tradisi tabuh lesung sebagai sumber nilai karakter ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa...

15
Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690 TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER MASYARAKAT KEMBANGBILO KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN Eni Fitria 15040254044 (PPKn, FISH, UNESA) [email protected] Sarmini 0008086803 (PPKn, FISH, UNESA) [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap nilai karakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung, serta mendeskripsikan cara melestarikan nilai karakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi Tabuh Lesung dapat dijadikan sebagai sumber nilai karakter masyarakat Kembangbilo. Hal tersebut berdasarkan pandangan masyarakat terhadap nilai karakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung bahwa mengandung 8 nilai karakter yaitu religius, solidaritas, gotong royong, mandiri, tanggung jawab, toleransi, kreatif serta menghargai prestasi. Sedangkan cara melestarikan nilai karakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung melalui kegiatan hajatan, perkumpulan dan dirumah. Hajatan sendiri menunjukan adanya partisipasi aktif dan pasif dari masyarakat Kembangbilo berupa keikutsertaan warga dalam membantu mulai dari persiapan pertunjukan tradisi Tabuh Lesung. Melalui, perkumpulan adanya partisipasi perkumpulan yaitu berkumpulnya generasi muda. Kemudian, kegiatan dirumah berupa tindakan orang tua yang memberikan izin kepada anaknya untuk mengikuti perkumpulan. Kata Kunci: Tradisi Tabuh Lesung, Nilai Karakter. Abstract The purpose this study is to describe the society views towards character values in Tabuh Lesung tradition, and describe how to preserve character values contained in Tabuh Lesung tradition. This study used qualitative approach with a phenomenology design. Data collection techniques trough observations, in- depth interviews, and documentation. Data analysis techniques used data reduction, presentation of data, and drawing conclusions. The results of study show that Tabuh Lesung tradition can used as a source of character values society Kembangbilo. It is based on views society towards the character values Tabuh Lesung tradition show that 8 values character were religious, solidarity, mutual cooperation, independence, responsibility, tolerance, creative and respect for achievment. While how to preserve character values contained Tabuh Lesung tradition trough celebration activities, associations and at home. Hajatan itself shows the existance of active and passive participation from the society Kembangbilo in the form of citizen in helping starting from the prepation of Tabuh Lesung tradition perfomances. Through, assosiation of assosiation participation shows gathering of young generation. Then, activities at home in the form of parents who give their children permission to join the assosiation Keywords:Tabuh Lesung Tradition, Character Values. PENDAHULUAN Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 berbunyi bahwa, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan potensi untuk membentuk sifat (karakter) serta bertujuan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa”. Ada pun tujuannya menjadikan manusia berpikir kreatif, mandiri, dan warga negara yang berdemokratis serta mempunyai tanggung jawab. Sehingga, pendidikan karakter sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Coon menyatakan bahwa karakter berkaitan dengan penilain subjektif terhadap kepribadian individu diterima atau tidak dalam masyarakat (dalam Zubaedi, 2011:8). Zainal, et al (2011:2) mengungkapkan bahwa karakter adalah mengacu pada sikap, perilaku, motivasi dan keterampilan. Karakter juga dapat berkaitan dengan jiwa, budi pekerti maupun watak. Menurut Alwisol (1986) karakter adalah mengenai gambaran tingkah laku baik, buruk secara tersirat maupun tersurat (dalam Ayriza, 2010:34). Dengan demikian, karakter didasarkan pada perbuatan seseorang mengenai suatu hal baik melalui sebuah tradisi 676

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690

TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER MASYARAKATKEMBANGBILO KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN

Eni Fitria15040254044 (PPKn, FISH, UNESA) [email protected]

Sarmini0008086803 (PPKn, FISH, UNESA) [email protected]

AbstrakTujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap nilai karakter yang terdapatdalam tradisi Tabuh Lesung, serta mendeskripsikan cara melestarikan nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi.Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis datamenggunakan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukanbahwa tradisi Tabuh Lesung dapat dijadikan sebagai sumber nilai karakter masyarakat Kembangbilo. Haltersebut berdasarkan pandangan masyarakat terhadap nilai karakter yang terdapat dalam tradisi TabuhLesung bahwa mengandung 8 nilai karakter yaitu religius, solidaritas, gotong royong, mandiri, tanggungjawab, toleransi, kreatif serta menghargai prestasi. Sedangkan cara melestarikan nilai karakter yangterdapat dalam tradisi Tabuh Lesung melalui kegiatan hajatan, perkumpulan dan dirumah. Hajatan sendirimenunjukan adanya partisipasi aktif dan pasif dari masyarakat Kembangbilo berupa keikutsertaan wargadalam membantu mulai dari persiapan pertunjukan tradisi Tabuh Lesung. Melalui, perkumpulan adanyapartisipasi perkumpulan yaitu berkumpulnya generasi muda. Kemudian, kegiatan dirumah berupa tindakanorang tua yang memberikan izin kepada anaknya untuk mengikuti perkumpulan.Kata Kunci: Tradisi Tabuh Lesung, Nilai Karakter.

AbstractThe purpose this study is to describe the society views towards character values in Tabuh Lesung tradition,and describe how to preserve character values contained in Tabuh Lesung tradition. This study usedqualitative approach with a phenomenology design. Data collection techniques trough observations, in-depth interviews, and documentation. Data analysis techniques used data reduction, presentation of data,and drawing conclusions. The results of study show that Tabuh Lesung tradition can used as a source ofcharacter values society Kembangbilo. It is based on views society towards the character values TabuhLesung tradition show that 8 values character were religious, solidarity, mutual cooperation, independence,responsibility, tolerance, creative and respect for achievment. While how to preserve character valuescontained Tabuh Lesung tradition trough celebration activities, associations and at home. Hajatan itselfshows the existance of active and passive participation from the society Kembangbilo in the form of citizenin helping starting from the prepation of Tabuh Lesung tradition perfomances. Through, assosiation ofassosiation participation shows gathering of young generation. Then, activities at home in the form ofparents who give their children permission to join the assosiationKeywords:Tabuh Lesung Tradition, Character Values.

PENDAHULUAN

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional pasal 3 berbunyi bahwa,“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan potensiuntuk membentuk sifat (karakter) serta bertujuan dalammencerdaskan kehidupan bangsa”. Ada pun tujuannyamenjadikan manusia berpikir kreatif, mandiri, dan warganegara yang berdemokratis serta mempunyai tanggungjawab. Sehingga, pendidikan karakter sangat diperlukandalam kehidupan masyarakat. Coon menyatakan bahwakarakter berkaitan dengan penilain subjektif terhadap

kepribadian individu diterima atau tidak dalammasyarakat (dalam Zubaedi, 2011:8). Zainal, et al(2011:2) mengungkapkan bahwa karakter adalahmengacu pada sikap, perilaku, motivasi danketerampilan.

Karakter juga dapat berkaitan dengan jiwa, budipekerti maupun watak. Menurut Alwisol (1986) karakteradalah mengenai gambaran tingkah laku baik, buruksecara tersirat maupun tersurat (dalam Ayriza, 2010:34).Dengan demikian, karakter didasarkan pada perbuatanseseorang mengenai suatu hal baik melalui sebuah tradisi

676

Page 2: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690

atau budaya dalam masyarakat. Adat istiadat yangberkembang dalam suatu masyarakat merupakan suatubudaya yang wajib dijaga kelestariannya terlebih dapatdijadikan sumber nilai karakter masyarakat (Gibran,2015:5).

Haviland (dalam Sarmini, 2015:31) mengungkapkanbahwa kebudayaan tumbuh dalam menanganipermasalahan yang dihadapi manusia. Dengan demikian,kebudayaan akan berkaitan erat dengan pola pikirmanusia dalam kehidupannya. Dalam mewujudkankebudayaan masing-masing daerah berbeda bergantungdari desa tersebut untuk mengembangkannya.Koentjaraningrat (1952) menyatakan bahwa perwujudanbudaya terbagi menjadi tiga jenis yaitu ide, aktivitas sertawarisan lokal. Ide mengacu pada suatu hal/konsep (dalamSetiadi, et.al., 2007:29).

Aktivitas bersifat nyata dibentuk melalui serangkaiankegiatan manusia yang memberikan manfaat untukmembangun hubungan baik antar sesama masyarakat.Sedangkan sisa warisan merupakan hasil kebudayaannenek moyang Negara Indonesia yang hampir tergerusarus globalisasi. Menurut Susanto, (2016:16) kearifanlokal teruji melalui budaya pada tradisi serta masyarakat.

Pola perkembangan budaya Barat lebih maju dari segipengetahuan, teknologi serta pendidikan yang membawamasyarakat Indonesia sadar akan hal tersebut. MenurutJokowi bahwa, “Infiltrasi budaya asing sudah masuk kepenjuru di Indonesia” (dalam Kompas.com, 12/08/2017).Melihat realitas seperti ini bisa saja budaya Baratmenggeser tradisi masyarakat Indonesia melaluiserangkaian cara. Dalam menghadapi tantangan tersebutmaka, harus tetap menjaga solidaritas bangsa dengantujuan mempersatukan dari berbagai suku, ras atau punbudaya.

Salah satu cara yang dapat mempererat talipersaudaraan antar sesama adalah melalui tradisi dimanaberasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekantomenyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapisatu sama lain (Mu’in, 2011:51). Sehingga, tradisi harusdijaga kearifan lokalnya walau pun mengalami perluasanseiring dengan perkembangan teknologi yang semakinpesat. Masyarakat yang modern mampu untuk berpikirkritis membedakan antara individu yang satu denganlainnya (Ngafifi, 2014:34).

Tradisi akan tumbuh dalam jiwa manusia apabilatidak bersifat individualis melainkan mengutamakankebersamaan. Manusia harus dapat mencerna danberpikir yang kreatif untuk menjaga tradisi. Perwujudantradisi dapat beruapa seni, bangunan arsitektur bahkanberupa bentuk lainnya. Ada pun tradisi yang berupakesenian yang masih berkembang di daerah Tuban yaituSandur, Langen Tayub dan lain-lain. Menurut Bagas,(2016:376) bahwa Sandur merupakan suatu kesenian

tradisional daerah yang masih tetap ada. SedangkanLangen Tayub merupakan seni yang tumbuh padamasyarakat pedesaan dimana, tari ini pada umumnyadigunakan pada proses pernikahan. Dengan kata lain,sebagian dari masyarakat Tuban yang mempunyai hajatanpernikahan akan mengundang pertunjukan Langen Tayub.

