the nine principles of moderate islam ahlussunah wal jama'ah
TRANSCRIPT
Proceeding: The 1st Faqih Asy’ari Islamic Institute International Conference
Faqih Asy’ari Islamic Institute Sumbersari Kediri, Indonesia
“Moderasi Islam Aswaja untuk Perdamaian Dunia” (Volume 2, Tahun 2019) ISBN (Volume Lengkap) 978-623-91749-3-4; ISBN (Volume 2): 978-623-91749-5-8
The Nine Principles of Moderate Islam Ahlussunah Wal Jama'ah
Sumiati
Institut Agama Islam Faqih Asy’ari Kediri, Indonesia
email: [email protected]
Abstract
Every life surely carries its own story, and every religion is sure to teach virtue
according to the perception of religion itself, and every organization must also have
its own distinctive Cir. Islam itself has many sects and Islamic organizations
following the principles they admit, moderate Islam is the teaching that delivers us
to think in the Tawasut, Tasamuh, Tawazun and I "tidal in the teachings of Islam that
Rahmatan Lil Alamin. In this article, we discuss about the "nine principles of
moderate Islam Ahlussunah Wal Jama'ah" that could be our reference in
understanding all the phenomena that often occur wisely and according to the
guidance of Islam Ahlussunah Wal Jamah.
Keywords: Aswaja, nine principles, and moderate Islam
Pendahuluan
Dalam sebuah kehidupan, bagi sebagian masyarakat di dunia termasuk
Indonesia, agama adalah pedoman untuk menentukan arah yang harus di tuju dalam
hidupnya. Dalam kehidupan di dunia ini, hal yang paling penting adalah sebuah
kedamaian jiwa dan raga dalam bermasyarakat. Maka, ketika muncul perubahan-
perubahan dalam sebuah kehidupan, harus ada yang mengimbangi perubahan-
perubahan tersebut dalam konteks bergama dengan mengikuti pergerakan perubahan
dalam situasi dan kondisi global.
Islam adalah penerus ajaran Nabi Ibrahim yang membawa ajaran hanifiyah
samhah (lurus moderat yang toleran ). Jika Yahudi menekankan ajaran keadilan (al
adalah) dan Kristen menegaskan doktrin kasih sayang (ar rahmah), maka Islam
menengahi dan memadukan keadilan berdasar kasih sayang untuk membangun
peradaban (al adalah wal rahmah lil hadharah).
Sumiati | 22
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
Islam adalah agama yang moderat,Islam Moderat adalah ajaran yang mampu
mengikuti perkembangan jaman dan tidak meninggalkan ajaran ajaran sesudahnya.
Sehingga Islam Moderat merupakan agama yang mampu mengimbangi pergerakan
perubahan dalam kehidupan di dalam masyarakat. Dalam akidahnya Islam Moderat
meyakini Tuhan hanya ada satu,tidak anti tuhan juga tidak meyakini tuhan banyak.
Dalam berbagai persoalan juga demikian, sebagaimana firman Allah SWT dalam
QS. Al Baqoroh ayat 143 :
Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa
yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Istilah Islam moderat bukanlah tanpa konsep dan landasan. Justru, istilah itu
muncul dengan dasar atau landasan teologis dan ontologis (sesuatu yang bersifat
konkret). Istilah Islam moderat ialah bagian dari ajaran Islam yang universal. Istilah
Islam moderat memiliki padanan dengan istilah Arab ummatan wasathan atau al-din
al-wasath. Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan demikianlah Aku (Tuhan)
jadikan kalian umat yang “wasat” (adil, tengah-tengah, terbaik) agar kalian menjadi
saksi (syuhada’) bagi semua manusia, dan agar Rasul (Muhammad SAW) menjadi
saksi (syahid) juga atas kalian.” (Q. S. Al-Baqarah:143). Umatan wasathan dalam
ayat tersebut berarti “golongan atau agama tengah”.Kata “wasat” dalam ayat di atas,
jika merujuk kepada tafsir klasik seperti al-Tabari atau al-Razi, mempunyai tiga
kemungkinan pengertian, yakni: umat yang adil, tengah-tengah, atau terbaik. Ketiga
pengertian itu, pada dasarnya, saling berkaitan.Sebagai istilah untuk penggolongan
23 | The Nine Principles of Moderate Islam Ahlussunah Wal Jama'ah
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
corak pemikiran dan gerakan istilah “Islam moderat” diperlawankan dengan istilah
lain, yaitu Islam radikal. Islam moderat, dalam pengertian yang lazim kita kenal
sekarang, adalah corak pemahaman Islam yang menolak cara-cara kekerasan yang
dilakukan oleh kalangan lain yang menganut model Islam radikal.
