tipe quiz team
TRANSCRIPT
Tipe Quiz Team adalah model pembelajaran aktif yang mana siswa dibagi kedalam tiga
kelompok besar dan dan semua anggota bersama-sama mempelajari materi tersebut,
mendiskusikan materi, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban,
setelah materi selesai diadakan suatu pertandingan akademis.
Model pembelajaran aktif Tipe quiz team yang dikemukakan oleh Dalvi (2006:68) bahwa:
“Merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktif an siswa
dalam proses belajar”
Dalam tipe ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil dengan masing-masing
anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya
dalam memahami materi dan menjawab soal. Dalam tipe quiz team ini, diwali dengan guru
menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua
anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan,
saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut.
Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya
pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan
senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang
tinggidalam pertandingan.
Prosedur Tipe Quiz Team
Silberman dalam Dalvi (2006:70) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan
menggunakan tipe Quiz Team adalah sebagai berikut:
a. Guru memilih topik yang biasa disajikan dalam tiga segmen.
b. Siswa dibagi ke dalam tiga kelompok besar.
c. Guru menjelaskan skenario pembelajaran.
d. Guru menyajikan materi pelajaran.
e. Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara tim B ,tim C
dan tim D menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka.
f. Tim A memberikan kuis kepada ti B. jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan, tim C
atau tim D segera menjawabnya.
g. Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C atau tim D, dan
mengulang proses tersebut.
h. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B
sebagai pemandu kuis.
i. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran dan
tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1
menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kebutuhan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara. Kegiatan belajar mengajar
merupakan aktivitas paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Hal ini
dikarenakan dengan melalui kegiatan belajar mengajar tujuan pendidikan dapat tercapai
yaitu dalam bentuk perubahan perilaku pada siswa. Selanjutnya, undang-undang System
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 mengemukakan tujuan Pendidikan
Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan.
Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan jalur non formal. Pendidikan formal
merupakan pendidikan yang dimulai dari jenjang terendah hingga tertinggi yang harus
ditempuh dengan serangkaian persyaratan tertentu jika naik kejenjang selanjutnya.
Pendidikan nonformal merupakan jenjang pendidikan yang diperoleh dalam sebuah
lembaga pendidikan yang berorentasi memberi dan meningkatkan keterampilan yang
dibutuhkan untuk berkopetensi dalam meraih kesuksesan hidup.
Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses
belajar mengajar itu berlangsung. Selain itu, proses interaksi belajar pada prinsipnya
tergantung pada siswa dan guru. Guru dituntut untuk menerapkan suasana belajar
mengajar yang efektif. Sedangkan siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk
aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga keberhasilan belajar dalam
bidang kognitif, afektif, danpskomotorik dapat tercapai.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang diajarkan di
sekolah, mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar, bahkan mulai diperkenalkan pada
siswa taman kanak–kanak sampai kejenjang perguruan tinggi. Hal ini dimaksud agar
siswa tidak merasa asing dengan materi ajar matematika dan mampu merealisasikannya
dalam kehidupan sehari–hari. Oleh karena itu matematika mempunyai peranan besar
dalam menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi serta diharapkan dapat memberikan
kosntribusi yang berarti terutama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembangunan dalam bidang pendidikan juga telah banyak dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti peningkatan kopetensi
guru, penataran, seminar-seminar, dan melengkapi sarana dan prasarana sekolah agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai sesuai yang diharapkan, namun realitanya sekarang, mutu pendidikan
matematika dirasakan masih kurang dan belum mencapai standar yang diharapkan. Hal
ini terlihat dari hasil ujian mid semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi
tahun pelajaran 2011/2012, sebagian besar hasil belajar siswa masih belum mencapai
standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.Tabel 1: Presentase Ketuntasan Nilai Ujian Mid SemesterGanjil Pada Pelajaran
Matematika siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi Tahun Pelajaran2011/2012
kelas JumlahSiswa
Nilai rata – rata kelas
Persentase KKM 70
Persentase KKM < 70
VIII.A 32 55,31 19% 81%VIII.B 32 56,88 22% 78%VIII.C 30 49,6 0% 100%VIII.D 32 52,25 5% 95%VIII.E 32 52,63 16% 84%
( Sumber: guru bidang studi matematika kelas VIII SMP N 7 Bukittinggi)
Saat peneliti melakukan observasi di SMP N 7 Bukittinggi pada bulan november
2011, bahwa dalam penyampaian materi, guru menggunakan pembelajaran konvensional
yaitu pada awal pembelajaran dilaksanakan dengan ceramah, kemudian Tanya jawab,
lalu diberikan beberapa soal dan siswa diminta penyelesaian soal tersebut. Model
pembelajaran ini membuat siswa bersifat pasif, hanya sebahagian siswa yang dapat
memahami materi dengan baik sedangkan sebahagian besar yang lainnya hanya
menerima apa yang disampaikan oleh guru. Karena banyaknya yang kurang memahami,
sehingga aktivitas belajar matematika siswa berkurang, siswa banyak melakukan
aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan pembelajaran matematika misalnya
bermenung, membolak balik buku tanpa tahu apa yang harus dikerjakan, berbicara
dengan teman sebangkunya karena sama–sama tidak mengerti. Pembelajaran yang
seperti ini akan membuat siswa tidak mampu untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan
baru yang telah dijelaskan oleh guru, bahkan siswa tidak mendapatkan konsep inti dari
pelajaran yang baru dipelajari, dan mereka tidak mampu melakukan pemahaman
secarakomprehensif, berfikir secara logis, kritis, dan sistematis. Selain menggunakan
pembelajaran konvensional, kurang adanya pendekatan antara guru dengan siswa dalam
proses belajar mengajar dan sebagian siswa juga tidak ingin tau tentang materi yang
diberikan oleh guru padahal guru telah memberikan materi sebaik mungkin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi matematika,
beliau mengatakan bahwa materi dasar siswa sewaktu SD kurang dipahami sehingga
susah untuk memberikan materi awal, banyak siswa yang tidak ingin tau tentang materi
yang diberikan, dan dalam belajar kelompok siswa yang ingin belajar hanyalah siswa
yang pintar saja sedangkan siswa yang lain hanya menerima nilai dari teman yang pintar
saja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka berpendapat bahwa
matematika merupakan momok yang sangat menakutkan, terlalu banyak rumus sehingga
susah untuk dihafal, dalam menyelesaikan soal cerita, Soalnya susah untuk dipahami.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka seorang guru diharapkan mampu
menciptakan proses pembelajaran yang dapat melibatkan para siswa secara aktif,
membantu mereka untuk dapat mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan
nyata siswa serta dapat meningkatkan minat, aktivitas dan hasil belajar siswa.
Menurut Slameto tugas guru berpusat pada :1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan
baik jangka pendek maupun jangka panjang,2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memedai,3. Membantu perkembangan aspek–aspek pribadi seperti sikap, nilai–nilai, dan
penyesuaian diri. Demikian lah, dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat meransang sisiswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan[1].
Minat atau aktivitas siswa dapat di tumbuhkembangkan sendiri oleh masing–
masing siswa dan guru. Apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan
minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya
sendiri[2]. Jika minat belajar siswa tinggi, sehingga aktivitas belajar siswa meningkat
dengan demikian hasil belajar siswa akan lebih baik. Seorang siswa seharusnya tidak
hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, tetapi seorang siswa harus
terampil dalam proses belajar mengajar. Menurut John Holt (1967), belajar akan
semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal–hal berikut:1. Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendiri
2. Memberi contoh–contoh3. Mengenalnya dalam berbagai samaran dan kondisi4. Melihat hubungan antara satu fakta atau gagasan dengan yang lain5. Menggunakannya dengan berbagai cara6. Memperkirakannya berapa konsekuensinya7. Mengungkapkan lawan atau kebalikannya[3]
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar menyebabkan
pelajaran itu lebih berarti dan bermakna. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu
dengan mempergunakan model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas siswa
belajar dan aktif dalam proses belajar mengajar.
Banyak sekali model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar, salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran aktif tipe quiz team.
Model pembelajaran aktif tipe quiz team merupakan salah satu pembelajaran aktif
yang dikembangkan oleh Mel Silberman, dimana siswa dibagi kedalam beberapa team.
