tugas akhir evaluasi dan perbandingan …
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
EVALUASI DAN PERBANDINGAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
PADAT RUMAH SAKIT MILIK PEMERINTAH DAN RUMAH SAKIT
SWASTA DI KOTA MAKASSAR
Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada
Departemen Teknik Lingkungan
VONNY CHRISTINE PALALLO
D121 13 315
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
lindungannya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian dengan
judul “Evaluasi dan Perbandingan Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah
Sakit Milik Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta di Kota Makassar”,sebagai
salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Ucapan terima kasih yang tak tergambarkan penulis ucapkan kepada
Ayahanda Risa Palallo dan Ibunda Agustina Ma’guling serta adikku Vera dan
Kevin untuk kasih sayang, perhatian, doa dan dukungannya.
Keberhasilan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan
dukungan semua pihak terkait. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ing. Ir Wahyu H. Piarah, MS. ME, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M. T, selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Dr. Eng. Irwan Ridwan Rahim, ST., MT, selaku Kepala Riset Sanitasi
dan Persampahan Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
5. Bapak Dr. Eng. Ibrahim Djamaluddin, S.T., M.Eng. ,selaku dosen
pembimbing I, dan Bapak Ir. Achmad Sumakin, S.T.,M.T., selaku dosen
pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktunya memberikan
bimbingan dan pengarahan mulai dari awal hingga selesainya penulisan Tugas
Akhir ini.
6. Seluruh dosen, staf dan karyawan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin yang telah membantu selama penulis menempuh perkuliahan.
iv
7. Obed Nego Patabang, Am.d,ATT-III, yang telah mendukung dan membantu
saya mulai dari pengambilan sampel hingga selesainya penulisan Tugas Akhir
ini.
8. Seluruh “Saranger’s” yaitu Eva, Widi, Mir’ah, Ica’, Ega, Dillah, Riska, Nute,
Hanggi, Mahas, Indah, Nadia, Yesmi dan Lanti yang selama ini menjadi
tempat berbagi susah dan senang selama masa kuliah.
9. Saudara-saudariku Portal 2014 yang telah memberikan banyak warna dalam
hidup.
10. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2013 terkusus kepada
Rahayu Utami, S.T yang telah banyak membantu dan memberikan semangat
dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Dan kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih atas setiap bantuan
dan doa yang diberikan. Semoga Tuhan berkenan membalas kebaikan kalian
semua.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun, penulis berharap tugas akhir ini memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
melengkapi segala kekurangan dan keterbatasan dalam pengusunan tugas akhir
ini. Akhir kata semoga tugas akhir ini memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
Gowa, September 2017
Penulis,
Vonny Christine Palallo
D121 13 315
v
EVALUASI DAN PERBANDINGAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
RUMAH SAKIT MILIK PEMERINTAH DAN RUMAH SAKIT SWASTA
DI KOTA MAKASSAR
Ibrahim Djamaluddin¹, Akhmad Sumakin², Vonny Christine Palallo³
¹Dosen Pengajar Departemen Teknik Lingkungan,
Universitas Hasanuddin
²Dosen Pengajar Departemen Teknik Lingkungan,
Universitas Hasanuddin
³Mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan,
Universitas Hasanuddin
Abstrak:Rumah Sakit Milik Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta yang menjadi tempat penelitian
ini merupakan rumah sakit dengan klasifikasi tipe B, yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta sebagai tempat pendidikan bagi tenaga kerja kesehatan dan penelitian merupakan
salah satu sumber penghasil limbah medis. Berdasarkan pengamatan, pengelolaan limbah medis
pada Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y di Kota Makassar belum
sepenuhnya sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada tiga karateristik limbah Rumah Sakit Pemerintah X yaitu infeksius, benda
tajam dan patologis. Sedangkan Rumah Sakit Swasta Y ada empat yaitu infeksius, benda tajam,
patologis dan sitoksis. Jumlah limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X adalah 0,16 kg / pasien per
hari. Sedangkan timbulan limbah Rumah Sakit Swasta Y adalah 0,13 kg / pasien per hari. Rumah
Sakit Milik Pemerintah memusnahkan limbahnya dengan menggunakan insenerator sedangkan
Rumah Sakit Swasta menyerahkan limbahnya kepada pihak ketiga. Hasil evaluasi kesesuaian
pengelolaan limbah medis padat pada kedua rumah sakit ini menunjukkan bahwa, Rumah Sakit
Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y telah melakukan minimisasi limbah sesuai dengan
Kepmenkes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004. Namun utuk pewadahan, pengangkutan,
penampungan limbah dan pemusnahan limbah, belum sepenuhnya sesuai dengan Kepmenkes RI
Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004.
Kata Kunci : Limbah medis, Rumah Sakit Milik Pemerintah, Rumah Sakit Swasta
Abstract:Government-owned hospitals and private hospitals where this research is a hospital with
a classification type B, which organizes the activities of the health service as well as a place of
education for the health workforce and research is one of the sources of medical waste generator.
Based on observations, medical waste management at a Government-owned Hospital X and Y
private hospital in Makassar city not yet fully correspond to Kepmenkes RI number:
1204/MENKES/SK/X/2004. The results showed that there are three Government Hospitals waste
characteristics X is infectious, sharps and pathological. Whereas private hospitals Y there are four
that is infectious, sharps, pathological and sitoksis. The results obtained are the average of waste
medic waste of Government-owned Hospitals waste X is 0.16 kg/patients /day and private hospital
waste was 0.13 kg/patients/day. Government-owned hospitals destroyed the reports using
insenerator while private hospitals submit reports to third parties. The results of the evaluation of
the suitability of medical solid waste management at both hospitals shows that hospital-owned
Private Hospital X and Y has done a minimization of waste in accordance with Kepmenkes RI
number: 1204/MENKES/SK/X/2004. But the container that is used, transport, shelter and the
destruction of sewage waste, not yet fully correspond to Kepmenkes RI number:
1204/MENKES/SK/X/2004.
Keywords: medical waste, the Government owned Hospital, private hospital
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Batasan Masalah 5
F. Sistematika Penelitian 5
BAB II. DAFTAR PUSTAKA
A. Rumah Sakit 7
1. Pengertian Rumah Sakit 7
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 7
3. Klasifikasi Rumah Sakit 8
B. Kategori dan Sumber Limbah Rumah Sakit 9
1. Limbah Medis Padat 10
2. Lombah Non Medis 13
C. Timbulan Limbah Rumah Sakit 14
D. Pengelolaan Limbah Medis Padat 14
1. Minimisasi Limbah 15
2. Pemilahan Limbah 18
3. Pengumpulan Limbah Medis 19
4. Pengangkutan Limbah Medis 19
5. Penampungan Limbah Medis 20
6. Pemusnahan Limbah Medis 21
7. Penyerahan Limbah Kepada Pihak Ketiga 21
vii
E. Teknologi Pengolahan dan Pembuangan Limbah Rumah Sakit 22
1. Insenerasi 22
2. Autoclaving 23
3. Desinfeksi dengan Bahan Kimia 23
4. Sanitary Landfill 24
F. Peraturan Pengelolaan Limbah Medis Padat 24
1. Persyaratan Pengelolaan Limbah Medis Padat 24
2. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Medis Padat 28
G. Dampak Negatif Limbah Medis 35
1. Resiko Terhadap Kesehatan Masyarakat 35
2. Resiko Terhadap Lingkungan 37
H. Keterkaitan Penelitian 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian 39
B. Kerangka Penelitian 39
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 42
1. Lokasi Penelitian 42
2. Waktu Penelitian 42
D. Variabel Penelitian 42
E. Pengumpulan Data 43
1. Pengumpulan Data Primer 43
2. Pengumpulan Data Sekunder 44
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data 45
1. Statistik Deskriptif 45
2. Statistik Induktif 46
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 47
1. Gambaran Umum Rumah Sakit Milik Pemerintah X 47
2. Gambaran Umum Rumah Sakit Swasta Y 50
B. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y 5
viii
C. Sumber dan Karateristik Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y 53
1. Sumber dan Jenis Limbah Medis padat Rumah Sakit Milik
Pemerintah X 53
2. Sumber dan Jenis Limbah Medis padat Rumah Sakit Milik Swasta
Y 59
D. Analisis Timbulan Limbah Medis 67
E. Analisis Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan
Rumah Sakit Swasta Y 74
1. Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik Pemerintah X 74
2. Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik Swasta Y 80
F. Administrasi Pengelolaan Limbah Oleh Pihak Ketiga 86
G. Evaluasi dan Perbandingan Kesesuaian Persyaratan dan Tata laksana
Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik Pemerintah dan
Rumah Sakit Swasta 86
1. Persyaratan Pengelolaan Limbah Medis Padat 86
2. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Medis Padat 89
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 94
B. Saran 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Metode Sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali 26
Tabel 2 Jenis pelabelan padawadah limbah medis padat 27
Tabel 3 Daftar sarana dan prasarana pengelolaan limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swsta Y 52
Tabel 4 Sumber dan jenis limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Milik
Pemerintah X 54
Tabel 5 Karateristik dan jumlah limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X 15
Tabel 6 Sumber dan jenis limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Swasta Y 60
Tabel 7 Karateristik dan jumlah limbah Rumah Sakit Swasta Y 62
Tabel 8 Berat timbulan limbah medis Sakit Milik Pemerintah X 68
Tabel 9 Berat timbulan limbah medis Sakit Swasta Y 69
Tabel 10 Berat timbulan Rumah Sakit Milik Pemerintah X berdasarkan
jumlah pasien 71
Tabel 10 Berat timbulan Rumah Sakit Swasta Y berdasarkan jumlah
pasien 71
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan Alir Metodologi Penelitian 41
Gambar 2 Presentase karateristik limbah medis Rumah Sakit Milik
Pemerintah X 57
Gambar 3 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X yang
tergolong limbah infeksius 57
Gambar 4 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X yang
tergolong limbah benda tajam 58 2
Gambar 5 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X yang
tergolong limbah patologis 59
Gambar 6 Presentase karateristik limbah medis Rumah Sakit Swasta Y 63
Gambar 7 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Swasta Y yang tergolong
limbah infeksius 63
Gambar 8 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Swasta Y yang tergolong
limbah benda tajam 64
Gambar 9 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Swasta Y yang tergolong limbah
patologis 65
Gambar 10 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Swasta Y yang tergolong
limbah sitoksis 65
Gambar 11 Grafik berat timbulan limbah medis yang dihasilkan per hari 70
Gambar 12 Grafik rata-rata timbulan limbah medis yang dihasilkan per
pasien per hari Rumah Sakit Milik Pemerintah X 72
Gambar 13 Grafik rata-rata timbulan limbah medis yang dihasilkan per
pasien per hari Rumah Sakit Swasta Y 73
Gambar 14 Skema pengelolaan limbah medis Rumah Sakit Pemerintah X
berdasarkan hasil observasi 75
Gambar 15 Wadah penampungan limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X 76
Gambar 16 Pengangkutan limbah medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X
dengan menggunakan troli 77
Gambar 17 Tempat penampungan sementara limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X 78
xi
Gambar 18 Insenerator dan Abu sisa pembakaran limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X 79
Gambar 19 Skema pengelolaan limbah medis Rumah Sakit Swasta Y
berdasarkan hasil observasi 81
Gambar 20 Wadah penampungan limbah Rumah Sakit Swasta Y 82
Gambar 21 Pengumpulan limbah medis Rumah Sakit Swasta Y 83
Gambar 22 Alat pengangkut limbah medis Rumah Sakit Swasta Y 83
Gambar 23 Tempat Penampungan Sementara Limbah Medis Rumah Sakit
swasta Y 84
Gambar 24 Pengemasan limbah medis Rumah Sakit Swasta Y oleh pihak
ketiga 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap,
pelayanan gawat darurat, pelayanan medis dan non medis. Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Hal ini
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Dilain pihak, rumah sakit juga dapat dikatakan sebagai pendonor limbah karena
buangannya berasal dari kegiatan medis maupun non-medis yang bersifat
berbahaya dan beracun (Paramita, 2007).
Limbah medis juga dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif, bila
tidak ditangani dengan baik akan berdampak bagi manusia, mahluk hidup, serta
lingkungan di sekitar rumah sakit. Hasil kajian terhadap 100 Rumah sakit di Jawa
dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per tempat
tidur per hari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah (limbah padat)
berupa limbah domestik sebesar 76,8% dan berupa infeksius sebesar 32,2%.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah limbah padat rumah sakit sebesar
376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari
gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi Rumah Sakit untuk
mencer-mari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta
penularan penyakit (Paramita, 2007).
2
Berdasarkan hasil assessment tahun 2007, diketahui bahwa baru 49% dari
1.176 rumah sakit (526 rumah sakit pemerintah dan 650 rumah sakit milik swasta)
di 31 provinsi, baru 648 rumah sakit yang memiliki insenerator dan 36% memiliki
IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) dengan kondisi diantaranya tidak
berfungsi. Untuk pengelolaan limbah padat, 80,7% sudah melakukan pemisahan
antara limbah medis dan limbah non-medis, tetapi dalam masalah pewadahan
sekitar 20,5% yang menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan lambang
berbeda (Wiku Adisasmito, 2009).
Sejauh ini pengelolaan limbah medis rumah sakit di Indonesia masih
dibawah standar professional belum sepenuhnya benar dan aman sehingga
berpotensi mencemari lingkungan sekitar rumah sakit. Bahkan banyak rumah
sakit yang membuang dan mengolah limbah medis secara sembarangan
(Suryandari, 2010).
Pada tahun 2009, kegiatan kajian di 6 rumah sakit (di Kota Medan,
Bandung & Makasar) oleh Ditjen Penyehatan Lingkungan dan didukung WHO,
hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa 65% rumah sakit telah melakukan
pemilahan antara limbah medis dan limbah domestik (kantong plastik kuning dan
hitam), tetapi masih sering terjadi salah tempat dan sebesar 65% rumah sakit
memiliki insinerator dengan suhu pembakaran antara 530 – 800 ºC, akan tetapi
hanya 75% yang berfungsi. Pengelolaan abu belum dilakukan dengan baik. Selain
itu belum ada informasi akurat timbulan limbah medis karena 98% rumah sakit
belum melakukan pencatatan (Ditjen PP & PL, 2011).
Salah satu Rumah Sakit Milik Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta di
Kota Makassar, yang menjadi tempat penelitian merupakan rumah sakit yang
3
termasuk dalam klasifikasi rumah sakit tipe B. Rumah sakit tipe B dipilih karena
di Kota Makassar hanya ada satu rumah sakit dengan pridikat tipe A sehingga
tidak dapat di bandingkan. Berdasarkan observasi awal Rumah Sakit Milik
Pemerintah memusnahkan limbahnya dengan insenerator, sedangkan Rumah Sakit
Swasta menyerahkan limbahnya kepada pihak ketiga. Letak kedua rumah sakit ini
berdekatan dengan lingkungan pemukiman dan perkantoran sehingga perlu
dilakukan monitoring pelaksanaan pengelolaan limbah medis sesuai dengan
Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 yang mengatur tentang
minimisasi limbah dan pengelolaan limbah medis rumah sakit untuk mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan.
Berdasarkan latarbelakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil
konsentrasi mengenai “Evaluasi dan Perbandingan Pengelolaan Limbah
Medis Padat Rumah Sakit Milik Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta di
Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang tersebut
adalah:
1. Bagaimana karateristik limbah medis padat yang di hasilkan oleh Rumah
Sakit Milik Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta ?
2. Berapa timbulan limbah medis padat yang di hasilkan oleh Rumah Sakit
Milik Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta?
3. Bagaimana proses pengelolaan limbah medis padat yang di hasilkan oleh
Rumah Sakit Milik Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta pada penerapan
4
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 menganai pengelolaan limbah rumah sakit ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan sumber dan karateristik limbah medis padat di Rumah Sakit
Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y.
2. Mengetahui jumlah timbulan limbah medis padat di Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y.
3. Mendeskripsikan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit Rumah
Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y.
4. Membandingkan pengelolaan limbah medis padat yang di hasilkan oleh
Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y pada penerapan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 menganai pengelolaan limbah rumah sakit
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Penelitian ini diharapkan memberi masukan dan informasi dalam hal
pengelolaan, pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Milik Pemerintah
dan Rumah Sakit Swasta.
2. Sebagai bahan kepustakaan yang dapat menambah wacana khususnya dalam
hal pengelolaan limbah medis padat yang di hasilkan oleh Rumah Sakit.
5
E. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y yang menjadi
tempat penelitian merupakan rumah sakit dengan kualifikasi rumah sakit tipe
B.
2. Penelitian ini membandingkan proses pengelolaan limbah medis padat rumah
sakit dengan acuan standar Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1204/Menkes/SK/X/2004.
3. Komponen yang diteliti meliputi timbulan (jumlah) dan karakteristik limbah
medis padat.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini, kami uraikan dalam
sistematika penulisan yang dibagi dalam 5 (Lima) pokok bahasan berturutturut
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan uraian dan pola umum yang diuraikan secara
singkat sebagai pendahuluan untuk memasuki bahasan selanjutnya
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan tema penelitian. Dasar-
dasar yang digunakan dalam metode yang berkaitan pada enelitian ini
dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis.
