transformasi sektor ekonomi dan pengaruhnya terhadap distribusi pendapatan di kabupaten sidoarjo

15
 TRANSFORMASI SEKTOR EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SIDOARJO MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Geografi Ekonomi Yang dibina oleh Ibu Dra. Yuswanti Ariani M.si Oleh Muhammad Nur Fahmi (120721435478) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI Desember 2013 

Upload: fahmigeo12

Post on 09-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dalam kehidupan masyarakat selalu ada perubahan didalamnya. baik dalam sektor ekonomi, sosial , maupun budaya. perubahan pada sektor ekonomi sangatlah cepat dan kompleks utamanya jenis pekerjaan masyarakatnya.

TRANSCRIPT

  • TRANSFORMASI SEKTOR EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP

    DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SIDOARJO

    MAKALAH

    UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

    Geografi Ekonomi

    Yang dibina oleh Ibu Dra. Yuswanti Ariani M.si

    Oleh

    Muhammad Nur Fahmi

    (120721435478)

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    FAKULTAS ILMU SOSIAL

    JURUSAN GEOGRAFI

    Desember 2013

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Dinamika pertumbuhan kawasan perkotaan merupakan akibat dari pengaruh

    perkembangan faktor-faktor internal maupun eksternal, yang masing-masing akan

    saling terkait. Kota sebagai pusat pertumbuhan mempunyai peran dalam mendorong

    pertumbuhan kawasan yang ada di sekitarnya. Menurut Yunus (2006), kota-kota

    besar mempunyai pengaruh kekuatan ekonomi yang berbeda-beda dalam tatanan

    ekonomi regional maupun nasional, sehingga rentang pengaruhnya ke daerah

    pinggiran juga berbeda-beda. Dalam beberapa kasus perkembangan perkotaan yang

    ada, bahkan menunjukkan adanya perkembangan fisik kota yang melebihi atau keluar

    dari batas wilayah administrasi kota. Proses transformasi fisik-spasial ini lebih lanjut

    mendorong terjadinya perubahan bentuk kawasan perdesaan menjadi kawasan

    perkotaan (Yunus, 2006).

    Selama ini seringkali terjadi dikotomi antara kawasan perkotaan dan kawasan

    perdesaan. Ada anggapan bahwa kawasan perkotaan tingkat produktivitas

    ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan perdesaan. Ini akibat

    akumulasi investasi pembangunan lebih pada mengutamakan kawasan perkotaan

    dibandingkan kawasan perdesaan, atau sering diistilahkan dengan urban bias.

    Perdesaan secara politis, sosial dan ekonomi cenderung memiliki posisi melayani

    atau membantu perkotaan (Rustiadi, et al, 2009).

    Permasalahan dikotomi ini akhirnya membuat banyak sekali pembangunan

    yang cenderung merusak tatanan kawasan pedesaan. Kawasan pedesaan banyak

    mengalami transformasi dari sebuah desa yang orientasi perekonomiannya pertanian

    berubah menjadi sebuah kota yang dipaksakan, dengan industry sebagai penunjang

    aktivitas ekonomi terbesarnya. Proses transformasi ini biasa disebut dengan

    industrialisasi. Industrialisasi yang berkembang seperti sekarang ini telah menimbulkan

    perubahan lingkungan fisik dan bio-geofisik. Perubahan tataguna lahan misalnya, lahan

    pertanian beralih menjadi sentra-sentra industri, perumahan, rumah sakit, jalan tol

  • dan bendungan.

    Industrialisasi ini terjadi dibanyak daerah di Indonesia tidak terkecuali Kab.

    Sidoarjo. Jumlah industri di Kab. Sidoarjo yang pada tahun 2010 mencapai 804

    industri, baik dari industri skala besar, kecil dan menengah (Badan Pusat Statistik :

    2010). Industrialisasi di Kab. Sidoarjo ini terbilang cukup masive, hal ini

    berpengaruh besar terhadap sektor pertaniannya. Secara umum aktivitas

    perekonomian disektor pertanian mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat

    dari luas lahan pertanian yang semakin tahun mengalami penurunan luasan dari tahun

    2007-2010.

    Tabel 1. Luas Lahan Pertanian Kab. Sidoarjo

    No Tahun Luas Lahan Pertanian

    (Ha)

    1 2006 23.196

    2 2007 23.262

    3 2008 22.684

    4 2009 22.539

    5 2010 22.342

    Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS, 2010)

    Industrialisasi berhubungan erat dengan perkembangan tekhnologi disuatu

    daerah/wilayah. Kemajuan teknologi dan pembangunan, seperti juga dikemukakan

    Todaro (1992), Titus (1982) dalam Mantra (1992) dan modernisasi di perdesaan

    (Saefullah, 2008) telah merubah paradigma berpikir masyarakat petani. Meningkatnya

    mobilitas horizontal desa-kota baik permanen (migrasi) maupun non-permanen

    (sirkulasi) dilakukan oleh golongan menengah dan msikin dan mobilitas vertikal

    terutama pada golongan kaya. Dilain pihak telah terjadi perubahan sistem nilai yaitu bagi

    golongan kaya anak-anak mereka tidak lagi diharapkan dapat melanjutkan pekerjaannya,

    akan tetapi beralih ke sektor formal dan pada golongan menengah dan miskin ke sektor

    informal di kota (Kusnaka dan Utja, 2000; Suwartapradja, 1976).

  • I.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah pertumbuhan perekonomian Kab. Sidoarjo?

    2. Bagaimanakah Transformasi ekonomi di Kab. Sidoarjo?

    3. Bagaimanakah kondisi ekonomi kekinian masyarakat Kab. Sidoarjo?

    4. Apakah pengaruh industrialisasi terhadap Distribusi Pendapatan di Kab.

    Sidoarjo?

    I.3 Tujuan

    1. Untuk mengetahui Bagaimanakah pertumbuhan perekonomian Kab. Sidoarjo

    2. Untuk mengetahui Bagaimanakah Transformasi ekonomi di Kab. Sidoarjo

    3. Untuk mengetahui Bagaimanakah kondisi ekonomi kekinian masyarakat Kab.

    Sidoarjo

    4. Untuk mengetahui pengaruh industrialisasi terhadap Distribusi Pendapatan di

    Kab. Sidoarjo

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    II.1 Pertumbuhan Perekonomian Kab. Sidoarjo

    Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan

    pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

    panjang. Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu : (1) pertumbuhan ekonomi

    sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah

    mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; (2) usaha

    meningkatkan pendapatan perkapita; (3) kenaikan pendapatan per kapita harus

    berlangsung dalam jangka panjang (Suryana, 2000 dalam Lulus: 2006).

    Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan

    pembangunan. Pembangunan yang baik akan menciptakan sebuah atmosfer yang

    positif dalam mengangkat bargaining position suatu wilayah administrative baik

    Negara maupun daerah, yang menarik para investor untuk menginvestasikan

    modalnya ke wilayah tersebut. Nilai investasi yang masuk itulah yang akan

    digunakan untuk membangun infrastruktur dan perekonomian suatu daerah agar

    mencapai kemakmuran ekonomi.

    Pertumbuhan ekonomi daerah diukur berdasarkan pertumbuhan Produk

    Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. PDRB diukur

    berdasarkan perhitungan sembilan sektor usaha yang dominan di masyarakat, yaitu

    sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,

    sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan

    restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa

    perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

    Tabel.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sidoarjo

    Tahun PDRB Perkapita (Rp) Laju Pertumbuhan (%)

  • harga berlaku harga konstan

    harga

    berlaku

    harga

    konstan

    2010 50.132.273,00 24.768.319,21 2,44% 4,91%

    2011 56.506.927,67 26.161.060,47 8,54% 5,62%

    2012 64.465.226,90 27.961.435,08 8,54% 6,88%

    Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Sidoarjo

    Pada tahun 2012 pertumbuhan perekonomian di Kab. Sidoarjo sebesar 6,88%,

    yang artinya kondisi tersebut lebih besar daripada laju pertumbuhan provinsi yang

    sebesar 6,7% atau bahkan pertumbuhan Nasional yang sebesar 6,3% (Badan Pusat

    Statistik, 2012). Besarnya laju pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan kondisi

    perkonomian di Kab. Sidoarjo sangat baik.

    Besarnya pertumbuhan PDRB tersebut tidak lepas dari peranan sektor

    industry sebagai penyumbang terbesar. Dengan masih di dominasinya perekonomian

    daerah dari sektor industry pengolahan dan perdangangan ini menunjukkan, bahwa

    iklim investasi di Kabupaten Sidoarjo masih cukup kondusif bagi tempat usaha.

    Pesatnya pertumbuhan perekonomian di Kab. Sidoarjo tak lepas dari beberapa

    faktor. Berikut beberapa factor yang menjadi factor pendorong laju pertumbuhan

    ekonomi di Kab. Sidoarjo:

    1. Letak Geografis Sidoarjo yang berada diantara Kabupaten dan Kota yang laju

    pertumbuhan ekonominya juga pesat, seperti Surabaya di sebelah utara,

    Mojokerto dan Pasuruan di Selatan, Gresik di Barat. Menyebabkan Sidoarjo

    menjadi wilayah yang strategis untuk menanamkan investasi.

    2. Pembangunan infrastruktur yang baik seperti jaringan jalan yang baik

    menyebabkan Sidoarjo memiliki faktor dorong agar investasi terus mengalir

    ke Sidoarjo. Penyebabnya tak lain adalah infrastruktur merupakan salah satu

    penunjang dalam berkembangnya suatu usaha.

    II. 2 Transformasi Pekerjaan Di Sidoarjo

    Mayoritas masyarakat di Negara-negara berkembang adalah masyarakat yang

    menggantungkan hidup mereka pada system ekonomi agraris, begitu pula system

  • social dan kebudayaannya. (Todaro, 1995). Pada dekade 90-an pernyataan yang

    dikemukakan oleh todaro memang benar adanya termasuk di Indonesia. Akan tetapi

    memasuki millennium baru banyak terjadi transformasi pekerjaan disebagian besar

    kota/kabupaten di Indonesia.

    Memasuki millennium baru transformasi pekerjaan dari agraris menjadi

    industri memang menjadi sebuah trend baru dibeberapa kota/kabupaten. Diantara

    kota/kabupaten yang mengalami transformasi selain Jakarta, Surabaya, Bandung dan

    Semarang dan kota-kota besar Indonesia lainnya sebagai contoh adalah Bekasi,

    Tanggerang, Depok, Gresik dan Sidoarjo. Kota-kota tersebut dahulu merupakan

    daerah yang mengandalkan sector pertanian untuk menunjang perekonomiannya.

    Sebagai contohnya Sidoarjo sebelum tahun 90-an sektor pertanian merupakan sektor

    yang menyumbang pendapatan terbesar. akan tetapi memasuki millennium baru

    sektor Industri merupakan penyumbang pendapatan terbesar.

    Gambar. 1 Peta Penggunaan Lahan Kab. Sidoarjo Tahun 2007

    Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sidoarjo

  • Pada tahu 2007 dapat dilihat bahwa pertanian di Sidoarjo masih berkembang

    cukup luas di sebagian besar wilayah. Akan tetapi semakin dengan berkembangnya

    investasi di kab Sidoarjo semakin lama pertanian di Kab. Sidoarjo semakin tergusur

    dengan kehadiran investasi di sektor industri dan konstruksi. Hal tersebut dapat

    dilihat dari peta penggunaan lahan Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2012.

