tempat favorit mahasiswa sebagai sarana restorative · akan berkontribusi pada perumusan kriteria...

14
Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 5 Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative Astri Anindya Sari (1) , Hanson Endra Kusuma (2) , Baskoro Tedjo (3) (1) Dosen, Program Studi Arsitektur Universitas Widya Kartika Surabaya. E-mail: [email protected] (2) Dosen, Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung. E-mail: [email protected] (3) Dosen, Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung Abstrak Tempat favorit memiliki manfaat restorative atau regulasi emosi yang dapat mengembalikan ketegangan pikiran akibat aktivitas sehari-hari. Bagi mahasiswa, tempat favorit berfungsi sebagai penyeimbang aktivitas belajar sehari-hari yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Karena itu keberadaan tempat favorit mutlak dibutuhkan sebagai penunjang aktivitas mahasiswa pada kota-kota yang berorientasi ke pendidikan. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui tempat favorit mahasiswa yang digunakan untuk tujuan restorative, serta alasan pemilihannya. Hasil penelitian akan berkontribusi pada perumusan kriteria perencanaan tempat favorit yang dapat memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Ditemukan bahwa mall, ruang terbuka dan ruang hobi merupakan tiga tempat terfavorit yang dipilih mahasiswa lokasi studi sebagai sarana restorative. Ditemukan pula bahwa manfaat restorative yang diperoleh mahasiswa pada tempat favoritnya disebabkan oleh tiga dimensi yakni kualitas tempat dan aktivitas (place activity dependence), kualitas tempat (place dependence) serta aktivitas (activity dependence). Aktivitas yang terjadi di tempat favorit dapat dikategorikan menjadi dua yakni aktivitas santai (low tension) yang cenderung terjadi pada tempat-tempat dengan dimensi place dependence maupun place activity dependence, serta aktivitas hobi (high tension) yang cenderung terjadi pada tempat-tempat activity dependence. Kata-kunci: aktivitas, kualitas tempat, mahasiswa, restorative, tempat favorit Pendahuluan Tempat favorit dideskripsikan sebagai tempat yang menarik secara estetis dan menawarkan pelarian dari tekanan aktivitas sehari-hari, pada tempat tersebut seseorang akan dapat secara bebas berekspresi. Pada tempat favoritnya, seseorang dapat sangat merasakan kesenangan dan menikmati suasananya (Chapman & Robertson, 2009; Korpela dkk, 2001). Secara signifikan ditemukan bahwa datang ke tempat favorit mampu memberikan manfaat restorative yakni dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks dan dengan demikian kondisi mood dan emosinya menjadi lebih baik (Korpela dkk, 2001). Penelitian-penelitian tentang tempat favorit telah banyak dikembangkan terutama pada bidang psikologi dan sosiologi, yang lebih memberikan perhatian pada respon emosional dan kognitif terhadap tempat. Namun pada bidang arsitektur, penelitian mengenai tempat favorit masih sangat terbatas (Simonic, 2006; Atmodiwirjo, 2008; Duzenli dkk., 2009). Pada bidang arsitektur dan perencanaan, kajian mengenai tempat favorit lebih ditekankan pada jenis dan pola aktivitas yang terjadi di tempat favorit kaitannya dengan detail dan karakteristik fisik dan spasial yang secara langsung dapat diintevensi oleh arsitek dan perencana. Pada kota-kota yang direncanakan untuk fungsi pendidikan, jumlah mahasiswa akan menjadi sangat signifikan. Aktivitas belajar mahasiswa yang menuntut konsentrasi tinggi setiap harinya dapat memicu stres dan

Upload: duongngoc

Post on 23-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 5

Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

Astri Anindya Sari(1), Hanson Endra Kusuma(2), Baskoro Tedjo(3)

(1) Dosen, Program Studi Arsitektur Universitas Widya Kartika Surabaya. E-mail: [email protected] (2) Dosen, Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung. E-mail: [email protected] (3) Dosen, Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung

Abstrak Tempat favorit memiliki manfaat restorative atau regulasi emosi yang dapat mengembalikan ketegangan pikiran akibat aktivitas sehari-hari. Bagi mahasiswa, tempat favorit berfungsi sebagai penyeimbang aktivitas belajar sehari-hari yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Karena itu keberadaan tempat favorit mutlak dibutuhkan sebagai penunjang aktivitas mahasiswa pada kota-kota yang berorientasi ke pendidikan. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui tempat favorit mahasiswa yang digunakan untuk tujuan restorative, serta alasan pemilihannya. Hasil penelitian akan berkontribusi pada perumusan kriteria perencanaan tempat favorit yang dapat memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Ditemukan bahwa mall, ruang terbuka dan ruang hobi merupakan tiga tempat terfavorit yang dipilih mahasiswa lokasi studi sebagai sarana restorative. Ditemukan pula bahwa manfaat restorative yang diperoleh mahasiswa pada tempat favoritnya disebabkan oleh tiga dimensi yakni kualitas tempat dan aktivitas (place activity dependence), kualitas tempat (place dependence) serta aktivitas (activity dependence). Aktivitas yang terjadi di tempat favorit dapat dikategorikan menjadi dua yakni aktivitas santai (low tension) yang cenderung terjadi pada tempat-tempat dengan dimensi place dependence maupun place activity dependence, serta aktivitas hobi (high tension) yang cenderung terjadi pada tempat-tempat activity dependence.

Kata-kunci: aktivitas, kualitas tempat, mahasiswa, restorative, tempat favorit

Pendahuluan

Tempat favorit dideskripsikan sebagai tempat yang menarik secara estetis dan menawarkan pelarian dari tekanan aktivitas sehari-hari, pada tempat tersebut seseorang akan dapat secara bebas berekspresi. Pada tempat favoritnya, seseorang dapat sangat merasakan kesenangan dan menikmati suasananya (Chapman & Robertson, 2009; Korpela dkk, 2001). Secara signifikan ditemukan bahwa datang ke tempat favorit mampu memberikan manfaat restorative yakni dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks dan dengan demikian kondisi mood dan emosinya menjadi lebih baik (Korpela dkk, 2001).

Penelitian-penelitian tentang tempat favorit telah banyak dikembangkan terutama pada

bidang psikologi dan sosiologi, yang lebih memberikan perhatian pada respon emosional dan kognitif terhadap tempat. Namun pada bidang arsitektur, penelitian mengenai tempat favorit masih sangat terbatas (Simonic, 2006; Atmodiwirjo, 2008; Duzenli dkk., 2009). Pada bidang arsitektur dan perencanaan, kajian mengenai tempat favorit lebih ditekankan pada jenis dan pola aktivitas yang terjadi di tempat favorit kaitannya dengan detail dan karakteristik fisik dan spasial yang secara langsung dapat diintevensi oleh arsitek dan perencana.

