ttk ii

5
TTK II 8. Indikasi dari: a. Kultur darah Kultur darah adalah tes laboratorium darah, yang diambil melalui sampling darah vena untuk mengetahui apakah dalam darah terdapat bakteri ataupun mikroorganisme lainnya untuk mengetahui adanya infeksi pada darah seperti septikemia atau bakterimia. Selain itu dengan kultur darah dapat diidentifikasi bakteri apa yang menyebabkan terjadinya infeksi pada tubuh. Hal ini akan membantu klinisi untuk menentukan terapi yang tepat. b. Swab urethra Swab urethra adalah pemeriksaan lab dengan mengambil sample dari uretra dengan cara memasukkan kapas tipis yang disebut cotton swab kedalam uretra, dengan sedikit diputar secara halus. Prosedur ini membutuhkan beberapa detik dan memang sedikit tidak nyaman, namun tidak nyeri dikarenakan hanya perlu beberapa detik untuk melakukannya. Indikasi dilakukan urethral swab ini adalah untuk mengetahui penyebab radang uretra (urethritis). Selain itu tes ini juga bisa digunakan untuk mengetahui bakteri-bakteri lain yang terdapat pada uretra, seperti Gonore, dan lainnya. Tes ini dilakukan apabila terdapat discharge abnormal pada urin. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/ 003749.htm c. Pemeriksaan urodinamik

Upload: arya-kusuma

Post on 16-Feb-2015

37 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: TTK II

TTK II

8. Indikasi dari:

a. Kultur darah

Kultur darah adalah tes laboratorium darah, yang diambil melalui sampling darah

vena untuk mengetahui apakah dalam darah terdapat bakteri ataupun mikroorganisme

lainnya untuk mengetahui adanya infeksi pada darah seperti septikemia atau

bakterimia. Selain itu dengan kultur darah dapat diidentifikasi bakteri apa yang

menyebabkan terjadinya infeksi pada tubuh. Hal ini akan membantu klinisi untuk

menentukan terapi yang tepat.

b. Swab urethra

Swab urethra adalah pemeriksaan lab dengan mengambil sample dari uretra dengan

cara memasukkan kapas tipis yang disebut cotton swab kedalam uretra, dengan sedikit

diputar secara halus. Prosedur ini membutuhkan beberapa detik dan memang sedikit

tidak nyaman, namun tidak nyeri dikarenakan hanya perlu beberapa detik untuk

melakukannya. Indikasi dilakukan urethral swab ini adalah untuk mengetahui

penyebab radang uretra (urethritis). Selain itu tes ini juga bisa digunakan untuk

mengetahui bakteri-bakteri lain yang terdapat pada uretra, seperti Gonore, dan

lainnya. Tes ini dilakukan apabila terdapat discharge abnormal pada urin.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003749.htm

c. Pemeriksaan urodinamik

Urodinamik merupakan tes untuk mengetahui bagaimana kandung kemih bekerja

untuk menyimpan urin, dan kerja uretra serta musculus sphincter dalam ekskresi urin.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui penyebab dari inkontinensia, frequency,

urgency, rasa sakit ketika miksi, dan infeksi traktus urinarius yang rekuren. Pada

pemeriksaan ini, pasien diminta mengosongkan kandung kemih kepada suatu toilet

yang sudah dipasang uroflowmetry, yaitu alat untuk mengukur kecepatan dan volume

dari pengeluaran urin, yang dapat mengetahui fungsi dari otot kandung kemih.