6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menyajikan langkah-langkah penelitian, mulai dari kerangka
penelitian, hingga penjelasan untuk tiap tahapan penelitian yang
berawal dari pengumpulan data, pengolahan dan analisa data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini meguraikan pelaksanaan kegiatan penelitian hingga hasil yang
di peroleh di olah dan dianalisis berdasarkan metodologi yang telah
ditentukan, sehingga pada bagian akhir dapat diuraikan hasil analisis
yang akan menjadi landasan untuk mengambil keputusan
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil analisis dari pembahasan yang
telah dilakukan bab sebelumnya. Terdapat juga saran yang
direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya atau untuk penerapan
hasil penelitian di lapangan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personal terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).
Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang rumah Rumah Sakit,
rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, tugas rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Sedangkan fungsi rumah sakit adalah sebagai
berikut :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
8
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi di bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 340 tahun 2010 tentang klasifikasi
rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi tipe A, tipe B, tipe C,dan
tipe D.
a. Rumah Sakit Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 Pelayanan
Medik Sub Spesialis.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A meliputi:
Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain,
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Sub Spesialis,
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, Dan
Pelayanan Penunjang Non Klinik. Jumlah tempat tidur minimal 400 buah Rumah
sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral
hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.
b. Rumah Sakit Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spelialis Dasar, 4 Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2
9
Pelayanan Medik subspesialis Dasar. Jumlah tempat tidur minimal 200 buah.
Rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.
c. Rumah Sakit Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. Kemampuan dan fasilitas rumah sakit
meliputi Pelayanan Medik Umun, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik
Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang
Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. Jumlah tempat tidur minimal 100
buah. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten atau
kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
d. Rumah Sakit Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar. Jumlah
tempat tidur minimal 50 buah. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah
sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari puskesmas. Kriteria,
fasilitas, dan kemampuan Rumah Sakit Kelas D meliputi Pelayanan Medik
Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.
B. Kategori dan Sumber Limbah di Rumah Sakit
Limbah layanan kesehatan adalah mencakup semua hasil buangan yang
berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Limbah
10
rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua buangan yang berasal dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat
mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun,
dan sebagian bersifat radio aktif (Wulandari,2012).
Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 Tahun 2004 limbah rumah sakit terbagi 3 macam yaitu :
1. Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radio aktif yang berbahaya bagi kesehatan
2. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan
generator dan anastesi.
3. Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah
medis padat dan limbah padat non medis.
Limbah rumah sakit merupakan campuran yang heterogen sifat-sifatnya.
Seluruh jenis limbah ini dapat mengandung limbah berpotensi infeksi.
Kadangkala, limbah residu insenerasi dapat dikategorikan sebagai limbah B3 bila
insenerasi sebuah rumah sakit tidak sesuai dengan kriteria atau tidak dioperasikan
dengan sesuai. Berdasarkan bahaya atau tidaknya limbah rumah sakit dapat
digolongkan menjadi limbah medis padat dan non medis padat (Wulandari, 2012).
1. Limbah Medis Padat
Menurut U.S Environmental Protection Agency (2011) limbah medis
adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi,
penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-
11
bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau membahayakan kecuali jika
dilakukan pengamanan tertentu. Limbah medis padat adalah limbah yang
langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien.
Limbah medis padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
Menurut Wulandari (2012) pewadahan limbah padat non medis dipisahkan
dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam
khusus untuk limbah medis non padat Bentuk limbah klinis bermacam-macam
dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya. Berikut karateristik dari
limbah medis:
a. Limbah infeksius
Limbah yang terkontaminasi organisme patogen (bakteri, virus, parasit,
atau jamur) yang tidak secararutin ada lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia .
Menurut Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 limbah infeksius adalah limbah
yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif) atau limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruangan perawatan atau isolasi penyakit menular.
b. Limbah patologis
Menurut Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004, limbah patologis adalah
Limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan yang sangat infeksius, otopsi,
organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau
12
kontak dengan bahan yang sangat infeksius. Jaringan tubuh yang tampak nyata
seperti anggota badan dan placenta yang tidak memerlukan pengesahan
penguburan hendaknya dikemas secara khusus, diberi label dan dibuang ke
incinerator di bawah pengawasan petugas berwenang. Cairan tubuh, terutama
darah dan cairan yang terkontaminasi berat oleh darah harus diperlakukan dengan
hati-hati.
c. Limbah Sitotoksis
Limbah sitotoksi adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksi untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel
(Prüss, Giroult, & Rushbrook, 2005).
d. Limbah Farmasi
Menurut Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004, limbah farmasi mencakup
produksi farmasi. Kategori ini juga mencakup barang yang akan di buang setelah
digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang
berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung darah atau cairan, dan
ampul obat.
Limbah farmasi berasal dari, Obat-obatan yang kadaluwarsa,obat-obatan
yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi,obat-obatan yang tidak diperlukan oleh institusi yang bersangkutan
dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan (Sumisih, 2010).
13
e. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia
dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses strerilisasi dan riset
(Depkes RI, 2002).
f. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop
yang berasal dari penggunaan media atau riset radionuclida. Limbah ini dapat
berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radio immunoassay, dan bakteriologis
dapat berbentuk padat, cair atau gas (Sumisih, 2010).
g. Benda tajam
Merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk.
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif. Seperti Jarum, jarum suntik, skalpel, pisau bedah, peralatan infus,
gergaji bedah, dan pecahan kaca (Wulandari, 2011).
h. Kontainer bertekanan
Limbah yang berasal dari berbagai jenis gas yang digunakan di rumah
sakit. Seperti, tabung gas, kaleng aerosol yang mengandung residu, gas cartridge
(Wulandari, 2011).
2. Limbah Non Medis
Menurut Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004, limbah non medis padat
adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang
14
berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.
C. Timbulan Limbah Rumah Sakit
Menurut WHO (1999), rata-rata produksi limbah rumah sakit di
Negaranegara maju seperti Eropa dan Amerika mencapai 5-8 kg/TT perhari.
Menurut Ditjen PP & PL (2003), yang menyatakan bahwa rata-rata timbulan
limbah medis dari RS 0,14 kg/TT perhari dan diperkirakan jumlah limbah medis
dalam 1 tahun sebanyak 3.895 ton.
Menurut Askarian, Vakili, dan Kabir (2004), faktor yang mempengaruhi
timbulan limbah rumah sakit antara lain tingkat hunian (BOR), jenis pelayanan
kesehatan yang diberikan, status ekonomi, sosial dan budaya pasien dan lokasi
geografis. Serupa dengan hasil penelitian Perdani (2011) yang menunjukkan
bahwa komposisi limbah medis dipengaruhi oleh pelayanan yang ditawarkan
suatu fasilitas kesehatan.
Menurut Cheng et al (2008), yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
limbah yang dihasilkan yaitu tipe rumah sakit, outpatients per hari, total jumlah
tempat tidur, jumlah tempat tidur untuk penyakit menular.Faktor yang
mempengaruhi kuantitas limbah di rumah sakit di berbagai negara yaitu gaya
hidup yang berbeda, dan cara bagaimana limbah disegregasi dan dikategorikan di
berbagai negara.
D. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar dan efektif serta
memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai suatu yang tidak digunakan lagi, tidak
15
disenangi, dan harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan baik.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (Dewy,
2014).
Pengelolaan limbah medis menurut WHO (2005) beberapa elemen penting
dalam pengelolaan limbah rumah sakit yaitu minimisasi limbah, pelabelan dan
pengemasan, transportasi, penyimpanan, pengolahan, dan pembuangan limbah.
Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah
sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan
kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan
pengolahan (treatment).
1. Minimisasi Limbah
Menurut Bapedal (1992) minimisasi limbah adalah upaya untuk
mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang
berasal dari proses produksi, dengan cara reduksi pada sumbernya dan/atau
pemanfaatan limbah berupa reuce, rerecycle, dan recovery. Sedangkan menurut
Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 disebutkan bahwa minimisasi limbah
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan pelayanan kesehatan. Jadi, minimisasi limbah medis yaitu upaya
yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan
dengan cara mengurangi bahan (reduse), menggunakan kembali (reuse), dan daur
ulang (recycle).
Untuk memahami bagaimana cara meminisasi limbah ada beberapa hal
yang dilakukan yaitu informasi mengenai jenis material yang dapat direduksi
16
ataupun dimanfaatkan kembali, volume produksi limbah yang dihasilkan, upaya
minimisasi limbah yang telah dilakukan, analisis biaya untuk menentukan
kemungkinan perubahan praktek yang dilakukan, prioritas upaya berdasarkan
peraturan yang berlaku, biaya, volume, dan lainnya, serta identifikasi peluang
minimisasi limbah baik reduksi limbah pada sumbernya, penggunaan kembali
limbah, maupun daur ulang limbah (Lee, 1992).
a. Reduksi Pada Sumber
Reduksi atau menghilangkan limbah dari sumbernya merupakan upaya
yang harus dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu
mengurangi atau mencegah terjadinya limbah yang keluar dari proses produksi.
Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan
(Bishop,2001).
Konsep meminisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari
sumbernya menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi
perubahan bahan baku (pengelolaan bahan dan modifikasi bahan), perubahan
teknologi (modifikasi proses dan teknologi bersih), praktek operasi yang baik
(housekeeping, segregasi limbah, preventive maintenance), dan perubahan produk
yang tidak berbahaya (Bapedal, 1992).
b. Melakukan Housekeeping
Yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya
ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi
dengan sebaik mungkin seperti mengutamakan metode pembersihan secara fisik
daripada secara kimiawi, menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
17
c. Pemilahan (Segregasi) Limbah
Yakni memisahkan berbagai jenis limbah menurut jenis komponen,
konsentrasi atau keadannya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume,
atau mengurang biaya pengolahan limbah.
d. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)
Yaitu pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang
telah dijadwalkan. Tujuan dan preventive maintenance untuk melindungi asetdan
meningkatkan keandalan sistem, mengurangi biaya penggantian, mengurangi
cedera (IAPA, 2007). Tempat pewadahan/kontainer limbah infeksius harus segera
dibersihkan dengan dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan
kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung
dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
e. Pengelolaan bahan (material inventory)
Yaitu suatu upaya agar tersediaan bahan selalu cukup untuk menjamin
kelancaran proses kegiatan, namun tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan
gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
Pengelolaan bahan sangat tepat untuk dilakukan di unit Farmasi dan Laboratorium
rumah sakit seperti manajemen persediaan yang cermat dan menyeluruh sehingga
dapat menurunkan kuantitas limbah yang dihasilkan.
Limbah bahan kimia atau sediaan farmasi obat-obatan yang tercecer atau
yang terkontaminasi dalam jumlah kecil dapat disatukan dengan limbah infeksius.
Limbah bahan kimia dalam jumlah besar tidak boleh dikumpulkan dalam kantong
plastik atau konteiner berwarna kuning (Pruss, Giroult, & Rushbrook, 2005).
18
2. Pemilahan Limbah
Cara yang paling tepat dalam pengelolaan limbah medis adalah dengan
melakukan pemilahan limbah berdasarkan warna kantong atau kontainer plastik
yang digunakan. Hal ini dapat meminimalkan volume limbah medis yang
infeksius dan mengurangi biaya untuk pembuangan limbah tersebut (Hasan et al,
2008).
Pemilahan dan pengurangan jumlah limbah hendaknya
mempertimbangkan hal sebagai berikut (Depkes,2006) :
1. Kelancaran penangan dan penampungan limbah
2. Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan
pemisahan limbah B3 dan non B3.
3. Diusahakan untuk menggunakan bahan kimia non B3.
4. Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk
mengurangi biaya, tenaga kerja, dan pembuangan limbah. Pelabelan
merupakan sistem pengkodean warna dimana limbah harus disimpan pada
kontainer pada saat pemilahan. Seperti kantong plastik kuning untuk limbah
infeksius dan hitam untuk limbah non infeksius (WHO,2005).
Wilburn & Eijkemans (2004) menyebutkan limbah dapat dengan mudah
dipisahkan pada sumbernya dengan menyediakan minimal tiga wadah terpisah
harus disediakan di setiap ruang perawatan, poliknik, laboratorium, dan lain-lain.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia pewadahan yang terpisah
dengan limbah padat non-medis. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam
satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya, wadah tersebut
harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah dibuka sehingga orang yang tidak
19
berkepentingan tidak dapat membukanya atau di tampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman (Ditjen P2MPL,2004).
3. Pengumpulan Limbah Medis
Pada tahap pengumpulan limbah, menurut Pruss, Giroult & Rushbrook
(2005), menyebutkan bahwa kontainer harus diangkat jika sudah tiga perempat
penuh. Kantong plastik yang terisi penuh mungkin perlu diikat dengan
menggunakan label pengikat.Rumah sakit harus mempunyai program rutin untuk
pengumpulan limbah Karena limbah jangan sampai menumpuk di satu titik
pengumpulan. Pengumpulan limbah dilakukan oleh petugas kebersihan. Limbah
harus dikumpulkan setiap hari dan diangkut ke tempat penampungan yang telah
ditentukan. Persediaan kantong plastik dan kontainer harus tersedia di semua
tempat yang menghasilkan limbah.
4. Pengangkutan Limbah Medis
Setelah proses pengumpulan limbah, maka tahap selanjutnya adalah
pengangkutan limbah. Dalam proses pengangkutan limbah, disarankan
menggunakan alat angkut yang terpisah antara limbah padat medis dan non medis
dan tidak boleh digunakan untuk mengangkut materi lainnya (Depkes, 2006).
Pengangkutan limbah medis harus menggunakan alat angkut berupa
kereta, gerobak, atau troli (Kepmenkes, 2004). Syarat-syarat tempat untuk
mengangkut limbah adalah :
- Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus.
- Mudah dibersihkan dan dikeringkan
- Tidak akan menjadi sarang serangga
20
Dalam proses pengangkutan limbah medis, disarankan menggunakan alat
angkut yang terpisah antara limbah medis dengan limbah domestic dan tidak
boleh digunakan untuk mengangkut materi lainnya. Pengangkutan limbah dari
ruang atau unit yang ada di rumah sakit ke tempat penampungan sementara
hendaknya melalui rute yang paling cepat yang harus direncanakan sebelum
perjalanan dimulai atau sudah ditetapkan. Transportasi yang sesuai dapat
mengurangi resiko yang dihadapi pekerja yang terpajan limbah (Pruss, Giroult, &
Rushbrook,2005).
Jika pengangkutan menggunakan lift, disarankan jangan menggunakan lift
yang sama untuk lift pasien/pengunjung/makanan, terutama untuk pengangkutan
limbah medis. Jika terjadi kebocoran atau cecran limbah medis segera untuk
dilakukan pembersihan dengan menggunakan klorin 0,5% . Desinfeksi kontainer
dengan menggunakan klorin 0,5% kemudian dibilas dengan air bersih
(WHO,2005).
5. Penampungan Limbah Medis
Setelah pengumpulan dari sumber penghasil limbah kemudian di
tempatkan pada tempat penampungan sementara. Menurut pruss, giroult, dan
rushbrook (2005), tempat penampungan harus memiliki lantai yang kokoh
dilengkapi dengan drainase yang baik dan mudah dibersihkan serta didesinfeksi.
Selain itu, tidak boleh berada dekat dengan lokasi penyimpanan bahan makanan
atau dapur. Harus ada pencahayaan yang baik serta kemudahan akses untuk
kendaraan pengumpul limbah.
21
Lokasi untuk tempat penyimpanan limbah yang berbahaya dan bercun
minimum berjarak 50 meter dari lokasi fasilitas umum dan daerah bebas banjir
sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir (Bapedal, 1995).
Area penyimpanan harus diamankan untuk mencegah binatang, anak-anak,
memasuki dan mengakses daerah tersebut. Selain itu, harus kedap air (sebaiknya
beton), terlindung dari air hujan, harus aman, dipagari dengan penanda yang tepat
(OXFAM, 2008). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi
Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai
iklim teropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau
paling lama 24 jam.
6. Pemusnahan Limbah Medis
Setelah limbah medis ditampung dalam TPS, proses selanjutnya yaitu
pengolahan limbah medis yaitu pemusnahan dan pembuangan akhir. Menurut PP
No. 18 tahun 1999 Nomor 85 Tahun 1999, pengolahan limbah medis yang
termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah, dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya
dan/atau tidak beracun sebelum ditimbun dan/ atau memungkinkan untuk
dimanfaatkan kembali.
Pemusnahan dan pembuangan yang aman merupakan langkah kunci dalam
pengurangan penyakit atau cedera melalui kontak dengan bahan yang berpotensi
menimbulkan resiko kesehatan dan pencemaran lingkungan (Blenkharn, 2006).
