transfusi darah dan produknya.docx

21
Transfusi Darah dan Produknya : Indikasi dan Komplikasi Transfusi sel darah merah digunakan untuk menangani perdarahan dan memperbaiki pasokan oksigen ke jaringan. Transfusi sel darah merah harus berdasarkan keadaan klnis pasien. Indikasi untuk transfusi yaitu gejala anemia (yang menyebabkan napas pendek, rasa pusing,gagal jantung kongestif, dan berkurangnya kemampuan dalam beraktivitas), krisis akut sickle cell, dan kehilangan darah akut lebih dari 30 persen dari volume darah. Pemberian infus fresh frozen plasma dapat digunakan untuk mengatasi efek antikoagulan. Transfusi trombosit diindikasikan untuk mencegah perdarahan pada pasien dengan trombositopenia atau kerusakan fungsi trombosit. Cryopracipitate digunakan apabila terjadi hipofibrinogemia, yang biasanya terjadi pada perdarahan masif atau penderita koagulopati. Infeksi yang terkait dengan transfusi lebih jarang terjadi dibandingkan komplikasi noninfeksius. Semua komplikasi noninfeksius pada transfusi diklasifikasikan menjadi risiko berat noninfeksius dari transfusi. Komplikasi akut terjadi dalam hitungan menit hingga 24 jam selama transfusi, namun komplikasi lanjutnya dapat terjadi dalam hitungan hari, bulan, atau bahkan dalam hitungan tahun. (Am Fam Physician.2011;83(6):719-724. Copyright © 2011 American Academy of Family Physicians.) 1

Upload: chandra-ambalinggi

Post on 15-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Transfusi Darah dan Produknya :

Indikasi dan Komplikasi

Transfusi sel darah merah digunakan untuk menangani perdarahan dan

memperbaiki pasokan oksigen ke jaringan. Transfusi sel darah merah harus

berdasarkan keadaan klnis pasien. Indikasi untuk transfusi yaitu gejala anemia

(yang menyebabkan napas pendek, rasa pusing,gagal jantung kongestif, dan

berkurangnya kemampuan dalam beraktivitas), krisis akut sickle cell, dan

kehilangan darah akut lebih dari 30 persen dari volume darah. Pemberian infus

fresh frozen plasma dapat digunakan untuk mengatasi efek antikoagulan.

Transfusi trombosit diindikasikan untuk mencegah perdarahan pada pasien

dengan trombositopenia atau kerusakan fungsi trombosit. Cryopracipitate

digunakan apabila terjadi hipofibrinogemia, yang biasanya terjadi pada

perdarahan masif atau penderita koagulopati. Infeksi yang terkait dengan transfusi

lebih jarang terjadi dibandingkan komplikasi noninfeksius. Semua komplikasi

noninfeksius pada transfusi diklasifikasikan menjadi risiko berat noninfeksius dari

transfusi. Komplikasi akut terjadi dalam hitungan menit hingga 24 jam selama

transfusi, namun komplikasi lanjutnya dapat terjadi dalam hitungan hari, bulan,

atau bahkan dalam hitungan tahun. (Am Fam Physician.2011;83(6):719-724.

Copyright © 2011 American Academy of Family Physicians.)

Transfusi darah dapat menjadi suatu proses dalam menyelamatkan sebuah

nyawa, namun hal ini mempunyai risiko, termasuk komplikasi infeksius dan

noninfeksius. Terjadi perdebatan dalam kepustakaan medis yang

mempertimbangkan penggunaan darah dan produknya yang selayaknya. Uji klinis

menyelidiki penggunaannya yang mana menyarankan untuk menunggu pemberian

transfusi pada nilai hemoglobin yang rendah agar berguna. Tinjauan ini akan

mempertimbangkan indikasi dari transfusi darah dan produknya, dan akan

membahas komplikasi noninfeksiuspada transfusi yang umumnya terjadi .

1

Page 2: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Sel darah merah

Packed red blood cells (RBCs) didapatkan dari darah dengan memisahkan

plasma sekitar 250 mL. Satu unit (kantong) dari PRBC seharusnya dapat

menaikkan kadar hemoglobin sebanyak 1 g per dL (10 g per L) dan hematokrit

sebesar 3 %. Di kebanyakan tempat, RBC disaring untuk mengurangi leukositnya

sebelum disimpan, yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi

transfusi demam nonhemolitik (FNHTRs), dan pempertimbangkan keamanan

cytomegalovirus.

