tugas agama bab 1
DESCRIPTION
PNUPTRANSCRIPT
Tugas:
Jawablah pertanyaan berikut ini.
1. Terangkan perbedaan “kebenaran” menurut filsafat dengan agama dan berikan contoh masing-masing!
- Kebenaran, menurut filsafat adalah relatif, artinya berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasinya yang dapat dilihat berdasarkan waktu, tempat, dan sudut pandangnya, sedangkan kebenaran menurut agama adalah mutlak, artinya tidak berubah-ubah dan benar-benar terjadi.
2. Uraikan tujuh Kemaha Esaan Allah dengan singkat!Allah Maha Esa dalam Zat-Nya.
Kemahaesaan Allah dalam Zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata bahwa Zat Allah
tidak sama dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Dia Unik, berbeda dalam segala-
galanya. Zat Tuhan Yang Maha Esa itu bukanlah materi yang terdiri atas beberapa unsur
bersusun. Ia tidak dapat disamakan atau dibandingkan dengan benda apa pun yang kita kenal,
yang menurut ilmu fisika terjadi dari susunan atom, molekul dan unsur-unsur berbentuk yang
takluk kepada ruang dan waktu yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia, yang dapat
hancur musnah dan lenyap pada suatu masa. Allah berfirman dalam Alquran Surat Asyura ayat
11:
Artinya: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”
Keyakinan kepada Zat Allah Yang Maha Esa seperti itu mempunyai konsekwensi.
Konsekwensinya adalah bagi umat Islam yang mempunyai aqidah demikian, segala sesuatu yang
dapat ditangkap oleh pancaindera mempunyai bentuk tertentu, tunduk pada ruang dan waktu,
hidup memerlukan makanan dan minuman seperti manusia biasa, mengalami sakit dan mati,
lenyap dan musnah, bagi seorang muslim bukanlah Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Allah Maha Esa dalam Sifat-Sifat-Nya.
Kemahaesaan Allah dalam sifat-sifat-Nya ini mempunyai arti bahwa sifat-sifat Allah
penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang menyamai-Nya. Sifat-sifat Allah itu banyak
dan tidak dapat diperkirakan. Namun demikian, dari Alquran dapat diketahui sembilan puluh
sembilan nama Tuhan yang biasanya disebut dengan al-Asmaaulllah al-Husnaa.: Sembilan
puluh sembilan nama-nama Allah yang indah (Muhammad Daud Ali, 1998: 23; A.Toto Suryana,
1996: 71; dan Muslim Nurdin dkk.,1993: 86-91).
Allah Maha Esa dalam Perbuatan-Perbuatan-Nya
Pernyataan ini mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa tiada bertara
dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya Dialah yang dapat berbuat menciptakan alam semesta
ini. Perbuatan-Nya itu unik, lain dari yang lain, tiada taranya dan tidak sanggup pula manusia
menirunya. Kagumilah, misalnya, bagaimana Ia menciptakan diri kita sendiri dalam bentuk
tubuh yang sangat baik, yang dlengkapinya dengan pancaindera, akal, perasaan, kemauan,
bahasa, pengalaman dan sebagainya. Perhatikan pula susunan kimiawi materi-materi yang ada di
alam ini. Misalnya H20, susunan kimiawi (materi) zat cair, C02, zat asam dan sebagainya.
Konsekwensi keyakinan bahwa Allah Maha Esa dalam berbuat (perbuatan-Nya) adalah seorang
muslim tidak boleh mengagumi
perbuatan-perbuatan manusia lain dan karyanya sendiri secara berlebihan. Manusia, baik
perseorangan maupun sebagai kolektivitas, betapapun genial (hebat) , tidak boleh dijadikan
obyek pemujaan apalagi kalau disembah pula.
Allah Maha Esa dalam Wujud-Nya.
