the real school bersaing berebut siswa dengan sekolah favorit · pada uu no. 20 tahun 2003 tentang...

3
6 MPA 308 / Mei 2012 Mungkinkah mencipta siswa- siswi cerdas berkualitas dengan stan- dar kompetensi yang tinggi? Tapi itu- lah kenyataan yang tak dapat ditam- pik oleh madrasah. Apalagi materi pelajaran yang diberikan kepada mu- rid madrasah sangatlah berjibun. Sebagai akibatnya, siswa yang mam- pu mengikuti pelajaran dengan baik tak melebihi dari angka 10 persen. Se- lebihnya, kemampuan mereka berada di bawah rata-rata atas pencapaian nilai akademis yang tinggi. Oleh karenanya, dibutuhkan pendidikan karakter agar mereka me- miliki identitas. Seperti yang tertuang pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan; pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemam- puan dan membentuk karakter bang- sa yang bermartabat. Ada 9 pilar pen- didikan berkarakter yang harus terca- pai; cinta Tuhan dan segenap cipta- annya, tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian, kejujuran/amanah dan kearifan, hormat dan santun, der- mawan, suka menolong dan gotong royong/kerjasama, percaya diri, kre- atif dan bekerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati, serta toleransi, kedamaian dan ke- satuan. Bagi madrasah, untuk mencapai hal tersebut bukanlah hal yang sulit. Sebab selama ini madrasah sudah menekankan pentingnya moralitas, budi pekerti dan akhlak untuk semua peserta didiknya. Sehingga pendidik- an berkarakter sangatlah menonjol di madrasah. Hampir semua aktivitas di madrasah sudah mengandung nilai- nilai pembelajaran yang membentuk karakter siswa. Seperti yang dilakukan di Ma- drasah Ibtidaiyah Negeri Demangan Kota Madiun. Rumusan pendidikan berkarakter telah terkonsep dengan memperhatikan aspirasi dari seluruh komponen madrasah. Secara spesifik hal itu dituangkan dalam bentuk bu- daya madrasah. Dari rumusan itulah yang kemudian dijadikan sebagai pe- doman bagi pengembangan karakter siswa. Untuk mempercepat terwujud- nya proses tersebut, ditunjang pula dengan pendidikan agama. Sebab nilai-nilai karakter itu sendiri juga ber- sumber dari nilai-nilai agama. Dengan begitu pendidikan agama tak sekedar dipahami sebagai transfer ilmu aga- ma, melainkan juga diiringi dengan upaya bagaimana siswa terampil me- laksanakannya. Sebagai final golnya, sikap dan perilaku keseharian siswa sesuai dengan syariat agama. Selain program pembiasaan se- perti budaya salam, salim, senyum, sapa, sopan dan santun, MIN De- mangan juga melaksanakan program “kontrak prestasi”. Dalam program ini, disusun sebuah kontrak atau ke- sepakatan yang berisi karakter yang ingin dikembangkan antara siswa, guru dan orang tua siswa. “Kesepa- katan tersebut dituangkan dalam ru- musan kontrak prestasi, yang diikuti dengan pernyataan komitmen bersa- ma atas ketercapaian karakter yang diharapkan,” tukas Bambang Wiyo- no, S.Ag, M.Pd. “Untuk menjamin terlaksananya program ini, dilakukan monitoring oleh guru dalam bentuk buku penghubung, telepon ananda, maupun home visit ke rumah siswa,” ujar Kepala MIN Demangan ini me- nambahkan. Dalam penguatan karakter, ma- drasah ini berpegang pada tiga hal; pembiasaan, menjalin kerja sama yang sinergis dengan orang tua dan istiqamah. Oleh karenanya diperlukan kerja sama dengan orang tua, meng- ingat sebagian besar waktu siswa di- habiskan bersama orang tua di ru- mah. Tanpa melibatkan peran orang tua akan sangat sulit menanamkan karakter dalam diri siswa. Sedangkan istiqamah sangat diperlukan dalam pengembangan karakter, karena pe- nanaman nilai-nilai dalam diri siswa diperlukan proses yang panjang dan berkesinambungan. Madrasah ini memang terbukti sukses dalam mengeterapkan pendi- dikan karakter bagi siswa-siswinya. Namun yang menjadi pertanyaan, adakah dengan keberhasilan pendi- dikan karakter tersebut bisa menjadi tiket MIN Demangan untuk bersaing dengan sekolah favorit yang ada di Madiun? Yang pasti, setiap tahunnya jumlah wali murid yang menyerahkan anaknya ke madrasah ini mengalami peningkatan yang cukup besar. Pada tahun pelajaran 2006/2007 terdapat 282 siswa, tahun 2007/2008 344 siswa, tahun 2008/2009 427 siswa, tahun 2009/2010 541 siswa, tahun 2010/2011 692 siswa, dan pada tahun 2011/2012 ada 872 siswa. Yang pasti, setiap tahunnya madrasah ini selalu kebanjiran siswa yang ingin menem- puh proses pendidikan di sana. Mak- lumlah, MIN Demangan terakreditasi “A” dengan nilai 93,8. Banyak sekali bidang akademik yang berprestasi. Mulai dari juara olimpiade matematika, sains dan ba- hasa Inggris, juara bidang seni, olah raga serta prestasi guru. Bahkan seba- gai Kepala Madrasah Bambang Wi- yono, S.Ag, M.Pd berhasil menyabet juara III tingkat nasional sebagai Ke- pala Sekolah Berprestasi pada tahun 2011 kemarin. Pria kelahiran Magetan 31 Mei 1971 ini juga pernah mengikuti kegiatan Benchmarking, Networking dan Kerjasama Internasional” (ber- gabung dalam Tim Kemendikbud) ke negara New Zealand di penghujung 2011. Pada tahun ini MIN Demangan juga menyabet Juara I Lomba Ling- kungan Sekolah Sehat (LLSS) jenjang SD/MI tingkat Provinsi Jawa Timur. Sehingga madrasah ini berhak meng- ikuti penilaian yang sama di tingkat nasional pada bulan Mei 2012. MIN Demangan juga telah mengimplemen- tasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008. Lantas, adakah pendidikan ka- rakter di MIN Kademangan yang tak dapat dilakukan oleh sekolah favorit di Madiun? “Pada prinsipnya semua sekolah/madrasah memiliki kesem- patan yang sama dalam melaksana- kan pendidikan karakter, tergantung atas komitmen yang dimiliki oleh lem- baga tersebut,” ujar suami Siti Nurul The Real School Bersaing Berebut Siswa dengan Sekolah Favorit