Transfusi RBC digunakan untuk menangani perdarahan dan memperbaiki

pasokan oksigen ke jaringan. Transfusi RBC harus berdasarkan kondisi klinis

pasien. Indikasi pemberian transfusi RBC yaitu krisis akur sickle cell (untuk

pencegahan strok) atau kehilangan darah akut yang lebih dari 1,500 mL atau 30

persen volume darah. Pasien dengan gejala anemia harus diberikan transfusi bila

mereka tidak dapat beraktifitas tanpa ditangani anemianya. Gejala anemia

termasuk diantaranya rasa lelah, kelemahan, rasa pusing, berkurangnya

kemampuan dalam beraktivitas, napas pendek, perubahan status mental, kram

otot, dan angina atau gagal jantung kongestif. Aturan 10/30 – pemberian transfusi

dilakukan saat kadar hemoglobin pasien kurang dari atau sama dengan 10 g per

dL (100 g per L) dan kadar hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 persen –

telah digunakan hingga 1980an sebagai syarat untuk transfusi, dengan

mempertimbangkan keadaan klinis pasien.

Pada tahun 1999, suatu uji klinik random, multicenter, terkontrol mengkaji

syarat transfusi yang restriktif (kadar hemoglobin 7 hingga 9 g per dL [70 hingga

90 g per L]) dengan syarat transfusi liberal (kadar hemoglobin 10 hingga 12 g per

dL [100 hingga 120 g per L]) pada pasien dengan penyakit kritis. Hasil uji pada

pasien dengan transfusi restriktif pada 54 menurun secara relatif dalam jumlah

unit transfusi dan berkurang laju mortalitasnya dalam 30 hari. Penulis

menyarankan pemberian transfusi apabila hemoglobin kurang dari 7 g per dL, dan

untuk pemeliharaan dengan kadar hemoglobin antara 7 hingga 9 per dL. Update

Cochrane review yang baru-baru ini mendukung penggunaan transfusi yang

restriktif pada pasien-pasien yang tidak memiliki penyakit jantung,

2

Page 3: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Studi yang serupa yang dilakukan penyakit kritis pada anak. Pemberian

pada transfusi yang restriktif dilakukan bila kadar hemoglobin 7 g per dL, dengan

kadar target 8.5 hingga 9.5 g per dL (85 hingga 95 g per L). Pemberian transfusi

yang liberal dengan kadar hemoglobin 9.5 g per dL, dengan targetnya 11 hingga

12 g per dL (110 hingga 120 g per dL). Pasien-pasien dengan kelompok restriktif

mendapatkan 44 persen transfusi darah yang lebih sedikit, tanpa perbedaan dalam

laju sindroma kerusakan fungsi organ yang banyak ataupun kematian. Strategi

untuk melakukan transfusi yang restriktif berguna bagi anak-anak dengan keadaan

yang stabil di perawatan intensif. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan pada

neonatus yang kurang bulan atau pada anak-anak dengan hipoksia berat,

kehilangan darah yang aktif, ketidakstabilan hemodinamik, atau penyakit jantung

sianotik.

Jenis : Pokok yang direkomendasikan untuk praktik

Rekomendasi klinik

Penilaian

bukti Referensi Keterangan

Ambang batas untuk transfusi sel darah

merah harusnya pada kadar hemoglobin

7 g per dL (70 g per L) pada orang

dewasa dan anak pada umumnya.

A 1, 2, 6 RCT pada

dewasa dan

anak dengan

penyakit kritis

Strategi transfusi restriktif (kadar

hemoglobin 7 sampai 9 g per dL [70

hingga 90 g per L]) tidak boleh

dilakukan pada bayi prematur atau

anak-anak dengan penyakit jantung

sianotik, hipoksemia berat, kehilangan

darah aktif, atau ketidakstabilan

hemodinamik.

