thorakosentesis dan drainase dada

Upload: r-ifan-arief-fahrurozi

Post on 09-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Prosedur dan Teori Thorakosentesis dan drainase thorax. By : dr. Hari Krismanual, Sp.B Dosen FK USAKTI

TRANSCRIPT

  • THORAKOSENTESIS JARUM DAN DRAINASE DADAHARI KRISMANUEL

  • FISIOLOGI RONGGA THORAKSRONGGA THORAKS SEPERTI POMPA TIUP HISAPGERAKAN INSPIRASI (TARIK NAPAS) BEKERJA AKTIF KARENA KONTRAKSI OTOT-OTOT INTERKOSTALES, MENYEBABKAN RONGGA THORAKS MENGEMBANG DAN BERTAMBAHNYA TEKANAN NEGATIF SEHINGGA UDARA MENGALIR MELALUI JALAN NAPAS ATAS KE DALAM PARU-PARU.GERAKAN EKSPIRASI (MENGELUARKAN NAPAS) BEKERJA PASIF KARENA ELASTISITAS (DAYA LENTUR) JARINGAN PARU-PARU DITAMBAH RELAKSASI OTOT-OTOT INTERKOSTALES, MENEKAN RONGGA THORAKS SEHINGGA MENGECILKAN VOLUME DAN MENGAKIBATKAN UDARA KELUAR DARI PARU-PARU MELALUI JALAN NAPAS

  • TUGAS DAN FUNGSI PERNAPASAN VENTILASI : MEMASUKKAN/MENGELUARKAN UDARA MELALUI JALAN NAPAS KE DALAM/KE LUAR PARU-PARU DENGAN CARA INSPIRASI DAN EKSPIRASIDISTRIBUSI : MENYEBARKAN / MENGALIRKAN UDARA TERSEBUT MERATA KE SELURUH SISTEM JALAN NAPAS SAMPAI PADA ALVEOLIDIFUSI : PERTUKARAN OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA MELALUI MEMBRAN SEMI PERMEABEL PADA DINDING AVEOLI (PERTUKARAN GAS)

  • PERFUSI : DARAH VENOUS CUKUP TERSEDIA UNTUK DIGANTIKAN ISINYA DENGAN MUATAN OKSIGEN KEMUDIAN DARAH ARTERIAL DI KAPILER-KAPILER MERATAKAN PEMBAGIAN MUATAN OKSIGEN DAN YANG CUKUP UNTUK MENGHIDUPI JARINGAN

  • TRAUMA THORAKS DAPAT MENYEBABKAN KEGAGALAN ATAU HAMBATAN DARI RANTAI MEKANISME TERSEBUT YANG MENGAKIBATKAN BERKURANG-NYA OKSIGENASI JARINGAN TUBUH

    TES FUNGSI PARU, DI ANTARANYA:FLUOROSKOPI VOLUME TIDAL MAXIMAL BREATHING CAPACITYDIFFERENTIAL BRONCHIAL SIPROMETRY

  • TES FUNGSI PARUPARUFLUOROSKOPI :MENENTUKAN MOBILITAS DINDING THORAKS / PARU-PARU, TERUTAMA PERGERAKAN DIAFRAGMA DALAM RESPIARASI MAKSIMALPEMERIKSAAN DAPAT DILAKUKAN DARI ANTEROPOSTERIOR DAN LATERALMEMBANTU UNTUK : MENETAPKAN EFISIENSI RESPIRASIKEMAMPUAN DARI PARU-PARU DALAM PERTUKARAN GASELASTISITAS DAN MOBILITAS DINDING THORAKS, DIAFRAGMA DAN PARU-PARU, MISAL PADA EMFISEMA PULMONUM

  • TES FUNGSI PARUPARUSPIROMETRI :TES UNTUK VENTILASI DAN PERTUKARAN GASHARGA NORMAL BERVARIASI TERGANTUNG DARI UMUR, JENIS KELAMIN, DSBHASIL PEMERIKSAAN TIDAK MUTLAK, TETAPI HARUS DITINJAU SECARA KESELURUHAN (KEADAAN UMUM PENDERITA)

  • THORAKOSENTESIS JARUMINDIKASI THORAKOSENTESIS JARUM : TINDAKAN PENYELAMATAN UNTUK TENSION PNEUMOTHORAKSBILA DILAKUKAN PADA PENDERITA BUKAN TENSION PNEUMOTHORAKS, DAPAT TERJADI PNEUMOTHORAKS DAN/ KERUSAKAN PARENKIM PARU.PADA TENSION PNEUMOTHORAKS TERJADI KATUP 1 ARAH, KEBOCORAN UDARA DARI PARU-PARU ATAU DINDING DADA MASUK KE DALAM RONGGA PLEURA DAN TIDAK DAPAT KELUAR LAGI. AKIBATNYA TEKANAN INTRA PLEURAL TERUS MENINGKAT, PARU-PARU KOLAPS, MEDIASTINUM

  • TERDORONG KE SISI BERLAWANAN DAN MENGHAMBAT PENGEMBALIAN DARAH VENA KE JANTUNG SERTA MENEKAN PARU-PARU KONTRALATERAL.PENYEBAB TERSERING TENSION PNEUMOTHORAKS : PENGGUNAAN VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR) DENGAN VENTILASI TEKANAN POSITIF PADA PENDERITA DENGAN KERUSAKAN PLEURA VISERALIS.PENYEBAB LAIN : KOMPLIKASI DARI PNEUMOTHORAKS SEDERHANA, SETELAH SALAH ARAH PEMASANGAN KATETER SUBKLAVIA TAU VENA JUGULARIS INTERNA, SALAH CARA MENUTUP LUKA ATAU DEFEK DINDING DADA.DIAGNOSA TENSION PNEUMOTHORAKS DITEGAKKAN BERDASARKAN GEJALA KLINIS, TERAPI TIDAK BOLEH TERLAMBAT KARENA MENUNGGU KONFIRMASI RADIOLOGIS.

  • THORAKOSENTESIS JARUMGEJALA DAN TANDA TENSION PNEUMOTHORAKS :Nyeri dadaSesakPenderita disress pernapasan dengan RR > 28 x/ menitTakikardia (Pulsasi > 100 x/ menit), Hipotensi (Tensi < 100 mm Hg)Hemithoraks yang terkena cembung, gerakan napas tertinggalPerkusi hipersonorHilangnya suara napas pada sisi yang terkenaPenurunan aliran udara inspirasiDeviasi trakhea, distensi vena leherEmfisema subkutisSianosis merupakan manifestasi lanjut

  • PERALATAN :Jarum kateter 14 G (panjang 3 6 cm)Three-way stopcockSyringe 10 ml, kasa steril, larutan desinfektan

  • PROSEDUR :Identifikasi thoraks penderita dan status respirasiBerikan oksigen dengan aliran tinggi dan ventilasi sesuai kebutuhanIdentifikasi sela iga II, di linea midklavikula di sisi tension pneumothoraksAsepsis dan antisepsis dadaAnestesi lokal jika penderita sadar atau keadaan mengijinkanPenderita dalam keadaan posisi tegak jika fraktur servikal sudah disingkirkanPertahankan Luer-Lok di ujung distal kateter, insersi jarum kateter (panjang 3-6 cm) kekulit secara langsung tepat di atas iga ke dalam sela igaTusuk pleura parietalisPindahkan Luer-Lok dari kateter dan dengar keluarnya udara ketika jarum memasuki pleura parietalis, menandakan tension pneumothoraks telah diatasi

  • Pindahkan jarum dan ganti Luer-Lok di ujung distal kateterTinggalkan kateter plastik di tempatnya dan ditutup dengan plaster atau kain kecilSiapkan chest (thoraks) tube jika perluHubungkan chest tube dengan WSD atau katup tipe flutter dan cabut kateter thorakosentesis.

  • THORAKOSENTESIS JARUMKOMPLIKASI :HEMATOM LOKALINFEKSI PLEURA, EMPIEMAPNEUMOTHORAKSHEMOTHORAKSEMFISEMAKEGAGALAN MENUSUK DINDING DADA DGN JARUM KATETER 14GMENUSUK PEMBULUH DARAH BESAR ATAU JANTUNGKEUNTUNGAN THORAKOSENTESIS JARUM : CEPATBERGUNA UNTUK PENDERITA YANG TERJEBAK/TERPENCILKERUGIAN THORAKOSENTESIS JARUM : SERING TIDAK ADEKUAT

  • INSERSI CHEST TUBEINDIKASI :Pneumothoraks (tertutup atau terbuka)Tension pneumothoraksHemothoraksEfusi pleura luas yang simtomatikEmpiemaHidrothoraksKhilothoraks

  • KONTRAINDIKASI :Koagulopathy refrakterPenderita tidak kooperatifHernia diafragmatikaScar (jaringan parut) atau adhesi rongga pleura

  • INSERSI CHEST TUBESISTEM DRAINASE DAN KOLEKSI :WSD TRADISIONAL :Sistem 1 botol :Botol berfungsi sebagai botol koleksi dan water sealMencegah udara masuk ke rongga pleura saat inspirasi. Permukaan air dalam pipa tertarik ke atas selama inspirasi yang tingginya sama dengan tekanan negatif intrathoraks dalam cm. Gerakan naik turun permukaan air dalam pipa disebut undulasi atau respiratory tidal.Ujung pipa masuk dalam permukaan air sedalam 2 3 cm.Saat ekshalasi, udara dari rongga pleura masuk ke dalam botol melewati water seal sehingga terjadi gelembung udara (air bubble).Kerugian : semakin terisi cairan efusi semakin sulit mengevakuasi udara.

  • Sistem 2 botol :Botol pertama sebagai botol koleksi, botol kedua sebagai botol WSD.Cairan terkumpul dalam botol pertama, udara dari botol pertama masuk ke dalam botol kedua (botol WSD).Botol kedua dapat dihubungkan dengan pompa hisap.Kerugiannya : besar tekanan negatif yang dipakai selama aspirasi tidak dapat dikontrol.Sistem 3 botol :Botol ketiga adalah botol pengontrol hisapan (suction). Ini untuk menghindari resiko cedera parenkim paru karena penghispan yang terlalu kuat, karena banyak RS memakai suction dinding daripada unit suction pleura.botol pengontrol hisapan mempunyai 3 kanul :dari botol WSDdari suction dindingmasuk ke dalam botol dengan ujungnya berada pada level tertentu di bawah permukaan air (biasanya 10 20 cm air).

  • Botol ketiga selalu terjadi gelembung udara (air bubble).Unit komersialSistem 3 botol dalam 1 tempat dari bahan plastikKeuntungan : kompak, tidak mudah pecah, nyaman, disposable.Ruangan pengontrol hisapan hrs selalu bubbling (timbul gelembung udara).

    WSD GENERASI BARUDry suction (penghisapan kering)Unit WSD dengan ruang kontrol dry suction.Level suction dikontrol dengan self compensating regulatorKeuntungan : Dapat diperoleh level tekanan suction yg lebih tinggi,Mudah disiapkan,Tidak ada gelembung udara kontinyu sehingga lebih tenang, Tidak ada penguapan cairan yg menurunkan tekanan suction

  • 2. One way valve (Katup satu arah)Katup satu arah menggantikan water seal tradisional.Tidak memerlukan air, cukup menghubungkan alat dengan chest tube

    DRAINASE GRAVITASITidak semua penderita memerlukan suctionSuction dapat dihentikan : untuk transport penderita, 24 jam sebelum pelepasan chest tube.Bila suction dihentikan, selang jangan diklem spy udara dapat mengalir keluar, dan menghindari kemungkinan tension pneumothoraks.

  • SELANG DIKLEM ATAU TIDAK DIKLEMBila ada kebocoran udara (gelembung udara), jangan diklem sebab dapat menyebabkan akumulasi udara dalam rongga pleura yg dapat menyebabkan tension pneumothoraks.Chest tube diklem bila : Melakukan prosedur sklerosingMemeriksa kebocoran udaraUntuk memperbaiki drainase atau mengganti botol koleksiSebelum melepaskan chest tube untuk menentukan apakah penderita tidak sesak tanpa chest tubeSelama memindahkan penderita, selang jangan diklem bila sistem WSD tidak terlepas dan bila ada gelembung udara (ada kebocoran udara).

  • INSERSI CHEST TUBEPERALATAN :Chest tube dengan atau tanpa trokar (No. 32 Fr atau 36 Fr)Peralatan WSDSurgical blade dan knife handleForseps jaringan dengan dan tanpa gigiKlem mosquito dan klem lengkung panjang (forseps Kelly)Needle holderRetraktor dada

    GuntingJarum dengan benang silk besar ( No. 0, 1 atau 2)Anestesi lokal (lidocaine 2 % atau pehacaine)Jarum suntik dispossableDuk lubang sterilKasa steril, plaster adhesive.Sarung tangan sterilLarutan desinfektan

  • PROSEDUR :Resusitasi cairan melalui paling sedikit satu kateter intravena kaliber besar dan monitor tanda-tanda vital.Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi puting (sela iga V atau VI) di anterior linea midaksillaris pada area yang terkena. Chest tube kedua mungkin dipakai pada hemothoraks.Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup kain (duk) lubang steril.Anestesi lokal kulit dan periosteum iga.Insisi transversal (horisontal) 2 3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan diseksi tumpul melalui jaringan subkutan, tepat di atas iga.Tusuk pleura parietalis dengan ujung klem dan masukkan jari ke dalam tempat insisi untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlekatan, bekuan darah, dll.

  • Klem ujung proksimal tube thorakostomi dan dorong tube ke dalam rongga pleura sesuai panjang yang diinginkan.Cari adanya fogging pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengar aliran udara.Sambung ujung tube thorakostomi ke WSD Jahit tube di tempatnya. Jahitan harus air tight (kedap udara), dan jangan menggunakan simpul mati.Tutup dengan kain/ kasa dan plaster.Buat foto rontgen thoraks.Pemeriksaan analisa gas darah sesuai kebutuhan.

  • KOMPLIKASI :Laserasi atau menusuk intrathoraks atau organ abdomenInfeksi pleura (empiema)Kerusakan saraf, arteri, vena interkostalisPneumothoraks menjadi hemothoraksNeuritis interkostal/ neuralgiaPosisi tube yang keliru, intrathoraks atau ekstrathoraks.Lepasnya chest tube dari dinding dada atau lepasnya sambungan dengan WSDPneumothoraks persisten :Kebocoran primer yang besarKebocoran di kulit sekitar chest tube; pengisapan pada tube terlalu besar.WSD yang bocor.Emfisema subkutis

  • Pneumothoraks rekurens sesudah pencabutan tube; penutupan luka thorakostomi tidak segera dilakukanGagalnya paru-paru untuk mengembang akibat adanya plak bronkus; perlu bronkoskopi.Reaksi anafilaktik atau alergi obat anestesi atau persiapan darah.