Pada kota-kota yang direncanakan untuk fungsi pendidikan, jumlah mahasiswa akan menjadi sangat signifikan. Aktivitas belajar mahasiswa yang menuntut konsentrasi tinggi setiap harinya dapat memicu stres dan

Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

6 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

kejenuhan yang akan mempengaruhi keberhasilan studi. Karenanya sebagai penyeimbang, mahasiswa membutuhkan kegiatan selingan pada tempat favorit, sehingga mahasiswa dapat merasakan manfaat restorative dan mengembalikan kembali konsentrasi belajar untuk meraih keberhasilan studi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tempat favorit mahasiswa di Bandung meliputi karakteristik fisik spasial tempat favorit, respon emosional dan kognitif yang dirasakan, serta aktivitas yang terjadi di tempat tersebut. Dengan demikian hasil penelitian akan dapat berkontribusi pada bidang arsitektur dalam hal penentuan kriteria untuk perancangan tempat-tempat yang mampu memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Selain itu hasil penelitian juga dapat berfungsi sebagai basis data perencanaan dan perancangan ruang kota yang mengakomodasi kebutuhan mahasiswa pada kota-kota yang direncanakan untuk fungsi pendidikan.

Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Tempat Favorit

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mencoba mengetahui adanya pengaruh karakteristik personal seperti usia dan jenis kelamin (Korpela dkk., 2002; Chapman & Robertson, 2009; Duzenli dkk, 2009), latar belakang budaya (Newell, 1997) dan variabel pengaruh lain, seperti intervensi dari orang tua (Korpela dkk, 2002) maupun place identity (Chapman & Robertson, 2009) terhadap preferensi individu atas tempat favorit.

Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan adanya pengaruh usia terhadap preferensi tempat favorit. Anak-anak cenderung lebih menyukai hunian dan tempat-tempat yang mendukung kegiatan olahraga (Korpela dkk., 2002). Remaja menyukai tempat-tempat yang memberikan wadah bagi mereka untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan teman (Duzenli dkk., 2009; Atmodiwirjo, 2008). Sementara itu menurut Newell (1997), Korpela dkk. (2001), dan Korpela (2003), responden dengan usia dewasa cenderung memilih

tempat tinggal dan alam. Hal ini disebabkan karena responden dengan usia dewasa cenderung menggunakan tempat favoritnya untuk aktivitas santai sehingga dapat mengurangi ketegangan yang diakibatkan oleh aktivitas sehari-hari.

Mahasiswa merupakan individu yang berada pada rentang usia 18-25 tahun. Rentang usia ini berdasarkan perkembangan fisiologis dan psikologis dapat dikategorikan ke dalam fase transisi antara remaja akhir menjelang dewasa muda. Karenanya masih perlu diteliti apakah mahasiswa akan mengikuti kecenderungan preferensi tempat favorit yang tampak pada remaja atau pada dewasa muda. Dengan demikian, penelitian ini akan melengkapi badan pengetahuan penelitian sebelumnya yang lebih fokus pada kelompok usia anak-anak, remaja dan dewasa.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang bertujuan untuk memetakan tempat-tempat favorit mahasiswa yang digunakan untuk aktivitas rekreatif dan menghabiskan waktu luang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif pada pengumpulan data dan metode kuantitatif (content analysis, analisis distribusi frekuensi, analisis koresponden dan ANOVA) pada analisis data. Metode pengumpulan data kualitatif dengan instrumen berupa pertanyaan terbuka kepada responden dipandang paling sesuai untuk penelitian eksploratif. Penggunaan metode ini akan memberikan peluang bagi peneliti untuk mendapatkan berbagai kemungkinan jawaban dari responden, termasuk jawaban-jawaban yang mungkin tidak diduga sebelumnya oleh peneliti. Karenanya hasil penelitian yang didapatkan akan lebih kaya jika dibandingkan dengan penggunaan metode kuantitatif melalui instrumen penelitian dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan sebelumnya (Creswell, 2002).

Penelitian tentang tempat favorit ini dilakukan di Bandung, Indonesia. Responden dalam penelitian merupakan mahasiswa institusi

Astri Anindya Sari

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 7

pendidikan tinggi di Bandung pada kawasan Tamansari-Dago meliputi Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Pasundan (Unpas), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Komputer Indonesia (Unikom), dan Universitas Padjadjaran (Unpad) Dipatiukur. Pemilihan kawasan institusi pendidikan kawasan Tamansari-Dago sebagai sampel didasarkan oleh alasan-alasan berikut: 1) jumlah institusi dan mahasiswa lebih besar dibanding pada kawasan lain, 2) karakteristik wilayah kampus dan asumsi lokasi hunian (kos) relatif sama, Unisba, Unpas, sebagian ITB mewakili hunian Tamansari, Unpad, Unikom, dan sebagian ITB mewakili hunian daerah Dago, 3) kawasan Tamansari-Dago merupakan kawasan yang relatif dekat dengan pusat kota dengan beragam fungsi sosial dan pilihan hiburan juga relatif dekat dengan ‘area hijau’ (daerah Bandung Utara) sebagai alternatif wisata alami, 4) institusi pendidikan pada kawasan ini memiliki variasi baik dari spesialisasi program studi maupun prestasi (diindikasikan dari akreditasi) sehingga diharapkan mampu mewakili ragam kelompok mahasiswa di Kota Bandung.

