titrasi pengendapan

19
Minanda Fachladelcada Primara 240210130056 V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Titrasi pengendapan merupakan metode titrasi yang didasarkan pada pembentukan endapan. Menurut Underwood (2002), tirasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam analisis titrimetrik seperti pada titrasi-titrasi yang merlibatkan reaksi redoks atau asam-basa. Contoh-contoh dari titrasi pengendapan biasanya dibatasi pada pengendapan dari ion perak dengan anion-anoin seperti halogen atau tiosianat. Salah satu alasan terbatasnya penggunaan titrasi pengendapan adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi dari larutan encer (konsentrasi rendah), kecepatan reaksinya terlalu lambat. Ketika mendekati titik ekivalen dan titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan dan tingkat pengendapan terjadi sangat lambat. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan dari garam tersebut (misalnya AgCl). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO 3 yaitu : 1. Indikator, syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu: a. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.

Upload: minanda713

Post on 09-Apr-2016

253 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Titrasi Pengendapan

TRANSCRIPT

Page 1: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Titrasi pengendapan merupakan metode titrasi yang didasarkan pada

pembentukan endapan. Menurut Underwood (2002), tirasi-titrasi yang melibatkan

reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam analisis titrimetrik seperti pada

titrasi-titrasi yang merlibatkan reaksi redoks atau asam-basa. Contoh-contoh dari

titrasi pengendapan biasanya dibatasi pada pengendapan dari ion perak dengan

anion-anoin seperti halogen atau tiosianat. Salah satu alasan terbatasnya

penggunaan titrasi pengendapan adalah kurangnya indikator yang cocok. Dalam

beberapa kasus, terutama dalam titrasi dari larutan encer (konsentrasi rendah),

kecepatan reaksinya terlalu lambat. Ketika mendekati titik ekivalen dan titran

ditambahkan secara perlahan, penjenuhan dan tingkat pengendapan terjadi sangat

lambat.

Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan dari garam

tersebut (misalnya AgCl). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi

dengan AgNO3 yaitu :

1. Indikator, syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator

titrasi netralisasi, yaitu:

a. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari

reagen /analit.

b. Perubahan warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.

2. Amperometri, adalah metode analisis kimia dengan menggunakan alat

pengukur arus listrik

3. Indikator kimia. Indikator kimia yang biasa dipakai adalah Phenolftalein,

metal orange, dan kertas lakmus.

Titrasi pengendapan merupakan metode volumetri yang didasarkan atas

pembentukan endapan yang sukar larut, karena pada cara ini digunakan laruan

standar AgNO3, maka disebut titrasi Argentometri (Sukarti, 2008). Argentometri

itu sendiri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi pengendapan

dengan menggunakan larutan standar argentum atau dapat juga diartikan sebagai

cara pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri

dari reaksi terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3. Metode ini

Page 2: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

digunakan untuk penentuan : Halida (Cl-, Br-, I-), tiosianat (CNS-) dan sianida

(CN-).

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti

perak, jadi Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat

dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan

endapan dengan ion Ag+, pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah

dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3),

dengan mengukur volume larutan standar yangdigunakan sehingga seluruh ion

Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat

ditentukan (Al. Underwood, 1998).

Ada tiga metode yang dikenal dalam titrasi argentometri yakni metode

Mohr, Volhard dan metode Fajans (Harjadi, 1993).

1. Metode Mohr

Metode Mohr ini digunakan untuk penentuan kadar klorida. Adapun

prinsip dari metoda ini adalah Ion klorida dititrasi dengan larutan AgNO3

dengan menggunakan K2CrO4 sebagai indikator. 

2. Metode Volhard

Metode ini merupakan penentu zat warna yang mudah larut. Adapun biasa

digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br-, dan I- dengan penambahan

larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran

NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali

setelah ditambah larutan standar berlebih.

3. Metode Fajhans

Cara ini menggunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi adalah zat

yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya

warna.

Praktikum kali ini hanya dilakukan titrasi pengendapan (Argentometri)

dengan metode Mohr dan metode Volhard.

