tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan …library.fis.uny.ac.id/bebas/etas.pdf · viii the...
TRANSCRIPT
TINGKAT PARTISIPASI PENDUDUK DALAM PENGELOLAAN
LIMBAH PETERNAKAN SAPI PERAH SEBAGAI ENERGI
ALTERNATIF BIOGAS DI DUSUN GONDANG DESA
UMBULHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN
KABUPATEN SLEMAN
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Disusun Oleh:
Tri Hartanto
12405241029
JURUSAN PENDIDIKAN GEORAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga
(HR. Muslim )
Nikmatilah jalan yang engkau lalui meskipun terasa berat, sesungguhnya akan
menjadi sebuah kebanggaan dan kebahagiaan saat engkau mampu
menyelesaikan
(Penulis)
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Bapak Sunardi yang senantiasa bersabar membimbing dan terus berusaha memberikan bekal baik
materiil maupun non materiil serta terus memberi motivasi tiada henti hingga saya dapat
mencapai tahap ini dan menyelesaikan amanah ini. Semoga jerih payah bapak mendapatkan
balasan terbaik oleh Allah SWT. Amin
Ibu Priyanti yang selalu mengiringi setiap langkah dengan ketulusan, pengorbanan, doa serta
kasih sayang yang tiada terkira, terimakasih untuk semua pengorbanan yang telah engkau
berikan insyaallah menjadi ladang pahala buat ibu, Amin.
Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:
Mas Kristanto, terimakasih telah menjadi teman, saudara dan tempat untuk mencari canda tawa
dan keceriaan pada masa-masa tersulit hingga membuatku mampu melaluinya. Semoga Allah
SWT balas dengan kebaikan tiada kira. Amin
Dek Wahyu Nurhidayah yang selalu ada menemani didalam maupun luar pembuatan skripsi ini
dan tanpa henti memberikan semangat. Semoga kebaikanmu mendapatkan balasan terbaik dari
Allah SWT.
Teman seperjuangan, para pejuang Skripsi, keluarga besar Pendidikan Geografi 2012. Semoga ini
menjadi langkah untuk menjadi lebih baik. Amin
viii
TINGKAT PARTISIPASI PENDUDUK DALAM PENGELOLAAN
LIMBAH PETERNAKAN SAPI PERAH SEBAGAI ENERGI
ALTERNATIF BIOGAS DI DUSUN GONDANG DESA
UMBULHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN
KABUPATEN SLEMAN Oleh : Tri Hartanto
NIM 12405241029
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengelolaan limbah peternakan
sapi perah oleh penduduk Dusun Gondang, (2) Tingkat partisipasi penduduk dalam
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas, (3)
Hubungan karakteristik responden dengan tingkat partisipasi penduduk dalam
pengelolaaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian
ini adalah populasi non fisik. Populasi non fisik merupakan penduduk Dusun Gondang
yang merupakan pemilik dari instalasi biogas (42 responden). Semua anggota populasi
dijadikan subjek penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan observasi, dokumentasi dan
wawancara. Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil
tabel silang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas di Dusun Gondang meliputi penimbulan,
penanganan ditempat, pengolahan, pembuangan akhir, (2) Tingkat partisipasi penduduk
dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas di
Dusun Gondang tergolong dalam tingkatan “tinggi” yaitu rata-rata nilai skor nilai
keseluruhan responden pada masing-masing tahapan partisipasi yang menunjukan
angka 23,33, (3) Terdapat hubungan antara karakteristik responden terhadap tingkat
partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif
biogas di Dusun Gondang yaitu karakteristik responden berupa pekerjaan, pendapatan
dan umur.
Kata kunci: Tingkat Partisipasi, Penduduk, Biogas, Energi Alternatif, Limbah
viii
THE LOCAL PEOPLE’S PARTICIPATION LEVEL IN THE WASTE
MANAGEMENT OF DAIRY FARMS AS BIOGAS ALTERNATIVE ENERGY
IN GONDANG VILLAGE, UMBULHARJO, CANGKRINGAN SUBDISTRICT,
SLEMAN REGENCY
By: Tri Hartanto
Student Number 12405241029
ABSTRACT
This research is aimed to find out: (1) the waste management of dairy farms as
performed by the local people in Gondang Village, (2) the level of local people’s
participation in the waste management of dairy farms as biogas alternative energy, (3)
the relationship of respondents’ characteristics and local people’s participation in the
waste management of dairy farms as biogas alternative energy.
This research uses descriptive research type. The population of this research are
non physical populations. They are local people of Gondang Village as the owners of
biogas installation (42 respondents). All population members become the research
subjects. The data which are collected are primary and secondary data. The data
collection techniques are observation, documentation, and interview. The data analysis
uses descriptive analysis based on cross-table result.
The research result indicates that: (1) the waste management of dairy farms as
biogas alternative energy in Gondang Village includes onset, on-site handling,
processing, and ultimate disposal, (2) the local people’s participation level in the waste
management of dairy farms as biogas alternative energy in Gondang Village is
categorized as “high”, which is resulted in total score mean of respondents on each
participation stage that indicates 23.33, (3) There is relationship between respondents’
characteristics and local people’s participation level in the waste management of dairy
farms as biogas alternative energy in Gondang Village which is in forms of
employment, income and age.
Keywords: Participation Level, Local People, Biogas, Alternative Energy, Waste
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat, sehat, serta
hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini dengan segenap tekat dan kerja keras, penulis
dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Tingkat Partisipasi Penduduk dalam
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas di
Dusun Gondang, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman”.
Terselesaikannya karya ini tidak lepas dari bimbingan, nasihat, dukungan dan doa
dari berbagi pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
penulisan karya ini. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Pendidikan Geografi FIS
UNY.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta atas segala kemudahan
yang telah diberikan selama proses penulisan dan pelaksanaan penelitian oleh penulis
sehingga karya ini dapat terselesaikan.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNY atas segala kemudahan serta kebijakan
yang telah diberikan sehingga karya ini dapat segera terselesaikan.
4. Bapak Nurhadi, M. Si. selaku Pembimbing Akademik dan dosen pembimbing yang
telah memberikan nasihat serta sarannya sehingga karya ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Ibu Dr. Nurul Khotimah, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
arahan, bimbingan, nasihat serta motivasi sehingga karya ini dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Ibu Sriadi Setyowati, M. Si. selaku Narasumber penulis yang telah memberikan
arahan, saran dan nasihat sehingga karya ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Keluarga dan kawan-kawan seperjuangan Mahasiswa Pendididkan Geografi FIS
UNY pada umumnya dan Kelas Reguler 2012 pada khususnya yang selalu memberi
xii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. v
SURAT PENYATAAN KEASLIAN ............................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 9
C. Batasan Masalah ........................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 10
E. Tujuan Penulisan ........................................................................... 10
F. Manfaat Penulisan ......................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kajian tentang Geografi ........................................................... 12
a. Pengertian Geografi .............................................................. 12
b. Pendekatan Geografi ............................................................. 13
1) Pendekatan Keruangan/ Spasial ........................................ 13
2) Pendekatan Lingkungan/ Ekologi ..................................... 14
3) Pendekatan Kompleks Wilayah/ Kewilayahan ................. 14
c. Konsep Geografi ................................................................... 15
1) Konsep Lokasi .................................................................. 15
2) Konsep Morfologi ............................................................. 16
3) Konsep Nilai Kegunaan .................................................... 16
4) Konsep Diferensiasi Area .................................................. 17
2. Kajian tentang Lingkungan dan Limbah Peternakan ............... 17
a. Pengertian Lingkungan ......................................................... 17
b. Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan ............................. 18
c. Pengertian Limbah Peternakan ............................................. 20
d. Jenis Limbah Peternakan ...................................................... 20
e. Dampak Limbah Peternakan ................................................. 21
f. Pengelolaan Limbah Peternakan ........................................... 22
3. Kajian tentang Energi Alternatif Biogas ................................... 25
a. Pengertian Biogas ................................................................. 25
b. Input dan Sifat Biogas .......................................................... 26
c. Teknologi Biogas .................................................................. 27
xiii
d. Manfaat Biogas ..................................................................... 28
e. Pembangunan Instalasi Biogas ............................................. 30
4. Kajian tentang Partisipasi ........................................................... 34
a. Pengertian Partisipasi ............................................................. 34
b. Faktor – Faktor yang Memepengaruhi Partisipasi ................. 37
1) Jenis Kelamin .................................................................... 37
2) Usia .................................................................................... 38
3) Pendidikan ......................................................................... 38
4) Pekerjaan .......................................................................... 38
5) Pendapatan .......................................................................... 39
c. Tahap Partisipasi ..................................................................... 39
1) Partisipasi Inisiasi (Inisiation Participation) ...................... 40
2) Partisipasi Legitimasi (Legitimation Participation) ........... 40
3) Pertisipasi Eksekusi (Execution Participation) .................. 40
B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 42
C. Kerangka Pikir .............................................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .......................................................................... 47
B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 48
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................ 48
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 54
E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................. 54
F. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 56
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Geografis Lokasi Penelitian ......................................... 66
1. Kondisi Fisik ............................................................................. 66
2. Kondisi Demografi ................................................................... 68
3. Kondisi Infrastruktur ................................................................ 72
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................ 74
1. Karakteristik Responden .......................................................... 74
a. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ............... 74
b. Karakteristik Responden Menurut Umur ............................ 75
c. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan ................... 76
d. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan ..................... 77
e. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan ................... 80
f. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota
Keluarga .............................................................................. 82
2. Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah di Dusun
Gondang ................................................................................... 83
a. Penimbunan ......................................................................... 83
b. Penanganan di Tempat ........................................................ 84
c. Pengolahan .......................................................................... 85
d. Pembuangan Akhir .............................................................. 86
xiv
3. Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan Limbah
Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas
di Dusun Gondang ................................................................... 87
a. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Identifikasi Masalah .... 89
b. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Perencanaan ................ 98
c. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pelaksanaan ................. 106
d. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pemanfaatan dan
Pemeliharaan ....................................................................... 113
e. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Evaluasi ....................... 120
4. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif
Biogas ...................................................................................... 125
5. Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Tingkat Partisipasi
Penduduk dalam Pengelolaan Limbah peternakan
Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas .......................... 129
a. Umur ................................................................................... 129
b. Pendapatan .......................................................................... 131
c. Pekerjaan ............................................................................. 132
6. Implikasi Hasil Analisa Partisipasi Penduduk dalam
Pengelolaan Limbah Peternakan Sebagai Energi Alternatif
Biogas di Dusun Gondang ....................................................... 134
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 136
B. Saran ............................................................................................. 138
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 139
LAMPIRAN .................................................................................................... 143
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Populasi Ternak Di Indonesia Tahun 2015 ......................................... 5
2. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 42
3. Rencana Penelitian .............................................................................. 48
4. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Identifikasi Masalah ............................................................................ 58
5. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Persiapan Awal ................................................................................... 59
6. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan .. 59
7. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan ... 60
8. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Pelaksanaan ... 61
9. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Pelaksanaan ... 62
10. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Pemanfaatan dan Pemeliharaan ........................................................... 62
11. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Pemanfaatan dan Pemeliharaan .......................................................... 63
12. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Evaluasi ......... 63
13. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Evaluasi ......... 64
14. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Limbah Pertanian Sebagai Energi Alternatif Biogas ...... 65
15. Komposisi Penduduk menurut Umur................................................... 70
16. Tingkat Pendidikan Penduduk Dusun Gondang .................................. 71
17. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Dusun Gondang.... 72
18. Karakteristik Responden Menurut Umur ............................................. 75
19. Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Tingkat Pendidikan .............................................................................. 76
20. Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Pekerjaan Pokok................................................................................... 78
21. Karakteristik Responden Dusun Gondang berdasarkan
Pekerjaan Sampingan ........................................................................... 79
22. Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Tingkat Pendapatan .............................................................................. 81
23. Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Jumlah Anggota Keluarga .................................................................... 82
24. Data Rata-rata Penimbulan limbah Peternakan di Dusun Gondang .... 84
25. Data Rata-rata Penanganan ditempat limbah Peternakan dan Alasan
Pemanfaatan Limbah di Dusun Gondang ............................................ 85
26. Data Rata-Rata Pengelolaan Limbah Peternakan Dusun Gondang ..... 86
27. Data Rata-Rata Pembuangan Akhir dalam Pengelolaan Limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas ......................................... 87
28. Pertisipasi Penduduk Berdasarkan Indikator Pada Tahap
Identifikasi Masalah ............................................................................. 91
29. Pengetahuan Responden Tentang Kegiatan Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah Sebagai Energi Alternatif Biogas ...... 93
xvi
30. Keterlibatan dalam tahap identifikasi masalah dan Masukan
Responden dalam Kegiatan Identifikasi Masalah Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas ....... 96
31. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Identifikasi Masalah
Pengelolaan Limbah Peternakan di Dusun Gondang........................... 97
32. Partisipasi Penduduk Berdasarkan Indikator Pada Tahap
Perencanaan ......................................................................................... 100
33. Keterlibatan dalam tahap perencanaan dan terlibat Memberikan
Masukan dalam Perencanaan Pengelolaan Limbah Peternakan
Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas di Dusun Gondang ........ 102
34. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Perencanaan Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas
Di Dusun Gondang .............................................................................. 105
35. Partisipasi Penduduk Berdasarkan Indikator Pada Tahap
Pelaksanaan .......................................................................................... 108
36. Keterlibatan Penduduk dalam Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah Sebagai Energi Alternatif Biogas ...... 109
37. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah Peternakan Di Dusun Gondang .......................... 112
38. Partisipasi Penduduk Berdasarkan Indikator Pada Tahap Pemenfaatan
dan Pemeliharaan ................................................................................. 115
39. Keterlibatn Penduduk dalam Pemanfaatan Kegiatan Pengelolaan
Limbah Peternakan sebagai Energi Alternatif Biogas ......................... 116
40. Keterlibatan Penduduk Dalam Pemeliharaan Pengelolaan Limbah
Peternakan sebagai Energi Alternatif Biogas ...................................... 117
41. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai
Energi Alternatif Biogas ..................................................................... 118
42. Partisipasi Penduduk Berdasarkan Indikator pada Tahap Evaluasi ..... 121
43. Katerlibatan dalam Kegiatan Evaluasi dan Terlibat Memberikan
Masukan dalam Kegiatan Evaluasi Pengelolaan Limbah Peternakan
Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas ....................................... 122
44. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Evaluasi Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas di
Desa Gondang ...................................................................................... 124
45. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan Limbah Peternakan
Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas di Dusun Gondang ........ 126
46. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagi Energi Alternatif Biogas ......... 127
47. Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi Penduduk dalam
Pengelolaan Limbah Peternakan sebagai Energi Alternatif Biogas .... 130
48. Hubungan Jumlah Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Penduduk
dalam Pengelolaan Limbah Peternakan Sebagai Energi Alternatif
Biogas .................................................................................................. 131
49. Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi Penduduk
dalam Pengelolaan Limbah Peternakan sebagai Energi Alternatif
xvii
Biogas .................................................................................................. 133
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Kerangka Berfikir ....................................................................................... 46
2. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Kelompok Umur ......................................................................................... 75
3. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Tingkat Pendidikan .................................................................................... 77
4. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Pekerjaan Pokok ......................................................................................... 78
5. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Pekerjaan Sampingan ................................................................................. 79
6. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Tingkat Pendapatan .................................................................................... 81
7. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Jumlah Anggota Rumah Tangga ............................................................... 82
8. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Identifikasi
Masalah Pengelolaan Limbah Peternakan di Dusun Gondang ............. 97
9. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Perencanaan
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif
Biogas di Dusun Gondang ......................................................................... 105
10. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif
Biogas di Dusun Gondang ......................................................................... 112
11. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pemanfaatan
dan Pemeliharaan Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai
Energi Alternatif Biogas di Dusun Gondang .............................................. 119
12. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Evaluasi
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi
Alternatif Biogas di Dusun Gondang .......................................................... 124
13. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas di
Dusun Gondang .............................................................................................. 126
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara .................................................................. 144
2. Pedoman Wawancara .................................................................................. 145
3. Tabel 50. Skor dan Klasifikasi Tingkatan Partisipasi Penduduk
dalam Upaya Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah
sebagai Energi Alternatif Biogas ............................................................... 154
4. Tabel 51. Data Penimbulan limbah Peternakan di Dusun Gondang ..... 155
5. Tabel 52. Data Penanganan Ditempat Limbah Peternakan
dan Alasan Pemanfaatan Limbah di Dusun Gondang .......................... 156
6. Tabel 53. Data Pengolahan Limbah Peternakan Dusun Gondang ...... 157
7. Tabel 54. Data Pembuangan Akhir dalam Pengelolaan Limbah
Peternakan sebagai Energi Alternatif Biogas. ......................................... 158
8. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 159
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber energi, baik
alami maupun yang telah mendapat campur tangan manusia. Kekayaan
energi ini masih banyak yang belum optimal di kalangan masyarakat umum
dan cenderung tidak mendapatkan perhatian serius. Salah satu contohnya
hanya terfokus pada energi dari bahan tambang minyak, batu bara dan
sejenisnya. Pemanfaataan energi jenis tambang terus menerus akan
menyebabkan krisis di masa yang akan datang. Andhina Putri Herriyanti
(2015: 39) juga mengemukakan bahwa pemanfaatan energi yang tidak dapat
diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi.
Keberadaan energi memiliki peranan penting dan tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan manusia. Hingga saat ini, hampir semua aktivitas
manusia sangat bergantung pada energi, seperti transportasi, rumah tangga,
industri dan hal lainnya. Manusia telah terbiasa menggunakan berbagai
energi seperti energi listrik, energi minyak, bumi dan gas serta batu bara,
untuk kebutuhan sehari hari. Berbagai kegiatan manusia menggunakan
energi ini telah berlangsung sejak dahulu. Sejalan dengan perkembangan
penemuan berbagai energi, terjadi juga berbagai permasalahan kompleks
yang menyertai. Pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia menjadi
faktor bertambahnya peningkatan pemanfaatan energi dari tahun ke tahun.
2
selain itu, dari sektor industri dan rumah tangga juga mendorong tingginya
pemanfaatan energi di Indonesia. Adanya pengaruh tersebut
menyakibatkan krisis energi di indonesia yang terjadi saat ini yaitu
kelangkaan akan Liquid Petroleum Gas (LPG).
Keberadaan LPG di Indonesia tidak lepas dari peran serta
pemerintah. Pada tahun 2006, pemerintah mengambil kebijakan untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak dan
pengeluaran negara dalam subsidinya. Program ini dikenal sebagai konversi
minyak tanah ke LPG. Departemen ESDM (2007), jika program konversi
minyak ke LPG berhasil akan menghemat dana hingga 15-20 trilyun subsidi
BBM per tahun (Dian Krisnatuti Pranadji, 2010: 173). Program ini diawali
uji coba pada bulan Agustus dan Desember tahun 2006 melalui serangkaian
sosialisasi, diantaranya melalui peran iklan televisi, radio dan penyuluhan
di berbagai tempat. Adanya program ini, masyarakat diharapkan
mendapatkan kemudahan dalam pemanfaatannya seperti lebih murah dan
praktis. Amiruddin (2009), berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan
bahwa seseorang lebih suka menggunakan LPG daripada minyak tanah
dengan alasan utama yaitu cepat, hemat, praktis, dan bersih. Selain itu, telah
dilakukan penelitian mengenai aspek sosial budaya program konversi BBM
mengenai kesiapan dan kesediaan berpartisipasi dalam program tersebut
(Diah Krisnatuti Pranadji, 2010: 173).
Program konversi minyak tanah ke gas yang telah dianggap berhasil,
tetap saja ada beberapa wilayah lain yang mengalami kesulitan. Pada
3
pelaksanaan program konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan di
beberapa wilayah tidak mudah mengubah perilaku konsumsi energi bahan
bakar rumah tangga dari minyak tanah ke LPG. Fakta tersebut diperkuat
oleh Amiruddin (2009), yang menemukan bahwa tingkat penerimaan dan
partisipasi keluarga di berbagai wilayah berbeda-beda, dan tingkat
partisipasi paling rendah yang dilaporkan adalah 30%. Diduga terdapat
sebagian keluarga yang semula mencoba beralih dari minyak tanah ke LPG,
kembali menggunakan bahan bakar minyak (Diah Krisnatuti Pranadji,
2010: 173).
Perkembangan akan keberadaan LPG hingga tahun 2015 telah
mengalami perubahan dan perluasan yang pesat hingga pelosok Indonesia.
Persebaran LPG ini tidak lepas dari peran serta pemerintah dalam
melakukan upaya perluasan distribusi kepada masyarakat. Disamping
perkembangan meluasnya penggunaan LPG, muncul permasalahan di tahun
2015 yaitu tercatat terjadi kelangkaan LPG.
Permasalahan kelangkaan LPG menimbulkan berbagai perdebatan
di berbagai kalangan. Pada awal Januari 2016 harga minyak bumi
mengalami penurunan, tetapi meskipun mengalami penurunan
permasalahan kelangkaan tetap tidak dapat teratasi. Kondisi tersebut
memicu adanya usaha untuk pemecahan akan masalah ini, bahkan pada 27
februari 2015 (cadangan hingga satu tahun ke depan) menurut berita dari
CNNIndonesia.com, Manajemen PT Pertamina (Persero) memperkirakan
angka kebutuhan gas minyak bumi cair atau elpiji Indonesia tahun 2015
4
mencapai 6,97 juta metrik ton (MT), meningkat 11,3 persen daripada
kebutuhan tahun 2014 yaitu 6,2 juta MT. Untuk memenuhinya, sekitar 60,2
persen dari total kebutuhan atau 4,2 MT akan diimpor oleh perseroan.
Permasalahan kelangkaan minyak bumi dan elpiji kemudian
menarik para ahli untuk mencoba memecahkannya. Kondisi ini menjadi
penting mengingat permasalahan tersebut tidak hanya melibatkan daerah
perkotaan tetapi hingga pelosok desa. Wahyuni (2013: 9) berpendapat
bahwa sebenarnya ada sumber energi alternatif yang relatif sederhana dan
sangat cocok untuk masyarakat pedesaan. Energi alternatif itu adalah
biogas.
Energi biogas adalah salah satu dari banyak macam sumber energi
terbarukan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat ini, karena energi
biogas dapat diperoleh dari air buangan rumah tangga, kotoran cair dari
peternakan ayam, sapi, babi, sampah organik dari pasar, industri makanan
dan limbah buangan lainnya (Wahyuni, 2009: 218). Mudahnya
mendapatkan bahan baku biogas menjadikan biogas sangat berpotensi untuk
dikembangkan. Hal positif lainnya adalah berkurangnya limbah akan
memberikan pengaruh positif terhadap daerah di sekeliling tempat limbah
yaitu terjaganya lingkungan. Dengan keberadaan biogas ini diharapkan
dapat memecahkan permasalahan kompleks tentang energi, mengingat
biogas dapat diproduksi dengan skala rumah tangga maupun skala industri
atau besar.
5
Biogas merupakan suatu bentuk energi gas yang didapatkan dari
hasil fermentasi atau pembusukan dari bahan organik, contohnya
seperti limbah rumah tangga, kotoran manusia maupun hewan. Biogas
bermanfaat salah satunya sebagai pengganti LPG. Dari beberapa kasus,
biogas telah banyak dikembangkan sebagai energi alternatif yang ramah
lingkungan. Di Indonesia telah banyak yang mencoba mengembangkan
biogas sebagai energi alternatif. Kondisi ini tidak lepas dari adanya peran
serta peternak yang banyak dijumpai di Indonesia. Berikut ini disajikan
populasi ternak di Indonesia tahun 2015 yang mampu mendukung
keberadaan biogas.
Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia tahun 2015
No Jenis Tahun Pertumbuhan
2015
terhadap
2014 (%)
2014 2015
1 Sapi perah 502,52 525,17 4,51
2 Sapi potong 14.726, 88 15.494,29 5,21
3 Kerbau 1.335,15 1.381,33 3,46
4 Kambing 18.639,53 18.879,60 1,29
5 Domba 16.091,84 16.509,33 2,59
6 Babi 7.694,13 8.043,79 4,54
7 Kuda 428,05 436,10 1,88
8 Ayam buras 275.116,12 285.021,08 3,60
9 Ayam ras petelur 146.660,42 151.419,00 3,24
10 Ayam ras
pedaging
1.443.349,12 1.497.625,66 3,76
11 Itik 45.268,46 46.875,31 3,55
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015
Peternakan pada dasarnya menimbulkan limbah yaitu berupa
kotoran ternak baik cair padat ataupun berupa gas. Pada umumnya peternak
di Indonesia menangani limbah masih sederhana, seperti kotoran ternak
6
menjadi pupuk kompos ataupun menyebarkan secara langsung di lahan
pertanian. Adanya pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas ini dapat
memberikan nilai tambah pada usaha peternakan. Inovasi pemanfaatan
limbah peternakan berupa kotoran ternak menjadi bahan utama pembuatan
energi alternatif biogas juga dapat menunjang keberadaan biogas agar tetap
terjaga . Sri Wahyuni (2013: 53) menyampaikan hal serupa yaitu dengan
melihat populasi semua ternak hingga tahun 2011 maka pemanfaatan
kotoran ternak sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber
bahan baku pembuatan biogas. Hal diatas diperkuat dengan kapasitas
penghasil kotoran dari sapi seberat diatas 500 kg dapat menghasilkan
kotoran kurang lebih 25 kg.
Dusun Gondang, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman merupakan dusun yang telah terkenal dengan
keberadaan peternakan sapi perah. Peternakan ini sudah ada sejak lama dan
terus berkembang hingga saat ini. Hasil observasi peneliti menemukan
setidaknya setiap peternak di Dusun Gondang rata-rata memiliki 2 sapi
perah, dengan demikian potensi bahan baku biogas diperkirakan mencapai
50kg/peternak. Keberadaan peternakan sapi perah di Dusun Gondang tidak
lepas dari bentang lahan sekitar yang subur sehingga dalam penyediaan
pakan sapi, peternak tidak mengalami kesulitan mencari pakan.
Keberadaan peternakan sapi perah juga membantu dalam
perekonomian masyarakat Dusun Gondang yang umumnya bermata
pencaharian sebagai peternak sapi perah, tetapi disisi lain sapi perah yang
7
banyak juga menimbulkan limbah yang tidak sedikit. Adapun limbah
peternakan ini yaitu berupa kotoran. Kecenderungan yang ada limbah ini
dikelola secara tradisional.
Pengelolaan limbah peternakan di dusun Gondang dimanfaatkan
sebagai pupuk dan bahkan tidak jarang hanya dibiarkan menumpuk di
kandang. Banyaknya limbah yang dihasilkan dalam peternakan
menimbulkan permasalahan yang beragam, seperti bau tidak sedap, lokasi
peternakan menjadi kurang kondusif dan penataan ruang yang semakin
sempit di area peternakan. Masyarakat yang mulai merasa terganggu dengan
keberadaan limbah mulai mencari alternatif pemecahan. Pada tahun 2009
dengan diawali oleh beberapa warga, berinisiatif memanfaatkan limbah
peternakan sapi perah tersebut sebagai energi alternatif biogas.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan guna menunjang
pembangunan berkelanjutan, upaya peternak sapi perah dalam pemanfaatan
limbah kotoran ternak di Dusun Gondang untuk menjadikan biogas sebagai
bahan alternatif yang ramah lingkungan terus ditingkatkan. Pengelolaan
limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas ini menarik perhatian
pemerintah untuk ikut andil membantu masyarakat. Dari penuturan salah
satu warga dusun ini, diketahui pemerintah memberikan perhatian serius
yaitu berupa pemberian modal hingga lebih dari 300 juta rupiah untuk
modal pembuatan instalasi biogas. Bantuan ini diharapkan dapat
memberikan kemudahan pada masyarakat dalam upaya mewujudkan
ketahanan energi di dusun ini serta untuk mengurangi limbah peternakan
8
yang ada dan guna merealisasikannya dipilih 40 rumah tangga sebagai
pionir pembuatan biogas.
Perkembangan ini tidak berhenti sebatas peran dari masyarakat
Dusun Gondang dan pemerintah setempat, tercatat beberapa institusi dan
lembaga tingkat nasional bahkan internasional juga berpartisipasi,
diantaranya Universitas Gadjah Mada dan perwakilan lembaga dari Negara
Jerman. Tingginya peran serta dari berbagai pihak ini menimbulkan adanya
perhatian lebih besar untuk pengembangan. Salah satu bentuk perhatian ini
kembali muncul dari pihak pemerintah. Dikutip dari Repubika.co.id pada
kamis, 15/10/2015 menyatakan bahwa di tahun 2015 Pemda DIY
mengusulkan satu desa mandiri energi berbasis biogas kepada Kementerian
ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) yakni Dusun Gondang, Desa
Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Tingkat Partisipasi Penduduk dalam
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah Sebagai Energi Alternatif
Biogas Di Dusun Gondang, Desa Umbulharjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman”.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah masalah adalah sebagai berikut :
1. Potensi energi yang belum dioptimalkan.
2. Ketergantungan masyarakat terhadap energi elpiji yang ada.
3. Konversi minyak tanah ke LPG menimbulkan permasalahan.
4. Banyaknya limbah peternakan yang menggangu penduduk.
5. Pengembangan biogas dari kotoran ternak yang belum maksimal
6. Masih sedikinya energi ramah lingkungan untuk dikembangkan saat
ini.
7. Belum diketahuinya pengelolaan limbah peternakan sapi perah oleh
penduduk.
8. Belum diketahuinya tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas.
9. Belum diketahuinya faktor partisipasi penduduk dalam pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah diatas, penelitian ini
difokuskan pada permasalahan diantaranya sebagai berikut :
1. Belum diketahuinya pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas oleh penduduk
2. Belum diketahuinya tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas
10
3. Belum diketahuinya hubungan karakteristik responden dengan
partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pembahasan masalah di atas, maka permasalahan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan limbah peternakan sapi perah oleh penduduk?
2. Bagaimana tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas?
3. Bagaimana hubungan karakteristik responden yang mempengaruhi
partisipasi penduduk dalam pengelolaaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengelolaan limbah peternakan sapi perah oleh penduduk.
2. Tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan
sapi perah sebagai energi alternatif biogas.
3. Hubungan karakteristik responden yang mempengaruhi partisipasi
penduduk dalam pengelolaaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas.
11
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Mampu memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu
pengetahuan khususnya mata kuliah studi lingkungan.
b. Sebagai referensi penelitian yang sejenis.
2. Praktis
a. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas dan
menjadi evaluasi serta motivasi ke depannya, khususnya
masyarakat Dusun Gondang, Desa Umbulharjo, Kecamatan
Cangkriman, Kabupaten Sleman.
b. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah
daerah untuk menentukan sebuah kebijakan dan sebagai salah satu
solusi dalam mendukung kegiatan pengelolaan limbah peternakan
sapi perah sebagai energi alternatif di Dusun Gondang, Desa
Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Kajian Geografi
a. Pengertian Geografi
Kata Geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu geo yang
berarti bumi, dan graphein berarti lukisan atau tulisan (Nursid
Sumaatmadja, 1988: 30). Ungkapan ini pertama kali dikemukakan
oleh Erastothenes yang mengungkapkan kata geografi sebagai
“geographika” (Suharyono dan Moch Amien, 2013: 1).
Richard Hartshorne menyatakan, “Geography is that
discipline that seek to describe and interpret the variable character
from place to place of the earth as the world of man”. Geografi
merupakan suatu disiplin ilmu yang menggambarkan dan
menginterpretasikan karakteristik variabel-variabel dari suatu
tempat ke tempat lain di permukaan bumi sebagai tempat hidup
manusia (Nursid Sumaatmadja, 1988: 32).
Ferdinand von Richthofen mengungkapkan geografi adalah
ilmu yang mempelajari gejala dan sifat-sifat permukaan bumi dan
penduduknya, disusun menurut letaknya, dan menerangkan
kemunculan gejala dan sifat tersebut baik secara bersama-sama
maupun menunjukkan hubungan timbal balik diantara keduanya.
13
Armin K. Lobeck, mengungkapkan geografi sebagai the
study of the relationships existing bertween life and the physical
environment, atau sebagai ilmu yang mempelajari hubungan –
hubungan yang ada antara kehidupan dengan lingkungan fisiknya
(Suharyono dan Moch. Amien, 2013: 17–18).
b. Pendekatan Geografi
Pendekatan geografi yang dapat digunakan untuk mengkaji
suatu fenomena dalam geografi, adalah:
1) Pendekatan Keruangan (Spasial)
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang
atau kerangka analisa yang menekankan eksistensi ruang
sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam geografi dapat
dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial
pattern), dan proses (spatial processes). Pendekatan keruangan
ini mencakup beberapa pendekatan antara lain pendekatan topik
yaitu dalam mempelajari suatu masalah geografi di suatu
wilayah tertentu dimulai dari suatu topik yang menjadi perhatian
utama, pendekatan aktivitas manusia yaitu pendekatan yang
diarahkan pada aktivitas manusianya dan pendekatan regional
yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang terletak pada
region atau wilayah dimana masalah tersebut terjadi (Nursid
Sumaatmadja, 1988: 77-78).
14
2) Pendekatan lingkungan ( Ekologi)
Pendekatan ini tidak hanya menekankan pada eksistensi
ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu
dengan variabel lingkungan yang ada. Lingkungan yang
dimaksud disini adalah baik lingkungan fiskal, lingkungan
biologis dan lingkungan sosial. Analisis pendekatan ini tidak
hanya mengkaitkan hubungan makhluk hidup dengan
lingkungannya saja, tetapi juga mengkaitkan dengan fenomena
yang terjadi dalam perilaku manusia. Menurut Nursid
Sumaatmadja (1988: 82), pendekatan kelingkungan adalah suatu
metodelogi untuk mendekati, menelaah dan menganalisa suatu
gejala atau suatu masalah dengan menerapkan konsep dan
prinsip ekologi.
3) Pendekatan Kompleks Wilayah (Kewilayahan)
Pendekatan ini merupakan kombianasi antara analisa
keruangan dan analisa ekologi, disebut analisa komplek wilayah.
Pada analisa ini wilayah-wilayah tertentu didekati atau
dihampiri dengan pengertian area differentiation, yaitu suatu
anggapan wilayah akan berkembang karena pada hakikatnya
suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, oleh karena itu
terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut.
Perhatian utama dalam analisa ini adalah mengenai penyebaran
fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara
15
variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari
kaitannya (analisa ekologi). Ramalan wilayah dan perencanaan
wilayah merupakan aspek dalam analisa kompleks wilayah
(Bintarto & Surastopo Hadikusumo, 1991: 24-25).
Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan karena
menekankan pada aktivitas manusia berupa partisipasi penduduk
dalam upaya pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas di Dusun Gondang, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman.
c. Konsep Geografi
Konsep geografi menurut Suharyono dan Moch. Amien
adalah sebagai berikut:
1) Konsep Lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang
sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu
atau pengetahuan geografi dan merupakan jawaban atas
pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu ‘dimana?’. Konsep
lokasi digunakan untuk menunjukkan letak wilayah yang akan
dijadikan sebagai obyek penelitian, tanpa adanya kejelasan letak
wilayah maka penelitian tidak dapat dilakukan (Suharyono dan
Moch. Amien, 2013: 35). Penelitian ini menggunakan konsep
lokasi guna mengetahui keberadaan daerah penelitian baik
16
secara astronomis maupun secara geografis untuk memudahkan
peneliti meneukan dan menggali daerah penelitian.
2) Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka
bumi sebagai hasil pengengkatan atau penurunan wilayah
(secara geologi) yang lazimnya disertai dengan erosi dan
sedimentasi sehingga ada yang berbentuk pulau-pulau, daratan
luas yang berpegunungan dan lereng-lereng tererosi, maupun
lembah-lembah dan dataran aluvial. Morfologi juga menyangkut
bentuk lahan yang terkait dengan erosi dan penggenangan,
penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air seta jenis
vegetasi yang dominan (Suharyono dan Moch. Amien, 2013:
40). Penelitian ini menggunakan konsep morfologi guna
memberikan informasi terkait kondisi vegetasi yang ada untuk
menopang peternakan yang ada di daerah penelitian.
3) Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka
bumi bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang atau golongan
penduduk tertentu. Daerah pantai berpasir yang landai dengan
perairan jernih belum tentu memiliki nilai kegunaan yang
demikian besar bagi penduduk setempat jika mereka berorientasi
pada kehidupan lain tentang pemanfaatan sumber-sumber di
daratan secara bersahaja dan banyak jalan darat yang dapat
17
ditempuh dengan mudah (Suharyono dan Moch. Amien, 2013:
42). Penelitian ini menggunakan konsep nilai kegunaan guna
memberikan informasi terkait nilai dari perubahan limbah
peternakan sapi perah menjadi energi alternatif biogas.
4) Konsep Diferensiasi Area
Setiap tempat atau wilayah terwujud sebagai hasil
integrasi berbagai unsur atau fenomena lingkungan baik yang
bersifat alam atau kehidupan. Intergrasi fenomena menjadikan
suatu tempat atau wilayah mempunyai corak individualitas atau
ciri khas tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dengan
tempat atau wilayah lain. Unsur atau fenomena lingkungan
bersifat dinamis dan interaksinya atau integrasinya juga
menghasilkan karakteristik yang berubah dari waktu ke waktu
(Suharyono dan Moch. Amien, 2013: 44). Penelitian ini
menggunakan konsep diferensisasi area guna memberikan
gambaran terkait ciri khas area penelitian.
2. Kajian Lingkungan dan Limbah
a. Pengertian Lingkungan
Lingkungan menurut Nursid Sumaatmaja (1981: 230),
meliputi berbagai benda, organisme, tanah, udara dan lain-lain
sebagainya yang merupakan kondisi di sekitar makhluk yang
mempengaruhi kehidupannya. Lingkungan hidup menurut Otto
18
Soemarwoto (2004: 51-52) adalah ruang yang ditempati suatu
makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di
dalamnya. Lingkungan hidup menurut Zoer’ainin Djamal Irwan
(2010: 108) adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar
individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
organisme.
UU No 29 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Lingkungan menurut Karder Eddy
Sontang Manik (2007: 16) merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya yang memepngaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
b. Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan
Pengelolaan lingkungan hidup menurut Otto Soemarwoto
(2004: 76), dapat diartikan sebagai usaha secara sadar untuk
memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan
dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. UU No 29 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
19
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
Karden Eddy Sontang Manik (2007: 17) berpendapat bahwa
yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan dampak positif dan
meminimalkan dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan
adalah dengan pengelolaan lingkungan yang berasaskan pelestarian
lingkungan sehingga diperlukan pemahaman tentang konsep
ekosistem, asas ekologi atau lingkungan dan pengetahuan lainnya
yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Pelestarian lingkungan hidup menurut Karden Eddy Sontang
Manik (2007: 17-18) mengandung pengertian, yaitu :
1) Pelestarian lingkungan hidup yang dilestarikan adalah fungsi
lingkungan hidup itu sendiri. Suatu lingkungan bias saja
berubah karena adanya pembangunan, tetapi fungsi lingkungan
itu tetap dipertahankan.
2) Pelestarian lingkungan hidup yang dilestarikan adalah
lingkungan itu sendiri, ansich. Contohnya adalah keberadaan
hutan lindung, taman nasional, dan cagar alam yang harus
20
dipertahankan. Artinya kegiatan pembangunan tidak boleh
dilakukan dilingkungan ini, karena fungsinya tidak mungkin
dilestarikan dengan adanya kegiatan pembangunan.
c. Pengertian Limbah Peternakan
Sihombing (2000) dalam Mochamad Ali Mauludin (2009:
15) berpendapat bahwa limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah
potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah
tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine,
sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang,
tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Semakin berkembangnya usaha
peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total
limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak,
besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri
dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak
dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak
ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Sihombing
(2000) juga berpendapat dalam Mochamad Ali Mauludin (2009: 15)
umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah
menghasilkan 2 kg limbah padat (feses).
d. Jenis Limbah Peternakan
Soehadji (1992) berpendapat dalam Mochamad Ali
Mauludin (2009: 15), limbah peternakan meliputi semua kotoran
21
yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa
limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan.
1) Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk
padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati,
atau isi perut dari pemotongan ternak).
2) Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau
dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-
alat).
3) Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase
gas.
e. Dampak Negatif Limbah Peternakan terhadap Lingkungan
Ade Iwan Setiawan (2007: 7) berpendapat bahwa jika tidak
dikelola dengan baik, kotoran ternak dapat menurunkan mutu
lingkungan (kesehatan) dan mengganggu kenikmatan hidup
masyarakat. Tumpukan kotoran ternak yang tercecer akan terbawa
oleh aliran air hujan ke daerah-daerah yang lebih rendah. Kondisi ini
akan mencemari air tanah dan air sungai yang sebenarnya jauh dari
lokasi peternakan. Pengaruhnya akan semakin besar bila ditunjang
oleh kebiasaan masyarakat yang urang baik, yaitu menggunakan air
sungai untuk kegiaan mandi dan cuci.
22
f. Pengelolaan Limbah Peternakan
Pengelolaan limbah peternakan yang ramah lingkungan
menurut Bambang Sudiarto (2008: 59), adalah pengelolaan yang
tidak berakibat terhadap menurunnya daya dukung lingkungan.
Dalam pengelolaannya harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Cara pengelolaannya berkesinambungan
2) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan limbah dapat menjamin
proses berikutnya
3) Teknologi yang digunakan dapat meningkatkan nilai sumber
daya limbah yang dikelola
4) Dampak negatif akibat pengelolaan limbah dapat dihindari.
Pengelolaan sampah menurut Kuncoro Sejati (2009 : 24),
adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah
sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara umum,
dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan
dampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan
dan pembuangan akhir, yang diuraikan sebagai berikut :
1) Penimbulan sampah
Pada dasarnya sampah tidak diproduksi, tetapi
ditimbulkan. Oleh karena itu dalam menentukan metode
penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah
sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis kegiatan
(Kuncoro Sejati, 2009 : 24).
23
2) Penanganan di tempat
Penanganan sampah ditempat adalah perlakuan terhadap
sampah ditempatkan dilokasi tempat pembuangan. Suatu
material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali
masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat
dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penanganan sampah pada tahap selanjutnya. Kegiatan dalam
tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya, antara lain
meliputi pemilahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang.
Tujuan utama penanganan ditempat adalah untuk mereduksi
besarnya timbunan sampah (Kuncoro Sejati, 2009 : 25).
3) Pengumpulan
Pengumpulan merupakan tindakan pengumpulan
sampah dari sumbernya menuju ke tempat pembuangan
sementara dengan menggunakan gerobak dorong atau mobil
pick up khusus sampah (Kuncoro Sejati, 2009 : 25).
4) Pengangkutan
Pengangkutan merupakan usaha pemindahan sampah
dari tempat pembuangan sementara menuju tempat
pembuangan akhir dengan menggunakan truk sampah (Kuncoro
Sejati, 2009 : 25).
5) Pengolahan
24
Kuncoro Sejati (2009: 25-26)berpendapat bahwa
sampah dapat diolah tergantung pada jenis dan komposisinya.
Berbagai alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan
sampah adalah :
a) Transformasi Fisik, meliputi pemisahan dan pemadatan
yang bertujuan untuk mempermudah menyimpan dan
pengangkutan.
b) Pembakaran, merupakan teknik pengolahan sampah yang
dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga
volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meskipun
pembakaran merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan
merupakan teknik yang dianjurkan, kondisi ini disebabkan
karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk
menimbulkan pencemaran udara.
c) Pembuatan kompos, yaitu mengubah sampah melalui
proses mikrobiologi enjadi produk lain yang dapat
dipergunakan. Output dari proses ini adalah kompos dan
gas bio.
d) Energy Recovery, yaitu transformasi sampah menjadi
energi, baik energi panas maupun energi listrik. Metode ini
telah banyak dikembangkan di negra maju.
6) Pembuangan akhir
25
Pembuanagan akhir sampah harus memenuhi syarat
kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini
dilakukan adalah open dumping yaitu sampah yang ada hanya
ditempatkan begitu saja sehingga menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan.
3. Kajian tentang Energi Alternatif Biogas
a. Pengertian Biogas
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri
metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai
secara alami dalam kondisi anaerobic. Pada umumnya biogas
terdiri atas gas metana (CH4) 50 sampai 70%, gas karbon dioksida
(CO2) 30 sampai 40%, hydrogen (H2) 10%, dan gas-gas lainnya
dalam juumlah yang sedikit. Biogas memiliki berat 20% lebih
ringan dibandingkan dengan udara. Biogas memiliki suhu
pembakaran antara 650-7500. Biogas tidak berbau dan berwarna
serta jika dibakar akan menghasilkan nyala biru cerah seperti LPG.
Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/m3 dengan efisiensi
pembakaran 60% pada konvensional kompor biogas. Gas metana
termasuk gas yang menimbulkan efek rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Kondisi ini
karena gas metana memiliki dampak 21 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan gas karbon dioksida. Pengurangan gas
metana secara local dapat berperan positif dalam upaya mengatasi
26
masalah global, terutama efek rumah kaca yang berakibat pada
perubahan iklim global (Wahyuni, 2013 : 16)
Biogas merupakan salah satu sumber energi terbarukan
yang dapat menjawab kebutuhan energi alternatif. Biogas adalah
gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan bahan organik
oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob. Untuk
menghasilkan biogas dibutuhkan reaktor biogas (digester) yang
merupakan suatu instalasi kedap udara sehingga proses
dekomposisi bahan organik dapat berjalan secara optimum. Di
samping itu, digester biogas dapat mengurai emisi gas metana
(CH4) yang merupakan salah satu gas yang yang menimbulkan
efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena
pemanasan. Untuk mengetahui proses terbentuknya biogas maka
dalam hal ini akan dibahas mengenai prinsip dasar biogas
(Wahyuni, 2013 : 15)
b. Input dan Sifat Biogas
Wahyuni (2013: 17-18) berpendapat bahwa bahan bahan
yang dapat terurai secara organik dapat digunakan sebagai input
bioreactor, namun berdasarkan alasan teknis dan ekonomis,
beberapa bahan lebih dikehendaki sebagai input dari pada bahan
lainnya. Input yang mahal atau perlu dibeli akan berakibat pada
keuntungan ekonomis keluaran seperti gas dan sludge menjadi
rendah. Kondisi sebaliknya, limbah yang mudah tersedia
27
digunakan sebagai input akan memberikan keuntungan berlipat
yaitu diantaranya:
1) Nilai ekonomis biogas dan lumpur keluaran dari reaktor
2) Harga pencemaran lingkungan dapat dihindari dengan
penguraan keluaran secara organik dari digester dengan cara
ditabur kelahan pertanian.
c. Teknologi Biogas
Teknologi biogas merupakan salah satu teknologi tepat
guna untuk mengolah limbah, baik limbah dari peternakan,
pertanian, limbah industry, dan rumah tangga untuk menghasilkan
energi. Teknologi ini memenfaatkan mikroorganisme yang tersedia
di alam untuk merombak dan mengolah berbagai limbah organik
yang ditempatkan pada ruang kedap udara (anaerob). Selanjutnya
hasil pengolahan limbah tersebut dengan hasil akhir menjadi
produk berdaya guna sebagai bahan bakar gas (biogas) dan pupuk
organik padat/cair bermutu baik (limbah keluaran dari digester).
Dua produk ini sangat membantu permasalahan bahan bakar
(energi) dan kebutuhan pupuk organic (Wahyuni, 2013:21)
Biogas dapat digunakan dengan cara yang sama seperti gas-
gas mudah terbakar lainnya. Pembakaran biogas dilakukan dengan
mencampurnya dengan sebagian oksigen (O2). Namun demikian,
untuk mendapatkan hasil pembakaran yang optimal, perlu
dilakukan prakondisi sebelum biogas dibakar yaitu proses
28
pemurnian/ penyaringan. Kondisi ini karena biogas mengandung
beberapa gas lain yang tidak yang tidak menguntungka, sebagai
salah satu contoh kandungan gas hydrogen sulfida yang tinggi yang
terdapat dalam biogas jika dicampur dengan oksigen dengan
perbandingan 1 : 20 maka akan menghasilkan gas yang sangat
mudah meledak. Sejauh ini belum pernah dilaporkan terjadinya
ledakan pada sistem biogas sederhana (Wahyuni, 2013:23)
Beberapa hal menarik dari pada teknologi biogas adalah
kemampuannya membentuk biogas dari limbah organik yang
jumlahnya berlimpah dan tersedia secara bebas. Variasi dari sifat
sifat biokimia menyebabkan produksi biogas juga bervariasi.
Sejumlah bahan organik dapat digunakan bersama-sama dengan
beberapa persyaratan produksi gas atau pertumbuhan normal
bakteri metan yang sesuai. Beberapa sifat bahan organik tersebut
mempunyai dampak yang nyata pada tingkat produksi gas
(Wahyuni, 2013:23)
d. Manfaat Biogas
Manfaat pembuatan biogas dari kotoran ternak antara lain
menurut L. Widarto (1997: 11-12) adalah sebagai berikut:
1) Gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mengganti kayu
bakar yang tidak menimbulkan jelaga sehingga peralatan dan
ruang dapur tetap bersih. Ditinjau dari segi kesehatan tidak
29
akan terjadi rasa pedih pada mata dan sesak nafas akibat asap
seperti pembakaran kayu.
2) Limbah digester biogas, baik yang padat maupun cair, dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organic.
a) Limbah padat sangat baik untuk pupuk karena pemrosesan
pupuk lebih sempurna dari pada pupuk kandang yang
ditumpuk diudara terbuka. Pupuk yang dihasilkan dari
digester ini selain mengandung unsur hara yang tinggi jga
dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah sehingga
menjadi gembur dan memmpunyai daya pengikat air tinggi.
b) Limbah cair dapat pula dimanfaatkan untuk menyiram
tanaman karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman. Dinegara-negara maju seperti Jepang, limbah
ini dapt digunakan untuk mengembangkan ganggang bersel
satu, yakni spirulina, chorella, dan scenedesmus yang
menghasilkan bahan makanan yang bernilai gizi sangat
tinggi.
3) Kesehatan dan kebersihan lingkungan terjamin karena semua
kotoran ternak langsung dimasukan ke digester sehingga
parasite-parasit seperti cacing pita, cacing hati dan lain-lain
akan hancur didalam digester. Disamping itu, ruang digester
ini akan mengurangi bau yang menyengat dari kotoran ternak.
30
e. Pembangunan Instalasi Biogas
1) Penentuan Lokasi
Lokasi yang dibangun sebaiknya tidak jauh dari sumber
bahaan organik. Kondisi ini dimaksudkan agar ketika bahan
baku dibutuhkan agar tidak repot pengadaannya, sebagai
gambaran jika ingin dibangun digester dengan bahan baku
organik dari kotoran sapi, sebaiknya ditempatkan dekat
kandang dan jika memungkinkan, saluran pembuangan
kotoran ternak dihubungkan dengan saluran pemasukan (Inlet)
digester. Dengan demikian, kotoran ternak dapat langsung
disalurkan ke digester dan tidak menutup kemungkinan untuk
membangun instalasi biogas jauh dari sumber bahan organik
jika memang kondisi lokasi terlalu sempit. Namun, terdapat
kendala pada penyediaan bahan organik yaitu perlu diangkut
ke lokasi digester. Solusi lain yang bias diterapkan adalah
membangun bak penampung. Selain bak penampung,
sebaiknya juga dibangun bak penampungan keluaran (sludge)
dari digester. Untuk itu, luas ideal lahan yang baik untuk
pembangunan instalasi digester biogas sekitas 18 m2.