    Gambar. 2 Peta Penggunaan Lahan Kab. Sidoarjo Tahun 2012

    Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sidoarjo

    Dengan membandingkan peta tersebut dapat dilihat perubahan yang sangat

    massive dalam penggunaan lahan di Kab. Sidoarjo. Wilayah utara Sidoarjo menjadi

    seperti Kec. Krian, Kec. Taman Dan Kec. Balongbendo menjadi wilayah yang

    dijadikan sebagai pusat industry di Sidoarjo. Perubahan yang cukup ekstrem terjadi di

    Kec. Balongbendo, daerah yang pada tahun 2007 merupakan salah satu daerah

    pertanian berubah menjadi daerah industry. Secara otomatis kondisi semacam itu

    membuat sektor pertanian mulai tergusur keberadaannya di Kab. Sidoarjo.

  • Transformasi yang terjadi berpengaruh pula pada sektor yang menunjang

    perekonomian di Kab. Sidoarjo. Sektor industry yang berkembang pesat menjadi

    sektor yang paling banyak menunjang perekonomian.

    Tabel. 2 Produc Domestic Regional Bruto Kab. Sidoarjo Berdasarkan Sektor Tahun

    2008-2010 (Juta Rupiah)

    Sektor

    2008 2009 2010

    Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

    Pertanian Rp1.485.912,89 3,31 Rp1.622.912,13 3,24 Rp1.737.549,86 3,07

    Industri Rp22.524.488,63 50,12 Rp24.787.734,65 49,44 Rp27.506.878,72 49

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)

    Pertumbuhan sektor industry tersebut juga berpengaruh besar terhadap sektor

    pekerjaan yang paling banyak meneyedot tenaga kerja di Kab. Sidoarjo. Saat ini

    sektor industry merupakan sektor yang paling banyak menarik tenaga kerja. Setiap

    tahunnya jumlah pekerja yang bekerja pada sektor ini terus bertambah

    Tabel. 3 Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2010

    Lapangan Pekerjaan

    Utama

    Jumlah

    1. Pertanian, Kehutanan,

    Perburuan dan Perikanan

    84 919

    2. Industri Pengolahan/

    Manufacturing Industry

    301 423

    3. Bangunan/ Construction 48 939

    4. Perdagangan Besar,

    Eceran, Rumah Makan

    242 902

    5. Angkutan, Pergudangan 60 263

  • dan Komunikasi

    6. Keuangan dan Jasa-jasa 177 367

    7. Pertambangan dan

    Penggalian, Listrik, Gas

    dan Air

    1 809

    Jumlah 917 622

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)

    Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa sektor industry merupakan sektor yang

    palin banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini membuat sebuah pola social baru dalam

    masyarakat. Masyarakat petani seperti yang berasal dari Kec. Tarik. Kec. Wonoayu,

    dan Kec. Balongbendo banyak yang lebih memilih untuk beralih menjadi buruh

    pabrik dibandingkan kembali menjadi buruh tani.

    Pola tersebut tidak hanya terjadi pada kaum muda saja, banyak kaum ibu yang

    juga mencoba untuk beralih menjadih buruh pabrik. Walaupun dalam

    implementasinya mereka tidak bekerja secara penuh. Buruh yang berasal dari kaum

    ibu tersebut biasanya disebut buruh borongan. Buruh borongan merupakan buruh

    yang mendapatkan gaji sesuai dengan kuantitas jumlah produksi yang di dapat.

    II.3 Kondisi Perekonomian Masyarakat Sidoarjo

    Tingginya PDRB sebenarnya tidak member jaminan bagi baiknya

    perekonomian masyarakat disuatu daerah. Seperti yang terjadi di Kab. Sidoarjo,

    Angka Kemiskinan Kabupaten Sidoarjo dalam lima tahun terakhir cenderung

    mengalami peningkatan yang cukup besar. Jumlah KK miskin yang dijumpai di

    Tahun 2012 sebanyak 61.971 KK (Badan Pusat Statistik, 2012). Dari jumlah tersebut

    kebanyakan yang tergolong dalam keluarga miskin berasal dari keluarga buruh tani.

