tinjauan pustaka - dikypulungan.files.wordpress.com filesalah satu kegiatan yang dilakukan untuk ......

22
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986). Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993). Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujaun survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005) Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: buingoc

Post on 09-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam

dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah

satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada

skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan

pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986).

Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan

biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan

umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan

proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai

sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei

dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu

dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).

Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling

melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya.

Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan

survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujaun survei, keadaan fisik dan

lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan

lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan

memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir

sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia dan lain-lain

(Hardjowigeno, 1995).

Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini

meliputi :

1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah

di bawah tingkat pengelolaan tertentu.

2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input

yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah

tertentu.

3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.

4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak

dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat

kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah (Hakim, dkk, 1986).

Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang

sewajar-wajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa

tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu.

Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan

penyebarannya (Darmawijaya, 1997).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

"Kesesuaian lahan" menyatakan keadaan tingkat kecocokan dari sebidang

lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini

dapat berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO

ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri

dari empat kategori, yaitu:

1. Order: keadaan kesesuaian secara global

2. Kelas: keadaan tingkatan kesesuaian dalam order

3. Sub-Kelas: keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas

atau macam perbaikan yang harus dijalankan.

4. Unit: keadaan tingkstan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang

berpengaruh dalam pengelolaannya (Soemarno, 2006).

Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi

kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang dikembangkan di Indonesia

oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang digunakan dalam penyusunan

Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan National Masterplan Forest

Plantation/NMFP, 1994) dan metode Webb (1984). Masing-masing mempunyai

penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga berlainan. Metoda FAO lebih

menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim, sedangkan Plantgro dan

Webb lebih pada tanaman keras (Wahyuningrum, dkk, 2003).

Daya guna tanah untuk pertanian ditentukan oleh sejumlah faktor, yang

terpenting diantaranya adalah kecuraman lereng yang menyangkut bahaya erosi,

bahaya banjir, drainase, kelembaban, permeabilitas, kepadatan massa, reaksi

kimia, tingkat salinitas, daya tampung air, struktur lapisan permukaan serta

kesuburan alamiah tanah tersebut (Toffler, 1986).

Berdasarkan sejumlah faktor tersebut suatu proses pendugaan potensi lahan

untuk macam-macam penggunaan yang disebut dengan evaluasi lahan (Dent and

Young, 1981). Evaluasi lahan ini merupakan alat yang biasa digunakan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

proyek perencanaan. Alat ini sangat fleksibel, bergantung pada keperluan dan

komoditas wilayah yang hendak dievaluasi (Abdullah, 1993).

Sementara itu kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan

sebidang lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan areal

dapat berbeda tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang

dipertimbangkan (Sitorus, 1985).

Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah

sebagai berikut :

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain

penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi

yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan

skala survei.

2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan

persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini

merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan

lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan

dianalisis secara bersama-sama.

4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan.

5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.

Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan

atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :

1. Kelas S1 : Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai pembatas

yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata terhadap produksinya

dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakukan.

2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang

agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya yang harus

diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan

meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas

yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus

diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih

meningkatkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N : Tidak Sesuai (not suitable), lahan yang mempunyai faktor

pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

Macam faktor pembatas berupa keadaan fisik lingkungan adalah topografi,

erosi, iklim, drainase, bahaya banjir, fisik tanah seperti tekstur dan kedalaman

efektif. Sub kelas kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam

perbaikan yang diperlukan didalam suatu kelas kesesuaian. Masing-masing kelas

dibagi menjadi satu atau lebih subkelas kesesuaian tergantung pada jenis

pembatas yang ada. Jenis pembatas dicerminkan oleh simbol huruf kecil yang

diletakkan setelah simbol kelas. Misalnya S2n, artinya lahan tersebut mempunyai

kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) degan pembatas n (ketersediaan hara). Untuk

kelas S1 tidak ada pembagian subkelas

(Rayes, 2006).

Dalam kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian

lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

perbaikan dan kesesuaian lahan potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan

pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan seperti : penambahan pupuk,

pengairan atau terasering; tergantung dari jenis faktor pembatasnya. Penilaian

kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan

dan karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia lahan) sebagai parameter dengan

kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan

penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas pertanian yang

dievaluasi (Djaenudin, dkk, 2003).

Penilaian kesesuaian lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian

suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini

berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan (land characteristic) yang dihubungkan

dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dikembangkan. Penilaian

kesesuaian lahan dilakukan pada kondisi aktual (current suitability) dan

kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian

parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan

perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement)

dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).

Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi,

penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi.

Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan,

lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,

kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan,

batuan di permukaan dan singkapan batuan (FAO, 1983).

1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan

dalam o

2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan yang dinyatakan dalam

mm.

C.

3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam

setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.

4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan

dinyatakan dalam %.

5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara

dalam tanah.

6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan

ukuran < 2 mm.

7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar

dengan ukuran > 2 mm.

8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat

dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.

10. Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4

11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data

laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.

OAc) yang ada dalam 100 g contoh

tanah.

12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya

hantar listrik, dinyatakan dalam dS/m.

14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.

15. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah

sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm.

16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.

17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi

lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit

(gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang

(rata-rata) pertahun.

18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.

19. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan

tanah/lapisan olah.

20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.

Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei

dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan

diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut

digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas

tertentu.

Sifat Fisik Tanah

Drainase tanah

Drainase itu suatu proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat

mungkin dari profil tanah, terutama dari lapisan permukaan dan subsoil bagian

atas. Kalau drainase dari rawa – rawa dan daerah – daerah yang tergenang air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

merupakan suatu hal yang penting, drainase tanah yang sudah diolah kerap kali

jauh lebih penting.Boleh dikatakan, bahwa drainase tanah pertanian ialah yang

paling penting dalam setiap masyarakat, bahkan di daerah kering, terutama

dimana irigasi dilaksanakan (Buckman dan Brady, 1982).

Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan

dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan

kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan

lebih cepat (Foth, 1994).

Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut :

1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi

dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman

tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna

homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley

(reduksi).

2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan

air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa

irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny

tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air

sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,

yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau

mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.

4. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak

rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan

atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.

5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan

daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke

permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil

tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna

homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley

(reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya

menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang

cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah

dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,

yaitu tanah mempunyai warn agley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan

atau mangan seikit pada lapisan sampai permukaan.

7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya

menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk

waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk

padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada

lapisan permukaan (Djaenudin, dkk, 2003).

Kedalaman tanah

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat

ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

serta dalamnya akar – akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak

dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan

kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995).

Kedalaman tanah dibedakan menjadi :

- Sangat dangkal : < 20 cm

- Dangkal : 20 – 50 cm

- Sedang : 50 – 75 cm

- Dalam : > 75 cm

(Djaenudin, dkk, 2003).

Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel – partikel tanah

primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel –

partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda – beda dan dapat

digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga

dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang

sedemikian halusnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang (Sarief, 1986).

Partikel – partikel tanah (tekstur tanah) yang dikelompokkan berdasarkan

atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah, fraksi ini dapat menjadi kasar

ataupun halus. Menurut sistem MOHR fraksi tanah pasir mempunyai ukuran 2.00-

0.05 mm, debu 0.05-0.005 mm dan liat 0.005 mm (Sutedjo dan Kartasapoetra,

1991).

Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah :

- Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

- Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat

berdebu.

- Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu.

- Agak kasar (ak) : lempung berpasir, pasir berlempung.

- Kasar (k) : pasir.

- Sangat halus (sh) : liat (tipe mineral 2 : 1)

(Djaenudin, dkk, 2003).

Bahaya banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan

pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

(Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak.

f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.

f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.

f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.

Batuan permukaan

Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah

dan berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu

memanjang lebih dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan

penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut :

- b0 = Tidak ada : kurang dari 0,01 % dari luas areal .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

- b1 = Sedikit : 0,01% sampai 3 % permukaan tanah tertutup, pengolahan

tanah dengan mesin agak tergangu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan

tanaman.

- b2 = Sedang : 3% sampai 15 % permukaan tanah tertutup ; pengolahan tanah

mulai agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.

- b3 = banyak : 15 sampai 90 % permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah

dan penanaman menjadi sangat sulit.

- b4 = Sangat banyak : lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup ; tanah sama

sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertaniaan.

Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat

mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk

berbagai penggunaan. Oleh karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan

perlu dicatat dengan baik (Hardjowigeno, 1995).

Sifat Kimia Tanah

Kapasitas tukar kation (KTK)

Kemampuan tukar kation ialah kapasitas tanah menyerap dan

mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut kapasitas

tukar kation (KTK) atau berupa anion yang besarnya disebut kapasitas tukar anion

(KTA). KTK dan KTA masing-masing diukur menurut jumlah maksimum kation

dan anion yang dapat diserap tanah (Notohardiprawiro, 1998).

