tugas akhir artikel ilmiah madiya 2011
TRANSCRIPT
PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA COMIC SLIDE SHOW (CSS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
SMP
I Wayan MadiyaJurusan Pendidikan Sains, Pascasarjana, Undiksha
ABSTRACT
Pembelajaran kimia berbasis buku ajar dengan metode ceramah cenderung membosankan bagi siswa, karena kurang menarik, selalu monoton, dan materinya sulit dipahami. Berdasarkan fakta tersebut, media pembelajaran khususnya media kimia comic slide show (CSS) memiliki peranan penting dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui peran media tersebut dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMP. Berdasarkan hasil kajian beberapa literatur, hasil-hasil penelitian, analisis dan sintesis terhadap berapa tulisan ilmiah, seperti jurnal dan laporan penelitian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran CSS memiliki peran penting dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena melalui media komik, (1) siswa dituntun untuk menyimak pelajaran melalui gambar-gambar yang unik dan menarik, (2) penyajian dengan model CSS akan memfokuskan perhatian siswa saat pelajaran berlangsung sehingga kelas menjadi lebih kondusif, (3) siswa akan terbantu dalam menalar materi kimia yang disajikan lewat CSS, sehingga penguasaan siswa terhadap konsep kimia tersebut bagus (4) siswa akan termotivasi dalam belajar ilmu kimia dan hasil belajarnya dapat ditingkatkan.
Kata kunci: media pembelajaran kimia, CSS, motivasi, hasil belajar siswa
ABSTRACT
Chemistry learning process based on the text books with the discourse method tend to make bored for students, because less attract, always monotonous, and its contents is difficult comprehended. According to the facts, learning media especially media of chemistry of comic slide show (CSS) own the important role in improving motivation and result of student learning. Purpose of this article’s writing is to know the media role in improving motivation and result of student of SMP learning. Based on some results of study literatures, research pickings, analysis and synthesis toward some scientific articles, like journals and reports of research, could be concluded that learning media of CSS own the important role in improving motivation and result of learning student, because through of comic media, (1) student led to correct reading the lesson through of unique and interesting figures, (2) presentation with CSS model will focused the attention of students when the course happen, so the class become more comfortable, (3) students will be assisted in natural existence of chemistry contents that presented in CSS, so students mastering toward chemistry concept is good, (4) student will be motivated in learning chemistry and result of learning can be improved.
Keyword: chemistry learning media, CSS, motivation, result of student learning
1
2
PENDAHULUAN
Salah satu masalah pendidikan nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya jenjang pendidikan dasar dan menengah (Alfugran, 2002). Berbagai upaya
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti: (1) pengadaan sarana
pengajaran, (2) peningkatan jumlah buku, dan (3) peningkatan alokasi dana APBN
untuk pendidikan. Namun, semua usaha tersebut sampai sekarang belum memberikan
hasil seperti yang diharapkan.
Pada sekolah-sekolah unggulan dengan masukan (input) siswa yang baik dan
memiliki sistem pengajaran yang berbasis internasional, pembelajaran dengan
menggunakan buku-buku teks dapat diterapkan dengan baik. Siswa biasanya tertarik
untuk membaca setiap buku-buku yang diberikan oleh gurunya. Mereka akan mulai
belajar dari buku tersebut dan menanyakan berbagai permasalahan yang mereka
temukan saat belajar. Siswa cenderung mampu memahami penjelasan yang diberikan
guru dan berdampak pada hasil belajar (output) yang baik bagi sekolah tersebut.
Berbeda halnya dengan sekolah-sekolah non-unggulan yang memiliki input
siswa dengan kecerdasan menengah ke bawah. Siswa cenderung malas membaca
buku-buku pelajaran (buku ajar) yang diberikan guru. Hal ini tentu saja berdampak
buruk pada hasil belajar siswa, termasuk pada mata pelajaran kimia. Siswa enggan
membuka buku yang penuh dengan reaksi-reaksi serta hitung-hitungan yang membuat
mereka bingung. Guru merupakan salah satu komponen yang menempati posisi sentral
dalam sistem pendidikan. Program pendidikan yang dikembangkan oleh para ahli tidak
akan terlaksana sesuai dengan tujuan yang diinginkan tanpa adanya peran guru yang
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Atas dasar itu, guru memegang peranan
penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran
kimia (Nuryani, 2003). Terlebih lagi, ilmu kimia hingga saat ini masih dianggap
sebagai pelajaran yang sulit dipahami siswa karena sifatnya yang sangat abstrak
(Yusfiani dan Manihar, 2006). Pada kondisi ini, peran guru dalam mengelola
pembelajaran sangat menentukan motivasi dan hasil belajar siswa.
