tugas akhir filsafat hukum (nenek minah)

26
MENILIK KEADILAN PADA KASUS NENEK MINAH PENCURI 3 BUAH KAKAO TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM Oleh: TRI AGUSTINA RAHAYU PROGRAM MAGISTER HUKUM PASCA SARJANA 1

Upload: tri-agustina-rahayu

Post on 05-Dec-2014

403 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

menilik keadilan dalam kasus nenek minah

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

MENILIK KEADILAN PADA KASUS

NENEK MINAH PENCURI 3 BUAH

KAKAO

TUGAS MATA KULIAHFILSAFAT HUKUM

Oleh:TRI AGUSTINA RAHAYU

PROGRAM MAGISTER HUKUMPASCA SARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONALVETERAN JAKARTA

2013

1

Page 2: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .....................................................................................................1

DAFTAR ISI...............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG MASALAHAAN....................................................3

1.2 RUMUSAN PERMASALAHAAN.............................................................4

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN...............................................4

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN....................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................6

2.1 TEORI KEADILAN ARISTOTELES.........................................................6

2.2 TEORI KEADILAN JOHN RAWLS..........................................................7

2.3 TEORI KEADILAN HANS KELSEN........................................................8

2.4 TEORI KEADILAN PLATO......................................................................8

BAB III PEMBAHASAN MASALAH...................................................................11

BAB IV PENUTUP.................................................................................................16

4.1 KESIMPULAN..........................................................................................16

4.2 SARAN......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18

2

Page 3: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap manusia pasti menginginkan keadilan di dalam kehidupannya,

baik secara ekonomi, sosial maupun hukum. Namun keadilan sendiri juga

mengalami perdebatan. Perdebatan tentang keadilan seakan tidak kunjung

berakhir. Perdebatan ini sudah dimulai sejak zaman yunani kuno bahkan

sampai sekarang. Belum ada kesamaan perumusan dari para pakar tentang

keadilan. Sehingga keadilan itu dianggap relative. Adil menurut seorang

belum tentu adil menurut orang lain.

Perdebatan yang sama terjadi di Indonesia. Akhir-akhir ini banyak

kasus hukum yang mengganggu rasa keadilan masyarakat. Kasus Nenek

Minah yang dituduk mencuri 2 buah kakao, kasus pencurian semangka,

kasus seorang buruh pabrik yang dituduh mencuri sandal jepit, kasus

seorang anak yang mencuri pulsa. Kasus-kasus ini dianggap sangat

merugikan atau merusak rasa keadilan dalam masyarakat Indonesia.

Perilaku aparat penegak hukum yang membawa kasus nenek minah yang

miskin ke meja hijau menyulut kemarahan publik. Publik pantas marah

mengingat banyak koruptor yang mencuri uang rakyat tapi dibiarkan

berkeliaran bebas. Di sinilah letak “keadilan” masyarakat.

Keadilan menurut masyarakat ini sangat subtantif. Namun bagi orang

yang berpahan procedural dan positifil, tuntutan masyarakat ini tidak adil.

Kalau orang terbukti mencuri harus dihukum sesuai dengan hukum yang

berlaku. Apabila ini yang terjadi, maka inilah yang oleh kaum posistivis

sebagai keadilan. Akan tetapi, bukankah keadilan yang subtantif ini yang

lebih penting?. Tujuan hukum adalah agar terciptanya keadilan dalam

masyarakat. Keadilan itu sendiri harus memenuhi dua syarat yaitu asas

kepastian hukum dan kemanfaatan.

3

Page 4: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

Dalam makalah ini, penulis tertarik untuk menganalisis sisi keadilan

dari kisah Nenek minah.

1.2. RUMUSAN PERMASALAHAN

Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai keadilan dalam

kasus Nenek Minah pencuri 3 buah kakao. Bagaimana keadilan kasus

Nenek Minah jika dilihat dari sisi tujuan hukum (keadikan), dilihat dari

sisi hakim sekaligus pengambil keputusan, dan terakhir dilihat dari sisi

moralitas.

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Makalah ini memiliki manfaat untuk dapat dijadikan referensi ilmiah

mengenai teori keadilan menurut para ahli. Tujuan makalah ini sendiri

adalah untuk melihat sisi keadilan dibalik kasus Nenek Minah pencuri 3

buah kakao.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan permasalahan,

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi data hasil tinjauan kepustakaan dan literatur

yang terkait teori keadilan antara lain teori keadilan menurut

Aristoteles, John Rawls, Hans Kelsen, dan Pluto serta asas dari

keadilan itu sendiri.