5.1 Metode Mohr

Titrasi pengendapan metode Mohr ini merupakan titrasi langsung dengan

menggunakan larutan standar sekunder AgNO3. Titrasi ini dilakukan dalam

Page 3: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

suasana netral. AgNO3 sebelum digunakan sebagai larutan baku sekunder harus

distandarisasi dulu terhadap zat baku primer KCl. Indikator yang digunakan

adalah K2CrO4. Menurut Underwood (2002), pada titrasi ini kemunculan awal

endapan perak kromat berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir

titrasi. Perak kromat lebih mudah larut (sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter) dari pada

perak klorida (sekitar 1 x 10-5 mol/liter), jika ion-ion perak ditambahkan kedalam

suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi besar dan ion

kromat dengan konsentrasi kecil, maka perak klorida akan mengendap terlebih

dahulu sedangkan perak kromat tidak terbentuk sebelum konsentrasi ion perak

meningkat sampai konsentrasi yang cukup besar untuk melebihi Ksp dari perak

kromat.

Ag+ akan bereaksi dengan Cl- pada awal titrasi membentuk endapan putih

AgCl, setelah Cl- habis bereaksi dengan Ag+ maka kelebihan Ag+ akan bereaksi

dengan CrO42- membentuk endapan merah Ag2CrO4 yang dijadikan sebagai

indikasi selesainya titrasi (titik akhir). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

AgNO3 (aq) + KCl(aq) → AgCl(s) + KNO3 (aq)

2 AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → Ag2CrO4 (s) + 2 KNO3 (aq)

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi metode Mohr adalah

titrasi dilakukan dengan kondisi larutan netral atau sedikit basa. Ion kromat adalah

basa konjugasi dari asam kromat, oleh sebab itu jika titrasi dilakukan dalam

suasana pH asam maka ion kromat akan berubah menjadi ion dikromat sehingga

TA akan sulit di amati. Bila konsentrasi ion CrO42- < 0,01 M maka titik akhir

titrasi akan terlambat (melampaui titik ekivalensi).

2CrO42- + 2 H+ ↔ 2HCrO4

-↔ Cr2O72- + H2O

Endapan peroksida yang berwarna kecoklatan akan terbentuk pada pH

basa, hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat

asam dapat dinetralkan dengan penambahan MgO agar pH nya berada pada

kisaran pH netral. Dalam suasana basa akan terbentuk endapan peroksida.

2Ag+ + OH- 2AgOH AgO2coklat + H2O

A. Standarisasi AgNO3 dengan KCl (Cara Mohr)

Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan KCl adalah

Page 4: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

metode Mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan

menjadikan warna larutan menjadi merah. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik

ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi

merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen, pada percobaan ini

AgNO3 akan ditentukan berapa konsentrasinya. Dipilih indikator K2CrO4 karena

suasana sistem pada percobaan Mohr itu cenderung netral, sedangkan dalam

suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa dan membentuk

endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi H2O. Hasil reaksi ini berupa

endapan AgCl, Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari KCl akan bereaksi membentuk

endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam KCl telah bereaksi

semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dari K2CrO4 (indikator)

yang ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata, saat

itulah adalah saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut

dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah

mol grek KCl. Pemilihan indikator dilihat juga dari kelarutan. Ion Cl- lebih dulu

bereaksi pada ion CrO42-, kemungkinan karena perbedaan keelektronegatifan Ag+

dan Cl- lebih besar dibandingkan Ag+ dan CrO42-, jika membandingkan hasil kali

kelarutan AgCl dan Ag2CrO4, maka AgCl akan mengendap terlabih dulu karena

kelarutan AgCl lebih besar dibandingkan dengan Ag2CrO4.

Ksp AgCl = 1,8 x 10-10

Ksp Ag2CrO4 = 1,9 x 10-12

Hasil pengamatan dari standarisasi AgNO3 terhadap KCl dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Standarisasi AgNO3 terhadap KCl

V KCl N KCl V AgNO3 N AgNO3

10 mL 0,1003 N 10 mL 0,1003 N

10 mL 0,1003 N 9,9 mL 0,1013 N

Rata-rata 0,1008 N

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1, volume yang diperoleh

adalah 10 mL dan 9,9 mL, sehingga dengan menggunakan rumus:

V1 x N1 = V2 x N 2

Page 5: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Hasil rata-rata normalitas dari standarisasi AgNO3 dengan KCl yaitu

0,1008 N.