Menurut Chaeruddin (2004), ada dua aspek yang paling menonjol dalam
metodologi pembelajaran, yaitu metode pembelajaran dan media pembelajaran.
Psikolog Ebbinghans dalam Ibi (2004) mengatakan, bahwa materi pelajaran yang
dirangsang dengan media tepat guna akan membantu ingatan siswa bertahan lebih
3
lama, karena sifat media mempunyai daya stimulus yang kuat. Mengacu pada pendapat
di atas, maka jelaslah betapa pentingnya penggunaan media khususnya dalam
memahami konsep-konsep kimia SMP. British Audio Visual Assosition dalam
Budiningsih (1995) mengatakan, ternyata 75% pengetahuan diperoleh dari indera
penglihatan. Berkenaan dengan hal ini Faridi (2002) mengungkapkan bahwa 90%
masukan otak berasal dari sumber visual (penglihatan). Dengan demikian, belajar
dengan media yang memanfaatkan indera penglihatan, seperti bacaan dengan gambar-
gambar yang menarik besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Akan tetapi, fakta di lapangan guru jarang menggunakan media pembelajaran
dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan (1) anggapan sebagian guru bahwa
menggunakan media dalam pembelajaran merepotkan guru, (2) media dianggap
canggih dan mahal, (3) guru kurang terampil dalam menggunakan media, (4) tidak
tersedianya media pembelajaran di sekolah yang bersangkutan sehingga guru dalam
KBM hanya menggunakan metode ceramah (Sutjiono, 2005). Metode ceramah ini
sangat membosankan, kurang komunikatif serta belum tentu siswa yang diajar dengan
metode ini mengerti apa yang disampaikan oleh guru sehingga banyak siswa yang
tidak fokus mengikuti KBM.
Upaya peningkatan mutu pendidikan sangat tergantung pada kiat-kiat guru
dalam usaha memotivasi minat belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran kimia.
Salah satunya adalah dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik dan
mampu memfokuskan perhatian siswa. Media yang dapat digunakan adalah media
comic slide show (CSS). Media CSS merupakan media yang disajikan dalam bentuk
cerita bergambar yang ditampilkan di depan kelas. Sajian cerita terdiri atas berbagai
situasi cerita bersambung disertai dengan dialog, monolog, atau pertanyaan yang
secara implisit memuat materi-materi kimia. Materi-materi tersebut dikemas secara
menarik, sehingga mampu menghasilkan suasana belajar yang menyenangkan bagi
siswa dan meningkatkan motivasi siswa untuk terus belajar, khususnya pada mata
pelajaran kimia.
Alasan penggunaan media komik untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar kimia siswa SMP adalah penggunaan media pembelajaran selama ini masih
sedikit, antara lain LKS, text books serta praktikum. Namun praktikum membutuhkan
alat dan bahan yang harganya relatif mahal. Begitu pula dengan text book, tidak semua
siswa memilikinya, ditambah lagi penyajian materinya kurang menarik sehingga minat
4
baca siswa rendah. Selain itu, peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama
kencenderungannya pada sesuatu yang menarik, sehingga pembelajaran kimia yang
dikemas dalam bentuk CSS, akan mendorong motivasi siswa untuk membaca yang
sekali belajar, sebagai dampaknya akan mampu meningkatkan pemahaman dan hasil
belajar siswa. Dengan menggunakan media komik, biaya yang diperlukan tidak terlalu
mahal serta dapat digunakan berulang-ulang.
Media CSS diharapkan memiliki sifat humor, namun tetap menimbulkan
imajinasi yang benar dan kuat mengenai berbagai materi yang diajarkan dalam kimia,
sehingga berbagai reaksi dan permasalahan yang cukup sulit menjadi lebih mudah
untuk dipahami oleh siswa. Media komik yang disajikan di kelas diharapkan mampu
memfokuskan perhatian siswa dalam belajar, karena siswa dituntun untuk menyimak
adegan demi adegan yang tersaji dalam CSS dan dapat meningkatkan motivasi siswa
untuk mulai mengenal dan mempelajari ilmu kimia hingga nantinya mampu
memberikan pemahaman yang baik tentang konsep-konsep penting dalam ilmu kimia.
