tinjauan kebijakan moneter - september 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini...

23

Upload: doanliem

Post on 20-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

1

Tinjauan Kebijakan MoneterSeptember 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,

September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai

media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan

penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi

moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian

Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang

dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara

triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.

Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan

terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama

bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang

ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5

Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................8

Inflasi ................................................................................................9

Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................11

Perkembangan Sektor Keuangan ...................................................12

Pasar Keuangan Internasional .....................................................12

Suku Bunga .................................................................................13

Kredit ..........................................................................................13

Uang Beredar ..............................................................................16

Pasar Saham ................................................................................16

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................17

Pasar Reksadana ..........................................................................18

Kondisi Perbankan .......................................................................19

III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................21

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

3

I. Statement KebIjaKan MoneTeR

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 13 September 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten

dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan

sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5%±1%. Bank Indonesia

memandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan

defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun, Bank Indonesia tetap

mewaspadai tekanan terhadap transaksi berjalan terutama yang

bersumber dari risiko memburuknya prospek perekonomian global.

Ke depan, Bank Indonesia terus mengevaluasi dampak dari kebijakan-

kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya dan apabila diperlukan akan

mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan. Bank Indonesia juga

akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengelola

permintaan domestik dan perbaikan neraca pembayaran agar tetap sejalan

dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan

pertumbuhan ekonomi nasional.

Dewan Gubernur menilai kinerja perekonomian domestik masih tetap sejalan dengan kapasitas ekonomi. Dalam triwulan III 2012 masih tetap kuat didukung tingginya konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi didukung

oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap prospek ekonomi dan

terkendalinya inflasi. Investasi juga tetap kuat yang didorong oleh

tingginya kepercayaan dunia usaha terhadap prospek ekonomi, dan

didukung pembiayaan investasi baik yang bersumber dari perbankan

maupun investasi langsung (FDI). Di sisi lain, ekspor diperkirakan akan

sedikit membaik sejalan dengan membaiknya prospek beberapa negara

mitra dagang utama, walaupun masih dibayangi risiko pelemahan

perekonomian global.

Sesuai dengan prakiraan, neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan III 2012 diprakirakan mengalami perbaikan walaupun tetap perlu diwaspadai. Defisit transaksi berjalan diprakirakan akan

lebih rendah dibandingkan triwulan II 2012, sesuai dengan prakiraan

sebelumnya. Hal itu terindikasi dari mulai membaiknya neraca perdagangan

pada Juli 2012. Di sisi lain, defisit transaksi berjalan dapat diimbangi

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

4

oleh surplus transaksi modal dan finansial yang diprakirakan meningkat,

terutama FDI. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor yang tinggi

terhadap perekonomian Indonesia. Ke depan, kondisi NPI diharapkan

semakin baik dengan ekspektasi bahwa kondisi perekonomian global

dan harga komoditas ekspor akan membaik serta didukung oleh respons

kebijakan yang efektif. Sementara itu, jumlah cadangan devisa pada

akhir Agustus 2012 sedikit meningkat dibandingkan posisi akhir bulan

sebelumnya, yaitu mencapai 109 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9

bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah pada agustus 2012 masih berlanjut namun dengan intensitas yang menurun. Rupiah secara

point-to-point melemah sebesar 0,94% (mtm) ke level Rp9.535 per

dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,63% (mtm) menjadi Rp9.493

per dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh

prospek pemulihan ekonomi global yang masih rentan dan pasar

keuangan global yang masih dalam kondisi ketidakpastian. Selain itu,

ekspor yang tertekan di tengah impor yang masih relatif kuat juga turut

memengaruhi keseimbangan supply-demand valas di dalam negeri.

Untuk itu, Bank Indonesia terus mencermati keseimbangan di pasar valuta

asing untuk mengarahkan pergerakan nilai tukar rupiah sejalan dengan

fundamentalnya.

Tekanan inflasi masih terkendali meskipun meningkat didorong oleh faktor musiman (Hari Raya) dan tekanan harga pangan. Inflasi

IHK pada Agustus 2012 tercatat 0,95% (mtm) sehingga secara tahunan

tercatat sebesar 4,58% (yoy). Inflasi Agustus yang meningkat didorong

oleh kenaikan harga sejumlah komoditas bahan pangan yang disebabkan

oleh faktor musiman terkait dengan Hari Raya, volatilitas harga pangan

global, dan adanya gangguan pasokan. Hal tersebut juga berdampak pada

meningkatnya inflasi inti meskipun masih berada pada level yang relatif

rendah (4,16%, yoy). Tekanan inflasi inti diperkirakan bersifat temporer

dan secara fundamental inflasi inti tetap terjaga. Ke depan, inflasi pada

tahun 2012 dan 2013 diperkirakan masih akan berada pada kisaran

sasaran sebesar 4,5%±1%.

Perkembangan sistem perbankan menunjukkan stabilitas yang tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang semakin baik dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Kinerja industri perbankan

yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital

Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

5

rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.

Sementara itu, Intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari

pertumbuhan kredit yang hingga akhir Juli 2012 mencapai 25,2% (yoy).

Kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 29,6% (yoy), dan diharapkan

dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional. Sementara itu,

kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar

27,3% (yoy) dan 18,9% (yoy).

Ke depan, Dewan Gubernur tetap berupaya mencapai keseimbangan eksternal secara gradual dengan tetap fokus pada pengendalian inflasi. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran

kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama

ini, termasuk penguatan langkah-langkah mengendalikan permintaan

domestik. Di sisi lain, respons kebijakan suku bunga BI Rate tetap

diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental

sesuai prakiraan makroekonomi. Selain itu, koordinasi dengan Pemerintah

juga terus diperkuat dalam rangka mengurangi tekanan terhadap

keseimbangan eksternal.

II. PeRKeMbanGan eKonoMI Dan KebIjaKan MoneTeR

Pertumbuhan ekonomi IndonesiaPerekonomian Indonesia pada triwulan III 2012 diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi masih akan didominasi

oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Keyakinan konsumen yang

menguat dan terjaganya daya beli masyarakat mendorong pertumbuhan

konsumsi rumah tangga tetap tinggi. Sementara itu, iklim usaha yang

kondusif serta didukung optimisme yang tinggi mendorong pertumbuhan

investasi. Kinerja ekspor diprakirakan berpotensi tumbuh membaik

sejalan dengan revisi ke atas prospek ekonomi beberapa negara mitra

dagang utama. Impor diprakirakan masih tumbuh tinggi seiring dengan

permintaan domestik yang masih kuat.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2012 diprakirakan tetap tumbuh kuat sejalan dengan terjaganya daya beli masyarakat serta

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

6

kuatnya keyakinan konsumen. Daya beli masyarakat yang tetap solid

didukung oleh tingkat inflasi yang masih terkendali, suku bunga simpanan

dan kredit yang dalam tren menurun, serta potensi perbaikan pendapatan

ekspor. Sementara itu, masih kuatnya keyakinan konsumen tercermin

dari indeks keyakinan konsumen yang dihimpun dari berbagai survei yang

meningkat (Grafik 2.1). Pada Survei Konsumen BI (SK BI) Agustus 2012,

indeks penghasilan dan lapangan kerja saat ini serta indeks ekspektasi

lapangan kerja dan penghasilan menunjukkan kenaikan (Grafik 2.2). Hal

tersebut menunjukkan adanya potensi kinerja konsumsi rumah tangga

yang tetap baik. Indikator konsumsi pendukung lain yaitu indeks penjualan

eceran riil. Pada Juli 2012 indeks tersebut meningkat didorong oleh faktor

musiman hari raya Idul Fitri (Grafik 2.3). Di sisi lain, penjualan mobil pada

Agustus 2012 melambat, meski masih tumbuh pada level yang tinggi.

Perlambatan tersebut ditengarai sebagai dampak pemberlakuan kebijakan

Loan to Value (LTV) pada kredit kendaraan bermotor beberapa waktu lalu.

Masih kuatnya kinerja konsumsi belum memberikan dampak yang signifikan pada inflasi. Hal tersebut juga didukung oleh prakiraan kinerja

investasi yang masih akan tumbuh cukup baik pada triwulan ke depan.

Pertumbuhan investasi pada triwulan III 2012 diprakirakan masih cukup tinggi sejalan dengan kinerja konsumsi yang masih kuat dan potensi pemulihan ekspor. Kondisi iklim usaha yang lebih kondusif

dan optimisme dunia usaha yang masih tinggi juga turut mendukung

pertumbuhan investasi. Peningkatan optimisme tercermin dari indeks

tendensi bisnis yang membaik serta nilai investasi yang diprakirakan masih

tetap tinggi pada semester II 2012 (Grafik 2.4 dan 2.5). Selain itu, kenaikan

belanja modal pemerintah juga turut mendukung pertumbuhan investasi.

Beberapa indikator dini investasi seperti masih tingginya penjualan

semen dan impor bahan bangunan mengonfirmasi potensi kuatnya

pertumbuhan investasi ke depan. Dari sisi pembiayaan, suku bunga kredit

yang berangsur menurun mendorong meningkatnya penyaluran kredit

perbankan ke sektor-sektor riil yang produktif. Penurunan suku bunga

simpanan (deposito riil 1 bulan) juga akan memberikan efek peningkatan

investasi.

Kendati masih lemah, kinerja ekspor berpotensi tumbuh membaik pada triwulan III 2012 sejalan dengan potensi membaiknya perekonomian beberapa negara mitra dagang utama. Revisi ke atas

prospek konsumsi rumah tangga di AS dan Jepang mendukung perbaikan

ekspor. Sementara itu, harga komoditas berangsur meningkat memasuki

Grafik 2.2 Indeks Ekspektasi Lapangan Kerja 6 Bulan Ke Depan

Grafik 2.3 Indeks Penjualan Eceran

Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen

������

���������������������������������������������������

��������

���������������������

���� ���� ���� ����

�������������

�������������

��������������������

��������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������

�����������������������������

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���� ���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � ��

�������������������

�������������������

�����������������

�������������������������������������

������

���

��

��

��

��

��

�� �� �� �� �� �� ��� ��� ��� ����

������������������������

������������

��������������������

�������

����������

���

���� ���� ����

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

7

triwulan III 2012. Dengan perkembangan tersebut ekspor nonmigas

berpotensi kembali mencatat pertumbuhan yang positif (Grafik 2.6).

Pertumbuhan ekspor nonmigas terutama pada kelompok barang pertanian

dan industri pengolahan. Namun untuk barang tambang seperti batubara,

tembaga dan nikel diperkirakan masih akan tumbuh negatif. Ekspor

barang-barang tambang tersebut berpotensi menurun dalam jangka

pendek terkait dengan kebijakan pengetatan ekspor mineral. Selain faktor

kebijakan, penurunan ekspor batubara disebabkan oleh melemahnya

permintaan dari China dan India.

Impor diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada triwulan laporan seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan potensi pemulihan ekspor. Perkiraan tersebut didasarkan pada perkembangan

impor hingga Juli 2012 yang menunjukkan pertumbuhan yang masih

tinggi, meski sedikit melambat (Grafik 2.7). Perkembangan impor bahan

baku yang memiliki pangsa terbesar (sekitar 66%), terindikasi meningkat

sejalan dengan ekspor manufaktur yang meningkat. Namun pertumbuhan

impor barang modal terkait perlengkapan transportasi dan kendaraan

penumpang menunjukkan perlambatan, sejalan dengan perlambatan

penjualan mobil di pasar domestik. Sementara itu, impor barang modal

selain alat transportasi relatif masih stabil dan pertumbuhan impor

barang konsumsi tahan lama tetap meningkat sebagai respons tingginya

permintaan untuk kelompok barang tersebut.

Kinerja sektoral pada triwulan III 2012 diprakirakan masih tumbuh baik dengan tetap bertumpu pada sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran; serta pengangkutan dan komunikasi. Permintaan domestik yang masih kuat dan potensi

pemulihan kinerja ekspor menjadi faktor pendorong pertumbuhan

sektor industri pengolahan. Potensi membaiknya permintaan baik dari

sisi domestik maupun eksternal akan meningkatkan pesanan baru yang

kemudian memicu peningkatan produksi. Sektor perdagangan, hotel dan

restoran diprakirakan tumbuh tinggi didukung oleh aktivitas domestik

yang masih baik dan impor yang tinggi. Sementara itu, kinerja sektor

pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh stabil pada level yang

relatif tinggi seiring dengan masih baiknya kinerja subsektor angkutan

udara dan komunikasi. Meskipun demikian, faktor risiko memburuknya

perekonomian Eropa lebih dalam dan tersendatnya proses pemulihan

ekonomi China dapat berimbas pada kinerja ekspor sektor tradables yakni

sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan.

Grafik 2.4 Indeks Tendensi Bisnis - BPS

Grafik 2.5 Nilai Investasi

������

������������

������

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� �������� ���� ����

��� ����������������������������������������������������������

��������������

������������������

����������������������

��������

����

���� �������� ����

����

����� ������ ����� ������ ����� ������ ����� ����������� ���� ���� ����

Grafik 2.6 Ekspor Riil Migas & Non Migas

������ ������

����������������

��������

���

���

���

��

��

��

��

��

���������������������������������

���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

8

neraca Pembayaran IndonesiaKinerja neraca Pembayaran Indonesia (nPI) pada triwulan III 2012 diprakirakan akan lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meskipun defisit neraca transaksi berjalan (TB) masih

berlanjut, surplus transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan akan

lebih baik, didorong oleh tingginya aliran dana asing dalam bentuk

portofolio. Hal tersebut menyebabkan kinerja NPI pada triwulan laporan

diprakirakan mencatat surplus.

Defisit neraca transaksi berjalan diprakirakan masih berlanjut pada triwulan III 2012. Meskipun berpotensi membaik, kinerja ekspor

diprakirakan masih rentan, terkait relatif masih lemahnya ekonomi

negara mitra dagang utama seperti Eropa, Amerika Serikat dan Jepang

meski sudah mulai menunjukan perbaikan. Namun, pergerakan harga

komoditas global yang meningkat pada triwulan laporan, tren depresiasi

nilai tukar rupiah, serta semakin terdiversifikasinya tujuan ekspor

Indonesia menyebabkan tekanan pada kinerja ekspor sedikit tertahan.

Impor diprakirakan akan melambat antara lain sebagai dampak dari tren

depresiasi nilai tukar rupiah yang menyebabkan biaya impor mengalami

kenaikan. Di sisi lain, defisit neraca jasa diprakirakan lebih rendah sebagai

dampak tertahannya kegiatan impor hingga menyebabkan turunnya

pembayaran kegiatan pengangkutan barang impor. Sementara itu, defisit

neraca pendapatan diprakirakan masih tetap tinggi disebabkan besarnya

jumlah pendapatan (dividen, bunga, dan margin keuntungan) yang harus

dibayar kepada investor asing. Selain itu, aliran remitansi diprakirakan

mengalami penurunan setelah mencapai puncaknya pada musim Lebaran

lalu.

Transaksi modal dan finansial (TMF) masih menjadi penopang kinerja nPI pada triwulan III 2012. Surplus TMF pada triwulan laporan

diprakirakan lebih baik, didorong oleh masih berlanjutnya aliran masuk

dana asing dalam bentuk portofolio. Secara umum, struktur aliran modal

pada triwulan laporan masih didominasi oleh investasi langsung (Foreign

Direct Investment / FDI). Investor asing masih mencatat beli neto pada

Agustus 2012. Sampai dengan akhir Agustus 2012, kepemilikan asing

pada instrumen SBN (termasuk SBSN) dan SBI mengalami kenaikan.

Di pasar saham, investor asing juga mencatat beli neto. Namun,

masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, yang dapat

memengaruhi kinerja fundamental ekonomi, berpotensi menurunkan porsi

kepemilikan asing pada instrumen rupiah.

Grafik 2.7 Impor Riil Migas & Non Migas

������

�����

�����

�����

���

����

����

����

���� ���� ���� ����

�����

�����

���

����

����

����

����

�����

�������������������������������

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �

������

Grafik 2.8 Perkembangan Neraca Perdagangan

���������������

��

��

��

���

���

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

���������������

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������������������������������������������������������

�������������������������������

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

9

Dengan perkembangan di atas cadangan devisa masih berada pada level yang aman. Cadangan devisa pada akhir Agustus 2012 tercatat

sebesar 108,99 miliar dolar AS atau setara dengan 5,9 bulan impor barang

dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.

I n f l a s iInflasi IHK agustus 2012, meskipun meningkat akibat faktor musiman Lebaran, secara fundamental relatif masih terkendali. Laju

inflasi IHK Agustus mencapai 0,95% (mtm) atau 4,58% (yoy), meningkat

dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,70% (mtm) atau 4,56% (yoy)

(Grafik 2.9). Meningkatnya tekanan inflasi pada bulan laporan terutama

terjadi pada kelompok bahan makanan akibat kenaikan permintaan

musiman periode Lebaran dan masih berlanjutnya kenaikan harga pangan

global (jagung, gandum dan kedelai). Selain itu, kenaikan inflasi juga

didorong oleh inflasi non-pangan yang bersifat musiman seperti tarif

angkutan terkait Lebaran dan biaya pendidikan khususnya perguruan

tinggi karena masuknya tahun ajaran baru. Dari sisi fundamentalnya,

tekanan inflasi yang dicerminkan oleh inflasi inti sejauh ini masih terjaga.

Hal tersebut didukung oleh ekspektasi inflasi yang terus membaik, respons

sisi penawaran yang masih memadai, serta terkelolanya pelemahan nilai

tukar rupiah. Sejalan dengan itu, inflasi administered prices tetap rendah

karena tidak ada kebijakan pemerintah yang berdampak pada harga

barang dan jasa yang strategis.

Tekanan inflasi kelompok volatile food pada agustus 2012 relatif masih tinggi dipengaruhi oleh faktor musiman hari raya Idul Fitri, berlanjutnya kenaikan harga pangan global, serta terbatasnya pasokan beberapa komoditas tertentu. Inflasi volatile food pada

Agustus 2012 tercatat sebesar 1,46% (mtm), melambat namun masih

tinggi jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,82%

(mtm) (Grafik 2.10). Secara tahunan, inflasi volatile food meningkat

menjadi 7,76% (yoy) dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,27% (yoy).

Penyumbang inflasi tertinggi dari kelompok pangan yakni ikan segar

(0,1%, mtm) sebagai akibat dari tingginya permintaan selama periode

laporan (Tabel 2.1). Konsumen diprakirakan beralih ke ikan akibat

harga daging sapi yang tinggi akibat menurunnya pasokan. Tingginya

permintaan di tengah terbatasnya pasokan juga meningkatkan harga

berbagai komoditas sayur dan buah. Sementara itu, gejolak harga pangan

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi

Grafik 2.10 Inflasi Volatile Food

������

��

��

��

���

���� ���� ���� ������������

����

��������

����

�������� �������� �������� �������� �������� ����

��������������������������������������

������

��

��

����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

�����

����

����

Tabel 2.1Penyumbang Inflasi Volatile Food

Komoditas Inflasi(%, mtm)

Kontribusi(%, mtm)

agustus 2012

InflasiTempeTahuDagingKacang PanjangKangkungCabe RawitDeflasiTelur AyamDaging AyamCabai MerahBawang Merah

8,54 0,05 9,08 0,05 4,90 0,04 11,22 0,02 7,67 0,02 8,29 0,01 -5,51 0,05 -2,12 0,04 -7,25 0,03 -6,00 0,02

Sumber : BPS

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

10

global (kedelai) sejak beberapa periode terakhir sudah berdampak pada

komoditas turunan domestik seperti tempe dan tahu yang masing-masing

berkontribusi sebesar 0,05% (mtm) pada inflasi bulan laporan (Tabel 2.1).