Pembahasan
Awal abad ke-20 ditandai lahirnya gerakan-gerakan Islam yang monumental
(kesan yang menimbulkan sesuatu yang besar). Gerakan Islam tersebut telah
mengukir tinta emas baik untuk kebangkitan Islam maupun pergerakan perjuangan
kemerdekaan di Indonesia, yang kemudian dikenal dengan organisasi
kemasyarakatan Islam. Namun, secara umum ormas-ormas Islam tersebut, lebih-
lebih pada dua organisasi Islam terbesar di negeri ini seperti Muhammadiyah (berdiri
tahun 1912) dan Nahdlatul Ulama (berdiri tahun 1926) tetap menjaga dan
memperkokoh posisi dan perannya dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan
dunia global sebagai kekuatan dakwah dan misi Islam sebagai rahmatan li‘l ‘alamin.
Meskipun kini muncul gerakan-gerakan Islam yang tampak lebih “memikat” hati
sebagian umat dengan karakternya yang cenderung militan (penuh semangat),
skriptural (siakap yang melekat pada kitab suci), dan ideologis (politik), namun
secara umum keberadaan dan peran ormas-ormas Islam yang lahir awal abad ke-20
itu tetap istiqamah dan memberi warna keseimbangan sebagai kekuatan Islam
moderat.
Ahlussunah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten jejak langkah
yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. Dan membelanya. Diantara mereka ada
yang disebut “salaf”, yakni generasi awal mulai dari sahabat, tabiin, dan tabiin-
tabiin, dan ada juga yang disebut “ kholaf”, yaitu generasi yang datang kemudian.
Golongan ini adalah mayoritas umat Islam.
Dalam kajian Ilmu Kalam, istilah Ahlussunah wal jama’ah banyak dipakai
sejak masa sahabat, sampai generasi berikutnya.1Dan salah satu pengikut aliran
Ahlussunah wal jama’ah adalah Nahdlatul Ulama, dalam muktamar NU di
Situbondo Jawa Timur 1984, dirumuskan watak dan karakter NU sebagai organisasi
( jam’iyah) dan komunitas NU( jama’ah ), mempunyai sikap dan kemasyarakatan
dan budaya ( sosio-kultural ) yang : tawassuth ( moderat ), tasamuh ( toleran ), dan
tawazun ( harmoni ).2
1Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta :Lantabora Press, 2005. 3-4 2Ibid.
