thanatologi

Upload: sdamn

Post on 09-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

thanatologi

TRANSCRIPT

Page | 15

THANATOLOGI

Disusun oleh :

INDAH MUTIARA P.SG2A009019ANDROMEDAE KARTIKA PG2A009020REZA PAHLEVIG2A009021GIDION BUDI SG2A009022RIZKY ADITYA FG2A009024FAISAL ISWANDI G2A009023SAMUEL RADITYA WG2A009025RR. ARUM RAMADHYAN SG2A009027SUSTIKA NOVIANITA AG2A009028

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2011BAB I PENDAHULUAN

1.1Contoh KasusSeorang anak 18 bulan mengalami gagal nafas oleh karena didiagnosa dokter mengalami efusi pleura. Sebelum di vonis meninggal oleh dokter, anak tersebut mengalami sesak nafas dan batuk-batuk. Oleh karena orang tua korban yang panic, membawa bayi tersebut ke dokter klinik umum di dekat rumahnya. Oleh dokter tersebut di rujuk ke rumah sakit Adventis di Pusat Kota daerah Buenos Aires. Sesampai di ruang UGD, dokter jaga mengatakan kepada orangtuanya bahwa anak tersebut sudah meninggal karena denyut nadi dan detak jantung tidak teraba. Nafas bayi tersebut sudah terasa lagi. Tanpa dilakukan pertolongan dengan alat apapum, bayi tersebut di bawa pulang dan berniat dikremasi. Sesampai di rumah saat hendahk dikremasi, ternyata petugas yang akan memandikan bayi, merasakan dada bayi tersebut bergerak. Segera bayi tersebut di bawa kembali ke rumah rakit. Dilakukan resusitasi jantung-paru dan pemberian inkubator. Dan pada akhirnya anak tersebut kembali hidup.(sumber.www.kompas.com/mancanegaranews/argentina/11april2012)1.2Latar BelakangKematian manusia dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kematian manusia sebagai individu dan sebagai kumpulan dari berbagai macam sel. Mati individu didefinisikan secara sederhana sebagai berhentinya kehidupan secara permanen. Dapat diperjelas lagi menjadi berhentinya secara permanen fungsi organ-organ vital (paru, jantung, otak) sebagai satu kesatuan utuh, ditandai berhentinya konsums oksigen. Akibatnya, satu demi sat sel yang merupakan elemen hidup terkecil pembentuk manusia akan mengalami kematian pula (mati selular).Mati suri seperti contoh kasus diatas merupaan suatu keadaan dimana proses vital turun ke tingkat paling minimal untuk mempertahankan kehidupan, sehingga tanda-tanda klinisnya tampak seperti sudah mari. Dengan peralatan sederhana tanda kehidupan tidak terdeteksi. Selain itu aja juga jenis mati serebral yaitu kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan sistem lainnya (sistem pernafasan dan cardiovascular) masih berfungsi dengan bantuan alat.Akan tetatpi mati yang sekarang ini banyak dianut oleh klinisi adalah mati batang otak yaitu apabila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intracranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Oleh karena itu untuk memastikan apakah seseorang sudah mati atau belum sehingga tidak merugikan pasien ataupun pihak keluarga, diperlukan sebuah ilmu yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan kematian. Ilmu tersebut adalah thanatologi. Thanatologi berasal dari kata thanatos (mati) dan logos (ilmu). Sehingga secara pengertian (definisi), tanatologi merupakan ilmu yang mempelajari aspek yang berkaitan degan mati yang meliputi diagnosis, perubahan-perubahan yang terjadi sesudah mati serta kegunaannya.Beranjak dari contoh kasus diatas, seharusnya apabila dapat mengatahui tanda-tanda kematian dengan benar, masyarakat mampu member pertolongan yang cepat dan tepat yang sesuai dan tidak merugikan pihak keluarga yang mengira keluarganya meninggal. Sebab harus diyakini bahwa tidak ada satu orangpun didunia ini dapat hidup setelah benar-benar mati.1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan tinjauan pustaka mengenai thanatologi ini adalah untuk menjelaskan dan memberitahu kegunaan thanatologi kepada masyarakat dan klinisi yang meliputi:1. Memastikan kematian klinis2. Memperkirakan sebab kematian3. Memperkirakan saat kematian4. Memperkirakan cara kematian

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Thanatologi2.1.1.Definisi Thanatologi Thanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Thanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut (Idries, 1997).Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak (Idries, 1997). 2.1.2.ManfaatAda tiga manfaat dari ilmu Thanatologi, antara lain untuk dapat menetapkan hidup atau matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian korban. Menetapkan apakah korban masih hidup atau telah mati dapat kita ketahui dari masih adanya tanda kehidupan dan tanda-tanda kematian. Tanda kehidupan dapat kita nilai dari masih aktifnya siklus oksigen yang berlangsung dalam tubuh korban. Sebaliknya, tidak aktifnya siklus oksigen menjadi tanda kematian (Al-Fatih II, 2007).2.1.3. Jenis KematianAgar suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga system yang mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat mempengaruhi satu sama lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka sistem-sistem yang lainnya juga akan ikut berpengaruh (Idries, 1997). Dalam Thanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak). Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap (Idries, 1997). Pada kejadian mati somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG) mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi.Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam (Idries, 1997). Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak bersamaan (Budiyanto, 1997).Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat (Budiyanto, 1997).Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan (Budiyanto, 1997).2.1.4. Cara Mendeteksi KematianMelalui fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan pernapasan, kita bisa mendeteksi hidup matinya seseorang. Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem saraf, ada lima hal yang harus kita perhatikan yaitu tanda areflex, relaksasi, tidak ada pegerakan, tidak ada tonus, dan elektroensefalografi (EEG) mendatar/ flat. Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem kardiovaskuler ada enam hal yang harus kita perhatikan yaitu denyut nadi berhenti pada palpasi, denyut jantung berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi, elektro kardiografi (EKG) mendatar/ flat, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah jari tangan korban kita ikat (tes magnus), daerah sekitar tempat penyuntikan icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan (tes icard), dan tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis.Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem pernapasan juga ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, antara lain tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi, tidak ada bising napas pada auskultasi, tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang kita taruh diatas perut korban pada tes, tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban, serta tidak ada gerakan bulu ayam yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban (Modi, 1988). 2.1.5. Tanda KematianKematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai tanda kematian yang nantinya akan dibagi lagi menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti.A.Tanda kematian tidak pasti 1.Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.2.Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.3.Kulit pucat.4.Tonus otot menghilang dan relaksasi.5.Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.6.Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata (Budiyanto, 1997). B.Tanda kematian pasti1. Livor mortisNama lain livor mortis ini antara lain lebam mayat, post mortem lividity, post mortem hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices. Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras. Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis (Idries, 1997). Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam.Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu:1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis. Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ dalam tubuh mayat masing-masing sesuai dengan posisi mayat. Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat dasi. Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai. Lebam pada kulit mayat dengan posisi tergantung, dapat kita lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna. Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan pada posterior otak besar, posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior dinding lambung, dan usus yang dibawah (dalam rongga panggul).Ada tiga faktor yang mempengaruhi livor mortis yaitu volume darah yang beredar, lamanya darah dalam keadaan cepat cair dan warna lebam. Volume darah yang beredar banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih luas terjadi. Sebaliknya lebih lambat dan lebih terbatas penyebarannya pada volume darah yang sedikit, misalnya pada anemia.Ada lima warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian yaitu 1. warna merah kebiruan merupakan warna normal lebam, 2.warna merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN, atau suhu dingin, 3. warna merah gelap menunjukkan asfiksia, 4. warna biru menunjukkan keracunan nitrit, dan 5. warna coklat menandakan keracunan aniline (Spitz, 1997).Interpretasi livor mortis dapat diartikan sebagai tanda pasti kematian, tanda memperkirakan saat dan lama kematian, tanda memperkirakan penyebab kematian dan posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati.Livor mortis harus dapat kita bedakan dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi darah). Warna merah darah akibat trauma akan menempati ruang tertentu dalam jaringan. Warna tersebut akan hilang jika irisan jaringan kita siram dengan air (Mason, 1983). SifatLebam mayatMemar