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

Bab ini berisi pembahasan kasus Nenek Minah pencuri 3

buah kakao dan menganalisis sisi keadilan dari kasus tersebut.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah

dilakukan sehingga diharapkan hasil pembahasan dapat

4

Page 5: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

memberikan saran bagi kasus-kasus serupa yang ada di

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

5

Page 6: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

BAB II

LANDASAN TEORI

Banyak sekali pendapat dari para ahli tentang teori keadilan. Namun dalam

bab ini, penulis hanya akan menjabarkan mengenai teori keadilan menurut

Aristoteles, John Rawls, Plato dan Hans Kelsen.

2.1. TEORI KEADILAN ARISTOTELES

Berdasarkan filsafat hukumnya, Aristoteles berpendapat bahwa

“Hukum hanya dapat ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan”.

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan harus dipahami dalam pengertian

kesamaan. Kesamaan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Kesamaan numerik

Kesamaan ini mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit.

Kesamaan ini juga dianut oleh Negara Indonesia yaitu terdapat dalam

pasal 27 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “Segala

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya”.

2. Kesamaan proporsional

Kesamaan ini memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai

dengan kemampuannya, prestasinya, dan sebagainya.

Aristoteles membagi keadilan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Keadilan distributif

Keadilan yang memberikan kepada tiap orang menurut prestasinya.

2. Keadilan komutatif

Keadilan yang memberikan sama banyaknya tanpa membedakan

prestasinya. Keadilan ini berkaitan dengan peranan tukar menukar

barang dan jasa. Contoh dari keadilan ini adalah sistem barter yang

diterapkan pada jaman dulu.

6

Page 7: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

2.2. TEORI KEADILAN JOHN RAWLS

John Rawls dalam bukunya a theory of justice menjelaskan teori

keadilan sosial sebagai the difference principle dan the principle of fair

equality of opportunity. Inti the difference principle, adalah bahwa

perbedaan sosial dan ekonomis harus diatur agar memberikan manfaat

yang paling besar bagi mereka yang paling kurang beruntung.

Menurut Rawls, situasi ketidaksamaan harus diberikan sebuah aturan

sehingga menguntungkan golongan masyarakat yang paling lemah. Hal ini

terjadi jika dua syarat dipenuhi, yaitu:

1. Situasi ketidaksamaan menjamin maximum minimorum bagi golongan

orang yang paling lemah. Artinya situasi masyarakat harus sedemikian

rupa sehingga dihasilkan untung yang paling tinggi yang mungkin

dihasilkan bagi golongan orang-orang kecil.

2. Ketidaksamaan diikat pada jabatan-jabatan yang terbuka bagi semua

orang. Maksudnya supaya kepada semua orang diberikan peluang yang

sama besar dalam hidup. Berdasarkan pedoman ini semua perbedaan

antara orang berdasarkan ras, kulit, agama dan perbedaan lain yang

bersifat primordial, harus ditolak.

John Rawls juga mengemukakan bahwa penegakan keadilan yang

berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan dua prinsip keadilan,

yaitu:

1. Memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang

paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang.

2. Mampu mengatur kembali kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi

sehingga dapat memberi keuntungan yang bersifat timbal balik

(reciprocal benefits) bagi setiap orang, baik mereka yang berasal dari

kelompok beruntung maupun tidak beruntung.

Setiap keadilan pasti ada tujuannya. John Rawls mendeskripsikan

bahwa keadilan sosial harus diperjuangkan untuk dua hal:

7

Page 8: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

1. Melakukan koreksi dan perbaikan terhadap kondisi ketimpangan yang

dialami kaum lemah dengan menghadirkan institusi-institusi sosial,

ekonomi, dan politik yang memberdayakan.

2. Setiap aturan harus memosisikan diri sebagai pemandu untuk

mengembangkan kebijakan-kebijakan untuk mengoreksi ketidak-

adilan yang dialami kaum lemah.

2.3. TEORI KEADILAN HANS KELSEN

Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and state

berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan sosial yang dapat dinyatakan

adil apabila dapat mengatur perbuatan manusia dengan cara yang

memuaskan sehingga dapat menemukan kebahagiaan didalamnya.

