tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas x...

59
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 1 TOROH GROBOGAN TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Oleh LASTRI YUNITA NIM. B09 029 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

Upload: ngolien

Post on 05-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X TENTANG

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 1

TOROH GROBOGAN

TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Oleh

LASTRI YUNITA

NIM. B09 029

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 2: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

ii �

Page 3: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

iii �

Page 4: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

iv �

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas X

tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan Tahun

2012”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas

akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Ernawati, SST, selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan,

masukan dan motivasi kepada penulis.

4. Bapak Drs. Ngadino, MM, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Toroh

Grobogan, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengambil data awal

dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan yang telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 5: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

v �

6. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta

terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

7. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh

referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangannya, karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka penulis

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi

penyempurnaan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 6: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

vi �

Prodi DIII Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012

Nama Mahasiswa : Lastri Yunita

NIM : B09.029

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X TENTANG

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 1

TOROH GROBOGAN

TAHUN 2012

(xiv + 43 halaman + 13 lampiran + 3 tabel + 2 gambar)

ABSTRAK

Latar Belakang: Masa remaja merupakan masa yang menimbulkan berbagai

persoalan dari berbagai sisi seperti selalu ingin mencoba-coba apa yang

diketahuinya. Penyakit Menular Seksual atau PMS adalah berbagai infeksi yang

dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Angka

kejadian PMS di Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 312.795 kasus. Pengetahuan

siswa-siswi Kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan dari 10 responden

didapatkan 2 siswa-siswi (20%) berpengetahuan baik, 3 siswa-siswi (30 %)

berpengetahuan cukup dan 5 siswa-siswi (50 %) memiliki pengetahuan kurang

tentang PMS.

Tujuan Penelitian: Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

pengetahuan siswa-siswi kelas X tentang penyakit menular seksual. Sedangkan

tujuan khususnya adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas

X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan tentang PMS pada tingkat baik, cukup dan

kurang.

Metode Penelitian: Jenis penelitian deskriptif kuantitatif, pengambilan sampel

dengan simple random sampling dengan jumlah responden 49 orang, instrumen

penelitian menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya

teknik analisa data dengan analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian terhadap 49 siswa-siswi kelas X SMA

Negeri 1 Toroh Grobogan diperoleh hasil 13 responden (26,5%) berpengetahuan

baik, 28 responden (57,1%) berpengetahuan cukup dan 8 responden (16,4%)

berpengetahuan kurang.

Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan mempunyai pengetahuan

cukup (57,1%) tentang penyakit menular seksual, karena dipengaruhi oleh umur

dan informasi yang diperoleh.

Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja, Penyakit Menular Seksual

Kepustakaan : 19 literatur (2002 s/d 2011)

Page 7: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

vii �

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Ujian bagi orang sukses bukan kemampuan untuk mencegah munculnya masalah,

melainkan bagaimana ia menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul.

(David J. Schwarth)

Bagaimana caramu menghabiskan waktu itu lebih penting daripada bagaimana

kamu menghabiskan uangmu. Uang masih dapat dicari lagi, tapi waktu hilang

selama-lamanya.

(David Norris)

Lebih baik terlambat daripada sama sekali tidak.

(Penulis)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan

kelancaran dan kemudahan, sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan baik.

Bapak dan Ibu

Setiap detak nadi kehidupanku akan kuusahakan untuk membahagiakan kalian

yang telah memberi doa bimbingan, kasih sayang, dukungan yang tak henti-

hentinya, dan yang telah bersusah payah demi keberhasilanku.

Adikku

“Melina” yang kusayangi, canda dan tawamu membuat semangatku semakin

bangkit serta selalu buat rumah amat sangat ramai.

Someone “Bagas Laksono Aji, SST”

Cintaku yang sangat sabar dan setia menemaniku, memberi doa, cinta kasih

sayang dan dukungannya.

Sahabatku

Sahabat satu kost (Wise “Bebeb” & Iis), dan semua teman-teman Kelas 3 A yang

tidak bisa kusebutkan satu-persatu jangan pernah lupakan suka duka kita bersama

selama kuliah.

Almamaterku Tercinta

Page 8: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

viii �

Page 9: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

ix �

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii

CURRICULUM VITAE ............................................................................ viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................ 4

C. Tujuan ........................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5

E. Keaslian Penelitian ....................................................... 6

F. Sistematika Penulisan .................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori .............................................................. 8

Page 10: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

x �

1. Pengetahuan ........................................................... 8

2. Remaja .................................................................... 13

3. Penyakit Menular Seksual (PMS) .......................... 18

B. Kerangka Teori ............................................................. 23

C. Kerangka Konsep ......................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 24

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .... 25

D. Instrumen Penelitian ..................................................... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 30

F. Variabel Penelitian ....................................................... 31

G. Definisi Operasional ..................................................... 31

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................ 32

I. Etika Penelitian ............................................................ 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................ 36

B. Hasil Penelitian ............................................................ 36

C. Pembahasan .................................................................. 39

D. Keterbatasan ................................................................. 41

Page 11: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

xi �

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................. 42

B. Saran ............................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

xii �

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas X

tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) ............................ 28

