tipus maes musuh alami

3
2.6 Pengaruh Populasi Musuh Alami Terhadap Agroekosistem Menurut Wagiman (2010), Musuh alami hama musuh hama yang berasal dari alam berupa parasitoid, predator dan patogen. Jika suatu musuh alami telah diteliti secara mendalam dan telah diyakini kehandalannya serta layak sebagai faktor pengendali populasi suatu hama yang efektif maka musuh alami tersebut disebut sebagai agens pengendalian hayati (biological control agents). Banyak cara dalam konsep pengendalian hama antar lain pengendalian secara mekanis,kimia dan biologi. Pengandalian hama secara biologi yaitu dengan pemanfaatan manipulasi musuh alami. Menurut Effendi (2009), pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami dimaksudkan untuk memberikan peranan yang lebih besar kepada musuh alami, sebelum memakai insektisida. Pada prinsipnya musuh alami akan selalu berkembang mengikuti perkembangan hama. Selama musuh alami dapat menekan hama maka pengendalian dengan bahan kimia tidak diperlukan karena keseimbangan biologi sudah tercapai. Namun bila perkembangan musuh alami sudah tidak mampu mengikuti perkembangan hama, artinya keseimbangan biologi tidak tercapai, maka diperlukan taktik pengendalian yang lain, termasuk penggunaan bahan kimia. Dengan keanekaragaman musuh alami yang cukup tinggi tersebut, maka agroekosistem berpeluang cukup

Upload: isti-qomah

Post on 17-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nananan

TRANSCRIPT

2.6 Pengaruh Populasi Musuh Alami Terhadap AgroekosistemMenurut Wagiman (2010), Musuh alami hama musuh hama yang berasal dari alam berupa parasitoid, predator dan patogen. Jika suatu musuh alami telah diteliti secara mendalam dan telah diyakini kehandalannya serta layak sebagai faktor pengendali populasi suatu hama yang efektif maka musuh alami tersebut disebut sebagai agens pengendalian hayati (biological control agents). Banyak cara dalam konsep pengendalian hama antar lain pengendalian secara mekanis,kimia dan biologi. Pengandalian hama secara biologi yaitu dengan pemanfaatan manipulasi musuh alami. Menurut Effendi (2009), pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami dimaksudkan untuk memberikan peranan yang lebih besar kepada musuh alami, sebelum memakai insektisida. Pada prinsipnya musuh alami akan selalu berkembang mengikuti perkembangan hama. Selama musuh alami dapat menekan hama maka pengendalian dengan bahan kimia tidak diperlukan karena keseimbangan biologi sudah tercapai. Namun bila perkembangan musuh alami sudah tidak mampu mengikuti perkembangan hama, artinya keseimbangan biologi tidak tercapai, maka diperlukan taktik pengendalian yang lain, termasuk penggunaan bahan kimia.Dengan keanekaragaman musuh alami yang cukup tinggi tersebut, maka agroekosistem berpeluang cukup tinggi untuk dapat terjaga dari terjadinya ledakan populasi hama. Peran musuh alami sebagai faktor mortalitas biotik serangga hama terbukti efektif dan dapat menekan biaya pengendalian hama pada tanaman. Optimalisasi peran musuh alami dapat dilakukan dengan merencanakan dan mengarahkan semua aktivitas dalam usaha tani pada tindakan yang dapat mengkonversi musuh alami.Menurut Untung (1993) menyatakan bahwa PHT lebih mengutamakan pengendalian dengan memanfaatkan peran berbaai musuh alami hama. Musuh alami pada keseimbangan alam yang baik selalu berhasil mengendalikan populasi hama, tetap berada dibawah aras ekonomi. Oleh karena itu, dengan memberikan kesempatan kepada musuh alami untuk bekerja berarti dapat mengurangi pengunaan pestisida. Mengingat peran parasit dan predator dalam menekan populasi hama secara alami cukup penting, maka upaya konservasi musuh alami di lapang perlu lebih diperhatikan.

DapusWagiman, F.x. 2010. Pengendalian Hayati. Laboratorium Pengendalian Hayati. Fakultas Pertanian.Univeristas Gadjah Mada.YogyakartaEffendi.S.Baehaki. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi dalam Perspektif Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practies). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.SubangUntung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.