Allah Maha Esa dalam wujud-Nya. Ini berarti bahwa ujud Allah berbedadengan wujud
alam semesta. Ia tidak dapat disamakan dan diserupakan dalam bentuk apapun juga. Oleh karena
itu, Anthromorfisme (paham pengenaan ciri-ciri manusia pada alam seperti binatang atau benda
mati apalagi pada tuhan) tidak ada dalam ajaran Islam. Menurut keyakinan Islam, Allah Maha
Esa. Demikian Esa-Nya sehingga wujud-Nya tidak dapat disamakan dengan alam atau bagian-
bagian alam yang merupakan ciptaan–Nya ini. Keberad Wajib. Karena itu Ia disebut wajibul
wujud . Pernyataan ini mempunyai makna bahwaan Allahlah yang abadi dan wajib eksistensi
atau wujud-Nya. Selain Dia, semuanya mumkinul wujud. Artinya boleh (mungkin) ada, boleh
(mungkin) tiada seperti eksistensi manusia dan seluruh alam semeseta ini yang pada waktunya
pasti akan mati atau hancur binasa. Konsekwensi keyakinan yang demikian adalah setiap
manusia muslim sebagai bagian alam, harus selalu sadar bahwa hidupnya hanyalah sementara di
dunia ini, tempat ia diuji mengenai kepatuhan dan ketidakpatuhannya pada perintah-perintah dan
larangan-larangan-Nya. Pada suatu ketika kelak seluruh alam akan hancur binasa dan akan
muncullah suatu hidup sesudah mati yang sifatnya lain sama sekali dari apa yang kita lihat dan
rasakan di dunia ini. Pada waktu itu nanti di hadapan Allah Tuhan Yang Maha Adil, masing-
masing manusia harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya selama hidup di bumi ini.
Celakalah manusia yang bergeliman dalam dosa dan berbahagialah manusia yang beriman, yang
yakin kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan taqwa: mematuhi perintah dan menjauhi
larangan-Nya.
Allah Maha Esa dalam Menerima Ibadah
Allah Maha Esa dalam Menerima ibadah berarti bahwa hanya Allah sajalah yang berhak
disembah dan menerima ibadah. Hanya Dialah satu-satunya yang patut dan harus disembah dan
hanya kepada-Nya pula kita meminta pertolongan. Yang dimaksud dengan ibadah ialah segala
perbuatan manusia yang disukai Allah, baik dalam kata-kata terucapkan maupun dalam bentuk
perbuatan-perbuatan lain, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Konsekwensi keyakinan ini
adalah hanya Dialah Allah yang wajib kita sembah, hanya kepada-Nya pula seluruh salat dan
ibadah yang kita lakukan, kita niatkan dan kita persembahkan.
Allah Maha Esa dalam Menerima Hajat Manusia
Bila manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan atau keinginannya kepada
Allah langsunglah sampaikan kepada-Nya, kepada Allah sendiri tanpa perantara atau media apa
pun namanya. Tidak ada system rabbaniyah atau kependetaan dalam Islam. Semua manusia,
kecuali para Nabi dan Rasul, mempunyai kedudukan yang sama dalam berhubungan langsung
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Konsekwensi keyakinan ini adalah setiap muslim tidak
memerlukan orang lain di dunia ini dalam menyampaikan hajat dan hasratnya kepada Allah.
Allah Maha Esa dalam Memberi Hukum
Allah Maha Esa dalam Memberi Hukum berarti Allahlah satu-satunya Pemberi Hukum
yang tertinggi. Ia memberi hukum kepada alam, seperti hukum-hukum alam yang selama ini kita
kenal dengan sebutan hukum-hukum Archimides, Boyle, Lavoisier, hukum relativitas,
thermodynamic dan sebagainya (Ali, 1998). Ia pula memberi hukum kepada umat manusia
bagaimana mereka harus hidup di bumi-Nya ini sesuai dengan ajaran-ajaran dan kehendak-Nya
yang dengan sendirinya sesuai pula dengan hukum-hukum alam dan watak manusia, yang
semuanya itu adalah ciptaan Allah. Konsekwensi keyakinan seperti ini adalah seorang muslim
wajib percaya pada adanya hukum-hukum alam (sunnatullah) baik alam fisik maupun alam
psikis dan spritual yang terdapat dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan
sosial. Sebagai muslim kita wajib taat dan patuh serta meyakini kebenaran hukum syariat Allah
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada manusia dan menjadikannya sebagai jalan
hidup kita. Jalan hidup yang dikehendaki Allah, menurut aqidah, adalah jalan hidup Islam.
Jalan hidup Islam itu disebut juga dengan istilah syariat Islam.. Dan karena syariat Islam
pula adalah hukum Allah. Konsekwensinya adalah bagi umat Islam yang secara teoritis dan
praktis dengan bebas telah memilih Islam sebagai agamanya, tidaklah ada jalan lain yang lebih
baik yang harus ditempuhnya selain berusaha sekuat tenaga mengikuti jalan hidup Islam itu
sebaik-baiknya (Osman Raliby, 1980).
3. Terangkan bukti-bukti keberadaan Allah dan berikan contoh!Dalil kejadian
Manusia telah ada di dunia, namun manusia mengakui bahwasanya dia terjadi bukan atas
kehendaknya. Bukan dia yang menjadikan dirinya sendiri. Bukan dia yang membuat anak.
Bumi tempat hidupnya pun bukan dia yang membuatnya. Sejak manusia lahir sudah
mendapati keberadaan bumi. Langit pun telah menjadi atap tempat berlindung, dan
tangannya tidak pernah ikut membinanya.
Segelintir manusia mengatakan aku tuhan, meskipun mereka tidak mampu menjadikan
seekor nyamuk. Jelaslah bahwa segala sesuatu yang terjadi, dari tidak ada menjadi ada,
sebaliknya dari yang ada menjadi tidak ada, semuanya dari Allah sebagai Tuhan Yang Maha
Kuasa, Dialah yang merencanakan, mengadakan dengan berbagai bentuk di alam ini.
Bangsa Arab yang mula-mula menerima Alquran dalam masyarakat yang masih
sederhana, dianjurkan melihat unta, bagaimana dia dijadikan; langit bagaimana ia
ditinggikan; gunung-gunung bagaimana ia dipancangkan; dan bumi bagaimana ia
dihamparkan. Perhatikan Q.S. Al-Ghasyiah: 17-20:
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.”
Beberapa ayat disebutkan di atas mengandung makna bahwa dengan melihat kejadian
alam dan sekitarnya, setiap orang yang berakal akan bertanya: “Siapa yang menajdikan
semua ini? Dan jawabannya adalah Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalil Peraturan dan Pemeliharaan
Ketika seseorang masuk ke rumah, dilihatnya meja teratur, kamar tersusun,, makanan
terhidang, tempat tidur yang bersih, dan ada pula ruang makan dan ruang tamu. Ada ruang
kamar mandi dan sebagainya. Apalagi kalau dilihat teraturnya pekarangan dan tertatanya
bunga. Maka terlintaslah dalam pikiran orang itu bahwa semua yang teratur dan tertata rapi,
ini ada yang mengaturnya. Lihatlah pula alam di sekitar kita, misalnya tetumbuhan, hewan,
air dan udara semuanaya diperuntukkan kepada manusia.
Dalil gerak
Matahari bersinar setiap hari, bulan pun bercahaya pada malam tertentu dan bintang yang
gemerlapan serta berbagai galaksi di angkasa luar, semuanya berjalan dan berputar pada
porosnya mengikuti sunnatullah (hukum alam) yang telah ditentukan oleh sang Pencipta,
Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa mengalami kerusakan dan gesekan sedikit pun. Manusia
bertanya: ‘Siapakah yang mengatur dan menggerakkan semua ini, begitu indah dan tertib?.
Jawaban atas pertanyaan tersebut hanya satu dan singkat jawabannya, Dialah Allah Swt.yang
mengatur dan menggerakkan sampai waktu yang telah ditentukan pula oleh-Nya.
4. Tulis dan terjemahkan surat al-Ikhlas dan ayat Kursi, dan 99 Asmaullah Al Husna !