Tabel 3.2. Definisi Operasional ............................................................. 32

Tabel 4.1. Nilai Mean dan Simpangan Deviasi ..................................... 38

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat

pengetahuan .......................................................................... 39

Page 13: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

xiii �

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori ..................................................................... 23

Gambar 2.2. Kerangka Konsep ................................................................. 23

Page 14: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

xiv �

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Validitas

Lampiran 5. Surat Balasan dari Lahan

Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 7. Surat Permohonan Responden

Lampiran 8. Surat Persetujuan Responden

Lampiran 9. Kuesioner

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 11. Hasil Tabulasi Penelitian

Lampiran 12. Tabel r Product Moment

Lampiran 13. Lembar Konsul

Page 15: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa yang menimbulkan berbagai persoalan

dari berbagai sisi seperti selalu ingin mencoba-coba apa yang diketahuinya.

Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat

dan tingkatan sosial, ekonomi maupun pendidikan. Sebagaimana halnya

dengan perkembangan kognitif di mana bisa saja terjadi seorang yang sudah

berusia dewasa, tetapi perkembangan kognitifnya terhenti pada tahap

konkret operasional (Sarlito, 2010).

Penyakit Menular Seksual atau PMS adalah berbagai infeksi yang

dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Menurut

The Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS

dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun)

adalah kelompok umur yang memiliki resiko paling tinggi tertular PMS, 3 juta

kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini (Depkes, 2007).

Jenis penyakit PMS ini sudah cukup lama di kenal dengan sebutan

penyakit kelamin (veneral disease) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta).

Saat itu penyakit kelamin yang dikenal baru sifilis (syphilis) dan gonore

(gonorrhea). PMS dikenal pula dengan sebutan Penyakit Akibat Hubungan

Seksual (PAHS) atau Sexually Transmitted Disease (STD). Penyakit ini

mengenai alat (organ) reproduksi laki-laki atau perempuan terutama akibat

Page 16: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

2

dari hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin.

PMS akan menular kepada manusia melalui cairan tubuh yaitu cairan vagina,

cairan sperma, cairan darah dan adanya perlukaan dan lain-lain

(BKKBN, 2007).

Dalam hal ini remaja mempunyai bagian yang cukup besar dari kasus

(PMS) ini. Awal terjangkitnya PMS meningkatkan kemungkinan berulangnya

infeksi karena jangka waktu yang panjang dan jumlah pasangan yang mungkin

lebih banyak. Berulangnya infeksi dapat berakibat buruk pada kesehatan

(BKKBN, 2007).

Penderita penyakit menular seksual setiap tahun bertambah, sedangkan

dengan meningkatnya jumlah penderita PMS dan HIV positif di Indonesia

sebanyak 4.617 kasus dan AIDS sebanyak 6.987 kasus yang tersebar di 32

propinsi dan 158 kabupaten/ kota (Depkes, 2007).

Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

diobati sebesar 77,8% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan

cakupan tahun 2008 sebesar 98,14 % ini berarti belum seluruh kasus IMS

yang ditemukan diobati atau belum mencapai target yaitu 100%. Selain

melakukan kegiatan survey human immuno deficiency virus (HIV),

pengamatan kasus acquired immune deviciency syndrome (AIDS), Dinas

Kesehatan juga melakukan pengamatan terhadap hasil virus human immuno

deficiency virus (HIV), pada tahun 2008 hasil menunjukkan jumlah HIV yang

paling tinggi yaitu sebesar 520 dari 345.795 jumlah sampel yang

diperiksa (1,49) sedangkan tahun 2009 terjadi penurunan hasil reaksi yang

Page 17: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

3

cukup besar yaitu 275 dari 312.795 jumlah sampel yang di periksa (0,88)

(Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Taufik (2005), mengenai perilaku seksual

remaja SMU di Surakarta dengan sampel berjumlah 1.250 orang, berasal dari

10 SMU di Surakarta yang terdiri dari 611 laki–laki dan 639 perempuan

meyakini bahwa sebagian besar remaja pernah melakukan ciuman bibir

10,53%, melakukan ciuman dalam 5,6%, melakukan onani atau masturbasi

4,23% dan melakukan hubungan seksual sebanyak 3,09%.

Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-

kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa

remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja

pertengahan usia 15-18 tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun

(Monks, 2002).

Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

pada Kelas X tahun 2012 dengan jumlah seluruh siswa-siswi 247, diambil 10

siswa-siswi, yang diperoleh hasil 2 siswa-siswi (20%) diantaranya memiliki

pengetahuan baik, 3 siswa-siswi (30 %) memiliki pengetahuan cukup dan 5

siswa-siswi (50 %) memiliki pengetahuan kurang tentang PMS.

Dari hasil tersebut mengingat penyakit PMS sangat berbahaya dan

dibutuhkan cara pencegahan yang tepat maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas

X tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

Tahun 2012”.

Page 18: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

4

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu

“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas X tentang Penyakit

Menular Seksual di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan Tahun 2012?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X tentang

penyakit menular seksual.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA

Negeri 1 Toroh Grobogan tentang PMS pada tingkat baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA

Negeri 1 Toroh Grobogan tentang PMS pada tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA

Negeri 1 Toroh Grobogan tentang PMS pada tingkat kurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi penilaian ke arah yang

lebih baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ada tentang

penyakit menular seksual (PMS).

