tht boyol

17
TUGAS BERSIN Disusun Oleh: Syahmi Amar G99122107 Pembimbing: Dr. Antonius Cristanto, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDANARANG

Upload: shinta-amalia-kartika

Post on 14-Apr-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bersin

TRANSCRIPT

TUGAS

BERSIN

Disusun Oleh:

Syahmi Amar

G99122107

Pembimbing:

Dr. Antonius Cristanto, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDANARANG

BOYOLALI

2014

1. Simtomatologi THT-KL

TELINGA

Keluhan utama telinga dapat berupa gangguan pendengaran, suara berdenging, rasa pusing yang

berputar, nyeri dalam telinga, keluar cairan dari telinga.

- Gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut terjadi pada satu atau

kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa

lama diderita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan

bising, pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi

virus seperti parotitis, influenza, dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran diderita

sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara.

- Telinga berbunyi (tinnitus), dapat berupa suara berdenging atau berdengung, yang

dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.

- Pusing berputar (vertigo), merupakan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh yang

disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga. Diabetes mellitus, hipertensi, penyakit

jantung, anemia, dapat juga menimbulkan keluhan vertigo dan tinnitus.

- Nyeri di dalam telinga (otalgia), pada kedua telinga atau salah satu telinga saja dan sudah

berapa lama. Nyeri alih ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi

mulut, dasar mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf

sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.

- Cairan keluar dari telinga (otorea), apakah cairan keluar dari kedua telinga atau salah satu

telinga, disertai rasa nyeri atau tidak, dan sudah berapa lama. Secret yang sedikit biasanya

berasal dari telinga luar. Sedangkan secret yang banyak dan mukoid berasal dari telinga

tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolestatom. Bila bercampur darah harus

dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor.

HIDUNG

Keluhan utama di hidung antara lain sumbatan hidung, secret di hidung dan tenggorok, bersin,

nyeri di daerah muka dan kepala, perdarahan dari hidung, dan gangguan penghidu.

- Sumbatan hidung, apakah terjadi terus menerus atau hilang timbul, pada satu atau kedua

lubang hidung atau bergantian, adakah riwayat kontak dengan bahan allergen, trauma

hidung, pemakaian obat tetes hidung, dalam jangka waktu lama, perokok berat.

- Secret di hidung pada satu atau kedua rongga hidung, bagaimana konsistensi secret

tersebut, encer, bening, kental, nanah, atau bercampur darah. Apakah secret hanya keluar

pada pagi hari atau waktu tertentu.

- Bersin yang berulang-ulang, apakah bersin timbul akibat menghirup sesuatu yang diikuti

keluar secret yang encer dan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata dan telinga.

- Rasa nyeri di daerah muka dan kepala, dahi, pangkal hidung, pipi, dan tengah kepala

merupakan tanda-tanda infeksi sinus. Nyeri memberat bila menundukkan kepala.

- Perdarahan dari hidung (epistaksis), dapat berasal dari bagian anterior rongga hidung,

atau posterior rongga hidung.

- Gangguan penghidu dapat berupa hilangnya daya penciuman (anosmia) atau berkurang

(hiposmia).perlu ditanyakan adakah riwayat infeksi hidung, sinusitis, trauma kepala.

TENGGOROK, KEPALA, LEHER

- Nyeri tenggorok, hilang timbul atau menetap, apakah disertai demam, batuk, serak, dan

tenggorok terasa kering.

- Nyeri menelan (odinofagi), nyeri di tenggorok saat menelan.

- Dahak di tenggorok, keluhan yang sering timbul akibat adanya inflamasi di hidung dan

faring. Apakah dahak berupa lender saja, pus, atau bercampur darah.

- Sulit menelan (disfagia), sudah berapa lama, apakah disertai muntah dan berat badan

turun.

- Rasa sumbatan di leher, sudah berapa lama, tempatnya di mana.

- Suara serak (disfoni), atau tidak keluar suara sama sekali (afoni), sudah berapa lama,

apakah sebelumnya menderita radang hidung atau tenggorok.

- Batuk, sudah berapa lama, apa yang dibatukkan, dahak kental, bercampur darah,

jumlahnya, adakah factor pencetus.

A. ANATOMI HIDUNG

NASUS (hidung)

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh

kulit,jaringan kulit,dan beberapa otot kecil.

Kerangka terdiri dari:

tulang hidung(os nasale),

processus frontalis os maxilla,

processus nasalis os frontal

Tulang rawan terdiri dari:

sepasang kartilago nasalis latelaris superior,

sepasang kartilago nasalis latelaris inferior (kartilago ala mayor),

beberapa pasang kartilago ala minor,

tepi anterior kartilago septum

Cavum nasi

Masuk melalui nares, berhubungan dengan nasopharynx melalui choane. Dilapisi oleh membran

mucosa kec. Vestibulum nasi. 2/3 inferior membran mucosa merupakan area respiratoria,

sedangkan 1/3 superior merupakan area olfactoria

Batas batas :

Atap : os nasale, spina nasalis os frontalis (depan), lamina cribrosa os ethmoidale (tengah,

ditembus n olfactorius), os sphenoidale (belakang)

Dasar : proc. Palatinus os maxillae dan lamina horizontalis ossis palatini.

Medial : septum nasi (os vomer, lamina perpendicularis os. Ethmoidalis, cartilago septi nasi)

Lateral :

vestibulum, di bagian anterior (terdapat vibrisea), bag atas dan dorsal dibatasi limen nasi

Atrium dan meatus nasi di bagian tengah

Chonca dan meatus di bagian posterior

Chonca adalah penonjolan tulang yang memperluas cavum nasi, chonca nasalis ada 3 :

o Chonca nasalis superior

o Chonca nasalis media

o Chonca nasalis inferior

Chonca nasalis inferior merupakan tojolan tulang independen, sedangkan Chonca nasalis media

dan suprior merupakan tonjolan dari facies medialis labyrinthus ethmoidalis, ruangan di bawah

chonca disebut meatus nasi

Meatus nasi

1. Meatus nasi superior

Meatus terkecil, dimuarai oleh cellulae ethmoidalis posteriores, di atas chonca naslis superior

terdapat recessus sphenoethmoidalis yang merupakan lubang keluar sinus sphenoidalis

2. Meatus nasi media

Pada sisi lateralnya terdapat peninggian yang disebut hiatus semilunaris, di sebelah atasnya

tedapat peninggian yang disebut bulla ethmoidalis, di dekat hiatus semilunaris terdapat lubang

sinus ethmoidalis anterior. Meatus nasi media dimuarai oleh sinus ethmoidalis anterior, sinus

maxillaris, sinus frontalis (melalui infundibulum)

3. Meatus nasi inferior

Merupakan meatus nasi terbesar, dimuarai oleh ductus nasolacrimalis.

Vascularisasi dan innervasi

Vascularisasi :

o Arteri

Bag, bawah : cabang-cabang a. maxillaris interna: a. palatina major, a. sphenopalatina

Bag. Depan : cabang-cabang a. facialis

Terdapat anastomosis antara r. Septalis dari r. Labialis superior a. facialis dengan a.

sphenopalatina membentuk plexus Kiesselbach (little area), yang merupakan tempat sering

terjadi epistaxis

o Vena

Vena mempunyai nama dan berdampingan dengan arterinya. Vena di vestinylum dan struktur-

struktur di lauar hidung bermauara ke v. Ophtalmica yang berhubungan dengan sinus

cavernosus.

Innervasi

Serabut afferent: n. Ethmoidalis (n. Ophtalmicus)

n. nasopalatinus (n. Maxillaris)

symphatis dan parasymphatis: n. Facialis (VII): n. Petrosus superficialis major, plexus

caroticus

sel olfactorius (n. Olfactorius), keluar melalui lamina et foramina cribosa os. frontalis

B. HISTOLOGI

Histologi Hidung

Luas permukaan cavum nasi kurang lebih 150 cm2 dan total volumenya sekitar 15 ml.

Sebagian besar dilapisi oleh mukosa respiratorius. Secara histologis, mukosa hidung terdiri dari

palut lendir (mucous blanket), epitel kolumnar berlapis semu bersilia, membrana basalis, lamina

propria yang terdiri dari lapisan subepitelial, lapisan media dan lapisan kelenjar profunda

a. Epitel 

Epitel mukosa hidung terdiri dari beberapa jenis, yaitu epitel skuamous kompleks pada

vestibulum, epitel transisional terletak tepat di belakang vestibulum dan epitel kolumnar berlapis

semu bersilia pada sebagian mukosa respiratorius. Epitel kolumnar sebagian besar memiliki silia.

Sel-sel bersilia ini memiliki banyak mitokondria yang sebagian besar berkelompok pada bagian

apeks sel. Mitokondria ini merupakan sumber energi utama sel yang diperlukan untuk kerja silia.

Sel goblet merupakan kelenjar uniseluler yang menghasilkan mukus, sedangkan sel basal

merupakan sel primitif yang merupakan sel bakal dari epitel dan sel goblet. Sel goblet atau

kelenjar mukus merupakan sel tunggal, menghasilkan protein polisakarida yang membentuk

lendir dalam air. Distribusi dan kepadatan sel goblet tertinggi di daerah konka inferior sebanyak

11.000 sel/mm2 dan terendah di septum nasi sebanyak 5700 sel/mm2. Sel basal tidak pernah

mencapai permukaan. Sel kolumnar pada lapisan epitel ini tidak semuanya memiliki silia.

Sedangkan pada konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi

menghidu/membau. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel

olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan

bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron

olfaktorius otak),  sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria.

Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga

memudahkan akses neuron untuk membau zat-zat.

Cavum nasi bagian anterior pada tepi bawah konka inferior 1 cm dari tepi depan

memperlihatkan sedikit silia (10%) dari total permukaan. Lebih ke belakang epitel bersilia

menutupi 2/3 posterior kavum nasi

Silia merupakan struktur yang menonjol dari permukaan sel. Bentuknya panjang, dibungkus

oleh membran sel dan bersifat mobile. Jumlah silia dapat mencapai 200 buah pada tiap sel.

Panjangnya antara 2-6 μm dengan diameter 0,3 μm. Struktur silia terbentuk dari dua

mikrotubulus sentral tunggal yang dikelilingi sembilan pasang mikrotubulus luar. Masing-

masing mikrotubulus dihubungkan satu sama lain oleh bahan elastis yang disebut neksin dan

jari-jari radial. Tiap silia tertanam pada badan basal yang letaknya tepat dibawah permukaan sel

Pola gerakan silia yaitu gerakan cepat dan tiba-tiba ke salah satu arah (active stroke) dengan

ujungnya menyentuh lapisan mukoid sehingga menggerakan lapisan ini.. Kemudian silia

bergerak kembali lebih lambat dengan ujung tidak mencapai lapisan tadi (recovery stroke).

Perbandingan durasi geraknya kira-kira 1 : 3. Dengan demikian gerakan silia seolah-olah

menyerupai ayunan tangan seorang perenang. Silia ini tidak bergerak secara serentak, tetapi

berurutan seperti efek domino (metachronical waves) pada satu area arahnya sama (Ballenger

1996).

Gerak silia terjadi karena mikrotubulus saling meluncur satu sama lainnya. Sumber

energinya ATP yang berasal dari mitokondria. ATP berasal dari pemecahan ADP oleh ATPase.

ATP berada di lengan dinein yang menghubungkan mikrotubulus dalam pasangannya.

Sedangkan antara pasangan yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan bahan elastis yang

diduga neksin

Mikrovilia merupakan penonjolan dengan panjang maksimal 2 μm dan diameternya 0,1 μm

atau 1/3 diameter silia. Mikrovilia tidak bergerak seperti silia. Semua epitel kolumnar bersilia

atau tidak bersilia memiliki mikrovilia pada permukaannya. Jumlahnya mencapai 300-400 buah

tiap sel. Tiap sel panjangnya sama. Mikrovilia bukan merupakan bakal silia. Mikrovilia

merupakan perluasan membran sel, yang menambah luas permukaan sel. Mikrovilia ini

membantu pertukaran cairan dan elektrolit dari dan ke dalam sel epitel. Dengan demikian

mencegah kekeringan permukaaan sel, sehingga menjaga kelembaban yang lebih baik dibanding

dengan sel epitel gepeng.

b.        Palut Lendir

Palut lendir merupakan lembaran yang tipis, lengket dan liat, merupakan bahan yang

disekresikan oleh sel goblet, kelenjar seromukus dan kelenjar lakrimal. Terdiri dari dua lapisan

yaitu lapisan yang menyelimuti batang silia dan mikrovili (sol layer) yang disebut lapisan

perisiliar.

Cairan perisiliar mengandung glikoprotein mukus, protein serum, protein sekresi dengan

berat molekul rendah. Lapisan ini sangat berperanan penting pada gerakan silia, karena sebagian

besar batang silia berada dalam lapisan ini, sedangkan denyutan silia terjadi di dalam cairan ini.

Diduga mukoglikoprotein ini yang menangkap partikel terinhalasi dan dikeluarkan oleh gerakan

mukosiliar, menelan dan bersin. Lapisan ini juga berfungsi sebagai pelindung pada temperatur

dingin, kelembaban rendah, gas atau aerosol yang terinhalasi serta menginaktifkan virus yang

terperangkap.

Kedalaman cairan perisiliar sangat penting untuk mengatur interaksi antara silia dan palut

lendir, serta sangat menentukan pengaturan transportasi mukosiliar.

c.         Membrana Basalis

Membrana basalis terdiri atas lapisan tipis membran rangkap dibawah epitel. Di bawah

lapisan rangkap ini terdapat lapisan yang lebih tebal yang terdiri atas kolagen dan fibril retikulin.

d.        Lamina Propia

Lamina propria merupakan lapisan dibawah membrana basalis. Lapisan ini dibagi atas

empat bagian yaitu lapisan subepitelial yang kaya akan sel, lapisan kelenjar superfisial, lapisan

media yang banyak sinusoid kavernosus dan lapisan kelenjar profundus. Lamina propria ini

terdiri dari sel jaringan ikat, serabut jaringan ikat, substansi dasar, kelenjar, pembuluh darah dan

saraf.

Mukosa pada sinus paranasal merupakan lanjutan dari mukosa hidung. Mukosanya lebih

tipis dan kelenjarnya lebih sedikit. Epitel toraknya berlapis semu bersilia, bertumpu pada

membran basal yang tipis dan lamina propria yang melekat erat dengan periosteum dibawahnya.

Silia lebih banyak dekat ostium, gerakannya akan mengalirkan lendir ke arah hidung melalui

ostium masing-masing. Diantara semua sinus paranasal, maka sinus maksila mempunyai

kepadatan sel goblet yang paling tinggi

C. BERSIN

Bersin biasanya terjadi ketika partikel asing atau stimulan eksternal yang cukup

melewati rambut hidung untuk mencapai mukosa hidung. Hal ini memicu pelepasan

histamin, yang mengiritasi sel-sel saraf di hidung, sehingga sinyal yang dikirim ke otak untuk

memulai bersin melalui jaringan saraf trigeminal. Otak kemudian berhubungan sinyal awal

ini, mengaktifkan faring dan trakea otot dan menciptakan lubang besar dari hidung dan

mulut, sehingga rilis yang kuat dari udara dan partikel kecil. Sifat kuat bersin dikaitkan

dengan keterlibatannya berbagai organ tubuh bagian atas - itu adalah respon refleksif yang

melibatkan otot-otot wajah, tenggorokan, dan dada. Bersin juga dipicu oleh stimulasi sinus

saraf yang disebabkan oleh hidung tersumbat dan alergi.

Terdapat dua fase dalam bersin, yaitu a)Inspirasi cepat mengisi paru-paru dengan

udara ekstra. Epiglotis dan pita suara menutup rapat untuk membangun tekanan di paru-paru.

Otot-otot ekspirasi pernapasan serta aksesori kontrak otot pernapasan paksa. Hal ini semakin

meningkatkan tekanan di paru-paru. b) Ekspirasi,Setelah tekanan yang cukup tinggi tercapai,

pita suara bersantai, epiglotis terbuka dan udara bergegas keluar dengan cepat. Karena

kecepatan udara yang bergerak, meningkatkan tekanan udara sisa. Uvula tertekan dalam

refleks bersin mendorong udara keluar meskipun hidung.

Daerah-daerah saraf yang terlibat dalam refleks bersin terletak di batang otak

sepanjang bagian ventromedial dari inti trigeminal tulang belakang dan formasi reticular

lateralis pons-medula yang berdekatan. Wilayah ini tampaknya mengontrol epipharyngeal,

laring intrinsik dan otot pernapasan, dan aktivitas gabungan otot-otot ini berfungsi sebagai

dasar untuk generasi bersin.Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada

pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan

mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin

dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat

dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis