trauma bola mata

43
TRAUMA BOLA MATA I. TINJAUAN PUSTAKA Sebagai seorang klinisi umum, kita harus mampu memeriksa trauma bola mata dan orbita yang umum terjadi dan mampu menentukan apakah masalah tersebut membutuhkan perhatian yang lebih serius atau tidak. Dalam situasi seperti luka bakar kimia, kita harus mampu memberikan terapi ketika diperlukan. Untuk mendapatkan tujuan ini kita harus: 1. Mengenali masalah mana yang penting untuk segera ditangani 2. Memperoleh riwayat penyakit yang menonjol 3. Memeriksa mata yang terkena trauma 4. Memeriksa ketajaman penglihatan seakurat mungkin 5. Menentukan kapan trauma tersebut harus ditangani atau dirujuk Kapan waktu yang tepat untuk memeriksa Pada umumnya pada trauma mata terdapat rasa nyeri dan mata kemerahan. Walaupun demikian, tidak semua trauma memiliki tanda seperti yang telah disebutkan tadi. Sebagai contoh, perforasi tajam mungkin hanya menimbulkan sedikit kemerahan pada mata dan tidak terlihat. Pemeriksa harus waspada terhadap trauma tembus yang disebabkan oleh pantulan kecil antara metal dengan metal. Benda asing intraokular tidak menghasilkan nyeri karena pada 1

Upload: dina-pandaoni-putri

Post on 30-Jun-2015

1.303 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma bola mata

TRAUMA BOLA MATA

I. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai seorang klinisi umum, kita harus mampu memeriksa trauma bola mata dan orbita

yang umum terjadi dan mampu menentukan apakah masalah tersebut membutuhkan perhatian

yang lebih serius atau tidak. Dalam situasi seperti luka bakar kimia, kita harus mampu

memberikan terapi ketika diperlukan.

Untuk mendapatkan tujuan ini kita harus:

1. Mengenali masalah mana yang penting untuk segera ditangani

2. Memperoleh riwayat penyakit yang menonjol

3. Memeriksa mata yang terkena trauma

4. Memeriksa ketajaman penglihatan seakurat mungkin

5. Menentukan kapan trauma tersebut harus ditangani atau dirujuk

Kapan waktu yang tepat untuk memeriksa

Pada umumnya pada trauma mata terdapat rasa nyeri dan mata kemerahan. Walaupun

demikian, tidak semua trauma memiliki tanda seperti yang telah disebutkan tadi. Sebagai contoh,

perforasi tajam mungkin hanya menimbulkan sedikit kemerahan pada mata dan tidak terlihat.

Pemeriksa harus waspada terhadap trauma tembus yang disebabkan oleh pantulan kecil antara

metal dengan metal. Benda asing intraokular tidak menghasilkan nyeri karena pada lensa, retina

dan vitreus tidak terdapat ujung saraf yang menghantarkan sensasi nyeri.

Jika kita sedang bertugas di pusat gawat darurat, kita akan dihadapkan dengan trauma

okular tak terduga. Kemampuan kita dalam menghadapi trauma mata besar maupun kecil dapat

membuat perbedaan dalam menyelamatkan penglihatan pasien. 1

Walaupun mata mempunyai system pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,

kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflex memejam dan mengedip, mata

masih sering mendapatkan trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada

bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan

atau memberi penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.

1

Page 2: Trauma bola mata

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya

penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. 2 Trauma pada mata merupakan 3-

4% dari seluruh kecelakaan kerja. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio

frekuensi asam versus basa sebagai bahan penyebabnya pada trauma kimiawi bervariasi dari 1:1

sampai 1:4, berdasarkan beberapa penelitan. 1

Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut:

Trauma tumpul

Trauma tembus bola mata

Trauma kimia

Trauma radiasi

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi

gabungan trauma jaringan mata.

Trauma dapat mengenai jaringan mata: kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa retina,

papil saraf optic, dan orbita. 2

Anatomi Dan Fungsi

Tulang orbita

Tepi tulang orbita melindungi bola mata dari pengaruh benturan objek yang besar

Patah pada tepi tulang orbita biasanya tidak menimbulkan penurunan fungsi mata

Dasar tulang orbita dapat ‘blow out’ ke dalam sinus maxilaris akibat benturan tumpul,

sebagai contoh akibat benturan bola tenis.

Patah pada medial tulang orbital dapat menyebabkan emfiema subcutan pada kelopak

mata

Kelopak mata

Kelopak mata menutup secara reflex jika mata terancam

Aksi mengedipkan mata menjaga kornea tetap bersih melalui produksi air mata

2

Page 3: Trauma bola mata

Apparatus lakrimalis

Drainase air mata melalui bagian medial dari kelopak mata, melalui pungtum lakrimal

dan berlanjut ke kanalikuli ke sakus lakrimal dan melalui duktus nasolakrimal ke hidung

Konjungtiva dan kornea

Epitel kornea biasanya sembuh dengan cepat setelah mengalami aberasi

Laserasi kecil di konjungtiva sembuh dengan cepat dan mungkin dapat menutupi cedera

penetrasi dari bola mata

Bilik anterior

Humor aqueous sering keluar melalui cedera penetrasi, dan kadang menyebabkan

pendangkalan bilik.

Iris dan badan siliar

Iris dapat prolaps melalui luka bila terjadi laserasi pada kornea dan limbus menyebabkan

pupil ireguer

Trauma tumpul pada bola mata dapat menyebabkan iritis, menghasilkan nyeri,

kemerahan, fotofobia dan miosis pupil

Kontusi dapat menyebabkan deformitas pupil melalui robekan pada akar iris

Lensa

Cedera pada lensa biasanya berlanjut menjadi katarak

Trauma tumpul pada bola mata dapat menyebabkan dislokasi parsial dari lensa

Humor vitreous

Berkurangnya kejernihan dapat ditemukan pada keadaan adanya perdarahan, inlamasi

atau infeksi

3

Page 4: Trauma bola mata

Retina

Retina dilindungi oleh sclera (lapisan luar yang kuat) dan koroid (lapisan pembuluh

darah)

retina merupakan lapisan yang tipis dan rentan. Jika teregang atau ditembus oleh benda

asing, dapat terjadi pelepasan retina

perdarahan retina dapat terjadi akibat trauma langsung maupun tak langsung

retina menjadi putih jika mengalami pembengkakan

kerusakan macula dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan tanpa

menyebabkan kebutaan total. 1

4

Page 5: Trauma bola mata

II. PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN AWAL PADA TRAUMA MATA

Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera

sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau

berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular apabila terdapat riwayat

memalu, mengasah atau ledakan. Cedera pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan

cedera yang diderita harus menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan anak.

Pemeriksaan fisik dimulai dengan adanya pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan. Apabila gangguan penglhatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi

dua titik, dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita, dan

lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita. Pada pemeriksaan bedside,

adanya enoftalmus dapat ditentukan dengan melihat profil kornea dari atas alis. Apabila tidak

tersedia slit lamp di ruang darurat, maka senter, kaca pembesar, atau oftalmoskop langsung pada

+10 (nomor gelap) dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera di permukaan tarsal kelopak

dan segmen anterior

Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka, dan abrasi.

Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan, benda asing atau

laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran, bentuk, dan reaksi terhadap

cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata lain untuk memastikan apakah terdapat defek

pupil aferen di mata yang cedera. Apabila bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva

palpebra, dan forniks dapat diperiksa secara lebih teliti, termasuk inspeksi setelah eversi kelopak

mata atas. Oftalmoskop langsung dan tiak langsung digunakan untu mengamati lensa, korpus

viterus, duktus optikus, dan retina. Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuan medikolegal pada

semu kasus trauma eksternal. Pada semua kasus trauma mata, mata yang tidak tampak cedera

juga harus diperiksa secara teliti. 2

5

Page 6: Trauma bola mata

Klasifikasi trauma mata

1. trauma mekanik

trauma palpebra

trauma system lakrimalis

laserasi konjungtiva

benda asing kornea dan konjungtiva

erosi kornea

trauma non penetrasi dan trauma tumpul

trauma dinding dasar orbita

trauma penetrasi/trauma tajam

2. trauma kimia

trauma asam

trauma alkali

3. trauma fisik

luka bakar

luka akibat radiasi

1. TRAUMA PALPEBRA

Etiologi: trauma palpebra dapat terjadi pada hampir semua trauma wajah. Tipe dari trauma

palpebra adalah:

laserasi palpebra dengan terlibatnya margin palpebra

avulsi palpebra pada kantus medialis dengan avulse kanalikulus akrimalis

gambaran klinis: meningkatnya vaskularisasi dan jaringan palpebra yang rapuh menyebabkan

palpebra mudah berdarah ketika terjadi trauma. Dapat terjadi hematom dan pembengkakkan

yang berat. Abrasi biasanya hanya melibatkan lapisan atas kulit, namun luka tusuk, luka sayat,

dan dan semua avulse palpebra akibat trauma tumpul biasanya melibatkan seluruh lapisan

palpebra. Luka gigitan (seperti gigitan anjing) biasanya diikuti dengan trauma pada system

lakrimalis.

Terapi : pembedahan papebra, terutama pada laserasi yang mlibatkan margin palpebra, harus

dilakukan dengan hati-hati. Luka harus ditutup lapis demi lapis, dan tepinya harus disatukan

6

Page 7: Trauma bola mata

dengan tepat untuk menghindari komplikasi seperti sikatriks ektropin. Pembengkakan palpebra

sebaiknya ditangani dengan bebat tekan dan kompres es.

2. TRAUMA SISTEM LAKRIMALIS

Etiologi: laserasi dan mata berair pada kantus medialis (seperti pada gigitan anjing atau

pecahan kaca) dapat membelah duktus lakrimalis. Terputusnya pungtum dan kanalikulus

lakrimalis biasanya disebabkan akibat luka bakar dan trauma kimiawi. Trauma sakus

lakrimalis atau kelenjar lakrimal biasanya berhubungan dengan trauma craniofacial (seperti

pada kecelakaan lalu lintas). Dakriosistitis umumnya merupakan sekuele yang dapat

diterapi dengan pembedahan. (dakriosistorhinostomi).

Gejala klinis: sama seperti dakriosistitis

Pengobatan: trauma system lakrimal dapat diperbaiki dengan pembedahan menggunakan

mikroskop. Sebuah silicon berbentuk cincin dipasang di dalan kanalikulus menggunakan

probe khusus. Silicon stent ini dibiarkan in situ selama 3-4 bulan kemudian diangkat.

Pembedahan palpebra dan sitem lakrimal harus dilakukan oleh oftalmologis. 3

3. TRAUMA TUMPUL PADA MATA

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras,

dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat.

1. Hematoma Kelopak

Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di

bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma kelopak

merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat akibat

pukula tinju, ataupun benda-benda keras lainnya. Keadaan ini memberikan bentuk yang

menakutkan pada pasien, dapat tidak berbahaya ataupun sangat berbahaya karena mungkin

ada kelainan lain di belakangnya.

Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk

kaca mata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini diseut sebagai hematoma kaca

mata. Hematoma kaca mata merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata

7

Page 8: Trauma bola mata

terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada

pecahnya a.oftalmika maka darah masuk ke dalam kedua rongga orbita melalui fisura

orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak

maka akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai kaca mata.

Pada hematoma kelopak yang dini dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan

perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi

darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata.

2. Trauma Tumpul Konjungtiva

2.1 Edema konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap

kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan

konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini telah

dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva.

Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup

sehingga bertambah rangsangan terhadap konjugtiva. Pada edema konjungtiva dapat

diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir

konjungtiva. Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan insisi sehingga cairan

konjungtiva kemotik keluar melali insisi tersebut.

2.2 Hematoma subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat

pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya

pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranii (hematoma kaca

mata), atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah

akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose, konjungtiva

meradang (konjungtivitis), anemia, dan obat-obat tertentu.

Bila perdarahan ini terjadi akiba trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak

terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Kadang-kadang hematoma

subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk seperti perforasi bola mata.

Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada setiap penderita dengan perdarahan

subkonjungtiva akibat trauma. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai

8

Page 9: Trauma bola mata

tajam penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan

eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.

Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres hangat.

Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.

3. Trauma tumpul pada kornea

3.1 Edema kornea

Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema

kornea malahan ruptur membran descemet. Edema kornea akan memberikan keluhan

penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang

dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif.

Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan

neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea. Pengobatan yang diberikan adalah

larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukose 40% dan

larutan albumin.

Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamida.

Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan

lensa kontak lembek dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi pengurangan

edema kornea. Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan M.descemet

yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan rasa

sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat astigmatisme iregular.

3.2 Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasya epitel kornea yang dapat diakibatkan

oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran

basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan

menutupi defek epitel tersebut. Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi

merusak ornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan

blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea

yang keruh.

9

Page 10: Trauma bola mata

Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan

fluoresein akan berwarna hijau. Pada erosi kornea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi

yang timbul kemudian.

Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan

menghilangkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anestetik topikal untuk

menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan epitel.

Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk

mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spektrum luas neosporin,

kloramfenikol, dan sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan

spasme siliar maka diberikan sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida. Pasien akan

merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan

tertutup kembali setelah 48 jam.

3.3 Erosi kornea rekuren

Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau

tukak metaherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah lepas kembali di waktu

bangun pagi. Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada

defek epitel kornea. Sukarnya epitel menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya

pelepasan membran basal epitel kornea tempat duduknya sel basal epitel kornea. Biasanya

membran basal yang rusak akan kembali normal setelah 6 minggu.

Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi

tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea. Pengobatan biasanya dengan

memberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan

gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata

ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya

bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea

akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi

steroid.

Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren sangat

bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi

kedipan kelopak mata.

10

Page 11: Trauma bola mata

4. Trauma tumpul uvea

4.1 Iridoplegia

Trauma tumpul padda uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil

atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis.

Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan

pengaturan masuknya sinar pada pupil.

Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi

iregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar. Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung

beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi

istirahat untuk mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.

4.2 Iridodialisis

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk

pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya.

Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama

dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya

dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.

5. Hifema

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul

yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit, disertai

dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien

duduk, hifema akan terlihat berkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema

dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan

iridodialisis.

Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan

30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak yang gelisah dapat

diberikan obat penenang. Asetozolamida diberikan bila terjadi penyulit glaukoma.

Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila berjalan penyakit tidak berjalan

demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. Parasentesis atau mengeluarkan darah dari

bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda hifema

akan berkurang.

11

Page 12: Trauma bola mata

Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi

perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih

hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.

Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu

reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Zat besi di dalam

bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat

menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan. Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan

kemungkinan leukemia dan retinoblastoma.

Bedah pada hifema

Parasentesis

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau

nanah dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari

limbus ke arah kornea yg sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan

penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tidak

keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologis. Biasanya luka

insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit.

Iridosiklitis

Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan

iridosiklitis atau radang uvea anterior. Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya

darah di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil yang mengecil dengan

tajam penglihatan menurun.

Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat

tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.

Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus

dengan midriatika.

6. Trauma tumpul pada lensa

6.1 Dislokasi lensa

Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi

pada putusnya zonula Zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.

12

Page 13: Trauma bola mata

6.2 Subluksasi lensa

Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa

berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita

kelainan pada zonula Zinn yang rapuh (sindrom Marphan). Pasien pasca trauma akan

mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lenssa akan memberikan gambaran pada iris

berupa iridodonesis.

Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastis akan menjdai

cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yg menjadi sangat cembung

mendorong iris ke depa sehingga bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit

pada mata ini mudah terjadi glaukoma sekunder.

Subluksasi dapat mengakibatkan glaukoma sekunder dimana terjadi penutupan

sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung. Bila tidak terjadi penyulit subluksasi lensa

seperti glaukoma atau uveitis maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kaca mata

koreksi yang sesuai.

6.3 Luksasi lensa anterior

Bila seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat

masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka

akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma

kongestif akut dengan gejala-gejalanya.

Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang

sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat,

edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil

yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi.

Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada dokter mata

untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamida untuk

menurunkan tekanan bola matanya.

6.4 Luksasi lensa posterior

Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior

akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke

dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli. Pasien

13

Page 14: Trauma bola mata

akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya akibat lensa mengganggu

kampus.

Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan

melihat normal dengan lensa +12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris

tremulans. Lensa yang terlalu lama berada pada polus posterior dapat menimbulkan

penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik.

Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi

lensa.

6.5 Katarak trauma

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul

terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak

subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti

bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin

Vossius.

Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan

menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil.

Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat

disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.

Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan

bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis

fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa

sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bilaepitel

lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elsching.

Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada

anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk

mencegah ambliopia pada anak dapat di pasang lensa intra okuler primer atau sekunder.

Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai

mata menjadi tenang. Bila terjadi peyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya

maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada

orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil

14

Page 15: Trauma bola mata

sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan,

ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa.

6.6 Cincin Vossius

Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut sebagai cincin Vossius yang

merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat di belakang pupil yang dapat terjadi

segera setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa

sesudah sesuatu trauma, seperti suatu stempel jari. Cincin hanya menunjukkan tanda bahwa

mata tersebut telah mengalami suatu trauma tumpul.

7. Trauma tumpul retina dan koroid

7.1 Edema retina dan koroid

Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina, penglihatan akan

sangat menurun. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat

sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri

retina sentral dimana terdapat edema retina kecuali daerah makula, sehingga pada keadaan

ini akan terlihat cherry red spot yang berwarna merah. Edema retina akibat trauma tumpul

juga mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.

Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau

edema Berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga seluruh polus

posterior fundus okuli berwarna abu-abu.

Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi

dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen

epitel.

7.2 Ablasi retina

Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlapasnya retina dari koroid pada

penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi

retina ini seperti retina tipis akibat retinitis semata, miopia, dan proses degenerasi retina

lainnya. Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir

mengganggu lapang pandangnya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam

penglihatn akan menurun.

15

Page 16: Trauma bola mata

Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan

pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat

pembuluh darah seperti yang terputus-putus. Pada pasien dengan ablasi retina maka

secepatnya dirawat untuk dilakukan pembedahan oleh dokter mata.

8. Trauma Koroid

Ruptur Koroid

Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat

ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar

konsentris di sekitar papil saraf optik.

Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam

penglihatan akan turun dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina

agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian

ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.

9. Trauma tumpul saraf optik

9.1 Avulsi papil saraf optik

Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola

mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan

turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita ini

perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.

9.2 Optik neuropati traumatik

Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula

perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Penglihatan akan berkurang setelah cedera mata.

Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain

yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil

saraf optik dapat normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat.

Diagnosis banding penglihatan turun setelah sebuah cidera mata adalah trauma

retina, perdarahan badan kaca, trauma yang mengakibatkan kerusakan pada kiasam optik.

Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu akut dengan membei steroid. Bila

penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan. 2

16

Page 17: Trauma bola mata

4. TRAUMA MATA NON PENETRASI

Abrasi

Abrasi dari kelopak mata, kornea, atau konjungtiva tidak membutuhkan pembedahan.

Luka harus dibersihkan dari benda asing. Untuk membantu pemeriksaan, nyeri yang disebabkan

oleh abrasi dapat dikurangi dengan memberikan anestesi topical seperti solusio tetracain 0,5%,

tapi pemberian rutin tetracain oleh pasien tidak diperbolehkan karena dapat mengganggu

penyembuhan epithelium. Ointment antibiotik oftalmika dimasukkan ke dalam mata untuk

mengurangi infeksi. Plester mata diberikan dengan tekanan yang kecil untuk mengurangi rasa

tidak nyaman dan membantu penyembuhan dengan cara mencegah gerakan bola mata pada

daerah yang terkena cedera. Pembalut mata harus diganti setiap hari dan luka diperiksa untuk

melihat ada tidaknya pembentukan ulkus atau infeksi.

Abrasi kornea menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat mengarah ke erosi kornea

rekuren, tapi jarang mengalami infeksi.

Kontusi

Kontusi bola mata dan jaringan sekitarnya biasanya disebabkan oleh kontak traumatic

dengan benda tumpul. Akibat dari cedera semacam itu bervariasi dan sering tidak kelihatan pada

pemeriksaan superficial. Pemeriksaan yang hati-hati dan follow up yang adekuat harus

dilakukan. Akibat yang mungkin ditimbulkan dari cedera kontusi adalah hemoragi dan

pembengkakan kelopak mata, hemoragik subkonjungtival, edema atau ruptur kornea, hemoragi

bilik anterior (hyphema), rupture dari akar iris (iridodialisis), traumatic paralisis dari pupil

(midriasis), rupture dari spingter iris, paralisis atau spasme dari muskulus yang mengatur

akomodasi,resesi sudut bilik anterior dengan glaucoma sekunder, katarak traumatic, dislokasi

lensa, hemoragi vitreous, hemoragi retina, dan edema retina, pelepasan retina, rupture koroid,

dan cedera nervus optikus.

Kebanyakan dari cedera ini tidak dapat dilihat dengan mata biasa.beberapa sepeti katarak,

mungkin tidak berkembang dalam beberapa hari atau inggu setelah cedera.

17

Page 18: Trauma bola mata

Kecuali cedera yang menyebabkan rupture bola mata, kebanyakan efek langsung dari

kontusi bola mata tidak memerlukan pengobatan segera. Walaupun demikin setiap cedera dapat

menjadi cukup berat untuk menyebabkan hemoragi intraocular dan dapat menyebabkan

hemoragi sekunder yang tertunda dari pembuluh darah uveal, yang dapat menyebabkan

glaucoma dan kerusakan permanen bola mata. Pasien dengan hemoragi intraocular harus tirah

baring total selama 4-5 hari dengan kedua mata diplester untuk mengurangi perdarahan lebih

lanjut. Perdarahan sekunder jarang muncul setelah 72 jam. Cyclopegic short-acting seperti

hemotropine 5% dapat digunakan. Asetazolamid, manitol, dan obat sistemik lain yang dapat

enurunkan tekanan bola mata mungkin diperlukan 1

5. TRAUMA TEMBUS PADA MATA

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva

ini tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva lebih

dari 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya glaucoma. Pada setiap

robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatny robekan sclera bersama-sama dengan robekan

konjungtiva tersebut.

Bila trauma disebabkan oelh benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata

maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti:

tajam penglihatan menurun

tekanan bola mata rendah

bilik mata dangkal

bentuk dan letak pupil berubah

terlihat adanya rupture pada kornea atau sclera

terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau

retina

konjungtiva kemotis

18

Page 19: Trauma bola mata

Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola mata maka

secepatnya diberikan antibiotika topical dan mata ditutup dan segera dikirim pada dokter mata

untuk dilakukan pembedahan.

Pada setiap terlihat kemungkinan trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada

benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto.

Pada pasien dengan luka tembus mata sebaiknya diberikan antibiotika sistemik atau

intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan. Pasien juga diberi anti tetanus

profilaktik, analgetika dan kalau perlu penenang. Sebelum dirujuk, mata tidak diberi salep,

karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak bo;leh diberi steroid local, dan beban yang

diberikan pada mata tidak menekan bola mata.

Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Benda

asing di dalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan 2

Laserasi

Laserasi biasanya disebabkan oleh benda tajam (pisau gunting, dll) cedera seperti ini

dirawat dengan cara yang berbeda-beda tergantung dari ada atau tidaknya prolaps jaringan.

A. Laserasi tanpa prolaps jaringan: jika bola mata ditembus dari depan tanpa adanya

bukti prolaps intraocular dan jika lukanya bersih dan kelihatan bebas dari kontaminasi,

biasanya dapat diperbaiki dengan jahitan interrupted menggunakan benang silk atau

catgut. Bekuan darah dapat dibersihkan dengan mudah dari bilik depan dengan irigasi

kemudian bilik di bentuk kembali setelah kornea diperbaiki dengan injeksi dari larutan

salin atau air. Midriatik sebaiknya diberikan dan larutan antibiotic harus dimasukkan ke

dalam kantung konjungtiva lalu pinggir mata diplester. Pasien harus tirah baring untuk

beberapa hari dan antibiotik sistemik diberikan untuk mengurangi infeksi intraocular.

B. Lacerasi dengan prolaps: jika sebagian kecil dari iris prolaps melalui luka, maka harus

dipegang dengan forsep dan dipotong tepat pada batas luka. Jaringan uvea dalam jumlah

yang sedikit juga dapat dibuang dengan cara yang sama. Luka harus ditutup dengan cara

yang sama seperti menutup luka pada laserasi tanpa prolaps. Jika jaringan uvea

mengalami cedera, maka ophtalmia simpatetik kemungkinan akan muncul.

19

Page 20: Trauma bola mata

Jika lukanya luas dan kehilangan isi intraocular berat sehingga prognosis funsi mata

buruk, maka eviserasi dan enukleasi diindikasikan sebagai prosedur pembedahan utama.

Benda asing intraokular

Benda asing yang tertanam di dalam mata harus diidentifikasi dan dilokalisasi secepat

mungkin. Partikel besi dan tembaga harus segera dikeluarkan untuk mencegah disorganisasi dari

jaringan okuler akibat perubahan degenerative (siderosis karena besi dan chalcosis karena

tembaga). Bahan-bahan lain kurang bereaksi dan masih dapat ditoleransi. Partikel lain seperti

kaca dan porselen mungkin sangat ditoleransi dan lebih baik dibiarkan saja.

Adanya keluhan tidak nyaman pada mata dengan penurunan tajam penglihatan dan

adanya riwayat terkena pantulan baja harus dicurigai terdapat benda asing intraokular. Bagian

anterior dari mata, termasuk kornea, iris, dan lensa sebaiknya diperiksa menggunakan lup atau

slitlamp untuk menentukan tempat masuk luka.oftalmoskopi dengan visualisasi langsung untuk

benda asing intraocular mungkin dilakukan. X-ray dari jaringan lunak orbital harus diambil

untuk memastikan adanya benda asing yang radioopak dan untuk alasan medikolegal.

Jika benda asing terletak di anerior zonula, sebaiknya disingkirkan melalui insisi ke

dalam bilik depan melalui limbus. Jika berlokasi di belakang lensa dan di depan ekuator,

sebaiknya disingkirkan melalui area pars plana yang terdekat dengan benda asing karena

mengurangi kerusakan retina. Jika benda asing terletak di posterior ekuator, sebaiknya

disingkirkan langsung dari dinding bola mata terdekat, kecuali daerah tersebut adalah macula.

Jika benda asing tersebut memiliki sifat magnetic, magnet yang sudah dsterilkan dapat

digunakan didekat daerah keluar luka untuk membantu menyingkirkan benda asing tersebut. Jika

bukan benda yang bersifat magnetic, forsep kecil dapat digunakan dengan trauma yang minimal.

Setiap kerusakan di retina harus diddiatermi atau fotokoagulasi untuk mencegah pelepasan

retina. 1

6. TRAUMA KIMIA

Trauma pada mata merupakan 3-4% dari seluruh kecelakaan kerja di Amerika serikat.

Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi asam dibandingkan basa

20

Page 21: Trauma bola mata

sebagai bahan penyebabnya pada trauma kimiawi bervariasi dari 1:1 sampai 1:4, berdasarkan

beberapa penelitan. Dalam satu laporan di negara berkembang, 80% dari trauma kimiawi pada

mata dikarenakan oleh pajanan atau karena pekerjaan.4

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium, industri,

pekerjaan yang menggunakan bahan kimia dan pertanian. Bahan kimia yang dapat

mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk: trauma asam, trauma basa

atau alkali.

Pengaruh bahan kimia terhadap mata bergantung pada: PH, kecepatan dan jumlah bahan

kimia tersebut yang mengenai mata.

Dibandingkan bahan yang bersifat asam, bahan yang bersifat basa lebih cepat dapat

merusak dan menembus kornea.Ketika bahan kimia terkena mata maka harus segera diberikan

tindakan, seperti diantaranya irigasi pada daerah mata yang terkena trauma kimia. Sebab jika

penanganan terlambat dilakukan dapat memberikan penyulit yang lebih berat. Pembersihan dapat

dilakukan dengan menggunakan larutan garam fisiologik ataupun air bersih lainnya selama

mungkin dan paling sedikit dalam waktu 15-30 menit.

Anastesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme berat.

Untuk bahan asam dapat digunakan larutan natrium bikarbonat 3%, sedangkan untuk

larutan basa dapat digunakan asam borat, asam asetat 0,5%, atau bufer asam asetat pH 4,5%

untuk menetralisir dan juga diperhatikan akan adanya benda asing penyebab luka tersebut.

Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal, sikloplegik, dan bebat mata selama mata

masih sakit. Regenerasi epitel akibat asam lemah dan basa sangat lambat. Biasanya sempurna

dalam waktu 3-7 hari.

Pasien dengan trauma kimia pada mata pada umumnya melaporkan berbagai derajat

nyeri,fotofobia, pengelihatan kabur, dan adanya halo berwarna disekitar cahaya. Pada trauma

kimia ringan sampai sedang mata menjadi hiperemis dan mungkin terdapat kemosis konjungtiva

dan juga edema palpebra.

21

Page 22: Trauma bola mata

Pada luka bakar derajat satu pada kulit, dan adanya sel dan flare di bilik mata depan. Pada

kornea dapat bervariasi mulai dari keratopati pungtata superfisial difusa sampai erosi epitel lokal

dengan pengaburan ringan pada stroma.

Pada trauma kimia mata yang berat, mata tidak menjadi merah namun akan tampak putih

karena iskemia pada pembuluh darahkonjungtiva. Kemosis pada palpebra dan konjungtiva

terlihat jelas, dan daerah sekitar wajah dapat menunjukkan luka bakar derajat dua bahkan tiga.

Pada kornea dapat ditemukan erosi epitel total dengan edema dan perkabutan tebal pada

stroma, dan terkadang opasiti total. 2

Anamnesa

Trauma kimiawi biasanya disebabkan akibat bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik

pada wajah.   Pada anamnesa patut dipertimbangkan kemungkinan penyabab sebagai berikut :

o Bahan

kimia asam yang tersering menyebabkan trauma pada mata adalah asam sulfat,

sulfurous acid, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, dan

asam hidroflorida.

o Ledakan

baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan

penyebab tersering dari luka bakar kimiawi pada mata.

o Asam

hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap

aluminum,

dan cairan pembersih yang kuat. Industri tertentu menggunakan asam hidroflorida

dalam pembersih dinding, glass etching (pengukiran pada kaca dengan cairan

kimia), electropolishing, dan penyamakan kulit. Asam hidroflorida juga

digunakan untuk pengendalian fermentasi pada  breweries (pengolahan bir).

22

Page 23: Trauma bola mata

o Toksisitas

hidroflorida pada okuler dapat terjadi akibat pajanan cairan maupun gas.

Penggolongan tingkatan dan prognosis dari luka bakar kimia ditentukan berdasarkan

jumlah kerusakan kornea dan iskemia limbus, dimana setiap hilangnya arsitektur pembuluh

darah normal konjungtiva disekitar kornea. Iskemia limbus adalah salah satu faktor klinis yang

amat penting karena menunjukkan tingkat kerusakan pada pembuluh darah limbus dan

mengindikasikan kemampuan sel induk kornea (yang terletak di limbus) untuk meregenerasi

kornea yang rusak. Oleh karena itu tidak seperti kondisi trauma pada mata yang lain, mata yang

pucat lebih berbahaya daripada mata yang merah. 4

Trauma Asam

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama asam yang bersifat anorganik, organik

(asetat, forniat) dan organik anhidrat ( asetat). Bila bahan asam mengenai mata akan segera

terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak

tinggi makan tidak akan bersifat destruktif seperti pada trauma alkali.Biasanya kerusakan terjadi

pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti pada

trauma basa, sehingga kerusakan yang diakibatkan akan lebih dalam.

Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama

mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma. Biasanya

trauma yang disebabkan oleh asam akan normal kembali, sehingga ketajaman penglihatan tidak

banyak terganggu.

Trauma Basa atau Alkali

Trauma akibat bahan kimia basa akan mengakibatkan kerusakan yang sangat berbahaya

pada mata. Alkali akan menembus kornea dengan cepat karena memiliki sifat baik hydrophilic

dan lipophilic lalu menembus bilik mata depan dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma

basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen korena. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi

sel dan akan mengakibatkan proses penyabunan disertai dehidrasi. Bahan akustik soda dapat

menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. 2

23

Page 24: Trauma bola mata

Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah berat kerusakan

kolagen kornea. Alkali yang menembus bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir

dengan kebutaan penderita.

Menurut klasifikasi Thoft trauma basa dapat dibedakan dalam:

1. Derajat I: hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata.

2. Derajat II: hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea

3. Derajat III: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.

4. Derajat IV: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.

Tindakan yang dilakukan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya melakukan

irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama mungkin. Bila mungkin

irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit segera setelah trauma, penderita diberikan sikloplegi

yang membantu dalam pencegahan spasme siliar dan untuk menstabilisasi permeabilitas

pembuluh darah sehingga dapat mengurangi peradangan, antibiotika dan EDTA untuk mengikat

basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali, diperlukan untuk menetralisir kolagenase

yang terbentuk pada hari ke tujuh. 4

Penyulit yang dapat timbul pada trauma alkali adalah simblefaron, kekeruhan kornea,

edema dan neovaskularisai kornea, katarak, disertai ftisis bola mata.

7. TRAUMA RADIASI ELEKTROMAGNETIK

Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah:

24

Page 25: Trauma bola mata

- Sinar infra merah

- Sinar Ultraviolet

- Sinar –X dan sinar terionisasi

Trauma sinar infra merah

Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari, dan pada saat

bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar infra merah

terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan

mengeluarkan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak satu kaki selama satu menit di

depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midriasis, maka suhu lensa akan naik sebanyak

9 derajat celsius. Demikian pula iris yang mengabsorbsi sinar infra merah akan panas, sehingga

berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh lensa

akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.

Akibat sinar ini pada lensa, maka katarak muda terjadi pada pekerja industri gelas dan

pemanggangan logam. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superfisial, katarak

kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada khoroid.

Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sementara atau permanen. Tidak

ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi, kecuali mencegah terkenanya mata

oleh sinar infra merah ini. Steroid sistemik dan lokal diberikan untuk mencegah terbentuknya

jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

Trauma sinar ultra violet ( sinar las )

Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai

panjang gelombang antara 250-295 nM. Sinar ultra violet banyak terdapat pada saat bekerja las,

dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju. Sinar ultra violet akan

segera merusak epitel kornea.

Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea, sehinga

kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik

kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan ketajaman pengelihatan

yang menetap. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam

25

Page 26: Trauma bola mata

setelah trauma. Pasien akan mrasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau seperti

kemasukan pasir, foto fobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik.

Kornea akan menunjukan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadang-kadang

disertai dengan kornea yang keruh dan uji floresensi positif. Keratitis teutama terdapat pada

fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis, tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini akan

sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga

akan memberikan kekeruhan pada kornea. Gambaran keratitis menjadi semakin berat akibat efek

kumulatif radiasi sinar UV .

Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetik, dan mata

ditutup selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.

Sinar ionisasi dan sinar-X

Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk:

- Sinar alfa yang dapat diabaikan

- Sinar beta yang dapat menembus 1cm jaringan

- Sinar gamma dan

- Sinar-x

Sinar ionisasi dan sinar-x dapat menyebabkan katarak dan rusaknya retina. Dosis katarak

togenik bervariasi sesuai dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebuh mudah dan lebih peka.

Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal. Sedangkan

sel baru yang berasal dar sel germinatif lensa tidak menjadi jarang.

Sinar-x merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes

melitus berupa dilatasi kapilar, perdarahan, mikroaneuris mata , dan eksudat.

Luka bakar akibat sinar-x dapat merusak kornea, yang mengakibatkan kerusakan

permanen yang sukar diamati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan.

Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konjungtiva atrofi sel goblet yang akan

menggangu fungsi air mata. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotik topikal dengan steroid

26

Page 27: Trauma bola mata

3 kali sehari dan sikloplegik 1 kali sehari. Bila terjadi simblefaron pada konjungtifa dilakukan

tindakan pembedahan.2

III. KESIMPULAN

1. Trauma terbagi atas:

27

Page 28: Trauma bola mata

a) Trauma mekanik

b) Trauma fisik

c) Trauma kimiawi

2. Trauma mata yang paling sering terjadi adalah trauma kimia.

3. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan

rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberi penyulit

sehingga mengganggu fungsi penglihatan.

4. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya

penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Semakin cepat penanganan

trauma mata, maka prognosisnya akan semakin baik.

5. Sebagai seorang klinisi umum, kita harus mampu memeriksa trauma bola mata dan orbita

yang umum terjadi dan mampu menentukan apakah masalah tersebut membutuhkan

perhatian yang lebih serius atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: Trauma bola mata

1. Vaughan D, Asbury T. General ophthalmology. 8th ed. California: Langs Medical

Publication; 1977. p. 241-4.

2. Ilyas, Sidarta. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p.

259-75.

3. Lang, G.A pocket textbook atlas ophthalmology. 2nd ed. New York; Thieme; 2006. p.

508-9.

4. Trauma Asam [online]. [2008?] [20 Mei 2010]; Diunduh dari:

http://hsilkma.blog.friendster.com/2008/01/trauma-asam

29