tindak pidana pencucian uang
DESCRIPTION
Rahasia bank dalam rangka memberantas tindak pidana pencucian uang.TRANSCRIPT
Nama : Aulia Layinna Khoirunisa Mata Kuliah: Hukum Perbankan NPM : 1406509870
1
TUGAS VII
1. Jelaskan pengecualian-pengecualian rahasia bank dalam rangka memberantas Tindak
Pidana Pencucian Uang (“TPPU”)?
Sesuai Pasal 1 ayat 28 Undang-undang No.10 Tahun1998 (“UU Perbankan”) Rahasia Bank
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan
dan Simpanannya.
Di dalam Pasal UU Perbankan sendiri secara eksplisit disebutkan bahwa lingkup rahasia
bank adalah bukan saja menyangkut simpanan nasabah, tetapi juga (identitas) nasabah
penyimpan yang memiliki simpanan tersebut. Bahkan dalam rumusan Pasal 40, “Nasabah
Penyimpan” disebut lebih dahulu daripada “Simpanannya”
Menurut pasal 47 ayat (2) UU Perbankan, yang berkewajiban memegang teguh rahasia bank
adalah:
Anggota Dewan Komisaris Bank
Anggota Direksi Bank
Pegawai Bank
Pihak terafiliasi lainnya dari Bank
Kerahasiaan keterangan tersebut dapat dikecualikan dalam hal urusan sebagai berikut:
a. Untuk Kepentingan Perpajakan (Pasal 41 UU Perbankan)
b. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara (Pasal 41 A UU Perbankan)
c. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana (Pasal 42 UU Perbankan)
d. dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya (Pasal 43 UU Perbankan).
e. Dalam rangka tukar menukar informasi di antara bank kepada bank lain (Pasal 44 UU
Perbankan)
f. Atas persetujuan, permintaan atau kuasa dari nasabah penyimpanan secara tertulis (Pasal
44A ayat (1) UU Perbankan)
g. Atas permintaan ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan dana yang telah meninggal
dunia (Pasal 44A ayat (2) UU Perbankan)
Nama : Aulia Layinna Khoirunisa Mata Kuliah: Hukum Perbankan NPM : 1406509870
2
Pencucian Uang menurut Pasal 1 butir 1 UU No. 25 tahun 2003 tentang TPPU adalah
perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,
menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya
atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana
dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
sehingga seolah-olah harta kekayaan yang sah. Yang dimaksud dengan Pencucian Uang
menurut Pasal 1 butir 1 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang (“UU TPPU”) yaitu segala perbuatan yang memenuhi unsur-
unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan UU TPPU tersebut.
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 39 UU TPPU, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (“PPATK”) mempunyai tugas untuk mencegah dan memberantas tindak Pidana
Pencucian Uang. PPATK dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya mempunyai
pengecualian dalam hal kerahasiaan, seperti yang dijelaskan di dalam Pasal 45 UU TPPU.
Pasal 72 TPPU menjelaskan bahwa untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara pidana
Pencucian uang, penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang meminta untuk
memberikan keterangan secara tertulis mengenai kekayaan daru orang yang telah dilaporkan
oleh PPATK, tersangka dan terdakwa. Sehingga walaupun hal ini tidak termasuk dalam
pengecualian-pengecualian yang telah disebutkan sebelumnya, hal mengenai kerahasian bank
ini dapat dilangkahi.
2. Apa beda penundaan transaksi, penghentian, pemblokiran, dan penyidtaan asset hasil
tindak pidana?
a. Penundaan Transaksi: paling lalma 5 (lima) hari kerja transaksi dilakukan apabila
penundaan transaksi dilakukan sampai dengan hari ke-5, maka bank harus memutuskan
akan melaksanakan transaksi atau menolak transaksi. (Pasal 26 UU TPPU).
Menurut Pasal 70 UU TPPU penundaan transaksi dapat juga dilakukan oleh penyidik,
penuntut umum, atau hakim yang berwenang apabila transaksi patut diduga merupakan
hasil tindak pidana.
Hal-hal yang dapat menjadi alasan dilakukannya penundaan oleh bank adalah sebagai
berikut:
Nama : Aulia Layinna Khoirunisa Mata Kuliah: Hukum Perbankan NPM : 1406509870
3
i. melakukan Transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal
dari hasil tindak pidana
ii. memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak
pidana, atau
iii. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu.
b. Penghentian Transaksi dapat dimintakan kepada bank dalam hal apabila PPATK
melakukan pemeriksaan terhadap kasus transaksi keuangan yang mencurigakan yang
diindikasikan adanya tindak pidana pencucian uang atau tindak pidana lain dalam waktu
5 (lima) hari kerja dan adapt diperpanjang penghentian transaksi sementara dalam waktu
20 (dua puluh) hari sejak penghentian sementara. Apabila dalam kurun waktu tersebut
tidak terdapat adanya keberatan maka PPATK dapat melakukan penyidikan. (Pasal 64
dan 65 UU TPPU).
c. Pemblokiran Transaksi menurut Pasal 71 UU TPPU dapat dilakukan oleh penyidk,
penuntut umum atau hakim yang berwenang apabila harta kekayaan diketahui atau
diduga merupakan hasil tindak pidana dari orang yang dilaporkan oleh PPATK kepada
penyidik paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja, apabila lewat dari 30 (tiga puluh) hari,
maka pelapor wajib mengakhiri pemblokiran tersebut.
d. Penyitaan aset dapat dilakukan oleh jaksa penuntut umum melalui perintah hakim
apabila terdapat indikasi bahwa harta kekayaan/aset dalam hal diperoleh bukti yang
cukup bahwa harta kekayaan tersebut dicurigai sebagai hasil pencucian uang atau
merupakan hasil tindak pidana. (Pasal 81 UU TPPU)
3. Jelaskan pendapat anda tentang penyidik perkara TPPU yang dijelaskan di dalam
Pasal 74?
Penjelasan Pasal 74 UU TPPU menjelaskan bahwa Penyidik Tindak Pidana Asal adalah
adalah pejabat dari instansi yang oleh undang-undang diberi kewenangan untuk melakukan
penyidikan, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan
Korupsi (“KPK”), Badan Narkotika Nasional (“BNN”), serta Direktorat Jenderal Pajak dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penyidik
tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang apabila
Nama : Aulia Layinna Khoirunisa Mata Kuliah: Hukum Perbankan NPM : 1406509870
4
menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat
melakukan penyidikan tindak pidana asal (predicate crimes) sesuai kewenangannya.
Kewenangan yang diberikan kepada pejabat atau instansi yang melakukan penyidikan tindak
pidana asal ini tidak lain adalah untuk menelusuri harta kekayaan yang merupakan hasil
tindak pidana sesuai dengan tindak pidana asalnya secara lebih komprehensif. Hal ini
didasari oleh berbagai macam tindak pidana asal dalam bidang yang berbeda-beda yang
disembunyikan seolah-olah menjadi sah melalui proses pencucian uang, sehingga apabila
kewenangan tersebut didelegasikan kepada instansi yang paling berhubungan maka
penyidikan dan penyelidikan akan lebih optimal dan efisien.
4. Non conviction base/aset konfeksion Pasal 67, dan Peraturan MA No. 1 Tahun 2013,
Jelaskan non conviction base.
Perma Nomor 1 Tahun 2013 merupakan jawaban terhadap kebutuhan hukum, khususnya
berkait penanganan perkara tipikor atau tindak pidana lain. Sementara PPATK banyak
mendapatkan laporan rekening tak bertuan dengan jumlah nominal sangat besar, dari luar
negeri Sebagai tindak lanjutnya, Mahkamah Agung mengeluarkan SE No. 3/ 2013 kepada
ketua Pengadilan Negeri itu antara lain menegaskan syarat pengajuan permohonan
penanganan harta kekayaan berikut kelengkapannya. Jadi, berdasarkan Perma dan SE
tersebut, maka tak ada keraguan lagi untuk hakim memutuskan aset/harta kekayaan yang
dimohonkan sebagai aset negara harus dirampas untuk negara.
Perma Nomor 1 Tahun 2013 merupakan jawaban terhadap kebutuhan hukum, khususnya
terkait penanganan perkara tindak pidana korupsi atau tindak pidana lain. Kelahiran Perma
itu dilatarbelakangi kekosongan hukum acara untuk pelaksanaan Pasal 67 UU TPPU.
Tata cara pengajuan permohonan penentuan status harta kekayaan yang diatur dalam Perma
Nomor 1 Tahun 2013, hampir sama dengan acara pemeriksaan singkat dalam perkara tindak
pidana ringan (tipiring) yang terletak pada kewenangan penyidik, yang dapat langsung
mengajukan ke persidangan tanpa melalui penuntut umum. Adapun permohonan penanganan
harta kekayaan yang dilakukan penyidik cukup memberitahukan ke Jaksa sebagaimana
layaknya surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP).
Nama : Aulia Layinna Khoirunisa Mata Kuliah: Hukum Perbankan NPM : 1406509870
5
Kedua, perampasan aset tanpa tuntutan pidana. Selama ini, dalam praktik penegakan dan
penuntutan perkara pidana dan penentuan status aset/harta kekayaan yang diduga berasal dari
hasil kejahatan dilakukan sesudah atau bersamaan dengan pembuktian kesalahan atau
penghukuman. Adapun Perma Nomor 1 Tahun 2013 fokus pada pemeriksaan aset/harta
kekayaan, termasuk memutuskan statusnya apakah dirampas sebagai aset negara ataukah
dikembalikan kepada yang berhak.
Ketiga; efektivitas proses penentuan aset/harta kekayaan. Pasal 7 Perma itu mengadopsi
ketentuan Pasal 86 KUHAP. Termasuk memberikan ruang terhadap pimpinan instansi
penyidik untuk mengusulkan tempat sidang, ketika karena alasan tertentu tidak
memungkinkan memeriksa suatu permohonan harta kekayaan. Perma tersebut memberikan
hak keleluasaan kepada penyidik untuk menentukan pengadilan negeri tertentu, ketika harta
kekayaan berada di wilayah hukum beberapa pengadilan.
Perampasan aset menurut asas ini dimungkinkan dan diperlukan untuk dilakukan tanpa harus
menunggu putusan pidana tentang pernyataan kesalahan dan penghukuman bagi pelaku
tindak pidana karena teknologi yang semakin maju serta menggunakan rekening fiktif untuk
menyembunyikan hasil tindak pidananya dikhawatirkan akan dapat melarikan aset yang
seharusnya disita atau dirampas.
5. Menurut pendapat anda apakah Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”) berwenang
untuk menyidik & menuntut TPPU yang berasal dari korupsi?
Pasal 74 UU TPPU menyebutkan bahwa Penyidikan tindak pidana Pencucian Uang
dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain menurut UU TPPU
tersebut sesuai dengan penjelasan Pasal 74 UU TPPU tersebut KPK merupakan salah satu
pihak atau instansi yang berwenang dalam melakukan pentidikan TPPU, sehingga KPK
menurut UU TPPU ini memang diberikan suatu kewenangan dalam menyidik dan menuntut
TPPU yang berasal dari tindak pidana korupsi dimana hal ini juga ditegaskan di dalam Pasal
51 ayat 2 Undang-undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.