Pada awal pembelajaran guru mengenalkan materi kepada siswa, setelah materi
diperkenalkan maka Semua aggota team bersama-sama mempelajari materi yang
diberikan oleh guru, saling memberikan arahan, saling memberikan pertanyaan dan
jawaban untuk memahami materi tersebut. Setiap team bertanggung jawab untuk
menyiapkan quiz jawaban, kemudian diadakan suatu quiz (pertandingan) akademis
antar team, team A memberikan quiz kepada team B, team B kepada team C, begitu
seterusnya sehingga setiap team mendapatkan quiz dan menjawab quiz dari team yang
lain. Jika quiz yang diberikan tidak mampu dijawab oleh suatu team tertentu maka team
yang lain diperbolehkan untuk menjawabnya, dan jika team yang lain juga tidak mampu
untuk menjawabnya maka team yang memberikan quiz yang akan menjelaskan
jawabannya. Jika siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai dan siswa
yang mengerti memberi tahu kepada siswa yang belum mengerti, maka tidak akan ada
siswa yang merasa segan untuk bertanya, tidak akan ada siswa yang merasa paling
pintar, dan semua siswa akan saling mendengarkan serta akan saling memberikan
arahan.
Jika model pembelajaran tipe quiz team ini dilaksanakan secara tepat dan benar,
maka akan menghasilkan peserta didik yang mampu memahami dan memaknai suatu
peristiwa. Serta, apabila dalam proses pembelajaran dibuat menyenangkan, dimana
menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat membangkitkan minat belajar
siswa serta pemahaman siswa pada pelajaran matematika, maka siswa akan merasa lebih
senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar. Selain itu, siswa akan
senantiasa aktif belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang
tinggi dalam pertandingan, siswa akan mampu mengaitkan pelajaran dalam kehidupan
mereka sehari–hari dan siswa akan memiliki minat untuk belajar matematika sehingga
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa akan meningkat.p
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE
LEARNING) TIPEQUIZ TEAM PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7
BUKITTINGGI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah
sebaggai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa rendah
2. Pembelajaran masih menggunakan metode konvensional
3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika kurang
4. Minat siswa dalam belajar matematika kurang.
C. Batasan Masalah
Agar lebih terfokus dan terperincinya pembahasan ini, maka penulis membatasi
masalah pada aktivitas belajar siswa kurang dan hasil belajar matematika siswa rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masah dan batasan masalah yang telah di uraikan
diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama mengikuti model pembelajaran aktif
(active learning) tipe quiz team di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi?
2. Apakah hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran aktif (active
learning) tipe quiz team lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti
pemblajaran konvensional di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi ?
E. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami proposal ini,maka peneliti akan
menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
1. Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif (active learning merupakan pembelajaran yang mengarahkan
kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan”.[4]
2. Tipe Quiz Team
Model Pembelajaran tipe quiz team merupakan model pembelajaran aktif yang
dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam pembelajaran tipe quiz
team ini siswa dibagi menjadi beberapa team. Setiap siswa dalam team bertanggung
jawab untuk menyiapkan quiz jawaban singkat, dan team yang lain menggunakan
waktunya untuk memeriksa catatan[5].
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sangat didominasi oleh guru,
guru menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyak materi yang akan diajarkan,
urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar, dan lain–lain sepenuhnya ada
ditangan guru[6]. Pembelajaran konvensional yang penulis maksud disini adalah
pembelajaran dengan metode ekspositori yang nantinya akan diterapkan dikelas
kontrol.
4. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah keikut sertaan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi
aktivitas psikis seperti aktivitas mental[7]. pada penelitian ini, aktivitas yang diteliti
meliputi : Mendengarkan/memperhatikan, bertanya, menjawab pertanyaan, dan
meringkas materi pembelajaran.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu gambaran tentang kemampuan siswa dalam memenuhi
tahapan dalam pencapaian pengalaman yang dia peroleh ketika seseorang telah
selesai mengikuti suatu pembelajaran[8]. Hasil belajar yang penulis maksud disini
adalah gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar siswa, dimana tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
siswa menguasai, memaknai dari pelajaran yang diberikan setelah menerapkan model
pembelajaran tipe quiz team.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui aktivitas belajar siswa selama mengikuti model pembelajaran aktif
(active learning) tipe quiz team di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi
2. Mengetahui hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran aktif (active
learning) tipe quiz team lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi.
G. Manfaat Penelitian
1. Pedoman bagi penulis sebagai calon guru dalam pembelajaran matematika dimasa
mendatang khususnya dalam menerapkan model pembelajaran aktif (active learning)
tipe quiz team.
2. Sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan matematika dimasa yang akan datang.
3. Sebagai masukan bagi guru matematika khususnya dalam meningkatkan mutu
proses belajar mengajar di SMP N 7 Bukittinggi.
4. Memberikan pengalaman belajar bagi siswa, dimana biasanya gurulah yang
menyajikan materi dan penjelasan penyelesaian soal kepada mereka, namun dengan
menerapkan model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team ini siswa
diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka dengan cara mereka
sendiri dibawah bimbingan guru.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Belajar Dan Pembelajaran
1. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, kecakapan,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang. Belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi
antara individu dengan lingkungannya yang memberikan manfaat pada dirinya.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sardiman, “bahwa belajar
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya”.[9]
Menurut Ahmadi, “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman
dan pelatihan, yang artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek
kehidupan”.[10]
Menurut Slameto, “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
[11]
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses perubahan dalam tingkah laku, aspek pengetahuan, keterampilan, dan
perubahan sikap dalam diri siswa.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleksitas
pembelajaran tersebut dipandang dari dua sabjek yaitu dari siswa sebagai pelaku dan
dari guru sebagai sebagai pembelajar. Menurut Mudjiono, menjelaskan bahwa
“pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan manusia secara orang
perorang sebagai suatu kesatuan organisasi sehingga terjadi perubahan pada
pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.[12]
Pembelajaran menurut Suherman, dkk adalah “ upaya penataan lingkungan
yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara
opteamal”[13]. Sehingga proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Selanjutnya menurut Wina Sanjaya,
“pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus–menerus
sesuai dengan pengalaman siswa”.[14]
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses belajar yang terancana, dinamis dan berkembang secara optimal
sesuai dengan pengalaman siswa.
Berdasarkan etimologi Perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar. Menurut Eli Tinggih dalam Suherman, “ilmu diperoleh
dengan bernalar akan tetapi matematika lebih menekankan aktivitas dalam
dunia rasio(penalaran) sedangkan ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi
atau eksperimen disamping penalaran”.[15]
Menurut Kline dalam Suherman, mengemukakan “matematika itu bukanlah
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi dan alam”.[16]
Pada pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, hendaknya siswa
dapat terlibat aktif didalamnya, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Menurut Cobb dalam Suherman, “belajar matematika bukanlah suatu proses
(pengepakan) pengetahuan secara hati-hati, melainkan hal mengorganisir aktivitas,
dimana kegiatan ini diinterprestasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir
konseptual”.[17]
Matematika salah satu bidang studi yang diajarkan dalam dunia pendidikan juga
sangat berperan dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan itu
sendiri. Menurut Suherman, “bahwa dua hal penting yang merupakan bagian dari
tujuan pembelajaran matematika adalah pembentukan sifat yaitu pola pikir kritis dan
kreatif”.[18] Menurut suherman karekteristik matematika itu adalah :a. pembelajaran matematika adalah berjenjang ( bertahap).b. pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral.c. pembelajaran matematika menekankan pola pikirdeduktif.d. pembelajaran matematika menganut kebenarankonsistensi[19]
Untuk lebih jelasnya karakteristik yang dikemukakan oleh Suherman ini akan
dijelaskan dengan rinci sebagai berikut:
a. Pembelajaran matematika adalah berjenjang ( bertahap)
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau berharap yaitu
dimulai dari hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari yang sederhana
ke hal yang kompleks, atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju
konsep yang lebih sukar.
b. Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral
Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu
memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan
yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, sekaligus untuk
mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara
memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pelajaran matematika. Metoda
spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya pengulangan atau perluasan saja, tetapi
harus ada peningkatan. Spiralnya harus spiral naik bukan spiral datar.
c. pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif
Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif
aksiomatik. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan yang cocok
dengan kondisi anak didik yang kita ajar. Pemahaman konsep–konsep matematika
melalui contoh–contoh tentang sifat–sifat yang sama, yang sama dimiliki dan yang
tidak memiliki oleh konsep–konsep tersebut merupakan tuntutan pembelajaran
matematika.
d. pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan strukturdeduktif aksiomatiknya.
Kebenaran–kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan
kebenarankonsistensi, Tidak ada bertentangan antara kebenaran suatu konsep
dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas
pernyataan–pernyataan terdahulu yang telah diterima kebenarannya.
Jadi pembelajaran matematika adalah suatu proses pembelajaran yang sengaja
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan
siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika dimana siswa diberikan peluang
untuk berusaha dan memahami dalam mencari pengalaman tentang matematika
secara mendalam dan terstruktur.
3. Model Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Pembelajar Aktif
Pembelajaran aktif merupakan kegiatan belajar dikelas yang bergantung
pada kelompok-kelompok kecil, dimana siswa bekerja sama sebagai team untuk
menyelesaikan masalah, tugas, atau penyelesaian sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut Silberman, “ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami
proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya tarik pada hasil,
seketika balajar aktif, siswa mencari sesuatu, dia ingin menjawab pertanyaan,
memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk
menyelidiki pekerjaan”.[20]
Menurut Dimyati, “pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang
mengarahkan kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa
dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan”.[21]
Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan
penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak
leluasa dan berfikir keras. Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak
dan melakukan sesuatu dengan aktif, keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik,
tapi juga keaktifan psikis.
Berdasarkan penelitian Grinder (1991), “mencatat bahwa pada setiap grup
dari 30 siswa, rata-rata 22 siswa belajar secara aktif selama pengajar
menyediakan visual, auditory, dan aktivitas kinestik”.[22]
Menurut Anita Lie, “penyusunan pengetahuan yang terus menerus
menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif”.[23]
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif
adalah suatu model pembelajaran yang mana siswa tidak hanya sekedar
mendengarkan informasi yang dijelaskan oleh guru, tapi melakukan atau
mencobakan lansung yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
b. kelompok Belajar Aktif
Pengelompokkan dalam belajar aktif ini adalah pengelompokkan yang
heterogen baik dari kemampuan maupun karekteristik lainnya, dengan tujuan
dapat memberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah dan
sedang. Sedangkan kepada siswa yang berkemampuan tinggi, kemampuan verbal
dalam matematikanya akan meningkat.
Suatu metode pembelajaran terutama dalam belajar aktif, maka kita
menggunakan waktu. Menur Silberman, Agar waktu tidak terbuang dengan sia-sia,
hal-hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah:1. Mulailah tepat waktu2. Berilah instruksi secara jelas3. Persiapkan informasi visual pada waktunya4. Bagikan materi pelajaran dengan cepat5. Perlancar laporan team kecil6. Jangan biarkan diskusi berjalan sangat lamban7. Dapatkan sukarelawan dengan cepat8. Bersiaga terhadap team-team yang capek atau lesu9. Percepatlah langkah aktivitas dari waktu ke waktu10. Dapatkan perhatian kelas yang cepat[24]
Menurut Lie, “pengelompokkan heterogenitasberdasarkan kemampuan
akademis dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan
pada diagram berikut”:[25]
Tabel 2. Prosedur Penelompokkan HeterogenitasBeradasarkan Kemampuan Akdemis.
Langkah IMengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademis
Langkah IIMembentuk team pertama
Langkag IIIMembentuk team selanjuttnya
1. Ani2. David3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Yusuf12. Citra13. Rini14. Basuki15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet25. Dian
1. Ani2. David3. 4. Citra Ani5. 6.
7. Dian Rini
8. 9. 10.
11. Yusuf12. Citra13. Rini14. Basuki15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet25. Dian
1. Ani2. David3. 4. Yusuf david5. 6.
7. Slamet basuki8. 9.
10. Yusuf11. Citra12. Rini13. Basuki14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet25. Dian