tinjauan teori perkemihan1

15
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Pola Perkemihan”. Makalah ini dibuat untuk memahami dan mendalami bagaimana pola perkemihan pada manusia serta untuk melengkapi persyaratan tugas mata kuliah Kubutuhan Dasar Manusia yang berisikan tentang informasi Anatomi Pola Perkemihan manusia. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Upload: siska-mey

Post on 13-Jul-2016

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tinjauan teori perkemihan1

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Pola

Perkemihan”.

Makalah ini dibuat untuk memahami dan mendalami bagaimana pola perkemihan

pada manusia serta untuk melengkapi persyaratan tugas mata kuliah Kubutuhan Dasar

Manusia yang berisikan tentang informasi Anatomi Pola Perkemihan manusia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT

senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan

melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Selain mempunyai fungsi

eliminasi, sistem perkemihan juga mempunyai fungsi lainnya sebagai berikut :

1. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan sejumlah

cairan ke dalam urine dan melepaskan eritropoietin serta melepaskan renin.

2. Meregulasi konsentrasi plasma dari sodium, potassium, klorida dan mengontrol

kuantitas kehilangan ion-ion lainnya ke dalam urine serta menjaga batas ion kalsium

dengan menyintesis kalsitrol.

3. Mengonsentrasi stabilisasi pH darah dengan mengontrol jumlah keluarnya ion

hydrogen dan ion bikarbonat ke dalam urine.

4. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi pengeluaran nutrisi

tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa, terutama pada saat pembuangan nitrogen

seperti urea dan asam urat.

5. Membantu organ hati dalam mendetoksifikasi racun dan selama kelaparan,

deaminasi asam amino yang dapat merusak jaringan.

Aktivitas sistem perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi

darah dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan

memberikan dampak yang fatal.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan pola perkemihan?

2) Bagaimana gejala perubahan pola perkemihan?

3) Apa saja faktor yang mempengaruhi perkemihan?

4) Bagaimana karakteristik urine?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pola perkemihan.

2) Untuk mengetahui gejala perubahan pola perkemihan.

3) Untuk mengetahui faktor yng mempengaruhi perkemihan.

4) Untuk mengetahui karakteristik urine.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pola Perkemihan

Perawat menanyakan pada klien menganai pola berkemih hariannya,

termasuk frekuensi dan waktunya, volume normal urin yang dikeluarkan setiap kali

berkemih, dan adanya perubahan yang terjadi baru-baru ini.

2.1.1 Volume

Pada keadaan normal volume urine selama 24 jam adalah : 600-1600 ml.

2.1.2 Frekuensi

Frekuensi berkemih berfariasi pada setiap individu dan sesuai dengan

asupan serta jenis-jenis haluaran cairan dari jalur yang lain. Rata-rata

frekuensi urine normal bagi orang yang minum 2 liter air per hari adalah

sekitar 7 kali dalam 24 jam. Kurang maupun lebih dari itu, misalnya sekitar

6-8 kali kencing dalam sehari masih termasuk dalam batas yang wajar. Satu

hal yang perlu diingat, frekuensi kencing yang berbeda, misalnya antara 4-

10 kali per hari, juga belum tentu menunjukkan bahwa seseorang memiliki

kondisi medis yang perlu diperhatikan. Hal ini karena ada banyak faktor

yang bisa mempengaruhi kebiasaan buang air kecil seseorang, yang

umumnya dipengaruhi pola hidup orang tersebut.

2.1.3 Waktu

Waktu berkemih yang umum adalah saat bangun tidur, setelah makan, dan

sebelum tidur. Klien yang sering berkemih pada malam hari kemungkinan

mengalami penyakit ginjal atau pembesaran prostat, informasi tentang pola

berkemih merupakan dasar yang tidak dapat dipungkiri untuk membuat

suatu perbandingan.

GEJALA DESKRIPSI PENYEBAB ATAU FAKTOR

TERKAIT

Urgensi Merasakan kebutuhan untuk

segera berkemih

Penuhnya kandung kemih, iritasi

atau radang kandung kemih akibat

infeksi, sfingter uretra tidak

kompeten, stres psikologi

Disuria Merasa nyeri atau sulit

berkemih

Peradangan kandung kemih, trauma

atau inflamasi sfingter uretra

Frekuensi Berkemih dengan sering Peningkatan asupan cairan, radang

pada kandung kemih, peningkatan

tekanan pada kandung kemih

(kehamilan, stress psikologi)

Keraguan

Poliuria

Sulit memulai berkemih Pembesaran prostat, asnsietas, edema

uretra

Oliguria Mengeluarkan sejumlah

besar urine

Asupan cairan berlebihan, diabetes

mellitus atau insipidus, penggunaan

diuretik, diuresis pascaobstruktif

Nokturia Haluaran urine menurun

dibanding cairan yang

masuk (kurang dari 400 ml

dalam 24 jam)

Dehidrasi, gagal ginjal,ISK,

peningkatan sekresi ADH, gagal

jantung kongestif

Dribring

(urine yang

menetes)

Bekemih berlebihan atau

sering pada malam hari

Asupan cairan berlebihan sebelum

tidur (terutama kopi atau alkohol),

penyakit ginjal, proses penuaan Stres

inkontinensia, overflow akibat

retensi urine

Hematuria Kebocoran/rembesan urine

walaupun ada kontrol

terhadap pengeluaran urine

Neoplasma pada ginjal atau kandung

kemih, penyakit glomerulus, infeksi

pada ginjal atau kandung kemih,

trauma pada struktur perkemihan,

diskrasia darh

Retensi Akumulasi urine di dalam Obstruksi uretra, inflamasi pada

kandung kemih disertai

ketidakmampuan kandung

kemih untuk benar-benar

mengosongkan diri

kandung kemih, penurunan aktivitas

sensorik, kandung kemih

neurogenik, pembesaran prostat,

setelah tindakan anestesi, efek

samping obat-obatan (mis,

antikolinergik, antispamodik,

antidepresan)

Residu

urine

Volume urine yang tersisa

setelah berkemih (volume

100 ml atau lebih)

Inflamasi atau iritasi mukosa

kandung kemih akibat infeksi,

kandug kemih neurogenik,

pembesaran prostat, trauma, atau

infamasi uretra

A. Gejala perubahan pola perkemihan

Gejala tertentu yang khusus terkait dengan perubahan perkemihan, dapat timbul

dalam lebih dari satu jenis gangguan. Selama pengkajian, perawat menanyakan klien

tentang gejala-gejala yang tertera pada Tabel. Perawat juga mengkaji pengetahuan klien

mengenai kondisi atau faktor-faktor yang mempresipitasi atau memperburuk gejala

tersebut.

B. Faktor yang mempengaruhi perkemihan

Perawat merangkum faktor-faktor dalam riwayat klien, yang dalam kondisi normal

mempengaruhi perkemihannya, seperti usia, faktor-faktor lingkungan, dan riwayat

pengobatan. Pengkajian pada lansia perlu dilakukan dengan teliti. Perubahan normal dalam

proses penuaan memprediksi timbulnya masalah eliminasi pada lansia. Nama, jumlah,dan

frekuensi obat-obatan yang diresepkan harus dicatat. Obat-obatan yang dijual bebas dan

terpapar dengan larutan pembersih pestisida, atau obat-obatan lain yang bersifat

nefrotoksik juga merupakan aspek penting pada riwayat klien. Barier lingkungan di ruah

atau di unit perawatan kesehatan juga dievaluasi. Klien mungkin membutuhkan sebuah

tempat duduk toilet yag tinggi, tempat pegangan tangan, atau wadah berkemih yang

portabel (mudah dibawa). Perawat mengobservasi adanya keterbatas sensorik, misalnya

pada klien yang memiliki masalah penglihatan dan mungkin memiliki kesulitan untuk

mencapai toilet. Apabila klien mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan tangannya,

perawat perlu mengkaji jenis pakaian yang dapat klien kenakan dan kemudahan kllien

dalam mengancingkan pakainnya.

Prinsip Gerontologis untuk Masalah Perkemihan

Walaupun perawat menggunakan proses pengkajian yang sama untuk

semua klien tanpa memperdulika usia, beberapa faktor yang merupakan

perhatian khusus pada lansia meliputi perubahan-perubahan yang terjadi

secara normal seiring dengan proses penuaan, perubahan-perubaha yang

bersifat patologis, dan efek barier lingkungan lingkungan terhadap

kesehatan sitem perkemihan.

Beberapa perubahan fisiologis yang umum pada fungsi ginjal/urinarius

adalah : penurunan aliran darah ginjal, jumlah glomerulus, kemampuan

mengonsentrasi/memekatkan, respon teradap ADH, kemampuan untuk

menyimpan atrium, dan menigkatkan retensi kalium

Kondisi patologis yang memberi dampak pada fungsi perkemihan ialah :

struktur uretra, obstruksi pada leher kandung kemih (terutama beniaga

prostat hipertrofi), dan neuropati kandung kemih yang berhubungan

dengan diabetes melitus. Penurunan normal pada fungsi sistem imun

membuat lansia renta terhadap infeksi saluran kemih.

Perawat harus mencata bahwa inkontinensia bukanlah suatu tanda normal

proses penuaan dan lansia layak dikaji secara cermat dan menyeluruh

dalam upaya mendeteksi penyebab reversibel inkontnensia dan intervens

primer supaya klien dapat mengontrol pengeluaran kemihnya.

