ti 462009007 bab iv -...

28
49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang. Penelitian dilakukan mulai tanggal 6 Mei 2013 sampai 11 Mei 2013. Penelitian dilakukan di ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono. Peneliti memilih ruangan tersebut karena beberapa faktor yaitu : 1. Ruangan tersebut termasuk ruangan khusus pria 2. Jumlah populasi dan sampel di ruangan tersebut mampu memenuhi syarat penelitian bagi peneliti Peneliti melakukan penelitian dengan cara mengikuti jam dinas jaga perawat di ruangan tersebut, namun peneliti hanya mengikuti jam dinas pagi yang dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Peneliti memulai penelitian dengan berinteraksi dengan pasien untuk menciptakan suatu kenyamanan bagi pasien karena akan sulit apabila melakukan penelitian pada pasien dengan gangguan jiwa tanpa melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya). Setelah pasien cukup merasa nyaman dengan peneliti maka penelitian dapat

Upload: lekien

Post on 26-Jun-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Orientasi Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend

Sudiarto No. 347 Semarang. Penelitian dilakukan mulai tanggal

6 Mei 2013 sampai 11 Mei 2013. Penelitian dilakukan di

ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono. Peneliti

memilih ruangan tersebut karena beberapa faktor yaitu :

1. Ruangan tersebut termasuk ruangan khusus pria

2. Jumlah populasi dan sampel di ruangan tersebut mampu

memenuhi syarat penelitian bagi peneliti

Peneliti melakukan penelitian dengan cara mengikuti jam

dinas jaga perawat di ruangan tersebut, namun peneliti hanya

mengikuti jam dinas pagi yang dimulai pukul 07.00 WIB sampai

pukul 14.00 WIB. Peneliti memulai penelitian dengan

berinteraksi dengan pasien untuk menciptakan suatu

kenyamanan bagi pasien karena akan sulit apabila melakukan

penelitian pada pasien dengan gangguan jiwa tanpa melakukan

BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya). Setelah pasien cukup

merasa nyaman dengan peneliti maka penelitian dapat

Page 2: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

50

dilakukan dengan cara pasien mengisi angket yang sudah

peneliti siapkan dengan didampingi peneliti.

4.2 Persiapan Penelitian

4.2.1 Penyusunan Alat Ukur

a. Angket Kemampuan interaksi Sosial

Alat ukur yang digunakan dalan penelitian ini

mengacu pada aspek–aspek interaksi sosial menurut

Soekanto (2006), yaitu kontak sosial, komunikasi,

identitas kelompok, imitasi dan simpati.

Untuk skala kemampuan interaksi sosial peneliti

menggunakan skala Likert yang hanya terdiri dari

pernyataan favorable yang berjumlah 32 item, dimana

setiap item memiliki 4 alternatif jawaban yaitu selalu

(SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP).

Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah

memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya.

Bagi pernyataan yang bersifat favorable, subjek

memperoleh nilai 4 untuk jawaban selalu (SL), nilai 3

untuk jawaban sering (SR), nilai 2 untuk jawaban jarang

(JR), dan 1 untuk jawaban tidak pernah (TP).

Page 3: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

51

Tabel 1.1 Sebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013

Aspek Indikator Sebaran Item

Jumlah Favorable

Kontak Sosial a. ketika mengalami masalah banyak teman yang menolong

1,6 6

b. teman yang sedang mengalami kesulitan meminta pertolongan

11,16

c. mempunyai hubungan yang baik dengan teman-teman

21,25

Komunikasi a. banyak diajak berbicara dengan teman untuk bertukar pengalaman

2,7 9

b. teman dapat menerima dengan mudah tentang sesuatu yang disampaikan

12,17

c. dapat menegur orang lain

22,26

d. dapat menyampaikan pendapat kepada orang lain

29,31,32

Identitas Kelompok a. bersama dengan teman-teman menjenguk teman lain yang sedang sakit

3 7

b. sedih ketika sudah lama tidak berjumpa dengan teman

8,13

c. selalu membicarakan sesuatu terlebih dahulu di dalam kelompok

d. merasa teman-teman adalah bagian dari hidup

18,23

27,30

Imitasi a. Cara berpakaian banyak meniru orang lain

4 4

b. Meniru hal-hal baik 9,14

Page 4: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

52

dari teman-teman

Simpati

c. meniru cara berpikir orang lain yang sesuai

a. segera menjenguk teman yang sakit

b. ikut senang dengan kebahagiaan teman

c. memberi penghiburan pada teman yang sedih

19

5,10

15,20

24,28

6

b. Angket Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Untuk skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi,

peneliti menggunakan skala Likert yang hanya terdiri dari

pernyataan favorable dimana setiap item memiliki 4 pilihan

jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak

pernah (TP). Hal ini bertujuan agar subjek dapat dengan mudah

memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya. Bagi

pernyataan yang bersifat favorable, subjek memperoleh nilai 4

untuk jawaban selalu (SL), nilai 3 untuk jawaban sering (SR),

nilai 2 untuk jawaban jarang (JR), dan 1 untuk jawaban tidak

pernah (TP).

Page 5: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

53

Tabel 1.2 Sebaran Item Skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013

Aspek Indikator Sebaran Item

Total Item

1. Memperkenalkan diri

2. Berkenalan dengan anggota kelompok

3. Bercakap-cakap dengan anggota kelompok

4. Bercakap-cakap

topik tertentu

5. Bercakap-cakap masalah pribadi

6. Bekerjasama dalam permainan kelompok

7. Menyampaikan manfaat dari TAKS

a. Dapat menyebutkan nama lengkap b. Dapat menyebutkan nama panggilan c. Dapat menyebutkan hobi d. Dapat menyebutkan alamat a. Dapat menanyakan nama lengkap b. Dapat menanyakan nama panggilan c. Dapat menanyakan hobi d. Dapat menanyakan alamat a. Selalu memulai pembicaraan b. Mengajukan pertanyaan dengan jelas

c. Mengajukan pertanyaan secara spontan

d. Menjawab secara ringkas

e. Menjawab dengan spontan

a. Menyampaikan topik dengan jelas b. Memilih topik yang sesuai c. Memberi pendapat dengan jelas a.Selalu membicarakan masalah pribadi

dengan teman

a. Selalu ingin mengikuti permainan di dalam kelompok

a. Dapat menyebutkan manfaat dari

kegiatan TAKS b. Dapat memberikan pendapat tentang

kegiatan TAKS

1 8

15 19

2 9

16,20 23

3

10

17,21

24

26

4

11,18 22,25

5,12

6,13

7,14

4

5

6

5

2

2

2

Page 6: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

54

4.2.2 Perizinan

Dalam proses ini diawali dengan meminta tanda tangan

dari kedua pembimbing lalu mengusulkan kepada Fakultas

Ilmu Kesehatan, Program Studi Ilmu Keperawatan agar

mengeluarkan surat izin penelitian untuk rumah sakit. Pada

tanggal 5 Maret 2013 dikeluarkan surat izin untuk penelitian

awal atau uji coba instrumen penelitian ke Rumah Sakit Jiwa

Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pada tanggal 6

Maret 2013 peneliti langsung menuju ke Rumah Sakit Jiwa

Daerah Dr. Amino Gondohutomo untuk menyerahkan surat

tersebut tepatnya ke bagian Diklat Rumah Sakit Jiwa Daerah

Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Akhirnya pada tanggal 18 Maret 2013 peneliti

mendapat informasi bahwa surat izin dari pihak rumah sakit

bahwa peneliti diizinkan melakukan uji coba instrumen sudah

dikeluarkan, dan pada tanggal 20 Maret 2013 peneliti kembali

datang ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo

Semarang untuk mengambil surat izin dari rumah sakit dan

kembali memberikan surat pengantar dari Fakultas Ilmu

Kesehatan untuk penelitian yang sebenarnya.

Page 7: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

55

4.2.3 Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur yang dilakukan peneliti menggunakan

metode try out. Pelaksanaan try out ini dilakukan pada tanggal

19 April 2013 sampai 22 April 2013 dengan total responden

berjumlah 30 responden yang juga memiliki diagnosa harga diri

rendah.

4.2.3.1 Uji Validitas

Dalam uji validitas dan reabilitas alat ukur

menggunakan bantuan komputer dengan program Statistical

Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. Uji validitas

pada angket kemampuan interaksi sosial dan angket Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi menggunakan teknik korelasi

Pearson Product Moment.

a) Uji Validitas Angket Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi

Angket Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

terdiri dari 26 item yang terdiri dari item favorable. Dari

hasil analisa validitas item ditemukan bahwa item yang

gugur yaitu item nomor 16 dan 26. Item yang gugur ialah

item yang bergerak dibawah 0,361 (Sugiyono, 2011).

Susunan item skala Terapi Aktivitas Kelompok

Page 8: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

56

Sosialisasi yang valid dan gugur dapat dilihat dalam

tabel 1.3.

Tabel 1.3

Sebaran Item Valid Skala Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013

Aspek Sebaran

Item Favorable

Jumlah

1. Memperkenalkan diri 1,8,15,19 4

2. Berkenalkan dengan anggota kelompok

3. Bercakap-cakap dengan anggota kelompok

4. Bercakap-cakap topik tertentu

5. Bercakap-cakap masalah pribadi

6. Bekerjasama dalam permainan kelompok

7. Menyampaikan manfaat dari TAKS

2,9,16*,20,23 3,10,17,21,24,26*

4,11,18,22,25

5,12

6,13

7,14

5

6

5

2

2

2

Keterangan : yang diberi tanda (*) item gugur.

b) Uji Validitas Angket Kemampuan Interaksi Sosial

Angket kemampuan interaksi sosial terdiri dari 32

item yang terdiri dari item favorable. Berdasarkan hasil

analisa validitas item ditemukan bahwa item yang gugur

yaitu item nomor 14, 24, 26 dan 28. Item yang gugur

ialah item yang bergerak dibawah 0,361 (Sugiyono,

Page 9: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

57

2011). Susunan item skala kemampuan interaksi sosial

yang valid dan gugur dapat dilihat di dalam tabel (tabel

1.4) di bawah ini.

Tabel 1.4

Sebaran Item Valid Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013

Aspek Penyebaran Jumlah Item Favorable Kontak Sosial 1,6,11,16,21,25 6 Komunikasi 2,7,12,17,22,26*,29,31,32 9 Identitas Kelompok 3,8,13,18,23,27,30 7 Imitasi 4,9,14*,19 4 Simpati 5,10,15,20,24*,28* 6 Keterangan : yang diberi tanda (*) item gugur.

4.2.3.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah kesamaan hasil

pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan

hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu

yang berlainan (Nursalam, 2008).

Menurut Azwar (2000) yang dikutip dari Tandy

(2007) menuliskan bahwa uji reliabilitas ini

menggunakan standart Alfa Cronbach, yaitu:

α < 0,7 = Tidak reliabel 0,7 ≤ α ≤ 0,799 = Cukup 0,8 ≤ α ≤ 0,899 = Baik 0,9 ≤ α ≤ 1,0 = Sangat reliabel

Dengan bantuan dari Statistical Product and

Service Solution for Windows (SPSS) versi 17.0 dapat

Page 10: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

58

dihitung nilai koefisien Alpha Crobach dari variabel

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan variabel

kemampuan interaksi sosial dalam tabel (tabel 1.5)

sebagai berikut.

Tabel 1.5 Interpretasi Nilai Reliabilitas Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang −−−−

Jawa Tengah Pada Tahun 2013

Variabel Koefisien Keterangan Alpha Cronbach Terapi Aktivitas Kelompok 0,923 Sangat Reliabel Sosialisasi Kemampuan Interaksi Sosial 0,928 Sangat Reliabel

Dari Tabel 1.5 diatas dapat dilihat bahwa variabel

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi memiliki koefisien

korelasi sebesar 0,923 dimana (0,9 ≤ α ≤ 1,0) maka

dapat diinterpretasikan bahwa nilai reliabilitasnya sangat

reliabel. Sedangkan variabel kemampuan interaksi sosial

memiliki koefisien korelasi sebesar 0,928 dimana (0,9 ≤

α ≤ 1,0) maka dapat diinterpretasikan bahwa nilai

reliabilitasnya sangat reliabel.

4.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dari tanggal 6 Mei

2013 – 11 Mei 2013. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Page 11: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

59

Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan

memakai 3 ruangan yaitu ruang Gatotkoco, Hudowo dan Irawan

Wibisono. Jumlah responden yang didapatkan ialah 35 orang,

yang jumlahnya sama dengan jumlah sampel yang ditargetkan

oleh peneliti.

Proses penelitiannya adalah angket yang disiapkan oleh

peneliti diberikan langsung ke masing-masing pasien yang

memiliki karakter sesuai dengan karakter responden yang

diharapkan oleh peneliti. Responden yang bersedia mengisi

kuesioner akan menjawab sendiri dan mengisi kuesioner secara

mandiri tetapi tetap didampingi oleh peneliti. Namun, bila

responden merasa sulit memahami dapat dijelaskan secara

langsung oleh peneliti untuk dibacakan dan dituliskan

jawabannya sesuai dengan keinginan responden.

Walaupun terdapat berbagai kesulitan seperti banyak

responden yang menolak mengisi angket namun seluruh angket

yang ditargetkan oleh peneliti dapat terisi 35 orang responden.

Page 12: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

60

4.4 Kriteria Responden Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapatkan

bahwa karakteristik responden tersebut ialah sebagai berikut.

Tabel 1.6 Karakteristik Responden Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang

Tahun 2013

Karakteristik Jumlah Persentase (%)

Usia

< 25 tahun 4 11 %

25 - 50 tahun 29 83 %

> 50 tahun 2 6 %

Lama Dirawat

< 20 hari

20 – 30 hari >30 hari

12

19

4

34%

54%

12%

Pernah Dirawat 1 kali 2 kali

28 7

80% 20%

Sumber : Data Primer

1. Kriteria Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat

usia pasien harga diri rendah memiliki rentan usia yang

berbeda-beda. Peneliti mengelompokkan tingkat usia

Page 13: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

61

responden menjadi 3 kelompok usia yaitu < 25 tahun, 25-50

tahun, > 50 tahun.

Berdasarkan tabel diatas (Tabel 1.6) dapat dilihat

bahwa tingkat usia yang dominan 83% jumlah responden

pada usia produktif (25-50 tahun), 11% responden pada

usia dengan risiko tinggi gangguan jiwa. Sedangkan 6%

responden yang tergolong lanjut usia (> 50 tahun).

2. Kriteria Responden Berdasarkan Lama Dirawat Di

Rumah Sakit

Peneliti mendapatkan data primer dari responden

berdasarkan waktu atau berapa lama pasien dirawat di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo, dapat

dilihat di tabel (Tabel 1.6) bahwa waktu atau berapa lama

pasien dirawat dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, < 20

hari, 20–30 hari dan > 30 hari.

Responden yang paling dominan ialah dengan lama

waktu dirawat antara 20–30 hari dengan persentase 54%,

lalu dengan lama waktu dirawat < 20 hari dengan 34% dan

dengan lama waktu dirawat > 30 hari dengan 12%.

Page 14: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

62

3. Kriteria Responden Berdasarkan Riwayat Dirawat Di

Rumah Sakit

Untuk kriteria berdasarkan riwayat dirawat dirumah

sakit peneliti menggolongkan menjadi 2 karena responden

yang diteliti hanya pernah dirawat 1 kali dan 2 kali. Untuk

persentase pasien yang pertama kali dirawat menjadi paling

dominan sebesar 80% sedangkan responden yang memiliki

atau pernah dirawat sebelumnya sebesar 20% saja.