Di sisi lain, dengan adanya koreksi harga pada beberapa komoditas seperti

telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah dan bawang merah, sejalan

dengan memadainya pasokan komoditas tersebut, membantu menahan

gejolak kenaikan inflasi volatile food lebih tinggi lagi.

Meskipun secara tahunan masih terjaga, inflasi inti bulanan sedikit meningkat akibat gejolak eksternal yang disertai kenaikan harga pangan akibat faktor musiman yang lebih tinggi dari perkiraan.

Inflasi inti Agustus 2012 mencapai 0,97% (mtm) atau 4,16% (yoy). Inflasi

inti dengan mengeluarkan komoditas emas, baik makanan maupun non-

makanan, mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya

namun masih berada pada tingkat yang rendah (Grafik 2.11). Gejolak

harga pangan global yang masih berlangsung turut mendorong tingginya

inflasi volatile food yang pada gilirannya memberikan dampak rambatan

pada makanan olahan (inflasi inti kelompok makanan).

Sementara itu, faktor musiman, seperti kenaikan tarif angkutan (Grafik

2.12) dan jasa pendidikan, yang cukup tinggi serta kenaikan harga emas

turut mendorong tingginya inflasi inti non makanan. Tarif angkutan

antarkota mencatat kenaikan lebih dari dua kali lipat dari rata-rata lima

tahun terakhir yang sekitar 6,5%. Hal yang sama juga terjadi pada inflasi

biaya pendidikan, khususnya perguruan tinggi yang pada tahun ajaran ini

naik cukup tinggi. Di sisi lain, kecenderungan terus meningkatnya harga

aset properti belum memberikan dampak pada inflasi secara keseluruhan

dan masih sejalan dengan faktor fundamentalnya. Kenaikan harga yang

cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir terlihat pada properti

komersial, sedangkan kenaikan harga properti residensial masih moderat.

Meskipun demikian, tekanan inflasi inti pada bulan laporan diperkirakan bersifat temporer dan secara fundamental inflasi inti sejauh ini masih terjaga. Hal tersebut didukung oleh ekspektasi inflasi

yang terus membaik sebagaimana tercermin pada hasil Consensus Forecast

periode Agustus 2012 dimana inflasi IHK 2012 dan 2013 turun masing-

masing ke level 4,5% dan 5,10% (Grafik 2.13), ekspektasi inflasi di pasar

keuangan, serta hasil Survei Penjualan Eceran dan Survei Konsumen (Grafik

2.14). Selain itu, sisi penawaran yang masih dapat merespons permintaan

secara memadai sebagaimana tercermin pada utilisasi kapasitas produksi

khususnya industri pengolahan yang masih berada di sekitar level 71%.

Grafik 2.11 Inflasi Inti Pangan dan Non Pangan

Grafik 2.12 Inflasi Biaya Angkutan

������

��

��

��

�� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � �

���� ���� ���� ����

���������������������

�����������������������������������������

����

����

��������

������

�����

����

����

����

���

���

���

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����

����

�����������������������������������������������

������������

Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast

������

���

���

���

���

���

���

���

����������������������������������������������

����

� � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �

����

���� ��������

�������� ����

���� ������������

��������

����

������������

������������

����

������������

��������

����

��������

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

11

Faktor lainnya yaitu nilai tukar rupiah, meskipun berada dalam tren

melemah, namun masih cukup terkelola dengan baik sehingga dampaknya

terhadap inflasi relatif moderat.

Inflasi administered prices agustus 2012 masih terjaga pada level yang rendah meskipun terjadi sedikit peningkatan sejalan dengan dampak musiman dan pengaruh kenaikan harga minyak global. Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,35% (mtm) atau 2,78%

(yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar

0,03% (mtm) atau 2,71% (yoy). Peningkatan inflasi tersebut didorong

oleh kenaikan angkutan mudik terutama kereta api, serta dampak dari

kenaikan harga minyak global yang berpengaruh pada kenaikan harga

komoditas energi (BBM non subsidi). Bensin memberikan sumbangan

inflasi sebesar 0,02% (mtm).

nilai Tukar Rupiah Tekanan terhadap nilai tukar rupiah selama agustus 2012 masih berlanjut. Pelemahan rupiah dipicu oleh perlambatan pertumbuhan

ekspor di tengah impor yang masih tinggi serta kondisi perekonomian

global yang masih rentan. Masih tingginya ketidakpastian terkait prospek

penanganan krisis Eropa, pemulihan ekonomi AS yang masih rentan,

serta moderasi pertumbuhan ekonomi China turut memberi tekanan

pada pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung terdepresiasi secara

perlahan. Nilai tukar rupiah selama bulan laporan secara rata-rata melemah

sebesar 0,63% (mtm) ke Rp9.493 per dolar AS dari Rp9.433 per dolar

AS. Sementara secara point-to-point (ptp), nilai tukar melemah sebesar

0,94% menjadi Rp9.535 per dolar AS dari Rp9.445 per dolar AS. Namun

pergerakan rupiah tersebut diiringi oleh volatilitas yang lebih terjaga.

Hal itu tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia yang terus mencermati

perkembangan pasar valuta asing dan mengarahkan pergerakan nilai tukar

rupiah agar sejalan dengan fundamentalnya.