Materi pelajaran kimia yang akan disajikan dalam bentuk media CSS adalah sifat-sifat
zat dan pemisahan campuran dalam aspek makroskopis maupun mikroskopis.
Alasannya, materi ini secara lugas dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
seperti fenomena kertas terbakar, fenomena besi berkarat, fenomena melarutkan gula
dalam air kopi, memisahkan garam dari pasir, dan lain-lain, sehingga siswa akan
tertarik unuk mengungkapkan fenomena tersebut. Dengan demikian, melalui media ini
diharapkan memberikan gaya belajar yang berbeda, sehingga menghilangkan rasa
jenuh dari siswa untuk belajar.
Berdasarkan uraian di atas, media pembelajaran kimia media CSS memegang
peranan penting dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa khususnya pada
jenjang SMP. Hal ini didasarkan pada tingkatan siswa pada jenjang SMP yang
menurut Piaget termasuk fase perkembangan kognitif siswa yang merupakan peralihan
dari fase operasional konkret ke operasional formal. Pada tahap tersebut, siswa masih
cenderung memerlukan suatu media menarik agar bisa meningkatkan motivasi dan
hasil belajarnya. Dengan media CSS, diharapkan akan dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa.
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini, adalah untuk mengetahui peranan
media pembelajaran kimia CSS dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
terhadap pelajaran kimia antara siswa yang belajar menggunakan media CSS dengan
5
siswa menggunakan buku ajar. Artikel ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
(1) siswa, penggunaan media ini secara tidak langsung diharapkan mampu
meningkatkan minat baca siswa khususnya materi yang sulit dipahami siswa, sehingga
memotivasi siswa dan hasil belajar siswa meningkat; (2) guru kimia, dapat
menggunakan media komik dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran dalam
rangka mencapai hasil yang maksimal. Media ini dapat digunakan sebagai alternatif
bagi guru, sehingga mampu memberikan variasi dalam proses pembelajaran; dan (3)
peneliti, dapat memberikan pengalaman secara langsung sebagai calon guru kimia
yang profesional. Diharapkan, pemakaian media dapat meningkatkan hasil dan kualitas
belajar siswa.
METODE PENULISAN
Artikel ini ditulis secara naratif berdasarkan hasil kajian dan ulasan beberapa
literatur, hasil-hasil penelitian, analisis dan sintesis terhadap berapa tulisan ilmiah,
seperti jurnal, laporan penelitian, maupun prosiding.
PEMBAHASAN
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti tengah, perantara,
atau pengantar. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai wahana penyaluran pesan
atau informasi belajar dari komunikator (guru) kepada siswa sebagai komunikan
(Anwas, 2002). Pengertian lain disampaikan oleh Danim (1995), dimana media
pembelajaran atau media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap
yang digunakan oleh guru dalam rangka berkomunikasi dengan peserta didik. Nasrun
(2001) menyatakan, media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium, yang berarti perantara atau pengantar. Media dalam proses komunikasi
merupakan salah satu dari empat komponen yang ada, yaitu:(1) sumber informasi, (2)
informasi, (3) penerima informasi, dan (4) media. Banyak pengertian media yang
dikemukakan oleh para ahli. Arsyad (2005) menyatakan bahwa media berasal dari
bahasa Latin yamg merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara atau
pengantar dari pengirim ke penerima pesan. National Education Association (NEA)
(dalam Rohani, 1997) berpendapat, bahwa media adalah segala benda yang
dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan serta instrumen yang
6
digunakan dalam kegiatan tersebut. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran merupakan sesuatu yang berfungsi sebagai
perantara/sarana/alat yang digunakan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
dan dapat membawa informasi dan pengertahuan sehingga peserta didik merasa
termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartasurya (dalam Rusyan, 1993: 193), jenis-jenis media dapat
digolongkan menjadi empat bagian, yaitu: (1) media visual, meliputi gambar/foto,
sketsa, diagram, charts, grafik, kartun, poster, peta dan globe; (2) media dengar,
meliputi radio, tape recorder dan sebagainya; (3) projected still media slide, film strip,
over, over head projector, techitoscope, micro projector, micro film; serta (4)
projector motion film, film loop televisi, closed circuit television, video tape recorder,
dan komputer.
Sudjana (1989: 3) mengungkapkan, bahwa media pembelajaran yang biasa
digunakan dalam proses pembelajaran adalah (1) media grafis atau media dua dimensi
seperti gambar, foto, gambar, grafik atau diagram, poster, kartun, komik; (2) media
tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat (solid model), model penampang,
model susun, model kerja, make up, diorama; (3) media proyeksi seperti: film, film
strips, penggunaan OHP; dan (4) media lingkungan yaitu suasana lingkungan tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar.
Dari pendapat tersebut di atas maka jenis media yang dapat digunakan harus
mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Pemilihan media harus
relevan dengan konsep-konsep yang diajarkan, sehingga dapat menunjang proses
pembelajaran dengan baik. Penggunaan media harus disesuaikan dengan pencapaian
tujuan pembelajaran karena penggunaan media yang tidak tetap dapat menyebabkan
pencapaian tujuan yang kurang efektif dan efisien.
Media Komik
Media merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran, sehingga
perlu dilakukan suatu pemilihan media yang baik dan sesuai dengan sasaran dan
kondisi siswa. Siswa memerlukan media yang sederhana dan menarik, namun tetap
dapat memberikan pengetahuan yang tepat tentang materi yang diajarkan. Salah satu
media visual yang cocok diigunakan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan adalah
media komik.
7
Komik merupakan cerita bergambar yang menggunakan suatu karakter untuk
memerankan cerita dengan urutan yang erat, dihubungkan dengan gambar dan
dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Komik merupakan suatu
bentuk bacaan dimana peserta didik diharapkan mau membaca tanpa harus dibujuk
(Rohani, 1997). Scott Mcloud mengungkapkan bahwa komik merupakan sebuah
gambar-gambar serta lambang-lambang lainnya yang dalam urutan tertentu bertujuan
untuk menyampaikan informasi dan mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.
Komik memiliki keunikan tersendiri apabila dijadikan sebuah media pembelajaran
karena komik memiliki sifat sederhana, jelas, mudah dan bersifat personal.
Sudjana dan Rivai (1991) mengemukakan bahwa komik sebagai bentuk kartun
yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat
dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk hiburan kepada para pembaca.
Komik dikatakan merupakan suatu cerita bergambar, terdiri dari berbagai situasi, cerita
bersambung, kadang bersifat humor, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.
Buku-buku komik dapat digunakan guru secara efektif untuk meningkatkan
minat, mengembangkan pembendaharaan kata dan ketrampilan membaca serta
memperluas minat baca. Media komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk
menumbuhkan minat baca, melalui bimbingan guru. Penggunaan media komik harus
dipadukan dengan metode belajar dan mengajar, sehingga komik dapat menjadi media
kontruksional yang baik. Guru harus membantu siswa menemukan komik yang baik
dan bermanfaat, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam
mempelajari kimia.
Media komik kimia merupakan media yang implisit, memuat materi-materi
kimia yang dikemas secara baik, sehingga mampu menambah motivasi siswa dalam
membaca. Secara psikologis pemakaian komik dalam pembelajaran dapat
menimbulkan rasa senang bagi yang menggunakannya. Komik dapat menimbulkan
emosi positif, sehingga meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Dalam hal ini
guru berperan sebagai mediator untuk membantu program pembelajaran, sedangkan
komik merupakan media pembelajaran yang menyenangkan untuk meningkatkan
minat belajar siswa.
Dari berbagai pendapat tersebut maka media comic slide show (CSS)
merupakan suatu media pembelajaran yang disajikan dalam bentuk cerita bergambar
yang terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung disertai dialog, monolog, atau
8
pertanyaan yang secara implisit memuat materi ajar yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran kimia SMP.
Motivasi Belajar
Mc. Donald dalam Sardiman A.M. mengemukakan, motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2003: 73). Dari pengertian
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi itu adalah sesuatu yang kompleks,
yang mengandung pengertian bahwa motivasi mengawali perubahan energi, kemudian
ditandai dengan munculnya feeling dan dirangsang oleh adanya tujuan. Bila kegiatan
atau aktivitas yang dihasilkan adalah aktivitas belajar, maka kekuatan mental tersebut
disebut motivasi belajar. Jadi motivasi belajar adalan kekuatan mental dalam diri
individu yang mendorong untuk melakukan perbuatan belajar.
Dimyati dan Mujiono menyatakan, motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
belajar. Motivasi didasari tiga komponen, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan
(Dimyati dan Mijiono, 1994: 75). Pendapat lain menyatakan, motivasi adalah segala
daya pendorong untuk meiakukan sesuatu (Nasution, 1980: 17). Pada kedua definisi
ini, motivasi diartikan sebagai kekuatan mental yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas. Bila dorongan terhadap perbuatan tersebut menghasilkan
perbuatan belajar, maka motivasi itu dinamakan motivasi belajar.
Menurut MG. Cleland dalam Wirta dkk (1992: 6), motivasi dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu motivasi berkuasa, motivasi beraviliasi dan motivasi
berprestasi. Motivasi berkuasa adalah kecenderungan untuk menguasai dan
mempengaruhi orang lain. Motivasi beraviliasi adalah dorongan untuk selalu bersama
dan bersahabat dengan orang lain, dan motivasi berprestasi adalah dorongan untuk
selalu ingin berhasil dalam menyelesaikan tugas karena ada suatu standar keunggulan.
Misalnya seorang siswa ingin mendapatkan prestasi pada peringkat satu di kelasnya.
Menurut Usman (1991:24), motivasi dapat timbul dari dalam diri individu, dan
dapat pula timbul akibat dari luar dirinya. Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan
bahwa motivasi itu bersifat internal dan eksternal. Motivasi internal timbul sebagai
akibat dari dalam individu itu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain
tetapi atas kemauan diri sendiri. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang
9
timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, baik itu ajakan, suruhan, bimbingan,
atau paksaan dari orang lain, sehingga ia mau melakukan sesuatu. Motivasi dapat
muncul secara ekstrinsik dan intrinsik Motivasi intrinsik merupakan faktor-faktor di
luar diri individu, seperti keinginan, untuk mendapat hadiah, pujian, dan lain-lain.
Sedangkan motivasi intrinsik adalah dorongan untuk berbuat sebagai akibat dari
kesadaran untuk melakukan perbuatan dari tanggung jawabnya. Motivasi ekstrinsik
dapat berubah menjadi motivasi intrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya
arti belajar dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Dimyati dan
Mudjiono, 1994: 45). Sardiman mengemukakan, ada beberapa cara untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu (1) memberi angka/nilai, (2) hadiah, (3)
saingan/kompetisi, (4) ego-involvement, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui hasil,
(7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, dan (11) tujuan yang
diakui (Sardiman, 2003: 92).
Hasil Belajar Siswa
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi
atau lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses
belajar. Belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku yang relatif
sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap pendidikan, ini
berarti berhasil tidaknya pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa. Sebagai suatu proses tentu saja ada yang diproses (masukan atau input) dan ada
hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Yang menjadi masukan adalah siswa
dengan segala karakteristik, lingkungan berupa keadaan alam dan sosial budaya
(environment input). Environment input seperti kurikulum, sarana dan prasarana
pembelajaran, kualitas guru dan sebagainya. Output dalam hal ini adalah hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa merupakan perubahan yang terlihat atau tampak pada
seseorang berkat pengalaman dan latihannya. Perubahan tersebut misalnya;
penambahan pengetahuan, kebiasaan perubahan sikap dan pandangan terhadap suatu
hal serta adanya ketrampilan-ketrampilan. Santyasa (2004) mengabstraksikan hasil
belajar sebagai suatu perubahan struktur mental yang menyangkut tiga aspek, yaitu;
pengetahuan dan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotor).
10
Kegiatan belajar mengajar beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat
digambarkan dalam bentuk sistem kerja seperti pada Gambar 1.
Gambar 1 Kegiatan belajar mengajar dan faktor-faktor yang pempengaruhinya
Ada lima macam hasil belajar, tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan
satu lagi bersifat psikomotor. Kelima macam hasil belajar tersebut adalah 1)
keterampilan intelektual, 2) strategi-strategi kognitif, 3) informasi verbal, 4) sikap-
sikap dan 5) keterampilan-ketrampilan motorik. (Gagne dalam Dahar, 1988: 162-171).
Keterampilan intelektual, strategi-strategi kognitif dan informasi verbal, merupakan
hasil belajar yang bersifat kognitif, sikap-sikap merupakan hasil belajar yang bersifat
afektif, dan keterampilan-keterampilan motorik merupakan hasil belajar yang bersifat
psikomotor.
Ciri-ciri hasil belajar siswa, antara lain: 1) adanya kemampuan siswa yang
mencakup dua pokok permasalahan, yaitu: a) ulangan sebagai usaha untuk memelihara
kontinuitas antara bahan pelajaran yang telah diajarkan dengan bahan pelajaran yang
baru, dan b) ulangan dalam arti penilaian, diberikan setelah satuan pelajaran selesai
bertujuan untuk menilai prestasi belajar siswa, dan berfungsi untuk memperbaiki
proses belajar mengajar; dan 2) adanya minat, perhatian dan motivasi siswa. Untuk
mengetahui seberapa besar minat, perhatian dan motivasi belajar siswa dapat
digunakan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa, wawancara, kunjungan rumah,
dan lain-lain.
Rusyan (1993: 1) menyatakan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai
hasil dari pengalaman dan latihan merupakan ciri dari hasil belajar. Perubahan sebagai
hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku, kecakapan serta kemampuan.
Ciri hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) hasil belajar memiliki
kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, sikap dan cita-cita; (2) adanya perubahan
mental dan perubahan jasmani; dan (3) memiliki dampak pengajaran dan dampak
Masukan Instrumen
Proses Pembelajaran (Teaching Learning)
Keluaran
(output)
Masukan(Input)
Masukan Lingkungan
(environment Input)
11
pengiring (Dimyanti dan Moedjiono, 1994: 40). Dari beberapa pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan, bahwa ciri-ciri adanya hasil belajar adalah perubahan
sikap, luasnya pengetahuan, memiliki keterampilan, dan lain-lain.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
(1) Faktor Guru
Guru bertugas memberi pengajaran. Guru menyampaikan pelajaran agar siswa
mampu memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan.
Selain itu guru juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan,
kebiasaan, hubungan sosial apresiasi dan sebagainya melalui pengajaran yang
diberikan (Hamalik, 2004).
(2) Faktor Siswa
Menurut Wechsler (dalam Hamalik, 2004:103), hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh intelegensi siswa. Intelegensi siswa dipengaruhi oleh perasaan cemas,
dorongan rasa aman, motivasi dan minat belajar dan sebagainya.
(3) Faktor Kurikulum
Ali (1992:5) mengatakan, bahan-bahan sebagai isi kurikulum mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian, penentuan kurikulum yang tepat dalam
suatu sistem pembelajaran menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan
proses pembelajaran.
(4) Faktor Lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan alam dan
lingkungan dalam. Ali (1992:60) menyatakan , lingkungan meliputi keadaan, tata
ruang dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau di sekitar tempat
pembelajaran.
Peran Media Kimia Comic Slide Show (CSS) dalam Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa
Komik merupakan bahan bacaan yang sangat digemari siswa. Sajian komik
melalui gambar-gambar unik yang disertai dialog dan monolog mampu menyampaikan
pesan kepada pembacanya. Di sisi lain, terdapat beberapa materi pelajaran kimia yang
abstrak sulit dipahami siswa, khususnya siswa SMP non-unggulan. Siswa SMP non-
unggulan juga kurang tertarik untuk belajar melalui buku-buku teks (buku ajar). Oleh
sebab itu, media komik menjadi salah satu alternatif untuk menyampaikan materi
12
pelajaran kimia. Dengan media komik, (1) siswa dituntun untuk menyimak pelajaran
melalui gambar berwarna yang unik dan menarik, (2) penyajian dengan model CSS
akan memfokuskan perhatian siswa saat pelajaran berlangsung sehingga kelas menjadi
lebih kondusif, (3) siswa akan terbantu dalam menalar materi kimia yang disajikan
lewat media CSS, sehingga penguasaan siswa terhadap konsep kimia tersebut bagus
(4) siswa akan termotivasi dalam belajar kimia dan hasil belajarnya dapat ditingkatkan.
Materi pelajaran kimia yang akan disajikan dalam bentuk media CSS adalah
sifat zat dan pemisahan campuran. Alasannya, materi ini secara lugas dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari seperti fenomena besi berkarat, peristiwa memasak air,
membakar kayu atau kertas, beras jadi nasi, nasi membusuk, nyala kembang api
berwarna-warni, peristiwa pada lilin menyala, pemisahan beras dari pasir, pemisahan
kopi dari hampasnya dan lain-lain.
Berdasarkan data hasil penelitian penulis terhadap siswa kelas VII di salah satu
SMP di Kabupaten Karangasem pada tahun 2009, yang mana dalam penelitian tersebut
diambil dua kelas siswa dengan perlakuan satu menggunakan media CSS dan satunya
lagi tanpa menggunakan CSS. Adapun perbandingan kedua tahapan pembelajaran
tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan proses pembelajaran dengan CSS dan tanpa media CSS
Pembelajaran dengan Media Komik Pembelajaran tanpa Media Komik1. Memberikan pre-test untuk
mengetahui tingkat pemahaman pengetahuan awal siswa
2. Pada awal pertemuan guru menyajikan CSS dan meminta siswa untuk menyimak komik tersebut.
3. Guru membahas materi dalam komik, memberikan berbagai latihan yang terdapat dalam LKS. Diharapkan siswa akan menanyakan berbagai hal yang tidak dimengerti setelah membaca komik.
4. Memberikan post tes untuk melihat peningkatan pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran.
5. Memberikan kuisioner untuk melihat peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia dengan adanya media komik.
1. Memberikan pre-test untuk mengetahui tingkat pemahaman pengetahuan awal siswa
2. Pada awal pertemuan guru memberikan buku ajar dan meminta siswa untuk mempelajari buku tersebut.
3. Guru membahas materi yang terdapat dalam buku ajar yang telah dipelajari oleh siswa, memberikan latihan yang terdapat dalam LKS. Siswa diharapkan menanyakan berbagai hal yang tidak dimengerti setelah membaca buku ajar.
4. Memberikan post tes untuk melihat peningkatan pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran.
5. Memberikan kuisioner untuk melihat peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia dengan adanya media komik
Beberapa contoh penggalan media pembelajaran kimia CSS yang penulis
13
kembangkan pada topik ” Sifat Zat dan Pemisahan Campuran” adalah sebagai berikut.
14
Gambar 2. Beberapa penggalan media komik (CSS) kimia SMP
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran kimia
menggunakan media CSS secara signifikan mempengaruhi motivasi dan hasil belajar
siswa dibandingkan dengan siswa yang dalam proses belajar mengajar tanpa media
CSS.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian teoritis dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kimia menggunakan media comic
slide show (CSS) berperan penting dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa SMP.
REKOMENDASI
15
Penelitian tentang penggunaan media dalam pembelajaran kimia khususnya
media CSS belum banyak dilakukan. Oleh sebab itu, pengembangan dan implementasi
media pembelajaran kimia CSS pada topik kimia tertentu perlu dilakukan, mengingat
kimia adalah materi pelajaran yang sangat kaya dengan konsep-konsep visual atau
konsep-konsep yang sifatnya nyata namun tidak kasat mata.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2002. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Arikunto, Suharsimi.1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Budiningsih, Asri. 1995. Intensitas Penggunaan Media IPA di SD. Jurnal Pendidikan no.1 tahun XXV. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP.
Chaeruddin. 2004. Media Membantu Mempertinggi Mutu Proses Belajar. Buletin Pusat Perbukuan Vol. 10. Jakarta: Depdiknas.
Faridi, S. 2002. Komik Sebagai Media yang Mengasyikkan. Majalah Sabili no. 16. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Hamalik, O. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution. 2001. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara
Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Penerbit UM.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.Kurniawan, Agus. 2001. Pemanfaatan Komik Sebagai Salah Satu Sumber Belajar.
Jakarta: UT.
Santyasa, I W. 2004. Pengaruh model dan seting pembelajaran terhadap remediasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar fisika pada siswa SMU. Disertasi (tidak dipublikasikan). Program Doktor Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Sukadi Ujang. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka. Republika.14 November 2003.
Wibowo. Basuki.199L Media Pengajaran Jakarta: Dendikhnd
Wirtha, I M., N. K Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal
Terhadap Penguasaankonsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4
Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Volume 1(2), 15-29
Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku.Jakarta: Bumi Aksara.
16
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif . Bandung: Pustaka Setia.Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru Algesindo.Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.Dahar, R. W. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.Budiningsih, Asni. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Sardiman, A.M. 2008. Interaksi & Motivasi belajar Mengajar.
Jakarta.PT Raja Grafindo Persada Jakarta.Sardiman, A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Jakarta ; PT Raja
Grafindo PersadaUsman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
17