B. Penentuan Kadar NaCl Dalam Sampel (Cara Mohr)

Konsentrasi NaCl pada sampel ini akan ditentukan dengan metode Mohr.

Pertama-tama sampel padat digerus hingga halus dengan menggunakan mortar.

Penghalusan ini bertujuan untuk memudahkan pelarutan sampel. Sampel yang

telah halus lalu ditimbang sebanyak 2,5 gram dan dilarutkan dengan aquadest

kedalam labu ukur 100 ml. Labu ukur digunakan karena ketelitiannya yang tinggi

(± 0,10 ml) sehingga hasil analisis akan lebih akurat. Larutan sampel kemudian

disaring menggunakan kertas saring untuk mendapatkan filtratnya. Penyaringan

bertujuan untuk mendapatkan supernatan (filtrat) yang jernih, karena apabila

larutan sampel tidak disaring maka titik akhir titrasi sulit untuk diamati karena

larutan sampel sangat keruh. Filtrat yang didapat dipipet dan dimasukkan ke

erlenmeyer sebanyak 10 ml sedangkan untuk sampel pocari sweat dipipet

langsung 25 ml sampel dan dimasukkan ke dalan Erlenmeyer, lalu ketiga sampel

ditambahkan 0,5 ml indikator K2CrO4 5% kemudian dititrasi dengan AgNO3 0,1 N

sampai TA yaitu terbentuk endapan merah,

Percobaan ini adalah untuk menentukan kadar NaCl dari berat sampel 2,5

gram telur asin dan ikan asin dengan rumus :

% NaCl = N AgNO 3 xV AgNO 3 x V labu

V pipetx BE NaCl

Berat sampelx100 %

sedangkan untuk menentukan kadar Cl dari volume sampel 25 ml pocari sweat

dengan rumus :

% Cl = N AgNO 3 xV AgNO 3 x BE Cl

V sampelx100 %

Hasil pengamatan penentuan kadar NaCl menggunakan metode Mohr dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar NaCl

Kel. Sampel V AgNO3 N AgNO3 Berat Sampel % Kadar NaCl

10 Telur Asin 1,2 ml 0,1008 N 2,5392 g 2,784 %

6 Telur Asin 1 ml 0,1008 N 2,5392 g 2,319 %

Page 6: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

8 Ikan Asin 10,2 ml 0,1008 N 2,5192 g 23,85 %

9 Ikan Asin 9,3 ml 0,1008 N 2,5192 g 21,74 %

7 Pocari sweat 13,1 ml 0,1008 N 25 ml 0,18724 %

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 2, dapat diperoleh rata-rata dari

kadar NaCl dalam 2,5 gram telur asin adalah 2,5515%.

Rata-rata dari kadar NaCl dalam 2,5 gram ikan asin adalah 22,795%,

jumlah ini melebihi Standar Nasional Indonesia yaitu 10-20%. Rata-rata kadar

garam untuk sampel udang rebon adalah 19,86%, kadar ini melewati batas kadar

garam yang diperbolehkan oleh SNI yaitu maksimal 20%.

Kadar Cl dalam 25 ml pocari sweat adalah 0,18724%, jumlah ini melebihi

kadar Cl yang tertera pada kemasan yaitu 0,0567%.

5.2 Metode Volhard

Titrasi pengendapan metode volhard ini merupakan jenis titrasi kembali,

karena zat yang akan ditentukan konsentrasinya direaksikan dengan AgNO3

berlebih dan sisa AgNO3 yang tidak bereaksi dititrasi oleh larutan baku sekunder.

Larutan baku sekunder yang digunakan adalah amonium tiosianat (NH4CNS).