Meski sempat mereda di awal bulan, kekhawatiran atas laju pemulihan ekonomi global tetap memberikan tekanan pada pergerakan rupiah. Pasang surut ekspektasi investor global terhadap

rencana stimulus lanjutan oleh The Fed dan ECB untuk memacu

perekonomian yang melemah memberikan tekanan pada pasar keuangan

global dan pergerakan nilai tukar. Namun, tingginya indikasi akan

dilakukan kebijakan stimulus lanjutan oleh ECB dan The Fed membawa

Grafik 2.14 Ekspektasi Inflasi Konsumen

������

���

���

���

���

���

���

������

��

��

����

���� ���� ����

���������������������������

�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

�������

�������������������������������

����������������������������������������������������

��� ���

��� ���

��� ��� ���

���

���

���

���

���

��� ���

��� ���

��� ��� ���

� � � � � � � ����������������������

���� ���� �������

������������

����

��������

��������

����

����

����

Grafik 2.16 CDS Negara Utama Eropa

���

���

���

���

���

���

��

��

��

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���

���

���

���

���

���

���

������������������

���������������������������

�������

�������������������������

���

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

12

optimisme di pasar keuangan global selama Agustus 2012. Hal tersebut

memicu penurunan faktor risiko eksternal seperti tercermin dari

menurunnya Credit Default Swap (CDS) negara utama Eropa (Grafik 2.16).

Persepsi risiko domestik masih relatif stabil sejalan dengan moderasi risiko eksternal. Hal tersebut ditunjukkan oleh perkembangan

CDS dan premi swap yang relatif stabil (Grafik 2.17 dan 2.18). Selain

itu, imbal hasil investasi pada instrumen berdenominasi rupiah yang

masih kompetitif dibandingkan dengan negara-negara sekitar, masih

memberikan daya tarik bagi investor. Hal itu tercermin dari selisih suku

bunga dalam negeri dan luar negeri (Uncovered Interest Parity / UIP) yang

masih lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan

(Grafik 2.19). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko (Covered Interest

Parity / CIP), investasi dalam rupiah lebih kompetitif dibandingkan dengan

Korea, Malaysia, dan Filipina.

Perkembangan Sektor Keuangan

Pasar Keuangan Internasional Pasar keuangan internasional pada bulan laporan mengalami perbaikan

dibandingkan dengan bulan sebelumnya meskipun masih fluktuatif.

Perbaikan tersebut sejalan dengan ekspektasi positif terhadap langkah-

langkah kebijakan yang diambil ECB dan kebijakan Quantitative Easing

III yang akan dilakukan oleh bank sentral AS. Sentimen positif tersebut

mendorong perbaikan persepsi risiko investor serta penguatan beberapa

mata uang di negara Asia terhadap dolar AS.

Di sisi lain, harga minyak dunia mengalami peningkatan seiring dengan

ekspektasi stimulus ekonomi dari AS, China dan Eropa yang merespons

perlambatan ekonomi. Selain itu, peningkatan harga minyak juga

dipengaruhi oleh masih tingginya ketegangan geopolitik di kawasan

negara-negara Timur Tengah. Sementara itu, harga komoditas

internasional non-migas lainnya masih tercatat menurun. Seiring dengan

itu, tekanan inflasi global turut mereda yang turut disebabkan oleh adanya

perlambatan aktivitas ekonomi dunia.

Meredanya tekanan inflasi global direspons oleh beberapa negara maju

dengan kebijakan moneter yang tetap akomodatif. Beberapa negara

emerging markets turut melakukan penurunan suku bunga acuan, seperti

Grafik 2.17 CDS Indonesia & Selisih Imbal Hasil

Grafik 2.18 Premi Swap

���������������������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��������������������������������������

��������������� ���������������

�������������������������

��� ��������� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��������� ��� ��� ���

���� ����

������������������

�������������������

Grafik 2.19 UIP (Uncovered Interest Parity)

����������������������������������������������

��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ���

����

��� ������ ������ ��� ���

����

���������

��������

�����

��������

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

13

Brazil dan Colombia, sebagai respons atas pelemahan aktivitas ekonomi

domestik dan outlook global.

Suku Bunga Suku bunga di pasar uang antarbank (PUab) Rupiah mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan suku bunga deposit facility. Kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga deposit

facility atau koridor batas bawah PUAB O/N sebesar 25 bps berdampak

pada kenaikan rata-rata suku bunga PUAB O/N pada Agustus 2012

sebesar 15 bps menjadi 4,16%. Sejalan dengan suku bunga PUAB O/N

yang meningkat, suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang turut

meningkat. Suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang bergerak

pada kisaran 4,13% - 4,65%. Selain itu, volume transaksi di PUAB

khususnya untuk tenor overnight (ON) turut meningkat sejalan dengan

tingginya kebutuhan likuiditas selama bulan Ramadhan.

Di sisi risiko, persepsi risiko di pasar uang antarbank masih relatif terjaga.

Persepsi risiko di PUAB sebagaimana tercermin pada selisih (spread) suku

bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah pada Agustus 2012 tidak jauh

berbeda dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 21 bps. Persepsi risiko

tersebut relatif stabil meskipun sempat meningkat pada saat penerapan

kenaikan suku bunga DF O/N.

Dari sisi operasi moneter, bank Indonesia masih konsisten untuk terus melakukan upaya penguatan operasi moneter. Upaya

penguatan operasi moneter yang dilakukan selama Agustus 2012

ditujukan untuk memperpanjang profil jatuh tempo (maturity profile) dan

optimalisasi instrumen Reverse Repo SUN. Pada Agustus 2012, rata-rata

suku bunga instrumen moneter meningkat sebesar 13 bps dibandingkan

dengan bulan sebelumnya.

Pada agustus 2012, penyerapan term Deposit Valas (TD Valas) tercatat cukup besar. Besarnya penyerapan TD Valas berdampak pada

PUAB valas di dalam maupun luar negeri yang cenderung menurun. Meski

dari sisi volume PUAB valas menurun, namun dari sisi suku bunga PUAB

valas relatif stabil. Suku bunga rata-rata tertimbang hasil lelang pada

Agustus 2012 tercatat relatif stabil dari bulan sebelumnya, kecuali untuk

tenor 14 hari yang turun 1 bps.

Di sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit dan suku bunga deposito bergerak stabil. Rata-rata suku bunga kredit pada Juli 2012

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

14

tercatat tidak jauh berbeda dibandingkan dengan bulan sebelumnya

yakni sebesar 12,37%. Suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi

masih tercatat menurun meskipun hanya turun tipis yakni sebanyak 1 bps

dan 4 bps menjadi sebesar 11,78% dan 11,42%, sedangkan suku bunga

kredit konsumsi mengalami kenaikan tipis sebanyak 2 bps menjadi sebesar

13,92%. Di sisi suku bunga simpanan, rata-rata suku bunga deposito 1

bulan pada Juli 2012 tercatat stabil dari bulan sebelumnya sebesar 5,5%

(Tabel 2.2 dan Grafik 2.20).

