tindak pidana pencucian uang sebagai delik …

65
i TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK LANJUTAN DITINJAU DARI PASAL 3 PASAL 4 PASAL 5 SERTA PASAL 69 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Oleh : MUHAMMAD FIKRILLAH 617110135 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajat S-1 pada Program Studi Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MATARAM 2021

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

i

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK LANJUTAN

DITINJAU DARI PASAL 3 PASAL 4 PASAL 5 SERTA PASAL 69

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG

Oleh :

MUHAMMAD FIKRILLAH

617110135

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Untuk mencapai derajat S-1 pada

Program Studi Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

MATARAM

2021

Page 2: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

ii

HALAMAN PENGASAHAN DOSEN PEMBIMBING

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK LANJUTAN

DITINJAU DARI PASAL 3 PASAL 4 PASAL 5 SERTA PASAL 69

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN

DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Oleh:

Muhammad Fikrillah

617110135

Menyetujui

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

DR. Rina Rohayu, SH., MH DR. Ufran Trisa, SH.,MH NIDN. 0830118204 NIDN. 0020058203

Page 3: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

iii

DEWAN PENGUJI

- (Ketua) (…………..)

DR. Rina Rohayu, SH., MH (Anggota I) (…………...)

NIDN : 0830118204

DR. Ufran Trisa, SH.,MH (Anggota II) (……….…..)

NIDN : 0020058203

Mengetahui

Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Mataram

Dekan

Rena Aminwara, S.H.,M.Si

NIDN: 0828096301

Page 4: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Fikrillah

Nim : 617110135l

Tempat/Tanggl Lahir : Kota Bima, 25 Oktober 1999

Jurusan : Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Alamar : Pagasangan Barat jl. Darussalam No 6

Judul : Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagai

Delik Lanjutan Ditinjau Dari Pasal 3 Pasal

4 Pasal 5 Serta Pasal 69 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2010 Tentang

Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa benar tulisan ini

hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat,

tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain maka skripsi dan gelar yang diperoleh

karenanya batal demi hukum.

Mataram, 24 Desember 2020

Muhammad fikrilah

Page 5: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

v

Page 6: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

vi

Page 7: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

vii

MOTTO HIDUP

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S. Al- Insyirah Ayat 5-6)

Page 8: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

viii

PRAKATA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan segala rasa syukur atas kehadirat, rahmat, dan kasih sayang

ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah memberikan

kemudahan bagi penyusun untuk menyelesaikan skripsi ini. Salam dan shalawat

kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat-

sahabatnya. Sekalipun penyusun menyadari bahwa di dalamnya masih banyak

kekurangan-kekuarangan, karena keterbatasan penyusun. Oleh karena itu,

penyusun sangat mengharapkan berbagai masukan atau saran dari para penguji

untuk penyempurnaan nya.

Dalam masa studi sampai hari ini, penyusun sudah sampai pada tahapan

akhir penyelesaian studi, terdapat banyak halangan dan rintangan yang telah

penyusun lalui, perjuangan untuk menuntut ilmu memang berat. Namun berkat

sebuah cita-cita dan dengan harapan yang orang tua dan keluarga titipkan kepada

penyusun, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan ini studi dengan impian akan

kembali ke tanah kelahiran dengan gelar SH dibelakang nama penyusun.

Segala kemudahan yang penyusun tempuh salama menyelesaikan skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan kepedulian yang luar biasa dari

dosen bagian hukum pidana, serta pegawai akdemik dan kemahasiswaan. Maka

dari itu dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapakan rasa terimakasih

Page 9: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

ix

yang sebesar- besarnya, hanya Allah SWT yang mampu membalasnya, lebih

khusus kepada:

1. Bapak DR. Arsyad Abdul Gani, MPd, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Mataram yang telah memberikan kesempatan kepada

penyusun untuk menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Mataram.

2. Ibu Rena Aminwara SH., MSi selaku dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Mataram yang telah memberikan izin dalam hal

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu DR. Rina Rohayu SH., MH selaku pembimbing pertama dan sekaligus

anggota tim penguji I yang telah memberikan kontribusi yang besar baik

beruapa, saran, bimbingan, motivasi dan kemudahan bagi penyusun

sehingga penyusun, dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak DR. Ufran Trisa SH.,MH selaku pembimbing kedua sekaligus

sebagai anggota tim penguji II yang telah meluangkan waktu untuk

memberi masukan, saran dan dorongan positif bagi penyusun, sehingga

penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Fahrurozzi SH., MH selaku ketua bagian hukum pidana yang telah

memberikan semangat, pantang menyerah serta saran dan masukannya

kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Anies Primadewi SH., MH selaku ketua program studi yang telah

memberikan kemudahan bagi penyusun dalam proses pengjuan judul

skripsi ini.

Page 10: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

x

7. Kedua orang tua yang menjadi alasan penyusun untuk tetap hidup, satu-

satunya alasan mengapa hari ini terus berjuang, yaitu ibu Sri Erna, yang

sudah memberikan cinta yang amat sangat luar biasa, didikan, kasih

sayang serta bapak Adnan Jamal yang senantiasa memberikan motivasi,

dukungan, sikap tanggung jawab, dan kasih sanyang yang luar biasa. Dan

tidak lupa untuk kakak satu-satunya, Ana Rahmatyar yang turut serta

memberikan dukungan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman, sahabat, saudara yang mengisi hari-hari penyusun terkhusus

mereka yang hadir dalam setiap perjuangan (Akbar Fanis, Indra, Teguh,

Rahman, Dafa, dan sindi ).

Page 11: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

xi

ABSTRAK

TINDAK PIDANA PENCUCIAN SEBAGAI DELIK LANJUTAN

DITINJAU DARI PASAL 3 PASAL 4 PASAL 5 SERTA PASAL 69

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG

Oleh : Muhammad Fikrillah

Pembimbing Pertama: Rina Rohayu

Pembimbing Kedua: Ufran Trisa

Pencucian uang atau money laundering secara sederhana diartikan sebagai

suatu proses menjadikan hasil kejahatan (proceed of crimes) atau disebut sebagai

uang kotor (dirty money) misalnya hasil dari obat bius, korupsi, penghindaran

pajak, judi, penyeludupan dan lain-lain, yang dikonversi atau diubah ke dalam

bentuk yang tampak sah agar dapat digunakan secara aman. Indonesia baru

melakukan kriminalisasi terhadap perbuatan pencucian uang pada April 2002,

dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2003. Setelah itu pada tahun 2010, ketentuan anti pencucian uang

direvisi lagi dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010. Undang-undang

tindak pidana pencucian uang. tindak pidana pencucian uang mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan jenis kejahatan pada umumnya, terutama

bahwa kejahatan ini bukan merupakan kejahatan tunggal tetapi kejahatan ganda

(double crimes). Undang- undang tindak pidana pencucian uang tidak

memberikan definisi yang pasti terkait tindak pidana pencucian uang apakah

sebagai delik lanjutan atau berdiri sendiri, hal ini menimbulaka perdebatan di

kalangan akademisi maupun praktisi hukum terkait tindak pidana pencucian uang

apakah delik berdiri sendiri atau delik lanjutan. Rumusan pasal yang menjadi

dasar perdebatan tersebut adalah Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 serta Pasal 69 tindak

pidana pencucian uang.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah peneliti normatif, pendekatan yang

diganakan adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan koseptual, bahan

hukum yang digunakan berasal dari literatur-literatur, juranal dan perundang

undangan, tehnik pengumpulan data yaitu menggunakan studi dokumen, analisis

bahan hukum yaitu dengan menggunakan penafsiran.

Simpulan bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan tindak bidana lanjutan,

artinya uang yang dicuci oleh pelaku tidak lain dan tidak bukan berasal dari tindak

pidana asal , sehingga tindak pidana pencucian uang tindak mungkin terjadi tanpa

didahului terjadinya tindak pidana asal.

Kata Kunci: Tindak Pidana, Pencucian Uang, Deli Lanjutan

Page 12: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

xii

Page 13: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR DEWAN PENGUJI ..................................................................... iii

LEMBAR PERYATAAN .............................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................... v

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vi

MOTTO HIDUP ............................................................................................ vii

PRAKATA ...................................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... xi

ABSTRACT .................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana ..................................... 9

1. Pengertian Tindak Pidana ............................................................. 9

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana ......................................................... 11

B. Pertanggungjawaban Pidana ......................................................... 12

C. Jenis-Jenis Sanksi Pidana .............................................................. 14

D. Tinjauan Umum Tentang Pencucian Uang .................................. 16

Page 14: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

xiv

1.Sejarah Tindak Pidana Pencucian Uang ....................................... 16

2.Tindak Pidana Pencucian Uang .................................................... 19

3. Tindak Pidana Asal ...................................................................... 20

4. Jenis Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang .............................. 22

5. Praktik Pencucian uang di Indonesia ........................................... 24

6. Objek Pencucian Uang ................................................................ 27

7.Tahap-Tahap dan Proses Pencucian Uang.................................... 28

8. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencucian Uang ............................. 30

9. Faktor Pendorong Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang ... 33

10. Modus Operandi Pencucia Uang ............................................... 35

11. Penyidikan Dan Penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang ... 36

12. Peran Polisi, Jaksa, Dan Para Hakim Dalam Penanggulangan

Tindak pidana Pencucian Uang .................................................. 38

13. Dakwaan Tindak Pidana Pencucian Uang ................................... 42

14. Pembuktian Terbalik dalam Tindak Pidana Pencucian Uang ...... 44

BAB III METODE PENELITIAN…... ........................................................ 46

1. Pendekatan Penelitian ................................................................. 46

2. Jenis Penelitian ............................................................................. 46

3. Metode Pendekatan ...................................................................... 47

4 Sumber dan Jenis Bahan Hukum ............................................... 48

1. Sumber Bahan Hukum .............................................................. 48

2. Jenis Bahan Hukum ................................................................... 48

5. Teknik/Cara Memeperoleh Bahan Hukum ............................... 49

Page 15: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

xv

6. Analisis Bahan Hukum ................................................................ 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 51

A. Tindak Pidana Pencucian Uang Merupakan Tindak Pidana

Berdiri Sendiri atau Tindak Pidana Lanjutan Berdasarkan

Dengan Pasal 69 Serta Pasal 3, Pasal 4 Dan Pasal 5 Undang-

Undang Tindak Pidana Pencucian Uang ....................................... 51

1. Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagai Delik Berdiri Sendiri .... 52

2. Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagai Delik Lanjutan .......... 56

3. Analisis Penyusun terkait tidak pidana pencucian uang sebagai

sendiri atau delik lanjutan ........................................................... 59

B. Impilikasi Hukum Yang Ditimbulkan Dari Pasal 69 Tindak

Pidana Pencucian Uang .............................................................. 63

1. Pertimbangan Tetap Mempertahankan Pasal 69 Tindak

Pidana Pencucian Uang ............................................................ 64

2. Alasan Untuk Menghapus Rumusan Pasal 69 Tindak Pidana

Pencucian Uang ........................................................................ 65

3. Analisis Penyusun Terkait Implikasi Hukum Yang

Ditimbulakan Dari Rumusan Pasal 69 Tindak Pidana

Pencucian Uang ........................................................................ 59

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 70

A. Kesimpulan ................................................................................. 70

B. Saran ........................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membahas mengenai tindak pidana pencucian uang tentu tidak mungkin

tanpa memahami filosofis, dan untuk tujuan apa ketentuan anti pencucian

uang itu dilahirkan. Munculnya rezim pencucian uang bukan lahir dari

semangat satu negara saja, tetapi muncul atas prakarsa berbagai negara

melalui lahirnya suatu konvensi internasioanal. Agar kita bisa memahami

terutama untuk kepentingan penegakan hukum, maka penting pula dipahami

sejarah pembentukan lahirnya semangat regulasi anti pencucian uang

tersebut. Pencucian uang atau money laundering secara sederhana diartikan

sebagai suatu proses menjadikan hasil kejahatan (proceed of crimes) atau

disebut sebagai uang kotor (dirty money) misalnya hasil dari obat bius,

korupsi, penghindaran pajak, judi, penyeludupan dan lain-lain, yang

dikonversi atau diubah ke dalam bentuk yang tampak sah agar dapat

digunakan secara aman.1

Terdapat berbagai rumusan tindak pidana pencucian uang, selain itu

dinyatakan bahwa tidak ada definisi tindak pidana pencucian uang secara

universal, artinya setiap negara boleh mendefinisikan sendiri sesuai dengan

kondisi negaranya, terutama dalam menentukann jenis kejahatan asalnya.2.

