tugas akhir hukum pidana

24
Pengertian Alasan Penghapusan Pidana (APP) diatur di dalam BAB III Buku I KUHP yang menghapuskan, mengurangkan dan memberatkan. a. Yang dapat mengurangkan Pidana 1. Pasal 54 percobaan tindak pidana dikurangi 1/3 dari maksimal pidana pokoknya. 2. Pasal 56 & 57 pembantuan tindak pidana (memberikan sarana, bantuan) dikurangi 1/3. b. Yang dapat memberatkan pidana perbarengan tindak pidana melakukan lebih dari 1 perbuatan pidana. Pembagian APP dibagi di dalam 2 peraturan yaitu MvT dan kepustakaan hukum pidana. Dalam MvT disebutkan APP berasal dari dalam diri pelaku dan di luar diri pelaku . Sedangkan dalam kepustakaan hukum pidana disebutkan yang pertama adalah APP umum dan APP khusus , yang kedua APP alasan pembenar dan alasan pemaaf . Berikut penjelasannya : a. Alasan Penghapus Pidana di Dalam dan di Luar Diri Pelaku - APP di dalam diri pelaku perbuatan pidana tidak mampu bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP). - APP di luar diri pelaku perbuatan pidana yaitu Daya Paksa (Pasal 48 KUHP), Pembelaan Terpaksa (Pasal 49

Upload: punta-yoga-astoni

Post on 08-Apr-2016

58 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

MATERI HUKUM PIDANA

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Akhir Hukum Pidana

Pengertian Alasan Penghapusan Pidana (APP) diatur di dalam BAB III Buku I KUHP yang

menghapuskan, mengurangkan dan memberatkan.

a. Yang dapat mengurangkan Pidana

1. Pasal 54 → percobaan tindak pidana →dikurangi 1/3 dari maksimal pidana

pokoknya.

2. Pasal 56 & 57 → pembantuan tindak pidana (memberikan sarana, bantuan) →

dikurangi 1/3.

b. Yang dapat memberatkan pidana → perbarengan tindak pidana → melakukan lebih

dari 1 perbuatan pidana.

Pembagian APP dibagi di dalam 2 peraturan yaitu MvT dan kepustakaan hukum pidana.

Dalam MvT disebutkan APP berasal dari dalam diri pelaku dan di luar diri pelaku. Sedangkan

dalam kepustakaan hukum pidana disebutkan yang pertama adalah APP umum dan APP

khusus, yang kedua APP alasan pembenar dan alasan pemaaf. Berikut penjelasannya :

a. Alasan Penghapus Pidana di Dalam dan di Luar Diri Pelaku

- APP di dalam diri pelaku perbuatan pidana → tidak mampu bertanggung jawab

(Pasal 44 KUHP).

- APP di luar diri pelaku perbuatan pidana yaitu Daya Paksa (Pasal 48 KUHP),

Pembelaan Terpaksa (Pasal 49 KUHP), Melaksanakan UU (Pasal 50 KUHP),

Melaksanakan Perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP)

b. Alasan Penghapus Pidana Umum dan Khusus

- APP Umum → berlaku untuk semua perbuatan pidana yang diatur di dalam

maupun di luar KUHP. APP umum meliputu Pasal 44 dan Pasal 48-51 KUHP.

- APP Khusus → berlaku hanya untuk perbuatan pidana tertentu yang dirumuskan

dalam pasal-pasal UU Pidana yang bersangkutan, contoh : Pasal 166 KUHP dan Pasal

Page 2: Tugas Akhir Hukum Pidana

310 ayat 3 KUHP tentang pencemaran nama baik. Pasal ini hanya berlaku bagi Pasal

310 ayat 1 dan 2, tidak berlaku bagi pasal yang lain.

c. Adanya Alasan Pembenar dan Pemaaf

- Alasan Pembenar → alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya

perbuatan pidana (Pasal 49 ayat 1, Pasal 50 dan Pasal 51 ayat 1 KUHP).

- Alasan Pemaaf → alasan yang menghapuskan kesalahan pelaku perbuatan pidana

(Pasal 44, Pasal 49 ayat 2 dan Pasal 51 ayat 2 KUHP).

- Catatan : belum ada kesatuan pendapat tentang daya paksa (Pasal 48 KUHP)

sebagai alasan pembenar / pemaaf.

Putusan Perkara Pidana

Pidana → terbukti melakukan tindak pidana dan adanya kesalahan.

Bebas → tidak terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan.

Lepas → terbukti melakukan tindak pidana tetapi di dalamnya ada alasan penghapus

pidana atau terbukti melakukan perbuatan tetapi bukan merupakan tindak pidana.

Alasan Penghapus Pidana

- UU No 12/drt/1951 → Bahan Peledak dan Senjata Api (Senjata Tajam)

a. Pasal 2 (1) → jika terbukti mempunyai senjata tidak sesuai dengan peruntukkan,

diancam pidana penjara 10 tahun.

b. Pasal 2 (2) → merupakan alasan penghapus pidana untuk Pasal 2 ayat 1.

- UU No 36 Tahun 2009 → tentang Kesehatan

a. Pasal 75 ayat 1 → pelarangan aborsi.

b. Pasal 75 ayat 2 → aborsi boleh dilakukan jika ada indikasi kedaruratan

Page 3: Tugas Akhir Hukum Pidana

Teori yang dianut

Monisitis → menggabungkan perbuatan dengan pertanggung jawaban.

Individualistis → memisahkan perbuatan dengan pertanggung jawaban.

Tidak Mampu Bertanggung Jawab

Pasal 44 → tidak mampu bertanggung jawab karena jiwanya cacat dalam tubuhnya karena

suatu penyakit.

Pasal 45 → terhadap orang yang masih ada di bawah umur, tidak dapat dipertanggung

jawabkan perbuatannya. Sehingga hakim tidak bisa menjatuhkan pidana pada yang

bersangkutan.

Pasal 45, 46, 47 sudah dicabut dan diganti dengan UU No 3 tahun 1997 tentang

perlindungan anak. Seorang anak dapat diadili menggunakan pengadilan anak jika :

Sudah 8 tahun tetapi belum 18 tahun dan belum menikah → jika melakukan tindak

pidana sebelum umur 8 tahun, anak tersebut tidak bisa diproses ke pengadilan. Anak

tersebut hanya bisa dikembalikan kepada orang tuanya atau kepada negara.

Pokok → penjara,kurungan,

Sebelum 13 tahun, dapat dipidana denda dan tindakan

Putusan MK bulan Februari tahun 2011 → batas minimal umur anak untuk dapat di

adili di pengadilan anak setelah berumur 12 tahun → sebelum 18 tahun dan belum

menikah.

UU No 11 tahun 2012 → sistem peradilan pidana anak yang menyatakan tidak

berlaku UU No 3 tahun 1997. UU tersebut diberlakukan setelah 2 tahun yang berarti

baru berlaku efektif tahun 2014 Dikaitkan dengan tempus delictinya. Selama anak belum

berumur 21 tahun, dapat diadili dengan pidana anak → jika si anak melakukan tindak

pidana pada saat umur 17 tahun tetapi ditangkap pada saat umur 18/19 tahun.

Page 4: Tugas Akhir Hukum Pidana

Catatan-Catatan :

- Orang yang dapat bertanggung jawab (waras) → orang tersebut mampu menghayati

atau menyadari apa yang dilakukan.

- Vis Absoluta (overmacht absolut), ciri-cirinya :

1. Paksaan Fisik

2. Paksaan Mutlak

3. Tidak dapat ditahan atau dilawan

4. Penyebabnya bisa manusia atau alam, contohnya : kesurupan, gempa bumi,

kebakaran.

- Vis Compulsiva (overmacht relatif), cirinya :

1. Paksaan psikis

2. Paksaan tidak mutlak

3. Orang tersebut masih bisa menghindari

4. Penyebabnya bisa dari manusia atau bisa juga dari keadaan tertentu

- Kepentingan hukum (dilindungi oleh hukum)

1. Nyawa manusia

2. Harta benda

3. Kesusilaan, kehormatan

- Kewajiban hukum harus dilakukan, jika tidak, akan dikenakan sanksi pidana

1. Saksi

2. Dokter yang melanggar sumpah jabatan

3. Memasuki rumah orang lain tanpa izin

Page 5: Tugas Akhir Hukum Pidana

Asas Subsidaritas pengorbanan kepentingan atau kewajiban yang lebih rendah nilainya

dapat mencegah agar kepentingan atau kewajiban yang lebih tinggi tidak sampai ikut

dikorbankan.

Asas Proporsionalitas diungkapkan oleh Van Bemmelem.

Noodweer Pembelaan Terpaksa dibagi menjadi 2 yaitu Serangan dan pembelaan

Seketika :

1. Serangan sudah dimulai tetapi belum selesai.

2. Sebelum serangan dimulai tetapi jika sudah ada ancaman serangan, pembelaan

sudah bisa dilakukan perluasan.

3. Serangan yang baru akan terjadi di masa mendatang pembatalan.

Pasal 49 ayat (2) pembelaan terpaksa yang melebihi batas dilakukan karena ada

goncangan jiwa seseorang atas ancaman dari orang lain.

Pasal 51 KUHP tidak bisa digunakan sebagai alasan penghapus pidana yaitu kejahatan

terhadap kemanusiaan dan genosida yang merupakan pelanggaran HAM berat.

Percobaan dan Penyertaan

Article 53 WvS unsur-unsur percobaan :

1. Voornemen niat

2. Begin van uitvoering permulaan pelaksanaan

3. Pelaksanaan tidak selesai bukan semata-mata karena kehendak si pelaku

Percobaan Pasal 53 dan 54 KUHP di Buku I KUHP Ketentuan Umum

Kesalahan : Dolus (kesengajaan) dan Culpa (kealpaan)

Pasal 53 KUHP hanya menentukan bila kapan percobaan melakukan kejahatan itu terjadi

atau dengan kata lain Pasal ini hanya menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar

Page 6: Tugas Akhir Hukum Pidana

seorang pelaku dapat dihukum karena bersalah telah melakukan suatu percobaan. Syarat-

syaratnya :

1. Adanya niat/kehendak dari pelaku

2. Adanya permulaan pelaksanaan dari niat/kehendak itu

3. Pelaksanaan tidak selesai bukan karena kehendak pelaku

Niat adalah sikap batin seseorang yang memberi arah kepada perbuatan. Ada dua (2) hal

untuk mengetahui niat seseorang, yaitu ucapan dan perbuatan.

Pengertian percobaan dari beberapa ahli hukum pidana

- Jan Remmelink upaya tanpa keberhasilan.

- Pompe suatu tindakan yang diikhtiarkan untuk mewujudkan apa yang oleh

undang-undang dikategorikan sebagai kejahatan, namun tindakan tersebut tidak

berhasil mewujudkan tujuan yang semula hendak dicapai.

- Menurut Jonkers ada 2 alasan bagi pembuat UU untuk memberi pidana pada

percobaan melakukan tindak pidana pada umumnya, yaitu :

1. Pemberantasan kehendak yang jahat yang ternyata dalam perbuatan-

perbuatan.

2. Perlindungan terhadap barang hukum, yang diancam dengan bahaya.

Kejahatan yang termasuk delik percobaan tetapi tidak dipidana :

- Pasal 184 ayat (5) perkelahian tanding

- Pasal 302 ayat (4) penganiayaan terhadap hewan karena ada unsur

kemanfaatan

- Pasal 351 ayat (5) penganiayaan ringan

Adanya permulaan pelaksanaan yang meliputi :

1. Persiapan

Page 7: Tugas Akhir Hukum Pidana

2. Permulaan

3. Pelaksanaan

Teori Subjektif sikap, watak atau batin yang berbahaya dari si pembuat

Teori Obyektif bentuk perbuatan

Percobaan pidana pokok – 1/3

Penyertaan

Apabila dalam suatu peristiwa pidana terdapat lebih dari 1 orang, sehingga harus dicari

pertanggungjawabkan dan peranan masing-masing peserta dalam peristiwa tersebut.

Hubungan antar peserta dalam menyelesaikan tindak pidana tersebut, adalah:

1. Bersama-sama melakukan kejahatan

2. Seseorang mempunyai kehendak dan merencanakan suatu kejahatan sedangkan

ia mempergunakan orang lain untuk melaksanakan tindak pidana tersebut

3. Seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang lain membantu

melaksanakan tindak pidana tersebut.

Pasal 55 dan 56 penyertaan menurut KUHP. Penyertaan dibagi menjadi dua

pembagian besar, yaitu :

Pembuat/Dader (Pasal 55)

- Pelaku (pleger)

- Yang menyuruh melakukan (doen pleger)

- Yang turut serta (mede pleger)

- Penganjur (uitlokker)

Pembantu/Medeplichtige (Pasal 56 dan 57 KUHP)

- Pembantu pada saat kejahatan dilakukan

- Pembantu sebelum kejahatan dilakukan

Page 8: Tugas Akhir Hukum Pidana

1. Pelaku : orang yang memenuhi rumusan delik. Di dalam penyertaan, pelaku lebih dari

1 orang (Pasal 55 ayat 1). Pelaku adalah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang

memenuhi rumusan delik dan dipandang paling bertanggungjwaba atas kejahatan

2. Orang yang menyuruh melakukan : adalah orang yang melakukan perbuatan dengan

perantaraan orang lain, sedang perantara itu hanya digunakan sebagai alat. Dengan

demikian ada dua pihak, yaitu pembuat langsung (manus ministralauctor physicus) dan

pembuat tidak langsung (manus dominalauctor intellectualis)

3. Orang yang turut serta.

Menurut MvT adalah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau tururt

mengerjakan terjadinya sesuatu. OKI kualitas masing-masing peserta tindak pidana

adalah sama. Syaratnya :

- Ada kerjasama secara sadar. Kerjasama dilakukan secara sengaja untuk bekerja sama

dan ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang

- Ada pelaksanaan bersama secara fisik, yang menimbulkan selesainya delik yang

bersangkutan

4. Penganjur adalah orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu tindak

pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang ditentukan oleh UU secara limitatif,

yaitu memberi atau menjanjikan sesuatu, menyalahgunakan kekuasaan atau martabat,

kekerasan, ancaman atau penyesatan, dengan memberi kesempatan, sarana atau

keterangan (Pasal 55 ayat 1 angka 2)

5. Pembantuan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 56 KUHP pembantuan ada dua jenis

:

Page 9: Tugas Akhir Hukum Pidana

- Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara bagaimana pembantuannya tidak

disebutkan dalam KUHP. Ini mirip dengan medeplegen (turut serta), namun

poerbedaannya terletak pada :

a. pada pembantuan perbuatannya hanya bersifat membantu/menunjang sedang

pada turut serta merupakan perbuatan pelaksanaan.

b. pada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa disyaratkan

harus kerja sama dan tidak bertujuan/berkepentingan sendiri.

Concursus Realis ada beberapa kejahatan yang dilakukan dan itu berdiri sendiri.

Contoh perbuatan pencurian, pemerkosaan dan pembunuhan.

APP Putatif kesalahpahaman

Melakukan perbuatan yang sudah terlanjur dilakukan karena kesalahpahaman, yang

tujuannya untuk melindungi kepentingan hukum orang lain padahal tidak ada kepentingan

yang dilindungi atau diselamatkan.

Putatief Overmacht terpaksa melanggar hukum untuk melindungi kepentingan orang lain

walaupun hal tersebut merupakan kesalahpahaman.

.

Alasan Penghapus Penuntutan Buku I Bab 8

Pengertian : tidak ada dalam KUHP, Doktrin hal – hal yang menurut hukum dapat

menyebabkan hak untuk menuntut suatu perkara pidana menjadi gugur.

Alasan eksepsi :

1. Pengadilaan tidak berhak/berwenang mengadili perkara yang bersangkutan.

2. Dakwaan yang dibuat oleh PU tidak jelas atau tidak cermat (obscuur libel)

dakwaan tidak memenuhi syarat materiil dinyatakan batal demi hukum.

3. Perkaranya sudah nebis in idem atau daluarsa.

Page 10: Tugas Akhir Hukum Pidana

Jika eksepsi nebis in idem diterima, diputus dengan putusan sela dan putusannya

dakwaan dapat diterima. Karena perkara nebis in idem sudah tidak layak untuk diteruskan

proses persidangannya.

Pasal 156 KUHAP eksepsi/keberatan

Jika diputus dengan putusan sela, upaya hukumnya verzet karena belum masuk pokok

perkara. Jika sudah masuk pokok perkara, upaya hukumnya banding.

Ruang Lingkup

Di dalam KUHP :

1. Nebis in idem (Pasal 76)

2. Meninggal Dunia

3. Daluarsa

4. Penyelesaian di luar acara

5. Tidak adanya pengaduan

Di luar KUHP

1. Abolisi

2. Amnesti

Nebis in Idem tidak atau jangan 2x yang sama.

Sistem anglosaxon double jeopardy

- Dalam KUHPer (Pasal 1917 BW mengatur mengenai nebis in idem)

- Syarat suatu perkara di katakan nebis in idem (Pasal 76) :

1. Maknanya ada putusan hakim yang berkekuatan tetap (inkracht van

gewijsde)

Page 11: Tugas Akhir Hukum Pidana

a. Terhadap putusan tersebut sudah tidak ada upaya hukum lagi, dalam

hal upaya hukum biasa (banding/kasasi).

b. Harus dimaknai/sudah menyangkut pokok perkaranya sehingga

putusannya bebas, lepas/pemidanaan.

c. Putusan ini berlaku pada ranah pidana.

d. Putusan hakim disini berlaku bagi hakim di Indonesia/luar negeri.

2. Dilihat dari segi subyeknya/subjektif orang yang dituntut kedua kali adalah

sama dengan yang pernah di putus terdahulu.

3. Dilihat dari segi obyeknya/obyektif perbuatan yang dituntut kedua kali

adalah sama dengan yang pernah diputus terdahulu.

Concursus Idealis perbarengan peraturan (jika diajukan atau dituntut

kembali, itu nebis in idem.

Realis perbarengan perbuatan, yang dalam 1 rangkaian

tetapi suatu perbuatan dipandang berdiri sendiri. Jika diajukan

atau dituntut kembali, itu bukan nebis in idem.

Delik tertinggal Pasal 71 KUHP (diperhitungkan) jika sudah maksimal 20 tahun, tidak

dapat diputus lebih.

PENGANIAYAAN

Penganiayaan Biasa Pasal 351 KUHP

Unsur (ayat 1) :

1. Sengaja

2. Perbuatan

3. Akibat : menimbulkan sakit/luka pada tubuh, merusak kesehatan.

Sanksi : Pidana penjara 2 tahun 8 bulan

Page 12: Tugas Akhir Hukum Pidana

Penganiayaan biasa ini bersifat spontan. Tetapi perbuatan ini tidak dimaksudkan timbulnya

luka berat. Namun dimungkinkan dari perbuatan ini bisa berakibat luka berat.

Berakibat luka berat (ayat 2). Arti luka berat (Pasal 90 KUHP)

1. Sakit/luka yang tidak ada harapan sembuh

2. Tidak mampu jalankan tugas

3. Kehilangan salah satu panca indera

4. Cacat berat

5. Lumpuh

Hal tersebut merupakan faktor pemberat. Sanksinya pidana penjara 5 tahun..

Berakibat kematian (ayat 3) :

a. Akibat kematian bukan unsur sengaja, tetapi faktor pemberat pidana

b. Sanksinya pidana penjara 7 tahun

Percobaan penganiayaan biasa (ayat 5) tidak dipidana.

Penganiayaan Ringan (Pasal 352), unsurnya :

a. Sengaja

b. Perbuatan

c. Akibat : luka ringan, bukan penganiayaan ringan berencana, bukan terhadap orang-

orang tertentu, tidak timbulkan penyakit yang halangi bekerja.

Percobaan Ringan : tidak dipidana.

Penganiayaan Berencana (Pasal 353)

Rencana : saat waktu untuk menimbang

Doktrin :

- Rencana atau perbuatan oleh pelaku dalam kondisi sehat batin tenang

- Ada tenggang waktu antara pengambilan putusan dengan pelaksanaan perbuatan

Page 13: Tugas Akhir Hukum Pidana

Berakibat luka berat dan kematian, merupakan faktor pemberat pidana. Ada rencana :

faktor pemberat pidana.

Penganiayaan Berat (Pasal 354)

Timbulnya luka berat pada korban sudah menjadi niat dari si pelaku tetapi tanpa

rencana. Unsurnya :

a. Sengaja

b. Perbuatan berakibat luka berat

c. Berakibat luka berat

Sengaja ditujukan pada perbuatan dan luka berat. Akibat kematian, merupakan faktor

Pemberat.

penganiayaan berat berencana (Pasal 355)

Bedanya dengan penganiayaan berat, penganiayaan ini dilakukan dengan rencana

terlebih

dahulu. Unsurnya :

a. Rencana

b. Sengaja

c. Perbuatan

d. Berakibat luka berat

Perbuatan dengan akibat luka berat terjadi bersamaan. Berakibat kematian, merupakan

faktor pemberat pidana.

Penganiayaan Terhadap orang-orang tertentu, dengan cara-cara tertentu (Pasal 356)

- Terhadap bapak, ibu, istri, anak.

- Pejabat yang sedang bertugas ex : menghalang-halangi penyidik melakukan

penggeledahan. Tidak hanya menghalangi tetapi juga melakukan penganiayaan.

Page 14: Tugas Akhir Hukum Pidana

- Dengan memberi bahan berbahaya bagi kesehatan dan nyawa.

Apabila perbuatan Pasal 352-355 terhadap orang-orang diatas, pidana ditambah 1/3.

Daluarsa

- Pasal 78 KUHP

1. Pelanggaran dan kejahatan percetakan : sesudah 1 tahun

2. Kejahatan diancam pidana denda, kurungan atau penjara maksimum 3

tahun : sesudah 6 tahun

3. Kejahatan yang diancam pidana penjara lebih dari 3 tahun : sesudah 12 tahun

4. Kejahatan yang diancam pidana penjara seumur hidup atau pidana mati :

sesudah 18 tahun

5. Bagi pelaku yang belum berumur 18 tahun, pidana pokoknya dikurangi 1/3.

Ex : penganiayaan (Ps 351) dilakukan oleh orang berumur 17 tahun, maksimal

pidananya 3 tahun. Daluarsanya 6 tahun, maka 6 tahun dikurangi 1/3 menjadi

2 tahun.

6. Ada tindak pidana yang tidak termakan daluarsa pasal 51 (pelanggaran

HAM yang berat)

Penyelesaian di luar acara

Sering dikenal dengan lembaga hukum penebusan (afkoop) atau lembaga hukum

perdamaian (schikking).

Pasal 82 KUHP (Mekanisme) ketiga syarat yang harus dipenuhi.

1. Perkara pelanggaran yang diancam pidana denda secara tunggal.

2. Pembayaran denda harus sebanyak maksimum ancaman pidana denda serta biaya

lainnya.

3. Harus bersifat sukarela atas inisiatif terdakwa sendiri yang sudah cukup umur.

Page 15: Tugas Akhir Hukum Pidana

Tidak adanya pengaduan

Berlaku dalam delik aduan delik aduan absolut dan delik aduan relatif.

- Delik aduan absolut tentang perxinahan.

- Delik aduan relatif adalah delik biasa. tumbuh di lingkup keluarga, maka statusnya

atau sifatnya diganti dengan delik aduan relatif. Delik ini umumnya menyangkut

harta benda. Penggelapan dlm keluarga, penipuan dlm keluarga (394 KUHP),

perusakan barang (411 KUHP). KDRT yang dilakukan oleh suamu terhadap istri atau

sebaliknya berubah menjadi delik aduan. Dalam delik ini penuntutan dilakukan

terhadap orang-orangnya.

- Yang berhak mengadu korban yang terkena delik. Tetapi dalam KUHP ada

pengecualiannya :

1. Yang bersangkutan belum 16 tahun atau belum cukup umur atau dibawah

pengampuan.

2. Yang bersangkutan meninggal dunia

- Tenggang waktu pengaduan :

1. Pengajuan 6 bulan dan 9 bulan

2. Penarikan kembali 3 bulan setelah pengajuan

Ketentuan Khusus

- Perzinahan (Pasal 284 KUHP)

1. Yang berhak mengadu : suami/istri yang tercemar.

2. Penarikan pengaduan : dapat dilakukan sewaktu-waktu, selama pemeriksaan

sidang belum dimulai.

- Melarikan Wanita (Pasal 332 KUHP)

Page 16: Tugas Akhir Hukum Pidana

1. Belum cukup umur : wanita yang bersangkutan atau orang yang harus

memberi izin bila wanita itu kawin.

2. Sudah cukup umur : wanita ybs atau suaminya

APP di luar KUHP

Abolisi dan Amnesti

Abolisi pernyataan presiden terhadap orang tertentu atau kelompok orang tertentu yang

menjadi terdakwa untuk dihapuskan penuntutan sebelum ada putusan pengadilan. Diajukan

ke DPR.

Amnesti pernyataan presiden terhadap semua terdakwa dan terpidana baik yang dikenal

maupun yang tidak dikenal untuk dihapuskan penuntutan dan pelaksanaan putusan pidana

serta semua akibat hukumnya. Diajukan ke DPR.

Landasan hukum perubahan pertama UUDNRI tahun 1945 dan UU Darurat No 11 tahun

1954.

Alasan Penghapus Pelaksanaan Pidana

- Di dalam KUHP

1. Terpidana meninggal dunia KUHP berpendirian bahwa yang dapat menjadi

subyek hukum hanyalah “orang” dan pertanggung jawaban bersifat pribadi.

Meninggalnya terdakwa menyebabkan hapusnya pelaksanaan pidananya.

2. Daluarsa tenggang waktu daluarsa :

a. Semua pelanggaran : sesudah 2 tahun

b. Kejahatan percetakan : sesudah 5 tahun

c. Kejahatan lainnya : sama dengan daluarsa penuntutan ditambah

sepertiga

Pelaksanaan pidana mati : tidak ada daluarsanya.

Page 17: Tugas Akhir Hukum Pidana

Daluarsa dihitung mulai pada keesokan harinya sesudah putusan hakim dapat

Dijalankan. Daluarsa terpidana yang melarikan diri dihitung pada keesokan

harinya setelah melarikan diri.

- Di luar KUHP Amnesti dan Grasi

Grasi : pengampunan dari presiden berupa perubahan, peringanan, pengurangan

atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana. Grasi diprioritaskan bagi

terpidana yang tua renta atau yang masih anak-anak. Tidak semua putusan dapat

dimintakan grasi. Yang boleh mengajukan grasi adalah orang-orang yang divonis

hukuman mati, pidana seumur hidup dan pidana penjara min 2 tahun. Bisa diajukan

lebih dari 1x.

Landasan Hukum : perubahan pertama UUDNRI 1945, UU darurat no 11 tahun 1954

dan UU no 22 tahun 2002 jo UU no 5 tahun 2010.