Penurunan suku bunga kredit juga dikonfirmasi dengan suku bunga

dasar kredit (SBDK) yang masih terus mengalami penurunan. Penurunan

SBDK selain terjadi di seluruh segmen, kecuali segmen KPR yang tetap.

SBDK pada Juli 2012 untuk korporasi dan ritel masing-masing tercatat

sebesar 9,77% dan 11,07%, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar

9,81% dan 11,08%. Sementara itu, SBDK untuk jenis non KPR tercatat

sebesar 10,87%, menurun dari bulan sebelumnya yang sebesar 10,99%.

SBDK untuk jenis KPR tercatat belum mengalami perubahan dari bulan

sebelumnya yang sebesar 10,50%.

Tabel 2.2Perkembangan berbagai Suku bunga

Suku bunga (%)

6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,24 11,12 n.a n.a n.a n.a 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92

BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (rata-rata tertimbang)Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)Kredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)Kredit Konsumsi (KK)

2011 2012

jul ags Sep okt nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul

KreditPertumbuhan kredit masih tetap tinggi sejalan dengan kegiatan ekonomi yang masih kuat. Pada Juli 2012, pertumbuhan kredit (tidak

termasuk kredit chaneling) mencapai 25,2% (yoy), sedikit lebih rendah dari

bulan sebelumnya yang mencapai 25,7% (yoy) (Grafik 2.21). Berdasarkan

jenis penggunaannya, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi

dibandingkan dengan jenis kredit lainnya sebesar 29,6% (yoy) lebih tinggi

dari bulan sebelumnya sebesar 29,1% (yoy). Di sisi lain, kredit modal kerja

dan kredit konsumsi tercatat melambat dari bulan sebelumnya sebesar Grafik 2.20 Perkembangan Berbagai Suku Bunga

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � �� � � ��� � � ��� � � ��� ��

���������������������������������������

�������������������������������

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

15

28,2% (yoy) dan 19,6% (yoy) menjadi 27,3% (yoy) dan 18,9% (yoy)

(Grafik 2.22).

Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama didukung oleh kredit sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor jasa dunia usaha. Sampai dengan Juli 2012, pangsa penyaluran

kredit terbesar tercatat pada sektor perdagangan sebesar 20%, sektor

industri pengolahan sebesar 16% dan sektor jasa dunia usaha sebesar

11%. Masing-masing sektor tersebut tumbuh tinggi mencapai 39,4%,

29,9% dan 28,7% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan sektor konstruksi

(bangunan) dan sektor pengangkutan (transportasi) masih tercatat tinggi

sebesar 31% dan 30,4% (yoy). Sektor pertanian yang hanya memiliki

pangsa 5% dari total kredit juga mulai tumbuh tinggi sejak awal tahun

2012 dan di Juli mencapai 40% (yoy).

Sementara itu, berdasarkan jenis valutanya, pertumbuhan kredit dalam valuta asing (valas) berada dalam tren melambat di tengah perkembangan kredit rupiah yang terus meningkat. Pada Juli

2012, kredit valas tumbuh 27,9% (yoy) atau melambat dibandingkan

dengan bulan sebelumnya sebesar 29,3 % (yoy), sedangkan kredit rupiah

tumbuh sebesar 24,6% (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan bulan

sebelumnya (yoy) yang sebesar 25,1% (yoy). Hal tersebut ditengarai terkait

dengan kondisi eksternal yang kurang kondusif. Namun, perlambatan

kredit valas tersebut diperkirakan hanya berdampak terbatas terhadap

pertumbuhan kredit total.

Dari sisi penawaran kredit, sumber dana untuk kredit yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat. Pertumbuhan DPK pada Juli

2012 tercatat sebesar 20,2% (yoy), melambat dibandingkan dengan bulan

sebelumnya sebesar 21,2% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan

perlambatan pertumbuhan deposito yang diindikasikan terkait dengan

pemindahan dana nasabah deposito ke pasar finansial sebagaimana

tercermin pada transaksi giro yang meningkat tipis. Berdasarkan valutanya,

sumbangan DPK Rupiah terhadap total DPK tercatat menurun, sedangkan

sumbangan DPK valas justru meningkat. Berdasarkan komponennya,

peningkatan DPK Valas terutama didukung oleh akselerasi pertumbuhan

deposito valas. Sementara itu, foreign asset (FA) bank bergerak sejalan dengan

selisih antara DPK valas dan kredit valas.

Grafik 2.21 Perkembangan BI Rate, Kredit dan DPK

������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��������������

����

�����

�����

���

����

���

��� ���

���

���

���

����

���

��� ���

���

���

���

����

���

��� ���

���

���

���

����

���

��� ���

���

���

���

����

���

��� ���

������������������������������������������

Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

������

�������������

��

��

��

��

��

���

���

����

���

��� ���

���

���

���

����

���

��� ���

���

���

���

����

���

��� ���

���

���

���

����

���

��� ���

���

���

���

����

���

��� ���

����������������������������

���������������������������������

��������

����

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

16

Uang BeredarPertumbuhan uang primer menurun. Pada Agustus 2012,

pertumbuhan uang primer menurun cukup signifikan menjadi 5,2%

(yoy) dibandingkan dengan bulan Juli yang mencapai 14,4% (yoy) (Grafik

2.23). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan uang

kartal yang juga signifikan. Pertumbuhan uang kartal (currency outside

bank) turun menjadi -0,8% (yoy) atau mengalami kontraksi setelah pada

bulan sebelumnya tumbuh mencapai 17,9% (yoy). Penurunan yang

cukup signifikan tersebut disebabkan perbedaan pola belanja masyarakat

terkait hari raya Idul Fitri dan Ramadhan. Pada tahun 2011, pola belanja

masyarakat hanya terkonsentrasi di bulan Agustus 2011, sedangkan

pada tahun 2012 pola belanja masyarakat bergeser ke bulan Juli dan

pertengahan Agustus 2012. Hal tersebut menyebabkan perbedaan base

perhitungan yang cukup besar pada bulan Agustus, dari yang semula

sangat tinggi di tahun 2011 menjadi berkurang signifikan pada tahun

2012 mengikuti pergeseran hari raya Idul Fitri-nya.

Pada Juli 20121, pertumbuhan M1 dan M2 masing-masing sebesar 20,7%

(yoy) dan 19,1% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan

bulan sebelumnya sebesar 22,5% dan 20,9% (yoy) (Grafik 2.24).

