bab i trauma mata

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan masih sangat tinggi. 1 Kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya kawasan industri meningkatkan kecelakaan akibat pekerjaan, kecelakaan akibat kepadatan lalu lintas, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang kesemuanya dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang mainan dan lain-lain. 2 Trauma tajam mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada dewasa muda. Kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa 1

Upload: muhammad-taqwa

Post on 30-Jun-2015

1.546 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Trauma Mata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan

manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik

merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang

sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan

lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya

macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan masih sangat

tinggi.1

Kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya kawasan industri

meningkatkan kecelakaan akibat pekerjaan, kecelakaan akibat kepadatan lalu lintas,

belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang kesemuanya dapat mengenai

mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat alat dari permainan

yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang

mainan dan lain-lain.2

Trauma tajam mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada

dewasa muda. Kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah.

Dewasa muda, terutama pria, merupakan kelompok yang kemungkinan besar

mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan api, cedera

akibat olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling

sering menyebabkan trauma mata.3

Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera.

Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh hubungan tulang

yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi

benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami

kerusakan. Trauma tajam dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan

1

Page 2: Bab i Trauma Mata

kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Trauma pada mata memerlukan perawatan

yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat ataupun kebutaan.3,4

Perforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena

pada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat

menyebabkan kerusakan susunan anatomi dan fungsional jaringan intraokuler.

Trauma tembus dapat berbentuk perforasi sklera, prolaps badan kaca maupun prolaps

badan siliar.4

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan tinjauan kepustakaan ini adalah membahas

mengenai trauma yang terjadi pada mata khususnya trauma tajam pada mata dan

bagaimana penatalaksanaannya.

2

Page 3: Bab i Trauma Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang

menimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda

berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera. Trauma

tajam mata dapat di klasifikasikan atas luka tajam tanpa perforasi dan luka tajam

dengan perforasi yang meliputi perforasi tanpa benda asing intra okuler dan perforasi

benda asing intra okuler.2,5

Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur okular

mangalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga

dapat tertahan atau menetap dalam mata. Baik trauma tajam yang penetratif atau

trauma tumpul yang mengakibatkan tekanan kontusif dapat menyebabkan ruptur bola

mata. Benda tajam atau benda dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan perforasi

langsung. Benda asing dapat mempenetrasi mata dan tetap berada di bola mata.6,7

Trauma akibat partikel kecil dengan kecepatan tinggi misalnya yang

ditimbulkan dari proses penggilingan atau pemahatan dapat memberikan manifestasi

berupa nyeri ringan atau penurunan visus. Kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva,

bilik mata depan dangkal dengan atau tanpa pupil ekstrinsik, hifema, atau perdarahan

vitreous juga dapat terjadi. Tekanan intraokuler dapat rendah, normal atau sedikit

meningkat. 7

2.2 Epidemiologi

United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber informasi

epidemiologi yang digunakan secara umum di AS. Menurut data dari USEIR, rata-

rata umur orang yang terkena trauma tajam okuli adalah 29 tahun, dan laki-laki lebih

sering terkena dibanding dengan perempuan. Menurut studi epidemiologi

internasional, kebanyakan orang yang terkena trauma tajam okuli adalah laki-laki

3

Page 4: Bab i Trauma Mata

umur 25 sampai 30 tahun, sering mengkonsumsi alkohol dan trauma terjadi di

rumah.8

Lebih dari 65.000 trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan,

menyebabkan morbiditas dan disabilitas, dilaporkan di Amerika Serikat setiap

tahunnya. Lebih dari setengah trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan

terjadi di pabrik, dan industri kontruksi. Delapan puluh satu persen trauma mata yang

berhubungan dengan pekerjaan terjadi pada pria dan kebanyakan terjadi pada pekerja

berusia 25 sampai 44 tahun.8

Aktivitas olahraga dan rekreasi juga dapat menyebabkan trauma mata. Lebih

dari 40.000 trauma mata terjadi setiap tahunnya. Sembilan puluh persen terjadi saat

olahraga. Tiga puluh persen terjadi pada anak-anak yang berusia di bawah 16 tahun.8

Terdapat sekitar 3 juta kasus trauma okular dan orbital terjadi di Amerika

Serikat setiap tahun. Diperkirakan 20.000 hingga 68.000 dari angka tersebut

merupakan kasus yang mengganggu visus dan sekitar 40.000 mengalami kehilangan

visus yang signifikan. Trauma merupakan penyebab utama kebutaan unilateral. Laki-

laki lebih sering terkena daripada perempuan. Frekuensi trauma mata di Amerika

Serikat adalah: trauma superfisial mata dan adneksa (41.6 %), benda asing pada mata

bagian luar (25.4 %), kontusio mata dan adneksa (16.0 %), trauma terbuka pada

adneksa dan bola mata (10.1 %), fraktur dasar orbita (1.3 %), cedera saraf (0.3 %).9

2.3 Etiologi

Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan

berolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi,

kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut, benda tajam seperti pisau akan

menyebabkan laserasi berbatas tegas pada bola mata.7

Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang terbang ditentukan oleh

energi kinetiknya. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang

jelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang,

beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimilikinya. Contohnya pada

4

Page 5: Bab i Trauma Mata

peluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar

memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup

parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan

kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan batas tegas dan beratnya

kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.10

2.4 Patofisiologi 

Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera

atau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior

kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita. Dalam hal ini

akan ditemukan suatu luka terbuka dan biasanya terjadi prolaps (lepasnya) iris, lensa,

ataupun corpus vitreus. Perdarahan intraokular dapat terjadi apabila trauma mengenai

jaringan uvea, berupa hifema atau henophthalmia.1

2.5 Manifestasi Klinis

Gambar. 1 Lokasi cedera mata; tampak depan

5

Page 6: Bab i Trauma Mata

Gambar. 2 Lokasi cedera mata; tampak samping

Trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola

mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti tajam penglihatan

yang menurun, laserasi kornea, tekanan bola mata rendah, bilik mata dangkal, bentuk

dan letak pupil yang berubah, terlihat ruptur pada kornea atau sklera, terdapat

jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina, katarak

traumatik, dan konjungtiva kemosis.10

Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebiru-

biruan, karena jaringan ikat palpebra halus. Ekimosis yang tampak setelah trauma

menunjukkan bahwa traumanya kuat, sehingga harus dilakukan pemeriksaan dari

bagian-bagian yang lebih dalam dari mata, juga perlu dibuat foto rontgen kepala.

Perdarahan yang timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktur dari

dasar tengkorak. Sebagian besar cedera tembus menyebabkan penurunan penglihatan

yang mencolok, tetapi cedera akibat partikel kecil berkecepatan tinggi yang

dihasilkan oleh tindakan menggerinda atau memalu mungkin hanya menimbulkan

nyeri ringan dan kekaburan penglihatan. Tanda-tanda lainnya adalah kemosis

6

Page 7: Bab i Trauma Mata

hemoragik, laserasi konjungtiva, kamera anterior yang dangkal dengan atau tanpa

dilatasi pupil yang eksentrik, hifema, atau perdarahan korpus vitreus. Tekanan

intraokuler mungkin rendah, normal, atau yang jarang sedikit meninggi.11

2.6 Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus

Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti

berikut :

a. Trauma tembus pada palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis dapat

menyebabkan suatu ptosis yang permanen.12

Gambar. 3 Laserasi palpebra

b. Trauma tembus pada saluran lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai

ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.12

c. Trauma tembus pada Orbita

7

Page 8: Bab i Trauma Mata

Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf

optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga menimbulkan

paralisis dari otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan infeksi,

menimbulkan selulitis orbita, karena adanya benda asing atau adanya hubungan

terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita. 12

Gambar. 4 Trauma tembus orbita

d. Trauma tembus pada Kongjungtiva

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan

konjungtiva ini kecil atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan

penjahitan. Bila robekan lebih dari 1 cm perlu dilakukan penjahitan untuk mencegah

granuloma. Pada setiap robekan conjungtiva perlu diperhatikan juga robekan sklera

yang biasa disertai robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian antibiotik juga

perlu diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.12

8

Page 9: Bab i Trauma Mata

Gambar. 5 Trauma tembus subkunjungtiva

e. Trauma tembus pada Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan

bola mata dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai prolap

jaringan bola mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi dari bagian dalam bola mata.12

f. Trauma tembus pada Kornea

Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi

penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus

kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini

dapat menurunkan visus.12

Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes

fluoresia (+). Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan timbulnya

ulkus atau herpes pada kornea. Lakukan pemberian antibiotika atau kemoterapeutika

yang berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea diangkat, setelah

diberi anastesi lokal dengan pantokain. Kalau mulai ada neovaskularisasi dari limbus,

berikanlah kortison lokal atau subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan kortison pada

luka yang baru atau bila ada herpes kornea.12

9

Page 10: Bab i Trauma Mata

Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang

berdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap

konjungtiva). Bila luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian ditutup

dengan flap konjingtiva. Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris, iris yang keluar

harus dipotong dan sisanya di repossisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup dengan

flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya bilik mata

depan dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum kornea

dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika dengan spektrum luas dan

sistemik, juga subkonjungtiva.12

Gambar .6 Laserasi kornea

g. Trauma tembus pada Uvea

Bila terdapat luka pada uvea maka dapat menyebabkan pengaturan

banyaknya cahaya yang masuk sehingga muncul fotofobia atau penglihatan kabur.12

h. Trauma tembus pada Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga

menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya

akomodasi tidak adekuat.12

10

Page 11: Bab i Trauma Mata

i. Trauma tembus pada Retina

Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga

badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan

kaca.12

j. Trauma tembus pada corpus siliar

Luka pada corpus siliar mempunyai prognosis yang buruk, karena

kemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang berakhir

dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma. Sedangkan pada mata yang sehat

dapat timbul oftalmia simpatika. Oleh karena itu, bila lukanya besar, disertai prolaps

dari isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya di

enukleasi bulbi, supaya mata yang sehat tetap menjadi baik.12

2.7 Diagnosis

Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, informasi yang

diperoleh dapat berupa mekanisme dan onset terjadinya trauma, bahan/benda

penyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui penyebabnya. Anamnesis harus

mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera.

Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan

mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokuler apabila terdapat kegiatan

memahat, mengasah atau adanya ledakan. Cedera pada anak dengan riwayat yang

tidak sesuai dengan cedera yang di derita, harus dicurigai adanya penganiayaan pada

anak. Riwayat kejadian harus diarah secara khusus pada detail terjadinya trauma,

riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit sebelumnya dan energi.3

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya,

diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferan. Periksa motilitas mata dan

11

Page 12: Bab i Trauma Mata

sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek ada bagian tepi

tulang orbita.3,6,9

Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di

segmen anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk mewarnai kornea,

sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk

mnegetahui tekanan bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan

oftalmoskop indirek penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing

intraokuler. Bila benda asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel

untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara

memberi anestesi pada mata yang akan di periksa, kemudian diuji pada strip

fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga

akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan

mata. 3,6

Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan digunakan untuk mengetahui posisi

benda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam.

Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada

retina dan sering digunakan pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa.

Bila dalam inspeksi terlihat ruptur bola mata, atau adanya kecenderungan ruptur bola

mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi dengan pelindung

tanpa bebat, kemudian dirujuk ke spesialis mata.6,10

2.8 Penatalaksanaan Trauma Tembus

Penatalaksanaan pasien dengan trauma tajam mata adalah 2,12,13

1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:

- Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

- Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

- Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

- Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.

2. Penatalaksanaan di rumah sakit:

12

Page 13: Bab i Trauma Mata

- Pemberian antibiotik spektrum luas.

- Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi.

- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata

intak).

- Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan

harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti

infeksi, Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika.

Pada setiap tindakan harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola

mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan.

Bila terdapat benda asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan

banda asing tersebut.1,6,12

Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus

dihindari sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan jangan

diberi obat siklopegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada

jaringan intraokular yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas dan

pakaikan pelindung FOX pada mata. Analgetik, antimiemetik, dan antitoksin tetanus

diberikan sesuai kebutuhan, serta gizi atau nutrisi yang baik. Sebelum dirujuk mata

tidak boleh diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh

diberikan steroid lokal, dan bebat yang diberikan pada mata tidak menekan bola

mata.13

Pada penutupan luka segmen anterior, harus digunakan teknik-teknik bedah

mikro. Laserasi kornea diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan

penutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan

terpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan

viskoelastik atau dengan memasukkan suatu spatula siklodialisis melalui insisi tusuk

di limbus dan menyapu jaringan keluar dari luka. Apabila hal ini tidak dapat

dilakukan, apabila jaringan telah terpajan lebih dari 24 jam, atau apabila jaringan

13

Page 14: Bab i Trauma Mata

tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan yang prolaps harus

dieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang dipotong harus dikirim ke

laboratorium patologik untuk diperiksa. Dilakukan pembiakan untuk memeriksa

kemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan

dengan aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. Reformasi kamera anterior

selama tindakan perbaikan dapat dicapai dengan cairan intraokuler fisiologis, udara

atau viskoelastik.13

Luka sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interupted yang tidak dapat

diserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar

tindakan lebih mudah dilakukan. Luka keluar di bagian posterior sklera pada cedera

tembus ganda dapat sembuh sendiri, dan biasanya tidak dilakukan usaha penutupan.13

Bedah vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan melalui

keratoprostesis Landers Foulks temporer sebelum melakukan penanaman kornea.

Enukleasi dan eviserasi primer hanya boleh dipikirkan bila bola mata mengalami

kerusakan total. Mata sebelah rentan terhadap oftalmika simpatetik bila terjadi trauma

tembus mata terutama bila ada kerusakan di jaringan uvea. Untungnya, komplikasi ini

jarang terjadi.12,13

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah terjadinya trauma tembus adalah

endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan oftalmia

simpatika.7,8 

Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam beberapa

minggu tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat

berlanjut menjadi panoftalmitis.7 

Oftalmia simpatika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang tidak

cedera dalam jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi dalam 1

tahun.8 Diduga akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena cedera,

14

Page 15: Bab i Trauma Mata

keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan mendadak, dan

fotofobia yang dapat membaik dengan enukleasi mata yang cedera.7,13

2.10 Prognosis

Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe dan

luasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda asing. Secara

umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur, prognosis

semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan

laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang tidak luka

mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil yang

melibatkan bagian posteror. Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun

mempunyai prognosis yang baik. Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya

reaktif magnetik lebih mudah dikeluarkan dan prognosisnya lebih baik. Pada luka

penetrasi, 50-75% mata akan mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik. 3,13

2.11 Pencegahan

Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada masyarakat

untuk menghindari terjadinya trauma mata, seperti 2:

- Trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas tidak dapat dicegah, kecuali trauma

tajam perkelahian.

- Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindari terjadinya trauma tajam.

- Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya bagi matanya.

Orang yang menggunakan lensa dari kaca atau plastik yang sedang bekerja

dalam industri atau melakukan aktivitas atletik memiliki resiko terkena pecahan

fragmen lensa. Kaca mata yang paling efektif untuk mencegah cedera terdiri dari

lensa polikarbonat dalam rangka poliamida dengan tepi penahan di posterior.

Sebaiknya digunakan bingkai pada wraparound (bukan bingkai berengsel) karena

lebih dapat menahan pukulan dari samping. Pada atletik atau aktivitas rekreasi

beresiko tinggi (misalnya perang-perangan dengan peluru hampa atau cat), pelindung

15

Page 16: Bab i Trauma Mata

mata tanpa lensa tidak selalu melindungi mata secara adekuat. Perlindungan mata

yang sesuai terutama diindikasikan bagi mereka yang bermain bola raket, bola

tangan, dan squash. Banyak kebutaan yang terjadi akibat olah raga ini, terutama

akibat trauma kontusio pada mata yang tidak terlindung dengan baik.2,4,6

BAB III

KESIMPULAN

Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang

menimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda

berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera.2 Benda

asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera atau kornea

serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior kemudian

bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita.1

Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan

berolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi,

kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut.3,4

Manifestasi klinis berupa visus turun, tekanan intra okular rendah, angulus

iridokornealis dangkal, bentuk dan letak pupil berubah, terlihatnya ada ruptur pada

kornea atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps (lepas), seperti: iris, lensa, retina,

16

Page 17: Bab i Trauma Mata

kemosis konjungtiva. Komplikasi dari trauma tajam okuli adalah endoftalmitis,

panoftalmitis, oftalmia simpatika, hemoragik intraokular.2,3,13

Penatalaksanaan diberikan antibiotik topikal, mata ditutup, dan segera

dikirim pada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Diberikan antibiotik sistemik

secara oral atau intravena, anti tetanus profilaktik, analgesik dan sedatif bila perlu.

Steroid lokal dan bebat tidak boleh diberikan. Pengeluaran benda asing sebaiknya

dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang memadai.13

Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau

ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang

menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang

tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil

yang melibatkan bagian posterior. Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert

pun mempunyai prognosis yang baik.13

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Taylor. Trauma Mata. Dalam: Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi XVII. Jakarta: Widya Medika. 2008; 373-80.

2. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1993; 312-26.3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta: 2004; 192-8.4. Peate, W. F, Work Related Eye Injuries And Illness. Available at: www.aafp.org.

January 15, 2011.5. Soeroso, A. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Ruda Paksa.

www.portalkalbe.com. Diunduh pada 12 februari 2011.6. Chew, Chris. Trauma. Dalam : James. Lecture Notes : Oftalmologi. Jakarta:

Erlangga. 2006; 176 – 85. 7. Indiana University. Traumatic Cataract. Available at:

http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07. February 13, 2011.

8. Edward SH Eye Institute. Digital Reference of Ophthalmology-Traumatic Cataract. Available at: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb. February 18, 2011.

9. Webmaster. Traumatic Cataract. Available at :http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology. February 18, 2011.

17

Page 18: Bab i Trauma Mata

10. Berson, FG. Ocular and Orbital Injuries. In : Basic Ophtalmology. 6 th ed. American Academy of Ophtalmology. 1993; 82-87.

11. Khun Frenc, Piramici J Dante. In : Emergensi Management Of Trauma Ocular,. Department of OphthalmologyUniversity of Pécs. Hungary. 2002; 71-86.

12. Rodriguez, Jorge. Prevention And Treatment Of Common Eye Injuries In Sport. Available at: www.aafp.org. June 10, 2010.

13. Rappon, Joseph M. Primary Care Ocular Trauma Management. Available at: www.pacificu.edu/optometry. June 16, 2010.

18