Penentuan lokasi ini memiliki peranan penting mengingat
mudah tidaknya akses bahan terletak pada fase persiapan ini
(Wahyuni, 2013: 39-40).
31
2) Persiapan Alat dan Bahan
Sejumlah bahan dan alat yang dibutuhkan dalam
membangun digester biogas adalah sebagai berikut (Wahyuni,
2013: 39-41).:
a) Digester (tengki reaktor biogas) yang terbuat dari
fiberglass, dengan kapasitas sesuai bahan organik yang
tersedia. Saat dipasaran sudah tersedia beberapa jenis
digester berdasarkan kapasitasnya, misalnya 5 m3, 6,5
m3, dan 7 m3.
b) Pipa peralon, Kne L, Kne drat, Kran gas, Klem paralon,
klem selang dan Lem paralon
c) Selang gas khusus untuk mengalirkan ke kompor sekitar
2 m dan alat control fiber glas.
d) Semen dan pasir sesuai kebutuhan serta batu kali dan batu
bata.
Pada persiapan ke dua ini diantara keseluruhan alat dan
bahan, peranan digester menjadi paling penting, mengingat
kunci keberhasilan adanya biogas adalah baiknya digester yang
dibuat.
3) Pembuatan Lubang Digester
Pada dasarnya, digester biogas bias dibangun atau
ditanam dalam tanah atau cukup diatas permukaan tanah.
Namun, umumnya digester ditanam dalam tanah. Kondisi ini
32
dimaksudkan agar kelihatan tidak terlalu mengambil ruang serta
lebih mudah dalam pemasukan bahan organik ke dalam
digester. Dengan demikian, bahan organik yang akan
dimasukan secara otomatis mengalir masuk ke dalam digester
karena posisi digester lebih rendah dari tempat/lubang
pemasukan (Wahyuni, 2013: 40).
Pembuatan lubang atau sumur digester sebaiknya
memperhatikan luas dan kedalamannya. Lubang dibuat
sebaiknya dibuat sesuai ukuran digester, contohnya adalah
sebagai berikut(Wahyuni, 2013: 40-41):
e) Kapasitas digester 5 m3, sebaiknya diameter lubang yang
dibuat adalah 2,10 m dengan kedalaman 2 m.
f) Kapasitas 6,4 m3, sebaiknya diameter lubang yang dibuat
adalah 2,40 m dengan kedalaman 2 m.
g) Kapasitas digester 7 m3, sebaiknya diameter lubang yang
dibuat adalah 2,40 m dengan kedalaman 2 meter.
h) Kapasitas 17 m3, sebaiknya diameter lubang yang dibuat
adalah 3,00 m dengan kedalaman 2,5 m
Kondisi yang perlu diperhatikan adalah jika pada
bagian dasar lubang tanahnya remah atau gembur, sebaiknya
dilakukan pengerasan atau dicor. Kondisi ini dimaksudkan agar
digester tahan lama dan tidak mudah jebol.
33
4) Pembuatan Saluran Pemasukan
Inlet adalah saluran pemsukan bahan organi ke dalam
digester. Saluran pemasukan ini dibuat dengan lebar antara 20-
30 cm. saluran ini dihubungkan dengan lubang pemasukan yang
sudah ada pada digester biogas. Untuk menghubungkan
keduanya, saluran inlet dibuat dari batu bata yang diplester.
Kedalaman saluran disesuaikan dengan kemiringan agar bahan
organik dan air dapat mengalir dengan lancar ke dalam digester
(Wahyuni, 2013: 42).
5) Pembuatan Saluran Pengeluaran dan Bak Penampungan
Saluran pengeluaran adalah saluran yang
menghubungkan lubang pengeluaran bahan organik yang sudah
tidak mengandung biogas (keluaran/sludge) dari digerster
dengan bak penampungan. Bak penampungan dibuat persegi
panjang dengan ukuran 1 m x 1 m (bahan dari batubata yang
diplester) dan bias dibuat lebih dari satu kotak. Jarak dati lubang
biodigester sekitar 20 cm dengan posisi searah dengan lubang
pemasukan (Wahyuni, 2013: 44).
6) Pemasangan/Instalasi
Setelah dibuat saluran pemasukan dan pengeluaran serta
bak penampungan maka digester langsung dimasukan kedalam
lubang/sumur. Pastikan posisi lubang inlet (pemasukan) dan
outlet (pengeluaran) sudah pas. Untuk penimbungan
34
disekeliling digester, disarankan dilakukan apabila digester
sudah terisi bahan organik. Kondisi ini dimaksudkan untuk
menghindari kerusakan atau pecahannya digester (Wahyuni,
2013: 44).
7) Pemasangan Pipa Saluran Gas
Digester yang sudah tertanam dengan baik maka
kegiatan selanjutnya adalah pemasangan pipa saluran gas. Pipa
saluran gas yang digunakan diusahakan terbuat dari bahan
polimer (seperti pipa PVC) atau selang PVC. Sementara itu,
ukuran pipa yang digunakan adalah berdiameter 0,5 inci
(Wahyuni, 2013: 44).
Adapun cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
pasang kran gas control pada salah satu pipa paralon yang ada
dibagian atas kubah digester, sedangkan satu pipa paralon
lainnya disambungkan dan diarahkan ke dapur (tempat
memasak) atau ke generator untuk menghasilkan listrik. Pada
ujung paralon didapur kemudian dipasang kran gas dan diklem
(Wahyuni, 2013: 44).
4. Kajian tentang Partisipasi
a. Pengertian Partisipasi
Partisipasi menurut Loekman Soetrisno (1995: 223)
adalah kerjasama yang erat antara perencanaan dan masyarakat
dalam merencanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil
35
pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi rendahnya
partisipasi diukur dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk
ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun
disuatu wilayah.
Simatupang (1970: 29-42) dalam Khairudin (1992: 124)
memberikan rincian tentang partisipasi sebagai berikut :
1) Partisipasi berarti apa yang dijalankan adalah bagian dari
usaha bersama yang dijalankan bahu membahu dengan
sandarac kita sebangsa dan setanah air untuk membangun
masa depan bersama.
2) Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan
bersama diantara semua warga negara yang mempunyai latar
belakang kepercayaan yang beranekaragam dalam negara
pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama
untuk memberi sumbangan demi terbinanya masa depan
yang baru bagi bangsa kita.
3) Partisipasi tidak hanya mengambil bagian dalam pelaksnaan
rencana pembangunan. Partisipasi berarti memberikan
sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai
pembangunan itu, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita
mengenai keadilan social tetap dijunjung tinggi.
4) Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong ke arah
pembangunan yang serasi dengan martabat manusia.
36
Keadilan social dan keadilan nasional dan sebagai
lingkungan hidup manusia, juga untuk generasi-generasi
yang akan datang.
Partisipasi menjadi amat penting menurut Moeljarto
(1987) karena beberapa alasan pembenar bagi partisipasi
masyarakat dalam pembangunan yaitu (Tyahya, 2000: 209-210):
1) Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir
pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari detail
tersebut.
2) Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi
untuk dating turut serta dalam keputusan penting yang
menyangkut masyarakat.
3) Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus
informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi
daerah yang tanpa keadaannya akan terungkap. Arus
informasi ini tidak dapat dihindari untuk keberhasilan
pembangunan.
4) Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai
dimana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki.
5) Partisipasi memperluas zone (wawasan) penerima proyek
pembangunan.
6) Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan
pemerintah kepada seluruh masyarakat.
37
7) Partisipasi menopang pembangunan.
8) Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi
aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.
9) Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun
kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program
pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah.
10) Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak hak
demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan
mereka sendiri.
b. Faktor-faktor Partisipasi
Partisipasi masyarakat menurut Slamet (1993) dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kecenderungan
seseorang untuk berpartisipasi antara lain antara lain (St. Rodliyah,
2013: 56-58):
1) Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin antara laki laki dan perempuan akan
mempengaruhi partisipasi yang diberikan. Partisipasi yang
diberikan oleh laki-laki berbeda dengan partisipasi yang
diberikan oleh perempuan karena adanya sistem pelapisan
social yang terbentuk dalam masyarakat yang membedakan
kedudukan dan derajat antara keduanya sehingga menimbulkan
perbedaan hak dan kewajiban.
38
2) Usia
Faktor usia merupakan fktor yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
ada. Perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas
dalam masyarakat menimbulkan adanya golongan tua dan
golongan muda yang berbeda dalam hal-hal tertentu. Struktur
usia penduduk dapat dilihat dalam satuan tahun atau apa yang
disebut umur tunggal.
3) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu cara untuk mengembangkan
ketrampilan, kebiasaaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat
membuat seseorang menjadi warga negara yang baik.
Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup
seseorang terhadap lingkungan, suatu sikap yang diperlukan
bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. Latar
belakang pendidikan yang diperoleh seseorang akan
mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi.
4) Pekerjaan
Pekerjaan (mata pencahariaan) penduduk merupakan
gambaran kegiatan ekonomi suatu daerah sehingga maju
mundurnya dilihat dari sector ekonomi. Jenis pekerjaan
seseorang akan menentukan tingkat penghasilan dan
mempengaruhi waktu luang seseorang dalam berpartisipasi.
39
5) Pendapatan
Besar kecilnya pendapatan atau penghasilan akan
mempengaruhi partisipasi seseorang. Tingkat pendapatan atau
penghasilan ini akan mempengaruhi kemampuan finansial
seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, dalam hal
ini kegiatan pengolahan sampah.
Partisipasi masyarakat ditinjau dari segi motivasinya terjadi
karena (Khairudin, 1992: 126):
1) Takut
Partisipasi dilakukan karena takut dengan perintah atasan
sehingga masyarakat terpaksa melaksanakan rencana yang telah
ditentukan.
2) Ikut-ikutan
Partisipasi dilakukan karena rasa solidaritas tinggi antar
anggota masyarakat.
3) Kesadaran
Partisipasi dilakukan karena kehendak dari pribadi
anggota masyarakat yang timbul dari hati nurani sendiri.
Masyarakat sadar bahwa pembangunan kepentingan bersama,
sehingga mereka tidak hanya ikit-ikutan dalam melaksanakan
suatu kegiatan.
c. Tahap Partisipasi
Hoofsteede (1971: 25) dalam Khairudin (1992: 125)
membagi partisipasi menjadi tiga tahap, antara lain :
40
1) Partisipasi inisiasi (Initiation Participation) adalah partisipasi
yang mengundang inisiatif dari pimpinan desa, baik formal
maupun informal, atau dari anggota masyarakat mengenai suatu
proyek yang akan menjadi kebutuhan bagi masyarakat.
2) Partisipasi Legitimasi (Legitimation Participation) adalah
partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan
tentang proyek tersebut.
3) Partisipasi Eksekusi (Execution Participation) adalah
pertisipasi pada tingkat pelaksanaan.
Tahap atau bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh
masyarakat adalah sebagai berikut (Tjahya, 2002: 212):
1) Partisipasi dalam identifikasi masalah / persiapan awal
Partisipasi dalam tahap identifikasi masalah merupakan
keterlibatan masyarakat dalam mengenal kondisi daerah beserta
permasalahan yang dihadapi, sehingga pembangunan yang
dilaksanakan merupakan kebutuhan masyarakat setelah melihat
permasalahan di daerahnya.
2) Partisipasi dalam perencanaan
Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan
keterlibatan masyarakat dalam rangka menentukan arah dan
strategi serta kebijakan pembangunan. Partisipasi dalam tahap
ini berfungsi untuk memastikan bahwa kondisi dan kebutuhan
setempat benar-benar diperhatikan.
41
3) Partisipasi pelaksanaan
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan merupakan
keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses kegiatan
pembangunan yang telah diterapkan. Partisipasi mayarakat
dalam tahap ini dapat berwujud uang, barang, dan tenaga karena
biaya dan pemerintah tidak mencukupi.
4) Partisipasi pemanfaatan dan pemeliharaan
Partisipasi dalam tahap perencanaan dan pemeliharaan
hasil merupakan keterlibatan masyarakat dalam memanfaatkan
dan ikut serta memelihara hasil pembangunan sehingga
mewakili kewajiban untuk memperbaiki apabila terjadi
kerusakan.
5) Pertisipasi evaluasi hasil pembangunan
Partisipasi masyaraka dalam tahap evaluasi merupakan
keterlibatan masyarakat dalam memberikan penilaian terhadap
hasil pembangunan sehingga dapat menjai tolak ukur dalam
pelaksanaan pembangunan selanjutnya.
42
B. Penelitian Yang Relevan
Tabel 2. Penelitian yang Relevan
1 Peneliti Weni Lestari
Judul Tingkat Partisipasi Pelaku Pariwisata dalam
Pengelolaan Sampah Di Objek Wisata Pantai
Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek,
Kabupaten Bantul
Metode Penelitian Inferensial kuantitatif
Tujuan 1. Mengkaji jenis sampah yang dihasilkan pelaku
pariwisata
2. Mengkaji partisipasi pelaku pariwisata dalam
bentuk pengelolaan sampah
3. Mengkaji faktor faktor partisipasi pelaku
pariwisata dam pengelolaan sampah
4. Mengkaji tingkat partisipasi pelaku pariwisata
dalam pengelolaan sampah di objek wisata
Parangtritis, DIY.
Hasil (1) jenis sampah yang dibuang di Objek Wisata
Pantai Parangtritis meliputi: (a) sampah organik,
sebagian besar wisatawan (81,44%), sebagian
besar pengelola rumah makan dan penginapan
(89,74%); (b) sampah anorganik, banyak
wisatawan (67,01%), hampir semua pengelola
rumah makan dan penginapan (98,72%); (c)
sampah spesifik/B3, sebagian kecil wisatawan
(12,37%) dan cukup banyak pengelola rumah
makan dan penginapan (38,46%). (2) partisipasi
pelaku pariwisata dalam bentuk pengelolaan
sampah di Objek Wisata Pantai Parangtritis
dikelompokkan menjadi empat tahap yaitu: (a)
mengurangi timbunan (reduce), banyak wisatawan
(52,58%), sebagian besar pengelola rumah makan
dan penginapan (80,77%); (b) menggunakan
kembali (reuse), cukup banyak wisatawan
(44,33%), pengelola rumah makan dan penginapan
meliputi sampah: organik cukup banyak (25,71%),
anorganik banyak (59,74%), spesifik/B3 banyak
(53,33%); (c) mendaur ulang (recycle), wisatawan
tidak ada, pengelola rumah makan dan penginapan
meliputi sampah: organik cukup banyak (27,78%),
anorganik sangat sedikit (6,25%), spesifik/B3
sangat sedikit (6,25%); (d) membuang (disposal),
43
wisatawan meliputi sampah: organik sebagian
besar (89,74%), anorganik banyak (67,01%),
spesifik/B3 sebagian kecil (12,37%); pengelola
rumah makan dan penginapan meliputi sampah:
organik (88,46%), anorganik (80,65%),
spesifik/B3 (46,67%). (3) faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi pelaku
pariwisata dalam pengelolaan sampah di Objek
Wisata Pantai Parangtritis adalah jenis kelamin
(pengelola rumah makan dan penginapan), tingkat
pendidikan dan lamanya tinggal(wisatawan serta
pengelola rumah makan dan penginapan). (4)
tingkat partisipasi pelaku pariwisata dalam
pengelolaan sampah di Objek Wisata Pantai
Parangtritis untuk wisatawan hampir semua
(93,81%) adalah partisipasi tinggi; pengelola
rumah makan dan penginapan banyak (56,41%)
yang termasuk kedalam tingkat partisipasi sedang
Persamaan Mengkaji tentang tingkat partisipasi dalam sebuah
pengelolaan sampah di suatu lokasi.
Perbedaan Mengkaji tentang pengelolaan sampah (limbah)
dan tidak menghasilkan produk baru.
2 Peneliti Trias Yunia Mediawati (2011)
Judul Tigakt Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan pada Program Pemberdayaan (PNPM)
Mandiri Perkotaan ii Kabupaten Jember, Jawa
Timur (Studi Kasus Kelurahan Tegalgede,
Sumbersari dan Desa Pontang Ambulu)
Metode Penelitian Deskriptif kuantitatif dan metode
analisis data yang digunakan adalah diskriptif
kualitatif.
Tujuan Mengkaji tingkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan.
Hasil Hasil penelitian menunjkan partisipasi dalam tahap
Placation
Persamaan Variabel yang diteliti sama yaitu tentang partisipasi
masyarakt.
Perbedaan Lokasi penelitian yang berbeda
3 Peneliti Ibrahim Surotinojo
Judul Partisipasi Masyarakat Dalam Program Sanitasi
Oleh Masyarakat (SANIMASI) di Desa Bajo,
Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo,
Provinsi Gorontalo
Metode Jenis penelitian menggunakan analisis deskriptif
yang didukung dengan analisis kualitatif
44
Tujuan Mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi
masyarakat serta untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi partisipasi dalam program
sanimasi di Desa Bajo, Kecamatan Tilamuta,
Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo
Hasil Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi
masyarakat dalam bentuk tenaga diberikan pada
seluruh tahapan program SANIMASI, sumbangan
pikiran dan material diberikan pada tahap
perencanaan dan pelaksanaan serta partisipasi
dalam bentuk uang diberikan pada tahap
pelaksanaan dan pemanfaatan.
Persamaan Adanya kesamaan pada variabel penelitian yaitu
tentang partisipasi masyarakat.
Perbedaan Menggunakan lokasi penelitian yang berbeda serta
didukung dengan analisis kualitatif.
C. Kerangka Pikir
Permasalahan kelangkaan minyak tanah dan LPG menarik berbagai
kalangan untuk memecahkannya, mengingat masalah kelangkaan ini tidak
hanya terjadi di perkotaan melainkan hingga pelosok pedesaan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu diupayakan
pemecahan, di antara inovasi yang ditemukan adalah energi alternatif
biogas. Energi alternatif biogas dinilai mampu memecahkan masalah
kelangkaan akan LPG ini. Selain itu keberadaan biogas dinilai mampu
mengurangi masalah limbah peternakan yang banyak dijumpai.
Dusun Gondang, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan,
Sleman merupakan salah satu daerah yang telah menggunakan biogas
sebagai alternatif pemecahan masalah kelangkaan LPG dari tahun 2009.
Keberadaannya yang telah berkembang pesat menjadikan banyak kalangan
45
ikut andil dalam pengembangan biogas ini, diantaranya UGM, GIZ dan
Pemerintah Daerah.
Tingginya peran serta berbagai pihak tidak lantas melupakan peran
utama dari penduduk, mengingat penduduk adalah pelaku utama dalam
keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas. Selain itu limbah peternakan ini telah membawa manfaat
lain seperti menjadi energi pengganti LPG, pupuk, dan mengurangi
pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti,
keberadaan limbah peternakan dimungkinkan memiliki manfaat dan nilai
ekonomis. Kondisi ini menunjukan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas perlu
diperhatikan sebagai salah satu penentu keberhasilan pembangunan
berkelanjutan.
Partisipasi masyarakat menjadi hal penting dalam menentukan
keberlanjutan pelaksanaan pengelolaan limbah peternakan. Analisis
partisipasi diamati melalui keaktifan dalam kegiatan pengelolaan limbah
peternakan meliputi partisipasi dalam identifikasi masalah, perencanaan,
pengolahan, pemanfaatan dan pemeliharaan, serta evaluasi.
Analisis partisipasi dilakukan dengan metode analisis data
kuantitatif dengan tabel frekuensi. Metode analisis ini digunakan untuk
mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas. Partisipasi tersebut diperoleh
dengan asumsi nilai scoring masing-masing tahap partisipasi masyarakat
46
yang terbagi dalam tiga parameter yaitu rendah, sedang dan tinggi. Skema
kerangka berfikir sesuai dengan uraian yang telah dipaparkan ialah sebagi
berikut:
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Penduduk Dusun Gondang
Pengelolaan Limbah
1. Penimbulan
2. Penanganan ditempat
3. Pengumpulan
4. Pengangkutan
5. Pengolahan
a. Pembuatan kompos
b. Energy Recovery
6. Pembuangan akhir
Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai
Energi Alternatif Biogas
1. Identifikasi Masalah
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pemanfaatan dan Pemeliharaan
5. Evaluasi Hubungan yang
mempengaruhi
Partisipasi Penduduk
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pendapatan Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Pengelolaan Limbah
peternakan sebagai biogas
1. Partisipasi Tinggi
2. Partisipasi Sedang
3. Partisipasi Rendah
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah penjelasan mengenai berbagai komponen
yang digunakan peneliti serta kegiatan yang dilakukan selama proses
penelitian (Nanang Martono, 2010: 117). Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif sesuai dengan
namanya banyak dituntut untuk menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran, terhadap data tersebut, serta penampilan
dari hasilnya (Suharsimi Arikunto, 2006: 12). Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
berdasarkan data data, menyediakan data, kemudian diinterpretasi (Cholid
Narbuko dan Abu Achmadi, 2013: 44). Penelitian dengan pendekatan
deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan dari
perolehan data yang berasal dari fakta-fakta sesuai kondisi yang ada di
lapangan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas di Dusun
Gondang, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan. Kabupaten
Sleman.
Penelitian ini menggunakan pendekatan geografi kelingkungan
berupa pengamatan melalui aktivitas manusia terhadap pengelolaan
limbah peternakan yaitu pemilik peternakan dalam pemanfaatan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas.
48
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Gondang, Desa Umbulharjo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Waktu penelitian ini antara
Desember 2015 dampai Juli 2016.
Tabel 3. Rencana Penelitian
No Uraian Des Jan Feb Mar April Mei Jun Jul
1 Observasi Ѵ
2 Penulisan
dan
Bimbingan
Proposal
Ѵ
3 Seminar
Proposal
Ѵ
4 Penelitian Ѵ Ѵ Ѵ
5 Penyusunan
Laporan
Penelitian
Ѵ Ѵ
6 Ujian
Skripsi
Ѵ
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah sebuah konsep yang mempunyai nilai (Husaini
Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009: 8). Suharsimi Arikunto
(2010: 159) mengartikan bahwa “gejala adalah Objek penelitian,
sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi”.
Variabel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah peternakan oleh masyarakat untuk
menangani limbah peternakan dari sejak ditimbulkan hingga
pengolahan kembali.
49
a. Penimbulan
Hasil limbah yang ditimbulkan pada kegiatan peternakan
yang berupa kotoran dan sisa pakan ternak.
b. Penanganan di tempat
Semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan
sebelum sampah ditempatkan dilokasi tempat pembuangan
(Kuncoro Sejati, 2009:24)
c. Pengolahan
Pengolahan merupakan kegiatan mentransformasi
sampah, sehingga sampah dimanfaatkan kembali.
d. Pembuangan akhir
Perlakuan/pemanfaatan terakhir yang dapat dilakukan
setelah dilakukan pengolahan dari limbah peternakan.
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi, adalah segala hal
yang memiliki keterkaitan dan mempengaruhi seseorang untuk
berpartisipasi, meliputi:
a. Jenis Kelamin
Perbedaan antara laki laki dan perempuan secara biologis
sejak seseorang dilahirkan.
b. Usia
Lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan
waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang
50
memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik
sama. Usia dalam penelitian ini diukur dalam satuan tahun.
c. Pendidikan
Suatu tingkatan pengetahuan yang dimiliki seseorang
sebagai hasil dari usaha sadar dan terencana yang dilakukan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
dirinya mampu secara aktif mengembangkan potensi yang
dimiliki untuk mencapai kekuatan spiritual agama, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, msyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan terkhir yang
ditamatkan.
d. Pekerjaan
Suatu yang dilakukan manusia untuk tujuan tertentu yang
dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Pekerjaan dalam
penelitian ini adalah pekerjaan pokok maupun sampingan dari
responden.
e. Pendapatan
Jumlah yang ditagih kepada pelanggan atas barang
ataupun jasa yang diberikan kepada mereka. Pendapatan dalam
penelitian ini di ukur dengan jumlah rupiah yang didapat dalam
satu bulan.
51
3. Partisipasi masyarakat
a. Identifikasi Masalah
1) Pengetahuan tentang pengelolaan biogas
Katerlibatan masyarakat dalam mengenali dan menggali
permasalahan yang ada. Permasalahan tersebut berhubungan
dengan pengelolaan limbah peternakan.
2) Perolehan informasi
Masyarakat memperoleh informasi tentang pengelolaan
limbah peterbakan sebagai energi alternatif biogas.
3) Keterlibatan dalam proses persiapan
Masyarakat ikut serta dalam kegiatan persiapan pengelolaan
limbah peternakan. Kegiatan persiapan tersebut meliputi
pengelolaan limbah serta memberikan masukan persiapan
sebagai salah satu solusi dalam pengelolaan sampah.
4) Motivasi dalam persiapan
Dorongan yang timbul dari diri masyarakt dalam keterlibatan
mengenali dan menggali permasalahan pengelolaan limbah
peternakan yang ada.
b. Perencanaan
1) Keterlibatan dalam proses perencanaan
Keterlibatan masyarakat dalam membahas suatu kegiatan
yang akan dilaksanakan. Kegiatan tersebut meliputi
pengelolaan limbah peternakan.
52
2) Keterlibatan dalam penentuan kegiatan
Mesyarakat ikut serta memberikan masukan dan usulan
dalam kegiatan perencanaan pengelolaan limbah peternakan.
3) Motivasi dalam persiapan
Dorongan yang timbul dari diri masyarakt dalam keterlibatan
perencanaan pengelolaan limbah peternakan.
c. Pelaksanaan
1) Keterlibatan dalam pelaksanaan
Mesyarakat ikut serta memberikan masukan dan usulan
dalam kegiatan pelaksanaan. Kegiatan tersebut meliputi
bantuan atau sokongan dalam kegiatan pengelolaan sampah.
2) Motivasi dalam pelaksanaan
Dorongan yang timbul dari diri masyarakt dalam keterlibatan
pelaksanaan yang akan dilaksanakan pengelolaan limbah
peternakan. Kegiatan tersebut meliputi bantuan atau
sokongan dalam kegiatan pengelolaan sampah.
d. Pemanfaatan dan Pemeliharaan
1) Keterlibatan dalam pemanfaatan
Keterlibatan masyarakat dalam memanfaatkan hasil
pembangunan atau kegiatan yang dilakukan. Kegiatan
tersebut meliputi pengelolaan limbah peternakan.
53
2) Keterlibatan dalam pemeliharaan
Keterlibatan masyarakat dalam memelihara sertamelakukan
perbaikan terhadap hasil pembangunan atau kegiatan yang
dilakukan. Kegiatan tersebut meliputi pengelolaan limbah
peternakan.
3) Motivasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan
Dorongan yang timbul dari diri masyarakt dalam keterlibatan
pemanfaatan dan pemeliharaan unit pengelolaan limbah
peternakan.
e. Evaluasi
1) Keterlibatan dalam evaluasi
Keterlibatan masyarakat dalam setiap pertemuan yang
membahas tentang kekurangan dan kelebihan terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga dapat dilakukan
penilaian serta solusi terhadap kekurangan kegiatan oleh
masyarakat. Kegiatan tersebut meliputi pengelolaan limbah
peternakan.
2) Keterlibatan dalam penyampaian masukan
Keterlibatan masyarakat dalam memberikan masukan dalam
perbaikan terhadap hasil kegiatan pengolahan sampah yang
telah dilakukan dan keberlanjutannnya.
54
3) Motivasi dalam evaluasi
Dorongan yang timbul dari diri masyarakt dalam
keterlibatan mengevaluasi untuk menemukan kekurangan
dan kelebihan terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Kegiatan tersebut meliputi pengelolaan limbah peternakan.
D. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2006: 130). Penelitian ini menggunakan teknik penelitian populasi karena
jumlah populasi tidak banyak (42 orang), menurut Suharsimi Arikunto
(2010: 173-174) penelitian populasi meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelititan dan hanya dapat dilakukan bagi populasi
terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak.
Populasi pada penelitian adalah Peternak sapi perah yang
mengupayanan pembuatan biogas di Dusun Gondang, Desa Umbulharjo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman yang berjumlah 42 orang.
Semua anggota populasi dijadikan objek penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data Dan Instrumen
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Wawancara
Peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur,
dimaksudkan untuk memperoleh jawaban atau data informasi dari
pemilik/pengelola lebih mendalam dan mendetail. Wawancara
55
terstruktur menurut Sugiyono (2010: 194), digunakan apabila
penelitian telah mengetahui data dengan pasti tentang informasi apa
yang aan diperoleh. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai
instrument untuk memperoleh data mengenai kegiatan pengelolaan
limbah sebgai energi alternatif biogas.
2. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi menurut Sugiyono
(2014: 145), digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar. Penggunaan teknik observasi pada
penelitian ini ditujukan kepada instansi desa dalam rangka
mendapatkan data awal dan profil kegiatan kerja yang berkaitan
dengan aktivitas masyarakat dalam pengelolaan limbah ternak sebagai
biogas di Dusun Gondang.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data menggunakan dokumentasi menurut
Suharsimi Arikunto (2010: 274), tidak kalah penting yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, lengger, agenda dan
sebagainya. Dokumen yang diperoleh dari instansi kantor desa berupa
data sekunder yaitu berupa peta administrasi Dusun Gondang, data
demografi, dan data jumlah kepemilikan/pengelola biogas.
56
F. Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Mengedit data adalah kerja memperbaiki kualitas data serta
menghilangkan keraguan dengan cara data atau keterangan yang telah
dikumpulkan dalam record book, daftar pertanyaan ataupun pada
interview guide perlu dicek kembali dan diperbaiki jika terdapat
kesalahan (Moh. Nazir, 2011: 346).
2. Coding dan Frekuensi
Pemberian kode pada jawaban (responden) sangat penting saat
pengolahan data dilakukan dengan computer. Mengkode jawaban
adalah menaruh angka pada tiap jawaban (Moh. Nazir, 2011: 348).
3. Tabulasi
Tabel frekuensi menurut Moh. Nazir (2011: 256) adalah tabel
yang menyajikan berapa kali suatu hal terjadi. Tabel frekuensi sering
digunakan untuk mengecek kesesuaian hubungan antara satu
pertanyaan dengan pertanyaan lain dalam daftar pertanyaan.
G. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan pengolahan dan interpretasi data untuk
menguji kebenaran hipotesa dan untuk menarik kesimpulan hasil
penelitian (Nursid Sumaatmadja, 1988: 114). Teknik analisis data adalah
cara-cara yang digunakan untuk memberi makna pada data-data yang telah
didapat. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
57
dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif adalah analisis berdasarkan
gambaran keadaan atau data yang diperoleh di lapangan. Analisis data
kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis data primer dan data
sekunder yang diperoleh dari lapangan yang berhubungan dengan tujuan
penelitian (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2010: 91).
Metode analisis ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan
pengolahan limbah peternakan berbasis masyarakat di Dusun Gondang,
Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Partisipasi masyarakat tersebut diperoleh dari asumsi nilai skor masing-
masing tahapan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelola limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas yang terbagi menjadi tiga
parameter dalam tahap rendah, sedang atau tinggi.
Cara yang digunakan untuk mengklasifikasikan atau
mengkelaskan tingkat partisipasi tersebut adalah menentukan kelas
interval skor menggunakan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1989:
12):
𝑖 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑅)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
Keterangan
i = lebar interval
R = Nilai tertinggi dikurangi nilai terendah
58
Asumsi nilai tingkat partisipasi pada masing masing tahapan mulai
dari tahap skor partisipasi persiapan, perencanaan, pengolahan,
pemanfaatan dan pemeliharaan, serta evaluasi sebagai berikut :
1. Asumsi nilai skor tingkat partisipasi masyarakat pada tahap persiapan
Table 4. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Identifikasi Masalah
No Indikator Partisipasi masyarakat
tahap Persiapan Awal
Skor
1 Pengetahuan
Masyarakat tantang
kegiatan tentang
pengelolaan biogas
Mengetahui kegiatan
tentang pengelolaan
biogas
1
Tidak mengetahui
kegiatan tentang
pengelolaan biogas
0
2 Perolehan informasi
tentang pengolahan
limbah peternakan
sebagai energi alternatif
biogas
Mencari informasi sendiri 3
Pemerintah/ tokoh
masyarakat
2
Tetangga 1
Tidak mengetahui 0
3 Keterlibatan dalam
tahap persiapan awal
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
4 Keterlibatan dalam
memberikan
ususlan/masukan
kegiatan persiapan awal
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
5 Motivasi terlibat dalam
persiapan
Kesadaran 3
Ikut-ikutan 2
Takut 1
Tidak memiliki motivasi 0
Jumlah Skor tertinggi 9
Skor terendah 0
Sumber : Data primer, 2015
Pada tahap persiapan jumlah interval adalah 3, skor tertinggi
adalah 9 dan terendah adalah 0. Rumus yang digunakan untuk mencari
interval adalah :
59
𝑖 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑅)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
𝑖 = 9 − 0
3
𝑖 = 9
3
𝑖 = 3
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai kelas interval yaitu 3.
Nilai kelas interval tersebut dapat digunakan untuk menentukan
kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap persiapan awal
sebagai berikut:
Tabel 5. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Persiapan Awal
No Interval Skor Kategori Parameter
1. 0-3 Rendah
2. 3,1 – 6,0 Sedang
3. 6,1 – 9,0 Tinggi
Sumber : Data Primer, 2015
b. Asumsi nilai skor tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan
Table 6. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Perencanaan
No Indikator Partisipasi masyarakat
tahap Perencanaan
Skor
1 Keterlibatan dalam
tahap perencanaan
kegiatan pengelolaan
limbah
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
2 Kegiatan dalam
memberikan
usulan/masukan
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
60
kegiatan
perencanaan
3 Motivasi terlibat
dalam perencanaan
Kesadaran 3
Ikut-ikutan 2
Takut 1
Tidak memiliki motivasi 0
Jumlah Skor tertinggi 5
Skor terendah 0
Sumber : Data primer, 2015
Pada tahap perencanaan jumlah interval adalah 3, skor
tertinggi adalah 5 dan terendah adalah 0. Rumus yang digunakan
untuk mencari kelas interval adalah :
𝑖 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑅)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
𝑖 = 5 − 0
3
𝑖 = 5
3
𝑖 = 1 ,6
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai kelas interval yaitu
1,6. Nilai Kelas interval tersebut dapat digunakan untuk menentukan
kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan
sebagai berikut:
Tabel 7. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Perencanaan
No Interval Skor Kategori Parameter
1. 0 – 1,6 Rendah
2. 1,7 – 3,4 Sedang
3. 3,5 – 5,0 Tinggi
Sumber : Data Primer, 2015
61
c. Asumsi nilai skor tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
pelaksanaan
Table 8. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Pelaksanaan
No Indikator Partisipasi masyarakat
tahap Pelaksanaan
Skor
1 Katerlibatan dalam
kegiatan pengelolaan
limbah
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
2 Sumbangan yang
diberikan dalam
pelaksanaan
kegiaatan mitigasi
bencana
Tenaga 1
Dana 2
Ide gagasan 3
3 Motivasi terlibat
dalam pelaksanaan
Kesadaran 3
Ikut-ikutan 2
Takut 1
Tidak memiliki motivasi 0
Jumlah Skor tertinggi 7
Skor terendah 0
Sumber : Data primer, 2015
Pada tahap pelaksanaan jumlah interval adalah 3, skor
tertinggi adalah 7 dan terendah adalah 0. Rumus yang digunakan
untuk mencari kelas interval adalah :
𝑖 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑅)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
𝑖 = 7 − 0
3
𝑖 = 7
3
𝑖 = 2,3
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai kelas interval yaitu
2,3. Nilai kelas interval tersebut dapat digunakan untuk menentukan
62
kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan
sebagai berikut:
Tabel 9. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Pelaksanaan
No Interval Skor Kategori Parameter
1. 0 – 2,3 Rendah
2. 2,4 – 4,7 Sedang
3. 4,8 – 7,0 Tinggi
Sumber : Data Primer, 2015
d. Asumsi nilai skor tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
pemanfaatan dan pemeliharaan
Table 10. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Pemanfaatan dan Pemeliharaan
No Indikator Partisipasi
masyarakat tahap
Pemanfaatan dan
pemeliharaan
Skor
1 Katerlibatan dalam kegiatan
pemanfaatan
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
2 Katerlibatan dalam kegiatan
pemeliharaan
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
3 Motivasi terlibat dalam
pemanfaatan dan
pemeliharaan
Kesadaran 3
Ikut-ikutan 2
Takut 1
Tidak memiliki
Mmotivasi
0
Jumlah Skor tertinggi 5
Skor terendah 0
Sumber : Data primer, 2015
Pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan jumlah interval
adalah 3, skor tertinggi adalah 8 dan terendah adalah 0. Rumus yang
digunakan untuk mencari kelas interval adalah :
𝑖 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑅)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
63
𝑖 = 5 − 0
3
𝑖 = 5
3
𝑖 = 1,6
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai kelas interval yaitu
1,6. Nilai kelas interval tersebut dapat digunakan untuk menentukan
kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pemanfaatan dan
pemeliharaan sebagai berikut:
Tabel 11. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Pemanfaatan dan Pemeliharaan
No Interval Skor Kategori Parameter
1. 0 – 1,6 Rendah
2. 1,7 – 3,4 Sedang
3. 3,5 – 5 Tinggi
Sumber : Data Primer, 2015
e. Asumsi nilai skor tingkat partisipasi masyarakat pada tahap Evaluas
Table 12. Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Evaluasi
No Indikator Partisipasi masyarakat
tahap evaluasi
Skor
1 Katerlibatan dalam
kegiatan evaluasi
pengelolaan limbah
peternakan
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
2 Katerlibatan dalam
memberikan usulan
kegiatan evaluasi
Terlibat 1
Tidak terlibat 0
3 Motivasi terlibat dalam
Evaluasi
Kesadaran 3
Ikut-ikutan 2
Takut 1
Tidak memiliki motivasi 0
Jumlah Skor tertinggi 5
Skor terendah 0
Sumber : Data primer, 2015
64
Pada tahap evaluasi jumlah interval adalah 3, skor tertinggi
adalah 5 dan terendah adalah 0. Rumus yang digunakan untuk mencari
kelas interval adalah :
𝑖 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑅)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
𝑖 = 5 − 0
3
𝑖 = 5
3
𝑖 = 1,6
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai kelas interval yaitu
1,6. Nilai kelas interval tersebut dapat digunakan untuk menentukan
kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi sebagai
berikut:
Tabel 13. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap
Evaluasi
No Interval Skor Kategori Parameter
1. 0 – 1,6 Rendah
2. 1,7 – 3,4 Sedang
3. 3,5 – 5 Tinggi
Sumber : Data Primer, 2015
Skor total masing masing tahapan partisipasi dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas di Dusun Gondang,
Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelola limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas yang terbagi menjadi tiga
65
parameter baik dalam tahap rendah, sedang atau tinggi dengan
menghitung interval skor dari total skor responden pada masing-masing
tahapan partisipasi masyarakat. Jumlah interval untuk menentukan
tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan
sebagai energi alternatif biogas adalah 3, skor total responden tertinggi
adalah 31 dan terendah adalah 0, jika dimasukan rumus adalah :
𝑖 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑅)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
𝑖 = 31 − 0
3
𝑖 = 31
3
𝑖 = 10,3
Nilai kelas interval tersebut dapat digunakan untuk menentukan
kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah
pertanian sebagai energi alternatif biogas sebagai berikut :
Tabel 14. Skor Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Limbah Pertanian sebagai Energi Alternatif
Biogas
No Interval Skor Kategori Parameter
1. 0 – 10,3 Rendah
2. 10,4 – 20,7 Sedang
3. 20,8 – 31,0 Tinggi
Sumber : Data Primer, 2015
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Kondisi Fisiografis
a. Letak, Luas, Batas Wilayah Penelitian
Letak astronomis atau garis lintang Dusun Gondang terletak
antara 7º 37’ 30” LS - 7º 38’ 55” LS dan 110º 25’ 37” BT - 110º 26’
2” BT. Luas wilayah Dusun Gondang adalah 128 ha. Jarak dari
pusat pemerintahan Kecamatan ke arah Barat Laut yaitu 10
kilometer. Jarak dari pusat Ibu Kota Kabupaten adalah 30 kilometer
dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit, dan dari pusat Ibu
Kota Propinsi 40 kilometer. Batas Dusun Gondang secara
administrasi adalah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Gunung Merapi
2) Sebelah Timur : Desa Kepuharjo
3) Sebelah Selatan : Desa Wukirsari
4) Sebelah Barat : Desa Hargobinangun
b. Klimatologis
Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca sebagai jangka
waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap. Ilmu
yang membahas dan mempelajari tentang iklim adalah klimatologi.
Klimatologis tidak terlepas dari meteorologi atau ilmu cuaca yang
menekankan pada proses fisika yang terjadi di atmosfer, misalnya
hujan angin dan suhu (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006: 1).
67
Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur
berdasarkan skala tertentu. Satuan yang biasa digunakan adalah
derajat celcius (0 C). Salah satu faktor yang mempengaruhi suhu
dipermukaan bumi adalah ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu
tempat dari permukaan laut maka suhu akan semakin rendah, begitu
pula sebaliknya. Suhu suatu tempat dapat ditentukan menggunakan
rumus Braak, yaitu :
t0 = 26,30C –((0,61.h)/100)
Keterangan :
t0 : Temperatur rata-rata harian
26,30C : Rata-rata temperatur diatas permukaan air laut
0,61 : Angka gradient temperatur anik tiap 100 meter
h : ketinggian rata-rata dalam meter
Dusun Gondang berada pada ketinggian 600-900 m diatas
permukaan air laut sehingga temperatur harian Dusun Gondang
dapat ditentukan menggunakan rumus Break dapat diketahui rata-
rata temperatur hasian Dusun Gondang yaitu 23-29 0C.
c. Kondisi Tata air
Kebutuhan air di Dusun Gondang terpenuhi dari sumber
mata air berasal dari Umbul Wadon yang letaknya di sebelah barat
Dusun Pangukrejo. Pada musim kemarau sumber air tersebut
berkurang sehingga memaksa masyarakat membangun saluran air
(PAM). Keberadaan Dusun Gondang yang tergolong tinggi
membuat masyarakat susah membuat alternatif lain seperti sumur
68
galian, sehingga masyarakat hingga saat ini tidak pernah membuat
sumur galian.
d. Topografi
Topografi merupakan tinggi rendahnya suatu tempat
terhadap permukaan laut. Dusun Gondang terletak di Desa
Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman secara
umum dusun ini berada di lereng Gunung Merapi yang merupakan
wilayah Kecamatan Cangkringan dengan ketinggian 600-900 meter
diatas permukaan air laut.
2. Kondisi Demografis
a. Penduduk
1) Jumlah Penduduk
Data dari Monografi Dusun Gondang, jumlah penduduk
dusun pada akhir tahun 2015 sebanyak 706 jiwa yang terdiri dari
penduduk 327 laki-laki dan 379 penduduk perempuan dengan
jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 225 KK.
2) Komposisi Penduduk menurut Umur
Komposisi penduduk merupakan gambaran susunan
penduduk di suatu daerah yang dikelompokan berdasarkan
karakteristik karakteristik tertentu. Komposisi penduduk yang
diuraikan dalam penelitian yaitu komposisi penduduk Dusun
Gondang menurut umur, menurut mata pencaharian, dan
menurut tingkat pendidikan.
69
Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik
penduduk yang penting untuk diketahui. Dengan mengetahui
susunan penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin, dapat di
ketahui perubahan perubahan yang terjadi dari sutu masa ke
masa yang lain. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin
dapat digunakan untuk mengetahui rasio jenis kelamin ( Sex
ratio ). Komposisi penduduk Dusun Gondang menurut jenis
kelamin yang terdiri dari penduduk 327 laki-laki dan 379
penduduk perempuan.
a) Sex Ratio
Dari uraian diatas menggambarkan data jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan, sehingga dapat
digunakan untuk mengetahui Sex ratio (SR) yaitu
perbandingan jumlah penduduk laki – laki dan jumlah
penduduk perempuan dengan perhitungan sebagai berikut :
SR =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑋 100
SR =327
379 𝑋 100
SR = 86
Sex Ratio penduduk di Dusun Gondang sebesar 86.
Diartikan bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat
86 penduduk laki laki.
70
b) Komposisi Penduduk menurut Umur
Komposisi penduduk menurut umur dapat dilihat
pada tabel 15, sebagai berikut:
Tabel 15. Komposisi Penduduk menurut Umur
No Kelompok
Umur
Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
1 0-5 49 6,9
2 ≥5-7 22 3,2
3 ≥7-≤15 111 15,7
4 >15-56 433 61,3
5 >56 91 12,9
Jumlah 706 100,0
Sumber : Monografi Dusun Gondang 2015
Berdasarkan data tersebut diketahui penduduk Dusun
Gondang didominasi pada umur >15-56 yaitu 61,3%. Data ini
menunjukan bahwa sebagian besar penduduk masih tergolong
pada kategori produktif, meskipun demikian data ini tidak dapat
digunakan untuk mengukur tingkat angka ketergantungan.
b. Kondisi Sosial Ekonomi
1) Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan yang telah ditempuh seseorang
merupakan salah satu penentu kualitas dan status sosial
masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
semakin baik kualitas sumberdaya manusia dan status sosial
dalam masyarakat akan semakin tinggi. Komposisi penduduk
Dusun Gondang berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada tabel 16 berikut ini:
71
Tabel 16. Tingkat Pendidikan Penduduk Dusun Gondang
No. Tingkat Pendidikan Dusun Gondang
Jumlah (%)
1 Buta Huruf/ Belum Sekolah 228 32,3
2 SD 209 29,6
3 SMP 92 13,0
4 SMA 144 20,4
5 D1/ Sederajat 3 0,4
6 D2/ Sederajat 1 0,1
7 D3/ Sederajat 3 0,4
8 S1 22 3,1
9 S2 4 0,6
Jumlah 706 100,0
Sumber : Monografi Dusun Gondang 2015
Tingkat pendidikan penduduk Dusun Gondang masih
tergolong rendah karena di dominasi oleh lulusan SD yaitu
sebanyak 29,6% (Buta huruf dan belum sekolah tidak termasuk
perbandingan). Tingkat pendidikan yang masih rendah
menyebabkan kualitas sumber daya manusia di Dusun Gondang
perlu perbaikan. Kualitas masih kurang baik menyebabkan
sebagian besar penduduk Dusun Gondang belum mampu
bersaing untuk mendapatkan pekerjaan.
2) Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk Dusun Gondang sangat
menentukan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Komposisi
penduduk Dusun Gondang menurut mata pencaharian tahun
2015 dijelaskan pada tabel 17.
72
Tabel 17. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian
Dusun Gondang
No. Jenis Pekerjaan Dusun Gondang
Jumlah (%)
1 Petani 177 33,8
2 Buruh Tani 117 22,3
3 PNS 8 1,5
4 Pengrajin industri rumah tangga 2 0,4
5 Pedagang Keliling 1 0,2
6 Peternak 196 37,4
8 Perawat Swasta 1 0,2
9 Pembantu rumah tangga 2 0,4
10 TNI 1 0,2
11 POLRI 2 0,4
12 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 2 0,4
13 Pengusaha Kecil Menengah 14 2,7
19 Karyawan Perusahaan Swasta 1 0,2
Jumlah 524 100,0
Sumber : Data Monografi Dusun Gondang 2015
Data tersebut menunjukkan bahwa paling banyak
penduduk Dusun Gondang peternakan sebesar 37,4% dan petani
sebesar 33,7%. Faktor yang mempengaruhi tingginya
peternakan dan pertanian di Dusun Gondang adalah kondisi
geografis yang memungkinkan adanya pertanian dan
peternakan yaitu wilayah yang subur dan tersedianya pakan
ternak yang melimpah.
3. Kondisi Insfratruktur
a. Sekolah
Sarana pendidikan yang berada di Dusun Gondang yaitu
diantaranya terdapat satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
satu Sekolah Dasar (SD). Keberadaan fasilitaspendidikan dirasakan
73
kurang memenuhi kebutuhan masyarakat Dusun Gondang.
Keberadaan fasilitas yang tidak lengkap membuat masyarakat harus
melakukan mobilitas ke luar Dusun Gondang untuk mendapatkan
pendidikan di jenjang lainnya.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan mudah tidaknya suatu lokasi untuk
di jangkau. Aksesibilitas sangat berpengaruh terhadap
pembangunan dan perkembangan di suatu daerah. Berdasarkan data
dari Monografi Dusun Gondang 2015 menunjukkan bahwa jalan
yang berada di Dusun Gondang yaitu jalan aspal dan tidak beraspal.
Jalan beraspal sepanjang 2 Km yang menghubungkan antar Dusun.
Jalan yang tidak beraspal berupa jalan dusun atau jalan lingkungan
berupa cor semen dan tanah sepanjang 2 Km. Kondisi jalan beraspal
di Dusun Gondang cukup baik, walaupun terdapat sedikit jalan aspal
yang sudah mulai rusak.
c. Kesehatan
Dusun Gondang telah memiliki fasilitas kesehatan mendasar
yaitu adanya Pos Yandu baik balita maupun lansia. Pos Yandu ini
dikaderi oleh 6 orang yang berasal dari masyarakat dusun Gondang.
Pos yandu dilaksanakan rutin setiap bulan dan sudah berlangsung
lama. Keberadaan pos yandu membantu masyarakat dalam hal
kesehatan terutama balita dan lansia.
74
d. Tempat Ibadah
Fasilitas peribadatan di Dusun Gondang meliputi 1 Masjid
dan 3 Mushola. Adanya fasilitas ini dirasa sudah mencukupi
kebutuhan rohani untuk umat muslim di Dusun Gondang, sedangkan
untuk fasilitas umat nonmuslim masih dirasa kurang.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin antara laki laki dan perempuan akan
mempengaruhi partisipasi yang diberikan. Partisipasi yang
diberikan oleh laki-laki berbeda dengan partisipasi yang diberikan
oleh perempuan karena adanya sistem pelapisan sosial yang
terbentuk dalam masyarakat yang membedakan kedudukan dan
derajat antara keduanya sehingga menimbulkan perbedaan hak dan
kewajiban. Berdasarkan hasilpenelitian diperoleh data sebagai
berikut:
Jenis kelamin responden dalam peneliatian ini secara
keseluruhan adalah laki laki yaitu sebesar 100%. Data tersebut
menunjukkan bahwa penduduk yang berpartisipasi atau terlibat
dalam kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas di Dusun Gondang berjenis kelamin laki-
laki. Kondisi ini berkaitan dengan responden yang digunaan dalam
penelitian ini yaitu kepala rumah tangga yang di dominasi oleh laki-
laki.
75
b. Karakteristik Responden Menurut Umur
Usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan sehingga menimbulkan adanya golongan tua dan
muda yang berbeda dalam hal tertentu. Kelompok umur penduduk
dapat dilihat dalam satuan tahun disebut dengan umur tunggal. Usia
dalam penelitian ini merupakan usia atau umur responden sejak
kelahiran sampai dengan penelitian dilaksanakan.
Tabel 18. Karakteristik Responden Menurut Umur
No Kelompok Umur Frekuensi Persentasi
1 31-40 12 28,6
2 41-50 13 31,0
3 51-60 9 21,3
4 61-70 6 14,4
5 >70 2 4,8
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 2. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang
berdasarkan Kelompok Umur
28,6
31,0
21,4
14,34,8
Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang berdasarkan Kelompok Umur
31-40
41-50
51-60
61-70
>70
76
Tabel 18 menunjukkan bahwa responden yang berpartisipasi
dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas didaerah penelitian didominasi pada kelompok
umur 40-49 tahun yaitu sebesar 31,0%. Kelompok umur tersebut
tergolong umur produktif sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas di Dusun Gondang.
c. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan menjadi salah satu perhatian dalam melihat suatu
subjek penelitian. Pendidikan menjadi penting mengingat bahwa
pendidikan mempengaruhi pola fikir seseorang. Pendidikan yang
tinggi dapat memberikan pemikiran yang lebih matang. Adapun
karakteristik responden Dusun Gondang berdasarkan tingjat
pendidikan dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 19. Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentasi
1 Tidak Sekolah 2 4,8
2 Tamat SD 27 64,3
3 Tamat SMP 3 7,1
4 Tamat SMA 9 21,4
5 Tamat Akademi/PT 1 2,4
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
77
Gambar 3. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang
berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 19 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terendah
adalah SD dan tingkat pendidikan tertinggi adalah tamat akademi
atau PT. Tabel 19 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
responden yang memiliki persentasi paling besar adalah tamat SD
adalah sebesar 64,3% dan tamat SMA sebesar 21,4%, sedangkan
responden yang paling sedikit tamat akademi atau PT. Secara
keseluruhan, tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini
rendah karena sebagian besar responden masih memiliki pendidikan
mulai dari tamat SD dan sebesar 2,4% responden yang tidak sekolah.
d. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Pekerjaan merupakan gambaran kegiatan ekonomi
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan pokok
responden merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan sehari-hari
dan merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
4,8
64,3
7,1
21,4
2,4
Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Akademi/PT
78
Tabel 20. Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Pekerjaan Pokok
No Pekerjaan Pokok Frekuensi Persentasi
1 Buruh Tani 1 2,4
2 Petani 21 50,0
3 Peternak 16 38,0
4 PNS 1 2,4
5 Perangkat Desa 2 4,8
6 Tukang Kebun 1 2,4
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 4. Diagram Pie Karakteristik Respopnden Dusun Gondang
Berdasarkan Pekerjaan Pokok
Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini memiliki pekerjaan pokok sebagai petani
sebesar 50% dan sebagai peternak sebesar 38%. Pekerjaan pokok
responden dengan persentasi paling rendah adalah buruh tani, PNS,
dan tukang kebun masing masing sebesar 2,4%. Karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan pokok, menunjukkan bahwa
pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama yang dilakukan
penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi ini tidak
terlepas dari keberadaaan gunung merapi yang memberikan
2,4
50,038,0
2,4
4,762,4
Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan Pekerjaan Pokok
Buruh Tani
Petani
Peternak
PNS
Perangkat Desa
Tukang Kebun
79
kesuburan tanah untuk mendukung kegiatan pertanian di Dusun
Gondang. Kesuburan tanah yang tinggi juga berpengaruh terhadap
banyaknya peternakan di Dusun Gondang karena ketersediaaan
pakan ternak yang tercukupi, dan keberadaan pertanian yang saling
menguntungkan untuk peternakan sehingga peternakan juga
berkembang pesat.
Pekerjaan sampingan merupakan pekerjaan atau kegiatan
ekonomi responden yang dilakukan diluar mata pencaharian pokok.
Berdasarkan penelitian diketahui responden memiliki pekerjaan
sampingan sebaga berikut :
Tabel 21. Karakteristik Responden Dusun Gondang berdasarkan
Pekerjaan Sampingan
No Pekerjaan Sampingan Frekuensi Persentasi
1 Petani 1 2,4
2 Peternak 15 35,7
3 Penjual Bambu 1 2,4
4 Tidak Ada 25 59,5
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 5. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang
berdasarkan Pekerjaan Sampingan
2,4
35,7
2,459,5
Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan Pekerjaan Sampingan
Petani
Peternak
Penjual Bambu
Tidak Ada
80
Tabel 21 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini tidak memiliki pekerjaan sampingan sebesar
59,5%. Responden dengan pekerjaan sampingan sebagai peternak
sebesar 35,7%, petani sebesar 2,4% dan penjual bambu sebesar
2,4%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini tidak memiliki pekerjaan sampingan sehingga
mereka mempunyai waktu untuk ikut serta berpartisipasi aktif dalam
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas.
e. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendapatan
(Rumah Tangga/Bulan)
Pendapatan akan berpengaruh terhadap kesejahteraan
seseorang, sehingga akan mempengaruhi kemampuan finansial
seseorang untuk berpartisipasi seseorang dalam hal ini dalam
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas. Data yang diperoleh dari lapangan menunjukkan pendapatan
terendah responden Rp 500.000/bulan dan pendapatan tertinggi Rp
2.500.000/bulan diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu tingkat
pendapatan rendah < 1.166.666, pendapatan sedang Rp 1.166.667 -
RP 1.833.332 dan pendapatan tinggi adalah > Rp 1.833.332.
Karakteristik Responden berdasarkan tingkat pendapatan dapat
disajikan pada tabel 22 sebagai berikut :
81
Tabel 22. Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Tingkat Pendapatan
No Tingkat Pendapatan Klasifikasi Frekuensi Persentasi
1 < Rp 1.166.666 Rendah 20 47,6
2 Rp 1.166.667- Rp Rp 1.833.332 Sedang 14 33,3
3 > Rp 1.833.332 Tinggi 8 19,1
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 6. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang
Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Tabel 22 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar
responden mempunyai mempunyai pendapatan < Rp 1.166.666
yaitu sebesar 47,6% dengan klasifikasi rendah. Responden dengan
tingkat pendapatan tinggi sebesar 19,05%. Sebesar 33,3%
pendapatan responden berada pada tingkat sedang. Sebesar 52,1%
pendapatan responden masih berada dibawah UMK Kabupaten
Sleman yaitu sebesar Rp 1.338.000 per bulan (tahun 2016).
Tingkat pendapatan responden yang hampir sebagian besar
tergolong dalam klasifikasi rendah, akan mempengaruhi sumbangan
yang diberikan terutama sumbangan dana dari responden dalam
pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah
47,6
33,3
19,1
Diagram Pie Karakteristik Responden Didusun Gondang Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Rendah
Sedang
Tinggi
82
sebagai energi alternatif biogas. Meskipun demikian dalam
penelitian penduduk yang memiliki pendapatan rendah, sedang dan
tinggi tidak berpengaruh terhadap partisipasi penduduk dalam
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas. Kondisi ini dikarenakan pendanaan dalam pembuatan
instalasi biogas sudah ditanggung oleh pemerintah (merupakan
program pemerintah Kementrian ESDM). Pendapatan penduduk ini
lebih berpengaruh terhadap jumlah ternak yang dimiliki.
f. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Rumah
Tangga
Tabel 23. Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan
Jumlah Anggota Rumah Tangga
No
Jumlah Anggota Rumah
Tangga
Frekuensi
Persentasi
1 2,0 - 3,0 19 45,2
2 4,0 - 5,0 21 50,0
3 ≥ 6 2 4,8
42 100,0
Sumber : Data Primer
Gambar 7. Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang
berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
45,250,0
4,8
Diagram Pie Karakteristik Responden Dusun Gondang Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
2,0 - 3,0
4,0 - 5,0
≥ 6
83
Tabel 23 menunjukkan bahwa sebanyak 50% dari responden
Dusun Gondang memiliki jumlah anggota keluarga 3-4 jiwa.
Responden dengan jumlah anggota keluarga 2-3 jiwa sebesar
45,24%, sedangkan persentasi responden yang paling rendah adalah
4,76% yaitu responden dengan jumlah anggota keluarga ≥ 6. Jumlah
anggota keluarga menjadi karakteristik responden dalam penelitian
ini karena dalam kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas semakin banyak yang ikut serta akan
memudahkan dalam pengelolaanya.
2. Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah di Dusun Gondang
Pengelolaan limbah peternakan di Dusun Gondang dilakukan
dengan melaksanakan kegiatan kegiatan seperti penimbulan,
penanganan di tempat, pengolahan dan pembuangan akhir. Pengelolaan
limbah peternakan bertujuan untuk meminimalisasi adanya resiko yang
ditimbulkan dari limbah peternakan di Dusun Gondang. Pengelolaan
tersebut diantaranya adalah :
a. Penimbulan
Pada dasarnya sampah tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan.
Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat,
penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah
pelaku dan jenis kegiatan.
84
Tabel 24. Data Rata-rata Penimbulan limbah Peternakan di Dusun
Gondang No Aspek Rata-rata
1 Jenis Limbah Padat & cair
2 Kepemilikan Sapi 3-4
3 Jumlah timbulan 145 kg
4 Memikirkan dampak dan
penanganan
85,7%
Sumber: Data Primer 2016 (Rincian dalam lampiran Tabel 51)
Berdasarkan tabel 24 diketahui limbah pada penelitian ini
berupa zat padat dan zat cair, yaitu kotoran dan sisa pakan serta
urine. Rata-rata dalam seminggu pada umumnya setiap sapi perah
menimbulkan limbah kurang lebih 25 - 50 kg. Responden dalam
penelitian ini rata-rata memiliki 3-4 sapi perah yang berarti setiap
minggu dapat menimbulkan limbah sebanyak kurang lebih 75
sampai 200 kg dan berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa
setiap minggu peternakan menimbulkan sekitar 145 kg/minggu
(Lihat lampiran tabel 51).
Berdasarkan Tabel 24 diketahui sebagian besar 85,71%
responden sebelum memiliki peternakan telah memikirkan dampak
dan penanganan terhadap adanya limbah peternakan yang akan
dihasilkan. Penanganan yang akan dilaksanankan untuk mengatasi
limbah dengan cara dimanfaatkan sebagai pupuk kandang, sehingga
dapat mengurangi jumlah timbunan limbah tersebut.
b. Penanganan di tempat
Penanganan sampah ditempat adalah perlakuan terhadap
sampah ditempatkan dilokasi tempat pembuangan. Suatu material
yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih
85
memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah
pada tahap selanjutnya. Penanganan ditempat dalam penelitian ini
lebih diutamakan pada perlakuan atau penanganan limbah
peternakan di area peternakan.
Tabel 25. Data Rata-Rata penanganan Ditempat Limbah Peternakan
dan Alasan Pemanfaatan Limbah di Dusun Gondang No Aspek Rata-rata
1 Penanganan di tempat Pupuk Kandang dan Biogas
2 Pemanfaatan Biogas Pupuk Kandang
Sumber : Data Primer 2016 (Rincian dalam lampiran Tabel 52)
Data tabel 25 menunjukkan bahwa responden dalam
penanganan penimbulan limbah peternakan, penanganan yang
dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah menjadi pupuk
kandang dan biogas. Kondisi ini dilakukan karena kedua
penanganan tersebut efektif dalam mengatasi limbah peternakan.
Berdasarkan data tabel 25 diketahui bahwa sebelum adanya
pengolahan limbah responden telah memanfaatkan limbah dengan
berbagai alasan. Diketahui responden memanfaatkan limbah
peternakan dengan alasan untuk menjadikannya pupuk kandang.
c. Pengolahan
Pengolahan adalah upaya meningkatkan kualitas nilai guna,
nilai ekonomis dari limbah yang dihasilkan. Pengolahan limbah
peternakan dalam penelitian ini berupa pengolahan limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas. Berikut merupkan data
pengolahan limbah peternakan di Dusun Gondang :
86
Tabel 26. Data Rata-Rata Pengolahan limbah Peternakan Dusun
Gondang No Aspek Rata-rata
1 Jenis Limbah Organik Kotoran Urine
2 Pengolahan Lmbah Biogas
3 Alasan Penggunaan Biogas Pengganti LPG
4 Kendala pengolahan Kebocoran
Sumber : Data Primer 2016 (Rincian dalam lampiran Tabel 53)
Berdasarkan tabel 26 diketahui bahwa jenis limbah organik
yang ada di peternakan Dusun Gondang adalah berupa padat dan
cair yaitu kotoran dan urine. Diketahui dari tabel 26 bahwa seluruh
responden memiliki instalasi biogas dan menfaatkannya dalam
upaya mengatasi limbah peternakan dan meningkatkan nilai guna
dari limbah peternakan tersebut.
Berdasarkan data tabel 26 diketahui responden
menggunakan biogas dengan alasan utama yaitu sebagai pengganti
LPG. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengalami kendala dalam pengolahan limbah peternakan
sapi perah menjadi energi alternatif biogas. Adapun permasalahan
tersebut didominasi oleh kebocoran dalam instalasinya, bahkan
tidak hanya bocor tetapi ditemukan keretakan pada digester dan
membuat responden harus mengeluarkan biaya tambahan untuk
menambalnya.
d. Pembuangan akhir
Pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat
kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini
dilakukan adalah open dumping yaitu sampah yang ada hanya
87
ditempatkan begitu saja sehingga menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan. Pembuangan penelitian ini tidak hanya dilakukan
dengan open dumping, sisa dari pengolahan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas, oleh responden dimanfaatkan
kembali menjadi pupuk padat.
Tabel 27. Data Rata-rata Pembuangan Akhir dalam Pengelolaan
Limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas.
No Aspek Rata-rata
1 Sisa Pengolahan Biogas Sludge
2 Jenis Zat Sisa Padat
3 Dapat dimanfaatkan Iya
4 Pemanfaatan Kembali Pupuk
Sumber : Data Primer 2016 (Rincian dalam lampiran Tabel 54)
Data Tabel 27 tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas masih
memiliki sisa pengolahan berupa zat padat (Sludge). Dengan
keberadaan sisa pengolahan ini dimanfaatkan oleh responden
sebagai pupuk untuk mendukung pertanian.
3. Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi
Perah sebagai Energi Alternatif Biogas di Dusun Gondang
Partisipasi penduduk dalam kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sapi perah senagai energi alternatif biogas merupakan peran
serta secara aktif penduduk dalam kegiatan mengurangi limbah
peternakan. Partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan
sapi perah sebagai energi alternatif biogas di Dusun Gondang diukur
berdasarkan besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan
pengelolaan tersebut mulai dari tahap identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta
88
evaluasi kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas.
Tahapan partisipasi penduduk dalam penelitian ini dari tahap
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan
dapemeliharaan serta evaluasi dikategorikan dalam tiga kelas, yaitu
rendah, sedang dan tinggi. Kategori tersebut diperoleh berdasarkan
skoring dari masing masing indikator pada setiap tahapan partisipasi
penduduk, yang kemudian diklasifikasikan dalam tingkatan rendah,
sedang dan tinggi.
Skoring merupakan pemberian skor relatif pada setiap jawaban
responden berdasarkan nilai potensi dan asumsi yang digunakan
sehingga memudahkan dalam analisis. Total skor akhir responden pada
setiap tahapan nantinya dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat
partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas di Dusun Gondang apakah dalam
tingkatan rendah, sedang atau tinggi.
Tingkat partisipasi penduduk dalam kategori tinggi
menunjukkan bahwa responden terlibat secara aktif dalam kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas. Tingkat partisipasi penduduk dalam kategori sedang
menunjukkan bahwa keterlibatan responden dalam berbagai tahapan
kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas kurang aktif, karena hanya ikut-ikutan atau ajakan dari
orang lain sehingga kurang memberikan sumbangan pemikiran dalam
89
berbagai kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas. Partisipasi penduduk dalam kategori rendah
dapat diasumsikan bahwa keterlibatan responden tidak aktif karena
responden tidak mengetahui akan adanya rencana kegitan pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas,
responden hanya ikut serta memanfaatkan hasil biogas.
a. Partisipasi penduduk dalam tahap identifikasi masalah
Kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas bertujuan untuk mengurangi limbah yang
dihasilkan dari peternakan, membutuhkan peran serta penduduk di
Dusun Gondang dalam persiapan awal atau mengidentifikasi
berbagai masalah yang ada. Kegiatan tersebut sangat penting
dilakukan oleh penduduk yang tinggal di Dusun Gondang, agar
pengelolaan limbah peternakan yang dilakukan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan penduduk. Penduduk harus terlibat dalam
kegiatan persiapan awal atau identifikasi masalah pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas karena
mereka yang mengetahui kondisi dan permasalahan yang dihadapi
serta kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas.
Identifikasi masalah yang dilakukan oleh penduduk dari
tingkat terbawah sangat diperlukan dengan tujuan agar kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas yang dilaksanakan merupakan aspirasi dari penduduk Dusun
90
Gondang, sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Partisipasi penduduk dalam tahap identifikasi masalah,
merupakan kegiatan awal penduduk dalam perencanaan pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas yang
akan dilaksanakan. Keterlibatan penduduk dalam menggali masalah
ancaman limbah yang dihadapi dusun Gondang. Besarnya tingkat
partisipasi penduduk dalam tahap identifikasi masalah, dapat dilihat
dari besarnya skor yang diperoleh responden berdasarkan indikator
yang digunakan untuk mengukur tingkat pertisipasi penduduk pada
tahap perencanaan awal.
Hasil penelitian yang dilakukan dilapangan dengan sampel
42 kepala keluarga Dusun Gondang, gambaran partisipasi penduduk
pada tahap identifikasi masalah sebagai berikut:
91
Tabel 28. Pertisipasi Penduduk berdasarkan Indikator pada Tahap
Identifikasi Masalah
No Indikator Partisipasi penduduk
tahap Persiapan Awal
Frekuensi Persentasi
1 Pengetahuan Penduduk
tantang kegiatan tentang
pengelolaan limbah
peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif
biogas
Mengetahui kegiatan
tentang pengelolaan
limbah peternakan sapi
perah sebagai energi
alternatif biogas
34 81,0
Tidak mengetahui
kegiatan tentang
pengelolaan limbah
peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif
biogas
8 19,0
Jumlah 42 100,0
2 Perolehan informasi tentang
pengolahan limbah
peternakan sebagai energi
alternatif biogas
Mencari informasi
sendiri
1 2,4
Pemerintah/ tokoh
penduduk
33 78,6
Tetangga 0 0,0
Tidak Mengetahui 8 19,0
Jumlah 42 100,0
3 Keterlibatan dalam tahap
identifikasi masalah
Terlibat 25 59,5
Tidak terlibat 17 40,5
Jumlah 42 100,0
4 Keterlibatan dalam tahap
identifikasi masalah dan
terlibat dalam memberikan
usulan/ masukan kegiatan
identifikasi masalah
Terlibat dalam
identifikasi dan
masukan
20
47,6
Terlibat dalam
identifikasi tetapi tidak
memberi masukan
5 11,9
Tidak terlibat dalam tahap identifikasi masalah dan tidak
terlibat dalam memberikan usulan
17 40,5
Jumlah 42 100,0
5 Motivasi terlibat dalam tahap
identifikasi masalah
Kesadaran 20 47,6
Ikut-ikutan 5 11,9
Takut 0 0,0
Tidak memiliki
motivasi
17 40,5
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 28 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang
mengetahui tentang rencana kegiatan pengelolaan limbah
92
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas di Dusun
Gondang sebesar 81% dan yang tidak mengetahui sebesar 19 %.
Respondenyang mengetahui kegiatan tentang pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas yang
diketahui oleh responden sebagai berikut :
93
Tabel 29. Pengetahuan Responden tentang Kegiatan Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif
Biogas.
No Kegiatan Pengelolaan Limbah Frekuensi Persentasi
1 Mengetahui Penentuan Lokasi 34 81,0
Tidak mengetahui penentuan
lokasi
8 19,0
Jumlah 42 100,0
2 Mengetahui persiapan alat dan
bahan
24 57,1
Tidak mengetahui persiapan alat
dan bahan
18 42,9
Jumlah 42 100,0
3 Mengetahui pembuatan lubang
digester
25 59,5
Tidak mengetahui pembuatan
lubang digester
17 40,5
Jumlah 42 100,0
4 Mengetahui pembuatan saluran
pemasukan
26 61,9
Tidak mengetahui pembuatan
saluran pemasukan
16 38,1
Jumlah 42 100,0
5 Mengetahui pembuatan saluran
pengeluaran dan penampungan
26 61,9
Tidak mengetahui pembuatan
saluran pengeluaran dan
penampungan
16 38,1
Jumlah 42 100,0
6 Mengetahui instalasi 28 66,7
Tidak mengetahui instalasi 14 33,3
Jumlah 42 100,0
7 Mengetahui pembuatan pipa
saluran gas
28 66,7
Tidak mengetahui pembuatan
pipa saluran gas
14 33,3
Jumlah 42 100,0
Sumber :Data Primer 2016
Tabel 29 menunjukkan bahwa pengetahuan
responden tentang rencana kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas di
Dusun Gondang berupa penentuan Lokasi 81%, persiapan
94
alat dan bahan 57,1%, pembuatan lubang digester 59,5%,
pembuatan saluran pemasukan 61,9%, pembuatan saluran
pengeluaran dan penampungan 61,9%, pemasangan
/instalasi 66,7%, dan pembuatan pipa saluran gas 66,7%.
Penentuan lokasi merupakan kegiatan pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas
yang paling awal dan mendasar. Semua penduduk
mengetahui tentang penentuan lokasi mengingat penentuan
lokasi ini tidak boleh jauh dari sumber bahan baku biogas
sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya. Tabel 29
juga menunjukkan lebih dari setengah responden yang
mengetahui kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas sudah memahami
hampir secara keseluruhan. Penduduk dalam hal ini sudah
mengetahui tentang tahapan kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas
dikarenakan telah dilakukan penyuluhan dari pihak
pemerintah selaku penyelenggara kegiatan.
Responden yang mengetahui rencana kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas di dusun Gondang, sebesar 78,6% mendapat
informasi dari pemerintah (kementrian ESDM) dan
responden yang aktif mencari informasi sendiri melalui
berbagai media hanya sebesar 2,4%.
95
Partisipasi penduduk pada tahap identifikasi masalah, dapat
dilihat dari keterlibatan penduduk Dusun Gondang dalam
megidentifikasi masalah pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas. Tabel 28 menunjukkan dari 42
responden yang terlibat dalam kegiatan identifikasi masalah
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas sebesar 81%, sedangkan yang tidak terlibat dalam
identifikasi masalah sebesar 19%. Responden yang terlibat dalam
kegiatan identifikasi masalah, sebesar 59,5% aktif dalam
memberikan usulan atau pendapat dalam kegiatan identifikasi
masalah pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas di Dusun Gondang dan sebesar 40,5% tidak aktif
dalam memberikan usulan atau pendapat. Masukan atau usulan yang
diberikan responden Dusun Gondang sebagai berikut :
96
Tabel 30. Keterlibatan dalam Tahap Identifikasi Masalah dan
Masukan Responden dalam Kegiatan Identifikasi
Masalah Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah
sebagai Energi Alternatif Biogas
No Masalah Pengelolaan Limbah
Peternakan
Frekuensi Persentasi
1 Masukan Terlibat dalam
identifikasi
masalah dan
memberikan
masukan limbah
dapat menurunkan
mutu lingkungan
dan kesehatan
13 31,0
Mengganggu
kenikmatan hidup
penduduk
5 11,9
Mengurangi
pengeluaran
ekonomi
2 4,7
2 Tidak terlibat dalam
memberikan masukan
5 11,9
3 Tidak terlibat dalam identifikasi
masalah dan tidak memberikan
masukan
17 40,5
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 30 menunjukkan bahwa masalah pengelolaan
limbah peternakan yang di identifikasi oleh responden yang
terlibat aktif dalam memberikan masukan atau usulan dalam
kegiatan identifikasi masalah adalah bahaya limbah
peternakan yang dapat menurunkan mutu lingkungan dan
kesehatan yaitu sebesar 31%, serta adanya masalah
mengganggu kenikmatan hidup penduduk sebesar 11,9%.
Motivasi responden yang terlibat dalam kegiatan identifikasi
masalah antara lain kesadaran sebesar 47,6% dan ikut-ikutan sebesar
11,9%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
97
Dusun Gondang menyadari bahwa mereka memiliki peternakan
yang mempunyai banyak masalah dan harus diselesaikan.
Tingkat partisipasi penduduk Dusun Gondang dalam tahap
persiapan awal atau identifikasi masalah dalam pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas, berdasarkan
skor yang telah ditentukan, dapat disajikan pada tabel 31 sebagai
berikut :
Tabel 31. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Identifikasi
Masalah Pengelolaan Limbah Peternakan di Dusun
Gondang
No Tingkat partisipasi
Penduduk
Frekuensi Persentasi
1 Rendah 17 40,5
2 Sedang 5 11,9
3 Tinggi 20 47,6
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 8. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap
Identifikasi Masalah Pengelolaan Limbah Peternakan
sebagai Energi Alternatif Biogas di Dusun Gondang
Tabel 31 menunjukkan bahwa partisipasi penduduk dalam
tahap identifikasi masalah di Dusun Gondang, yang berada pada
40,5
11,9
47,6
Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Identifikasi Masalah Pengelolaan Limbah Peternakan di
Dusun Gondang
Rendah
Sedang
Tinggi
98
tingkatan rendah 40,5%, tingkatan sedang 11,9% dan yang berda
pada tingkatan tinggi sebesar 47,6%. Sebesar 47,6% penduduk pada
tahap identifikasi masalah berada pada tingkat tinggi, artinya
penduduk Dusun Gondang hampir sebagian besar terlibat secara
aktif dalam mengidentifikasi masalah pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas di Dusun
Gondang. Kondisi tersebut membuktikan bahwa penduduk hampir
sebagian besar sudah memiliki kepedulian dan kepekaan dalam
menemukan dan mengidentifikasi masalah pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas yang harus
diselesaikan.
b. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Perencanaan
Perencanan dalam kegiatan pengelolaan limbah peternakan
sapi perah sebagai energi alternatif biogas merupakan suatu proses
mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam
pengurangan resiko dari limbah peternakan melalui pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas.
Perencanaan berfungsi memberikan pedoman atau petunjuk untuk
menentukan kegiatan-kegiatan pengelolaan limbah peternakan yang
akan dilakukan agar efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Proses perencanaan kegiatan pengelolaaan limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas harus melibatkan
penduduk agar dapat diketahui informasi mengenai kondisi dan
99
kebutuhan penduduk dalam menghadapi limbah peternakan.
Perencanaan yang melibatkan penduduk menunjukkan bahwa ide
dan aspirasi yang datang dari penduduk tidak diabaikan, namun
tersalurkan sesuai dengan kebutuhan sebagian besar penduduk.
Partisipasi penduduk dalam tahap perencanaan kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas menunjukkan bahwa pendudu terlibat aktif dan peduli bahwa
permasalahan limbah peternakan merupakan tanggung jawab
bersama. Permasalahan limbah peternakan merupakan masalah
yang harus dihadapi, salah satunya dengan merencanankan kegiatan
pengelolaan limbah petrnakan menjadi energi alternatif biogas yang
tepat dan didukung oleh semua pihak baik pemerintah maupun
penduduk.
Kenyataanya tidak semua penduduk erpartisipasi pada tahap
perencanaan ini dengan berbagai alasan. Besarnya partisipasi
penduduk dapat diukur menggunakan indikator yang digunakan
untuk mengukur tingkat partisipasi penduduk dalam tahap
perencanaan.
Hasil penelitian yang dilakukan di lapangan dengan
responden 42 kepala keluarga Dusun Gondang menunjukkan
gambaran partisipasi penduduk pada tahap perencanaan kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas adalah sebagi berikut :
100
Tabel 32. Partisipasi Penduduk Berdasarkan Indikator Pada Tahap
Perencanaan.
No Indikator Partisipasi
penduduk
dalam tahap
perencanaan
Frekuensi Persentasi
1 Keterlibatan dalam tahap perencanaan
kegiatan pengelolaan limbah
Terlibat 36 85,7
Tidak Terlibat 6 14,3
Jumlah 42 100,0
2
Perencanaan
kegiatan
pengelolaan
limbah
peternakan sapi
perah sebagai
energi alternatif
biogas yang
diikuti
Penentuan lokasi Terlibat 36 85,7
Tidak Terlibat 6 14,3
Jumlah 42 100,0
Persiapan Alat dan
Bahan
Terlibat 27 64,3
Tidak Terlibat 15 35,7
Jumlah 42 100,0
Pembuatan Lubang
digester
Terlibat 27 64,3
Tidak Terlibat 15 35,7
Jumlah 42 100,0
Pembuatan saluran
pemasukan
Terlibat 30 71,4
Tidak terlibat 12 28,6
Jumlah 42 100,0
Pembuatan saluran
pengeluaran dan bak
penampungan
Terlibat 29 69,0
Tidak Terlibat 13 31,0
Jumlah 42 100,0
Pemasangan/
instalasi
Terlibat 30 71,4
Tidak terlibat 12 28,6
Jumlah 42 100,0
Pemasangan pipa
saluran gas
Terlibat 27 64,3
Tidak Terlibat 15 35,7
Jumlah 42 100,0
3
Keterlibatan dalam tahap
perencanaan kegiatan
pengelolaan limbah dan
terlibat dalam memberikan
usulan/masukan kegiatan
perencanaan
Terlibat dalam
perencanaan dan
masukan
31 73,8
Terlibat dalam
perencanaan tetapi tidak
memberikan ususlan
5 11,9
Tidak terlibat dalam tahap perencanaan dan tidak terlibat
dalam memberikan usulan
6 14,3
Jumlah 42 100,0
4
Motivasi terlibat dalam perencanaan Takut 0 0,0
Ikut-ikutan 6 14,3
Kesadaran 30 71,4
Tidak terlibat dalam perencanaan 6 14,3
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data primer 2016
101
Tabel 32 menunjukkan bahwa dari 42 responden Dusun
Gondang, responden yang terlibat dalam perencanaan kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas sebesar 85,7%, sedangkan yang tidak terlibat dalam kegiatan
perencanaan sebesar 14,3%. Responden yang terlibat dalam
kegiatan perencanaan sebesar 73,8 % aktif memberikan usulan dan
masukan dalam perencanaan kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas, sedangkan
sisanya sebesar 11,9 % tidak aktif dan hanya sekedar terlibat tanpa
memberikan ide atau usulan dalam perencanaan kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas. Usulan atau masukan dalam perencanaan kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas yang diberikan oleh responden sebagai berikut :
102
Tabel 33. Keterlibatan dalam Tahap Perencanaan dan terlibat
Memberikan Masukan dalam perencanaan
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai
Energi Alternatif Biogas di Dusun Gondang
No Masalah
Pengelolaan
Limbah Peternakan
Keterlibatan Frekuensi Persentasi
1 Lokasi dekat
dengan kandang
peternakan
Terlibat 19 45,2
Tidak Terlibat 12 28,6
Terlibat dalam tahap perencanaan
dan tidak terlibat dalam memberikan
usulan
5 11,9
Tidak terlibat dalam tahap
perencanaan dan tidak terlibat dalam
memberikan usulan
6 14,3
Jumlah 42 100,0
2 Kapasitas digester
yang lebih besar
Terlibat 14 33,3
Tidak Terlibat 17 40,5
Terlibat dalam tahap perencanaan
dan tidak terlibat dalam memberikan
usulan
5 11,9
Tidak terlibat dalam tahap
perencanaan dan tidak terlibat dalam
memberikan usulan
6 14,3
Jumlah 42 100,0
3 Pemilihan alat dan
bahan yang baik
Terlibat 9 21,4
Tidak Terlibat 22 52,4
Terlibat dalam tahap perencanaan
dan tidak terlibat dalam memberikan
usulan
5 11,9
Tidak terlibat dalam tahap
perencanaan dan tidak terlibat dalam
memberikan usulan
6 14,3
Jumlah 42 100,0
4 Pekerja borongan
yang baik
Terlibat 6 14,3
Tidak Terlibat 25 61,9
Terlibat dalam tahap perencanaan
dan tidak terlibat dalam memberikan
usulan
5 11,9
Tidak terlibat dalam tahap
perencanaan dan tidak terlibat dalam
memberikan usulan
6 14,3
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
103
Tabel 33 menunjukkan bahwa responden yang
terlibat secara aktif dalam memberikan masukan
perencanaan pengelolaan limbah peternakan sebagai energi
alternatif biogas, sebesar 45,2% mengusulkan lokasi yang
berdekatan dengan kandang peternakan. Lokasi yang dekat
dengan kandang peternakan sangat penting untuk
memudahkan dalam kegitan pegolahan biogas dalam hal ini
agar bahan baku tidak terlalu jauh mengangkut atau bahkan
tidak perlu diangkut. Selai itu usulan kapasitas digester yang
lebih besar mempunyai persentasi 33,3%, karena dengan
kapasitas digester yang besar akan menyerap limbah
peternaka yang besar sehingga dapat mengurangi limbah
dengan skala lebih besar. Usulan untuk pekerja yang baik
hanya diusulkan oleh 6 jiwa (14,3%), kondisi ini mengingat
proyek pengelolaan limbah peternakan merupakan program
dari pemerintah.
Penduduk yang terlibat pada tahap perencanaan, keseluruhan
penduduk terlibat dalam perencanaan penentuan lokasi pembuatan
instalasi biogas yaitu sebesar 85,7%, pemasangan instalasi sebesar
64,3%, pembuatan saluran pemasukan sebesar 64,3%, pembuatan
saluran pengeluaran dan bak penampungan sebesar 71,4%,
sedangkan persiapan alat dan bahan sebesar 69%, pembuatan lubang
digester 71,4% dan pemasangan pipa saluran gas 64,3%. Data
tersebut menunjukkan bahwa penduduk terlibat aktif dilihat dari
104
besarnya persentasi yang diperoleh dilapangan. Selain itu juga
diketahui penduduk sebagian besar sudah berperan aktif dalam
kegiatan perencanaan.
Motivasi penduduk yang telibat dalam kegiatan pengelolaan
limbah peternakan sebagi energi alternatif biogas antara lain karena
kesadaran sebesar 71,4 % dan ikut-ikutan sebesar14,3%. Sebagian
besar penduduk motivasinya adalah kesadaran, karena penduduk
sadar bahwa kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas harus direncanakan sebaik mungkin
agar memberikan manfaat yang optimal serta efektif dan efisien
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Responden yang terlibat
dalam kegiatan perencanaan mempunyai kesadaran yang tinggi
karena sebagian besar penduduk yang telibat biasanya adalah
peternak sapi perah yang aktif dan mmemiliki bahan baku yang
melimpah sehingga kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas yang dilakukan dapat
bermanfaat dan mewakili aspirasi serta kepentingan penduduk.
Tingkat partisipsi penduduk Dusun Gondang dalam
perencanaan kegiatan kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas, berdasarkan skor katergori
yang telah ditentukan, dapat disajikan pada tabel 34 sebagai berikut:
105
Tabel 34. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Perencanaan
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai
Energi Alternatif Biogas Di Dusun Gondang.
No Tingkat partisipasi
Penduduk
Frekuensi Persentasi
1 Rendah 5 11,9
2 Sedang 4 9,5
3 Tinggi 33 78,6
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 9. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap
Perencanaan Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi
Perah sebagai Energi Alternatif Biogas di Dusun
Gondang
Tabel 34 menunjukkan bahwa partisipasi penduduk dalam
tahap perancanaan di Dusun Gondang, yang berada pada tingkatan
rendah 11,9%, tingkatan sedang 9,5% dan yang berada pada
tingkatan tinggi sebesar 78,6%. Data tersebut menunjukkan bahwa
sebesar 78,6% tingkat partisipasi penduduk pada tahap perencanaan
tergolong dalam klasifikasi tinggi. Kondisi tersebut disebabkan
karena penduduk yang terlibat dalam tahap perencanaan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
11,9
9,5
78.6
Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Perencanaan Pengelolaan Limbah Peternakan sebagai Energi Alternatif Biogas Di Dusun Gondang
Rendah
Sedang
Tinggi
106
biogas semuanya memiliki bahan baku yang dapat dijadikan energi
alternatif biogas dan hasilnya akan bermanfaat bagi peternak.
c. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pelaksanaan
Partisipasi penduduk pada tahap pelaksanaan merupakan
ketrlibatan penduduk dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan
limbah peternakan menjadi energi alternatif biogas, yang telah
direncanakan di Dusun Gondang. Keterlibatan penduduk dalam
tahap pelaksanaan merupakan realisasi perencanan kegiatan yang
biasanya melibatkan seluruh elemen penduduk. Tahapan ini
membutuhkan dukungan yang cukup besar dari penduduk sat
pelaksanaan kegiatan dilapangan, baik berupa sumbangan tenaga,
dana maupun ide gagasan terkait dengan pengelolaan limbah
paternakan sebagai energi alternatif biogas.
Penduduk Dusun Gondang yang tinggal di daerah pedesaan
diharapkan memiliki partisipasi yang tinggi, karena masih kuatnya
nilai gotong royong antar penduduk dalam hal ini pemilik
peternakan. Tahap pelaksanaan ini membutuhkan keinginan dan
kemauan dari peternak untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas dengan kesadaran yang penuh bahwa masalah limbah
peternakan adalah tanggung jawab bersama para peternak.
Kegiatan pelaksanaan pengelolaan limbah peternakan
sebagai energi laternatif biogas di Dusun Godang membutuhkan
dukungan dari semua lapisan baik pemerintah maupun peternak.
107
Dukungan dari peternak sangat berperan dalam pelaksanaan
kegiatan pengelolaan limbah peternakan menjadi energi alternatif
biogas. Keterlibatan penduduk dalam tahap ini, sangat bermanfaat
dalam meningkatkan tanggung jawab dan rasa memiliki dalam
berbagai kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas yang dilaksanakan.
Partisipasi penduduk dalam tahap pelaksanaan dapat diukur
dengan menggunakan beberapa indikator, untuk mengukur tingkat
partisipasi penduduk pada tahap pelaksanaan kegiatan pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas di
Dusun Gondang.
Hasil penelitian dilapangan dengan sampel 42 kepala
keluarga Dusun Gondang menunjukkan gambaran partisipasi
penduduk pada tahap pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sebagai energi alternatif sebagi berikut :
108
Tabel 35. Partisipasi Penduduk berdasarkan Indikator pada Tahap
Pelaksanaan
No Indikator Partisipasi
penduduk tahap
Pelaksanaan
Frekuensi Persentasi
1 Katerlibatan dalam kegiatan
pelaksanaan pengelolaan
limbah
Terlibat 38 90,5
Tidak terlibat 4 9,5
Jumlah 42 100,0
2
Katerlibatan
dalam kegiatan
pengelolaan
limbah dan
memberikan
Sumbangan
dalam
pelaksanaan
kegiaatan
mitigasi
bencana
Tenaga Terlibat 21 50,0
Tidak Terlibat 17 40,5
Tidak Terlibat Sama Sekali 4 9,5
Jumlah 42 100,0
Dana Terlibat 18 42,9
Tidak Terlibat 20 47,6
Tidak Terlibat sama Sekali 4 9,5
Jumlah 42 100,0
Ide
gagasan
Terlibat 5 11,9
Tidak Terlibat 33 78,6
Tidak Terlibat Sama Sekali 4 9,5
Jumlah 42 100,0
3 Motivasi terlibat dalam
pelaksanaan
Takut 0 0,0
Ikut-ikutan 8 19,0
Kesadaran 30 71,4
Tidak Terlibat 4 9,5
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data primer 2016
Tabel 35 menunjukkan bahwa dari 42 responden Dusun
Gondang, responden yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas
sebesar 90,5%, sedangkan yang tidak terlibat dalam kegiatan
pelaksanaan sebesar 9,5%. Pelaksanaan program pengelolaan
limbah peternakan sebagi energi alternatif biogas yang diikuti oleh
responden dapat disajikan pada tabel 36 sebagai berikut:
109
Tabel 36. Keterlibatan Penduduk dalam Pelaksanaan Kegiatan
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai
Energi Alternatif Biogas
No Kegiatan
Pengelolaan
Limbah
Keterlibatan Frekuensi Persentasi
1 Penentuan Lokasi Terlibat 38 90,5
Tidak Terlibat 0 0,0
Tidak terlibat dalam pelaksanaan 4 9,5
Jumlah 42 100,0
2 Persiapan Alat
dan Bahan
Terlibat 32 76,2
Tidak Terlibat 6 14,3
Tidak terlibat dalam pelaksanaan 4 9,5
Jumlah 42 100,0
3 Pembuatan
Lubang Digester
Terlibat 33 78,6
Tidak Terlibat 5 11,9
Tidak terlibat dalam pelaksanaan 4 9,5
Jumlah 42 100,0
4 Pembuatan
Saluran
Pemasukan
Terlibat 32 76,2
Tidak Terlibat 6 14,3
Tidak terlibat dalam pelaksanaan 4 9,5
Jumlah 42 100,0
5 Pembuatan
Saluran
Pengeluaran dan
Penampungan
Terlibat 35 83,3
Tidak Terlibat 3 7,1
Tidak terlibat dalam pelaksanaan 4 9,5
Jumlah 42 100,0
6 Pemasangan /
Instalasi
Terlibat 31 73,8
Tidak Terlibat 7 16,7
Tidak terlibat dalam pelaksanaan 4 9,5
Jumlah 42 100,0
7 Pembuatan Pipa
Saluran Gas
Terlibat 33 78,6
Tidak Terlibat 5 11,9
Tidak terlibat dalam pelaksanaan 4 9,5
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 36 menunjukkan bahwa penduduk Dusun
Gondang sebagian besar berpartisipasi dalam pelaksanaan
kegiatan pengelolaan limbah peternakan sebagai energi
altenatif biogas berupa berpartisipasi dalam kegiatan
110
penentuan lokasi sebesar 90,5%, pembuatan saluran
pengeluaran dan penampungan sebesar 83,3%, pembuatan
lubang disester sebesar 78,86%, pembuatan pipa saluran gas
78,6%, persiapan alat dan bahan 76,2%, dan pemasangan/
instalasi 73,8%. Dari data tersebut diketahui hampir seluruh
responen berpartisipasi dalam kegiatan pelaksanaan,
meskipun diketahui sudah disediakan para petugas dari
pemerintah sebagai tenaga dalam pembuatan instalasi
biogas. Kondisi ini dikarenakan masih tingginya nilai gotong
royong para peternak sehingga banyak peternak yang ikut
andil dalam pembuatan instalasi biogas tersebut.
Tingkat partisipasi penduduk dalam tahap
pelaksanaan tergolong tinggi melihat hasil dari data melebihi
70% disetiap indikatornya. Selain diperkuat dengan gotong
royong yang tinggi, tingginya partisipasi dalam pelaksanaan
juga didasari rasa ingin tahu dari penduduk yang tinggi
sehingga penduduk tidak sungkan untuk ikut dalam
pembuatan. Alasan lain adalah karena penduduk bisa belajar
mengetahui detil pembuatan instalasi, sehingga jika terjadi
kerusakan dapat memperbaikinya sendiri.
Sumbangan yang diberikan oleh penduduk dalam
pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas berupa tenaga sebesar 50 %,
sumbangan dana sebesar 42,9% dan sumbangan ide atau gagasan
111
sebesar 11,9%. Data tersebut menunjukkan tidak semua penduduk
menyumbangkan tenaga dikarenakan setiap penduduk tidak
berkewajiban membuat sendiri dan telah disediakan petugas dari
pemerintah untuk pemasangan instalasi biogas. Walaupun demikian,
sebagian penduduk tetap ikut menyumbangkan tenaganya dalam
tahap pelaksanaan. Selain itu, penduduk juga menyumbangkan dana
dalam tahap pelaksanaan ini. Kondisi ini dikarenakan beberapa
kendala diantanya jauhnya lokasi biogas dengan dapur sehingga
membutuhkan tambahan dana untuk membeli bahan yang
dibutuhkan. Sebagian kecil penduduk juga menyumbangkan ide
atau gagasan dalam pelaksaan biasanya hanya dilakukan oleh orang
tertentu, contohnya kepala desa maupun tokoh penduduk karena
mereka dipandang memiliki pengalaman atau pengetahuan yang
lebih sehingga dapat mewakili kepentingan penduduk.
Motivasi penduduk Dusun Gondang yang terlibat dalam
kegiatan pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah peternakan
sebagi energi alternatif biogas antara lain karena kesadaran sebesar
71,4% dan ikut-ikutan sebesar 19%. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa penduduk dusun Gondang dalam pelaksanaan kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas masih menjunjung tinggi nilai gotong royong. Penduduk
dengan suka rela atau kesadaran tinggi ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pelaksanaan contohnya dalam pembuatan lubang digester
112
dilakukan bersama-sama dan bergantian hingga selesai, sehingga
mempercepat pembuatan instalasi biogas.
Tingkat partisipasi penduduk Dusun Gondang dalam
pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas, berdasarkan skor kategori yang
telah ditentukan dapat disajikan pada tabel 37 sebagai berikut:
Tabel 37. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah Peternakan di Dusun Gondang
No Tingkat partisipasi
Penduduk
Frekuensi Persentasi
1 Rendah 3 7,1
2 Sedang 6 14,3
3 Tinggi 33 78,6
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 10. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap
Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Peternakan di Dusun
Gondang
Tabel 37 menunjukkan tingkat partisipasi penduduk dalam
tahap pelaksanaan pengelolaan limbah peternakan di Dusun
Gondang berada pada tingkatan rendah sebesar 7,1%, sedang
7,1
14,3
78,6
Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pelaksanaan Pengelolaan Limbah
Peternakan di Dusun Gondang
Rendah
Sedang
Tinggi
113
sebesar 14,3%, dan tinggi sebesar 78,6%. Data tersebut
menunjukkan bahwa Tingkat partisipasi penduduk dalam tahap
pelaksanaan pengelolaan limbah peternakan di Dusun Gondang
sebagian besar berada pada tingkatan tinggi (78,6%). Kondisi ini
disebabkan karena masih tingginya nilai gotong royong sehingga
para peternak tidak merasa terpaksa terlibat dalam kegiatan
pelaksanaan pengelolaan limbah peternakan di Dusun Gondang.
Mereka menyadari bahwa pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas merupakan
tanggung jawab bersama, sehingga didukung oleh semua elemen
penduduk karena dapat memberikan manfaat yang cukup besar serta
merupakan kepentingan dan kebutuhan penduduk sebagai
pengurang resiko limbah peternakan.
d. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
Partisipasi penduduk dalam tahap pemanfaatan dan
pemeliharaan merupakan keterlibatan penduduk Dusun Gondang
dalam memanfaatkan serta memelihara pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagi energi alternatif biogas. Kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas yang bertujuan mengurangi limbah peternakan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya pada penduduk sekitar.
Manfaat kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas bagi penduduk dapat dirasakan
114
secara langsung dengan adanya pembangungan instalasi
pengelolaan biogas. Contohnya, pengurangan limbah peternakan
secara signifikan dan juga pengalihan kayu bakar ataupun LPG ke
biogas yang berdampak pada pengeluaran ekonomi yang semakin
sedikit. Manfaat lain yang didapat dari pengelolaan biogas ini adalah
sisa pengelolaan biogas yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
padatmaupun pupuk cair.
Besarnya manfaat yang diberikan dalam kegiatan
pengelolaan limbah peternakan diharapkan dapat menimbulkan rasa
memiliki penduduk terhadap pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas yang dilaksanakan. Kegiatan
yang secara langsung melibatkan pendudk, bertujuan agar penduduk
dapat berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan limbah peternakan
sapi perah sebagai energi alternatif biogas, termasuk dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan.
Penduduk yang terlibat dalam pemanfaatan dan
pemeliharaan berbagai pengelolaan limbah peternakan adalah
mereka yang memiliki rasa kecintaan terhadap lingkungan tempat
mereka tinggal, sehingga mereka perlu untuk hidup harmonis
berdampingan bersama alam (lingkungan area peternakan
mengingat mereka mayoritas adalah peternak). Penduduk
berkewajiban ikut serta dalam pemeliharaan berbagai penanganan
limbah peternakan yang dilaksanakan di daerahnya. Pemeliharaan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
115
biogas merupakan tanggung jawab bersama setiap penduduk
maupun pemerintah.
Partisipasi penduduk dalam tahap pemanfaatan dan
pemeliharaan dapat di ukur dengnan menggunakan beberapa
indikator, untuk mengukur tingkat partisipasi penduduk dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas di Dusun
Gondang.
Hasil penelitian dengan sampel 42 kepala keluarga
menunjukkan partisipasi penduduk pada tahap pemanfaatan dan
pemeliharaan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas sebagai berikut :
Tabel 38. Partisipasi Penduduk berdasarkan Indikator pada Tahap
Pemenfaatan dan Pemeilharaan
No Indikator Partisipasi masyarakat
tahap Pemanfaatan dan
pemeliharaan
Frekuensi Persentasi
1 Katerlibatan
dalam kegiatan
pemanfaatan
Terlibat 42 100,0
Tidak terlibat 0 0,0
Jumlah 42 100,0
2 Katerlibatan
dalam kegiatan
pemeliharaan
Terlibat 39 93,0
Tidak terlibat 3 7,0
Jumlah 42 100,0
3 Motivasi terlibat
dalam
pemanfaatan dan
pemeliharaan
Takut 0 0,0
Ikut-ikutan 10 23,8
Kesadaran 32 76,2
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
116
Tabel 38 menunjukkan bahwa dari 42 responden, seluruh
responden terlibat dalam pemanfaatan berbagai hasil dari
pengelolaan limbah peternakan. Artinya pengelolaan limbah
peternakan sapi perah memberikan manfaat yg optimal bagi
penduduk. Berbagai kegiatan pemanfaatan tersebut yaitu sebagai
berikut :
Tabel 39. Keterlibatan Penduduk dalam Pemanfaatan Kegiatan
Pengelolaan Limbah Peternakan Sebagai Energi
Alternatif Biogas
No Kegiatan
Pemanfaatan
Keterlibatan Frekuensi Persentasi
1 Pengalihan kayu
bakar maupun
LPG ke biogas
Terlibat 42 100
Tidak Terlibat 0 0
Jumlah 42 100
2 Pemanfaatan sisa
pengelolaan
biogas sebagai
pupuk cair
maupun padat
Terlibat 16 38,1
Tidak Terlibat 26 61,9
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 39 menunjukkan bahwa penduduk Dusun
Gondang dalam melakukan kegiatan pemanfaatan tercatat
sebesar 100% berupa pengalihan kayu bakar atau LPG ke
biogas dan sebesar 38,1% berupa pemanfaatan sisa
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif
biogas menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Kondisi ini
menunjukkan bahwa penduduk Dusun Gondang sebagian
besar telah beralih menggunakan biogas dan dapat dikatakan
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif
117
biogas dapat memberikan manfaat yang berarti bagi
penduduk.
Pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas yang dimanfaatkan oleh penduduk wajib sebaik
mungkin sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab. Penduduk
yang terlibat dalam pemeliharaan pengelolaan limbah peternakan
sapi perah sebagai energi alternatif biogas di Dusun Gondang
berdasarkan tabel 36 sebesar 93%, sedangkan yang tidak terlibat
sebesar 7%. Keterlibatan responden dalam pemeliharaan
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas
dapat disajikan pada tabel 40 sebagai berikut:
Tabel 40. Keterlibatan Penduduk dalam Pemeliharaan Pengelolaan
Limbah Peternakan sebagai Energi Alternatif Biogas
No Kegiatan pemanfaatan Frekuensi Persentasi
1 Membersihkan daerah sekitar
lokasi pengelolaan limbah
peternak
20 47,7
2 Pengecekan instalasi
pengelolaan limbah biogas
14
33,3
3 Mengikuti butir 1 dan 2 5 11,9
Tidak Terlibat 3 7,1
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 40 menunjukkan bahwa partisipasi responden dalam
pemeliharaan didominasi membersihkan daerah sekitar lokasi
pengelolaan biogas sebesar 47,7% dan pengecekan instalasi
pengelolaan biogas sebesar 33,3%. Membersihkan lokasi
pengelolaan limbah bertujuan agar tidak tercampurnya bahan
organik dari kotoran maupun urine sapi dengan bahan anorganik
118
seperti bahan kimia (sabun bekas mencuci sapi, air yang
terkontaminasi bahan kimia lainnya). Bahan baku biogas jika
bercampur dengan bahan kimia yang berasal dari cairan kimia
berpotensi mematikan bakteri pengurai yang ada dalam bahan baku
sehingga dapat mematikan proses penguraian dalam digester.
Pengecekan berkala pada instalasi pengelolaan limbah bertujuan
mengurangi kemungkinan kerusakan yang terjadi, misalnya
kebocoran, tersumbatnya lubang saluran instalasi.
Motivasi penduduk Dusun Gondang yang terlibat pada tahap
pemanfaatan dan pemeliharaan antara lain karena kesadaran sebesar
76,2% dan ikut-ikutan sebesar 23,8%. Sebagian besar responden
memiliki motivasi kesadaran karena mereka menyadari bahwa
kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagi energi
alternatif biogas memberikan manfaat yang cukup besar bagi
penduduk dalam mengurangi resiko limbah peternakan dan
memberikan keringanan pengeluaran (ekonomi bulanan dan
pengadaan pupuk) sehingga mereka berusaha memelihara dengan
rasa tanggung jawab dan saling memiliki.
Tingkat partisipasi penduduk Dusun Gondang dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan berbagai pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas, berdasarkan
skor kategori yang telah ditentukan, dapat disajikan pada tabel 41
sebagai berikut :
119
Tabel 41. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pemanfaatan
dan Pemeliharaan Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi
Perah sebagai Energi Alternatif Biogas
No Tingkat partisipasi
Penduduk
Frekuensi Persentasi
1 Rendah 0 0,0
2 Sedang 3 7,1
3 Tinggi 39 92,9
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer
Gambar 11. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Pengelolaan Limbah
Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas
Tabel 41 menunjukkan bahwa sebesar 92,9% penduduk
Dusun Gondang memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap
pemanfaatan dan pemeliharaan pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagi energi alternatif biogas. Penduduk dengan tingkat
partisipasi sedang sebesar 7,1%, sehingga tidak ada penduduk yang
tingkat partisipasinya rendah. Sebagian besar penduduk tingkat
partisipasinya tinggi karena mereka sadar bahwa berbagai
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagi energi alternatif
harus dijaga dan dipelihara agar memberikan manfaat yang lebih
7,1
92,9
Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas
Sedang
Tinggi
120
lama. Data tersebut menunjukkan bahwa tidak ada penduduk yang
termasuk tingkatan partisipasi rendah yang berarti bahwa
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
di Dusun Gondang dapat memberikan manfaat yang besar bagi
penduduk, sehingga sebagian besar penduduk terlibat dalam
kegiatan pemeliharaan karena merasa memiliki dan bertanggung
jawab untuk ikut menjaga berbagai kegiatan yang dilaksanakan.
e. Partisipasi Penduduk dalam Tahap Evaluasi
Partisipasi penduduk dalam tahap evaluasi merupakan tahap
dimana penduduk terlibat dalam kegiatan pengelolaan limbah
peternakan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai kegiatan
yang telah dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau
masih ada yang harus diperbaiki. Keterlibatan penduduk pada tahap
evaluasi menunjukkan kepedulian dan perhatian penduduk terhadap
pengelolaan limbah peternakan yang telah dilaksanakan, sehingga
dapat dilakukan tindak lanjut yang sesuai dengan kebutuhan.
Tingkat partisipasi penduduk pada tahap evaluasi dapat diketahui
dengan melihat skor yang diperoleh responden, berdasarkan
indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi
penduduk dalam tahap evaluasi di Dusun Gondang.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan responden sejumlah
42 kepala keluarga Dusun Gondang menunjukkan gambaran
partisipasi penduduk pada tahap evaluasi kegiatan pengelolaan
121
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas
sebagai berikut :
Tabel 42. Partisipasi Penduduk Berdasarkan Indikator Pada Tahap
Evaluasi
No Indikator Partisipasi
masyarakat
tahap evaluasi
Frekuensi Persentasi
1 Katerlibatan
dalam kegiatan
evaluasi
pengelolaan
limbah
peternakan
Terlibat 41 97,6
Tidak terlibat 1 2,4
42 100,0
2 Katerlibatan
dalam kegiatan
evaluasi dan
terlibat dalam
memberikan
usulan
kegiatan
evaluasi
Terlibat 34 81,0
Tidak terlibat 7
16,6
Tidak terlibat tahap evaluasi 1 2,4
42 100,0
3 Motivasi
terlibat dalam
Evaluasi
Takut 0 0,0
Ikut-ikutan 8 19,0
Kesadaran 33 78,6
Tidak Terlibat tahap evaluasi 1 2,4
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 42 menunjukkan bahwa dari 42 responden Dusun
Gondang, responden yang terlibat dalam kegiatan evaluasi
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas sebesar 97,6%, sedangkan yang tidak terlibat sebesar 2,4%.
Penduduk yang terlibat dalam kegiatan evaluasi, sebesar 81%
terlibat aktif dalam memberikan usulan/ masukan, sedangkan
sebesar 16,6% tidak aktif memberikan usulan atau masukan dalam
122
kegiatan pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif
biogas. Masukan atau usulan responden yang terlibat dalam tahap
evaluasi pengelolaan limbah peternakan sebagi energi alternatif
biogas adalah sebagi berikut :
Tabel 43. Katerlibatan dalam Kegiatan Evaluasi dan Terlibat
Memberikan Masukan dalam Kegiatan Evaluasi
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai
Energi Alternatif Biogas
No Kegiatan Pemeliharaan Frekuensi Persentasi
1 Kegiatan penyuluhan dan
sosialisai pengelolaan limbah
dilakukan secara berkala
22 79,4
2 Berbagi pengalaman antar sesama
pemilik instalasi biogas
7 35,3
3 Memberikan saran butir 1 dan 2 5 11,9
4 Tidak terlibat dalam evaluasi
tanpa memberikan usulan
7 16,7
5 Tidak terlibat dalam Evaluasi
keseluruhan
1 2,4
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Masukan atau usulan responden berdasarkan tabel 43
dapat diketahui bahwa sebesar 79,4% mengusulkan kegiatan
sosialisasi penyuluhan dan sosialisasi pengolahan limbah
dilakukan secara berkala, sebesar 35,3% mengusulkan
adanya acara untuk saling berbagi pengalaman antar pemilik
instalasi biogas. Kegiatan penyuluhan dan sosialisasi
pengelolaan limbah dilakukan secara berkala memilki
persentasi cukup besar dikarenakan agar penduduk
mendapatkan bekal pengetahuan dan adanya pengawasan
pada warga yang mengalami kendala. Kegiatan ini sangat
dibutuhkan karena peran serta pemerintah dalam
123
menggerakkan penduduk menjadi awal yang baik agar
pengelolaan limbah peternakan terus berlangsung dan bisa
terus terjaga kelangsungannya. Usulan untuk mengadakan
acara saling berbagi pengalaman menjadi masukan yang
perlu dipertimbangkan karena dengan adanya acara serupa
akan membantu penduduk dalam mengelola limbah
peternakan menjadi lebih baik selain itu kendala yang
dihadapi penduduk dalam pengelolaan limbah dapat
dipecahkan atau diselesaikan bersama.
Motivasi penduduk Dusun Gondang terlibat kegiatan
evaluasi pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif antara lain karena kesadaran 78,6% dan ikut-ikutan sebesar
19%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi
penduduk yang telibat dalam kegiatan evaluasi adalah kesadaran
(80,5%), artinya penduduk memiliki kepedulian yang tunggi
terhadap hasil kegiatan yang dilaksanakan di Dusun Gondang.
Tingkat partisipasi penduduk Dusun Gondang dalam
evaluasi pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif
biogas, berdasarkan skor kategori yang telah ditentukan, dapat
disajikan pada tabel 44 sebagai berikut:
124
Tabel 44. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Evaluasi
Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah Sebagai
Energi Alternatif Biogas Di Desa Gondang
No Tingkat partisipasi
Penduduk
Frekuensi Persentasi
1 Rendah 1 2,4
2 Sedang 4 9,5
3 Tinggi 37 88,1
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 12. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap
Evaluasi Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Perah
sebagai Energi Alternatif Biogas
Tabel 44 menunjukkan bahwa sebesar 88,10% penduduk
Dusun Gondang memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap
evaluasi pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagi energi
alternatif biogas. Sedangkan, penduduk dengan partisipasi sedang
sebesar 9,5%. Pada tahap evaluasi sebagian besar pada tingkatan
tinggi yaitu 88,1%, kondisi ini menunjukkan bahwa penduduk
Dusun Gondang memiliki kepedulian dan kesadaran untuk
menindak lanjuti berbagai kegiatan yang dilaksanakan. Keterlibatan
penduduk pada tahap evaluasi bertujuan untuk meningkatkan
2,38
9,52
88,10
Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Tahap Evaluasi Pengelolaan Limbah Peternakan
Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas
Rendah
Sedang
Tinggi
125
kemampuan masyarakat untuk menilai kesesuaian maupun
kekurangan terhadap hasil kegiatan pengelolaan limbah peternakan,
apakah sesuai kebutuhan ataukah belum. Kegiatan evaluasi ini,
apabila belum tercapai, maka dapat digunakan sebagai pedoman
perencanaan kegiatan pengelolaan limbah dimasa yang akan datang
agar lebih sesuai dengan kebutuhan penduduk.
4. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan Limbah
peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas
Kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas, merupakan kepentingan dan kebutuhan bagi
penduduk mengingat di Dusun Gondang memiliki potensi limbah
peternakan yang dapat mengganggu keberlangsunan hidup penduduk.
Berbagai upaya pengelolaan limbah peternakan yang dilaksanakan
dapat berhasil dan tepat sasaran, apabila melibatkan penduduk dalam
berbagai kegiatan. Partisipasi penduduk dalam kegiatan pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagi energi alternatif biogas dapat
dilihat dari keikutsertaan penduduk dalam setiap tahapan mulai dari
identifikasi masalah, perencanaa, pelaksanaan, pemanfaatan dan
pemeliharaan derta evaluasi.
Tingkat partisipasi penduduk Dusun Gondang dalam
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas,
berdasarkan skor kategori yang telah ditentukan, dapat disajikan pada
tabel 45 sebagai berikut :
126
Tabel 45. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan Limbah
Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas Di
Dusun Gondang
No Tingkat partisipasi
Penduduk
Frekuensi Persentasi
1 Rendah 1 2,4
2 Sedang 7 16,7
3 Tinggi 34 80,9
Jumlah 42 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Gambar 13. Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk dalam
Pengelolaan Limbah Peternakan sebagai Energi Alternatif
Biogas
Tabel 45 menunjukan bahwa besarnya tingkat partisipasi
penduduk Dusun Gondang dalam pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas, yang tergolong dalam tingkat
partisipasi tinggi sebesar 80,9%, tingkat partisipasi sedang sebesar
16,7% dan partisipasi rendah 2,4%. Data secara keseluruhan maka
dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi penduduk dalam
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagi energi alternatif
biogas di Dusun Gondang tergolong dalam tingkatan Tinggi yaitu
sebesar 80,9%. Kondisi ini dapat dijelaskan menggunakan tabel tingkat
2,4
16,7
80,9
Diagram Pie Tingkat Partisipasi Penduduk Dalam pengelolaan Limbah Peternakan sebagai Energi
Alternatif Biogas
Rendah
Sedang
Tinggi
127
partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas pada masing masing tahapan partisipasi
sebagai berikut:
Tabel 46. Tingkat Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan Limbah
Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas.
No Kategori
Parameter
Tahapan partisipasi Penduduk
Identifikasi
Masalah
Perencanaan Pelaksanaan Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
Evaluasi
Jiwa % Jiwa % Jiwa % Jiwa % Jiwa %
1 Rendah 17 40,5 5 11,9 3 7,1 0 0,0 1 2,4 2 Sedang 5 11,9 4 9,5 6 14,3 3 7,1 4 9,5 3 Tinggi 20 47,6 33 78,6 33 78,6 39 92,9 37 88,1
Jumlah 42 100,0 42 100,0 42 100,0 42 100,0 42 100,0 Sumber : Data Primer 2016
Tingkat partisipasi penduduk Dusun Gondang dikategorikan
dalam tingkatan tinggi karena dalam tahapan kegiatan partisipasi
penduduk, keikutsertaan penduduk cenderung pada kategori tinggi.
Pada tahap identifikasi masalah, tingkat partisipasi penduduk tinggi
(47,6%), karena masyarakat mempunyai kepedulian terhadapa masalah
pengelolaan limbah peternakan yang harus dihadapi di daerahnya.
Begitu pula pada tahap perencanaan berbagai kegiatan pengelolaan
limbah peternakan, bukan hanya orang tertentu seperti kepala dusun
dan beserta perangkatnya tetapi hingga setiap orang memiliki
kepedulian untuk ikut andil dalam perencanaan.
Pada tahap pelaksanaan, tingkat partisipasi penduduk tergolong
tinggi (78,6%), kondisi ini menunjukkan nilai-nilai gotong royong dan
kerjasama masih dijunjung tinggi oleh penduduk Dusun Gondang.
Tahap pelaksanaan ini, juga ditemukan kerjasama yang baik antara
penduduk satu dengan yang lain, dimana dalam pembuatan istalasi
128
biogas mereka tidak segan untuk saling membantu. Pada tahap
pemanfaatan dan pemeliharaan, hampir seluruh penduduk yang
menjadi responden berada pada tingkatan tinggi (92,9%). Kondisi ini
dikarenakan penduduk menyadari bahwa berbagai kegiatan
pengelolaan limbah peternakan akan memberikan manfaat yang
signifikan dalam mengurangi limbah peternakan, sehingga pengelolaan
limbah peternakan harus dipertahankan dan dijaga kelestariannya.
Selain itu, dalam tahap pemanfaatan dan pemeliharaan yang tergolong
tinggi juga dikarenakan penduduk yang terlibat dalam tahap
pelaksanaan secara otomatis memiliki rasa tanggung jawab dan
memiliki terhadap berbagai kegiatan pengelolaan limbah peternakan
yang dilaksanakan. Keberadaan rasa memiliki dan tanggung jawab
yang tinggi memberikan dorongan kepada penduduk untuk memelihara
dan memanfaatkan secara optimal.
Tahap terakhir dalam partisipasi penduduk adalah tahap
evaluasi. Pada tahap ini, penduduk hampir seluruhnya berada pada
tingkatan tinggi (88,1%). Kondisi ini berarti penduduk memiliki
kepedulian dan kepekaan yang tinggi dalam mengevaluasi berbagai
kegiatan pengelolaan limbah peternakan yang telah dilaksanakan,
sehingga dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan jika diperlukan sesuai
dengan kebutuhan penduduk Dusun Gondang.
Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah tingkat partisipasi
penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas di Dusun Gondang tergolong dalam tingkatan
129
“Tinggi”. Tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternaif biogas yang tergolong
tinggi tersebut, dapat dilihat dari rata-rata skor nilai keseluruhan
responden pada masing masing tahapan partisipasi yang menunjukkan
angka 23,3 (Lihat lampiran Tabel 50). Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa keterlibatan responden dalam berbagai tahapan kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif
biogas memiliki pertisipasi tinggi, yang berarti penduduk aktif dari
tahap indetifikasi masalah hingga evaluasi.
5. Hubungan Karakteristik Responden terhadap Tingkat Partisipasi
Penduduk dalam Pengelolaan Limbah Peternakan sebagai Energi
Alternatif Biogas
a. Umur
Umur merupakan karakteristik responden yang
mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang ada. Kelompok usia menengah ke atas pada
umumnya memiliki keterikatan moral kepada nilai dan norma
masyarakat yang lebih mantap, sehingga cenderung lebih banyak
yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia
lainnya. Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap
partisipasinya dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas di Dusun Gondang. Data hasil
penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan hal tersebut dapat
dilihat pada keterangan berikut:
130
Tabel 47. Hubungan Umur Dengan Tingkat Partisipasi Penduduk
dalam Pengelolaan Limbah Peternakan sebagai Energi
Alternatif Biogas
No.
Umur
Tingkat Partisipasi
31-40 41-50 51-60 61-70 >70
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Tinggi 9 75,0 10 76,9 8 88,9 5 83,3 2 100,0
2. Sedang 2 16,7 3 23,1 1 11,1 1 16,7 0 0,0
3. Rendah 1 8,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Jumlah 12 100,0 13 100,0 9 100,0 6 100,0 2 100,0
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 47 menunjukkan bahwa pada kelompok umur 31
sampai 40 tahun, responden (75,0 persen) yang memiliki partisipasi
tinggi dalam pengelolaan limbah peternakan sebagai energi
alternatif biogas, sedangkan pada kelompok umur 41 tahun hingga
50 tahun, banyak responden (76,9 persen) memiliki partisipasi
tinggi. Kelompok usia 51 sampai 60 tahun hampir semua responden
(88,9 persen) yang memiliki partisipasi tinggi. Kelompok umur 61
sampai 70 tahun hampir semua responden (83,3 persen) memiliki
partisipasi tinggi, sedangkan kelompok umur lebih 70 tahun semua
responden berpartisipasi aktif dalam pengelolaan limbah peternakan
sebagai energi alternatif biogas.
Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tua umur
responden, maka tingkat partisipasinya cenderung tinggi. Kondisi
ini kemudian mengindikasikan bahwa antara umur responden
dengan tingkat partisipasi pada responden dalam pengelolaan
limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas menunjukkan
kecenderungan hubungan yang positif.
131
b. Pendapatan
Besar kecilnya pendapatan atau penghasilan akan
mempengaruhi partisipasi seseorang. Tingkat pendapatan atau
penghasilan ini akan mempengaruhi kemampuan finansial
seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, dalam hal ini
kegiatan pengolahan sampah.
Tabel 48. Hubungan Jumlah Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi
Penduduk dalam Pengelolaan Limbah Peternakan sebagai
Energi Alternatif Biogas
No.
Pendapatan
Tingkat
Partisipasi
< Rp
1.166.666
Rp
1.166.667-
Rp 1.833.332
> Rp 1.833.332
∑ % ∑ % ∑ %
1. Tinggi 14 70 12 85,7 7 87,5
2. Sedang 6 30 1 7,1 1 12,5
3. Rendah 0 0 1 7,1 0 0,0
Jumlah 20 100 14 100 8 100
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 48 menunjukkan bahwa responden (70 %) dengan
pendapatan < Rp 1.166.666 yang memiliki partisipasi tinggi.
Responden dengan kelompok pendapatan Rp 1.166.667 - Rp
1.833.332 sebesar 85,7 % memiliki tingkat partisipasi tinggi.
Sedangkan pada kelompok pendapatan > Rp 1.833.332 sebesar 87,5
% memiliki tingkat partisipasi tinggi dalam pengelolaan limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas.
Tingkat partisipasi sedang pada responden dengan kelompok
pendapatan < Rp 1.166.666 terdapat 30 % dan tidak ada responden
yang memiliki partisipasi rendah. Responden dengan kelompok
pendapatan Rp 1.166.667 - Rp 1.833.332 terdapat 7,1 % memiliki
132
tingkat partisipasi sedang dan hanya 7,1 % responden dengan
partisipasi rendah. Sedangkan pada kelompok pendapatan > Rp.
1.841.000 sebesar 12,5% dengan tingkat partisipasi sedang dan tidak
ada responden yang memiliki partisipasi rendah dalam pengelolaan
limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas. Data di atas
menunjukkan adanya kecenderungan hubungan antara tingkat
pendapatan dan tingkat partisipasi pada pengelolaan limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas.
Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan responden, maka tingkat partisipasinya cenderung
semakin tinggi. Kondisi ini kemudian mengindikasikan bahwa
antara pendapatan dengan tingkat partisipasi pada responden dalam
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas
menunjukkan kecenderungan hubungan yang positif.
c. Pekerjaan
Pekerjaan (mata pencahariaan) penduduk merupakan
gambaran kegiatan ekonomi suatu daerah sehingga maju mundurnya
dilihat dari sector ekonomi. Jenis pekerjaan seseorang akan
menentukan tingkat penghasilan dan mempengaruhi waktu luang
seseorang dalam berpartisipasi.
133
Tabel 49. Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi
Penduduk dalam Pengelolaan Limbah Peternakan
sebagai Energi Alternatif Biogas
No.
Pekerjaan
Tingkat
Partisipasi
Buruh tani Petani Peternak PNS Perangkat
desa
Tukang
Kebun
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Tinggi 1 100 18 85,7 12 75,0 0 0 2 100 1 100
2. Sedang 0 0 3 14,3 3 18,8 1 100 0 0 0 0
3. Rendah 0 0 0 0,0 1 6,3 0 0 0 0 0 0
Jumlah 1 100 21 100 16 100 1 100 2 100 1 100
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 49 menunjukkan bahwa pada buruh tani sebesar 100%
memiliki partisipasi tinggi dalam pengelolaan limbah peternakan
sebagai energi alternatif biogas. Jenis pekerjaan petani sebesar 85,7
% banyak responden memiliki tingkat partisipasi tinggi. Sebesar
75% dari responden yang bekerja sebagai peternak memiliki tingkat
partisipasi tinggi dan yang bekerja sebagai PNS tidak ada responden
yang memiliki partisipasi tinggi, sedangkan perangkat desa dan
tukang kebun semua responden memiliki tingkat partisipasi tinggi
dalam pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif
biogas.
Data tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan
mempengaruhi tingkat partisipasi sebagai pengelolaan limbah
peternakan sebagai energi alternatif biogas. Kondisi ini dibuktikan
dengan tingkat partisipasi yang tinggi dari pekerjaan yang
mendukung adanya pengelolaan limbah peternakan yaitu peternakan
dan pertanian.
134
6. Implikasi Hasil Analisa Partisipasi Penduduk dalam Pengelolaan
Limbah Peternakan sebagai Energi Alternatif Biogas Di Dusun
Gondang
Kegiatan pengelolaan limbah peternakan sebagai energi
alternatif biogas merupakan suatu upaya mengurangi limbah peternakan
di Dusun Gondang. Kegiatan pengelolaan limbah peternakan
menimbulkan hubungan yang menguntungkan antara program
pemerintah dalam mengatasi limbah peternakan sekaligus menciptakan
energi ramah lingkungan di Dusun Gondang dengan keterlibatan
partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan.
Keuntungan bagi program pemerintah adalah program
penanggulangan limbah peternakan sekaligus energi ramah lingkungan
dapat terlaksana dengan melibatkan penduduk sehingga penduduk
bukan lagi menjadi objek tetapi menjadi subjek kegiatan
penganggulangan limbah peternakan karena partisipasi penduduk
merupakan suatu cara yang efektif pada tingkatan lokal untuk
mengurangi resiko limbah peternakan dan menciptakan energi yang
ramah lingkungan.
Keuntungan bagi penduduk dengan adanya kegiatan
pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagi energi alternatif
biogas adalah mengurangi limbah peternakan yang berpotensi
mencemari lingkungan, dapat mengurangi pengeluaran ekonomi
bulanan karena pergantian LPP ke biogas serta kemudahan penduduk
135
mencari pupuk dengan kualitas baik karena telah tersedia berkat sludge
yang dihasilkan.
Kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas diharapkan dapat menimbulkan rasa memiliki
di dalam diri penduduk sehingga berbagai kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat terjaga kelestariannya. Disisi lain, keterlibatan atau
partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas merupakan salah satu bentuk
pelaksanaan pembangungan dan pengembangan yang berasal dari
bawah (penduduk) atau bottom up yang sesuai dengan kebutuhan
penduduk serta didukung secara penuh oleh semua pihak baik
pemerintah maupun penduduk itu sendiri. Kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sebagai energi alternatif diharapkan dapat memberikan
manfaat yang optimal baik bagi pemerintah maupun bagi penduduk
sebagai upaya penanggulangan limbah peternakan serta menciptakan
energi ramah lingkungan.
136
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Upaya pengelolaan limbah peternakan sapi perah
Upaya pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas di Dusun Gondang :
a. Penimbulan
Variasi volume timbulan sampah tergantung dari jumlah banyaknya
sapi ternak yang dimiliki responden. Volume timbulan limbah
peternakan sapi perah rata-rata perminggunya setiap peternakan
adalah 140kg/minggu.
b. Penanganan di tempat
Penanganan yang dilakukan oleh responden adalah dengan
memanfaatkan limbah menjadi pupuk kandang dan biogas. Hal ini
diperkuat dengan data bahwa seluruh responden (100%) melakukan
penanganan ditempat yaitu dengan memanfaatkan limbah
peternakan sebagai pupuk kandang dan biogas.
c. Pengolahan
1) Jenis limbah peternakan yang dimanfaatkan dalam pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas
adalah kotoran sapi, urine dan sisa pakan.
2) Seluruh responden memiliki instalasi biogas dan menfaatkannya
sebagai upaya mengatasi limbah peternakan dan meningkatkan
nilai guna dari limbah peternakan tersebut.
137
3) Sebagian besar responden mengalami kendala dalam
pengolahan limbah peternakan sapi perah menjadi energi
alternatif biogas. Adapun permasalahan tersebut didominasi
oleh kebocoran dalam instalasinya
d. Pembuangan akhir
Sisa dari pengolahan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas, oleh responden dimanfaatkan kembali menjadi
pupuk padat.
2. Tingkat partisipasi penduduk dalam pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas di Dusun Gondang tergolong
dalam tingkatan “tinggi” yaitu rata-rata nilai skor nilai keseluruhan
responden pada masing-masing tahapan partisipasi yang menunjukan
angka 23,33. Hal tersebut menunjukan bahwa keterlibatan responden
dalam berbagai kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas seragam (tinggi), sehingga penduduk
aktif dalam memberikan masukan dan upaya pengelolaan limbah
peternakan sapi perah sebagai energi alternatif.
3. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi penduduk dalam
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas di
Dusun Gondang adalah jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan dan umur.
138
B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
a. Perlunya mempertahankan dan meningkatkan partisipasi penduduk
dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai energi
alternatif biogas terutama untuk mengurangi jumlah limbah
peternakan yang terus meningkat.
b. Bagi penduduk yang memiliki peternakan tetapi belum memiliki
instalasi biogas, diharapkan dapat berperan aktif mengusulkan
pembuatan instalasi biogas kepada pemerintah.
2. Bagi Pemerintah
a. Perlunya upaya perluasan/ penambahan instalasi biogas agar
penduduk yang belum memiliki instalasi dapat ikut menikmati dan
bepartisipasi dalam pengelolaan limbah peternakan sapi perah
sebagai energi alternatif biogas.
b. Perlu adanya sosialisasi dan pelatihan teknik cara pengelolaan
biogas secara berkelanjutan dan menjadi upaya untuk pengawasan
program yang telah dilaksanakan.
c. Menambah instalasi pembangkit listrik tenaga biogas untuk
memaksimalkan potensi biogas yang sudah ada.
139
Daftar Pustaka
Jurnal, Skripsi, Tesis
Andhina Putri Herriyanti. 2015. Majalah Ilmiah Pawiyatan Vol XXII:
Pengelolaan Limbah Sapi Ternak Menjadi Biogas. IKIP
Veteran Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Bambang Sudiarto. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu
dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan. Universitas
Padjadjaran: Fakultas Peternakan.
Diah Krisnatuti Pranadji; Muhammad Djemdjem Djamaludin; Nuriza
Kiftiah. 2010. Ilmu Keluarga dan Konsumen Vol 3: Analisis
Perilaku Penggunaan LPG pada Rumah Tangga di Kota Bogor.
Mochamad Ali Mauludin. 2009. Peranan Peternak Sapi Perah dalam
Pengelolaan Lingkungan yang Adaptif. Universitas Padjadjaran
: Fakultas Peternakan.
Kurnia Putra Bangun. (2008). Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap
Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung 2005 di Kabupaten Karo (Studi Kasus Pada
Masyarakat Desa Batukarang Kecamatan Payung). Skripsi tidak
diterbitkan. Universitas Sumatera Utara.
Sri Wahyuni; Suryahadi; Amiruddin Saleh. 2009. Manajemen IKM Vol
4: Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi
Alternatif Berbasis Individu dan Kelompok Peternak.
Buku
Ade Iwan Setiawan. 2007. Memanfaatkan Kotoran ternak (edisi revisi).
Jakarta : Penebar Swadaya
Bagong, Suyanto dan Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial
(Berbagai Alternatif. Pendekatan). Jakarta : Kencana.
Bintarto & Surastopo Hadikusumo. 1991. Metode Analisa Geografi.
Jakarta: LP3S.
140
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2013. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hadi Sabari Yunus . 2010. Metodologi Penelitian Wilayah
Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi
Penelitian Sosial Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Karder Eddy Sontang Manik. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Penerbit Djambatan.
Khairudin. 1992. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek:
Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Yogyakarta: liberty.
Kuncoro Sejati. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu, Kanisius,
Yogyakarta
Loekman Soetrisna. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif.
Yogyakarta: Kanisius.
Moh. Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nanang Martono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan
Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Nursid Sumaatmaja. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan
Analisa Keruangan. Bandung: Penerbit Alumni.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan
Analisa Keruangan. Bandung: Penerbit Alumni.
Otto, Soemarwoto. 2004. Buku Ekologi Lingkungan Hidup Dan
Pembangunan. Jakarta; Djambatan
St. Rodliyah. 2013. Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan
Keputusan dan Perencanaan di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.
141
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suharyono dan Moch. Amien. 2013. Pengantar Filsafat Geografi.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Tyahya. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Widarto L dan FX. Sudarto C.Ph. 1997. Membuat biogas. Yogjakarta :
Penerbit Kanisius.
Sri Wahyuni. 2013. Panduan Praktis Biogas. Jakarta: Penebar Swadaya
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Penerbit. CV Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno Hadi. 1989. Metodologi Research Jilid I & II. Yogyakarta :
Andi Offset.
Zoer’ainin Djamal Irwan. 2010. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem,
Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan, Undang-undang
UU No 29 Tahun 2009 Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Website
Diemas Kresna Duta. 2015. diakses pada 20/10/2015 20:07 WIB
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150227161904-85-
35441/penuhi-kebutuhan-2015-pertamina-impor-42-metrik-
ton-elpiji/
http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-4-pop-prod-nak.pdf diakses
pada 20/10/2015 20:10
142
Neni Ridarineni. 2015. diakses pada 20/10/2015 pukul 20:46 WIB
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/19/
nk0g1h-desa-umbulharjo-diusulkan-jadi-desa-mandiri-
berbasis-biogas.
144
LAMPIRAN 1
Kisi-Kisi Intrumen Penelitian Pedoman Wawancara
1. Kisi-kisi instrumen pedoman wawancara
No Variabel Indikator Butir
Soal
1 Identitas Responden Nama 1
Pekerjaan 2
Jenis Kelamin 3
Usia 4
Tingkat Pendidikan 5
Pendapatan 6
Jumlah Anggota
Keluarga
7
2 Pengelolaan limbah Penimbulan kategori Limbah 8
Berat Limbah 9
Dampak 10
Alasan 11
Penanganan di tempat Penanganan Pertama 12
Pemanfaatan secara
langsung
13
Penanganan lanjutan 14
Pengolahan Jenis limbah 15
Pengolahan limbah 16
Pemanfaatan biogas 17
Kendala pengolahan
biagas
18
Pembuangan Akhir Limbah biagas 19
Jenis limbah biogas 20
Pemanfaatan kembali
limbah biogas
21
Jenis pemanfaatan
limbah biogas
22
3 Partisipasi
penduduk
Identifikasi Masalah Pengetahuan tentang
pengelolaan biogas
23-
24
Perolehan informasi 25
Keterlibatan dalam
proses persiapan
26-
28
Motivasi 29
Perencanaan Keterlibatan dalam
proses perencanaan
30-
31
Keterlibatan dalam
penentuan kegiatan
32-
33
Motivasi 34
145
Pelaksanaan Keterlibatan dalam
pelaksanaan
35-
37
Motivasi 38
Pemanfaatan dan
Pemeliharaan
Keterlibatan dalam
pemanfaatan
39-
40
Keterlibatan dalam
pemeliharaan
41-
42
Motivasi 43
Evaluasi Keterlibatan dalam
evaluasi
44
Keterlibatan dalam
penyampaian masukan
45-
46
Motivasi 47
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA MENGENAI PENGELOLAAN LIMBAH
PETERNAKAN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIVE BIOGAS DI DUSUN
GONDANG, DESA UMBULHARJO, KECAMATAN CANGKRINGAN,
KABUPATEN SLEMAN
I. Identitas Responden
No responden :…………….
RT :…………….
1. Nama :…………….
2. Pekerjaan :…………….
3. Jenis Kelamin : a. Laki laki b. Perempuan
4. Usia :…………….Tahun
5. Tingkat Pendidikan : a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. S1
6. Pendapatan :
7. Jumlah anggota keluarga :
II. Cara Pengelolaan Sampah
8. Apakah limbah yang dihasilkan dari peternakan sapi perah yang bapak/ibu
kerjakan?
a. Padat (kotoran ternak, sisa pakan)
b. Cair (urine, sisa minum ternak)
c. Gas
(Jawaban bisa lebih dari satu)
9. Berapa banyak (berat) limbah rata rata peternakan yang dihasilkan dari
peternakan setiap minggunya?
.......................................................................................................................
......................................................................................................................
10. Apakah sebelum memulai peternakan, bapak/ibu memikirkan timbulan
sampah peternakan?
a. Iya
b. Tidak
11. Jika iya, apakah alasan bapak atau ibu?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
12. Bagaimana penanganan bapak/ibu dari limbah yang dihasilkan dari
peternakan sapi perah?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
13. Apakah bapak/ibu memanfaatkan kembali limbah peternakan sapi perah?
a. Iya, mengapa? Untuk apa?
b. Tidak, mengapa?
.................................................................................................................
.................................................................................................................
14. Apakah penanganan limbah tersebut membutuhkan pengolahan atau
proses?
a. Iya
b. Tidak
..................................................................................................................
..................................................................................................................
15. Jenis sampah organik apa saja yang ditimbulkan dari peternakan sapi
perah ?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
16. Bagaimana bapak/ibu dalam melakukan proses pengelolaan sampah dari
peternakan?
a. Dibuat kompos
b. Ditimbun
c. Dibuat biogas
d. Lainnya
17. Jika dibuat biogas, apakah jenis penggunaannya ?
a. Bahan bakar penganti gas elpiji
b. Pembangkit listrik
c. Bahan bakar transportasi
d. Lainnya
18. Apakah kendala bapak/ibu dalam mengelola biogas?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
19. Apakah terdapat sisa hasil pengolahan biogas?
a. Iya, sebutkan!
b. Tidak
..................................................................................................................
..................................................................................................................
20. Jika iya, apakah sisa hasil pengolahan tersebut?
a. Zait cair
b. Zat padat
c. Zat gas
21. Apakah sisa hasil pengelolaan biogas dapat dimanfaatkan kembali?
a. Iya, untuk apa?
b. Tidak, mengapa?
..................................................................................................................
..................................................................................................................
22. Jika iya, apakah pemanfaatan sisa hasil pengelolaan biogas?
a. Pupuk cair
b. Pupuk padat
c. Laiinya
III. Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan Limbah Peternakan sebagai Energi
Alternatif Biogas.
A. Tahap Persiapan Awal
23. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang rencana kegiatan pengelolaan
limbah peternakan sapi perah sebagai energi alternatif biogas?
a. Iya
b. Tidak
24. Jika iya, apa saja rencana kegiatan pengelolaan limbah peternakan sapi
perah sebagai energi alternatif biogas?
a. Penentuan lokasi
b. Persiapan alat dan bahan
c. Pembuatan lubang digester
d. Pembuatan saluran pemasukan
e. Pembuatan saluran pengeluaran dan bak penampungan
f. Pemasangan atau instalasi
g. Pembuatan pipa saluran gas
25. Dari manakah bapak/ibu memperoleh informasi tentang pengelolaan
limbah peternakan sebagai energy alternatif biogas tersebut?
a. Mencari sendiri
b. Pemerintah
c. Tetangga
d. Lainnya
26. Apakah bapak/ibu terlibat dalam kegiatan perencanaan awal
pengelolaan limbah peternakan menjadi energi alternative biogas?
a. Iya, sebagai apakah?
b. Tidak, mengapa?
27. Apakah bapak/ibu memberikan usulan atau pendapat dalam kegiatan
identifikasi masalah pengelolaan limbah peternakan sapi perah sebagai
energi alternatif biogas?
a. Iya
b. Tidak
28. Jika iya, masukan apa saja yang bapak/ibu berikan?
a. Limbah dapat menurunkan mutu lingkungan dan kesehatan
b. Mengganggu kenikmatan hidup masyarakat (polusi udara)
c. Lainnya
............................................................................................................
............................................................................................................
29. Apakah motivasi bapak/ibu terlibat dalam kegiatan persiapan
pengelolaan limbah tersebut?
a. Takut
b. Ikut-ikutan
c. Kesadaran
d. Lainnya
B. Tahap Perencanaan
30. Apakah bapak/ibu terlibat dalam perencanaan kegiatan pengelolaan
limbah peternakan sebagai energy alternative biogas?
a. Iya
b. Tidak, mengapa?
............................................................................................................
...........................................................................................................
31. Jika iya, apakah keterlibatan anda dalam tahap perencanaan?
a. Penentuan lokasi
b. Persiapan alat dan bahan
c. Pembuatan lubang digester
d. Pembuatan saluran pemasukan
e. Pembuatan saluran pengeluaan dan bak penampungan
f. Pemasangan atau instalasi
g. Pemasangan pipa saluran gas
32. Jika bapak/ibu terlibat dalam kegiatan perencanaan tersebut, apakah
bapak/ibu memberikan usulan atau masukan?
a. Iya
b. Tidak
33. Jika iya masukan apa yang bapak ibu berikan?
a. Limbah dapat menurunkan mutu lingkungan dan kesehatan
b. Mengganggu kenikmatan hidup masyarakat (polusi udara)
c. Lainnya
............................................................................................................
............................................................................................................
34. Apa motivasi bapak/ibu terlibat dalam kegiatan perencanaan
pengelolaan limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas?
a. Takut
b. Ikut-ikutan
c. Kesadaran
d. Laininya
C. Tahap Pelaksanaan
35. Apakah bapak/ibu terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan
limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas?
a. Iya
b. Tidak
36. Jika iya, pelaksanaan pembuatan instalasi biogas apa yang bapak/ibu
ikuti?
a. Penentuan lokasi
b. Persiapan alat dan bahan
c. Pembuatan lubang digester
d. Pembuatan saluran pemasukan
e. Pembuatan saluran pengeluaan dan bak penampungan
f. Pemasangan atau instalasi
g. Pemasangan pipa saluran gas
37. Sumbangan apakah yang bapak/ibu berikan dalam pengolahan limbah
peternakan sebagai energy alternative biogas?
a. Tenaga
b. Dana
c. Ide gagasan
38. Apa motivasi bapak/ibu terlibat dalam kegiatan pelaksanaan
pengelolaan limbah peternakan sebagai energy alternative biogas?
a. Takut
b. Ikut-ikutan
c. Kesadaran
d. Lainnya
D. Tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan
39. Apakah bapak/ibu terlibat dalam memanfaatkan hasil pengolahan
biogas?
a. Iya
b. Tidak
40. Jika iya, apakah bentuk pemanfaatan biogas yang bapak/ibu lakukan?
a. Pengalihan kayu bakar maupun LPG ke biogas
b. Pemanfaatan sisa pengelolaan biogas sebagai pupuk cair maupun
padat
c. Lainnya
...........................................................................................................
...........................................................................................................
41. Ketika bapak ibu memanfaatkan, apakah bapak/ibu ikut memelihara
upaya pengelolaan biogas?
a. Iya
b. Tidak
42. Jika iya apakah bentuk pemeliharaan yang bappak ibu lakukan?
a. Membersihkan daerah sekitar lokasi pengelolaan biogas
b. Pengecekan terhadap alat alat pengelolaaan biogas
c. Lainnya
...........................................................................................................
...........................................................................................................
43. Apa motivasi anda terlibat dalam kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan pengelolaan limbah peternakan sebagai energy alternative
biogas?
a. Takut
b. Ikut-ikutan
c. Kesadaran
d. Lainnya
E. Tahap Evaluasi
44. Apakah anda terlibat dalam evaluasi kegiatan pengelolaan limbah
peternakan sebagai energy alternative biogas?
a. Iya
b. Tidak
45. Apakah bapak ibu terlibat dalam penyampaian saran/masukan bagi
upaya perbaikan pengelolaan limbah peternakan sebagai energy
alternative biogas ini?
a. Iya
b. Tidak
46. Jika iya masukan apa saja yang bapak ibu berikan bagi upaya perbaikan
pengelolaan limbah peternakan sebagai energy alternative biogas ini?
c. Kegiatan penyuluhan dan sosialisasi pengelolaan limbah harus
dilakukan secara berkelanjutan.
d. Berbagi pengalaman dalam kelompok
e. Lainnya
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
47. Apa motivasi bapak ibu terlibat dalam kegiatan evaluasi pengelolaan
limbah peternakan sebagai energi alternatif biogas?
a. Takut
b. Ikut-ikutan
c. Kesadaran
d. Lainnya
Tabel 50. Skor dan Klasifikasi Tingkatan Partisipasi Penduduk dalam Upaya Pengelolaan
Limbah Peternakan Sapi Perah sebagai Energi Alternatif Biogas
No Responden
Tahap
Persiapan
Awal
Tahap
Perancanaan
Tahap
Pelaksanaan
Tahap
Pemanfaatan
dan
Pemeliharaan
Tahap
Evaluasi
Skor Total
Tingkat
Partisipasi
Skor
Kela
s
Sko
r
Kela
s Skor
Kela
s Skor Kelas Skor
Kela
s Skor
Kela
s
Responden 1 3 1 5 3 4 2 4 3 3 2 19 3
Responden 2 3 1 0 1 0 1 3 2 4 3 10 2
Responden 3 8 3 5 3 5 3 5 3 5 3 28 3
Responden 4 8 3 5 3 7 3 5 3 5 3 30 3
Responden 5 6 2 5 3 5 3 5 3 5 3 26 3
Responden 6 0 1 0 1 0 1 5 3 4 3 9 1
Responden 7 3 1 0 1 7 3 5 3 4 3 19 3
Responden 8 6 2 0 1 5 3 5 3 0 1 16 2
Responden 9 3 1 3 2 5 3 4 3 5 3 20 3
Responden 10 8 3 5 3 5 3 5 3 5 3 28 3
Responden 11 6 2 4 3 4 2 4 3 4 3 22 3
Responden 12 8 3 5 3 5 3 5 3 5 3 28 3
Responden 13 8 3 5 3 6 3 5 3 5 3 29 3
Responden 14 8 3 5 3 6 3 5 3 5 3 29 3
Responden 15 3 1 5 3 7 3 5 3 5 3 25 3
Responden 16 8 3 5 3 7 3 5 3 5 3 30 3
Responden 17 0 1 0 1 5 3 5 3 5 3 15 2
Responden 18 0 1 4 3 6 3 5 3 4 3 19 2
Responden 19 8 3 5 3 5 3 5 3 5 3 28 3
Responden 20 8 3 5 3 5 3 5 3 5 3 28 3
Responden 21 6 2 3 2 4 2 3 2 3 2 19 2
Responden 22 0 1 5 3 5 3 5 3 5 3 20 3
Responden 23 8 3 5 3 6 3 5 3 5 3 29 3
Responden 24 0 1 5 3 5 3 5 3 5 3 20 3
Responden 25 7 3 4 3 4 2 4 3 4 3 23 3
Responden 26 7 3 3 2 4 2 3 2 4 3 21 3
Responden 27 3 1 3 2 4 2 4 3 3 2 17 2
Responden 28 9 3 5 3 6 3 5 3 5 3 30 3
Responden 29 8 3 5 3 6 3 5 3 5 3 29 3
Responden 30 8 3 5 3 6 3 5 3 5 3 29 3
Responden 31 0 1 4 3 5 3 4 3 3 2 16 2
Responden 32 3 1 5 3 0 1 5 3 5 3 18 3
Responden 33 8 3 5 3 5 3 5 3 5 3 28 3
Responden 34 3 1 5 3 6 3 5 3 5 3 24 3
Responden 35 7 3 4 3 7 3 5 3 5 3 28 3
Responden 36 8 3 5 3 6 3 5 3 5 3 29 3
Responden 37 7 3 5 3 6 3 5 3 5 3 28 3
Responden 38 3 1 4 3 5 3 4 3 4 3 20 3
Responden 39 0 1 5 3 6 3 5 3 5 3 21 3
Responden 40 0 1 5 3 6 3 5 3 5 3 21 3
Responden 41 8 3 5 3 5 3 5 3 5 3 28 3
Responden 42 4 2 5 3 6 3 5 3 4 3 24 3
RATA-RATA SKOR TOTAL TINGKAT PRATISIPASI PENDUDUK 980 23,33
Tabel 51. Data Penimbulan limbah Peternakan di Dusun Gondang
No Responden
Jenis Limbah Jumlah
Sapi
Penimbulan
(Kg)
Memikirkan timbulan dan
pemanfaatan sebelum
adanya peternakan Padat Cair Gas
Responden 1 1 1 0 2 75 -
Responden 2 1 1 0 2 75 -
Responden 3 1 1 0 2 85 Pupuk Kandang
Responden 4 1 1 0 5 225 Pupuk Kandang
Responden 5 1 1 0 3 130 Pupuk Kandang
Responden 6 1 1 0 3 120 Pupuk Kandang
Responden 7 1 1 0 9 350 Pupuk Kandang
Responden 8 1 1 0 2 75 Pupuk Kandang
Responden 9 1 1 0 7 300 -
Responden 10 1 1 0 2 75 Pupuk Kandang
Responden 11 1 1 0 3 75 Pupuk Kandang
Responden 12 1 1 0 3 150 Pupuk Kandang
Responden 13 1 1 0 2 85 Pupuk Kandang
Responden 14 1 1 0 3 120 Pupuk Kandang
Responden 15 1 1 0 2 90 Pupuk Kandang
Responden 16 1 1 0 2 70 Pupuk Kandang
Responden 17 1 1 0 4 160 Pupuk Kandang
Responden 18 1 1 0 2 70 -
Responden 19 1 1 0 2 50 Pupuk Kandang
Responden 20 1 1 0 3 125 Pupuk Kandang
Responden 21 1 1 0 2 50 Pupuk Kandang
Responden 22 1 1 0 5 250 -
Responden 23 1 1 0 3 105 Pupuk Kandang
Responden 24 1 1 0 2 75 -
Responden 25 1 1 0 3 120 Pupuk Kandang
Responden 26 1 1 0 2 75 Pupuk Kandang
Responden 27 1 1 0 4 175 -
Responden 28 1 1 0 5 250 Pupuk Kandang
Responden 29 1 1 0 3 120 Pupuk Kandang
Responden 30 1 1 0 4 150 Pupuk Kandang
Responden 31 1 1 0 2 85 -
Responden 32 1 1 0 11 500 -
Responden 33 1 1 0 3 120 Pupuk Kandang
Responden 34 1 1 0 3 125 Pupuk Kandang
Responden 35 1 1 0 8 300 Pupuk Kandang
Responden 36 1 1 0 8 275 Pupuk Kandang
Responden 37 1 1 0 2 75 Pupuk Kandang
Responden 38 1 1 0 3 130 -
Responden 39 1 1 0 9 300 -
Responden 40 1 1 0 3 130 -
Responden 41 1 1 0 2 70 Pupuk Kandang
Responden 42 1 1 0 3 125 Pupuk Kandang
Rata-rata 3,6 145
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 52. Data Penanganan Ditempat Limbah Peternakan dan Alasan
Pemanfaatan Limbah di Dusun Gondang No Responden Penanganan di tempat Pemanfaatan Limbah
Responden 1 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 2 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 3 Pupuk dan biogas Ekonomi
Responden 4 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 5 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 6 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 7 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 8 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 9 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 10 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 11 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 12 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 13 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 14 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 15 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 16 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 17 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 18 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 19 Pupuk dan biogas Ekonomi
Responden 20 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 21 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 22 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 23 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 24 Pupuk dan biogas pupuk
Responden 25 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 26 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 27 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 28 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 29 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 30 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 31 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 32 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 33 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 34 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 35 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 36 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 37 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 38 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 39 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 40 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 41 Pupuk dan biogas Pupuk
Responden 42 Pupuk dan biogas Pupuk
Rata-rata
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 53. Data Pengolahan Limbah Peternakan Dusun Gondang No
Responden
Jenis Limbah
Organik
Pengolahan Penggunaan
Biogas
Kendala
Responden 1 Kotoran Biogas Pengganti LPG -
Responden 2 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Pengecekan
Responden 3 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 4 Kotoran dan Urine Kompos, Biogas Pengganti LPG Bahan susah
Responden 5 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Pengecekan
Responden 6 Kotoran dan Urine Kompos, Biogas Pengganti LPG Pengecekan
Responden 7 Kotoran dan Urine Kompos, Biogas Pengganti LPG Ukuran Kecil
Responden 8 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 9 Kotoran dan Urine Kompos, Biogas Pengganti LPG Saluran tersumbat
Responden 10 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Saluran tersumbat
Responden 11 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 12 Kotoran dan Urine biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 13 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG -
Responden 14 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 15 Kotoran dan Urine Kompos, Biogas Pengganti LPG -
Responden 16 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 17 Kotoran dan Urine Kompos, Biogas Pengganti LPG Sisa mengganggu
Responden 18 Kotoran dan Urine Kompos, biogas Pengganti LPG -
Responden 19 Kotoran dan Urine biogas Pengganti LPG -
Responden 20 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 21 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 22 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG -
Responden 23 Kotoran dan Urine Biogas, Kompos Pengganti LPG -
Responden 24 Kotoran dan Urine Kompos, biogas Pengganti LPG -
Responden 25 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 26 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 27 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 28 Kotoran dan Urine Biogas, Kompos Pengganti LPG Bocor
Responden 29 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG -
Responden 30 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG -
Responden 31 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG -
Responden 32 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 33 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 34 Kotoran dan Urine Kompos, biogas Pengganti LPG -
Responden 35 Kotoran dan Urine Kompos Pengganti LPG -
Responden 36 Kotoran dan Urine Kompos, biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 37 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 38 Kotoran dan Urine Kompos, biogas Pengganti LPG -
Responden 39 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG -
Responden 40 Kotoran dan Urine Biogas, Kompos Pengganti LPG -
Responden 41 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Responden 42 Kotoran dan Urine Biogas Pengganti LPG Bocor
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 54. Data Pembuangan Akhir dalam Pengelolaan Limbah
Peternakan sebagai Energi Alternatif Biogas. No Responden
Sisa Jenis Zat
Sisa
Manfaatkan
Kembali
Pemanfaatan
kembali
Responden 1 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 2 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 3 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 4 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 5 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 6 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 7 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 8 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 9 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 10 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 11 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 12 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 13 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 14 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 15 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 16 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 17 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 18 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 19 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 20 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 21 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 22 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 23 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 24 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 25 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 26 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 27 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 28 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 29 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 30 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 31 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 32 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 33 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 34 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 35 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 36 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 37 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 38 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 39 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 40 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 41 Iya Padat Iya Pupuk
Responden 42 Iya Padat Iya Pupuk
Sumber : Data Primer 2016
Peternakan Sapi Perah
Instalasi Biogas
Kompor Tenaga Biogas
Penampung Limbah Peternakan
12405241029