Kemudian, pasien dipasangkan kateter untuk mengukur urin residual dalam kandung

kemih, pemasangan cystometry, dan electromyography untuk mengetahui ada

tidaknya gangguan impuls saraf dalam menyampaikan informasi miksi.

d. Ronsen traktus urinarius

Pemeriksaan ini dilakukan dengan membuat pencitraan menggunakan mesin rontgen

untuk mengambil gambar pada traktus urinarius. Pemeriksaan ini berfungsi untuk

Page 2: TTK II

mengetahui adanya obstruksi atau sumbatan pada traktus urinarius, dan masalah lain

pada traktus urinarius.

e. USG

Tes ini dilakukan dengan menempatkan transduser pada abdomen untuk

menghantarkan gelombang suara dari badan dan ditampilkan pada gambar. Pada

pemeriksaan traktus urinarius, tes USG ini dapat mengetahui bentuk dan ukuran dari

ginjal.

f. IVU

Tes ini dilakukan dengan menginjeksikan cairan kontras lewat vena sebelum

dilakukan pencitraan. Cairan kontras yang diinjeksikan akan masuk melalui saluran-

saluran traktus urinarius, dari ureter dan uretra, juga ke ginjal. Dengan ini dapat

diketahui adanya obstruksi pada ginjal dan saluran kemih seperti pembentukan batu

ginjal atau batu saluran kemih, tumor, kista, pembesaran kelenjar prostat, dan

pemendekan ureter.

g. Voiding Cystourethrogram

Pasien diminta mengosongkan kandung kemihnya, kemudian melalui kateter, cairan

kontras dimasukkan menuju kandung kemih. Setelah itu diambil pencitraan pada

bagian traktus urinarius. Tes ini dapat mengetahui dan mengevaluasi adanya kesulitan

dalam pengosongan kandung kemih, kelainan kongenital kandung kemih dan uretra,

urethral stricture pada pria, dan adanya refluks urin dari kandung kemih ke ginjal.

h. CT-Scan

CT Scan merupakan teknik pemindaian kombinasi dari x ray dan teknologi komputer

yang dapat menampilkan gambaran tiga dimensi organ. CT scan sendiri dapat

mengindentifikasi adanya batu pada traktus urinarius, infeksi, kista, tumor, dan cedera

traumatik pada ginjal ataupun ureter.

i. Pemeriksaan dengan radionuklida

Tes yang sering disebut nuclear scan ini menggunakan zat radioaktif yang

ditempatkan pada kandung kemih melalui kateter, dan sebuah scanner digunakan

untuk mengetahui adanya kelainan pada fungsi kandung kemih dan organ urinarius

lainnya, seperti pengosongan dan pengisian dari kandung kemih, refluks urin atau

obstruksi aliran urin.

Daftar Pustaka

Vorvick, Linda. 2009. Blood Culture. Medline Plus. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003744.htm

Page 3: TTK II

Liou, Louis S. 2010. Radionuclide Cystogram. Medline Plus article. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003832.htm

Liou, Louis S. 2010. Voiding Cystourethrogram. Medline Plus article. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003784.htm

NIH Publication. 2010. Imaging of the Urinary Tract. National Kidney & Urologic Disease

Information Clearinghouse. Available from:

http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/imagingut/#3

Page 4: TTK II

Bagian 2

10. Bagaimana prinsip terapi pada ISK?

Prinsip pengobatan penderita ISK adalah untuk membebaskan saluran kemih dari

bakteri dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang, sehingga angka kesakitannya

dapat dihilangkan atau dikurangi. Dalam pengobatan ini, pemilihan antibiotika

memegang peranan yang penting untuk menunjang keberhasilannya. Dewasa ini ada

berbagai macam jenis antibiotika di pasaran. Pengobatan ISK harus memperhatikan pola

kuman yang ada, sehingga antibiotika yang diberikan akan bekerja optimal.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya selain pengobatan di atas adalah perbaikan

kebiasaan, terutama yang menyangkut kebersihan daerah perkemihan dan kelamin. Hal

ini menjadi penting karena kebersihan daerah tersebut dapat mengurangi risiko berkoloni

dan masuknya kuman merugikan ke dalam saluran kemih sehingga faktor predisposisi

tersebut hilang. Selain itu, penderita ISK dianjurkan untuk minum air sekitar 1,5 sampai 2

liter per hari.

Fauci, Anthony S. et. al. 2009. Harrison’s Manual of Medicine. USA: Mc Graw Hill

Companies.