Jumlah sampel ditentukan secara proporsional berdasarkan perbandingan jumlah mahasiswa masing-masing institusi (proportional sampling). Sedangkan responden pada tiap kampus dipilih secara acak (quota sampling), mewakili setiap district yang ada di dalam kampus. Responden dipilih secara purposive, harus memenuhi syarat sebagai mahasiswa sarjana strata satu (S1) yang telah berada pada jenjang di atas tingkat satu. Kriteria ini ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa mahasiswa S1 di atas tingkat satu memiliki tingkat usia, perkembangan psikologis dan kompleksitas kebutuhan yang setara, serta diasumsikan telah memiliki peta kognitif Kota Bandung.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara singkat dengan beberapa pertanyaan terbuka meliputi: 1) sebutkan tempat favorit ketika sedang merasa jenuh dengan kegiatan perkuliahan di kampus; 2)

alasan memilih tempat tersebut; 3) seberapa sering mendatangi tempat favorit dengan kelompok tertentu (sendiri, teman, pacar, keluarga). Karakteristik personal responden dibedakan berdasar jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Jawaban dari pertanyaan pertama disajikan dengan distribusi frekuensi untuk mengetahui persebaran tempat favorit yang paling disukai oleh mahasiswa. Jawaban dari pertanyaan ke-dua tentang alasan pemilihan tempat favorit dianalisis secara kualitatif dengan content analysis. Content analysis dilakukan dengan mengambil kata-kunci dari data teks jawaban responden, mengelompokkan dan mengkate-gorikan kata kunci yang memiliki makna sejenis, serta mengklasifikasikan kategori berdasarkan variabel-variabel penelitian yakni karakteristik fisik spasial, aktivitas, respon emosional dan kognitif. Hasil content analysis akan memberikan informasi mengenai kualitas fisik spasial yang dipertimbangkan responden dalam memilih tempat favorit, aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan di tempat favorit, dan respon emosional kognitif saat berada di tempat favorit. Analisis ANOVA dilakukan atas jawaban dari pertanyaan ke-tiga untuk mengetahui perbedaan kelompok pada intensitas kunjungan ke tempat favorit. Selain itu juga dilakukan analisis koresponden untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap preferensi tempat favorit.

Variabel-variabel penelitian ini yakni karakteristik fisik spasial, aktivitas, serta respon emosional dan kognitif diturunkan dari hubungan stimulus-respon pada teori persepsi lingkungan. Teori persepsi lingkungan menyatakan bahwa ketika individu memasuki sebuah rona, maka individu tersebut akan mempersepsikan dan memanifestasikannya melalui respon, baik respon kognitif, emosional, maupun perilaku (Lang dkk, 1976; Bell dkk, 1996). Pada konteks tempat favorit, karakteristik fisik dan spasial tempat merupakan stimulus yang dimiliki oleh sebuah tempat, sementara respon individu berupa perilaku (aktivitas) serta respon emosional dan

Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

8 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

kognitif yang dirasakan oleh responden di tempat favoritnya.

Hasil Penelitian

Jawaban responden atas pertanyaan pertama mengenai tempat favorit yang dikunjungi ketika merasa jenuh dengan perkuliahan di kampus dikategorikan berdasar fungsi dan tipologi tempat. Hasil pengategorian tempat favorit mahasiswa ditunjukkan oleh diagram 1 berikut.

Diagram 1. Kategori tempat favorit responden.

Dari diagram pie di atas diketahui bahwa mall, ruang terbuka, dan ruang hobi merupakan tempat yang paling banyak dituju sebagai sarana aktivitas restorative mahasiswa di lokasi studi. Mall dipilih sebagai tempat favorit oleh 112 responden atau 37% dari 303 mahasiswa yang terlibat dalam penelitian. Sedangkan tempat-tempat yang dipilih oleh minoritas atau kurang dari 10% responden adalah ruang pribadi, tempat kuliner, kampus, tempat ibadah, dan kampus lain. Untuk memfokuskan tulisan ini maka selanjutnya tempat favorit yang dibahas dibatasi pada tiga tempat terfavorit yakni mall, ruang terbuka, dan ruang hobi.

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Preferensi Tempat Favorit

Beberapa penelitian terdahulu (Korpela dkk., 2002; Chapman & Robertson, 2009; Duzenli dkk., 2009) telah mengungkap adanya pengaruh karakteristik personal di antaranya usia dan jenis kelamin terhadap tempat favorit. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa S1 yang rentang usianya dianggap setara, sehingga unsur usia tidak dilibatkan dalam penelitian ini.

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki perbandingan jenis kelamin yang seimbang, terdiri dari 152 orang laki-laki dan 151 orang perempuan. Perbedaan preferensi tempat favorit pada jenis kelamin yang berbeda terlihat dalam analisis koresponden pada diagram 2.

Diagram 2. Analisis koresponden antara jenis kelamin dengan tempat favorit.

Analisis koresponden memetakan posisi vektor jenis kelamin dan tempat favorit yang dipilih ke dalam peta. Kedekatan posisi vektor moda jenis kelamin dengan tempat favorit tertentu menunjukkan kedekatan hubungan yang dimiliki. Semakin dekat posisi vektor jenis kelamin tertentu dengan tempat favorit, artinya semakin besar jumlah responden dengan jenis kelamin bersangkutan memilih tempat favorit terkait.

Terlihat bahwa responden yang memilih mall sebagai tempat favorit merupakan responden berjenis kelamin wanita. Sedangkan responden laki-laki cenderung lebih memilih ruang terbuka dan ruang hobi. Temuan ini konsisten dengan penelitian terdahulu yakni Duzenli dkk. (2009), wanita lebih menyukai tempat-tempat komersial di pusat kota sedangkan laki-laki lebih tertarik pada aktivitas sosial dan olahraga.

Perbedaan preferensi ini kemungkinan terjadi karena mall mengakomodir unsur yang disukai oleh wanita, yakni pernak-pernik wanita, busana dan aksesoris, serta aktivitas belanja dan window shopping. Sementara pria cenderung lebih menyukai kegiatan

Astri Anindya Sari

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 9

petualangan dan aktivitas hobinya. Dua kegiatan ini cenderung diakomodir oleh ruang terbuka dan ruang hobi.

Pengaruh Keberadaan Kelompok terhadap Preferensi Tempat Favorit

Hurlock (1996) menyatakan bahwa mahasiswa yang masih berada pada lingkungan teman sebaya akan mengikuti garis perilaku remaja yang menilai pentingnya peran teman dan lingkungan pergaulan terhadap aktivitas sehari-hari dan pemilihan tempat aktivitas. Implikasinya adalah tempat-tempat yang cenderung dipilih sebagai tempat aktivitas adalah yang mengakomodir aktivitas sosial dengan teman.