Salah satu sifat kimia tanah sawah yang berkaitan erat dengan ketersediaan

hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah kapasitas tukar

kation (KTK) atau Cation Exchange Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan

negatif (Noor, 2004).

Kejenuhan basa (KB)

Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK.

Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya,

terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering

dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation

terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah

dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika

kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤

50% (Tan, 1998).

pH tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran

total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat

berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih

besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007).

Peranan pH tanah :

a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman

b. Memepengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa

(KB) suatu tanah

c. Mempengaruhi keterikatan unsur P

d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau

humus

(Sarief, 1989).

Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut :

pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral)

pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis)

pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis)

(Arsyad, 1989)

C-organik Tanah

Bahan organik memainkan banyak peran penting di dalam tanah. Karena

bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada

mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

Bahan organik itu sendiri mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk

menaikkan kondisi fisik yang dikehendaki (Foth, 1994).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak

besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar

sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga

terhadap pertumbuhan tanaman adalah :

- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah

- Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya

- Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas

tukar kation menjadi tinggi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

- Sumber energi bagi mikroorganisme

- Menambah kemampuan tanah

(Hardjowigeno, 1995).

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi (Coffea, sp).

Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan

pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita

manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di

sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat,

niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan (Anonimous, 2009)

Kopi Arabika berasal dari Ethiopia dan Albessinia. Golongan ini

merupakan yang pertama kali dikenal dan dibudidayakan oleh manusia, bahkan

merupakan golongan kopi yang paling banyak diusahakan sampai akhir abad 19..

Namun kopi jenis ini merupakan kopi dengan cita rasa terbaik. Sebagian kopi

yang ada dibuat dari jenis ini.Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara

beriklim tropis atau subtropis (Najiyati dan Danarti, 1997 )

Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut.

Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu

tumbuh optimalnya adalah 18-26 o

Seperti halnya tanaman lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman

kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan tanaman kopi mempunyai sifat

yang sangat khusus, karena masing-masing jenis kopi mengkehendaki lingkungan

yang agak berbeda. Faktor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap

C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup

kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap. Umumnya berbuah sekali dalam

setahun (Najiyati dan Danarti, 1997 )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari,

angin dan tanah.(Najiyati dan Danarti, 1997 )

Kopi (coffea,sp) merupakan salah satu komoditas ekspor yang

memberikan devisa negara cukup tinggi. Budidaya tanaman kopi cukup mudah,

tanpa perawatan yang intensif pun tanaman ini telah memberikan hasil. Namun

untuk menghasilkan kopi yang bermutu baik dan mendapatkan harga tinggi di

pasaran dunia diperlukan pengetahuan mengenai seluk beluk kopi mulai dari

jenis-jenis kopi, penyediaan bibit, teknik penanaman, hingga panen dan pasca

panen (Dinas pertanian pakpak bharat, 2007)

Iklim besar sekali pengaruhnya terhadap produktifitas tanaman kopi.

Pengaruh iklim itu mulai Nampak sejak cabang-cabang primer menjelang

berbunga. Dan hal ini akan terasa terus pada saat bunga membuka sampai dengan

berlangsungnya penyerbukan, pertumbuhan buah muda sampai buah menjadi tua

an memasak (AAK, 1988)

Pada umumnya, tanaman kopi tidak menyukai sinar matahari langsung

dalam jumlah banyak , akan tetapi tanaman kopi mengkehendaki sinar matahari

yang teratur. Sinar matahari dalam jumlah banyak hanya dikehendaki tanaman

kopi pada awal musim kemarau atau akhir musim hujan. Pada saat itu tanaman

mulai menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari,

biasanya ditanam tanaman pelindung. (Dinas Pertanian Kab. Pakpak Bharat,2007)

Seperti juga tanaman lainnya, maka kopi juga memerlukan tanah yang

subur. Hal ini bisa dibuktikan, bahwa kopi yang arealnya itu bekas hutan maka

akan memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan

adalah unsur-unsur zat organik/hara yang tersedia dalam tanah. Sedangkan usaha

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

lainnya adalah menjaga agar susunan dan struktur tanah tetap baik yaitu dengan

pemupukan (Muljana, 2010)

Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di

antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di

antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini sberarti sangat ideal dan potensial bagi

pengembangan tanaman kopi (Anonimous, 2008)

A. Iklim.

Setiap jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan

temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika dapat hidup pada 1000-1700 m

diatas permukaan laut dengan suhu 16 -20ºC. Jenis Robusta dapat hidup pada 500-

1000 m diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut

dengan suhu 20ºC. Pertanaman kopi arabika yang dekat permukaan laut banyak

diserang penyakit karat daun, sedang ketinggian lebih dari 2000 m sering

diganggu embun upas. Jenis Liberica dapat hidup baik didaratan rendah.

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-

2000 mm, optimal 2000-3000 mm sedang di Indonesia curah hujan terletak 2000 -

3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada

waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim kering dikehendaki maximal

1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga

lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Pohon kopi tidak tahan

terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan

mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat mematahkan

pohon pelindung, untuk mengurangi hal-hal tersebut ditepi-tepi kebun ditanam

pohon penahan angin.(Sentani, 1991)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

B. Tanah.

Syarat tanah yang dikehendaki adalah:

- Mempunyai solum yang cukup dalam

- Gembur dengan bahan organik yang cukup, karenanya sangat cocok ditanam

pada tanah bekas hutan.

- Keasaman (pH) tanah 5,5 - 6,5

- Air tanah cukup dalam.

(Sentani, 1991)

Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk (Citrus sp.)

Pada umumnya jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur

mengandung banyak hawa udara ( oksigen ), bahan organis ( humus ) dan air

dalam tanah agak dalam. Tanah yang kurang subur pun dapat ditanami jeruk,

asalkan soal pemuukan diperhatikan benar-benar. Tanah yang longgar dan tidak

lekas padat, sehingga air berlebihan ( air hujan ) bisa cepat dialirkan/dilarutkan.

Jeruk sama sekali tidak tahan terhadap air yang tergenang ( penyakit akar ). Tanah

yang banyak mengandung pasir dan air yang tidak dalam lebih dari 1,50 m, baik

sekali untuk perkebunan jeruk. Yang baik ialah, jika air dalam tanah waktu musim

hujan 50 cm dan di musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah.

(Joesoef, 1986 )

Jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya

sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk

sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk

yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan

jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali (Anonimous, 2010)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok

(Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang paling panyak

ditanami di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. , jeruk Siem (C.

microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut,

Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk

sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk

Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas

jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix

ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan

Grapefruit.Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan,

bali, nipis dan purut (Anonimous,2010).

Tanah yang subur dan gembur merupakan tempat tumbuh yang baik bagi

tanaman jeruk. Pada tanah ini banyak mengandung humus pertumbuhan tanaman

ini sangat cepat, sedangkan pada tanah yang banyak mengandung garam,

tanaman ini pertumbuhannya lambat ( kurus ). Hasil yang baik dengan derajat

keasaman ( pH ) 5-6 (Arsyad dkk, 1992).

Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th

merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.

Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%.

Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah.

Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang

terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok,

derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada

kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung

garam sekitar 10% (Anonimous,2007).

Angin dengan kecepatan 40-48 Km/jam menyebabkan buah jeruk akan

tergoncang bahkan dapat rontok. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang

intensitas angin yang sangat tinggi diperlukan tanaman penahan angin (lamtoro,

cemara, dsb ) yang ditanam kurang lebih dari 2 meter berderet dengan arah tegak

lurus datangnya angin (Soelarso, 1996).

Jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang

paling panyak ditanami di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. Jeruk

dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) dan datarn tinggi. Jeruk dapat

tumbuh dengan baik pada elevasi 800-1500 meter dpl. Pada ketinggian di atas 900

m dpl rasanya asam. Namun jenis jeruk siam tertentu seperti jeruk tebas tumbuh

dengan baik di kalimantan pada elevasi 100 m dpl (Dinas Pertanian Kab. Pakpak

Bharat,2006).

A.Iklim.

Umumnya tumbuh didaerah subtropik dibawah 600 mdpl. Di

daerahkhatulistiwa (tropika) jeruk tumbuh baik pada elevasi di bawah pada

elevasi 1830 mdpl. Temperatur berkisar antara 13-39 ºC, yang optimum antara 22-

30 ºC. curah hujan sekitar 800 mm/tahun dan toleran terhadap kelembaban tinggi,

tetapi jeruk mandarine toleran terhadap kondisi yang lebih basah.

B. Tanah

1. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat

7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.

3. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah

5,5–6,5 dengan pH optimum 6.

4. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah

permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm.

Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.

5. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki

kemiringan sekitar 300.

Penurunan hasil bias terjadi jika salinitas dengan DHL mencapai > 1,7

dS/m. Penurunan hasil bias mencapai 50 % apabila DHL mencapai 4,8 Ds/m dan

atau ESP mencapai 15 % dan tidak mampu berproduksi ( penurunan hasil

mencapai 100 % ) apabila DHL mencapai 8 dS/m (Anonimous.2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA