tingkat keamanan pangan pada kerang konsumsi yang …repository.ub.ac.id/10387/1/purnadayanti,...
TRANSCRIPT
TINGKAT KEAMANAN PANGAN PADA KERANG KONSUMSI YANG
DIAMBIL DARI PERAIRAN KENJERAN SURABAYA, JAWA TIMUR
JURUSAN PEMANFAATA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
TINGKAT KEAMANAN PANGAN PADA KERANG KONSUMSI YANG
DIAMBIL DARI PERAIRAN KENJERAN SURABAYA, JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh :
Zahriza Purnadayanti
NIM. 135080600111013
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1
TINGKAT KEAMANAN PANGAN PADA KERANG KONSUMSI YANG
DIAMBIL DARI PERAIRAN KENJERAN SURABAYA, JAWA TIMUR
N SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
TINGKAT KEAMANAN PANGAN PADA KERANG KONSUMSI YANG
DIAMBIL DARI PERAIRAN KENJERAN SURABAYA, JAWA TIMUR
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
TINGKAT KEAMANAN PANGAN PADA KERANG KONSUMSI YANG
DIAMBIL DARI PERAIRAN KENJERAN SURABAYA, JAWA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
Zahriza Purnadayanti
NIM. 135080600111013
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEPTEMBER, 2017
2
TINGKAT KEAMANAN PANGAN PADA KERANG KONSUMSI YANG
DIAMBIL DARI PERAIRAN KENJERAN SURABAYA, JAWA TIMUR
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
3
4
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : TINGKAT KEAMANAN PANAGAN PADA KERANG
KONSUMSI YANG DIAMBIL DARI PERAIRAN
KENJERAN SURABAYA, JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : ZAHRIZA PURNADAYANTI
NIM : 135080600111013
Program Studi : Ilmu Kelautan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : Feni Iranawati, S.Pi., M.Si., Ph.D
Pembimbing 2 : Suratno, M.Sc
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : Defri Yona, S.Pi., M.Sc.,Stud., D.Sc
Dosen Penguji 2 : Citra Satrya Utama Dewi, S.Pi., M.Si
Tanggal Ujian : 25 September 2017
5
PERNYATAAN ORISINILITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Zahriza Purnadayanti
Nim : 13508060011013
Program Studi : Ilmu Kelautan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak ada terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini disebutkan
dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, September 2017
Mahasiswa
Zahriza Purnadayanti
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Zahriza Purnadayanti
NIM : 135080600111013
Tempat / Tgl Lahir : Jakarta / 16 Oktober 1995
No. Tes Masuk P.T. : 1133013837
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan / Pemanfaatan SumberdayaPerikanan dan Kelautan / Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan *)
Program Studi : Ilmu Kelautan
Status Mahasiswa : Biasa / Pindahan / Tugas Belajar / Ijin Belajar
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)
Agama : Islam
Status Perkawinan : ( Sudah Kawin / Belum Kawin *)
Alamat : Jalan Kayumanis, no. 1C, Condet Jakarta Timur
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Jenis Pendidikan Tahun
Keterangan Masuk Lulus
1 S.D 2001 2007 SDN Balekambang 03 Pagi
2 S.L.T.P 2007 2010 MTs Negeri 6 Jakarta 3 S.L.T.A 2010 2013 MA Negeri 13 Jakarta 4 Perguruan Tinggi 2013 2017 Universitas Brawijaya
7
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan rasa syukur atas selesainya laporan skripsi ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, keberkahan dan iman islam hingga
saant ini sehingga penulis dapat menyesaikan skripsi dan laporan skripsi ini.
2. Ibu Feni Iranawati S.Pi., M.Si., Ph.D selaku pembimbing 1 dan bapak Suratno
M.Sc selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, arahan serta nasihat dalam menyelesaikan laporan skripsi.
3. Orang tua penulis yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan memberi
nasihat untuk kelancaran skripsi hingga penulis dapat menyelesaikan laporan
skripsi.
4. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI)
yang telah memberikan fasilitas, kesempatan dan membantu saya untuk
melakukan penelitian saya hingga selesai.
5. Kepada Noviati Sandra selaku laboran laboratorium Kesehatan Daerah provinsi
DKI Jakarta yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
6. Kepada Dirga Permata Jumas yang selalu menemani penulis selama penelitian
di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O
LIPI) hingga selesai.
7. Kepada Yulianti Widiyastuti teman seperjuangan dari awal memulai skripsi
hingga dapat menyelesaikan laporan skripsi
8. Kepada sahabat saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu
mengajarkan banyak hal termasuk memotivasi untuk menyelesaikan skripsi
hingga saya dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
9. Kepada teman-teman Atlantik 2013 yang selalu memberikan dukungan, saran
dan hiburan dalam penyelesaian laporan skripsi ini.
8
TINGKAT KEAMANAN PANGAN PADA KERANG KONSUMSI YANG DIAMBIL DARI PERAIRAN KENJERAN SURABAYA, JAWA TMUR
ABSTRAK Perairan Kenjeran merupakan perairan yang berada pada bagian timur kota Surabaya
yang sudah tercemar oleh logam berat. Terdapatnya logam berat di Perairan Kenjeran, lebih lanjut memberikan pengaruh terhadap kekerangan yang hidup diperairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam berat dan tingkat keamanan pangan dari kerang konsumsi yang dimbil dari Perairan Kenjeran. Analisa konsentrasi logam menggunakan ICP-OES dan Mercury Analyzer. Sedangkan untuk analisa data menggunakan rumus Target Hazard Index (THQ), Hazard Index (HI), Target Cancer Risk (TR), Estimated Daily Intake (EDI) dan batas aman konsumsi. Hasil analisis logam menunjukaan logam As, Cd, Cu, Pb dan Se memliki konsentrasi diatas baku mutu dan hanya logam Hg yang mempunyai konsentrasi dibawah baku mutu. Dari hasil perhitungan nilai Target Hazard Quotient (THQ) logam As, Cd, Pb dan Hg berpotensi menyebabkan penyakit non karsinogenik. Berdasarkan perhitungan dari Hazard Index (HI), semua jenis logam pada setiap jenis kerang juga berpotensi menyebabkan penyakit non karsinogenik. Perhitungan Target Cancer Risk (TR), logam As pada semua jenis kerang berpotensi menyebabkan penyakit karsinogenik, sedangkan hasil Health Benevit Value Selenium (HBV-Se) menunjukkan logam Hg tidak berpotensi menjadi toksik dalam tubuh. Batas aman konsumsi untuk anak-anak pada kerang komposit yaitu 1 ekor/hari dan batas aman untuk kerang non komposit yaitu 4 buah/ekor. Untuk dewasa, batas konsumsi kerang komposit yaitu 6 ekor/hari dan batas aman kerang non komposit yaitu 6 buah/hari
THE LEVEL OF FOOD SAFETY ON THE SHELLFISH CONSUMPTION FROM
THE KENJERAN WATERS SURABAYA, EAST JAVA
ABSTRACT Kenjeran waters is one of the waters located in eastern part of Surabaya that may has been polluted by heavy metals. The presence of heavy metals in thhis waters, eventually affect shellfish that live in this waters. This study aims to evaluate concentration of heavy metals As, Cd, Cu, Pb, Se dan Hg and to assess the level of food safety of shellfish consumption taken from the Kenjeran waters. The heavy metals concentration were analyzed with ICP-OES and Mercury Analyzer, wheras the data were analyzed using the Target Hazard Quotient (THQ), Hazard Index (HI), Target Cancer Risk (TR), Estimated Daily Intake (EDI) and safe limit consumption formula. Metal analysis result show As, Cd, Cu, Pb and Se concentrations were above the quality standard, and only Hg concentration was below the quality standard. Result of THQ indicated that As, Cd, Pb and Hg may pottencially lead to non carcinogenic diseases. Result of HI indicated that all samples may pottencially lead to non carcinogenic disease, whereas result of TR show that As in all samples likely cause potentially carcinogenic diseases. Result of Health Benevit Value Selenium (HBVSe) imply that Hg metal may not have effect on consumer. For safety purpose, the composite shellfish consumption fot toddler suggested was 1 individual/day, whereas for non composite shellfish suggested was 4 pieces/day. For the same reason, the consumption of composite shellfish for adult suggested was 6 individual/day whereas for non composite shellfish suggested was 6 individual/day.
9
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan skripsi mengenai “Tingkat Keamanan Pangan pada Kerang Konsumsi
yang diambil dari Perairan Kenjeran Surabaya, Jawa Timur” ini sesuai harapan.
Penulisan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Ilmu Kelautan jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.
Laporan skripsi ini terbagi dalam 5 bab, dimana Bab 1 membahas tentang
latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat. Bab 2 membahas
tentang tinjauan pustaka.Bab 3 membahas tentang watu dan tempat pelaksaan
penelitian serta metode penelitian.Bab 4 membahas hasil penelitian dan Bab 5
membahas kesimpulan dan saran.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi tulisan maupun sistem
penulisannya.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna memperbaiki penulisan ini.
