ttki rudi
DESCRIPTION
aaTRANSCRIPT
PENGOLAHAN BIJIH TIMAH DALAM PEMANFAATANNYA SEBAGAI MINERAL LOGAM JARANG UNTUK
MENINGKATKAN NILAI EKSPOR NEGARA
Oleh : Rudi Intan (10070113100)Mahasiswa Teknik Pertambangan
Universitas Islam BandungJl. Taman Sari 1 (40616)
ABSTRAK
Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Tin dengan simbol kimia Sn.
Nama latin dari timah adalah “Stannum” dimana kata ini berhubungan dengan
kata “stagnum” yang dalam bahasa inggris bersinonim dengan kata “dripping”
yang artinya menjadi cair/basah. Penggunaan kata ini dihubungkan dengan
logam timah yang artinya mudah mencair. Timah merupakan logam putih
keperakan, logam yang mudah ditempa dan bersifat fleksibel, memiliki struktur
kristalin, akan tetapi bersifat mudah patah jika didinginkan. Timah tidak
ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi, akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya.
Kata Kunci : pengolahan, timah, manfaat, kegunaan, ketahanan nasional
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia kaya akan berbagai sumber daya mineral yang harus
dioptimalkan dan dimaksimalkan pemanfaatannya. Salah satunya yang dimiliki
Indonesia adalah bijih timah dengan kandungan stanium (Sn). Menurut Noer
(1998), kasiterit (SnO₂) adalah mineral utama pembentuk timah dengan batuan
pembawanya adalah granit, sementara Sujitno (2007) menjelaskan kegunaan
timah antara lain untuk bahan pencampur pembuatan alat - alat musik (gong,
gamelan, dan lonceng), bahan pembuat kemasan kaleng, bahan solder, senjata
(peluru / amunisi), bahan pelapis anti karat dan kerajinan cindera mata (pewter).
Untuk itu diperlukan penjelasan dan pembahasan mengenai pengolahan timah
yang baik dan benar di PT Timah Indonesia yang bertempat di Jl. Jenderal
Sudirman 51 Pangkal Pinang 33121, Bangka, Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah untuk karya tulis ini dilakukan untuk mengetahui
cara pengolahan timah di PT Timah Indonesia. Rumusan masalahnya antara lain
sebagai berikut.
1. Apa saja alat yang digunakan dalam pengolahan timah ?
2. Bagaimana cara pengolahan timah, dari mineral awalnya yakni kasiterit
menjadi produk akhirnya yakni cetakan timah ?
3. Apa saja kegunaan produk akhir timah di masyarakat luas ?
4. Apa saja pengaruh timah dalam tingkatan global (dunia) dan peranannya
dalam ketahanan nasional ?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah cangkupan pembahasan
yang diteliti, yakni meliputi pencucian bahan galian dengan menggunakan alat
ore bin, pemisahan mineral kasiterit dengan mineral ikutannya dengan
menggunakan alat jig Harz, proses pengeringan dengan menggunakan alat
rotary dryer, peleburan, pemurnian dan pencetakan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam pengolahan timah.
2. Untuk mengetahui cara pengolahan timah.
3. Untuk mengetahui kegunaan timah di masyarakat luas.
4. Untuk mengetahui peranan timah dalam ketahanan nasional.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini diperlukan tahapan-tahapan agar
penelitian berjalan dengan prosedural dan menghasilkan hasil yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Tahapan-tahapan tersebut dijelaskan seperti berikut.
1. Persiapan
Persiapan ini meliputi persiapan diri dan perbekalan yang akan
dibutuhkan selama kegiatan penelitian berlangsung. Tahap ini sangat
penting karena merupakan akar dari tahapan penelitian dan akan
merusak penelitian jika kurangnya persiapan.
2. Pengambilan Data
Tahapan ini merupakan pengumpulan data yang dilakukan langsung di
lapangan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan beberapa metode
seperti wawancara, survey lapangan, dll.
3. Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data ini dilakukan di lapangan langsung atau
dirumah/ mess, dan dilakukan agar data yang diperoleh di lapangan
dapat disajikan dalam bentuk yang diinginkan.
4. Analisis dan Konklusi Data
Tahapan ini berisi analisa dan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
beserta data yang diperoleh berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut.
5. Penyajian Data
Penyajian data yang dimaksud adalah bentuk penyajian data agar dapat
dibaca oleh orang banyak dan dapat dimengerti oleh orang lain selain
peneliti.
III. TINJAUAN UMUM
3.1 Sejarah Perusahaan
PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan
timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya
mineral timah di Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar
pulau-pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur. Di masa kolonial,
pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial
"Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh
perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeeenschappelijke Mijnbouw
Maatschappij Biliton (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV
SITEM).
Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda tersebut
dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara
yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan
Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk
mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga
perusahaan negara dan BPU tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu
Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang
Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan
Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia dan namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero). Krisis
industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC) sejak
tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang
dilakukan dalam kurun 1991-1995, yang meliputi program-program reorganisasi,
relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan
penunjang produksi, serta penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan
dengan usaha pokok perusahaan.
Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya
saing perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk
diprivatisasikan sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum
perdana di pasar modal Indonesia dan internasional, dan mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock
Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan
dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha,
pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok
usaha dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak
perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi
induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke
bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan. Saat ini PT Timah
(Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di
dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar
penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan
dikembangkan.
3.2 Kesampaian Daerah
Daerah penelitian ini berada di kantor pusat PT Timah yakni di Jl.
Jenderal Sudirman 51 Pangkal Pinang 33121, Bangka, Indonesia. Perjalanan
yang dilakukan oleh peneliti adalah dari Bandung menuju Bangka. Perjalanan
dilakukan dengan melewati jalur darat ke Jakarta (3 jam), dilanjutkan dengan
menaiki pesawat ke Provinsi Bangka Belitung tepatnya ke pulau Bangka (55
menit). Lalu perjalanan akan dilanjutkan dengan menggunakan mobil dari
bandara menuju kantor pusat PT Timah yakni lokasi penelitian (20 menit). Jarak
yang ditempuh dari rumah peneliti menuju lokasi penelitian adalah 555 km
dengan menggunakan alat transportasi darat yakni mobil dan alat transportasi
udara yakni pesawat.
3.3 Keadaan Topografi dan Morfologi
Kondisi topografi wilayah Kota Pangkapinang pada umumnya
bergelombang dan berbukit dengan ketinggian 20-50 m dari permukaan laut dan
kemiringan 0-25%. Secara morfologi daerahnya berbentuk cekung dimana
bagian pusat kota berada didaerah rendah. Daerah-daerah yang berbukit
mengelompok dibagian barat dan selatan kota Pangkalpinang. Beberapa bukit
yang utama adalah Bukit Girimaya yang berada di ketinggian 50 m dpl dan Bukit
Menara. Sedangkan hutan kota seluas 290 ha berada di Kelurahan Tua Tunu
Indah Berdasarkan luas wilayah Kota Pangkalpinang dapat dirinci penggunaan
tanahnya; luas lahan kering yang diusahakan untuk pertanian (tanaman bahan
makanan, perkebunan rakyat, perikanan dan kehutanan) adalah seluas 1.562
Ha, lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 1.163 Ha dan lahan kering
yang dimanfaatkan untuk pemukiman seluas 4.130 Ha. Sedangkan sisanya
2.085 Ha adalah berupa rawa-rawa, hutan negara dan lainnya.
Tanah di daerah Kota Pangkalpinang mempunyai pH rata-rata di bawah 5
dengan jenis tanah podzolik merah kuning, regosol, gleisol dan organosol yang
merupakan pelapukan dari batuan induk. Sedangkan pada sebagian kecil daerah
rawa jenis tanahnya asosiasi Alluvial-Hydromorf dan Glayhumus serta regosol
kelabu muda yang berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Keadaan tanah
yang demikian kurang cocok untuk ditanami padi, tetapi masih memungkinkan
untuk ditanami palawija. Pada daerah pinggiran, yaitu Desa Tuatunu dan Desa
Air Itam cukup potensial menghasilkan lada dan karet. Kondisi geologi umum di
daerah ini; formasi yang tertua adalah batu kapur berumur Permo Karbon,
menyusul Slate berumur Trias Atas dan terakhir Intrusi Granit berumur setelah
Trias Jura. Susunan batuan granit bervariasi dari granit sampai dioditik dengan
inklusi mineral berwarna gelap yaitu Biotit dan ada kalanya Amfibol Hijau.
Di wilayah Kota Pangkalpinang terdapat beberapa sungai, pada
umumnya sungai-sungai kecil yang ada di wilayah ini bermuara ke Sungai
Rangkui. Di samping Sungai Rangkui terdapat juga Sungai Pedindang di bagian
selatan. Kedua sungai ini berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air
hujan kota yang kemudian mengalir ke Sungai Baturusa dan berakhir di Laut
Cina Selatan. Sungai-sungai ini selain berfungsi sebagai saluran utama
pembuangan air hujan kota, juga befungsi sebagai prasarana transportasi sungai
dari pasar ke Sungai Baturusa dan terus ke laut. Anak Sungai Rangkui
merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong kacang Pedang ke Sungai
Rangkui yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930-an.
Sumber air untuk air bersih pada umumnya dari air tanah disamping Kolong
Kacang Pedang dan Kolong Kace. Pada dasarnya wilayah kota Pangkalpinang
kalau dilihat morfologinya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota lebih
rendah, sehingga keadaan ini memberikan dampak negatif, yaitu rawan banjir
terutama pada musim hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui Sungai
Rangkui yang membelah Kota Pangkalpinang. Adapun daerah yang tidak pernah
tergenang terletak di sebelah Utara, Barat dan Selatan kota. Sedangkan daerah
Timur yang berbatasan dengan Sungai Rangkui dan Laut Cina Selatan dan
bagian tengah kota yang dilalui oleh sungai Rangkui sering tergenang oleh air
pasang (rob), daerah yang tergenang tersebut terutama Kecamatan Rangkui,
Pangkal Balam dan Taman Sari.
Iklim daerah Kota Pangkalpinang tergolong tropis basah type A dengan
variasi hujan antara 56,2-337,9 mm per bulan selama tahun 2003, dengan
jumlah hari hujan rata-rata 16 hari setaip bulannya. Bulan yang terkering adalah
bulan Agustus. Hawa di daerah ini dipengaruhi oleh laut, baik angin maupun
kelembabannya. Suhu udara selama tahun 2003, misalnya bervariasi antara 23,3
- 32,4 derajat Celcius, sedangkan kelembabannya berkisar antara 76 - 88
persen. Angin bergerak setiap hari dengan arah dari Timur pada siang hari dan
dari Barat pada malam hari. Rata-rata kecepatan angin cukup bervariasi setiap
bulannya yaitu 3 knot pada bulan Pebruari dan yang tertinggi terjadi tercatat
pada bulan Juli, Agustus dan September, yaitu 5 knot.
IV. PEMBAHASAN
4.1 Alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam proses pengolahan timah hingga menjadi
produk akhir cetakan timah yakni sebagai berikut.
1. Ore Bin, alat yang digunakan untuk mencuci bahan galian yang diperoleh.
2. Screening, alat yang digunakan dalam proses penyeragaman ukuran
bahan galian.
3. Jig Harz, alat pemisahan mineral kasiterit dengan mineral ikutannya
dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis mineralnya dan juga
memanfaatkan debit air sebagai medianya.
4. Rotary Dryer, alat yang digunakan dalam proses pengeringan mineral
sebelum dilakukan proses peleburan.
5. Melting Kettle, alat yang digunakan dalam pencetakan secara manual
timah yang sudah dileburkan.
6. Casting Machine, alat yang digunakan dalam pencetakan secara otomatis
timah yang sudah dileburkan.
4.2 Pengolahan Timah
4.2.1 Pengolahan Awal
a. Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan
pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah
itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian.
Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan
menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki
karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan
timah pada bijih. Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau
mineral timah ( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya
melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral
( peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan
material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses
pencetakan logam timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah
yang dikenal dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah, 11 %
antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah putih ini
terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa dalam industri kimia,
industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan makanan. Proses
pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan
kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas
pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan
dengan air atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil
dari pengerukan biasanya mengandung 20 – 30 % timah. Setelah dilakukan
proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70
%, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar
timah yang sudah cukup tinggi >60%. Adapun Proses pengolahan mineral timah
ini meliputi banyak proses, yaitu :
b. Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore
bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton
bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan
dan debit yang sesuai dengan umpan.
c. Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah
yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti
kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar
rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti
quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke
dalam trapezium Jig Yuba.
d. Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang
mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan
gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan
karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
e. Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya
adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer
dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan
menggunakan solar.
4.2.2 Peleburan (Smelting)
a. Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-
smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan,
misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk
proses pengolahan timah akan efisien.
b. Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan
hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna
menghindari kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah
tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian – bagian yang berfungsi
sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil controller,
pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion
air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur
berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang
selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi
panas.Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging
yakni bahan baku –bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui
hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 –
15000C.unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida
seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua
menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga
dalam bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan
selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping.
Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk
dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum
dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame
oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
4.2.3 Pemurnian (Refining)
a. Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur
sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat
mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah
akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit,
karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar
dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor:
serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi
kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi
kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini
menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah).
Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah
kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining
ulang.
b. Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan
bantuan agar parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas
produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau
Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun
prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat
eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun
bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya.
Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati
titik solidifikasi timah.
c. Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang
lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ).
Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses
elektrorefining menggunakan larutan elektrolit yang menyediakan logam dengan
kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua
buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.
Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine
(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya,
berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya
berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke
katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda yang
disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan
tidak terlalu besar.
4.2.4 Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan
pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton,
pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton,
dimana temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan
otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting
kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60
ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama
pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnya
dan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera
dipasang capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan
akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau
sesuai standar.
5. Ingot timah yang telah dingin disusun dan ditimbang.
4.3 Manfaat dan Kegunaan Timah
Penggunaan timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500
tahun sebelum masehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun
sebelum masehi. Kebutuhan timah putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton.
Logam timah putih bersifat mengkilap, mudah dibentuk dan dapat ditempa
(malleable), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat.
Kegunaan timah putih di antaranya untuk melapisi logam lainnya yang berfungsi
mencegah karat, bahan solder, bahan kerajinan untuk cendera mata, bahan
paduan logam, casing telepon genggam.
Selain itu timah digunakan juga pada industri farmasi, gelas, agrokimia,
pelindung kayu, dan penahan kebakaran. Timah merupakan logam ramah
lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan tidak berbahaya terhadap
kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk
pelapis/pelindung, dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam
dan seng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelat menyerap sekitar 34% untuk
solder 31%.
4.4 Pengaruh Penambangan Timah terhadap Ketahanan Nasional
Dalam pengolahan bahan galian khususnya timah, pengaruhnya sangat
besar terhadap ketahanan nasional. Timah merupakan suatu mineral logam yang
termasuk kedalam mineral yang jarang keterdapatannya. Untuk itu mineral ini
merupakan aset pemerintah yang sangat kuat dalam menaikkan ekonomi negara
dan juga berpengaruh dalam devisa negara karena dengan pengolahan timah,
dapat dilakukan transaksi ekspor yang juga akan menaikkan devisa negara
tersebut. Banyak kegunaan logam timah untuk kehidupan dan keperluan sehari-
hari. Sebagai contoh lainnya adalah logam timah yang digunakan sebagai peluru
untuk senjata api militer. Logam timah ini bahkan juga dapat bermanfaat pada
ketahanan nasional dalam hal militer.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penelitisn
berjalan dengan prosedural dan sesuai dengan tujuan. Seperti tujuan yang telah
dijelaskan sebelumnya, alat yang digunakan dalam pengolahan awal adalah alat
yang memiliki kecocokan terhadap jenis bahan galian yang ditambang. Sehingga
material yang dihasilkan adalah material yang bagus dan memiliki kadar tinggi.
Pengolahan timah juga dilakukan dengan prosedur yang sama dengan
teori mengenai pengolahan mineral kasiterit hingga menjadi timah. Kegunaan
timah di masyarakat luas juga terlihat dari banyak peralatan yang terbuat atau
berbahan dasar timah. Peranan timah dalam hal ketahanan nasional sangatlah
besar, mengingat timah merupakan logam yang terbilang jarang dan tidak
banyak ditemukan di daerah lain selain Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal
tersebut jadi memiliki pengaruh terhadap nilai devisa negara karena akan banyak
melakukan ekspor ke luar.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing saya,
Chusarini Chamid, Ir., M. Env., yang telah senantiasa membimbing saya
sehingga karya tulis ini telah dibuat dengan benar dan tepat waktu. Selain itu
saya ucapkan terimakasih kepada para teman-teman saya yang telah membantu
saya dalam pembuatan karya tulis ini. Saya menyadari banyak kekurangan
dalam pembuatan karya tulis ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun akan sangat membantu dalam pembuatan karya tulis selanjutnya.
Terimakasih saya ucapkan dan semoga karya tulis ini bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ardraviz. 2013. “Tahap Proses Pengolahan Bijih Timah”. Erlangga : Jakarta
Petrucci, Ralph H. 1987. “Alat Pengolahan Bahan Galian Bijih Timah dan
Paduannya”. Erlangga : Jakarta
Selvifoni, Andriani. 2012. “Mineral Kasiterit dan Manfaat”. Yudhistira : Bangka