the effect of blade shaps of vertical wind turbine

14

Click here to load reader

Upload: manto

Post on 10-Jun-2015

952 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

PENGARUH BENTUK DAN JUMLAH SUDU KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK RUMAH TANGGA

Mirmanto

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram Jl. Majapahit no. 62, Mataram

Tlp(0370)636087, (0370)6570632, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Di NTB mengalami krisis energi listrik dan terdapat beberapa lahan pertanian tadah hujan sehingga perlu dilakukan usaha-usaha pemanfaatan energi alternative salah satunya yaitu energi angin.

Artikel ini merupakan hasil penelitian kincir angin poros vertical guna penghasil listrik rumah tangga. Kincir terdiri dari 2, 3 dan 4 jumlah sudu dan bentuk sudunya lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang dan elip. Masing-masing luas sudu dibuat sama yaitu 0,25 m2. Panjang lengan kincir 75 cm. Tinggi tower 6 meter di atas air laut. Lokasi penelitian di daerah Sandik kecamatan Batu Layar, Mataram.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan angin rata-rata berdasar BMG adalah 3 m/s sedangkan dilapangan kecepatan angin rata-rata 1,2 m/s sampai dengan 1,33 m/s. Putaran kincir rata-rata yang diperoleh pada penelitian ini adalah 15,08 RPM sampai dengan 16,35 RPM. Daya daya angin dan poros maksimum yang diperoleh dari penelitian adalah 22,343 Watt dan 6,7 Watt. Pengaruh dari bentuk dan jumlah sudu tidak siknifikan. Katakunci : Energi Angin, Kincir Angin, Kecepatan, Putaran dan Daya.

ABSTRACT

NTB has an electrical crisis seriously and there are some rice fields dependent on rain, therefore it is needed to discover some alternative energy, one of them is wind energy.

This article explains the result of research on windmill with vertical shaft to generate home electricity. The windmill consist of two, three and four blades and the blade shape are circle, square, rectangular and ellipse. The blades area is 0.25 m2. The length of the windmill arm is 0.75 m. The height of the windmill tower is 6 m above the sea. The research location is in Sandik, Batulayar, Mataram.

The research result shows that according to BMG, the wind velocity is 3 m/s, but in the research location, the wind velocity is 1.2 m/s until 1.33 m/s. The rotation of the windmill is 15.08 RPM until 16.35 RPM. The power of the wind and the shaft is 22.343 Watt and 6.7 Watt. The influence of the shape and the amount of the blades are not significant. Keyword: Wind energy, Windmills, Velocity, Rotation, and Power.

Page 2: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

PENDAHULUAN Dearah NTB saat ini sudah sangat parah mengalami krisis energi listrik. Hal ini ditunjukan

dengan adanya kegiatan pemadaman secara bergilir dan hampir tidak bisa lagi bagi rumah baru untuk

memasang jaringan listrik masuk kerumahnya. Pemerintah NTB juga sudah berupaya sekuat tenaga

namun sampai saat ini permasalahan kekurangan listrik ini belum juga teratasi. Menurut BAPPEDA

NTB (pada saat itu, Ir. Nanang Samudra, MSc) NTB telah merencanakan pembuatan pembangkit

listrik tenaga uap seperti Paiton di Jawa Timur, namun mnurut beliau sampai saat sekarang belum ada

investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya.

Secara global energi yang tersedia dalam bentuk energi bahan baker mineral atau sumber energi

tak terbaharui semakin berkurang keberadaannya maka sudah selayaknya untuk dicari dan digalakan

penemuan-penemuan atau pemanfatan-pemanfaatan energi-energi alternatif. Di alam semesta ini

sebenarnya banyak terdapat energi alternatif hanya saja dikarenakan keterbatasan dari kemampuan

manusia maka semua energi alternatif yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dan

integral. Beberapa contoh energi alternatif yang sudah banyak dimanfaatkan antara lain adalah; energi

angin, energi air, energi matahari dan sebagainya. Suatu hal yang barang kali patut untuk

dipertimbangkan di daerah Mataram adalah energi angin. Hal ini dikarenakan Mataram, NTB

merupakan daerah pantai yang mana angin bertiup secara terus menerus (angin darat dan angin laut)

dengan kecepatan yang cukup memadahi untuk menggerakan kincir angin.