    Kemiskinan yang terjadi sebenarnya erat kaitannya dengan distribusi

    pendapatan yang tidak merata. Menurut (Todaro, 2009) distribusi pendapatan

    merupakan inti dari semua masalah pembangunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    tidak selalu pembangunan ekonomi yang baik akan menjadikan masyarakatnya hidup

  • dalam kondisi yang sejahtera. Sejalan dengan tersebut dalam kenyataanya di Negara-

    negara berkembang semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi maka semakin tidak

    merata pola distribusi pendapatannya (Boediono,1981).

    Pada kasus Kabupaten Sidoarjo, terjadi ketimpangan yang besar antara kaum

    kapitalis dengan masyarakat buruh utamanya buruh tani. Kaum kapitalis yang

    memiliki modal mampu bertahan dan terus berkembang di tengah kemajuan

    pertumbuhan ekonomi yang ada. Sedangkan buruh tani semakin mengalami

    keterpurukan akibat adanya industrialisasi. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa

    industrialisasi menjadi factor dominan yang memacu terjadinya alih fungsi lahan dari

    lahan pertanian menjadi pabrik. Hal tersebut mengakibatkan jumlah lapangan

    pekerjaan bagi buruh tani. Akibat dari hal itu banyak buruh tanu yang akhirnya

    beralih profesi menjadi pekerja pabrik.

    Menjadi sebuah ironi memang apabila melihat kenyataan bahwa banyak

    sekali buruh tani yang beralih profesi sebagai buruh pabrik. Buruh tani yang

    mayoritas hanya mendapatkan pendidikan yang rendah hanya akan mendapatkan

    posisi rendahan di pabrik, yang mengakibatkan upah yang diterimapun juga rendah.

    Dari penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya dapat disimpulkan

    bahwa secara umum masyarakat sidoarjo memiliki perekonomian yang baik hal

    tersebut dapat dilihat upah minimum regional (UMR) yang sebesar Rp. 1.530.000

    pada tahun 2012, upah ini merupakan salah satu UMR yang tertinggi di Provinsi

    Jawa Timur selain, Kab. Gersik dan Kota Surabaya, akan tetapi kondisi tidak

    dirasakan oleh semua elemen masyarakat seperti petani dan buruh pabrik rendahan.

    II.3 Pengaruh Industrialisasi Terhadap Distribusi Pendapatan

    Industrialisasi yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo menyebabkan adanya pola

    distribusi pendapatan yang tidak merata dalam masyarakat. Masyarakat dari sektor

    pertanian kebanyakan memiliki pendapatan yang rendah. Hal tersebut di indikasikan

    dari jumlah keluarga pra sejahtera, di kecamatan yang sektor penopang perekonomian

    terbesar adalah pertanian seperti Kec. Wonoayu, Kec. Kerembung, dan Kec. Tarik

  • jumlah keluarga pra sejahtera prosentasenya cukup besar apabila dibandingkan

    dengan kecamatan yang sektor terbesar pendukung ekonominya adalah Industri

    seperti Kec. Krian, Kec. Balongbendo, dan Kec. Waru.

    Tabel. 4 Prosentase Keluarga Pra Sejahtera Berdasarkan Kecamatan

    No Kecamatan Keluarga Pra

    Sejahtera (%)

    1 Wonoayu 3,25

    2 Balongbendo 2,19

    3 Tarik 5,08

    4 Krian 3,81

    5 Waru 0,82

    6 Taman 2,83

    7 Krembung 6,29

    8 Tulangan 7,56

    Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 (data diolah)

    Terdapat beberapa factor yang menyebabkan distribusi pendapatan yang tidak

    merata.

    1. Semakin berkurangnya lahan pertanian menyebabkan banyak buruh tani yang

    tidak mendapatkan lapangan pekerjaan karena harus berebut dengan buruh

    tani yang lain.