Untuk mengetahui pengaruh keberadaan kelompok terhadap preferensi tempat favorit, diberikan pertanyaan kepada responden mengenai seberapa sering responden mengunjungi tempat favoritnya dengan kelompok tertentu (sendiri, teman, pacar, keluarga). Rentang pilihan jawaban yang disediakan menunjukkan frekuensi kunjungan ke tempat favorit dengan kelompok tertentu, dengan skala 1-5. Nilai 1 berarti tidak pernah; 2 berarti jarang; nilai 3 berarti kadang-kadang (nilai tengah); nilai 4 menunjukkan sering dan nilai 5 berarti selalu. Analisis dari jawaban responden disajikan dalam bentuk grafik frekuensi kunjungan responden ke tempat favorit bersama kelompok tertentu (sendiri, teman, pacar, keluarga), yang tampak pada diagram 3. Sumbu y pada diagram tersebut menunjukkan frekuensi kunjungan bersama kelompok tertentu. Jika nilai semakin tinggi maka kunjungan ke tempat favorit bersama kelompok tertentu semakin sering.

Diagram 3. Frekuensi kunjungan ke tempat favorit dengan kelompok tertentu

Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa responden cenderung lebih sering mengunjungi tempat-tempat favoritnya bersama teman daripada sendiri, dengan pacar ataupun dengan keluarga. Fenomena ini menguatkan pendapat Hurlock (1996) tentang pentingnya keberadaan teman dalam kehidupan remaja. Dari hasil penelitian ini pula secara tidak langsung dapat diketahui bahwa tempat-tempat yang dipilih sebagai favorit cenderung merupakan tempat sosialisasi dengan teman, atau yang mengakomodir aktivitas yang dapat dilakukan bersama teman. Hal ini menunjukkan konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya (Atmodiwirjo, 2008; Duzenli dkk., 2009; Matthews dkk., 2000). Selain itu dapat pula disimpulkan bahwa keberadaan teman untuk berbagi, berinteraksi, ataupun beraktivitas bersama memiliki manfaat dalam proses restorative bagi remaja.

Mall, Tempat Terfavorit untuk Restorative Mahasiswa

Mall merupakan tempat terfavorit yang dipilih sebagian besar responden penelitian ini. Sebanyak 112 dari 303 responden menyatakan bahwa mall merupakan tempat terfavorit yang paling sering mereka kunjungi ketika merasa jenuh atau bosan dengan kegiatan perkuliahan di kampus.

Temuan bahwa mall atau tempat komersial di pusat kota merupakan tempat terfavorit memperkuat temuan penelitian Duzenli dkk. (2009) tentang tempat favorit remaja di Trabzon, Turki dan Atmodiwirjo (2008) tentang tempat favorit hangout remaja di Jakarta. Konsistensi hasil penelitian ini dimungkinkan terjadi karena adanya kemiripan karakter pengembangan wilayah antara lokasi penelitian ini yakni Bandung dengan Jakarta dan Trabzon-Turki. Kota-kota tersebut merupakan kota besar di mana perkembangan shopping mall dengan desainnya yang atraktif sedang marak. Kondisi ini menjadikan mall sebagai salah satu alternatif bagi tempat favorit yang menarik dan mudah diakses dari kampus.

Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

10 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

Mall-mall yang menjadi favorit responden dapat dilihat pada gambar 4. Terlihat bahwa mall terfavorit adalah Cihampelas Walk (Ciwalk), diikuti Bandung Indah Plaza (BIP), Paris Van Java (PVJ), selanjutnya menyusul Bandung Elektronik Center (BEC) dan Dago Plaza (Dapla) sementara mall-mall lain (King’s, Braga City Walk (BCW), Bandung Trade Center (BTC), Istana Plaza (IP) dan Jatinangor Town Square (Jatos) hanya sebagai minoritas. Tingginya preferensi responden terhadap Ciwalk, BIP, dan PVJ menunjukkan keistimewaan ketiga mall tersebut dimata mahasiswa pada lokasi studi dibandingkan dengan mall-mall yang lain.

`

Diagram 4. Mall favorit

Gambar 1. Ciwalk, mall terfavorit

Jawaban responden atas pertanyaan mengenai alasan memilih tempat tertentu sebagai favorit dianalisis dengan content analysis dan disajikan dalam diagram yang menunjukkan faktor-faktor yang mendorong preferensi terhadap tempat tententu. Alasan yang disebutkan oleh responden dikategorikan ke dalam variabel karakteristik fisik spasial, aktivitas, serta respon emosional dan kognitif yang dirasakan responden saat berada di

tempat favoritnya. Faktor-faktor yang mendorong responden dalam memilih mall tertentu sebagai favorit disajikan dalam diagram 5. Hasil analisis ini menggambarkan karakteristik mall yang disukai oleh mahasiswa, serta aktivitas dan suasana yang diharapkan dapat terjadi di mall favorit.

Diagram 5. Faktor pendorong preferensi terhadap mall Terlihat bahwa pada aspek fisik spasial, banyaknya ragam tempat dan aktivitas yang dapat dilakukan merupakan unsur dominan yang mempengaruhi preferensi terhadap sebuah shopping mall. Artinya sebuah mall menjadi favorit karena menawarkan berbagai tempat untuk dikunjungi berikut aktivitas yang beragam. Ragam tempat dan aktivitas tersebut mampu memberikan pengalaman yang menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu shopping mall juga disukai karena menawarkan ragam pilihan tempat untuk makan. Kualitas fisik dan fasilitas pada mall tersebut dapat membuat responden merasa nyaman, dan memberikan suasana berbeda dengan sehari-hari sehingga mereka dapat

Astri Anindya Sari

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 11

menikmati proses restorative (refreshing) pada shopping mall.

Dari sisi spasial, faktor lokasi dalam hal ini kemudahan akses dari kampus merupakan unsur dominan yang mempengaruhi preferensi terhadap mall tertentu. Artinya mall-mall yang berlokasi di dekat kampus memiliki kemungkinan lebih besar untuk lebih sering dikunjungi daripada mall yang berada jauh dari kampus (sulit dijangkau). Hal ini kemungkinan terjadi karena sebagian besar mahasiswa di lokasi studi merupakan mahasiswa perantau yang belum memiliki penghasilan sendiri, sehingga lokasi kampus dan sekitarnya merupakan tempat yang paling mudah dijangkau tanpa harus mengeluarkan biaya lebih. Selain itu tempat-tempat favorit mahasiswa untuk restorative diperkirakan merupakan tempat sosialisasi dengan teman yang biasa dikunjungi dari kampus, sehingga kemudahan akses dari kampus merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi preferensi. Hal ini terbukti karena Ciwalk dan BIP, dua mall yang menempati peringkat pertama dan kedua terfavorit merupakan mall yang terletak pada lokasi yang relatif dekat dan mudah dijangkau dari kampus-kampus yang dijadikan lokasi penelitian ini (berada pada area yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki/walking distance).