B 2 RCT pada anak

dengan penyakit

kritis

Transfusi plasma harus

dipertimbangkan pada pasien yang

memiliki International Normalized

C 8 Rekomendasi

pertemuan

3

Page 4: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Ratio lebih besar dari 1,6 dengan

perdarahan aktif, atau pada pasien yang

mendapatkan terapi antikoagulan

sebelum prosedur invasif.

konsensus

Trombosit tidak boleh ditransfusikan

pada pasien dengan purpura

thrombocytopenic trombotik atau

heparin-induced trombositopenia

kecuali telah terjadi pendarahan yang

mengancam nyawa

C 10, 11 Pedoman

berdasarkan

laporan kasus

RCT = randomized controlled trial.

A = Konsisten, bukti berbasis pasien yang bagus; B = tidak konsistem atau bukti

dengan kualitas pasien yang terbatas; C = konsensus, bukti diseaseoriented,

praktek biasanya, opini ahli, atau case series. Untuk informasi mengenai SORT

evidence rating system, go to http://www.aafp.org/afpsort.xml.

Plasma

Produk plasma tersedia di Amerika Serikat termasuk fresh frozen plasma

dan plasma yang dicairkan, yang disimpan di suhu 33.8 hingga 42.8oF (1 hingga

6oC) hingga lima hari. Plasma mengandung semua faktor koagulasi. Pemberian

infus fresh frozen plasma dapat digunakan untuk mengatasi efek antikoagulan.

Plasma yang dicairkan mempunyai kadar faktor V dan VIII yang lebih rendah dan

tidak digunakan pada pasien yang menderita koagulopati (koagulasi intravaskuler

difus).

Transfusi palsma dianjurkan penggunaannya pada pasien dengan

perdarahan aktif dan International Normalized Ratio (INR) yang lebih dari 1.6

atau sebelum prosedur invasif atau pembedahan bila pasien telah mendapatkan

antikoagulasi. Plasma umumnya tidak digunakan untuk mengkoreksi INR yang

tinggi bila tidak terdapat perdarahan. Perawatan suportif dapat menurunkan INR

yang tinggi ke normal hingga sedikit meningkat (1.3 hingga 1.6) tanpa dilakukan

transfusi plasma. Tabel 1 mencantumkan indikasi pemberian transfusi plasma.

4

Page 5: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Tabel 1. Idikasi untuk Transfusi Produk Plasma

Indikasi

Kondisi yang berhubungan/informasi

tambahan

INR > 1.6 Defisiensi dari satu faktor pembekuan

yang diturunkan tanpa keamanan dari

virus atau faktor rekombinan yang

tersedia – faktor II, V, X atau XI

antikoagulan

Mencegah perdarahan aktif pada pasien

yang mendapatkan terapi antikoagulan

sebelum suatu prosedur

Penanganan darurat pada penggunaan

warfarin (Coumadin)

Perdarahan mayor atau intrakranial

Transfusi pencegahan dalam prosedur

pembedahan yang tak dapat ditunda

Acute disseminated intravascular

coagulopathy

Dengan perdarahan aktif dan koreksi

penyebab dasar

Perdarahan mikrovaskulaer selama

transfusi masif

≥ 1 volume darah (mengganti sekitar

5,000 mL pada dewasa dengan berat

155.56 Ib [70 kg])

Mengganti cairan untuk apheresis pada

trombus mikroangiopati

Trombotic thrombocytopenia purpura;

Sindroma uremik hemolitik

Angioedema yang diturunkan Bila tidak tersedia C1 esterase inhibitor

Informasi dari referans 7 hingga 9

Trombosit

Transfusi trombosit mungkin diindikasikan untuk pencegahan perdarahan

pada pasien dengan trombositopenia atau kerusakan fungsi trombosit.

Kontraindikasi transfusi platelet termasuk trombotic thrombocytopenic purpura

dan heparin-induced trombositopenia. Transfusi trombosit pada keadaan ini dapat

berakibat lanjut pada terjadinya trombosis. Satu unit apheresis trombosit akan

5

Page 6: Transfusi Darah dan Produknya.docx

menaikkan hitung trombosit pada dewasa sebanyak 30 hingga 60 x 103 per per uL

(30 sampai 60 × 109 per L). Pada neonatus, transfusi 5 sampai 10 mL per kg

trombosit harusnya dapat meningkatkan jumlah trombosit 50 sampai 100 × 103

per uL (50 sampai 100 × 109 per L). Satu kumpulan apheresis trombosit setara

dengan enam konsentrat trombosit yang teracak.

Perdarahan spontan melalui endotelium yang intak tidak akan terjadi

kecuali jumlah trombosit tidak lebih dari 5 x 103 per μL (5 × 109 per L). Sebuah

uji acak yang terkontrol mengevaluasi ambang batas transfusi trombosit untuk

profilaksis pada pasien dengan acute myeloid leukemia. Pasien acak dengan syarat

transfusi 10 x 103 per μL (10 × 109 per L) atau 20 × 103 per μL (20 × 109 per L).

Pasien dengan syarat yang lebih rendah mendapatkan 21.5 persen transfusi yang

lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok dengan syarat yang lebih tinggi.

Perdarahan gastrointestinal lebih sering pada keompok dengan syarat transfusi

yang lebih rendah; walaupun begitu, tidak tampak perbedaan transfusi darah pada

kelomppok tersebut. Tabel 2 dan 3 menunjukkan indikasi untuk transfusi

trombosit pada dewasa dan neonatus secara berurutan.

Tabel 2. Indikasi Transfusi Trombosit pada Dewasa

Indikasi transfusi profilaksis

Hitung trombosit

(x 103 per μL)

Bedah mayor atau prosedur invasif, tanpa perdarahan aktif ≤ 50

Bedah mata atau bedah saraf, tanpa perdarahan aktif ≤ 100

Pembedahan dengan perdarahan aktif ≤ 50 (biasanya)

> 100 (jarang)

Stabil, tanpa perdarahan < 10

Stabil, tanpa perdarahan dan suhu tubuh > 100.4oF (38oC)

atau sementara menjalani prosedur invasif

< 20

Informasi dari referans 9

Tabel 3. Indikasi Transfusi Trombosit pada Neonatus

6

Page 7: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Hitung trombosit

(x 103 per μL) Indikasi

< 20 Transfusi s

20 sampai < 30 Pertimbangkan untuk transfusi, transfusi untuk alasan klinis

(mis, perdarahan aktif, punksi lumbal)

30 sampai 50 Transfusi bila ada indikasi berikut :

Minggu pertama kelahiran dengan berat lahir < 1,000 g (2 Ib,

4 oz)

Gangguan koagulasi

Sepsis atau tekanan arteri-vena yang fluktuatif

Prosedur invasif

Alloimmune neonatal thrombocytopenia *

*__ Pilih donor (bila memungkinkan ibunya) yang trombositnya berkurang akibat

antigen. Bila trombosit ibunya digunakan, unit darah harus dicuci, dibersihkan,

dan dipisahkan plasmanya dengan kecocokan ABO dengan neonatus.

Informasi dari referans 9

Cryoprecipitate

Cryoprecipitate didapatkan dengan mencairkan fresh frozen plasma dan

mengumpulkan presipitatnya. Cryoprecipitate mengandung faktor VIII dan

fibrinogen dalam konsentransi tinggi. Cryoprecipitate digunakan bila terjadi

hipofibrinogenemia, yang umumnya disebabkan akibat perdarahan masif atau

penderita koagulopati. Indikasi transfusi cryoprecipitate terdaftar dalam tabel 4.

Setiap unit akan meningkatkan kadar fibrinogen sebesar 5 sampai 10 mg per dL

(0.15 sampai 0.29 μmol per L), dengan target rumatan kadar fibrinogen level

setidaknya 100 mg per dL (2.94 μmol per L). Jumlah yang umumnya diberikan

pada dewasa sebanyak 10 unit cryoprecipitate. Jumlah pemberian regimen yang

disarankan pada neonatus bervariasi, dengan rentang 2 mL cryoprecipitate per kg

hingga1 unit of cryoprecipitate (15 sampai 20 mL) per 7 kg.

7

Page 8: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Tabel 4. Indikasi Transfusi Cryoprecipitate

Dewasa Neonatus (terus-menerus)

Perdarahan setelah bedah jantung

Perdarahan atau transfusi masif

Perdarahan akibat pembedahan

Defisiensi faktor antikoagulan XIII

Disfibrinogemia kongenital

Defisiensi fibrinogen kongenital

Neonatus

Defisiensi faktor koagulan VIII Penyakit von Willebrand*

*__ Digunakan bila tidak terdapat faktor rekombinan

Informasi dari referans 12 dan 15

Komplikasi transfusi

Komplikasi yang berhubungan dengan proses transfusi dapat

dikategorikan menjadi akut dan lambat, yang kemudian dapat dikategorikan

menjadi noninfeksius (Tabel 5) dan infeksius (Tabel 6). Komplikasi akut dapat

terjadi dalam hitungan menit hingga24 jam selama transfusi, sementara itu

komplikasi lambat dapat terjadi dalam hitungan hari, bulan, atau bahkan beberapa

tahun kemudian. AABB (sebelumnya dikenal sebagai American Association of

Blood Bank) menggunakan isilah “noninfectious serious hazards of transfusion

(bahaya besar noninfeksius akibat transfusi)” untuk mengelompokkan komplikasi

noninfeksius. Infeksi terkait transfusi jarang terjadi karena proses skrining darah

yang sudah lebih baik; risiko terjadinya infeksi akibat transfusi terlah berkurang

dalam kelipatan 10,000 sejak 1980an. Bahaya besar noninfeksius dari transfusi

terjadi hingga lebih dari 1,000 kali dibandingkan komplikasi infeksius. Walaupun

begitu, tidak terdapat kemajuan dalam pencegahan hal tersebut, selain perbaikan

dalam tes skrining darah dan kemajuan medis lainnya. Jadi, pasien lebih sering

mengalami bahaya besar noninfeksius akibat transfusi dibandingkan komplikasi

infeksius.

Tabel 5. Noninfectious Serious Hazard of Transfusion

(Bahaya besar noninfeksius akibat transfusi)

Pemilik tidak mengizinkan American Academy of Family Physiciansuntuk

8

Page 9: Transfusi Darah dan Produknya.docx

membagiakn materi ini ke orang ketiga. Untuk bagian yang hilang, dapat dilihat

dalam versi cetakan asli dari terbitan ini.

Diadaptasi dengan izin dari Hendrickson JE, Hillyer CD. Noninfectious serious

hazards of transfusion. Anesth Analg. 2009;108(3):760.

Tabel 6. Komplikasi Infeksius dari Transfusi Darah

Virus Hepatitis B virus

Virus Hepatitis C virus

Virus Human T-lymphotropic 1 atau 2

Human immunodeficiency virus

Penyakit Creutzfeldt-Jakob

Human herpesvirus 8

Malaria dan babesiosis

Pandemik influenza

Virus West Nile

1 dari 350,000

1 dari 1.8 juta

1 dari 2 juta

1 dari 2.3 juta

Jarang*

Jarang*

Jarang*

Jarang*

Jarang*

*__ Risiko yang sebenarnya tidak diketahui

Informasi dari referans 16 dan 17

Reaksi Akut Transfusi

REAKSI HEMOLITIK AKUT

Reaksi hemolitik akut disebabkan kerusakan imun dari transfusi RBC,

yang menyerang antibodi penerimanya. Antibodi antigen dari kelompok darah

ABO atau alloantibodi dari antigen RBC yang dihasilkan setelah imunisasi

melalui transfusi sebelumnya atau selama kehamilan. Terdapat dua kategori dari

reaksi hemolitik transfusi: akut dan lambat. Reaksi nonimun dari reaksi akut itu

termasuk pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dan infus darah melalui jalur

cairan hipotonik atau selang intravena yang kecil.

Pada reaksi transfusi hemolitik akut, terjadi kerusakan dari donor RBC

dalam waktu 24 jam selama transfusi. Hemolisis dapat terjadi intravaskuler atau

ekstravaskuler. Hemolisis ekstravaskuler merupakan jenis yang paling sering

9

Page 10: Transfusi Darah dan Produknya.docx

terjadi, umunya terjadi bila donor RBC terbungkus dengan imunoglobulin G

(IgG) atau bagiannya terserang di hati atau limpa. Hemolisis intravaskuler

merupakan bentuk yang berat dari hemolisis yang diakibatkan antibodi ABO.

Gejala dari reaksi transfusi hemolitik akut termasuk demam, menggigil, kekakuan,

mual, muntah, sesak, hipetensi, perdarahan difus, hemoglobinuria, oliguria,

anuria, nyeri pada daerah infus; dan nyeri dada, punggung, dan perut. Komplikasi

yang terjadi bermakna secara klinis berupa anemia, gagal ginjal akut atau

eksaserbasi, disseminated intravascular coagulation, perlu untuk dilakukan

dialisis, dan kematian yang diakibatkan komplikasi secara sekunder.

Indikasi dari reaksi hemolitik akut kira-kira terjadi pada satu dari 50,000

transfusi. Sejak 1996 sampai 2007, terdapat 213 ABO-inkompabilitas transfusi

RBC pada 24 kematian. Sistem yang menggunakan bar kode untuk identifikasi

darah dan pasien mengurangi kesalahan.

REAKSI ALERGI

Reaksi alergi mulai dari ringan (urtikaria) hingga yang mengancam jiwa

(anafilaktik). Reaksi alergi berupa urtikaria dibagi menjadi bintik-bintik merah

yang membengkak atau rasa gatal. Pasien mengalami reaksi transfusi berupa

alergi akibat dari sensitasi dari unit (kantong) yang didonorkan. Antigen ini larut,

dan berhubungan dengan reaksi dengan jumlah yang berbeda-beda pada tiap

orang. Reaksi transfusi berupa alergi ini terjadi pada 1 sampai 3 persen transfusi.

Pasien dengan reaksi transfusi berupa anafilaktik, seperti reaksi yang

urtikaria, akan memberi gambaran berupa bintik-bintik merah yang membengkak,

namun dapat dibedakan dengan adanya hipotensi, bronkospasme, stridor, dan

gejala gastrointestinal. Anafilaktik terjadi sebagai respon presensitasi penerima

donor dari berbagai protein yang terdapat dalam plasma pendonor. Sebagai

contoh, anafilaksis terjadi akibat IgA pendonor yang masuk ke penderita donor

dengan defisiensi IgA dan memiliki anti-IgA dalam aliran darahnya. Sebagai

tambahan, antibodi anti-human leukocyte antigen (HLA) dan antibodi

antikomplemen menjadi penghubung reaksi anafilaktik, yang diperkirakan terjadi

pada satu dari 20,000 hingga 50,000 transfusi.

10

Page 11: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Pencegahan reaksi anafilaktik akibat transfusi ini termasuk menghindari

transfusi plasma dengan IgA pada pasien yang telah diketahui mengalami

defisiensi IgA. Produk seluler (mis, RBC, trombosit) harus dicuci untuk

memisahkan plasma pada pasien dengan defisiensi IgA. Pencegahan terbaik yaitu

dengan pemantauan pasien dalam 15 menit pertama transfusi.

TRANSFUSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERUSAKAN PARU

AKUT

Transfusion-related acute lung injury (TRALI) merupakan

nonkardiogenik edema pulmoner yang disebabkan hipoksia akut yang terjadi

dalam waktu 6 jam transfusi dan memiliki hubungan yang jelas dengan pemberian

transfusi. Pasien dengan TRALI tidak memiliki faktor risiko lain untuk terjadinya

kerusakan paru akut. Antibodi sitoplasma antineutrofil atau antibodi anti-HLA

mengaktifkan sistem imun penerima donor yang berakibat pada terjadinya edema

pulmoner masif. Neutrofil yang teraktivasi pada paru-paru mungkin juga

mengeluarkan enzim proteotilik yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan

lebih lanjut. Metode yang optimal untuk mendeteksi antibodi ini pada produk

yang didonorkan masih belum ditemukan.

Produk donor yang mengandung plasma dalam jumlah yang banyak dari

wanita multipara berhubungan dengna kejadian TRALI. Tingkat kematian di

Inggris berkurang secara signifikan setelah penggunaan plasma dari laki-laki

secara eksklusif. Pada tahun 2006, TRALI merupakan penyebab kematian akibat

transfusi, berkonstribusi sebesar 50.7 persen dari kematian yang berhubungan

dengan kematian. Kelompok kerja TRALI dari AAB merekomendasikan

penggunaan plasma yang berasal dari laki-laki untuk transfusi. Karena kebijakan

ini menyingkirkan sejumlah besar pendonor wanita, sebagai pertimbangan untuk

menyediakan plasma dan trombosit yang adekuat.

REAKSI TRANSFUSI FEBRIS NONHEMOLITIK

11

Page 12: Transfusi Darah dan Produknya.docx

Ferbrile Nonhemolytic Transfusion Reactions (FNHTR) dinyatakan

dengan meningkatnya suhu tubuh setidaknya 1.8oF diatas 98.6oF (37oC) dalam

waktu 24 jam setelah transfusi; hal ini dapat menyebabkan kekauan, menggigil,

dan rasa tidak nyaman. Demam lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan

transfusi secara berulang-ulang dan pada pasien yang hamil. Leukoreduction,

Leukoreduction, yang merupakan memisahan atau penyaringan sel darah putih

dari darah donor telah menurunkan laju FNHTR. FNHTRlebih sering disebabkan

akibat transfusi trombosit dibanding transfusi RBC dan memiliki insiden dengan

rentang kurang dari 1 persen hingga lebih dari 35 persen.

Dua mekanisme yang seharusnya dapat menjelaskan FNHTR : pelepasan

antibodi yang dimediasi pirogen endogen, dan pelepasan sitokin. Sitokin yang

umumnya berhubungan dengan FNHTR termasuk interleukin-1, interleukin-6,

interleukin-8 dan tumor nekrosis faktor. FNHTR adalah sebuah diagnosis yang

hanya dapat dibuat setelah menyingkirkan penyebab lain dari sepsis (mis.

hemolisis, sepsis).

TRANSFUSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIRKULASI YANG

BERLEBIHAN

Transfusi yang berhubungan dengan sirkulasi yang berlebihan merupakan

hasil dari transfusi cepat volme darah yang melebihi sistem sirkulasi yang dapat

diterima penerima donor. Hal ini tidak berhubungan dengna reaksi yang dimediasi

antibodi. Penerima donor dengan risiko terbesar yaitu mereka dengan bahaya

kardiopulmoner, gagal ginjal, atau anemia kronik, dan pasien usia tua atau bayi.

Tanda-tanda dan gejalanya termasuk takikardi, batuk, sesak, hipertensi,

peningkatan tekanan vena sentral, peningkatan tekanan pulmoner dan melebarnya

tekanan nadi. Kardiomegali dan edema pulmoner biasanya tampak pada radiografi

dada.

Diagnosis dibuat secara klinis, namun dapat disertai dengan penilaian

kadar natrium peptida otak, yang mana meningkat akibat respon dari peninggakan

tekanan pengisian. Sebuah studi yang membandingkan pasien yang mendapatkan

transfusi yang berlebihan dengan pasien TRALI tampak kadar natrum peptida

12

Page 13: Transfusi Darah dan Produknya.docx

otak yang secara signifikan lebih besar pada mereka dengan transfusi yang

berhubungan dengan sirkusi berlebihan. Transfusi dengan jumlah yang lebih

sedikit atau dengna laju transfusi yang lebih lambat dapat mencegah terjadinya hal

tersebut. Penanganan dengan menggunakan diuretik dapat menujunkan jumlah

volume yang berlebihan.

Reaksi Transfusi Lambat

TRANSFUSION-ASSOCIATED GRAFT-VERSUS-HOST DISEASE

Transfusion-associated graft-versus-host disease merupakan suatu

konsensus dari proliferasi limfosit donor dan menyebabkan serangan imun

terhadap jaringan dan organ penerima donor. Hal ini terdapat pada lebih dari 90

persen kasus. Pasien mudah terserang pada kondisi dengan immunocompromised

atau immunocompetent dan mereka yang mendapatkan transfusi dengan HLA

haplotipe (yaitu, tergantung pendonornya). Gejalanya yaitu kemerahan, demam,

diare, disfungsi hati, dan pansitopenia yang terjadi dalam waktu satu sampai enam

minggu setelah transfusi.

Faktor risiko termasuk riwayat pengobatan menggunakan fludarabine

(Oforta), Penyakit Hodgkin, transplan stem sel, kemoterapi yang intensif,

transfusi intrauterin, atau eritroblastosis fetalis. Faktor risiko lainnya yang

mungkin terjadi termasuk riwayat tumor padat yang diobati dengan obat-obatan

sitotoksik, transfusi pada bayi-bayi prematur, dan penerima donor berbasangan

dari populasi homogen. Radiasi Gamma dari produk darah mencegah terjadinya

proliferasi limfosit donor dan dapat mencegah transfusion-associated graft-

versus-host disease

13