Amonium tiosianat sebelum digunakan harus distandarisasi terlebih dahulu

terhadap AgNO3 standar. Indikator yang digunakan adalah Fe3+ (dari Ferro

Amonium Sulfat), jadi pada awal titrasi Ag+ akan berakasi dengan SCN-

membentuk endapan putih AgSCN, setelah Cl- habis bereaksi dengan Ag+ maka

kelebihan Ag+ akan bereaksi dengan Fe3+ membentuk larutan berwarna merah

Fe(SCN)3 yang dijadikan sebagai indikasi selesainya titrasi (titik akhir). Reaksi

yang terjadi adalah sebagai berikut:

AgNO3 (aq) + NH4CNS (aq) → AgSCN(s) (endapan putih) + NH4NO3 (aq)

3 NH4CNS (aq) + Fe3+ (aq) → Fe(SCN)3 (aq) (larutan merah) + 3 NH4+

(aq)

Hal yang harus diperhatikan dalam titrasi metode volhard yaitu titrasi

dilakukan pada suasan asam, karena pada suasana basa ion Fe3+ akan mengendap

menjadi Fe(OH)3 yang berwarna coklat. Endapan coklat tersebut akan

mengganggu pengamatan saat titik akhir titrasi. Menurut Indigomorie (2009),

keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan

Page 7: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena

ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut

dalam keadaan asam.

A. Standarisasi AgNO3 Terhadap NH4CNS 0,1 N (CaraVolhard)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum standarisasi AgNO3

terhadap NH4CNS 0,1 N diantaranya memasukkan sebanyak 10 ml AgNO3 ke

dalam labu erlenmeyer kemudian 15 ml aquadest, 1 ml FAS, dan 5 ml HNO3 6N

ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer tersebut, lalu dititrasi dengan NH4CNS 0,1

N sampai terbentuk endapan merah coklat dan dicatat volume yang digunakan lalu

dilakukan perhitungan normalitas AgNO3. Aquadest berfungsi sebagai pelarut

agar konsentrasi tidak terlalu besar, karena konsentrasi yang besar akan

menyebabkan laju reaksi yang terlalu cepat. Penambahan FAS berfungsi sebagai

indikator Fe3+ karena FAS memiliki rumus kimia (Fe(NH4)2(SO4)2), sedangkan

penambahan HNO3 6N adalah untuk membuat suasana asam, karena titrasi

pengendapan dengan cara Volhard ini harus dilakukan dalam suasana asam

apabila titrasi ini dilakukan pada suasana basa maka Fe3+ akan terhidrolisis. Hasil

pengamatan dari praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Standarisasi NH4CNS

V AgNO3 N AgNO3 V NH4CNS N NH4CNS

10 mL 0,1013 N 10,2 mL 0,0993 N

10 mL 0,1013 N 10 Ml 0,1013 N

Rata-rata 0,1003 N

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Warna larutan AgNO3 adalah bening. Penambahan aquades, indikator FAS

dan HNO3 6 N menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning bening,

setelah mencapai titik akhir titrasi larutan menjadi keruh dan berwarna merah

cokelat, dengan diketahuinya volume NH4CNS dan AgNO3 maka normalitas

NH4CNS pun dapat diketahui melalui persamaan V1N1=V2N2. Pada saat titrasi,

volume NH4CNS yang digunakan adalah 10,2 ml dan 10 ml, sehingga rata-rata

normalitas NH4CNS yang dihitung adalah sebesar 0,1003 N.

Page 8: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Titrasi ini dilakukan secara tidak langsung, dimana ion halogenida (Cl-)

diendapkan oleh Ag+ berlebih dan kelebihan ion perak dititrasi oleh larutan

NH4CNS. Perak klorida lebih mudah larut dari pada perak tiosianat, dan klorida

itu cenderung melarut kembali menurut reaksi :

AgCl(S) + CNS- AgCNS(s) + Cl-

Tiosianat dapat dihabiskan oleh ion perak berlebih dan endapan perak

klorida itu sendiri, jika ini terjadi akan diperoleh hasil yang terlalu rendah, untuk

mengecilkan galat ini digunakan ion besi (III) yang konsentrasinya cukup tinggi

sehingga warna titik akhir titrasi dicapai pada konsentrasi tiosianat yang lebih

rendah, maka perak klorida yang melarut kembali lebih sedikit dan masih tedapat

konsentrasi yang cukup tinggi dari kompleks FeCNS2+ ( merah)

Campuran larutan dititrasi dengan NH4CNS. Selama titrasi, Ag(CNS)

terbentuk sedangkan titik akhir titasi tercapai bila NH4CNS yang berlebih bereaksi

dengan Fe (III) membentuk warna merah gelap (FeCNS2++). Perubahan warna

merah ini disebabkan adsorbsi pada permukaan. reaksi yang terjadi ialah:

Ag+ + CNS- AgCNS

(endapan putih)

Fe3+ + CNS- FeCNS2+

(endapan merah)

B. Penentuan Kadar NaCl Dalam Sampel (Cara Volhard)

Berdasarkan praktikum, larutan baku sekunder yang digunakan adalah

amonium tiosianat (NH4CNS), dengan indikator yang digunakan adalah Fe3+ (dari

Ferri Amonium Sulfat). Titrasi yang terjadi diawali dengan Ag+ yang akan

berakasi dengan SCN- membentuk endapan putih AgSCN, setelah Cl- habis

bereaksi dengan Ag+ maka kelebihan Ag+ akan bereaksi dengan Fe3+ membentuk

larutan berwarna merah Fe(SCN)3 yang merupakan tanda titik akhir titrasi.

Keadaan larutan harus asam sebagai syarat titrasi Volhard yang merupakan

keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena

ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut

dalam keadaan asam (Indigomorie, 2009).

Page 9: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Berdasarkan praktikum, dilakukan penentukan kadar NaCl pada sampel

telur asin, ikan asin, dan pocari sweat menggunakan metode Volhard. Langkah

pertama sampel padat digerus hingga halus dengan menggunakan mortar.

Penghalusan ini bertujuan untuk memudahkan pelarutan sampel. Sampel yang

telah halus lalu ditimbang sebanyak 1 gram untuk ikan asin dan 5 gram untuk

telur asin dan dilarutkan dengan aquadest kedalam labu ukur 100 ml. Labu ukur

digunakan karena ketelitiannya yang tinggi (± 0,10 ml) sehingga hasil analisis

akan lebih akurat. Larutan sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring

untuk mendapatkan filtratnya. Penyaringan bertujuan untuk mendapatkan

supernatan (filtrat) yang jernih, karena apabila larutan sampel tidak disaring maka

titik akhir titrasi sulit untuk diamati karena larutan sampel sangat keruh. Filtrat

yang didapat dipipet dan dimasukkan ke erlenmeyer sebanyak 10 ml sedangkan

untuk sampel pocari sweat dipipet langsung 5 ml sampel dan dimasukkan ke dalan

Erlenmeyer lalu ditambahkan 10 ml AgNO3, 5 ml HNO3 untuk suasana asam, dan

20 tetes indikator Fe3+ lalu dititrasi dengan NH4CNS hingga terbentuk larutan

berwarna merah coklat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

AgNO3 (aq) + Cl- (aq) → AgCl(s) (putih) + NO3

- (aq)

AgNO3 sisa (aq) + NH4CNS (aq) → AgSCN(s) (putih) + NH4NO3 (aq)

3 NH4CNS (aq) + Fe3+ (aq) → Fe(SCN)3 (aq) (merah) + 3 NH4+

(aq)

Berdasarkan praktikum, dilakukan juga perhitungan blanko dilakukan

untuk mengetahui jumlah AgNO3 berlebih yang ditambahkan kedalam sampel

agar kadar ion Cl- dapat ditentukan, blanko dihitung tanpa adanya penambahan

sampel. Percobaan ini adalah untuk menentukan kadar NaCl dari berat sampel 2,5

gram telur asin dan ikan asin dengan rumus :

% NaCl = (V blanko−V titrasi ) x N NH 4 CNS x BE NaCl x V labu

V pipetBerat sampel

x 100 %

sedangkan untuk menentukan kadar Cl dari volume sampel 25 ml pocari sweat

dengan rumus :

% Cl = (V blanko−V titrasi ) x N NH 4CNS x BECl

V sampelx 100 %

Hasil pengamatan penentuan kadar NaCl menggunakan metode volhard dapat

dilihat pada Tabel 4.