Pandangan Hans Kelsen ini pandangan yang bersifat positifisme, nilai-

nilai keadilan individu dapat diketahui dengan aturan-aturan hukum yang

mengakomodir nilai-nialai umum, namun tetap pemenuhan rasa keadilan

dan kebahagian diperuntukan tiap individu. Keadilan menurut Hans

Kelsen merupakan keadilan yang bersifat subyektif.

2.4. TEORI KEADILAN PLATO

Plato berpendapat bahwa keadilan adalah diluar kemampuan manusia

biasa. Sumber ketidakadilan adalah adanya perubahan dalam masyarakat.

Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang harus dipertahankan,

yaitu:

1. Pemilihan kelas-kelas yang tegas; misalnya kelas penguasa yang diisi

oleh para penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara

tegas dengan domba manusia.

2. Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya; perhatian

khusus terhadap kelas ini dan persatuannya; dan kepatuhan pada

persatuannya, aturan-aturan yang rigid bagi pemeliharaan dan

pendidikan kelas ini, dan pengawasan yang ketat serta kolektivisasi

kepentingan-kepentingan anggotanya.

8

Page 9: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

Tugas untuk mewujudkan keadilan masyarakat adalah tugas Negara.

Keadilan bukan mengenai hubungan antara individu melainkan hubungan

individu dan Negara. Plato mengungkapkan bahwa yang memimpin

Negara seharusnya manusia super yaitu the king of philosopher.

Dari pendapat para ahli diatas dapat diambil benang merah bahwa keadilan itu

bersifat relatif. Dalam hal ini, Plato berpendapat bahwa keadilan adalah diluar

kemampuan manusia biasa yang artinya manusia tidak akan bisa memberikan

keadilan bagi semua orang karena adil menurut sebagian orang belum tentu adil

bagi sebagian orang lainnya. Namun Aristoteles, John Rawls, Hans Kelsen, dan

Plato sependapat bahwa keadilan harus ditegakan untuk memenuhi kebahagiaan

didalamnya.

Keadilan erat kaitannya dengan keuntungan dimana keuntungan itu sendiri

erat kaitannya dengan manfaat ekonomis, mengacu pada prinsip the difference

principle oleh John Rawls yaitu keadilan harus memberikan manfaat yang paling

besar bagi mereka yang paling kurang beruntung. Prinsip the difference principle

ini juga berkaitan dengan keadilan substantif yaitu keadilan yang melihat kepada

rasa keadilan masyarakat. Dalam perkembangan hukum Indonesian, hakim

seharusnya tidak sepenuhnya berpegangan pada keadilan prosedural yang melihat

keadilan menurut pasal dalam Undang-undang melainkan juga harus melihat

keadilan secara substantif karena keadilan itu sendiri dapat terjadi jika memenuhi

dua syarat yaitu kepastian hukum yang terdapat dalam keadilan prosedural dan

kemanfaatan yang terdapat dalam keadilan substantif.

Azas kemanfaatan dalam suatu keadilan dapat melihat pendapat J. Bentham

yaitu “By utility is meant that property in any object, whereby it tends to produce

benefit, advantage, pleasure, good, or happiness, (all this in the present case

comes to the same thing) or (what comes again to the same thing) to prevent the

happening of mischief, pain, evil, or unhappiness to the party whose interest is

considered: if that party be the community in general, then the happiness of the

community: if a particular individual, then the happiness of that individual” yang

berarti Utilitas berarti apapun yang ada pada sebuah object, di maksudkan untuk

9

Page 10: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

menghasilkan manfaat, keuntungan, kesenangan, kebaikan, dan kebahagiaan, serta

untuk mencegah terjadinya ketidakmanfaatan, kerugian, kejahatan, dan kerugian

secara komunitas/masyarakat ataupun perseorangan.

Jadi, keadilan dalam hukum bukan hanya untuk menegakan hukum itu sendiri

atau untuk mencari kepastian hukum melainkan juga harus memperhatikan azas

kemanfaatan yaitu keadilan yang memberikan manfaat, keuntungan, kesenangan,

kebaikan, dan kebahagiaan, serta untuk mencegah terjadinya ketidakmanfaatan,

kerugian, kejahatan, dan kerugian secara komunitas/masyarakat ataupun

perseorangan.

10

Page 11: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

Pada tahun 2009 ada kasus yang cukup menarik perhatian masyarakat yaitu

kasus pencurian 3 buah kakao di perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA)

yang dilakukan oleh Nenek Minah yang berusia 55 tahun. Kejadian ini bermula

Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah kakao

yang sudah ranum. Dari sekadar memandang, Minah kemudian memetiknya

untuk disemai sebagai bibit di tanah garapannya. Setelah dipetik, 3 buah kakao itu

tidak disembunyikan melainkan digeletakkan begitu saja di bawah pohon kakao.

Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA.

Mandor itu pun bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos,

Minah mengaku hal itu perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa tindakan itu

tidak boleh dilakukan karena sama saja mencuri. Sadar perbuatannya salah, Minah

meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. 3

Buah kakao yang dipetiknya pun dia serahkan kepada mandor tersebut. Minah

berpikir semua beres dan dia kembali bekerja. Namun dugaanya meleset.

Peristiwa kecil itu ternyata berbuntut panjang. Sebab seminggu kemudian dia

mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum terus berlanjut sampai

akhirnya dia harus duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan

Negeri (PN) Purwokerto.

Muslih Bambang Luqmono SH menjatuhi hukuman 1 bulan 15 hari penjara

untuk kasus Minah tersebut. Muslih selaku pimpinan majelis hakim pun merasa

agak ragu terhadap putusan yang diambil dan dia merasa bahwa kasus ini sudah

melukai banyak orang. Dari kasus ini, penulis melakukan analisis dengan melihat

kasus tersebut dari sisi keadilan, penulis membagi menjadi tiga, yaitu:

1. Dilihat dari tujuan hukum itu sendiri

Hukum itu bukan hanya dilihat dari pasal per pasal, namun juga harus

dipahami tujuan dari hukum itu sendiri. Salah satu tujuan hukum adalah

menegakan keadilan. Keadilan dapat terjadi jika memenuhi dua syarat yaitu

11

Page 12: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

kepastian hukum dan kesebandingan/ kemanfaatan. Berdasarkan tinjauan

yuridis terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto No.

247/PID.B/2009/PN.PWT terhadap kasus Nenek Minah, putusan tersebut

diambil berdasarkan 3 norma:

a. Normatif

Secara normatif, terdakwa secara sah dan menyakinkan melanggar pasal

362 KUHP yaitu melakukan tindak pidana pencurian berupa 3 buah kakao

yang nilainya secara relatif sangat kecil.

b. Sosiologis

Secara sosiologis, terdakwa sudah lanjut usia dan termasuk orang miskin.

Terdakwa mengambil 3 buah kakao dengan maksud untuk dijadikan benih

untuk ditanam. Selain itu terdakwah kooperatif dalam persidangan dan

menghadiri persidangan berkali-kali dari awal hingga akhir

c. Filosofis

Secara filosofis, tidak tepat seumuran terdakwa harus menjalani pidana

penjara di lembaga permasyarakatan dan secara kerugiannya tidak

sebanding dengan kerugian atas perbuatannya.

Dari putusan tersebut, majelis hakim telah mengambil putusan yang cukup

bijak baik bagi terdakwa maupun pelapor. Namun membawa kasus Nenek

Minah ke proses hukum dan penjatuhan sanksi seperti putusan pengadilan

sangat tidak adil. Seperti diketahui, Nenek minah diproses hukum layaknya

seorang penjahat kelas berat, seperti koruptor, pengedar narkoba, dll. Secara

leterlek, Nenek minah memang terbukti melakukan pencurian. Apabila

melakukan pencurian ya tentu dihukum. Namun, ada pertimbangan keadilan

di sini. Usia lansia, kondisi ekonomi (lihat teori-teori diatas), dan jumlah

kerugian akibat perbuatan Nenek minah. Penyidik dan Jaksa Penentun Umum

(PU) dalam kasus ini menerapkan UU secara kaku. Pasal 364 KUHP

memberikan batasan mengenai tindak pidana ringan apabila barang yang

dicuri nilainya tidak lebih dari Rp 250. Kalau melihat angka rupiah dalam

pasal ini, pencurian yang dilakukan Nenek minah memang tidak termasuk

12

Page 13: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

dalam pencurian ringan, sehingga dikenakan Pasal Pencurian dalam Pasal 362

KUHP yang ancaman hukumannya maksimal 5 tahun. Dengan pasal kaku ini,

penyidik dan PU memproses kasus Nenek Minah di depan majelis hakim.

Sekali lagi, ini tidak adil dan aparat penegak hukum sangat kaku dan positivis.