Upload: lamngoc

Post on 23-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6 MPA 308 / Mei 2012

Mungkinkah mencipta siswa-siswi cerdas berkualitas dengan stan-dar kompetensi yang tinggi? Tapi itu-lah kenyataan yang tak dapat ditam-pik oleh madrasah. Apalagi materipelajaran yang diberikan kepada mu-rid madrasah sangatlah berjibun.Sebagai akibatnya, siswa yang mam-pu mengikuti pelajaran dengan baiktak melebihi dari angka 10 persen. Se-lebihnya, kemampuan mereka beradadi bawah rata-rata atas pencapaiannilai akademis yang tinggi.

Oleh karenanya, dibutuhkanpendidikan karakter agar mereka me-miliki identitas. Seperti yang tertuangpada UU No. 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional, pasal 3menyebutkan; pendidikan nasionalberfungsi mengembangkan kemam-puan dan membentuk karakter bang-sa yang bermartabat. Ada 9 pilar pen-didikan berkarakter yang harus terca-pai; cinta Tuhan dan segenap cipta-annya, tanggung jawab, kedisiplinandan kemandirian, kejujuran/amanahdan kearifan, hormat dan santun, der-mawan, suka menolong dan gotongroyong/kerjasama, percaya diri, kre-atif dan bekerja keras, kepemimpinandan keadilan, baik dan rendah hati,serta toleransi, kedamaian dan ke-satuan.

Bagi madrasah, untuk mencapaihal tersebut bukanlah hal yang sulit.Sebab selama ini madrasah sudahmenekankan pentingnya moralitas,budi pekerti dan akhlak untuk semuapeserta didiknya. Sehingga pendidik-an berkarakter sangatlah menonjol dimadrasah. Hampir semua aktivitas dimadrasah sudah mengandung nilai-nilai pembelajaran yang membentukkarakter siswa.

Seperti yang dilakukan di Ma-drasah Ibtidaiyah Negeri DemanganKota Madiun. Rumusan pendidikanberkarakter telah terkonsep denganmemperhatikan aspirasi dari seluruhkomponen madrasah. Secara spesifikhal itu dituangkan dalam bentuk bu-daya madrasah. Dari rumusan itulahyang kemudian dijadikan sebagai pe-doman bagi pengembangan karaktersiswa.

Untuk mempercepat terwujud-nya proses tersebut, ditunjang puladengan pendidikan agama. Sebabnilai-nilai karakter itu sendiri juga ber-sumber dari nilai-nilai agama. Dengan

begitu pendidikan agama tak sekedardipahami sebagai transfer ilmu aga-ma, melainkan juga diiringi denganupaya bagaimana siswa terampil me-laksanakannya. Sebagai final golnya,sikap dan perilaku keseharian siswasesuai dengan syariat agama.

Selain program pembiasaan se-perti budaya salam, salim, senyum,sapa, sopan dan santun, MIN De-mangan juga melaksanakan program“kontrak prestasi”. Dalam programini, disusun sebuah kontrak atau ke-sepakatan yang berisi karakter yangingin dikembangkan antara siswa,guru dan orang tua siswa. “Kesepa-katan tersebut dituangkan dalam ru-musan kontrak prestasi, yang diikutidengan pernyataan komitmen bersa-

ma atas ketercapaian karakter yangdiharapkan,” tukas Bambang Wiyo-no, S.Ag, M.Pd. “Untuk menjaminterlaksananya program ini, dilakukanmonitoring oleh guru dalam bentukbuku penghubung, telepon ananda,maupun home visit ke rumah siswa,”ujar Kepala MIN Demangan ini me-nambahkan.

Dalam penguatan karakter, ma-drasah ini berpegang pada tiga hal;pembiasaan, menjalin kerja samayang sinergis dengan orang tua danistiqamah. Oleh karenanya diperlukankerja sama dengan orang tua, meng-ingat sebagian besar waktu siswa di-habiskan bersama orang tua di ru-mah. Tanpa melibatkan peran orangtua akan sangat sulit menanamkankarakter dalam diri siswa. Sedangkanistiqamah sangat diperlukan dalampengembangan karakter, karena pe-nanaman nilai-nilai dalam diri siswadiperlukan proses yang panjang danberkesinambungan.

Madrasah ini memang terbuktisukses dalam mengeterapkan pendi-dikan karakter bagi siswa-siswinya.Namun yang menjadi pertanyaan,adakah dengan keberhasilan pendi-dikan karakter tersebut bisa menjaditiket MIN Demangan untuk bersaing

dengan sekolah favorit yang ada diMadiun? Yang pasti, setiap tahunnyajumlah wali murid yang menyerahkananaknya ke madrasah ini mengalamipeningkatan yang cukup besar.

Pada tahun pelajaran 2006/2007terdapat 282 siswa, tahun 2007/2008344 siswa, tahun 2008/2009 427 siswa,tahun 2009/2010 541 siswa, tahun2010/2011 692 siswa, dan pada tahun2011/2012 ada 872 siswa. Yang pasti,setiap tahunnya madrasah ini selalukebanjiran siswa yang ingin menem-puh proses pendidikan di sana. Mak-lumlah, MIN Demangan terakreditasi“A” dengan nilai 93,8.

Banyak sekali bidang akademikyang berprestasi. Mulai dari juaraolimpiade matematika, sains dan ba-

hasa Inggris, juara bidang seni, olahraga serta prestasi guru. Bahkan seba-gai Kepala Madrasah Bambang Wi-yono, S.Ag, M.Pd berhasil menyabetjuara III tingkat nasional sebagai Ke-pala Sekolah Berprestasi pada tahun2011 kemarin. Pria kelahiran Magetan31 Mei 1971 ini juga pernah mengikutikegiatan Benchmarking, Networkingdan Kerjasama Internasional” (ber-gabung dalam Tim Kemendikbud) kenegara New Zealand di penghujung2011.

Pada tahun ini MIN Demanganjuga menyabet Juara I Lomba Ling-kungan Sekolah Sehat (LLSS) jenjangSD/MI tingkat Provinsi Jawa Timur.Sehingga madrasah ini berhak meng-ikuti penilaian yang sama di tingkatnasional pada bulan Mei 2012. MINDemangan juga telah mengimplemen-tasikan Sistem Manajemen Mutu ISO9001 : 2008.

Lantas, adakah pendidikan ka-rakter di MIN Kademangan yang takdapat dilakukan oleh sekolah favoritdi Madiun? “Pada prinsipnya semuasekolah/madrasah memiliki kesem-patan yang sama dalam melaksana-kan pendidikan karakter, tergantungatas komitmen yang dimiliki oleh lem-baga tersebut,” ujar suami Siti Nurul

The Real SchoolBersaing Berebut Siswadengan Sekolah Favorit

7MPA 308 / Mei 2012

Hidayati,S.Sos yang berputra dua inisingkat.

Komitmen adalah kata kunci ter-penting buat pengembangan madra-sah. Sebab dari sanalah banyak halyang bisa dicipta oleh madrasah. Darisebuah komitmenlah MTs Negeri 2Kediri meraih sukses. Seperti yangdituturkan oleh Drs. Nursalim, M.Pd.I:“Selama kita punya komitmen, ma-drasah tidak akan dianaktirikan olehmasyarakat.”

Terbukti KIR madrasah iniberhasil meraih juara pertama tingkat

nasional. Padahal laboratorium yangdimiliki hanya seruang kelas. Pidatobahasa Inggris juga menjuarai tingkatJawa Timur. Begitupun dengan Ma-tematika, bahkan meraih juara I, IIdan III sekaligus. Padahal, laborato-rium yang dipunyai hanyalah labkelas. “Jadi kuncinya terletak padakomitmen. Fasilitas itu hanyalah pen-dukung saja,” tandas Kepala MTsN2 Kediri ini serius.

Dengan komitmen itulah,Kepala Madrasah dan guru-gurunyaakan bersemangat memajukanmadrasah. Semangat adalah indikasidari komitmen. Kalau orang punyakomitmen, pasti semangat. Di dalamkomitmen ada sesuatu yang tak bisadinilai dengan uang. “Diberi fasilitasapa pun, kalau tidak ada komit-mennya, maka tak ada gunanya,” tu-kasnya. “Sepanjang masih punyakomitmen, madrasah tak akan pernah

mati. Sebab masyarakat masih per-caya,” imbuhnya.

Kepercayaan masyarakat itulahyang harus disambut oleh madrasahdengan pelayanan yang prima. Jadimadrasah harus unggul dalam layan-an. Dari layanan yang baik itulah se-hingga masyarakat Kediri berbon-dong-bondong menyekolahkan anak-nya di MTs Negeri 2 Kediri. “Layananyang baik kepada peserta didiklahyang dibutuhkan orangtua siswa.Baik yang bersifat real curriculummaupun hidden curriculum,” simpul-

nya.Dengan layanan yang unggul

itulah, NTsN Kediri sama sekali takmerasa tersaingi oleh sekolah favorityang ada di daerah Kediri. Apalagimadrasah ini kerap menjuarai kom-petisi di tingkat kota. Baik bidang ma-tematika, IPA, maupun siswa teladan.“Terbukti kami yang menjuarai meski-pun bersaing dengan sekolah-seko-lah favorit yang ada di sini,” tuturGuru Terbaik tingkat Jawa Timur inisambil mengulum senyum.

Apalagi madrasah memiliki ke-lebihan di bidang karakter. Sekolahlain memang bisa berbenah denganmenambah nilai-nilai keagamaan da-lam pembelajaran di sekolah. Tapikarakter madrasah tak bisa disamakandengan karakter sekolah umum kare-na siswanya sangat heterogen. Tra-disi islami sulit untuk diterapkan disekolah umum. “Di madrasah siswa-

siswinya santun dan selalu jabat ta-ngan bila bersua dengan gurunya,”katanya sekedar mengambil contoh.

Jadi meskipun ada upaya untukmengeterapkan budaya islami di seko-lah umum, kata pria kelahiran Ngan-juk 1 Januari 1966 ini, tapi itu sangat-lah terbatas. Sebab guru-gurunyaberbeda-beda. Sedangkan di madra-sah guru agamanya banyak. Bagi gu-ru yang mengajar materi umum pun,diharuskan menyesuaikan diri de-ngan kebiasaan madrasah. Di madra-sah, suasana salam sudah menjadi

tradisi keseharian. Ketika anak-anak menjawab salam juga harusditambah dengan warahmatul-lahi wabarakatuh. Mereka me-mulai dengan bismillahirrah-manirrahim saat memulai segalaaktivitas. “Jadi.. tak mungkin halsemacam itu diterapkan di ling-kungan yang heterogen,” sim-pulnya.

Di sisi lain, soal fasilitas.Madrasah senantiasa mengede-pankan fasilitas ibadah. Madra-sah ini telah memiliki masjid de-ngan kapasitas 800 siswa. Didalam masjid tersebut dilaku-kanlah pembinaan akhlakul kari-mah. Mulai shalat Dhuha, shalatDhuhur berjama’ah dengan cu-kup satu angkatan, halaqah,atau aktivitas lainnya.

Belum lagi dengan lingku-ngan madrasah yang asri, nyamandan bersih. Dengan begitu siswa-siswi merasa enak dalam melepas rasapenat. Dengan tempat duduk yangbersih, mereka bisa bersantai-santaiatau sekedar makan snack di terasberjajar. Mereka juga bisa refreshingdi sudut-sudut madrasah yang di-pilihnya. “Kami bahkan menginstruk-sikan pada satpam agar menyuruhanak-anak meninggalkan madrasahpada saat jam pulang. Sebab kalauterlanjur nyaman dan pulang sore,besoknya bisa kelelahan saat meng-ikuti proses pembelajaran di kelas,”kilahnya.

Guru-guru dan karyawan kantorjuga selalu memberikan layanan ter-baik buat mereka. Secara umum, pe-layanan mereka cukup diterima olehanak-anak. Terbukti, hingga sore harimasih ada guru-guru yang masih men-dampingi anak-anak. “Saya selalu

Bambang Wiyono, S.Ag, M.Pd. Drs. Nusalim, M.Pd.I

8 MPA 308 / Mei 2012

menekankan pada tenaga pendidikdan kependidikan di sini, bahwa tu-gas kita adalah melayani,” ungkapalumus S2 Universitas Muhammadi-yah Surabaya ini dengan mantap.

Layanan unggul itu akan tercip-ta, sambung ayah tiga anak ini, jikaada komitmen. Sebab komitmenlahyang membawa madrasah ke arahyang lebih baik. Dengan komitmenitulah, Kepala Madrasah, guru-gurudan pegawai dapat memberikan la-yanan yang baik kepada mereka. Danlayanan terbaik inilah yang dicari olehorang tua murid.

Untuk menunjang hal tersebut,madrasah ini menerapkan open man-agement dalam semua sistem. Begitu-pun dengan sistem keuangan. De-ngan keterbukaan semacam itu, se-muanya akan merasa nyaman. Deng-an kenyaman inilah, sehingga siswadan guru-guru merasa betah ketikaberada di madrasah.

Dengan kiat-kiat seperti ini, ma-ka madrasah tak perlu punya kekha-watiran akan dianggap sebagai lem-baga pendidikan kelas dua. Dan un-tuk mempertahankan hal tersebut,madrasah perlu membuat disain pro-gram yang matang. Mulai dari visi,misi, analisis SWOT yang akurat, ke-mudian ditindaklanjutilah denganaksi. “Aksi itu bisa terwujud bila adakomitmen dari guru. Maka bangunlahkomitmen guru. Agar guru punya ko-mitmen, maka wujudkanlah keterbu-kaan manajemen,” ungkapnya mem-berikan kiat sukses.

Nursalim memang dikenal seba-gai Kepala Madrasah yang memilikikomitmen sangat tinggi terhadap ma-drasah. Itulah yang membuat dirinyamenolak tawaran UNICEF, karenaingin membenahi madrasah yangdipimpinnya. Sebab targetnya kedepan, MTs Negeri 2 Kediri harusbisa menjadi rujukan bagi madra-sah dan sekolah lain.

Alhasil, madrasah tak perlupesimis bersaing dengan seko-lah favorit. Sebab madrasah ada-lah the real school. Sebab tujuanpendidikan nasional adalah mem-bentuk insan yang bertaqwa. Danitu tak mungkin tercapai denganagama diajarkan cuma dua jam disekolah. Karenanya, madrasahharus dikelola dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya.

Dengan kesungguhan dan kerjasebaik-baiknya itulah, MAN 3 Ma-lang telah menunjukkan eksistensi-nya sebagai salah satu Madrasah Fa-vorid terkemuka dan berprestasi. Bu-kan saja pada tingkat kota Malang,tapi juga nasional dan bahkan GoInternasional. Terbukti, 75 persenalumni madrasah ini telah diterima diperguruan tinggi favorit di Indone-sia. Seperti di Unibraw, ITB, UGM,ITS, UNAIR, UI, UIN, UM, atau lain-nya. Sedangkan perguruan tinggi luarnegeri yang menerima mereka, adalahal-Azhar Cairo di Mesir, Universitasdi Malaysia, Jepang dan Sudan. “Kedepan nanti, kami menargetkan yangmasuk perguruan tinggi favorit dalamnegeri 90 persen. Dan yang diterimadi luar negeri 10 persen,” tukas Dr. H.Ahmad Hidayatullah, M.Pd.

Menurut Kepala MAN 3 Ma-lang yang baru dilantik tanggal 6 Ma-ret 2012 ini, dari segi program pe-ngembangan madrasah banyak halyang bisa diunggulkan dari MAN 3Malang. Dalam bidang kurikulum adaprogram Cerdas Istimewa dan BakatIstimewa (CIBI). Ini merupakan pro-gram pendidikan yang memberikankesempatan kepada siswa yang me-miliki kemampuan di atas rata-rata,untuk dapat menyelesaikan programpendidikannya dalam waktu lebihcepat dari siswa lainnya. Juga adaprogram Madrasah Aliyah Berstan-dar Internasional (MABI), programKelas Akselerasi, serta program Re-guler Internasional dan Ma’had.

Di bidang pengelolaan juga ter-dapat full day school, boardingschool dan academik adviser. Se-dangkan di bidang sarana dan pra-sarana, MAN 3 Malang telah memilikitiga auditorium untuk pusat kegiatansiswa dalam pengembangan keilmu-

an, lab. bahasa yang fully computer-ized, juga masing-masing satu unitlaboratorium biologi, fisika, kimia dankomputer.

Yang menawan, ruang perpusta-kaannya sudah dilengkapi denganaudio visual room. Juga ruang kese-hatan, multimedia room untuk mela-kukan prestasi, internet center de-ngan kapasitas 40 unit komputer, LCDdan CCTV di semua kelas sehinggamemungkinkan dilaksanakan pembe-lajaran interaktif dengan media pem-belajaran dalam bentuk VCD, asramasiswa berkapasitas 300 siswa, pusatsumber belajar bersama (PSBB) yangdilengkapi dengan penginapan de-ngan kapasitas 120 orang, serta stu-dio radio FM, studio musik dan greenhouse.

Oleh karenanya, tutur alumnusS3 UIN Makasar dan kini juga sedangmenyelesaikan disertasi di UPI Ban-dung ini, jika ada masyarakat yangmenilai madrasah kurang diminati,adalah penilaian yang sangat keliru.Bukankah MAN 3 Malang telah me-nunjukkan eksistensinya di tingkatnasional dan bahkan internaasional?

Pada dasarnya, tutur mantanKepala MAN Iman Cendekia di Go-rontalo dan Serpong ini, madrasahakan menjadi pilihan masyarakat jikamadrasah mampu memberikan pela-yanan optimal buat mereka. Hal ituharus dibarengi pula dengan penca-paian prestasi yang membanggakan.Dengan begitu masyarakat akan ter-tarik dan menjatuhkan pilihannyapada madrasah.

Tujuh tahun belakangan ini,lanjut Staf SDM pada BPP Tehnologipada Program STEP dan Staf Pengajarpada Maghnet School ini, terbuktipeminat orang tua untuk menyekolah-kan anaknya di MAN 3 Malang me-

ngalami lonjakan yang sangat lu-ar biasa. Meskipun yang diterimahanya 200 siswa, tapi yang men-daftarkan diri bisa mencapai 700-an anak. Mereka tak hanya ber-asal dari Indonesia, namun jugadari Malaysia dan Singapore.

Lantas, masihkah madrasahdianggap sebagai lembaga pen-didikan kelas dua?

Laporan: M. Hisyam(Surabaya), Indah Isworo Naini

(Madiun), MuhammadBurhanuddin (Malang).Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd