tugas agent orange

42
MAKALAH PENGELOLAAN B3 (TL-3204) ANALISA AGENT ORANGE SEBAGAI BAHAN B3 Disusun Oleh: Briantono M Raharjo (153008017) Maulana Nur Arif (15308083) Novrie Ronaldy Lubis (15308087) Mouldie Satria Eka Putra (15307033) Satria Hidayat (15308011) Anggita R (15305095) Tiffany Deshiant Pawestry (15308093) Marissa Fitri (15308001) Melizza Putri Pretty Utami (15308047) 0

Upload: briantonoraharjo

Post on 02-Jul-2015

247 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Agent Orange

MAKALAH

PENGELOLAAN B3 (TL-3204)

ANALISA AGENT ORANGE SEBAGAI

BAHAN B3

Disusun Oleh:

Briantono M Raharjo (153008017)

Maulana Nur Arif (15308083)

Novrie Ronaldy Lubis (15308087)

Mouldie Satria Eka Putra (15307033)

Satria Hidayat (15308011)

Anggita R (15305095)

Tiffany Deshiant Pawestry (15308093)

Marissa Fitri (15308001)

Melizza Putri Pretty Utami (15308047)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

0

Page 2: Tugas Agent Orange

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2010

BAB I

PENDAHULUAN

(Brian)

1.1 Latar Belakang

Bahan B3 merupakan bahan yang memiliki sifat berbahaya dan beracun. Bahan B3

dapat diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi.

Hal ini terdapat dalam PP 74/2001,bab 2 pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut:

1. Klasifikasi bahan B3 menurut sifatnya dibagi menjadi 8 kelompok meliputi:

a. Explosive;

b. Mudah teroksidasi;

c. Mudah terbakar;

d. Beracun;

e.Berbahaya;

f. Korosif ;

g. Irritant;

h. Berbahaya bagi lingkungan;

i. Beracun yang bersifat kronis;

2. Klasifikasi bahan B3 menurut penggunaannya di lapangan, dibagi menjadi 3 bagian:

:

a. B3 yang boleh atau dapat dipergunakan di Indonesia

(Lampiran I PP 74/2001)

b. B3 yang dilarang unbtuk dipergunakan di Indonesia

(Lampiran I PP table 1, PP 74/2001)

c. B3 yang dipergunakan terbatas (Lampiran 2 PP table 2, PP 74/2001)

Jika sebuah bahan sudah terdapat pada lampiran ini, maka bahan ini sudah

termasuk B3, dan penggunaannya di Indonesia disesuaikan dengan table yang

berlaku .

Oli bekas dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia seperti indusri, pertambangan,

dan usaha perbengkelan. Oli bekas termasuk dalam limbah B3 yang mudah terbakar

sehingga bila tidak ditangani pengelolaan dan pembuangannya akan membahayakan

kesehatan mausia dan lingkungan.

1

Page 3: Tugas Agent Orange

Pengelolaan oli bekas ini berupaya agar oli bekas yang dihasilkan tidak mencemari

lingkungan dan sifat oli bekas menjadi lebih tidak berbahaya. Selain itu, pengelolaan

oli bekas bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.

Selain itu, apabila penanganan oli bekas dilakukan dengan baik, maka akan bisa

memberikan keuntungan bagi si pengelola oli bekas dan juga pengurangan biaya

produksi bagi industri yang memanfaatkan kembali oli bekas sebagai pelumas

berbagai peralatan, karena oli bekas masih bisa dimanfaatkan untuk pelumas lagi

dengan cara pemakaian yang berbeda dari sebelumnya.

1.2 Tujuan (Brian)

1. Mengetahui proses pengolahan dan menganalisa agent orange

2. Mengetahui kasus yang pernah terjadi sebagai akibat produksi agent orange

yang tidak baik dan berbahaya

3. Menganalisa dampak produksi agent orange yang seharusnya dilakukan untuk

pencegahan kasus yang telah terjadi dan terjadinya kasus baru

2

Page 4: Tugas Agent Orange

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(Brian, Dati, Naldi, Marissa)

Timbulan limbah B3 yang semakin meningkat dikhawatirkan menimbulkan dampak yang

lebih luas terhadap kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan hidup.

Pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan proses cradle to grave yang bertujuan

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, yang diakibatkan oleh

pencemaran bahan berbahaya dan beracun . Disamping itu juga ditujukan untuk penurunan

beban pencemaran limbah B3 serta peningkatan kewaspadaan terhadap penyelundupan

B3.

B3 merupakan ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, sehingga

memerlukan penanganan dan teknik khusus untuk mengurangi atau menghilangkan

bahayanya.

B3 ini tidak dapat dikelola seperti mengelola sampah kota yang biasanya menggunakan

kendaraan sampah, tempat pembuangan akhir atau pembakaran dengan alat pembakar

sampah kota, hal ini disebabkan:

1. B3 mengandung zat beracun yang apabila tercuci dapat mencemarkan air

permukaan dan air tanah disekitar tempat penanamannya yang akibatnya dapat

menimbulkan penyakit dan dapat meracuni masyarakat yang menggunakan air

tersebut.

2. B3 dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan baik dalam pengangkutan sampah

maupun dilokasi pembuangan akhir.

3. B3 dapat membakar kulit jika tidak ditangani dengan hati-hati dan aman.

4. B3 dapat menghasilkan gas beracun yang dapat terhirup oleh masyarakat yang

bermukim dis sekitar lokasi pembuangan akhir.

5. B3 dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan antara petugas dan masyarakat

yang bermukim disekitarnya.

Salah satu limbah B3 yang perlu mendapatkan penanganan khusus karena dihasilkan

dalam jumlah yang tinggi pada masyarakat adalah oli bekas.

Oli bekas tentu dihasilkan dari penggunaan oli untuk berbagai aktivitas manusia seperti

perindustian, bengkel, dan penggunaan kendaraan bermotor.

3

Page 5: Tugas Agent Orange

2.1 Pengertian Agent Orange (Herbisida) (Dati)

2.2 Fungsi agent orange (Dati)

2.3 Sifat-sifat Agent Orange (Brian )

a. Korosif

b. Xxxxx(lanjutkan sendiri)

2.4 Jenis – jenis agent orange (Brian dan Naldi)

2.5 Kekentalan (Viskositas) Agent Orange (optional)/ Dispersi Agent Orange (optional)

Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli paling rawan karena berkaitan

dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Kekentalan oli

langsung berkaitan dengan sejauh mana oli berfungsi sebagai pelumas sekaligus pelindung

benturan antar permukaan logam.

Oli harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur ambient. Mengalir secara cukup agar

terjamin pasokannya ke komponen-komponen yang bergerak. Semakin kental oli, maka

lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi

kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang terlumasi.

Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi berlebih mengalirkan oli pada

temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang

4

Page 6: Tugas Agent Orange

dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi

atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan.

Dengan demikian, oli memiliki grade (derajat) tersendiri yang diatur oleh Society of

Automotive Engineers (SAE). Bila pada kemasan oli tersebut tertera angka SAE 5W-30

berarti 5W (Winter) menunjukkan pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 5 dan pada

suhu terpanas akan bekerja pada kekentalan 30.

Tetapi yang terbaik adalah mengikuti viskositas sesuai permintaan mesin. Umumnya, mobil

sekarang punya kekentalan lebih rendah dari 5W-30 . Karena mesin belakangan lebih

sophisticated sehingga kerapatan antar komponen makin tipis dan juga banyak celah-celah

kecil yang hanya bisa dilalui oleh oli encer. Tak baik menggunakan oli kental (20W-50) pada

mesin seperti ini karena akan mengganggu debit aliran oli pada mesin dan butuh semprotan

lebih tinggi.

Untuk mesin lebih tua, clearance bearing lebih besar sehingga mengizinkan pemakaian oli

kental untuk menjaga tekanan oli normal dan menyediakan lapisan film cukup untuk bearing.

Sebagai contoh di bawah ini adalah tipe Viskositas dan ambien temperatur dalam derajat

Celcius yang biasa digunakan sebagai standar oli di berbagai negara/kawasan.

1. 5W-30 untuk cuaca dingin seperti di Swedia

2. 10W-30 untuk iklim sedang seperti di kawasan Inggris

3. 15W-30 untuk Cuaca panas seperti di kawasan Indonesia

2.6 Kualitas Agent Orange (Optional)

Kualitas oli disimbolkan oleh API (American Petroleum Institute). Simbol terakhir SL mulai

diperkenalkan 1 Juli 2001. Walau begitu, simbol makin baru tetap bisa dipakai untuk katagori

sebelumnya. Seperti API SJ baik untuk SH, SG, SF dan seterusnya. Sebaliknya jika mesin

kendaraan menuntut SJ maka tidak bisa menggunakan tipe SH karena mesin tidak akan

mendapatkan proteksi maksimal sebab oli SH didesain untuk mesin yang lebih lama.

Ada dua tipe API, S (Service) atau bisa juga (S) diartikan Spark-plug ignition (pakai busi)

untuk mobil MPV atau pikap bermesin bensin. C (Commercial) diaplikasikan pada truk heavy

duty dan mesin diesel. Contohnya katagori C adalah CF, CF-2, CG-4. Bila menggunakan

mesin diesel pastikan memakai katagori yang tepat karena oli mesin diesel berbeda dengan

oli mesin bensin karena karakter diesel yang banyak menghasilkan kontaminasi jelaga sisa

pembakaran lebih tinggi. Oli jenis ini memerlukan tambahan aditif dispersant dan detergent

untuk menjaga oli tetap bersih.

5

Page 7: Tugas Agent Orange

Sebagai tambahan, bila oli yang digunakan sudah tipe sintetik maka tidak perlu lagi

diberikan bahan aditif lain karena justru akan mengurangi kireja mesin bahkan merusaknya.

API Service Rating

Untuk rating API service, dapat pula dirunut dari mesin-mesin keluaran lama. Namun, pada

saat ini bisa juga dirunut dari katagori SF mengingat banyaknya katagori yang akan keluar.

API mesin bensin

SM (Current)

Diperkenalkan pada 2004. Ditujukan untuk semua jenis mesin bensin yang ada pada saat

ini. Oli ini didesain untuk memberikan resistensi oksidasi yang lebih baik, menjaga

temperatur, perlindungan lebih baik terhadap keausan, dan mengontrol deposit lebih baik.

SL (Current)

Merupakan katagori terakhir sampai saat ini. Diperkenalkan pada 1 Juni 2001. Oli ini

didesain untuk menjaga temperatur dan mengontrol deposit lebih baik. Juga bisa

mengkonsumsi oli lebih rendah. Beberapa oli ini juga cocok dengan spesifikasi terakhir

ILSAC sebagai Energy Conserving. Untuk mesin generasi 2004 atau sebelumnya

SJ (Current) : Diperkenalkan untuk mesin generasi 2001 atau lebih tua

SH (Obsolete): Untuk mesin generasi 1996 atau sebelumnya

SG (Obselete): Untuk mesin generasi 1993 atau sebelumnya

SF (Obsolete): Untuk mesin generasi 1988 atau sebelumnya

6

Page 8: Tugas Agent Orange

API mesin diesel

CJ-4

Diperkenalkan pada tahun 2006. Untuk mesin high speed, mesin 4-langkah yang didesain

untuk memenuhi memenuhi standar emisi tahun 2007. Oli dengan kategori API CJ-4

memiliki kriteria performa lebih baik daripada yang dimiliki oleh oli-oli dengan kategori API

CI-4 dengan CI-4 PLUS, CI-4, CH-4, CG-4 dan CF-4. Oli dengan kategori API CJ-4 juga

mampu secara efektif melumasi mesin-mesin dengan kategori di bawahnya.

CI-4

Diperkenalkan sejak 5 September 2002. Untuk mesin high speed, four stroke engines yang

didesain untuk memenuhi memenuhi standar emisi tahun 2004. Oli CI-4 diformulasikan

menjaga durabilitas mesin dimana gas buangnya disirkulasi ulang. Digunakan untuk mesin

yang meminta kandungan belerang/sulfur 0.5%. Bisa dipakai pada oli CD, CE, CF-4, CG-4

dan CH-4.

CH-4

Diperkenalkan sejak 1998. Untuk mesin high speed, four stroke engines yang didesain untuk

memenuhi memenuhi standar emisi tahun 1998. . Digunakan untuk mesin yang meminta

kandungan belerang/sulfur lebih besar 0.5%. Bisa dipakai pada oli CD, CE, CF-4, dan CG-4.

CG-4

7

Page 9: Tugas Agent Orange

Diperkenalkan sejak 1995. Untuk mesin kinerja sedang, high speed, four stroke engines.

Digunakan untuk mesin yang meminta kandungan belerang/sulfur kurang 0.5%. Cocok

untuk standar emisi 1994 Bisa dipakai pada oli CD, CE, dan CF-4.

CF-4

Diperkenalkan sejak 1990. Untuk mesin high speed, four stroke engines, naturally aspirated

dan mesin turbocharger. Bisa dipakai pada oli CD, dan CE.

CF-2

Diperkenalkan sejak 1994. Untuk mesin kinerja sedang, two stroke engines. Bisa dipakai

pada oli CD-II.

CF

Diperkenalkan sejak 1994. Untuk mesin off road, indirect injected dan beberapa mesin yang

memakai bahan bakar dengan kandungan belerang/sulfur di atas 0.5%. Bisa mengganti

pada oli CD.

2.7 Kontaminasi Agent Orange (Naldi )

Kontaminasi terjadi dengan adanya benda-benda asing atau partikel pencemar di dalam oli.

Terdapat delapan macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli yakni :

1. Keausan elemen. Ini menunjukkan beberapa elemen biasanya terdiri dari tembaga,

besi, chrominium, aluminium, timah, molybdenum, silikon, nikel atau magnesium.

2. Kotoran atau jelaga. Kotoran dapat masuk kedalam oli melalui embusan udara lewat

sela-sela ring dan melaui sela lapisan oli tipis kemudian merambat menuruni dinding

selinder. Jelaga timbul dari bahan bakar yang tidak habis. Kepulan asam hitam dan

kotornya filter udara menandai terjadinya jelaga.

3. Bahan Bakar

4. Air

5. Ini merupakan produk sampingan pembakaran dan biasanya terjadi melalui timbunan

gas buang. Air dapat memadat di crankcase ketika temperatur operasional mesin

kurang memadai.

6. Ethylene gycol (anti beku)

7. Produk-produk belerang/asam. Produk-produk oksidasi Mengakibatkan oli

bertambah kental. Daya oksidasi meningkat oleh tingginya temperatur udara masuk.

2.8 Karakteristik Agent Orange (Dayat)

Oli bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa digunakan kembali.

Padahal, jika asal dibuang dapat menambah pencemaran di bumi kita yang sudah banyak

tercemar. Jumlah oli bekas yang dihasilkan pastinya sangat besar. Bahaya dari

8

Page 10: Tugas Agent Orange

pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek

tumpahan minyak mentah biasa.

Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, oli adalah campuran dari hidrokarbon kental

ditambah berbagai bahan kimia aditif. Oli bekas lebih dari itu, dalam oli bekas terkandung

sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan logam berat

yang bersifat karsinogenik.

Berdasarkan data yang diperoleh, kapasitas oli yang diproduksi oleh Pertamina adalah

sekitar 450.000 kiloliter per tahun, belum lagi tambahan kapasitas dari ratusan merek oli

yang membanjiri pasar pelumas tanah air, untuk konsumsi kendaraan bermotor, industri dan

perkapalan.

Sampai saat ini usaha yang di lakukan untuk memanfaatkan oli bekas ini antara lain :

Dimurnikan kembali (proses refinery) menjadi refined lubricant. Orang tidak banyak

yang tertarik untuk berbisnis di bidang ini karena cost yang tinggi relatif terhadap

lube oil blending plant (LOBP) dengan bahan baku fresh, sehingga harga jual

ekonomis-nya tidak akan mampu bersaing di pasaran.

Digunakan sebagai Fuel Oil / minyak bakar. Yang masih menjadi kendala adalah

tingkat emisi bahan bakar ini masih tinggi.

Perlu dipertimbangkan beberapa hal mengenai pentingnya pemanfaatan kembali oli bekas :

Dari tahun ke tahun, regulasi yang pro terhadap teknologi ramah lingkungan akan

semakin strick. Mungkin saja suatu saat nanti, produsen oli juga harus bertanggung

jawab atas oli bekas yang dihasilkan, sehingga akan muncul berbagai teknologi

pemanfaatan oli bekas.

Kedepan, cadangan minyak mentah akan semakin terbatas, berarti harga minyak

mentah akan semakin melambung. Used-Oil refinery akan semakin kompetitif

dengan LOBP konvensional.

2.9 Agent Orange sebagai bahan B3 (Dayat)

Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, oli bekas

termasuk kategori limbah B3. Meski oli bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola

dengan baik, ia bisa membahayakan lingkungan.  Sejalan dengan perkembangan kota dan

daerah volume oli bekas terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan

bermotor dan mesin-mesin bermotor. Didaerah pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan

bengkel-bengkel kecil, yang salah satu limbahnya adalah oli  bekas. Dengan kata lain,

penyebaran oli  bekas sudah sangat luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di

seluruh Indonesia.

9

Page 11: Tugas Agent Orange

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagian tugas Pemerintah Pusat

didelegasikan ke pemerintah daerah. Pendelegasian itu merupakan amanat Undang-

Undang no 32 tahun 2004.  Kewenangan pemerintah daerah dijabarkan dalam Peraturan

Pemerintah no 38 tahun 2007. (perlu 3 tahun lebih untuk menjabarkan UU menjadi PP). 

Berbagai aspek pemerintahan dan pembangunan dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah

tersebut termasuk kewenangan dalam pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup.

Akan tetapi ada hal yang agak kurang rasional dalam PP 38/2007 khususnya dalam hal

pengelolaan limbah B3, terutama untuk oli bekas. Sebelum PP 38/2007 terbit, praktis segala

sesuatu tentang kewenangan pengaturan, pengendalian limbah B3 berada pada Pemerintah

Pusat yaitu pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH). Kewenangan itu termasuk

pemberian perijinan untuk pengumpulan, penyimpanan sementara, pengangkutan dan

pengolahan limbah B3. Sesuai PP 38/2007, kewenangan untuk pengaturan dan

pengendalian kegiatan pengumpulan limbah B3 diberikan kepada Pemerintah Daerah

(Kabupaten dan Kota). Artinya pemerintah Kota atau Kabupaten diberi kewenangan untuk

mengatur dan memberikan ijin bagi kegiatan pengumpulan sementara limbah B3. Anehnya

kewenangan pengumpulan itu mempunyai pengecualian, yaitu untuk pengumpulan limbah

B3 oli bekas. 

Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian oli bekas mulai

dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sepenuhnya berada pada

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ini artinya bila ada bengkel sepeda motor di kota-

kots besar, maka si pengusaha bengkel harus mengajukan permohonan ijin penyimpanan

oli bekas ke KNLH di Jakarta. Pengusaha kecil seperti bengkel sepeda motor, kalau diminta

mengurus ijin ke jakarta, maka ia akan memilih tidak mempunyai ijin. Ketentuan ini jelas

tidak rasional, kegiatan yang justru sudah sangat banyak di daerah, tetapi kewenangan

pengaturannya di Pemerintah Pusat.

Akibat dari ketentuan PP38/2007 untuk oli bekas yang demikian, sudah dapat diduga,

semakin banyak kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan oli

bekas yang tidak bisa dikontrol. Adalah tidak masuk akal kalau KNLH mampu melakukan

pengawasan dan pengendalian terhadap oli bekas di seluruh Indonesia. KNLH tidak

mempunyai perangkat dan instrumen untuk melakukan pengawasan sampai keseluruh

daerah.

Seharusnya kegiatan yang sudah sangat tinggi volumenya seperti oli bekas, maka

kewenangan pengawasannya diberikan kepada pemerintah daerah. Terlepas dari segala

10

Page 12: Tugas Agent Orange

kekurangan pemerintah daerah dalam melakukan tugas tersebut, tetapi secara rasional,

pengawasan oli bekas tidak mungkin dilakukan oleh KNLH dari Jakarta. Adalah sangat tidak

masuk akal, kalau kebijakan seperti ini terus dipertahankan oleh KNLH.

2.10 Akibat Produksi Agent Orange (Brian dan Dati)

Jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan dengan olinya

sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan

menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa

mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan

klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter oli bekas bisa merusak jutaan liter air segar

dari sumber air dalam tanah.

Limbah khusus untuk oli bekas lebih lanjut diatur dengan Keputusan Kepala Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang

syarat-syarat penyimpanan dan pengumpulan limbah oli dan minyak pelumas. Ia

menuturkan limbah berupa oli bekas jika tidak dikelola dengan baik dan dibuang secara

sembarangan sangat berbahaya bagi lingkungan.

Oli bekas juga dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan

sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu

sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3).

Demikian pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli. Plastik yang

tak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan memakan ruang di

tempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih mengandung residu oli, juga terbuat

dari bahan metal yang tidak mudah terurai secara biologis. Karena itulah limbah dari ketiga

komponen itu mesti dikelola dengan baik. Bukanlah hal yang sulit untuk mendaurulang

ketiga komponen itu, sehingga menjadi produk yang bermanfaat dan tidak lagi menjadi

ancaman lingkungan.

Oli bekas memiliki pasar yang bagus. Pengolahan oli bekas secara benar akan memulihkan

kembali sifat pelumasannya. Energi yang diperlukan untuk pengolahan oli bekas hanyalah

sepertiga dari yang dibutuhkan untuk mengolah minyak mentah menjadi pelumas yang baik.

Oli daur ulang juga bisa digunakan dalam campuran aspal yang akan dipakai untuk

membangun jalan raya. Oli daur uang pun bisa digunakan untuk bahan bakar.

Saringan oli bekas jugatidak sulit memprosesnya. Pertama dicabik-cabik, kemudian dilebur

11

Page 13: Tugas Agent Orange

dan dijadikan bahan baku produk-produk logam seperti jarum, kawat dan produk-produk

lainnya. Sedangkan wadah plastiknya bisa didaur ulang menjadi wadah baru, pot bunga,

pipa dan bernagai keperluan lainnya.

2.11 Pemanfaatan Agent Orange Sebagai XXXXX (MESIN, ATAU APAPUN LAH) (DATI)

Limbah oli atau limbah minyak pelumas residu dari oli murni atau vaseline berada di antara

C16 sampai ke C20. Di indonesia jumlah limbah pelumas bekas pada tahun 2003 sekitar 465

juta liter pertahun ( www. wikipedia.com ), dan untuk di daerah Riau limbah ini mencapai 54

juta liter pertahun ( sumber Riau Pos ) . Sumber dari limbah ini berasal dari berbagai

aktivitas sarana mesin serta industri. Proses yang dilakukan melalui tahapan absorpsi dan

distilasi ( untuk mengolah oli bekas menjadi sampel bahan bakar). Tahapan berikutnya

dilakukan uji karakteristik syarat bahan bakar berupa : uji bilangan oktan untuk melihat

kandungan unsur-unsur kimia, titik nyala, bilangan karbon dan residu bahan bakar serta

menentukan beberapa parameter fisisnya antara lain: viskositas, konduktivitas dan indeks

bias.

Hasil karakteristiknya akan dibandingkan dengan karakteristik solar atau mendekati. Sampel

akhir yang diinginkan dari riset ini, bila diuji pada setiap mesin diesel tidak ada modifikasi

pada mesin, artinya sampel ini tidak akan memberi efek atau cocok dengan jenis mesin

diesel apapun. Limbah oli bekas yang setiap bulan banyak dihasilkan di Riau akan

dimanfaatkan melalui pengolahan khusus. Bila keberadaanya diolah dengan proses dan

teknik yang tepat sebenarnya menghasilkan prospek ekonomi cukup menjanjikan di masa

depan. Selanjutnya untuk proses mengolah, direncanakan akan didisain atau dirancang

sistem dengan membuat prototipe mesin pengolahnya dengan serangkaian proses absorpsi

dan distilasi satu tabung melalui beberapa uji karakteristik kimia dan fisika untuk syarat-

syarat bahan oli bekas.

2.12 Proses Pengolahan Agent Orange (Dati)

Tahap pertama merupakan pemisahan air dari oli bekas, proses ini menghasilkan limbah air

yang berasal dari campuran oli bekas.

Tahap kedua memisahkan kotoran dan aditif nya (penambahan bahan kimia). Tahap ketiga

dilakukan untuk perbaikan warna, mengasilkan bahan dasar pelumas (bdp) dan limbah

lempung. Yang terakhir mengolah bahan dasar menjadi pelumas atau disebut juga dengan

blending.

Tiga Tahapan Daur Ulang oli Bekas

12

Page 14: Tugas Agent Orange

Cara pertama, daur ulang oli bekas menggunakan asam kuat untuk memisahkan kotoran

dan aditif dalam oli bekas. kemudian dilakukan pemucatan dengan lempung. Produk yang

dihasilkan bersifat asam dan tidak memenuhi syarat.

Cara kedua, campuran pelarut alkohol dan keton digunakan untuk memisahkan kotoran dan

aditif dalam oli bekas. Campuran pelarut dan pelumas bekas yang telah dipisahkan di

fraksionasi untuk memisahkan kembali pelarut dari oli bekas. Kemudian dilakukan proses

pemucatan dan proses blending serta reformulasi untuk menghaasilkan pelumas siap pakai.

Cara ketiga. pada tahap awal digunakan senyawa fosfat dan selanjutnya dilakukan proses

perkolasi dan dengan lempung serta dikuti proses hidrogenasi.

Selain daripada itu, jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya

berurusan dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila

dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas mengandung

sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu mungkin saja

mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter oli bekas bisa

merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.

Demikian pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli. Plastik yang

tak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan memakan ruang di

tempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih mengandung residu oli, juga terbuat

dari bahan metal yang tidak mudah terurai secara biologis.

Karena itulah limbah dari ketiga komponen itu mesti dikelola dengan baik. Bukanlah hal

yang sulit untuk mendaurulang ketiga komponen itu, sehingga menjadi produk yang

bermanfaat dan tidak lagi menjadi ancaman lingkungan.