Sumiati | 24
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
Dengan demikian, bahwa moderenisasi yang berarti rasionalisasi untuk
memperoleh dayaguna dalam berpikir dan bekerja yang maksimal. Moderenisasi
berpikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnattullah ( hukum Illahi ) yang haq.3NU
yang berpegang teguh pada salah satu dari empat madzab, yaitu Imam Syafi’i, Imam
Hambali, Imam Abu Hanifah, dan Ahmad Bin Hambal, dan NU yang berdiri di
Surabaya pada 31 Januari 1926 dalam rapat alim ulama yang diselenggarakan untuk
memebentuk sebuah organisasi dan untuk mengirim utusan ke Muktamar Islam di
Makkah dengan tugas memperjuangkan hukum-hukum ibadah empat madzhab
tersebut.4
Modernitas atau kemoderenan atau sikap moderen yang tampaknya hanya
mengandung kegunaan praktis yang langsung, tapi pada hakekatnya mengandung
arti yang mendalam lagi, yaitu pendekatan kepada kebenaran yang mutlak, kepada
Allah SWT.5
Sembilan Prinsip Islam Moderat
Pemikiran dan gerakan Islam yang memperjuangkan moderasi Islam paling
tidak memiliki sembilan prinsip yang melandasi Islam moderat:
1. Al-Qur’an sebagai Kitab Terbuka
Al-Qur’an merupakan pedoman yang sangat sentral (pusat) dalam
kehidupan umat Islam. Dalam pengertian tekstualnya Al-Qur’an adalah teks
suci resmi dan tertutup. Artinya teks Al-Qur’an tidak akan berubah sejak masa
diturunkan sehingga akhir zaman. Dalam pengertian ini Islam moderat
memandang Al-Qur’an sebagai kitab terbuka. Islam moderat menolak
pandangan Al-Qur’an sebagai kitab tertutup yang memunculkan pemahaman
terhadap Al-Qur’an yang bersifat tekstualistik, yaitu pemahaman mengenai
Islam yang semata-mata mempertaruhkan segala-galanya pada bunyi atau huruf-
huruf teks (nash )keagamaan.
Prinsip Al-Qur’an sebagai kitab terbuka juga didasarkan pada suatu
pandangan bahwa kehidupan manusia selalu berubah, sementara teks-teks
keagamaan terbatas. Ajaran Islam berisikan ketentuan-ketentuan yang tetap
(tsawabit) dan sekaligus berisi hal-hal yang memungkinkan untuk berubah
(mutaghayirat) sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu.
2. Keadilan
3NurcholishMadjid, Islam KemoderenandanKeindonesiaan, Bandung :Mizan, 1998. Hlm 173 4M. Sholikhin, SejarahPeradaban Islam, Semarang :Rasail, 2005. Hlm 162 5Ibid. Hlm 175
25 | The Nine Principles of Moderate Islam Ahlussunah Wal Jama'ah
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
Konsep sentral Islam adalah tauhid dan keadilan. Keadilan merupakan ruh
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahkan, keadilan
dianggap oleh ahli ushul fiqh sebagai tujuan Syari’at. Dalam konteks ini Islam
lebih dari sekedar sebuah agama formal. Islam merupakan risalah (catatan-
catatan) yang agung bagi transformasi sosial, pembebasan, dan tantangan bagi
kepentingan-kepentingan pribadi. Semua ajaran Islam pada dasarnya bermuara
pada terwujdunya suatu kondisi kehidupan yang adil.
3. Kesetaraan
Isam berada di barisan paling depan membawa bendera kesetaraan (al-
musawah) harkat dan martabat manusia. Kesetaraan mengandaikan adanya
kehidupan umat manusia yang menghargai kesamaan asal-muasalnya sebagai
manusia dan kesamaan pembebasan dimana setiap manusia dikarunia akal untuk
berfikir. Kesetaraan merupakan landasan paradigmatik (kerangka
berpikir)bdalam meneguhkan visi Islam moderat. Salah satu misi dasar Islam
adalah menghancurkan sistem sosial yang diskriminatif (membeda-bedakan),
dan eksploitatif (sikap sewenang-wenang) terhadap kaum yang lemah.
4. Toleransi
Islam moderat juga dicirikan oleh keterbukaan terhadap keanekaragaman
pandangan. Sikap ini didasari oleh kenyataan bahwa perbedaan di kalangan
umat manusia adalah sebuah keniscayaan (Q.S Al-Kahfi: 29). Sesuai dengan
sunatullah, perbedaan antar manusia akan terus terjadi. Oleh karena itu
pemaksaan dalam berdakwah kepada mereka yang berbeda pandangan, baik
dalam satu agama maupun berbeda agama, tidak sejalan dengan semangat
menghargai perbedaan yang menjadi tuntunan Al-Qur’an.