Page 19: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

5

2. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan mengetahui tentang penyakit

menular seksual (PMS).

3. Bagi Institusi

a. SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

Dari penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi siswa-

siswi Kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan agar dapat memahami

pentingnya pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS).

b. Stikes Kusuma Husada

Dapat menambah referensi dan meningkatkan ilmu pengetahuan

tentang penyakit menular seksual.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

adalah penelitian yang telah dilakukan oleh: Puji Lestari (2009), melakukan

penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK)

tentang Penyakit Menular Seksual di Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Pekalongan tahun 2009”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 93 responden pekerja seks komersil Desa Sidomukti Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Pekalongan dengan mempunyai pengetahuan baik 39

orang (39,78%), pengetahuan cukup 45 orang (48,38%), dan yang mempunyai

pengetahuan kurang ada 11 orang (11,82%). Perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada tempat, subjek dan waktu penelitian, sedangkan persamaan

Page 20: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

6

dengan penelitian ini terletak pada judul yaitu pada tingkat pengetahuan dan

penyakit menular seksual.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian,

sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan pengertian tentang teori pengetahuan

meliputi definisi pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, tingkat pengetahuan, pengukuran pengetahuan, cara

memperoleh pengetahuan, teori tentang remaja meliputi pengertian

remaja, masa remaja, karakteristik umum perkembangan remaja,

tugas remaja dan teori penyakit menular seksual (PMS) meliputi

definisi PMS, penularan penyakit menular seksual, pencegahan

penyakit menular seksual, macam-macam penyakit menular

seksual, kerangka teori, kerangka konsep.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,

Page 21: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

7

definisi operasional, metode pengolahan dan analisis, etika

penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian,

hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian

dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 22: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan (knowladge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia,

apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yaitu merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk

mengetahui rasa ingin tahu ini, manusia sejak zaman dahulu telah

berusaha mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya

terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan

tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui

pengalaman orang lain. Semenjak adanya sejarah kehidupan di bumi

Page 23: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

9

ini, manusia telah berusaha mengumpulkan fakta. Dari fakta- fakta ini

kemudian disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori, sesuai

dengan fakta yang dikumpulkan tersebut. Teori-teori tersebut

kemungkinan digunakan untuk memahami gejala-gejala alam dan

kemasyarakatan yang lain. Sejalan dengan perkembang kebudayaan

umat manusia, teori- teori tersebut makin berkembang, baik kualitas

maupun kuantitasnya, seperti apa yang telah kita rasakan dewasa ini

(Notoatmodjo, 2010).

b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

antara lain:

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

makin semakin baik pula pengetahuanya (Hendra, 2008).

2) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut

dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun

dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

Page 24: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

10

yang diperoleh dalammemecahkan permasalahan yang dihadapi

pada masa lalu (Notoadmojo, 2010).

3) Usia

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat

seperti ketika berumur belasan tahun (Hendra, 2008).

Dalam Hendra (2008), juga mengemukakan bahwa memang

daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari

uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang

usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

4) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah

tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media

misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).

5) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya.

Page 25: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

11

c. Tingkatan Pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam penelitian August Comte

membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut di atas

ke dalam tahap religius, metafisik, dan ilmiah.

1) Tahap religius

Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah

yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu

merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).

2) Tahap metafisik

Dalam tahap kedua ini orang mulai berspekulasi berasumsi,

atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisik (keberadaan)

wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma

religi, dan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan

postulat metafisika tersebut (hipotetico).

3) Tahap ilmiah

Tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas-

asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses

verifikasi yang objektif (verifikatif).

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya

dilakukan melalui test tertulis atau wawancara dengan alat bantu berisi

Page 26: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

12

materi yang ingin diukur dari responden atau dengan cara pemberian

kuisioner secara langsung pada subjek penelitian.

Menurut Riwidikdo (2008), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif,

yaitu:

1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD � x � mean + 1 SD

3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

e. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan adalah

1) Cara tradisional atau nonilmiah, yakni tanpa melelui penelitian

ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara

lain meliputi :

a) Cara coba salah (trial and error)

b) Secara kebetulan

c) Cara kebetulan atau otoritas

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

e) Cara akal sehat (common sense)

f) Kebenaran melalui wahyu

g) Kebenaran secara intuitif

h) Melalui jalan pikiran

i) Induksi

j) Deduksi

Page 27: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

13

2) Cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi

penelitian (research methodology).

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Istilah remaja/adolescene berasal dari kata lain adolescene (kata

bendanya, adolescestia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau

“tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1996). Remaja adalah mulai

dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin ia sekarang sudah bukan

kanak-kanak lagi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

WHO mendefisinikan remaja sebagai masa ketika individu

berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda kelamin

sekundernya mencapai sampai saat ia kematangan seksual, individu

mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-

kanak ke dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-

ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Selanjutnya, WHO menyatakan walaupun definisi tersebut terutama di

dasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebu sendiri

menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth)

(Sarwono, 2006).

Page 28: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

14

Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang

pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun. Hal ini di kemukakan dalam

sensus penduduk tahun 1980. Pendefinisian remaja di indonesia sama

sulitnya dengan menetapkan remaja secara umum, karena Indonesia

terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat, tingkat sosial-ekonomi

dan pendidikan (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

Menurut bahasa, kata mahasiswa berasal dari dua kata, yakni maha

dan siswa. Maha berarti tinggi, sedangkan siswa berarti pelajar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang

telah terdaftar di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Jadi,

secara istilah dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah orang-orang

yang memiliki kecerdasan intelektual dan moral yang dapat digunakan

atau diterapkan dalam kehidupan sosial (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2002).

b. Masa Remaja

Menurut Kusumaredi (2011), masa remaja dibagi menjadi:

1) Pada usia 14 tahun remaja mulai aktif menjalani kehidupan

sosialnya, remaja mulai tertarik dan penasaran dengan

lawanjenisnya. Mereka akan mencoba melakukan eksplorasi untuk

memenuhi rasa ketertarikan dan penasaran mereka.

2) Masa remaja adalah masa yang paling menarik dan menantang

dalam kehidupan remaja dan orang tua. Remaja akan mulai matang

secara fisik, emosi dan intelektual. Mereka haus akan pengalaman

Page 29: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

15

yang terbebas dari orang tua. Ikatan–ikatan dengan keluarga tidak

terlalu di perketat lagi, tetapi orang tua harus tetap mengawasinya.

3) Remaja usia 14-24 tahun adalah remaja yang berada pada fase

meningkatnya dorongan seksual selalu mencari lebih banyak

informasi mengenai seks. Sedangkan masyarakat masih

menganggap tabu segala sesuatu yang berhubungan dengan seks,

termasuk antara lain pembicaraan, pemberian informasi, dan

pendidikan seks. Sehingga remaja mencari berbagai sumber

informasi yang mungkin dapat diperoleh.

Menurut Sarwono (2006), masa remaja dibagi menjadi:

1) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk

memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut

masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai

hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/ tradisi), belum

dapat memberikan pendapat sendiri,dan sebagainya.

2) Statusnya perkawinan sangat menentukan, seseorang yang sudah

menikah pada usia berapa pun di anggap dan di perlakukan sebagai

orang dewasa. Oleh karena itu definisi remaja di sini dibatasi

khusus untuk yang belum menikah.

Page 30: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

16

c. Karakteristik umum perkembangan remaja

Menurut Ali & Ashori (2006), ada sejumlah sikap yang sering di

tunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut:

1) Kegelisahan, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan,

atau keinginan yang hendak di wujudkan di masa depan, namun

mereka belum memiliki banyak kemampuan yang memadai

untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan

keinginan jauh lebih besar di bandingkan kemampuannya. Tarik-

menarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya

yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh

perasaan gelisah.

2) Pertentangan, remaja sering mengalami kebingunan karena

terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua.

Sehingga menimbulkan keinginan untuk melepaskan diri dari

orang tua kemudian di tentangnya sendiri. Pertentangan tersebut

akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri

maupun pada orang lain.

3) Mengkhayal, keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak

semuanya tersalurkan. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang

luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan

itu definisi remaja di sini di batasi khusus untuk yang belum

menikah.remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang

Page 31: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

17

tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan,

bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi.

4) Aktifitas berkelompok, larangan orang tua sering kali

melemahkan/ mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan

remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka

berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan

bersama secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat

diatasi bersama.

5) Keinginan mencoba segala sesuatu, remaja memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi, sehingga cenderung ingin bertualang,

menjelajah segala sesuatu, dan mencoba sesuatu yang belum

pernah dialaminya. Misal remaja pria mencoba merokok ingin

membuktikan bahwa dia juga bisa melakukannya seperti orang

dewasa.

d. Tugas Remaja

Menurut Sarwono (2006), tugas remaja adalah :

1) Menerima dan mengintegrasi badannya dalam kepribadiannya

2) Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat dalam

kebudayaan tempatnya berada.

3) Mencapai kedewasaan dalam kemandirian, kepercayaan diri, dan

kemampuan untuk menghadapi kehidupan

4) Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat.

Page 32: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

18

5) Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai

yang sesuai dengan lingkungan kebudayaan.

6) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri

dalam kaitannya dengan lingkungan.

3. Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang ditularkan

melalui hubungan seksual yang popular disebut penyakit kelamin. Kuman

penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, dan parasit. Semua

tekhnik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut bisa

menjadi wahana penularan penyakit kelamin. Perempuan lebih mudah

terkena PMS dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan

lebih dekat ke anus dan saluran kencing (Widyastuti, 2009).

Menurut Widyastuti (2009), Penyakit Menular Seksual (PMS)

dapat terjadi sebagai akibat dari:

a. Sisa kotoran yang tertinggal karena pembasuhan buang air besar yang

sempurna.

b. Kurangnya kebersihan alat kelamin, terutama saat haid.

c. Perkawinan pada usia terlalu muda dan berganti-ganti pasangan.

d. Hubungan seksual dengan penderita infeksi.

e. Kegagalan pelayanan kesehatan dalam sterilisasi alat dan bahan dalam

melakukan pemeriksaan atau tindakan di sekitar saluran reproduksi.