1 Yenti Garnasih, Penegakan Hukum Anti Pencucian Uang, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2016, hal. 1. 2 Ibid, hal. 2.

Page 17: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

2

Indonesia baru melakukan kriminalisasi terhadap perbuatan pencucian uang

pada April 2002, dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian direvisi

dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003. Setelah itu pada tahun 2010,

ketentuan anti pencucian uang direvisi lagi dengan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010.

Pola yang dilakukan para penjahat dalam menikmati, menyamarkan, atau

menyembunyikan hasil kejahatan bermacam-macam. Dilihat dari sudut teori

sampai saat ini, terdapat dua cara pencucian uang yaitu cara moderen dan cara

tradisional. Walaupun dikatakan bahwa tidak ada dua sistem pencucian uang

yang sama, namun pada umumnya proses pencucian uang modern terdiri dari

tiga tahap, yaitu placement, layering dan integration. Ketiga langkah itu dapat

terjadi dalam waktu bersamaan. Langkah-langkah tersebut dimaksudkan

untuk menempatkan dana illegal ke dalam sistem keuangan, dengan tujuan

agar tidak mengundang kecurigaan dari pihak yang berwenang.3

Seperti disampaikan di atas bahwa tindak pidana pencucian uang

mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis kejahatan pada

umumnya, terutama bahwa kejahatan ini bukan merupakan kejahatan tunggal

tetapi kejahatan ganda (double crimes).4 Hal ini dapat dilihat dari ketentuan

Pasal 2 UU TPPU yang menyebutkan 25 jenis kejahatan dan juga seluruh

kejahatan yang diancam pidana 4 tahun ke atas. Dari sudut teori, 25 kejahatan

3 Ibid, hal. 4.

4 Ibid, hal. 5.

Page 18: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

3

tersebut dikenal dengan istilah predicate crime atau kejahatan asal, maka dari

itu tidak mungkin ada tindak pidana pencucian uang kalau tidak didahului

terjadinya tindak pidana asal, sehingga ada sebagian yang beranggapan

bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan delik berdiri sendiri, tetapi

ada pula sebagian yang branggapan bahwa tindak pidana pencucian uang

merupakan delik lanjutan.

Kongkritisasi dari pemaknaan bahwa tindak pidana pencucian uang

merupakan sebuah independent crime dapat dipahami dari Pasal 69 dan Pasal

3, Pasal 4 dan Pasal 5 UU TPPU. Ketentuan Pasal 69 UU TPPU yang tidak

mewajibkan aparatur penegak untuk membuktikan terlebih dahulu tindak

pidana asal dalam menyelidik, menyidik, menuntut, serta memeriksa perkara

tindak pidana pencucian uang di persidangan. Hal inilah yang menunjukkan

keberadaan Independent Crime dari perspektif pembuktian delik, ketentuan

ini juga sering dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa dalam keadaan

tertentu, terhadap pembuktian tindak pidana pencucian uang tidak perlu

menunggu inkrach nya tindak pidana asal, bahkan dapat juga tanpa adanya

pembuktian tindak pidana asal terlebih dahulu.5

Banyak ahli hukum pidana yang berpendapat bahwa Pasal 69 tersebut

bertujuan agar mencegah pelaku untuk secara cepat mengalihkan harta yang

berasal dari tindak pidana tersebut. Jika terlebih dahulu harus membuktikan

tindak pidana asalnya, dianggap akan memakan waktu yang lama sehingga

5 Afdal Yanuar, Diskursus Antara Kedudukan Delik Pencucian Uang, Jurnal Konstitusi,Volume

16, No 4, Priode 2 Desember 2019, hal. 724-729.

Page 19: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

4

berpotensi harta tersebut sudah dialihkan atau disembunyikan. Oleh karena

itu Pasal 69 tersebut, dibutuhkan untuk mencegahnya terjadinya hal tersebut.

Hal tersebut, senada dengan apa yang dikemukakan oleh Marjono

Reksodiputro sebagai berikut:

Ditetapkannya Pasal 69 untuk penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan

di sidang pengadilan tidak wajib membuktikan tindak pidana asal.

Penjelasan Pasal ini sebaiknya merujuk kepada Pasal 480 KUHP dan

yaitu tentang penadahan. Intinya bertujuan mencegah seseorang

menarik keuntungan dari tindak pidana orang lain. Oleh karena itu

maka tindak pidana penadahan dapat dituntut di pengadilan tanpa harus

dibuktikan bahwa barang tersebut adalah barang curian, asal saja bahwa

orang tersebut mengetahui atau patut diduga bahwa barang tersebut

diperoleh dari kejahatan.6

Selain Pasal 69, rumusan delik yang memperkuat kedudukan tindak

pidana pencucian uang sebagai tindak pidana berdiri sendiri adalah Pasal 3,

Pasal 4 dan Pasal 5 UU TPPU yang selalu menggunakan frasa “diketahui atau

patut diduga” uang tersebut berasal dari kejahatan. Pantja Astawa berpendapat

terkait frasa “mengetahui atau patut diduga” sebagai berikut:

Frasa “diketahui atau patut diduga” menunjukan kedudukan tindak

pidana asal tidak harus benar-benar ada, cukup patut diduga saja bahwa

sebelumnya telah terjadi tindak pidana asal yang menghasilkan harta

kekayaan yang kemudian dicuci, tindak pidana asal (predicate crime)

tidak benar-benar harus menjadi sebab terjadinya tindak pidana

pencucian uang, maksudnya predicate crime itu boleh ada boleh juga

tidak ada, cukup patut diduga saja keberadaannya, jadi kedudukan

predicate crime dalam tindak pidana pencucian uang bukan merupakan

syarat mutlak. Dengan demikian tindak pidana asal predicate crime

kedudukannya tidak urgent karena ia boleh ada boleh juga tidak, cukup

patut diduga saja bahwa harta tersebut didapatkan dari tindak pidana.7

6 Risalah sidang, Rancangan Undang-Undang Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang dengan Pakar, hal. 12. 7 Risalah Sidang, Perkara Nomor 77/PUU-XII/2014 Prihal Pengujian Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Terhadap

Undang-Undang Dasar 1945, hal. 39.

Page 20: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

5

Bagi para ahli yang berpendapat tindak pidana pencucian uang sebagai

tindak pidana lanjutan, karena tindak pidana pencucian uang dapat terjadi

setelah adanya kejahatan asal (predicate crime). Hal ini, diakui pula oleh

Mahkamah Konstitusi dalam putusan Mahamah Konstitusi No 90/PUU-

XIII/2015 yang mengatakan bahwa „‟tindak pidana pencucian uang adalah

tindak pidana lanjutan (follow up crime) yang merupakan kelanjutan dari

tindak pidana asal, sebagai upaya untuk menyembunyikan atau

menghilangkan jejak sehingga tidak dapat diketahui bahwa harta kekayaan

tersebut berasal dari tindak pidana. Sedangkan tindak pidana asal (predicate

crime) merupakan tindak pidana yang menghasilkan uang/harta kekayaan

yang kemudian dilakukan proses pencucian. Jadi, tidaklah mungkin ada

tindak pidana pencucian uang tanpa adanya tindak pidana asalnya terlebih

dahulu.”

Bertolak dari putusan Mahkamah Konstitusi di atas, Pasal 69 yang

membolehkan aparatur menyelidik, menyidik dan memeriksa perkara tindak

pidana pencucian uang tanpa membuktikan tindak pidana asal, tidak sesuai

dengan kedudukan tindak pidana pencucian uang sebagai lanjutan dari tindak

pidana asal.8 Yenti Garnasih salah satu ahli yang keberatan terhadap Pasal 69

UU TPPU. Yenti Garnasih mengatakan Seharusnya tindak pidana pencucian

uang dan tindak pidana asal harus dibuktikan secara bersama-sama di

pengadilan. Jika tindak pidana asal tidak dibuktikan, dakwaaan satunya apa

kalau dakwaan duanya pencuciaan uang, karena pencucian uang harus berada

8 Afdal Yanuar, Diskursus Antara Kedudukan Delik Pencucian Uang,Op, Cit, hal. 730.

Page 21: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

6

dalam dakwaan dua, karena tidak mungkin ada pencucian uang kalau tidak

ada kejahatan asalnya, jika seseorang didakwa pencucian uang dari hasil

tindak pidana, hasil tindak pidana apa kalau tidak dibuktikan kejahatan

asalnya, jadi tidak bisa serta merta begitu saja seseorang diduga melakukan

kejahatan sementara kejahatan asalnya tidak dibuktikan.9 Sedangkan terkait

rumusan Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 yang dianggap merupakan rumusan

pasal yang menandakan tindak pidana pencucian uang sebagai delik lanjutan,

Eddy Hiariej berpendapat sebagai berikut:

Tindak pidana pencucian uang bukan merupakan tindak pidana yang

mandiri dan juga bukan delik yang independent, tetapi TPPU adalah delik

lanjutan karena ketentuan Pasal 3, 4 dan 5 UU TPPU selalu di-juncto

dengan Pasal 2 mengenai tindak pidana asalnya (predicate crime), itu

menandakan tindak pidana pencucian uang bukan merupakan tindak

pidana berdiri sendiri. Sedangkan mengenai rumusan “ mengetahui atau

patut diduga” tersebut bukan berarti menandakan tindak pidana pencucian

uang berdiri sendiri tetapi berdasarkan tafsir resmi dari memorie van

toelichting frasa “mengetahui atau patut diduga” atau proparte dolus

proparte culpa yang berarti sebagian kesengajaan dan sebagian kealpaan,

bertujuan untuk memudahkan Jaksa Penuntut Umum untuk membuktikan

dakwaannya, artinya jangankan kesengajaan, kealpaan pun bisa menjadi

dasar untuk menjerat pelaku dengan rumusan pasal tersebut.10

9 Risalah sidang, Rancangan Undang-Undang Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang, hal.13. 10

Risalah Sidang, Perkara Nomor 77/PUU-XII/2014 Prihal Pengujian Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Terhadap

Undang-Undang Dasar 1945, hal. 49.

Page 22: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

7

Bertolak dari berbagai perbedaan pendapat di atas serta masih ambigunya

ketentuan peraturan perundang-undangan tindak pidana pencucian uang, terkait

tindak pidana pencucian uang sebagai delik lanjutan atau delik berdiri sendiri,

maka dari itu penyusun mengangkat masalah tersebut sebagai bahan penulisan

hukum yang berjudul “Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagai Delik Lanjutan

Ditinjau Dari Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 Serta Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang.”

B. Rumusan Masalah

1) Apakah tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana berdiri

sendiri atau tindak pidana lanjutan jika dikaitkan dengan Pasal 69, serta

Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 UU TPPU ?

2) Apa implikasi hukum yang ditimbulkan dari Pasal 69 UU TPPU?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep tindak pidana pencucian uang,

apakah merupakan tindak pidana berdiri sendiri atau tindak pidana

lanjutan berdasarkan Pasal 69 serta Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 UU

TPPU.

b. Untuk mengetahui bagaimana implikasi hukum yang ditimbulkan dari

Pasal 69 UU TPPU.

Page 23: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

8

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Secara akademis merupakan persyaratan untuk mencapai S1 pada

program studi ilmu hukum Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Mataram.

b. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

hukum pidana khususnya penerapan pidana, bagi tindak pidana

pencucian uang.

c. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengambilan kebijakan

pemerintah atau aparatur penegak hukum, dalam mengambil keputusan

berkaitan dengan penerapan pidana terhadap tindak pidana pencucian

uang.

Page 24: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana dipakai sebagai terjemahan dari istilah strafbaar

feit tetapi di dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku

di Indonesia dikenal dengan istilah yang tidak seragam dalam

menerjemahkan strafbaar feit, adapun beberapa istilah yang

dipergunakan dalam bahasa Indonesia diantaranya sebagai berikut.11

Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu

pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan

kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana.

Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-

peristiwa yang konkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak

pidana haruslah diberi arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan

jelas, untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari

dalam kehidupan masyarakat.

Para pakar hukum pidana menggunakan istilah tindak pidana,

perbuatan pidana atau peristiwa pidana dengan istilah :

11

Tolip Setiady, Pokok-Pokok Penitensier Indonesia, Alfabeta, Bandung, 2020, hal. 7.

Page 25: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

10

1. Strafbaar feit adalah peristiwa pidana.

2. Strafbare handlung diterjemahkan dengan perbuatan pidana, yang

digunakan oleh para sarjana hukum pidana Jerman.

3. Criminal act diterjemahkan dengan istilah perbuatan kriminal.

Delik yang dalam bahasa Belanda disebut Strafbaar feit, terdiri atas 3 kata

yaitu Straf, baar dan feit, yang masing-masing memiliki arti :

1. Straf diartikan sebagai pidana dan hukum.

2. Baar diartikan sebagai tepat dan boleh.

3. Feit diartikan sebagai tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan.

Jadi istilah Strafbaar feit adalah peristiwa yang dapat dipidana atau

perbuatan yang dapat dipidana. Sedangkan delik dalam bahasa asing disebut

delict yang artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan

hukuman atau pidana. Andi Hamzah dalam bukunya asas-asas hukum pidana

memberikan definisi mengenai delik yaitu suatu tindakan perbuatan yang

terlarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang pidana.

Moeljatno mengartikan Strafbaar feit sebagai berikut, Strafbaar feit itu

sebenarnya adalah kelakuan manusia yang diancam pidana oleh peraturan

perundang-undangan.

Jonkers merumuskan bahwa:

Strafbaar feit sebagai peristiwa pidana yang diartikan sebagai suatu

melawan hukum (wederrechtelijk) yang berhubungan dengan

kesengajaan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 26: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

11

Pompe berpendapat bahwa:

Sebagai suatu pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum

yang dengan sengaja ataupun dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh

seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut

adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum.12

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Dalam suatu peraturan perundang-undangan pidana selalu mengatur

tentang tindak pidana, untuk mengetahui adanya tindak pidana maka pada

umumnya dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan pidana tentang

perbuatan-perbuatan yang dilarang dan disertai dengan sanksi. Dalam

rumusan tersebut ditentukan beberapa unsur atau syarat yang menjadi ciri

atau sifat khas dari larangan tadi sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari

perbuatan lain yang tidak dilarang. Perbuatan pidana menunjuk kepada sifat

perbuatannya saja yaitu dapat dilarang dengan ancaman pidana kalau

dilanggar.

Menurut Simons unsur-unsur tindak pidana adalah

a) Perbuatan manusia positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat.

b) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld).

c) Melawan hukum (onrechtmatig).

d) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband stand) oleh orang

yang mampu bertanggungjawab.

12

Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban

Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan, Rangkang Education,Yogyakarta, 2012, hal. 18-22.

Page 27: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

12

Simons juga menyebutkan adanya unsur objektif dan unsur subjektif dari

tindak pidana (strafbaar feit) sebagi berikut:

Unsur-unsur objektif meliputi:13

a) Perbuatan Orang.

b) Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.

c) Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti

dalam Pasal 281 KUHP sifat openbaar atau di muka umum.

Unsur- unsur subjektif meliputi:

a) Orang yang mampu bertanggung jawab.

b) Adanya kesalahan (dolus atau culpa).

c) Perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan, kesalahan ini dapat

berhubungan dengan akibat dari perbuatan atau dengan keadaan

mana perbuatan itu dilakukan.

Sementara menurut Moeljatno unsur-unsur perbuatan pidana:

a) Perbuatan manusia .

b) Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang.

c) Bersifat melawan hukum.

B. Pertanggungjawaban Pidana

Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa pengertian perbuatan

pidana tidak termasuk pengertian pertanggungjawaban pidana perbuatan

pidana hanya menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan dengan

suatu ancaman pidana. Apakah orang yang melakukan perbuatan kemudian

dijatuhi pidana, tergantung kepada apakah dalam melakukan perbuatan itu

orang tersebut memiliki kesalahan.14

Pertanggungjawaban pidana mau tidak

mau harus didahului dengan penjelasan tentang perbuatan pidana, sebab

13

Ibid, hal. 38-40. 14

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal.

165.

Page 28: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

13

seseorang tidak bisa dimintai pertanggungjawaban pidana tanpa terlebih

dahulu ia melakukan perbuatan pidana. Dirasakan tidak adil jika tiba-tiba

seseorang harus bertanggung jawab atas suatu tindakan sedang ia sendiri

tidak melakukan tindakan tersebut.15

Konsep pertanggungjawaban itu merupakan konsep sentral yang dikenal

dengan ajaran kesalahan dalam bahasa latin ajaran kesalahan dikenal dengan

sebutan mens rea. Doktrin mens rea dilandaskan pada suatu perbuatan tidak

mengakibatkan seseorang bersalah kecuali jika pikiran orang itu jahat.

Dalam bahasa Inggris doktrin tersebut dirumuskan dengan an act does not

make a person guilty, unless the mind is legally blameworthy. Berdasarkan

asas tersebut ada dua syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memidana

sesesorang, yaitu ada perbutan lahiriah yang terlarang/perbutan pidana

(actus reus), dan sikap batin jahat /tercela (mens rea). 16

Pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai diteruskannya celaan

objektif yang ada pada perbuatan pidana, dan secara subjektif yang

memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatan itu. Dasar adanya

perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidana

membuat adalah asas kesalahan. Ini berarti pembuat perbuatan pidana hanya

akan dipidana, jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan

pidana tersebut, kapan seseorang dikatakan mempunyai kesalahan yang

15

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta,

2008, hal. 20-23. 16

Hanafi, Reformasi Sistem Pertanggungjawaban Pidana, Jurnal Hukum, Vol.6 No. 11 Tahun

1999, hal. 27.

Page 29: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

14

menyangkut masalah pertanggungjawaban pidana. Oleh karena itu,

pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban orang terhadap

tindak pidana yang dilakukannya. Tegasnya yang dipertanggungjawabkan

orang itu adalah tindak pidana yang dilakukannya, terjadinya

pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan

oleh seseorang. Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya merupakan

suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk bereaksi

terhadap pelanggaran atas kesepakatan menolak suatu perbuatan tertentu.17

Adapun unsur-unsur Pertanggungjawaban pidana menurut Van Hamel

meliputi18

1. Pelaku menyadari perbuatan dan akibat.

2. Pelaku betul-betul memahami bahwasanya perbuatan tersebut

melanggar ketertiban umum.

3. Pelaku melakukan suatu perbuatan tersebut dalam kebebasan

berkehendak.

C. Jenis-Jenis Sanksi Pidana

Dalam sistem hukum pidana ada dua jenis sanksi yang keduanya

mempunyai kedudukan yang sama, yaitu sanksi pidana dan sanksi tindakan.

Kedua sanksi tersebut berbeda baik dari ide dasar, landasan filosofis yang

melatarbelakanginya. Sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling

banyak digunakan dalam menjatuhkan hukuman terhadap seseorang yang

dinyatakan bersalah melakukan perbuatan pidana.19

Sanksi diartikan sebagai

17

Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Cetakan Kedua, Kencana, Jakarta, 2006, hal. 68. 18

Eddy O.S. Hiariej, Prinsip Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014,

hal. 163. 19

Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hal. 193.

Page 30: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

15

tanggungan, tindakan, hukuman untuk memaksa orang menepati perjanjian

atau menaati ketentuan undang-undang. Sanksi juga berarti bagian dari aturan

hukum yang dirancang secara khusus untuk memberikan pengamanan bagi

penegakan hukum dengan mengenakan sebuah ganjaran atau hukuman bagi

seseorang yang melanggar aturan hukum itu, atau memberikan suatu hadiah

bagi yang mematuhinya. Jadi, sanksi itu sendiri tidak selalu berkonotasi

negatif. Sedangkan tindakan diartikan sebagai pemberian suatu hukuman

yang sifatnya tidak menderitakan, tetapi mendidik dan mengayomi. Tindakan

ini dimaksudkan untuk mengamankan masyarakat dan memperbaiki

pembuat.20

Jenis –Jenis pidana tercantum di dalam Pasal 10 KUHP.

1. Pidana pokok meliputi:21

a) Pidana Mati

Pidana mati adalah salah satu jenis pidana yang paling tua, setua umat

manusia. Pidana mati juga merupakan bentuk pidana yang paling

menarik dikaji oleh para ahli karena memiliki nilai kontradiksi atau

pertentangan yang tinggi antara yang setuju dan tidak setuju. Kalau di

negara lain satu persatu menghapus pidana mati,maka sebaliknya yang

terjadi di Indonesia, semakin banyak delik yang diancam pidana mati.

b) Pidana Penjara

Pidana penjara adalah berupa pembatasan kebebasan bergerak dari

seseorang terpidana yang dilakukan dengan menempatkan orang

tersebut di Lembaga Pemasyarakatan yang menyebabkan orang tersebut

harus menaati semua peraturan tata tertib bagi mereka yang telah

melanggar. Pidana penjara dalam KUHP bervariasi dari pidana penjara

1 hari samapai pidana penjara seumur hidup.

c) Pidana Kurungan

Pidana kurungan pada dasarnya mempunyai dua tujuan, pertama,

sebagai costudia hunesta untuk delik yang tidak menyangkut kejahatan

kesusilaan, yaitu beberapa delik culpa dan beberapa delik dolus seperti

Pasal 182 KUHP tentang perkelahian satu lawan satu dan Pasal 396

KUHP tentang pailit sederhana, pidana kurungan hakikatnya lebih

20

Ibid, hal. 202. 21

Ibid, hal. 195-198.

Page 31: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

16

ringan dari pidana penjara dalam hal penentuan masa hukuman kepada

seseorang.

d) Pidana Denda

Pidana denda adalah jenis pidana yang dikenal secara luas di dunia, dan

bahkan di Indonesia. Pidana ini diketahui sejak zaman Majapahit

dikenal sebagai pidana ganti kerugian. Menurut Andi Hamzah, pidana

denda merupakan bentuk pidana tertua, lebih tua dari pidana penjara,

mungkin setua pidana mati.

e) Pidana Tutupan

Andi Hamzah menyatakan bahwa pidana tutupan disediakan bagi para

politisi yang melakukan kejahatan yang disebabkan ideologi yang

dianutnya. Namun demikian, dalam praktik peradilan dewasa ini tidak

pernah ketentuan pidana tutupan diterapkan.

D. Tinjauan Umum Tentang Pencucian Uang

1. Sejarah Tindak Pidana Pencucian Uang

Pada tahun 1920-an para mafia di Amerika Serikat mengakuisisi atau

memberi, usaha Laundromats (mesin pencuci otomatis) dengan uang

dalam jumlah besar. Uang yang digunakan untuk pembelian tersebut

berasal dari hasil kegiatan pemerasan, prostitusi, perjudia, serta penjualan

minuman beralkohol serta perdagangan narkotika. Selanjutnya, usaha

Laundromats dimanfaatkan untuk menyamarkan hasil kejahatannya

dengan memasukkan uang hasil kejahatan dimaksud ke dalam usaha

Laundromats. Istilah tersebut pun masih menjadi perdebatan istilah

pencucian uang (money laundering) dikenal demikian, karena dengan jelas

melibatkan tindakan penempatan uang haram atau tidak sah melalui suatu

rangkaian transaksi atau dicuci, sehingga uang tersebut keluar menjadi

seolah-olah uang sah atau bersih.22

22

Badan Diklat Kejaksaan RI, Modul Tindak Pidana Pencucian Uang, 2019, hal. 4..

Page 32: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

17

Fokus dunia barat yang cukup besar terhadap praktik pencucian uang

sebagai suatu tindak kejahatan, pada awalnya muncul akibat maraknya

kejahatan perdagangan gelap obat bius (drug trafficking). Kejahatan tersebut

selain memiliki dampak negatif akibat penyalahgunaan obat bius di

kalangan masyarakat, tetapi juga berimplikasi secara luas terhadap

perekonomian karena melibatkan dana yang sangat besar. Lebih lanjut

penggunaan dana dari hasil kejahatan yang sedemikian besar tersebut, dapat

mengkontaminasi dan menimbulkan distorsi di segala aspek baik

pemerintahan, ekonomi, politik dan sosial. Peredaran obat terlarang di

beberapa negara dan wilayah perbatasan internasional, telah memberikan

kontribusi yang besar terhadap internasionalisasi kejahatan. Selain

menggunakan pendekatan konvensional dengan pengejaran pelaku

kejahatan, begitu besarnya hasil kejahatan perdagangan obat-obatan

terlarang, sehingga memberikan perhatian serius untuk mengejar dan

merampas harta hasil kejahatan, agar pelaku tidak dapat menikmati uang

haram hasil penjualan obat-obat terlarang tersebut. 23

Perhatian negara-negara di dunia terhadap kejahatan perdagangan gelap

obat bius tersebut, kemudian melahirkan United Nations Convention

Against Illicit Traffic in Narcotic Drug and Psychotropic Substance, pada

tahun 1988, yang dikenal dengan Vienna Convention atau Konvensi Wina.

Konvensi United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic

Drug and Psychotropic Substance merupakan titik puncak keprihatinan

23

Ibid, hal.4.

Page 33: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

18

masyarakat atas kejahatan perdagangan gelap obat bius, yang sekaligus

menjadi tonggak sejarah dalam menetapkan rezim hukum internasional anti

pencucian uang, untuk memerangi hasil kejahatan (proceeds of crime).

Metode baru untuk memerangi kejahatan ini dapat dimengerti, mengingat

objek yang diperangi adalan organized crime yang memiliki struktur

organisasi yang solid dengan pembagian wewenang yang jelas, sumber

pendanaan yang sangat kuat, dan memiliki jaringan kerja yang melintasi

batas negara. Namun demikian, konvensi ini masih terbatas pada peredaran

narkoba dan bahan-bahan psikotropika sebagai tindak pidana asal (predicate

crimes) sementara itu, money laundering merupakan proses yang

melibatkan proceeds of crime dari beberapa predicate offences yang lebih

kompleks seperti korupsi, penyelundupan, perdagangan manusia, tindak

pidana di bidang perpajakan, tindak pidana perbankan, dan tindak pidana

yang digolongkan sebagai tindak pidana berat (serious offences). Atas dasar

itulah nampaknya Vienna Convention 1988 belum cukup menjadi dasar

hukum yang komprehensif, untuk mengatasi kejahatan money laundering

yang berdimensi luas.24

Upaya merespon kebutuhan dalam memerangi pencucian uang, pada

tahun 2000 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan The

International Convention Againts Transnational Organized Crimes, yang

dikenal dengan Palermo Convention, yang memberikan pengaturan standar

dalam upaya mencegah dan memberantas pencucian uang. Konvensi ini

24

Ibid, hal. 5.

Page 34: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

19

memperluas predicate crimes tindak pidana pencucian uang meliputi

seluruh tindak pidana berat (serious crime), yang diartikan dengan tindak

pidana yang diancam dengan hukuman minimal empat tahun. 25

2. Tindak Pidana Pencucian Uang

Pencucian uang adalah suatu peroses atau perbuatan yang bertujuan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan yang

diperoleh dari hasil tindak pidana, yang kemudian diubah menjadi harta

kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah. Istilah pencucian

uang berasal dari bahasa Inggris, yakni money laundering. Istilah money

laudering memang tidak ada definisi yang universal karena baik negara-negara

maju maupun negara- negara dari dunia ketiga, masing-masing mempunyai

definisi sendiri berdasarkan prioritas dan prespektif yang berbeda. Namun para

ahli hukum di Indonesia telah sepakat mengartikan money laundering dengan

pencucian uang.26

Definisi tindak pidana pencucian uang dalam rumusan peraturan-peraturan

di berbagai negara tidak sama persis, tetapi ada prinsip tertentu yang selalu

sama, yaitu bahwa tindakpidana pencucian uang adalah suatu perbutan terkait

dengan menikmati atau mempergunakan hasil kejahatan (who ever enjoy his

fruit of crime). Jadi yang paling penting adalah, ada hasil kejahatan dan ada

perbuatan yang menikmati atau menggunakan hasil kejahatan tersebut (money

25

Ibid, hal.5. 26

Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal. 12-13.

Page 35: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

20

laundering offence).27

Perlu juga ditekankan di sini bahwa hasil kejahatan tidak

harus uang, yang namanya hasil kejahatan bisa berbentuk apa saja, sepanjang

ada nilai ekonomis dan oleh karenanya dalam peraturan perundangan dikatakan

sebagai harta kekayaan bukan sekedar uang. Dalam tindak pidana pencucian

uang terdiri dari kejahatan asal (predicate crime), yang kemudian hasil dari

kejahatan asal itu dilakukan perbuatan apapun, seperti ditransfer, dibelanjakan,

dihadiahkan atau ditukarkan. Secara yuridis definisi pencucian uang dalam UU

TPPU adalah suatu perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana

dalam undang-undang ini.28

3. Tindak Pidana Asal

Tindak pidana pencucian uang memiliki karakteristik yang berbeda dengan

kejahatan pada umumnya, hal ini dapat dilihat dari proses terjadinya tindak

pidana pencucian uang, yang didahului dengan terjadinya tindak pidana asal.

Tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal sangat memiliki

hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya, karena tindak pidana

pencucian uang tidak mungkin terwujud tanpa adanya tindak pidana asal.

Tindak pidana asal adalah tindak pidana yang secara tegas disebutkan dalam

Pasal 2 ayat (1) UU TPPU meliputi:

a. Korupsi.

b. Penyuapan.

c. Narkotika.

d. Psikotropika.

e. Penyelundupan tenaga kerja.

27

Yenti Garnasih, Penegakan Hukum Anti Pencucian, Op.Cit, hal. 16. 28

Ibid.

Page 36: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

21

f. Penyelundupan migran.

g. Di bidang perbankan.

h. Di bidang pasar modal.

i. Di bidang perasuransian.

j. Kepabeanan.

k. Cukai.

l. Perdagangan orang.

m. Perdagangan senjata gelap.

n. Terorisme.

o. Penculikan.

p. Pencurian.

q. Penggelapan.

r. Penipuan.

s. Pemalsuan uang.

t. Perjudian.

u. Prostitusi.

v. Di bidang perpajakan.

w. Di bidang kehutanan.

x. Di bidang kelautan dan perikanan.

y. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat)

tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia atau diluar wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana

menurut hukum Indonesia

Tindak pidana asal sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

adalah syarat atau sebab terjadinya tindak pidana pencucian uang, artinya uang

yang diperoleh dari tindak pidana asal itulah yang kemudian akan dilakukan

proses pencucian, baik dengan mentransfer, membelanjakan, membawa keluar

negeri dll. Kedudukan tindak pidana asal sangatlah penting dalam proses

terwujudnya tindak pidana pencucian uang, maka sudah sepatutnya dalam

melakukan proses penyidikan perkara TPPU, penyidik dapat sekaligus

menyidik TPPU dan tindak pidana asal secara bersamaan, hal ini didasari

rumusan Pasal 75 UU TPPU yang membolehkan penyidik dalam melakukan

penyidikan TPPU, dapat dilakukan secara bersamaaan dengan tindak pidana

asal. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyidik dalam mengidentifikasi

Page 37: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

22

harta kekayaan yang dicuci tersebut, apakah diperoleh dari kejahatan asal atau

tidak, karena tidak semua harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan,

kemudian dilakukan prosese pencucian oleh pelaku, dapat dijerat dengan UU

TPPU. Pelaku yang dapat dijerat dengan UU TPPU hanyalah pelaku yang

melakukan pencucian harta yang diperoleh dari 25 kejahatan asal sebagaimana

yang diamksud dalam Pasal 2 ayat (1), serta kejahatan lain yang diancam 4

tahun ke atas. Jadi manakala harta tersebut, bukan diperoleh dari 25 kejahatan

sebagaiman dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), dan kejahatan yang ancamanya

dibawah 4 tahun, maka pelaku tidak bisa dijerat dengan UU TPPU.

