training need analysis

7
Training Need Analysis Peranan akan SDM merupakan suatu kehandalan yg sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Dengan SDM yang memeliki kompetensi yang tinggi membuat perusahaan dapat bersaing dan memenangkan persaingan. “Technology makes things possible. People make things happen.” Perusahaan sangat bekerja keras utk mendapatkan orang-orang yg memiliki kompensi yang tinggi. Dalam kenyataan banyak sekali faktor yang menyebabkan peng-rekrutan SDM yang handal menjadi kendala. Keterbatasan benefit yang ditawarkan perusahaan, persaingan kompetitor dlm peng-rekrutan SDM yang sama, menjadi perusahaan mendapakatkan SDM yang memiliki kompetensi yg dibawah persyaratan. Mengembangkan atau memberikan pelatihan terhadap Pekerja yang ada diharapkan dapat meminimalisirkan gap antara job requirement dengan kompetensi yang dimilikinya. Training merupakan suatu investasi yang besar dikeluarkan oleh perusahaan. Karena biaya yang besar, perlunya suatu pengawasan yang tinggi agar menjamin investasi yang dikeluarkan tidak terbuang secara percuma. Salah satu kontrol terhadap implementasi training adalah mengawasi pelatihan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan juga kebutuhan Pekerja dalam menjalankan roda perusahaan

Upload: jarot-syamsurizal

Post on 10-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Training Need AnalysisPeranan akan SDM merupakan suatu kehandalan yg sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Dengan SDM yang memeliki kompetensi yang tinggi membuat perusahaan dapat bersaing dan memenangkan persaingan.

Technology makes things possible. People make things happen.

Perusahaan sangat bekerja keras utk mendapatkan orang-orang yg memiliki kompensi yang tinggi. Dalam kenyataan banyak sekali faktor yang menyebabkan peng-rekrutan SDM yang handal menjadi kendala.

Keterbatasan benefit yang ditawarkan perusahaan, persaingan kompetitor dlm peng-rekrutan SDM yang sama, menjadi perusahaan mendapakatkan SDM yang memiliki kompetensi yg dibawah persyaratan. Mengembangkan atau memberikan pelatihan terhadap Pekerja yang ada diharapkan dapat meminimalisirkan gap antara job requirement dengan kompetensi yang dimilikinya.

Training merupakan suatu investasi yang besar dikeluarkan oleh perusahaan. Karena biaya yang besar, perlunya suatu pengawasan yang tinggi agar menjamin investasi yang dikeluarkan tidak terbuang secara percuma. Salah satu kontrol terhadap implementasi training adalah mengawasi pelatihan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan juga kebutuhan Pekerja dalam menjalankan roda perusahaan

Training AssessmentPada fase ini, setiap Pekerja dilakukan assessment. Kekurangan atau gap terhadap Pekerja ini dibandingkan dengan job requirement. Model ini mengidentifikasi setiap Pekerja, namun analisa atau assessment yang dilakukan terlalu general. Contohnya adalah seorang Accounting: harus memiliki pengetahuan akan jurnal, buku besar, piutang, hutang, laporan keuangan, excel, aset dll.

Model ini melihat persyaratan pekerjaan tsb terlalu luas dan umum. Dalam prakteknya seorang accounting dalam accounting departemen memegang jabatan tertentu saja tdk general contohnya adalah ia seorang pemegang jabatan aset. Tentu tdk ada relevan kalau mengambil training tentang AR.

Disamping terlalu melebar kompetensi yang harus dimiliki, biaya yg dikeluarkan cukup besar. Tentu pemilihan model ini banyak dihindari perusahaan.

Model ini hanya membawa benefit, yang membuat seseorang menjadi seorang yang memiliki pengetahuan general dan dpt dipindahkan ke bagian yang lain dan cepat akan penyesuaian di lapangan.

Job and Task analysisUntuk model ini adalah model penyempurnaan pada model sebelumnya (Training Assessment). Pada model ini setiap training di fokuskan pada job and task analysis. Yang sering menjadi pertanyaan orang HRD kenapa memakai job and task analysis, tidak memakai job desc yang nampaknya lebih familiar di telinga orang HRD.

Kalau memakai job desc tentu menjadi permasalah dalam penentuan training yang akan diambil. Karena Pekerja seseorang sering sangat luas dan tentu tidak seluas seperti yang dituangkan dalam job desc. Dan lebih fleksibel dalam penentuan training yang akan diambil.

Karena training langsung menuju pada pekerjaan yang dimiliki (job and task) maka model ini sering digunakan suatu model dalam penentuan training need analysis. Untuk analysis job and task bisa dikerjakan bersama antara Pekerja yg bersangkutan, atasan dan tentu orang training sendiri. Hal ini sangat menghemat biaya dibandingkan ke konsultan untuk membuat Training Need Analysis base on job and task analysis.

Competency based assessmentPada model ini, perusahaan ini menciptakan SDM mereka menjadi suatu aset yang sangat dihandalkan. Pada model ini dibuat benchmark antara Pekerja yang superior yang akan dibuat sebagai tolak ukur dalam pengembangan SDM.

Membuat seseorang menjadi super tentu tidak mudah dan tentu tidak murah pula. Pada model ini sering digunakan pada perusahan yang benar-benar sudah well establish. Benefit yang sering menjadi kendala pada Pekerja, pada perusahaan ini tentu sudah bukan merupakan permasalahan, karena benefit yg ditawarkan sudah tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain.

Pekerja tentu akan menjadi full fokus pada pekerjaan dan memenuhi standar kompetensi yang tinggi yg ditetapkan perusahaan, dan akan memenuhi dengan mengikuti pelatihan bila terjadi gap antara kompetensi dengan persyaratan standar tinggi perusahaan.

Strategic Need AssessmentPada model ini mirip dengan model job and task analysis. Pada model ini perusahaan sangat fokus pada permasalahan perusahaan. Semua training akan difokuskan pada permasalahan perusahaan atau peluang perusahaan dalam menangkap peluang yang ada.

Dengan model ini, tidak semua Pekerja akan mengikuti training, hanya pada sektoral tertentu saja yang mengikuti training. Contoh dalam masalah ini adalah penjualan yang sebelumnya melalui direct sales sekarang ditingkatkan lagi menjadi penjualan via web. Dengan penjualan via web sudah tentu diharapkan menambah tingkat penjualan.

Semua Pekerja yang berhubungan dengan sistem ini, tentunya akan mendapatkan pelatihan dalam menjalankan program sales via web. Setiap Pekerja diharapkan menjadi memiliki kompetensi yang cukup dalam menjalankan program tsb.

Pada model ini terbagi sub model yaitu:Kebutuhan bisnisPada model ini, kebutuhan training ditentukan pada permasalahan perusahaan atau kebutuhan bisnis perusahaan. Penjualan nasional turun 5%, maka perlunya tim sales dipompa lagi dengan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan penjualan perusahaan.

Kebutuhan kinerjaYang paling bertanggungjawab pada penurunan penjualan adalah tim marketing dan sales. Untuk kebutuhan training utk model ini, perusahaan meningkatkan kinerja tim sales dari cara sales seperti biasanya, contohnya tadinya penjualan dengan cara direct sales, dan sekarang menggunakan web dalam melakukan penjualan.

Kebutuhan trainingPada model ini, kebutuhan akan pengetahuan, sikap dan perilaku yang harus dimiliki Pekerja sales tsb, agar dalam menjalankan pekerjaannya tidak terhambat akan masalah-masalah yang ada, bahkan dapat menyumbang dalam peningkatan penjualan perusahaan.

Kebutuhan lingkungan kerjaPada model ini, bukan hanya akan kebutuhan training saja yang diperhatikan dalam menjawab permasalahan yang ada, tetapi juga memperhatikan faktor-faktor lain, seperti tools yang disediakan perusahaan dalam menjalankan tugas perusahaan, sop yang jelas, tempat kerja yang sehat dll

Model yang sering dipakai banyak perusahaan biasanya model job and task analysis dan model strategic need assessment krn kedua model ini, yang memang lansung menjawab permasalahan yang ada. Dan juga pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan.

sedangkan pada model terakhir adalahself continues developmentmerupakan model yang menjadikan suatu pengembangan SDM menjadi tanggungjawab masing-masing pekerja. Model ini sangat ideal sekali, krn model ini sudah tidak diperlukan suatu peranan pengembangan sumber daya manusia lagi. Karena pada model ini sangat idependend dalam pengembangan SDM.

Hanya saja pada model ini, sering yang dikembangkan tidak sesuai dengan job desc yang dimilikinya atau menjawab permasalahan perusahaan. Pada model ini sering mengarah kepada akan kesenangan atau hobi. Karena penyimpangan pengembangan SDM ini, maka model ini juga kurang diminati perusahaan dalam pengembangan SDM.

Contoh skoring TNA