Di Kecamatan Batu Layar Mataram, banyak terdapat lahan tadah hujan sehingga hanya dapat

difungsikan untuk menghasilkan padi (berproduksi) pada saat musim hujan saja. Menurut sumber

BPPS tahun 2002, luas sawah tadah hujan di Lombok Barat sebesar 2149 ha dimana sawah yang luas

demikian hanya mampu menghasilkan panenan satu kali dalam setahun yang disebabkan oleh tidak

tersedianya irigasi atau pengairan. Jika pada sawah tersebut terdapat kincir angin pembangkit listrik,

maka energi listrik ini akan dapat digunakan untuk memutar pompa sentrifugal guna menaikan air dari

sumur dan dialirkan ke sawah.

Di daerah inipun terdapat beberapa perumahan yang belum memperoleh pasokan air bersih dari

PDAM, sehingga mereka memperoleh air bersih dari sumur dengan menggunakan energi listrik (PLN)

untuk memutar pompa guna menaikan air dari sumur. Sedangkan energi listrik di Mataram menjadi

barang yang semakin hari semakin mahal, terlebih ada rencana dari pemerintah untuk menaikan TDL.

Potensi angin di daerah NTB (Lombok) menurut BPPT dan beberapa peneliti terdahulu cukup

besar sehingga peluang untuk dimanfaatkan sebagai penggerak kincir angin sangat memungkinkan.

Page 3: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

Seorang peneliti dari LAPAN Gintings (1994) di Lombok Timur kecepatan anginnya mencapai 5,4 m/s

dan dapat menghasilkan energi listrik 73,21 kWh/m2 dan Kaliwantoro (2005) melakukan penelitian

energi angin mendapatkan hasil bahwa kecepatan angin di Ampenan Lombok Barat dapat mencapai

5,3 m/s. Bertolak dari kondisi dan situasi tersebut di atas maka penyusun tertarik untuk mengajukan

judul proposal Dosen Muda “PENGARUH BENTUK DAN JUMLAH SUDU KINCIR ANGIN POROS

VERTIKAL UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK RUMAH TANGGA”.

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini mengalami krisis enrgi listrik. Krisis ini disebabkan tidak

adanya pembangkit listrik yang memadahi. Selama ini pembangkit listrik yang ada adalah PLTD saja,

dimana kemampuan PLTD sudah barang tentu kecil karena pembangkit listrik ini hanyalah mesin

diesel. Mesin diesel dengan bahan baker solar akan mengakibatkan biaya operasional PLTD yang

tinggi, terlebih lagi saat ini harga solar mencapai Rp. 5000,- per liter. Oleh sebab itu di NTB terjadi

pemadaman listrik secara giliran dan kesulitan untuk memasang listrik pada setiap rumah tangga yang

disebabkan terbatasnya daya dari PLTD.

Pemerintah NTB sebenarnya sudah berupaya untuk mengatasi kekurangan listrik ini, tetapi

belum ada tanda-tanda keberhasilanya. Menurut BAPPEDA NTB (saat itu Ir. Nanang Samudra, MSc),

NTB telah merencanakan pembuatan pembangkit listrik tenaga uap seperti Paiton di Jawa Timur,

namun mnurut beliau sampai saat sekarang belum ada investor yang tertarik untuk menanamkan

modalnya.

Secara global telah diketahui bersama bahwa sumber energi tak terbaharui semakin berkurang

keberadaannya maka sudah selayaknya untuk dicari dan digalakan penemuan-penemuan atau

pemanfatan-pemanfaatan energi-energi alternatif. Di alam semesta ini sebenarnya banyak terdapat

energi alternatif hanya saja dikarenakan keterbatasan dari kemampuan manusia maka semua energi

alternatif yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dan integral. Beberapa contoh energi

alternatif yang sudah banyak dimanfaatkan antara lain adalah; energi angin, energi air, energi matahari

dan sebagainya.

Energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu usaha. Energi tidak dapat dimusnahkan dan

tidak dapat diciptakan tetapi dapat dirubah bentuknya dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi

Page 4: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

yang lainya. Sebagai contoh, pada proses pembakaran akan terjadi perubahan bentuk energi yaitu dari

energi kimia menjadi energi panas (Tjokrowisastro dkk, 1990).

