transformasi digital

15
LAPORAN TRANSFORMASI DIGITAL diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Preservasi dan Konservasi Bahan Pusakan dan Informasi oleh : Fitri Wulan A. 1201958 Nur Afrylyanty 1202788 Tantan Hadian 1205343 PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013-2014

Upload: universitas-pendidikan-indonesia

Post on 16-Apr-2017

274 views

Category:

Devices & Hardware


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Transformasi Digital

LAPORAN TRANSFORMASI DIGITAL

diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Preservasi dan Konservasi Bahan Pusakan dan

Informasi

oleh :

Fitri Wulan A. 1201958

Nur Afrylyanty 1202788

Tantan Hadian 1205343

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013-2014

Page 2: Transformasi Digital

i | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

Kata Pengantar

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

segala limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan

makalah yang membahas mengenai Program Disaster Preparedness Plan

(Perencanaan Kesiapan Bencana) Di Perpustakaan. Makalah ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka

dan Informasi.

Dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan kami untuk

menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen dan asisten dosen mata kuliah

Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka dan Informasi, kiranya Allah SWT

memberikan balasan yang berlipat ganda.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian makalah ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan

penulisan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penyusun, umumnya bagi pembaca.

Bandung, Maret 2014

Penyusun

Page 3: Transformasi Digital

1 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan perawatan dan pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan

kandungan informasi bahan pustaka dengan alih bentuk menggunakan

media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin agar bahan

pustaka itu dapat digunakan secara optimal dalam jangka waktu yang cukup

lama.

Perpustakan sebagai salah satu pengelola informasi bertugas

mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan merawat koleksi untuk dapat

dimanfaatkan oleh pengguna dalam jangka waktu yang lama secara efektif

dan efisien. Untuk itu koleksi perlu dirawat dan dilestarikan agar ilmu

pengetahuan dan teknologi yang terkandung didalamnya dapat diwariskan

ke generasi yang akan datang.

Tugas pemeliharaan, perawatan dan pelestarian koleksi bukanlah

tugas yang mudah.Sejak jaman dahulu perpustakaan telah berusaha untuk

mencegah dan mengatasi kerusakan koleksi yang disebabkan oleh faktor

alam, serangga dan ulah manusia. Penggunaan berbagai insektisida,

pengaturan ruangan secara khusus, penyelenggaraan pendidikan pengguna

perpustakaan merupakan usaha-usaha untuk mencegah atau mengurangi

kerusakan koleksi.

Kekuatan utama sebuah dokumen bukan saja terletak pada fisiknya

tetapi juga nilai informasinya yang terkandung dalam dokumen yang

bersangkutan.Oleh karena itu baik fisik maupun informasi yang dikandung

perlu dilestarikan bersama sebagai suatu rekaman budaya atau sejarah

kehidupan bangsa yang menjadi kebanggaan dan acuan dalam

pengembangan budaya bangsa di masa mendatang.

Mengingat kesulitan ruang penyimpanan dan kemajuan teknologi,

maka pemeliharaan dokumen atau pelestarian tidak ditujukan kepada

dokumen yang sudah rusak dan tua saja, tetapi juga pada bahan pustaka

Page 4: Transformasi Digital

2 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

yang baru datang. Alih bentuk dokumen atau reprografi misalnya dalam

bentuk mikro atau dalam bentuk digital selain untuk mencegah kerusakan

juga untuk mengatasi kesuliatan ruang penyimpanan.

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari perpusakaan itu sendiri?

2. Apa definisi dari bahan pustaka?

3. Apa definisi dan kegiatan dari Fumigasi?

4. Apa definisi dan kegiatan dari Deadifikasi?

5. Apa definisi dan kegiatan dari Laminasi?

6. Apa definisi dan kegiatan dari Enkapsulasi?

C. Identifikasai masalah

1. Pada makalah ini kami membahas mengenai pengertian dari

perpustakaan.

2. Menjabarkan pengertian dari bahan pustaka.

3. Menjelaskan mengenai pengertian dan kegiatan Fumigasi.

4. Menjelaskan mengenai pengertian dan kegiatan Deasidifikasi.

5. Menjelaskan mengenai pengertian dan kegiatan Laminasi.

6. Menjelaskan mengenai pengertian dan kegiatan Enkapsulasi.

D. Pembatas masalah

Makalah ini pada umumnya hanya membatasi masalah pada ruang

lingkup kegiatan Fumigasi, Deadifikasi, Laminasi dan Enkapsulasi di

perpustakaan.

E. Tujuan

1. Agar mengetahui definisi dari perpusakaan dan bahan pustaka.

2. Agar memahami apa saja kegiatan Fumigasi, Deadifikasi, Laminasi dan

Enkapsulasi di perpustakaan.

F. Manfaat

Page 5: Transformasi Digital

3 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

Manfaat dari makalah ini yaitu agar kita yang akan kelak menjadi

pustakawan dapat mengetahui kegiatan Fumigasi, Deadifikasi, Laminasi

dan Enkapsulasi di perpustakaan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Perpustakaan

Menurut RUU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan

Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak

dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi

kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara

interaksi pengetahuan.

2. Bahan Pustaka

Bahan Pustaka atau bahan pustaka merupakan salah satu unsur

dalam sebuah sistem perpustakaan, selain ruangan atau gedung,

peralatan atau perabot, tenaga dan anggaran. Unsur-unsur tersebut satu

sama lain saling berkaitan dan saling mendukung untuk

terselenggaranya layanan perpustakaan yang baik. Jadi, bahan pustaka

merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan,

sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal.

B. Laminasi

Laminasi atau penyampulan ini dengan cara memberikan perlindungan

plastik atau bahan lain agar bahan pustaka itu tidak sobek atau hancur.

Disamping itu, dengan penyampulan buku tampak rapi.

1. Bahan pustaka yang perlu dijilid adalah berikut ini:

Page 6: Transformasi Digital

4 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

Bahan pustaka yang sampulnya rusak atau terlalu tipis.

Bahan pustaka yang benang jahitannya untuk mengikat

lembaran-lembaran lepas, telah lepas.

Bahan pustaka yang memiliki halaman tidak berurutan sehingga

perlu dibongkar untuk dijilid lagi.

Manuskrip, naskah atau dokumen kuno biasanya kertasnya sudah

lapuk dan mudah hancur. Karena itu, perlu diawetkan dengan

disemprot bahan kimia (coating) dengan proses laminasi.

2. Bahan pustaka yang berbentuk majalah akan dijilid, apabila semua

nomor untuk satu volume telah lengkap. Apabila nomor lepasnya agak

tebal maka anda dapat menjilid satu volume majalah menjadi dua atau

tiga jilid.

3. Prosedur penjilidan

Setiap bahan pustaka yang akan dijilid diambil dari rak.

Apabila bahan pustaka itu berbentuk buku maka kartu buku yang

berada dibalik sampul belakang harus dicabut. Jajarkan kartu

buku pada jajaran buku yang dijilid. Penjajaran kartu-kartu itu

bisa menurut abjad pengarang ataupun judul buku.

Apabila bahan pustaka itu berupa majalah maka harus ada

catatan data majalah yang sedang dijilid pada kartu registrasi

untuk judul-judul majalah tersebut.

Tuliskan volume dan nomor-nomor majalah yang sedang dijilid.

Perlu juga menuliskan bahwa satu volume dari judul majalah itu

dijilid menjadi berapa jilid sehingga dapat dijadikan pegangan,

apabila menjilid judul majalah itu pada waktu-waktu yang akan

datang.

Untuk setiap bahan pustaka yang akan dijilid dibuatkan lembar

petunjuk sebagai pegangan bagi orang yang akan melaksankan

penjilidan. Untuk majalah, lembar petunjuk itu dibuatkan untuk

setiap judul majalah. Lembar petunjuk itu dibuat rangkap dua,

yang pertama dimasukkan ke dalam bahan yang akan dijilid, dan

yang kedua disimpan pada file perpustakaan.

Page 7: Transformasi Digital

5 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

Lemar petunjuk untuk buku berisi data tentang:

1) Tanggal buku dikirim untuk dijilid,

2) Data bibliografi setiap buku,

3) Jenis dan tebal sampul yang diinginkan,

4) Jenis pelapis sampul yang dikehendaki,

5) Warna sampul,

6) Keterangan mengenai keinginan pustakawan dalam

pemberian judul pada sampul dan punggung buku,

7) Keterangan mengenai nomor halaman yang perlu

ditambah, diganti, atau diperbaiki.

