torsio testis (dr. yazid)

14
REFERAT TORSIO TESTIS Disusun oleh : JEMMY HERU MURTOPO 94310108 Diajukan kepada : Dr. H. YAZID ACHARI, Sp.BO SMF ILMU BEDAH

Upload: yusuf-ali-quddusi

Post on 12-Feb-2015

43 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

uooo

TRANSCRIPT

Page 1: Torsio Testis (Dr. Yazid)

REFERAT

TORSIO TESTIS

Disusun oleh :

JEMMY HERU MURTOPO94310108

Diajukan kepada :

Dr. H. YAZID ACHARI, Sp.BO

SMF ILMU BEDAHPENDIDIKAN PROFESI DOKTER

RUMAH SAKIT Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTOJAWA TENGAH

2003

Page 2: Torsio Testis (Dr. Yazid)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Torsio khorda spermatika jarang terjadi, ini juga disebut torsio testis, ia

terjadi persis setelah pubertas. Testis kriptorkhid lebih mudah mengalami torsio.2

Torsio testis merupakan kondisi penting karena merupakan kasus emergensi

yang harus segera ditangani. Torsio testis sebagian besar (90%) diderita oleh

laki-laki sampai umur 20 tahun. Insiden terbesar pada bayi berumur kurang dari

satu tahun (jenis torsi ekstravaginal) dan anak laki-laki pada masa pubertas (jenis

torsi intravaginal). Torsi testis jarang ditemukan diatas umur 25 tahun, namun

demikian tetap harus dipertimbangkan pada pasien dengan sakit di skrotum.6

Insidensi torsio testis di Amerika Serikat tiap tahun 1 : 4.000 orang,

dengan perbandingan 1 : 160 laki-laki berusia 25 tahun atau lebih dan bersifat

familial. Sedangkan untuk angka kejadian torsio testis bilateral mencapai ± 2 %.4

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah supaya dapat memberikan gambaran

klinis dan penanganannya serta akibat yang ditimbulkan bila ada keterlambatan

dalam penanganan.

1

Page 3: Torsio Testis (Dr. Yazid)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anatomi

Kedua testis dalam scrotum digantung oleh tangkai fibrovaskular,

funiculus spermaticus, yang meninggalkan canalis inguinalis melalui anulus

inguinalis profundus. Testis kiri sering tergantung lebih rendah daripada yang

kanan. Scrotum berfungsi mengatur temperatur testis. Scrotum berasal dari 2

genital ridge yang ditunjukkan oleh adanya lapisan tengah, raphe scroti, testis

motor bentuknya kira-kira seperti buah plum, panjangnya 4-5 cm. Konsistensi

kenyal dan biasanya dalam scrotum posisi permukaan luas menghadap ke

belakang dan yang sempit menghadap ke depan. Pada tepi posterior,

mediastinum testis, pembuluh-pembuluh darah, saraf dan ductus deferens masuk

dan meninggalkan epididimis bersama funiculus spermaticus. Epididimy

melekat pada testis seperti ekor.

Testis dewasa berbentuk bulat dengan volume rata-rata 18,6 ± 4,8 ml,

lebar rata-rata 2,5 cm (2,1-3,2 cm). Kapsula testis terdiri dari tiga lapisan yaitu

tunika vaginalis, tunika albuginea dan tunika vaskulosa terdiri dari kapsul

testikular.3

2

Page 4: Torsio Testis (Dr. Yazid)

3

Page 5: Torsio Testis (Dr. Yazid)

4

Page 6: Torsio Testis (Dr. Yazid)

2.2 Patofisiologi

Gejala-gejalanya adalah nyeri dan pembengkakan setempat serta rasa

sakit pada scrotum. Nyeri biasanya hanya pada satu sisi, namun dapat menyebar

dan terasa pada paha, abdomen dan panggul. Kadang-kadang rasa sakit menjalar

sepanjang korda spermatikus ke panggul atau abdomen bagian bawah sehingga

kadang-kadang didiagnosa sebagai appendisitis. Nyeri datang dengan sangat

mendadak dapat terjadi di lipat paha atau abdomen bagian bawah yang sering

diikuti dengan nausea dan muntah-muntah. Benjolan dan pembengkakan

kemudian tampak di skrotum bersama dengan pireksia ringan.

Kadang torsio dicetuskan oleh cedera olah raga. Torsi biasanya terlihat

pada remaja dan paling sering terjadi secara spontan, bahkan ketika tidur.

Terjadi onset yang cepat pada nyeri hebat dan bertambah besar disertai mual,

muntah, nyeri abdomen, kesulitan buang air kecil dan kadang-kadang demam.1,2,5

2.3 Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa, pemeriksaan yang paling penting adalah

pemeriksaan fisik. Pada torsio intravaginal terdapat obstruksi vena yang

menyebabkan pembesaran dan udem dan menjadi merah sehingga menyulitkan

palpasi dan kelainan sukar dibedakan dengan epididimitis akut. Bila torsio

berlanjut terus suplai ke testis berkurang dan dapat menyebabkan kerusakan

bahkan kematian jaringan testis. Kerusakan yang menetap akan terjadi bila torsio

testis tidak ditangani dalam 5-12 jam sejak terasa sakit.2,5,6

2.3.1 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara palpasi (perabaan

dengan jari-jari tangan) apakah ada penebalan korda spermatikus dan

berapa torsio yang terjadi. Pemeriksaan ini dikonfirmasikan dengan sisi

yang tidak sakit. Testis yang mengalami torsio biasanya terlihat menonjol

dan retraksi (memendek) di dalam skrotum dan bisa mempunyai posisi

transversal. Pada pria muda yang mempunyai torsio testis yang khas

sewaktu dibangunkan dari tidur akan terdapat nyeri scrotum, mual,

muntah ataupun edema skrotum.

5

Page 7: Torsio Testis (Dr. Yazid)

Torsi harus dicurigai dengan adanya onset akut pada nyeri scrotal,

dan anjuran intervensi bedah sangat perlu diperhatikan. Penundaan

terhadap operasi akan mengurangi prospek penyelamatan testis.4,5,6

2.4 Penatalaksanaan

Mula-mula dilakukan eksplorasi pada testis kontralateral untuk

mengetahui apakah dengan cara melakukan detorsi (mengembalikan testis ke

keadaan semula), kemudian dilakukan kompres hangat. Setelah observasi 20-30

menit diamati apakah testis yang semula berwarna biru kehitaman kembali ke

warna normalnya yang kemerahan. Kemudian tunika varginalis parietalis

dieksisi untuk mencegah torsio dikemudian hari.5,6

2.5 Prognosis

Prognosis pasien dengan torsio testis berdasarkan waktu penanganan :1

a. 100% dalam waktu 3 jam

b. 83% - 90% dalam waktu 5 jam

c. 75% dalam waktu 8 jam

d. 50% dalam waktu 10 jam

e. 10% dalam waktu 12-24 jam

f. kelangsungan hidup jarang terjadi pada intervensi tertunda selama 24 jam

atau lebih dari onset simptom.

2.6 Diagnosis Banding 2

1. Orchitis akut

2. Epididimitis akut

3. Hernia incarserta

6

Page 8: Torsio Testis (Dr. Yazid)

BAB III

KESIMPULAN

Torsio testis merupakan kasus gawat darurat sehingga harus mendapat

penanganan dan intravensi yang tepat dan akurat. Penyelamatan testis dapat

dilakukan bilamana segera mendapat penanganan dalam waktu kurang dari 5-12 jam.

Dalam hal ini dituntut kemampuan seorang dokter untuk mendiagnosis torsio testis

dan segera untuk melakukan tindakan bedah secepatnya (manipulatif yang

selanjutnya diikuti dengan tindakan definitif). Hal ini supaya tidak meluas dan fungsi

testis/organ sekitarnya dapat dipertahankan.

7

Page 9: Torsio Testis (Dr. Yazid)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson, Patofisiologi : Konsep Proses-proses Penyakit. Pathoph Clinical Concepts of Disease Process, edisi 4, RGC, Jakarta, 1995, hal. 1153.

2. De jong, Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi, EGC, Jakarta, 1998, hal. 1083-1084.

3. Leonhardt, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, Bagian 2, EGC, Jakarta, 1988, hal. 258-259.

4. Manjoer Arief dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Media Ausculapius, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1999, hal. 114-115.

5. Theodore, R. Schrock MD, Handbook of Surgery, edisi 7, EGC, Jakarta, 1983, hal 341.

6. http://www.klinikpria.com , Penyakit-Penyakit Intra Skrotal, Data Topik, Kelainan Testis, htm, 1/12/03, 1-4.

8

Page 10: Torsio Testis (Dr. Yazid)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Tujuan Penulisan....................................................................................1

BAB II TINJUAN KEPUSTAKAAN.......................................................................2

2.1. Anatomi.................................................................................................2

2.2. Patofisiologi..........................................................................................5

2.3. Diagnosis...............................................................................................5

2.3.1 Pemeriksaan Fisik......................................................................5

2.4. Penatalaksanaan....................................................................................6

2.5. Prognosis...............................................................................................6

2.6. Diagnosis Banding................................................................................6

BAB III KESIMPULAN............................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................8

9