    2. Banyak buruh tani yang beralih profesi menjadi buruh pabrik di Kecamatan

    lain, akan tetapi karena mayoritas buruh tani tingkat pendidikannya rendah

    maka hanya menjadi buruh rendahan di pabrik dengan gaji di bawah UMR

    Fakta tersebut menunjukkan bahwa tingginya pertumbuhan PDRB suatu

    daerah tidak menjamin meratanya distribusi pendapatan di daerah tersebut. Menurut

    Arsyad, 1997 pembangunan ekonomi tidaklah semata-mata hanya untuk mengejar

    pertumbuhan PDB atau PDRB, namun juga untuk menciptakan pemerataan

    pendapatan antar masyarakat. Karena ketidakmerataan distribusi pendapatan

    masyarakat juga merupakan permasalahan pembangunan (Tulus, 2006).

  • Pertumbuhan ekonomi tinggi gagal untuk mengurangi bahkan menghilangkan

    besarnya kemiskinan absolut. Dengan kata lain, pertumbuhan Ekonomi yang cepat

    tidak secara otomatis meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Karena apa yang

    disebut dengan proses trickle down effect dari manfaat pertumbuhan ekonomi bagi

    penduduk miskin tidak terjadi seperti apa yang diharapkan.(Tulus, 2006)

  • BAB III

    PENUTUP

    III. 1 Kesimpulan

    Kabupaten Sidoarjo merupakan wilayah dengan pertumbuha ekonomi yang

    tinggi hal tersebut dapat dilihat dari besarnya PDRB Kab. Sidoarjo. Sektor yang

    paling dominan untuk menopang tingginya laju pertumbuhan ekonomi kabupaten

    Sidoarjo adalah sektor industry.

    Sektor industri yang berkembang sangat pesat berdampak negatif bagi sektor

    pertanian di Kab. Sidoarjo. Di banyak kecamatan terjadi degradasi lahan pertanian

    besar-besaran untuk dialih fungsikan sebagai kawasan industri. Seperti contohnya

    yang terjadi di Kec. Krian dan Kec. Balongbendo

    Pertumbuhan ekonomi yang besar di Kabupaten Sidoarjo tidak menjamin

    meratanya distribusi pendapatammya. Banyak masyarakat Sidoarjo yang masih

    tergolong keluarga pra sejahtera. Kebanyakan masyarakat yang termasuk golongan

    pra sejahtera merupakan para buruh tani. Dari fakta yang ada, dapat disimpulkan

    bahwa besarnya laju pertumbuhan ekonomi tidak menjamin meratanya distribusi

    pendapatan masyarakatnya.

  • Daftar Rujukan

    Arifin, Zainal. 2007. Pertumbuhan, Sektor Unggulan, Kesenjangan Dan Konvergensi

    Antar Kecamatan Di Kabupaten Sidoarjo, (online) (http://www.umm.ac.id)

    diakses 25 November 2013

    Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Sidoarjo Dalam 2010 (online)

    (http://sidoarjokab.bps.go.id) diakses 8 Juni 2012

    Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Sidoarjo Dalam 2012 (online)

    (http://sidoarjokab.bps.go.id) diakses 8 Juni 2012

    Boediono. 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

    Budiman, Arif. 2000 Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.

    Dhartaredjasa, Isnain & Hartono. 2012. Analisis Citra Satelit Multitemporal Untuk

    Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik

    Dan Sidoarjo Tahun 1994-2012 (online) (http:/www.lib.ugm.ac.id) diakses 26

    Oktober 2013

    Lapuran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo 2012,

    (online) (http://www.sidoarjokab.go.id) diakses 28 November 2013

    Nafziger, E. Wayne. 2006. Economic Development. Fourth Edition. Cambridge:

    Cambridge University Press.

    Prapti, Lulus. 2006. Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi

    Pendapatan, (tesis) Semarang: Universitas Diponegoro (online)

    (http://www.undip.ac.id) diakses 28 november 2013

    Sumardi, Mulyanto. & Evers Hans Dieter. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok,

    Jakarta: CV Rajawali Jakarta

    Todaro P. Michael & Smith C. Stephen. 2009. Pembangunan Ekonomi. Jakarta:

    Erlangga

    Todaro, Michael, P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh

    (diterjemahkan oleh Haris Munandar), Erlangga: Jakarta

    Willis, Katie. 2005. Theories and Practices of Development. Routledge.