7. Penyerahan Limbah Kepada Pihak Ketiga
Pihak ketiga pengelola limbah adalah sebuah perusahaan yang
bertanggung jawab dalam proses pengolahan limbah yang dihasilkan oleh pihak
22
pertama yang telah sesuai perijinan yang diproleh termasuk berkenan dengan izin-
izin mengenai pengumpulan maupun penimbunan limbah B3 (bahan berbahaya
dan beracun).
E. Teknologi Pengolahan dan Pembuangan Limbah Rumah Sakit
Sebagian besar limbah klinis dan yang sejenis itu dibuang dengan
insenerator atau landfill. Metode yang digunakan tergantung pada faktor khusus
yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku, dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat. Penanganan untuk limbah yang berasal dari
rumah sakit, sebelum dibuang ke landfill, limbah harus mendapat perlakuan yaitu:
1. Insenerasi
Insenerasi adalah proses pembakaran sampah dengan suhu tinggi yang
dapat dikendalikan. Penggunaan insenerator dalam pengolahan limbah medis
merupakan salah satu cara pengolahan yang lazim dilakukan di rumah sakit
karena tidak membutuhkan lahan yang luas secara praktis dalam
pengoperasiannya. Jika dioperasikan dengan benar, dapat memusnahkan patogen
dari limbah dan mengurangi kuantitas limbah menjadi abu. Perlengkapan
insenerasi harus diperhatikan dengan cermat berdasarkan sarana dan prasarana
serta situasi di rumah sakit (Prüss, Giroult, & Rushbrook, 2005).
Pembersihan debu dilakukan setiap hari atau setiap 2-3 hari. Pengeluaran
abu dilakukan dengan menggunakan sekop dan proses pembakaran dapat berjalan
secara otomatis. Pengoperasian insenerator harus dilakukan oleh petugas yang
sudah mendapatkan pelatihan dan harus selalu dipantau terhadap pembacaan
parameter operasional dan kondisi insenerator (Prüss, Giroult, & Rushbrook,
2005)
23
2. Autoclaving
Autoclaving merupakan proses desinfeksi termal basah yang efisien.
Biasanya, autoclave dipakai di rumah sakit untuk sterilisasi alat yang dapat didaur
ulang, dan unit ini hanya mampu member perlakuan pada limbah yang jumlahnya
terbatas. Dengan demikian, autoclave umumnya digunakan hanya untuk limbah
yang sangat infeksius, seperti kultur mikroba dan benda tajam. Kantong limbah
plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak tahan panas dan akan
meleleh selama autoclaving. Karena itu diperlukan kantong autoclaving. Pada
kantong ini terdapat indicator, seperti pita autoclave yang menunjukkan bahwa
kantong telah mengalami perlakuan panas yang cukup (Prüss, Giroult, &
Rushbrook, 2005).
Autoclave yang digunakan secara rutin untuk limbah biologis harus diuji
minimal setahun sekali untuk menjamin hasil yang optimal. Rumah sakit dengan
saranaprasarana terbatas harus memiliki satu autoclave. Kelebihan dari proses ini
adalah lebih efisien, ramah lingkungan, dan biaya operasional yang relative
rendah. Kelemahannya adalah hanya dapat mengolah limbah dalam jumlah
terbatas dan jenis tertentuu (Prüss, Giroult, & Rushbrook, 2005).
3. Desinfeksi dengan Bahan Kimia
Desinfeksi kimia merupakan suatu proses yang efisien, tetapi sangat mahal
jika harga desinfektannya lebih tinggi. Agar pelakasanaan berlangsung aman,
diperlukan teknisi ahli yang dibekali dengan peralatan pelindung yang adekuat
sehingga metode ini tidak direkomendasikan untuk semua limbah infeksius,
namun sangat bermanfaat untuk limbah benda tajam yang dapat didaur ulang atau
desinfeksi kotoran dari pasien kolera (Prüss, Giroult, & Rushbrook, 2005).
24
4. Sanitary Landfill
Sanitary landfill didesain dengan sedikitnya empat kelebihan dari metode
pembuangan terbuka: isolasi limbah secara geologis dari lingkungan, persiapan
teknis yang tepat sebelum lokasi siap menerima limbah, staf ada ditempat untuk
mengontrol aktifitas operasional, dan pembuangan serta penutupan limbah setiap
hari yang terkelola. Rekomendasi lain yang dapat digunakan untuk pembuangan
limbah rumah sakit yaitu dengan menggali lubang kecil sedalam 2 meter dan
tinggi isinya harus mencapai 1-1,5 meter. Setelah diisi limbah, lubang harus
segera ditutup dengan lapisan tanah setebal 10-15 cm. Jika tidak mungkin ditutup
dengan tanah, batu kapur dapat dihamburkan diatas limbah. Dengan metode ini
akan mempermudah staf landfill untuk mengawasi pemulungan (Prüss, Giroult, &
Rushbrook, 2005).
F. Peraturan Pengelolaan Limbah Medis Padat
Peneliti mengkaji peraturan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit terkhusus pada limbah medis padat. Adapun kandungan
dalam aturan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan Pengelolaan Limbah Medis Padat
a. Minimalisasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi.
25
4) peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi
dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah.
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah
yang tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang
tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali.
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui
proses sterilisasi tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi
kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum sekali pakai (disposable),
limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel 1.
26
Tabel 1 Metode Sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali
Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas
- Sterilisasi kering dalam
oven „Poupinel‟
- Sterilisasi basah dalam
otoklave
Sterilisasi dengan bahan
kimia
- Ethylene oxide (gas)
- Glutaradehyde (cair)
160o C
170o C
121oC
50oC-60
o C
-
120 MENIT
60 MENIT
30 MENIT
3-8 JAM
30 MENIT
Sumber : Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004
7) Pewadahan limbah medis padat harus memeunuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label seperti pada tabel 2.
8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk
pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
9) Limbah sitoktoksik dikumpulakn dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.
27
Tabel 2 Jenis pelabelan padawadah limbah medis padat
No Kategori Warna Kontainer/
Kantong Plastik Lambang Keterangan
1 Radioaktif Merah
Kantong boks
timbal dengan
simbol radioaktif
2 Sangat Infeksius Kuning
Kantong plastik
kuat, anti
bocor, atau
kontainer yang
dapat disterilisasi
dengan
otoklaf
3
Limbah Infeksius,
patologi dan
anatomi
Kuning
Kantong plastik
kuat dan anti
bocor, atau
container
4 Sitotoksis Ungu
Kontainer plastik
kuat dan anti
Bocor
5 Limbah kimia dan
Farmasi Coklat -
Kantong plastik
atau container
Sumber : Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004
c. Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah medis padat di
lingkungan rumah sakit
1) Pengumpulan limbah medis padat dari stiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup .
2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam
d. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit
1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaran
khusus.
28
e. Pengolahan dan pemusnahan
1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestic sebelum aman bagi kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis
padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklave atau dengan
pembakaran menggunakan insinerator.
2. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Rumah Medis Padat
a. Minimisasi Limbah
1) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya.
2) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara
kimiawi.
4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan.
5) Memonitor alur pengguna bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan bahan berbahaya dan beracun.
6) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
7) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa.
8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor.
29
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
2) Tempat pewadahan limbah medis padat:
- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
- Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non-medis.
- Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi limbah.
- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.
- Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang
tidak langsung disinfektan apabila akan telah dipergunakan kembali,
sedangkan untuk kantong plastic yang telah dipaki dan kontak
langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
sterilisasi meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes,
botol gelas, dan container.
30
4) Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
adalah radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi sperti
pins, neddles, atau seeds.
5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene
oxide, maka tanki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi
ethylene oxide. Oleh karena gas tersebut sangat berbahaya maka
sterilisasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih. Sedangkan
sterilisasi harus dengan glutaradehyde lebih aman dalam
pengoperasiannya tetapi kurang efektif secara mikrobiologi.
6) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran
spongiform encephalopathies.
c. Tempat Penampungan Sementara
1) Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkunagnya harus
membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis
padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit atau
pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan
selambat-lmbatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang
d. Transportasi
1) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam container yang kuat dan tertutup.
2) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia
maupun binatang.
31
3) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri
yang terdiri :
- Topi/helm
- Masker
- Pelindung mata
- Pakaian panjang (coverall)
- Apron untuk industry
- Pelindung kaki/ sepatu boot
- Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).
e. Pengelolaan, Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat
1) Limbah Infeksius dan Benda Tajam
Limbah yang sangat infeksius seperti baiakan atau persediaan agen
infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan
basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang
lain cukup dengan cara disinfeksi. Benda tajam harus diolah dengan
insinerator bila memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan limbah
infeksius lainnya. kapsulasi juga cocok untuk benda tajam. Setelah insinerasi
atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat pembuangan B3 atau
dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
2) Limbah Farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator
pirolitik (pyrolitic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary
landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah
besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus rotary kiln,
32
kapsulisasi dalam drumlogam, dan inersisasi.Limbah padat farmasi dalam
jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila dalam
jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan
melalui insinerator pada suhu di atas 1.000o C sel.
3) Limbah Sitotoksis
Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan
penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum. Pembuangan yang
dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributornya,
insinerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai
dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke
distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat
tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai sel.
4) Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi
Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar
atau diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan
tidak boleh dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.Cara yang
disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas pengolah
limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan,
limbah dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai pembuanagan
akhir untuk limbah industri yang berbahaya. Cara lain yang paling sederhana
adalah dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila hanya
dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa sel.
33
5) Limbah Bahan Kimiawi
a. Pembuangan Limbah Kimia Biasa
Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur ulang seperti gula, asam
amino, dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Namun
demikian, pembuangan tersebut harus memenuhi persyaratan konsentrasi
bahan pencemar yang ada seperti bahan melayang, suhu, dan pH.
b. Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat
dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolik, kapsulisasi,
dan ditimbun (landfill).
c. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar
Tidak ada cara pembuanagn yang aman dan sekaligus murah untuk
limbah berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat bahaya
yang dikandung oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar
seperti banyak bahan peralut dapat diinsinerasi. Namun bahan pelarut
dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida yang mengandung klorin
atau florin tidak boleh diinsinerasi kecuali insineratornya dilengkapi
dengan alat pembersih gas.
Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya
tersebut ke distributornya yang akan menangani nya dengan aman, atau
dikirim ke Negara lain yang mempunyai peralatan yang cocok untuk
mengolahnya.
Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan
untuk menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.Limbah kimia
34
berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena dapat mencemari
air tanah. Limbah kimia disinfeksikan dalam jumlah besar tidak boleh
dikapsulasi karena sifatnya yang korosif dan mudah terbakar. Limbah padat
bahan kimia berbahaya cara pembuangannya harus dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada instansi yang berwenang sel.
6) Kontainer Bertekanan
Cara yang terbaik untuk menangani limbah container bertekanan
adalah dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam
kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas.
Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus
diperlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.
Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran atau
insinerasi karena dapat meledak sel.
7) Limbah Radioaktif
a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam
kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut peraturan,
infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.
b. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang
terbuka untuk keperluan diagnose, terapi atau penelitian harus
menyiapkan tenaga khusus yang telatih khusus di bidang radiasi.
c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan
radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan.
35
G. Dampak Negatif Limbah Medis
Limbah rumah sakit berupa buangan padat, cairan, dan gas yang banyak
mengandung kuman patogen, zat kimia beracun, zat radioaktif, dan zat lain.
Buangan tesebut dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan kelestarian
lingkungan ataupun ekosistem di dalam dan sekitar rumah sakit. Pembuangan
limbah medis yang sembarangan seperti limbah benda tajam dan limbah infeksius
dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan kontaminasi lingkungan oleh
bahan kimia berbahaya dan beracun (Abdulla, Qdais, & Rabi, 2007). Limbah
medis menghasilkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan jika tidak
dikelola dengan baik.
1. Resiko Terhadap Kesehatan Masyarakat
Menurut Prüss, Giroult, dan Rushbrook (2005), pajanan limbah rumah
sakit yang berbahaya dapat mengakibatkan tertular penyakit atau cedera.
a. Resiko Tertular Penyakit
Resiko tertular penyakit melalui kontak langsung dengan limbah medis
dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat rumah sakit yang rentan yaitu
dokter, perawat, pasien rawat inap atau yang berobat jalan, pengunjung atau
pengantar orang sakit, karyawan rumah sakit, serta masyarakat di sekitar rumah
sakit. Selain itu, pemulung yang mengumpulkan limbah untuk didaurulang dari
tempat pembuangan akhir limbah beresiko cedera dari benda tajam dan kontak
langsung dengan bahan infeksius (Rahman, 1999).
Resiko tertular penyakit yang berasal dari limbah medis karena
mengandung agen penyakit berupa limbah yang bersifat infeksius, bahan kimia
toksik, dan radioaktif. Agen tersebut dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui
36
empat jalur yaitu kulit, selaput lendir, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan.
Pemaparan dapat terjadi melalui percikan cairan yang mengandung kuman yang
masuk ke dalam selaput lendir (selaput lendir mata, hidung, dan mulut)
(Reindharts & Gordon, 1995).
Menurut WHO (2003), kategori limbah yang paling sering menimbulkan
dampak terhadap kesehatan yaitu limbah infeksius dan benda tajam karena limbah
infeksius mengandung berbagai macam mikroorganisme patogen melalui jalur
luka dikulit, membran mukosa, saluran pernapasan, dan pencernaan, sedangkan
limbah benda tajam merupakan kelompok limbah yang sangat berbahaya karena
memiliki risiko ganda (cedera dan penularan penyakit). Akibat kontak langsung
dengan benda tajam berupa jarum suntik dapat menyebabkan infeksi Hepatitis B
dan C, serta HIV. Perawat dan tenaga kebersihan merupakan kelompok orang
yang paling berisiko mengalami cedera. Angka cedera tahunan mencapai 10-20
orang per 1000 pekerja. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa orang yang
mengalami satu kali tertusuk dengan jarum suntik yang telah terkontaminasi akan
memiliki risiko terinfeksi Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV masing-masing 30%,
1,8%, dan 0,3% (WHO, 2004).
b. Resiko Kecelakaan
Petugas yang mengelola limbah medis akan berisiko mengalami
kecelakaan kerja seperti tertusuk benda tajam saat mengangkut atau memindahkan
limbah. Resiko tersebut terus ada setiap proses penanganan limbah yaitu selama
limbah dibuang, dikumpulkan, dipindahkan untuk dimusnahkan. Berdasarkan
penelitian Nsubuga, Fredrich, dan Jaakkola (2005), menunjukkan bahwa 57%
perawat dan bidan telah mengalami setidaknya paling sedikit satu kali tertusuk
37
jarum suntik pada tahun 2004. Hanya 18% tidak mengalami cedera. Tingkat
cedera jarum suntik adalah 4,2 per orang-tahun. Analisis menunjukkan bahwa
faktor risiko yang paling penting untuk luka jarum suntik adalah kurangnya
pelatihan tentang cedera tersebut, bekerja selama lebih dari 40 jam/minggu, tidak
menggunakan sarung tangan jika menangani jarum suntik. Menurut WHO (2003),
ada dua penyebab yang paling umum dari kejadian tertusuk jarum suntik yaitu
recapping jarum suntik dan pembuangan limbah secara sembarangan.
2. Resiko Terhadap Lingkungan
Limbah medis selain menimbulkan dampak buruk terhadap pencemaran
lingkungan meliputi pencemaran air (water borne diseases). Pencemaran tanah
(soil borne diseases) seperti pembuangan limbah secara terbuka (open dumping)
dapat menimbulkan bahaya lingkungan terhadap masyarakat sebab berpotensi
menimbulkan cedera atau penularan penyakit akibat kontal langsung. Pencemaran
udara (air borne diseases) seperti pemusnahan limbah medis dengan cara dibakar
dengan menggunakan insinerator dengan suhu rendah dapat menghasilkan emisi
gas yang sangat beracun. Menurut OSPHAR Commission UK yang dikutip Ditjen
PP & PL (2011), tiap tahun 7,41 ton merkuri dari dental amalgam dibuang ke
selokan, atmosfir, dan tanah. Selain itu, 11,5 ton direcycling atau dibuang bersama
limbah klinis.
H. Keterkaitan Penelitian
Penelitian-penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya oleh Puri
Wulandari (2011) pada RS Haji Jakarta dengan metode penelitian tersebut
diketahui timbulan limbah medis RS Haji jakarta adalah 0,14 kg/pasien per hari.
Karateristik limbah yang di hasilkan meliputi limbah infeksius, limbah benda
38
tajam, limbah patologi, limbah kimia, dan limbah farmasi. Pemilahan limbah pada
RS Haji Jakarta beluma sesuai dengan Kepmenkes 1204 Tahun 2004 karena
limbah farmasi dan kimia di tampung pada wadah yang sama.
Pada penelitian St. Habsiah (2017) tentang Evaluasi Pengelolaan Limbah
Rumah Sakit Syekh Yusuf Gowa menyatakan bahwa pada rumah sakit tersebut
pemusnahan limbah dilakukan dengan menyerahakan kepada pihak ketiga karena
izin operasi insenerator telah berakhir. Rata-rata limbah yang dihasilkan per
harinya adalah 40,93 kg/hari dengan empat karateristik limbah yaitu limbah
infeksius, limbah farmasi, limbah patologis dan limbah benda tajam. Metode
pengumpulan data dengan wawancara dan observasi.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Tahapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pelaksanaan penelitian
adalah melakukan pemilihan lokasi studi dan menentukan batasan masalah.