4.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian analisa data digunakan untuk

memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut

(Notoadmodjo, 2010). Perhitungan ini dibantu menggunakan

program komputer Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 17.0.

4.5.1 Statistik Deskriptif

Analisa deskriptif menunjukkan bahwa variabel

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan variabel

kemampuan interaksi sosial memiliki jumlah respondennya

sebanyak 35 orang. Skor kemampuan variabel Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi memiliki skor minimum 61,

skor maksimumnya 83, nilai rata-rata 73,71, sedangkan

untuk standar deviasinya adalah 4,105. Sedangkan interaksi

sosial memiliki skor minimum 81 dan skor maksimum 98.

Page 15: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

63

Nilai rata-rata untuk kemampuan interaksi sosial yaitu 86,2,

sedangkan standar deviasi ialah 3,358.

Sedangkan kategorisasi hasil pengukuran variabel

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, menggunakan 5

kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan

sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid sebanyak 24

item, 4 untuk skor maksimal, dan 1 untuk skor minimal. Jadi,

perhitungannya adalah jumlah skor minimal 4 x 24 (item

valid) = 96. Jumlah skor minimal 1 x 24 (item valid) = 24.

Lebar interval dapat diukur sebagai berikut.

Rumus :

(i) = �����

� = 12,6

(i) = �����

� = 14,4

Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran

variabel Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dapat

dikategorikan sebagai berikut.

81,6 ≤ x ≤ 96 = Sangat Tinggi 67,2 ≤ x ≤ 81,6 = Tinggi 52,8 ≤ x ≤ 67,2 = Sedang 38,4 ≤ x ≤ 52,8 = Rendah 24 ≤ x ≤ 38,4 = Sangat Rendah

Interval(�) =SkorTertinggi − SkorTerendah

BanyakPilihan

Page 16: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

64

Tabel 1.7 Hasil Kategorisasi Pengukuran Variabel Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran variabel

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (Tabel 1.7),

didapatkan bahwa 3% responden memiliki skor Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang kategorinya sangat

tinggi, 91% responden memiliki kategori tinggi, 6%

responden pada kategori sedang. Sedangkan responden

dengan kategori rendah dan sangat rendah memiliki

persentase 0%. Dengan demikian, secara umum variabel

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi berada pada kategori

tinggi. Sedangkan untuk mengkategorikan tinggi rendahnya

hasil pengukuran variabel kemampuan interaksi sosial,

menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,

rendah dan sangat rendah. Oleh karena jumlah item valid

sebanyak 28 item, 4 untuk skor maksimal, dan 1 untuk skor

minimal. Jadi, perhitungannya adalah jumlah skor minimal 4

Kategori Frekuensi N Persentase (%)

Sangat Tinggi 81,6 ≤ x ≤ 96 1 3 %

Tinggi 67,2 ≤ x ≤ 81,6 32 91 %

Sedang 52,8 ≤ x ≤ 67,2 2 6 %

Rendah 38,4 ≤ x ≤ 52,8 0 0 %

Sangat Rendah 24 ≤ x ≤ 38,4 0 0 %

Page 17: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

65

x 28 (item valid) = 112. Jumlah skor minimal 1 x 28 (item

valid) = 28. Lebar interval dapat diukur sebagai berikut.

Rumus :

(i) = ������

� = 16,8

Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran varibel

kemampuan interaksi sosial dapat dikategorikan sebagai

berikut.

95,2 ≤ x ≤ 112 = Sangat Tinggi 78,4 ≤ x ≤ 95,2 = Tinggi 61,6 ≤ x ≤ 78,4 = Sedang 44,8 ≤ x ≤ 61,6 = Rendah 28 ≤ x ≤ 44,8 = Sangat Rendah

Interval(�) =SkorTertinggi − SkorTerendah

BanyakPilihan

Page 18: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

66

Tabel 1.8 Hasil Kategorisasi Pengukuran Variabel Kemampuan Interaksi Sosial Pada

Pasien Harga Diri Rendah Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang – Jawa Tengah Pada Tahun 2013

Kategori Frekuensi N Persentase

(%)

Sangat Tinggi 95,2 ≤ x ≤ 112 1 3 %

Tinggi 78,4 ≤ x ≤ 95,2 34 97 %

Sedang 61,6 ≤ x ≤ 78,4 0 0 %

Rendah 44,8 ≤ x ≤ 61,6 0 0 %

Sangat Rendah 28 ≤ x ≤ 44,8 0 0 %

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran Variabel

kemampuan interaksi sosial (Tabel 1.8), didapatkan bahwa 3%

responden memiliki skor kemampuan interaksi sosial yang

kategorinya sangat tinggi, 97% responden memiliki kategori tinggi.

Sedangkan pada kategori sedang, rendah dan sangat rendah

masing-masing memiliki 0% responden. Dengan demikian secara

umum kemampuan interaksi sosial berada pada kategori tinggi.

Page 19: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

67

4.5.2 Uji Asumsi Data

4.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan suatu uji yang digunakan

untuk menguji data apakah data berdistribusi normal

(Usman, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

uji Saphiro Wilk karena menggunakan sampel kurang dari

atau sama dengan 50 orang (Dahlan, 2009). Uji ini

menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 17.0.

Dari hasil uji One Saphiro Wilk dapat diketahui

bahwa data dari uji normalitas variabel Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi memiliki nilai signifikan (p) sebesar

0,078, dimana nilai (p > 0,05) maka diinterpretasikan data

berdistribusi normal. Sedangkan variabel kemampuan

interaksi sosial memiliki nilai signifikan (p) sebesar 0,012,

dimana nilai (p < 0,05) maka diinterpretasikan data tidak

berdistribusi normal.

4.5.2.2 Uji Linearitas

Uji linearitas merupakan uji yang mencari persamaan

garis regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y

(Sulistyo, 2010). Uji linearitas yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan ANOVA tabel yang dilakukan

Page 20: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

68

menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 17.0. Berdasarkan uji Anova dapat

dilihat bahwa Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan

kemampuan interaksi sosial memiliki distribusi yang normal

terbukti dengan adanya nilai signifikansi (p) 0,426 dimana (p

> 0,05) maka dapat disimpulkan sampel yang diambil dari

populasi tersebut berdistribusi normal.

4.5.3 Hasil Analisa Data

Penggunaan metode analisa data korelasi Pearson

Product Moment (PPM) adalah teknik korelasi yang digunakan

untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan

dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau

ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut

adalah sama (Sugiyono, 2010). Dimana teknik analisa datanya

menggunakan bantuan dari Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 17.0.

Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji korelasi

Product Moment diperoleh hasil koefisien korelasi (r) yaitu

sebesar 0,179 dengan taraf signifikan (p) 0,303 dimana (p >

0,05) maka hipotesis ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan antara Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga

Page 21: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

69

diri rendah di bangsal pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino

Gondohutomo Semarang.

4.5.4 Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pasien dengan

harga diri rendah yang mencukupi atau memenuhi syarat

penelitian terdapat di ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan

Wibisono. Dilihat dari tanda dan gejala yang ada pasien yang

terdapat di ruangan Gatotkoco, Hudowo dan Irawan Wibisono

sesuai dengan data yang terdapat di catatan medis pasien

diruangan dan dapat disimpulkan bahwa beberapa pasien

diruangan tersebut adalah pasien dengan gangguan harga diri

rendah, tanda dan gejala tersebut diantaranya, sulit bergaul,

memiliki pandangan hidup yang pesimis, merasa dirinya tidak

mampu melakukan segala sesuatu (Yosep, 2011).

4.6 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data diperoleh hasil koefisien

korelasi (r) yaitu sebesar 0,179 dengan taraf signifikan 0,303

dimana (p > 0,05) maka hipotesis ditolak. Artinya tidak ada

hubungan antara Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan

kemampuan interaksi sosial pasien harga diri rendah di bangsal

pria Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo

Page 22: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

70

Semarang. Setelah peneliti melakukan penelitian ini, peneliti

melihat bahwa untuk frekuensi dari Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi yang dilakukan di rumah sakit sudah dalam kategori

tinggi dengan persentase 91%, dan untuk kemampuan interaksi

sosial pun juga dalam kategori tinggi dengan persentase

sebesar 94%.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggolongkan

kriteria responden berdasarkan tingkat usia, lama dirawat di

rumah sakit, dan riwayat dirawat di rumah sakit. Responden

dengan tingkat usia yang paling dominan adalah 83% jumlah

responden pada usia produktif (25-50 tahun), 11% responden

pada usia dengan risiko tinggi gangguan jiwa. Sedangkan 6%

responden yang tergolong lanjut usia (> 50 tahun). Sedangkan

untuk kategori lama dirawat di rumah sakit responden yang

paling dominan ialah dengan lama waktu dirawat antara 20 – 30

hari dengan persentase 54%, lalu dengan lama waktu dirawat <

20 hari dengan 34% dan dengan lama waktu dirawat > 30 hari

dengan 12%. Dan untuk kategori riwayat dirawat di rumah sakit

persentase pasien yang pertama kali dirawat menjadi paling

dominan sebesar 80% sedangkan responden yang memiliki

atau pernah dirawat sebelumnya sebesar 20% saja.

Page 23: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

71

Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan kemampuan

interaksi sosial pasien harga diri rendah di bangsal pria Rumah

Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang

dikarenakan beberapa faktor: motivasi dari diri sendiri, peran

perawat tiap ruangan dan kurang efektivitasnya terapi aktivitas

kelompok yang diberikan, meskipun terapi aktivitas kelompok

sudah dilakukan namun apabila tidak terstruktur maka akan

berdampak pada kurangnya efektivitas Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi yang diberikan pada pasien.

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya

memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial

yang bertujuan untuk menolong klien dalam berhubungan

dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan,

berdiskusi, bercerita tentang diri sendiri pada kelompok,

menyapa teman dalam kelompok (Keliat, 2012).

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi juga bermanfaat

untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal

dengan karakteristik: klien yang kurang minat mengikuti

kegiatan/tidak ada inisiatif, menarik diri dan kurang kegiatan

sosial, harga diri rendah, klien gelisah, curiga, takut, cemas dan

sudah dapat berinteraksi dengan sehat fisik (Yosep, 2011).

Page 24: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

72

Dalam penelitian lain dituliskan bahwa dengan berkumpul

dengan kelompok atau mengikuti kegiatan dalam kelompok

dapat meningkatkan kualitas sosial dan kemampuan dalam

menghindari atau mengatasi stress (Cernat, 2011).

Peneliti melihat kenyataan yang sebenarnya di tempat

penelitian bahwa meskipun Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi sudah dilakukan untuk pasien tetapi apabila dari

dalam diri pasien tidak ada kemauan untuk bersosialisasi

dengan teman-temannya maka terapi yang sudah diberikan

tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Terlebih lagi faktor

kurangnya efektivitas bahkan tidak dilakukannya Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang diberikan tiap ruangan

pada pasien khususnya harga diri rendah menjadi salah satu

faktor tidak berdampak maksimal bagi kemampuan berinteraksi

sosial pasien karena Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi akan

efektif apabila diberikan satu atau dua kali setiap minggu atau

dapat direncanakan sesuai kebutuhan (Keliat, 2012).

Bahkan bagi pasien, apabila memiliki kemauan atau

dorongan dari dalam sendiri adalah syarat untuk dapat

berinteraksi sosial. Walaupun perawat ruangan memberikan

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi berulang–ulang pada

pasien khususnya harga diri rendah tetapi apabila mereka

merasa tidak mau, tidak tahu dan tidak mampu melakukan

Page 25: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

73

interaksi sosial maka pasien tidak melakukannya. Menurut teori

motivasi Victor Vroom tentang cognitive theory of motivation

menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan

sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun

hasil dari pekerjaan itu sangat ia inginkan. Menurut Vroom,

tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh beberapa

komponen yang salah satunya adalah harapan (Expectancy)

yang merupakan motivasi karena melihat pada keberhasilan

pada suatu tugas (Rama, 2007). Pada pasien harga diri rendah

memiliki motivasi yang salah satunya ingin mendapatkan

penghargaan (reward) karena berhasil melakukan suatu tugas.

Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang

terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis

mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara

individu dan kelompok (Soekanto, 2006). Manusia adalah

makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak pernah lepas

dari hubungan sesama manusia atau yang disebut interaksi

sosial, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan

sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar

satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama.

Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain,

tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang

dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa

Page 26: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

74

interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial

karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan

antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut

interaksi (Soekanto, 2006).

Penelitian menunjukan bahwa manusia dengan

gangguan intelektual dan gangguan mental tetap memerlukan

proses interaksi sosial untuk meningkatkan kualitas hidup

(Johnson, 2010). Interaksi sosial yang dilakukan pada pasien

harga diri rendah tidak hanya didominasi karena dorongan dan

motivasi pribadi saja tetapi juga karena ada faktor dari

dorongan, saran ataupun informasi yang diberikan oleh perawat

dan dokter. Pasien harga diri rendah secara umum enggan

untuk berinteraksi dengan teman–temannya karena mereka

menganggap mereka tidak percaya diri dengan kemampuan

yang mereka miliki atau merasa bahwa mereka tidak mampu

untuk berinteraksi sosial secara normal.

Dorongan dan saran yang diberikan oleh perawat

ruangan pun sudah dipatuhi oleh pasien namun tetap kembali

ke keinginan dari diri pasien tersebut, bila pasien melakukan

dengan tidak sungguh-sungguh tentu hasil yang diharapkan

tidak maksimal. Saran-saran yang akan dilakukan oleh pasien

ini membuktikan bahwa informasi-informasi dari petugas

kesehatan khususnya perawat memiliki peranan yang penting

Page 27: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

75

dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial pasien

dibandingkan hasil dari Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

yang diberikan (Novita, 2012).

4.7 Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatsan

yaitu: penelitian ini mengambil sampel dengan karakteristik

pasien yang sudah pernah mendapatkan terapi aktivitas

kelompok sosialisasi tetapi tidak ditentukan berapa kali sudah

mendapatkan sehingga data yang dihasilkan tidak maksimal

atau tidak sesuai dengan harapan, selain itu terdapat juga

pasien yang sudah lama dirawat namun jarang mendapat terapi

aktivitas kelompok sosialisasi sehingga juga berpengaruh pada

data yang didapatkan. Cara dalam mengumpulkan data juga

terdapat keterbatasan, dalam penelitian ini cenderung

menggunakan alat pengumpul data (angket), akan lebih baik

bila dilakukan dengan cara observasi dan dilengkapi dengan

alat pengumpul data (angket). Keterbatasan lain seperti dalam

hal komunikasi, peneliti kurang memahami maksud kalimat

yang diucapkan responden saat peneliti mencoba melakukan

bina hubungan saling percaya (BHSP) dan observasi karena

banyak responden menggunakan bahasa jawa. Kurangnya

waktu berinteraksi dengan responden juga menjadi salah satu

Page 28: TI 462009007 BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3844/5/T1_462009007_BAB IV.pdfSebaran Item Skala Kemampuan Interaksi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

76

keterbatasan dalam penelitian karena banyak responden yang

banyak menghabiskan waktu dengan mengikuti rehabilitasi

yang dilaksanakan oleh rumah sakit.