Sumber energi secara umum dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu energi tak

terbaharui dan energi terbaharui. Energi tak terbaharui diantaranya adalah energi mineral atau fosil

seperti minyak bumi, batu bara dan sebagainya sedangkan energi terbaharui diantaranya adalah energi

air, energi angin, energi limbah pertanian dan sebagainya (Kadarwati, 2001).

Angin

Angin adalah udara yang bergerak. Udara akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah

atau dari temperature rendah ke temperature tinggi. Pada daerah suhu rendah tekanan akan tinggi dan

pada daerah suhu tinggi tekanan rendah, sehingga udara akan bergerak dari suhu rendah ke suhu

dingin. Udara yang bergerak (angin) dapat dimanfaatkan potensinya jika udara tersebut memiliki

kecepatan yang memadahi.

Energi angin merupakan salah satu energi yang bisa diperoleh secara cuma-cuma serta sangat

berlimpah terlebih di negara yang terletak di garis khatulistiwa seperti Indonesia. Hasil pengukuran

oleh Badan Meteorologi dan Geofisika yang dilakukan dalam periode 1975 – 1989 menunjukkan

bahwa lebih dari 50 lokasi memiliki kecepatan angin rata-rata berkisar 3 hingga 5 m/s. Penelitian

potensi energi angin yang dilakukan oleh Suryantini dan Rachmanto (2003) menunjukkan bahwa daya

rata-rata harian energi angin di wilayah Nusa Tenggara Barat sebesar 975,644 watt. Energi angin di

wilayah ini telah pula dimanfaatkan untuk memutar 7 buah kincir angin percontohan yang dibangun

LAPAN dalam periode 1992 – 1997 di Dusun Selayar Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur.

Pemanfataan energi angin telah pula dilakukan di beberapa proyek percontohan di Irian Jaya. Karena

turbin yang ada di kedua daerah tersebut menerapkan model sumbu horizontal (Horizontal Axis Wind

Turbine = HAWT), maka diperlukan kontruksi rangka yang kuat serta perangkat tambahan yang

menjadikan kincir-kincir tadi relatif masih mahal sehingga pengembangan lebih lanjut belum

dilakukannya.

Menurut Kaliwantoro (2005) kecepatan angin di Lombok Barat bervariasi hingga mencapai 5,3

m/s dan menurut Ginting (1994) kecepatan angin di Lombok Timur dapat mencapai 5,4 m/s pada

ketinggian 14 m di atas permukaan air laut. Dengan data kecepatan angin ini, maka dapat diprediksi

potensi angin mampu menghasilkan energi sebesar 73,21 kWh/m2 (Ginting, 1994).

Kincir Angin

Page 5: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

Banyak pendapat tentang kincir angin dan banyak pula penelitian yang telah dilakukan

terhadap kincir angin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan angin menggunakan

kincir angin adalah karakteristik kincir angin, potensi angin, dan prestasi system (Ginting,1993).

Karakteristik kincir yang bagus, potensi angin yang cukup memadahi serta system yang baik akan

membawa kincir angin bekerja secara optimal.

Beberapa bentuk sudu kincir angin poros vertical juga pernah diteliti, diantaranya bentuk sudu

setengah bola, kerucut dan bentuk lengkungan tertutup. Untuk bentuk sudu setengah bola dengan

jumlah sudu empat pada kecepatan angin 5,2 m/s kincir beroperasi dengan efisiensi 4,34%, sedangkan

bentuk yang lainya efisiensinya lebih rendah (Kaliwantoro, 2005).

Karakteristik kincir angin menurut Ginting (1993) dapat dinyatakan dengan persamaan (1) di

bawah ini.

2

3AVCP tpρη= 1)

Dengan P = daya (Watt).

Cp = koefisien daya rotor.

tη = efisiensi transmisi.

ρ = rapat massa udara (kg/m3).

A = luas sapuan rotor (m2).

V = kecepatan angin (m/s).

Sedangkan daya angin dapat diprediksi dengan persamaan empiris berikut:

2

3AVPanginρ

= 2)

Dengan Pangin = daya angin (Watt).

ρ = rapat massa udara (kg/m3).

A = luas sapuan rotor (m2).

V = kecepatan angin (m/s).

Turbin angin tipe Impuls adalah mesin rotodinamik yang paling sederhana dan prinsip

kerjanya hampir sama dengan turbin angin model Savonius, karena pada kedua turbin tersebut pada

dasarnya memanfaatkan daya angin yang berhembus melewati turbin angin, sehingga angin tersebut

terjebak atau ditangkap oleh lengkungan bagian muka blade yang berbentuk setengah bola. Koefisien

daya rotor dapat dihitung menggunakan persamaan (1) dan (2) sebagai berikut:

Page 6: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

t

PCη1

= 3)

Soeripno (1993) pernah melakukan penelitian pemanfaatan Sistem Konversi Energi Angin

(SKEA) untuk pembangkit listrik rumah tangga di daerah terpencil jauh dari jangkauan listrik

konvensional. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan diameter rotor 2,8 m kincir poros horizontal

dan jumlah sudu 4 dapat menghasilkan daya listrik sebesar 500 Watt. Tentu saja sangat dapat

dibanggakan dengan hasil 500 Watt berarti sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Alat ukur energi angin yang dapat dikopel secara langsung dengan kincir angin adalah

generator listrik. Generator inilah yang akan menghasilkan arus listrik dan tegangan yang dapat diukur

dengan multi tester. Dari multi tester dapat terbaca energi dari setiap kecepatan angin yang melintasi

kincir tersebut.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan peneltian secara khusus adalah :

1. Mengetahui potensi angin di daerah Sandik Kec. Batu Layar, Mataram.

2. Mengetahui bentuk sudu dan jumlah sudu kincir angin poros vertical yang optimal.

3. Mengetahui efisiensi kincir angin dan daya kincir angin sebagai pembangkit listrik rumah

tangga.

4. Memberikan informasi teknologi energi alternative kepada masyarakat NTB.

Hasil penelitian berupa kincir angin poros vertical yang dapat digunakan untuk membangkitkan

energi listrik rumah tangga, terutama di daerah Sandik Batu Layar, Mataram, NTB. Energi listrik dari

kincir ini dapat digunakan untuk memutar pompa sentrifugal guna mengairi sawah tadah hujan dan

pemenuhan air bersih masyarakat Sandik Batu Layar, khususnya BTN Sandik Permai.

Disamping itu laporan penelitian dapat dimanfaatkan sebagai acuan atau referensi untuk

penelitian SKEA dan penelitian pengembangannya menuju proyek perontohan di beberapa lokasi di

NTB yang memerlukan atau dianggap perlu dipasang kincir angin poros vertical.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi literature, data hasil pencatatan pada

dinas BMG setempat dan eksperimental lapangan yaitu di pantai Batu Layar dan di BTN Sandik

Permai serta di sawah tadah hujan sekitar Batu Layar. Kemudian dari hasil eksperimen dan data BMG

Page 7: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

serta literatur, selanjutnya dilakukan analisa bentuk sudu mana yang paling baik dan jumlah sudu

berapa yang optimum.

1. Bahan yang digunakan

1. Besi Poros

2. Besi Beton

3. Pulley dan Belt

4. Bantalan

5. Baut dan Mur

6. Pelat Alumunium

2. Alat yang digunakan :

a. Generator

b. Anemometer

c. Tachometer

d. Ampermeter

e. Manometer

f. Thermometer

g. Volt meter

3. Prosedur Penelitian

1. Tahap Pembuatan

Pada penelitian ini dibuat 4 macam bentuk rotor yang masing-masing memiliki 2, 4, 6 dan 8

buah blade dengan diameter roto 1,5 meter. Bentuk blade yang dibuat adalah bentuk Parabola, bentuk

kubus, balok dan elip. Blade tersebut selanjutnya dirangkai dengan pemegang dan poros. Ujung akhir

poros dihubungkan transmisi roda gigi yang dikopel dengan generator. Kincir dipasang dengan

menggunakan kerangka besi siku setinggi 2 meter untuk di lokasi pantai dan 3 meter untuk dilokasi

sawah dan BTN.

Page 8: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

c62.5 cm

Ø56.4 cm

40 c

m

a

50 c

m

50 cmb

63.7 cmd

0.5

cm

Keterangan: a. Lingkaran, b. Bujur sangkar, c. Persegi panjang, d. Elip

Gambar 1. Bentuk penampang frontal sudu

100 cm

75 cm 75 cm

Sudu/blade

BantalanDudukan sudu

Kerangka

Transmisi

Generator 600

cm

Gambar 2. Konstruksi kincir angin alat penelitian

Page 9: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

2. Tahap Pengujian

Pengujian dilakukan ditiga lokasi yakni di pantai Batu Layar, BTN Sandik Permai dan Sawah

tadah hujan sekitar BTN Sandik Permai.. Adapun Variabel yang diteliti adalah kecepatan angin,

kecepatan putar rotor, arus dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator. Dari sini bisa diperoleh

daya, efisiensi turbin yang selanjutnya untuk mengambil kesimpulan tentang bentuk dan jumlah sudu

yang optimal. Pengujian dilakukan dengan menvariasikan bentuk blade dan jumlah sudu yakni bentuk

setengah bola, kubus terbuka, balok terbuka dan elip terbuka setengah dengan variasi jumlah sudu 2, 4,

6, dan 8. Pengambilan data dilakukan sebanyak 10 kali secara acak dari setiap model sudu dan jumlah

sudu yang diuji.

Prosedur:

1. Pasang bentuk sudu dan jumlah sudu yang telah ditentukan.

2. Lepaskan pengerem agar sudu yang terpasang dapat berputar pada porosnya.

3. Catat kecepatan angin, arus listrik dan suhu udara.

4. Lakukan poin 1 sampai dengan 3 sepeluh kali.

5. Ulangi langkah 1 sampai 4 untuk model dan jumlah sudu yang berbeda.

Dari data-data yang diperoleh dalam setiap percobaan selanjutnya diolah dengan menggunakan

persamaan dan analisa uji anava untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh bentuk sudu dan jumlah

sudu terhadap performansi kincir angin percobaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian terdapat penyimpangan dimana variable daya listrik tidak dapat diperoleh

dalam penelitian dikarenakan kincir tidak mampu memenuhi putaran generator. Untuk itu hasil

penelitian yang diperoleh hanyalah kecepatan angin (m/s), kecepatan putar poros (RPM), daya angin

(Watt) dan daya poros (Watt). Hasil penelitian dari keempat variable tersebut disajikan dalam bentuk

grafik di bawah ini.

Dari grafik di atas, sangat jelas bahwa pengaruh jumlah sudu tidak siknifikan, dimana data-data

untuk berbagai jumlah sudu saling berimpitan. Salah satu penyebab dari berimpitnya data adalah

karena masing-masing memiliki resisten(hambatan) yang hampir sama. Satu sudu memperoleh

dorongan angin sedangkan sudu yang lain melawan daya angin. Dengan demikian maka putaran

hampir sama dengan kecepatan angin yang sama. Kemungkinan perbedaan dari jumlah sudu akan

Page 10: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

siknifikan jika perbedaan jumlah sudu dalam rentang yang besar misalkan 2 sudu, 10 sudu, 20 sudu

dan seterusnya.

Kecepatan angin rata-rata 1,2 m/s sampai dengan 1,33 m/s, dan putaran rata-rata yang diperoleh

pada penelitian ini adalah 15,08 RPM sampai dengan 16,35 RPM, serta daya angin dan poros

maksimum yang diperoleh dari penelitian adalah 22,343 Watt dan 6,7 Watt. Sedangkan berdasarkan

kecepatan angin dari BMG kecepatan angin mencapai rata-rata 3 m/s. Perbedaan ini nampak siknifikan

dan disebabkan karena disekitar lokasi penelitian telah banyak terdapat rumah penduduk.

Kincir angin model poros vertical dengan jumlah sudu yang sedikit tidak cocok untuk

ditempatkan atau dipakai di daerah kecepatan angin yang rendah sebab efisiensinya akan sangat

rendah. Agar dapat bermanfaat maka haruslah ditempatkan didaerah angin kencang dan dengan sudu

yang banyak.

Gambar selanjutnya merupakan data hasil penelitian dengan perbedaan bentuk sudu. Bentuk

persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran dan elip. Pengaruh bentuk sudu inipun tidak siknifikan

disebabkan panjang lengan dan luasan frontal dari sudu masing masing sama dengan demikian torsi

yang diperoleh dan hambatan yang diderita juga sama.

Sudu bujur sangkar

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Kecepatan angin (m/s)

RPM 4 suduDaya angin (watt) 4 suduDaya poros (watt) 4 suduRPM 3 suduDaya angin (watt) 3 suduDaya poros (watt) 3 suduRPM 2 suduDaya angin (watt) 2 suduDaya poros (watt) 2 sudu

Gambar 3. Data-data penelitian untuk kincir angin sudu bujur sangkar.

Page 11: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

Sudu persegi panjang

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Kecepatan angin (m/s)

RPM 4 suduDaya angin (watt) 4 suduDaya poros (watt) 4 suduRPM 3 suduDaya angin (watt) 3 suduDaya poros (watt) 3 suduRPM 2 suduDaya angin (watt) 2 suduDaya poros (watt) 2 sudu

Gambar 4. Data-data penelitian untuk kincir angin sudu persegi panjang.

Sudu lingkaran

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Kecepatan angin (m/s)

RPM 4 suduDaya angin (watt) 4 suduDaya poros (watt) 4 suduRPM 3 suduDaya angin (watt) 3 suduDaya poros (watt) 3 suduRPM 2 suduDaya angin (watt) 2 suduDaya poros (watt) 2 sudu

Gambar 5. Data-data penelitian untuk kincir angin sudu lingkaran.

Page 12: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

Sudu ellips

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Kecepatan angin (m/s)

RPM 4 sudu

Daya angin (w att) 4 sudu

Daya poros (w att) 4 sudu

RPM 3 sudu

Daya angin (w att) 3 sudu

Daya poros (w att) 3 sudu

RPM 2 sudu

Daya angin (w att) 2 sudu

Daya poros (w att) 2 sudu

Gambar 6. Data-data penelitian untuk kincir angin sudu ellips.

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Kecepatan angin (m/s)

RPM sudu bujur sangkar

Daya angin (watt)sudu bujursangkarDaya poros (watt)sudu bujursangkarRPM sudu persegi panjang

Daya angin (Watt)sudupersegi panjangDaya poros (watt)sudu persegipanjangRPM sudu lingkaran

Daya angin (watt)sudulingkaranDaya poros (Watt)sudulingkaranRPM sudu elips

Daya angin (Watt)sudu elips

Daya poros (Watt)sudu elips

Gambar 7. Data-data penelitian untuk beberapa betuk sudu..

Page 13: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Setelah dilakukan serangkaian percobaan, kondisi nyata dilapangan dan analisa data pada

penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Hasil penelitian belum menghasilkan data sesuai harapan.

2. Hasil penelitian hanya mampu memperoleh data dari variable kecepatan angin, RPM, daya

angin, dan daya poros (daya listrik tidak tercapai).

3. Data daya listrik tidak dapat dicapai karena kecepatan angin kurang, bentuk kincir poros

vertical rata-rata untuk kecepatan rendah.

4. Kecepatan angin rata-rata 6 Knot (data BMG) dan kecepatan angin rata-rata dilapangan 1,2 m/s

sampai dengan 1,33 m/s.

5. RPM rata-rata yang didapat 15,08 RPM sampai dengan 16,35 RPM.

6. Daya angin maksimum yang diperoleh 22,343 Watt dan

7. Daya poros maksimum yang diperoleh 6,7 Watt.

8. Bentuk dan jumlah sudu khusus dari penelitian ini (kincir angin poros vertical) tidak

berpengaruh secara siknifikan.

Inilah kesimpulan yang dapat diungkapkan dari penelitian tersebut.

SARAN

Setelah diketahui hasil penelitian, permasalahan, data dari variable daya listrik yang belum bisa

didapat maka saran dari penulis adalah:

1. Sebaiknya kincir jangan dipasang diantara beberapa bangunan, atau sebaiknya kincir dipasang

di daerah pantai/daerah kecepatan angin tinggi.

2. Kincir kecepatan rendah sebaiknya digunakan untuk keperluan lain seperti pemompaan air

tidak untuk penghasil listrik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2002, Nusa Tenggara Barat Dalam Angka, BPS, Nusa Tenggara Barat. Gintings D, 1993, Pengembangan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di dusun Selayar,

Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Warta Lapan no. 45, Jakarta.

Page 14: The Effect of Blade Shaps of Vertical Wind Turbine

Ginting, Soeripno, 1993, Pemasangan dan Uji Coba Pemanfaatan SKEA Listrik 500 Watt Untuk

Penerangan, Warta LAPAN no. 28,29, Jakarta. Soeripno, 1992, Uji Coba Pemanfaatan SKEA Untuk Pengairan Sawah Serang Jawa Barat, Warta

LAPAN No. 60/61, Jakarta. Tjokrowisastro dkk, 1990, Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan Bakar, Diktat Kuliah, ITS,

Surabaya.

LAMPIRAN

FOTO KINCIR ANGIN