LetakEpidermal, karena pelebaran pembuluh darah yang tampak sampai ke permukaan kulitSubepidermal, karena rupture pembuluh darah yang letaknya bisa superficial atau lebih dalam

KutikulaTidak rusakKutikula rusak

LokasiTerdapat pada daerah yang luas, terutama luka pada bagian tubuh yang letaknya rendahTerdapat di sekitar bisa tampak di mana saj pada bagian tubuh dan tidak meluas

GambaranTidak ada evalasi dari kulitBiasanya membengkak karena resapan darah dan edema

PinggiranJelasTidak jelas

WarnaWarna samaMemar yang lama warnanya bervariasi. Memar yang baru berwarna lebih tegas daripada warna lebam mayat di sekitarnya

Pada pemotonganPada pemotongan, darah tampak dalam pembuluh, dan mudah dibersihkan. Jaringan subkutan tampak pucatMenunjukkan resapan darah ke jaringan sekitar, susah dibersihkan jaringan sekitar, susah dibersihkan jika hanya dengan air mengalir. Jaringan subkutan berwarna merah kehitaman

Dampak setelah penekananAkan hilang walaupun hanya diberi penekanan ringanWarnanya hanya berubah sedikit pada penekanan

2. Kaku mayat (rigor mortis) Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot (Gonzales, 1954).a.Cadaveric spasmeCadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaan dimana terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer (Idries, 1997).b.Heat StiffeningHeat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi, misalnya pada kasus kebakaran (Idries, 1997).c.Cold StiffeningCold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah, dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi akan membeku (Idries, 1997).3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terus menerus. Pengeluaran panas tersebut disebabkan perbedaan suhu antara mayat dengan lingkungannya. Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem. Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga suhu.Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu tubuh mayat, yaitu:1.Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.2.Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan suhu tubuhnya. 3.Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.4.Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.5.Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.6.Aktivitas sebelum meninggal.7.Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.8.Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.9.Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.

Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain: 1.Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh mayat.2.Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.3.Dahi dingin setelah 4 jam post mortem. 4.Badan dingin setelah 12 jam post mortem. 5.Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem. 6.Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan keadaan airnya.7.Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu:T = (98,40F - suhu rectal0F) : 1,50F (Gonzales, 1954). 4.PembusukanPembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Clostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang berwarna hijau kehitaman. Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim proteolitik.Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk. Ada 17 tanda pembusukan, yaitu wajah dan bibir membengkak, mata menonjol, lidah terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkan darah, lubang lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid), badan gembung, bulla atau kulit ari terkelupas, aborescent pattern/ marbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna kehijauan, pembuluh darah bawah kulit melebar, dinding perut pecah, skrotum atau vulva membengkak, kuku terlepas, rambut terlepas, organ dalam membusuk, dan ditemukannya larva lalat.Organ dalam yang cepat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah. Organ yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal dan diafragma. Organ yang paling lambat membusuk antara lain kelenjar prostat dan uterus non gravid. Larva lalat dapat kita temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Berguna untuk memperkirakan saat kematian dan penyebab kematian karena keracunan. Saat kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat. Penyebab kematian karena racun dapat kita ketahui dengan cara mengidentifikasi racun dalam larva lalat.Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat, yaitu :1.Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan. 2.Suhu optimal yaitu 21-370C mempercepat pembusukan.3.Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.4.Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan. 5.Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus.6.Sifat medium. Udara : air : tanah = 1:2:8.7.Keadaan saat meninggal. Adanya oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi memperlambat pembusukan.8.Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan. Arsen, stibium dan asam karbonat memperlambat pembusukan. 9.Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami pembusukan.Pada pembusukan mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu kematian sebagai tanda pasti kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk menaksir lama kematian, serta dapat membedakannya dengan bulla intravital (Al-Fatih II, 2007).5.Adipocere (lilin mayat)Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Clostridium welchii, yang berpengaruh terhadap jaringan lemak. Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang lama, sedikitnya beberapa minggu sampai beberapa bulan dan keuntungan adanya adipocere ini, tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama sekali, sampai ratusan tahun (Idries, 1997).6. MummifikasiMummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan akan menjadi gelap, keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa bulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran udara (Idries, 1997). 2.1.6. Penentuan Lama KematianPenentuan lamanya kematian dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan atau otopsi pada jenazah dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain:1. Isi Saluran PencernaanMakanan masuk kedalam saluran pencernaan akan mengalami proses pencernaan hingga akhirnya akan dikeluarkan dari tubuh. Proses yang mempunyai pola dan waktu yang tetap ini dapat pula dipakai sebagai petunjuk.a. Isi LambungDalam 1 jam pertama separuh dari makanan yang masuk ke lambung sudah dicernakan dan masuk ke pilorus. Setengahnya dari sisa ini akan masuk ke pilorus pada jam ke 2. Sisa setengahnya lagi akan selesai dicerna dan keluar dari lambung pada jam ke 3, dan selesai seluruhnya kira-kira 4 jam. Makanan yang mengandung banyak karbohidrat akan lebih cepat dicerna (cepat keluar dari lambung); yang mengandung protein lebih lama dan yang paling lama yang mengandung lemak. Tetapi perlu diperhitungkan tonus dan keadaan lambung, seperti gangguan fungsi pilorus dan keadaan fisik korban sebelum mati. Syok, koma, geger otak, depresi mental menghambat gerakan pencernaan.b. UsusMakanan yang sudah dicerna sampai di daerah ileo caecal dalam waktu 6 8 jam, di colon tranversum dalam waktu 9 10 jam colon-pelvis 12 14 jam, dikeluarkan dalam waktu 24 28 jam. Penentuan lama kematian dari isi pencernaan ini dinilai dari suatu korban makan dan tidak ada hubungan langsung dengan waktu pemeriksaan dilakukan.2. Kandung kemihKandung kemih biasanya dikosongkan sebelum tidur, dan dalam waktu tidur isi kandung kemih akan bertambah. Bila didapati mayat pada pagi hari dengan kandung kemih kosong, kemungkinan ia meninggal menjelang pagi hari dan bila masih penuh tentu meninggalnya lebih awal.3. PakaianPakaian dapat menentukan lama kematian karena orang mempunyai kebiasaan menggunakan pakaian sesuai dengan waktu Pakaian kantor/sekolah, pakaian tidur, pakaian renang, olah raga dan lain-lain, kadang-kadang dapat dipakai sebagai petunjuk. Bila korban terbunuh sedang memakai pakaian tidur tentu diperkirakan waktu kematian adalah malam atau sebelum bangun pagi.4. Jam tanganBila korban memakai jam tangan pada waktu mengalami cedera maka saat kematian dapat ditunjukkan secara tepat dari jarum jam berhenti. Begitu juga dengan peristiwa kebakaran.

BAB IIIKESIMPULAN

3.1.Kesimpulan1.Thanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.2.Manfaat dari ilmu Thanatologi adalah untuk menetapkan hidup atau matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian korban.3.Untuk mendeteksi hidup matinya seseorang, dapat dilakukan melalui pemeriksaam fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan pernapasan. 4.Tanda kematian dibagi menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti. Tanda kematian pasti antara lain livor mortis, rigor mortis, algor mortis, pembusukan, adipocera, dan mummifikasi. Tanda kematian tidak pasti antara lain pernapasan berhenti selama lebih dari 10 menit, terhentinya sirkulasi selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba, kulit pucat, tonus otot menghilang, segmentasi pembuluh darah retina dan kekeruhan pada kornea.5.Penentuan lamanya kematian dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan atau otopsi pada jenazah dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain isi saluran pencernaan, kandung kemih, pakaian, dan jam tangan.