Kesenian yang khas dari daerah tertentu di Tubanadalah Tabuh Lesung dimana, hanya tumbuh padamasyarakat Kembangbilo. Pelestarian tradisi TabuhLesung dapat membentuk karakter yang utuh karenamasyarakat melakukan perkumpulan bersama dalamkegiatan yang diselenggarakan. Para warga akanmenemukan ide di dalam melaksanakan kesenian salahsatunya kesenian tradisi Tabuh Lesung ini yang hampirmemudar untuk menumbuhkan kaakter bangsa. MenurutSetiawati, (2017:349) karakter bangsa merupakan suatukualitas bersama dalam suatu kelompok untukmencerminkan sikap yang khas dari masyarakat ataskesadaran tersebut. Dalam hal ini desa Kembangbilomelakukan rangkaian unik lewat tradisi tersebut. TradisiTabuh Lesung merupakan alat tradisional yangberkembang sekitar tahun 1980-an tetapi arus globalisasimengubah pemikiran manusia untuk itu timbulnya kreasimanusia untuk memadukan alat ini.

Dalam hal tersebut, masyarakat Kembangbilomempunyai inisiatif supaya alat lesung ini tetap dijagakelestariannya. Namun, dengan adanya teknologi yangcanggih maka, tradisi Tabuh Lesung sudah tidakdigunakan sebagai penumbuk padi melainkan digunakanmasyarakat Kembangbilo sebagai mengiringi proseshajatan pada saat warga mempunyai hajatan. PenyajianTabuh Lesung sebagai kesenian yang masih sederhanadalam melakukannya tetapi, menghasilkan irama musiksesuai dengan yang diinginkan (Gibran, 2015:34). Padadasarnya masyarakat di Tuban menganggap bahwa masihterdapat desa yang melestarikan Tabuh Lesung. Melaluipotensi yang dimiliki warga Kembangbilo mampumemasukan tradisi Tabuh Lesung pada setiap mengiringiproses hajatan. Umumnya, kesenian Tabuh Lesung hanyadigunakan pada acara tertentu saja. Ketika memainkanalat Tabuh Lesung ini setiap penabuh mempunyai peranmasing-masing serta mampu menghasilkan irama musikyang suaranya halus. Pemain Tabuh Lesung darigolongan perempuan yang sudah lanjut usia dengan umur50-60 tahun ke atas.

Pada hakikatnya, seni tidak dapat dipisahkan darisistem sosial, ekonomi dan budaya masyarakat tetapisecara khas harus mampu mengakses nilai (Bagas,2016:377). Macaryus, (2008:105-106) mengungkapkanbahwa dalam perkumpulan masyarakat, seni dipandangsebagai suatu perasaan (ekspresi) yang dituangkan kedalam kebudayaan. Kebudayaan masyarakat Indonesiayang satu dengan lainnya pada dasarnya berbeda hal ini

677

Page 3: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Tradisi Tabuh Lesung sebagai Sumber Nilai Karakter

menunjukan bangsa Indonesia terdiri dari berbagai adatmaupun kepercayaan. Dalam kesenian yang berkembangdalam masayarakat Tuban sudah mengalami perubahanfungsinya seperti tradisi Tabuh Lesung yang sudahdijelaskan peneliti. Jadi, arus globalisasi membawaperubahan yang luar biasa bagi masyarakat walaupunterdapat dampak negatif yaitu berperilaku individualis.

Menurut Gillin (1892) masyarakat adalah kelompokmanusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, mapunperasaan senasib (dalam Abdulsyani, 2007:32). Padamasyarakat Kembangbilo tetap melestarikan tradisiTabuh Lesung dengan mengeluarkan ide dan kreasi.Tradisi Tabuh Lesung dilakukan secara turun temurunoleh warga di desa Kembangbilo Kecamatan TubanKabupaten Tuban. Alat Tabuh Lesung ini mampu menarikperhatian masyarakat setempat karena sudah jarangdigunakan. Menurut Barnawi et.al (2012:51) menyatakanbahwa dalam mencapai Indonesia pada taraf adil, majudapat melalui masyarakat Indonesia yang ikut serta dalammelestarikan tradisi atau budaya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka, penelitimengambil rumusan masalah yaitu, (1) bagaimanapandangan masyarakat terhadap nilai karakter yangterdapat dalam tradisi Tabuh Lesung pada masyarakatKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban; (2)bagaimana cara melestarikan nilai karakter yang terdapatdalam tradisi Tabuh Lesung pada masyarakatKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.Tujuan penelitian ini, (1) mendeskripsikan pandanganmasyarakat terhadap nilai karakter dalam tradisi TabuhLesung pada masyarakat Kembangbilo Kecamatan TubanKabupaten Tuban; (2) mendeskripsikan cara melestarikannilai karakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesungpada masyarakat Kembangbilo Kecamatan TubanKabupaten Tuban.

Teori yang digunakan penelitian ini adalah teorikarakter yang dikemukakan oleh Thomas Lickona.Menurut Lickona (2012:69) bahwa karakter berkaitandengan moral knowing, moral feeling dan moral action.Sehingga, karakter yang baik di dukung oleh tigakomponen tersebut. Thomas Lickona dianggap sebagaipengungsung nilai karakter karena menulis buku yangberjudul The Return of Character Education danEducating for Character. Mengenai karakter Lickona(2012:100-101) terpacu pada tulisan seorang psikologyang bernama Dr. Paul Mok bahwa psikologi karaktermemahami bagaimana seseorang secara moral merasasalah dan membantu akan hal tersebut supaya tenangmemperhatikan dampak lingkungan.

Dalam hal ini peneliti akan mengekspor mengenaipandangan masyarakat terhadap nilai karakter yangterdapat dalam tradisi Tabuh Lesung dimana melalui teorikarakter Thomas Lickona akan digali lebih mendalam

mengenai cara melestarikan nilai karakter yang terdapatdalam tradisi Tabuh Lesung pada masyarakatKembangbilo. Jadi, karakter Thomas Lickona bukanhanya diterapkan di sekolah melainkan juga diterapkankepada masyarakat melalui tradisi pada suatu daerahkarena aktivitas yang dibentuk dari pemain TabuhLesung, pemandu irama musik, pemilik hajat sertamasyarakat akan menghasilkan karakter tiap-tiapindividu.

METODEPenelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif..Penelitian kualitatif berlandaskan filsafat positivismedigunakan secara ilmiah bertujuan untuk memahamiperistiwa dalam konteks sosial dengan mengutamakanproses yaitu, antara peneliti dengan objek yang diteliti(Sugiyono, 2017:9).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdeskriptif. Data deskriptif bertujuan untukmenggambarkan atau menganalisis hasil penelitian darisuatu objek yang diteliti secara mendalam (Sugiyono,2017:209). Penelitian deskriptif akan berkenaan dengantingkah laku karena menjadi pusat perhatian seorangpeneliti yaitu, berkaitan dengan variabel, hipotesis sertamelakukan validasi (Moleong, 2014:89). Sehingga,penelitian ini dapat menggambarkan secara langsungtentang nilai karakter yeng terdapat dalam tradisi TabuhLesung di desa Kembangbilo serta cara melestarikan nilaikarakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung padamasyarakat Kembangbilo.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalahfenomenologi, alasan yang melandasi penelitimenggunakan desain fenomenologi pertama, berasal daripengalaman seseorang mengenai nilai karakter yangterdapat dalam tradisi Tabuh Lesung pada masyarakatKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.Kedua, melalui desain ini akan membantu penelitimenggali pengalaman seseorang secara detail sesuaidengan rumusan masalah yang akan diteliti.

Penelitian ini mengambil lokasi di desa KembangiloKecamatan Tuban Kabupaten Tuban dimana, budaya atautradisi Tabuh Lesung yang sudah lama mulai tergerusarus globalisasi masih diterapkan. Walaupun, fungsilesung tidak lagi dugunakan sebagai penumbuk padi danalat komunikasi karena teknologi sudah canggih dan polapikir masyarakat sudah modern. Tradisi Tabuh Lesungtidak luput dari pemain sendiri, pemandu sertamasyarakat Kembangbilo untuk menghasilkan sejumlahkarakter yang di dasarkan pada indikator peneliti.

Pertimbangan lainnya melakukan penelitian di lokasiKembangbilo adalah masyarakat masih melestarikantradisi Tabuh Lesung dalam kehidupannya denganmenanamkan nilai karakter yang terdapat dalam tradisi

Page 4: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690

Tabuh Lesung tersebut. Ada pun kegiatan yang dilakukanmeliputi: hajatan, perkumpulan dan lain-lain. Waktupenelitian dilakukan mulai dari tahap penyusunan laporansesuai dengan sasaran yang akan dilakukan peneliti yaitubulan Oktober sampai bulan Juni 2019.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data primer dan sekunder. Dalam penelitiankualitatif terdapat berbagai sumber data (multiple sourcesof data), peneliti kualitatif akan memilih mengumpulkandata dari berbagai sumber (Creswell, 2013:26). Penelitikualitatif akan memilih mengumpulkan data dari berbagisumber yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasimelainkan tidak bertumpu pada sumber satu saja.Sumber primer adalah sumber data yang diperoleh darihasil peneliti sendiri.

Sedangkan sumber sekunder adalah berasal dari oranglain artinya tidak didapatkan secara langsung baik dalambentuk dokumen maupun lainnya.Sumber data primerdigunakan untuk menggali informasi mengenaipandangan masyarakat terhadap nilai karakter yangterdapat dalam tradisi Tabuh Lesung serta melestarikannilai karakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesungpada masyarakat Kembangbilo. Data sekunder berupafoto atau video Tabuh Lesung untuk dijadikan buktipeneliti dalam memperjelas peneltian.

Fokus penelitian ini adalah mengenai pandanganmasyarakat terhadap nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung serta cara melestarikan nilaikarakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung padamasyarakat Kembangbilo. Dalam penelitian ini penelitiakan mengambil beberapa nilai karakter dari 18 nilaikarakter yang tercantum pada Pusat PengembanganKurikulum dan Kebudayaan (Hartono, 2014:259-268).Sehingga, peneliti akan menemukan nilai karakter dalamtradisi Tabuh Lesung berdasarkan observasi danwawancara mendalam. Berdasarkan 18 nilai karakteryang dicantumkan maka, peneliti akan mengambil 8 nilaikarakter yang disinergikan sebagai dasar untukdieksplorasi ke dalam tradisi Tabuh Lesung yaitu, (1)religius; (2) gotong royong; (3) kemandirian; (4)toleransi; (5) menghargai Prestasi; (6) solidaritas; (7)tanggung Jawab; serta (8) kreatif.