Page 10: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

Tabel 4. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar NaCl

Kel. Sampel V NH4CNS N NH4CNSBerat

Sampel

% Kadar

NaCl

6 Telur Asin 9,6 ml 0,1003 N 5,0290 g 0,85 %

7 Telur Asin 9,8 ml 0,1003 N 5,0290 g 0,583 %

9 Ikan Asin 8,1 ml 0,1003 N 1,0061 g 12,81 %

10 Ikan Asin 6,1 ml 0,1003 N 1,0061 g 24,5 %

8 Pocari

sweat

9,9 ml 0,1003 N 5 ml 0,0284 %

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4, dapat diperoleh rata-rata dari

kadar NaCl dalam 5 gram telur asin adalah 0,7165%.

Rata-rata dari kadar NaCl dalam 1 gram ikan asin adalah 18,655%, jumlah

ini masih sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu 10-20%. Rata-rata

kadar garam untuk sampel ikan asin adalah 19,86%.

Kadar Cl dalam 5 ml pocari sweat adalah 0,0284%, jumlah ini lebih

rendag dibandingkan dengan kadar Cl yang tertera pada kemasan yaitu 0,0567%.

Dalam percobaan ini masih terdapat hasil yang tidak sesuai dengan

literatur. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Adanya perbedaan persepsi tentang perubahan warna antara teori dengan

praktikan.

2. Kekurangtelitian dalam pembuatan larutan standar ataupun larutan

ujinya.

3. Adanya kesalahan-kesalahan teknis dalam titrasi seperti volume

penetesan larutan standar terlalu berlebih.

Page 11: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Indikator K2CrO4 pada standarisasi AgNO3 terhadap KCl bertujuan

memberikan suasana netral.

Volume AgNO3 rata-rata yang digunakan adalah 10 ml, sehingga

normalitas AgNO3 sebesar 0,1008 N.

Titik akhir titrasi dalam penentuan kadar NaCl cara Mohr dinyatakan

dengan indikator larutan K2CrO4 yang dengan lautan Ag+ berlebih

menghasilkan endapan merah dari Ag2CrO4.

Rata-rata kadar NaCl yang terdapat dalam telur asin metode Mohr

2,5515%.

Rata-rata kadar NaCl yang terdapat dalam ikan asin metode Mohr

22,795%.

Kadar Cl yang terdapat dalam pocari sweat metode Mohr yaitu 0,18724%

melebihi kadar Cl yang tertera pada kemasan yaitu 0,0567%.

Rata-rata kadar NaCl yang terdapat dalam telur asin metode volhard

0,7165%

Rata-rata kadar NaCl yang terdapat dalam ikan asin metode volhard

18,655%.

Kadar Cl yang terdapat dalam pocari sweat metode volhar yaitu 0,0284%

lebih rendah dari kadar Cl yang tertera pada kemasan yaitu 0,0567%.

Kadar NaCl pada sampel ikan asin metode mohr melebihi batas maksimal

yang ditentukan oleh SNI sedangkan pada metode volhard masih dibawah

batas yang ditentukan oleh SNI.

Fungsi FAS pada standarisasi AgNO3 terhadap NH4CNS 0,1 N adalah

sebagai indikator.

Penambahan HNO3 pada standardisasi AgNO3 terhadap NH4CNS 0,1 N

berfungsi untuk menciptakan suasana asam agar Fe3+ tidak terhidrolisis.

Page 12: Titrasi Pengendapan

Minanda Fachladelcada Primara240210130056

6.2 Saran

Praktikum berikutnya diharapkan praktikan memahami prosedur

praktikum agar praktikum berjalan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Indigomorie. 2009. Argentometri Metode Mohr. Available online at http://kimiaanalisa.web.id. (diakses tanggal 6 Oktober 2014)

JR, R.A. Day & A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam, Penerjemah : Dr. Ir. Iis Sopyan, M.Eng. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sukarti, Tati. 2008. Pengantar Lengkap Analisa Kimia Bahan Kimia Analitik. Widya Padjadjaran: Bandung.