Rumah Sakit Milik Pemerintah yang menjadi tempat penelitian merupakan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota makassar. Sedangkan Rumah Sakit swasta yang
menjadi tempat penelitian merupakan Salah satu rumah sakit pendidikan milik
salah satu kampus di Makassar. Kedua Rumah Sakit ini berstatus Rumah Sakit
tipe B dan juga sama-sama menghasilkan limbah medis padat.
Penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara dengan pihak yang
terkait dan pengambilan sampel di lokasi studi. Dalam analisa data penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif dengan menggunakan analisis kualitatif,
Pendekatan kualitatif yaitu menganalisis beberapa variabel yang diteliti antara lain
karakteristik limbah medis (jenis dan sumber), proses pengelolaan limbah medis
dari tahap pemilahan hingga pemusnahan limbah medis. Selain itu, penelitian ini
juga dilengkapi dengan pendekatan kuantatif yakni dengan menggunakan metode
perhitungan untuk mengetahui jumlah timbulan limbah medis.
B. Kerangka Penelitian
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi dari penelitian ini
maka peneliti membuat flowchart sebagai langkah langkah penyelesaian masalah
sebagai berikut :
40
1. Identifikasi & Perumusan Masalah
Langkah ini merupakan awal dari penelitian, yaitu dengan mencari masukan
terhadap masalah yang di teliti melalui observasi. Peneliti merumuskan masalah
bahwa bagaimna kondisi pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y
2. Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan di Kota Makassar dengan menggunakan metode
sampel acak (random sampling).
3. Pengumpulan Data
a. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data dari berbagai instansi terkait dengan permasalahan yang di
hadapi. Data-da berupa gambaran umum rumah sakit dan prosedur pengelolaan
limbah masing-masing rumah sakit.
b. Pengumpulan Data Primer
Metode pencarian data dan informasi yang di lakukan secara langsung dilapangan
dengan melakukan observasi, wawancara dan pengambilan sampel.
4. Analisis
Analisis ini berisi karateristik limbah, jumlah timbulan limbah dan
sistempengelolaan limbah medis padat masing-masing rumah sakit dengan
membandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 yang mengatur tentang minimisasi limbah dan
pengelolaan limbah padat
41
5. Kesimpulan & Saran
Setelah di lakukan pengumpulan dan pengolahan data dan hasilnya di hubungan
dengan teori – teori yang telah ada, maka dapat di tarik kesimpulan yang hasil
akhirnya akan di rangkum dalam suatu penelitin
Gambar 1 Bagan Alir Metodologi Penelitian
Analisa karateristik, jumlah timbulan dan sistem
pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit
Milik Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta
Evaluasi dan membandingkan sistem
pengelolaan limbah berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004
Kesimpulan dan Saran
Identifikasi & Perumusan
Masalah
Penentuan Lokasi Penelitian
Pengumpulan Data Skunder
1. Standar operasional prosedur
rumah sakit
2. Gambaran umum rumah
sakit
Pengumpulan Data Primer
1. Observasi
2. Wawancara
3. Pengambilan sampel 8 hari
42
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi studi dalam penelitian ini dilakukan di 2 rumah sakit, yaitu salah
satu rumah sakit milik pemerintah kota Makassar dan salah satu rumah sakit
swasta yang merupakan milik salah satu kampus ternama di kota Makassar. 2
rumah sakit yang menjadi lokasi penelitian merupakan rumah sakit yang bersatus
tipe B.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dan pengambilan sampel dilakukan mulai dari
tanggal 10 July 2017 hingga tanggal 14 Agustus 2017. Pengambilan data
penelitian dilakukan pada jam kerja rumah sakit yaitu pada pukul 07.00-16.00
WITA.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian
dalam suatu penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Sumber dan karateristik limbah medis padat yang dihasilkan oleh Rumah
Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y
b. Jumlah timbulan limbah medis padat yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y selama 8 hari penelitian.
c. Pengelolaan limbah limbah medis padat yang dihasilkan oleh Rumah Sakit
Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y dilakukan dengan wawancara
mendalam terhadap petugas Rumah Sakit yang terkait.
43
E. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Primer
a. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan metode
SNI 19-3964 mengenai pengukuran timbulan sampah perkotaan yaitu dilakukan
selama 8 hari berturut-turut. Penulis dibantu dengan pihak Instalasi Sanitasi
Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Instalasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Rumah Sakit Swasta Y dan beberapa cleaning service untuk melakukan
pengambilan sampel.
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel, yaitu:
1. Trash bag, digunakan sebagai wadah pengumpul limbah medis padat
sumber limbah.
2. Spidol, digunakan untuk memberikan tanda agar limbah tidak tercampur
dengan limbah yang lain dari sumber yang berbeda.
3. Timbangan, digunakan untuk menimbang limbah medis padat
4. Troli, digunakan untuk mengangkut limbah ke TPS
5. Alat pelindung diri, seperti masker dan sarung tangan.
6. Kamera, untuk mendokumentasikan kegiatan.
Berikut ini adalah metode yang digunakan untuk melakukan melakukan
pengumpulan dan pengukuran timbulan serta karateristik limbah medis padat dari
sumber limbah:
1. Meminta bantuan kepada cleaning cervice agar memberikan tanda pada
trash bag sesuai dengan sumber limbah, hari dan hari pengangkutan.
Perumusan Masalah
44
2. Mengambil sampel limbah medis dari berbagai sumber, lalu
mengumpulkannya dalam troli dan mengangkut limbah medis ke TPS.
3. Melakukan pengukuran berat timbulan limbah medis padat tersebut pada
keesokan harinya. Sehingga pengukuran sampel hari – 1 dilakukan pada hari
ke – 2, pengukuran sampel hari ke – 2 dilakukan pada hari ke – 3, dan
seterusnya. Hal ini dilakukan karena ada beberapa sumber limbah yang
pengangkutannya dilakukan tengah malam. Dengan demikian, pengukuran
yang dilakukan dapat lebih efektif.
b. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian, meliputi: proses pengelolaan limbah medis mulai dari
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, penampungan, hingga pemusnahan.
c. Wawancara
Wawancara dengan Kepala Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Milik
Pemerintah X , Kepala Instalasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah
Sakit Swasta Y Pelaksana Sanitasi untuk mengetahui sumber dan jenis limbah
medis, dan pengelolaan limbah rumah sakit, serta wawancara singkat kepada
petugas cleaning service.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Instalasi Sanitasi
Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Milik Pemerintah X , Kepala Instalasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Swasta Y. Meliputi, profil
rumah sakit, gambaran umum rumah sakit, standar operasional prosedur
pengelolaan limbah rumah sakit, jumlah sarana dan prasarana alat pengelolaan
45
limbah rumah sakit, laporan rekapitulasi jumlah limbah medis, laporan
rekapitulasi pemusnahan limbah medis dan hasil uji emisi insinerator.
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisa dapa pada penelitian ini dilakukan dalam 2 jenis statistik yaitu
statistik deskriptif dan statistik induktif. Kedua jenis ini dapat digunakan secara
bersama-sama
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan
data serta penyajian hasil peringkasan data tersebut. Data-data statistik yang
diperoleh dari hasil survei pada umumnya masih acak sehingga data tersebut
masih harus diringkas dengan baik dan teratur yang dapat ditampilkan dalam
bentuk tabel atau grafik sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan
inferensi.
a. Menghitung Timbulan Limbah Medis Padat
Berdasarkan data berat timbulan yang dihasilkan masing-masing ruangan
sumber limbah medis padat. Kemudian di jumlahkan dengan menggunakan
persamaan berikut
Timbulan limbah medis (kg/hari) =∑
(3.1)
Data berat timbulan harian tersebut dikumpulkan dalam periode penelitian
yang dilakukan yakni 8 hari (delapan) hari dan dilakukan rata-rata timbulan
limbah medis (kg/hari) sehingga diperoleh jumlah berat limbah medis Rumah
Sakit total dalam kg/hari, sebagai berikut:
Timbulan limbah medis (kg/hari) =∑
(3.2)
46
Perhitungan limbah medis berdasarkan jenis pelayanan:
Timbulan limbah medis (kg/hari) =
(3.3)
2. Statistik induktif
Statistik induktif dilakukan berbagai analisa yang mengarah ke sebuah
pengambilan keputusan melalui uji hipotesis. Statistik induktif dapat dilakukan
dengan metode parametrik maupun nonparametrik. Data yang diperoleh pada
penelitian ini bersifat kualitatif sehingga analisa data yang digunakan
menggunakan statistik nonparametrik (Utami, 2017).
a. Analisis dan Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit
Analisis terhadap pengelolaan limbah medis ini lakukan dengan observasi
dan wawancara secara langsung oleh penulis. Kemudian dilakukan evaluasi
terhadap pengelolaan limbah medis, dengan membandingkan pengelolaan limbah
medis yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dimana dalam hal ini penulis
berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Rumah Sakit Milik Pemerintah X
Rumah sakit milik pemerintah X yang menjadi lokasi penelitian
merupakan salah satu rumah sakit umum daerah yang ada di kota
Makassar.Rumah sakit ini beroperasi sejak 12 Juni 1938. Pada tanggal 16 Januari
1996 melalui Peraturan Daerah Propinsi Dati.I Sulawesi Selatan Nomor: 2 Tahun
1996, kelas rumah sakit menjadi Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan. Peraturan
Daerah tersebut diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 7 Agustus
1996,
Rumah sakit ini beralamat di jl. DR. Ratulangi No. 81 Makassar luas tanah
14. 404 m², luas bangunan 22.738,1 m² dan luas lahan parkir 1.980 m² dengan 558
orang pegawai PNS dan 191 Orang pegawai non PNS. Adapun fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada di rumah sakit milik pemerintah ini adalah:
a. Fasilitas dan Sarana yang Dimiliki:
Jumlah tempat tidur di Rumah sakit milik pemerintah X yang ada di
ruangan perawatan sebanyak 317 buah, dengan rincian sebagai berikut:
- Kelas VVIP : 3 Tempat tidur
- Super Utama (Vip) : 4 Tempat tidur
- Kelas I : 44 Tempat tidur
- Kelas II : 51 Tempat tidur
- Kelas III : 171 Tempat tidur
- ICU : 8 Tempat tidur
48
- Hemodialisa : 9 Tempat tidur
- CVCU : 8 Tempat tidur
- RPK : 6 Tempat tidur
- UGD : 13 Tempat tidur
b. Instalasi Rawat Inap
Kapasitas Perawatan Rawat Inap di Rumah Sakit Milik Pemerintah X dari
16 ruang perawatan umum dan 6 ruang perawatan khusus (Ruang Bedah Sentral,
Bedah Kebidanan/ Kandungan, Perawatan Khusus/RPK, Rawat Intensif,
Hemodialisa, Kamar Bersalin dan Perawatan CVCU).
c. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas Pelayanan rumah sakit milik pemerintah terdiri dari:
1) Pelayanan Medik
Instalasi Rawat Jalan, Terdiri dari 20 Poliklinik yaitu:
- Poliklinik Mata
- Poliklinik Paru dan TB
- Poliklinik Kebidanan & Kandungan/KB
- Poliklinik Penyakit Dalam
- Poliklinik Saraf
- Poliklinik Kardiologi
- Poliklinik Fisioterapi
- Poliklinik Paru
- Poliklinik Bedah Urologi
- Poliklinik Endokrin
- Poliklinik THT
49
- Poliklinik Kulit & Kelamin
- Poliklinik Konsultasi Gizi
- Poliklinik Jiwa
- Poliklinik Anak
- Unit Hemodialisa
- Apotek Rawat Jalan
- General Chek Up
- Poliklinik Jantung
- Poliklinik Bedah Orthopedi
2) Pelayanan Penunjang Medik dan Non Medik
- Instalasi Rawat Darurat (IRD)
- Instalasi Rawat Intensive (ICU)
- Instalasi Rehabilitasi Medik
- Instalasi Bedah Sentral
- Instalasi Radiologi
- Instalasi Patologi Klinik
- Instalasi Patologi Anatomi
- Instalasi Rawat Intensif
- Instalasi Farmasi
- Instalasi Gizi
- Instalasi Pemeliharaan Sarana RS
- Instalasi Sanitasi Lingkungan
- Instalasi Forensik & Pemulasaran Jenazah
- Instalasi Rekam Medik
50
- Instalasi CSSD
2. Gambaran Umum Rumah Sakit Swasta
Rumah Sakit swasta yang menjadi lokasi penelitian merupakan Rumah
Sakit Umum Swasta dengan aktiditas B, yang didirikan pada Tahun 1988
berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No.
6783 / DK-I / SK / TV.1/ X / 88, tanggal 05 Oktober 1988. Rumah Sakit ini
dibangun diatas tanah 18.008 M2 dengan luas bangunan 12.025 M2, beralamat
jalan Letnan Jenderal Urip Sumoharjo Km5 No.264 Makassar dengan jumlah
pegawai 475 orang. Adapun fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit
ini adalah:
a. Rawat Jalan Terdiri Dari :
- Poliklinik Interna
- Poliklinik Bedah
- Poliklinik Anak
- Poliklinik Syaraf
- Poliklinik Obgyn
- Poliklinik THT
- Poliklinik Mata
- Poliklinik Jantung
- Poliklinik Gigi
- Poliklinik Kulit Kelamin
- Ruang Tindakan
- Endoskopy
- Fisiotherapi
51
b. Rawat Inap dengan 235 Tempat Tidur Terdiri Dari :
- Super Vip : 2 TT
- Vip : 17 TT
- Kelas I : 117 TT
- Kelas II : 32 TT
- Kelas III : 37 TT
- Kamar Bersalin : 5 TT
- Kamar Bedah : 5 TT
- ICU : 10 TT
- UGD 24 Jam : 10 TT
- Perinatologi
c. Fasilitas Penunjang
- Instalasi Laboratorium
- Laboratorium Mikrobiologi
- Instalasi Radiologi
- Instalasi Farmasi
- Instalasi Gizi
- Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit (IPRS)
- Bank Darah (BDRS)
- Loundry
- Kamar Jenazah
- Mesjid
- Kantin
- Sumur Bor, PLN
52
B. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y
Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y telah
menyediakan telah menyediakan peralatan dan sarana untuk pengelolaan limbah
rumah sakit. Sarana perlengkapan untuk keselamatan petugas kebersihan yang
diberikan yaitu Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan, masker dan
sepatu boot. Namun pada pelaksanaannya petugas sama sekali tidak menggunakan
APD tersebut. Peralatan pengelolaan limbah yang tersedia pada kedua rumah
sakit ini, masih harus diperhatikan. Namun peralatan yang dalam kondisi baik dan
layak pakai.
Tabel 3 Daftar Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y
No Jenis peralatan
Jumlah
Rumah Sakit Milik
Pemerintah X
Rumah Sakit
Swasta Y
1 Insenerator 1 -
2
Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL) 1 1
3 TPS limbah medis 1 1
4 Kontainer Limbah non Medis 1 1
5 Autoclave 2 1
6 Tempat Sampah Medis 31 26
7 Tempat Sampah non medis 129 110
8 Gerobak pengangkut limbah medis 2 1
9 Gerobak pengangkut limbah non medis 4 2
10 Sapu ijuk 25 20
11 Kain Pel 25 20
Sumber: Data Instalasi kesehatan lingkungan Rumah Sakit X dan Y
Tenaga yang bertugas dalam pengelolaan limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X berjumlah 46 orang yang terdiri dari: 1 orang Kepala Instalasi
Kesehatan Lingkungan, 10 orang staff Instalasi Kesehatan Lingkungan, 2 orang
53
petugas autoclave. 2 orang petugas insenerator dan 31 orang petugas kebersihan
(cleaning service). Petugas kebersihan atau cleaning service pada Rumah Sakit
Milik Pemerintah X bertugas mengangkut limbah medis padat 2 kali dalam sehari.
Pengangkutan dilakukan pada pagi hari yaitu pada jam 09.00 WITA dan pada jam
17.00 WITA.
Sedangkan tenaga yang bertugas pada Rumah Sakit Swasta Y berjumlah
35 orang yang terdiri dari : 1 orang Kepala Instalasi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), 4 orang staff Instalasi K3, 2 orang petugas autoclave dan 28 orang
petugas kebersihan (cleaning service). Pengangkutan limbah medis padat
dilakukan pada pukul 07.00 WITA dan 17.00 WITA sedangkan untuk limbah dari
ruang operasi diangkut pada pukul 00.00 WITA.
C. Sumber dan Karateristik Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y.
1. Sumber dan Jenis Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik Pemerintah
X
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan pengambilan sampel 8 hari,
ada 18 ruangan penghasil limbah medis padat. Berbagai macam limbah yang
dihasilkan meliputi spoit dengan jarumnya, verban terkontaminasi, kasa/ kapas
terkontaminasi, kantong darah, selang infus dan selang kateter, kantong urine,
botol infus, jaringan tubuh. Berikut Tabel 4 hasil observasi, wawancara dan
pengambilan sampel mengenai sumber dan jenis limbah yang dihasilkan Rumah
Sakit Milik Pemerintah X.
54
Tabel 4 Sumber dan jenis limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Milik
Pemerintah X.
No Sumber Jenis
1 Ruang Perawatan Baji 1 Botol infus, selang kateter, kantong urine, kasa, perban,
handskun, masker,botol obat, spuit dan jarumnya.
2 Ruang Perawatan Baji 2 Botol infus, selang infus, spuit dan jarumnya, popok,
maker, sarung tangan
3 Ruang Perawatan Baji 3 Batol infus, selang infus, selang kateter, kantong urine,
spuit dan jarumnya, kapas, popok, botol obat, masker,
sarung tangan.
4 Ruang Perawatan Baji 4 Botol infus, selang infus, kasa, verbant, kapas, spuit
dan jarumnya, sarung tangan, masker
5 Ruang Perawatan Baji 5 Botol infus, selang infus, spuit dan jarumnya, selang
kateter, kantong urine, kapas, sarung tangan, masker,
botol obat.
6 Ruang Perawatan Baji 6 Botol infus, selang infus, spuit dan jarumnya, popok,
verbant, sarung tangan, masker, botol obat
7 Ruang Perawatan Baji 7 Botol infus, selang infus, kasa, verbant, kapas, spuit
dan jarumnya, sarung tangan, masker
8 ICU Spoit dengan jarumnya, selang kateter dan kantong
urine, verband, botol infus, botol obat, selang infus,
masker disposable, sarung tangan disposable
9 UGD Selang infus, botol infus, spoit dan jarumnya, kapas,
verbant, kantong darah, kasa, masker, sarung tangan.
10 Hermodialisa Kantong darah, jarum suntik, spoit, selang transfusi
darah, selang infus, botol infus, masker
11 Ruang bersalin Selang kateter, kantong urine, selang infus, botol infus,
selang transfusi darah, kantong darah, spoit dan
jarumnya, kapas, sarung tangan, silet, masker, penutup
kepala, ari-ari bayi.
12 CVCU Spuit dan jarumnya, botol obat, selang infus, botol
infus, masker, sarung tangan
13 Kamar Bayi Popok, masker, sarung tangan, botol infus, selang
infus.
14 Laboratorium Spuit dengan jarumnya, botol urine, verband, kapas,
kaca slide, botol darah, serum, sarung tangan
disposable, masker disposable, cup serum, ose
inokulum, vial, yellow tip, disposable bag autoclave,
kertas saring
15 Ruang Operasi Spuit dengan jarumnya, selang kateter dan kantong
urine, verband, botol infus, botol bekas injeksi,
jaringan tubuh,darah atau cairan tubuh, masker
disposable, sarung tangan disposable,selang infus,
55
Tabel 4 (lanjutan) Sumber dan jenis limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Milik
Pemerintah X.
No Sumber Jenis
benang operasi, penutup kepala, pisau bedah yang
rusak.
16 Bank Darah Kantong darah, kapas, verbant, selang transfusi darah,
spoit dan jarumnya, masker, sarung tangan
17 Poli THT Kapas, masker, sarung tangan
18 Poli MDR Botol tempat lendir, masker, sarung tangan, tisu.
Sumber: hasil pengambilan sampel 8 hari
Berdasarkan Tabel 4 limbah benda tajam hampir ditemukan di seluruh
ruangan kecuali Poli THT dan Poli MDR. Masker dan sarung tangan ditemukan di
seluruh ruangan sumber limbah. seluruh ruangan menghasilkan limbah infeksius,
limbah patologis atau jaringan tubuh hanya di temukan di Ruang Bersalin dan
Ruang Operasi. Ruang Poli THT hanya menghasilkan 3 jenis limbah, yaitu kapas,
masker dan sarung tangan.
Rumah Sakit Milik Pemerintah rutin melakukan pencatatan dan
penimbangan limbah yang di hasilkan tiap hari, pencatatan dilakukan berdasarkan
jenis limbah dan jumlah limbah yang di hasilkan tiap ruangan. Setelah di lakukan
pencatatan dan penimbangan limbah, kemudian limbah di simpan pada Tempat
Penampungan Sementara (TPS). Adapun karateristik limbah medis Rumah Sakit
Milik Pemerintah Dapat di lihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 5 Karateristik dan jumlah limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X
Jenis Limbah Jumlah (Kg/8 hari) Karateristik
Sarung tangan disposable 11,00 Infeksius
Masker disposable 7,00 Infeksius
Spuit 14,00 Infeksius
Selang infus 21,00 Infeksius
Botol infus 26,50 Infeksius
56
Tabel 5 (lanjutan) Karateristik dan jumlah limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X
Jenis Limbah Jumlah (Kg/8 hari) Karateristik
Kasa 3,50 Infeksius
Kantong darah 17,00 Infeksius
Botol tempat lender 6,00 Infeksius
Popok 14,50 Infeksius
Kapas 2,50 Infeksius
Penutup kepala 4,00 Infeksius
Kantong urine 13,00 Infeksius
Selang trasfusi darah 33,00 Infeksius
Botol darah 3,00 Infeksius
Cup serum 2,00 Infeksius
Ose inoculum 2,00 Infeksius
Vial 2,00 Infeksius
Yellow tip 0,50 Infeksius
Disposable bag autoclave 6,00 Infeksius
Kertas saring 1,00 Infeksius
Serum 3,50 Benda Tajam
Kaca Slide
Botol obat
2,00
21,00
Banda Tajam
Benda Tajam
Jarum suntik 14,00 Benda Tajam
Silet 0,50 Benda Tajam
Botol bekas injeksi 4,00 Benda Tajam
Pisau bedah 0,50 Benda Tajam
Darah 13,00 Patologis
Jaringan Tubuh 6,00 Patologis
Sumber: hasil pengambilan sampel 8 hari
Berdasarkan Tabel 5 karateristik limbah medis yang dihasilkan dari
layanan kesehatan Rumah Sakit Milik Pemerintah X adalah limbah infeksius,
limbah benda tajam dan limbah patologis. Sedangkan untuk limbah yang
berbentuk cair, diolah di Instalasi Pengohalan Air Limbah (IPAL) yang terdapat di
Rumah Sakit Milik Pemerintah X. Pada pengambilan sampel 8 hari, tidak
ditemukan limbah farmasi. Kemudian ketiga karateristik limbah tersebut di
presentasikan seperti gambar berikut ini
57
Gambar 2 Presentase karateristik limbah medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa karateristik limbah yang paling
banyak di hasilkan di Rumah Sakit Milik Pemerintah X adalah limbah infeksius
dengan presentase 75,2 % dengan jumlah 195,5 kg/8hari. Berikut jenis limbah
yang termasuk kedalam karateristik limbah infeksius.
Gambar 3 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Pemerintah X yang tergolong limbah
infeksius
Presentase Karateristik Limbah Medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X
1
2
3
75,2% 17,5%
7,3%
Limbah Infeksius
Limbah Benda Tajam
Limbah Patologis
0
5
10
15
20
25
30
35
Saru
ng
tan
gan
Mas
ker
Spu
it
sela
ng
infu
s
bo
tol i
nfu
s
Kas
a
Pe
rban
kan
ton
g d
arah
Bo
tol l
end
ir
Po
po
k
Kap
as
pen
utu
p k
epal
a
kan
ton
g u
rin
e
sela
ng
tras
fusi
dar
ah
bo
tol d
arah
cup
ser
um
ose
ino
kulu
m
vial
yello
w t
ip
dis
po
sab
le b
ag a
uto
clav
e
kert
as s
arin
g
Ber
at
Lim
ba
h (
kg
)
58
75,2 % limbah infeksius Rumah Sakit Milik Pemerintah X atau sekitar
195,5 kg/8hari terdiri dari: 11 kg sarung tangan, 7 kg masker, 14 kg spuit, 21 kg
selang infus, 26,5 kg botol infus, 3,5 kg kasa, 6 kg perban, 17 kg kantong darah, 6
kg botol lendir, 14,5 kg popok, 2,5 kg kapas, 4 kg penutup kepala, 13 kg kantong
urine, 33 kg selang transfusi darah, 3kg botol darah, 2kg cup serum, 2 kg ose
inokulum, 2 kg vial, 0,5 yellow tip, 6 kg disposable bag autoclave, dan 1 kg
kertas saring. Seluruh limbah ini dihasilkan dari semua layanan kesehatan di
Rumah Sakit Milik Pemerintah X.
Gambar 4 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Pemerintah X yang tergolong benda
tajam
Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa 17,5% atau sekitar 46,5
kg/8 hari limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Milik Pemerintah X adalah limbah
benda tajam. Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa limbah benda tajam terdiri
dari 3,5kg serum, 2kg kaca slide, 21kg botol obat, 14kg jarum suntik, 0,5kg silet,
4kg botol bekas injeksi dan 0,5kg pisau bedah yang telah rusak.
0
5
10
15
20
25
serum KacaSlide
botolobat
jarumsuntik
Silet botolbekasinjeksi
pisaubedah
Ber
at
Lim
bah
(k
g)
59
Gambar 5 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Pemerintah X yang tergolong limbah
patologis
Pada Gambar 4.4 presentase limbah patologis Rumah Sakit Milik
Pemerintah adalah sekitar 7,3 % atau sekitar 19kg/8hari. Gambar 5 menunjukkan
bahwa Limbah 7,3% limbah patologis terdiri dari 13kg darah dan 6kg jaringan
tubuh yang bersumber dari ruang operasi dan ruang bersalin.
2. Sumber dan Jenis Limbah Medis Padat Rumah Sakit Swasta Y
Berdasarkan pengambilan sampel 8 hari yang di lakukan di rumah sakit
swasta, ada 17 ruangan penghasil limbah medis padat, yaitu : Ruang Perawatan 1,
Ruang Perawatan 2, Ruang Perawatan 3, Ruang Perawatan 4, Ruang Perawatan 5,
Ruang Perawatan 6, Poli Gigi, Poli Bedah, ICU, UGD, Ruang Operasi (OK),
Ruang Bersalin, Ruang Kemoterapi, Ruang Mikrobiologi, Radiologi, Kamar Bayi,
dan Laboratorium.
Rumah sakit swasta Y tidak melakukan pencatatan dan penimbangan
limbah sebelum di tampung di TPS sehingga dilakukan pengambilan sampel 8
hari secara berturut-turut. Berdasarkan Tabel 6, limbah masker ditemukan hampir
di seluruh ruangan yang ada di Rumah Sakit Swasta Y kecuali pada Ruang
Kemoterapi.
0
2
4
6
8
10
12
14
darah jaringan TubuhB
erat
Lim
bah
(k
g)
60
Berikut ini hasil Observasi, wawancara dan pengambilan sampel mengenai
sumber dan jenis limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Swasta Y.
Tabel 6 Sumber dan jenis Limbah yang Dihasilkan Rumah Sakit Swasta Y
No Sumber Limbah Jenis Limbah Medis
1 Ruang perawatan 1 Selang kateter, sarung tangan terkontaminasi, masker
terkontaminasi,spuit dan jarumnya, selang infus,botol
obat, kantong urin, botol infus.
2 Ruang perawatan 2 Selang kateter,sarung tangan terkontaminasi, masker
terkontaminasi, spuit dan jarumnya, selang infus, botol
infus, kantong urine.
3 Ruang Perawatan 3 Botol infus, selang kateter, kantong urine, kasa,
perban, handskun, masker,botol obat, spuit dan
jarumnya.
4 Ruang perawatan 4 Botol infus,selang infus,selang kateter, kantong darah,
sarung tangan terkontaminasi, verban
terkontaminasi,kasa terkontaminasi, masker
terkontaminasi, spuit dan jarumnya.
5
Ruang perawatan 5 Selang infus, botol infus, sarung tangan terkintaminasi,
masker terkontaminasi, perban terkontaminasi, plastik
obat.
6
7
Ruang perawatan 6
Ruang kemoterapi
Botol infus, selang kateter,kantong urine, kasa
terkontaminasi, verban terkontaminasi, sarung tangan
terkontaminasi, selang infus, masker terkontaminasi,
popok, spuit dan jarumnya.
Botol obat, sarung tangan terkontaminasi penutup
kepala.
8 ICU Sarung tangan terkontaminasi, selang kateter, kantong
urine, kantong darah, botol infus, selang infus, masker
terkontaminasi, kasa terkontaminasi, spuit dan
jarumnya, popok, penutup kepala.
9 Ruang operasi Botol infus, kasa terkontaminasi,sarung tangan
terkontaminasi,spuit dan jarumnya, masker
terkontaminasi, jaringan tubuh, penutup kepala.
10 Laboratorium Spuit dan jarumnya, kapas,sarung tangan
terkontaminasi, masker terkontaminasi , kasa
terkontaminasi,wadah specimen.
11
Poli gigi Sarung tangan terkontaminasi, kasa terkontaminasi,
masker terkontaminasi , kapas terkontaminasi, gigi.
61
Tabel 6 (lanjutan) Sumber dan jenis Limbah yang Dihasilkan Rumah Sakit Swast
Y
No Sumber Limbah Jenis Limbah Medis
12 UGD Selang kateter,kantong urine, Darah atau cairan tubuh
selang infus, masker terkontaminasi, kasa
terkontaminasi ,sarung tangan terkontaminasi, spuit
dan jarumnya
13 Laboratorium
mikrobiologi
Masker terkontaminasi, sarung tangan terkontaminasi ,
petutup kepala, glass slide
14 Ruang bersalin Silet, Darah atau cairan tubuh, Sarung tangan
terkontaminasi , Masker terkontaminasi , selang infus,
Ari-ari bayi, Spuit dan jarumnya.
15 Radiologi Vacuum tube, kapas terkontaminasi , spuit dan
jarumnya,sarung tangan terkontaminasi, masker
terkontaminasi , penutup kepala.
16 Kamar Bayi Masker terkontaminasi, popok, selang infus, botol
infus, sarung tangan terkontaminasi, spuit dan
jarumnya.
17 Poli bedah Masker terkontaminasi, sarung tangan terkontaminasi,
spuit dan jarumnya.
Sumber: hasil pengambilan sampel 8 hari
Rumah sakit swasta tidak melakukan pencatatan dan penimbangan limbah
sebelum di tampung di TPS. Hal ini menyebabkan pihak rumah sakit tidak
mengetahui jumlah dan jenis limbah yang dihasilkan setiap hatinya. Oleh karena
itu dilakukan pengambilan sampel 8 hari secara berturut-turut. Berdasarkan Tabel
4.4, limbah masker ditemukan hampir di seluruh ruangan yang ada di Rumah
Sakit Swasta Y kecuali pada Ruang Kemoterapi.
Berdasarkan wawancara, Obervasi dan pengambilan sampel 8 hari yang
dilakukan, Rumah Sakit Swasta menghasilkan berbagai macam karateristik
limbah medis padat. Berikut Tabel karateristik limbah berdasarkan jenis limbah
yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Swasta:
62
Tabel 7 Karateristik dan Jumlah Limbah Rumah Sakit Swasta Y
Jenis Limbah Jumlah (kg/8hari) Karateristik
Sarung tangan disposible
Masker disposible
Spuit
4,00
6,00
17,00
Infeksius
Infeksius
Infeksius
selang infus 12,00 Infeksius
botol infus 27,00 Infeksius
Kasa 2,50 Infeksius
Perban 4,00 Infeksius
kantong darah 18,00 Infeksius
plastik obat 1,50 Infeksius
Popok 19,00 Infeksius
Kapas 2,50 Infeksius
penutup kepala 2,50 Infeksius
kantong urine 19,00 Infeksius
selang kateter 12,00 Infeksius
botol obat 18,00 benda tajam
jarum suntik 8,50 benda tajam
Silet 0,50 benda tajam
vacuum tube 2,50 benda tajam
kaca slide 2,00 benda tajam
gigi
Jaringan tubuh
Botol obat sisa kemoterapi
Sarung tangan
Penutup kepala
0,50
4,00
6,00
2,00
1,00
Patologis
Patologis
Sitoksis
Sitoksis
Sitoksis
Sumber : hasil pengambilan sampel 8 hari
Berdasarkan Tabel 4.4 limbah dikelompokkan berdasarkan karateristiknya,
ada 4 karateristik limbah yang ada di Rumah Sakit Swasta, yaitu limbah infeksius,
limbah benda tajam, limbah patologis dan limbah sitoksis. Limbah infeksius
paling banyak dihasilkan oleh Rumah Sakit Swasta Y. Jumlah masing-masing
63
karateristik limbah kemudian di presentasekan seperti gambar dibawah ini:
Gambar 6 Presentase karateristik limbah medis Rumah Sakit Swasta Y
Gambar 6 menunjukkan bahwa karateristik limbah medis yang ada di
Rumah Sakit Swasta ada 4 karateristik yaitu terdiri dari 77% limbah infeksius,
16% limbah benda tajam, 5% limbah sitoksis dan 2% limbah patologis.
Gambar 7 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Swasta Y yang tergolong limbah
infeksius
77% 16% 2% 5%
Presentase Karateristik Limbah Medis Rumah Sakit Swasta Y
1
2
3
4
Limbah
Infeksius
Limbah Benda
Tajam
Limbah
Sitoksis
Limbah
Patologis
Ber
at L
imb
ah (
Kg)
0
5
10
15
20
25
30
Ber
at
Lim
bah
(k
g)
64
Pada Gambar 7 presentase limbah infeksius adalah 77% atau sekitar 147kg
dari 8 hari pengambilan sampel. 77% limbah infeksius yang dihasikan Rumah
Sakit Swasta Y terdiri dari 17 kg spuit, 12 kg selang infus, 27 kg botol infus, 2,5
kg kasa, 4 kg perban, 18 kg kantong darah, 1,5 kg plastik obat, 19 kg popok, 2,5
kg kapas, 2,5 kg penutup kepala, 19 kg kantong urine dan 12 kg selang kateter.
Limbah ini berasal dari seluruh ruangan kecuali ruang kemoterapi.
Gambar 8 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Swasta Y yang tergolong limbah
benda tajam
Pada Gambar 8 menyatakan bahwa presentase limbah benda tajam Rumah
Sakit Swasta adalah 16% atau sekitar 31,5 kg limbah selama 8 hari pengambilan
sampel. Berdasarkan Gambar 4.6 limbah benda tajam Rumah Sakit Swasta terdiri
dari 18 kg botol obat, 8,5 kg jarum suntik, 0,5 kg silet, 2,5 kg vacuum tube dan 2
kg kaca slide.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
botol obat jarumsuntik
Silet vacuumtube
kaca slide
Ber
at
Lim
bah
(k
g)
65
Gambar 9 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Swasta Y yang tergolong limbah
patologis
Presentase limbah patologis adalah 2% atau sebanyak 4,50 kg limbah
patologis Rumah Sakit Swasta berasal dai 0,5 kg gigi dan 4 kg jaringan tubuh.
Limbah ini berasal dari ruangan poli klinik dan ruang operasi.
Gambar 10 Grafik jenis limbah Rumah Sakit Swasta Y yang tergolong limbah
sitoksis
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Gigi jaringan tubuh
Ber
at
Lim
bah
(k
g)
0
1
2
3
4
5
6
7
botol obat sarung tangan penutup kepala
Ber
at
Lim
bah
(k
g)
66
Limbah sitotoksi adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksi untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel. Berdasarkan
Gambar 4.5 presentase limbah sitoksis adalah sebesar 5% atau sekitar 9 kg.
5% Limbah sitoksis Rumah Sakit Swasta Y berasal dari 6 kg botol obat
sisa kemoterapi, 2 kg sarung tangan dan 1 kg penutup kepala yang digunakan
pada saat kegiatan kemoterapi berlangsung.
D. Analisis Timbulan Limbah Medis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka di peroleh data berat limbah
medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Milik Swasta Y dari
masing-masing sumber per hari selama 8 hari periode penelitian pada Tabel 8 dan
Tabel 9
Dari data sampling Tabel 8 diperoleh nilai berat timbulan limbah medis
Rumah Sakit Milik Pemerintah X selama 8 hari sebanyak 260 kg dengan berat
rata-rata yang dihasilkan per hari adalah 32,50 kg/hari. Sedangkan berat timbulan
limbah medis Rumah Sakit Swasta Y pada Tabel 9 adalah sebanyak 192 kg
dengan berat rata-rata 24 kg/hari . Data tersebut dapat dilihat terdapat hari-hari
dimana nilai limbah medis yang dihasilkan adalah ) kg. Artinya pada hari tersebut
ruangan tidak menghasilkan limbah.
Perbedaan jumlah timbulan limbah medis antara Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Milik Swasta Y di sebabkan oleh layanan
kesehatan di Rumah Sakit Milik Pemerintah X lebih banyak di bandingkan di
Rumah Sakit Swasta Y, selain itu jumlah kapasitas Rumah Sakit Milik Pemerintah
67
X juga lebih banyak di bandingkan Rumah Sakit Swasta Y. Hal itulah yang
menyebabkan timbulan limbah medis Rumah Sakit Pemerintah X lebih banyak
dibandingkan Rumah Sakit Swasta Y.
68
Tabel 8 Berat timbulan limbah medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X
No Sumber Limbah
Timbulan Hari ke (kg/hari) Total Timbulan
(kg/sumber/8hari)
Rata-rata
Timbulan
(kg/sumber/hari)
1 2 3 4 5 6 7 8
rabu kamis jumat Sabtu minggu senin selasa rabu
1 Ruang Perawatan 1 1,50 1,00 1,50 4,00 1,00 1,00 1,00 2,50 13,50 1,69
2 Ruang Perawatan 2 0,50 1,00 1,00 1,50 0,50 1,50 2,00 1,50 9,50 1,19
3 Ruang Perawatan 3 0,50 0,50 1,00 0,50 1,00 1,00 0,50 0,50 5,50 0,69
4 Ruang Perawatan 4 2,00 1,50 1,00 2,50 2,00 3,00 1,50 1,50 15,00 1,88
5 Ruang Perawatan 5 2,00 1,50 2,00 1,50 4,00 3,00 3,00 2,50 19,50 2,44
6 Ruang Perawatan 6 2,00 1,50 2,00 2,50 1,00 1,00 1,50 2,00 13,50 1,69
7 Ruang Perawatan 7 1,50 1,00 1,00 0,50 1,00 1,50 1,00 2,00 9,50 1,19
8 ICU 0,00 1,00 1,00 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 4,50 0,56
9 UGD 2,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 1,00 1,50 12,00 1,50
10 Hermodialisa 6,00 4,50 5,00 4,00 5,00 7,50 7,00 5,00 44,00 5,50
11 Ruang bersalin 2,00 3,00 4,00 2,00 1,00 3,00 4,00 2,00 21,00 2,63
12 CVCU 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 6,00 0,75
13 Kamar Bayi 1,00 1,50 1,00 2,00 2,00 3,00 2,50 2,00 15,00 1,88
14 Laboratorium 1,00 1,50 0,50 0,50 0,50 2,50 2,00 2,00 10,50 1,31
15 Ruang Operasi 4,00 2,00 3,00 2,00 3,00 5,00 6,00 5,00 30,00 3,75
16 Bank Darah 2,00 2,50 1,00 1,50 2,00 1,50 2,50 2,00 15,00 1,88
17 Poli THT 1,00 2,00 2,00 0,00 0,00 1,50 1,50 1,00 9,00 1,13
18 MDR 0,50 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 1,50 1,00 7,00 0,88
TOTAL 30,00 30,00 31,00 28,50 27,00 38,50 39,50 35,50 260,00 32,50
Keterangan: 0 : Ruangan pada hari tersebut tidak menghasilkan limbah
Sumber: hasil pengambilan sampel 8 hari
69
Tabel 9 Berat timbulan limbah medis Rumah Sakit Swasta Y
No Sumber Limbah
Timbulan Hari ke (kg/hari) Total Timbulan
(kg/8 hari)
Rata-rata Timbulan
(kg/hari) 1 2 3 4 5 6 7 8
rabu kamis jumat Sabtu minggu senin selasa rabu
1 Ruang perawatan 1 1,00 0,50 1,50 0,50 0,50 2,00 0,50 0,50 7,00 0,88
2 Ruang perawatan 2 1,00 2,00 1,50 1,00 2,00 1,50 8,50 2,50 20,00 2,50
3 Ruang Perawatan 3 1,00 1,00 0,50 1,00 1,50 1,50 10,50 3,00 20,00 2,50
4 Ruang perawatan 4 1,50 2,00 1,00 1,00 1,50 3,00 2,00 4,00 16,00 2,00
5 Ruang perawatan 5 1,00 1,50 0,50 1,00 1,50 2,50 0,50 2,00 10,50 1,31
6 Ruang perawatan 6 0,50 2,00 0,50 1,50 1,00 1,50 1,00 3,00 11,00 1,38
7 ruang kemoterapi 0,00 0,50 2,00 0,50 1,00 2,50 4,00 0,00 10,50 1,31
8 ICU 2,50 3,50 2,00 4,00 3,50 3,00 1,50 1,50 21,50 2,69
9 Ruang operasi 1,50 2,00 1,00 3,00 2,50 1,00 1,00 3,00 15,00 1,88
10 Laboratorium 1,00 0,50 1,50 1,00 1,00 1,50 1,00 0,50 8,00 1,00
11 Poli gigi 0,50 0,00 0,50 0,00 0,00 0,50 0,00 0,00 1,50 0,19
12 UGD 1,50 0,50 2,00 1,00 1,50 1,50 2,00 4,00 14,00 1,75
13 Ruang mikrobiologi 0,50 1,00 0,50 0,00 0,00 1,00 0,00 0,50 3,50 0,44
14 Ruang bersalin 0,50 1,00 2,00 0,50 0,00 0,50 0,00 3,50 8,00 1,00
15 Radiologi 1,50 0,50 1,00 1,50 0,00 1,00 1,50 2,50 9,50 1,19
16 Kamar Bayi 0,50 1,00 2,00 1,00 1,50 3,50 1,00 1,00 11,50 1,44
17 Poli bedah 1,00 0,50 0,50 0,00 0,00 1,50 0,00 1,00 4,50 0,56
Total RSS 17,00 20,00 20,50 18,50 19,00 29,50 35,00 32,50 192,00 24,00
Keterangan: 0 : Ruangan pada hari tersebut tidak menghasilkan limbah
Sumber: hasil pengambilan sampel 8 hari
70
Gambar 11 Grafik berat timbulan limbah medis yang dihasilkan per Hari
Data diatas menunjukkan bahwa timbulan per hari limbah medis padat
pada Rumah Sakit Milik Pemerintah X lebih banyak dibandingkan timbulan
limbah Rumah Sakit Swasta Y. Terjadi kenaikan volume timbulan limbah yang
signifikan dari hari minggu ke hari senin pada masing-masing rumah sakit, hal ini
dapat disebabkan karena ada beberapa layanan kesehatan yang tidak beroperasi
secara maksimal pada hari minggu di bandingkan dengan hari senin.
Berdasarkan Gambar 11 juga dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
yang sangat signifikan pada timbulan limbah pada hari rabu minggu pertama dan
pada hari rabu minggu kedua di Rumah Sakit Swasta Y, hal ini di sebabkan oleh
banyaknya timbulan limbah yang dihasilkan pada hari rabu minggu kedua pada
Rumah Sakit Swasta Y khususnya pada ruang perawatan, UGD dan pada ruang
operasi. Berikut ini perhitungan jumlah timbulan limbah medis berdasarkan rata-
rata jumlah pasien perhari.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
RSN
RSS
RSP RSS
Ber
at
Lim
bah
(k
g)
71
Tabel 10 Berat timbulan Rumah Sakit Milik Pemerintah X berdasarkan jumlah
pasien
No Nama Ruangan Rata-rata Limbah
Medis Perhari (kg)
Rata-rata
Jumlah
Pasien/Hari
Rata-rata
Timbulan
(Pasien/hari)
1 Ruang Perawatan 1 1,69 12 0,14
2 Ruang Perawatan 2 1,19 7 0,17
3 Ruang Perawatan 3 0,69 5 0,14
4 Ruang Perawatan 4 1,88 8 0,24
5 Ruang Perawatan 5 2,44 19 0,13
6 Ruang Perawatan 6 1,69 8 0,21
7 Ruang Perawatan 7 1,19 9 0,13
8 ICU 0,56 4 0,14
9 UGD 1,5 9 0,17
10 Ruang Operasi 3,75 10 0,38
11 Ruang bersalin 2,63 8 0,33
12 Laboratorium 1,31 47 0,03
13 Kamar Bayi 1,88 15 0,13
14 CVCU 0,75 6 0,13
15 Bank Darah 1,88 13 0,14
16 Poli THT 1,13 12 0,09
17 Poli MDR 0,88 6 0,15
18 Hermodialisa 5,5 10 0,55
TOTAL 32,54 208 0,16
Sumber: hasil pengambilan sampel 8 hari
Tabel 11 Berat timbulan Rumah Sakit Swasta Y berdasarkan jumlah pasien
No Nama Ruangan
Rata-rata
Limbah Medis
Perhari (kg)
Rata-rata
Jumlah
Pasien/Hari
Rata-rata
Timbulan
(Pasien/hari)
1 Ruang perawatan aisyah 0,88 8 0,11
2 Ruang perawatan aminah 2,5 15 0,17
3 Ruang Perawatan assafi 2,5 17 0,15
4 Ruang perawatan Asyifah 2 9 0,22
5 Ruang perawatan 1,31 9 0,15
6 Ruang perawatan raoddah 1,38 9 0,15
7 ruang kemoterapi 1,31 5 0,26
8 ICU 2,69 10 0,27
9 UGD 1,75 10 0,18
10 Ruang Operasi 1,88 5 0,38
11 Ruang bersalin 1 5 0,2
12 Laboratorium 1 34 0,03
13 Kamar Bayi 1,44 9 0,16
14 Ruang mikrobiologi 0,44 14 0,03
15 Radiologi 1,19 6 0,2
16 Poli gigi 0,19 6 0,03
17 Poli bedah 0,56 9 0,06
Total 24 180 0,13
Sumber: hasil pengambilan sampel 8 hari
72
Gambar 12 Grafik rata-rata timbulan limbah medis berdasarkan sumber per
pasien per hari Rumah Sakit Milik Pemerintah X
Berdasarkan Gambar 12 diketahui sumber yang paling banyak
menghasilkan limbah adalah Ruang hermodialisa yaitu 0,55 kg/ pasien perhari.
Limbah yang terdapa pada ruang hermodialisa terdiri dari Kantong darah, jarum
suntik, spoit, selang transfusi darah, selang infus, botol infus, masker. Jika di
totalkan ruang perawatan menghasilkan limbah sebanyak 1,16 kg/pasien/hari.
Sedangkan ruang yang paling sedikit menghasilkan limbah adalah laboratorium
dengan 0,03 kg/pasiern perhari. Hal ini disebabkan karena laboratorium tidak
melakukan tindakan medis sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit.
Berdasarkan Gambar 13 ruang yang paling banyak menghasilkan limbah
adalah ruang operasi yaitu 0,38 kg/pasien perhari. Total Jumlah limbah yang
berasal dari ruang perawatan adalah sebesar 0,94 kg/pasien perhari. Sedangkan
limbah yang paling sedikit dihasilkan yaitu dari ruang poli gigi, ruang radiologi
dan ruang laboratorium yaitu masing–masing menghasilkan limbah 0,03 kg/
pasien perhari.
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Ket:
1 : Baji Pamai 6 : Baji ati 11 : Ruang bersalin 16 : Poli THT 2 : Baji Gau 7 : Baji Ada' 12 : Laboratorium 17 : Poli MDR
3: Baji Areng 8 : ICU 13 : Kamar Bayi 18 : Hermodialisa 4 : Baji Dakka 9 : UGD 14 : CVCU
5 : Baji Kamase 10 : Ruang Operasi 15 : Bank Darah
Ber
at L
imb
ah (
Kg)
73
Gambar 13 Grafik rata-rata timbulan limbah medis berdasarkan sumber per
pasien per hari Rumah Sakit Swasta Y
Sesuai dengan Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa Rata-rata Jumlah
Timbulan Limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X adalah 32,50 kg/ hari dengan
rata-rata jumlah kunjungan pasien 208 pasien perhari. Dengan demikian Rumah
Sakit Milik Pemerintah X menghasilkan limbah sebesar 0,16 kg/pasien perhari.
Sedangkan Tabel 11 jumlah rata-rata timbulan limbah medis Rumah Sakit Swasta
Y adalah sebanyak 24,00 kg/hari, jumlah rata-rata pengunjung adalah 180
pasien/hari. Dengan demikian Rumah Sakit Swasta Y menghasilkan
0,13kg/pasien perhari.
Perbedaan jumlah limbah yang dihasilkan disebabkan oleh jumlah
pengunjung dan layanan Rumah Sakit Milik Pemerintah X lebih banyak
dibandingkan Rumah Sakit Swasta Y sehingga limbah yang dihasilkan juga lebih
banyak.
0,000,050,100,150,200,250,300,350,40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17Ket:
1 : Perawatan 1 6 : Perawatan 6 11 : Ruang bersalin 16 : Poli Gigi
2 : Perawatan 2 7 : Ruang Kemoterapi 12 : Laboratorium 17 : Poli bedah
3: Perawatan 3 8 : ICU 13 : Kamar Bayi
4 : Perawatan 4 9 : UGD 14 : Ruang mikrobiologi
5 : Perawatan 5 10 : Ruang Operasi 15 : Radiologi
Ber
at L
imb
ah (
Kg)
74
E. Analisis Pengolahan Limbah Rumah Sakit Pemerintah X dan Rumah
Sakit Swasta Y
1. Pengolahan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik Pemerintah X
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dengan pihak
Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Milik Pemerintah X, bahwa pihak
rumah sakit telah melakukan pemisahan limbah medis padat berdasarkan limbah
non medis, limbah medis dan limbah benda tajam pada masing-masing ruangan
yang menghasilkan limba medis. Kegiatan pengumpulan dan pengangkuta limbah
dilakukan dua kali sehari oleh petugas cleaning service.
Pihak Rumah Sakit Milik Pemerintah juga melakukan pencatatan dan
penimbangan limbah berdasarkan sumber limbah sebelum limbah di simpan di
TPS. Rumah Sakit Milik Pemerintah X Memusnahkan limbahnya dengan
menggunakan insenerator. Pemusnahan limbah dengan insenerator dilakukan 2-3
kali dalam sebulan. kemudian Abu sisa insenerator kemudian di serahkan kepada
pihak ketiga yaitu PT. Multazam. Berikut skema pengelolaan limbah medis
Rumah Sakit Milik Pemerintah X.
75
Gambar 14 Skema pengolahan limbah medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X
berdasarkan hasil observasi
Berdasarkan Gambar 4.13 pengelolaan limbah medis Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Pemilahan (segresi) Limbah Medis
Pemisahan dan pewadahan limbah medis padat merupakan tanggung
jawab dari kepala ruangan dan perawat ruangan. Pada masing-masing ruangan
telah disediakan tempat sampah berbahan plastik untuk pewadahan limbah medis
dan limbah non medis. Wadah limbah medis yang terdiri dari limbah infeksius
dan limbah patologis di tampung pada wadah yang dilapisi dengan kantong
plastik kuning. Limbah non medis yang terdiri dari plastik sisa makanan, botol
minuman, tisu, sisa makanan, kertas dan limbah domestik lainnya di tampung
Pihak Ke-3 Pihak Ke-3
Abu Insenerator
Pihak Ketiga
Kontainer
Sampah
TPA
TPS
Insenerator
Sumber
Non
Medis
Limbah
Benda
Tajam
Limbah
Infeksius
Limbah
Patologis
Kantong Kuning Safety Box Kantong
Hitam
76
pada wadah yang dilapisi dengan kantong plastik berwarna hitam. Serta
dilengkapi dengan safety box untuk menampung benda tajam. Tempat sampah
limbah diberi label dengan tulisan limbah medis. Namun, masih saja terjadi
percampuran limbah. Hal ini diakibatkan oleh kelalaian perawat yang bertugas di
ruangan.
Gambar 15 Wadah penampungan limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X
b. Pengumpulan Limbah Medis
Pengumpulan limbah medis merupakan tanggung jawab dari cleaning
service. Cleaning service bertugas mengumpulkan limbah dari tiap ruangan
sebelum diangkut ke tempat penampungan sementara yang terletak di belakang
gedung rumah sakit. Pengangkutan limbah dilakukan 2 kali sehari yaitu pada
pukul 09.00 dan pukul 17.00 WITA petugas berkeliling ruangan mengumpulkan
limbah medis dan non medis dengan menggunakan troli yang tertutup, namun
petugas sama sekali tidak menggunakan alat pelindung diri. Pihak Instalasi
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Milik Pemerintah X telah menyediakan alat
pelindung diri seperti masker dan sarung tangan. Namun, petugas pengumpul
77
limbah tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran
petugas tentang bahaya limbah medis.
c. Pengangkutan Limbah Medis
Dalam pelaksanaan pengangkutan limbah dalam lingkup rumah sakit milik
pemerintah X dilakukan oleh cleaning service. Petugas mengangkut limbah yang
sudah terlebih dahulu dikumpulkan dengan menggunakan tong sampah dorong
(troli) yang tertutup. Kemudian limbah diangkut menuju tempat penampungan
sementara atau TPS yang terletak di bagian belakang gedung rumah sakit.
Gambar 16 Pengangkutan limbah medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X
dengan menggunakan troli
d. Penampungan Limbah Medis
Setelah tahap pengangkutan, selanjutnya limbah akan ditampung pada
TPS. Namun terlebih dahulu petugas akan melakukan mencatat limbah medis
yang telah di angkut dari masing-masing unit. Penyimpanan tersebut sudah
terpisah dengan limbah non-medis. Lokasi TPS limbah medis berada di belakang
Rumah Sakit tepatnya di samping Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
78
Milik Pemerintah X. Adapun konstruksi penyimpanan limbah B3 yang ada di
Rumah Sakit Milik Pemerintah X telah berupaya memenuhi syarat (sesuai
KEPDAL01/1995). Tempat penampungan sementara yang telah ada memilki izin
untuk dipergunakan. Sedangkan untuk Tempat penampungan limbah non-medis
berupa kontainer yang disimpan di belakang Rumah Sakit. Limbah non-medis
akan dibuang di Tempat Pemprosesan Akhir (TPA).
Gambar 17 Tempat penampungan sementara limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X
e. Pemusnahan Limbah Medis
Sejak bulan januari tahun 2014, Rumah Sakit Milik Pemerintah X
melakukan pemusnahan limbah medis dengan menggunakan pembakaran
menggunakan Insinerator. Insenerator yang digunakan adalah insenerator tipe
robotik yang mampu menampung sampai 100 kg limbah dengan suhu 1000 ºC -
1200ºC yang telah memenuhi syarat pemusnahan limbah infeksius, patologis dan
sitoksis Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 . bahan bakar insenerator adalah solar,
tinggi cerobong insenerator adalah 15,47 meter. Hal ini sudah sesuai dengan
Kepala BAPEDAL No. 03 tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan
79
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yaitu ketinggian cerobong minimum 14
meter dari permukaan tanah.
Gambar 18 Insenerator dan Abu sisa pembakaran limbah Rumah Sakit Milik
Pemerintah X
Berdasarkan wawancara dengan pihak Instalasi Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit Milik Pemerintah X, limbah medis dimusnahkan 2-3 kali dalam
sebulan. Karena menunggu limbah medis terkumpul dan biaya yang digunakan
cukup besar untuk satu kali pemusnahan limbah medis. Pembakaran limbah medis
dilakukan malam hari.
f. Pengangkutan Oleh Pihak Ketiga
Dari proses pemusnahan limbah dengan menggunakan insenerator akan
dihasilkan abu sisa insenerator. Abu sisa insenerator kemudian diserahkan kepada
pihak ketiga yaitu PT. Tenang Jaya Sejahtera sesuai dengan Surat Keputusan dari
Kementerian Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2012 Tentang Izin Pemanfaatan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Surat Keputusan Kementerian
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 2013 Tentang Izin Pengoperasian Alat
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dengan Metoda
Elektrokoagulasi dan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 50
80
Tahun 2013 Tentang Izin Pengoperasian (Insenerator) Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. Dengan bantuan pengangkutan dari pihak PT. Multazam yang
memiliki Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 dari Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutan RI No:B-14667/Dep.IV/LH/PDAL/12/2014 dan ijin
penyelenggara angkutan khusus untuk barang berbahaya Direktorat Jendral
Perhubungan Darat No.SK.1724/AJ.309/DJPD/2016/730710027BB.
2. Pengolahan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik Swasta Y
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pengolahan limbah medis
padat yang dilakukan dari tiap sumber yang terdapat di Rumah Sakit Swasta Y.
Perbedaan pengelolaan limbah medis pada Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan
Rumah Sakit Swasta Y terdapat pada pemusnahan limbah. Rumah Sakit Swasta
tidak memiliki alat untuk memusnahkan limbah medisnya. Sehingga limbah
medis pada Rumah Sakit Swasta diserahkan ke pihak ketiga. Berikut skema
pengelolaan limbah medis Rumah Sakit Swasta Y.
Sumber Limbah Rumah Sakit Swasta berasal dari Poliklinik, Ruang
perawatan, IGD, ICU, Laboratorium, Ruang Operasi, Ruang Bersalin, Kamar
Bayi, Ruang Kemoterapi dan Ruang Radiologi. Limbah yang dihasilkan oleh
setiap ruangan bermacam-macam yaitu limbah infeksius (kasa bekas, kapas bekas,
verband, keteter, sarung tangan, botol infus dan sebagainya), limbah tajam (jarum,
silet dan botol obat), Limbah citoksis (Botol obat sisa kemoterapi) dan limbah
jaringan tubuh. Berikut skema pengelolaan limbah pada Rumah Sakit Swasta Y :
81
Gambar 19 Skema pengolahan limbah medis Rumah Sakit Swasta Y berdasarkan
hasil observasi
Berikut ini penjelasan mengenai pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit
Swasta Y :
a. Pemilahan (segresi) Limbah Medis
Pemisahan dan pewadahan limbah medis padat merupakan tanggung
jawab dari kepala ruangan dan perawat ruangan. Pada masing-masing ruangan
telah disediakan tempat sampah berbahan plastik untuk pewadahan limbah medis
dan limbah non medis. Wadah limbah medis dilapisi dengan kantong plastik
kuning, limbah citoksis ditampung pada wadah yang dilapisi dengan kantong
plastik ungu, sedangkan wadah limbah non medis, serta dilengkapi dengan safety
Kontainer
Sampah
TPA
TPS
Pihak Ketiga
Non
Medis
Limbah
Benda
Tajam
Limbah
Infeksius
Limbah
Patologi
s
Kantong
Kuning Safety Box
Kantong
Hitam
Limbah
Sitoksis
Kantong
Ungu
Sumber
82
box untuk menampung benda tajam. Tempat sampah limbah diberi label dengan
tulisan limbah medis. Namun, masih saja terjadi percampuran limbah. Hal ini
diakibatkan oleh kelalaian perawat yang bertugas di ruangan.
Gambar 20 Wadah penampungan limbah Rumah Sakit Swasta Y
b. Pengumpulan Limbah Medis
Pengumpulan limbah medis merupakan tanggung jawab dari petugas
cleaning service, setiap hari petugas berkeliling ruangan untuk mengumpulkan
limbah sebelum diangkut menuju tempat penampungan sementara. Kegiatan
pengangkutan limbah biasanya dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 dan
17.00 WITA, khusus untuk limbah medis yang berasal dari ruang operasi,
diangkut pada pukul 00.00 WITA. Sebelum diangkut menuju TPS limbah medis
dikumpulkan di tangga lantai satu, setelah limbah medis dari seluruh ruangan
telah di kumpulkan, limbah kemudian diangkut menuju TPS dengan
menggunakan gerobak pengangkut limbah medis.
Berdasarkan hasil observasi, petugas pengangkut limbah pada Rumah
Sakit Swasta Y sama sekali tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat
mengangkut limbah medis.
83
Gambar 21 Pengumpulan limbah medis Rumah Sakit Swasta Y
c. Pengangkutan Limbah Medis
Berdasarkan wawancara dan observasi pada Rumah Sakit Swasta Y,
limbah yang telah dikumpulkan menggunakan wadah yang terbuka kemudian
diangkut menuju tempat penampungan sementara yang terletak di belakang rumah
sakit dengan menggunakan gerobak. Petugas menggunakan gerobak karena
wadah yang digunakan tidak memiliki roda dan jarak menuju TPS cukup jauh.
Gambar 22 Alat pengangkut limbah medis Rumah Sakit Swasta Y
84
d. Penampungan Limbah Medis
Setelah tahap pengangkutan, limbah di tampung pada tempat
penampungan sementara atau TPS limbah B3 yang terletak di belakang rumah
sakit. Jarak TPS dengan gedung utama ±35 meter dari gedung utama. Adapun
konstruksi penampungan limbah B3 yang ada di Rumah Sakit Swasta Y telah
berupaya memenuhi syarat (sesuai KEPDAL01/1995). Jarak TPS yang cukup jauh
dari gedung utama dapat dikatakan aman dari jangkauan orang asing. Setelah
limbah diangkut, limbah medis langsung dimasukkan ke dalam TPS, tidak ada
kegiatan pencatatan dan penimbangan limbah medis padat.
Gambar 23 Tempat Penampungan Sementara Limbah Medis Rumah Sakit
Swasta Y
e. Pemusnahan Limbah Medis
Rumah Sakit Milik Swasta Y tidak memiliki insenerator untuk
memusnahkan limbah medis. Limbah yang telah ditampung di TPS akan
diserahkan pada pihak ketiga untuk mengolah limbah medis tersebut. Pihak ketiga
yaitu PT. Tenang Jaya Sejahtera sesuai dengan Surat Keputusan dari Kementerian
Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2012 Tentang Izin Pemanfaatan Limbah Bahan
85
Berbahaya dan Beracun, Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 49
Tahun 2013 Tentang Izin Pengoperasian Alat Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Dengan Metoda Elektrokoagulasi dan Surat Keputusan
Kementerian Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 2013 Tentang Izin Pengoperasian
(Insenerator) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Dengan bantuan
pengangkutan dari pihak PT. Mitra Hijau Asia sesuai Rekomendasi
Pengangkutan Limbah B3 dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutan RI
No:B-14667/Dep.IV/LH/PDAL/12/2014 dan ijin penyelenggara angkutan khusus
untuk barang berbahaya Direktorat Jendral Perhubungan Darat
No.SK.1724/AJ.309/DJPD/2016/730710027BB.
Sebelum limbah medis diangkut, limbah di kemas dalam karton yang
kuat. Setelah limbah medis di kemas, limbah akan ditimbang dan dilakukan
pencatatan jumlah limbah yang diangkut pihak pengangkut. Pihak Rumah Sakit
menghabiskan dana sebesar Rp.33.000 perkilogram untuk menyerahkan limbah
medis kepada pihak pengangkut.
Gambar 24 Pengemasan limbah medis Rumah Sakit Swasta Y oleh pihak ketiga
86
F. Administrasi Pengelolaan Limbah Oleh Pihak Ketiga
Setiap perpindahan limbah bahan berbahaya dan beracun yang keluar dari
TPS harus melakukan proses administrasi yaitu harus menghubungi penanggung
jawab TPS untuk proses serah terima limbah dengan pihak pengangkut atau pihak
ketiga sesuai dengan Surat Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
No.Kep. 02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (terlampir).
G. Evaluasi dan Perbandingan Kesesuaian Persyaratan dan Tata Laksana
Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan
Rumah Sakit Swasta Y
Dalam pengelolaan limbah medis Rumah Sakit Milik Pemerintah dan
Rumah Sakit Swasta mengacu pada Kepmenkes RI Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 yang mengatur mengenai minimasi limbah medis
hingga pengolahan limbah medis. Oleh sebab itu evaluasi terhadap pengelolaan
limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y dilakukan
sesuai dengan peraturan tersebut.
1. Persyaratan Pengelolaan Limbah Medis Padat
a. Minimisasi Limbah
Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y telah
melakukan reduksi limbah berdasarkan sumbernya dengan cara segregasi
(memilih limbah sesuai jenis), housekeeping (menghindari ceceran limbah saat
pengangkutan). Begitu pun dengan pengolahan bahan kimia yang berbahaya dan
beracun dengan cara meminta stok bahan kimia dan farmasi sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit agar tidak berlebihan dan menghindari kadaluarsa.
87
Terbukti pada saat pengambilan sampel tidah ditemukan obat-obatan yang
kadaluarsa.
f. Pemilihan, Pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
Pihak Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y telah
melakukan upaya pemilahan limbah berdasarkan sumber dengan cara
menyediakan tempat penampungan limbah medis dan non medis pada masing-
masing ruangan. Pihak Rumah Sakit Milik Pemerintah X menyediakan tiga jenis
tempat penampungan limbah yaitu tempat untuk menampung limbah non medis,
limbah medis dan limbah benda tajam. Sedangkan Rumah Sakit Swasta Y
menyediakan 4 jenis wadah untuk menampung limbah yaitu untuk menampung
limbah non medis, limbah medis, safety box dan wadah untuk menampung limbah
sitoksis.
Kedua Rumah Sakit ini tidak tidak melakukan daur ulang limbah, limbah
medis berupa jarum suntik tidak digunakan kembali karena telah terkontaminasi.
Spuit dan jarumnya dipisahkan sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun
2004. Limbah spuit dimasukkan ke dalam wadah limbah medis sedangkan jarum
suntik di masukkan dalam safety box.
g. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan
Rumah Sakit Milik Pemerintah X mengangkut limbahnya dengan
menggunakan troli khusus yang tertutup dan telah sesuai dengan Kepmenkes RI
No. 1204 Tahun 2004. Sedangkan pihak Rumah Sakit Swasta Y mengangkut
limbah menggunakan troli yang tidak tertutup. Hal ini menunjukkan pada
pengangkutan limbah, Rumah Sakit Swasta tidak sesuai dengan Kepmenkes RI
No. 1204 Tahun 2004.
88
Penyimpanan limbah Rumah Sakit Pemerintah tidak sesuai dengan iklim,
karena pihak Rumah Sakit menunggu limbah terkumpul hingga 100 kg untuk
dimusnahkan pada insenerator. Rumah Sakit Swasta Y juga tidak melakukan
penyimpanan limbah sesuai dengan iklim karena limbah yang tersimpan pada TPS
diangkut oleh pihak ketiga hanya satu kali sebulan. . Hal ini tidak sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 yaitu penyimpanan limbah medis padat
harus sesuai dengan iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan
musim kemarau paling lama 24 jam.
g. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit
Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y sebelum
mengangkut limbahnya ke luar rumah sakit, terlebih dahulu mengemasnya di
dalam tempat yang kuat berupa kardus. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit
dilakukan menggunakan kendaraan khusus pengangkut limbah medis. Limbah
Rumah Sakit Milik Pemerintah diangkut oleh PT. Multazam sedangkan limbah
Rumah Sakit Swasta diangkut oleh PT. Mitra Hijau Asia. Dengan demikian,
pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan limbah medis pada Rumah Sakit
Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y telah sesuai dengan Kepmenkes
RI No. 1204 Tahun 2004.
h. Pengolahan dan pemusnahan
Limbah medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X tidak dibuang langsung
ke tempat pembuangan akhir, melainkan dimusnahkan dengan menggunakan
insenerator. Kemudian sisa abu insenerator diserahkan kepada pihak ketiga.
Sedangkan limbah medis pada Rumah Sakit Swasta Y langsung diserahkan
kepada pihak ketiga, karena pihak rumah sakit tidak memiliki alat untuk
89
memusnahkan limbahnya. Dengan demikian pengolahan dan pemusnahan limbah
Rumah Sakit Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y telah sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004.
2. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Medis Padat
a. Minimisasi Limbah
Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y tidak
menggunakan bahan-bahan kimia secara berlebihan. Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y juga memesan bahan-bahan sesuai
kebutuhan dan mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor sesuai dengan tata laksana pengecekan barang.
Kedua rumah sakit ini juga mengutamakan menggunakan bahan-bahan
yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa dan menghabiskan
bahan dari setiap kemasan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi limbah bahan
kimia dan farmasi. Terbukti, ketika pengambilan sampel selama 8 hari tidak
ditemukan limbah farmasi. Pihak Instalasi Pengelolaan Limbah Rumah Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y juga mengatakan bahwa jika ada obat-
obatan yang kadaluarsa maka akan dikembalikan ke pihak distributor. Dengan
demikian kedua rumah sakit ini telah memenuhi tata laksana minimisasi limbah
Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004.
b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
Rumah Sakit Milik Pemerintah X telah melakukan pemilahan antara
limbah non medis, limbah medis dan limbah benda tajam. Sehingga pihak rumah
sakit menyediakan tiga jenis wadah yang berbeda guna mencepah pencampuran
limbah. untuk Wadah non medis dilapisi dengan kantong pelastik berwarna hitam
90
untuk memudahkan pengemasan dan mencegar terjadinya ceceran limbah pada
saat pengangkutan.
Rumah Sakit Swasta Y juga melakukan pemisahan limbah berdasarkan
limbah non medis, limbah medis, limbah sitoksis dan limbah benda tajam. Wadah
limbah non medis dilapisi dengan kantong pelastik hitam, wadah limbah medis
dengan kantong plastik kuning sedangkan wadah limbah sitoksis dilapisi dengan
kantok plastik ungu.
Dengan demikian wadah yang digunakan oleh Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y sudah sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan mengacu pada Kepmenkes No. 1204 tahun 2004. Sebelum limbah
limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X disimpan di TPS pihak rumah sakit
melakukan pencatatan dan penimbangan jumlah limbah yang dihasilkan tiap-tiap
sumber, sedangkan Rumah Sakit Swasta Y sekali tidak melakukan pencatatan
jumlah limbah. pencatatan hanya dikakukan pada saat penyerahan limbah kepada
pihak ketiha. Oleh sebab itu pengelolaan limbah rumah Sakit Pemerintah X lebih
baik dibandingkan Rumah Sakit Swasta Y.
c. Tempat Penampungan Sementara
Rumah Sakit Milik Pemerintah X mengolah limbahnya dengan
menggunakan insenerator yang dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau menunggu
limbah terkumpul lebih dari 100 kg. Selain itu keterlambatan pencairan dana
oprasional insenerator juga menyebabkan terlambatnya limbah di musnahkan.
Karena keterbatasan alat pengadaan pengolahan limbah maka Rumah Sakit
Swasta Y menyerahkan limbahnya kepada pihak ketiga 1 kali dalam sebulan,
tergantung volume limbah pada TPS. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan
91
Menteri kesehatan No.1204 Tahun 2004 penyimpanan limbah pada kedua rumah
sakit.
d. Transportasi
Pada saat pengangkutan limbah dari tiap-tiap sumber limbah Rumah Sakit
Milik Pemerintah X dimasukkan dalam kontainer yang tertutup, sedangkan pada
Rumah Sakit SwastaY petugas tidak menggunakan kontainer yang tertutup.
Peraturan Menteri kesehatan No.1204 Tahun 2004 Kantong limbah medis padat
sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam container
yang kuat dan tertutup.oleh karena itu Rumah Sakit Swasta belum sesuai dengan
persyaratan tersebut.
Pada saat kegiatan pengangkutan limbah petugas yang mengangkut limbah
pada masing-masing rumah sakit sama sekali tidak menggunakan alat pelindung
diri, sebagaimana yang tercantum Peraturan Menteri kesehatan No.1204 Tahun
2004 bahwa petugas pengangkut limbah wajib menggunakan alat pelindung diri
berupa sarung tangan, masker, helm, sepatu boots dan sebagainya.
e. Pengelolaan, Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat
1) Limbah Infeksius dan Benda Tajam
Limbah infeksius Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit
Swasta Y dimasukkan kedalam wadah berbahan plastik dan dilapisi dengan
kantong plastik kuning. Sedangkan limbah benda tajam dikumpulkan ke dalam
safety box. Rumah Sakit Milik pemerintah memusnahkan limbahnya dengan
menggunakan insenerator, setelah itu residu insenerator di simpan di TPS
selanjutnya di serahkan kepada pihak ketiga. Sedangkan Rumah Sakit Swasta Y
tidak melakukan pemusnahan limbah melainkan langsung menyerahkan limbanya
92
kepada pihak ketiga. Sistem pengelolaan limbah Rumah Sakit Milik Pemerintah X
lebih baik dibandingkan Rumah Sakit Swasta Y yang langsung menyerahkan
limbahnya ke pihak ketiga.
2) Limbah Farmasi
Tidak ditemukan limbah farmasi pada saat pengambilan sampel yang
dilakukan selama 8 hari pada kedua rumah sakit tersebut. Menurut pihak Instalasi
Kesehatan Lingkungan kpada masing-masing rumah sakit, jika ditemukan limbah
farmasi dalam jumlah sedikit maka pengelolaannya sama dengan limbah lainnya,
tetapi jika ditemukan limbah farmasi dalam jumlah yang besar maka akan di
kembalikan kepada distributor obat-obatan.
3) Limbah Sitotoksik
Rumah Sakit Milik Pemerintah X tidak menghasilkan limbah sitoksis
karena pada Rumah Sakit Milik Pemerintah X tidak tersedia fasilitas kemoterapi
kanker. Sedangkan limbah sitoksis yang dihasilkan Rumah Sakit Swasta Y akan
di tampung pada wadah yang dilapisi dengan kantong plastik ungu kemudian
disimpan di TPS dan akan diserahkan kepada pihak ketiga. Hal ini tidak sesuai
dengan Peraturan Menteri kesehatan No.1204 Tahun 2004 yang menganjurkan
untuk mengolah limbah sitoksis.
4) Limbah bahan kimiawi
Pada saat pengambilan sampel selam 8 hari tidak ditemukan limbah kimia
padat pada kedua rumah sakit tersebut. Sedangkan limbah kimiawi berupa limbah
cair, dan diolah di Instalasi Pengohalan Air Limbah (IPAL) masing-masing rumah
sakit.
93
5) Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi
Tidak ditemukan limbah dengan kandungan logam berat tinggi yang
mengandung mercuri atau kadmium pada saat pengambilan sampel selama 8
hari pada masing-masing rumah sakit.
6) Kontainer Bertekanan
Kontainer bertekanan seperti tabung atau silinder nitrogen oksida, tabung
gas lain seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida yang ada di Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y di daur ulang atau digunakan kembali
dan dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas, apabila masih dalam
kondisi utuh. Jika kontainer sudah rusak diangkut oleh pihak ketiga yang bekerja
sama dengan pihak rumah sakit. Hal telah sesuai dengan Peraturan Menteri
kesehatan No.1204 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa Cara yang terbaik
untuk menangani limbah container bertekanan adalah dengan daur ulang atau
penggunaan kembali.
7) Limbah Radiokatif
Limbah radioaktif di Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit
tersebut berupa limbah cair dan diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
yang terdapat di masing-masing rumah sakit.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang analisis dan perbandingan pengelolaan limbah
medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sumber limbah medis Rumah Sakit Milik Pemerintah X berasal dari 18
ruangan. Sedangkan Sumber Limbah Rumah Sakit Swasta Y berasal dari 17
ruangan. Karateristik limbah medis Rumah Sakit Pemerintah meliputi, 75%
limbah infeksius, 17,5% limbah Benda Tajam dan 7,3% limbah. Sedangkan
Karateristik limbah Rumah Sakit Swasta meliputi 77% limbah infeksius, 16%
limbah benda tajam, 5% limbah patologis dan 2% limbah sitoksis.
2. Rata-rata timbulan limbah medis padat Rumah Sakit Milik Pemerintah X yaitu
32,50 kg/hari dengan jumlah kunjungan 208 pasien/hari atau sekitar 0,16
kg/pasien perhari. Sedangkan rata-rata timbulan limbah Rumah Sakit Swasta
Y adalah 24 kg/hari dengan jumlah kunjungan pasien sekitar 180 pasien/hari
atau sekitar 0,13 kg/pasien perhari. Perbedaan jumlah timbulan dapat
dipengaruhi oleh jumlah pasien dan jenis layanan.
3. Sistem Pengelolaan limbah medis padat pada Rumah Sakit Milik Pemerintah
X dan Rumah Sakit Swasta Y:
a. Pemilahan, pada Rumah Sakit Milik Pemerintah X pemilahan limbah
dilakukan mulai dari ruangan penghasil limbah dengan menyediakan 3
wadah yaitu wadah untuk limbah non medis yang dilapisi dengan
kantong plastik hitam, wadah limbah medis infeksius dan patologis yang
95
dilapisi kantong plastik kuning dan limbah benda tajam. Pada Rumah
Sakit Swasta Y juga menggunakan ketiga wadah tersebut, serta
menggunakan wadah untuk limbah sitoksis yang dilapisi dengan kantong
plastik ungu.
b. Pengumpulan dan pengangkutan, pada kedua rumah sakit ini melakukan
pengumpulan dan pengangkutan limbah medis sebanyak 2 kali dalam
sehari. Penyimpanan limbah medis, setelah limbah dikumpulkan dari
masing-masing ruangan. Limbah medis kemudian di tampung pada TPS.
c. Pemusnahan limbah medis, Rumah Sakit Milik Pemerintah
memusnahkan limbahnya menggunakan insenerator. Abu sisa insenerator
kemudian di serahkan kepada pihak ketiga. Sedangkan pemusnahan
limbah pada Rumah Sakit Swasta Y, langsung menyerahkan limbahnya
kepada pihak ketiga karena tidak memiliki alat untuk memusnahkan
limbah.
4. Hasil evaluasi kesesuaian pengelolaan limbah medis Rumah Sakit Milik
Pemerintah X dan Rumah Sakit Swasta Y dengan Kepmenkes RI No. 1204
Tahun 2004 menunjukkan bahwa kedua rumah sakit ini belum sepenuhnya
sesuai. Untuk minimisasi limbah, pada kedua rumah sakit ini telah sepenuhnya
sesusai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004. Namun untuk
Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang, pengelolaan,
pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat medis belum sepenuhnya
sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004.
B. Saran
1. Agar proses reduksi limbah pada sumbernya dapat diterapkan dengan baik,
maka tenaga medis harus diberikan pelatihan agar mengetahui teknik dan
cara-cara minimisasi limbah sehingga terbiasa melakukan upaya reduksi
96
limbah pada sumbernya sehingga proses minimisasi limbah dapat berjalan
dengan baik.
2. perlunya pencatatan dan penimbangan limbah bagi Rumah Sakit Swasta Y
agar pihak rumah sakit dapat mengetahui karateristik limbah setiap harinya
berdasarkan sumber limbah.
3. Jalur pengangkutan limbah medis melalui jalur, yang juga digunakan untuk
aktifitas petugas rumah sakit. Oleh karena itu, pengangkutan limbah medis
diatur sedemikian rupa jadwalnya untuk diangkut ke TPS medis, sehingga
tidak bersamaan/ bersinggungan dengan jadwal pengiriman makanan dan
linen bersih pada jalur yang sama.
4. Pada penelitian selanjutnya penimbangan volume limbah sebaiknya
menggunakan timbangan digital agar jumlah limbah lebih akurat.
5. Pada penelitian selanjutnya evaluasi pengelolaan limbah medis sebaiknya
menggunakan peraturan pemerintah selain Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004.
6. Perlu dilakukan analisis terkait seberapa besar hubungan antara jumlah
pasien, waktu operasional dan jumlah kapasitas ruangan terhadap timbulan
limbah.
97
DAFTAR PUSTAKA
A.Pruss dkk Giroult, E., & Rushbrook, P. 2005. Pengelolaan Aman Limbah
Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC
Askarian, M., Vakili, M., & Kabir, G. 2004. Results of a hospital waste survey in
private hospitals in Fars provinc. Iran.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15081061.pdf [Internet]. Diakses
tanggal 16/7/2017
Bapedal. 1992. Pedoman Minimisasi Limbah. Jakarta: Bapedal.
Bapedal .1995. Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta :
Bapedal.
Bishop, P.L. 2001 . Pollution Prevention: Fundamental and Practice. Boston:
The McGraw-Hill.
Blenkharn, J.I. 2005. Standards of Clinical Waste Management in UK Hospitals.
http://www.elsevierhealth.com/journals/jhin [Internet]. Diakses tanggal
1/6/2017.
Bishop, P.L. 2001. Pollution Prevention: Fundamental and Practice. Boston: The
McGraw-Hill.
Charles J.P. Siregar. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Jakarta:
Penerbit buku Kedokteran EGC.
Cheng, Y.W., et al. 2008. Medical waste production at hospitals and associated
factors. http://ntur.lib.ntu.edu.tw/bitstream/246246/96748/1/16.pdf
[Internet]. Diakses tanggal 5/7/2017.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal PPM & PPL dan Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Limbah
Padat dan Limbah Cair di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal PPM
& PPL dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Ditjen PP& PL.2011. Kebijakan Kesehatan Lingkungan Dalam Pengelolaan
Limbah Medis di Fasyankes. Jakarta: Direktorat PL.
Hassan, M.M, et al. 2008. Pattern of Medical Waste Management: Existing
Scenario in Dhaka City, Bangladesh. BMC Public Health,
http://www.biomedcentral.com/1471-2458/8/36 [Internet]. Diakses
9/6/2017.
ILO dan WHO.2005. Pedoman Bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan
dan HIV/AIDS. Jakarta: Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja Direktorat
Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI.
Kementrian Kesehatan. 2004. Keputusan mentri kesehatan republik Indonesia
nomor: 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Penyehatan Lingkungan.
Lee, L.D. 1992. Waste Management for Health Care Facilities. AHA: American
Society for Hospital Engineering.
Nadia, Paramita. 2007. Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto.
http://eprints.undip.ac.id/533/1/halaman_51_55_nadia_pdf [Internet].
Diakses tanggal 16/7/2017.
OXFAM. 2008. Technical Brief: Hazardous Wastes.
http://postconflict.unep.ch/humanitarianaction/documents/02_03-04_01
04.pdf [Internet]. Diakses tanggal 29/6/2017
Perdani, I.P. 2011. Identifikasi Penyebaran Limbah Padat B3 dari Fasilitas
Kesehatan di Surabaya Timur [Skripsi]. Surabaya: Institut Teknologi
Semarang.
St, Habsiah.2017. Studi Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Pada RSUD Syekh
Yusuf Gowa [Skripsi]. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Sumisih.2011. Studi tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang [Skripsi]. Semarang
:Universitas Negeri Semarang.
Suryandari, Siswantini. 2010. Pengolahan Limbah Medis belum Berstandar.
Jakarta: Media Indonesia.
U.S Environmental Protection Agency (EPA). 2005. Profile of the Healthcare
Industry. www.epa.gov/compliance/sectornotebooks.html [Internet].
Diakses tanggal 27/6/2017.
Vita, Wulandari. 2011. Upaya Minimisasi Limbah dan Pengelolaan Limbah
Medis Di Rumah Sakit Haji Jakarta [Skripsi]. Jakarta : Universitas
Indonesia
WHO. 1999. Pedoman Pembuangan Secara Aman Obat Obatan Tak Terpakai
Saat dan Pasca Kedaruratan. Geneva: Switzerland.
WHO. 2005. Management of Solid Health Care Waste at Primary Health Care
Centres. Geneva: WHO.
Wiku Adisasmito. 2009. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Wilburn, S. Q. & Eijkemans, G. (2004) Preventing Needlestick Injuries Among
Healthcare Workers: A WHO–ICN Collaboration. 6 Oktober 2011.
http://www.who.int/occupational_health/activities/5prevent.pdf