Pemilihan informan dalam peneltian ini dilakukansecara purposive sampling yakni dipilih berdasarkanpertimbangan dan tujuan tertentu. Sehingga, yangdijadikan informan dalam penelitian ini adalahmasyarakat dengan kriteria berperan serta dalammembantu serangkaian kegiatan tradisi Tabuh Lesung,orang tua yang mengetahui acara atau kegiatan dalamtradisi Tabuh Lesung, petua yang dapat memberikangambaran mengenai pelestarian tradisi, generasi mudayang aktif mengikuti kegiatan perkumpulan yang diadakan karang taruna, ketua dan pengurus karang taruna

yang aktif dalam menyelenggarakan sosialisai, pasangansuami istri yang memberikan izin kepada anaknya untukmengikuti perkumpulan serta pemain dan pemanduTabuh Lesung yang aktif atau sudah lama dalammemainkan lesung ketika terdapat hajatan di desaKembangbilo.

Ada pun tujuan peneliti agar mempunyai pengetahuanyang cukup serta dapat menjelaskan keadaan sebenarnyasesuai dengan fokus penelitian yaitu, pandanganmasyarakat terhadap nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung dan melestarikan nilai karakteryang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung padamasyarakat Kembangbilo Kecamatan Tuban KabupatenTuban. Dengan demikian, peneliti harus mempunyaihubungan yang baik dengan informan yang sudah dipilihsupaya memberikan informasi yang jelas terkait objekyang diteliti.

Sesuai dengan bentuk pendekatan kualitatif, makateknik pengumpulan data yang akan digunakan dalampenelitian ini meliputi: observasi, wawancara mendalamdan dokumentasi. Pengumpulan data diperlukan karenamerupakan suatu cara agar proses penelitian berjalandengan lancar. Pertama, observasi dalam penelitian inidilakukan untuk mengetahui lokasi dan subyek yang akanditeliti. Kemudian, peneliti akan mencatat secaralangsung terkai permasalahan yang terjadi di desaKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.Sehingga observasi dalam penelitian ini untukmengambil data yakni: mengamati objek penelitian,menentukan lokasi penelitian serta kegiatan atau aktivitasserangkain tradisi Tabuh Lesung.

Kedua, wawancara mendalam. Tujuan dariwawancara mendalam dalam penelitian ini adalah untukmenggali informasi secara mendalam terkait pandanganmasyarakat terhadap nilai karakter yang terdalam tradisiTabuh Lesung serta cara melestarikan nilai karakter yangterdapat dalam tradisi Tabuh Lesung pada masyarakatKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.Sebelum wawancara mendalam peneliti membinahubungan yang baik (Rapport) dengan narasumberterlebih dahulu karena terdapat sebagaian informan yangmengira kedatangan peneliti adalah memberi uang atauhadiah terkait dengan adanya tradisi Tabuh Lesung yangjarang digunakan.

Dalam hal tersebut, peneliti berusaha untukmenyakinkan informan supaya mereka memahami tujuanpeneliti. Setelah informan merasa yakin dan mengertibaru melakukan wawancara sesuai dengan pedomanwawancara yang sudah dibuat. Ada pun wawancaramendalam penelitian ini menggunakan wawancara semiterstruktur merupakan teknik pengumpulan data dalamkategori indept interview. Dengan kata lain, juga

679

Page 5: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Tradisi Tabuh Lesung sebagai Sumber Nilai Karakter

digunakan untuk membawa instrumen sebagai pedomandalam wawancara.

Teknik pengumpulan data yang ketiga adalahdokumentasi. Hasil dari observasi dan wawancaramendalam agar hasilnya dapat dipercaya maka disertaidengan dokumentasi. Dokumentasi yang digunakandalam penelitian ini adalah dengan melihat tradisi TabuhLesung pada proses hajatan yang diupload oleh MangLembu di media sosial dimana, untuk mendukungpenelitian. Ada pun isi video tersebut memberikangambaran sedikit mengenai pelaksanaan tradisi TabuhLesung.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitianini adalah teknik analisis data yang mengacu pendapatdari Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data,reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Penelitian kualitatif pada dasarnya hasil awal masihsamar atau belum terlihat secara keseluruhan oleh karenaitu perlu diteliti hingga jelas. Pengumpulan data Padaproses analisis data dimulai sejak awal penelitian sampaiselama proses penelitian dilakukan. Dalam penelitian inidata diperoleh berasal dari observasi, wawancaramendalam, dan dokumentasi.

Pengumpulan data hasil observasi di lihat dari aspek;Pertama, persiapan pelaksanaan tradisi Tabuh Lesungmeliputi, (1) kebersamaan antar pemain dan pemanduuntuk melaksanakan tugasnya sebagai bentuk solidaritasdan tanggung jawab; (2) berbagi beban dalammengangkat Lesung sebagai simbol nilai karakter gotongroyong; serta (3) mengerjakan dan melaksanakan tugastanpa bantuan orang lain sebagai simbol nilai karaktermandiri dan tanggung jawab.

Kedua, pelaksanaan pertunjukan tradisi Tabuh Lesungmeliputi, (1) berdoa dalam mengawali pertunjukansebagai simbol nilai karakter religius; (2) menghasilkanirama baru atau bervariasi sebagai simbol nilai karakterkreatif; serta (3) menghargai perbedaan dalammenghasilkan irama musik sebagai simbol nilai karaktertoleransi, dan Ketiga, berakhirnya pertunjukan lesungmeliputi, (1) berdoa untuk mengakhiri pertunjukansebagai bentuk nilai karakter religius; (2) menunjukanekspresi senang atau bertepuk tangan sebagai simbol nilaikarakter menghargai prestasi; serta (3) berbagi bebandalam mengangkat lesung ke pemilik secara bersamasebagai simbol nilai karakter gotong royong.

Wawancara mendalam digunakan untuk menggaliinformasi lebih mendalam sesuai dengan pedoman yangada sedangkan dokumentasi menggunakan video padasaat latihan/pelaksanaan hajatan yang didapatkan darikepala desa dan sosial media untuk mendukungpenelitian dengan cara menganalisisnya. Dalampengumpulan data ini didasarkan pada fokus penelitianyaitu mengenai pandangan masyarakat terhadap nilai

karakter yang terdapat dalam Tradisi Tabuh Lesung sertabagaimana cara melestarikan nilai karakter yang terdapatdalam tradisi Tabuh Lesung pada masyarakatKembangbilo tersebut.

Reduksi data dalam penelitian ini adalah dengan caramemilah pertanyaan dari masing-masing informanberdasarkan Pandangan masyarakat terhadap nilaikarakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung yaknimulai dari persiapan sampai berakhirnya prosespertunjukan tradisi Tabuh Lesung. Sedangkan caramelestarikan nilai karakter yang terdapat dalam tradisiTabuh Lesung dapat diketahui dari kegiatan hajatan,perkumpulan dan dirumah.

Ada pun penyajian data dalam penelitian ini, datadisajikan dalam bentuk naratif yang mendeskripsikansubjek penelitian yaitu menggambarkan pandanganmasyarakat terhadap nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung dan cara melestarikan nilai karakteryang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung padamasyarakat Kembangbilo. Tahap akhir yang dilakukanadalah penarikan kesimpulan. Dimana, datanya harusdiuji validitasnya supaya dapat dipercaya. Pengujiankredibel dilakukan dengan cara triangulasi yaitupengecekan data dari berbagai pengumpulan data dansumber data (Sugiyono, 2017: 241).

HASIL DAN PEMBAHASANHasil PenelitianPandangan Masyarakat terhadap Nilai Karakteryang terdapat dalam Tradisi Tabuh Lesung di desaKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Pandangan masyarakat terhadap nilai karakter yangdimaksud dalam penelitian ini adalah mengenaiinterpretasi masyarakat mengenai karakter yang terdapatdalam tradisi Tabuh Lesung. Nilai yang diinterpretasidalam tradisi mulai dari persiapan pertunjukan,pelaksanaan pertunjukan tradisi Tabuh Lesung sampaiberakhirnya pertunjukan. Dari beberapa kegiatan dalamtradisi Tabuh Lesung terdapat beberapa nilai karakterdalam persiapan yaitu: karakter tanggung jawab, mandiri,gotong royong, serta solidaritas.

Persiapan pertunjukan tradisi Tabuh Lesung. Yangdimaksud persiapan pelaksanaan tradisi Tabuh Lesungadalah berkaitan dengan kegiatan untuk mempersiapkankebutuhan pertunjukan tradisi Tabuh Lesung baik berupaalat maupun jasa warga antara lain: pertama, terkaitkoordinasi antara pemain dan pemilik hajat. Kedua,terkait membawa dan mengatur alat untuk persiapanpertunjukan. Ketiga, terkait mengatur pembagian tugasdan perlengkapan pemain. Berikut ini akan dijelaskansecara detail.

Kebersamaan antar pemain dan pemandu untukmelaksanakan tugasnya sebagai bentuk solidaritas dan

Page 6: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690

tanggung jawab. Solidaritas dan tanggung jawab yangdimaksud dalam penelitian ini adalah kebersamaanpemain dan pemandu untuk saling memberikan masukandan dukungan satu sama lain serta melaksanakantugasnya sebagai pemain dan pemandu pada saat terdapathajatan maka, akan bertanggung jawab penuh untukkeberhasilan menghasilkan suara yang halus. Hal iniseesuai dengan yang dituturkan oleh Ria (34), Sria (45),dan Karsinah (76) bahwa, “...Mbak biasanya sebelumpertunjukan pemain sama pemandu latihan bersama-samadirumah pemilik hajat. Nanti supaya suaranya, pemain yamenunggu perintahnya pemandu...”(Data Primer: 13 Mei2019).

Lebih lanjut Sria (45) dan Karsinah (76) jugamenuturkan bahwa,

“...Namanya supaya suaranya bagus ya mbakpemain Tabuh Lesung itu sama-sama menurutaja, apa yang diminta pemandu, Jadi, pemain itulatihan bersama-sama pemandunya...”(DataPrimer: 13 Mei 2018). Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasi dari

beberapa hal bahwa mengandung nilai karaktersolidaritas dan tanggung jawab yakni pertama, pemainsama pemandu sebelum pertunjukan melaksanakanlatihan bersama dirumah pemilik hajat. Kedua,mengandung nilai karakter tanggung jawab dimanaterlihat dari perilaku pemain yang menunggu perintahdari pemandu. Hal tersebut dilaksanakan karena sudahmenjadi aturan yang harus disepakati. Dengan kata lain,kebersamaan dalam menghasilkan irama musik sudahmenjadi tanggung jawab pemain dan pemandu secaraturun temurun.