Dari diagram 5 terlihat bahwa aktivitas yang paling banyak dilakukan di mall adalah entertainment, termasuk di dalamnya nonton film, karaoke dan bermain game. Selanjutnya disusul oleh aktivitas interaksi pasif (window shopping, melihat orang, ngeceng), jalan-jalan, makan-minum serta aktivitas interaksi aktif (dengan teman). Aktivitas belanja yang seharusnya merupakan aktivitas utama di mall justru menempati posisi terendah dari distribusi frekuensi, sedangkan entertainment justru merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan. Melihat fenomena ini, maka mahasiswa di lokasi studi dapat digolongkan ke dalam kelompok recreational shopper (Patel, 2008) atau pengunjung yang datang ke mall dengan motivasi hedonic/hiburan (Babin dkk., 1994 dalam Sit, 2005; Yasin, 2011).

Mall yang didesain dengan baik dan sesuai dengan preferensi pengunjung akan dapat mendorong seseorang lebih lama berada pada tempat tersebut (betah), dan mengunjunginya secara frekuentatif (repeater). Hal tersebut pada akhirnya akan mendorong lebih banyak terjadinya aktivitas sekunder dan sosialisasi (Gehl, 1986). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa di lokasi studi merupakan tipe recreational shopping yang cenderung memanfaatkan mall sebagai sarana hiburan, sosialisasi dengan teman sembari melakukan hal-hal yang disukai. Bagi pengunjung mall jenis ini selain ketersediaan fasilitas yang mengakomodir aktivitas entertainment seperti bioskop, tempat karaoke, game center, dan berbagai tempat makan, aspek desain shopping mall juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi terhadap shopping mall. Aspek desain akan mempengaruhi kenyamanan dan memberikan pengalaman menyenangkan bagi aktivitas pengunjung di shopping mall.

Gambar 2. Salah satu sudut Ciwalk, mall terfavorit

Dari variabel fisik-spasial pendorong preferensi terhadap mall (diagram 5) diketahui bahwa keunikan desain, keterbukaan ruang, adanya unsur vegetasi serta keberadaan tempat duduk merupakan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan shopping mall yang sesuai dengan preferensi mahasiswa. Adanya perhatian terhadap aspek-aspek tersebut akan menunjang kenyamanan aktivitas mahasiswa di mall selain juga memberikan pengalaman berbeda dari

Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

12 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

sehari-hari sehingga pada akhirnya akan dapat memberikan manfaat restorative.

Ruang Terbuka, Daya Tarik Kualitas Lingkungan Alami

Ruang terbuka menempati urutan kedua sebagai tempat favorit yang dikunjungi saat merasa jenuh dan stres dengan kegiatan perkuliahan. Ruang terbuka dipilih oleh 67 orang responden atau 22% dari keseluruhan data. Berdasar lokasinya, ruang terbuka yang dipilih oleh responden dapat dikategorikan menjadi dua yakni ruang terbuka yang terletak di pedesaan atau pinggir kota (rural), dan ruang terbuka yang terletak di tengah kota (urban). Ruang terbuka rural dipilih oleh 57 responden, sedangkan ruang terbuka urban dipilih oleh 10 orang responden.

Diagram 6. Kategorisasi ruang terbuka

Tipologi ruang terbuka rural yang dipilih oleh responden sebagai tempat favorit dibedakan menjadi bukit/tempat tinggi yang dipilih oleh 34 responden; wisata alam/outbond, dipilih oleh 15 responden; alam bebas, dipilih oleh 5 responden; perkebunan dipilih oleh 3 responden. Bukit/tempat tinggi yang dipilih sebagai favorit diantaranya adalah Punclut, Caringin Tilu (Cartil), Bukit Bintang (Dago), dan Puncak Lembang. Tempat-tempat ini dipilih terutama karena lokasinya yang lebih tinggi dari sekitarnya sehingga dari tempat tersebut pemandangan kota dapat terlihat jelas. Wisata alam yang banyak dipilih di antaranya Ciater, Taman Hutan Rakyat (Tahura), Maribaya, dan tempat-tempat outbond. Sedangkan alam bebas diantaranya gunung dan lokasi perkemahan yang menyediakan pengalaman berinteraksi dengan alam bebas. Perbedaan mendasar dari kategori wisata alam/outbond dan alam bebas

adalah dari segi pengelolaannya. Tempat-tempat favorit yang dimasukkan dalam kategori wisata alam/outbond sudah dikelola secara resmi, dan sudah dilakukan perubahan dan pengelolaan desain dari kondisi alam aslinya. Sedangkan alam bebas cenderung masih asli seperti kondisi awalnya.

Gambar 3. Tahura, salah satu ruang terbuka rural pilihan responden

Faktor-faktor yang mendorong responden memilih ruang terbuka rural sebagai favorit dapat dilihat pada diagram 7.

Diagram 7. Faktor pendorong preferensi terhadap ruang terbuka rural

Diketahui bahwa unsur-unsur fisik pendorong preferensi merupakan karakteristik alami yang dimiliki oleh ruang terbuka rural. Dengan karakteristik tersebut, responden dapat menikmati pemandangan indah (alam dan

Astri Anindya Sari

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 13

kota), merasakan suasana yang tenang, dan dapat merasakan manfaat restorative (refreshing). Karakteristik tersebut tidak mudah ditemui di kota, sehingga walaupun lokasinya berada jauh dari kampus maupun tempat tinggal, ruang terbuka rural akan tetap dicari.

Karakteristik spasial tempat yang menjadi faktor pendorong adalah letaknya yang berada di ketinggian sehingga dari tempat tersebut responden dapat melihat pemandangan dengan lebih leluasa. Nilai lebih lain yang dimiliki oleh ruang terbuka rural adalah lokasinya yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kota, selain juga kualitas udaranya yang masih bersih membuat tempat ini dipandang sesuai sebagai tempat-tempat kontemplasi maupun interaksi sambil merasakan suasana yang berbeda dengan keseharian.

Gambar 4. Suasana Taman Cikapayang saat car free day, salah satu ruang terbuka urban pilihan responden

Seperti telah disebutkan sebelumnya, selain ruang terbuka rural, ada sebagian responden yang memilih ruang terbuka yang berlokasi di tengah kota (urban) sebagai tempat favoritnya. Dibandingkan dengan ruang terbuka rural, ruang terbuka urban dipilih oleh minoritas, yakni 10 responden atau 15% dari 67 responden yang memilih ruang terbuka. Jenis ruang terbuka urban yang dipilih adalah jalan (car free day, pinggir jalan sekitar kampus, dan jalan raya di Bandung tengah) yang dipilih oleh 5 responden. Selain itu juga taman kota dan tempat lapang (Taman Cikapayang, Taman Balaikota, Taman Universitas Pendidikan Indonesia UPI, dan

Monumen Perjuangan Rakyat Bandung) yang juga dipilih oleh 5 responden.