Malang, September 2017
Penulis
10
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………..ii
IDENTITAS TIM PENGUJI…………………………………………………………..iii
PERNYATAAN ORISINILITAS………………………………………………………iv
UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………………….v
RINGKASAN…………………………………………………………………………..vi
Daftar Isi………………………………………………………………………………..vii
Daftar Gambar………………………………………………………………………..ix
Daftar Tabel……………………………………………………………………………x
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN……………………………………………………………….1 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..2 1.3 Tujuan……………………………………………………………………...2 1.4 Manfaat…………………………………………………………………….3 1.5 Waktu dan Tempat……………………………………………………….3
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………..4
2.1 Kerang Hijau (Perna viridis)……………………………………………..4 2.2 Kerang Kapak-kapak (Pinna muricata)………………………………..7 2.3 Kerang Baling-baling (Trisidos tortuosa)……………………………...7 2.4 Kerang Bulu (Anadara antiquata)……………………………………….8 2.5 Target Hazard Quotient (THQ), Hazard Index (HI) dan Target Cancer
Risk (TR)……………………………………………………………………9 2.6 Health Benevit Value Selenium (HBV-Se)……………………………..9 2.7 Estimated Daily Intake (EDI)………………...................................10 2.8 Batas Aman Konsumsi………………………………………………….10
3. METODE PENELITAN
3.1 Lokasi Penelitian…………………………………………………………11 3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………………...11 3.3 Prosedur Penelitian……………………………………………………..12
3.3.1 Teknik Pengabilan Sampel……………………………………...12 3.3.2 Preparasi Sampel……………………………………………….12 3.3.3 Pengukuran Logam Berat pada Kerang……………………..12
3.4 Identifikasi Kerang………………………………………………………14 3.5 Analisa Data……………………………………………………………..14
11
3.5.1 Target Hazard Quotuent (THQ), Hazard Index (HI) dan Target Cancer Risk (TR)………………………………………………..14
3.5.2 Health Benevit Selenium Value (HBV-Se)…………………….16 3.5.3 Estimated Daliy Intake (EDI)……………………………………16 3.5.4 Batas Aman Konsumsi…………………………………………17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………...18
4.1 Identifikasi Morfologi dan Klasifikasi Kerang……………………….18 4.1.1 Kerang Hijau (Perna viridis)……………………………………..18 4.1.2 Kerang Kijing (Siliqua patula)…………………………………..18 4.1.3 Kerang Baling-baling (Trisidos Tortuosa)…………………….19 4.1.4 Kerang Bulu (Anadara Antiquata)……………………………..20 4.1.5 Kerang Kapak-kapak (Pinna muricata)………………………21
4.2 Konsnetrasi dan Baku Mutu Logam Berat…………………………..22 4.3 Hasil Perhitungan Target Hazard Quotient (THQ), Hazard Index (HI)
dan Target Cancer Risk (TR)…………………………………………..28 4.3.1 Target Hazard Quotient (THQ)…………………………………28 4.3.2 Hazard Index (HI)……………………………………………….29 4.3.3 Target Cancer Risk (TR)……………………………………….30
4.4 Tingkat Keamanan Pangan…………………………………………….32 4.4.1 Health Benevit Value Selenium (HBV-Se)…………………….32 4.4.2 Hasil Perhitungan Estimated Daily Intake (EDI) dan Batas
Aman Konsumsi…………………………………………………34
5. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………40 5.1 Kesimpulan………………………………………………………………40 5.2 Saran………………………………………………………………………40
DAFTAR PUSTAKA
12
Daftar Gambar
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel…………………………………….11
Gambar 2. Perna viridis/ Kerang Hijau (Mudjiono, 2017)…………………………18
Gambar 3. Siliqua patula/ Kerang Kijing (Mudjiono, 2017)…………………….19
Gambar 4. Trisidos tortuosa/Kerang baling-baling (Mudjiono, 2017)…………20
Gambar 5. Anadara antiquata/Kerang Bulu (Mudjiono, 2017)………………….21
Gambar 6. Pinna muricata/Kerang kapak-kapak (Mudjiono, 2017)…………….21
Gambar 7. Konsentrasi logam As, Cd dan Cu pada kerang komposit……….24
Gambar 8. Konsentrasi logam Pb, Se dan Hg pada kerang komposit………25
Gambar 9. Konsnetrasi logam pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit………………………………………………………………26
13
Daftar Tabel
Tabel 1. Rata-rata konsentrasi logam berat (mg/kg) ± standar deviasi…….22
Tabel 2. Nilai Target Hazard Quotient (THQ) pada kerang komposit………..28
Tabel 3. Nilai Target Hazard Quotient (THQ) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit…………………………………………...28
Tabel 4. Nilai Hazard Index (HI) pada kerang komposit………………………29
Tabel 5. Nilai Hazard Index (HI) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit…………………………………………………………….30
Tabel 6. Nilai Target Cancer Risk (TR) pada kerang komposit………………..31
Tabel 7. Nilai Target Cancer Risk (TR) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit…………………………………………………….31
Tabel 8. Nilai Health Benevit Value Selenium (HBV-Se) pada kerang komposit.32
Tabel 9. Nilai Health Benevit Value Selenium (HBV-Se) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit……………………………33
Tabel 10. Estimated Daily Intake (EDI) pada kerang komposit untuk anak-anak34
Tabel 11. Estimated Daily Intake (EDI) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk anak-anak…………………………………..34
Tabel 12. Estimated Daily Intake (EDI) pada kerang komposit dewasa………34
Tabel 13. Estimated Daily Intake (EDI) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk dewasa…………………………………..35
Tabel 14. Batas aman konsumsi pada semua jenis kerang komposit untuk anak-anak (gr/kg berat badan/hari)……………………………………………………...36
Tabel 15. Batas aman konsumsi pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk anak-anak (gr/kg berat badan/hari)……………36
Tabel 16. Batas aman konsumsi pada kerang komposit untuk dewasa (gr/kg berat badan/hari)……………………………………………………………………..36
Tabel 17. Batas aman konsumsi pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk dewasa (gr/kg berat badan/hari)……………..37
Tabel 18. Batas aman konsumsi pada kerang komposit untuk anak-anak (ekor/hari)…………………………………………………………………………….38
Tabel 19. Batas aman konsumsi pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk anak-anak (buah/hari)…………………………38
Tabel 20. Batas aman konsumsi pada kerang komposit untuk dewasa (ekor/hari) ………………………………………………………………………………..38
Tabel 21. Batas aman konsumsi pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk dewasa (buah/hari)……………………………..38
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Morfometrik kerang hijau (Perna viridis)……………………………44
Lampiran 2. Morfometrik kerang kijing (Siliqua patula)…………………………45
Lampiran 3. Morfometrik kerang baling-baling (Trisidos tortuosa)……………46
Lampiran 4. Morfometrik kerang bulu (Anadara antiquata)…………………….47
Lampiran 5. Morfometrik kerang kapak-kapak (Pinna muricata)……………..48
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian………………………………………………49
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, perkembangan industri sangat pesat sekali. Dari pesatnya
industri tersebut, otomatis akan berdampak positif dan negatif. Dampak positif
yang akan terjadi adalah adanya perluasan lapangan pekerjaan dan pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat sekitar. Sedangkan dampak negatif yang di
dapatkan adalah penurunan kualitas perairan akibat banyaknya buangan limbah.
Pada beberapa industri, limbah yang dihasilkan ber macam-macam tergantung
dari jenis ukuran industri pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan
air dan derajat pengolahan air limbah yang ada. Selain limbah cair, limbah padat
juga merupakan sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan (Amriani,
2011).
Logam berat yang masuk ke dalam perairan, secara langsung akan
mencemari air laut dan lingkungan sekitar perairan tersebut. Selain itu juga
mencemari substrat maupun sedimen yang ada di perairan tersebut. Logam
berat akan masuk ke dalam tubuh makhluk hidup dengan proses bioakumulasi
dan biomagnifasi melalui beberapa jalan: melalui saluran pernapasan, saluran
makanan dan melalui kulit (Darmono, 2001).
Pantai bagian timur dari Surabaya, khususnya Pantai Kenjeran sudah
tercemar oleh logam berat, hal tersebut menyebabkan masyarakat Kenjeran
yang telah mengkonsumsi biota laut yang tekontaminasi logam berat mengalami
gejala keracunan. Tercemarnya perairan Kenjeran dikarenakan oleh buangan
limbah industri maupun limbah rumah tangga yang terbawa aliran dari Kali
wonokromo dan Kali wonorejo yang akhirnya akan mencemari perairan kenjeran
(Mulyadi et al., 2009).
Menurut Sumiyani (2005), menjelaskan bahwa ikan dan kekerangan di
daerah Kenjeran telah terpapar logam Cd, demikian pula darah penduduk
sekitarnya yang mengkonsumsi biota laut dari Perairan Kenjeran juga terpapar
logam Cd. Disamping itu, selain ikan yang telah terpapar logam berat ternyata
air susu ibu dan darah masyarakat di Perairan Kenjeran mengandung logam
berat Pb, Cd yang sudah melmpaui batas yang telah ditentukan. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan juga mendapatkan fakta bahwa anak-anak di
sekitar Perairan Kenjeran mengalami penurunan intelektual yang salah satu
dampaknya adalah keterlambatan berbicara yang seharusnya pada umur
tersebut sudah dapat berbicara (Prigi, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang, penelitian di atas dapat dirumuskan permasalahan dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Berapa konsentrasi logam berat As, Cd, Cu, Pb, Se dan Hg pada kerang
hijau (Perna viridis), kerang kijing (Siliqua patula), kerang baling-baling
(Trisidos tortuosa), kerang bulu (Anadara antiquata) dan kerang kapak-
kapak (Pinna muricata) di Perairan Kenjeran, Surabaya?
2. Bagaimana tingkat keamanan pangan kerang hijau (Perna viridis), kerang
kijing (Siliqua patula), kerang baling-baling (Trisidos tortuosa), kerang bulu
(Anadara antiquata) dan kerang kapak-kapak (Pinna muricata) di Perairan
Kenjeran?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsentrasi logam berat As, Cd, Cu, Pb, Se dan Hg pada
kerang hijau (Perna viridis, kerang kijing (Siliqua patula), kerang baling-
baling (Trisidos tortuosa), kerang bulu (Anadara antiquata) dan kerang
kapak-kapak (Pinna muricata) di Perairan Kenjeran, Surabaya.
2. Mengetahui tingkat keamanan pangan pada kerang hijau (Perna viridis),
kerang kijing (Siliqua patula), kerang baling-baling (Trisidos tortuosa), kerang
bulu (Anadara antiquata) dan kerang kapak-kapak (Pinna muricata) di
Perairan Kenjeran, Surabaya.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan menjadi menjadi pengetahuan
tentang besarnya konsetrasi logam berat As, Cd, Cu, Pb, Se dan Hg pada
kerang konsumsi masyarkat Surabaya dan juga sebagai informasi tingkat
keamanan pangan pada kerang hijau (Perna viridis), kerang kijing (Siliqua
patula), kerang baling-baling (Trisidos tortuosa), kerang bulu (Anadara antiquata)
dan kerang kapak-kapak (Pinna muricata).
1.5 Waktu dan Tempat
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 19 Maret 2017. Sampel
kerang diambil langsung dari nelayan yang baru mendarat mencari kerang di
Perairan Kenjeran. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biogeokimia, Pusat
Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI)
Jakarta dan Laboratorium Kesehatan Daerah (KESDA) Jakarta.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerang Hijau (Perna viridis)
Kamaruzzaman et. al (2011), melakukan penelitian pada kerang hijau
(Perna viridis) dari Pekang, Pahang Malaysia. Penelitian melaporkan tentang
bioakumulasi logam Fe, Zn, Cu, Co, Pb dan Cd yang terdapat pada daging
kerang hijau (Perna viridis) di Pahang, Malaysia. Hasil yang didapatkan adalah
konsentrasi pada Fe, Zn, Cu, Co, Pb dan Cd memiliki konsentrasi masing-masing
57.6 ± 87.8 µg/g, 45.54 ± 8.75 µg/g, 19.05 ± 4.12 µg/g, 17.85 ± 2.28 µg/g, 47 ±
14 µg/g dan 3 ± 0.06 µg/g. Dari hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa
bagian otot pada kerang hijau dapat dijadikan biomonitoring pada kontaminasi
logam berat dan secara alami ternyata pada bagian otot kerang hijau dapat
mengatur akumulasi variasi logam berat yang masuk ke dalam tubuh kerang
hijau. Dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, bahwa beberapa
logam berat di perairan Pekan mempunyai konsentrasi lebih rendah, kecuali
pada konsentrasi logam Fe dan Cu. Dari penjelasan sebelumnya, dapat
diindikasikan bahwa ada berbagai sumber antropogenik sehingga terjadinya
adanya perbedaan konsentrasi dan keberagaman jenis logam berat yang ada di
Perairan Pekan.