Berdasarkan nilai karakter solidaritas dan tanggungjawab dijalankan oleh pemain dan pemandu dalammenghasilkan irama musik dari waktu ke waktu untukmengiringi proses hajatan karena sudah menjadi tradisibersama. Dengan adanya nilai karakter solidaritas dantanggung jawab dari pemain mempunyai relasi yangcukup baik. Hal tersebut harus tetap dijaga denganmelakukan berbagai upaya supaya tradisi Tabuh Lesungmenghasilkan irama musik yang bagus agar dinikmatioleh seluruh masyarakat Kembangbilo.

Sesuai dengan pemaparan informan di atas dapatditarik kesimpulan bahwa nilai karakter solidaritasterdapat dalam latihan bersama yang dilaksanakanpemain dan pemandu untuk menghasilkan irama yangbagus. Kemudian, nilai karakter tanggung jawab terlihatdari tindakan pemain yang menunggu perintah daripemandu Tabuh Lesung. Sehingga hal tersebut sudahmenjadi kebiasaan yang harus dilaksanakan karenamempunyai aturan di dalam memainkan lesung.

Kedua, berbagi beban dalam mengangkat lesungsebagai simbol nilai karakter gotong royong. Yang

dimaksud berbagi beban dalam mengangkat lesung dalampenelitian ini adalah berkenaan dengan mengangkatlesung memiliki berat berkisar 45 kg sehingga jikadiangkat sendiri tidak mampu. Sekaligus hal tersebutsudah menjadi tradisi bersama apabila terdapat wargayang mempunyai hajatan. Hal ini sesuai dengan yangdituturkan oleh Lasmi (60), Tia (42), Abdhul Rokhim(43) dan Rina (32) bahwa,

“....Lesungnya biasanya kalau tidak adaterkadang ya meminjam warga, terus kalaumembawa ya dibawa bersama-sama kalausendirian ya tidak kuat. Soalnya disini ini gotongroyong karena gantian jadi ya tidak usah bayaranhanya begitu saja...”(Data Primer: 13 Mei 2019).Lebih lanjut data di atas diperkuat oleh informan

selanjutnya Tia (42) penuturannya yaitu,“...Biasanya kalau mau pertunjukan Lesungnyadipikul bersama-sama sama tetangga. Misal sinisiapa yang punya hajatan tetangga-tetangga ikutmembantu karena bergantian, jadi tidak usahbayaran. Kalau masalah panggungnya yangmenyediakan pemilik hajatnya tetapi dibantuwarga karena kalau sendirian tidak bisa...”(DataPrimer: 13 Mei 2019). Senada dengan informan Abdhul Rokhim (43) dan

Rina (32) juga menuturkan bahwa,“...Alat yang untuk pertunjukan lesung ya mbak,lesungnya itu berat berukuran berkisar 30-45 kgjadi kalau dibawa sendiri tidak kuat, jadi dipikulbersama-sama. Setelah itu menyiapkanpanggung untuk pertunjukan tetapi ya diaturbersama tidak ada bayaran sama sekali...”(DataPrimer: 12 Mei 2019). Berdasarkan data di atas diinterpretasi dari beberapa

hal pertama, bahwa terdapatnya nilai karakter gotongroyong karena untuk membawa lesung ke tempatpertunjukan dipikul bersama-sama. Kedua, ukuran lesungsangat berat berkisar antara 30-45 kg maka tidak kuatjika harus diangkat sendirian. Ketiga, apabila lesungsudah dibawa ke rumah pemilik hajat langkah selanjutnyaadalah mengatur panggung. Dalam mengatur panggungdibantu oleh warga tanpa diberikan bayaran.

Sesuai dengan data yang dituturkan informan di atasdapat disimpulkan bahwa terdapatnya nilai karaktergotong royong dimana lesung harus dipikul seacarabersama karena mempunyai ukuran berkisar antara 30-45kg. Hal tersebut sangat berat sehingga menupayakanharus dipikul secara bersama namun tidak diberikanbayaran sama sekali sehingga menjadi kebiasaanmasyarakat Kembangbilo secara turun temurun atausudah menjadi tradisi. Kemudian, nilai karakter gotongroyong juga terdapat dalam mengatur alat pertunjukandari segi menata panggung dalam mengaturnya dilakukansecara bersama-sama.

681

Page 7: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Tradisi Tabuh Lesung sebagai Sumber Nilai Karakter

Ketiga, mengerjakan dan melaksanakan tugas tanpabantuan orang lain sebagai simbol nilai karakter mandiridan tanggung jawab. Nilai karakter mandiri dan tanggungjawab yang dimaksud dalam penelitian ini adalahberkenaan dengan tugas dari pemain Tabuh Lesungbiasanya ada yang menjadi gedruk, tunggu omah sertakostum atau pakain pemain yang menggunakan kebayatradisional. Pada umumnya, nilai karakter mandiri dantanggung jawab sangat dibutuhkan supaya dapatterselenggaranya acara dengan baik. Sebagaimana hal inidituturkan oleh Lasmi (60) selaku petua yakni,

“...Disini ini mbak masalah pembagian tugaspemain misalnya ada yang bagian jadi gedruk,tunggu omah dan lain-lainnya itu kesepakatanantar pemain. Jadi, nanti itu ya dibagipemainnya sendiri. Untuk kostumnya mbakmemakai kebayaknya sendiri berbeda kalaudipakai lomba lesung harus seragam...”(DataPrimer: 12 Mei 2019). Pernyataan di atas dipertegas oleh Rina (32) selaku

masyarakat Kembangbilo menuturkan bahwa,“...Pertunjukan lesung kalau disini mbak terdiridari 5 sampai 6 orang atau dibilang kodok’an.Pemainnya itu punya bagian sendiri-sendiri adayang namanya gedruk, tunggu omah danlainnya. Kalau yang ini yang membagi yapemainnya sendiri, kalau masalah kostum mbaktidak usah mencarikan memakai kebayaknyasendiri. Berbeda halnya lagi kalau dipakai lombabaru seragam seperti festival lesung 17 Agustuswaktu hari kemerdekaan...”(Data Primer: 12 Mei2019). Senada dengan penuturan Informan Karsinah (76) dan

Raminah (52) yaitu,“...Setiap pemain itu mbak ada bagiannyasendiri-sendiri tetapi yang membagi pemainnyasendiri karena sudah tahu caranya bagi. Kalaumasalah kostum tidak dipermasalahkan mbakkarena pakainnya itu memakai kebayaknyasendiri...”(Data Primer: 12 Mei 2019). Berdasarkan data di atas dapat dianalisis

bahwasannya adanya nilai karakter mandiri dan tanggungjawab. Hal tersebut berdasarkan pandangan masyarakatantara petua dan orang tua bahwa persiapan pertunjukanTabuh Lesung pemain mempunyai bagian sendiri seperti:tungguh omah, gedruk dan lain-lain itu yang mengaturatau membagi pemainnya sendiri. Kemudian, untukperlengkapan mengenai kostum yang dipakai pemain itumenggunakan kebayaknya sendiri. Sehingga,terbentuknya nilai karakter mandiri dan tanggung jawabdari pemain Tabuh Lesung karena pembagian pemainserta pakain yang dikenakan ini dilakukan secara turuntemurun atau sudah survive.

Dipertegas oleh pendapat lainnya bahwasanya dalampersiapan tradisi Tabuh Lesung itu terdapat karaktermandiri dan tanggung jawab karena masing-masing

pemain mempunyai bagian sendiri seperti: tunggu omah,gedruk, lontang dan lainnya. Namun hal tersebut yangmembagi pemainnya sendiri. Kemudian mengenaikostum pakaian yang digunakan pemain Tabuh Lesungketika pertunjukan menggunakan pakainnya sendirikarena sudah menjadi tradisi masyarakat berbeda, halnyaapabila digunakan lomba lesung pada acara 17 agustustepatnya hari kemerdekaan baru memakai pakain yangseragam.

Sesuai dengan data yang dituturkan informan di atasdapat disimpulkan bahwasannya nilai karakter mandiridan tanggung jawab terdapat dalam pembagian tugaspemain dilakukan oleh pemainnya sendiri dimana terbagidari beberapa bagian yaitu: tungguh omah, gedruk danlain-lain. Untuk kostum pemain cukup menggunakankebayaknya sendiri berbeda halnya jika diadakan lombaTabuh Lesung baru menggunakan pakain yang serasi. Haltersebut dilakukan masyarakat Kembangbilo secara turuntemurun. Kemudian, selanjutnya pertunjukanpelaksanaan tradisi Tabuh Lesung.

Indikator selanjutnya adalah pertunjukan pelaksanaantradisi Tabuh Lesung Yang dimaksud pertunjukanpelaksanaan tradisi Tabuh Lesung adalah berkaitandengan serangkain acara kegiatan seperti halnya berdoasebelum mulai, pemain menabuh dan menghasil iramamusik yang berbeda serta setiap pemain menghargaiberbagai irama musik yang dihasilkan tiap pemain. Adapun indikator dari pertunjukan tradisi Tabuh Lesungmeliputi 3 hal yakni,

Pertama, berdoa dalam mengawali pertunjukansebagai simbol nilai karakter religius. Karakter religiusyang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkaitandengan doa untuk mengawali sebuah pertunjukan lesungsupaya acaranya berjalan dengan lancar. Hal tersebutsesuai dengan yang dituturkan oleh sonia (39) yakni,“...Suatu acara supaya lancar ya perlu mbak adanyasemacam doa. Jadi, untuk mengawali pertunjukan lesungdilakukan doa...”(Data Primer: 13 Mei 2019).

Senada dengan informan Sri Utami (48), tia (42) danRaminah (52) juga menuturkan bahwa, “...Kalau masalahpelaksanaan Tabuh Lesung ya memakai doa, karenasupaya acaranya berjalan lancar. Kalau disini sudah biasabegitu...”(Data Primer: 13 Mei 2019).

Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasi terkaitanalisis bahwasannya dalam pertunjukan tradisi TabuhLesung terdapat nilai karakter religius karena untukmengawali sebuah pertunjukan disertai dengan doasupaya acaranya lancar. Hal tersebut masyarakatberpandangan bahwa ini sudah menjadi kebiasaanmasyarakat Kembangbilo dengan kata lain terdapat nilaikarakter religius pada tradisi Tabuh Lesung. Dengandemikian, dalam pertunjukan lesung disertai dengan doasecara turun temurun atau sudah survive karena dapat

Page 8: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690

menjalin kebersamaan antar warga untuk tetap menjaganilai tersebut.

Berdasarkan data yang dipaparkan di atas bahwa nilaikarakter religius merupakan suatu keharusan yangdilaksanakan masyarakat Kembangbilo. Hal tersebutbertujuan untuk menggelar suatu acara yaitu, sebuahpertunjukan tradisi Tabuh Lesung. Sehingga, nilaikarakter dapat menjadi relasi yang cukup kuat karenadiyakini masyarakat Kembangbilo bahwa dengan adanyadoa maka, suatu acara akan berjalan dengan lancar.Dengan kata lain, setiap masyarakat mengundangpertunjukan tradisi Tabuh Lesung disertai dengan doaatau semacam ridtual.

Sesuai dengan data yang dituturkan informan di atasdapat disimpulkan bahwa nilai karakter religiusditunjukan pada saat pertunjukan tradisi Tabuh Lesungdimana disertai dengan doa supaya acaranya berjalandengan lancar. Hal ini diyakini masyarakat Kembangbilobahwa sudah menjadi kebiasaan atau tradisi bersamasehingga dilakukan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Sehingga mempunyai relasi yangcukup kuat untuk tidak ditinggalkan.

Kedua, menghasilkan irama yang baru atau bervariasisebagai sumber nilai karakter kreatif. Nilai karakterkreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalahberkenaan dengan pemain ketika menabuh Lesungmempunyai tugas masing-masing akan menghasilkanirama yang baru atau berbeda dari keahlian yang dimilikipemain. Sehingga, pemain Tabuh Lesung menghasilkanirama yang berbeda supaya suara yang dihasilkanbervariasi. Hal ini sesuai dengan penuturan Tiar (37)selaku masyarakat Kembangbilo yakni,

“...Pemain Lesung kalau memainkan Lesung ituya berbeda-beda mbak biar supaya suaranyabermacam-macam. Kalau tidak berbedasuaranya jelek. Jadi, pemainnya ya latihan dulubiar suaraya bagus...”(Data Primer: 12 Mei2019). Lebih lanjut informan Tiar (37) dipertegas oleh

Karsinah (76), penuturannya sebagai berikut, “...Biasanyambak pemain lesung mempunyai bagain sendiri-sendirijadi nabuhnya berbeda atau ada yang usul supayasuaranya bervariasi...”(Data Primer: 12 Mei 2019).

Senada dengan penuturan Aminah (55), Tia (42) danLasmi (60) yakni,

“...Kalau disini ya mbak pelaksanaanpertunjukan lesung pemainnya kalau menabuhya berbeda karena ada bagiannya. Suaranyakalau sama ya tidak enak soalnya tidak adavariasinya. Jadi, waktu pertunjukan Lesungnyasuaranya pasti beda tetapi sebelumnya latihandulu...”(Data Primer: 12 Mei 2019).Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasi dari

beberapa hal terkait analisis yaitu pertama, bahwaterbentuknya nilai karakter kreatif hal tersebut terlihat

dari tindakan pemain ketika pelaksanaan pertunjukantradisi Tabuh Lesung menghasilkan irama yang berbeda.Hal ini terbukti dari cara pemain menabuh lesung apabilairama yang dihasilkan hanya berbunyi satu irama sajamaka suara yang dihasilkan jelek berdasarkan pandanganmasyarakat, orang tua dan petua Kembangbilo artinyamasyarakat tidak tertarik. Kemudian kedua, setiappemain menghasilkan instrumen musik yang bervariasi.Dengan demikian, menunjukan adanya nilai karakterkreatif dalam tradisi Tabuh Lesung karena dalammenabuh menghasilkan instrumen yang berbeda.

Berdasarkan nilai karakter kreatif yang berkembangdalam suatu masyarakat bahwasannya dalammenghasilkan irama yang berbeda ini sudah survivekarena sudah turun temurun dilakukan sejak tradisiTabuh Lesung digunakan sebagai penghasil irama musik.Dengan kata lain, nilai kreatif sudah mengalir padapemain Tabuh Lesung oleh masyarakat Kembangbilosupaya menciptakan kreasi musik yang baru. Relasitersebut mempunyai dimensi yang cukup kuat karenapemain berusaha menampilkan yang terbaik.

Sesuai dengan pemaparan di atas dapat disimpulkanbahwa terdapatnya nilai karakter kreatif dalam persiapanuntuk pelaksanakan pertunjukan lesung dimana setiappemain dapat menghasilkan irama yang berbeda dalammenabuh agar suaranya bervariasi karena sudah survivedan turun temurun dilakukan masyarakat Kembangbilo.Sehingga, pemain dapat menghasilkan irama musik yangberbeda-beda sesuai dengan suara yang dihasilkan antarpemain Tabuh Lesung.

Ketiga, menghargai perbedaan dalam menghasilkanirama musik sebagai simbol nilai karakter toleransi.Menghargai perbedaan dalam menghasilkan irama musikyang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkaitandengan toleransi setiap pemain Tabuh Lesung bahwaterdapat pemain yang mengeluarkan ide/pendapat maupun salah ketika menabuh. Namun antara pemain yangsatu dengan lainnya saling bertoleransi atau menghargaiperbedaan tersebut. Sebagaimana yang dituturkan olehRia (34) selaku masyarakat Kembangbilo yaitu,

“...Setiap pemain yang salah menabuh langsungdiingatkan pemainnya sendiri, untukmenabuhnya pemain sudah hafal jadi langsungmemberikan masukan antara satu dengan yanglain. Jadi, antara pemain yang satu dengan yanglain menghargai hal tersebut mbak...”(DataPrimer: 11 Mei 2019).Pernyataan diatas dipertegas oleh Aminah (55) selaku

orang tua supaya datanya jelas dan akurat penuturannyayaitu,

“...Waktu main kalau ada pemain yang salahmenabuh atau kurang tepat ya diberi tahu mbakbegini ini yang benar supaya semuanya bisa.Seperti itu kalau mengasih tahu ya baik-baik ada

683

Page 9: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Tradisi Tabuh Lesung sebagai Sumber Nilai Karakter

toleransi pemain satu sama pemainlainnya...”(Data Primer: 11 Mei 2019).Senada dengan penuturan informan Sri Utami (48)

dan Raminah (52) juga menuturkan bahwa, “...Pemainitu kan ada yang lupaan ada yang ingat biasanya. Kalaupemain lainnya mengetahui salahnya langsungmengingatkan pemain lainnya...”(Data Primer: 13 Mei2019).

Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasi daribeberapa hal terkait analisis yaitu pertama, bahwasannyamenunjukkan nilai karakter toleransi karena antar pemainketika salah satu pemain salah menabuh maka pemainlainnya saling mengingatkan tanpa marah. Kedua,pemain Tabuh Lesung langsung mengajarinya yang benarseperti apa sehingga saling menghargai maka, terbentukkarakter toleransi dalam menghasilkan irama yangberbeda. Hal ini, dilakukan pemain Tabuh Lesung secaraturun temurun dalam menghasilkan irama musiksehingga sudah survive dan akan diteruskan padagenerasi berikutnya.

Dipertegas dengan data yang lain bahwasannyaadanya karakter toleransi karena setiap pemain yangsalah dalam menabuh terdapat pemain lainnya yangbersedia mengajari akan tetapi untuk menunjukankepeduliannya ini memberi tahunya secara baik-baik.Sehingga, saling menghargai antar sesama pemain dalammenghasilkan irama yang berbeda. Rasa kepedulian danmenghargai ini akan terbentuk karena antar pemainTabuh Lesung saling merespon dengan baik. Indikatorberikutnya adalah berakhirnya pertunjukan tradisi TabuhLesung meliputi 3 hal yaitu, (1) berdoa untuk mengakhiripertunjukan sebagai bentuk nilai karakter religius; (2)menunjukan ekspresi senang atau bertepuk tangansebagai simbol nilai karakter menghargai prestasi; serta(3) berbagi beban dalam mengangkat lesung sebagaisimbol nilai karakter gotong royong.

Berakhirnya Pertunjukan Tradisi Tabuh Lesung. Yangdimaksud berakhirnya pertunjukan tradisi Tabuh Lesungdalam penelitian ini adalah serangkain kegiatan yangmeliputi, berdoa untuk mengakhiri pertunjukan,menunjukan ekspresi senang atau bertepuk tangan sertaberbagi beban dalam mengembalikan lesung. Ada punpemaparannya adalah sebagai berikut ini;

Pertama, berdoa untuk mengakhiri pertunjukansebagai bentuk nilai karakter religius.Berdoa untukmengakhiri pertunjukan yang dimaksud dalam penelitianini adalah berkenaan serangkain doa yang mengiringiberakhirnya sebuah pertunjukan tradisi Tabuh Lesungsupaya acara berikutnya berjalan dengan lancar. Sehinggasesuai data yang dituturkan beberapa informanbahwasannya terdapat nilai karakter religius.Sebagaimana dituturkan oleh Karsinah (76) bahwa,“...Biasanya mbak setahuku kalau pertunjukan selesai ya

memakai doa supaya kalau ada acara lagi lancar...”(DataPrimer: 12 Mei 2019).

Lebih lanjut supaya mendapatkan pemahaman yangjelas dan akurat data di atas dipertegas oleh Ika (45)selaku masyarakat Kembangbilo, penuturannya yakni,“...Berakhirnya pertunjukan Lesung juga memakai doambak, sudah menjadi kebiasaan setelah itu makanbersama-sama...”(Data Primer: 13 Mei 2019).

Senada dengan penuturan informan Parinah (58),Gaminten (62) dan Aminah (55) juga menuturkan bahwa,“...Ya kalau selesai pertunjukan ya memakai doa. Disiniini sudah biasa seperti itu mbak...”(Data Primer: 13 Mei2019).

Berdasarkan data di atas dapat diiterpretasi daribeberapa hal terkait analisis bahwa terbentuknya nilaikarakter religius dimana dalam mengahiri pertunjukanLesung memakai doa. Hal tersebut sudah menjadikebiasaan atau tradisi masyarakat Kembangbilo ketikaselesai pertunjukan menggunakan doa seperti di awalpertunjukan melalui pandangan masyarakat mau punpetua Kembangbilo. Dengan kata lain, ridtual tersebutdilakukan secara turun temurun karena sudah menjadikebiasaan atau tradisi masyarakat Kembangbilo.

Nilai karakter religius yang berkembang di desaKembangbilo dapat menjadi dimensi yang cukup kuatuntuk mengucapkan rasa syukur atas selesaipenyelenggaraan suatu acara yaitu, pertunjukan tradisiTabuh Lesung. Dimana, tradisi tersebut digunakan padamasyarakat Kembangbilo ketika terdapatnya hajatan.Jadi, setiap warga yang mempunyai hajatan menjadisuatu keharusan yang harus dilaksanakan dengan tujuanmenciptakan kebersamaan atau kerukunan bersama.Selain itu, untuk menjaga tradisi yang sudah mulai pudardi kalangan masyarakat Tuban.

Berdasarkan pemaparan informan di atas dapat ditarikkesimpulan bahwasannya terdapatnya nilai karakterreligius dalam tradisi Tabuh Lesung karena untukmemperlancar acara berikutnya apabila adanyapertunjukan Tabuh Lesung. Sehingga, hal ini dapatdikatakan sudah menjadi tradisi bersama masyarakatkarena sudah survive dari generasi ke generasiberikutnya. Dengan adanya doa ini diharapkan dapatmembentuk rasa kebersamaan antar masyarakat.

Kedua, menunjukan ekspresi senang atau bertepuktangan sebagai simbol nilai karakter menghargai prestasi.Menunjukan ekspresi senang yang di maksud dalampenelitian ini adalah berkaitan dengan sorakan atautepukan maupun ekspresi wajah senang dari Lansia atauwarga Kembangbilo yang sudah dewasa karena yangmempunyai minat terhadap tradisi Tabuh Lesung.Dimana mayoritas orang yang sudah berkeluargamenyukai tradisi tersebut sehingga tepuk tangan/ ekspresisenang adalah untuk menghargai prestasi dari sebuah

Page 10: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690

tradisi. Hal ini sesuai dengan penuturan Aminah (55)selaku orang tua yakni,

“...Kalau pertunjukan lesung selesai biasanyaorangnya tersenyum kalau senang. Jelas yangsenang ya orang sudah tua atau dewasa mbakkarena orang muda belum tertarik tradisi TabuhLesung...”(Data Primer: 12 Mei 2019).Lebih lanjut penuturan Aminah (55) dipertegas oleh

informan bernama Muntiah (34) selaku masyarakatKembangbilo sebagai berikut, “...Kalau pertunjukanLesung selesai ya mbak, orang tua ya sangat senang. Yaada yang tepuk tetapi lainnya ya ada yang tidak tepuktangan karena orang tua jadi, ekspresi wajahnyasenyum ...”(Data Primer: 12 Mei 2019).

Senada dengan ucapan informan Darsih (58), ria (43)dan Lasmi (60) menuturkan bahwa,

“...Kalau pertunjukan lesung selesai ya tidakharus tepuk tangan tetapi orang-orang sangatsenang jadi ya senyum begitu. Kalau melihatpertunjukan Tabuh Lesung orang muda tidak adakarena tidak senang pertunjukan lesung jadiyang melihat ya orang sudah dewasaberkeluarga...”..”(Data Primer: 11 Mei 2019).Berdasarkan data di atas dapat di analisis dari

beberapa hal mengenai analisis pertama, bahwasanyaterdapat nilai karakter menghargai prestasi hal tersebutterlihat dari perilaku lansia atau orang dewasamenunjukan rasa bahagia ketika berakhirnya pertunjukantradisi Tabuh Lesung. Kedua, menunjukan ekspresisenang karena berbeda halnya dengan anak mudamelakukan tepuk tangan seperti sekarang ini. Dengankata lain, maka lansia atau pun orang dewasa tersebutsangat memberikan apresiasi terhadap budaya TabuhLesung.

Dipertegas dengan data yang lainnya bahwasannyauntuk menunjukkan apresiasi terhadap pertunjukan tradisiTabuh lesung orang tua tidak perlu bertepuk tanganberbeda dengan orang sekarang. Kegembiraan dapatditunjukan dari ekspresi senang-senang atau tersenyumketika acara pertunjukan selesai dilaksanakan. Halltersebut dilakukan Lansia dan orang dewasa ketikamengapresiasi budaya yang hidup dalam suatumasyarakat.

Sesuai dengan pemaparan informan di atas dapatdisimpulkan bahwa adanya nilai karakter menghargaiprestasi dalam berakhirnya pertunjukan tradisi TabuhLesung, dimana orang tua menunjukkan ekspresi senangmelainkan tidak perlu untuk bertepuk tangan berbedahalnya dengan orang sekarang atau dewasa (baruberkeluarga). Dalam mengapresiasi budaya dalam sebuahpertunjukan cukup dengan menunjukan ekspresi wajahyang ceria atau senang ketika pertunjukan sudah selesai.Hal tersebut dilakukan para Lansia atau pun masyarakatKembangbilo.

Ketiga, berbagi beban dalam mengangkat Lesungsebagai simbol nilai karakter gotong royong. Berbagibeban yang dimaksud dalam penelitian ini adalahberkaitan dengan mengembalikan lesung yangmempunyai ukuran besar untuk diangkat secara bersama-sama atau gotong royong ke tempat semula atau kepemilik Lesung dari mana alat tersebut diambil. Untukmembedakannya dengan tradisi lainnya dalammengangkat dibawa sendiri-sendiri walau punmembawanya secara bersama. Hal ini sesuai denganpenuturan Sria (45) yaitu,

“...Lesungnya kalau sudah selesai yadikembalikan mbak kepada tetangga yangmeminjami. Mengangkatnya ya sama sajadipikul bersama seperti mengambilnya...” (DataPrimer: 11 Mei 2019). Lebih lanjut penuturan Sria (45) dipertegas atau

diperkuat Karsinah (76) selaku petua yaitu,“...Namanya orang meminjam ya mbak, harusdikembalikan ke pemiliknya dipikul bersama-sama. Kalau semisal tidak dikembalikan mbakkapan-kapan kalau meminjam lagi tidakdipinjami, karena disini ini bergantian...”(DataPrimer: 11 Mei 2019).Senada dengan Aminah (55), Sri Utami (48), Ria (34)

dan Lasmi (60) juga menuturkan bahwa, “...Acarapertunjukan selesai warga-warga membantu mengkatLesung tetapi tidak ada bayaran...”(Data Primer: 13 Mei2019).

Berdasarkan data di atas dapat dianalisis bahwaterdapat nilai karakter gotong royong karena alat yangberupa Lesung dikembalikan ke pemiliknya secarabersama-sama seperti waktu meminjam. Dengan kata lainmenunjukan bahwa pandangan dari masyarakat, orangtua maupun petua menunjukan terdapatya nilai karaktergotong royong. Hal tersebut dilakukan masyarakatKembangbilo secara turun temurun atau survive darigenerasi ke generasi berikutnya.

Berdasarkan pemaparan informan di atas dapatdisimpulkan bahwasannya adanya nilai karakter gotongroyong ketika pertunjukan yang sudah digelar selesai,alat yang sudah dipinjam harus dikembalikan ke tempatsemula. Untuk membawa alat tersebut harus dilakukansecara bersama atau gotong royong karena alat tersebutberat sehingga tidak bisa jika dibawa satu orang saja.Sesuai dengan nilai gotong royong yang sudahberkembang di masyarakat dilaksanakan secara turuntemurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Cara Melestarikan Nilai Karakter yang terdapatdalam Tradisi Tabuh Lesung pada MasyarakatKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Cara melestarikan nilai karakter yang dimaksud dalampenelitian ini adalah berkenaan dengan caramempertahankan nilai karakter dalam tradisi TabuhLesung berdasarkan pandangan masyarakat

685

Page 11: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Tradisi Tabuh Lesung sebagai Sumber Nilai Karakter

Kembangbilo. Upaya untuk melestarikan nilai karakterdengan cara memelihara tradisi. Dalam hal ini melakukanberbagai hal, (1) memasukannya dalam hajatan; (2)melakukan melalui perkumpulan yang di adakan karangtaruna dibalai desa diagendakan satu bulan sekali gunasupaya anak muda tertarik dengan tradisi Tabuh Lesungtersebut; serta (3) rumah yaitu, berupa izin atau dukunganorang tua/pasangan suami istri dari generasi muda untukmembiarkan anaknya untuk ikut perkumpulan yangdiadakan karang taruna. Berikut data yang dihasilkanberdasarkan penuturan dari berbagai informan yakni,

Ada pun penjelasannya mengenai cara melestarikannilai karakter dengan cara memelihara tradisi.Memelihara tradisi yang dimaksud dalam penelitian iniadalah berkenaan dengan cara melestarikan ataumempertahankan nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung dimana melalui tiga kegiatan yaitu,(1) hajatan; (2) perkumpulan; serta (3) di rumah. Berikutdata yang dihasilkan berdasarkan jawaban dari beberapainforman yaitu,

Pertama, melalui hajatan. Hajatan yang dimaksuddalam penelitian ini adalah berkaitan dengan kegiatanuntuk menggelar pertunjukan tradisi Tabuh Lesung dalammengiringi proses hajatan yang melibatkan masyarakat,pemain, pemandu Tabuh Lesung, dan orang tua. Ada punhajatan tersebut merupakan keharusan yang dilakukanseluruh masyarakat Kembangbilo yang sudahberkeluarga. Berdasarkan data yang dihasilkan denganberbagai informan. Sesuai dengan yang dituturkaninforman yang bernama Sri Utami (48) selaku orang tuadesa Kembangbilo yakni,

“...Biasanya kalau ada orang hajatan warga ikutmembantu menata panggung, mengangkatlesung sama lain-lainnya karena tradisinyaseperti ini mbak. Kalau ada hajatan ya wajibmengundang pertunjukan tradisi Tabuh Lesung.Kalau orangnya yang membantu sudah banyaklainnya hanya jadi penonton. Jadi, ya tidakmembantu apa-apa tetapi mendukung tradisiTabuh Lesung...”(Data Primer: 16 Mei 2019).Lebih lanjut data di atas dipertegas oleh sulikah (53)

selaku pemain Tabuh Lesung menuturkan bahwa,“...Kalau ada warga hajatan mbak, tetangga-tetangga ikut membantu kerja karena sudahmenjadi kebiasaan masyarakat disini, tetapilainnya ada yang tidak ikut. Orang mempunyaihajatan ya harus mengundang lesung mbak.Masalah pemain sama pemandu jelas ikuthajatan mbak soalnya yang bagian memainkankarena tradisinya masyarakat disini...”(DataPrimer: 16 Mei 2019).Lebih lanjut informan Muntiah (34) selaku

masyarakat Kembangbilo menuturkan bahwa,“...Masyarakat disini mbak kalau ada orangmempunyai hajatan pada antusias ada yangmembantu-bantu ngangkat Lesung, membantumenata panggung dadi kalau ada hajatan berarti

ada pertunjukan lesung.Tetapi yang membantuya tidak warga semua mbak jadi ada yangmelihat saja pertunjukannya. Kalau ada hajatanwarga disini harus mengundang pertunjukanTabuh Lesung...”(Data Primer: 16 Mei 2019).Berdasarkan data di atas dapat dianalisis dari

beberapa hal yakni terdapatnya partisipasi aktif dan pasifketika terdapat hajatan karena wajib mengundangpertunjukan tradisi Tabuh Lesung yang membutuhkanwarga untuk menata alat yang diperlukan. Dimana, haltersebut sudah menjadi keharusan yang harus dilakukanmasyarakat Kembangbilo secara turun temurun gunauntuk mempertahankan nilai karakter dalam tradisiTabuh Lesung sesuai dengan data yang diperoleh.Pertama, warga yang aktif adalah ikut membantu menatapanggung dan mengangkat lesung. Kedua, yang ikutberpartisipasi sepenuhnya adalah pemain dan pemanduTabuh Lesung karena yang memainkan tradisi tersebut.Sehingga, hal tersebut sudah menjadi kebiasaanmasyarakat Kembangbilo karena salah satu caramelestarikan nilai karakter yang terdapat dalam tradisiTabuh Lesung.

Sesuai yang dituturkan informan di atas dapat ditariksebuah kesimpulan bahwasannya dalam kegiatan hajatanterdapatnya partisipasi aktif dan pasif pada masyarakatKembangbilo. Hal tersebut dikarenakan pertama,sebagian dari masyarakat Kembangbilo aktif dalammembantu mengatur panggung, mengangkat Lesung danlain-lain. Kedua, pemain dan pemandu Tabuh Lesungselalu berperan aktif dalam memainkan lesung. Ketiga,terdapatnya warga yang berpartisipasi pasif karenadisebabkan oleh sebagian warga hanya menjadipenonton/tidak ikut membantu namun mendukungadanya tradisi Tabuh Lesung yang hidup dalammasyarakat Kembangbilo. Keempat, setiap warga yangmempunyai hajatan maka, mengundang pertunjukanTabuh Lesung.

Kedua, melalui perkumpulan. Perkumpulan yangdimaksud dalam penelitian ini adalah berkaitan dengankegiatan sosialisasi yang diadakan karang taruna gunauntuk memberikan materi tentang tradisi Tabuh Lesungpada generasi muda agar dapat melestarikan tradisiTabuh Lesung. Dalam perkumpulan ini melibatkanpengurus karang taruna sendiri dan generasi muda.Sebagaimana data yang dihasilkan oleh beberapainforman Eko Budi (42), Cahyo (38), Angga (20) danDidik (19) yakni,

“...Semisal kalau mengadakan perkumpulananak-anak muda datang di balai desa untukdikenalkan budaya tradisi Tabuh Lesung samalatihan. Yang datang relatif mbak tergantunganak mudanya sibuk atau tidak tetapi yangdatang lumayan banyak berkisar antara 15-30...”(Data Primer: 17 Mei 2019).

Page 12: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690

Lebih lanjut informan Cahyo (38) menuturkan bahwa,“...Kalau ada kegiatan perkumpulan mbak, anak-anak muda langsung datang ke balai desa waktumalam hari. Anak-anak muda senang diajarimemainkan Tabuh Lesung. Biasanya yangdatang tidak pasti mbak tetapi lumayan banyak.Jadi, kalau tidak sibuk anak-anak muda padadatang...”(Data Primer: 17 Mei 2019).Senada dengan informan Angga (20) dan Didik (19)

selaku generasi muda juga menuturkan bahwa, “...Kalaudi adakan perkumpulan generasi muda pada datang dibalai desa mbak. Yang datang lumayan banyak berkisar20 puluhan...”(Data Primer: 17 Mei 2019).

Berdasarkan data di atas dapat dianalisisbahwasannya partisipasi perkumpulan yang di adakankarang taruna lumayan banyak karena berkisar antara 15-30-an anak muda yang datang dibalai desa. Kemudian,anak muda ini merasa senang jika diajari memainkanTabuh Lesung. Jadi anak muda ini akan ikut berkumpuldibalai desa apabila tidak sibuk. Dengan kata lain,adanya kepedulian dari karang taruna ke generasi mudamaka, akan memberikan dampak yang cukup baik untukproses melestarikan nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung dimana generasi muda akanmenjadi penerus bangsa.

Dipertegas dengan data lainnya bahwasannya ketikadi adakan perkumpulan generasi muda yang datangsangat relafif. Hal tersebut disebabkan oleh kesibukananak muda atau terdapat kegiatan diluar yangmengakibatkan mereka tidak bisa datang. Namun, yangtidak sibuk generasi muda masyarakat Kembangbilodatang untuk menghadirinya karena merasa senang bisaberlatihan secara langsung memainkan tradisi TabuhLesung. Sehingga, adanya perkumpulan yang diadakankarang taruna akan memberikan manfaat guna untukmelestarikan nilai karakter yang terdapat dalam tradisiTabuh Lesung.

Sesuai data di atas dapat ditarik sebuah kesimpulanbahwasannya perkumpulan yang di adakan karang tarunamendapat sambutan yang baik bagi generasi muda karenayang datang lumayan banyak yaitu berkisar antara 15-30orang. Jadi, anak muda yang tidak sibuk bisa datanglangsung ke balai desa. Dengan kata lain, budaya tradisiTabuh Lesung ini sudah sampai pada generasi mudamasyarakat Kembangbilo dengan tujuan supaya tetapmelestarikan atau mempertahankan nilai karakter dalamtradisi Tabuh Lesung.

Cara melestarikan nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung yang ketiga adalah di rumah. Dirumah yang dimaksud dalam penelitian ini adalahberkenaan dengan orang tua yang memberikan izin padaanak-anaknya untuk ikut berkumpul pada saat sosialisasiyang diadakan karang taruna. Sebagaimana data

dihasilkan dari beberapa informan, berikut pemaparannyayakni,

Informan Ani (43) dan Sarmijan (49) pasangan suamiistri menuturkan bahwa,

“...Mbak biasanya kalau mau diadakanperkumpulan itu diberi undangan kalau tidakbegitu . Jadi, kalau misalnya anak saya tidak adakegiatan saya suruh ikut saja mbak supaya tahutradisinya masyarakat disini...(Data Primer: 16Mei 2019).Lebih lanjut informan Yuni (38) dan Anto (42) juga

menuturkan bahwa,“...Biasanya kalau ada perkumpulan yangdiadakan karang taruna mbak, saya sama istrimemberikan izin kepada anak saya supaya anaksaya bisa memainkan tradisi Tabuh Lesung.Tabuh Lesung itu sudah jadi tradisi masyarakatKembangbilo jadi wajib dilestarikan...”(DataPrimer: 16 Mei 2019). Berdasarkan data di atas dapat dianalisis

bahwasannya ayah dan ibu memberikan izin pada anak-anaknya ketika terdapat perkumpulan yang diadakankarang taruna. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa halyaitu pertama, ingin anaknya bisa memainkan tradisiTabuh Lesung. Kedua, tradisi Tabuh Lesung sudahmenjadi tradisi masyarakat Kembangbilo untuk itu wajibdilestarikan. Sehingga ibu dan ayah dari generasi mudamerasa senang dengan adanya perkumpulan guna untukmenjadikan anak mereka sebagai generasi berikutnya.

Sesuai yang dituturkan informan di atas dapat ditariksebuah kesimpulan bahwa pasangan suami istri atau ayahdan ibu memberikan izin anaknya untuk mengikutiperkumpulan yang diadakan karang taruna. Hal tersebut,diyakini dapat memberikan manfaat bagi anaknya yaitudapat memainkan tradisi Tabuh Lesung serta menjadigenerasi yang akan datang. Dengan kata lain, dukungandari para orang tua akan memberikan manfaat yangcukup baik untuk proses pelestarian nilai karakter dalamtradisi Tabuh Lesung.

PembahasanPandangan mempunyai pengertian tentang interpretasiyang dilakukan seseorang terkait dengan objek yangdiamati dalam suatu masyarakat, artinya setiap orangmempunyai interpretasi yang berbeda-beda. Berdasarkanpendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwasannyapandangan merupakan suatu interpretasi mengenai suatuobjek yang diamati karena setiap orang mempunyaipendapat yang tidak sama. Ada pun yang dimaksudpandangan dalam penelitian ini adalah berkaitan denganinterpretasi terhadap nilai karakter yang diamati dalamtradisi Tabuh Lesung hal tersebut muncul dari kegiatanpersiapan pelaksanaan tradisi Tabuh Lesung sampai

687

Page 13: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Tradisi Tabuh Lesung sebagai Sumber Nilai Karakter

berakhirnya pertunjukan Tabuh Lesung pada masyarakatKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.

Hasil penelitian ini sesuai dengan asumsi teoriEducation for Character sebagaimana yang dikutip olehThomas Lickona. Karakter sendiri merupakan upayapembentukan kepribadian seseorang mengenaipendidikan yang hasilnya akan terlihat dalam tindakannyata seseorang yang berupa tingkah laku. Teori iniberangkat dari beberapa asumsi bahwa karakter yang baikitu terdiri dari berbagai elemen yang salingmemengaruhi. Teori ini berlandasarkan dari perilakudalam lingkungan sekolah maupun masyarakat mengenaitingkah laku yang dihasilkan. Begitu pula denganpandangan masyarakat terhadap nilai karakter yangterdapat dalam tradisi Tabuh Lesung di DesaKembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tubandimana karakter tersebut terbentuk dari kegiatanpersiapan pelaksanaan, pelaksanaan tradisi sampaiberakhirnya pertunjukan tradisi Tabuh Lesung.

Sesuai dengan hasil penelitian di atas terdapatbeberapa nilai karakter yang terkandung dalam tradisiTabuh Lesung akan dibahas dalam pembahasan dibawahini: Pandangan masyarakat terhadap nilai karaktersolidaritas terlihat dari ke kompakan antar pemain danpemandu Tabuh Lesung jika dikaitkan dengan TeoriKarakter Thomas Lickona bahwasannya adanyakesadaran moral yang dilandasi kebersamaan atausimpati terhadap orang lain dalam melakukan tindakanuntuk kepentingan masyarakat.

Interpretasi masyarakat terhadap nilai karakterberbagi beban dalam mengangkat Lesung adalah simboldari nilai karakter gotong royong dilaksanakan pada saatpersiapan pertunjukan dan berakhirnya pertunjukantradisi Tabuh Lesung ketika mengangkat Lesungdilakukan secara bersama-sama karena mempunyaiukuran yang berat. Jika, dikaitkan dengan Teori Karakteryaitu adanya kebaikan bersama untuk kepentinganmasyarakat karena gotong royong merupakan unsuresensial yang harus dilaksanakan. Kemudian, interpretasiterhadap kepercayaan adanya Tuhan adalah melakukandoa ketika melaksanakan pertunjukan dan berakhirnyapertunjukan supaya acaranya berjalan dengan lancar.

Interpretasi masyarakat terhadap nilai karaktermenabuh Lesung serta melakukan pembagian tugassecara mandiri merupakan perwujudan dari nilai karaktermandiri dan tanggung jawab baik dari pemain mau punpemandu, jika dikaitkan dengan Teori Karakter ThomasLickona bahwasannya berasal dari perasaan moral yangberasal dari pemain dan pemandu Tabuh Lesung karenakomponen tersebut saling bekerjasama. Ada puninterpretasi masyarakat mengenai pemain menabuhlesung dengan menghasilkan irama musik yang baru ataubervariasi merupakan simbol nilai karakter kreatif,

apabila dikaitkan dengan Teori Karakter Thomas Lickonaadalah masuk kategori ke dalam tindakan moral dimanapemain dan pemandu mengolah rasa untuk menghasilkanirama musik yang bervariasi.

Interpretasi masyarakat terhadap menghargaiperbedaan antar pemain dalam menghasilkan iramamusik merupakan perwujudan dari nilai karaktertoleransi, jika dikaitkan dengan Teori Karakter ThomasLickona berkaitan dengan perasaan moral yang dimilikipemain dan pemandu Tabuh Lesung untuk salingmenghormati ketika terdapat pemain yang salahmenabuh. Kemudian, interpretasi masyarakat terhadapapresiasi berakhirnya pertunjukan Tabuh Lesungmerupakan simbol dari nilai karakter menghargai prestasiapabila dikaitkan dengan Teori Thomas Lickonaberkaitan dengan tindakan masyarakat Kembangbilountuk menghormati dan mengakui tradisi Tabuh Lesungatau bangga terhadap budaya yang dimiliki.

Berdasarkan hasil penelitian di atas jika dikaitkandengan teori Karakter oleh Thomas Lickona yaitu moralknowing, dimana dalam sistem sosial terdapat cara untukmengajari yang awalnya tidak tahu menjadi tahusehingga dapat membudidayakannya. Jika dikaitkandengan pandangan masyarakat terhadap nilai karakterdalam tradisi Tabuh Lesung serta cara melestarikan nilaikarakter tersebut adalah melaksanakan interpretasi untukmencari tahu nilai karakter yang dimiliki tradisi TabuhLesung mulai dari tahap persiapan, pelaksanaanpertunjukan sampai berakhirnya pertunjukan tradisiTabuh Lesung serta tindakan apa yang dilakukan untukmempertahankan nilai karakter tersebut.

Sesuai dengan teori Karakter oleh Thomas Lickonayakni moral feeling, dimana seseorang akan bertindaksesuai dengan perasaan serta pembentukan sikap sampaiterbentuknya sikap simpati, mencintai kebaikan dan lainsebagainya. Dengan kata lain, masyarakat Kembangbiloakan bertindak untuk mengatur pertunjukan tradisi TabuhLesung mulai dari tahap menata, mengatur sertamenyedikan keperluan yang dibutuhkan. Supayapertunjukan yang akan digelar berjalan dengan apa yangdiharapkan.

Teori Thomas Lickona yang ketiga adalah moralaction, bahwa dari serangkaian kegiatan yang dilakukanmasyarakat dapat bertindak sesuai dengan perilaku yangdiharapkan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukanbahwasannya interpretasi masyarakat terhadap nilaikarakter dalam tradisi Tabuh Lesung mendorongseseorang untuk melakukan tindakan atau perbuatansesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, dibuktikandari data informan yaitu masyarakat Kembangbilo dapatmelakukan kegiatan atau aktivitas gotong royong untukmengangkat lesung.

Page 14: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Volume 07 Nomor 02 Tahun 2019, 676 - 690

Cara melestarikan nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung pada masyarakat KembangbiloKecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Berdasarkan hasilpenelitian dari beberapa informan menunjukan bahwadari beberapa interpretasi masyarakat terhadap nilaikarakter yang terdapat dalam tradisi memperlihatkanadanya upaya untuk mempertahankan nilai karaktertersebut melalui kegiatan hajatan, perkumpulan dandirumah. Apabila dikaitkan dengan teori karakter olehThomas Lickona bahwa karakter yang baik harus didukung tiga komponen yaitu moral knowing, moralfeeling, dan moral action

Pengertian karakter adalah usaha sadar yangdilakukan manusia sesuai dengan nilai-nilai etika yanghidup dalam masyarakat, artinya setiap orang dapatmemperoleh pengetahuan dari kegiatan sehari-hari.Kemudian, timbulah perasaan yang mendorong nalurihati untuk berbuat baik. Akibatnya seseorang melakukantindakan tersebut dalam kegiatan atau aktivitas tersebut.Dengan kata lain, cara melestarikan nilai karakter dalamtradisi Tabuh Lesung sangat berkaitan dengan pandanganmasyarakat terhadap tradisi Tabuh Lesung karenatimbulah inisiatif untuk memperkenalkannya padagenerasi muda supaya tradisi ini tetap diadakan ketikaterdapat proses hajatan.

Seperti yang diketahui bahwasannya arus globalisasidapat mempengaruhi pola pikir manusia untuk bertindakindividualis. Mengapa demikian, karena teknologisemakin canggih serba modern jadi seseorang tidakmembutuhkan bantuan orang lain. Sehingga melakukanupaya dalam menanamkan materi tentang tradisi TabuhLesung pada generasi muda guna untuk menjaga warisannilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Ada pun tindakan yangsudah berjalan mendapatkan sambutan yang baik darigenerasi muda sendiri yaitu, berlatih supaya bisamemainkan Tabuh Lesung tersebut.

PENUTUP

SimpulanSimpulan ini menghasilkan dua hal penting yaknipertama, bahwa tradisi Tabuh Lesung dapat dijadikansebagai sumber nilai karakter masyarakat Kembangbilo.Hal tersebut berdasarkan pandangan masyarakatKembangbilo terhadap nilai karakter yang terdapat dalamtradisi Tabuh Lesung bahwa mengandung 8 nilai karakterdi dalamnya yaitu karakter religius, solidaritas, gotongroyong, mandiri, tanggung jawab, toleransi, kreatif danmenghargai prestasi. Sehingga, persepsi masyarakatterhadap nilai karakter dalam tradisi Tabuh Lesungmendapatkan respon yang positif.

Kedua, cara melestarikan nilai karakter yang terdapatdalam tradisi Tabuh Lesung dapat dilakukan melaluikegiatan hajatan, perkumpulan serta di rumah. Dari

kegiatan hajatan terdapatnya partisipasi akfif dan pasifberupa keikutsertaan warga untuk membantu prosespersiapan pertunjukan Tabuh Lesung. Kemudian, darikegiatan perkumpulan adanya partisipasi generasi mudayang lumayan banyak berkisar antara 15-30 orang.Sedangkan, kegiatan di rumah kedua orang tuamemberikan izin kepada anak supaya dapat memainkanTabuh Lesung serta sekaligus menjagi generasiberikutnya.

SaranBerdasarkan penelitian yang dilaksanakan diharapkanmasyarakat Kembangbilo tetap mempertahankan nilaikarakter yang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung.Permasalahan kerap terjadi pada arus globalisasi yangdapat mengubah pola pikir seseorang secara lebih cepatuntuk itu tradisi Tabuh Lesung harus tetap dijaga karenamerupakan salah satu warisan nenek moyang bangsaIndonesia. Kemudian, untuk masyarakat luas agarmembina kebersamaan yang baik dengan warga sekitardengan membentuk beberapa nilai karakter dari sebuahtradisi yang ada. Ada pun untuk prodi PPKn dapatmemberikan konstribusi yang baik terkait 8 nilai karakteryang terdapat dalam tradisi Tabuh Lesung karena nilaikarakter tersebut tidak bertentangan terhadap kriteriamenjadi warga negara yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2007. Sosiologi, Skematika Teori danTerapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ayriza, Yulia. 2010. Peranan Bermain dalamMengembangkan Karakter Anak. Makalah seminar“Peran Permainan dalam Pengembangan Karakter”.Yogyakarta: DWP UNY

Bagas, W.A.F. 2016. Makna Kesenian Sandur RonggoBudoyo Bagi Masyarakat Tuban. Jurnal Ilmu Sosialdan Politik, 5(3); (hlm.374-376).

Barnawi el al. 2012. Strategi dan KebijakanPembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Creswell, W.John. 2013. Research Design PendekatanKualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Gibran, M.K. 2015. The Tradition of Tabuik in the Cityof Pariaman. Jom Fisip, 2(2).

Hartono. 2014. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum2013. Jurnal Budaya, 19(2); (hlm.259-268).

Kementerian. 2017. Budaya Asing.http://amp.kompas.com/nasional/2017/08/12/18310431/Jokowi-budaya-asing sudah-masuk-ke-gang-gang-kita. Dalam Kompas . Akses: 12 Agustus 2017.

689

Page 15: TRADISI TABUH LESUNG SEBAGAI SUMBER NILAI KARAKTER ...berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Soekanto menyatakan bahwa tradisi atau budaya dapat melengkapi satu sama lain

Tradisi Tabuh Lesung sebagai Sumber Nilai Karakter

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta.

Lickona, Thomas. 2012. Educating for Character:Mendidik untuk Membentuk Karakter, terjemahan.Juma Wadu Wamaungu dan Editor Uyu Wahyudindan Suryani. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, J. Lexy. 2014. Metodelogi PenelitianKualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mu’in, Fathul. 2011. Pendidikan Karakter KonstruksiTeoritik dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ngafifi, Muhammad. 2014. Kemajuan Teknologi danPola Hidup Manusia Dalam Perspektif Sosial Budaya.Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi danAplikasi, 2(1).

Sarmini. 2015. Antropologi Budaya. Surabaya: UnesaUniversity Press.

Setiawati, N.A. 2017. Pendidikan Karakter sebagai PilarPembentukan Karakter Bangsa. Jurnal ProsidingSeminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial,1(1); (hlm.348-352), ISSN: 2598-3237 E-ISSN: 2598-2796.

Sugiyono.2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Dwi. 2016. Harmonisasi Kearifan Lokalterhadap Implementasi Pendidikan Karakter diSanggar Anak Alam Yogyakarta. Jurnal Penelitiandan Pengembangan, 8(2); (hlm. 16-22).

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsidan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan.Jakarta: Kencana.

Zubaidi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta:Prenada Media.