5. Pembebasan
Agama sejatinya diturunkan ke bumi untuk mengatur dan menata
kesejahteraan manusia (limashalih al-ummat). Oleh karena itu agama
semestinya dipahami secara produktif sebagai sarana transformasi sosial. Segala
bentuk wacana pemikiran keislaman tidak seharusnya tidak menampilkan
agama sebagai sesuatu yang menakutkan. Sebaliknya pemikiran itu dilakukan
dalam rangka membebaskan akal, dan perilaku dan etika yang dapat membentuk
kesalehan sosial. Oleh karena itu sudah semestinya agama dijadikan
sebagaiaws6s kekuatan kritik, dan bukan sebaliknya, anti kririk.
6. Kemanusiaan
Dalam pandangan Muslim moderat, Sejak awal kehadirannya, Islam
memperlihatkan tekad yang besar dalam upaya membangun masyarakat yang
Sumiati | 26
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam pandangan Islam
moderat, Al-Qur’an mengajarkan bahwa manusia secara keseluruhan telah
mendapat kemuliaan (takrim) dari Allah SWT, tanpa membedakan agama, ras,
warna kulit dan sebagainya (QS. Al-Isra: 70).
7. Pluralisme
Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, Islam adalah agama damai dan
menyukai perdamaian. Dalam kerangka perdamaian itu Al-Qur’an memandang
fakta keanekaragaman agama sebagai kehendak Allah, sebagaimana juga Nabi
Muhammad sebagai seorang Rasul dari sebagian rasul yang di utus kepada umat
manusia. Perbedaan agama terjadi karena perbedaan millah yang dianut oleh
Islam, Kristen dan Yahudi. Dan agama yang berasal dari sumber yang sama
yaitu Tuhan.
8. Sensitifitas
Islam diturunkan oleh Allah sebagai penuntun (hadi), pembawa kabar
gembira (basyir) dan pembawa peringatan (nadzir) bagi umat manusia. Dengan
fungsi ini Islam mengakibatkan perubahan cara pandang pemelauknya terhadap
perempuan. Islam mendeklarasikan kesamaan hak dan kewajiban laki-laki dan
perempuan di hadapan Tuhan.
9. Non diskriminasi
Sejak awal kehadirannya Islam secara tegas menentang penindasan,
peminggiran dan ketidakadilan. Praktek teladan Nabi di Madinah dengan
membangun kesepakatan mengenai hak dan kewajiban yang sama diantara
kelompok-kelompok suku dan agama menunjukkan kesetaraan dan non
diskriminasi adalah prinsip sentral dalam Islam. Melalui prinsip kesetaraan dan
non diskriminasi diantara elemen masyarakat itulah Nabi membangun tatanan
masyarakat yang sangat modern dilihat dari ukuran zamannya.
Memahami Prinsip Islam Moderat
Islam moderat lebih dikenal sebagai bentuk lawan dari Islam fundamentalis
atau Islam garis tengah. Alasan utama dilahirkannya istilah Islam moderat oleh para
pendirinya adalah karena adanya Islam garis keras tersebut. Para pemeluk Islam
moderat menamakan diri mereka sebagai ummatan wasathan atau ummat
pertengahan, yakni kaum pertengahan yang ingin menampilkan nilai-nilai
kemoderatannya. Salah seorang tokoh Islam moderat dalam negeri yang cukup
dikenal adalah GusDur.
Tokoh ini sangat dikenal dengan nilai-nilai toleransi antar ummat
beragamanya, sehingga sangat dikenal sebagai tokoh Islam moderat. Kaum Islam
27 | The Nine Principles of Moderate Islam Ahlussunah Wal Jama'ah
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
liberal kerap menggaung-gaungkan istilah Islam moderat tersebut sebagai bentuk
solusi antara ummat beragama yang sering mengalami pertikaian, terutama kalangan
muslim dan bukan muslim yang kerap mengalami perselisihan.
Menurut Deliar Noor, seorang penulis buku yang berjudul “Umat Islam dan
Masalah Modernisasi”. Modernisasi menuntut bangsa Indonesia untuk :
a. Memandang kedepan dan bukan memandang kebelakang.
b. Memiliki sikap dinamis dan aktif.
c. Memperhatikan waktu.
d. Memberikan penekanan pada rasionalitas, bukan pada perasaan atau perkiraan.
e. Mengembangkan sikap terbuka.
f. Memberikan prioritas pada prestasi pesonal.
g. Memberikan perhatian yang lebih besar kepada masalah yang yang di hadapi
saat ini.
h. Melibatkan diri dalam pengajaran tujuan yang lebih penting dari tujuan
kelompok.6
Meskipun umat Islam merupakan 87 persen penduduk Indonesia, ide negara
Islam terus menerus dan konsisten ditolak. Bahkan, partai-partai Islam, kecuali di
awal pergerakan nasional, mulai dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan,
selalu mengalami kekalahan.7
‘Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah
‘Aqidah ( العقيدة) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu
yang berarti kepercayaan atau (التوثيق ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (العقد )
keyakinan yang kuat, al-ihkaamu ( الإحكام) yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah ( ة بط بق و yang berarti mengikat dengan (الر
kuat.8 Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Jadi,
‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid9 dan taat
kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-
6Sholihan, ModernitasPostmodernitas Agama, Semarang :Wlisongo Press, 2008. Hlm 53 7BadriYatim, SejarahPeradaban Islam, Jakarta :RajawaliPers, 2010. Hlm 271 8 Lisaanul ‘Arab (IX/311: عقد) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu’jamul Wasiith
(II/614: عقد). 9TauhidRububiyyah, Uluhiyyah, danAsma’ waShifat Allah.
Sumiati | 28
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah
shahih tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib,
beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih serta
seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang
telah ditetapkan menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush
Shalih.10
Objek Kajian Ilmu ‘Aqidah 11
‘Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu -sesuai konsep Ahlus
Sunnah wal Jama’ah- meliputi topik-topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah
ghaibiyyaat (hal-hal ghaib), kenabian, takdir, berita-berita (tentang hal-hal yang telah
lalu dan yang akan datang), dasar-dasar hukum yang qath’i (pasti), seluruh dasar-
dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa’ wal
bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah), semua aliran dan sekte yang menyempal
lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka. Disiplin ilmu ‘aqidah ini mempunyai
nama lain yang sepadan dengannya, dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus
Sunnah dengan firqah-firqah (golongan-golongan) lainnya.
Penamaan ‘Aqidah Menurut Ahlus Sunnah
Di antara nama-nama ‘aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah:
1. Al-Iman, ‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan
dalam Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena
‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan
dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang
masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihissallam. Dan para ulama Ahlus
Sunnah sering menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab
mereka.12
10LihatBuhuutsfii ‘AqiidahAhlisSunnahwalJamaa’ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin ‘Abdul Karim
al-‘Aql, cet. II/ Daarul ‘Ashimah/ th. 1419 H, ‘AqiidahAhlisSunnahwalJamaa’ah (hal. 13-14)
karyaSyaikh Muhammad bin Ibrahim al-HamddanMujmalUshuulAhlisSunnahwalJamaa’ahfil
‘Aqiidaholeh Dr. Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql. 11LihatBuhuutsfii ‘AqiidahAhlisSunnahwalJamaa’ah (hal. 12-14). 12 Seperti Kitaabul Iimaan karya Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam (wafat th. 224 H), Kitaabul
Iimaan karya al-Hafizh Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah (wafat th. 235 H),
al-Imaan karya Ibnu Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitabul Iman karya Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah (wafat th. 728 H), هرحمهمالل
29 | The Nine Principles of Moderate Islam Ahlussunah Wal Jama'ah
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
2. ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id) Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut
ilmu ‘aqidah dengan istilah ‘Aqidah Salaf: ‘Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad
di dalam kitab-kitab mereka.13
3. Tauhid, ‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar
seputar Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah
dan Asma’ wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling
mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut
dengan ilmu Tauhid secara umum menurut ulama Salaf.14
4. As-Sunnah, As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena
para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah
‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi
pertama.15
5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-
rukun Islam dan masalah-masalah yang qath’i serta hal-hal yang telah menjadi
kesepakatan para ulama.16
6. Al-Fiqhul Akbar Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul
Ashghar, yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi.17
7. Asy-Syari’ah Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh
Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan
yang paling pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah).18
Itulah beberapa nama lain dari ilmu ‘Aqidah yang paling terkenal, dan
adakalanya kelompok selain Ahlus Sunnah menamakan ‘aqidah mereka dengan
nama-nama yang dipakai oleh Ahlus Sunnah, seperti sebagian aliran Asyaa’irah
(Asy’ariyyah), terutama para ahli hadits dari kalangan mereka.
13Seperti ‘AqiidatusSalaf Ash-haabilHadiitskarya ash-Shabuni (wafatth. 449 H),
SyarahUshuulI’tiqaadAhlisSunnahwalJamaa’ah (hal. 5-6) oleh Imam al-Lalika-i (wafatth. 418 H)
dan al-I’tiqaadoleh Imam al-Baihaqi (wafatth. 458 H), رحمهمالله. 14Sepertikitab as-Sunnahkarya Imam Ahmad bin Hanbal (wafatth. 241 H), as-Sunnahkarya ‘Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal (wafatth. 290 H), as-Sunnahkarya al-Khallal (wafatth. 311 H)
danSyarhusSunnahkarya Imam al-Barba-hari (wafatth. 329 H), هرحمهمالل 15Sepertikitab as-Sunnahkarya Imam Ahmad bin Hanbal (wafatth. 241 H), as-Sunnahkarya ‘Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal (wafatth. 290 H), as-Sunnahkarya al-Khallal (wafatth. 311 H)
danSyarhusSunnahkarya Imam al-Barba-hari (wafatth. 329 H), رحمهمالله 16 . SepertikitabUshuuluddinkarya al-Baghdadi (wafatth. 429 H), asy-SyarhwalIbaanah ‘an
UshuuliddiyaanahkaryaIbnuBaththah al-Ukbari (wafatth. 387 H) dan al-Ibaanah ‘an
Ushuuliddiyaanahkarya Imam AbulHasan al-Asy’ari (wafatth. 324 H), هرحمهمالل 17Sepertikitab al-Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifahrahimahullah (wafatth. 150). 18SepertiSyarhulMaqaashidfii ‘IlmilKalaamkarya at-Taftazani (wafatth. 791 H).
Sumiati | 30
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
31 | The Nine Principles of Moderate Islam Ahlussunah Wal Jama'ah
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
Penamaan ‘Aqidah Menurut Firqah (Sekte) Lain
Ada beberapa istilah lain yang dipakai oleh firqah (sekte) selain Ahlus
Sunnah sebagai nama dari ilmu ‘aqidah, dan yang paling terkenal di antaranya
adalah:
1. Ilmu Kalam, Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-
takallimin (pengagung ilmu kalam), seperti aliran Mu’tazilah, Asyaa’irah19dan
kelompok yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena
ilmu Kalam itu sendiri merupa-kan suatu hal yang baru lagi diada-adakan dan
mempunyai prinsip taqawwul (mengatakan sesuatu) atas Nama Allah dengan
tidak dilandasi ilmu. Dan larangan tidak bolehnya nama tersebut dipakai
karena bertentangan dengan metodologi ulama Salaf dalam menetapkan
masalah-masalah ‘aqidah.
2. Filsafat, Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan
mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena dasar
filsafat itu adalah khayalan, rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan
khurafat tentang hal-hal yang ghaib.
3. Tashawwuf Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis
serta orang-orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak
boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena merupakan pe-namaan yang baru lagi
diada-adakan. Di dalamnya terkandung igauan kaum Shufi, klaim-klaim dan
pengakuan-pengakuan khurafat mereka yang dijadikan sebagai rujukan dalam
‘aqidah. Penamaan Tashawwuf dan Shufi tidak dikenal pada awal Islam.
Penamaan ini terkenal (ada) setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran
agama dan keyakinan selain Islam. Dr. Shabir Tha’imah memberi komentar
dalam kitabnya, ash-Shuufiyyah Mu’taqadan wa Maslakan: “Jelas bahwa
Tashawwuf dipengaruhi oleh kehidupan para pendeta Nasrani, mereka suka
memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara, dan ini banyak
sekali. Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan setiap negeri
dengan tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan dan
memperbaiki tata cara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum Islam.”[
Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir (wafat th. 1407 H) rahimahullah berkata di dalam
bukunya at-Tashawwuful-Mansya’ wal Mashaadir: “Apabila kita
memperhatikan dengan teliti tentang ajaran Shufi yang pertama dan terakhir
(belakangan) serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di
19 Ash-ShuufiyyahMu’taqadanwaMaslakan (hal. 17), dikutipdariHaqiiqatuthTashawwufkaryaSyaikh
Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan (hal. 18-19).
Sumiati | 32
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
dalam kitab-kitab Shufi baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan
melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara Shufi dengan ajaran Al-Qur-
an dan As-Sunnah. Begitu juga kita tidak pernah melihat adanya bibit-bibit
Shufi di dalam perjalanan hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabat beliau Radhiyallahu anhum, yang mereka adalah (sebaik-baik) pilihan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dari para hamba-Nya (setelah para Nabi dan
Rasul). Sebaliknya, kita bisa melihat bahwa ajaran Tashawwuf diambil dari
para pendeta Kristen, Brahmana, Hindu, Yahudi, serta ke-zuhudan Budha,
konsep asy-Syu’ubi di Iran yang merupakan Majusi di periode awal kaum
Shufi, Ghanusiyah, Yunani, dan pemikiran Neo-Platonisme, yang dilakukan
oleh orang-orang Shufi belakangan.20Syaikh ‘Abdurrahman al-Wakil
rahimahullah berkata di dalam kitabnya, Mashra’ut Tashawwuf:
“Sesungguhnya Tashawwuf itu adalah tipuan (makar) paling hina dan tercela.
Syaithan telah membuat hamba Allah tertipu dengannya dan memerangi Allah
Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya
Tashawwuf adalah (sebagai) kedok Majusi agar ia terlihat sebagai seorang
yang ahli ibadah, bahkan juga kedok semua musuh agama Islam ini. Bila
diteliti lebih mendalam, akan ditemui bahwa di dalam ajaran Shufi terdapat
ajaran Brahmanisme, Budhisme, Zoroasterisme, Platoisme, Yahudi, Nasrani
dan Paganisme.21
4. Ilaahiyyat (Teologi), Illahiyat adalah kajian ‘aqidah dengan metodologi
filsafat. Ini adalah nama yang dipakai oleh mutakallimin, para filosof, para
orientalis dan para pengikutnya. Ini juga merupakan penamaan yang salah
sehingga nama ini tidak boleh dipakai, karena yang mereka maksud adalah
filsafatnya kaum filosof dan penjelasan-penjelasan kaum mutakallimin tentang
Allah Subhanahu wa Ta’ala menurut persepsi mereka.
