tinjauan teori perkemihan1
DESCRIPTION
tinjauan teori perkemihan1TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Pola
Perkemihan”.
Makalah ini dibuat untuk memahami dan mendalami bagaimana pola perkemihan
pada manusia serta untuk melengkapi persyaratan tugas mata kuliah Kubutuhan Dasar
Manusia yang berisikan tentang informasi Anatomi Pola Perkemihan manusia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Selain mempunyai fungsi
eliminasi, sistem perkemihan juga mempunyai fungsi lainnya sebagai berikut :
1. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan sejumlah
cairan ke dalam urine dan melepaskan eritropoietin serta melepaskan renin.
2. Meregulasi konsentrasi plasma dari sodium, potassium, klorida dan mengontrol
kuantitas kehilangan ion-ion lainnya ke dalam urine serta menjaga batas ion kalsium
dengan menyintesis kalsitrol.
3. Mengonsentrasi stabilisasi pH darah dengan mengontrol jumlah keluarnya ion
hydrogen dan ion bikarbonat ke dalam urine.
4. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi pengeluaran nutrisi
tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa, terutama pada saat pembuangan nitrogen
seperti urea dan asam urat.
5. Membantu organ hati dalam mendetoksifikasi racun dan selama kelaparan,
deaminasi asam amino yang dapat merusak jaringan.
Aktivitas sistem perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi
darah dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan
memberikan dampak yang fatal.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan pola perkemihan?
2) Bagaimana gejala perubahan pola perkemihan?
3) Apa saja faktor yang mempengaruhi perkemihan?
4) Bagaimana karakteristik urine?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pola perkemihan.
2) Untuk mengetahui gejala perubahan pola perkemihan.
3) Untuk mengetahui faktor yng mempengaruhi perkemihan.
4) Untuk mengetahui karakteristik urine.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pola Perkemihan
Perawat menanyakan pada klien menganai pola berkemih hariannya,
termasuk frekuensi dan waktunya, volume normal urin yang dikeluarkan setiap kali
berkemih, dan adanya perubahan yang terjadi baru-baru ini.
2.1.1 Volume
Pada keadaan normal volume urine selama 24 jam adalah : 600-1600 ml.
2.1.2 Frekuensi
Frekuensi berkemih berfariasi pada setiap individu dan sesuai dengan
asupan serta jenis-jenis haluaran cairan dari jalur yang lain. Rata-rata
frekuensi urine normal bagi orang yang minum 2 liter air per hari adalah
sekitar 7 kali dalam 24 jam. Kurang maupun lebih dari itu, misalnya sekitar
6-8 kali kencing dalam sehari masih termasuk dalam batas yang wajar. Satu
hal yang perlu diingat, frekuensi kencing yang berbeda, misalnya antara 4-
10 kali per hari, juga belum tentu menunjukkan bahwa seseorang memiliki
kondisi medis yang perlu diperhatikan. Hal ini karena ada banyak faktor
yang bisa mempengaruhi kebiasaan buang air kecil seseorang, yang
umumnya dipengaruhi pola hidup orang tersebut.
2.1.3 Waktu
Waktu berkemih yang umum adalah saat bangun tidur, setelah makan, dan
sebelum tidur. Klien yang sering berkemih pada malam hari kemungkinan
mengalami penyakit ginjal atau pembesaran prostat, informasi tentang pola
berkemih merupakan dasar yang tidak dapat dipungkiri untuk membuat
suatu perbandingan.
GEJALA DESKRIPSI PENYEBAB ATAU FAKTOR
TERKAIT
Urgensi Merasakan kebutuhan untuk
segera berkemih
Penuhnya kandung kemih, iritasi
atau radang kandung kemih akibat
infeksi, sfingter uretra tidak
kompeten, stres psikologi
Disuria Merasa nyeri atau sulit
berkemih
Peradangan kandung kemih, trauma
atau inflamasi sfingter uretra
Frekuensi Berkemih dengan sering Peningkatan asupan cairan, radang
pada kandung kemih, peningkatan
tekanan pada kandung kemih
(kehamilan, stress psikologi)
Keraguan
Poliuria
Sulit memulai berkemih Pembesaran prostat, asnsietas, edema
uretra
Oliguria Mengeluarkan sejumlah
besar urine
Asupan cairan berlebihan, diabetes
mellitus atau insipidus, penggunaan
diuretik, diuresis pascaobstruktif
Nokturia Haluaran urine menurun
dibanding cairan yang
masuk (kurang dari 400 ml
dalam 24 jam)
Dehidrasi, gagal ginjal,ISK,
peningkatan sekresi ADH, gagal
jantung kongestif
Dribring
(urine yang
menetes)
Bekemih berlebihan atau
sering pada malam hari
Asupan cairan berlebihan sebelum
tidur (terutama kopi atau alkohol),
penyakit ginjal, proses penuaan Stres
inkontinensia, overflow akibat
retensi urine
Hematuria Kebocoran/rembesan urine
walaupun ada kontrol
terhadap pengeluaran urine
Neoplasma pada ginjal atau kandung
kemih, penyakit glomerulus, infeksi
pada ginjal atau kandung kemih,
trauma pada struktur perkemihan,
diskrasia darh
Retensi Akumulasi urine di dalam Obstruksi uretra, inflamasi pada
kandung kemih disertai
ketidakmampuan kandung
kemih untuk benar-benar
mengosongkan diri
kandung kemih, penurunan aktivitas
sensorik, kandung kemih
neurogenik, pembesaran prostat,
setelah tindakan anestesi, efek
samping obat-obatan (mis,
antikolinergik, antispamodik,
antidepresan)
Residu
urine
Volume urine yang tersisa
setelah berkemih (volume
100 ml atau lebih)
Inflamasi atau iritasi mukosa
kandung kemih akibat infeksi,
kandug kemih neurogenik,
pembesaran prostat, trauma, atau
infamasi uretra
A. Gejala perubahan pola perkemihan
Gejala tertentu yang khusus terkait dengan perubahan perkemihan, dapat timbul
dalam lebih dari satu jenis gangguan. Selama pengkajian, perawat menanyakan klien
tentang gejala-gejala yang tertera pada Tabel. Perawat juga mengkaji pengetahuan klien
mengenai kondisi atau faktor-faktor yang mempresipitasi atau memperburuk gejala
tersebut.
B. Faktor yang mempengaruhi perkemihan
Perawat merangkum faktor-faktor dalam riwayat klien, yang dalam kondisi normal
mempengaruhi perkemihannya, seperti usia, faktor-faktor lingkungan, dan riwayat
pengobatan. Pengkajian pada lansia perlu dilakukan dengan teliti. Perubahan normal dalam
proses penuaan memprediksi timbulnya masalah eliminasi pada lansia. Nama, jumlah,dan
frekuensi obat-obatan yang diresepkan harus dicatat. Obat-obatan yang dijual bebas dan
terpapar dengan larutan pembersih pestisida, atau obat-obatan lain yang bersifat
nefrotoksik juga merupakan aspek penting pada riwayat klien. Barier lingkungan di ruah
atau di unit perawatan kesehatan juga dievaluasi. Klien mungkin membutuhkan sebuah
tempat duduk toilet yag tinggi, tempat pegangan tangan, atau wadah berkemih yang
portabel (mudah dibawa). Perawat mengobservasi adanya keterbatas sensorik, misalnya
pada klien yang memiliki masalah penglihatan dan mungkin memiliki kesulitan untuk
mencapai toilet. Apabila klien mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan tangannya,
perawat perlu mengkaji jenis pakaian yang dapat klien kenakan dan kemudahan kllien
dalam mengancingkan pakainnya.
Prinsip Gerontologis untuk Masalah Perkemihan
Walaupun perawat menggunakan proses pengkajian yang sama untuk
semua klien tanpa memperdulika usia, beberapa faktor yang merupakan
perhatian khusus pada lansia meliputi perubahan-perubahan yang terjadi
secara normal seiring dengan proses penuaan, perubahan-perubaha yang
bersifat patologis, dan efek barier lingkungan lingkungan terhadap
kesehatan sitem perkemihan.
Beberapa perubahan fisiologis yang umum pada fungsi ginjal/urinarius
adalah : penurunan aliran darah ginjal, jumlah glomerulus, kemampuan
mengonsentrasi/memekatkan, respon teradap ADH, kemampuan untuk
menyimpan atrium, dan menigkatkan retensi kalium
Kondisi patologis yang memberi dampak pada fungsi perkemihan ialah :
struktur uretra, obstruksi pada leher kandung kemih (terutama beniaga
prostat hipertrofi), dan neuropati kandung kemih yang berhubungan
dengan diabetes melitus. Penurunan normal pada fungsi sistem imun
membuat lansia renta terhadap infeksi saluran kemih.
Perawat harus mencata bahwa inkontinensia bukanlah suatu tanda normal
proses penuaan dan lansia layak dikaji secara cermat dan menyeluruh
dalam upaya mendeteksi penyebab reversibel inkontnensia dan intervens
primer supaya klien dapat mengontrol pengeluaran kemihnya.
Sebagian penyakit yang dialami di masa lalu seperti ISK atau bedah saluran
urinarius, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah yang berulang, juga penting
untuk dikaji. Perawat perlu mempertimbangkan tindakan pencegahan untuk klien yang
menderita peyakit kronis, yang merusak fungsi kandung kemih, misalnya dengan cara
sering berkemih untuk menjaga kulit klien tetap kering dan bebas dari iritasi. Perawat
menanyakan klien tentang ada atau tidaknya diversi urinarius. Apabila klien menjalani
diversi urinarius, perawat menentukan rasional dilakukannya tindakan, tipe diversi, dan
metode yang biasa digunakan untuk penatalaksanaannya (tipe pemasangan kantung, tipe
barier kulit atau plester yang digunakan untk mengurangu iritasi kulit, frekuensi
penggantian peralatan, dan tipe sistem drainase pada malam hari). Kebiasaan pribadi juga
dapat mempengaruhi perkemihan. Apabila klien dirawat di rumah sakit, perawat mengkaji
sejauh mana kebiasaan pribadi klien berubah. Privasi sering sulit dicapai di tempat
perawatan kesehatan, terutama jika klie harus menggunakan pispot.
Perawat mengkaji terpasang atau tidaknya kateter menetap pada klien. Klien yang
sedang dalam masa pemulihan setelah menjalani pembedahan mayor atay menderita
penyakt kritis atau suatu ketidakmamuan, sering harus dipasang kateter menetap untuk
membantu proses pengeluaran urinenya sehingga jumlah urine yang keluar dapat diukur.
Terpasangnya kateter membuat klien berisiko terkena infeksi. Kondisi fisik klien
mempengaruhi frekuensi perawat dalam memantau asupan cairan. Pengukuran asupan dan
haluaran cairan membantu perawat mengkaji keseimbangan cairan klien secara
keseluruhan.
C. Karakteristik Urine
Perawat menginspeksi warna, kejernihan, dan bau urine.
Warna. Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai
kuning-coklat (seperti warna madu), tergantung pada kepekatan urine. Urine biasanya lebih
pekat pada pagi hari atau pada klien yang menderita kekurangan volume cairan. Apabila
seseorang menderita kekurangan volume cairan lebih banyak, urine menjadi lebih encer.
Pendarahan pada ginjal atau ureter menyebabkan warna urine menjadi merah gelap,
pendarahan dari kandung kemih atau uretra menyebabkan warna urine menjadi merah
terang. Berbagai obat-obatan juga mengubah warna urine. Mengonsumsi bit, buah rhubarb,
atau blackberries, dapat menyebabkan warna urine menjadi merah. Pewarna khusus yang
digunakan dalam pemeriksaan diagnostik intravena pada akhirnya akan mengubah warna
urie. Urine yang berwarna kuning-cokelat gelap dapat disebabkan oleh tingginya
konsentrasi bilirubin juga dapat dideteksi dengan terlihatnya busa kuning pada saat
spesimen urine dikocok. Perawat mendokumentasikan dan melaporkan setiap adanya
kelainan warna atau sedimen, khususnya jika tidak diketahui penyebabnya.
Kejernihan. Urine yang normal tampak transparan saat dikeluarkan. Warna urine
yang ditampung dalam suatu wadah selama beberapa menit akan menjadi keruh. Urine
yang baru dikeluarkan oleh klien yang menderita penyakit ginjal dapat tampak keruh atau
berbusa akibat tingginya konsentrasi protein. Urine juga akan tampak pekat dan keruh
akibat adanya bakteri.
Bau. Urine memiliki bau yang khas. Semakin oekat warna urine, semakin kuat
baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lama akan mengeluarkan bau amonia.
Hal ini umum terjadi pada klien yang secara berulang-uleng mengalami inkontinensia
urine. Bau buah-buahan atau bau yang manis timbul akibat aseton atau asam asetoasetik,
akibat produk-produk metabolisme lemak yang tidak komplet, yang terlihat pada klien
diabetes melitus atau klien yang kelaparan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pola perkemihan adalah sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan
saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zatyang tidak
diperlukan. Zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu yang larut dalam air.
Pola ini terdiri dari sepasang ginjal (ren,kidney) dengan saluran keluar urine berupa
ureter dari setiap ginjal. Ureter itu bermuara pada sebuah kandung kemih (urinary bladder,
vesica urinaria) di perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan (pubic bone). Urine
selanjutnya dialihkan keluar melalui sebuah urethra.
3.2 Saran
Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami semoga dapat
memahami betul bagiamana pola perkemihan yang tak lepas dari kebutuhan manusia
sehingga penyakit – penyakit yang berhubungan dengan sistem perkemihan ini dapat kita
hindari.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.
Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.
Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Wibowo , Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.
http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
perkemihan/
http://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html
http://bertousman.blogspot.com/2009/02/traktus-urinarius.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/02/tugas-kuliah-sistem-perkemihan.html
http://zakirroshan.blogspot.com/2010/05/urinaria.html