toksik 4 - ikan keracunan merkuri

9
PENGUJIAN TERHADAP PENGARUH DAN BAHAYA YANG TERKDANDUNG PADA MERKURI TERHADAP BIOTA LAUT Adam Pahlevi C 1 . Choliq Komarudin K 2 . Eranthy Firdaus 3 . Muhammad Chandra Yuwana 4 Teknik Sipil dan Lingkungan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper Gedung Fateta Kampus IPB Dramaga. Bogor 16680 [email protected]. [email protected]. [email protected]. [email protected] Abstrak : Kata Kunci : PENDAHULUAN Air raksa (Hydragirum atau mercurium) biasa disebut merkuri, merupakan salah saru logam berat yang berbentuk cair yang masih banyak digunakan di dalam industri-industri maupun oleh masyarakat umum. Contohnya, akhir-akhir ini masyarakat sering mendengar adanya kegiatan eksploitasi tambang emas tradisional. Dalam mengelola biji emas tersebut, para penambang tradisional menggunakan air raksa sebagai bahan untuk mengikat emas. Dalam pengelolaannya yang tidak mengidahkan kesehatan lingkungan, maka air raksa tersebut dapat terbuang ke dalam lingkungan bebas. Air raksa yang terbuang tersebut akan mencemari tanah dan air tanah sehungga tanpa sengaja akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, maupun melalui udara. Merkuri masuk ke dalam lingkungan sebagai hasil pengolahan merkuri oleh manusia dan industri-industri, serta bahan bakar akibat pembusukan fosil yang mengandung merkuri. Selain itu, sumber alami misalnya penguapan kerak bumi, kebakaran hutan, penguapan air laut dan gunung berapi juga ikut menyumbang ke dalam lingkungan adalah akibat dari hasil aktivitas manusia. Lebih dari 650 metrik ton merkuri yang bersuber dari hasil kegiatan manusia masuk dan mencemari lingkungan

Upload: muhammad-chandra-yuwana

Post on 15-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Toksik 4 - Ikan Keracunan Merkuri

TRANSCRIPT

Page 1: Toksik 4 - Ikan Keracunan Merkuri

PENGUJIAN TERHADAP PENGARUH DAN BAHAYA YANG TERKDANDUNG PADA MERKURI TERHADAP BIOTA LAUT

Adam Pahlevi C1. Choliq Komarudin K2. Eranthy Firdaus3. Muhammad Chandra Yuwana4

Teknik Sipil dan Lingkungan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper Gedung Fateta Kampus IPB Dramaga. Bogor 16680 [email protected]. [email protected].

[email protected]. [email protected]

Abstrak : Kata Kunci :

PENDAHULUANAir raksa (Hydragirum atau mercurium) biasa disebut merkuri, merupakan

salah saru logam berat yang berbentuk cair yang masih banyak digunakan di dalam industri-industri maupun oleh masyarakat umum. Contohnya, akhir-akhir ini masyarakat sering mendengar adanya kegiatan eksploitasi tambang emas tradisional. Dalam mengelola biji emas tersebut, para penambang tradisional menggunakan air raksa sebagai bahan untuk mengikat emas. Dalam pengelolaannya yang tidak mengidahkan kesehatan lingkungan, maka air raksa tersebut dapat terbuang ke dalam lingkungan bebas. Air raksa yang terbuang tersebut akan mencemari tanah dan air tanah sehungga tanpa sengaja akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, maupun melalui udara.

Merkuri masuk ke dalam lingkungan sebagai hasil pengolahan merkuri oleh manusia dan industri-industri, serta bahan bakar akibat pembusukan fosil yang mengandung merkuri. Selain itu, sumber alami misalnya penguapan kerak bumi, kebakaran hutan, penguapan air laut dan gunung berapi juga ikut menyumbang ke dalam lingkungan adalah akibat dari hasil aktivitas manusia. Lebih dari 650 metrik ton merkuri yang bersuber dari hasil kegiatan manusia masuk dan mencemari lingkungan pada setiap tahunnya. (Susanto, 2004). Merkuri dalam atmosfer dapat tersimpan di dalam danau dan sungai. Ketika merkuri mengenai air, beberapa bagian mengalami proses kimiawi dan berubah menjadi bentuk lain dari merkuri, sebagian besar dalam bentuk methylmercury. Methylmercury masuk ke dalam tubuh ikan dan terakumulasi di dalamnya. Bila manusia mengkonsumsi ikan yang tercemar tersebut akan mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan.

Keracunan merkuri mukai dikenal pada tahun 1956 di Jepang. Ketika itu terdapat keadian morbiditas dan mortalitas akibat memakan ikan yang tercemar oleh merkuri yang berasal dari teluk Minamata, sebelah barat daya Jepang. Selanjutnya keracunan merkuri tersebut dikenal sebagai penyakit Minamata. Pada waktu itu banyak pabrik yang membuang limbahnya langsung ke terluk tersebut. Di Indonesia, potensi pencemaran air raksa sangat besar akibat dari penggunaan zat tersebut yang berlebihan. Di samping pengelolaan yang tidak benar. Hal tersebut sangat berbahaya bagi kehidupan manusia.

Tujuan dari pengujian ini adalah mengamati pengaruh xenobiotik merkuri (Hg) terhadap biota, membandingkan hasil data perilaku ikan sejenis antara

Page 2: Toksik 4 - Ikan Keracunan Merkuri

akuarium yang dilengkapi blower dan akuarium tanpa dilengkapi blower dengan komposisi merkuri (Hg) sama, membandingkan hasil data perilaku ikan sejenis antara akuarium yang dilengkapi blower dan akuarium tanpa dilengkapi blower dengan komposisi merkuri (Hg) berbeda, serta membandingkan hasil data perilaku ikan yang berbeda dengan kondisi akuarium dan komposisi merkuri yang sama.

METODOLOGI Pengamatan yang dilakukan berikut ini merupakan uji pengaruh unsur

xenobiotik merkuri (Hg) terhadap biota khususnya ikan. Pengujian dilakukan di laboratorium udara departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dan dilaksanakan oleh 8 kelompok secara bersamaan. kedelapan kelompok tersebut kemudian dibagi menjadi 2 tim, masing-masing tim menguji 2 jenis ikan yang berbeda. Sedangkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu 2 jenis ikan, 8 buah akuarium 3x4 cm, gelas ukur, blower, air sumur/aquades dan merkuri (Hg). Pengujian dilakukan dengan mempersiapkan aquades dan akuarium terlebih dahulu, aquades yang diperlukan sebanyak 1 L.

Setelah itu, akuarium yang sudah dipersiapkan dilengkapi dengan blower untuk akuarium nomor 1, 2, 5, dan 6, sedangkan akuarium nomor 3, 4, 7, dan 8 tanpa dilengkapi blower. Selain itu, dipersiapkan juga merkuri sebanyak 50 ppm dan 100 ppm yang nantinya akan ditambahkan ke dalam aquades sebagai salah satu unsur logam berat. Setelah semua alat dan bahan dipersiapkan ikan dimasukkan ke dalam akuarium, sebelumnya ikan-ikan tersebut diberi tanda dan diukur panjangnya serta diamati kondisi fisiknya. Selanjutnya, merkuri yang sudah dipersiapkan, dimasukkan ke dalam akuarium yang telah terisi oleh ikan. Komposisi merkuri yang ditambahkan pada masing-masing akuarium berbeda-beda, untuk akuarium 1, 3, 5, dan 7 sebanyak 50 ppm, sedangkan untuk akuarium 2, 4, 6, dan 8 sebanyak 100 ppm. Pengamatan dilakukan hingga kondisi ikan mati. Untuk lebih memahami tentang pembagian nomor akuarium, dapat dilihat pada skema di bawah berikut:

(a) (b)Gambar 1. Skema Penomoran Akuarium

Hal-hal yang diamati selama pengujian berlangsung, antara lain panjang ikan sebelum dan sesudah pemberian xenobiotik merkuri (Hg), kondisi ikan sebelum dan sesudah pemberian xenobiotik merkuri (Hg), pola perilaku ikan per

50 ppm 50 ppm50 ppm50 ppm100 ppm 100 ppm 100 ppm 100 ppm

1 2 3 4 8765

Page 3: Toksik 4 - Ikan Keracunan Merkuri

satuan waktu, pengaruh blower terhadap ikan, analisis sumber xenobiotik merkuri (Hg) di lingkungan berikut pola persebarannya, serta sifat fisika-kimaiwi xenobiotik tentang tahap perilaku ikan sebagai biota akuatik.

HASIL DAN PEMBAHASANMerkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA= 80) serta

memiliki massa molekul relative (MR= 200,59). Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair didalam suhu kamar (25oC), titik bekunya paling rendah (-39oC), mempunyai kecendrungan untuk menguap lebih besar, mudah tercampur dengan logam-logam lainnya dan menghasilkan logam campuran (Amalgam/Alloi), juga dapat mengalirkan arus listrik sebgai konduktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah (Alfian, 2006).

Penggunaan merkuri dan sianida pada pembuangan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan pencemaran air sungai dari hulu sampai hilir. Bahan- bahan xenobiotik yaitu polutan yang dibuat oleh manusia dapat mengakibatkan pencemaran yang mengakibatkan kontaminasi terhadap biota laut. Selanjutnya dengan adanya proses biomagnifikasi yang bekerja di lautan, konsentrasi merkuri yang masuk akan terus ditingkatkan di samping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik merkuri yang masuk kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan, sehungga masuk ke dalam tubuh biota perairan dan ikut termakan oleh manusia bersama makanan yang diambil dari perairan yang tercemar oleh merkuri. (Subanri, 2010). Gejala keracunan merkuri ditandai dengan sakit kepala, sukar menelan, penglihatan menjadi kabur, daya dengar menurun. Selain itu, rang yang keracunan merkuri merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut terasa tersumbat oleh logam, gusi membengkak dan disertai dengan diare.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, secara keseluruhan akuarium yang dilengkapi dengan blower, masa hidup ikan di dalamnya lebih lama dibanding dengan ikan yang berada di akuarium tanpa blower. Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh, untuk jenis ikan mujair ketika kondisi akuarium yang dilengkapi blower dibandingkan (kelompok 1) dengan akuarium tanpa dilengkapi blower (kelompok 4), masa hidup keempat ikan yang berada di akuarium dengan blower rata-rata selama 17,5 menit, sedangkan masa hidup ikan-ikan yang berada di akuarium tanpa blower rata-rata selama 12,9 menit, hal ini selain dipengaruhi oleh ada tidaknya blower, dapat juga karena dipengaruhi oleh komposisi merkuri (Hg) yang ditambahkan ke dalam akuarium.

Dalam lingkungan perairan, merkuri yang tergolong dalam anorganik akan dikonversi oleh mikroorganisme menjadi metil merkuri yang sangat beracun dan sangat mudah terserap ke dalam jaringan. Sekitar 90% kandungan merkuri dalam ikan berupa metil merkuri (Ramade F dalam Martono, 2005). Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa sekitar 95% metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh diserap oleh usus yang sebagian besar tertahan dalam jaringan tubuh dan kuran dari 1% yang dikeluarkan lagi dari dalam tubuh (Mason CF dalam Martono, 2005). Dampak daripada hal itu dapat dilihat pada tabel 1 yaitu dari perbedaan ukuran ikan sebelum dan sesudah pemberian merkuri.

Tabel 1. Data Teknis Ikan Sebelum dan Sesudah Pemberian Merkuri

Page 4: Toksik 4 - Ikan Keracunan Merkuri

Ikan No Sebelum pemberian Hg (cm) Sesudah pemberian Hg (cm)

1 6,5 72 8 8,53 6 6,54 7 7,4

Untuk akuarium tanpa blower, komposisi merkuri yang dberikan sebanyak 100 ppm, sedangkan untuk akuarium dengan dilengkapi blower komposisi merkuti yang diberikan sebanyak 50 ppm. Hal tersebut lebih memungkinkan, bahwa masa hidup ikan yang berada di akuarium tanpa blower lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang berada di akuarium yang dilengkapi blower, karena sifat dari xenobiotik merkuri itu sendiri adalah mengikat oksigen, sehingga semakin banyak merkuri yang terakumulasi di dalam tubuh ikan, semakin sedikit oksigen yang tersirkulasi di dalam sistem metabolisme ikan tersebut dan akan menyebabkan sistem perrnafasan pada ikan juga akan terganggu. Selain itu, karena sifat merkuri terikat dengan protein di dalam tubuh hewan khususnya pada otot, menyebabkan hewan menjadi lebih agresif, sehingga rata-rata semua perilaku ikan yang diamati lebih lincah setelah terkena merkuri. Perbedaan perilaku ikan sebelum dan sesudah pemberian merkuri dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini,

Tabel 2. Kondisi Fisik Ikan Sebelum dan Sesudah Pemberian Merkuri

Sebelum pemberian Hg Sesudah pemberian Hg

1Ikan berenang secara

normal. Ikan berwarna putih pudar

Kondisi sisik ikan lebih licin dan bening. Organ dalam membiru dan insang

memerah. Ikan memproduksi lebih banyak kotoran.

234

Selanjutnya, ketika ikan jenis mujair dan ikan jenis koi dibandingkan dengan kondisi perlakuan dari kedua akuarium sama, baik dari kelengkapan blower maupun komposisi merkuri. Masa hidup ikan mujair lebih lama dibandingkan dengan ikan koi, yaitu secara berturut-turut 17,5 menit dan 16,125 menit, hal ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh ikan majair terhadap paparan pencemaran logam berat khususnya merkuri lebih baik dibandingkan dengan ikan koi.

Pengaruh xenibiotik pada biota laut berdasarkan hasil pengujian adalah adanya anomali sifat yang terjadi pada ikan. Gejala yang disebabkan oleh merkuri yaitu gangguan psikologi berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat agresif (Sudarmaji, 2006). Hal itu ditandai dengan perilaku ikan yang terkadang bergerak tidak stabil, lalu cara berenang dari ikan yang miring dan terlihat pada insang ikan yang sedikit berwarna merah seperti darah yang merupakan proses pendarahan di dalam insang ikan akibat dari pengaruh xenobiotik pada merkuri. Gejala perilaku

Page 5: Toksik 4 - Ikan Keracunan Merkuri

ikan dari waktu ke waktu setelah pemberian merkuri dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini,

Tabel 3. Pola Perilaku Ikan Selama Pengamatan

Menit ke-Ikan No

1 2 3 42 Ikan berenang naik turun

4 Ikan berenang mengetuk-ngetuk tembok

6 Ikan berenang bergerombolan8 Ikan mulai berenang secara lemas10 Ikan berenang mencari-cari oksigen12 Ikan berenang secara miring-miring14 Mati16 Mati  18     Berenang di dasar20     Mati Mati

Pemberian blower di dalam akuarium percobaan berpengaruh terhadap lamanya ikan dapat bertahan hidup setelah diberikan xenobiotik merkuri (Hg). Ikan yang diberikan blower dapat bertahan hidup lebih lama karena terdapat tambahan oksigen yang diberikan dari blower. Terbukti ketika ikan sudah masuk menit ke-10 dan mulai kekurangan oksigen, ikan tersebut akan berenang mendekati blower untuk mendapatkan udara tambahan.

Terdapat perbedaan perilaku ikan yang sejenis antara akuarium yang dilengkapi blower dan akuarium tanpa dilengkapi blower diantaranya untuk ikan yang dilengkapi blower, anomali perubahan perilaku ikan hampir tidak terlihat, selain ikan yang terdapat pada akuarium blower umumnya lebih lama mati. Hal ini dikarenakan blower yang berisikan oksigen sehingga ikan dapat hidup lebih lama dibandingkan ikan yang berada di akuarium yang tidak memakai blower.

KESIMPULANPengaruh xenibiotik pada biota laut berdasarkan hasil pengujian adalah

adanya anomali sifat yang terjadi pada ikan. Hal itu ditandai dengan perilaku ikan yang terkadang bergerak tidak stabil, lalu cara berenang dari ikan yang miring dan terlihat pada insang ikan yang sedikit berwarna merah seperti darah yang merupakan proses pendarahan di dalam insang ikan akibat dari pengaruh xenobiotik pada merkuri. Terdapat perbedaan perilaku ikan yang sejenis antara akuarium yang dilengkapi blower dan akuarium tanpa dilengkapi blower diantaranya untuk ikan yang dilengkapi blower.

DAFTAR PUSTAKAAlfian, Zul. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi

Kesehatan Manusia dan Lingkungan. USU Repository.

Page 6: Toksik 4 - Ikan Keracunan Merkuri

Martono, H. 2005. Penanganan Kasus Keracunan Metil Merkuri di Minamata. Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Subanri.2010. Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke Dengan Gangguan Kesehatan Pada Penambang Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sudarmaji, J. Mukono, dan Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2 (2): 129 – 142.

Djap Hadi Susanto. 2004. Bahaya Pencemaran Merkuri Di Indonesia. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta Barat.

LAMPIRAN 1.

LAMPIRAN 2. DOKUMENTASI