Pertumbuhan M1 yang menurun terutama terkait dengan penurunan

sumbangan uang kartal di Juli 2012. Sementara itu, peningkatan pola

belanja masyarakat di bulan Ramadhan belum terlalu signifikan mengingat

pelaksanaan Idul Fitri masih di pertengahan Agustus 2012. Pertumbuhan

M2 menurun sejalan dengan pertumbuhan M1 dan deposito. Dari

sisi faktor, pertumbuhan M2 didorong oleh penurunan sumbangan

Net Domestic Asset (NDA) sebagaimana tercermin pada penurunan

sumbangan NCG terkait pembayaran gaji ke-13.

Pasar SahamKinerja pasar saham mengalami koreksi pada bulan laporan. IHSG

tercatat mengalami penurunan sebesar 2,0% ke level 4.060,33 dibandingkan

dengan bulan sebelumnya. Pelemahan kinerja pasar saham domestik terutama

dipicu oleh sentimen negatif pelaku pasar terkait dengan kondisi Neraca

Pembayaran Indonesia yang sampai dengan triwulan II 2012 mengalami

defisit. Selain itu, kondisi pasar keuangan global yang masih cenderung

1 Data LBU

Grafik 2.23 Pertumbuhan Uang Primer

Grafik 2.24 Pertumbuhan Uang Beredar

������

��������������������

������������������

������������������������

���������������������������

��������

��������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ����

������ �

�������������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

�����

�����

�����

�����

�����������������������

������� ��� ��� ��� ��� ���

������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

Grafik 2.25 IHSG dan Perkembangan Bursa Global

�����������������������

����������������������

����������������������������������

��������������������������������������

����������������������������

�����������������������������

������������

�����������������

�� �� �� �� � � � ��

����������

�����

����������

�����

�����

����

����

������������

����

����

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

17

fluktuatif menyebabkan kinerja pasar saham di negara emerging markets

lainnya turut mengalami tekanan dan terkoreksi sebesar 0,8% (mtm) (Grafik

2.25)

eksposur investor asing di pasar saham domestik tetap positif. Di

tengah tekanan yang dialami oleh IHSG, kepemilikan investor asing di

pasar domestik bergerak positif meski relatif terbatas. Pada Agustus 2012,

investor asing masih mencatat beli neto sebesar Rp0,41 triliun. Eksposur

tersebut menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat

beli neto sebesar Rp4,59 triliun.

Penurunan kinerja IHSG tercermin di sebagian besar indeks sektoral, kecuali infrastruktur dan konsumsi. Sektor industri dasar mengalami

pelemahan sebesar 5,7%, diikuti oleh sektor pertanian yang melemah

sebesar 5,1%. Sementara itu, sektor lainnya melemah di kisaran 2,0% -

4,8%. Sektor pertambangan mengalami tekanan akibat penurunan harga

komoditas ditengah melimpahnya pasokan batu bara dan menurunnya

permintaan dari China (Grafik 2.26).

Pasar Surat Berharga negara (SBn)Kinerja pasar Sbn sejalan dengan kinerja pasar saham domestik.

Pada Agustus 2012, secara keseluruhan imbal hasil SBN tercatat meningkat

46 bps dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 6,12%. Imbal hasil SBN

untuk tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing naik

sebesar 46 bps, 50 bps dan 39 bps ke level 5,63%, 6,12% dan 6,77%.

Sementara itu, imbal hasil SUN dengan tenor 10 tahun mengalami

peningkatan sebesar 55 bps menjadi sebesar 6,26% dibandingkan dengan

Juli 2012 sebesar 5,71% (Grafik 2.27 dan Grafik 2.28).

Pelemahan yang terjadi pada pasar SBN disebabkan oleh faktor domestik

dan eksternal. Faktor domestik tersebut antara lain didorong oleh defisit

neraca pembayaran yang mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah.

Sementara itu, faktor eksternal yang memicu peningkatan imbal hasil

antara lain berasal dari prospek perdagangan China yang diperkirakan

semakin memburuk sehingga turut mengurangi minat investor asing

bertransaksi di dalam negeri.

Meningkatnya ketidakpastian perekonomian global dan pelemahan

nilai tukar mendorong investor asing melakukan jual neto di pasar SBN.

Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp1,4 triliun pada Agustus 2012

setelah pada bulan sebelumnya mencatatkan beli neto sebesar Rp10,1

Grafik 2.26 Perkembangan Saham Sektoral

Grafik 2.27 Imbal Hasil SBN dan BI Rate

Grafik 2.28 Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������������

��������������������������������� �����������������

����������������

����������������

�����������������

��������������������

��������������

�������������������

�����������������

��� �� � ��

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

����

����

�����������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ����

��

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

18

triliun. Aksi jual investor asing tersebut terjadi pada seluruh instrumen SBN

jangka pendek, menengah, dan panjang sejalan dengan meningkatnya

ketidakpastian pasar keuangan global dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Pasar ReksadanaKinerja reksadana sampai dengan juli 2012 menunjukkan peningkatan. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam NAB

tumbuh sebesar 1,5% dibandingkan dengan Juni 2012. Sampai dengan

Juli 2012, peningkatan NAB reksadana ditopang oleh produk reksadana

pasar uang dan pendapatan tetap.

Tabel 2.3Perkembangan Reksadana

1 2 3 4 2011 5 6 7 8 9 10 11 122012 1 2 3 4 5 6 7

Saham MTMPasar Uang Campuran Pendapatan

Tetap Terproteksi IndekseTF-

Saham

eTF-Pendapatan

Tetap Syariah Total

juli 2012 -Desember 2011

1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3% -1,5% 7,7% -1,2% 0,1% -1,9% 12,6% -11,4% -1,0% -1,2% -0,6% 0,3% 6,3% -32,9% -20,9% 1,7% 15,3% -10,3% 88,7% 6,1% -9,2% -0,7% -5,1% -6,8% -6,5% 0,5% -7,8% -0,6% -2,3% -9,4% -2,9% 6,7% -7,3% 4,7% 1,5% 1,3% 1,9% 36,5% 2,3% 1,9% 3,1% 1,7% 9,7% -4,1% 3,3% 0,3% 2,6% 22,1% -0,3% 5,7% 1,5%

3,3% 24,4% -0,1% 14,0% 0,8% 32,2% 129,1% 111,6% 9,5% 5,9%

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

19

Kondisi PerbankanKinerja perbankan domestik pada bulan laporan masih tetap positif di tengah kondisi eksternal yang tidak kondusif. Permodalan

perbankan sebagaimana tercermin pada angka rasio kecukupan modal

(Capital Adequacy Ratio/CAR) per Juni 2012 masih terjaga pada kisaran

17% - 18%. Perkembangan intermediasi atau kredit perbankan pada Juli

2012 masih tumbuh tinggi yaitu sebesar 25,2% (yoy). Sementara itu, rasio

kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) selain kredit channeling

baik gross maupun neto tercatat sedikit menurun dari bulan sebelumnya

sebesar 2,2% dan 0,6%. Di sisi profitabilitas perbankan, indikator Return

on Asset (ROA) mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 3,1%

(Tabel 2.4).

