this is my life

3
THIS IS MY LIFE Suasana ang sangat membosankan. Menunggu sebuah kepastian untuk masa depan. Dengan sabarnya menunggu dan menunggu. Detik demi detik dilewati. Jarum jam pun mulai bergulir, walau perlahan namun pasti. Hati mulai gelisah, fikiran mulai kacau. Semua bayangan buruk terbayangkan. “Akh... kenapa lama sekali” desah seorang gadis manis bernama Devi. “Sabar dikit kenapa sich” Rina mencoba menenangkan. “Aku udah cape nunggu terus dari tadi” Devi kesal. Tak lama terdengar seseorang memanggil nama Devi. “Akhirnya di panggil juga. Rin duluan ya..” Devi tersenyum dan meninggalkan Rina. “Dasar kamu, tadi aja marah-marah” Rina menggeleng-gelengkan kepalanya. Devi pun masuk ke sebuah ruangan. Dengan sedikit gugup Devi maju kehadapan seorang laki-laki separuhbaya dan duduk didepannya. Devi pun diajukan beberapa pertanyaan dan dengan tenang Devi bisa menjawab pertnyaan itu. Setelah semua pertanyaan diajukan Devi pun di persilakan untuk keluar ruangan itu. “Hah... akhirnya selesai juga..” Devi pun menarik napas panjang. “Gimana Dev sukses?”sapa Rina sedikit khawatir. “Lancar dong” Devi mengangkat jempolnya. Rina pun tersenyum mendengar wawancara temannya itu berjalan dengan lancar. Mereka berdua pun beranjak keluar dari ruangan itu. Di perjalannya Devi membahas apa yang dia alami didalam tadi. Devi terus mengoceh didepan temannya itu. Sepanjang jalan menuju rumah Devi terus bercerita Kepada Rina, hingga rina pun bosan mendengar cerita Devi yang tidak ada habisnya. Sayangnya Devi tidak peduli dengan rasa bosan yang ditunjukan oleh Rina. Devi terus saja bercerita sampai akhirnya mereka sampai dirumah. “Dev kamu gak bosen cerita mulu ya dari tadi. Aku aja bosen yang dengernya” Rina sedikit manyun. “ya gak lah... kan aku yang ceritanya bukan kamu” Devi melontarkan senyum manisnya kearah Rina.

Upload: yuchiagnita23

Post on 26-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

cerpen

TRANSCRIPT

Page 1: THIS IS MY LIFE

THIS IS MY LIFE

Suasana ang sangat membosankan. Menunggu sebuah kepastian untuk masa depan. Dengan sabarnya menunggu dan menunggu. Detik demi detik dilewati. Jarum jam pun mulai bergulir, walau perlahan namun pasti. Hati mulai gelisah, fikiran mulai kacau. Semua bayangan buruk terbayangkan.

“Akh... kenapa lama sekali” desah seorang gadis manis bernama Devi.

“Sabar dikit kenapa sich” Rina mencoba menenangkan.

“Aku udah cape nunggu terus dari tadi” Devi kesal.

Tak lama terdengar seseorang memanggil nama Devi.

“Akhirnya di panggil juga. Rin duluan ya..” Devi tersenyum dan meninggalkan Rina.

“Dasar kamu, tadi aja marah-marah” Rina menggeleng-gelengkan kepalanya.

Devi pun masuk ke sebuah ruangan. Dengan sedikit gugup Devi maju kehadapan seorang laki-laki separuhbaya dan duduk didepannya. Devi pun diajukan beberapa pertanyaan dan dengan tenang Devi bisa menjawab pertnyaan itu. Setelah semua pertanyaan diajukan Devi pun di persilakan untuk keluar ruangan itu.

“Hah... akhirnya selesai juga..” Devi pun menarik napas panjang.

“Gimana Dev sukses?”sapa Rina sedikit khawatir.

“Lancar dong” Devi mengangkat jempolnya.

Rina pun tersenyum mendengar wawancara temannya itu berjalan dengan lancar. Mereka berdua pun beranjak keluar dari ruangan itu.

Di perjalannya Devi membahas apa yang dia alami didalam tadi. Devi terus mengoceh didepan temannya itu. Sepanjang jalan menuju rumah Devi terus bercerita Kepada Rina, hingga rina pun bosan mendengar cerita Devi yang tidak ada habisnya. Sayangnya Devi tidak peduli dengan rasa bosan yang ditunjukan oleh Rina. Devi terus saja bercerita sampai akhirnya mereka sampai dirumah.

“Dev kamu gak bosen cerita mulu ya dari tadi. Aku aja bosen yang dengernya” Rina sedikit manyun.

“ya gak lah... kan aku yang ceritanya bukan kamu” Devi melontarkan senyum manisnya kearah Rina.

“Yah... Aku cape akh mau tidur. Kalo kamu mau cerita, cerita aja noh sama tembok” Rina langsung berbaring dan menutup kepalanya dengan bantal.

“Ekh Rin kamu kok gitu. Jahat kamu” Devi pun manyuk.

Rina hanya menjawab dengan suara geraman.

Devi pun ngomel sendiri sambil menarik-narik bantal yang ada dikepala Rina. Tapi, Rina tetap tidak mau bangun. Akhirnya Devi pun menyerah dan maninggalkan Rina.

Devi pun meninggalkan Rina yang sedang tidur dia keluar rumah untuk mencari udara segar. Dia berjalan menyusuri jalanan yang ramai oleh orang yang berlalu lalang. Dan akhirnya Devi menghentikan

Page 2: THIS IS MY LIFE

langkahnya didepan sebuah toko buku. Disana Devi termenung mengingat melihat sebuah poster dengan gambar pantasi yang menyenangkan.

“Jika aku menjadi seorang penulis. Itu pasti akan sangat menyenangkan” Devi menarik nafas panjang. Dan dia pun kembali berjalan melanjutkan perjalnnya. Devi mampir ke penjual nasi goreng untuk membeli makan malam.

“Pak dua yah seperti biasa”

“Iya neng!” sahut penjuang nasi gorang itu.

Setelah membeli nasi goreng Devi pun beranjak pulang. Namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang manghadangnya. Saat seseorang keluar dari mobil itu, Devi terkejut karna orang itu adalah orangtuanya. Seorang wanita langsung menghampiri Devi dan memeluknya.

“Mau apa ibu mencariku?”

“Ibu merindukanmu Dev. Ibu mohon Dev kamu pulang kerumah ya..” ibunya menangis.

“Tidak mau bu.. Devi gak mau pulang!”

“Devi atolah Dev. Bareng Ayah dan Ibu” Ayah Devi mencoba membujuknya.

“Devi gak mau yah devi gak mau pulang”

“Devi.. Ibu mohon pualng ya nak”

“Devi gak mau bu”

“Devi.. ayo Devi pulang. Kamu susah diatur ya, Ibu kamu itu udah 2 hari dia gak mua makan gak mau minum, karna dia merindukan kamu” ayah Devi meninggikan nada bicaranya.

“Ayah aku bilang gak ya nggak. Aku gak akan pulang sebelum Ayah dan Ibu berhenti mengatur-ngatur hidupku lagi. Aku ini bukan anak kecil lagi. Aku ini udah gede yah. Aku udah cape Ayah dan Ibu terus menerus mengatur-ngatur hidup aku, aku harus ini lah, aku harus gitu lah, ini hidup aku aku yang menentukan aku yang mengaturnya. Aku lelah dijadikan boneka, aku udah cape hidup kaya gitu terus yah aku cape” mata Devi berkaca-kaca.

“Kamu ini anak ayah dan ibu. Jadi wajar jika ayah mengatur semua kegiatan kamu”

“terserah ayah saja lah aku tidak peduli yang pasti aku tidak akan pulang” Devi pun pegi meninggalkan kedua orang tuanya.

Devi mulai menjauh dari keduanya dengan air mata yang mengalir di pipinya. Sebenarnya Devi juga sedih dan tidak tega harus meninggalkan ibunya yang sedang menangis. Namun Devi merasa lelah dengan hidupnya yang terus diatur olah kedua orangtuanya. Devi merasa selama ini hidupnya selama ini telah dipenjara oleh kedua orangtuanya. Dia ingin hidup bebas tanpa diatur dan diperlakukan seperti maianan yang diatur sesuka hati orangtuannya.