triwulan iii 2015 iii 2015 dasar hukum bank indonesia negara memiliki suatu bank sentral yang...
TRANSCRIPT
Vol. 1 No. 2 Triwulanan
April-Juni 2015 ISSN 2460-4909
e-ISSN 2460-5980
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI PAPUA TRIWULAN III
2015
Dasar Hukum Bank Indonesia
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung
jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.
~UUD 1945 Pasal 23 D~
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.
~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam Undang-Undang ini.
~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 2~
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui
penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan
nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta
mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung
alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem
keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan
nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan
tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas
yang diamanatkan UU
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua
dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan
November. Sebelum dipublikasikan, materi Kajian dari berbagai
provinsi telah terlebih dahulu dikompilasi melalui mekanisme
kerja internal Bank Indonesia untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan moneter, sistem
pembayaran, serta pengawasan perbankan dan sistem keuangan
secara makroprudensial. Publikasi ini berfungsi sebagai media
untuk menyampaikan penjelasan kepada para pemangku
kepentingan dan publik di daerah mengenai perkembangan
kondisi terkini, prospek perekonomian, serta isu yang
berkembang dan perlu dicermati.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 9
Jayapura 99111
T +62 967 534 581
F +62 967 535 201
Salinan elektronis publikasi ini dapat diunduh melalui situs
www.bi.go.id.
Untuk mendapatkan salinan elektronis publikasi ini pada
kesempatan pertama, silahkan mengirimkan surel ke
serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan.
Dewan Redaksi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua
Penanggung Jawab : Joko Supratikto
(Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua)
Pemimpin Redaksi : Eko Waluyo Purwoko
(Deputi Kepala Perwakilan/Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan)
Mitra Bestari : Ratu Miana Ulfani
(Analis Ekonomi/ Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)
Evy Marya Deswita Siburian
(Peneliti Ekonomi Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)
Andree Breitner Makahinda
(Analis Ekonomi/ Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)
Penyunting : Arya Jodilistyo
(Analis Ekonomi/Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)
Penulis : Arya Jodilistyo
(Analis Ekonomi/Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)
Dedy Swares Sinaga
(Analis Ekonomi/ Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)
Kontributor : Yudi Prasetiyo
(Analis/ Manajer Unit Statistik Survei dan Liaison)
Yon Widiyono
(Analis/ Manajer Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan)
Yulianus Kendek
(Analis/ Manajer Unit Akses Keuangan dan UMKM)
Ferdinand Maluenseng
(Kepala Unit Layanan Nasabah, Kliring, serta Perizinan dan Pengawasan
Sistem Pembayaran)
Nadhil Auzan Oktaviandhi
(Analis/ Unit Statistik Survei dan Liaison)
Enggar Estiko Handoko
(Pelaksana Unit Layanan Nasabah, Kliring, serta Perizinan dan Pengawasan
Sistem Pembayaran)
Sekretaris : Sari Wulandari
(Pelaksana Yunior/Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan)
Hartati Br. Nainggolan
(Pelaksana Yunior/Unit Statistik Survei dan Liaison)
i
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-Nya,
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua Triwulan III 2015 ini dapat terbit
tepat waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi
analisis makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan
keuangan daerah menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan
kalangan akademisi, maupun masyarakat luas.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui
Kata Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terbitnya Kajian ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik tersebut
tetap dapat terpelihara di masa mendatang. Akhirnya, besar harapan kami agar Kajian
pada triwulan ini bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi
perekonomian Papua.
Jayapura, 17 November 2015
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI PAPUA,
Joko Supratikto
iii
Pertumbuhan ekonomi Papua triwulan ini mengalami kontraksi tipis (-0,59%, yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama 2014. Kondisi ini juga berbeda secara
signifikan dari triwulan lalu yang tumbuh mencapai 12,77% (yoy). Sumber utama
kontraksi tersebut adalah komponen ekspor netto yang mengalami pertumbuhan
negatif. Dibandingkan triwulan III 2014, kinerja ekspor netto lebih rendah 44,36% pada
triwulan ini dibandingkan tahun lalu. Selanjutnya, sejalan dengan tren yang berlaku
secara nasional, komponen konsumsi yang secara historis menjadi penyumbang utama
pertumbuhan masih mencatatkan kinerja yang lemah seperti triwulan lalu (5,77%, yoy).
Berdasarkan kategori lapangan usaha, kontraksi disebabkan oleh turunnya kinerja
rtambangan dan Pengga -10,79%, yoy). Penurunan
tersebut disebabkan oleh kadar bijih tambang yang rendah serta dampak fenomena El
Nino.
Selanjutnya, inflasi di Provinsi Papua pada triwulan III 2015, seperti yang telah diprediksi,
turun dibandingkan triwulan lalu. Tingkat inflasi turun dari sebelumnya 8,20% (yoy), ke
7,07% (yoy) di triwulan ini. Penyebab turunnya inflasi adalah terkendalinya harga-harga
komponen core inflation dan administered prices. Sementara itu, tarikan permintaan
(demand pull) Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan periode libur sekolah serta
tekanan biaya sisi penawaran (cost push) akibat fenomena iklim (El Nino), menyebabkan
tingkat harga komponen volatile food terlihat meningkat signifikan (12,02%, yoy) dari
triwulan lalu (10,45%, yoy).
Untuk kondisi perbankan, secara umum perbankan di Provinsi Papua kembali
menunjukkan gejala pelemahan. Dari sisi aset, kinerja perbankan di Papua melambat
dari 16,74% (yoy) triwulan lalu menjadi 11,54% (yoy) pada triwulan III 2015. Dari sisi
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), secara umum terjadi peningkatan, terutama
didorong oleh kinerja Giro. Implikasinya, aktivitas intermediasi cenderung turun. LDR
turun dari 59% triwulan II ke 55% triwulan ini. Spread suku bunga DPK dengan suku
bunga kredit yang relatif tinggi mengindikasikan efisiensi biaya intermediasi masih perlu
ditingkatkan.
Terkait Keuangan Inklusif, indikator di Papua secara signifikan masih lebih rendah dari
rata-rata nasional. Sementara untuk sistem pembayaran, baik untuk tunai maupun
nontunai menunjukkan posisi net outflow pada triwulan ini.
iv
Untuk perkembangan fiskal, secara keseluruhan, realisasi APBN dan APBD Pemerintah
Provinsi Papua pada triwulan III 2015 belum optimal. Secara historis, realisasinya juga
jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama, khususnya untuk APBN. Kondisi
tersebut perlu mendapat perhatian, mengingat pagu APBD dan APBD 2015 mengalami
kenaikan signifikan dibanding 2014. Rigiditas fiskal tersebut menyebabkan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga melambat. Oleh karena itu kemampuan
pemerintah dalam merealisasikan program-progam yang telah direncanakannya perlu
untuk lebih ditingkatkan.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan periode lalu berdampak pada
belum mampunya pasar tenaga kerja mengimbangi peningkatan jumlah penduduk yang
ingin bekerja. Hal tersebut ditunjukkan oleh naiknya Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) dari 3,44% pada Agustus 2014 menjadi 3,99% di periode yang sama pada 2015.
Tren peningkatan TPT meski penciptaan lapangan kerja juga bertambah tersebut telah
berlangsung sejak semester awal 2013. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua
masih mencatatkan angka defisit sampai akhir triwulan III 2015 (96,67). Nilai tersebut
mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum dapat mengimbangi
kenaikan indeks biaya yang harus dibayar.
Oleh karena itu, berdasarkan perkembangan terakhir, asesmen Bank Indonesia triwulan
ini mengoreksi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Papua sepanjang periode
2015. Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhannya akan berada di kisaran 6,4
7,4%% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Faktor utama yang mempengaruhi
asesmen tersebut adalah kinerja lapangan usaha pertambangan yang diperkirakan akan
lebih rendah dari prediksi awal tahun. Untuk triwulan IV 2015, akibat adanya base
effect periode lalu, pertumbuhan akan mengalami akselerasi di kisaran 8,49 9,49%
(yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
Terkait tingkat harga agregat, jika pergerakan komponen volatile food dan administered
prices tidak mendapatkan tekanan yang signifikan, inflasi Papua selama 2015
diperkirakan akan berada pada interval 3,59 4,59% (yoy). Realisasi akan lebih rendah
jika Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dapat semakin dioptimalkan peranannya
dalam memitigasi risiko inflasi yang ada.
v
Daftar
Isi
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Ringkasan Eksekutif .................................................................................................... iii
Daftar Isi........................................................................................................................ v
Daftar Tabel ................................................................................................................. vii
Daftar Grafik ............................................................................................................... viii
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Papua ......................................................................... xi
A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi .......................................................................... xi
B. Perbankan ............................................................................................................. xii
C. Sistem Pembayaran .............................................................................................. xiii
1 PERTUMBUHAN EKONOMI......................................................................................... 1
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan ............................................................... 1
1.1.1 Konsumsi ....................................................................................................... 2
1.1.2 Investasi ......................................................................................................... 4
1.1.3 Ekspor Netto .................................................................................................. 6
1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha .......................................... 7
1.2.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ............................................................ 8
1.2.2 Pertambangan dan Penggalian ...................................................................... 8
1.2.3 Konstruksi .................................................................................................... 10
1.2.4 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ............. 11
1.2.5 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib ............. 11
1.2.6 Kategori Lainnya .......................................................................................... 12
2 INFLASI ...................................................................................................................... 13
2.1 Inflasi Umum ...................................................................................................... 13
2.2 Komponen Inflasi ............................................................................................... 14
2.3 Kelompok Komoditas ......................................................................................... 17
2.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah .............................................................. 18
Boks ANALISIS KUADRAN INFLASI PROVINSI PAPUA ................................................... 19
3 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ............................................................... 21
3.1 Perkembangan Perbankan .................................................................................. 21
3.1.1 Ketahanan Sektor Korporasi dan Rumah Tangga ....................................... 24
3.1.2 Ketahanan Sektor UMKM ............................................................................ 25
3.1.3 Perkembangan Indikator Keuangan Inklusif ................................................. 26
Vol. I No. 2 Triwulanan
April-Juni 2015 ISSN 2460-4909
e-ISSN 2460-5980
vi
3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................................... 27
4 KEUANGAN PEMERINTAH ....................................................................................... 29
4.1 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi Papua ............................................................ 29
4.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Papua .......................................................... 31
4.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua .......................................... 31
4.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Papua ................................................. 32
5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................................................. 33
5.1 Ketenagakerjaan ................................................................................................ 33
5.2 Kesejahteraan ..................................................................................................... 34
6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ........................................................................ 36
6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................... 36
6.2 Prospek Inflasi .................................................................................................... 37
vii
Daftar
Tabel
Tabel 1.1 Struktur Ekonomi Sisi Penggunaan (%) ...................................................... 1
Tabel 1.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan (%,yoy) ...................................................... 1
Tabel 1.3 Proyeksi Harga Tembaga dan Emas 2015-2025 .......................................... 5
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha ................................ 7
Tabel 1.5 Perkembangan Sektor Lainnya ................................................................. 12
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Komponen .......................... 14
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Komponen Volatile Food Berdasarkan
Subkelompok ........................................................................................... 15
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok ............................ 17
Tabel 3.1 Non-Performing Loan Ratio Perbankan di Papua ...................................... 24
Tabel 3.2 Penyaluran Kredit Menurut Sektor di Papua ............................................. 24
Tabel 3.3 Indikator Keuangan Inklusif di Provinsi Papua ........................................... 26
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama .................... 33
viii
Daftar
Grafik
Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen dan Penghasilan Saat ini ..... 2
Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen di Provinsi Papua ................... 2
Grafik 1.3 Perkembangan Impor Barang Konsumsi di Provinsi Papua ........................ 3
Grafik 1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi di Provinsi Papua .................. 3
Grafik 1.5 Realisasi Belanja Selain Belanja Modal Pemerintah Provinsi Papua ............. 3
Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja dan Investasi di Provinsi Papua .................. 4
Grafik 1.7 Impor Barang Modal ................................................................................ 4
Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor .............................................................................. 6
Grafik 1.10 Pangsa Ekspor Triwulan III 2015 .............................................................. 6
Grafik 1.11 Impor Provinsi Papua .............................................................................. 7
Grafik 1.12 Pangsa Impor Triwulan III 2015 ............................................................... 7
Grafik 1.13 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha ........ 7
Grafik 1.14 Produksi Tanaman Pangan yang Dominan di Provinsi Papua ................... 8
Grafik 1.15 Produksi Perikanan Tangkap ................................................................... 8
Grafik 1.16 Kredit Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ................................. 8
Grafik 1.17 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas Kabupaten Mimika .................. 8
Grafik 1.18 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas Kabupaten Mimika ................ 9
Grafik 1.19 Penjualan Semen di Provinsi Papua ....................................................... 10
Grafik 1.20 Kredit Sektor Konstruksi di Papua ......................................................... 10
Grafik 1.22 Pembelian Durable Goods..................................................................... 11
Grafik 1.21 Pendaftaran Kendaraan Baru ................................................................ 11
Grafik 1.23 Perkembangan Realisasi Total Belanja Pemerintah Provinsi Papua ......... 11
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan ............................................................... 13
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan ................................................................ 13
Grafik 2.3 Event Analysis Inflasi ............................................................................... 13
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Bulanan Menurut Daerah...................................... 14
Grafik 2.5 Disagregasi Komponen Inflasi Bulanan .................................................... 14
Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Bulanan Komponen Core Inflation ............................. 15
Grafik 2.7 Ekspektasi Inflasi Konsumen ................................................................... 15
Grafik 2.8 Pola Historis Inflasi Bulanan Akibat Kenaikan Harga BBM Bersubsidi ....... 17
Grafik B.1 Inflasi di Provinsi Papua ........................................................................... 19
Grafik B.2 Disagregasi Inflasi Papua (%, mtm) ......................................................... 19
Grafik B.3 Kuadran Komoditas Inflasi Papua ............................................................ 20