Page 33: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

19

Menurut Widyastuti (2009), dalam buku Kesehatan Reproduksi

menerangkan bahwa:

a. Cara Penularan PMS melalui:

1) Hubungan seksual yang tidak terlindungi (tanpa kondom)

2) Penularan dari ibu ke janin setelah bayi lahir

3) Melalui transfuse darah, suntikan atau kontak langsung dengan

cairan darah atau produk darah.

b. Cara Pencegahan PMS:

1) Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia

2) Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual

3) Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual

4) Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS.

c. Macam-macam penyakit menular seksual (PMS)

Menurut BKKBN (2007), macam-macam jenis penyakit menular

seksual (PMS) diantaranya:

1) Klamedia

Klamedia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak

menunjukkan gejala. Tidak melakukan hubungan seksual secara

vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-

satunya cara pencegahan yang 100% efektif. Kondom dapat

mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko

tertular penyakit ini.

Page 34: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

20

2) Gonore

Penyakit Radang Panggul (PRP ) jika tidak diobati dan hal tersebut

akan mengakibatkan kemandulan. Pencegahan penyakit ini hampir

sama dengan penyakit klamedia.

3) Hepatitis

Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus

DNA (Hepatitis B) atau RNA (Hepatitis C) yang terjadi pada

(organ) hati, yang penyebabkan perangsangan pada sel hati dengan

segala akibatnya. Tidak melakukan hubungan seks dengan orang

yang terinfeksi khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah,

air mani dan secret vagina paling mungkin dipertukarkan adalah

satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah

penularan virus hepatitis melalui hubungan seks.

4) Herpes Simplex

Herpes Simplex merupakan salah satu penyakit menular, yang

disebabkan oleh virus DNA yang menyerang pada kulit, mukosa

dan syaraf manusia. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak

dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui

hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan

hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini

yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.

Page 35: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

21

5) Human Papilloma Virus (HPV) dan Kutil Kelamin

Virus yang dapat menyebabkan kanker serviks, penis, dan nyeri

pada kelamin. Pencegahan penyakit ini yaitu dengan cara tidak

melakukan hubungan seks dengan sembarangan, kondom hampir

tidak berfungsi sama sekali dalam mencegah penyakit ini,

penularan virus ini melalui hubungan seks.

6) Sifilis

Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Treponema

pallidum. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun

memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin.

Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau

lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.

7) Trikomoniasis

Penyakit yang dapat menyebabkan keputihan yang berbusa dan

tidak ada gejala pada penyakit ini. Pada perempuan hamil dapat

menyebabkan kehamilan prematur. Hindari untuk saling pinjam

meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah

penularan non-seksual dari penyakit ini.

8) HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang

dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih

yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan

tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari

Page 36: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

22

gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. AIDS

adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang

merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV

dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu

untuk menyebabkan sindroms AIDS yang mematikan dan sangat

berbahaya. Penyakit AIDS di sebabkan oleh melemah atau

menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki

karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh

Virus HIV. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi

tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari

pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik.

Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang

harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat

harus menerima transfusi darah maupun produk darah.

Page 37: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

23

B. Kerangka Teori

Notoatmodjo (2010), Dimodifikasi

Gambar 2.1. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan siswa-siswi

kelas X tentang penyakit menular

seksual

Baik

Cukup

Kurang

Sumber Pengetahuan:

Penginderaan

Faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan:

1. Pendidikan

2. Pengalaman

3. Usia

4. Informasi

5. Sosial ekonomi

Penyakit Menular

Seksual:

1. Pengertian

2. Penularan

penyakit

menular

seksual

(PMS)

3. Pencegahan

penyakit

menular

seksual

4. Macam-

macam

penyakit

menular

seksual

Pengetahuan

Remaja:

1. Pengertian

2. Masa remaja

3. Karakteristik

umum

perkembangan

remaja

4. Tugas remaja

Page 38: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Ditinjau dari tujuan penelitian akan dicapai, penelitian ini menggunakan

penelitian diskriptif kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan

tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara

objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang

(Notoatmodjo, 2005). Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data

yang diangkakan (Sugiyono, 2011).

Pada penelitian ini menggambarkan tentang tingkat pengetahuan siswa-

siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilakukan oleh peneliti

dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011).

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Toroh

Grobogan.

2. Waktu

Waktu penelitian merupakan rencana tentang jadwal yang akan

dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya

24

Page 39: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

25

(Hidayat, 2011). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juni sampai 2

Juni 2012.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-

siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan yaitu 247 siswa-siswi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010). Besarnya sampel, apabila subjek penelitian kurang dari

100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi, tetapi jika jumlah subjeknya lebih dari 100 bisa di

ambil 10-15% atau 20-25 % atau lebih (Arikunto, 2006).

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel 20% dari jumlah

seluruh siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan yaitu 49

siswa-siswi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2011).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara

Page 40: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

26

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi

(Hidayat, 2011).

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,

maka perlu ditentukan kriteria inklusi dan kriteri eksklusi. Kriteri inklusi

adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang

dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.