Tabel 2.4Kondisi Umum Perbankan

IndikatorUtama

Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp)LDR* (%) NPLs Gross* (%) NPLs Net * (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%)

3.195,1 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5 3.891,1 3.902,5 2.438,0 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 1.950,7 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 80,0 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 2,7 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 0,6 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 17,0 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 17,2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 3,1 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1

2011 2012

jun Sep Des jan Feb Mar apr Mei jun jul

* tanpa channeling

Page 22: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

20

III. ReSPonS KebIjaKan MoneTeR

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 13 September 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten

dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan

sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Bank Indonesia

memandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan

defisit transaksi berjalan pada Triwulan III 2012 mengalami perbaikan

seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun, Bank Indonesia tetap

mewaspadai tekanan terhadap transaksi berjalan terutama yang

bersumber dari risiko memburuknya prospek perekonomian global.

Ke depan, Bank Indonesia terus mengevaluasi dampak dari kebijakan-

kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya dan apabila diperlukan akan

mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan. Bank Indonesia juga

akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam mengelola

permintaan domestik dan perbaikan neraca pembayaran agar tetap sejalan

dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan

pertumbuhan ekonomi nasional.

Ke depan, bank Indonesia tetap berupaya mencapai keseimbangan eksternal secara gradual dengan tetap fokus pada pengendalian inflasi. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter

dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini, termasuk penguatan

langkah-langkah mengendalikan permintaan domestik. Di sisi lain, respon

kebijakan suku bunga BI Rate tetap diarahkan untuk mengendalikan

tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan makroekonomi.

Selain itu, koordinasi dengan Pemerintah juga terus diperkuat dalam

rangka mengurangi tekanan terhadap keseimbangan eksternal.

Page 23: Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012 filememandang bahwa keseimbangan eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012 mengalami perbaikan

Tinjauan Kebijakan Moneter - September 2012

21

Indikator Terkini

* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SeKToR KeUanGan

H a R G a

SeKToR eKSTeRnaL

InDIKaToR KUaRTaLan

SUKU bUnGa & SaHaMSuku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

beSaRan MoneTeR (miliar Rp)base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah Tagihan kepada Sektor LainnyaTagihan pada Sektor Swasta

Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor

6,78 6,28 5,77 5,22 5,04 4,88 3,82 3,83 3,93 4,24 4,32 4,46 - 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 - 6,90 7,05 7,11 6,99 6,81 6,68 6,52 6,31 6,00 5,89 5,76 5,67 - 6,11 5,61 5,30 4,87 4,67 4,43 3,93 3,81 3,81 3,83 4,10 4,17 - 3.842 3.549 3.791 3.715 3.822 3.942 3.985 4.122 4.181 3.833 3.956 4.142 4.060 625.440 565.149 566.282 568.783 613.488 594.078 578.964 586.034 596.592 604.979 627.359 634.993 - 662.806 656.096 665.000 667.587 722.991 696.323 683.253 714.258 720.924 749.450 779.416 771.792 - 324.725 279.224 281.341 279.066 307.760 286.242 280.103 287.046 290.861 294.768 314.670 315.375 - 338.081 376.872 383.659 388.521 415.231 410.082 403.150 427.212 430.064 454.682 464.746 456.417 - 2.621.346 2.643.331 2.677.787 2.729.538 2.877.220 2.854.978 2.849.796 2.911.920 2.927.259 2.992.057 3.050.355 3.054.530 - 1.943.770 1.973.573 2.000.315 2.047.205 2.139.840 2.145.246 2.150.808 2.182.891 2.190.885 2.227.527 2.254.329 2.269.805 - 1.683.246 1.703.621 1.725.881 1.753.123 1.846.002 1.842.815 1.848.124 1.875.257 1.887.124 1.900.824 1.915.625 1.926.042 - 923.986 933.931 953.045 956.480 981.445 993.655 998.643 1.022.038 1.020.792 1.027.151 1.016.060 1.017.021 - 759.260 769.690 772.836 796.643 864.557 849.160 849.481 853.219 866.332 873.673 899.565 909.020 - 126.436 130.714 129.685 135.589 140.518 141.171 145.623 148.649 148.486 159.186 164.762 170.722 - 134.088 139.238 144.749 158.494 153.320 161.260 157.061 158.984 155.275 167.516 173.942 173.041 - 14.770 13.663 12.472 14.746 14.388 13.409 15.735 14.771 15.450 15.081 16.610 12.932 - 2.480.140 2.498.955 2.535.630 2.579.204 2.722.313 2.700.399 2.688.438 2.748.499 2.763.324 2.817.790 2.868.983 2.870.876 - 2.205.555 2.249.588 2.283.424 2.337.812 2.383.823 2.374.862 2.403.464 2.464.483 2.519.946 2.586.786 2.653.871 2.667.448 - 1.946.476 1.989.000 2.024.718 2.068.037 2.118.376 2.106.449 2.138.727 2.189.236 2.230.960 2.289.504 2.361.812 2.377.917 - 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,70 0,95 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79 3,65 3,56 3,97 4,50 4,45 4,53 4,56 4,58 8.578 8.823 8.835 9.170 9.068 9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 9.485 9.560 15.021 13.558 14.187 13.507 13.460 12.414 12.594 13.565 12.742 13.627 12.337 - - 11.346 11.440 12.067 12.130 12.632 11.715 11.894 12.296 12.660 13.382 13.150 - - 100,79 93,80 89,68 89,08 88,57 88,84 87,74 89,93 94,46 92,55 85,58 - -

ags Sep okt nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags

2011 2012

Tw. III Tw. IV* Tw. I Tw. II

2011 2012

6,5 6,5 6,3 6,4 4,6 4,6 4,9 5,0 7,1 11,5 10,0 12,3 16,7 -8,7 164,1 108,7 17,8 7,9 7,8 1,9 14,0 10,1 8,0 10,9