Sebagian penyakit yang dialami di masa lalu seperti ISK atau bedah saluran

urinarius, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah yang berulang, juga penting

untuk dikaji. Perawat perlu mempertimbangkan tindakan pencegahan untuk klien yang

menderita peyakit kronis, yang merusak fungsi kandung kemih, misalnya dengan cara

sering berkemih untuk menjaga kulit klien tetap kering dan bebas dari iritasi. Perawat

menanyakan klien tentang ada atau tidaknya diversi urinarius. Apabila klien menjalani

diversi urinarius, perawat menentukan rasional dilakukannya tindakan, tipe diversi, dan

metode yang biasa digunakan untuk penatalaksanaannya (tipe pemasangan kantung, tipe

barier kulit atau plester yang digunakan untk mengurangu iritasi kulit, frekuensi

penggantian peralatan, dan tipe sistem drainase pada malam hari). Kebiasaan pribadi juga

dapat mempengaruhi perkemihan. Apabila klien dirawat di rumah sakit, perawat mengkaji

sejauh mana kebiasaan pribadi klien berubah. Privasi sering sulit dicapai di tempat

perawatan kesehatan, terutama jika klie harus menggunakan pispot.

Perawat mengkaji terpasang atau tidaknya kateter menetap pada klien. Klien yang

sedang dalam masa pemulihan setelah menjalani pembedahan mayor atay menderita

penyakt kritis atau suatu ketidakmamuan, sering harus dipasang kateter menetap untuk

membantu proses pengeluaran urinenya sehingga jumlah urine yang keluar dapat diukur.

Terpasangnya kateter membuat klien berisiko terkena infeksi. Kondisi fisik klien

mempengaruhi frekuensi perawat dalam memantau asupan cairan. Pengukuran asupan dan

haluaran cairan membantu perawat mengkaji keseimbangan cairan klien secara

keseluruhan.

C. Karakteristik Urine

Perawat menginspeksi warna, kejernihan, dan bau urine.

Warna. Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai

kuning-coklat (seperti warna madu), tergantung pada kepekatan urine. Urine biasanya lebih

pekat pada pagi hari atau pada klien yang menderita kekurangan volume cairan. Apabila

seseorang menderita kekurangan volume cairan lebih banyak, urine menjadi lebih encer.

Pendarahan pada ginjal atau ureter menyebabkan warna urine menjadi merah gelap,

pendarahan dari kandung kemih atau uretra menyebabkan warna urine menjadi merah

terang. Berbagai obat-obatan juga mengubah warna urine. Mengonsumsi bit, buah rhubarb,

atau blackberries, dapat menyebabkan warna urine menjadi merah. Pewarna khusus yang

digunakan dalam pemeriksaan diagnostik intravena pada akhirnya akan mengubah warna

urie. Urine yang berwarna kuning-cokelat gelap dapat disebabkan oleh tingginya

konsentrasi bilirubin juga dapat dideteksi dengan terlihatnya busa kuning pada saat

spesimen urine dikocok. Perawat mendokumentasikan dan melaporkan setiap adanya

kelainan warna atau sedimen, khususnya jika tidak diketahui penyebabnya.

Kejernihan. Urine yang normal tampak transparan saat dikeluarkan. Warna urine

yang ditampung dalam suatu wadah selama beberapa menit akan menjadi keruh. Urine

yang baru dikeluarkan oleh klien yang menderita penyakit ginjal dapat tampak keruh atau

berbusa akibat tingginya konsentrasi protein. Urine juga akan tampak pekat dan keruh

akibat adanya bakteri.

Bau. Urine memiliki bau yang khas. Semakin oekat warna urine, semakin kuat

baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lama akan mengeluarkan bau amonia.

Hal ini umum terjadi pada klien yang secara berulang-uleng mengalami inkontinensia

urine. Bau buah-buahan atau bau yang manis timbul akibat aseton atau asam asetoasetik,

akibat produk-produk metabolisme lemak yang tidak komplet, yang terlihat pada klien

diabetes melitus atau klien yang kelaparan.

BAB III

PENUTUP

3.1      Kesimpulan

Pola perkemihan adalah sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan

saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zatyang tidak

diperlukan. Zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu yang larut dalam air.

Pola ini terdiri dari sepasang ginjal (ren,kidney) dengan saluran keluar urine berupa

ureter dari setiap ginjal. Ureter itu bermuara pada sebuah kandung kemih (urinary bladder,

vesica urinaria) di perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan (pubic bone). Urine

selanjutnya dialihkan keluar melalui sebuah urethra.

3.2      Saran

Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami semoga dapat

memahami betul bagiamana pola perkemihan yang tak lepas dari kebutuhan manusia

sehingga penyakit – penyakit yang berhubungan dengan sistem perkemihan ini dapat kita

hindari.

DAFTAR PUSTAKA

Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.

Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.

Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :

EGC.

Wibowo , Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia

Widiasarana Indonesia.

http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologi-sistem-

perkemihan/

http://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html

http://bertousman.blogspot.com/2009/02/traktus-urinarius.html

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/02/tugas-kuliah-sistem-perkemihan.html

http://zakirroshan.blogspot.com/2010/05/urinaria.html