Lembar petunjuk untuk majalah berisi data tentang:

1) Tanggal majalah itu dikirim untuk dijilid;

2) Judul majalah, volume dan nomor-nomor majalah yang

akan dikirim untuk dijilid;

3) Keterangan mengenai berapa nomor yang dijilid menjadi

satu;

4) Indeks majalah dijilid bersama atau terpisah;

5) Keterangan mengenai keinginan pustakawan dalam

pemberian judul, nomor, volume majalah pada sampul

dan punggung majalah;

6) Jenis, tebal, warna sampul yang diinginkan;

7) Keterangan mengenai halaman yang perlu dihilangkan,

seperti sampul, iklan, dan sebagainya.

Setiap bahan pustaka yang akan dijilid, dicatat pada buku

ekspedisi. Dengan demikian, akan dapat diketahui lalu lintas

bahan pustaka, baik antarbagian di dalam organisasi

perpustakaan, apalagi jika penjilidan itu dilakukan keluar

perpustakaan. Pencatatan ini diperlukan sebagi bukti bahwa

bahan pustaka itu sudah diproses ke bagian penjilidan. Jadi,

apabila ada bahan pustaka yang hilang dalam proses penjilidan

akan lebih mudah menelusurnya, daripada terjadi saling lempar

tanggung jawab dikemudian hari. Pustakawan mengelola begitu

Page 8: Transformasi Digital

6 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

banyak pustaka sehingga tidak mungkin untuk mengingatnya

satu demi satu. Pada awalnya mungkin saja masih teringat bahan

pustaka apa saja yang sudah diserahkan ke bagian penjilidan,

tetapi setelah sekian lama tidak mungkin untuk mengingatnya

semua.

Bahan pustaka, beserta satu lembar petunjuk didalam bahan itu,

diserahkan kepada penjilid yang menandatangani buku

ekspedisi.

Apabila bahan pustaka telah kembali dari penjilidan/dengan

lembar petunjuk masih didalamnya, perlu diteliti apakah sudah

dijilid sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Kalau belum,

kembalikan saja bahan pustaka itu ke bagian penjilidan, untuk

diselesaikan sesuai dengan petunjuk.

Apabila penjilidan sudah diselesaikan dengan baik, untuk buku

kartu buku ditarik dari jajaran buku yang dijilid. Kartu buku itu

dimasukkan kembali ke kantung buku, dan buku ditempatkan

kembali ke rak. Untuk majalah, ganti keterangan di kartu

registrasi dari sedang dijilid, menjadi volume tersebut sudah

dijilid.

Apabila penjilidan dilakukan oleh pihak luar perpustakaan, perlu

diselesaikan masalah keuangannya.

Laminasi

Manuscript, naskah, dokumen kuno biasanya kertasnya mudah

lapuk dan hancur sehingga perlu diawet an dengan disemprot bahan

kimia (coating) atau dengan proses laminasi.

Pada laminasi sederhana dilaksanakan secara manual. Mula-mula

bentangkan kertas tissue sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan,

kemudian diatasnya digelar selembar acetate foil dengan ukuran yang

sama, selanjutnya, dihamparkan bahan pustaka yang rusak dalam

ukuran yang lebih kecil artinya kertas tissue dan acetate foil harus lebih

besar daripada kertas yang rusak. Kemudian, dipasang lagi kertas tisu

Page 9: Transformasi Digital

7 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

dengan ukuran yang lebih besar dari pada halaman yang rusak.

Kemudian, ulaslah dengan cairan acetone pada semua halaman dan

dibolak-balik dengan bantuan kapas atau kuas. Persenyawaan cairan

acetone menyebabkan acetate foil bersenyawa dengan kertas tisu, baik

diata maupun dibawah halaman yang rusak. Lalu, kertas tissue

digunting.

Laminasi modern menggunakan mesin. Bahan laminasi sudah

dirancang dalam bentuk siap pakai. Akibat proses panas dari mesin,

laminasi akan melindungi dokumen. Cara ini banyak digunakan di

Indonesia erutama untuk perlindungan dokumen berharga. Sebagai

contoh Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM)

ataupun ijazah sering pula dilaminasi. Demikian pula dengan lembaran

bahan pustaka yang penting tetapi kertasnya mudah lapuk maka

laminasi merupakan salah satu cara untuk melestarikan bahan pustaka

itu.

C. Fumigasi

Fumigasi adalah suatu upaya melakukan tindakan untuk mencegah

kerusakan bahan pustaka dari serangga yang dilakukan dengan cara, seperti

memberikan obat dengan menyuntikkan ke dalam tanah dibawah gedung,

atau menaruh diruangan perpustakaan yang tertutup rapat selama beberapa

hari agar serangga tersebut mati.

Fumigasi atau pengasapan bertujuan untuk membunuh jamur maupun

serangga yang tumbuh pada bahan kertas. Fumigasi dapat diaksanakan

dalam kotak, lemari fumigasi, ruang fumigasi, ruang penyimpanan arsip,

ruang perpustakaan, maupun ruang deposit. Bahan fumigasi disebut

fumigant , dapat berbentuk padat, cair, atau gas.

1. Padat

Bahan padat ini terdiri dari thymol crystal dan phospine.

a. Thymol Crystal

Page 10: Transformasi Digital

8 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

Bahan ini dapat mematikan jamur yang tumbuh pada permukaan

kertas atau kulit sampul buku. Fumigasi dengan bahan ini

memerlukan lemari lengkap dengan pemanasan lampu pijar.

Bahan ini akan menguap karena adanya pemanasan. Uap pada

tekanan dan pada suhu kamar akan menyumblim lalu menempel

pada kertas yang berfungsi sebagai elindung terhadap serangan

jamur dari luar. Fumigasi dengan cara ini memerlukan waktu

sekitar dua hari.

b. Phospine

Bahan inisangat efektif untuk membunuh serangga maupun

binatang mengerat. Bahan ini dapat berbentuk:

1) Tablet atau plet dengan nama merk phostoxin, gastoxi,

dangas/Ex-B yang mengandung alumunium phospephide yang

dapat bereaksi dengan uap air yang terdapat dalam udara

membentuk gas phospine yang beracun.

2) Batangan

Bahan ini mengandung magnesium phosphide yang juga dapat

bereaksi dengan uap air untuk menghasilakn gas phospine.

2. Cair

Bahan cair ini antara lain fumaldehide dan carbon tetrachloride

a. Fumaldehide

Bahan cairan ini pada tekanan suhu kamar secara perlahan akan

menguap menjadi as. Bahan ini berguna untuk mematikan jamur.

Fumigasi dengan bahan ini dilakukan dengan ruangan khusus

fumigasi atau kotak. Adapun cara fumigasi ini adalah dabahn ini

ditaruh pada bejana yang ceper agar penguapannya lebih cepat,

kemudian dimasukna ke dalam kotak yang telah diisi buku yang

akan difumigasi. Bahan ini hanya mematikan jamur dan tidak

berfungsi untuk melindungi karena tidak meninggalkan residu

maupu uap setelah selesai fumigasi.

b. Carbon Tetrachloride dan Carbon disulfide

Page 11: Transformasi Digital

9 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

Penggunaan bahan-bahan tersebut dapat dicampuri dengan

perbandingan 50% :50% atau dipisah sama sekali. Bahan ini juga

berfungsi untuk mematikan serangga dan cara penggunaanya

seperti pada penggunaan formaldehide.

3. Gas

Bahan gas ini antara lain berupa methyl bromide. Bahan ini

memilikititik didih yang rendah. Oleh karena itu, begitu dikeluarkan

dari dalam tabung langsung menjadi gas. Gas ini lebih berat dari pada

udara, maka dalam proses fumigasi hendaknya dimasukan dari atas

ruangan. Bahan ini berfungsi sebagai pembasmi serangga dan dapat

membunuh jamur Aspergillus spp dan Pacnicillium spp. Gas ini mudah

terbakar dan dapat mematikan api.

Pemeliharaan bahan non kertas- Film

Bahan pustaka yang terbuat dari film memerlukan perawatan yang

hati-hati. Biasanya informasi yang dikandung bahan informasi ini

memiliki nilai tinggi yang perlu diawetkan. Daya tahan dokumen

berupa film ditentukan oleh kestabilan kimiawi film itu sendiri,

pemprosesan, kondisi tempat penyimpanan, perawatan dan

penggunaannya.

Penyimpanan bahan film dapat dilkukan dengan dua cara, yakni

disimpan dalam ruangan atau dalam kantong alumunium. Apabila film

itu disimpan dalam ruangan maka harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. Bebas dari debu

b. Tidak terkena sinar matahari/lampu langsung

c. Kelembapan udara hendaknya dijaga antara 20-40 %

d. Suhu ruangan hendaknya dijaga agar tidak lebih/kurang dari 21

derajat

e. Sirkulasi udara dalam ruangan dapat berjalan dengan lancar.

f. Ruangan harus tertutup rapat, terbebas dari debu luar dan

kontaminasi dari zat kimia

Page 12: Transformasi Digital

10 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

g. Memiliki alat keamanan untuk menjaga dari kebakaran atau

pencurian

h. Penyimpanan film pada rak ang anti karat dan dimasukkan ke

dalam kotak/tabung dari plastik maupun fiberglass

i. Penjagaan kelembapan dan suhu ruangan hendaknya disesuaikan

dengan macam film dan jangka penyimpanan

Contoh atau dalam kantong rak penyimpanan film

Apabila film itu disimpan dalam kantong alumunum, maka

kantong itu terdiri dari 3 lapis. Lapisan pertama, terbuat dari polister

agar tidak mudah rusak atau robek. Lapisan kedua/tengah terdiri dari

alumunium agar tidak terjadi kontaminasi dan lapisan dalam terbuat

dari bahan yang memiliki daya rekat. Penyimpanan film dalam

kantong digunakan swiss vacuum . penyimpanan ini dilakukan

dengan cara:

a. Film mikro dimasukkan ke dalam kantong alumunium kemudian

udara dalam kantong itu dikeluarkan

b. Sebagai gantinya, gas N dimaskkan agar film-film itu tdak

lengket satu dengan yang lainnya, dan

c. Kantong itu dipanaskan ujungnya denga alat pengelem.

Page 13: Transformasi Digital

11 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

D. Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah salah satu melindungi kertas dari kerusakan fisik

misalnya rapuh karena umur. Yang harus diperhatikan dalam proses

enkapsulasi adalah kertas harus kering, bersih dan bebas asam.

E. Deasidifikasi

Deasidifikasi adalah cara menetralisir aam yang sedang merusak

kertas dan memberi bahan penahan/buffer untuk melindungi kertas dari

pengaruh asam dari luar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 14: Transformasi Digital

12 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

Dalam kegiatan pemeliharaan bahan pustaka adalah sebuah kegiatan

yang dilakukan oleh pustakawan yang bertujuan agar kandungan informasi

lebih awet, lebih luas penyebarannya dan agar dikembangkan lebih lanjut.

Dalam kegiatan pemeliharaan bahan pustaka ini tidak hanya bahan pustaka

cetak, tetapi juga dilakukan kepada bahan pustaka non-cetak. Adapun

pemeliharaan ini dapat dilakukan dengan cara laminasi/penyampulan,

fumigasi, enkapsulasi dan deasidifikasi.

B. Saran

Suatu bahan pustaka lambat laun pasti akan mengalami penurunan

kualitas bahkan kerusakan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan,

konservator tentunya harus mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan

terjadinya kerusakan bahan pustaka. Upaya pencegahan kerusakan bahan

pustaka dapat dilakukan dengan memperhatikan tempat penyimpanan,

kebersihan, suhu dan kelembapan udara dalam ruangan penyimpanan,

pencahayaan, dan lain-lain.

Ada beberapa cara menanggulangi bahan pustaka yang rusak,

diantaranya melalui kegiatan laminasi, fumigasi, enkapsulasi, dan

deasidifikasi. Penulis berharap pembaca benar-benar paham betapa

pentingnya bahan pustaka agar selalu terawat dengan kondisi yang baik

sehingga bahan pustaka tetap berguna dan bermanfaat bagi pemustaka

sampai kapan pun.

Page 15: Transformasi Digital

13 | k e g i a t a n F u m i g a s i , D e a d i f i k a s i , L a m i n a s i d a n E n k a p s u l a s i

Daftar Pustaka

Lasa HS. (2007). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus.

Lasa HS. (2009). Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher.

Saleh, Abdul Rahman dan Rita Komalasari. (2009). Manajemen Perpustakaan.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Sutarno, N. S. (2008). Kamus Perpustakaan dan Informasi. Jakarta : Jala Permata.

Yulia, Yuyu dan Janti Gristinawati Sujana. (2009). Pengembangan Koleksi.

Jakarta: Universitas Terbuka.