tingtur

9
BAB III III.1 Pembahasan Industri farmasi sebagai produsen obat-obatan harus dapat menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan terus menjaga konsistensi mutunya dalam setiap pembuatan. Adapun salah satu produk industri farmasi yang penting untuk dijamin kualitasnya adalah produk yang berasal dari bahan alam, seperti jamu dan fitofarmaka. Produk ini karena berasal dari bahan alam, maka penting untuk diberi perhatian terhadap proses pembuatannya pada skala industri agar dihasilkan produk berkualitas yang sesuai CPOTB dan CPOB. Pada PT.Kimia Farma Plant Bandung, selain memproduksi produk obat sintetis, juga memproduksi produk berbahan dasar dari alam, yaitu jamu. Produk Jamu PT.Kimia Farma Plant Bandung contohnya adalah Obat Kumur Enkasari. Kandungan produk ini salah satunya adalah ekstrak Daun

Upload: noeroel-auliya

Post on 16-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

daun saga

TRANSCRIPT

BAB IIIIII.1 PembahasanIndustri farmasi sebagai produsen obat-obatan harus dapat menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan terus menjaga konsistensi mutunya dalam setiap pembuatan. Adapun salah satu produk industri farmasi yang penting untuk dijamin kualitasnya adalah produk yang berasal dari bahan alam, seperti jamu dan fitofarmaka. Produk ini karena berasal dari bahan alam, maka penting untuk diberi perhatian terhadap proses pembuatannya pada skala industri agar dihasilkan produk berkualitas yang sesuai CPOTB dan CPOB.Pada PT.Kimia Farma Plant Bandung, selain memproduksi produk obat sintetis, juga memproduksi produk berbahan dasar dari alam, yaitu jamu. Produk Jamu PT.Kimia Farma Plant Bandung contohnya adalah Obat Kumur Enkasari. Kandungan produk ini salah satunya adalah ekstrak Daun Saga ( Abrus Precatorius Folia ). Daun Saga secara empiris mampu meredakan dan mengurangi sariawan.Adapun salah satu proses yang penting pada proses produksi Jamu dalam skala industri adalah proses pembuatan ekstrak, dimana contohnya pada pembuatan ekstrak daun Saga (Abrus Precatorius Folia ) untuk produk Jamu PT. Kimia Farma Plant Bandung. Pada proses pembuatan ekstrak ini harus memenuhi beberapa ketentuan sesuai CPOTB yaitu dari segi personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan hygiene, pengolahan dan pengemasan, pengawasan mutu, inspeksi diri dan dokumentasi. Pada proses pembuatan ekstrak, pertama-tama yang harus dipertimbangkan untuk skala industri adalah ketersediaan bahan baku. Untuk PT.Kimia Farma Plant Bandung, menyediakan bahan baku dengan dua cara, yaitu budidaya sendiri dan kerja sama dengan petani setempat. Pemilihan supplier bahan baku yang bekerja sama dengan PT.Kimia Farma Plant Bandung adalah yang telah memenuhi persyaratan dari PT.Kimia Farma Plant Bandung dan kerja sama ini telah berlangsung lama.Tahap selanjutnya yaitu bahan baku yang memenuhi syarat dikumpulkan, dalam hal ini adalah Daun Saga (Abrus Precatorius Folia ), kemudian dicuci dan dimasukkan dalam tangki besar yang telah diberi pelarut dan disentrifuge, setelah disentrifuge, dipindahkan ke ruang ekstraktor, melalui semacam selang (infus) lalu dipindahkan ke Reaktor yaitu suatu wadah tempat untuk pencampuran bahan, dimana ekstrak Daun Saga (Abrus Precatorius Folia ) akan dicampurkan dengan bahan ekstrak lain dan juga bahan tambahan lain seperti pengawet, perasa dan pengaroma sebelum menjadi produk akhir yaitu Jamu.Adapun penerapan CPOB dan CPOTB PT.Kimia Farma Plant Bandung yaitu:1. Ruangan produksinya memiliki dinding dan lantai yang dilapisi dengan epoksi, kedap air, dan tidak terdapat retakan yang dapat menyebabkan penumpukan partikel dan pertumbuhan mikroba, juga dindingnya tidak bersudut 90o melainkan melengkung agar mudah dibersihkan.2. Air yang digunakan dalam proses produksi adalah Purified Water yang diproses dari raw water yang berasal dari PDAM.3. Sitem Tata Udara atau AHU (Air Handling Unit) pada ruang produksi hormon dan sediaan beta laktam menggunakan HEPA filter dengan efisiensi saringan 99,997%.4. Penandaan pada setiap dus kemasan obat generik baik sirup, tablet, dan kapsul telah mengikuti ketentuan dari BPOM dengan warna garis yang berbeda-beda.5. Adanya audit mutu yang dilakukan oleh BPOM tiap 6 bulan sekali melalui dokumen-dokumen yang dimiliki oleh PT. Kimia Farma.Sistem pengawasan mutu adalah seluruh proses pengawasan terencana yang dilakukan mulai dari awal sampai obat jadi dan dirancang untuk menjamin keseragaman produk obat, yang memenuhi spesifikasi identitas, kekuatan, kemurnian, dan karakteristik lain yang telah ditetapkan atau disyaratkan.Tanggung jawab dari Quality Control di PT Kimia Farma (persero) Tbk. Yaitu melakukan pengawasan terhadap mutu obat, pengawasan di PT Kimia Farma (persero) Tbk. Dilakukan melalui pemeriksaan analisa mulai dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas), selama proses IPC (in process control), dan produk akhir (obat jadi).Pengawasan mutu yang dilakukan oleh QC (Quality Control) PT Kimia Farma (persero) Tbk. Terbagi dua yaitu pengawasan sebelum proses produksi dan pengawasan selama produksi1. Pengawasan sebelum proses produksi terbagi dua yaitu:a. Pengawasan mutu ruangan dan peralatanProses produksi dilakukan apabila bagian dari QC telah memberi rekomendasi atas kebersihan ruangan dan peralatan tsb dengan ditandai dengan memberikan label bersih.Untuk ruangan produksi di PT Kimia Farma (persero) Tbk. Bandung terpisah menjadi 3 ruangan yaitu ruangan produksi Obat Herbal, ruangan produksi antibiotik, dan Produk AKDR.b. Pengawasan mutu bahan awalBahan baku yang telah di karantina di lakukan terlebih dahulu uji bahan baku, setelah diluluskan lalu di lakukan Pengambilan bahan baku, begitupun bahan kemas setelah di luluskan lalu dilakukan pengambilan bahan kemas. proses pengujiannya di lakukan secara acak.Untuk gudang bahan baku dan bahan kemas di PT Kimia Farma (persero) Tbk. Juga di lakukan pemisahan dan di bagi 3 yaitu gudang untuk bahan produksi obat herbal, gudang untuk bahan produksi AKDR, dan untuk gudang bahan produksi antibiotik.2. Pengawasan selama produksia. Sediaan tablet meliputi penampilan umum atau organoleptis ( ukuran, bentuk, warna, dan bau), keseragaman kadar zat aktif, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kecepatan pelarutan (disolusi)b. Sediaan jadi dalam bentuk serbuk meliputi organoleptis, homogenitas, ukuran partikel, kadar zat aktif, dan kecepatan pelarutan (disolusi).c. Sediaan sirup, setelah dilakukan pencampuran kemudian pengujian organoleptis, viskositas, pH, dan bobot jenis. Uji kebocoran dan keutuhan segel penutup dilakukan pada pasca pengemasan primer.d. Sediaan suspensi, meliputi pengujian organoleptis, ukuran partikel, pH, laju sedimentasi.3. Pengawasan setelah proses produksiObat jadi yang dihasilkan dari proses produksi dilakukan pengembalian contoh untuk pengujian akhir. Selama dilakukan pengujian, obat jadi di karantina terlebih dahulu. Setelah dinyatakan lulus uji, maka obat disimpan di bagian penyimpanan obat jadi atau gudang obat jadi dan siap untuk didistribusikan.

III.2. KesimpulanBerdasarkan hasil pelaksanaan praktek kerja profesi Apoteker di PT Kimia Farma (persero) Tbk. Plant. Bandung dapat di simpulkan bahwa:a. PT Kimia Farma (persero) Tbk. telah menerapkan pedoman CPOB terkini 2012 (c-GMP). b. Proses Pembuatan ekstrak pada PT. Kimia Farma plant Bandung, sesuai dengan CPOTB dimana proses produksi telah mengikuti prosedur CPOTB.III.3. SaranBerdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi yang telah di lakukan di beberapa Industri Farmasi, di harapkan agar lebih terbuka untuk memberikan ilmu yang berkaitan dengan pekerjaan apoteker di Industri Farmasi.