4. Jenis Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang

Tindak pidana pencucian uang adalah kejahatan ganda yang berarti bahwa

dalam tindak pidana pencucian uang terdiri dari predicate offence (kejahtan

asal), dan pencucian uang itu sendiri yang justru menempati kedudukan

sebagai kejahatan lanjutan (follow up crime), maka, dalam tindak pidana ini

juga dibagi dalam dua tipe pelaku, yaitu pelaku aktif dan pasif. Pelaku aktif

adalah pelaku yang melakukan perbuatan secara aktif mengalirkan hasil

kejahatan, sedangkan pelaku pasif yang mana mereka yang menerima hasil

kejahatan. Pelaku aktif adalah barangsiapa yang mengalirkan hasil kejahatan

seperti orang yang mentransfer, membelanjakan, mengirimkan, mengubah

bentuk, menukarkan atau perbuatan apapun atas harta kekayaan yang berasal

dari kejahatan, dan orang tersebut tahu atau paling tidak patut menduga bahwa

Page 38: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

23

harta kekayaan tersebut berasal dari kejahatan, hal ini sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4.29

Berkaitan dengan tipe pelaku aktif terbagi dalam dua kriteria, yaitu pertama

yang dikenal dengan istilah principle violater (pelaku utama). Principle

violater adalah pelaku yang mana dia melakukan kejahatan asal dan juga dia

mengalirkan dana hasil kejahatan baik dengan cara transfer, membelanjakan

atau perbuatan apapun. Untuk pelaku aktif principle violater inilah bentuk

pelaku pencucian uang yang sesungguhnya, yaitu akan dikenakan dua

ketentuan undang-undang, yaitu dia melakukan kejahatan asal (predicate

offence) dan pencucian uang (follow up crime). Bagi principle violater harus

dikenakan dakwaan yang disusun secara kumulatif, atau sebagai pelaku

concrusus (perbarengan tindak pidana) 30

Pelaku aktif yang kedua dikenal dengan istilah aider, yaitu perbuatan aktif

seperti mentransfer, membelanjakan dan sebagainya, tetapi pelaku ini hanya

dikenakan tindak pidana pencucian uang saja, karena memang mereka tidak

terlibat kejahatan asalnya, tetapi mereka tahu atau paling tidak patut menduga

harta kekayaan yang dialirkan tersebut berasal dari kejahatan. Pelaku aider ini

hanya dikenakan satu tuntututan yaitu ketentuan Pasal 3 atau Pasal 4 dan tidak

dikenai ketentuan kejahatan asalnya.31

29

Ibid, hal. 35. 30

Ibid. 31

Ibid.

Page 39: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

24

Tipe pelaku kejahatan tindak pidana pencucian uang yang kedua adalah

pelaku pasif. Dari kontruksi perbuatan tindak pidana pencucian uang, yang

pada intinya adalah melarang dan memberikan pidana bagi barangsiapa yang

melanggar larangan tentang menikmati hasil kejahatan, tipe pelaku pasif ini

dikenal dengan istilah abettor, yaitu pelaku yang menerima pentransferan,

menerima pembayaran, menerima hadiah dan lain-lain, yang mana dia tahu

atau seharusnya patut menduga bahwa harta yang diterima berasal dari

kejahatan. Perbuatan pelaku pasif ini diatur dalam Pasal 5, dan bagi pelaku

pasif ini juga hanya dikenai satu ancaman kejahatan saja, yaitu ketentuan

tindak pidana pencucian uang tanpa kejahatan asal, karena memang pelaku ini

tidak terlibat kejahatan asal, tetapi yang bersangkutan tahu atau setidaknya

patut menduga bahwa harta kekayaan tersebut berasal dari kejahatan.32

5. Praktik Pencucian Uang di Indonesia

Tren kejahatan pencucian uang, saat ini terkait adanya korelasi yang sangat

kuat antara berbagai bentuk kejahatan terutama kejahatan transnasional, dan

kejahatan bermotif ekonomi dengan harta kekayaan hasil kejahatan yang

seharusnya diselesaikan secara simultan dalam proses penegakan hukum.

Seiring meningkatnya gelombang globalisasi, jumlah dan modus kejahatan

bidang ekonomi semakin meningkat pula. Pada tahun 2012, angkanya

32

Ibid, hal.36.

Page 40: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

25

sebanyak 923 perkara, namun meningkat 229,79% di tahun 2013 menjadi 2.

121 perkara.33

Praktik pencucian uang sebagian besar mengandalkan sarana lembaga

keuangan, terutama perbankan dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank.34

Sistem kerahasiaan bank dan lemahnya perangkat hukum di Indonesia juga

merupakan sarana yang dimanfaatkan oleh para pelaku pencucian uang.

Adanya pengaturan kerahasiaan ini membuat mereka merasa aman untuk

menyimpan uang hasil kejahatannya tanpa harus takut dilacak oleh pihak yang

berwenang. Selain itu kondisi yang membuat negara ini menjadi “surga”

kegiatan pencucian uang, adalah karena Indonesia masih membutuhkan

likuiditas, sehingga dunia perbankan Indonesia masih memandang pentingnya

dana-dana asing untuk masuk dan diinvestasikan di Indonesia. Sementara ada

pihak-pihak asing tertentu yang hanya setuju untuk melakukan investasi di

Indonesia jika dijamin tidak diusut asasl-usul dananya.35

Tindak pidana pencucian uang disamping sangat merugikan masyarakat,

juga sangat merugikan negara karena dapat memengaruhi atau merusak

stabilitas perekonomian nasional atau keuangan negara dengan meningkatnya

berbagai kejahatan. Dampak dari pencucian uang adalah sebagai berikut:36

1. Merongrong sektor swasta yang sah (undermining the legitimate

private sectors)

2. Mengakibatkan rusaknya reputasi negara (reputation risk).

33

Agung Setya, Prespektif Penegakan Hukum Pencucian Uang Yang Memberi Harapan dan Rasa

Keadilan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 11 34

Ibid, hal. 15. 35

Ibid, hal.12. 36

Ibid, hal.12-13.

Page 41: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

26

3. Mengurangi pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak (loss

revenue).

4. Merongrong integritas pasar keuangan (undermining the integrity of

finacial markets).

5. Membahayakan upaya privatisasi perusahaan negara yang dilakukan

oleh pemerintah (risk of privatization efforts).

6. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi (social cost).

7. Timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi (economic

distortion and instability).

8. Mengakibatkan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan

ekonominya (loos of control of economic policy).

9. Menimbulkan dampak makro ekonomi, yang mana pencucian uang

telah mendistorsi data ekonomi dan mengkomplikasi upaya

pemerintah untuk melakukan pengelolaan terhadap kebijakan

ekonomi yang nantinya harus memainkan peranan dalam upaya anti

money laundering, misalnya seperti pengawasan lalu lintas devisa

(exchange control), pengawasan bank terhadap rambu kesehatan

bank (prudential supervision), penagihan pajak (tax collection),

pelaporan statistik (statistical reporting) dan perundang- undangan

(legislation).

10. Mengakibatkan kurangnya kepercayaan kepada pasar dan terjadinya

penipuan (fraud), serta penggelapan (embezzlement).

Sebegitu besarnya dampak negatif pencucian uang yang ditimbulkannya,

berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara, hal itu yang membuat

negara-negara di dunia dan organisasi internasional merasa tergugah dan

termotivasi untuk menaruh perhatian lebih serius terhadap pencegahan dan

pemberantasan kejahatan pencucian uang. Hal ini tidak lain karena money

laundering baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi

sistem ekonomi, dan pengaruhnya tersebut merupakan dampak negatif bagi

perekonomian itu sendiri.37

37

Bismar Nasution, Rezim Anti Money Laundering di Indonesia, Books Terrace dan Libbary Pusat

Informasi Hukum Indonesia, Bandung, 2005, hal. 1.

Page 42: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

27

Kejahatan pencucian uang di Indonesia berkembang mengikuti hukum

alam, bahwa kejahatan ini awalnya hanya bersifat lanjutan dari kejahtan asal.

Namun, seiring dengan dinamika pada industri keuangan dan bisnis pada

umumnya, membawa kejahatan ini masuk kedalam lingkaran yang semakin

rumit. Hal itu juga beriringan dengan meningkatnya keterbukaan informasi

publik, yang dapat mengaskes informasi apapun termaksud berbagai modus

operandi, sampai pengakuan saksi maupun tersangka di persidangan kejahatan

pencucian uang.38

6. Objek Pencucian Uang

Menurut sarah N. Welling money laundering dimulai dengan adanya uang

haram atau uang kotor (dirty mone). Uang dapat menjadi kotor dengan dua

cara, yakni melalui pengelakan pajak (tax evasion) dan cara melanggar

hukum. Pengelakan pajak ialah memperoleh uang secara legal, tetapi jumlah

yang dilaporkan kepada pemerintah untuk keperluan kepentingan pajak lebih

sedikit dari yang sebenarnya diperoleh. Sedangkan dengan cara melanggar

hukum teknik-teknik yang bisa dilakukan untuk hal itu, antara lain, penjualan

obat-obatan terlarang, perdagangan narkotika secara gelap, perdagangan

senjata, penyeludupan minuman keras, penyeludupan imigran gelap.39

38

Agung Setya, Prespektif Penegakan Hukum Pencucian Uang Yang Memberi Harapan dan Rasa

Keadilan, Op. Cit, hal. 14. 39

Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Op. Cit, hal. 16.

Page 43: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

28

Praktik-praktik money laundering memang mula-mula hanya terhadap

uang yang diperoleh dari lalu lintas perdagangan narkotika dan obat-obatan

sejenis itu, atau yang dikenal dengan istilah illegal drug trafficking. Namun,

kemudian money laundering diperlukan pula untuk dilakukan terhadap uang

yang diperoleh dari sumber kejahatan yang lain, seperti yang dikemukan di

atas. Sebenarnya di antara beberapa kegiatan yang bersangkutan dengan

pengumpulan uang haram secara internasional yang berasal dari drug

trafficking, bukanlah sumber yang utama. 40

7. Tahap-Tahap dan Proses Pencucian Uang

Secara umum terdapat beberapa tahap dalam melakukan usaha pencucian

uang yaitu;

a) Placement

Placement merupakan tahap pertama, yaitu pemilik uang tersebut

menempatkan (mendepositokan) uang haram tersebut ke dalam sistem

keuangan. Pada tahap placement tersebut, bentuk dari uang hasil

kejahatan harus dikonversi untuk menyembunyikan asal-usul yang

tidak sah dari uang itu. Misal, hasil dari perdagangan narkoba uangnya

terdiri atas uang-uang kecil dalam tumpukan besar dan lebih berat dari

narkobanya, lalu dikonversi ke dalam nominasi uang yang lebih besar.

Lalu didepositokan ke dalam rekening bank, dan dibelikan ke

40

Ibid, hal. 17.

Page 44: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

29

instrumen-instrumen moneter seperti cheques, money orders dan lain-

lain. Bentuk kegiatan ini, antara lain: 41

a. Menempatkan dana pada bank (lebih dari satu) diikuti dengan

pengajuan kredit/pembiayaan.

b. Menyetorkan uang pada bank atau perusahaan keuangan lain

sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail.

c. Menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara lain.

d. Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan

usaha sah berupa kredit/pembiayaan.

e. Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi untuk

keperluan pribadi atau sebagai hadiah kepada pihak lain yang

pembayarannya dilakukan melalui bank atau perusahaan

keuangan lainnya.

b). Layering

Layering adalah memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya, yaitu

tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul dana dari beberapa rekening

atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui

serangkaian transaksi yang kompl untuk menyamarkan dan menghilangkan

jejak dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain:42

1. Transfer dari satu bank ke bank lain dan antara wilayah atau

negara.

2. Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung

transaksi yang sah.

3. Memindahkan uang tunai lintas batas negara, baik melalui jaringan

kegiatan usaha yang sah maupun shell company.

41

Ibid, hal. 18-19. 42

Ibid, hal.19-20.

Page 45: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

30

c) Integration

Integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah

tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke berbagai

bentuk kekayaan materil atau keuangan, dipergunakan untuk membiayai

kegiatan bisnis yang sah, maupun untuk membiayai kembali tindak

pidana. Dalam melakukan pencucian uang, pelaku tidak terlalu

mempertimbangkan hasil yang diperoleh dan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan, karena tujuan utamanya adalah untuk menyamarkan asal

usul uang sehingga hasil akhirnya dapat dinikmati dan digunakan secara

aman.43

8. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencucian Uang

Dari definisi pencucian Uang sebagaimana dijelaskan diatas, maka tindak

pidana pencucian uang mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Pelaku.

2. Perbuatan (transaksi keuangan atau finansial ) dengan maksud untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dari

bentuknya yang tidak sah ( ilegal ).

3. Merupakan hasil tindak pidana.

Secara garis besar unsur pencucian uang terdiri dari unsur objektif (actus

reus) dan unsur subjektif (mens rea). Unsur objektif (actus reus) dapat

dilihat dengan adanya kegiatan menempatkan, mentransfer, membayarkan

atau membelanjakan, menghibahkan atau menyumbangkan, menitipkan,

membawa keluar negeri, menukarkan atau perbuatan lain atas harta

43

Ibid, hal. 21.

Page 46: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

31

kekayaan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kejahatan.

Sedangkan unsur subjektif (mens rea) dilihat dari perbuatan seseorang yang

dengan sengaja mengetahui atau patut diduga bahwa harta kekayaan berasal

dari kejahatan dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan

harta tersebut.44

Ketentuan yang ada dalam UU TPPU terkait perumusan tindak pidana

pencucian uang menggunakan frasa setiap orang, di mana dalam Pasal 1

angka 9 bahwa setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

Sementara pengertian korporasi terdapat dalam Pasal 1 angka 10, dalam

pasal ini disebutkan bahwa korporasi adalah kumpulan orang dan kekayaan

yang terorganisasi baik merupakan badan hukum atau bukan badan hukum.

Sementara itu, yang dimaksud transaksi keuangan diartikan sebagai

transaksi untuk melakukan atau menerima penempatan, penyetoran,

penarikan, pemindahbukuan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,

penitipan dan atau kegitan lain yang berhubungan dengan uang. Transaksi

keuangan yang menjadi unsur tindak pidana pencucian uang adalah,

transaksi keuangan yang mencurigakan atau patut dicurigai baik transaksi

dalam bentuk tunai maupun melalui proses pentransferan/

memindahbukukan 45

44

Agung Setya, Prespektif Penegakan Hukum Pencucian Uang yang Memberi Harapan dan Rasa

Keadilan, Op. Cit, hal. 41. 45

Ibid, hal. 42.

Page 47: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

32

Transaksi mencurigakan menurut ketentuan yang tertuang pada Pasal 1

angka 5 UU TPPU adalah, transaksi keuangan yang menyimpang dari

profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang

bersangkutan.

1. Transaksi keuangan oleh pengguna jasa keuangan yang patut diduga

dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi

yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh penyedia jasa

keuangan sesuai ketentuan undang-undang ini.

2. Transaksi keuangan yang dilakukan maupun yang batal dilakukan

dengan menggunakann harta kekayaan yang diduga berasal dari

tindak pidana.

3. Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporakan

oleh pihak pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga

berasal dari hasil tindak pidana.

Perlu dijadikan catatan bahwa dalam pembuktian tindak pidana pencucian

uang nantinya hasil tindak pidana merupakan unsur delik yang harus

dibuktikan, pembuktian apakah benar atau tidaknya harta kekayaan tersebut

merupakan hasil tindak pidana adalah dengan membuktikan adanya hasil

tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan tersebut.46

Ketentuan sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 3 UU TPPU,

teridentifikasi beberapa tindakan yang dapat dikualifikasikan ke dalam

bentuk tindak pidana pencucian uang, yakni tindakan atau perbutan dengan

sengaja:47

46

Ibid, 42-43. 47

Ibid, 43-44.

Page 48: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

33

a) Menempatkan harta kekayaan ke dalam penyedia jasa keuangan

baik atas nama sendiri atau atas nama orang lain, padahal diketahui

atau patut diduga harta tersebut diperoleh dari tindak pidana .

b) Mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga

merupakan hasil dari tindak pidana pencucian uang, dari suatu

penyedia jasa keuangan ke penyedia jasa keuangan lain, baik atas

nama sendiri atau atas nama orang lain.

c) Membelanjakan atau menggunakan harta kekayaan yang diketahui

atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari tindak

pidana. Baik atas nama dirinya sendiri atau atas nama pihak lain.

d) Menghibahkan atau menyumbangkan harta kekayaan yang

diketahui atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari

hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri ataupun atas nama

pihak lain.

e) Menitipkan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga

merupakan harta yang diperoleh berdasarkan tindak pidana, baik

atas namanya sendiri atau pihak lain.

f) Membawa keluar negeri harta yang yang diketahui atau patut

diduga merupakan harta diperoleh dari tindak pidana.

g) Menukarkan atau perbuatan lainya terhadap harta kekayaan yang

diketahui atau patut diduga merupakan harta hasil tindak pidana

dengan mata uang atau dengan surat berharga lainya, dengan tujuan

untuk menyembunyikan /menyamarkan asal-usul harta kekayaan

tersebut.

9. Faktor Pendorong Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang

Seperti telah diuraikan di awal bahwa tindak pidana pencucian uang

merupakan sebuah tindakan guna menyamarkan atau menyembunyikan asal-

usul harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana, dengan tujauan

seolah-olah harta tersebut diperoleh dengan cara yang legal. Faktor

pendorong terjadinya tindak pidana pencucian uang akibat kemajuan

teknologi, misalnya di bidang informasi, yaitu dengan mudahnya internet

yang memperlihatkan kemajuan yang luar biasa.48

48

Lukmanul hakim, Abraham Yazid Martin, Tindak Pidana Pencucian Uang dan Modusnya

Dalam Prespektif Hukum Bisnis, Jurnal De Rechstaat, Vo. 1, No. 1, 2015, hal.7.

Page 49: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

34

Dengan kemajuan teknologi informasi tersebut, batas negara tidak berarti

lagi, dunia menjadi satu kesatuan tanpa batas. Akibatnya, kejahatan-kejahatan

teroganisir (organized crime) yang diselenggarakan organisasi-organisasi

kejahatan menjadi mudah dilakukan melewati lintas batas negara. Pada saat

ini, organisasi-organisasi kejahatan dapat secara mudah dan cepat

memindahkan jumlah uang yang sangat besar dari satu yurisdiksi ke

yurisdiksi lainya. Selain kemajuan teknologi yang merupakan faktor

pendorong terjadinya tindak pidana pencucian uang, ada beberapa faktor lain

misalanya:49

a) Ketentuan Rahasia Bank yang Sangat Ketat

Berkaitan dengan reformasi di bidang perpajakan (tax reform),

negara-negara Uni Eropa misalnya Inggris melakukan pertemuan

dengan Menteri keuangan, untuk menghimbau menghapuskan

ketentuan rahasia bank yang ketat tersebut. Dalam memerangi

tindak pidana pencucian uang, maka harus mempertimbangkan

penghapusan ketentuan rahasia bank.

b) Kerahasiaan Hubungan Antara Lawyer dan Klien

Dana simpanan di bank sering mengatasnamakan kantor

pengecara, sementara hubungan antara klien dan lawyer

dilindungi oleh undang-undang. Oleh karena itu lawyer yang

menyimpan dana di bank atas nama kliennya tidak dapat dipaksa

oleh otoritas yang berwenang untuk mengungkapakan identitas

kliennya

c) Negara-Negara Tidak Sungguh-Sungguh Melakukan Kerja Sama

dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penyebab masih maraknya praktik pencucian uang karena

kurangnya kerja sama antar negara dalam pemberantasan tindak

pidana pencucian uang, hal tersebut karena negara yang

bersangkutan memang sengaja membiarkan praktik pencucian

uang berlangsung. Karena negara tersebut mendapat keuntungan

dengan ditempatkan dana haram di lembaga keuangan di negara

tersebut. Keuntungan dari dana yang terkumpul di lembaga

perbankan sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan atau

dengan dana tersebut memungkinkan perbankan memperoleh

49

Ibid, hal.8.

Page 50: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

35

banyak keuntungan dari penyaluran dana, lebih lanjut akan

memberi kontribusi yang besar bagi negaranya

10. Modus Operandi Pencucian Uang

Melihat sejarah perjalanan para pelaku tindak pidana pencucian uang yang

baru-baru ini terjadi, baik yang sudah diputuskan oleh Pengadilan Tipikor

maupun yang masih dalam proses penyidikan oleh KPK. Kasus-kasus

tersebut anatara lain, misalnya kasus Djoko Susilo, Melinda Dee, Ahmad

Fatonah, Tubagus Chaeri Wardana, Gubenur Banten Ratu Atut Choisyah dan

Akil Muhtar. Dapat dikatakan bahwa modus operandi kejahatan pencucian

uang umumnya dilakukan melaui cara-cara antara lain:50

a) Melalui kerja sama modal.

Uang hasil kejahatan secara tunai dibawa ke luar negeri. Uang tersebut

kembali dalam bentuk kerja sama modal (joint venture project),

keuntungan investasi bentuk tersebut diinvestasikan lagi dalam

berbagai usaha lain. Keuntungan usaha lain ini dinikmati sebagai uang

yang sudah bersih karena tampaknya diolah secara legal, bahkan

sudah dikenakan pajak.

b) Melalui Agunan Kredit.

Uang tunai diseludupkan ke luar negeri, lalu disimpan di bank negara

tertentu yang prosedur perbankanya termasuk lunak. Dari Bank

tersebut ditransfer ke bank Swiss dalam bentuk deposito, kemudian

dilakukan pinjaman ke satu bank di Eropa dengan jaminan deposito

tersebut. Uang hasil kredit ditanamkan kembali ke negeri asal uang

haram tadi.

c) Melalui Perjalanan Luar Negeri.

Uang tunai di transfer ke luar negeri melalui bank asing yang ada di

negaranya, lalu uang tersebut dicairkan kembali dan dibawa kembali

ke negara asalnya oleh orang tertentu, seolah-olah uang tersebut

berasal dari luar negeri.

d) Melalui Penyamaran Usaha Dalam Negeri.

Dengan uang tersebut didirikanlah perusahaan samaran, tidak

dipermasalahkan apakah uang tersebut berasal dari mana atau halal

50

Alfitra, Modus Operandi Pidana Kkusus Di Luar KUHP, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014, hal.

54-55.

Page 51: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

36

tidaknya. Namun, kesanya uang tersebut telah menghasilkan uang

bersih.

e) Melalui Penyamaran Perjudian.

Dengan Uang tersebut didirikanlah usaha perjudian. Tidak menjadi

masalah apakah menang atau kalah, tetapi akan dibuat kesan menang,

sehingga ada alasan asal-usul uang tersebut.

f) Melalui Penyamaran Dokumen.

Uang tersebut secara fisik tidak kemana-mana, tetapi keberadaannya

didukung oleh berbagai dokumen palsu atau dokumen yang diada-

adakan, seperti membuat double invoice dalam jual beli dan expor

impor, agar terkesan uang tersebut hasil dari kegiatan di luar negeri.

g) Melalui Rekayasa Pinjaman Luar Negeri.

Uang secara fisik tidak kemana-mana, tetapi kemuadian dibuat suatu

dokumen seakan-akan ada bantuan pinjaman luar negeri, jadi, pada

kasus ini tidak ada pihak pemberi pinjaman, yang ada hanya dokumen

pinjaman, yang kemungkinan besar adalah dokumen palsu.

h) Melalui Pinjaman Luar Negeri.

Uang tunai dibawa ke luar negeri dengan berbagai cara, lalu uang

tersebut dimasukkan kembali sebagai pinjaman luar negeri, Hal ini

seakan akan memberi kesan seakan-akan pelaku mendapat bantuan

dari luar negeri.

11. Penyidikan Dan Penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang

Beberapa ketentuan acara pidana dalam UU TPPU, yang merupakan

pengecualian dari KUHAP, di antaranya ketentuan bahwa penyidikan tindak

pidana pencucian uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal. Misalnya,

pihak Kejaksaan yang menyidik tindak pidana asalnya, maka penyidik dari

kejaksaan pula yang menyidik tindak pidana pencucian uangnya. Demikian

pula jika penyidik Polri atau penyidik KPK yang menyidik tindak pidana

asalnya, maka penyidik Polri dan penyidik KPK yang akan menyidik tindak

pidana pencucian uangnya. Dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan

yang cukup telah terjadi tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal,

Page 52: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

37

penyidik menggabungkan penyidikan tindak pidana asal dengan penyidikan

tindak pidana pencucian uang dan memberitahukannya kepada PPATK.51

Penuntut umum menurut UU TPPU wajib menyerahkan berkas perkara

tindak pidana pencucian uang kepada Pengadilan Negeri, ketua Pengadilan

Negeri paling lama 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya berkas perkara

yang dinyatakan lengkap. Dalam hal penuntut umum telah menyerhakan

berkas kepada Pengadilan Negeri, ketua Pengadilan Negeri wajib membentuk

majelis hakim perkara tesebut paling lama 3 hari hari sejek diterimanya

berkas perkara.52

Untuk pemekrisaan di sidang Pengadilan, terdakwa wajib membuktikan

harta kekayaan yang bukan merupakan hasil tindak pidana. Dalam sidang

yang dimaksud, hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan bahwa

harta kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait dengan

tindak pidana. Ketentuan ini mempertegas bahwa UU TPPU mengakui

adanya pembuktian terbalik, di mana terdakwa membuktikan bahwa harta

kekayaan yang dimaksud bukan berasal dari tindak pidana, melainkan dari

usaha yang halal misalnya warisan, hibah, dan gaji. Namun demikian,

pembuktian terbalik tersebut harus benar-benar didasarkan pada alat bukti

yang kuat dan meyakinkan, sehingga dapat membantah dakwaan Jaksa

Penuntut Umum. Dalam usaha mencegah dan memberantas tindak pidana

51

Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus Memahami Delik-Delik Di Luar KUHP, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, 2017, hal. 96. 52

Ibid.

Page 53: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

38

pencucian uang, maka dibentuk satu lembaga independent, yaitu Pusat

Pelaporan dan Analisis Transkasi Keuangan (PPATK) yang berwenang:53

a) Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi

pemerintah dan atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan

mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah atau

lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu.

b) Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan.

c) Mengkoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang

dengan instansi terkait.

d) Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya

pencegahan tindak pidana pencucian uang.

e) Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum

internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana pencucian uang.

f) Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan anti-pencucian

uang.

g) Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang.

12. Peran Polisi, Jaksa, Dan Para Hakim dalam Penaggulangan Tindak

Pidana Pencucian Uang

1. Peran Polisi dalam Melakukan Investigasi Perkara Pencucian Uang

Ketentuan undang-undang tindak pidana pencucian uang, penaganan

penyelidikan dan penyidikan tindak pidana pencucian uang berada di

bawah kewenangan kepolisian, di samping dibentuk lembaga (financial

investigation unit), yaitu Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan

(PPATK). PPATK berfungsi sebagai penerima laporan (respository

funcition) dan penganalisis (analisys function), serta clearing house, yang

menyediakan fasilitas untuk pertukaran informasi atau transaksi yang

mencurigakan. Berkenaan dengan tugas penyidikan, Polisi harus

53

Ibid, 96-97.

Page 54: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

39

memperoleh alat bukti yang akan diajukan pada Jaksa untuk selanjutnya

diungkapkan di persidangan, untuk perkara pencucian uang bukanlah

persoalan yang mudah apalagi harus dikaitkan dengan kejahatan asalnya.54

Perlu ditekankan bahwa polisi tidak selalu harus menunggu laporan

hasil investigasi dari PPATK, bisa saja dan sangat mungkin polisi

melakukan penyelidikan awal terlebih dahulu atas adanya dugaan

pencucian uang. Dalam kasus seperti ini misalnya, polisi telah mempunyai

bukti awal tentang adanya korupsi atau aliran dana illegal logging, justru

polisi harus berinisiatif meminta bantuan PPATK untuk rekening tertentu.

Seperti yang terjadi sekarang ini, begitu banyak kasus korupsi yang

terungkap seharusnya polisi mengambil inisiatif menelusuri aliran dana

terlebih dahulu dan tidak perlu menunggu investigasi dari PPATK. 55

2. Peranan Jaksa dan Problema Pembuktian dalam Tindak Pidana Pencucian

Uang

Selama Indonesia mempunyai ketentuan anti pencucian uang, maka

tampaknya kegagalan terbesar terletak pada kelemahan jaksa dalam

membuktikan perkara ini. Masalah berawal dari penuntutan yang tidak

sederhana, pertama berkenaan bahwa tindak pidana pencucian uang

merupakan kejahatan lanjutan (follow up crime) sehingga ada

permasalahan lain yaitu, bagaimana dengan core crime atau predicate

crime. Apakah harus dibuktikan terlebih dahulu atau cukup pembuktian

54

Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Op. Cit, hal. 210. 55

Ibid, hal. 212.

Page 55: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

40

tindak pidana pencucian uang saja, berdasarkan amanat undang-undang,

maka predicate crimenya tidak perlu dibuktikan, artinya cukup

menggunakan bukti pentujuk saja. Sebagai konsekuensinya maka dakwaan

harus disusun secara kumulatif bukan alternatif karena antara predicate

crime dan pencucian uang adalah dua kejahatan yang masing-masing

berdiri sendiri, walaupun perbuatan pencucian uang selalu dikaitkan

dengan kejahatan asalnya. Namun adakalanya terhadap pelaku tertentu

misalnya pelaku pasif yang hanya menerima hasil tindak pidana, maka

dakwaan jaksa bersifat tunggal, karena pelaku pasif tidak terlibat predicate

crime.56

Permasalahan selanjutnya berkenaan dengan pembuktian unsur

subjektif (mens rea) dan unsur objektif (actus reus). Mens rea yang harus

dibuktikan yaitu knowledge (mengetahui) atau reason to know (patut

menduga) dan intended (bermaksud). Kedua unsur tersebut berkaitan

dengan unsur terdakwa menegetahui atau patut menduga bahwa dana

tersebut berasal dari hasil kejahatan, dan terdakwa mengetahui tentang

atau maksud untuk melakukan transaksi. Untuk membuktikan unsur

mengetuhui tentunya sudah jelas bahwa pelaku harus memenuhi knowingly

dan willingly. Selanjutnya, berkenaan pembuktian unsur patut menduga

maka hal ini persis yang tertera dalam pembuktian Pasal 480 KUHP

tentang penadahan yang menjelaskan adanya unsur proparte dulus

proparte culpa (setengah sengaja setengah lalai). Pembuktian selanjutnya

56

Ibid, hal. 213.

Page 56: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

41

adalah unsur intended, yaitu bermaksud untuk menyembunyikan hasil

kejahatan. Untuk pembuktian ini pun sulit. Maka dari itu, pengadilan di

Amerika telah menyatakan bahwa bukti pendukung atau petunjuk cukup

untuk membenarkan adanya unsur-unsur tersebut. Jadi apabila unsur

sengaja dan mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan berasal

dari kejahatan sudah terbukti, maka dengan sendirinya unsur intended

terbukti.57

3. Peranan Hakim dalam Memutuskan Perkara Pencucian Uang.

Berkenaan dengan karakteristik yang unik dari tindak pidana pencucian

uang, peranan hakim sangat menentukan untuk tujuan pemberantasan

kejahatan ini. Hakim harus mempunyai sifat visioner yang didasarkan pada

pemahaman bahwa pembuktian kejahatan ini sangat sulit, karena harus

membuktikan kejahatan asal sekaligus. Profesionalitas hakim sangat

diperlukan untuk mengikuti semua sistem acara peradilan yang banyak

menggunakan pendekatan pragmatis, misalnya, adanya perlindungan saksi

dan adanya praktik acara pembalikan beban pembuktian.58

Undang-undang tindak pidana pencucian uang, belum mengatur secara

rinci tentang acara persidangan khususnya untuk pembalikan beban

pembuktian ini, tetatapi pada masa depan hal ini harus dilakukan. Selain

tata cara yang ditentukan, hakim juga harus sangat memahami bahwa

mengingat penerapan pembalikan beban pembuktian pada dasarnya

57

Ibid, 214. 58

Ibid, 215.

Page 57: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

42

melanggar prinsip non self incrimination, maka harus ditekankan bahwa

penerapan ini hanya terbatas pada tahap persidangan dan hanya untuk satu

unsur. Unsur yang dibuktikan oleh terdakwa adalah bahwa harta kekayaan

bukan berasal dari tindak pidana. Artinya, apabila unsur ini tidak bisa

dibuktikan oleh terdakwa, jaksa juga harus membuktikan juga unsur yang

lainnya, baik itu unsur objektif maupun subjektif, sepanjang itu merupakan

inti delik. Pemikiran tentang pembuktian unsur, yaitu dengan maksud

untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul hasil kejahatan dan

seterusnya, yang harus dianggap terbukti sepanjang semua unsur di

depannya telah dibuktikan oleh jaksa, maka hakim seharusnya melakukan

lompatan pemikiran untuk mengambil kesimpulan bahwa unsur intended

pasti terbukti. Dalam hal ini berlaku suatu logika hukum, yaitu di mana

terdakwa yang terbukti sengaja melakukan transfer, misalnya dia juga

terbukti mengetahui atau paling tidak patut menduga harta kekayaan yang

ditransfer berasal dari kejahatan.59

13. Dakwaan Tindak Pidana Pencucian Uang

Bekenaan dengan tugas Jaksa Penuntut Umum dalam perkara TPPU,

perlu ditekankan bahwa susunan dakwaan adalah kumulatif, meskipun telah

ada Surat Edaran Jaksa Agung mengenai dakwaan kejahatan asal dan TPPU

harus dalam susunan dakwaan kumulatif, ternyata dalam praktik masih

dijumpai dakwaan yang disusun secara alternatif. Kronologi terjadinya tindak

pidana pencucian uang jelas menunjukan bahwa TPPU dapat tejadi kalau

59

Ibid, hal. 215-216.

Page 58: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

43

terlebih dahulu telah ada tindak pidana asal, karena inti dari TPPU adalah

menikmati atau menggunakan hasil kejahatan asal. Sehingga bila seseorang

melakukan kejahatan asal dan kemudian dia melakukan pencucian uang,

maka seharusnya disangkakan sekaligus dua kejahatan tersebut, dengan

demikian sususnan dakwaan ke satu adalah kejahatan asal dan dakwaan

kedua adalah pencucian uang. Terkait keharusan dakwaan kumulatif sesuai

dengan pemahaman di mana dalam Hukum Acara Pidana, dikatakan bahwa

sering atau adakalanya seseorang melakukan lebih dari satu perbuatan, dalam

hal ini maka dakwaan disusun secara kumulatif . Yaitu dakwaan satu, dua,

tiga dan seterusnya, hal itu sesuai dengan asas Hukum Acara Pidana yang

dianut di Indonesia, yaitu peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan, maka

tentu dakwaan kumulatif sangat tepat. Namun demikian, antara perbuatan

yang satu dengan perbuatan yang lain jarak waktunya lama, dan kopetensi

pengadilannya berbeda, bisa dilakukan dakwaan terpisah atau sendiri-

sendiri.60

Kejahatan TPPU sangat memiliki hubungan yang erat dengan kejahatan

asal, di mana secara kronologis dan strategis pengungkapan TPPU, maka

dakwaannya harus kumulatif, hal tersebut didasari jika dakwaan TPPU

dilakukan secara terpisah, maka upaya pelacakan uang hasil kejahatan

dikhawatirkan semakin sulit. Padahal menerapakan TPPU pada perkara

kejahatan asal agar penerapan perampasan atau uang pengganti misalnya

dalam perkara tipikor bisa lebih optimal. Apabila suatu dakwaan disusun

60

Yenti Garnasih, Penegakan Hukum Anti Pencucian Uang,Op.cit, hal. 95-96.

Page 59: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

44

secara kumulatif maka tiap perbuatan itu harus dibuktikan secara sendiri-

sendiri pula, walaupun pidananya disesuaikan dengan peraturan tentang

gabungan tindak pidana (samenloop) dalam Pasal 63 sampai dengan Pasal 71

KUHAP. Keharusan untuk mendakwa tindak pidana asal dan TPPU dapat

dilihat dari rumusan Pasal 75 UU TPPU yang berbunyi:

Dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya

tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal, penyidik

menggabungkan penyidikan tindak pidana asal dan penyidikan tindak

pidana pencucian uang dan memberitahunya kepada PPATK.

Ketentuan pasal tersebut menjelasakan bahwa antara kedua kejahatan

tersebut terjadi concrusus, hal ini bertujuan agar pelaku kejahatan tidak saja

dikenakan ketentuan tentang kejahatan asal tetapi sekaligus juga dikenakan

ketentuan TPPU, karena pelaku telah mengalirkan atau menikmati hasil

kejahatanya. Selain itu, tujuan penerapan UU TPPU juga bertujuan merampas

hasil kejahatan dengan cara melacak ke mana hasil kejahatan mengalir dan

siapa saja yang menikmati. Dengan tidak memisahkan dakwaan maka tujuan

untuk melacak dan merampas lebih cepat dan diharapkan tidak semakin sulit

atau hilang jejaknya.61

14. Pembuktian Terbalik dalam Tindak Pidana Pencucian Uang

Ketentuan UU TPPU menyatakan untuk kepentingan pemeriksaan di

sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaan

bukan merupakan hasil tindak pidana. Berkaitan dengan itu, maka Pasal 78

ayat (1) dinyatakan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan sebagaimana

61

Ibid, hal. 96-97.

Page 60: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

45

dimaksud dalam Pasal 77, hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan

bahwa harta kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal atau terkait

dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Pasal 78

ayat (2) menyatakan bahwa terdakwa membuktikan bahwa harta kekayaan

yang terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1) dengan cara mengajukan alat bukti yang cukup. Rumusan pasal di atas

yang menyatakan bahwa, terdakwa harus membuktikan bahwa harta

kekayaan tidak diperoleh dari tindak pidana sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1).62

Pembuktian yang dilakukan oleh terdakwa harus didukung dengan alat

bukti yang cukup, namun apabila terdakwa tidak mampu membuktikan harta

kekayaan tersebut, maka perbuatanya telah memenuhi unsur-unsur tindak

pidana pencucian uang. Penerapan prinsip pembalikan beban pembuktian

dalam UU TPPU, untuk menjangkau tindak pidana pencucian uang yang

semakin meningkat dan canggih yang melibatkan penyelenggara negara dan

kekuasaan. Mekanisme pembuktian terbalik dalam tindak pidana pencucian

uang hanya dilakukan atas kejahatan sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1).63

62

Maria Silvya Wangga, Mekanisme Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Pencucian

Uang, Jurnal Hukum, Vol. 3 No. 2, 2017, hal. 343. 63

Ibid, hal. 344.

Page 61: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

46

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum kualitatif. Penelitian hukum kualitatif adalah suatu penelitian yang

pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini

berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun

pemahaman penelitian yang kemuadian dikembangkan menjadi

permasalahan- permasalahan beserta pemecahanya.

2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian

yangmenggunakan metode yang mengacu pada norma-norma hukum yang

terdapat dalam aturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kasus

yang diteliti.

Page 62: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

47

3. Metode Pendekatan

Dalam penyusunan proposal ini, metode pendekatan yang digunakan

untuk mengumpulkan bahan hukum yaitu :

a) Pendekatan perundang-undangan (Statue Approach), yaitu

pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua undang-undang

dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum.64

Pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi

peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian

antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainya. Hasil

dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan

isu hukum yang dihadapi65

b) Pendekatan konseptual (Conceptual Approach), yaitu pendekatan

ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-

ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep

hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang

dihadapi. Pemahaman akan pandangan dan doktrin-doktrin tersebut

merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu

argumentasi hukum dalam memecahkan isu hukum yang

dihadapi.66

64

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cetakan ke-11, Jakarta Kencana, 2011, hal. 93. 65

Ibid, hal. 93-94. 66

Ibid, .hal. 95.

Page 63: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

48

4. Sumber dan Jenis Bahan Hukum

1) Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan oleh penyusun ialah bersumber dari

kepustakaan. Artinya, segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi mengenai isu hukum dalam penyusunan bahan hukum yang

dibutuhkan adalah, bahan hukum yang bersumber dari kepustakaan

baik dari buku-buku, jurnal, makalah, dan lain-lain yang berkaitan

dengan isu yang diangkat.

2) Jenis Bahan Hukum

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

sebagai berikut:

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum tetap yaitu terdiri dari:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang.

Page 64: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

49

b) Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer seperti buku-buku, hasil-hasil penelitian,

jurnal, karya ilmiah dan pendapat para pakar hukum.

c) Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan yang memeberikan pentunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder KBBI

dan ensiklopedia.

4. Teknik/Cara Memeperoleh Bahan Hukum

Teknik Pengumpulan bahan hukum yang penyusun gunakan adalah

dengan menggunakan studi dokumen yaitu penelusuran bahan hukum

yang meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum

primer, sekunder dan bahan hukum tersier. Setiap bahan hukum ini harus

diperiksa ulang validitas dan realibilitasnya. Dalam penyusunan proposal

ini, penyusun mencari dan mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan baik

peraturan perundang-undangan, hasil-hasil penelitian hukum, makalah-

makalah, jurnal-jurnal hukum maupun para sarjana yang berhubungan

dengan topik atau judul tersebut. 67

67

Ana Rahmatyar, Skripis, Pertanggungjawaban Anak yang Melakukan Kejahatan Kesusilaan,

Mataram, UNRAM, 2018, hal. 46.

Page 65: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAI DELIK …

50

5. Analisis Bahan Hukum

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan penafsiran hukum, dalam tulisan ini penafsiran yang

digunakan adalah penafsiran sistematis, penafsiran sistematis adalah

menafsirkan undang-undang dengan jalan menghubungkan pasal yang satu

dengan pasal yang lain. Setelah dilakukan pengumpulan bahan hukum

selanjutnya adalah pengolahan bahan hukum dengan cara identifikasi,

kalsifikasi menurut sumber hirarkinya serta melakukan kajian dan analisis

dengan menggunakan interpretasi untuk dapat memecahkan isu hukum.68

68

Ibid.