Oli bekas memiliki pasar yang bagus. Pengolahan oli bekas secara benar akan memulihkan

kembali sifat pelumasannya. Energi yang diperlukan untuk pengolahan oli bekas hanyalah

sepertiga dari yang dibutuhkan untuk mengolah minyak mentah menjadi pelumas yang baik.

Oli daur ulang juga bisa digunakan dalam campuran aspal yang akan dipakai untuk

membangun jalan raya. Oli daur uang pun bisa digunakan untuk bahan bakar. Saringan oli

bekas juga tidak sulit memprosesnya. Pertama dicabik-cabik, kemudian dilebur dan

dijadikan bahan baku produk-produk logam seperti jarum, kawat dan produk-produk lainnya.

Sedangkan wadah plastiknya bisa didaur ulang menjadi wadah baru, pot bunga, pipa dan

bernagai keperluan lainnya.

13

Page 15: Tugas Agent Orange

BAB III

ANALISA PENGELOLAAN AGENT ORANGE

3.1 Produksi Persistant Organic Pollutants (Marissa)

Oli bekas yang merupakan salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) banyak

dihasilkan dari bengkel mobil atau motor. Oli banyak digunakan sebagai pelumas mesin

mobil dan kebanyakan penghasilnya banyak yang masih sembarangan menampung oli

bekas. Oleh karena itu, karena disinyalir mengandung limbah B3,maka dikeluarkan surat

BLH No. 458.41/PPL-B3/2009 tentang imbauan pengelolaan oli bekas agar semua pemilik

atau pengusaha bengkel kendaraan bermotor bisa mengelola limbah dengan baik.

PURWAKARTA, (PRLM).- Para pemilik bengkel mobil maupun motor yang ada di

Purwakarta sekarang ini tidak boleh sembarangan dalam menampung oli bekas. Pasalnya

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Purwakarta telah mengeluarkan imbauan

tentang pengelolaan oli bekas karena disinyalir mengandung limbah berbahaya dan beracun

(B3). Kepala BLH Purwakarta, Dwi Sutrisno yang didampingi Kasubid Pengendalian

Pencemaran Limbah Padat dan B3, Uu Nurjaman mengatakan, untuk mensosialisasikan

adanya surat BLH nomor 458.41/PPL-B3/2009 tentang imbauan pengelolaan oli bekas

dalam waktu dekat ini semua pemilik/pengusaha bengkel kendaraan bermotor akan

dikumpulkan di BLH Purwakarta untuk mendapatkan penjelasan mengenai keharusan

limbah oli bekas dikelola dengan baik.

Dalam surat itu disebutkan sehubungan dengan aktivitas kegiatan usaha/bengkel yang

menghasilkan oli bekas yang termasuk ke dalam salah satu jenis limbah B3 terdapat

14

Page 16: Tugas Agent Orange

bebeberapa ketentuan yang harus diatur yaitu pemilik/pengusaha bengkel harus

membangun tempat penampungan sementara (TPS) limbah B3 yang berdasarkan kepada

peraturan Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Menurut Nurjaman, setelah membangun

TPS limbah B3 sebagai tempat penampungan oli bekas yang harus mendapatkan

rekomendasi dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup, juga setiap tiga bulan sekali

harus memberikan laporan dari kegiatan pengolahan limbah oli bekas itu kepada Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Purwakarta.

Berdasarkan pengamatan "PRLM", sekarang ini jumlah bengkel atau usaha perbengkelan di

Purwakarta terutama yang menyediakan jasa ganti oli semakin bertebaran di berbagai

tempat. Oli bekas yang ada sementara ini ditampung dalam suatu tempat seperti drum atau

sejenisnya. Padahal dalam aturan tempat penampungan sementara itu harus mendapat

rekomendasi dari Kemeneg Lingkungan Hidup. Jika kita bicara material oli pelumas bekas,

maka itu tidak hanya berurusan dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan

oli. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas

mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu mungkin

saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter oli bekas

bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.

Demikian pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli. Plastik yang

tak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan memakan ruang di

tempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih mengandung residu oli, juga terbuat

dari bahan metal yang tidak mudah terurai secara biologis.

Karena itulah limbah dari ketiga komponen itu mesti dikelola dengan baik. Bukanlah hal

yang sulit untuk mendaurulang ketiga komponen itu, sehingga menjadi produk yang

bermanfaat dan tidak lagi menjadi ancaman lingkungan. Oli bekas memiliki pasar yang

bagus. Pengolahan oli bekas secara benar akan memulihkan kembali sifat pelumasannya.

Energi yang diperlukan untuk pengolahan oli bekas hanyalah sepertiga dari yang dibutuhkan

untuk mengolah minyak mentah menjadi pelumas yang baik. Oli daur ulang juga bisa

digunakan dalam campuran aspal yang akan dipakai untuk membangun jalan raya. Oli daur

uang pun bisa digunakan untuk bahan bakar.

Saringan oli bekas jugat idak sulit memprosesnya. Pertama dicabik-cabik, kemudian dilebur

dan dijadikan bahan baku produk-produk logam seperti jarum, kawat dan produk-produk

lainnya. Sedangkan wadah plastiknya bisa didaur ulang menjadi wadah baru, pot bunga,

pipa dan bernagai keperluan lainnya.

15

Page 17: Tugas Agent Orange

3.2 Penyimpanan Agent Orange (Tiffany)

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan

segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya

limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat

dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan

limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3,

maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat

disimpan dengan aman.

Sejalan dengan perkembangan kota dan daerah, volume minyak pelumas bekas terus

meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin

bermotor. Di daerah pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan bengkel-bengkel kecil, yang

salah satu limbahnya adalah oli  bekas. Dengan kata lain, penyebaran oli  bekas sudah

sangat luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di seluruh Indonesia.

Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas pasal 1(1), oli bekas

atau minyak pelumas bekas (selanjutnya disebut minyak pelumas bekas) adalah sisa pada

suatu kegiatan dan/atau proses produksi. Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup, minyak pelumas bekas termasuk kategori limbah B3. Meski

minyak pelumas bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, ia bisa

membahayakan lingkungan.

Minyak pelumas bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah, dan

air. Minyak pelumas bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat

pencemar lainnya. Satu liter minyak pelumas bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari

sumber air dalam tanah. Apabila limbah minyak pelumas tumpah di tanah akan

mempengaruhi air tanah dan akan berbahaya bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan minyak

pelumas bekas dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan

sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu

sifatnya mudah terbakar  yang merupakan karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3).

Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, ukuran

tempat penyimpanan minyak pelumas bekas berukuran 2m x 2m. Kemasan dapat terbuat

16

Page 18: Tugas Agent Orange

dari bahan plastik (HDPE, PP, atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304,

SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak

bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. Kemasan (drum, tong, atau bak

kontainer)yang digunakan harus:

a) Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat, atau rusak;

b) Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan;

c) Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;

d) Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan

pemindahan atau pengangkutan.

Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan

persyaratan bagi penyimpanan limbah B3. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya

selama penyimpanan, maka jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus

mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan

gas, atau terjadinya kenaikan tekanan. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah

berisi limbah B3 dan disimpan di tempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi

kemasan sekurang-kurangnya satu minggu satu kali. Pemeriksaan tersebut meliputi:

a) apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau bocor),

maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang

baru, sesuai dengan ketentuan,

b) apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut

harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan

limbah B3 terpisah.

17

Page 19: Tugas Agent Orange

Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi dengan

penampungan sekunder. Penampungan sekunder dapat berupa satu atau lebih dari

ketentuan berikut : pelapisan (di bagian luar tangki); tanggul (vault;berm) dan atau tangki

berdinding ganda, dengan ketentuan bahwa penampungan sekunder tersebut harus:

a) dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah B3 yang

disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan memadai untuk mencegah

kerusakan akibat pengaruh tekanan;

b) ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukung ketahanan tangki

terhadap tekanan dari atas dan bawah dan mampu mencegah kerusakan yang

diakibatkan karena pengisian, tekanan, atau uplift;

c) dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang dirancang dan dioperasikan 24

jam sehingga mampu mendeteksi kerusakan pada struktur tangki primer dan

sekunder, atau lepasnya limbah B3 dari sistem penampungan sekunder;

d) penampungan sekunder dirancang untuk dapat menampung dan mengangkat

cairan-cairan yang berasal dari kebocoran,ceceran, atau presipitasi.

Limbah yang disimpan tidak melebihi waktu 90 hari dan wajib diupayakan langsung

diangkut/dibawa oleh perusahaan pengumpul dan atau ke fasilitas pengolahan, diupayakan

3R, dimanfaatkan oleh pihak lain yang telah mempunyai izin pemanfaatan dari KLH-RI.

Berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, tatacara

penyimpanan minyak pelumas bekas harus memperhatikan :

a) karakteristik pelumas bekas yang disimpan;

b) kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum atau

tangki;

c) pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan

menyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan apabila terjadi

kecelakaan dapat segera ditangani;

d) lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk

lalu lintas manusia, dan kendaraan pengangkut (forklift);

e) penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika

berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis

dialasi dengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat

dan plastik, maka harus dipergunakan rak;

f) lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul di sekelilingnya dan dilengkapi

dengan saluran pembuangan meriuju bak penampungan yang kedap air. Bak

18

Page 20: Tugas Agent Orange

penampungan dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum atau

tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangki harus diatur sedemikian

sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain;

g) mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang kedap

air.

Adapun persyaratan untuk bangunan pengumpulan antara lain:

a) lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak bergelombang,

kuat, dan tidak retak;

b) konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan

kemiringan maksimum 1 %;

c) bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas bekas;

d) rancang bangun untuk penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap yang dapat

mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau

pengumpulan;

e) bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila bangunan diberi

dinding bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah didobrak.

Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian minyak pelumas

bekas, mulai dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan,

sepenuhnya berada pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ketentuan ini jelas tidak

rasional, kegiatan yang justru sudah sangat banyak di daerah, tetapi kewenangan

pengaturannya di Pemerintah Pusat. Akibat dari ketentuan PP 38/2007 untuk minyak

pelumas bekas tersebut, sudah dapat diduga semakin banyak kegiatan pengumpulan,

penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan minyak pelumas bekas yang tidak bisa

dikontrol. Adalah tidak masuk akal jika KLH mampu melakukan pengawasan dan

pengendalian terhadap minyak pelumas bekas di seluruh Indonesia. KLH tidak mempunyai

perangkat dan instrumen untuk melakukan pengawasan sampai keseluruh daerah.

Seharusnya kegiatan yang sudah sangat tinggi volumenya seperti minyak pelumas bekas,

maka kewenangan pengawasannya diberikan kepada pemerintah daerah. Terlepas dari

segala kekurangan pemerintah daerah dalam melakukan tugas tersebut, tetapi secara

rasional, pengawasan minyak pelumas bekas tidak mungkin dilakukan oleh KLH dari

Jakarta. Adalah sangat tidak masuk akal, kalau kebijakan seperti ini terus dipertahankan

oleh KLH. Pemerintah pusat dalam hal ini KLH secara bertahap harus meningkatkan

kemampuan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal pembinaan dan pengawasan limbah

minyak pelumas bekas, seperti pendanaan, peralatan, peningkatan SDM, sarana dan

prasarana lainnya sehingga daerah benar-benar siap untuk melaksanakannya.

19

Page 21: Tugas Agent Orange

3.3 Pengangkutan Agent Orange ( Melliza dan Tiffany)

3.3.1 Definisi: (Melliza)

Pengangkut agent orange adalah orang yang

??????

3.3.2 Sistem pengangkutan (Tiffany)

3.3.3 Sistem pengangkutan di Indonesia (kalau gak ada di luar negeri) (Melliza)

Gambar 2. Gudang Penyimpanan Oli Bekas

3.4 Pembuangan dan Penimbunan Agent Orange (Marissa)

20

Page 22: Tugas Agent Orange

BAB IV

STUDI KASUS PAPARAN AGENT ORANGE

4.1 Kasus Agent Orange pada perang Vietnam (Mouldie)

Pada hari Selasa, 13 Oktober 2009, berton-ton limbah oli PT Drydocks Pertama

Tanjunguncang tumpah dan mencemari perairan Tanjunguncang, Kepulauan Riau. Puluhan

ton oli bekas tumpah setelah tangki penyimpanan milik perusahaan tersebut meledak. PT

Drydocks disinyalir lalai dalam mengawasi pengelolaan limbah sehingga peristiwa tersebut

dapat terjadi. Pihak Bapedalda Pemerintah Kota (Pemko) Batam langsung mengambil

sampel limbah untuk dilakukan diuji laboratorim. Selain itu, pihak kepolisian dan KPLP juga

turun ke lokasi.

Manager PT Drydocks Pratama, Suryono, kepada wartawan mengatakan, terjadinya

tumpahan oli karena adanya kemiringan tempat penampungan sehingga oli sempat tumpah

21

Page 23: Tugas Agent Orange

ke laut. Pihak perusahaan juga melakukan tindakan pencegahan untuk menjamin agar

tumpahan oli tidak sampai mencemari laut dan membahayakan warga. Tindakan

pencegahan yang dilakukan diantaranya adalah dengan memasang beberapa pelampung

agar oli tidak menyebar dan menggunakan cairan kimia untuk memisahkan oli dengan air

laut.

Tumpahan limbah berbahaya dari PT Drydocks Pertama Tanjunguncang kontan mendapat

keluhan dari masyarakat setempat. Mereka menyayangkan keteledoran perusahaan

membuat peraiaran tempat mereka menangkap ikan tercemar. Dampak tumpahan berton-

ton oli bekas itu dirasakan nelayan Pulau Bertam, Pulau Lingka, Pulau Gara dan Pulau

Seraya. Limbah sempat menyebar ke perairan pulau tersebut.

Nelayan sangat merasakan hasil tangakapan ikan bilis. Padahal setiap bulan Oktober,

November dan Desember, adalah waktu keluarnya ikan bilis. Ada sekitar 300 nelayan yang

menggantungkan hidup menangkap ikan bilis. Biasanya, setiap hari nelayan bisa

menangkap ikan bilis dengan jumlah yang cukup lumayan hingga Rp 5 juta sekali turun ke

laut. Namun dua hari belakangan nelayan hanya dapat hasil tangkapan senilai Rp 500 ribu

hingga Rp 600 ribu sekali turun ke laut.

Kasat II Ditreskim Polda Kepulauan Riau menyatakan tidak ada faktor kesengajaan dalam

peristiwa tumpahnya limbah berbahaya tersebut. Peristiwa ini terjadi murni karena tiang

tangki tidak mampu lagi menyangga beban limbah oli bekas yang disimpan di dalamnya.

4.2 Kronologis Pemaparan Agent Orange pada perang Vietnam (Maulana Arief)

Sebuah drum untuk menampung oli bekas milik PT Timas yang berlokasi di Desa Tambak,

Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang, Banten, meledak pada hari Senin, 28 Desember 2009

sekitar pukul 11 siang. Akibat ledakan tersebut, seorang karyawan bagian pengelasan,

Siman (40) mengalami luka bakar dan harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Serang.

Menurut Kapolres Serang, ledakan tersebut berasal dari drum oli yang digunakan sebagai

pengganjal mobil yang sedang dilas oleh korban. Diduga akibat panas, drum oli bekas yang

digunakan untuk pengganjal tersebut langsung meledak. Ledakan hebat itu sempat

membuat tubuh korban Siman terpental beberapa meter. Bahkan korban sempat terkena

semburan api, akibatnya ia menderita luka bakar serius terkena semburan api tersebut.

Bunyi ledakan itupun sempat membuat panik karyawan PT Timas. Siman, warga Kampung

22

Page 24: Tugas Agent Orange

Citawa, Desa Tambak, Kecamatan Kibin yang menderita luka bakar di sekujur tubuh, oleh

rekan kerjanya langsung dilarikan ke RSUD Serang untuk diberikan pengobatan medis.

BAB V

23

Page 25: Tugas Agent Orange

PEMBAHASAN

Limbah khusus untuk oli bekas lebih lanjut diatur dengan Keputusan Kepala Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang

syarat-syarat penyimpanan dan pengumpulan limbah oli dan minyak pelumas. Ia

menuturkan limbah berupa oli bekas jika tidak dikelola dengan baik dan dibuang secara

sembarangan akan sangat berbahaya bagi lingkungan.

NFPA oli bekas:

Keterangan:

Biru : Health Hazard

Merah : Fire Hazard

Kuning : Reactivity

Putih : Specific Hazard

Penanganan

Dalam penempatannya, oli bekas harus dijauhkan dari panas, bunga api, atau api. Dimana

campuran mungkin mudah terbakar tersimpan, harus digunakan peralatan aman pada lokasi

tersebut. Gunakan peralatan anti ledak dan anti percikan yang bersih. Ketika memindahkan

produk, tangki penyimpanan, truk tangki, dan mobil tangki kereta api harus ditempatkan di

tanah dan berikat. Jangan hirup uap atau kabut yang dihasilkan. Gunakan di area yang

berventilasi. Hindari kontak dengan mata, kulit, pakaian, dan sepatu. Jangan merokok

sambil menggunakan produk ini.

5.1 Pembahasan Studi Kasus Agent Orange (Dati dan Mouldie)

Sehubungan kasus yang terjadi di Vietnam:

24

Page 26: Tugas Agent Orange

Terlihat bahwa liimbah B3 oli bekas memiliki sifat cukup mudah terbakar serta cukup

membahayakan kesehatan. Oleh karena itu dalam penanganannya, limbah ini harus dijaga

sehati-hati mungkin agar tidak timbul percikan pada kontainer.

Pada MSDS bagian penyimpanan disebutkan, hindari kegiatan mengelas kontainer. Namun

tampaknya hal ini kurang menjadi perhatian bagi Siman, pekerja yang menjadi korban

ledakan kontainer oli bekas di PT Timas. Beliau jelas telah melakukan kesalahan dengan

menjadikan drum limbah oli bekas sebagai alas ketika mengelas. Hal ini tentu saja dapat

menimbulkan percikan api, dan ketika berkontak dengan oli yang memiliki sifat mudah

meledak, maka muncullah ledakan. Beruntung korban masih bisa terselamatkan meski

menderita luka bakar serius. Hendaknya para pekerja harus lebih disadarkan tentang

bahaya limbah B3, dan perusahaan harus bisa membangkitkan kesadaran pada para

pekerjanya.

Menurut MSDS oli bekas, dampak yang dapat ditimbulkannya adalah sebagai berikut:

Dampak bagi kesehatan

1. Pernapasan : konsentrasi uap yang tinggi dapat berbahaya jika dihirup. Konsentrasi

yang tinggi dapat mengganggu saluran pernafasan (hidung, tenggorokan, dan paru-

paru). Juga dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, pusing, kehilangan

koordinasi, rasa, dan gangguan saraf lainnyapaparan dengan konsentrasiakutdapat

menyebabkan depresi sistem saraf, pingsan, koma, dan / atau kematian.

2. Mata : menyebabkan iritasi

3. Kulit : dapat menyebabkan dermatitis atau meresap ke dalam kulit dan menimbulkan

dampak seperti pada pernapasan.

4. Pencernaan : dapat berbahaya jika tertelan. Menyebabkan mual, muntah, dan

gangguan saraf lainnya. Jika produk terhirup ketika sedang menelan atau muntah,

dapat menyebabkan kanker paru-paru ataupun kematian.

5. Kondisi medis yang diperparah oleh paparan : gangguan terhadap jantung, hati,

ginjal, saluran pernapasan(hidung, tenggorokan, paru-paru), sistem saraf pusat,

mata, kulit, dapat semakin diperparah dengan konsentrasi paparan yang tinggi.

6. Sifat karsinogenik : Produk ini mengandung minyak mineral, tidak diolah atau sedikit

diolah, yang dapat menyebabkan kanker. Produk ini mungkin berisi hidrokarbon dan

klor

pelarut, logam, dan aromatic polynuclear yang dapat menyebabkan kanker. Risiko

kanker tergantung pada jangka waktu dan tingkat paparan.

Dampak terhadap lingkungan

25

Page 27: Tugas Agent Orange

Lapisan atas tanah dan vegetasi alami biasanya akan menyaring banyak dari polutan

keluar, tetapi lapisan kedap air yang menutupi sebagian besar permukaan di mana

polutan tersebut berasal membawanya tepat ke badan saluran air dan ke sungai, danau,

dan laut, yang dapat meracuni biota laut dan ikan yang kita makan-serta ekosistem

Pencemaran oli bekas ini juga menemukan jalan ke dalam akifer bawah tanah menuju

pasokan air minum kita, sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia.

Oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas

itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu

liter oli bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah. Oli bekas

juga dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan sifatnya

yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air, selain itu sifatnya

mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Sehubungan kasus yang terjadi di ????? (jika ada daerah lain sebutkan) (Brian dan

Naldi) :

Kelalaian perusahaan dalam mengelola limbah B3 nya dapat berdampak buruk bagi

lingkungan dan biota air. Limbah oli memiliki sifat beracun. Hal ini berdampak buruk bagi

lingkungan perairan dan biota air yang telah ketumpahan oli bekas tersebut. Nelayan

setempat juga mengalami kerugian. Jika ikan yang tercemari limbah oli dikonsumsi oleh

manusia, dikhawatirkan akan timbul bahaya bagim kesehatan, seperti yang telah

terangkum dalam MSDS yang berlaku. Hendaknya perusahaan lebih waspada akan hal

ini dan dapat menangani limbah B3 nya dengan benar dan menurut aturan yang berlaku,

sehingga htak terjadi hal yang tak diinginkan.

Manajemen Bahan POP dalam Agent Orange (Marissa)

Minyak telah digunakan, dapat dikumpulkan, daur ulang, dan digunakan berulang-ulang.

diperkirakan 380 juta galon menggunakan minyak daur ulang setiap tahun. Minyak

kadang-kadang dapat digunakan lagi untuk pekerjaan yang sama atau dapat melakukan

tugas yang sama sekali berbeda.Misalnya, oli motor yang digunakan bisa kembali halus

dan dijual di toko sebagai oli motor atau diproses untuk tungku bahan bakar minyak.

Aluminium rolling minyak juga dapat disaring di situs dan digunakan lagi.

Oli bekas sering mengandung bahan berbahaya seperti bahan bakar mudah terbakar dan

bersifat aditif, timah dan logam beracun lainnya. Oli bekas tidak semestinya dibuang

begitu saja karena dapat membunuh tumbuhan dan satwa liar dan mencemari air

permukaan dan air tanah. Oleh sebab itu, ilegal untuk:

membuang oli bekas di tanah,

26

Page 28: Tugas Agent Orange

dibuang di saluran air buangan

menempatkan menggunakan minyak dalam sampah, atau

menggunakan oli bekas untuk mengurangi debu di jalan

Pencegahan Paparan Agent Orange (Tiffany)

5.2 Metode Pengolahan Agent Orange (

Metode ini digunakan untuk untuk mengolah oli bekas sehingga dapat dipakai kembali.

Salah satu metodenya adalah Lalalal. Langkah-Langkahnya:

1. XXXX (Sertakan gambar)

2. YYYY

3. ZZZZ

Oli yang telah dikenai proses dehydrasi didinginkan sampai suhu kamar. Oli dipompa

menuju bak pendingin. Bak pendingin dilengkapi dengan blower dan pengaduk.

Pendinginan ini dibutuhkan untuk proses selanjutnya.

4. AAAA

Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat. Asam yang dapat digunakan

salah satunya adalah asam sulfat (H2SO4) dengan rasio tertentu. Pereaksikan

dengan asam ini dimaksudkan untuk mengembalikan performa oli yang telah rusak.

Pereaksikan dengan asam akan menyebabkan oli menjadi dua fase. Fase beningan

yang berupa oli yang telah baik dan fase padat berupa kotoran yang mengumpul.

27

Page 29: Tugas Agent Orange

5. BBBB

6. CCCCi

7. WWW

Oli hasil filtrasi adalah oli yang telah memiliki standar performa baik. Oli ini

ditampung dalam bak yang dilengkapi pompa untuk selanjtnya diisikan ke drum-

drum.

28

Page 30: Tugas Agent Orange

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

(Gabung)

6.1 Kesimpulan

Pembuangan oli bekas secara sembarangan tanpa diolah terlebih dahulu akan

menimbulkan pencemaran dan berbahaya bagi lingkungan.

Proses cradle to grave oli bekas meliputi produksi, pengangkutan, penyimpanan,

serta pembuangan/penimbunan oli bekas.

Kasus pencemaran oleh oli bekas di Indonesia terjadi di PT Drydocks Pertama

Tanjunguncang Kepulauan Riau serta PT Timas Kabupaten Serang Banten

Teknologi refining oli bekas merupakan salah satu cara untuk meminimalisasi

buangan oli bekas.

6.2 Saran

Oli bekas yang sudah tidak digunakan sebaiknya diolah terlebih dahulu sebelum

dibuang ke lingkungan, agar tidak membahayakan.

Proses cradle to grave oli bekas harus berjalan dengan baik dan benar agar

limbah oli bekas tidak mencemari lingkungan.

Proses cradle to grave oli bekas sebaiknya diawasi oleh pihak yang berwenang,

agar dapat berjalan dengan baik.

Untuk meminimalisasi buangan oli bekas, digunakan metode refining oli bekas.

29

Page 31: Tugas Agent Orange

DAFTAR PUSTAKA

http://www.antaranews.com/berita/1262007254/drum-oli-bekas-di-serang-meledak,

http://www.batamtoday.com/news/read/2009/10/1501/17051.Tumpahan-Oli-Bekas-Milik-PT-Dry-Dock-Pratama-Cemari-Perairan-Tanjung-Uncang.html,

http://jokimuchajar.blogspot.com/2009/02/bagian-empat-menutup-karir-birokrat-di.html,

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Limbah+B3+dari+Bengkel+Oli+Bekas&dn=20090504003213

http://laginge.wordpress.com/page/2/

http://www.primanru.com/

http://www.tribunbatam.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=35780&Itemid=1105

http://www.wasteoilheat.com/faq.shtml#q8

30