Faktor-faktor yang mendorong preferensi responden terhadap ruang terbuka urban ditunjukkan oleh diagram 8 berikut.

Diagram 8. Faktor pendorong preferensi terhadap ruang terbuka urban

Dapat dilihat pada variabel karakteristik fisik-spasial, ruang terbuka urban dipilih karena dinilai masih memiliki kualitas fisik sejuk, teduh, dan asri, seperti juga pada ruang terbuka rural. Nilai tambah yang dimiliki adalah kedekatan ruang terbuka ini dengan kampus sehingga pencapaiannya lebih mudah. Selain itu ruang terbuka ini dipilih karena terdapat banyak tempat-tempat jajan dengan harga yang terjangkau.

Berbeda dengan ruang terbuka rural, ruang terbuka urban tidak digunakan untuk kontemplasi namun lebih pada kegiatan interaksi, jalan-jalan, maupun “ngeceng“. Selain itu apabila pada ruang terbuka rural, orang lebih menikmati panorama keindahan

Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

14 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

alam, pada ruang terbuka urban yang menjadi daya tarik adalah keramaian kota dan aktivitas orang, selain juga karena kualitas alami yang dimiliki.

Dari penjelasan mengenai ruang terbuka rural dan urban, diketahui bahwa faktor kualitas lingkungan dalam hal ini keberadaan lingkungan alami merupakan faktor utama pendorong preferensi terhadap ruang terbuka baik rural maupun urban. Keberadaan kualitas lingkungan alami pada ruang terbuka rural membuatnya tetap dipilih sebagai favorit meskipun berada pada lokasi yang relatif susah diakses dari kampus. Pada ruang terbuka urban, pengaruh kualitas alami terhadap preferensi terlihat dari masuknya kata kunci asri, alami, teduh dan sejuk pada jawaban responden atas pertanyaan alasan memilih ruang terbuka urban sebagai favorit untuk dikunjungi saat merasa jenuh dengan kegiatan perkuliahan (diagram 8). Fenomena tersebut dimungkinkan terjadi karena adanya efek restorative yang dimiliki oleh lingkungan alam. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Van den Berg dkk. (2003); Korpela (2003) dan Hartig & Staats (2005), menyatakan bahwa berada dalam lingkungan dengan suasana alami dapat memberikan ketenangan dan meregangkan ketegangan mental yang diakibatkan oleh kepenatan aktivitas sehari-hari.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa aktivitas yang paling banyak terjadi pada ruang terbuka baik rural maupun urban adalah aktivitas santai yang tidak terlalu membutuhkan kerja otak dan anggota tubuh yang terlalu keras (low tension). Aktivitas tersebut meliputi interaksi baik pasif (melihat pemandangan, ngeceng, melihat keramaian maupun interaksi aktif (sosialisasi dengan teman), serta aktivitas-aktivitas lain seperti menghirup udara segar, kontemplasi, duduk-duduk, serta makan-minum. Aktivitas santai seperti interaksi sebenarnya merupakan aktivitas yang relatif dapat dilakukan di mana saja, namun adanya perhatian terhadap kualitas fisik lingkungan akan memberikan nilai

tambah terhadap kenyamanan aktivitas santai dan pada akhirnya dapat meningkatkan preferensi terhadap lingkungan.

Perhatian terhadap kualitas fisik dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal yang mendorong preferensi, baik itu dari segi kualitas fisik-spasial maupun aktivitas ke dalam perencanaan ruang. Berdasarkan hasil penelitian ini, hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas fisik dan meningkatkan preferensi pada ruang terbuka diantaranya adalah memperhatikan ketersediaan unsur alami dalam jumlah yang cukup pada lingkungan, memperhatikan keterbukaan ruang terutama pada spot-spot yang mengarah ke arah pemandangan, memperhatikan ketersediaan tempat duduk, fasilitas untuk makan-minum, serta keberadaan peneduh untuk kenyamanan aktivitas di siang hari.

Hobi, Aktivitas yang Memberi Manfaat Restorative.

Tempat yang menduduki peringkat ke-tiga terfavorit untuk sarana restorative mahasiswa adalah ruang hobi. Ruang hobi dipilih oleh 45 responden atau 15% dari total 303 responden yang berpartisipasi dalam penelitian. Tempat-tempat yang dikategorikan sebagai ruang hobi merupakan tempat yang mewadahi aktivitas yang disukai atau menjadi hobi dari responden.

Diagram 9. Kategorisasi ruang hobi.

Dari diagram 9 diketahui bahwa hobi atau aktivitas yang digemari oleh responden yang dapat diidentifikasi adalah membaca, olahraga, bermain game, otomotif, serta menonton film. Olahraga dan membaca

Astri Anindya Sari

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 15

merupakan aktivitas yang dipilih oleh mayoritas responden.

Alasan-alasan responden memilih ruang hobi sebagai favorit dianalisis dengan content analysis dan dikategorikan ke dalam tiga aspek yakni fisik-spasial, aktivitas dan emosional-kognitif yang ditunjukkan oleh diagram 10.

Diagram 10. Faktor pendorong preferensi terhadap ruang hobi.

Dari tiga aspek pendorong preferensi yang ditunjukkan oleh gambar tersebut terlihat bahwa aspek aktivitas dan emosional-kognitif cenderung lebih dominan (banyak disebutkan oleh responden) dibandingkan aspek fisik-spasial.

Fenomena tersebut dimungkinkan terjadi karena melakukan aktivitas yang menjadi hobi atau kesukaan dapat menjadi suatu sarana refreshing bagi seorang pehobi. Sementara rata-rata aktivitas hobi misalnya olahraga dan bermain musik membutuhkan performa ruang khusus untuk bisa dilakukan. Dengan demikian, terakomodirnya aktivitas yang diinginkan merupakan faktor utama yang menentukan preferensi terhadap ruang hobi. Hal tersebut juga kemungkinan membuat faktor kualitas fisik-spasial ruang lain menjadi dianggap tidak terlalu penting, asal kegiatan hobi dapat dilakukan dengan nyaman. Faktor

spasial yang menjadi nilai tambah terhadap preferensi ruang hobi adalah kemudahan aksesibilitas (jarak dari kampus/rumah).

Diskusi

Tempat favorit merupakan tempat yang menarik secara estetis dan menawarkan pelarian dari tekanan keseharian. Pada tempat tersebut seseorang akan dapat secara bebas berekspresi (Korpela dkk., 2001). Konsisten dengan pendapat tersebut, mahasiswa di lokasi studi merasakan bahwa tempat favorit mampu memberikan pengalaman yang berbeda dari aktivitas perkuliahan sehari-hari. Berada di tempat favoritnya, mahasiswa merasa nyaman, senang, dapat bebas berekspresi maupun melakukan kegiatan yang disukai sehingga pada akhirnya mereka dapat merasakan manfaat restorative (resfreshing). Oleh sebab itu dapat disimpulkan jika dirasakannya respon-respon emosional dan kognitif tersebut oleh pengguna merupakan indikator keberhasilan perencanaan tempat yang mampu memberikan efek restorative.

Tiga tempat restorative terfavorit yang dipilih sebagai favorit oleh mahasiswa di lokasi studi adalah mall, ruang terbuka dan ruang hobi. Masing-masing tempat ini dipilih karena kekhasan yang dimilikinya. Mall dipilih karena kualitas tempatnya yang menyuguhkan suasana berbeda serta aktivitas entertainment yang dapat dinikmati. Artinya mall dipilih karena kualitas tempat dan aktivitas (place activity dependence). Sementara Ruang terbuka cenderung dipilih karena kualitas alami yang tidak dapat ditemukan dengan mudah pada hiruk pikuk kehidupan di kota. Artinya ruang terbuka dipilih karena kualitas fisik tempat yang dimilikinya (place dependence). Sedangkan ruang hobi dipilih karena menyediakan sarana untuk melakukan aktivitas yang disukai (activity-dependence). Tiga kelompok kualitas tempat favorit tersebut mampu memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Oleh sebab itu kualitas fisik tempat dan pengakomodiran aktivitas yang sesuai preferensi mahasiswa merupakan hal

Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

16 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

yang harus diperhatikan dalam perencanaan tempat yang mampu memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa pada tempat favoritnya dapat dibedakan menjadi dua, yakni aktivitas santai (low tension) dan aktivitas hobi (high tension). Aktivitas santai merupakan aktivitas yang tidak terlalu membutuhkan kerja otak maupun anggota badan lain yang terlalu berat (low tension). Aktivitas ini meliputi interaksi aktif (sosialisasi dengan teman) maupun interaksi pasif (melihat pemandangan, window shopping, ngeceng, dll), duduk-duduk, jalan-jalan, dan makan minum. Sementara aktivitas hobi merupakan aktivitas yang membutuhkan kerja otak dan anggota badan lain yang cenderung lebih tinggi daripada aktivitas santai (high tension). Aktivitas hobi meliputi olahraga, outbond, bermain musik, membaca, bermain game, dan menonton film. Bagi mahasiswa, melakukan aktivitas hobi yang disukai walaupun membutuhkan kerja otak dan anggota tubuh yang relatif keras juga merupakan suatu sarana rehat sejenak dari aktivitas belajar. Dari aktivitas tersebut mereka akan merasakan suatu pengalaman yang berbeda dari keseharian, serta menyalurkan emosi. Temuan ini memperkuat hasil penelitian terdahulu (Heintzman, 2002; Pressman dkk., 2009) yang menemukan adanya hubungan antara melakukan aktivitas waktu luang (leisure) seperti hobi dengan kesehatan mental yang ditandai dengan rendahnya tingkat stres. Karenanya perencanaan kualitas fisik ruang untuk mengakomodir aktivitas santai dan hobi merupakan hal yang penting bagi perencanaan ruang yang dapat memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa.

Aktivitas hobi membutuhkan performa ruang khusus untuk bisa terjadi. Di lain pihak aktivitas santai pada dasarnya dapat terjadi di manapun. Namun adanya perhatian pada perencanaan kualitas fisik ruang akan memberikan nilai tambah terhadap

kenyamanan aktivitas santai dan pada akhirnya akan meningkatkan preferensi terhadap tempat tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, perhatian terhadap kualitas fisik ruang yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi aktivitas santai mahasiswa antara lain adalah; (1)menyediakan fungsi-fungsi ruang yang beragam untuk aktivitas bersama teman, (2)menyediakan tempat duduk dengan penataan sedemikian rupa sehingga nyaman untuk interaksi, (3)memperhatikan keterbukaan ruang terutama pada spot-spot yang memiliki view positif (bisa berupa pemandangan ataupun aktivitas orang), (4)menyediakan peneduh pada ruang terbuka untuk kenyamanan aktivitas di siang hari serta (5)memperhatikan ketersediaan tempat-tempat untuk makan.

Kemudahan aksesibilitas, terutama karena kedekatan lokasi dengan kampus merupakan faktor yang sering muncul pada hasil analisis atas alasan pemilihan tempat tertentu sebagai favorit. Dari fenomena ini diketahui bahwa lokasi sekitar kampus merupakan daerah yang paling potensial untuk perencanaan fungsi-fungsi ruang yang ditujukan bagi segmen mahasiswa. Faktor lokasi berkaitan erat dengan kemudahan akses, yang merupakan kombinasi antara jarak, waktu tempuh, dan biaya yang dikeluarkan untuk menuju tempat yang bersangkutan. Bagi mahasiswa, tempat-tempat favorit lebih banyak digunakan sebagai sarana aktivitas bersama dengan teman, sedangkan kampus cenderung menjadi titik awal keberangkatan ke tempat favorit. Dengan demikian kemudahan akses dari kampus menjadi hal yang penting, semakin dekat lokasi dari kampus maka kemungkinan untuk menjadi favorit akan semakin besar.

Kedekatan lokasi dengan kampus hanya tidak muncul sebagai faktor pendorong preferensi pada ruang terbuka rural yang rata-rata memang terletak pada lokasi yang relatif jauh dari kampus. Tingginya preferensi terhadap ruang terbuka rural meskipun berada pada lokasi yang jauh dari kampus mengindikasikan keistimewaan yang dimiliki oleh ruang terbuka

Astri Anindya Sari

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 | 17

rural. Manfaat restorative yang dimiliki oleh kualitas lingkungan alami pada ruang terbuka rural merupakan hal yang dicari ditengah hiruk pikuk dan sesaknya kehidupan kota. Karena itu adanya perhatian khusus terhadap kualitas lingkungan alami dalam perencanaan area kampus dan sekitarnya merupakan hal yang mutlak diberlakukan sehingga dapat memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa sekaligus meningkatkan preferensi terhadap tempat yang direncanakan.