Supriyantini et.al., (2015), melaporkan tentang kandungan logam berat Fe
pada air, sedimen dan kerang hijau (Perna viridis) di Perairan Tanjung Mas
Semarang. Hasil dari penelitian ini adalah kandungan logam Fe pada air di
Perairan Tanjung Mas belum tercemar Fe karena masih di bawah baku mutu
yaitu berkisar 0.031- 3.71 µg/g (November 2013) dan 0.105-0.234 µg/g
(Desember 2013). Sedimen yang ada di Perairan Tanjung Mas sudah terindikasi
tercemar logam berat Fe yaitu berkisar antara 19.681- 27.945 µg/g (November
2013) dan 26.7270-34.0510 µg/g (Desember 2013). Sementara kandungan
logam berat Fe dalam kerang hijau pada bulan November 2013 lebih tinggi
dibandingkan bulan Desember 2013 dan sudah melampaui ambang batas yaitu
161.430-203.596 µg/g (November) dan 84.866-95.963 µg/g (Desember). Dari
hasil yang telah didapatkan, untuk kerang dan sedimen memiliki konsentrasi di
atas baku mutu, hal ini dapat analisa bahwa sudah jenuhn dan menumpuknya
logam Fe dalam sedimen kerang hijau di perairan Tanjung Mas juga sudah
terakumulasi logam Fe yang jauh di atas baku mutu.
Abdulgani et.al., (2012), melaporkan tentang konsentrasi Cd pada kerang
hijau di Surabaya dan Madura. Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata Cd pada
kerang hijau (Perna viridis) ukuran besar (7.10 ± 0.22 cm) dan kecil (3.10 ± 0.04
cm) di Surabaya adalah 0.08 ± 0.004 dan 0.94 µg/g ± 0.009 µg/g. Sedangkan
konsentrasi Cd pada kerang hijau (Perna viridis) ukuran besar (7.41 ± 0.21 cm)
dan kecil (3.07 ± 0.04 cm) di Madura adalah 0.066 ± 0.005 µg/g dan 0.086 ±
0.004 µg/g. Batas asupan harian (ADI) kerang hijau (Perna viridis) yang
diperoleh di Surabaya adalah ± 254 dan ± 1993 µg/g individu. Dapat dilihat dari
hasil yang didapatkan, batas aman konsumsi harian pada kerang hijau dari
Perairan Madura dan Surabaya dapat dilihat dari besarnya konsentrasi yang
dimiliki kerang tersebut. Semakin tinggi konsentrasi logam tersebut, semakin
sedikit kerang yang dapat dikonsumsi setiap harinya.
Ruangwises et.al., (1998), melaporkan tentang logam Cd, Cr, Cu, Pb Mn,
Ni, Zn berat yang berada di kerang hijau (Perna viridis). Hasil dari penelitian ini
adalah rata-rata konsentrasi logam berat 1.2 µg/g untuk Cd, 0.78 µg/g untuk Cr,
9.85 µg/g untuk Cu 1.09 µg/g untuk Pb 2.7 µg/g untuk Mn, 1.54 untuk Ni dan
0.9448 µg/g untuk Zn. Dari hasil yang didapatkan, dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa cangkang kerang memiliki panjang antara 5.3 dan 6.4 cm,
berat basah daging mempunyai berat 3.41-3.95 g dan bagian daging yang
mempunyai ukuran yang sama memiliki varisai konsentrasi pada individu yang
berbeda. Dan jika dianalisa dari penelitian mendapatkan informasi bahwa
rendahnya konsentrasi logam Cd, Cr, Cu, Pb, Mn, Ni dan Zn yang ditemukan dari
Gulf Thailand. Untuk Cu, Pb dan Zn terdeteksi pada bagian otot dari kerang hijau
memiliki konsentrasi dibawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh Ministry
Public Health. Dari hasil tersebut, dapat diduga konsentrasi yang rendah pada
daging kerang hijau dari Gulf Thailand aman dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.
Tetapi, jika dibandingkan dengan perbandingan sebelumya menunjukkan bahwa
beberapa konsentrasi logam berat pada bagian otot kerang hijau dari Gulf
Thailand adalah lebih rendah dari studi pada jurnal ini. Mungkin, dari kasus
tersebut memang terjadi kenaikan pembangunan industri di sekitar perairan
tersebut dan terjadi beberapa pembangunan perumahan sehingga banyak
limbah industri dan limbah domestik yang masuk kedalam perairan.
Sasikumar et.al., (2006) melaporkan tentang monitoring logam Cd, Cr,
Cu, Fe, Mn, Ni, Pb dan Zn pada kerang hijau (Perna viridis) yang di bagi menjadi
3 (tiga) bagian ukuran (besar, sedang dan kecil) dari pesisir Karnataka, India.
Hasil yang didapatkan adalah untuk kerang ukuran besar konsentrasi logam
berat Cd, Cr, Cu, Fe, Mn, Ni, Pb dan Zn pada masing-masing ukuran tubuh
kerang; besar (1.19 ± 0.46 µg/g), (0.01 ± 0.04 µg/g), (0.23 ± 0.53 µg/g), (40.29 ±
0.0359 µg/g), (5.05 ± 1.91 µg/g), (0.31 ± 0.87 µg/g), (0.09 ± 0.22 µg/g) dan (9.49
± 2.38 µg/g), sedang (1.26 ± 0.52 µg/g), (0.07 ± 0.14 µg/g), (0.6 ± 0.73 µg/g),
(64.89 ± 66.4 µg/g), (5.13 ± 2.55 µg/g), (0.24 ± 0.71 µg/g), (0.25 ± 0.53 µg/g) dan
(1.046 ± 7.3 µg/g), kecil (1.08 ± 0.98 µg/g), (0.09 ± 0.13 µg/g), (0.60 ± 0.62 µg/k),
(81.64 ± 74.7 µg/g), (5.24 ± 2.39 µg/g), (0.33 ± 0.57 µg/g), (0.5 ± 0.82 µg/g) dan
(9.72 ± 3.84 µg/g). Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa adanya
variasi akumulasi oleh logam Cr, Cu, Fe dan Pb pada bagian otot dengan ukuran
yang berbeda. Ada beberapa studi yang menjelaskan bahwa adanya korelasi
negatif antara logam Cr, Fe, Mn, Si dan Ti pada ukuran kerang yang berbeda.
Pada kasus jurnal ini logam Cu, Cr, Fe dan Pb mempunyai konsentrasi yang
signifikan dimana jika konsentrasi tinggi ukuran otot pada kerang pun juga lebih
besar. Sebenarnya, hal tersebut mempunyai beberapa faktor salah satunya
adalah terjadinya growth dilution yaitu proses masuknya logam berat terkait
dengan proses makan bivalvia.
2.2 Kerang Kapak-kapak (Pinna muricata)
Suhaidi (2013), telah melakukan penelitian tentang kandungan Cu pada
sedimen, air laut dan kerang kapak (Pinna sp) di Wilayah Jelengah, Sumbawa
Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2012. Dan menggunakan
beberapa stsasiun. Hasil dari penelitian ini adalah konsentrasi logam Cu terlarut
berkisar antara ttd (tidak terdeteksi)-0.011 mg/l, konsentrasi pada sedimen
berkisar antara 1.39 µg/g-5.13 µg/g dan pada kerag kapak (Pinna sp) berkisar
antara 0.69-6.66 µg/g. Dari hasil penelitian di atas dapat kita lihat bahwa semua
konsentrasi air laut memiliki konsentrasi di atas baku mutu pada beberapa
stasiun dan untuk sedimen dan kerang kapak (Pinna sp) mempunyai konsentrasi
dibawah baku mutu. Hal ini diduga pada stasiun tertentu yang memiliki
konsentrasi logam pada air laut tinggi, dapat disebabkan oleh dekatnya sumber
pencemar ke titik stasiun yang mempunyai baku mutu tinggi.
2.3 Kerang Baling-baling (Trisidos tortuosa)
Koesayu (2007), telah melakukan penelitian tentang kadar logam Pb dan
Cd terhadap air laut dan kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) yang diambil
dari pantai kenjeran Surabaya dengan teknik pengambilan sampel kerang secara
acak sederhana selama periode bulan April-Juni 2007. Dari penelitian ini
diperoleh hasil, bahwa pada periode bulan tersebut kadar logam Pb pada air laut
berkisar antara 1.338-2.071 µg/g, dan melampaui baku mutu yang telah
ditetapkan (0.005 µg/g), serta tidak terdeteksi adanya logam Cd. Sedangkan
pada kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) tidak ditemukan adanya kandungan
logam Pb, tetapi ditemukannya logam Cd yaitu antara 0.844-0.088 µg/g bobot
basah yang melampaui persyaratan WHO (0,1 µg/kg/bobot basah). Sehingga air
laut pantai Kenjeran melampaui baku mutu dan kerang baling-baling tidak aman
dikonsumsi. Dari hasil yang didapatkan, dapat dilihat bahwa adanya logam Cd
yang tinggi di dalam tubuh kerang, tetapi logam Cd diperairan memiliki
konsentrasi sangat rendah. Dapat diduga bahwa tingkat akumulasi logam Cd di
Perairan Kenjeran sudah tinggi sehingga sudah terakumulasi pada tubuh kerang.
2.4 Kerang Bulu (Anadara antiquata)
Muslimah (2013), melaporkan tentang analisis logam berat Pb, Cd dan
Hg pada kerang bulu (Anadara antiquata) di Pantai Lekok Pasuruan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa kerang bulu (Anadara antiquata) dapat
mengakumulasi logam berat Pb, Cd dan Hg dengan konsentrasi masing-masing
2.31 mg/kg, 1.59 mg/kg dan 1.1 mg/kg. Semua kandungan logam tersebut sudah
melewati baku mutu yang ditetapkan dari WHO maupun SNI. Dari hasil tersebut
dapat diduga bahwa banyaknya sumber-sumber zat antropogenik dari sekitar Kota
Pasuruan yang masuk ke dalam Pantai Selok. Sumber dari logam tersebut adalah
industri, limbah domestik dan bahan bakar kendaraan disekitar sehingga limbah
yang mengandung logam Pb, Cd dan Hg mengakumulasi biota yang ada di Pantai
Lekok Pasuruan.
2.5 Target Hazard Quotient (THQ), Hazard Index (HI) dan Target Cancer
Risk (TR)
Menurut Mok et al.,(2015), Target Hazard Quotient (THQ) digunakan
untuk mengindikasi penilaian non-karsinogenik. Untuk menghitung potensi resiko
penilaian logam berat pada moluska menggunakan Target Hazard Quotient
(THQ) dan Hazard Index (HI). Target Hazard Quotient (THQ) digunakan untuk
menghitung potensi resiko penyakit non-karsinogenik, Hazard Index (HI)
merupakan akumulasi dari Target Hazard Quotient (THQ) dan Target Cancer
Risk (TR) digunakan untuk mengitung potensi resiko zat-zat karsinogenik yang
berada di dalam tubuh (USEPA, 2006 dalam Lin, 2009).
2.6 Health Benevit Value-Selenium (HBV-Se)
Selenium pertama kali dikenal pada tahun 1970 dengan micronutrien
esensial. Selenium merupakan komponen dasar untuk merepresentasikan zat-
zat yang masuk ke dalam makanan. Selenium merupakan peranan penting
dalam proses Glutathion Peroxide (GSH-PX) pada sistem enzim. Banyak fakta-
fakta tentang selenium salah satunya yang ditemukan di China. Peneliti dari
China menemukan bahwa anak-anak di China sangat kekurangan selenium
hingga menderita penyakit Cardiomyopathy yaitu sejenis penyakit melemahnya
otot jantung. Gejala penyakit tersebut bisa dikurangi dengan penambahan
selenium ke dalam makanan. Asupan maksimum selenium yang dibutuhkan
untuk aktivitas manusia sekitar 25-30 enzim genetik yaitu sekitar 50-70 µg/hari.
Asupan tersebut digunakan untuk menjaga otak dari gangguan merkuri yang
akan masuk ke dalam jaringan otak dan aliran darah pada tubuh. (Rezayi et.al.,
2012).
Selenium health benefit value atau Se-HBV, merupakan rumus untuk
mengetahui penilaian Se dan Hg dalam tubuh. Pada rumus Se-HBV, ada
beberapa kali modifikasi yang pada akhirnya mempunyai rumus Health Benevit
Value Selenium atau HBV-Se untuk mengetahui resiko keracunan Hg dalam
tubuh dan mempunyai ketentuan yaitu jika nilai dari hasil perhitungan HBV-Se
positif (+) berarti tidak berpotensi keracunan Hg, dan jika memiliki nilai hasil
perhitungan HBV-Se negatif (-) berarti berpotensi keracunan Hg dalam tubuh
(Raltson et.al.,2016).
2.7 Estimated Daily Intake (EDI)
Human health risk assessment diaplikasikan untuk mengetahui asumsi
asupan maksimal logam berat yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu
perhitungan human risk assessment adalah Estimated Daily Intake (EDI).
Perhitungan tersebut untuk mengetahui asumsi asupan logam berat perharinya.
Perhitungan tersebut dapat di kalkulasikan untuk menghitung estimasi asupan
logam berat per hari untuk anak-anak dan dewasa (Health Canada, 2007).
2.8 Batas Aman Konsumsi
Untuk meminimalkan dampak yang di timbulkan oleh logam berat, perlu
dilakukan pembatasan konsumsi. Pembatasan konsumsi diperlukan agar tidak
terjadinya keracunan bahkan menimbulkan penyakit yang nantinya berimbas
pada kesehatan tubuh. Untuk mengetahui batas aman konsumsi, dapat di
kalkulasikan dalam bentuk gram/hari atau ekor/hari (Sudarmaji et al, 2006).
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 19 Maret 2017 disekitar
perairan kenjeran yang diambil dari nelayan yang baru saja mendarat
mengambil kerang. Analisis sampel di Laboratorium Biogeokimia Pusat
Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (P2O LIPI) Jakarta
dan Laboratorium Kesehatan Daerah (KESDA) Jakarta. Gambar 1 merupakan
peta lokasi penelitian pengambilan sampel.
3.2 Alat dan bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kerang
hijau (Perna viridis) kerang kijing (Siliqua patula), kerang baling-baling (Trisidos
tortuosa), kerang bulu (Anadara antiquata) dan kerang kapak-kapak (Pinna
muricata) yang berjumlah masing-masing sekitar 15-30 ekor kerang, alumunium
foil, kantong sampel, aquadem, HNO3, Double Distilled Deionized Water
(DDDW), kertas saring dan kertas label.
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat bedah biota,
timbangan digital, mortar dan alu, timbangan analitik, labu 25 ml, microwave,
mercury analyzer, Inductively Coupled Plasma with Optical Emission
Spectrometer (ICP-OES) dan oven.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel kerang didapatkan dari nelayan yang baru saja mengambil hasil
tangkapan dari perairan Kenjeran, Surabaya. Masing-masing jenis kerang
diambil sebanyak 15-30 ekor untuk dianalisis di laboratorium.
3.3.2. Preparasi Sampel
Setelah sampel didapatkan, langkah selanjutnya adalah preprasi sampel.
Preparasi yang dilakukan pertama adalah membersihkan cangkang kerang dari
kotoran. Cangkang kerang dicuci dengan air mengalir dan daging kerang di bilas
dengan Double Distilled Deionized Water (DDDW) untuk menghilangkan kotoran
yang menempel pada daging kerang. Setelah dibersihkan, langkah selanjutnya
adalah melakukan perhitungan morfometrik kerang (berat total, berat daging,
tinggi dan panjang). Setelah pengukuran morfometrik, selanjutnya yang
dilakukan adalah membuka cangkang kerang dan memisahkan antara kerang
komposit dan non komposit. Untuk kerang hijau (Perna viridis), kerang kijing
(Siliqua patula), kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) dan kerang bulu
(Anadara antiquata) dilakukan dengan tidak memisahkan bagian organ dari
kerang (komposit). Untuk kerang kapak-kapak (Pinna muricata), dilakukan
dengan memisahkan bagian organnya (daging, insang dan saluran pencernaan)
(non komposit). Setelah memisahkan antara komposit dan non komposit,
kemudian kerang di oven dengan suhu 60ºC selama 24 jam untuk dianalisa
logam beratnya dan sebagian kerang dimasukkan ke oven yang bersuhu 105ºC
yang digunakan untuk menghitung kadar air pada kerang. Setelah kerang di
oven, langkah terakhir adalah kerang dihaluskan hingga terbentuk serbuk halus.
3.3.3 Pengukuran Logam Berat pada Kerang
Setelah kerang di preparasi hingga menjadi serbuk halus, selanjutnya
kerang dianalisis logam. Logam berat yang dianalisis pertama adalah logam Hg.
Hg dianalisis menggunakan mercury analyzer. Sebelum dilakukan analisis di
dalam mercury analyzer, sampel kerang yang sudah halus ditimbang
menggunakan timbagan analitik hingga mencapai kisaran berat sampel 1-10 mg/
tiap 1 boat. Pada setiap spesies, dilakukan 5 duplikasi agar data lebih akurat.
Setelah semua boat terisi, masukkan boat ke dalam mercury analyzer hingga
muncul hasil pada layar komputer. Selanjutnya, untuk mengukur logam As, Cd,
Cu, Pb dan Se menggunakan Inductively Coupled Plasma with Optical Emission
Spectrometer (ICP-OES). Sebelum dilakukan analisis logam, harus melakukan
destruksi kering. Destruksi kering dilakukan dengan menimbang sampel
sebanyak 0,4-0,5 g. Sampel dilakukan duplikasi sebanyak 5 kali pada 1 sampel
agar hasil lebih akurat. Setelah ditimbang, sampel ditambahkan aquadem
sebanyak 5 ml dan HNO3 sebanyak 5 ml lalu masukkan ke dalam microwave
selama 2x20 menit dengan suhu 185oC. Setelah sampel dipanaskan dalam
microwave dan suhu sudah rendah, sampel dikeluarkan dan dipindahkan ke
dalam labu berukuran 25 ml, kemudian sampel ditambahkan aquadem hingga
mencapai batas ukur 25 ml. Langkah selanjutnya adalah menyaring sampel
hingga tidak ada endapan di dalam sampel dan juga membuat larutan standar
0,0.5,0.1,0.25 dan 0.4 ppm untuk larutan pembanding pada saat menganalisis
sampel di Inductively Coupled Plasma with Optical Emission Spectrometer (ICP-
OES). Dan langkah terakhir analisis sampel pada Coupled Plasma with Optical
Emission Spectrometer (ICP-OES) hingga hasil muncul pada layar komputer.
3.5 Identifikasi Kerang
Setelah sampel kerang dianalisa logam beratnya, cangkang kerang di
identifikasi untuk mengetahui taksonomi kerang yang didapatkan di Perairan
Kenjeran. Yang harus dilakukan adalah membawa cangkang kerang ke
Laboratorium Zoologi Laut Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penelitian
Indonesia (P2O LIPI) Jakarta untuk melakukan identifikasi. Untuk identifikasi
taksonomi menggunakan beberapa buku penuntun yaitu buku taksonomi acuan
dari Sabeli (1979), Morton (1975), Robert et al., (1982), Yonge (1971) dan Kira
(1965). Menurut Soeharmoko (2010), identifikasi taksonomi pada kerang harus
memisahkan daging kerang pada cangkang, kemudian ambil cangkang kerang
dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisa taksonomi dari kerang
tersebut. Beberapa buku penuntun untuk melakukan identifikasi taksonomi
kerang yaitu Zim dan Ingle (1955), Yonge (1971), Soesanto (1965), Dance
(1974), Morton (1975), Sabeli (1979), Robert et al., (1982) dan Darma (1988).
3.4 Analisa Data
3.4.1 Target Hazard Quotient (THQ), Hazard Index (HI) dan Target Cancer
Risk (TR)
Rumus yang digunakan untuk mengitung Target Hazard Quotient (THQ),
Hazard Index (HI) dan Target Cancer Risk (TR) menggunakan rumus sebagai
berikut.
THQ = (Cbx IRF x 10-3 x EFr x ED tot/ (RfD x BW x AT)
Dimana :
MC : konsentrasi logam berat pada kerang (mg/kg)
IRF : konsumsi kerang per hari warga indonesia (42.6 g/orang/hari) (BPS,
2017)
EF : frekuensi terkena pencemar per hari (350 hari/tahun)
EDtotal : frekuensi terkena pencemar dalam durasi (30 tahun)
RfD : dosis konsumsi logam perhari
BW : rata-rata berat badan masyarakat Surabaya (50.1kg) (BPS Surabaya,
2015)
AT : rata-rata waktu untuk non-karsinogenik dalam sehari (ED total x 365
hari/tahun)
Hazard Index (HI) bisa ditunjukkan dengan menjumlahkan hazard
quotient (USEPA, 2006 dalam Lin, 2009).
HI = THQAs + THQCu + THQCd………
Dimana THQ As, Cu, Cd dst merupakan hasil dari THQ sesuai logam berat yang
ingin digunakan.
Target Cancer Risk (TR) digunakan untuk mengindikasi resiko
karsinogenik pada logam As. Metode tersebut untuk mengestimasi TR dengan
acuan pada USEPA Region IIII Risk-Based Concentration Table (USEPA, 2006
dalam Lin, 2009). Rumus yang digunakan sebagai berikut.
TR : (Cb x IRF x 10-3 x CPSo x EFr x EDtot) / (BWa x ATc)
Dimana :
CPSo : zat karsinogenik yang masuk ke tubuh (1,5 mg/kg/day)
ATc : waktu rata-rata zat karsinogenik berada dalam tubuh (25,550 day)
3.4.2 Health Benevit Selenium Value (HBV-Se)
Menurut Raltson et al.,(2007), untuk menghitung potensi resiko
keracunan Hg dalam tubuh, dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
HBVSe = ([Se – Hg]/Se) x (Se + Hg)
Dimana :
Se : konsentrasi logam Se pada setiap kerang (µmol/kg)
Hg : konsentrasi logam Hg pada setiap kerang (µmol/kg)
3.4.3 Estimated Daily Intake (EDI)
Estimated Daily Intake (EDI) dapat dikalkulasikan degan rumus sebagai
berikut (Health Canada, 2007).
EDI = ���� ������� � ����������� � � � ��� � �� � �� � ��
�� � ��
Dimana :
EDI : Estimated daily intake (mg/kg/hari)
Concmussels :Konsentrasi logam berat pada kerang (mg/kg)
Ingmussels :Konsumsi kerang per hari (227 gr untuk anak-anak, 95 gr untuk
dewasa) (USEPA, 2007)
F : Fraksi logam berat yang terabsorpsi (1; 100% logam berat)
RAF : Faktor relativitas absorpsi logam berat = 1
ED : Waktu durasi terpapar (4.5 tahun untuk anak-anak, 60 tahun untuk
dewasa)
CF : Faktor konversi (1 x 10-3 g/kg)
AT : Rata-rata waktu terpapar (1642.5 hari untuk anak-anak, 29,200 untuk
dewasa (non-karsinogenik) dan 21,900 untuk anak-anak
(karsinogenik)
BW : Berat badan masyarakat Surabaya 16.5 kg untuk anak-anak, 50.1 kg
untuk dewasa (BPS Surabaya, 2015)
3.4.4 Batas Aman Konsumsi
Untuk menghitung batas aman konsumsi perhari dalam bentuk gram/hari
dan ekor/hari, dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Putri, 2010).
Batas aman konsumsi = ����� ����� ����� ������
������ �������� ����� �����
Dalam satuan ekor = ����� ���� �������� (
����
����)
����� ������
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Morfologi dan Klasifikasi Kerang
4.1.1 Kerang Hijau (Perna viridis)
Cangkang memiliki panjang rata-rata 16.5 cm, bentuk cangkang agak
meruncing pada bagian belakang dan pada bagian dalam cangkang berwarna
keperak-perakan seperti kerang mutiara. Bagian luar cangkang berwarna hijau
kecoklat-coklatan. Gambar kerang hijau (Perna viridis) disajikan pada gambar
2, sedangkan klasifikasi kerang hijau (Perna viridis) disajikan dibawah ini.
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Pteroimorphia
Order : Mytilida
Superfamily : Mytiloidea
Family : Mytilidae
Genus : Perna
Species : Perna viridis
Gambar 1. Perna viridis/ Kerang Hijau (Mudjiono, 2017)
4.1.2 Kerang Kijing (Siliqua patula)
Cangkang memiliki panjang rata-rata 12 cm. Cangkang berbentuk oval.
Pada bagian luar cangkang berwarna krem, bagian dalam berwarna keperak-
perakan. Gambar kerang kijing (Siliqua patula) disajikan pada gambar 3,
sedangkan klasifikasi kerang kijing (Siliqua patula) disajikan dibawah ini.
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Heterodonta
Infraclass : Eutherodonta
Superorder : Imparidentia
Order : Adapedonta
Superfamily : Selenoidea
Genus : Siliqua
Species : Siliqua patula
Gambar 2. Siliqua patula/ Kerang Kijing (Mudjiono, 2017)
4.1.3 Kerang Baling-baling (Trisidos tortuosa)
Cangkang memiliki panjang rata-rata 8 cm. Cangkang berbentuk baling-
baling. Cangkang pada bagian luar berwarna coklat tua, bagian dalam
berwarna putih pekat. Gambar kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) disajikan
pada gambar 4, sedangkan klasifikasi kerang baling-baling (Trisidos tortuosa)
disajikan dibawah ini.
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Pteriomorphia
Order : Arcida
Superfamily : Arcoidea
Family : Archidae
Genus : Trisidos
Spesies : Trisidos tortuosa
Gambar 3. Trisidos tortuosa/ Kerang Baling-baling (Mudjiono, 2017)
4.1.4 Kerang Bulu (Anadara antiquata)
Cangkang mempunyai panjang rata-rata 5 cm. Bentuk cangkang hampir
sama seperti kerang darah (Anadara granosa), tetapi pada bagian cangkang
mempunyai bulu halus yang menutupi cangkang. Gambar kerang bulu
(Anadara antiquata) disajikan pada gambar 5, sedangkan klasifikasi kerang
bulu (Anadara antiquata) disajikan dibawah ini.
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Pteriomorphia
Order : Archida
Superfamily : Arcoidea
Family : Archidae
Genus : Anadara
Species : Anadara antiquata
Gambar 4. Anadara antiquata/ Kerang Bulu (Mudjiono, 2017)
4.1.5 Kerang Kapak-kapak (Pinna muricata)
Cangkang memiliki panjang rata-rata 20 cm. Cangkang mempunyai
warna coklat susu, bentuk cangkang seperti mata kapak. Kerang ini mempunyai
cangkang yang tipis dan mudah retak. Gambar kerang kapak-kapak (Pinna
muricta) disajikan pada gambar 6, sedangkan klasifikasi kerang kapak-kapak
(Pinna muricata) disajikan dibawah ini.
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Pteriomorphia
Order : Ostereida
Superfamily : Pinnoidea
Family : Pinnidae
Genus : Pinna
Species : Pinna muricata
Gambar 5. Pinna muricata/ Kerang Kapak-kapak (Mudjiono, 2017)
4.2 Konsentrasi dan Baku Mutu Logam Berat
Tabel 1. Rata-rata konsentrasi logam berat (mg/kg) ± standar deviasi
No Spesies n Konsentrasi logam berat (mg/kg dry weight) As±SD Cd±SD Cu±SD Pb±SD Se±SD Hg±SD
1 Perna viridis 22 7.05±0.51 0.4±0.04 10.5±1.24 9.67±2.43 1.56±0.14 0.09±0.03 2 Siliqua patula 11 3.71±0.16 0.11±0.007 2.05±0.18 0.91±0.26 1.47±0.08 007±0.04 3 Trisidos tortuosa 29 4.5±0.15 1.91±0.13 57.86±5.57 4.91±1.62 3.4±0.10 0.06±0.04 4 Anadara antiquata 15 6.24±0.31 7.24±0.18 16.78±1.34 4.97±0.73 2.49±0.19 0.08±0.07
Mean±SD
5.37±1.5 2.41±3.3 21.79±24.78 5.11±3.5 2.23±0.9 0.075±0.01
6 Pinna muricata (otot) 15 2.79±0.05 4.79±0.12 1.4±0.49 1.74±0.45 0.91±0.09 0.04±0.02
7 Pinna muricata (insang) 15 4.24±0.44 3.85±0.30 4.12±0.72 11.51±4.55 2.05±0.16 0.05±0.03
8
Pinna muricata (saluran pencernaan) 15 5.96±0.23 10.29±0.74 18.7±1.16 13.49±3.09 3.85±0.13 0.05±0.05
Mean 4.33±1.58 6.31±3.47 8.07±9.03 8.91±6.29 2.27±1.48 0.047±0.0057 Referensi
WHO 1 SNI 1 1 1,5 1
Spain & Singapura (2005) 1 1 2
FSANZ 2 2 Hongkong (2005) 10 2 USA-FDA 1 Jepang 0,4
Hasil rata-rata konsentrasi logam berat di atas selanjutnya dibandingkan
beberapa referensi dari WHO, SNI dan beberapa Negara yang mempunyai
standarisasi logam berat dalam pangan. Hasilnya, untuk logam Hg pada semua
kerang komposit maupun non komposit mempunyai konsentrasi di bawah baku
sesuai standar di atas. Namun, untuk logam As dan Cu mempunyai konsentrasi
di atas ambang batas dari semua standar. Begitupun untuk logam Cd dan Pb
yang mempunyai konsentrasi di atas semua standar baku mutu kecuali pada
kerang hijau (Perna viridis) dan kerang kijing (Siliqua patula) untuk Cd, dan
kerang kijing (Siliqua patula) untuk Pb.
Dari Tabel 1, dapat di buat 3 (tiga) buah grafik setiap 3 (tiga) jenis logam
berat dari kerang komposit dan non komposit agar mengetahui akumulasi logam
berat pada setiap jenis kerang dan bagian tubuh pada kerang.
Dari Gambar 7, dapat dilihat semua logam berat mempunyai konsentrasi
di atas baku mutu. Kecuali logam Cd pada kerang kijing (Siliqua patula). Hal ini
disebabkan karena kerang kijing (Siliqua patula) merupakan kerang epifauna
bentik yaitu jenis kerang yang hidup di atas substrat suatu perairan. Diduga, jenis
kerang epifauna bentik ini akan lebih sedikit mengakumulasi logam di perairan
7,053,71 4,5 6,24
0,4 0,11 1,917,24
10,5
2,05
57,86
16,78
0
10
20
30
40
50
60
70
Perna viridis Siliqua patula Trisidos tortuosa
Anadara antiquata
mg
/kg
(d
ry w
eig
ht)
Konsentrasi logam As Konsentrasi logam Cd Konsentrasi logam Cu
Gambar 6. Konsentrasi logam As, Cd dan Cu pada kerang komposit
karena sumber logam yang masuk ke dalam tubuh kerang hanya bersumber dari
perairan. Selain itu, tingginya konsentrasi logam Cu pada kerang baling-baling
(Trisidos tortuosa) disebabkan karena habitat dan cara hidup dari kerang baling-
baling (Trisidos tortuosa) berada pada substrat berpasir dan berlumpur dan
kemudian mengendap di dalam substrat sehingga mengakumulasi logam lebih
banyak dalam tubuh kerang tersebut. Hal tersebut juga berkaitan dengan sifat
logam Cu pada perairan yang akan berubah menjadi tembaga hidroksida dimana
tembaga hidroksida memiliki sifat yang tidak mudah larut dalam air tetapi akan
mengalami presipitasi dan pengendapan di dalam sedimen sehingg biota yang
hidup di dalam substrat akan lebih banyak mengakumulasi logam Cu (Boney,
1989).
Gambar 7. Konsentrasi logam Pb, Se dan Hg pada kerang komposit
Pada Gambar 8, konsentrasi tertinggi pada semua jenis kerang adalah
pada logam Pb. Hal tersebut disebabkan karena tingkat kecepatan laju
pengendapan logam Pb untuk mengendap di suatu perairan. Menurut Fachrul
(2009), logam Pb mempunyai laju endapan tertinggi dari logam-logam lain yaitu
0.315 m/detik sehingga akumulasi logam Pb pada biota maupun tumbuhan akan
lebih tinggi dari pada logam jenis lain. Selain itu, dapat di lihat bahwa
konsentrasi logam pada kerang kijing (Siliqua patula) mempunyai pola
9,67
0,91
4,91 4,97
1,56 1,47
3,42,49
0,09 0,07 0,06 0,08
0
2
4
6
8
10
12
Perna viridis Siliqua patula Trisidos tortuosa Anadara antiquata
mg/k
g (
dry
weig
ht)
Konsentrasi logam Pb Konsentrasi logam Se Konsentrasi logam Hg
konsentrasi yang berbeda yaitu konsentrasi logam Se lebih tinggi dari pada
logam Pb. Dalam hal ini, selain dilihat dari habitat hidup kerang kijing (Siliqua
patula) yang hidup di atas substrat pada kolom perairan, dapat dikaitkan dengan
sifat logam Se di perairan. Logam Se dalam perairan akan berubah menjadi
selenit (SeO32-) dan selenat (SeO4
2-). Selenit (SeO32-) dan selenat (SeO4
2-)
sangat mudah larut di dalam perairan, tetapi proses pengendapan ke dalam
sedimen maupun substrat akan sangat sulit karena arsen di dalam perairan
berubah menjadi bentuk ion-ion dan cenderung hanya akan larut dalam air dan
memiliki waktu yang lama untuk jatuh dan mengendap pada substrat (Novonty,
1994).
Pada Gambar 9, dapat dilihat bahwa semua bagian tubuh kerang kapak-kapak
(Pinna muricata) mempunyai nilai di atas baku mutu kecuali logam Hg pada
bagian insang dan saluran pencernaan dan Se untuk bagian otot. Jika dilihat
gambar 9, grafik yang paling tinggi nilainya adalah pada bagian tubuh saluran
pencernaan kerang kapak-kapak (Pinna muricata). Menurut Darmono (2001),
konsentrasi tertinggi pada bagian tubuh kerang adalah bagian saluran
pencernaan, dikarenakan saluran pencernaan merupakan jalur terakhir dalam
2,79
4,79
1,4 1,740,91
0,04
4,24 3,85 4,12
11,51
2,05
0,05
5,96
10,29
18,7
13,49
3,85
0,05
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
As Cd Cu Pb Se Hg
mg
/kg
(d
ry w
eig
ht)
Pinna muricata (otot) Pinna muricata (insang)
Pinna muricata (Saluran pencenaan)
Gambar 8. Konsentrasi logam pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit
proses pencernaan makanan, akibatnya semua sisa-sisa makanan termasuk
logam yang berasal dari perairan maupun sedimen berakhir pada saluran
pencernaan. Untuk bagian otot hampir semua memiliki konsentrasi dibawah baku
mutu pada logam beratnya. Seperti hal yang sama juga disebutkan oleh
Darmono (2001), bahwa bagian otot pada bivalvia adalah bagian yang sangat
minim dalam mengikat logam. Terbukti dengan hasil penelitian penulis bahwa
hampir semua konsentrasi logam pada bagian otot mempunyai konsentrasi
paling rendah dibandingkan pada bagian tubuh yang lain. Namun, berbeda
dengan logam yang lain, pada logam Cd otot mempunyai konsentrasi paling
tinggi. Hal ini berkaitan dengan laju pengendapan dan jarak tempuh persebaran
pada logam Cd di perairan. Laju pengedapan logam Cd bukan merupakan laju
pengendapan yang tercepat, tetapi sebaran logam Cd di perairan sangat jauh
dan luas dibandingkan logam lain. Hal ini diduga akumulasi logam Cd pada otot
lebih besar dibandingkan logam lain. Pada penelitian, konsentrasi semua logam
berat pada insang berada di atas baku mutu. Hal tersebut diduga terjadinya
mekanisme growth dilution yang terkait dengan cara memakan bivalvia yang filter
feeder. Mekanisme yang terjadi adalah pada insang bivalvia, mempunyai
mucus/lendir yang penyusunnya merupakan glikoprotein, sehingga diduga logam
tersebut terikat menjadi metallothiein karena penyusun utamanya merupakan
sistein yaitu protein yang tergolong dalam sulfihidryl yang mampu mengikat
logam (Barnes, 1968).
4.3 Hasil Perhitungan Target Hazard Quotient (THQ), Hazard Index (HI) dan
Target Cancer Risk (TR)
4.3.1 Target Hazard Quotient (THQ)
Target Hazard Quotient (THQ) digunakan untuk mengevaluasi resiko
kanker non-karsinogenik pada makanan yang mengandung logam berat. Nilai
Target Hazard Quotient (THQ) ditunjukkan pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Nilai Target Hazard Quotient (THQ) pada kerang komposit
No Spesies As Cd Cu Pb Se Hg
1 Kerang hijau (Perna viridis) 19.16 0.32 0.21 2.25 0.25 0.73
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 10.08 0.08 0.04 0.21 0.24 0.57
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 12.23 1.55 1.17 1.14 0.55 0.48
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 16.95 5.90 0.34 1.15 0.40 0.65
Mean 14.08 1.69 0.44 1.192 0.36 0.61
Tabel 3. Nilai Target Hazard Quotient (THQ) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit
No Bagian tubuh As Cd Cu Pb Se Hg
1 Otot 7.58 3.90 0.02 0.40 0.14 0.32
2 Insang 11.52 3.13 0.08 2.68 0.33 0.40
3 Saluran pencernaan 16.19 8.39 0.38 3.14 0.62 0.40
Mean 11.7 5.14 0.16 2.07 0.37 0.38
Menurut USEPA (2006) dalam Lin (2009), nilai Target Hazard Quotient
(THQ) pada logam berat mempunyai nilai standar yaitu 1. Pada tabel 2 dan 3,
dapat diketahui bahwa logam Cu, Se dan Hg yang mempunyai nilai di bawah
standar nilai Target Hazard Quotient (THQ). Sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Shi (2009), nilai Target Hazard Quotient (THQ) yang
didapatkan juga mempunyai nilai di atas standar yaitu 1.28. Menurut Shi (2016),
tingginya nilai Target Hazard Quotient (THQ) dipengaruhi oleh proses asidifikasi
pada perairan habitat kerang tersebut karena terjadi proses kimiawi yang sangat
kompleks. Semakin asam pH pada perairan tersebut, semakin tinggi nilai Target
Hazard Quotient (THQ) yang didapatkan. Dan akhirnya, jika pH perairan semakin
asam, logam yang terkandung di perairan berpotensi mengandung zat-zat non
karsinogenik bagi tubuh. Dari hasil yang di dapatkan penulis, hanya logam Cu,
Se dan Hg yang mempunyai nilai dibawah standar. Dari hasil tersebut, dapat
disimplkan bahwa perairan kenjeran telah mengalami asidifikasi air laut
dikarenakan tercemarnya perairan yang bersumber dari polusi bahan bakar
kendaraan darat maupun bahan bakar dari kapal-kapal nelayan yang dapat
mempengaruhi meningkatnya proses asidifikasi pada Perairan Kenjeran. Perlu
diketahui, dampak dari logam-logam yang mengadung zat non karsinogenik
dalam tubuh dapat berpotensi mengidap penyakit jantung, liver, anemia,
hyperkeratosis pada kulit, lumpuh layu dan penyakit kelainan seperti sindrom
raynaud.
4.3.2 Hazard Index (HI)
Hazard index (HI) digunakan untuk mengetahui jumlah Target Hazard
Quotient (THQ) pada keseluruhan logam berat pada setiap spesies. Nilai HI
ditunjukkan pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Nilai Hazard Index (HI) pada kerang komposit
No Spesies Nilai HI
1 Kerang hijau (Perna viridis) 22.94
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 11.23
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 17.15
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 25.42
Mean 19.18
Tabel 5. Nilai Hazard Index (HI) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit
No Bagian tubuh Nilai HI
1 Otot 12.39
2 Insang 18.17
3 Saluran pencernaan 29.14
Mean 19.90
Dari Tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa nilai Hazard Index (HI) pada
semua jenis kerang komposit dan non komposit memiliki nilai di atas nilai standar
yaitu 1 (USEPA, 2006 dalam Lin, 2009). Sama halnya dengan Target Hazard
Quotient (THQ), tingginya nilai Hazard Index (HI) juga dapat disebabkan oleh
proses asidifikasi dalam Perairan Kenjeran yang mana Hazard Index (HI)
merupakan akumulasi logam berat pada setiap jenis kerang dan bagian tubuh
kerang yang komposit dan non komposit. Dan hasil dari penelitian penulis
mendapatkan bahwa nilai Hazard Index (HI) pada seluruh jenis kerang komposit
dan bagain tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) mempunyai nilai di atas
nilai standar yang ditentukan, yang berarti jika kerang tersebut dikonsumsi, maka
akan berpotensi memicu tumbuhnya zat-zat karsinogenik dalam tubuh manusia.
4.3.3 Target Cancer Risk (TR)
Target cancer risk (TR) digunakan untuk mengevalusi logam berat As yang
terdapat dalam makanan, Dari nilai Target Cancer Risk (TR) yang didapatkan,
dapat mengetahui resiko kanker/zat karsinogenik yang ada dalam makanan. Nilai
Target Cancer Risk (TR) ditunjukkan pada Tabel 6 dan 7.
Tabel 6. Nilai Target Cancer Risk (TR) pada kerang komposit
No Spesies As
1 Kerang hijau (Perna viridis) 9x10-3
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 5x10-3
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 6x10-3
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 8x10-3
Mean 7x10-3
Tabel 7. Nilai Target Cancer Risk (TR) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit
No Bagian tubuh As
1 Otot 3x10-3
2 Insang 5x10-3
3 Saluran pencernaan 7x10-3
Mean 6x10-3
Dari tabel 6 dan 7, dapat diketahui bahwa nilai Target Cancer Risk (TR)
pada seluruh jenis kerang mempunyai nilai di atas nilai standar yaitu 1x10-6
(USEPA, 2006). Tingginya nilai Target Cancer Risk (TR) disebabkan oleh
tingginya konsentrasi As pada semua jenis kerang dan bagian tubuh kerang
komposit dan non komposit. Sudah kita ketahui, As mempunyai 2 (dua) jenis
yaitu As organik dan As inorganik. As organik merupakan arsen yang tidak
mengandung toksik dalam tubuh bivalvia dan As inorganik merupakan senyawa
yang ada diperairan maupun di tubuh bivalvia yang sangat toksik bagi tubuh
manusia. Biasanya As bersumber dari limbah industri yang masuk ke perairan
(Istriani dan Pandebesie, 2014). Dari hasil penulis, didapatkan bahwa tingginya
nilai Target Cancer Risk (TR) pada logam As dari Perairan Kenjeran, karena
banyaknya logam As yang masuk ke perairan yang menyebabkan nilai Target
Cancer Risk (TR) pada logam As menjadi tinggi. Dan sumber llimbah yang
mengandung logam As di Perairan Kenjeran adalah limbah industri tekstil yang
ada di Surabaya yang limbahnya mengalir ke Perairan Kenjeran. Sebagai
perbandingan, pada penelitian Lin (2009) nilai Target Cancer Risk (TR) juga
mendapatkan hasil di atas nilai standar yaitu 2.7x10-4. Dari tingginya nilai Target
Cancer Risk (TR) pada penelitian tersebut, dikarenakan memang adanya
kontaminasi logam As pada perairan tersebut dan pemasalahan kontaminasi
logam As ini memang menjadi masalah sejak lama di perairan Taiwan bagian
selatanDampak dari nilai Target Cancer Risk (TR) yang melampaui nilai standar,
maka masyarakat sekitar yang mengkonsumsi kerang tersebut dapat
mengakumulasi zat karsinogenik yang akan menyebabkan kanker dalam tubuh
jika mengkonsumsi secara terus menerus.
4.4 Tingkat Kemanan Pangan
Beberapa logam berat merupakan logam essensial yang dibutuhkan
manusia sehingga boleh terdapat dalam makanan dalam kadar tertentu
diantaranya yaitu Se.
4.4.1 Health Benevit Value Selenium (HBV-Se)
Health Benevit Value Selenium (HBV-Se) mengetahui resiko keracunan Hg
di dalam tubuh manusia. Hasil perhitungan dapat di lihat pada Tabel 8 dan 9.
Tabel 8. Nilai Health Benevit Value Selenium (HBV-Se) pada kerang komposit
No Spesies Nilai HBV-Se (µmol/kg)
1 Kerang hijau (Perna viridis) 19.17
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 18.61
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 43.05
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 31.53
Mean 28.09
Tabel 9. Nilai Health Benevit Value Selenium (HBV-Se) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit
No Bagian tubuh Nilai HBV-Se (µmol/kg)
1 Otot 11.52
2 Insang 25.96
3 Saluran pencernaan 48.75
Mean 28.74
Dari hasil di atas, dapat diketahui bahwa nilai Health Benevit Value
Selenium (HBV-Se) dari semua jenis kerang mempunyai nilai Health Benevit
Value Selenium (HBV-Se) positif. Tetapi, pada penelitian Rezayi (2102),
menemukan bahwa sampel pada ikan laut memliliki nila HBV-Se negatif. Jika
dilihat dari kedua data penelitian Rezayi (2012) dan penulis, memang ada
perbedaan antara nilai konsentrasi Se dan Hg. Pada penelitian Rezayi (2012),
nilai konsentrasi logam Se memiliki konsentrasi lebih rendah dari pada Hg. Dan
pada penelitian penulis, memiliki nilai konsentrasi Se lebih tinggi dibandingkan
konsentrasi logam Hg. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika konsentrasi logam
Se lebih tinggi dibandingkan konsentrasi logam Hg, berarti nilai HBV-Se menjadi
positif begitu pun sebaliknya. Menurut Raltson et al., (2007), jika Health Benevit
Value Selenium (HBV-Se) positif, mengindikasikan bahwa kandungan Se lebih
besar dari pada MeHg. Sementara itu, Health Benevit Value Selenium (HBV-Se)
negatif mengindikasikan nilai MeHg lebih besar dari Se. Oleh karena itu,
konsumsi seafood dengan nilai Health Benevit Value Selenium (HBV-Se) positif
dapat memperbaiki status Se, sedangkan memakan seafood dengan nilai Health
Benevit Value Selenium (HBV-Se) yang negatif, dapat membahayakan status Se
dalam tubuh.
4.4.2 Hasil Perhitungan Estimated Daily Intake (EDI) dan Batas Konsumsi
Estimated Daily Intake (EDI) dapat digunakan untuk mengetahui batas
aman asupan logam perhari dalam mengkonsumsi kerang. Dan batas konsumsi
dapat mengetahui asupan maksimal per hari dalam mengkonsumsi kerang.
Tabel 10. Estimated Daily Intake (EDI) pada kerang komposit untuk anak-anak
No Spesies As Cd Cu Pb Se Hg Mean
mg/kg/hari
1 Kerang hijau (Perna viridis) 1x10-4 6x10-6 2x10-4 2x10-4 2x10-5 1x10-6 8x10-5
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 6x10-5 2x10-6 3x10-5 1x10-5 2x10-5 1x10-6 2x10-5
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 7x10-5 3x10-5 9x10-4 8x10-5 5x10-5 9x10-7 2x10-4
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 1x10-4 1x10-4 3x10-4 8x10-5 4x10-5 1x10-6 1x10-4
Mean 1x10-4
Tabel 11. Estimated Daily Intake (EDI) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk anak-anak
Tabel 12. Estimated Daily Intake (EDI) pada kerang komposit dewasa
No Spesies As Cd Cu Pb Se Hg Mean
mg/kg/hari
1 Kerang hijau (Perna viridis) 7x10-5 4x10-6 1x10-4 9x10-5 1x10-5 8x10-7 5x10-5
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 3x10-5 1x10-6 2x10-5 8x10-6 1x10-5 7x10-7 1x10-5
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 4x10-5 2x10-5 5x10-4 5x10-5 3x10-5 6x10-7 1x10-4
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 6x10-5 7x10-5 2x10-4 5x10-5 2x10-6 4x10-7 6x10-5
Mean
6x10-5
No Bagian tubuh As Cd Cu Pb Se Hg Mean
mg/kg/hari
1 Otot 4x10-5 8x10-5 2x10-5 3x10-5 1x10-5 6x10-7 3x10-5
2 Insang 7x10-5 6x10-5 6x10-5
2x10-4 3x10-5 8x10-7 7x10-5
3 Saluran pencernaan 9x10-5 2x10-4 3x10-4 2x10-4 6x10-5 8x10-7 1x10-4
Mean 8x10-5
Tabel 13. Estimated Daily Intake (EDI) pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk dewasa
Pada Tabel 10 dan 11, menunjukkan bahwa estimasi asupan logam
maksimal perhari untuk anak-anak pada kerang komposit dan pada bagian tubuh
kerang kapak-kapak (Pinna muricata) berturut-turut adalah 1x10-4 mg/kg/hari dan
8x10-5 mg/kg/hari. Dan pada Tabel 12 dan 13, menunjukkan bahwa estimasi
asupan maksimal logam berat perhari untuk dewasa pada kerang komposit dan
bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) secara berturut-turut adalah
6x10-5 mg/kg/hari dan 2x10-5 mg/kg/hari. Dari ke 4 (empat) tabel di atas, dapat
dilihat bahwa estimasi maksimal logam yang masuk kedalam tubuh antara
kerang komposit dan non komposit berbeda, yaitu asupan maksimal pada kerang
komposit lebih banyak dari pada kerang non komposit yang terdiri dari bagian
tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) pada anak-anak maupun dewasa. El
Nemr et al.,(2016), menjelaskan bahwa untuk menentukan perbedaan antara
nilai asupan maksimal logam perhari ditentukan oleh nilai konsentrasi logam
berat pada setiap logam yang di analisa. Jika nilai konsentrasi pada logam tinggi,
berarti asupan maksimal logam berat perhari makin rendah begitu pun
sebaliknya. Dari penelitian yang penulis dapatkan, bahwa memang benar nilai
konsentrasi logam berat pada kerang komposit jika dirata-ratakan mempunyai
No Bagian tubuh As Cd Cu Pb Se Hg Mean
mg/kg/hari
1 Otot 3x10-5 4x10-5 1x10-5 2x10-5 4x10-8 5x10-7 2x10-5
2 Insang 4x10-5 4x10-5 4x10-5 1x10-4 2x10-5 7x10-7 2x10-5
3 Saluran pencernaan 6x10-5 1x10-4 2x10-4 1x10-4 4x10-5 5x10-7 4x10-5
Mean
2x10-5
nilai konsentrasi yang lebih rendah daripada bagian tubuh kerang kapak-kapak
(Pinna muricata) dari pada kerang komposit pada setiap jenis kerang.
Tabel 14. Batas aman konsumsi pada semua jenis kerang komposit untuk anak-anak (gr/kg berat badan/hari)
No Spesies As Cd Cu Pb Se Hg
Min intake
gr/kg berat badan/hari
1 Kerang hijau (Perna viridis) 71 66.7 52.5 48.35 78 90
66.7
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 61.83 55 68.3 91 73.5 70
55
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 64.28 63.7 64.3 61.4 68 66.7
61.4
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 62.4 72.4 55.93 62.125 62.25 80
62.1
Mean
61.3
Tabel 15. Batas aman konsumsi pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk anak-anak (gr/kg berat badan/hari)
No Bagian tubuh As Cd Cu Pb Se Hg Min intake
gr/kg berat badan/hari
1 Otot 69.75 59.8 70 58 91 66.7 58
2 Insang 60.5 64.2 68.6 57.55 683 68.5 57.55
3 Saluran pencernaan 66.2 51.45 62.3 44.96 64.17 62.5 44.96
Mean
53.5
Tabel 16. Batas aman konsumsi pada kerang komposit untuk dewasa (gr/kg berat badan/hari)
No Spesies As Cd Cu Pb Se Hg Min
intake
gr/kg berat badan/hari
1 Kerang hijau (Perna viridis) 100.7 100 105 107.4 156 112.5 100
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 123.7 110 102.5 113.75 147 100 100
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 112.5 95.5 115.72 98.2 113.3 100 95.5
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 104 103.4 83.9 99.4 124.5 200 83.9
Mean
94.85
Tabel 17. Batas aman konsumsi pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk dewasa (gr/kg berat badan/hari)
No Bagian tubuh As Cd Cu Pb Se Hg Min
intake
gr/kg berat badan/hari
1 Otot 93 119.75 140 87 22750 80 80
2 Insang 106 96.25 103 115.1 102.5 71.4 71.4
3 Saluran pencernaan 99.3 102.9 93.5 134.9 96.25 100 93.5
Mean 81.63
Pada Tabel 14 dan 15, dapat dilihat bahwa konsumsi maksimal rata-rata
untuk anak-anak pada semua jenis kerang komposit adalah 61.3 g/kg berat
badan/hari dan pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) adalah
53.5 g/kg berat badan/hari. Dan pada Tabel 16 dan 17, dapat dilihat bahwa
konsumsi maksimal rata-rata untuk dewasa pada semua kerang komposit dan
bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) adalah 94.85 g/kg berat
badan/hari dan 81.63 g/kg/berat badan/hari. Konsumsi maksimal tersebut dilihat
dari nilai yang terkecil pada setiap logam. Dengan mengambil nilai minimum,
diharapkan dapat membatasi asupan logam yang berlebih masuk kedalam tubuh
manusia jika mengkonsumsi jenis kerang tertentu. Abdulgani (2012), juga
melakukan penelitian di Perairan Surabaya tepatnya di Perairan Wonokromo,
ternyata mendapatkan hasil untuk batas aman maksimal konsumsi kerang hijau
(Perna viridis) perhari untuk logam Cd yang mempunyai konsentrasi 0.08 mg/kg
adalah sekitar 750 g/hari. Jika dilihat dari hasil penulis, untuk kerang hijau (Perna
viridis) pada logam Cd yang mempunyai konsentrasi 0.4 mg/kg, asupan
maksimalnya adalah 480 g/hari. Dari data tersebut dapat disimpulakn bahwa nilai
maksimal asupan perhari pada kerang dapat dilihat dari nilai tingginya
konsentrasi logam tersebut.
Tabel 18. Batas aman konsumsi pada kerang komposit untuk anak-anak (ekor/hari)
No Spesies As Cd Cu Pb Se Hg Min intake
ekor/hari
1 Kerang hijau (Perna viridis) 4 4 4 3 2 2 2
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 1 1 8 11 5 5 1
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 5 5 1 1 10 9 1
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 8 9 4 5 3 4 3
Mean
1
Tabel 19. Batas aman konsumsi pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna
muricata) non komposit untuk anak-anak (buah/hari)
No Bagian tubuh As Cd Cu Pb Se Hg Min intake
buah/hari
1 Otot 5 4 3 3 7 5 3
2 Insang 8 9 10 8 10 9 8
3 Saluran pencernaan 3 2 3 3 4 4 2
Mean 4
Tabel 20. Batas aman konsumsi pada kerang komposit untuk dewasa (ekor/hari)
No Spesies As Cd Cu Pb Se Hg Min intake
ekor/hari
1 Kerang hijau (Perna viridis) 6 6 7 7 10 7 6
2 Kerang kijing (Siliqua patula) 3 3 3 3 4 3 3
3 Kerang baling-baling (Trisidos tortuosa) 8 7 9 7 9 7 7
4 Kerang bulu (Anadara antiquata) 13 13 10 12 16 26 10
Mean
6
Tabel 21. Batas aman konsumsi pada bagian tubuh kerang kapak-kapak (Pinna muricata) non komposit untuk dewasa (buah/hari)
No Bagian tubuh As Cd Cu Pb Se Hg Min intake
buah/hari
1 Otot 7 9 11 7 1839 6 6
2 Insang 15 14 15 16 15 10 10
3 Saluran pencernaan 5 5 4 7 5 5 4
Mean 6
Dari Tabel 19 dan 20, dapat diihat bahwa batas aman konsumi kerang
perhari untuk anak-anak pada semua jenis kerang komposit dan bagian tubuh
kerang kapak-kapak (Pinna muricata) berturut turut adalah 1 ekor/hari dan 4
ekor/hari. Dan pada Tabel 21 dan 22, dapat dilihat bahwa batas aman konsumsi
perhari untuk dewasa pada semua jenis kerang komposit dan bagian tubuh
kerang kapak-kapak (Pinna muricata) berturut-turut adalah 6 ekor/hari dan 7
ekor/hari. Dari penjelasan di atas, dapat kita lihat bahwa untuk jumlah asupan
perhari antara anak-anak dan dewasa berbeda dari segi jumlah. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor tingginya konsentrasi yang ada pada logam berat tertentu
sehingga batas konsumsi semakin sedikit untuk perharinya. Selain itu juga dari
segi tingkat daya tahan tubuh antara anak-anak dan dewasa. Untuk anak-anak
mempunyai batas konsumsi lebih sedikit dikarenakan anak-anak belum
mempunyai daya imun yang kuat untuk pertahanan tubuh dan belum mampu
melawan berbagai zat-zat karsinogeik maupun zat non karsinogenik dalam tubuh
apabila logam tersebut terakumulasi dalam tubuh, sebaliknya untuk dewasa
sudah mempunyai pertahanan tubuh yang lebih kuat, sehingga jumlah asupan
perhari lebih banyak dari pada anak-anak. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri
bahwa pada akhirnya logam berat yang masuk ke dalam tubuh yang dikonsumsi
secara terus menerus akan terakumulasi dalam waktu yang lama dan akan
menyebabkan berbagai penyakit apabila konsumsi berlebih (Handayani, 2008).
3. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Urutan konsentrasi logam berat berdasarkan jenis kerang dari Perairan
Kenjeran yaitu kerang hijau (Perna viridis) Cu>Pb>As>Se>Cd>Hg,
kerang kijing (Siliqua patula) As>Cu>Se>Pb>Cd>Hg, kerang baling-baling
(Trisidos tortuosa) Cu>Pb>As>Se>Cd>Hg, kerang bulu (Anadara
antiquata) Cu>Cd>As>Pb>Se>Hg, kerang kapak-kapak (Pinna muricata)
bagian otot Cd>As>Pb>Cu>Se>Hg, kerang kapak-kapak (Pinna muricata)
bagian insang Pb>As>Cu>Cd>Se>Hg dan kerang kapak-kapak (Pinna
muricata) bagian saluran pencernaan Cu>Pb>Cd>As>Se>Hg.
2. Batas konsumsi kerang secara rata-rata untuk dewasa pada kerang
kompsit adalah 1 ekor/hari. Dan untuk kerang non komposit batas
konsumsi rata-rata sekitar 4 buah/hari.
3. Batas konsumsi kerang secara rata-rata untuk dewasa pada kerang
kompsit adalah 6 ekor/hari. Dan untuk kerang non komposit batas
konsumsi rata-rata sekitar 6 buah/hari
5.2 Saran
1. Kerang yang di uji, di bagi per ukuran besar/kecil, sehingga dapat lebih
spesifik data yang di dapatkan.
2. Mengidentifikasi lebih lanjut sumber pencemar yang ada di perairan
kenjeran, Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, N. Aunurohim. Indarto. W,A. 2012. Konsentrasi Kadmium (Cd) pada
Kerang Hijau (Perna viridis) di Surabaya dan Madura. Institut Teknik
Sepuluh November. Laporan Penelitian Jurusan Biologi FMIPA ITS
Amriani, Hendarto, B. Hadiryanto, A. 2011. Bioakumulasi Logam Berat Timbal
(Pb) dan Seng (Zn) pada Kerang Darah (Anadara granosa) dan Kerang
Bakau (Polymesoda bangelensis L.) di Perairan Teluk Kendari. Jurnal Ilmu
Lingkungan. Vol 9: 45-50
BPS Surabaya. 2015. Surabaya dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota
Surabaya. CV. Sari Murni Printed. Surabaya
Conte, F. Copat, C. Longo, S. Conti, G. Grasso A. Arena, G. Brundo, M.
Ferrante, M. 2015. First Data on Trace Elements in Haliotis tuberculata
(Linnaeus, 1758) from southern Italy: Safety issue. Food and Chemical
Toxicology. Vol 81: 143-150
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungan dengan
Toksikologi Senyawa Logam. UI press. Jakarta
Depkes. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Bangsa Indonesia.
PP Kementerian Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013
El Nemr, A. El- Said, G. Ragab, S. Khaled, A. El-Sikaily, A. 2016. The
Distribution, Contamination and Risk Assessment of Heavy Metals in
Sediment and Shellfish from Red Sea Coast, Egypt. Chemospher. Vol 165:
369-380
Fung,LAH. Antonie, JMR. Grant, CN. Buddo, DSTA. 2013. Evaluation of Dietary
Exposure to Minerals, Trace Elements and Heavy Metals from the Muscel
Tissue of the Lionfisf Pterios volitzs. Food and Chemical Toxicology. Vol
60: 205-212
Health Canada, 2007. Federal Contaminated Site Risk Assessment in Canada.
Health Canada Toxicological Reference Value (TRVs). Vol 2: 204-358.
Ikuta, K.1988. Seasonal Variations of Some Heavy Metal Concentrations in a
Veus Clam Meretix Lusoria. Nippon Suisan Gakkaishi. Vol 5: 817-822
Istarani F., dan Pandebeise, E.S. 2014. Studi Dampak Arsen dan Kadmium (Cd)
Terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik POMITS Vol 3: 1-
6.
Kamaruzzaman, BY. Zahir, MS. John, A. Jalal, K. Sahbudin S. Al-Barwani S.
Goddard, J. 2011. Bioaccumulation of Some Metals by Green Mussel
Perna viridis (Linnaeus 1758) from Pekan, Pahang, Malaysia. International
Journal of Biological Chemistry 5. Vol 1: 54-60
Koesayu, KI. 2007. Kadar Logam Berat Pb (Timbal) dan Cd (Kadmium) pada Air
laut dan Kerang Bolang-Baling (Trisidos tortuosa) Pantai Kenjeran
Surabaya. Skripsi Universitas Surabaya: Surabaya
Lin, MC. 2009. Risk Assessment on Mixture Toxicity of Arsenic, Zinc and Copper
Intake From Consumption of Milk Fish, Chanos chanos (Forsskal), Cultured
Using Contamined Groundwater in Southern Taiwan. Bulletin of
Environmental Contamination Toxicologyc. Vol 83: 125-129
Mok, JS. Kwon, JY. Son KT. Choi, WS. Kim, PH. Lee, TS. Kim JH. 2015.
Distribution of Heavy Metals in Internal Organs and Tissues of Korean
Molluscan Shellfish and Potential risk to Human Health. Journal of
Environmental Biology. Vol 36: 1161-1167
Mulyadi, E. Laksmono, R. Aprianti, D. 2009. Fungsi Mangrove Sebagai
Pengendali Pencemar Logam Berat. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol
1: Edisi khusus
Putri, FI. 2010. Kandungan Logam Berat Hg, Cd dan Pb pada Kerang Darah
(Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang,
Banten. Skripsi Institut Pertanian Bogor: Bogor
Raltson, NVC. Blackwell JL. Raymond, LJ. 2007. Importance of Molar Ratio in
Selenium-Dependent Protection Againts Methylmercury Toxicity. Biological
Trace Element Research. Vol 3: 255-268
Raltson, NVC. Raymond, LJ. 2010. Dietary Selenium’s Protective Effect Againts
Methylmercury Toxicity. Journal Toxicology. Vol 278: 112-123
Ralston, NVC. Raltson, CR. Raymond LJ. 2016. Selenium Health Benefit Values
: Update Criteria for Mercury Risk Assessment. Biological Trace Element
Research. Vol 2: 262-269
Rezayi, M. Esmaeli, AS. Valinasab, T. Alavi, J. 2012. Selenium Health Benefit
Value (SEHBV) in Selected Fish from Persian Gulf (Khuzusten Shoress).
International Journal of Environmetal Protection. Vol 1: 30-35
Ruangwises, N. Suthep. 1998. Heavy Metal in Green Mussels (Perna viridis)
from the Gulf of Thailand. Journal Food Protection. Vol 61: 94-97
Sasikumar, G. Khrisnakumar, PK. Bhat, GS. 2006. Monitoring Trace Metal
Contamination in Green Mussel, Perna viridis from the Coastal Waters of
Karnataka, Southwest Coast of india. Archives of Environmental
Contamination and Toxicoogy. Vol 51: 206-214
Sudarmaji. Mukono, J. Corie. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Bagian Kesehatan Lingkungan.FKM, Universitas
Airlangga. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2. Vol 2: 129-142
Sumiyani, R. Soediman , S. Moesriati, A. 2005. Kadar Logam Cd, Cr, Cu, Hg dan
Pb dalam Air Sungai, Air Laut di Pantai Kenjeran Surabaya. Makalah
Simpoisum Nasional ke 3 Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang
Kesehatan
Supriyantini, E dan Endrawati, H. 2015. Kandungan Logam Berat Besi (Fe) pada
Air, Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Tanjung Emas
Semarang. Jurnal Kelauatan Tropis. Vol 18: 38-45