ix
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan .............................................................. 21
Grafik 3.2 Perkembangan Penghimpunan DPK ........................................................ 22
Grafik 3.3 Kinerja Intermediasi Perbankan ............................................................... 22
Grafik 3.4 Penyaluran Kredit Menurut Penggunaan ................................................. 22
Grafik 3.5 Penyaluran Kredit Menurut Sektor Usaha dengan Pangsa Terbesar ........ 22
Grafik 3.6 Perkembangan Suku Bunga .................................................................... 23
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ....................................................... 25
Grafik 3.8 NPL Kredit Rumah Tangga ...................................................................... 25
Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit UMKM ................................................................... 25
Grafik 3.10 NPL Kredit UMKM ................................................................................. 25
Grafik 3.11 Aliran Uang Kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua ....................................................................................................... 27
Grafik 3.12 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua .......................................................................................... 27
Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi SKNBI ............................................................ 28
Grafik 3.14 Perkembangan Transaksi BI-RTGS ......................................................... 28
Grafik 4.1 Perkembangan Pagu APBN di Lingkup Provinsi Papua ............................. 29
Grafik 4.2 Distribusi APBN 2015 menurut Kementerian/Lembaga Negara Penerima
Terbesar di Lingkup Provinsi Papua ........................................................... 29
Grafik 4.3 Realisasi APBN 2015 per Triwulan III 2015 di Lingkup Provinsi Papua ...... 29
Grafik 4.4 Distribusi Pagu Belanja Pegawai menurut Kementerian/Lembaga Negara
Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua ............................................ 30
Grafik 4.5 Distribusi Pagu Belanja Modal menurut Kementerian/Lembaga Negara
Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua ............................................ 30
Grafik 4.6 Perkembangan Pagu Pendapatan Pemdaprov Papua Menurut Jenis ........ 31
Grafik 4.7 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemdaprov Papua Triwulan III ........ 31
Grafik 4.8 Perkembangan Realisasi PAD Pemdaprov Papua Triwulan III ................... 31
Grafik 4.9 Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Pemdaprov Papua Triwulan III
................................................................................................................. 31
Grafik 4.10 Perkembangan Realisasi Lain-lain Pendapatan Pemdaprov Papua Triwulan
III .............................................................................................................. 32
Grafik 4.11 Perkembangan Pagu Belanja Pemdaprov Papua Menurut Jenis ............. 32
Grafik 4.12 Perkembangan Realisasi Belanja Pemdaprov Papua Triwulan III ............. 32
Grafik 5.1 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ................ 33
Grafik 5.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama (yoy) .............................................................................................. 33
Grafik 5.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ..................... 34
Grafik 5.4 Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja ................................ 34
x
Grafik 5.5 Penduduk yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan ............................. 34
Grafik 5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan ................. 34
Grafik 5.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani ............................................................ 35
Grafik 5.8 Perbandingan NTP Papua dengan NTP Nasional ...................................... 35
Grafik 5.9 Jumlah Penduduk Miskin ........................................................................ 35
Grafik 5.10 Perkembangan Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan .. 35
Grafik 6.1 Prakiraan El Nino 2015 ............................................................................ 37
xi
Tabel Indikator Ekonomi
Provinsi Papua
A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
2012 2013
Total Total I II III IV Total I II III
Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 1,72 7,91 3,16 11,23 8,31 (7,46) 3,25 5,79 12,77 (0,59)
Menurut Penggunaan
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,47 6,23 6,40 6,95 7,21 7,77 7,10 6,15 6,22 6,24
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,87 7,25 12,49 14,23 11,66 10,84 12,29 3,17 3,07 6,51
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 7,43 8,44 11,71 6,77 9,93 9,30 9,38 7,64 5,02 4,71
Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,82 6,36 7,51 7,63 7,72 7,79 7,67 8,98 6,09 6,34
Perubahan Inventori (111,10) 90,61 48,93 (66,83) (409,76) (145,95) (182,91) (120,90) 51,98 (82,90)
Ekspor Luar Negeri (28,40) 32,38 (66,25) (92,70) 22,69 (56,28) (46,83) 91,86 1.531,64 (10,62)
Impor Luar Negeri (8,69) (41,20) 281,70 32,50 147,03 76,27 105,27 (34,85) (23,58) (17,41)
Net Ekspor Antar Daerah (57,51) 390,52 (424,48) (274,27) (42,40) (63,99) (139,70) (80,97) (111,66) 130,23
Menurut Kategori Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,18 6,04 6,72 6,92 3,60 6,06 5,79 6,89 3,45 5,79
Pertambangan dan Penggalian (6,41) 7,50 (3,87) 9,34 7,99 (23,67) (4,16) 2,02 25,61 (10,79)
Industri Pengolahan 1,93 2,13 9,04 10,69 6,90 8,34 8,72 5,62 5,45 1,72
Pengadaan Listrik, Gas 10,45 7,59 8,62 8,44 6,08 (1,65) 5,26 (8,90) 1,61 (4,18)
Pengadaan Air 4,63 6,53 6,35 6,40 6,01 6,24 6,25 3,47 3,83 5,08
Konstruksi 13,99 11,79 7,69 17,81 9,44 2,54 9,05 13,96 6,33 8,45
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,84 9,36 5,90 8,51 6,62 8,12 7,30 8,35 7,13 8,72
Transportasi dan Pergudangan 8,74 8,15 8,58 10,32 11,03 11,00 10,26 10,39 9,04 8,63
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,86 11,67 17,06 16,54 10,67 7,12 12,57 4,97 5,85 8,64
Informasi dan Komunikasi 10,23 12,79 9,93 13,89 2,15 1,37 6,63 0,82 0,69 9,62
Jasa Keuangan 7,85 14,37 6,64 11,51 (0,19) 12,16 7,38 9,26 (13,46) 7,71
Real Estate 10,01 11,67 10,11 8,06 8,09 6,30 8,09 4,96 5,99 5,32
Jasa Perusahaan 6,52 5,88 10,49 10,20 9,70 8,34 9,65 1,66 3,89 5,55
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8,36 2,80 13,21 20,67 22,69 8,58 15,96 10,07 4,10 4,91
Jasa Pendidikan 9,62 9,75 12,42 12,68 5,86 3,33 8,15 7,18 9,27 9,07
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,76 9,29 13,01 13,86 7,30 4,81 9,36 9,45 9,17 9,84
Jasa lainnya 9,11 10,42 13,00 13,19 6,23 3,54 8,55 7,56 7,71 8,73
Inflasi Nasional (% yoy) 4,30 8,38 7,32 6,70 4,53 8,36 8,36 6,38 7,26 6,83
Inflasi Papua (% yoy) 4,52 8,27 9,58 7,40 4,51 9,12 9,12 6,85 8,20 7,07
Kota
Jayapura 4,52 8,27 9,07 6,87 4,23 7,98 7,98 5,99 8,15 7,63
Merauke - - 11,02 8,89 5,29 12,31 12,31 9,25 8,35 5,49
Disagregasi Komponen
Inflasi Inti (Core Inflation ) 4,35 6,61 6,01 5,66 4,67 5,10 5,10 5,39 5,72 4,60
Harga Pangan Bergejolak (Volatile Food) 7,46 6,59 14,56 9,36 2,82 12,14 12,14 5,95 10,45 12,02
Harga Yang Diatur Pemerintah (Administered Prices ) 1,00 18,23 15,83 11,25 7,16 18,24 18,24 12,82 14,49 9,78
Kelompok Komoditas
Bahan Makanan 8,26 7,12 14,12 9,02 3,52 11,56 11,56 6,27 10,48 11,67
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4,02 8,18 9,25 8,86 10,15 8,78 8,78 8,63 8,74 6,30
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,28 9,18 8,25 7,26 5,82 7,44 7,44 7,06 7,59 5,12
Sandang 2,48 4,07 4,63 4,95 3,88 4,02 4,02 4,37 4,73 3,21
Kesehatan 0,57 3,80 5,56 4,88 2,86 4,47 4,47 6,73 7,67 7,46
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4,96 3,73 3,25 3,22 2,23 3,91 3,91 4,58 4,57 4,75
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2,29 11,97 8,93 6,32 1,78 11,43 11,43 7,29 8,48 6,20
Indikator20152014
xii
B. Perbankan
III IV I II III IV I II III IV I II III
Total Asset (Rp miliar) 38.806 34.244 33.974 37.381 40.244 36.820 35.419 42.916 49.479 41.929 43.569 50.098 55.188
DPK (Rp miliar) 27.786 26.928 25.924 28.446 29.823 29.126 28.756 32.371 35.851 34.119 32.819 35.880 39.017
Giro (Rp miliar) 12.642 8.297 9.193 11.085 12.821 9.057 9.728 12.452 13.948 12.383 9.972 12.566 14.867
Tabungan (Rp miliar) 10.467 13.595 11.393 11.347 11.648 14.687 12.524 12.238 12.606 13.378 13.929 13.557 14.002
Deposito (Rp miliar) 4.677 5.036 5.337 6.013 5.354 5.383 6.504 7.681 9.297 8.359 8.918 9.758 10.148
Penyaluran Kredit oleh Kantor Bank di Papua (Rp miliar) 13.523 14.348 14.851 16.014 16.847 17.642 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438
Lokasi Proyek di Prov. Papua 13.282 14.032 14.451 15.587 16.405 17.112 17.470 18.352 18.950 19.484 19.373 20.317 20.528
Lokasi Proyek Luar Prov. Papua 241 316 400 427 442 530 564 708 751 833 798 868 909
Penyaluran Kredit di Provinsi Papua (Rp miliar) 14.135 14.893 15.288 16.643 17.503 18.321 18.737 19.677 20.281 20.879 20.860 22.021 22.364
Oleh Kantor Bank di Prov. Papua 13.282 14.032 14.451 15.587 16.405 17.112 17.470 18.352 18.950 19.484 19.373 20.317 20.528
Oleh Kantor Bank Luar Prov. Papua 853 861 836 1.056 1.098 1.209 1.268 1.325 1.331 1.395 1.487 1.704 1.836
Kredit Penggunaan (Rp miliar) 13.523 14.348 14.851 16.014 16.847 17.642 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438
Modal Kerja 5.553 5.738 5.816 6.145 6.354 6.548 6.997 7.660 8.332 7.666 7.435 8.048 9.316
Investasi 2.109 2.255 2.199 2.602 2.605 2.895 2.766 2.911 2.863 3.314 3.285 3.472 2.172
Konsumsi 5.860 6.355 6.836 7.267 7.888 8.199 8.271 8.488 8.506 9.337 9.451 9.665 9.949
Kredit Sektoral (Rp miliar) 13.523 14.348 14.851 16.014 16.847 17.642 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 136 149 231 268 302 599 604 670 700 711 733 923 434
2. Pertambangan dan Penggalian 58 97 79 75 77 62 46 55 78 49 54 56 5
3. Industri Pengolahan 546 481 373 488 545 510 376 357 340 327 315 306 161
4. Pengadaan Listrik dan Gas 29 26 21 28 29 31 31 33 44 49 36 43 22
5. Pengadaan Air 1 1 1 - - - 2 4 7 5 3 6 2
6. Konstruksi 1.274 1.305 1.102 1.206 1.296 1.261 1.327 1.516 1.923 1.526 1.295 1.558 1.175
7. Perdagangan Besar dan Eceran 3.270 3.475 3.559 4.160 4.213 4.259 4.430 4.723 4.887 5.156 5.252 5.599 6.901
8. Transportasi dan Pergudangan 243 254 292 362 388 422 457 544 570 596 602 586 466
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 474 518 567 629 632 637 637 667 686 675 660 681 365
10. Informasi dan Komunikasi 9 6 6 7 6 7 10 10 18 18 18 18 7
11. Perantara Keuangan 156 215 244 122 116 125 105 160 96 135 128 124 60
12. Real Estate dan Usaha Persewaan 160 161 161 162 152 169 225 175 176 171 184 186 140
13. Jasa Perusahaan 96 98 157 273 246 247 223 203 201 222 217 224 220
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 2 1 1 1 3 3 3 6 4 111 37 2 1
15. Jasa Pendidikan 105 119 24 30 34 31 32 18 29 14 12 16 10
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 20 19 16 19 24 24 31 30 32 31 30 36 29
17. Sektor Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 6.946 7.422 8.018 8.186 8.783 9.253 9.498 9.889 9.910 10.522 10.594 10.821 11.438
Kredit UMKM 5.322 5.460 5.122 5.841 6.119 7.443 7.528 8.178 8.401 8.815 8.780 9.100 6.904
Kredit Rumah Tangga 3.951 4.307 4.331 4.341 4.712 4.664 5.147 5.532 5.585 8.717 8.828 8.907 6.413
KPR/KPA 583 624 661 895 1.103 1.164 1.264 1.245 1.275 1.365 1.346 1.410 1.529
Kredit Ruko/Rukan 151 167 198 213 250 277 284 364 317 335 349 369 374
KKB 30 33 34 58 63 62 57 61 59 54 51 50 56
Multiguna 2.714 2.980 2.928 2.616 2.688 2.530 2.893 3.152 3.210 6.236 6.363 6.364 3.729
Lainnya 473 503 511 559 608 631 650 709 724 727 718 714 725
Non Performing Loan (Rp miliar) 187 179 231 291 322 309 361 593 638 795 896 1.004 1.288
NPL Ratio (%) 1,38 1,25 1,56 1,82 1,91 1,75 2,00 3,11 3,24 3,91 4,44 4,74 6,01
LDR 48,67 53,28 57,29 56,30 56,49 60,57 62,71 58,88 54,95 59,55 61,46 59,04 54,95
Suku Bunga Simpanan Tertimbang (% per tahun)
Kantor Bank di Provinsi Papua 2,21 2,38 2,22 2,23 2,41 2,76 3,03 2,99 3,19 3,03 3,37 3,30 4
Nasional 3,33 3,35 3,24 3,36 3,67 4,11 4,42 4,59 4,78 4,75 4,77 4,46 4
Suku Bunga Kredit Tertimbang (% per tahun)
Kantor Bank di Provinsi Papua 12,97 12,82 12,74 12,61 12,60 12,61 12,60 12,70 12,75 12,74 12,73 12,80 13
Nasional 11,03 10,94 10,83 10,76 10,83 10,99 11,22 11,42 11,52 11,58 11,53 11,54 11
Jumlah Kantor Bank
Jumlah Bank
Papua 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 25
Nasional 1.789 1.773 1.773 1.761 1.761 1.755 1.756 1.753 1.753 1.762 1.762 1.762 1.762
Jumlah Kantor Bank
Papua 248 260 267 267 267 272 273 273 273 287 287 287 289
Nasional 20.246 21.050 21.588 22.072 22.583 23.236 23.421 23.769 24.241 24.843 25.036 25.266 25.420
Jumlah Rekening (dalam ribu)
Rekening Dana Pihak Ketiga
Papua 1.196 1.242 1.609 1.370 1.424 1.674 1.630 1.591 1.633 1.692 1.653 1.671 1.707
Nasional 119.644 123.638 168.066 129.888 137.787 154.984 156.905 156.263 160.367 165.182 161.807 164.919 168.600
Rekening Kredit
Papua 158 163 167 173 177 180 182 186 190 193 195 197 197
Nasional 39.099 39.441 39.461 38.764 39.383 38.975 39.012 39.410 39.934 40.414 40.578 40.673 40.731
20152014Provinsi Papua
2012 2013
xiii
C. Sistem Pembayaran
III IV I II III IV I II III IV I II III
Pengelolaan Uang (Kartal) Rupiah
Inflow (Rp miliar) 1.664,51 1.628,75 2.702,12 1.260,27 3.894,13 5.391,32 2.853,48 1.224,47 1.497,83 1.468,08 2.646,47 909,17 1.497,86
Outflow (Rp miliar) 1.820,59 6.234,39 1.020,06 2.256,04 2.273,13 5.772,50 893,21 1.870,83 2.515,98 6.238,60 855,28 1.852,00 2.714,44
Pemusnahan UTLE (Rp miliar) 43,30 57,96 107,59 327,13 529,66 274,82 395,49 200,57 332,06 260,02 408,07 301,30 262,63
Kliring
Total
Nominal (Rp juta) 1.026.907 1.144.667 1.173.119 983.045 1.153.039 1.221.579 1.169.841 1.071.287 1.126.530 1.449.761 1.123.097 1.202.372 1.553.207
Volume (lembar) 31.176 31.216 24.222 28.820 30.551 31.546 28.209 28.350 27.911 34.352 40.587 44.596 47.682
1. Kliring Kredit
Nominal (Rp juta) 48.705 66.358 51.696 48.851 69.409 110.352 70.116 73.113 73.382 184.197 306.530 219.173 461.277
Volume (lembar) 5.516 6.306 5.177 4.231 4.581 5.617 3.785 3.578 3.690 7.304 19.445 14.488 23.576
2. Kliring Debit
Nominal (Rp juta) 978.203 1.078.308 1.121.423 934.194 1.083.629 1.111.227 1.099.725 998.174 1.053.148 1.265.564 816.567 983.198 1.091.930
Volume (lembar) 25.660 24.910 19.045 24.589 25.970 25.929 24.424 24.772 24.221 27.048 21.142 30.108 24.106
2.1 Kliring Debit Penyerahan
Nominal (Rp juta) 1.007.995 1.108.860 1.175.210 975.065 1.116.542 1.155.567 1.143.978 1.051.820 1.085.299 1.328.203 1.052.941 1.139.485 1.123.330
Volume (lembar) 26.215 25.498 19.828 25.427 26.837 26.648 25.004 25.392 24.927 27.727 24.708 32.500 24.720
2.2 Kliring Debit Pengembalian
Nominal (Rp juta) 29.793 30.551 53.786 40.870 32.912 44.341 44.253 53.646 32.151 62.639 236.375 156.287 31.400
Volume (lembar) 555 588 783 838 867 719 580 620 706 679 3.566 2.392 614
Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
Outflow (from)
Nominal (Rp miliar) 6.929 11.090 5.260 6.483 8.095 10.634 7.155 5.947 7.735 12.713 7.835 9.650 10.207
Volume (lembar) 7.589 8.102 7.932 7.793 8.109 8.688 7.543 7.806 8.335 8.434 4.341 4.319 4.239
Inflow (to)
Nominal (Rp miliar) 10.408 11.840 8.403 9.821 13.077 16.124 8.599 10.351 12.880 18.303 9.160 9.007 9.583
Volume (lembar) 11.712 12.386 9.986 11.176 11.150 11.948 9.925 11.220 11.901 13.375 5.687 5.064 4.433
Intra-Papua
Nominal (Rp miliar) 1.567 3.608 716 1.336 2.836 4.788 1.000 1.375 2.291 5.460 900 1.906 2.637
Volume (lembar) 1.323 1.566 1.504 1.598 1.612 1.552 1.402 1.446 1.625 1.864 844 881 766
2014 2015Indikator Sistem Pembayaran
2012 2013
1
1 PERTUMBUHAN
EKONOMI
ertumbuhan ekonomi Papua triwulan ini mengalami kontraksi tipis (-0,59%, yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama 2014. Kondisi ini juga berbeda secara
signifikan dari triwulan lalu yang tumbuh mencapai 12,77% (yoy). Sumber utama
kontraksi tersebut adalah komponen ekspor netto yang mengalami pertumbuhan
negatif. Dibandingkan triwulan III 2014, kinerja ekspor netto lebih rendah 44,36% pada
triwulan ini dibandingkan tahun lalu. Selanjutnya, sejalan dengan tren yang berlaku
secara nasional, komponen konsumsi yang secara historis menjadi penyumbang utama
pertumbuhan masih mencatatkan kinerja yang lemah seperti triwulan lalu (5,77%, yoy).
Berdasarkan kategori lapangan usaha, kontraksi disebabkan oleh turunnya kinerja
-10,79%, yoy). Penurunan
tersebut disebabkan oleh kadar bijih tambang yang rendah serta dampak fenomena El
Nino.
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi
Penggunaan
Dari sisi penggunaan, komponen utama
penyebab kontraksi ekonomi triwulan III
2015 adalah Ekspor Netto. Sementara itu,
Konsumsi yang secara historis menjadi
pendorong utama ekonomi Papua, pada
triwulan ini masih belum menguat setelah
siginifikan melambat pada triwulan lalu.
Pertumbuhan Konsumsi masih lemah di
level 5,77% (yoy) pada triwulan ini. Kinerja
konsumsi masih tetap lemah disebabkan
oleh Konsumsi Pemerintah turun dari
5,02% (yoy) triwulan II menjadi 4,71%,
(yoy). Namun demikian, komponen Investasi
naik signifikan dari 5,90% (yoy) di triwulan
II menjadi 9,55% (yoy).
P
sumber: BPS, diolah
Tabel 1.1 Struktur Ekonomi Sisi Penggunaan (%)
sumber: BPS, diolah
Tabel 1.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan (%,yoy)
2011 2012 2013
Komponen Pengeluaran Total Total Total I II III IV I II II
Konsumsi 58,60 61,51 60,95 63,13 63,87 59,91 68,09 64,06 59,91 63,74
Konsumsi Swasta 40,78 42,68 42,03 44,06 44,39 41,37 45,03 44,51 41,76 44,22
Konsumsi Pemerintah 17,83 18,83 18,92 19,06 19,49 18,53 23,06 19,55 18,15 19,52
Investasi 24,50 26,88 26,58 27,60 28,16 25,48 28,36 27,84 26,44 28,08
Ekspor Netto 16,89 11,61 12,47 9,27 7,97 14,62 3,55 8,09 13,65 8,18
2014 2015
2011 2012 2013 2014
Komponen Pengeluaran Total Total Total Total I II III
Konsumsi 5,63 6,77 6,93 7,94 6,52 5,77 5,77
Konsumsi Swasta 6,38 6,48 6,27 7,28 6,04 6,10 6,25
Konsumsi Pemerintah 3,94 7,43 8,44 9,38 7,64 5,02 4,71
Investasi 18,64 11,57 6,70 6,31 5,90 5,90 9,55
Ekspor Netto -40,38 -30,08 15,92 -26,12 -8,38 93,11 -44,36
P D R B -4,28 1,72 7,91 3,25 4,97 12,77 -0,59
2015
2
Triwulan III 2015
1.1.1 Konsumsi
Konsumsi secara keseluruhan masih berada
pada fase perlambatan dibandingkan pola
pertumbuhan historisnya. Akan tetapi,
Konsumsi Swasta telah kembali meningkat
dari 6,10% (yoy) di triwulan lalu menjadi
6,25% (yoy). Terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi kinerja tersebut, yaitu
tingkat keyakinan konsumen, tingkat
penghasilan, serta akumulasi dampak inflasi
yang dalam perspektif konsumen relatif
terjaga.
Tingkat keyakinan konsumen relatif stabil
pada triwulan ini. Hal tersebut ditunjukkan
oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan
oleh Bank Indonesia di Kota Jayapura. Data
survei mengindikasikan bahwa mayoritas
responden cenderung optimistis akan
kondisi dan perkembangan ekonomi yang
terjadi. Meski demikian, keyakinan
konsumen cenderung melemah di akhir
triwulan ini.
Temuan tersebut konsisten dengan rilis
Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai
tendensi konsumen di Provinsi Papua. ITK
relatif stabil dengan tendensi menguat pada
triwulan ini. Ekspektasi ke depan juga
cenderung lebih optimistis dengan kenaikan
tipis. Dari sisi pendapatan, konsumen
cenderung merasa penghasilan yang
diperolehnya lebih tinggi (positif) dari
periode lalu.
Selain itu, persepsi masyarakat atas dampak
inflasi yang sempat melonjak akhir tahun
lalu, kini mulai dapat diadaptasi oleh
masyarakat. Kenaikan harga juga relatif
terjaga sejak awal tahun, meski harga
beberapa komoditas strategis yang
ditetapkan Pemerintah cenderung fluktuatif,
seperti harga BBM bersubsidi dan Tarif
Tenaga Listrik. Sampai dengan triwulan III
2015, akumulasi inflasi sejak awal tahun
baru mencapai 0,78% (ytd). Oleh karena
itu, persepsi masyarakat cenderung
optimistis dalam memandang dampak
inflasi terhadap konsumsinya.
Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Keyakinan
Konsumen dan Penghasilan Saat ini
Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Tendensi
Konsumen di Provinsi Papua
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2013 2014 2015
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Penghasilan Saat Ini
Garis 100
Optimistis
Pesimistis
sumber: Survei Konsumen
0
20
40
60
80
100
120
140
III IV I II III IV I II III IV I II III IVf
2013 2014 2015
ITK
Pendapatan RT
Pengaruh Inflasi thdp. Konsumsi
Garis 100
sumber: BPS
3
Triwulan III 2015
Ketiga faktor yang dijabarkan tadi penjadi
penguat fundamental konsumsi rumah
tangga, sehingga pertumbuhan Konsumsi
Swasta pada triwulan ini naik ke kisaran
6,25% (yoy). Angka tersebut di atas capaian
triwulan lalu (6,10%, yoy).
Indikator lainnya adalah nilai impor barang-
barang konsumsi rumah tangga. Data impor
produk kategori ini menunjukkan
kontraksinya telah menunjukkan perbaikan
meski masih dalam zona pertumbuhan
negatif. Secara tahunan, kontraksi di
triwulan II mencapai 48,87% (yoy),
sementara itu di triwulan ini kontraksi
berkurang hingga ke level 22,78% (yoy).
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa dampak
penguatan nilai tukar dolar masih terasa
dengan besaran yang lebih rendah.
Sebagaimana diketahui, dolar telah
mendepresiasi berbagai mata uang
termasuk rupiah sejak pertengahan 2013.
Penguatan dolar sejak 6 triwulan lalu baru
mulai terlihat dampaknya bagi
perekonomian Papua pada triwulan I lalu
hingga triwulan ini. Pelemahan impor
konsumsi juga merupakan dampak
pelemahan konsumsi secara nasional.
Selanjutnya, data penyaluran Kredit
Konsumsi menunjukkan pertumbuhan yang
sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II.
Pada triwulan lalu, Kredit Konsumsi tumbuh
15,35% (yoy). Lalu, triwulan ini,
pertumbuhannya naik tipis ke 17,96% (yoy).
Untuk komponen Konsumsi Pemerintah,
pertumbuhannya kembali melambat sampai
ke level 4,71% (yoy) dari 5,02% (yoy)
triwulan lalu. Angka tersebut konsisten
dengan pertumbuhan Belanja Pemerintah
Selain Belanja Modal yang juga relatif lebih
rendah dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun lalu. Fenomena ini
sebenarnya berlaku secara nasional.
Penjelasan lebih lanjut atas hal tersebut
akan dibahas pada Bab 4 Kajian ini.
Grafik 1.3 Perkembangan Impor Barang
Konsumsi di Provinsi Papua
Grafik 1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit
Konsumsi di Provinsi Papua
Grafik 1.5 Realisasi Belanja Selain Belanja Modal
Pemerintah Provinsi Papua
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Kredit Konsumsi
Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar% yoy
sumber: Laporan Bank
-30
-10
10
30
50
70
90
110
130
150
(2.000)
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Total Belanja Selain Belanja Modal Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
sumber: DJPK dan BPKAD Prov. Papua
-100
100
300
500
700
900
(1,0)
1,0
3,0
5,0
7,0
9,0
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Nilai Impor Konsumsi Pertumbuhan [sk. kanan]
juta USD % yoy
sumber: Ditjen Bea dan Cukai
4
Triwulan III 2015
1.1.2 Investasi
Nilai riil komponen investasi Papua mulai
meningkat signifikan setelah menunjukkan
perlambatan dalam kurun waktu terakhir.
Selama 2013, pertumbuhannya mencapai
6,69% per tahun. Lalu sepanjang 2014,
kinerja menurun ke 6,31% (yoy) bahkan
sempat menyentuh 5,90% (yoy) pada
triwulan lalu. Akan tetapi, pada triwulan ini
telah membaik. Investasi tumbuh 9,55%
(yoy).
Kendati demikian Hal ini tidak sejalan
oleh perbankan
selama periode 2013-2015. Tidak hanya itu,
impor barang modal juga menunjukkan
penurunan dalam kurun waktu yang sama.
Asesmen menduga peningkatan investasi
pada triwulan ini lebih lebih banyak dibiayai
oleh pendanaan dari luar Papua, khususnya
untuk proyek terkait investasi di lapangan
usaha Pertambangan dan Penggalian.
Faktor-faktor penyebab perlambatan
investasi Papua yang persisten tersebut
terutama karena ketergantungan yang
tinggi terhadap kategori Pertambangan dan
Penggalian.
Ketergantungan atas sektor Pertambangan
dan Penggalian yang tinggi menyebabkan
investasi juga ditentukan oleh prospek
jangka panjang sektor tersebut. Oleh karena
itu, meski sektor-sektor lain khususnya
Pemerintahan aktif melakukan investasi,
fluktuasi investasi agregat tetap ditentukan
oleh kinerja sektor Penggalian dan
Pertambangan.
Perlu disampaikan bahwa prospek harga
komoditas tembaga di pasar internasional
telah positif dalam jangka panjang. Dalam
rilis Commodity Markets Outlook Edisi
Oktober 2015 yang lalu, World Bank telah
mengubah view yang sebelumnya negatif
menjadi positif untuk proyeksi harga riil
tembaga. Harga riil (2010=100) tembaga
akan naik dari $5.324/mt pada 2015
menjadi hanya $5.614/mt pada 2025.
Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja dan
Investasi di Provinsi Papua
Grafik 1.7 Impor Barang Modal
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Kredit Modal Kerja dan Investasi
Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
sumber: Laporan Bank
-150
-50
50
150
250
350
450
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Nilai Impor Barang Modal Pertumbuhan [sk. kanan]
USD juta % yoy
sumber: Ditjen Bea dan Cukai
5
Triwulan III 2015
Namun demikian, berbeda dengan
tembaga, prospek harga emas masih berada
pada view negatif. Harga riilnya turun dari
$1112/toz pada 2015 menjadi hanya
$802/toz pada 2025. Mengingat komoditas
bijih tembaga lebih besar porsinya dalam
struktur Pertambangan dan Ekspor Papua,
dengan kecenderungan harga riil jangka
panjang yang positif, investasi di sektor
Pertambangan juga pada gilirannya ikut
meningkat.
yang diberikan oleh Pemerintah kepada
salah satu pelaku pertambangan utama di
Papua untuk keberlanjutan usaha dalam
jangka panjang diperkirakan akan semakin
meningkatkan aktivitas investasi pada
periode mendatang. Sebagaimana
disebutkan dalam berbagai outlet berita dan
rilis resmi pelaku usaha dimaksud,
Pemerintah dan induk perusahaan tersebut
telah menjalin komunikasi intensif terkait
keberadaan jangka panjang kegiatan
operasionalnya. Pada Oktober lalu
Pemerintah dan pemilik perusahaan sepakat
untuk meneruskan pembangunan
pertambangan bawah tanah di Kabupaten
Mimika yang akan menyerap investasi
jangka panjang sekitar 18 milyar dolar.
Akan tetapi, mengingat belum adanya
kontrak resmi terkait keberlanjutan usaha
dalam jangka panjang, risiko investasi
Komoditas Periode CMO 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025
2014-IV 6.451 6.351 6.255 6.158 6.059 5.960 5.470
2015-I 6.152 6.066 5.994 5.926 586 5.794 5.454
2015-II 5.584 5.560 5.548 5.538 5.529 5.520 5.454
2015-III 5.537 5.533 5.542 5.553 5.565 5.577 5.614
2015-IV 5.324 5.341 5.371 5.403 5.435 5.468 5.614
2014-IV 1.163 1.132 1.103 1.074 1.046 1.018 885
2015-I 1.174 1.138 1.106 1.076 1.046 1.018 882
2015-II 1.174 1.138 1.106 1.076 1.046 1.018 882
2015-III 1.112 1.074 1.040 1.007 975 945 802
2015-IV 1.112 1.074 1.040 1.007 975 945 802
Tembaga
($/mt)
Emas
($/toz)
Tabel 1.3 Proyeksi Harga Tembaga dan Emas 2015-2025
sumber: Commodity Markets Outlook (CMO), World Bank
6
Triwulan III 2015
tersebut tidak sepenuhnya terealisasi atau
dibatalkan masih tetap tinggi.
1.1.3 Ekspor Netto
Pada triwulan III 2015, Ekspor Netto Papua
kembali terkontraksi signifikan (-44,36%,
yoy) setelah mengalami akselerasi yang
cukup besar (93,11%, yoy) sepanjang
triwulan lalu. Pembalikan arah kinerja
tersebut merupakan implikasi turunnya
produksi Pertambangan dan Penggalian
serta adanya kendala regulasi terkait ekspor
mineral mentah.
Terkait turunnya kinerja Pertambangan dan
Penggalian, pembahasan lebih lanjut akan
dijabarkan di subbahasan pertumbuhan
ekonomi dari sisi kategori lapangan usaha.
Mengenai kendala regulasi terkait ekspor
mineral mentah, melalui liaison kepada
pemangku kebijakan dan pengumpulan
informasi anekdotal, diketahui bahwa
meskipun telah memperoleh Surat
Persetujuan Ekspor mineral mentah dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, pada Juli lalu, hingga Agustus 2015
eksportir belum memperoleh izin lainnya
dari Kementerian Perdagangan. Izin
dimaksud adalah penangguhan ketentuan
Letter of Credit sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
04/MDAG.PER/I/2015 tentang Ketentuan
Penggunaan Letter of Credit untuk Ekspor
Barang Tertentu yang berlaku mulai 1 April
2015.
Selanjutnya, terkait pangsa, ekspor Papua
pada triwulan ini sebagian besar disalurkan
ke India (37%), Jepang (25%) dan Republik
Rakyat Tiongkok (11%). Ekspor dominan ke
ketiga negara tersebut adalah komoditas
pertambangan, yaitu bijih tembaga.
Sejalan dengan Ekspor Luar Negeri, Impor
Luar Negeri mengalami kontraksi 17,41%
(yoy). Besaran kontraksi tersebut lebih
rendah dibandingkan pada triwulan lalu
Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor
Grafik 1.10 Pangsa Ekspor Triwulan III 2015
-120
-70
-20
30
80
130
180
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
1.000
1.200
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Nilai ekspor nonmigas Nilai ekspor pertambangan Pertumbuhan ekspor tambang [sk. kanan]
USD juta % yoy
sumber: Ditjen Bea dan Cukai
37%
25%
11%
7%
4%India
Jepang
RRT
Filipina
Korea Selatan
Lainnya
sumber: Ditjen Bea dan Cukai
7
Triwulan III 2015
yang mencapai 23,58% (yoy). Pergerakan
tersebut konsisten dengan pergerakan nilai
impor menurut data Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
Perlu diketahui bahwa komponen impor
barang modal dan barang antara memiliki
porsi besar dalam struktur impor Provinsi
Papua. Kelompok barang tersebut sebagian
besar terkait dengan kegiatan operasional
dan investasi di sektor pertambangan. Oleh
karena itu, fluktuasi Impor Luar Negeri juga
ditentukan oleh kinerja pelaku usaha
pertambangan.
Terkait perdagangan antardaerah di luar
provinsi, seperti yang telah diprediksi pada
triwulan lalu, Papua kembali mencatatkan
posisi impor netto sebesar Rp2,93 triliun. Ke
depan, posisi tersebut akan semakin
membesar mengingat hampir seluruh
barang kebutuhan masyarakat masih harus
disuplai dari luar daerah Papua.
1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha
Berdasarkan lapangan usaha, kontraksi
kinerja perekonomian Papua terutama
didorong oleh Pertambangan dan
Penggalian yang tumbuh -10,79% (yoy).
Berbeda dengan Pertambangan dan
Penggalian, kategori-kategori lapangan
usaha lainnya secara umum mencatatkan
kinerja positif. Beberapa kategori bahkan
terakselerasi dibandingkan triwulan lalu.
Grafik 1.11 Impor Provinsi Papua
Grafik 1.12 Pangsa Impor Triwulan III 2015
sumber: BPS, diolah
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha
Grafik 1.13 Struktur dan Pertumbuhan
Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha
32%
25%
22%
11%
7%
Australia
Swedia
Amerika Serikat
Singapura
Jepang
Lainnyasumber: Ditjen Bea dan Cukai
2011 2012 2013
Total Total Total I II III IV I II III
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,87 6,18 6,04 6,72 6,92 3,60 6,06 6,89 3,45 5,79
Pertambangan dan Penggalian (16,22) (6,41) 7,50 (3,87) 9,34 7,99 (23,67) 2,02 25,61 (10,79)
Konstruksi 16,04 13,99 11,79 7,69 17,81 9,44 2,54 13,96 6,33 8,45
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,09 9,84 9,36 5,90 8,51 6,62 8,12 8,35 7,13 8,72
Transportasi dan Pergudangan 9,90 8,74 8,15 8,58 10,32 11,03 11,00 10,39 9,04 8,63
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10,67 8,36 2,80 13,21 20,67 22,69 8,58 10,07 4,10 4,91
Kategori Lapangan Usaha Lainnya 10,61 8,12 9,89 10,61 11,96 5,47 5,33 5,06 3,36 7,29
Produk Domestik Regional Bruto (4,28) 1,72 7,91 3,16 11,23 8,31 (7,46) 5,79 12,77 (0,59)
Kategori Lapangan Usaha20152014
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
(10.000)
(5.000)
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Lainnya Adm. Pemerintahan dan Jaminan Sosial Transportasi dan Pergudangan
Perdagangan dan Reparasi Konstruksi Pertambangan dan Penggalian
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertumbuhan Ekonomi [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
sumber: BPS
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
800
-25
25
75
125
175
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Impor Nonmigas
Impor Barang Modal dan Antara
Pertumbuhan Nonmigas [sk. kanan]
USD juta % yoy
sumber: Ditjen Bea dan Cukai
8
Triwulan III 2015
1.2.1 Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
Lapangan usaha kategori
tumbuh positif.
Pertumbuhannya meningkat dari 3,45%
(yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,79%
(yoy) pada triwulan ini. Data produksi
tanaman pangan menunjukkan bahwa
meskipun proyeksinya dikoreksi ke bawah
untuk memasukkan dampak El Nino, namun
secara total nilainya masih lebih tinggi dari
tahun lalu.
Sementara itu, meski berdampak negatif
terhadap tanaman pangan, El Nino justru
meningkatkan produksi perikanan. Hasil
Liaison melalui FGD dengan SKPD terkait
diperoleh informasi bahwa El Nino
menyebabkan pertumbuhan plankton
yang adalah struktur pertama pada rantai
makanan di laut menjadi lebih baik.
Akibatnya pertumbuhan ikan secara
keseluruhan jadi terdampak positif.
Kendati demikian, pertumbuhan kredit ke
sektor pertanian justru terlihat melambat.
Tren ini telah berlangsung sejak
pertengahan 2014. Meski pertumbuhannya
pada triwulan II 2015 sempat terakselerasi
mencapai 23,4% (yoy), triwulan ini
kinerjanya kembali melambat.
1.2.2 Pertambangan dan
Penggalian
Sebagai kategori dominan dalam struktur
ekonomi Papua, fluktuasi pertumbuhannya
menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan
ekonomi Papua secara keseluruhan.
Triwulan ini, Pertambangan dan Penggalian
terkontraksi 10,79% (yoy). Kontraksi
tersebut merupakan kombinasi antara (1)
faktor base effect tingginya produksi
triwulan III 2014 yang berada di kisaran atas
level historisnya; (2) fenomena El Nino; dan
(3) kualitas bijih tambang yang lebih rendah.
Grafik 1.17 Produksi Konsentrat Tembaga dan
Emas Kabupaten Mimika
Grafik 1.14 Produksi Tanaman Pangan yang
Dominan di Provinsi Papua
Grafik 1.15 Produksi Perikanan Tangkap
Grafik 1.16 Kredit Sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
TOTAL I II III IV I II
2013 2014 2015
Produksi Perikanan Tangkap
Pertumbuhan[sk. kanan]
ton %, yoy
sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Papua
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
200
400
600
800
1000
1200
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Kredit Sektor Pertanian
Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
sumber: Laporan Bank
-100
-50
0
50
100
150
200
250
-240
-140
-40
60
160
260
360
460
560
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Produksi Konsentrat Tembaga (Cu)
Produksi Konsentrat Emas (Au)
Pertumbuhan Tembaga [sk. kanan]
Pertumbuhan Emas [sk. kanan]
Cu: juta pound
Au: ribu ounce
% yoy
sumber:
FCX Quarterly Reports
0
2
4
6
8
10
12
14
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
2012 2013 2014 (ATAP) 2015 (ARAM I) 2015 (ARAM II)
Luas Panen Padi
Luas Panen Ubi Jalar
Produktivitas Padi [sk. kanan]
Produktivitas Ubi Jalar [sk. kanan]
ha ton/ha
sumber: BPS
9
Triwulan III 2015
penangguhan larangan ekspor mineral
mentah oleh Pemerintah, produksi
pertambangan meningkat drastis bahkan
sampai mencapai kisaran atas historisnya.
Sampai saat ini level tersebut masih belum
ditembus lagi.
Terkait El Nino, dalam rilis resmi pelaku
usaha dominan di kategori pertambangan
dan penggalian di Papua, disebutkan bahwa
karena fenomena ini suplai air ke areal
penambangan menjadi sangat terbatas.
Akibatnya proses produksi secara
keseluruhan menjadi turun. Untuk triwulan
IV 2015, perusahaan telah memangkas
target produksi sampai 15% dari yang
direncanakan.
Dalam jangka menengah, kinerja sektor ini
diperkirakan masih akan tertahan. Hasil
asesmen Bank Indonesia menyimpulkan
terdapat setidaknya 3 faktor yang menahan
kinerja Pertambangan dan Penggalian
tersebut. Ketiga faktor dimaksud adalah
kondisi pasar komoditas internasional,
prospek tembaga dan emas dalam jangka
panjang, serta kendala regulasi domestik.
Secara eksternal, pasar komoditas tembaga
Permintaan dari negara utama konsumen
komoditas tersebut relatif lemah.
Pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat
Tiongkok (RRT) yang sering menjadi
indikator utama permintaan tembaga dunia
juga mengindikasikan sinyal pelemahan.
Tidak hanya itu, bank sentral RRT juga telah
mendevaluasi nilai tukarnya untuk lebih
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal
tersebut dapat menjadi indikasi lebih lanjut
bahwa ada kendala serius dalam
meningkatkan kinerja perekonomian
Tiongkok yang pada gilirannya
mempengaruhi konsumsi tembaganya.
Kendati demikian, dalam jangka panjang
asemen memperkirakan sektor ini akan
kembali meningkat kinerjanya. Selain karena
jaminan politik yang diberikan kepada
keberlangsungan investasi jangka panjang
Grafik 1.18 Penjualan Konsentrat Tembaga
dan Emas Kabupaten Mimika
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
-150
-50
50
150
250
350
450
550
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Penjualan Konsentrat Tembaga (Cu)
Penjualan Konsentrat Emas (Au)
Pertumbuhan Cu [sk. kanan]
Pertumbuhan Au [sk. kanan]
Cu: juta pound
Au: ribu ounce
% yoy
sumber: FCX Quarterly Reports
10
Triwulan III 2015
pelaku usaha dominan di kategori ini oleh
Pemerintah, prospek harga riil jangka
panjang komoditas tembaga juga positif.
1.2.3 Konstruksi
Kinerja kategori Konstruksi telah
terakselerasi dari 6,33% (yoy) pada triwulan
lalu menjadi 8,45% (yoy) pada triwulan ini.
Realisasi tersebut sejalan dengan angka
penjualan semen di Provinsi Papua yang
tercatat meningkat dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan kinerja kategori ini sejalan
dengan peningkatan aktivitas Investasi.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
Investasi meningkat dari 5,90% (yoy)
menjadi 9,50%(yoy). Peningkatan investasi
bangunan tidak hanya terjadi akibat proyek-
proyek infrastruktur pemerintah yang
dipacu realisasinya setelah mencatatkan
kinerja rendah pada semester I 2015.
Berlanjutnya proses pembangunan
infrastruktur dan sarana pendukung jangka
panjang pertambangan juga berkontribusi
atas pertumbuhan Konstruksi di Papua.
Jika melihat data historis, peningkatan
penyaluran kredit di tahun sebelumnya akan
sejalan dengan kinerja sektor Konstruksi
pada tahun setelahnya. Untuk triwulan III
2015 sendiri, penyaluran kredit ke Sektor
Konstruksi tercatat negatif. Artinya tahun
depan, peluang perlambatan kategori ini
akan semakin membesar.
Grafik 1.19 Penjualan Semen di Provinsi Papua
Grafik 1.20 Kredit Sektor Konstruksi di Papua
-50
-30
-10
10
30
50
70
90
(100)
(50)
-
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Penjualan Semen
Pertumbuhan [sk. kanan]
sumber: Asosiasi Semen Indonesia
ribu sak %, yoy
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-2.000
-1.500
-1.000
-500
0
500
1.000
1.500
2.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Kredit Konstruksi
Pertumbuhan [sk. kanan]
sumber: Laporan Bank
Rp miliar % yoy
11
Triwulan III 2015
1.2.4 Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Nilai tambah yang dihasilkan oleh kategori
terakselerasi di
level 8,72% (yoy). Angka tersebut naik dari
7,13% (yoy) pada triwulan lalu. Hal ini
sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang
menunjukkan tren pembelian durable goods
yang relatif meningkat pada triwulan ini.
Data pendaftaran kendaraan baru, baik
roda empat maupun roda dua juga
menunjukkan peningkatan dibandingkan
triwulan lalu meskipun masih berada pada
zona negatif. Kondisi tersebut juga sesuai
dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia. SKDU menunjukkan nilai Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) realisasi sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran yang naik
dari -0,17% di triwulan lalu menjadi 0,40%
pada triwulan ini.
1.2.5 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib
Sejalan dengan peningkatan realisasi belanja
Pemerintah dan pemda
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan
akselerasi kinerja
dari 4,10% (yoy) pada triwulan lalu menjadi
4,91% (yoy) pada triwulan III 2015.
Berdasarkan data realisasi belanja total
Pemdaprov, dapat dilihat bahwa secara
tahunan, tingkat pertumbuhan realisasi
triwulan ini juga lebih tinggi dari triwulan III
2014.
Grafik 1.21 Pendaftaran Kendaraan Baru
Grafik 1.22 Pembelian Durable Goods
Grafik 1.23 Perkembangan Realisasi Total
Belanja Pemerintah Provinsi Papua
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
-15.000
-10.000
-5.000
0
5.000
10.000
15.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Jumlah Kendaraan Baru
Pertumbuhan [sk. kanan]
%, yoyunit
sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Papua
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2013 2014 2015
Pembelian Durable Goods
Garis 100
Optimistis
Pesimistis
sumber: Survei Konsumen
-50
0
50
100
150
200
(3.000)
(1.000)
1.000
3.000
5.000
7.000
9.000
11.000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Total Belanja Pemdaprov
Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
sumber: DJPK dan BPKAD Provinsi Papua
12
Triwulan III 2015
1.2.6 Kategori Lainnya
Kategori-kategori yang pertumbuhannya
juga melambat pada triwulan ini adalah
Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan
Gas; Real Estate; dan Jasa Pendidikan.
Sementara itu, sektor-sektor lainnya tercatat
justru mengalami akselerasi. Kategori jasa
keuangan yang sempat mencatatkan
kontraksi sebesar 13,46% (yoy) triwulan
lalu, kini telah kembali positif di level 7,71%
(yoy). Pembahasan lebih lanjut atas kinerja
kategori ini dapat dilihat pada Bab 3 Kajian
ini.
Tabel 1.5 Perkembangan Sektor Lainnya
sumber: BPS (2015)
Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013
Total Total Total I II III IV I II III
Industri Pengolahan 5,32 1,93 2,13 9,04 10,69 6,90 8,34 5,62 5,45 1,72
Pengadaan Listrik, Gas 6,34 10,45 7,59 8,62 8,44 6,08 (1,65) (8,90) 1,61 (4,18)
Pengadaan Air 3,29 4,63 6,53 6,35 6,40 6,01 6,24 3,47 3,83 5,08
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,15 7,86 11,67 17,06 16,54 10,67 7,12 4,97 5,85 8,64
Informasi dan Komunikasi 10,66 10,23 12,79 9,93 13,89 2,15 1,37 0,82 0,69 9,62
Jasa Keuangan 10,83 7,85 14,37 6,64 11,51 (0,19) 12,16 9,26 (13,46) 7,71
Real Estate 13,10 10,01 11,67 10,11 8,06 8,09 6,30 4,96 5,99 5,32
Jasa Perusahaan 14,29 6,52 5,88 10,49 10,20 9,70 8,34 1,66 3,89 5,55
Jasa Pendidikan 10,64 9,62 9,75 12,42 12,68 5,86 3,33 7,18 9,27 9,07
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12,29 8,76 9,29 13,01 13,86 7,30 4,81 9,45 9,17 9,84
Jasa lainnya 12,02 9,11 10,42 13,00 13,19 6,23 3,54 7,56 7,71 8,73
Total Lapangan Usaha Lainnya 10,61 8,12 9,89 10,61 11,96 5,47 5,33 5,06 3,36 7,29
2014 2015
13
2
INFLASI
nflasi di Provinsi Papua1
pada triwulan III 2015, seperti yang telah diprediksi, turun
dibandingkan triwulan lalu. Tingkat inflasi turun dari sebelumnya 8,20% (yoy), ke
7,07% (yoy) di triwulan ini. Penyebab turunnya inflasi adalah terkendalinya harga-
harga komponen core inflation dan administered prices. Sementara itu, tarikan
permintaan (demand pull) Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan periode libur
sekolah serta tekanan biaya sisi penawaran (cost push) akibat fenomena iklim (El Nino),
menyebabkan tingkat harga komponen volatile food terlihat meningkat signifikan
(12,02%, yoy) dari triwulan lalu (10,45%, yoy).
2.1 Inflasi Umum
Kenaikan tingkat harga agregat (inflasi) di
Provinsi Papua pada triwulan III 2015
semakin terkendali. Seperti yang telah
diprediksi pada edisi lalu, rentang proyeksi
inflasi Bank Indonesia untuk inflasi di
Provinsi Papua (7,56 s.d. 8,56%, yoy)
(KEKR 2015-II, hal. 45). Selain itu, proyeksi
juga memperkirakan tekanan inflasi
terutama akan berasal dari komponen
volatile foods. Secara umum inflasi di Papua
masih lebih tinggi dari inflasi nasional, meski
dengan kecenderungan konvergensi (gap
mengecil).
Secara bulanan, pergerakan tingkat harga
berada pada rentang yang relatif konsisten
dengan data 3 tahun terakhir. Tren historis
menunjukkan harga-harga relatif stabil atau
turun pada semester pertama. Kemudian,
lonjakan yang mencolok cenderung terjadi
di triwulan akhir. Fluktuasi di luar triwulan
akhir, umumnya disebabkan oleh shock dari
kebijakan pemerintah. Sejak Maret 2015,
tidak perubahan signifikan dalam kebijakan
terkait harga-harga yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Untuk triwulan ini, kompilasi rilis Inflasi BPS
di dua kota IHK di Papua menunjukkan 2
bulan inflasi dan 1 bulan deflasi. Hal yang
masih tetap perlu diperhatikan adalah
bahwa pergerakan inflasi daerah yang
I
1
Inflasi Papua dihitung dengan menggunakan metode rerata tertimbang berdasarkan bobot kota dari inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Jayapura (0,45) dan Kabupaten Merauke (0,16).
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan
Grafik 2.3 Event Analysis Inflasi
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rerata 2010-2014 2012
2013 2014
2015
% mtm
sumber: BPS, diolah
-2
-1
0
1
2
3
4
5
0
2
4
6
8
10
12
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015
yoymtm [skala kanan]
BBMs turun
Natal,Tahun Baru
BBMs naik,Natal
BBMs naik
Akhir Panen
sumber: BPS, diolah
Ramadhan
Pasca-Lebaran
% %
Pasca-Lebaran
Ramadhan
0
2
4
6
8
10
12
III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Papua
Nasional
sumber: BPS, diolah
14
Triwulan III 2015
disampel untuk survei Indeks Harga
Konsumen (IHK) periode 2015 cenderung
berbeda secara arah. Kondisi tersebut
mengkonfirmasi adanya disparitas
(kesenjangan) struktur ekonomi dan tata
niaga dalam satu wilayah Provinsi Papua.
Asesmen Bank Indonesia menyimpulkan
bahwa minimnya infrastruktur konektivitas
antardaerah di Papua menjadi faktor utama
penyebab masalah disparitas ini.
2.2 Komponen Inflasi
Seiring dengan ekspektasi inflasi masyarakat yang relatif terjaga, tekanan atas
komponen inti (core inflation) mulai turun pada triwulan III-2015. Komponen inti turun
signifikan dari 5,72% (yoy) di triwulan II 2015 menjadi 4,60 % (yoy) pada triwulan ini.
Komponen harga-harga yang diatur pemerintah juga turun drastis dari 14,49% (yoy)
triwulan lalu, menjadi 9,78% (yoy). Sementara itu komponen volatile food terlihat
mengalami tekanan kenaikan yang juga signifikan baik secara bulanan (mtm) maupun
tahunan (yoy).
Untuk komponen inflasi inti, jika diuraikan
berdasarkan kategori komoditas pangan
dan nonpangan, keduanya mengalami
Grafik 2.5 Disagregasi Komponen Inflasi Bulanan
sumber: BPS
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Komponen
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Bulanan
Menurut Daerah
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Papua Jayapura Meraukesumber: BPS
%, mtm
III IV I II III IV I II III
Core Inflation 6,55 6,61 6,01 5,66 4,67 5,10 5,39 5,72 4,60
Volatile Food 8,68 6,59 14,56 9,36 2,82 12,14 5,95 10,45 12,02
Administered Prices 17,30 18,23 15,83 11,25 7,16 18,24 12,82 14,49 9,78
Headline Inflation 8,58 8,27 9,58 7,40 4,51 9,12 6,85 8,20 7,07
2015Disagregasi Komponen
2013 2014
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015
Core Inflation
Volatile Food
Administered Prices
sumber: BPS, diolah
% mtm
15
Triwulan III 2015
penurunan yang signifikan. Akibatnya,
inflasi inti turun dari 5,72% (yoy) di triwulan
lalu menjadi 4,60%(yoy) di triwulan III 2015.
Dari sisi ekspektasi, inflasi yang diantisipasi
masyarakat sebagaimana yang ditunjukkan
oleh Survei Konsumen Bank Indonesia di
Kota Jayapura relatif stabil dalam enam
bulan terakhir.
Selain itu, gap ekspektasi jangka menengah
dan jangka panjang juga cenderung
konvergen atau hanya memiliki selisih tipis.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
tingkat harga agregat yang saat ini
terbentuk telah sesuai dengan level yang
diantisipasi oleh masyarakat. Dengan
demikian, tekanan atas inflasi inti
diperkirakan akan semakin mereda ke
depannya, kecuali terjadi shock yang belum
diantisipasi oleh perekonomian.
Untuk komponen volatile food,
pergerakannya meningkat tajam pada
triwulan ini (12,02%, yoy). Secara besaran
bulanan, nilainya jauh di atas rata-rata
inflasi dalam setahun terakhir (0,96%,
mtm). Komoditas yang berfluktuasi paling
tinggi1
adalah yang termasuk dalam
ur-
1
Fluktuasi tertinggi dilihat dari nilai koefisien
variasi antara nilai deviasi standar dan
reratanya.
Grafik 2.7 Ekspektasi Inflasi Konsumen
Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Bulanan
Komponen Core Inflation
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Komponen Volatile Food Berdasarkan Subkelompok
sumber: BPS, diolah
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Core
Core Pangan
Core Nonpangansumber: BPS, diolah
% mtm
0
50
100
150
200
250
9 12 3 6 9 12 3 6 7 8 9
2013 2014 2015
Ekspektasi Inflasi 3 Bulan YADEkspektasi Inflasi 6 Bulan YADEkspektasi Inflasi 12 Bulan YAD
sumber: Survei Konsumen
Komponen-Subkelompok
Inflasi
September
2014
Inflasi
Juni
2015
Inflasi
September
2015
Rerata
periode
Sept-14
Sept-15
Deviasi
Standar
Sept-14
Sept-15
Koefisien
Variasi
(%)
Volatile Food 0,44 0,62 2,35 0,96 3,28 341
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,42 (2,30) 0,49 1,01 2,71 269
Daging dan Hasil-hasilnya (0,08) 0,98 3,16 0,55 1,28 233
Ikan Segar 1,83 0,65 (1,37) 1,63 5,05 310
Ikan Diawetkan 0,71 (0,75) 0,89 (2,04) 7,92 389
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1,02 1,40 0,10 0,65 1,38 211
Sayur-sayuran 0,37 3,07 5,86 0,89 5,48 615
Kacang-kacangan (0,02) (0,24) 0,26 0,36 0,94 258
Buah-buahan 0,20 2,06 5,24 1,27 3,68 289
Bumbu-bumbuan (2,61) 2,82 16,67 2,92 21,47 735
Lemak dan Minyak 0,38 0,24 2,83 0,62 1,03 165
Bahan Makanan Lainnya (1,15) 1,75 4,52 0,60 2,35 391
16
Triwulan III 2015
- -
Sebagai ilustrasi, hasil Survei Pemantauan
Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia
di beberapa pasar tradisional dan modern di
Jayapura, rata-rata harga tomat buah pada
Juni 2015 adalah Rp20.600. Sementara itu,
pada Maret 2015, harga rata-ratanya hanya
Rp12.150. Contoh lainnya adalah
komoditas cabai merah. Pada Maret 2015,
rata-rata harganya adalah Rp33.650.
Namun, pada Juni 2015 harga rata-ratanya
sudah di kisaran Rp54.163. Perlu dicatat
bahwa pada akhir Desember 2014 rata-rata
harga cabai merah sempat mencapai
Rp80.950. Pergerakan harga yang demikian
menyebabkan tingkat harga secara umum
menjadi fluktuatif. Agar dapat
mengendalikan fluktuasi harga di kelompok
ini, kerja sama berbagai pihak khususnya
melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) perlu semakin diperkuat.
Informasi mengenai volatile food tersebut
dapat dijadikan pertimbangan untuk
kebijakan pengendalian inflasi dalam rangka
menjaga keterjangkauan barang dan jasa di
daerah, sebagaimana yang diamanatkan
oleh Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor
027/1696/SJ Tahun 2013. Dengan informasi
tersebut, opsi kebijakan pengendalian harga
dapat difokuskan pada komoditas dari
-
- - -
Terkait, komponen administered prices,
risiko kenaikan harga komoditas minyak
dunia yang diprediksi akan semakin
mengecil. Akibat harga minyak dunia
sempat mencatatkan rebound (kenaikan
kembali), Pemerintah telah menaikkan
harga BBM bersubsidi pada Maret lalu.
Akan tetapi, Pemerintah terlihat masih
menahan melakukan kenaikan lebih lanjut
meski harga internasional cenderung
meningkat beberapa waktu lalu. Asesmen
Bank Indonesia triwulan lalu menyimpulkan
17
Triwulan III 2015
risiko dampak kenaikan harga dunia akan
dimitigasi oleh posisi Pemerintah yang
menunda kebijakan menaikkan harga
domestik, setidaknya hingga November
2015.
Saat ini, dengan harga minyak dunia telah
berpindah ke tren negatif, asesmen menilai
risiko kenaikan harga dari sisi administered
prices akan semakin kecil. Asesmen juga
memperkirakan pada akhir tahun
komponen ini berpotensi deflasi.
Perlu diperhatikan bahwa seandainya
pemerintah menaikkan harga BBM
bersubsidi mengingat setiap kebijakan
menaikkan akan dilakukan secara
bertahap pengaruhnya bagi tingkat harga
secara keseluruhan diperkirakan tidak akan
sebesar dampak yang ditimbulkan oleh
rezim subsidi sebelumnya yang menerapkan
fixed price subsidy).
Tidak hanya itu, tren dampak kenaikan
harga BBM bersubsidi juga menunjukkan
penurunan secara konsisten. Dengan kata
lain, masyarakat telah semakin mampu
mengadaptasi kenaikan harga BBM
bersubsidi. Oleh karena itu, ke depannya isu
kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan
akan mengecil dampaknya terhadap
ekspektasi harga di perekonomian.
2.3 Kelompok Komoditas
Dekomposisi atas kelompok komoditas
penyusunnya menunjukkan bahwa
pergerakan inflasi Papua terutama didorong
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok
sumber: BPS
Grafik 2.8 Pola Historis Inflasi Bulanan Akibat
Kenaikan Harga BBM Bersubsidi
1,5
6,8
5,9
3,4
1,2
0,3
4,3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2005-3 2005-10 2008-5 2013-6 2014-11 2015-3
m-1 M m+1
m+2 tren (M)
%, mtm
sumber: BPS, diolah
M : bulan kenaikan harga BBM bersubsidi
III IV I II III IV I II III
Bahan Makanan 8,21 7,12 14,12 9,02 3,52 11,56 6,27 10,48 11,67
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,37 8,18 9,25 8,86 10,15 8,78 8,63 8,74 6,30
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 8,22 9,18 8,25 7,26 5,82 7,44 7,06 7,59 5,12
Sandang 3,70 4,07 4,63 4,95 3,88 4,02 4,37 4,73 3,21
Kesehatan 2,89 3,80 5,56 4,88 2,86 4,47 6,73 7,67 7,46
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,75 3,73 3,25 3,22 2,23 3,91 4,58 4,57 4,75
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 15,40 11,97 8,93 6,32 1,78 11,43 7,29 8,48 6,20
UMUM 8,58 8,27 9,58 7,40 4,51 9,12 6,85 8,20 7,07
Kelompok Komoditas2013 2014 2015
18
Triwulan III 2015
oleh pergerakan harga pada Kelompok
Bahan Makanan. Kelompok tersebut
memiliki bobot yang sangat tinggi dalam
penyusunan inflasi, yaitu sekitar 28%.
Per triwulan III 2015, kenaikan harga
komposit komoditas Bahan Makanan
mencapai 11,67% (yoy). Angka tersebut
naik signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 10,48% (yoy).
Kenaikan tingkat harga pada kelompok
komoditas Bahan Makanan tersebut sejalan
dengan inflasi pada komponen volatile
foods.
Sejalan dengan kenaikan harga BBM
bersubsidi, harga gabungan untuk
Jasa
Perubahan indeksnya secara tahunan naik
dari 7,29% (yoy) menjadi 8,48% (yoy).
Secara historis kelompok ini merupakan
indikator atas kebijakan Pemerintah
menaikkan harga BBM bersubsidi sekaligus
respons pertama atas kebijakan tersebut.
Respons terbesar biasanya terjadi pada
subkelompok transpor.
2.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah
Secara formal kelembagaan, Provinsi Papua
telah memiliki 3 Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID), yaitu TPID Provinsi Papua,
TPID Kota Jayapura dan TPID Kabupaten
Merauke.
Selama triwulan III 2015, salah satu kegiatan
yang dilakukan adalah High Level Meeting
yang membahas strategi pengendalian
inflasi menyambut HKBN yaitu Idul Fitri.
Sebagi tindak lanjut atas kegiatan tersebut,
TPID melakukan inspeksi mendadak ke
pasar-pasar utama dan distributor besar di
Kota Jayapura dan Merauke.
19
Boks ANALISIS KUADRAN INFLASI PROVINSI PAPUA
Dalam dua tahun terakhir, inflasi Papua
cenderung lebih berfluktuasi dibanding
inflasi Nasional. Secara lebih mendalam
dapat diketahui bahwa fluktuasi inflasi
Papua terutama bersumber pada inflasi
volatile food dan administered prices. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa tekanan
sisi suplai (sisi penawaran) terutama
gangguan produksi dan distribusi serta
realisasi kebijakan pengaturan harga oleh
pemerintah, khususnya BBM, memberikan
pengaruh yang relatif signifikan terhadap
inflasi Papua dalam jangka pendek.
Mengacu pada Survei Biaya Hidup (SBH)
tahun dasar 2012 yang dilakukan oleh BPS,
komoditas pembentuk inflasi untuk wilayah
Papua tercatat sebanyak 426 komoditas.
Dari jumlah tersebut, komoditas inflasi inti
(core) menjadi yang terbanyak, mencapai
80,5%, kemudian 15,5% berupa komoditas
volatile foods dan sisanya (4%) adalah
komoditas administered price. Melihat
banyaknya komoditas pembentuk inflasi
tersebut maka untuk mengoptimalkan
pengendalian inflasi, TPID perlu kiranya
mengetahui komoditas yang memberikan
pengaruh dominan dalam inflasi. Terkait
dengan hal tersebut, Bank Indonesia
melakukan mapping komoditas inflasi di
Papua. Dengan melakukan plotting data
pada grafik kartesius dapat diketahui
frekuensi dan tingkat sumbangan inflasi
dari komoditas yang dominan terhadap
inflasi di Papua.
Sejak awal tahun 2015 hingga triwulan III
2015, terlihat bahwa 60% komoditas
penyumbang inflasi terbesar di Papua
berupa bahan makanan. Komoditas cabai
Grafik B.1 Inflasi di Provinsi Papua
-4
-2
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014 2015
Papua(mtm) Papua(yoy) Nasional(mtm) Nasional(yoy)
9,05
-7,16
5,30
-3,70
5,53
-5,22
3,24
-2,74
11,19
0,80
-1,70
2,35
-1,59
9,58
6,57
-3,18
2,06
-1,97
-0,64
-10
-5
0
5
10
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015
core inflation volatile foods administered prices
Grafik B.2 Disagregasi Inflasi Papua (%, mtm)
20
Triwulan III 2015
merah hingga September 2015 memberikan
sumbangan inflasi tertinggi, secara rata-rata
mencapai 0,37% (mtm). Selain itu,
komoditas ini 4 kali menjadi pemicu inflasi
di Papua. Terkait hal tersebut, maka
komoditas cabai dikategorikan sebagai
komoditas yang memiliki pengaruh besar
(high impact) dalam dinamika inflasi Papua.
Komoditas lain yang juga sering kali
memberikan sumbangan inflasi relatif tinggi
adalah ikan ekor kuning dan bawang merah
yang juga 4 kali memicu inflasi. Secara rata-
rata, sumbangan inflasi masing-masing
komoditas tersebut mencapai 0,13% dan
0,09% (mtm).
Terkait dengan komoditas cabai, salah satu
upaya yang telah dilakukan pemerintah
daerah beserta TPID Provinsi Papua dalam
mengendalikan inflasi cabai adalah dengan
melakukan penyediaan 6.000 bibit cabai
dan pembagian 1.000 bibit cabai kepada
PNS di lingkungan kerja Provinsi Papua. Ke
depan, untuk semakin mengefektifkan
pengendalian inflasi, maka pemerintah
daerah beserta TPID di wilayah Papua perlu
melakukan berbagai upaya-upaya strategis,
dimana dalam jangka pendek dapat
diprioritaskan untuk mengendalikan harga
ketiga komoditas tesebut.
Grafik B.3 Kuadran Komoditas Inflasi Papua
HIGH
LOW HIGH
Frekuensi Inflasi (kali)
Rat
a-ra
ta S
um
ban
gan
Infl
asi (
%, m
tm)
Ekor Kuning
Bawang Merah
Cabai Rawit
Beras
Angkutan Udara
Bensin
Cabai Merah
Komoditas lain
Kangkung
0,0
0,2
0,4
0 3 6
21
3 PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
inerja perbankan di Provinsi Papua kembali menunjukkan gejala pelemahan. Dari
sisi aset, kinerja perbankan di Papua melambat dari 16,74% (yoy) triwulan lalu
menjadi 11,54% (yoy) pada triwulan III 2015. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak
Ketiga (DPK), secara umum terjadi peningkatan, terutama didorong oleh kinerja Giro.
Implikasinya, aktivitas intermediasi cenderung turun. LDR turun dari 59% triwulan II ke
55% triwulan ini. Spread suku bunga DPK dengan suku bunga kredit yang relatif tinggi
mengindikasikan efisiensi biaya intermediasi masih perlu ditingkatkan.
Terkait Keuangan Inklusif, indikator di Papua secara signifikan masih lebih buruk dari
rata-rata nasional. Sementara untuk sistem pembayaran, baik untuk tunai maupun
nontunai menunjukkan posisi net outflow pada triwulan ini.
3.1 Perkembangan Perbankan
Secara umum perbankan di Provinsi Papua
menunjukkan gejala pelemahan kinerja. Hal
ini merupakan fenomena yang terjadi tidak
hanya pada skala nasional, melainkan juga
pada level global. Saat ini ketidakpastian
eknonomi negara maju yang kemudian
berimbas ke pasar keuangan global telah
menyebabkan kinerja sektor keuangan
tertahan bahkan turun.
Dari sisi aset, setelah mengalami
pertumbuhan yang konsisten sejak triwulan
awal sampai triwulan III 2014, tanda-tanda
pelemahan kinerja mulai terlihat di akhir
semester II 2014. Selanjutnya, pada Februari
2015, Bank Indonesia menyampaikan sinyal
pelonggaran kebijakan moneter dengan
menurunkan BI Rate dari 7,75% menjadi
7,5% yang direspon positif oleh sektor
keuangan. Hal tersebut dapat dilihat juga
dari penguatan pertumbuhan aset sektor
perbankan di Papua pada triwulan I.
Namun demikian, perkembangan lebih
lanjut dari pasar keuangan global yang
masih berada pada kondisi turbulensi, turut
dirasakan juga dampaknya oleh perbankan
di Papua. Meski Bank Indonesia telah
mengirimkan lebih lanjut sinyal pelonggaran
kebijakan makroprudensial, kinerja
K
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan
0
5
10
15
20
25
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Total Aset
Pertumbuhan (sk. Kanan)
sumber: Laporan Bank
Rp miliar %, yoy
22
Triwulan III 2015
perbankan di Papua pada triwulan III masih
lebih buruk dari kinerjanya di triwulan lalu.
Jika perhatian difokuskan kepada
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
oleh perbankan, terlihat pertumbuhan
deposito cenderung menurun sejak triwulan
IV 2014. Hal ini dapat menjadi indikasi awal
bahwa investor atau masyarakat cenderung
menahan penempatan pada instrumen
simpanan yang bertenor lebih panjang.
Jika dari sisi pertumbuhan aset dan
penghimpunan DPK perbankan mengalami
pelemahan, dari sisi aktivitas intermediasi,
kinerja masih relatif stabil meski dengan
kecenderungan melemah. Loan to Deposit
Ratio (LDR) perbankan turun dari 59% pada
triwulan lalu ke level 55% pada triwulan ini.
Hal ini perlu mendapat perhatian lebih
lanjut karena terdapat indikasi bahwa
kinerja penyaluran kredit juga mulai ikut
terimbas oleh pertumbuhan DPK yang lebih
rendah. Kondisi tersebut berbeda dengan
triwulan IV 2014 dan I 2015 yang lalu. Pada
periode tersebut, meski pertumbuhan aset
dan DPK melemah, namun LDR masih terus
meningkat akibat penyaluran kredit yang
masih terjaga.
Kompilasi laporan bank terbaru
menunjukkan bahwa penyaluran kredit
untuk Konsumsi dan Modal Kerja relatif
membaik. Akan tetapi, kinerja penyaluran
Investasi melemah secara signifikan bahkan
terkontraksi pada triwulan ini. Asesmen
masih terus mengamati apakah kontraksi
tersebut bersifat persisten atau hanya
fluktuasi acak jangka pendek.
Dari sisi sektoral, untuk sektor-sektor
penerima kredit terbesar, pertumbuhan
penyalurannya relatif bervariasi. Khusus
untuk sektor Perdagangan pertumbuhannya
meningkat signifikan pada triwulan ini.
Pertumbuhannya mencapai 41% (yoy) pada
triwulan ini. Sementara itu, sektor
Konstruksi dan Pertanian melemah
signifikan.
Grafik 3.2 Perkembangan Penghimpunan DPK
Grafik 3.3 Kinerja Intermediasi Perbankan
Grafik 3.4 Penyaluran Kredit Menurut
Penggunaan
Grafik 3.5 Penyaluran Kredit Menurut
Sektor Usaha dengan Pangsa Terbesar
59 55
-
10
20
30
40
50
60
70
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Total AsetDPKPenyaluran KreditLDR (sk. kanan)
Rp miliar%
sumber: Laporan Bank
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
(10.000)
(5.000)
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Giro Tabungan Deposito
growth Giro (sk. kanan) gr. Tabungan (sk. kanan) gr. Deposito (sk. kanan)
sumber: Laporan Bank
Rp miliar%, yoy
(25)
(15)
(5)
5
15
25
35
45
(12.500)
(7.500)
(2.500)
2.500
7.500
12.500
17.500
22.500
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Modal Kerja Investasi Konsumsi
g. Modal Kerja (sk. kanan) growth Investasi (sk. kanan) g. Konsumsi (sk. kanan)
sumber: Laporan Bank
Rp miliar%, yoy
(50)
(30)
(10)
10
30
50
70
90
(4.000)
(2.000)
-
2.000
4.000
6.000
8.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Pertanian Konstruksi Perdagangan
g. Pertanian (sk. kanan) g. Konstruksi (sk. kanan) g. Perdagangan (sk. kanan)
sumber: Laporan Bank
Rp miliar %, yoy
(50)
(30)
(10)
10
30
50
70
90
(4.000)
(2.000)
-
2.000
4.000
6.000
8.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Pertanian Konstruksi Perdagangan
g. Pertanian (sk. kanan) g. Konstruksi (sk. kanan) g. Perdagangan (sk. kanan)
sumber: Laporan Bank
Rp miliar %, yoy
23
Triwulan III 2015
Untuk kinerja spread suku bunga yang
dikenakan oleh perbankan di Papua
terhadap kreditornya, secara umum masih
lebih tinggi dibandingkan suku bunga yang
ditanggung oleh kreditor secara nasional.
Sementara itu, suku bunga yang dinikmati
oleh pihak ketiga yang melakukan
penempatan dana di perbankan Papua
secara umum lebih rendah dari rata-rata
nasional. Kondisi tersebut mengindikasikan
kapasitas dan kapabilitas perbankan di
Papua dalam meningkatkan efisiensi biaya
intermediasi masih perlu ditingkatkan. Hal
ini bukan saja menjadi tanggung jawab
perbankan melainkan juga berbagai
pemangku kepentingan di daerah, terutama
pemerintah daerah. Upaya meningkatkan
efisiensi perbankan membutuhkan juga
dukungan sarana dan prasarana penunjang
sektor keuangan seperti infrastruktur
konektivitas fisik, telekomunikasi, dan
teknologi informasi. Dukungan lainya yang
tak kalah penting adalah kepastian hukum,
stabilitas politik dan jaminan rasa aman
yang saat ini dipersepsikan masih belum
optimal.
Selain efisiensi dalam intermediasi,
permasalahan lain yang mengemuka di
sektor perbankan Papua adalah kenaikan
Gross Non-Performing Loans (Gross NPL)
yang persisten sejak awal 2014. Saat ini,
NPL yang mencerminkan tingkat risiko
kredit perbankan Papua telah mencapai
6,10%, naik dari 4,74% pada triwulan lalu.
Angka tersebut telah melampaui batas
aman risiko kredit yang ditentukan oleh
Bank Indonesia (5%). Perlu diperhatikan
bahwa angka tersebut masih bersifat Gross.
Perbankan di Papua sebenarnya telah
melakukan mitigasi risiko dan pencadangan
atas kredit berkualitas buruk tersebut. Oleh
karena itu angka Net NPL masih jauh di
bawah 5%. Namun demikian, hal ini tetap
perlu mendapat perhatian serius dari
berbagai pemangku kepentingan dan
pemangku kebijakan di Provinsi Papua.
Grafik 3.6 Perkembangan Suku Bunga
0
2
4
6
8
10
12
14
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
DPK Papua
DPK Nasional
Kredit Papua
Kredit Nasional
sumber: Laporan Bank p.a. (per annum/ per tahun)
% p.a.
spread
24
Triwulan III 2015
3.1.1 Ketahanan
Sektor Korporasi dan
Rumah Tangga
Berdasarkan porsinya dalam total
penyaluran kredit di Provinsi Papua, 5 sektor
penerima terbesar pada triwulan III 2015
adalah:
1. Perdagangan Besar dan Eceran
(Rp6,9 triliun)
2. Konstruksi (Rp1,2 triliun)
3. Transportasi dan Pergudangan
(Rp466 miliar)
4. Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan (Rp434 miliar)
5. Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum (Rp365 miliar)
Tabel 3.1 Non-Performing Loan Ratio Perbankan di Papua
Tabel 3.2 Penyaluran Kredit Menurut Sektor di Papua
sumber: Laporan Bank Umum
sumber: Laporan Bank Umum
III IV I II III IV I II III
Gross NPL Ratio (%) 1,91 1,75 2,00 3,11 3,24 3,91 4,44 4,74 6,01
Kredit Penggunaan
Modal Kerja 2,71 2,63 3,03 4,31 4,32 5,99 6,93 7,34 10,78
Investasi 1,92 1,45 1,48 4,40 4,54 6,28 7,25 7,37 4,28
Konsumsi 1,27 1,16 1,29 1,59 1,73 1,36 1,50 1,62 1,91
Kredit Sektoral
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,32 1,17 1,32 2,09 2,29 1,41 1,36 1,73 1,38
2. Pertambangan dan Penggalian - - - - - - 3,70 5,36 -
3. Industri Pengolahan 4,95 5,10 7,98 20,73 21,47 22,94 22,86 21,90 4,35
4. Pengadaan Listrik dan Gas 10,34 9,68 9,68 9,09 6,82 6,12 8,33 9,30 -
5. Pengadaan Air - - - - - - - - -
6. Konstruksi 3,16 3,01 3,24 5,47 4,84 17,23 24,02 18,49 3,15
7. Perdagangan Besar dan Eceran 2,33 2,28 2,55 3,24 3,11 2,77 3,20 4,16 10,95
8. Transportasi dan Pergudangan 1,29 1,42 1,75 12,13 12,46 14,60 15,12 16,72 4,08
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,58 1,10 1,88 1,80 2,62 2,37 3,64 5,73 4,93
10. Informasi dan Komunikasi - - - - - - - - -
11. Perantara Keuangan - - - 1,25 - - - - -
12. Real Estate dan Usaha Persewaan 5,26 1,78 2,22 2,29 5,11 4,68 2,17 3,23 2,86
13. Jasa Perusahaan 2,85 3,24 3,59 3,94 2,99 3,15 4,15 4,91 5,00
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib - - - - - - - - -
15. Jasa Pendidikan 11,76 12,90 12,50 16,67 13,79 28,57 33,33 31,25 20,00
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,33 8,33 6,45 6,67 6,25 6,45 6,67 5,56 -
17. Lainnya 1,29 1,17 1,33 1,71 1,92 1,67 1,84 2,13 3,73
Provinsi Papua201520142013
III IV I II III IV I II III
Kredit Sektoral (Rp miliar) 16.847 17.642 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 302 599 604 670 700 711 733 923 434
2. Pertambangan dan Penggalian 77 62 46 55 78 49 54 56 5
3. Industri Pengolahan 545 510 376 357 340 327 315 306 161
4. Pengadaan Listrik dan Gas 29 31 31 33 44 49 36 43 22
5. Pengadaan Air - - 2 4 7 5 3 6 2
6. Konstruksi 1.296 1.261 1.327 1.516 1.923 1.526 1.295 1.558 1.175
7. Perdagangan Besar dan Eceran 4.213 4.259 4.430 4.723 4.887 5.156 5.252 5.599 6.901
8. Transportasi dan Pergudangan 388 422 457 544 570 596 602 586 466
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 632 637 637 667 686 675 660 681 365
10. Informasi dan Komunikasi 6 7 10 10 18 18 18 18 7
11. Perantara Keuangan 116 125 105 160 96 135 128 124 60
12. Real Estate dan Usaha Persewaan 152 169 225 175 176 171 184 186 140
13. Jasa Perusahaan 246 247 223 203 201 222 217 224 220
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 3 3 3 6 4 111 37 2 1
15. Jasa Pendidikan 34 31 32 18 29 14 12 16 10
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 24 24 31 30 32 31 30 36 29
17. Sektor Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 8.783 9.253 9.498 9.889 9.910 10.522 10.594 10.821 11.438
Provinsi Papua2013 2014 2015
25
Triwulan III 2015
Dari kelima sektor tersebut, sektor dengan
urutan NPL tertinggi adalah Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran (10,95%).
Berdasarkan angka NPL ini, para pemangku
kepentingan perlu memberikan perhatian
lebih kepada risiko kredit sektor dimaksud.
Para pemangku kepentingan dimaksud
bukan hanya para nasabah, pemilik dan
manajemen perbankan melainkan juga
otoritas pengawas sistem keuangan secara
mikroprudensial serta institusi pemerintahan
terkait.
Untuk sektor rumah tangga, sebagian besar
kredit disalurkan merupakan kredit
Multiguna dan KPR/KPA. Pertumbuhannya
dalam tiga triwulan terakhir cenderung
melambat. Namun demikian, ketahanan
sektor ini jika dinilai dari dimensi risiko
kredit masih relatif kuat. Gross NPL totalnya
pada triwulan III 2015 berada di level
2,34%, meningkat signifikan dari 1,70%
pada triwulan lalu.
3.1.2 Ketahanan Sektor UMKM
Penyaluran kredit kepada sektor UMKM
secara nilai total sebagian besar
didistribusikan kepada kelompok usaha
Kecil dan Menengah. Total posisi
penyaluran kepada UMKM hingga triwulan
III 2015 mencapai Rp6,9 triliun dari total
Rp21,4 triliun yang disalurkan oleh
perbankan di Provinsi Papua. Alokasi
tersebut cenderung meningkat antar
triwulan.
Risiko kredit sektor ini secara umum
cenderung turun berbeda dengan tren NPL
di Provinsi Papua. Secara keseluruhan, NPL
sektor ini berada di kisaran 5,58% dari total
kredit yang disalurkan. Triwulan lalu NPL
sektor UMKM berada di kisaran 6,03%.
Pada triwulan III 2015, NPL tertinggi dimiliki
oleh Subsektor Kredit Menengah yang
mencapai 7,10% total kredit (bandingkan
triwulan II 2015 yang mencapai 7,56%).
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Grafik 3.8 NPL Kredit Rumah Tangga
Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit UMKM
Grafik 3.10 NPL Kredit UMKM
0
2
4
6
8
10
12
14
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Kredit Mikro Kredit Kecil Kredit Menengah
NPL Kredit Mikro NPL Kredit Kecil NPL Kredit Menengah
Rp miliar %
sumber: Laporan Bank
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
- 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000
10.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Kredit RT KPR/KPA MultigunaNPL Kredit RT NPL KPR/KPA NPL Multiguna
sumber: Laporan Bank
Rp miliar%
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
(4.000)
(2.000)
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Kredit RT KPR/KPA Multigunag. Kredit RT g.KPR/KPA g.Multiguna
sumber: Laporan Bank
Rp miliar%, yoy
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
(4.000)
(2.000)
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Kredit RT KPR/KPA Multigunag. Kredit RT g.KPR/KPA g.Multiguna
sumber: Laporan Bank
Rp miliar%, yoy
26
Triwulan III 2015
3.1.3 Perkembangan Indikator
Keuangan Inklusif
Sejak triwulan II 2015, Kajian telah
menambahkan ulasan mengenai
perkembangan indikator keuangan inklusif
(financial inclusion) di Provinsi Papua,
khususnya terkait sektor perbankan.
Pengukuran indikator keuangan yang resmi
dilakukan oleh Bank Indonesia pada
dasarnya mencakup 3 dimensi yaitu akses
(access), penggunaan (usage), dan kualitas
(quality). Namun demikian, oleh karena
ketersediaan data, Kajian ini hanya
melakukan pengukuran berkala untuk 2
aspek saja, yaitu: akses dan kualitas.
Dari sisi akses, indikator keuangan inklusif
menunjukkan bahwa tingkat inklusivitas
kantor bank per 100.000 penduduk usia 15
perbedaan yang mencolok dibandingkan
dengan rata-rata nasional. Akan tetapi, jika
diukur dalam dimensi wilayah (jumlah
kantor bank per 1.000 km2
) jelas terlihat
disparitas antara akses keuangan penduduk
di Papua dengan rata-rata nasional. Secara
nasional, dalam suatu area dengan luas
1.000 km2
rata-rata dapat ditemukan
setidaknya 13 kantor bank. Sementara itu,
dalam luas radius yang sama di Papua
Tabel 3.3 Indikator Keuangan Inklusif di Provinsi Papua
sumber: Laporan Bank Umum *data sampai Agustus 2015
III IV I II III IV I II III*
Indikator Keuangan Inklusif (Aspek Akses)
Jumlah Kantor Bank per 100.000 Penduduk Usia 15+
Papua 12,3 12,6 13,0 13,0 12,8 13,5 13,3 13,3 13,2
Nasional 12,5 12,9 12,9 13,1 13,2 13,6 13,6 13,7 13,7
Jumlah Kantor Bank per 1000 km2
Papua 0,8 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Nasional 11,8 12,2 12,3 12,4 12,7 13,0 13,1 13,2 13,3
Indikator Keuangan Inklusif (Aspek Penggunaan)
Jumlah Rekening DPK per 1000 Penduduk Usia 15+
Papua 658 773 777 759 767 795 766 775 780
Nasional 766 861 866 862 876 903 877 893 906
Jumlah Rekening Kredit per 1000 Penduduk Usia 15+
Papua 82 83 87 89 89 91 90 91 90
Nasional 219 217 215 218 218 221 220 220 219
2015Provinsi Papua
2013 2014
27
Triwulan III 2015
seseorang belum tentu dapat menemukan
satupun bank.
Untuk dimensi penggunaan, akses
penduduk di Papua terhadap produk
simpanan lebih rendah dibandingkan rata-
rata nasional. Di Papua, per seribu
penduduk usia kerja, terdapat 780 rekening
simpanan (Dana Pihak Ketiga). Sementara
secara nasional, terdapat 906 rekening
simpanan. Kesenjangan semakin mencolok
ketika indikator akses keuangan dilihat
dengan membandingkan akses ke pinjaman
(kredit). Secara nasional, angka rasio
rekening kredit per seribu penduduk usia
kerja mencapai 219 rekening pada triwulan
ini. Hal tersebut kontras dengan rasio di
Provinsi Papua yang hanya 90 rekening
kredit. Artinya, probabilitas penduduk di
Provinsi Papua untuk memperoleh fasilitas
kredit secara signifikan lebih rendah dari
rata-rata nasional.
3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran
Aliran uang kartal melalui Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
menunjukkan posisi net outflow pada
triwulan ini. Hal tersebut sejalan dengan
pola historis pada periode laporan. Posisi
net outflow sebesar Rp1,26 triliun tersebut
menggambarkan kecenderungan untuk
menarik uang dari sistem perbankan ketika
periode Hari Besar Keagamaan Nasional,
selain itu periode triwulan III merupakan
masa awal tahun ajaran, sehingga
meningkatkan kebutuhan masyarakat akan
uang kartal.
Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak
Edar (UTLE) yang dimusnahkan di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
cenderung turun. Pemusnahan tersebut
merupakan bagian dari upaya Bank
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
uang layak edar di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. UTLE tersebut
Grafik 3.11 Aliran Uang Kartal melalui
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Grafik 3.12 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
(8.000)
(6.000)
(4.000)
(2.000)
-
2.000
4.000
6.000
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Outflow
Inflow
Netflow
Rp miliar
0
100
200
300
400
500
600
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Pemusnahan UTLERp miliar
28
Triwulan III 2015
berasal dari setoran perbankan serta
langkah proaktif Kantor Perwakilan Bank
Indonesia dalam melakukan kas keliling
layanan penukaran rupiah. Kegiatan kas
keliling yang dilakukan adalah mulai dari
yang rutin di Kota Jayapura, serta yang
secara insidental di daerah-daerah lain di
Provinsi Papua. Kegiatan kas keliling juga
mencapai daerah terpencil dan daerah
terdepan perbatasan dengan negara lain.
Terkait sistem pembayaran nontunai,
terjadi penurunan baik volume maupun nilai
transaksi melalui Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia (SKNBI) Generasi II yang
mulai diimplementasikan triwulan II lalu.
Sejak diimplementasikan, terjadi
peningkatan volume yang signifikan. (Pada
triwulan lalu, akibat kesalahan kompilasi
data, seolah-olah terjadi penurunan
transaksi). Pada triwulan I 2015, nilai yang
ditransaksikan melalui kliring mencapai
Rp1,3 triliun dengan volume di atas 42 ribu
warkat. Namun, pada triwulan ini, nilai
yang ditransaksikan mencapai Rp1,5 triliun,
serta volume di kisaran 47 ribu warkat.
Sejalan dengan SKNBI, transaksi melalui
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS) menunjukkan peningkatan nilai.
Posisi pada triwulan ini berstatus net
outflow sebesar Rp624 miliar. Hal tersebut
sejalan dengan perkembangan pada
instrumen pembayaran tunai.
Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi SKNBI
Grafik 3.14 Perkembangan Transaksi BI-RTGS
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Nominal
Volume
Rp juta lembar warkat
(15.000)
(10.000)
(5.000)
-
5.000
10.000
15.000
20.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Inflow Outflow Intra-Papua Netflow
Rp miliar
29
4 KEUANGAN
PEMERINTAH
ntuk perkembangan fiskal, secara keseluruhan, realisasi APBN dan APBD
Pemerintah Provinsi Papua pada triwulan III 2015 belum optimal. Secara historis,
realisasinya juga jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama, khususnya
untuk APBN. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian, mengingat pagu APBD dan
APBD 2015 mengalami kenaikan signifikan dibanding 2014. Rigiditas fiskal tersebut
menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga melambat. Oleh karena
itu kemampuan pemerintah dalam merealisasikan program-progam yang telah
direncanakannya perlu untuk lebih ditingkatkan.
4.1 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi Papua
Meski memperoleh peningkatan pagu yang
signifikan pada tahun anggaran 2015 ini,
namun realisasinya sampai triwulan III masih
belum optimal bahkan secara nominal lebih
rendah dibandingkan triwulan yang sama
tahun lalu. Secara alokasi, Belanja Modal
mengalami kenaikan yang signifikan
menjadi Rp8,36 triliun untuk 2015 (naik
27,2% dari Rp6,59 triliun). Sementara itu
untuk meningkatkan kesejahteraan
aparatur, Belanja Pegawai juga meningkat
dari Rp2,89 triliun menjadi 3,22 triliun
(naik12%) pada tahun ini.
Jika diuraikan menurut Kementerian dan
Lembaga Negara, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PU Pera)
mendapatkan pagu terbesar (37,6%) dari
seluruh alokasi di lingkup Provinsi Papua.
Hal tersebut sejalan dengan alokasi belanja
modal khusus terkait infrastruktur yang
menjadi kewenangan Pemerintah (pusat)
yang juga memperoleh porsi besar.
Kementerian yang juga memperoleh alokasi
signifikan adalah Kementerian Perhubungan
(18,2%) dan Kementerian Pertahanan
(9,5%).
Namun demikian, peningkatan alokasi
tersebut belum diimbangi kinerja
penyerapan yang optimal. Tidak hanya itu,
secara nominal penyerapan APBN di lingkup
U
Grafik 4.1 Perkembangan Pagu APBN di Lingkup
Provinsi Papua
Grafik 4.2 Distribusi APBN 2015 menurut
Kementerian/Lembaga Negara Penerima Terbesar
di Lingkup Provinsi Papua
Grafik 4.3 Realisasi APBN 2015 per Triwulan III
2015 di Lingkup Provinsi Papua
2.885 3.216
3.482 3.464
6.594
8.362
799
209
Pagu 2014 Pagu 2015Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos
Rp miliar
sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
37,58%
18,16%
9,45%
6,85%
27,96%
Kemen. PUPR Kemen. Perhubungan Kemen. Pertahanan Kepolisian RI Lainnya
sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
1.926 2.320
2.075 1.320
3.263
2.752
314
70
2014-9 2015-9Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos
Rp miliar
sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
30
Triwulan III 2015
Provinsi Papua pada triwulan ini juga
menurun drastis. Jika pada triwulan III 2014,
anggaran yang terserap mencapai Rp7,6
triliun, triwulan II ini hanya mampu
menyerap Rp6,5 triliun (turun 14,47%).
Meski secara keseluruhan penyerapan APBN
turun signifikan, khusus untuk untuk jenis
Belanja Pegawai, realisasinya relatif
meningkat. Hal tersebut karena jenis
belanja ini umumnya bersifat rutin.
Administrasi, pengelolaan maupun
pertanggungjawabannya juga relatif tidak
sekompleks jenis belanja lainnya. Penerima
alokasi terbesar untuk jenis belanja ini
adalah instansi vertikal yang membidangi
urusan pertahanan negara dan keamanan
nasional.
Penurunan terbesar terjadi untuk
penyerapan Belanja Barang dan Belanja
Modal. Realisasi Belanja Barang sampai
triwulan III ini, turun sekitar 36,39% dari
periode yang sama tahun lalu. Sementara
itu, Belanja Modal turun 15,66%.
Berdasarkan alokasi, Kementerian PU Pera
dan Kementerian Perhubungan adalah
penerima alokasi terbesar untuk jenis
belanja ini.
Penurunan kinerja fiskal APBN Pemerintah
di lingkup Provinsi Papua bukanlah sesuatu
yang bersifat unifaktor. Hasil liaison dan
asesmen Bank Indonesia menyimpulkan
penyebabnya adalah kombinasi dari
beberapa faktor, yaitu:
perubahan nomenklatur mengikuti
pergantian struktur Kementerian
atau Lembaga Negara
implementasi aplikasi anggaran
(SPAN) yang belum sepenuhnya
dikuasai oleh stakeholders di daerah
SK penetapan pejabat pengelola
keuangan (KPA, PPK, PP atau PPTK)
yang terlambat diterbitkan.
Grafik 4.4 Distribusi Pagu Belanja Pegawai
menurut Kementerian/Lembaga Negara
Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua
Grafik 4.5 Distribusi Pagu Belanja Modal
menurut Kementerian/Lembaga Negara
Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua
44,41%
22,92%
7,33%
25,34%
Kemen. Pertahanan Kepolisian RI Kemen. Agama Lainnya
sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
63,22%
24,77%
12,01%
Kemen. PUPR Kemen. Perhubungan Lainnya
sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
31
Triwulan III 2015
4.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Papua
Berbeda dengan kinerja APBN, kinerja
realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi
(Pemdaprov) Papua tidak mengalami
penurunan pada triwulan ini. Baik dari sisi
pendapatan maupun dari sisi belanja,
kinerjanya sama-sama naik secara nominal.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan
kenaikan pagunya, kinerjanya relatif stabil.
4.2.1 Realisasi Pendapatan
Pemerintah Provinsi Papua
Dari sisi pendapatan, sumber terbesar yang
dimiliki oleh adalah Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah. Realisasi pos tersebut
mencapai Rp5,82 triliun pada triwulan ini.
Sumber pendapatan tertinggi berikutnya
adalah Dana Perimbangan, lalu disusul oleh
PAD.
Untuk komponen PAD, penyumbang
terbesarnya adalah Pajak Daerah. Porsi pos-
pos lainnya relatif tidak signifikan
dibandingkan dengan Pajak Daerah. Dari
total Rp607 miliar PAD yang terkumpul di
triwulan III ini, Rp401 miliar disumbangkan
oleh Pajak Daerah.
Sementara itu, pada realisasi Dana
Perimbangan, pos Dana Alokasi Umum
(DAU) adalah yang terbesar. Dari total
realisasi dana perimbangan triwulan III 2015
(Rp2,5 triliun), sekitar 70% merupakan
komponen DAU (Rp1,7 triliun).
Selanjutnya, di Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah, sama dengan tahun sebelumnya,
pos Dana Otonomi Khusus
menyumbangkan porsi terbesar.
Realisasinya mencapai Rp3,7 triliun.
Grafik 4.6 Perkembangan Pagu Pendapatan
Pemdaprov Papua Menurut Jenis
Grafik 4.7 Perkembangan Realisasi Pendapatan
Pemdaprov Papua Triwulan III
Grafik 4.8 Perkembangan Realisasi PAD
Pemdaprov Papua Triwulan III
Grafik 4.9 Perkembangan Realisasi Dana
Perimbangan Pemdaprov Papua Triwulan III
927 882
2.753 3.457
7.122 7.648
Pagu 2014 Pagu 2015
PAD Dana Perimbangan Lain-lain Penda yang Sah
Rp miliar
sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
92
7
2.7
53
7.1
22
60
9
2.1
79
5.4
26
88
2
3.4
57
7.6
48
60
7
2.4
64
5.8
21
PAD Dana Perimbangan Lain-lain Penda yang Sah
2014 Pagu
2014 Realisasi Tw. III
sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
Rp miliar
59
3
54
33
24
8
39
8
30 33
14
9
65
9
60
16
14
7
40
1
32
16
15
8
Pajak Retribusi Hasil yang Dipisahkan Lain-lain PAD
2014 Pagu
2014 Realisasi Tw. III
Rp miliar
sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
64
1
1.9
91
12
1
48
3
1.6
59
36
71
9
2.2
78
46
0
50
3
1.7
08
25
3
DBH DAU DAK
2014 Pagu
2014 Realisasi Tw. III
2015 Pagu
2015 Realisasi Tw. III
sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
Rp miliar
32
Triwulan III 2015
4.2.2 Realisasi Belanja
Pemerintah Provinsi Papua
Sama seperti sisi pendapatan, sisi belanja
APBD Pemdaprov Papua juga relatif stabil
pada triwulan ini. Perkembangan yang
mencolok dapat dilihat pada pos Belanja
Pegawai dan Belanja Modal. Realiasi Belanja
Pegawai meningkat dari Rp528 miliar tahun
lalu menjadi Rp631 miliar (naik 19,5%).
Sementara itu, realisasi Belanja Modal naik
lebih dari 232% dibandingkan periode yang
sama tahun lalu. Tahun lalu, realisasi sampai
triwulan III hanya mencapai Rp298 miliar.
Tahun ini realisasinya telah mencapai Rp990
miliar.
Dari hasil liaison Bank Indonesia triwulan
lalu diperoleh informasi bahwa banyak
proyek pemerintah daerah yang terkendala
tahun lalu karena musim pemilu di semester
pertama 2014. Kondisi tersebut
menyebabkan penyerapan Belanja Modal
juga terhambat. Tahun ini, kendala tersebut
sudah tidak ada lagi. Kendati demikian,
realisasi tersebut masih jauh dari pagu yang
dialokasikan tahun ini. Pagu Belanja Modal
selama tahun anggaran 2015 adalah Rp3,2
triliun.
Grafik 4.10 Perkembangan Realisasi Lain-lain
Pendapatan Pemdaprov Papua Triwulan III
Grafik 4.11 Perkembangan Pagu Belanja
Pemdaprov Papua Menurut Jenis
Grafik 4.12 Perkembangan Realisasi Belanja
Pemdaprov Papua Triwulan III
34
5
4.7
77
2.0
00
34
4
3.5
83
1.5
00
45
7
4.9
40
2.2
50
42
8
3.7
05
1.6
88
Dana Peny. dan BOS Dana Otsus Dana Tambahan Infr.
2014 Pagu 2014 Realisasi Tw. III2015 Pagu 2015 Realisasi Tw. III
Rp miliar
sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
1.117 1.221 157 100
2.190 2.730
2.270
3.169
5.787
6.049
Pagu 2014 Pagu 2015
Belanja Lainnya
Belanja Modal
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Pegawai
sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
1.1
17
15
7
2.1
90
2.2
70
5.7
87
52
8
44
90
0
29
8
3.9
49
1.2
21
10
0
2.7
30
3.1
69
6.0
49
63
1
73
97
9
99
0
4.1
12
Pegawai Bantuan Sosial Barang & Jasa Modal Lainnya
2014 Pagu2014 Realisasi Tw. III2015 Pagu2015 Realisasi Tw. III
sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua
Rp miliar
33
Triwulan III 2015
5 KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
ertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan periode lalu berdampak
pada belum mampunya pasar tenaga kerja mengimbangi peningkatan jumlah
penduduk yang ingin bekerja. Hal tersebut ditunjukkan oleh naiknya Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) dari 3,44% pada Agustus 2014 menjadi 3,99% di periode
yang sama pada 2015. Tren peningkatan TPT meski penciptaan lapangan kerja juga
bertambah tersebut telah berlangsung sejak semester awal 2013. Sementara itu, Nilai
Tukar Petani (NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit sampai akhir triwulan III
2015 (96,67). Nilai tersebut mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum
dapat mengimbangi kenaikan indeks biaya yang harus dibayar.
5.1 Ketenagakerjaan
Secara komposisi penyerapan tenaga kerja,
tidak terdapat perubahan signifikan pada
triwulan ini. Mayoritas penduduk Papua
(73,9%). Kemudian, sebagian besar lainnya
bekerj
di bidang pemerintahan. Akan tetapi
penyerapan lapangan kerja pada sektor
tersebut telah negatif pada semester ini.
Penyerapannya turun 21,7% (yoy)
dibandingkan tahun lalu.
Secara umum, kinerja pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor
pekerjaan utama memburuk pada semester
ini. Jika memperhatikan data terakhir,
yang sebelumnya menyerap 13,5% total
pekerja, menjadi hanya 10,2%. Pekerja dari
P
sumber: BPS (2015)
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama
Grafik 5.1 Penduduk yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama
Grafik 5.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (yoy)
Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags
Penduduk Usia 15+ (ribu orang) 2.017 1.989 2.057 2.073 2.097 2.129 2.157 2.189
Angkatan Kerja (ribu orang) 1.595 1.557 1.645 1.610 1.689 1.675 1.710 1.742
Bekerja (ribu orang) 1.548 1.500 1.598 1.560 1.630 1.617 1.646 1.672
Penganggur (ribu orang) 47 57 47 51 59 58 64 69
Bukan Angkatan Kerja (ribu Orang) 422 432 412 462 408 454 447 447
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 79,07 78,27 79,98 77,70 80,54 78,67 79,26 79,57
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,95 3,65 2,86 3,15 3,48 3,44 3,72 3,99
20152013 2014Uraian
2012
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2012 2013 2014 2015
Lainnya
Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi
Industri
Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan
ribu orang
sumber: BPS, diolah
-100
-50
0
50
100
150
200
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2013 2014 2015
Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan
Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi
Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
Lainnya
Industri [skala kanan]
sumber: BPS, diolah
% %
34
Triwulan III 2015
sektor tersebut berpindah ke sektor
Pertanian dan Perdagangan.
Selanjutnya, dari sisi pengangguran, secara
nasional tingkat pengangguran di Papua
masih relatif rendah (Papua 3,99%,
sementara Nasional 6,89%). Namun
demikian, lebih dari 80% penduduk bekerja
di sektor informal. Kebanyakan adalah
(37,1%). Selain itu, lebih dari 44%
bukanlah pekerja penuh waktu (tidak full
time workers).
Sementara itu, terkait kualitas sumber daya
manusia (SDM) pekerja di Papua, mayoritas
berpendidikan tertinggi SD (63,3%). Pekerja
dengan kualifikasi pendidikan tinggi hanya
6,3%.
Perkembangan yang perlu dicermati adalah
bahwa tingkat pengangguran angkatan
kerja yang berpendidikan sarjana turun
signifikan pada periode ini. Namun
demikian, pada saat yang sama tingkat
pengangguran yang berpendidikan SMA
dan Diploma juga meningkat signifikan. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa
perlambatan laju pertumbuhan ekonomi
tidak saja mempersulit angkatan kerja
memperoleh pekerjaan. Kondisi ini juga
menyebabkan para lulusan sarjana mulai
berpindah ke pekerjaan yang secara
tradisional cukup diisi oleh lulusan diploma
bahkan SMA (overqualified), sehingga
mempersulit lulusan diploma dan SMA
untuk bersaing di pasar tenaga kerja.
5.2 Kesejahteraan
Sebagian besar penduduk Papua bekerja di
sektor
Oleh
karena itu, perkembangan kinerja lapangan
erat dengan kesejahteraan masyarakat
Papua.
Grafik 5.3 Penduduk yang Bekerja Menurut
Status Pekerjaan Utama
Grafik 5.4 Penduduk yang Bekerja Menurut
Jumlah Jam Kerja
Grafik 5.5 Penduduk yang Bekerja Menurut
Tingkat Pendidikan
Grafik 5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka
Menurut Tingkat Pendidikan
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2012 2013 2014 2015
Informal
Formal
ribu orang
sumber: BPS, diolah
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2012 2013 2014 2015
Penuh WaktuTidak Penuh Waktu
ribu orang
sumber: BPS, diolah
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2012 2013 2014 2015
Perguruan Tinggi
SMP s.d. SMTA
SD ke Bawah
sumber: BPS, diolah
0
2
4
6
8
10
12
14
Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu
2012 2013 2014 2015
SD ke Bawah Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan
Diploma I/II/III Universitas
TPT Papua
%
sumber: BPS, diolah
35
Triwulan III 2015
Salah satu indikator bagi tingkat
kesejahteraan petani dan nelayan yang rutin
dirilis oleh BPS adalah Nilai Tukar Petani
(NTP). NTP disusun dengan
membandingkan sisi pendapatan dan sisi
pengeluaran petani. Jika pendapatan
tumbuh lebih tinggi dari pengeluarannya,
nilai NTP akan meningkat. Ringkasnya,
semakin tinggi NTP berarti semakin
sejahtera pula petani.
Publikasi terakhir menunjukkan bahwa NTP
Papua kembali turun di triwulan III 2015.
Penurunan tersebut sejalan dengan
pelemahan kinerja lapangan usaha kategori
triwulan lalu yang masih belum mampu
diimbangi oleh penguatan pada triwulan
ini. Akibatnya NTP turun dari 96,98 pada
triwulan II menjadi 96,67 di triwulan ini.
Data yang ada juga menunjukkan bahwa
petani masih mengalami defisit. Artinya,
dibandingkan periode acuan (2012), tingkat
kesejahteraan petani di Papua cenderung
lebih buruk. Selain itu, NTP Papua juga
secara persisten lebih rendah dari NTP
Nasional walaupun pergerakannya relatif
searah.
Terkait tingkat kemiskinan, data terakhir
menunjukkan kecenderungan naik baik
secara persentase. Kesenjangan antara
pengeluaran rata-rata penduduk miskin
dengan Garis Kemiskinan (GK) yang
ditunjukkan oleh Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) juga meningkat signifikan.
Selain itu, ketimpangan kesejahtaraan di
antara kelompok penduduk miskin (P2) juga
terus ikut naik.
Grafik 5.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Grafik 5.8 Perbandingan NTP Papua dengan
NTP Nasional
Grafik 5.9 Jumlah Penduduk Miskin
Grafik 5.10 Perkembangan Indeks Kedalaman
dan Indeks Keparahan Kemiskinan
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
NTP Papua
NTP Tanaman Pangan
NTN Perikanan Tangkap
sumber: BPS, diolah
92
94
96
98
100
102
104
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2014 2015
NTPNasional
sumber: BPS, diolah
25
26
27
28
29
30
31
32
800
820
840
860
880
900
920
940
960
980
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2012 2013 2014 2015
Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin [skala kanan]
sumber: BPS, diolah
ribu jiwa %
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2012 2013 2014 2015
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) [skala kanan]
sumber: BPS (2015), diolah
36
6 PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH
erdasarkan perkembangan terakhir, asesmen Bank Indonesia triwulan ini
mengoreksi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Papua sepanjang
periode 2015. Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhannya akan berada
di kisaran 6,4 7,4%% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Faktor utama yang
mempengaruhi asesmen tersebut adalah kinerja lapangan usaha pertambangan yang
diperkirakan akan lebih rendah dari prediksi awal tahun. Untuk triwulan IV 2015, akibat
adanya base effect periode lalu, pertumbuhan akan mengalami akselerasi di kisaran
8,49 9,49% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
Terkait tingkat harga agregat, jika pergerakan komponen volatile foods dan
administered prices tidak mendapatkan tekanan yang signifikan, inflasi Papua selama
2015 diperkirakan akan berada pada interval 3,59 4,59% (yoy). Realisasi akan lebih
rendah jika Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dapat semakin dioptimalkan
peranannya dalam memitigasi risiko inflasi yang ada.
6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Dari sisi penggunaan, selama 2015 komponen Konsumsi diperkirakan akan relatif stabil
pada kisaran 5,27 6,27% (yoy). Sementara itu Investasi diperkirakan hanya akan relatif
menguat pada rentang 6,8 7,8% (yoy). Sementara itu, akselerasi yang signifikan
diperkirakan akan dialami oleh komponen ekspor luar negeri. Prakiraan ini didasarkan
pada pola historis penjualan konsentrat tembaga dan emas oleh produsen mineral di
Provinsi Papua, pasca-pemberlakuan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 (UU Minerba).
Pada laporan triwulanan yang dirilis oleh Freeport-McMoRan Inc. (FCX) di Amerika
Serikat menyatakan bahwa selama 2014 situs operasional mereka di Indonesia menjual
1.16 juta ounce emas dan 664 juta pound tembaga. Untuk 2015, situs operasional itu
ditargetkan akan menjual 1,3 juta ounce emas dan 1 milyar pound tembaga. Setelah
mengevaluasi realisasinya selama triwulan II 2015, pertumbuhan ekspor luar negeri
Papua tidak akan lebih dari 100% (yoy) selama 2015.
Untuk triwulan IV 2015, ekspor Papua diperkirakan akan tumbuh di atas 10% (yoy)
setelah memperhitungkan base effect akibat gangguan atas operasional kawasan
pertambangan pada triwulan IV 2014. Berkaitan dengan itu, PDRB Papua akan mampu
tumbuh pada kisaran 8,49 9,49% (yoy) pada triwulan IV 2015.
Dari sisi lapangan usaha, lapangan usaha pertambangan diprediksi akan tumbuh sekitar
6,3 s.d. 7,3% (yoy) selama 2015. Untuk triwulan IV pertumbuhannya diperkirakan akan
berada di atas 12% (yoy) dengan probabilitas yang signifikan bias atas. Sementara itu,
lapangan usaha lain yang terkait dengan proyek-proyek pemerintah akan mengalami
akselerasi sehingga mendorong pertumbuhan PDRB Papua secara total pada triwulan IV
2015 mencapai kisaran 8,49 9,49% (yoy).
B
37
6.2 Prospek Inflasi
Setelah mengalami lonjakan di akhir tahun lalu, inflasi Papua selama 2015 diperkirakan
akan turun pada kisaran 3,59 4,59% (yoy). Proyeksi tersebut memiliki kecenderungan
bias ke bawah. Tekanan inflasi khususnya dari komponen komoditas core inflation dan
volatile foods. Tarikan permintaan diperkirakan akan menaikkan sementara laju
kenaikan harga-harga di komponen core inflation. Hal tersebut disebabkan oleh perilaku
konsumen di Papua yang cenderung meningkatkan konsumsinya pada akhir tahun.
Sementara itu, dampak lanjutan dari El Nino yang telah berakhir pada November,
diantisipasi masih akan terasa hingga penghujung 2015.
Rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) BPS untuk Oktober 2015 menunjukkan inflasi Papua
secara bulanan sudah mulai turun ke level 6,75% (yoy). Sementara itu, berdasarkan
Survei Pemantauan Harga (SPH) di Jayapura, harga komposit beberapa komoditas utama
menunjukkan penurunan tren inflasi yang persisten. Penurunan laju inflasi tahunan yang
sangat signifikan diperkirakan terjadi tepat pada akhir tahun (Desember).
Risiko inflasi yang perlu diantisipasi terutama terkait core inflation dan volatile food
dengan besaran potensi risiko moderat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
perilaku konsumen di Papua cenderung meningkatkan konsumsinya pada akhir tahun
sehubungan dengan hari besar keagamaaan bagi umat Kristiani. Secara demografi,
mayoritas penduduk Papua adalah beragama Kristen Protestan. Kebiasaan yang berlaku
di daerah ini adalah umat Protestan mulai merayakan Natal sejak 4-5 minggu sebelum
25 Desember (Masa Adventus). Perayaan-perayaan tersebut kemudian meningkatkan
konsumsi secara agregat. Menyadari pola perilaku ini, harga-harga cenderung naik
karena baik konsumen maupun distributor/produsen sama-sama mengantisipasi
kenaikan harga tersebut.
Pada tahap pertama, inflasi inti akan mengalami kenaikan untuk mengadaptasi
ekspektasi inflasi di masyarakat. Selanjutnya, berdasarkan model makroekonomi
regional yang dikembangkan oleh Bank Indonesia, inflasi volatile food Papua merupakan
fungsi dari core inflation. Oleh karena itu, pada tahapan selanjutnya, seiring kenaikan
core inflation, tingkat harga volatile food juga akan ikut meningkat. Asesmen saat ini
sumber: National Oceanic and Atmospheric Administration, USDOC
(dikutip pada CNN dan The Conversation)
Grafik 6.1 Prakiraan El Nino 2015
38
sebenarnya sudah menginternalisasi pola perilaku ini. Akan tetapi, besaran dampak
dampaknya berpotensi untuk lebih besar dari yang diantisipasi.
b
Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan III 2015
TABEL I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Badan Pusat Statistik
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2010 2011 2012
MENURUT PENGGUNAAN Total Total Total Total I II III IV Total I II III
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 39.287,3 41.832,1 44.536,0 47.326,6 12.173,8 12.332,1 12.730,7 13.270,1 50.742,6 12.922,9 13.099,7 13.525,2
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1.404,3 1.550,6 1.657,1 1.777,2 486,7 500,4 502,3 506,2 1.997,2 502,1 515,7 535,0
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18.241,8 18.930,8 20.339,8 22.059,1 5.477,7 5.633,3 5.927,6 7.052,9 23.862,1 6.131,9 5.915,9 6.206,7
Pembentukan Modal Tetap Bruto 25.059,4 27.028,0 28.830,6 30.661,0 7.741,8 8.172,4 8.441,3 8.720,7 33.014,5 8.436,7 8.670,0 8.976,7
Perubahan Inventori 11.237,1 (1.046,4) 116,1 221,4 187,7 (32,6) (293,0) (45,6) (183,5) (39,2) (49,6) (50,1)
Ekspor Luar Negeri 46.973,0 33.910,1 24.281,1 32.143,1 1.918,5 432,5 8.955,9 5.784,3 17.091,2 3.680,8 7.056,3 8.004,5
Impor Luar Negeri 9.752,6 10.153,4 9.271,4 5.451,8 2.995,9 2.709,9 3.015,1 2.470,1 11.190,9 1.886,6 2.070,9 2.490,2
Net Ekspor Antardaerah (21.642,1) (5.985,2) (2.598,4) (12.308,0) 3.741,6 4.582,3 (1.290,8) (2.228,3) 4.883,8 646,7 (534,4) (2.913,1)
MENURUT KATEGORI LAPANGAN USAHA
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11.681,1 12.133,3 12.883,7 13.661,8 3.388,8 3.666,7 3.657,4 3.740,3 14.453,2 3.622,4 3.793,3 3.869,2
Pertambangan dan Penggalian 59.693,9 50.008,9 46.801,2 50.313,5 11.937,0 10.980,8 13.756,6 11.519,4 48.219,3 12.178,1 13.792,8 12.294,5
Industri Pengolahan 2.097,5 2.209,2 2.251,7 2.299,7 595,3 629,0 631,0 644,8 2.500,1 628,8 663,3 641,8
Pengadaan Listrik, Gas 30,3 32,2 35,6 38,3 9,9 10,2 10,3 9,8 40,3 9,1 10,4 9,9
Pengadaan Air 56,8 58,6 61,3 65,3 17,0 17,1 17,4 17,9 69,4 17,6 17,8 18,3
Konstruksi 7.973,1 9.252,1 10.546,6 11.790,6 2.896,2 3.248,7 3.291,3 3.421,0 12.857,2 3.300,4 3.454,3 3.569,3
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.892,1 7.518,9 8.258,6 9.031,5 2.333,9 2.390,3 2.402,0 2.564,5 9.690,7 2.528,9 2.560,6 2.611,3
Transportasi dan Pergudangan 3.516,0 3.864,1 4.201,6 4.544,0 1.183,2 1.224,2 1.267,0 1.335,9 5.010,3 1.306,1 1.334,9 1.376,3
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 557,6 608,7 656,5 733,1 200,4 202,5 205,6 216,8 825,3 210,4 214,3 223,4
Informasi dan Komunikasi 3.103,3 3.434,2 3.785,4 4.269,7 1.102,3 1.187,4 1.101,9 1.161,4 4.553,0 1.111,3 1.195,6 1.208,0
Jasa Keuangan 1.268,9 1.406,3 1.516,7 1.734,7 435,6 480,2 464,7 482,3 1.862,8 475,9 415,6 500,5
Real Estate 1.956,7 2.213,1 2.434,6 2.718,6 712,3 729,0 736,9 760,4 2.938,7 747,6 772,7 776,2
Jasa Perusahaan 1.009,1 1.153,4 1.228,6 1.300,9 336,5 352,9 360,8 376,2 1.426,4 342,1 366,6 380,9
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7.093,3 7.850,2 8.506,3 8.744,1 2.254,7 2.459,5 2.670,8 2.755,0 10.140,1 2.481,7 2.560,2 2.802,0
Jasa Pendidikan 1.756,0 1.942,8 2.129,6 2.337,1 597,5 598,0 621,4 710,9 2.527,7 640,3 653,4 677,7
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.250,3 1.403,9 1.526,9 1.668,8 429,4 431,5 449,5 514,5 1.825,0 470,0 471,1 493,7
Jasa lainnya 872,1 976,9 1.065,9 1.176,9 301,7 302,3 314,2 359,3 1.277,5 324,5 325,6 341,7
TOTAL 110.808,2 106.066,7 107.890,9 116.428,6 28.731,7 28.910,4 31.958,9 30.590,4 120.217,0 30.395,3 32.602,7 31.794,7
2013 2014 2015
c
Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan III 2015
TABEL II. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA ATAS DASAR HARGA BERLAKU
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Badan Pusat Statistik
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2010 2011 2012
MENURUT PENGGUNAAN Total Total Total Total I II III IV Total I II III
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 39.252,3 44.810,4 50.164,8 57.324,0 15.513,4 15.824,2 16.606,1 17.544,5 65.488,3 17.152,2 17.489,1 18.152,4
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1.402,0 1.645,5 1.867,4 2.162,4 620,4 638,1 644,5 689,8 2.592,8 685,9 709,9 738,2
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18.189,5 20.351,4 22.734,8 26.106,0 6.828,2 7.139,6 7.581,4 9.041,4 30.590,6 7.889,2 7.956,6 8.441,6
Pembentukan Modal Tetap Bruto 25.009,8 28.606,1 32.070,9 36.270,8 9.505,0 10.132,9 10.554,8 11.240,8 41.433,5 10.949,8 11.334,7 11.809,1
Perubahan Inventori (7.917,3) (1.141,4) 171,4 335,8 316,1 (57,8) (547,0) (89,5) (378,2) (80,7) (106,9) (112,2)
Ekspor Luar Negeri 46.999,0 33.037,5 20.707,4 30.253,2 2.082,6 500,0 9.592,6 7.443,8 19.619,1 4.714,5 8.935,7 9.126,8
Impor Luar Negeri 9.740,5 10.860,5 10.846,8 6.744,4 3.714,8 3.366,6 3.826,7 3.111,5 14.019,6 2.476,5 2.631,2 3.163,1
Net Ekspor Antardaerah (7.202,3) (8.260,2) (4.057,3) (25.935,8) (1.665,7) (1.669,2) (7.057,5) (11.754,4) (22.146,8) (10.436,1) (10.436,1) (10.810,3)
MENURUT KATEGORI LAPANGAN USAHA
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11.681,1 12.762,6 14.139,9 15.595,4 3.975,0 4.066,9 4.507,2 4.836,1 17.385,2 4.765,2 4.990,7 5.071,5
Pertambangan dan Penggalian 59.693,9 50.321,5 46.611,8 45.170,1 9.538,1 8.277,6 11.067,0 6.680,8 35.563,5 7.290,3 8.721,8 8.301,3
Industri Pengolahan 2.097,5 2.346,8 2.480,2 2.589,4 713,6 740,4 757,4 795,6 3.007,0 783,1 834,6 819,2
Pengadaan Listrik, Gas 30,3 28,8 34,9 31,9 8,4 8,7 8,7 13,9 39,7 14,2 10,8 10,6
Pengadaan Air 56,8 60,1 63,9 71,8 19,5 19,7 20,0 21,2 80,3 20,9 21,1 22,0
Konstruksi 7.973,1 9.410,6 11.361,9 13.173,9 3.803,9 4.140,4 4.407,3 4.639,0 16.990,6 4.522,4 4.808,5 5.161,6
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.892,1 7.148,7 8.334,3 9.766,5 2.638,3 2.665,4 2.841,1 3.152,5 11.297,3 3.166,1 3.251,9 3.389,9
Transportasi dan Pergudangan 3.516,0 4.142,5 4.843,8 5.808,8 1.560,9 1.602,1 1.713,3 1.871,2 6.747,5 1.833,3 1.893,5 1.989,0
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 557,6 651,1 727,0 876,2 252,1 259,0 266,6 286,3 1.064,0 283,5 293,3 311,9
Informasi dan Komunikasi 3.103,3 3.512,0 4.023,7 4.359,7 1.135,4 1.234,0 1.294,7 1.341,1 5.005,2 1.279,9 1.412,9 1.460,9
Jasa Keuangan 1.268,9 1.478,4 1.741,7 2.090,2 543,1 604,0 590,4 622,4 2.360,0 624,6 549,6 670,8
Real Estate 1.956,7 2.317,7 2.756,6 3.159,8 846,1 867,8 884,0 950,6 3.548,5 956,3 1.001,0 1.018,4
Jasa Perusahaan 1.009,1 1.195,5 1.348,7 1.434,9 378,1 396,2 408,6 434,9 1.617,8 396,3 429,9 455,8
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7.093,3 8.386,5 9.392,3 10.095,5 2.597,9 2.846,8 3.255,1 3.569,4 12.269,2 3.258,2 3.369,9 3.733,5
Jasa Pendidikan 1.756,0 1.962,3 2.196,2 2.423,7 616,9 618,1 667,3 759,1 2.661,4 683,9 714,9 749,3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.250,3 1.452,7 1.632,7 1.849,3 484,3 489,1 528,2 616,8 2.118,4 563,9 573,7 616,3
Jasa lainnya 872,1 1.010,7 1.123,2 1.275,1 327,3 338,0 351,8 407,1 1.424,2 371,4 373,6 400,7
TOTAL 110.808,2 108.188,8 112.812,6 119.772,0 29.438,9 29.174,2 33.568,7 30.997,9 123.179,7 30.813,7 33.251,8 34.182,6
2013 2014 2015
d
Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan III 2015
TABEL III. IMPOR LUAR NEGERI NONMIGAS PROVINSI PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
IMPOR
Nilai Impor Nonmigas (juta USD) 163,7 173,2 171,7 194,5 55,6 160,4 103,7 58,4 179,3 184,8 199,0 163,0 115,1 122,3 177,5
Nilai Impor Konsumsi 2,9 3,4 4,1 3,8 1,5 3,5 2,3 0,9 8,9 7,6 5,4 3,8 2,8 3,9 4,2
Nilai Impor Bahan Baku dan Penolong 127,1 123,2 132,0 136,4 49,6 117,5 85,4 44,7 121,3 145,2 152,7 131,7 89,6 97,0 142,8
Nilai Impor Barang Modal 33,8 46,6 36,6 54,7 4,6 39,6 16,1 13,4 49,8 32,5 41,6 28,0 23,2 21,8 30,9
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 27,3 21,4 20,8 22,2 10,9 23,1 19,3 10,8 35,9 22,9 23,8 29,2 13,4 22,3 17,2
Volume Impor Konsumsi 0,3 0,5 0,4 0,5 0,1 0,3 0,3 0,0 0,7 0,7 0,5 0,5 0,3 0,6 0,4
Volume Impor Bahan Baku dan Penolong 25,2 18,4 18,9 18,6 10,7 18,9 17,7 7,9 28,2 19,4 20,9 27,0 11,2 19,9 15,0
Volume Impor Barang Modal 1,8 2,6 1,5 3,1 0,2 3,9 1,4 2,9 7,3 2,9 2,5 1,9 2,0 1,9 1,9
Negara Asal Impor (juta USD) 163,7 173,2 171,7 194,5 55,6 160,4 103,7 58,4 179,3 184,8 199,0 163,0 115,1 122,3 177,5
Malaysia - - - 0,0 - - 0,1 0,0 0,2 0,3 2,5 0,6 8,4 0,4 0,3
Singapura 35,0 38,0 37,3 38,4 9,7 35,5 20,0 12,3 42,0 19,4 9,6 13,2 6,6 18,4 20,3
Jepang 10,1 9,7 14,3 14,1 4,1 4,9 13,3 4,3 9,2 13,9 13,4 10,8 4,1 3,7 4,8
RRT 0,2 0,2 1,7 1,1 0,1 0,3 0,9 5,5 4,0 3,0 3,8 2,7 2,0 1,7 1,4
Australia 61,2 70,1 77,2 97,1 36,6 56,0 49,5 26,5 65,0 72,3 81,8 65,5 44,9 43,8 56,0
Amerika Serikat 55,0 54,4 40,3 42,9 4,8 61,5 19,2 9,2 41,2 54,9 50,3 42,3 27,4 35,1 38,9
Swedia - - - - - - - - 2,0 3,9 13,2 13,3 13,5 7,8 44,7
Finlandia - - - - - - - 0,0 9,6 5,4 3,7 4,0 2,0 3,3 1,3
2015
RINCIAN
2012 2013 2014
e
Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan III 2015
TABEL IV. EKSPOR LUAR NEGERI NONMIGAS PROVINSI PAPUA
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
EKSPOR
Nilai Ekspor (juta USD) 442,0 702,9 464,1 484,0 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5
KPBC Jayapura 1,2 0,1 0,1 1,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,1 0,1 0,0
KPBC Merauke 20,8 25,2 19,0 22,6 23,4 25,6 18,3 22,2 26,7 24,7 23,7 25,8 18,4 19,6 11,7
KPBC Amamapare 414,2 670,0 437,0 459,6 486,2 467,2 672,6 973,7 102,8 1,5 731,6 535,8 318,4 575,7 595,6
KPBC Biak 5,8 7,7 7,9 0,7 - 7,6 5,2 8,8 9,2 10,7 10,5 9,8 16,9 18,5 13,2
KPBC Nabire - - - - - - - - - - - - - - -
Volume Ekspor (ribu ton) 166,0 303,0 237,2 240,3 265,0 273,8 373,1 445,6 88,2 46,1 301,1 272,6 204,6 335,4 370,8
KPBC Jayapura 0,2 0,0 0,0 0,5 0,1 0,1 0,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,0
KPBC Merauke 39,6 33,9 22,0 48,2 48,2 33,5 45,2 20,4 33,0 30,2 28,6 30,8 19,2 20,9 12,8
KPBC Amamapare 117,0 257,3 203,2 190,6 216,8 229,4 320,3 413,8 41,1 0,1 259,4 227,2 165,0 291,7 337,6
KPBC Biak 9,3 11,7 12,0 1,1 - 10,7 7,6 11,4 14,0 15,8 12,9 14,4 20,4 22,7 20,3
KPBC Nabire - - - - - - - - - - - - - - -
Total Komoditas (juta USD) 442,0 702,9 464,1 484,0 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5
Kayu Olahan 22,0 27,5 25,3 19,2 18,3 26,0 19,1 23,9 26,4 26,3 27,3 29,0 35,3 38,2 24,9
Bijih Tembaga 411,3 663,2 435,7 458,2 486,2 467,2 672,2 973,7 102,6 - 730,7 534,4 318,3 575,5 594,1
Negara Tujuan Ekspor (juta USD) 442,0 702,9 464,1 484,0 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5
Amerika Serikat - - - 0,0 - - - - - - 3,2 - 7,1 7,2 0,0
Kayu Olahan - - - - - - - - - - 3,2 - 7,1 7,2 -
Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - - - - -
Filipina - - 71,0 98,8 94,6 - 80,3 39,0 19,8 0,1 - - - 45,8 68,3
Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - - -
Bijih Tembaga - - 71,0 98,8 94,6 - 80,3 39,0 19,8 - - - - 45,8 68,3
India 106,7 154,2 95,4 93,8 212,0 - 191,0 351,6 - - 286,5 52,3 196,5 206,7 227,5
Kayu Olahan - - - - - - - 0,1 - - - - - - -
Bijih Tembaga 106,7 154,2 95,4 93,8 212,0 - 191,0 351,4 - - 286,5 52,3 196,5 206,7 227,5
Jepang 181,7 185,0 133,5 82,8 87,2 173,2 148,8 273,2 - 0,7 73,8 195,8 33,7 154,3 154,5
Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - - -
Bijih Tembaga 181,7 185,0 133,5 82,8 87,2 173,2 148,8 273,2 - - 72,4 195,3 33,7 154,3 154,5
RRT 5,7 148,0 37,7 29,7 5,1 86,4 193,9 132,7 29,4 8,4 145,0 171,7 88,2 105,5 67,9
Kayu Olahan 1,5 - - 1,2 - - 1,3 - - - - - - - -
Bijih Tembaga - 143,8 36,4 24,4 - 79,3 188,2 126,8 19,9 - 139,6 164,3 88,2 105,5 67,9
Arab Saudi 13,5 21,5 17,3 9,1 13,1 21,9 13,2 17,3 15,8 15,4 17,7 15,7 23,7 23,4 14,3
Kayu Olahan 13,5 21,5 17,3 9,1 13,1 21,9 13,2 17,3 15,8 15,4 17,7 15,7 23,7 23,4 14,3
Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - - - - -
Korea Selatan - 98,4 34,5 85,1 23,4 90,9 63,9 83,1 4,6 1,8 47,9 25,8 - 65,5 25,0
Kayu Olahan - - - - 1,4 - - 0,8 4,6 1,8 - - - 2,2 5,7
Bijih Tembaga - 98,4 34,5 85,1 21,9 90,9 63,9 82,4 - - 47,9 25,8 - 63,4 19,3
2015
RINCIAN
2012 2013 2014
f
Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan III 2015
TABEL V. PENYALURAN KREDIT PERBANKAN NASIONAL (LOKASI PROYEK DI PROVINSI PAPUA)
Sumber: Laporan Bank Umum
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Menurut Penggunaan
Modal Kerja 4.962 5.411 5.867 6.021 6.025 6.396 6.615 6.786 7.258 7.890 8.433 7.705 7.550 8.178 9.350
Investasi 1.562 2.100 2.206 2.330 2.296 2.852 2.868 3.170 3.037 3.186 3.200 3.620 3.625 3.922 2.813
Konsumsi 5.119 5.600 6.061 6.542 6.966 7.395 8.020 8.365 8.443 8.601 8.648 9.555 9.685 9.921 10.201
Menurut Sektor Lapangan Usaha
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 141 158 163 164 237 457 505 739 736 792 828 842 887 1.082 865
2. Pertambangan dan Penggalian 75 89 77 120 106 90 102 86 70 79 92 72 79 81 30
3. Industri Pengolahan 317 432 552 486 377 488 546 506 374 364 335 318 308 296 153
4. Pengadaan Listrik dan Gas 34 47 48 43 45 51 34 36 33 35 45 51 38 46 25
5. Pengadaan Air 2 2 1 1 1 - - - 2 4 7 5 3 6 2
6. Konstruksi 1.012 1.234 1.393 1.424 1.092 1.201 1.302 1.260 1.316 1.502 1.858 1.454 1.265 1.527 1.140
7. Perdagangan Besar dan Eceran 2.563 2.908 3.200 3.385 3.457 4.075 4.122 4.215 4.383 4.618 4.766 4.959 5.035 5.358 6.550
8. Transportasi dan Pergudangan 176 197 255 265 342 409 434 470 520 611 649 669 671 651 522
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 424 468 483 525 573 642 643 647 647 677 695 688 678 708 398
10. Informasi dan Komunikasi 35 35 61 48 16 16 16 16 19 17 18 18 18 18 1
11. Perantara Keuangan 147 254 332 399 452 340 357 390 376 487 460 496 542 695 608
12. Real Estate dan Usaha Persewaan 225 219 190 189 186 183 179 194 244 179 177 181 187 189 145
13. Jasa Perusahaan 79 100 103 99 157 277 246 247 234 214 199 221 230 224 221
14. Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2 2 2 1 1 1 3 3 3 6 4 111 37 2 1
15. Jasa Pendidikan 53 66 104 119 24 28 33 31 32 17 30 15 13 17 11
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11 18 20 19 16 18 24 24 31 30 32 30 29 35 30
17. Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 6.349 6.882 7.150 7.606 8.206 8.366 8.959 9.458 9.718 10.044 10.086 10.749 10.840 11.086 11.660
TOTAL 11.643 13.112 14.135 14.893 15.288 16.643 17.503 18.321 18.737 19.677 20.281 20.879 20.860 22.021 22.364
2015URAIAN
2012 2013 2014