Angka Rp 250 sudah disesuaikan oleh pemerintah melalui Peraturan

perundang-undangan Nomor 16 dan Nomor 18 Tahun 1960. Kedua perpu

tersebut (yang kemudian disahkan menjadi UU) mewajibkan aparat penegak

hukum menyesuaikan kembali jumlah-jumlah uang yang ada dalam KUHP

dengan nilai mata uang sesuai dengan perkembangan zaman, baik karena

inflasi, deflasi, atau karena hal lain. Apabila disesuaikan dengan nilai yang

sekarang, maka seharusnya kasus Nenek minah ini termasuk tindak pidana

ringan. Untuk kasus tindak pidana ringan ini KUHAP menyediakan hukum

acara yang berbeda yang sederhana dan cepat yang menguntungkan negara

dan pelaku. Hal ini diatur dalam Bab XVI bagian keenam Paragraf kesatu

KUHAP, pasal 205 sampai dengan pasal 2010. Dengan acara cepat tersebut

sidang dapat dilakukan tanpa JPU, persidangan dilakukan dengan hakim

tunggal, dan putusan tidak harus dibuat cukup dicatatkan dalam data perkara.

Inti ketidakadilan dalam konteks ini, kasus Nenek minah tidak diproses secara

cepat, tetapi malah diproses secara biasa layaknya mengadili penjahat kelas

berat seperti koruptor, pengedar narkoba, dan pembunuh. Hal inilah yang

dimaksudkan kesamaan yang proporsional menurut Aristoteles. Menurut

Aristoteles, setiap orang harus diberi apa yang menjadi haknya sesuai dengan

kemampuannya, prestasinya, dan sebagainya. Proses hukum terhadap kasus

Nenek Minah harus diterapkan secara proporsional. Nenek Minak tidak bisa

disamakan dengan para koruptor, pengedar narkoba, dan penjahat lainnya.

Kasus nenek minah seharusnya ditangani dengan cara cepat seperti yang

dijelaskan dalam makalah ini.

13

Page 14: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

2. Dilihat dari sisi hakim sebagai pengambil keputusan

Dalam kasus tersebut sebenarnya majelis hakim agak ragu dengan putusan

yang diberikan kepada Nenek Minah. Untuk menghilangkan keragu-

raguannya, hakim dapat berpegangan pada dua hal yaitu:

a. Azas In Dubio Pro Reo yaitu azas yang menyatakan apabila hakim ragu

mengenai kesalahan terdakwa, hakim harus menjatuhkan putusan yang

menguntungkan bagi terdakwa.

b. Restorative justice merupakan langkah hukum progresif yang dilakukan

aparat hukum khususnya hakim dalam rangka menyeimbangkan

penerapan undang-undang (kepastian hukum) dengan kepentingan

masyarakat (keadilan dan kemanfaatan) dan bukan untuk menghukum

masyarakat.

3. Dilihat dari sisis moral

Dari kasus ini, tidak salah jika kita berpendapat bahwa Negara ini adalah

Negara yang berorientasi pada uang dan kekuasaan dimana sesorang yang

memiliki uang atau kekuasaan dapat mendapatkan previllage dalam hukum.

Mari kita lihat kasus yang belakangan ini terjadi yaitu kasus Rasyid Rajasa.

Dalam kasus tersebut hakim, korban, dan terdakwa memilih menggunakan

Restorative justice atau menggunakan cara damai untuk menyelesaikan

masalah tersebut. Mengapa dalam kasus Nenek Minah, sang korban dan

hakim tidak mau menggunakan Restorative justice? Apakah karena

Restorative justice hanya untuk orang-orang yang mempunyai uang/

kekuasaan? Dalam hal ini, penulis menyerahkan pendapat kepada para

pembaca.

Dilihat dari sisi moralnya juga, seharusnya Nenek Minah yang berumur 55

tahun tidak perlu menempuh jarak sejauh 30 km untuk sampai ke tempat

sidang jika permasalahan ini dapat diselesaikan secara damai/ Restorative

justice.

Dalam agama islam, ada cerita yang cukup terkenal dan cerita ini juga

berkaitan dengan restorative justice yaitu cerita Khalifah Umar bin Khattab.

Dahulu Khalifah Umar bin Khattab mengadili pencuri yang akan dipotong

14

Page 15: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

tangannya, lalu beliau bertanya, 'Kenapa Anda mencuri?' Si pencuri beralasan

karena untuk makan. Lalu, Umar membebaskan si pencuri itu. Bahkan, si

pencuri dibekali sesuatu agar dia tetap bisa makan. Dalam masa kekhalifahan

Umar mungkin belum ada Restorative justice, namun dengan menggunakan

hati nurani dan logika Khalifah Umar bin Khattab mengambil keputusan ini.

Perbuatan Khalifah Umar bin Khattab dapat menjadi contoh bagi penegak

hukum di Indonesia untuk mengambil suatu putusan dan juga tentu dengan

melihat peraturan-peraturan yang berlaku.

Dari kasus ini akan menambah rasa kepercayaan masyarakat bahwa keadilan

bukan milik rakyat kecil melainkan orang-orang besar yang memiliki harta

dan kekuasaan. Paradigm ini akan membuat masyarakat semakin tidak

percaya terhadap penegakan hukum yang ada Indonesia.

15

Page 16: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Putusan dalam kasus Nenek Minah dirasa sudah memenuhi asas

kepastian hukum dan kemanfaatan, karena walau nenek minah dihukum

selama 1 bulan 15 hari namun Nenek Minah tidak perlu dipenjara. Namun

tetap saja ada solusi yang terbaik bagi kasus ini yaitu dengan menerapkan

restorative justice yaitu penyelesaian secara damai tanpa harus pergi ke

meja hijau.

Selain itu hukuman yang diberikan oleh Nenek Minah tidak

memenuhi asas kemanfaatan seperti yang diungkapkan J. Bentham yaitu

“By utility is meant that property in any object, whereby it tends to

produce benefit, advantage, pleasure, good, or happiness, (all this in the

present case comes to the same thing) or (what comes again to the same

thing) to prevent the happening of mischief, pain, evil, or unhappiness to

the party whose interest is considered: if that party be the community in

general, then the happiness of the community: if a particular individual,

then the happiness of that individual”. Prinsip ini dapat dijadikan pedoman

bagi majelis hakim bahwa untuk menciptakan keadilan melalui hukum

harus memenuhi asas kemanfaatan ini pula, sehingga keadilan dapat

tercipta terutama untuk orang yang kurang beruntung seperti Nenek

Minah.

4.2. Saran

Hakim sebagai penentu hukum dalam suatu pengambilan haruslah

bersikap bijak agar tidak luput dari hak-hak para korban maupun

tersangka. Semakin berkembangnya hukum Indonesia, seharusnya hakim

tidak hanya melihat keadilan sebagai keadilan prosedural melainkan juga

16

Page 17: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

melihat keadilan sebagai keadilan substantif sehingga asas kepastian

hukum dan kemanfaatan dalam keadilan dapat tercapai keduanya.

Hakim haruslah membuat keputusan secara adil. Oleh karena itu,

hakim haruslah menggunakan asas-asas dibawah ini:

1. Unus Testis Nullus Testis yaitu hakim harus melihat suatu persoalan

secara objektif dan mempercayai keterangan saksi minimal dua orang,

dengan keterangan yang tidak saling kontradiksi. Atau juga,

keterangan saksi yang hanya satu orang terhadap suatu kasus, tidak

dapat dinilai sebagai saksi.

2. Audit et Atteram Partem yaitu hakim haruslah mendengarkan para

pihak secara seimbang sebelum menjatuhkan putusannya.

3. Azas In Dubio Pro Reo yaitu azas yang menyatakan apabila hakim

ragu mengenai kesalahan terdakwa, hakim harus menjatuhkan putusan

yang menguntungkan bagi terdakwa.

17

Page 18: Tugas Akhir Filsafat Hukum (Nenek Minah)

DAFTAR PUSTAKA

Fanani, Ahmad Zaenal. 2008. Teori Keadilan dalam Perspektif Filsafat

Hukum dan Islam. Program Doktor Ilmu Hukum, UII Yogyakarta.

Friedrich, Carl Joachim. 2004. Filsafat Hukum Perspektif Historis.

Bandung: Nuansa dan Nusamedia.

Kelsen, Hans. 2011.  General Theory of Law and State, diterjemahkan

oleh Rasisul Muttaqien, Bandung: Nusa Media.

Rawls, John. 2011. Teori Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

http://news.detik.com/read/2009/11/19/152435/1244955/10/mencuri-3-

buah-kakao-Nenek-minah-dihukum-1-bulan-15-hari diakses tanggal 2

April 2013 pukul 09.35

http://hukum.kompasiana.com/2012/01/08/kasus-sandal-jepit-dan-buah-

kakao-ketidakadilan-bagi-masyarakat-kecil-425813.html diakses tanggal 3

April 2013 pukul 14.33

18