Kesimpulan

Tempat tertentu dapat menjadi tempat favorit yang memiliki efek restorative karena keberadaan dimensi place activity dependence, place dependence atau activity dependence. Pada tempat-tempat tersebut dapat terjadi aktivitas santai (low-tension) ataupun aktivitas hobi (high-tension). Aktivitas santai (low tension) dapat terjadi pada tempat-tempat yang berdimensi place activity dependence ataupun place dependence. Sedangkan aktivitas hobi (high-tension) membutuhkan performa khusus untuk bisa terjadi, sehingga cenderung terjadi pada tempat-tempat yang activity-dependence. Temuan ini merupakan kebaruan yang belum terungkap secara eksplisit pada penelitian sebelumnya.

Temuan-temuan penelitian ini memberikan gagasan sekaligus kritik terhadap perencanaan ruang publik yang selama ini ada di Indonesia, terutama ruang-ruang kota yang terletak di sekitar kampus. Salah satu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah-daerah yang dekat dengan kampus terutama zona yang berada pada walking distance merupakan lokasi-lokasi potensial yang dapat dikembangkan secara maksimal sebagai area penunjang aktivitas restorative mahasiswa dan pada akhirnya memiliki potensi yang besar untuk menjadi favorit. Namun kenyataannya fungsi-fungsi semacam itu selama ini kurang atau belum mendapat perhatian baik dari pihak pemerintah maupun kampus. Selama ini kecenderungan yang terjadi adalah area-area di sekitar kampus tumbuh secara sporadis tanpa adanya perencanaan. Lebih lanjut, hasil penelitian ini juga memberikan gagasan mengenai perencanaan fungsi-fungsi ruang

yang dapat dikembangkan pada kawasan di sekitar kampus, serta elemen-elemen fisik spasial yang harus diperhatikan agar tempat yang dirancang tersebut dapat memberikan efek restorative bagi mahasiswa sekaligus memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi favorit.

Ucapan Terima Kasih

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti dan rekan mahasiswa magister Arsitektur, SAPPK ITB. Peneliti menyampaikan terima kasih kepada Putri Herlia dan Wasiska Iyati atas bantuannya dalam pengumpulan data.

Referensi

Atmodiwirjo, P. (2008), The Use of Urban Public Places in Jakarta for Adolescents' Hanging Out, Journal of Asian Architecture and Building Engineering/November 2008/346339

Bell, P., Greene, T.C., Fisher, J.D & Baum, A. (1996), Environmental Psychology Fourth Edition, Philadelphia: Harcourt Brace College Publishers

Chapman, J.A & Robertson, M. (2009). Adolescents’ Favourite Places: Redefining the Boundaries Between Private and Public Space, Space and Culture Vol.12, No.4, pp.419-434

Creswell, J. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method 2-nd edition, California: SAGE Publication

Duzenli, T., Bayramoglu, E & Özbilen, A. (2009). Needs and Preferences of Adolescents in Open Urban Spaces, Scientific Research and Essay Vol. 5 (2), 18 January, 2010, pp. 201-216

Gehl, J (1986). Life Between Buildings: Using Public Space, New York: Van Nostrad Reinhold Company

Hartig, T & Staats, H. (2005). Linking Preference for Environments With Their Restorative Quality, In B. Trees, G.

Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

18 | Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

Tress, G. Fry & P. Opdam (Eds). From Landscape Research to Landscape Planning: Aspect of Integration, Education, And Application, pp. 279-292. Netherland: Springer. http://edepot.wur.nl/119329. diunduh pada Januari 2011

Heintzman, P. (2002), A Conceptual Model Of Leisure And Spiritual Well-Being, Journal of Park and Recreation Administration Vol 20, No. 74, Winter 2002 pp. 147-169

Hurlock, E. (1996). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga

Korpela, K. M, (2003), Negative Mood and Adult Place Preference, Journal of Environment and Behavior, Vol.35 No.3 May 2003, pp.331-346

Korpela, K., Kytta, M & Hartig.T (2002), Restorative Experience, Self Regulation, and Children’s Place Preferences, Journal of Environmental Psychology 22, no.4, pp 387-398

Korpela, K.M., Hartig. T., Kaiser, F.G & Fuhrer, U. (2001), Restorative Experience and Self Regulation in Favorite Places, Journal of Environment and Behavior, Vol.33 No.4, July 2001, pp.572-589

Lang, J., Burnette, C., Moleski, W & Vachon, D. (1974), Designing For Human Behavior, Architecture and The Behavioral Sciences, USA:Dowden Hutchinson & Ross Inc

Matthews, M., Taylor, M., Smith, P. B & Limb, M. (2000). The Unacceptable Flaneur,:The Shopping Mall as a Teenage Hangout. Childhood: A Global Journal of Child Research, Vol.7 No.3 August 2000, pp.279-294

Newell, P.B. (1997), A Cross-Cultural Examination of Favorite Places, Journal of Environment and Behavior, Vol.29 No.4, July 1997, pp.495-514

Patel, V. (2008), Consumer Decision Making Styles in Shopping Malls: An Empirical

Study. In: Dhar, U., Nath, V.V., Nair, S.K. and Yadav, P.K., (eds.), New Age Marketing: An Emerging Realities, New Delhi: Excel Books, pp. 627-637.

Simonic, T. (2006), Urban Landscape As A Restorative Environment: Preferences And Design Considerations, Acta agriculturae Slovenica, 87 - 2, September 2006, pp. 325 - 332

Sit, J., Merrilees, B. (2005), Understanding Satisfaction Formation Of Shopping Mall Entertainment Seekers: A Conceptual Model, Proceeding of ANZMAC 2005 Conference: Retailing, Distribution Channels and Supply Chain Management

Van den Berg, A.E., Koole.S.L & Van der Wulp. N.Y. (2003), Environmental Preference and Restoration: (How) are they related? Journal of Environmental Psychology, Vol 23 (2003), pp.135–146

Yasin, P. E. (2011). Pengaruh Konfigurasi Ruang dan Atraktor pada Pergerakan Pengunjung di Shopping Mall di Bandung. Disertasi Program Doktor, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB