topik12(fileminimizer)

Upload: ben-hattamullah

Post on 04-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 topik12(FILEminimizer)

    1/8

    BAB 8

    TEORI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

    8.1. TOPIK 12 TEORI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

    8.1.1. PENDAHULUAN

    Dasar hukum

    Pasal 4 ayat (1),(2) UU No.7 Tahun 1991

    Penghasilan adalah : Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleholeh wajib pajak dari manapun asalnya ( baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luarIndonesia ) yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajibpajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

    Pengelompokan penghasilan berdasarkan aliran tambahan kemampuan ekonomis dibagimenjadi :

    penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas. penghasilan dari usaha dan kegiatan. penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak maupun harta tak bergerak.

    penghasilan lain-lain, seperti hadiah, pembebasan utang, keuntungan selisih kurs, selisihlebih karena penilaian kembali aktiva tetap dll

    8.1.2. PENGHASILAN YANG TERMASUK OBJEK PAJAK :1. penggantian/imbalan berkenaan dengan pekerjaan/jasa yang diterima/diperoleh termasuk

    gaji, upah, komisi, bonus, tunjangan, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya,

    misalnya : honor koreksi ujian, uang lembur dan lain-lain.2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan pekerjaan.3. laba usaha.4. keuntungan karena penjualan/ pengalihan harta5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.6. bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian utang.7. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun.8. royalti.9. sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta.10. penerimaan/perolehan pembayaran berkala.

    11. keuntungan karena pembebasan utang.

    12. keuntungan karena selisih kurs.

    13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

    14. premi asuransi.

    15. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajakyang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukanberdasarkan volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas anggotanya.

    16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

    138

  • 7/29/2019 topik12(FILEminimizer)

    2/8

    8.1.3. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK :

    1. bantuan/sumbangan/harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garisketurunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan/ pendidikan / sosial /pengusahakecil/koperasi yang ditetapkan Menkeu. sepanjang tidak ada hubungan-nya dengan usaha,pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

    2. warisan.3. harta/setoran tunai sbg. pengganti saham / penyertaan modal.4. penggantian/imbalan pekerjaan dalam bentuk natura/kenikmatan.5. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan asuransi

    kesehatan/kecelakaan/jiwa / dwiguna/beasiswa.6. dividen/bagian laba yang diterima PT / Koperasi /Yayasan/ BUMN/BUMD dari penyertaan

    modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di indonesia7. iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya disahkan Menkeu., dan penghasilan

    dana pensiun tersebut dari modal yang ditanamkan dalam bidang tertentu yang ditetapkanmenkeu.

    8. bagian laba yang diterima anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atassaham/persekutuan/ perkumpulan/firma/kongsi

    9. bunga obligasi yang diperoleh perusahaan reksa dana

    10. penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari pasanganusaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat merupakanperusahaan kecil/ menengah/menjalankan kegiatan dalam sektor usaha yang ditetapkanoleh Menkeu. serta sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

    8.1.4. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK ( PTKP )

    Dasar Hukum

    Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 7 UU No. 10 tahun 1994

    1. Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam

    negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).2. Besarnya PTKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan status Wajib Pajak yang

    bersangkutan. Sedang status Wajib Pajak ditentukan menurut keadaan pada awal tahunpajak atau awal bagian tahun pajak.

    Untuk memperjelas ciri-ciri bahwa pajak penghasilan Orang Pribadi adalah merupakan pajaksubjektif personal, pasal 7 UU PPh memberikan keringanan berupa penghasilan tidak kena pajak(PTKP) yang dihubungkan dengan keadaan pribadi Wajib Pajak (Keluarga dan tanggungan )

    8.1.5. STATUS WAJIB PAJAK

    1. Status Wajib Pajak terdiri dari :

    a) Tidak Kawin (TK) beserta tanggungannya. Misal TK/1 : tidak kawin dengan satutanggungan, TK/2, TK/3, dan TK/0.

    b) Kawin beserta tanggungannya. Misal : kawin tampa tanggungan (K/0), kawin dengansatu tanggungan (K/1), (K/2), (K/3). Wajib Pajak untuk status seperti ini berarti WPkawin, istrinya tidak mempunyai penghasilan atau istrinya mempunyai penghasilantetapi tidak perlu digabung dengan penghasilan suaminya di SPT PPh Orang Pribadi.

    c) Kawin, istri punya penghasilan dan digabungkan dengan penghasilansuaminya,serta jumlah tanggungannya, disngkat K/I/. Misal : K/I/0 artinya WP

    139

  • 7/29/2019 topik12(FILEminimizer)

    3/8

    kawin, istrinya punya penghasilan dan digabungkan dengan penghasilan suaminya diSPT dan tampa tanggungan.

    d) PH : status WP adalah melakukan perjanjian tertulis untuk pisah harta danpenghasilan.

    e) HB : hidup berpisah.

    2 Yang boleh menjadi tanggungan adalah anggota keluarga sedarah dalam garisketurunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya seperti orang tua lurus ke atasdan anak lurus ke bawah, dan keluarga semenda dalam garis lurus yang menjaditanggungan sepenuhnya seperti mertua, serta anak angkat. Yang boleh menjaditanggungan paling banyak adalah 3 (tiga) orang. Yang dimaksud menjadi tanggungansepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruhbiaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.

    8.1.6. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

    UU PPh menganut Pendekatan tarif seragam. Tarif PPh (Pasal 17 UU PPh) berlaku baikterhadap Orang Pribadi maupun Badan.

    Besarnya PTKP adalah : (sesuai Keputusan Menteri Keuangan No 361/KMK.04/1998 tgl 27Juli 1998 mulai berlaku tahun pajak 1999)

    a) Rp 2.880.000,00 (dua juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah) untuk diriWajib Pajak sendiri;

    b) Rp 1.440.000,00 (satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah) tambahanuntuk Wajib Pajak yang kawin;

    c) Rp 2.880.000,00 (dua juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah) tambahanuntuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.

    d) Rp 1.440.000,00 (satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah) tambahanuntuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garisketurunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,

    paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.Kemungkinan PTKP yang dipakai dalam pengisian SPT Masa / tahunan wajibpajak PPh Pasal 21 :TK/0 Tidak Kawin Tampa Tanggungan Rp. 2.880.000/tahunTK/1 Tidak Kawin 1 Tanggungan Rp. 4.320.000/tahunTK/2 Tidak Kawin 2 Tanggungan Rp. 5.760.000/tahunTK/3 Tidak Kawin 3 Tanggungan Rp. 7.200.000/tahunK/0 Kawin Tampa Tanggungan Rp. 4.320.000/tahunK/1 Kawin 1 Tanggungan Rp. 5.760.000/tahunK/2 Kawin 2 Tanggungan Rp. 7.200.000/tahunK/3 Kawin 3 Tanggungan Rp. 8.640.000/tahun

    Contoh :Wajib Pajak Status K/I/3 maka besarnya PTKP :Untuk WP sendiri : Rp 2.880.000,00

    Status kawin : Rp 1.440.000,00

    Tambahan untuk istri karena penghasilannya digabung : Rp 2.880.000,00

    Tanggungan : 3 x Rp 1.440.000,00 : Rp 4.320.000,00

    Jumlah PTKP : Rp 11.520.000,00

    140

  • 7/29/2019 topik12(FILEminimizer)

    4/8

    8.1.7. PENDAHULUAN

    Dasar Hukum

    Pasal 16 UU No. 10 Tahun 1994.Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya pajakpenghasilan yang terutang. Dalam undang-undang ini dikenal dua golongan Wajib Pajak yaituWajib Pajak dalam negeri dan Wajib luar negeri.

    Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnyapenghasilan kena pajak yaitu : dengan cara perhitungan biasa dan penghitungan denganmenggunakan Norma penghitungan.

    8.1.8. Penghasilan Kena Pajak

    1. Wajib Pajak Dalam Negeri Yang Menyelenggarakan Pembukuan.

    Pada umumnya pembukuan diselenggarakan berdasarkan prektek akuntansi yang diterimaumum (misalnya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan) kecuali diatur lain dalamketentuan perpajakan.

    Beberapa persyaratan penyelenggarakan pembukuan antara lain :

    - di selenggarakan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan usaha dan kegiatanyang sebenarnya.

    - sekurang-kurangnya terdiri dari catatan tentang harta, utang, modal penghasilan danbiaya

    - diselenggarakan di Indonesia.

    - dokumen pendukung disimpan selama 10 tahun.

    Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung berdasarkan Penghasilan yang merupakan Obyek

    Pajak sesuai Pasal 4 ayat (1) UU No. 10 tahun 1994 dikurangi dengan pengurangan-pengurangan sebagai berikut :

    a) biaya-biaya yang diperkenankan (deductible expenses) termasuk kompensasi kerugiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 10 Tahun 1994.

    b) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi sepertidimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1994.

    c) Pengurangan-pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c,huruf d, dan huruf e UU No. 10 Tahun 1994

    2. Wajib Pajak Dalam Negeri Yang Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

    Pasal 14 UU No.10 Tahun 1994.

    1) Yang boleh menggunakan Norma Penghitungan untuk menghitung penghasilan netonyahanyalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurangdari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). Dapat tidak menyelenggarakanpembukuan dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak (melaluiKepala kantor pelayanan pajak), dengan menggunakan formulir yang ada, dalam jangkawaktu 3 (tiga) bulan pertama dalam tahun pajak yang bersangkutan. Jika WP tidakmemberitahukan sesuai ketentuan maka dianggap memilih menyelenggarakanpembukuan

    141

  • 7/29/2019 topik12(FILEminimizer)

    5/8

    2) Wajib Pajak yang menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan NormaPenghitungan, diwajibkan untuk melakukan pencatatan terhadap peredaran brutonyasesuai dengan UU KUP.

    3) Bagi WP yang memilih menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto,Penghasilan Netonya dihitung dengan cara mengalikan suatu persentase tertentuterhadap peredaran brutonya dalam satu tahun. Besarnya persentase tersebut

    ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak berdasarkan jenis usaha dan lokasi usaha, yaitudengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep 01/PJ/1991.

    4) Bagi WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau menyelenggarakanpencatatan, yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuanatau pencatatan peredaran bruto atau tidak memperlihatkan pembukuan atau pencatatanperedaran bruto atau bukti-bukti pendukungnya, sehingga tidak diketahui peredaranbruto sebenarnya, maka peredaran bruto dan penghasilan netonya dihitung berdasarkanNorma Penghitungan Peredaran Bruto dan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

    5) Selain itu Norma Penghitungan Penghasilan Neto dapat diterapkan terhadap WP yang :

    a) wajib menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak atau tidak sepenuhnyameyelenggarakan pembukuan atau tidak memperlihatkan pembukuan atau bukti-buktinya, namun peredaran brutonya dapat diketahui.

    b) dianggap menyelenggarakan pembukuan, yaitu WP yang tidak memberitahukankepada Direktur Jenderal Pajak untuk menghitung Penghasilan Netonya denganNorma Penghitungan sesuai jangka waktu yang telah ditentukan, tetapi tidak atautidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan atau tidak memperlihatkanpembukuan atau bukti-buktinya, namun peredaran brutonya dapat diketahui.

    6) Wajib Pajak Luar Negeri Yang Menjalankan Usaha Melalui BUT

    Bagi WP luar negeri yang menjalankan usaha melalui BUT di Indonesia, caramenghitung penghasilan kena pajaknya hampir sama dengan WP dalam negeri yangmenyelenggarakan pembukuan. Penghasilan Kena Pajak BUT berdasarkanpenghasilan berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dengan memperhatikan penghasilanberdasar Pasal 4 ayat (1) dikurangi dengan :

    a) pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3)

    b) pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2)

    c) pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,dan huruf e UU No. 10 Tahun 1994.

    8.1.9. PAJAK YANG DIPOTONG ATAU DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN DAN PAJAK YANGDIBAYAR/DIPOTONG/TERUTANG DI LUAR NEGERI

    I.1 PPh Pasal 21

    PPh Pasal 21 adalah pajak yang dipotong oleh pihak lain atas penghasilan berupa gaji, upah,honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun

    sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orangpribadi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU No.10 Tahun 1994.

    PPh Pasal 21 yang dipotong oleh pihak lain tersebut sepanjang tidak bersifat finaldapatdikreditkan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri terhadap PPh yang terutang padaakhir tahun pajak yang bersangkutan.

    Adapun Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang semata-mata hanya memperolehpenghasilan dari satu pemberi kerja dan atas penghasilan tersebut telah dipotong PPh Pasal21 secara benar dan PPh Pasal 21 tersebut telah disetorkan oleh pemberi kerja maka WajibPajak tersebut tidak lagi diwajibkan menyampaikan SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi dan

    142

  • 7/29/2019 topik12(FILEminimizer)

    6/8

    PPh Pasal 21 yang dipotong oleh pemberi kerja tersebut merupakan pelunasan pajak yangterutang untuk tahun pajak yang bersangkutan (sudah final).

    I.2 Siapa saja yang ditunjuk sebagai pemotongan PPh Pasal 21?

    Ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:

    a. pemberi kerja terdiri dari orang pribadi dan badan, termasuk bentuk usaha tetap, baikmerupakan induk maupun cabang, perwakilan atau unit, yang membayar gaji, upah,honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun, sebagai imbalansehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukanpegawai;

    b. bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada Pemerintah Pusat, PemerintahDaerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga- lembaga negara lainnya danKedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, upah,honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun sehubungan denganpekerjaan/ jabatan, jasa, dan kegiatan;dana pensiun, PT Taspen, PT Jamsostek, badan penyelenggara Jaminan Sosial TenagaKerja lainnya, serta badan-badan lain yang membayar uang pensiun, Tabungan Hari Tuaatau Tunjangan Hari Tua (THT);perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium ataupembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa, termasuk jasatenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas;yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian,olah raga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, dan organisasidalam bentuk apapun dalam segala bidang kegiatan sebagai pembayar gaji, upah,honorarium, atau imbalan dengan nama apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau

    jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi;perusahaan, badan termasuk bentuk usaha tetap, yang membayarkan honorarium atau

    imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.

    I.3. Penerima Penghasilan yang dipotong PPH Pasal 21 :

    a. Pejabat negara, yaitu:Presiden dan Wakil Presiden; Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR/MPR, DPRD I, DPRDII; Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda,dan Hakim Mahkamah Agung; Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung; Menteridan Menteri Negara; Jaksa Agung; Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;Walikotamadya dan Wakil Walikotamadya Tingkat II.

    b. Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaituPNS Pusat, PNS Daerah, dan PNS lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintahsebagaimana diatur di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974

    Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian ataukesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaandalam jabatan negeri atau badan milik negara atau badan usaha milik daerah.

    Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau

    memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisarisdan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatanperusahaan secara langsung.

    Pegawai Lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja hanya menerima imbalanapabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.

    Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempattinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12

    143

  • 7/29/2019 topik12(FILEminimizer)

    7/8

    bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium dan atau imbalan lain sehubungandengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.

    Penerima Pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperolehimbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu, termasuk orang pribadi atau ahliwarisnya yang menerima Tabungan Hari Tua, Tunjangan Hati Tua.

    Penerima Honorarium orang pribadi yang menerima atau memproleh imbalan sehubungandengan jasa, jabatan atau kegiatan yang dilakukannya.

    Penerima Upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upahborongan atau upah satuan.

    Upah Harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar jumlah hari kerja.

    Upah Mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.

    Upah Borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar penyelesaian pekerjaantertentu.

    Upah Satuan adalah upah yang terutang atau dibyarkan atas dasar banyaknya satuan yangdihasilkan.

    Honorarium adalah imbalan atas jasa, jabatan atau kegiatan yang dilakukan.

    Hadiah Undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima ataudiperoleh orang pribadi yang pemberiannya melalui cara undian.

    Hadiah dan penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan melaluisuatu perlombaan atau adu ketangkasan.

    Magang adalah aktivitas untuk memperoleh pengalaman dan atau ketrampilan dan atau keahliansehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan.

    Bea Siswa adalah pembayaran kepada pegawai tetap, tidak tetap dan calon pegawai, yangditugaskan oleh pemberi kerja untuk mengikuti program pendidikan yang ditetapkan olehpemberi kerja atau pembayaran yang dilakukan oleh suatu institusi kepada orang pribadiyang tidak mempunyai ikatan kontrak atau perjanjian kerja untuk mengikuti suatu programpendidikan.

    Kegiatan adalah keikutsertaan dalam suatu rangkaian tindakan termasuk mengikuti rapat,sidang, seminar, workshop, pendidikan, petunjukkan dan olahraga.

    I.4. Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21adalah:

    a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggalbersama mereka, dengan syarat:- Bukan Warga Negara Indonesia,- Tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia, dan- Negara asing yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

    b. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana di maksud dalam KeputusanMenteri Keuangan Nomor: 611/KMK.04/1994 tanggal 23 Desember 1994 sebagaimana telahdiubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 314/KMK.04/1998 tanggal 15Juni 1998, sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

    I.5. Penghasilan Yang Merupakan Objek Pemotongan PPh Pasal 21!

    Penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 21 adalah:

    144

  • 7/29/2019 topik12(FILEminimizer)

    8/8

    1. penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiunbulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atauanggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu,uang ganti rugi, tunjangan teratur, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayarpemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun;

    2. penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi,

    tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus,premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan yangbiasanya dibayarkan sekali dalam setahun;

    3. upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan;

    4. uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua (THT), uangpesangon, dan pembayaran lain sejenis;

    5. honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentukapapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan denganpekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri, termasuktenaga ahli, pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,olahragawan, penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, moderator, pengarang, peneliti,

    pemberi jasa di bidang teknik, kolportir iklan, pengawas, pengelola proyek, pembawapesanan atau yang menemukan langganan, peserta perlombaan, petugas penjajabarang dagangan, petugas dinas luar asuransi, peserta pendidikan, pelatihan, danpemagangan;

    6. Gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima olehPejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lainyang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk jandaatau duda dan atau anak-anaknya.

    7. penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apa pun yang diberikanoleh bukan Wajib Pajak.

    I.6. Penghasilan yang bukan merupakan objek pemotogan PPh Pasal 21

    Penghasilan yang tidak termasuk objek pemotongan PPh Pasal 21 adalah:

    a. pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransijiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

    b. penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun kecualiyang diberikan oleh bukan Wajib Pajak;

    c. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pen diriannya telah disahkanMenteri Keuangan dan penyelenggara Taspen serta THT kepada badan penyelenggaraTaspen dan Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja;

    d. penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apa pun yangdiberikan oleh Pemerintah;

    e. kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja

    f. Pembayaran THT Taspen dan THT Asabri dari PT Taspen kepada para pensiunan yangberhak menerimanya.

    145