5. Kekuatan di Balik Alam Metafisik Sebutan ini dipakai oleh para filosof dan
para penulis Barat serta orang-orang yang sejalan dengan mereka. Nama ini
tidak boleh dipakai, karena hanya berdasar pada pemikiran manusia semata
dan bertentangan dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Banyak orang yang
menamakan apa yang mereka yakini dan prinsip-prinsip atau pemikiran yang
mereka anut sebagai keyakinan sekalipun hal itu palsu (bathil) atau tidak
mempunyai dasar (dalil) ‘aqli maupun naqli. Sesungguhnya ‘aqidah yang
20 At-Tashawwuf al-Mansya’ walMashaadir (hal. 50), cet. I/ IdaarahTurjumanisSunnah, Lahore-
Pakistan, th. 1406 H. 21Mashra’utTashawwuf (hal. 10), cet. I/ RiyaasahIdaaratilBuhuuts al-‘IlmiyyahwalIftaa’, th. 1414
H.
33 | The Nine Principles of Moderate Islam Ahlussunah Wal Jama'ah
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
mempunyai pengertian yang benar yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
yang bersumber dari Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang shahih serta Ijma’ Salafush Shalih.
Penutup
Islam moderat Ahlussunah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten
jejak langkah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. Dan membelanya. Diantara
mereka ada yang disebut “salaf”, yakni generasi awal mulai dari sahabat, tabiin, dan
tabiin-tabiin, dan ada juga yang disebut “ kholaf”, yaitu generasi yang datang
kemudian. Golongan ini adalah mayoritas umat Islam. Sembilan prinsip yang
melandasi Islam moderat : Al-Qur’an sebagai Kitab Terbuka, Keadilan, Kesetaraan,
Toleransi, Pembebasan, Kemanusiaan, Pluralisme, Sensitifitas dan Non diskriminasi
Para pemeluk Islam moderat menamakan diri mereka sebagai ummatan
wasathan atau ummat pertengahan, yakni kaum pertengahan yang ingin
menampilkan nilai-nilai kemoderatannya. Salah seorang tokoh Islam moderat dalam
negeri yang cukup dikenal adalah GusDur.
‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit
pun bagi orang yang meyakininya. Jadi, ‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang
teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-
malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk
dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’
(konsensus) dari Salafush Shalih serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara
ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur-an dan As-
Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih
Penamaan ‘Aqidah Menurut Ahlus Sunnah : Al Iman, ‘Aqidah (I’tiqaad dan
‘Aqaa-id), Tauhid, As Sunnah, Ushuluddin dan Ushuluddiniyah, Al Fiqh Al Akbar.
Penamaan ‘Aqidah Menurut sekte lain: Imlu kalam, Filsafat, Tasawuf, Ilaahiyat,
Kekuatan di Balik Alam Metafisik
Sumiati | 34
Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference Volume 2, Tahun 2019
Daftar Pustaka
Hasan, Muhammad Tholhah.(2005)Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta : Lantabora
Press.
Madjid,Nurcholish.(1998) Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung :
Mizan.
Sholikhin, M (2005) Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Rasail.
Sholihan,(2008) Modernitas Postmodernitas Agama, Semarang : Wlisongo Press.
Yatim,Badri.(2010) Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers.
Lisaanul ‘Arab (IX/311: عقد) karya Ibnu Manzhur dan Mu’jamul Wasiith (II/614:
(عقد
Copyright © 2019 Proceeding: The 1st Faqih Asy’ari Islamic Institute International Conference
Faqih Asy’ari Islamic Institute Sumbersari Kediri, Indonesia “Moderasi Islam Aswaja untuk
Perdamaian Dunia”(Volume 2, Tahun 2019) ISBN (complete) 978-623-91749-3-4; ISBN
(Volume 2): 978-623-91749-5-8
Copyright of Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference is the
property of FaqihAsy’ari Islamic Institute (IAIFA) Kediri and its content may not be copied
oremailed to multiple sites or posted to a listserv without the copyright holder's express
writtenpermission. However, users may print, download, or email articles for individual use.
http://proceeding.iaifa.ac.id/index.php/FAI3C