t = ( 150 x 37 ) x 12
= 66.600 Wh
= 66,6 kWh per hari
Terjadi penghematan 5,4% energi listrik saat menggunakan lampu LED 100 Watt.
4.10 Analisa Hasil Optimalisasi
Dari perhitungan saat menggunakan lampu SON 150 Watt dengan lampu
LED 100 Watt didapatkan hasil yang berbeda. Berikut Tabel perbandingannya :
Tabel 4.5 Perbandingan Lampu SON 150 Watt dengan Lampu LED 100 Watt
Keterangan Lampu SON 150 Watt Lampu LED 100 Watt
Jumlah titik lampu 37 Titik 51 Titik
Sudut stang ornament 19,94o 19,94
o
Intensitas cahaya 1169,78 Cd 875,35 Cd
Iluminasi 8,33 lux 6,23 lux
Daya yang dibutuhkan 5,55 Kw/hari 5,1 kW/hari
Energi listrik 66,6 kWh/hari 61,2 kWh/hari
38
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui pada saat menggunakan lampu LED 100
Watt dengan tinggi tiang 9 meter didapatkan hasil iluminasi 6,23 lux, hasil ini
sesuai parameter dari BSN SNI 7391:2008 untuk kelas jalan kolektor primer yaitu
antara 3-7 lux, sedangkan saat penggunaan SON 150 Watt didapatkan hasil 8,33
lux. Saat menggunakan LED 100 Watt ditambahkan 14 tiang, meskipun jumlah
tiang ditambah namun daya yang dibutuhkan saat menggunakan lampu LED 100
Watt lebih efisien 4,5 %, konsumsi energinya lebih efisien 5,4 % dibandingkan
saat penggunaan lampu SON 150 Watt.
4.11 Analisa Rencana Anggaran Biaya
Dalam melaksanakan perencanaan penerangan jalan umum diperlukan analisa
yang matang agar biaya lebih efisien. Berikut rencana anggaran biaya untuk
lampu penerangan jalan umum di Jalan Dawe Kabupaten Kudus :
Tabel 4.6 Rencana Anggaran Biaya PJU di Jalan Dawe
NO Uraian Pekerjaan Volume
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah Harga (Rp)
1 Pemasangan tiang 51 3.887.000.00 198.237.000,00
2 Pemasangan lampu 51 181.500,00 9.256.500,00
3
Pemasangan kWh meter
+ box control
1 9.290.000,00 9.290.000,00
4
pemasangan HU ke JTR
PLN
110 21.400,00 2.354.000,00
JUMLAH 219.137.500,00
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa dan perencanaan lampu penerangan jalan umum di Jalan Dawe
Kabupaten Kudus Kudus dapat disimpulkan menjadi beberapa hal, antara lain :
1. Jalan Dawe di Kabupaten Kudus ini memiliki panjang jalan 1250 meter
dengan lebar jalan 6 meter. Pada perencanaan ini yang semula
menggunakan lampu SON 150 Watt diganti dengan lampu jenis LED
dengan daya 100 Watt. Tinggi tiang yang digunakan yaitu 9 meter dengan
jumlah titik lampu 51 titik, sudut stang ornament 19,94o, intensitas cahaya
yang dihasilkan 875,35 Cd, intensitas penerangannya yaitu 6,23 lux.
2. Daya listrik yang dibutuhkan sepanjang Jalan Dawe Kabupaten Kudus saat
menggunakan LED 100 Watt adalah 5,1 kW/hari dan konsumsi energi
yang dibutuhkan yaitu 61,2 kWh/hari.
40
5.2 Saran
1. Perencanaan penerangan jalan umum harus mengetahui terlebih dahulu
klasifikasi jalan, panjang dan lebar jalan, penentuan jenis lampu,
penentuan jarak antar tiang dan tinggi tiang agar memenuhi standar
parameter dari BSN SNI tentang penerangan jalan umum.
2. Perencanaan PJU mempertimbangkan aspek seperti segi teknis, ekonomis
maupun aspek keindahan agar sesuai dengan kebutuhan kelas jalan.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ferza, Ray. 2020. Inovasi Kebijakan Pengelolaan Penerangan Jalan Umum (PJU)
Di Kabupaten Sidoarjo.
Mansur. 2015. Analisis Kelistrikan LPJU Kawasan Perkantoran Kabupaten
Konawe Selatan.
Uin, Suska. 2017. Analisis Pengelolaan LPJU Di Riau.
Fazrul, Insan. 2020. Mengenal Fungsi dan Jenis Lampu Jalan, Pembayarannya,
Tanggung Jawab Masyarakat.
Prasetya, Mahardhika Eka. 2019. Perencanaan dan Pelaksanaan Pemasangan
Penerangan Jalan Umum (PJU) Di Jalan P.Sudirman Tayu-Pati.
Universitas Semarang.
Goetama, Agoen Yogha. 2017. Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum
Pada Jalan Soekarno Hatta Bontang. Politeknik Negeri Samarinda.
Miharso, Tri. 2020. Optimalisasi Intensitas Penerangan Jalan Umum di Jalan
Jolotundo Kota Semarang.
Buku II Pedoman EE PJU. 2018. Perencanaan Sistem PJU Efisiensi Energi.
Badan Standarisasi Nasional. 2008 SNI 7391. Spesifikasi Penerangan Jalan Di
Kawasan Perkotaan.
BIODATA PENULIS
Nama : ANANDA FAJAR PRAKOSO
NIM : C.431.16.0055
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 18 Februari 1996
Alamat : Jl. Perum Klipang Blok W 1A No. 3 RT 01 RW 03
Sendangmulyo, Tembalang
Riwayat Pendidikan : Tahun 2003 - 2009 : SDN Sendangmulyo 01
Tahun 2009 - 2012 : SMP N 33 Semarang
Tahun 2012 - 2015 : SMK Sepuluh Nopember