Kriteria inklusi:

a. Siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

b. Sehat jasmani dan rohani

c. Mau diberi dan mengisi lembar kuesioner

Kriteria eksklusi:

a. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Toroh Grobogan kelas XI dan XII

b. Tidak bersedia diberi dan mengisi lembar kuesioner

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar kuisioner. Kuisioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah

tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden dan interviewer

tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

Page 41: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

27

Penelitian ini alat yang akan digunakan adalah kuesioner. Dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner ini digunakan untuk

mengukur tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X tentang Penyakit Menular

Seksual (PMS). Dalam kuesioner ini menggunakan pilihan jawaban “Benar”

atau “Salah”. Sedangkan pernyataan dalam kuesioner ini menggunakan

pernyataan favorabel atau pernyataan positif yaitu pernyataan yang jawabanya

benar semua, sehingga apabila responden menjawab “Benar” maka mendapat

skor 1, dan jika menjawab “Salah” mendapat skor 0 (Notoatmodjo, 2003).

Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih

dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Tabel 3. 1

Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas X tentang

Penyakit Menular Seksual (PMS)

No Variabel Sub Variabel Banyak

item No item

1 Tingkat

pengetahuan

siswa-siswi

kelas X tentang

penyakit

menular seksual

(PMS)

1. Pengertian

2. Penularan

penyakit

menular

seksual (PMS)

3. Pencegahan

penyakit

menular

seksual

4. Macam-

macam

penyakit

menular

seksual

5

8

8

9

1, 2, 3, 4, 5

6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13

14, 15, 16, 17, 18, 19,

20, 21

22, 23, 24, 25, 26, 27,

28, 29, 30

Jumlah Pernyataan 30

Page 42: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

28

1. Uji Validitas

Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,

maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010).

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan di MAN Purwodadi

Grobogan dengan jumlah responden 30 siswa-siswi.

Menurut Arikunto (2006), Instrumen yang valid mempunyai

validitas yang tinggi, dan instrumen yang kurang valid maka dilakukan

dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan

skor total. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “Product

Moment”, dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS for

Windows yang rumusnya sebagai berikut:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Untuk mengetahui apakah suatu item pertanyaan valid, maka angka

korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel. Suatu pertanyaan

dinyatakan valid jika rhitung > rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05

( ) ( ) }Y - Y {N }X X {

YX. - XY . N

222 2ΣΣΣ−Σ

ΣΣΣ=

Nrxy

Page 43: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

29

(Arikunto, 2010). Pada penelitian ini uji validitas dilakukan di MAN

Purwodadi Grobogan diperoleh responden sebanyak 49 dan jumlah

pernyataan 30 soal. Nilai adalah rtabel = 0,276 dimana N = 49, dengan

demikian karena rhitung > rtabel, maka 30 soal atau seluruh item tentang

penyakit menular seksual dapat dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap

asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti

menggunakan Spearman Brown (Hidayat, 2011). Rumus Spearman Brown

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

r11 : Koefisien Reliabilitas Internal seluruh item

rb : Korelasi product moment antara belahan

Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya

adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel f product moment.

Jadi, apabila r11 > r tabel berarti reliabel, dan apabila r11 < r tidak reliabel,

dengan taraf signifikasi 0,05, dk: n-2 (Hidayat, 2011). Berdasarkan hasil

b

b

r

rr

+=

1

.2 11

Page 44: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

30

uji realibilitas untuk pengetahuan responden didapat nilai Spearman

Brown sebesar 0,593 dan 0,527. Karena hasil uji reliabilitas yang cukup

tinggi maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner untuk pengetahuan

responden terbukti reliabilitasnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan menurut Hidayat (2011), merupakan cara peneliti

untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

melalui kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi

penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan

informed concent yang diikuti penyerahan kuesioner. Setelah kuesioner

diterima oleh responden, responden mengisi kuesioner yang telah

diberikan sesuai ketentuan.

Data primer pada penelitian ini adalah hasil data yang diisi oleh

responden dari kuesioner yang telah disebar.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang

atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang

digunakan berasal dari studi pendahuluan.

Data sekunder pada penelitian ini dilakukan adalah data yang

diperoleh dari SMA Negeri 1 Toroh Grobogan berupa data jumlah siswa-

siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan.

Page 45: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

31

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2010).

Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu pengetahuan

siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan tentang penyakit

menular seksual (PMS).

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007).

Page 46: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

32

Tabel 3.2

Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Skala

Ukur

Hasil Ukur

1.

Tingkat

pengetahuan

siswa-siswi

kelas X

tentang

penyakit

menular

seksual

(PMS)

Segala sesuatu

yang diketahui

siswa-siswi

kelas X tentang

penyakit

menular seksual

(PMS)

Kuesioner Ordinal a. Baik: bila nlai

responden yang

diperoleh (x)

> mean + 1 SD

b. Cukup : bila nilai

mean – 1 SD � x �

mean + 1 SD

c. Kurang : bila

nilai responden

yang diperoleh (x)

< mean – 1 SD

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data secara manual

menurut Notoatmodjo (2010) antara lain:

a. Editing (penyuntingan data)

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan

kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah

terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila

terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding sheet (membuat lembaran kode)

Lembaran kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk

merekam data secara manual. Pada penelitian ini dengan cara

memberikan kode angka pada awal penelitian untuk memudahkan

Page 47: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

33

dalam analisa data misalnya skala penelitian satu untuk jawaban benar

dan nol untuk jawaban salah.

c. Data entry (memasukkan data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Pada penelitian ini yaitu

dengan cara memberikan nilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan

nilai nol (0) untuk jawaban yang salah

d. Tabulating (tabulasi)

Kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu dengan cara memasukkan data jawaban responden

dalam tabel sesuai skor jawaban kemudian dimasukkan dalam master

tabel yang telah disiapkan.

2. Analisa data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel

dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan

prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Selanjutnya menurut Riwidikdo (2008), hasil untuk mengetahui

tingkat pengetahuan siswa-siswi ditunjukan dengan prosentase dengan

keterangan sebagai berikut:

Page 48: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

34

a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD

b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – SD < x <

mean + 1 SD

c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean -1 SD.

Dimana:

xi = Nilai dari data

n = Jumlah data

Teknik analisis data dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

n = Skor yang diperoleh responden

N = Total skor maksimum yang seharusnya diperoleh

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2011), masalah etika penelitian kebidanan

merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat

penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

( )

1)(n

n

xixi

SD

2n

1:in

1:i

2-

=

��

n

xi x

n

1:i�=

%100N

prosentaseSkor ×=n

Page 49: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

35

penelitian harus diperhatikan masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain adalah sebagai berikut:

a. Informent Consent

Informent Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informent Consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang

harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

b. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

Page 50: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

36

c. Confidentiality (kerahasiaan hasil)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

Page 51: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SMA Negeri 1 Toroh Grobogan adalah sebuah Sekolah Menengah

Atas yang terletak di Jl. Raya Purwodadi – Solo Kec. Toroh Kab. Grobogan

Jawa Tengah Kode Pos 58111. Secara umum, SMA ini terletak di tengah

jantung Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan, yaitu tidak jauh dari Jalan

Raya Solo – Purwodadi, luas sekolah ini + 1000 meter dan keadaan

lingkungan di sekolah ini bersih. SMA Negeri 1 Toroh Grobogan ini adalah

SMA sudah cukup lama berdiri, yang didirikan atau dibuka pada tahun 1992.

SMA ini mempunyai 2 jurusan, yaitu Jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Jumlah pelajar yang ada di SMA ini pada

tahun ajar 2011/ 2012 adalah 720 siswa, diantaranya 247 siswa kelas X, 255

siswa kelas XI dan kelas XII berjumlah 218 siswa, sedangkan jumlah tenaga

pengajar di sekolah ini ada 50 pengajar.

B. Hasil Penelitian

1. Jalannya Penelitian

Penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas

X tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

Tahun 2012” ini dilakukan dalam dua tahap yaitu:

36

Page 52: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

37

a. Tahap Persiapan

Penelitian dimulai dari tahap persiapan yang meliputi ijin

penelitian berupa pengumpulan bahan, studi pustaka pendahuluan,

serta survei pendahuluan ke lahan penelitian yaitu di SMA Negeri 1

Toroh Grobogan, yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah. Tahap ini dimulai dari bulan April hingga Mei

2012.

b. Tahap Penelitian

Pada tahap penelitian ini penulis melakukan dua tahap penelitian

yaitu uji validitas kuisioner dan pengambilan data sampel untuk

penelitian Karya Tulis Ilmiah. Tahap pertama yakni tahap uji validitas

kuisioner yang dilaksanakan di MAN Purwodadi Grobogan pada 22

Mei 2012. Uji validitas dilakukan dengan menyebar kuisioner pada 30

siswa-siswi di MAN Purwodadi Grobogan tersebut dan setelah

dikalkulasi dengan perhitungan yang ada, instrument kuisioner yang

direncanakan penulis hasilnya adalah valid, tahap selanjutnya adalah

uji reliabilitas dengan menggunakan rumus yang telah dipilih penulis

dan hasilnya adalah reliabel.

Tahap kedua yang dilakukan penulis adalah pengambilan

sampel yang dilakukan pada tanggal 1 Juni sampai 2 Juni 2012 di

SMA Negeri 1 Toroh Grobogan, dengan sampel yang diambil oleh

penulis adalah 49 siswa-siswi di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan. Pada

tahap ini penulis membagikan kuisioner pada sampel yang sudah

Page 53: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

38

dipilih, dan menghitung berbagai tingkat pengetahuan responden

dengan cara menghitung hasil kuisioner yang diisi oleh responden

dengan rumus yang telah dipilih oleh penulis.

2. Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi di

Kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

Tabel 4.1

Nilai Mean dan Simpangan Deviasi

Variabel Mean Simpangan Deviasi

Tingkat pengetahuan

siswa-siswi tentang

penyakit menular

seksual di SMA Negeri

1 Toroh Grobogan

19,38 3,76

a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD

(x) > Mean + 1 x SD

(x) > 19,38 + 1 x 3,76

(x) > 23,14

b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – SD < x <

mean + 1 SD

Mean – SD < x < Mean + 1 SD

19,38 – 1 x 3,76 x < 19,38 + 1 x 3,76

15,62 < x < 23,14

c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean -1 SD.

(x) < 15,62 – 1 x 3,76

(x) < 15,62

Page 54: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

39

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

No. Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)

1. Baik 13 26,5

2. Cukup 28 57,1

3. Kurang 8 16,4

Jumlah 49 100

Sumber: Data primer

Dari tabel 4.2 di atas didapatkan tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X

SMA Negeri 1 Toroh Grobogan tentang penyakit menular seksual antara

lain: 13 responden (26,5%) berpengetahuan baik, 28 responden (57,1%)

berpengetahuan cukup dan 8 responden (16,4%) berpengetahuan kurang.

Jadi kesimpulannya mayoritas tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X

SMA Negeri 1 Toroh Grobogan adalah cukup yaitu sebanyak 28

responden (57,1%).

C. Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.1 tentang tingkat pengetahuan dari 49 siswa-siswi

kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan didapatkan 13 responden (26,5%)

berkategori baik, kategori cukup berjumlah 28 responden (57,1%), dan yang

masuk kategori kurang berjumlah 8 responden (16,4%). Kemungkinan

pengetahuan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu

sebanyak 28 responden (57,1%) dipengaruhi oleh umur yaitu sebagian besar

siswa-siswi yang berumur 15 tahun. Faktor informasi yang mempengaruhi

siswa-siswi Kelas X SMA Negeri 1 Toroh yaitu belum pernah mendapatkan

penyuluhan tentang penyakit menular seksual dari tenaga kesehatan atau

Page 55: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

40

media misalnya TV, radio atau surat kabar tidak terlalu dimanfaatkan oleh

siswa-siswi.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio

atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang

(Hendra, 2008).

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang ditularkan

melalui hubungan seksual yang popular disebut penyakit kelamin. Kuman

penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, dan parasit. Semua

tekhnik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut bisa menjadi

wahana penularan penyakit kelamin. Perempuan lebih mudah terkena PMS

dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke

anus dan saluran kencing (Widyastuti, 2009).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Lestari (2009).

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan Mahasiswa DIII

Kebidanan di Semarang adalah 109 responden, 19 responden (17,40%)

dikategorikan baik dan 26 responden (23,80%) dikategorikan cukup baik,

Page 56: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

41

sedangkan kategori kurang baik 64 responden (58,70%). Kemungkinan

pengetahuan responden dipengaruhi oleh informasi dan hubungan sosial

masyarakat.

Menurut Bobak (2004), umur mempengaruhi pengetahuan di mana

umur 16 tahun merupakan tahap remaja madya di mana belajar menerima

informasi tetapi belum mampu menerapkan informasi tersebut secara

maksimal dan sering kali mencoba-coba tanpa memperhitungkan

konsekuensiya, sedangkan umur 17-18 tahun merupakan remaja akhir di mana

mulai memahami dirinya dan lebih mudah menerima informasi sehingga

mempengaruhi pengetahuan mereka terutama tentang penyakit menular

seksual.

Dalam penelitian ini pengetahuan yang diharapkan bukan berarti hanya

tahu melalui pengindraan saja, tetapi melalui tingkat pengetahuan yang diteliti

penulis dalam penelitian ini yang lebih spesifik lagi yaitu bagaimana seorang

remaja (siswa-siswi) mengetahui mengenai penyakit menular seksual serta

berbagai dampak yang terjadi, baik secara psikologi maupun dampak fisik.

D. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kendala Penelitian

Responden tidak sedang berada di kelas, sehingga peneliti harus

mencari responden lain dan jika peneliti tidak mendapatkan responden

peneliti harus menunggu sampai responden saat ada di kelas.

Page 57: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

42

2. Keterbatasan Penelitian

a. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tertutup sehingga kurang

dapat menggali pengetahuan responden karena memungkinkan

responden untuk asal mengisi jawaban.

b. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu tingkat

pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan.

Page 58: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

43 �

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) pada tingkat baik yaitu sebanyak

13 responden (26,5%).

2. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) pada tingkat cukup yaitu

sebanyak 28 responden (57,1%).

3. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) pada tingkat kurang yaitu

sebanyak 8 responden (16,4%).

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

memiliki tingkat pengetahuan yang baik serta kompleks. Dalam hal ini

siswa-siswi harus pro aktif dalam mencari berbagai pengetahuan dan

sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan, seperti dari surat

kabar, internet, televisi, radio dan lain-lain.

43

Page 59: TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-lastriyuni... · Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)

44 �

2. Bagi Institusi Terkait

a. Bagi SMA Negeri 1 Toroh Grobogan

Diharapkan Guru Bimbingan Konseling memberikan bimbingan

yang intensif, khususnya mengenai Sex Education, sehingga dari

bimbingan tersebut para siswa diharapkan mampu mengerti mengenai

berbagai pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS).

b. Bagi STIKES Kusuma Husada Surakarta

Diharapkan dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat untuk dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi

instusi pendidikan.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan acuan bagi peneliti

lain untuk melanjutkan penelitian tentang penyakit menular seksual dan

untuk mengembangkan variabel peneliti.