tesise-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8047/1/tesis... · 2020. 5. 13. · sabuga bandung...
TRANSCRIPT
i
TESIS
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA DAN
KEMATANGAN KEPRIBADIAN DENGAN SIKAP TOLERAN
PADA GURU SD PTQ ANNIDA SALATIGA TAHUN 2020
Oleh:
AHMAD FIKRI SABIQ, S.Pd.I
NIM. 12010160039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Sabiq, Ahmad Fikri, Hubungan antara Kematangan Beragama dan Kematangan
Kepribadian dengan Sikap Toleran pada Guru SD PTQ Annida Salatiga Tahun 2020,
Tesis, 2020. Pembimbing: Dr. Ruwandi, MA.
Toleransi adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan bersosial, berbangsa,
dan bernegara agar tercipta kerukunan dan kedamaian. Dalam realitasnya, ada banyak
kasus intoleran yang menciptakan gesekan-gesekan horizontal, selain tentunya masih
banyak sikap-sikap toleransi. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antara
kematangan beragama dan kematangan kepribadian dengan sikap toleransi. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan beragama,
kematangan kepribadian, dan tingkat toleransi, membuktikan hubungan antar variabel
penelitian, signifikansi, kontribusi, dan prediksi dari variabel penelitian.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dari
penelitian ini adalah guru di SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) Annida berjumlah 34
orang dan semua dijadikan sampel dalam penelitian. Metode pengumpulan data
menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data, peneliti menggunakan aplikasi
SPSS versi 16.0.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Ada hubungan positif signifikan antara
kematangan beragama dengan sikap toleransi. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari
harga r hitung (0,721) lebih besar dari r tabel (0,339). Kategori hubungannya adalah
kuat. Sumbangan Efektif dari kematangan beragama terhadap sikap toleransi adalah
sebesar 9,95 %. Dan setiap penambahan 1% tingkat kematangan beragama (X1), maka
sikap toleransi (Y) akan meningkat 0,724. 2) Ada hubungan positif signifikan antara
kematangan kepribadian dengan sikap toleransi. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari
harga r hitung (0,826) lebih besar dari r tabel (0,339). Kategori hubungannya adalah
sangat kuat. Sumbangan Efektif kematangan kepribadian terhadap sikap toleransi
adalah sebesar 58,89 %. Dan setiap penambahan 1% tingkat kematangan kepribadian
(X2), maka sikap toleransi (Y) akan meningkat 0,459. 3)Ada hubungan signifikan
antara kematangan beragama dan kematangan kepribadian dengan sikap toleransi.
Hal ini dibuktikan dengan hasil dari harga r hitung (0,829) lebih besar dari r tabel
(0,339). Sedangkan kotribusi atau sumbangan secara simultan variabel Kematangan
Beragama dan Kematangan Kepribadian adalah 68,8%. Sedangkan sisanya yaitu
31,2% ditentukan oleh variabel yang lain.
Kata Kunci: Kematangan Beragama, Kematangan Kepribadian, Sikap Toleransi
vi
ABSTRACT
Sabiq, Ahmad Fikri, Relationship between Religious Maturity and Personality Maturity
with Tolerant Attitudes in PTQ Annida Salatiga Elementary School Teachers in 2020,
Thesis, 2020. Supervisor: Ruwandi.
Tolerance is a necessity in social, national and state life in order to create
harmony and peace. In reality, there are many cases of intolerance that create
horizontal friction, besides of course there are still many attitudes of tolerance. This
study examines the relationship between religious maturity and personality maturity
with tolerance. The purpose of this study was to determine the level of religious
maturity, personality maturity, and tolerance level, proving the relationship between
research variables, the significance, contribution, and predictions of the research
variables.
This research method uses a quantitative approach. The population of this study
were 34 teachers at SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) Annida and all were sampled in
the study. The data collection method uses a questionnaire and documentation. Analysis
of the data, researchers used the SPSS application version 16.0.
The results of this study are: 1) There is a significant positive relationship
between religious maturity and tolerance. This is evidenced by the results of the
calculated r price (0.721) greater than r table (0.339). The relationship category is
strong. Effective contribution of religious maturity to tolerance is 9.95%. And every 1%
increase in the level of religious maturity (X1), the attitude of tolerance (Y) will
increase 0.724. 2) There is a significant positive relationship between personality
maturity and tolerance. This is evidenced by the results of the calculated r price (0.826)
greater than r table (0.339). The relationship category is very strong. Effective
contribution of personality maturity to tolerance is 58.89%. And every 1% increase in
personality maturity level (X2), the attitude of tolerance (Y) will increase 0.459. 3)
There is a significant relationship between religious maturity and personality maturity
with tolerance. This is evidenced by the results of the calculated r price (0.829) greater
than r table (0.339). While the simultaneous contribution or contribution of Religious
Maturity and Personality Maturity variables were 68.8%. While the remaining 31.2% is
determined by other variables.
Keywords: Religious Maturity, Personality Maturity, Tolerance Attitudes
vii
PRAKATA
Segenap rasa puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
dengan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, hingga akhirnya tesis ini bisa terselesaikan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW,
manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan syafa’atnya di hari
kiamat. Tidak lupa shalawat dan salam juga disampaikan kepada keluarga, sahabat, dan
orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan selesai tanpa motivasi,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Badihawy, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga yang
senantiasa memberikan wejangan inspirasinya.
2. Bapak Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.Ag., MA., selaku Direktur Pascasarjana
IAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Ruwandi, M.A., selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Program Pascasarjana IAIN Salatiga dan juga selaku pembimbing dalam
penulisan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu,
semangat, dan inspirasinya kepada penulis.
5. Istri tercinta, Hj. Siti Fatimah, dan anak tersayang, Prof. KH. Muhammad Umar
Wafa, Ph.D., Bapak-Ibu, Pa’e-Ma’e, serta keluarga tersayang.
6. Keluarga besar SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA Salatiga, khususnya
para guru yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
viii
7. Keluarga besar mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pendidikan Agama Islam,
khususnya kelas B.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima kasih
atas dorongan, semangat, motivasi, dan inspirasinya.
Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan, baik secara substantif ataupun teknis. Oleh karenanya,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar bisa menjadi
evaluasi dan perbaikan untuk ke depannya. Semoga tesis ini bisa memberikan manfaat
kepada pembaca semua khususnya kepada pribadi penulis.
Salatiga, 2 Maret 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Halaman Pengajuan Tesis ii
Halaman Persetujuan iii
Halaman Pernyataan iv
Nota Dinas Pembimbing v
Abstrak vi
Prakata viii
Daftar Isi x
Daftar Tabel xiii
Daftar Lampiran xiv
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
1. Identifikasi Masalah 4
2. Pembatasan Masalah 5
3. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
1. Manfaat Ilmiah 6
2. Manfaat Sosial 6
E. Metode Penelitian 7
1. Pendekatan Penelitian 7
x
2. Tempat dan Waktu Penelitian 7
3. Populasi dan Sampel 8
4. Metode Pengumpulan Data 8
5. Pengujian Instrumen Penelitian 9
6. Teknik Analisis Data 10
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis 13
A. Kajian Pustaka 13
1. Kematangan Beragama 13
2. Kematangan Kepribadian 16
3. Sikap Toleransi 19
B. Penelitian Terdahulu 23
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis 24
Bab III Laporan Hasil Penelitian 26
A. Profil SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA 26
1. Sejarah 26
2. Kebijakan Lembaga untuk Pengembangan Guru 28
B. Penyajian Data Hasil Penelitian 30
Bab IV Analisis Data 32
A. Uji Hubungan antara Variabel X1 dengan Y 35
1. Linearitas 35
2. Arah, Signifikansi, dan Kekuatan Hubungan 36
3. Kontribusi dan Sumbangan 38
4. Prediksi X1 terhadap Y 40
B. Uji Hubungan antara Variabel X1 dengan Y 42
xi
1. Linearitas 42
2. Arah, Signifikansi, dan Kekuatan Hubungan 43
3. Kontribusi atau Sumbangan 44
4. Prediksi X2 terhadap Y 47
C. Hubungan antara X1 dan X2 secara Bersamaan dengan Y 48
D. Pembahasan 49
1. Hubungan antara Kematangan Beragama dan Sikap Toleransi 49
2. Hubungan antara Kematangan Kepribadian dan Sikap Toleransi 51
3. Hubungan antara Kematangan Beragama dan Kematangan
Kepribadian dan Sikap Toleransi 52
Bab V Penutup 54
A. Simpulan 54
B. Saran 55
Daftar Pustaka 56
Lampiran-lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penyajian Data Distribusi Hasil Penelitian 29
2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 32
3. Tingkat Kematangan Beragama 34
4. Tingkat Kematangan Kepribadian 34
5. Tingkat Toleransi 35
6. Anova Tabel 36
7. Correlations 37
8. Interpretasi Koefisien Korelasi 38
9. Model Summary 39
10. Coefficients 39
11. Ringkasan Analisis Korelasi dan Regresi 39
12. Coefficients 41
13. Linearitas Y dengan X2 42
14. Hubungan antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y 43
15. Interpretasi Koefisien Korelasi 44
16. Model Summary 45
17. Coefficients 45
18. Ringkasan Analisis Korelasi dan Regresi 45
19. Coefficients 47
20. Hubungan antara X1 dan X2 secara Bersamaan dengan Y 49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Kuesioner
2. Tabulasi Skor Angket
3. Uji Validitas Korelasi Product Moment dan Uji Reliabillitas Alpha
4. Uji Normalitas
5. Uji Linearitas
6. Tabel Korelasi
7. Tabel Regresi
8. Biografi penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seseorang ketika hidup dalam tatanan
sosial adalah memiliki sikap toleran kepada orang lain dalam bentuk apapun. Sikap
toleransi ini menjadi penting agar tercipta sikap saling menghargai dan memahami
sehingga sekelompok masyarakat bisa senantiasa hidup rukun dan damai. Terlebih
di Indonesia yang memiliki keragaman agama, budaya, suku, bahasa, dan warna
kulit. Agar semboyan Bhinneka Tunggal Ika senantiasa bisa terjaga, maka toleransi
adalah sebuah keniscayaan.
Namun ada realita berbeda yang dihadapi bangsa ini. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), ada tren penurunan toleransi pada masyarakat Indonesia. Pada
tahun 2012, menunjukkan ada 67,7 % masyarakat yang setuju dengan kegiatan yang
dilakukan oleh agama lain. Sedangkan pada tahun 2014, hanya ada 42,81 %
masyarakat yang setuju tentang kegiatan yang dilakukan oleh kelompok agama
lain.1 Dilansir dari detik.com, Imparsial meneliti dan menemukan ada 31 kasus
intoleransi yang ada di Indonesia sejak bulan November 2018 sampai bulan
November 2019. Mayoritas dari kasus intoleransi tersebut adalah kasus yang
berkaitan dengan ibadah seperti pelarangan ibadah atau pembubaran ceramah
pengajian. Dari idntimes.com, juga disebutkan bahwa ada enam peristiwa intoleransi
yang pernah terjadi di Indonesia. Enam peristiwa tersebut penyerangan klenteng di
Kediri, aksi sosial jemaat gereja gagal karena ditudinng kristenisasi, kebaktian di
1 PDSPK Kemdikbud, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Toleransi di Indonesia,
Jakarta: PDSPK Kemdikbud RI, 2017, 3-4. 1
2
Sabuga Bandung dibubarkan oleh ormas Islam, biksu dilarang beribadah di
Tangerang, gereja di Samarinda dilempar bom molotov, dan pastor gereja di Medan
nyaris jadi korban bom bunuh diri saat pimpin misa.2 Keenam peristiwa intoleransi
tersebut semuanya berkaitan dengan ibadah agama tertentu dan dilakukan di tempat
ibadah. Menambah, dilansir juga dari suara.com, ada 4 kasus intoleransi yang
terjadi di Yogyakarta, yaitu penolakan sedekah laut, pemotongan salib, penolakan
warga nonmuslim di suatu daerah, dan dibubarkannya seni Wiji Thukul.3
Dalam penelitian dari Mujtahidin, disebutkan bahwa nilai budaya pada
masyarakat memiliki peran yang sangat kuat dalam membentuk perspektif intoleran
bahkan radikal. Hal ini bisa dilihat dari konflik yang terjadi antara kelompok sunni
dan syi’ah yang ada di Sampang, Madura, dimana ini merupakan konflik antar
kelompok keyakinan ajaran agama, meskipun awal terjadinya konflik bukan murni
tentang hal tersebut.4
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyo Pamungkas tentang
hubungan masyarakat mayoritas dan minoritas yang ada di Buleleng, Bali. Dalam
penelitian tersebut, diketahui bahwa masyarakat Hindu dan Muslim memiliki relasi
yang penuh toleransi.5
Sementara, Fahruddin Faiz yang meneliti tentang organisasi Front Pembela
Islam (FPI) mencoba mengaitkan antara kematangan beragama dengan sikap
kekerasan yang cenderung intorelan. Faiz memberikan gambaran agar strategi
2 http://idntimes.com/news/indonesia/linda/5-kejadian-penyerangan-rumah-ibadah-di-
indonesia. (diakses pada Senin, 16 September 2019 pukul 19.30) 3 http://amp.suara.com/news/2019/04/03/163344/salib-dipotong-hingga-tolak-sedekah-laut-4-
kasus-into-leransi-di-yogyakarta. (diakses pada Senin, 16 Desember 2019 pukul 19.30) 4 Mujtahidin, dkk, “Peran Nilai Budaya dalam Membentuk Perspektif Toleran dan Intoleran di
Madura: Studi Kasus Konflik Sunni-Syiah di Desa Karanggayam Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Madura” Jurnal Pamator, Volume 10 Nomor 2, (Oktober 2017), 125.
5 Cahyo Pamungkas, Toleransi Beragama dalam Praktik Sosial, Episteme, Volume 9, Nomor 2,
(Desember 2014), 311.
3
pemaksaan dan kekerasan yang cenderung intoleran ini perlu direvisi dan ditelaah
kembali sehingga ditemukan formula aksi yang tepat dalam amar ma‟ruf nahi
munkar. Disebutkan juga dalam penelitian ini bahwa jalan kekerasan yang
dilakukan FPI ini dalam konteks sosial menunjukkan adanya ketidakdewasaan dan
kurangnya kematangan beragama.6
Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki basis beragama dan memiliki
keluhuran budaya, ada hal yang kurang selaras berkaitan dengan kasus sikap
intoleransi di atas ketika kasus itu mayoritas adalah tentang aspek agama. Roni
Ismail dalam tulisannya menyebutkan bahwa orang yang beragama matang tidak
mungkin melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, bahkan sosial.7 Berkaitan dengan hal yang tidak selaras sebagaimana
di atas, peneliti ingin mengkaji tentang toleransi ini dan mengkaitkan dengan perihal
kematangan seseorang yang dalam pembahasan ini adalah kematangan beragama
dan kematangan kepribadian. Peneliti ingin menjawab apakah ketika seseorang
memiliki kematangan dalam hal beragama dan kepribadian ini juga diikuti dengan
sikap toleransi kepada sesama.
Berkaitan dengan tema pembahasan di atas, peneliti akan melakukan penelitian
dengan mengambil populasi guru di SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA
Salatiga. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah bahwa para guru di sekolah ini
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang dari kampus agama
Islam, kampus agama non Islam, kampus umum, dan pondok pesantren. Mereka
juga memiliki latar belakang organisasi keagamaan yang berbeda. Selain itu, peneliti
6 Fahruddin Faiz, “Front Pembela Islam: Antara Kekerasan dan Kematangan Beragama”, Kalam,
Volume 8, Nomor 2, (Desember 2014), 363. 7 Roni Ismail, “Konsep Toleransi dalam Psikologi Agama”, Jurnal Religi, Volume 8, Nomor 1,
(Januari 2012), 1-12.
4
mengamati bahwa mereka juga memiliki kematangan beragama dan kepribadian
yang berbeda-beda pula sehingga layak untuk dijadikan sebagai obyek penelitian
ini. Berkaitan dengan penelitian tersebut, peneliti merumuskan judul “Hubungan
antara Kematangan Beragama dan Kematangan Kepribadian dengan Sikap Toleransi
Pada Guru SD PTQ Annida Salatiga Tahun 2020.”
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan di atas, peneliti mengindentifikasi beberapa penyebab dari
sikap tidak toleransi adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman agama yang normatif tekstual sehingga kurang memahami dan
menghargai perbedaan satu sama lain.
b. Kurangnya memahami arti perbedaan sehingga menuntut kelompok lain
sama seperti kelompoknya sendiri.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan penelitian sesuai dengan
kemampuan penulis. Pertama, tema toleransi yang diangkat oleh peneliti adalah
toleransi dalam kehidupan bersosial masyarakat, tidak sekedar toleransi lintas
agama. Kedua, objek dari penelitian ini guru di SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ)
Annida Salatiga.
3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, peneliti membuat beberapa rumusan masalah
yaitu sebagai berikut:
5
a. Bagaimana hubungan, pengaruh, signifikansi, kontribusi, besarnya pengaruh,
linieritas, normalitas, dan makna antara kematangan beragama dengan sikap
toleransi?
b. Bagaimana hubungan, pengaruh, signifikansi, kontribusi, besarnya pengaruh,
linieritas, normalitas, dan makna antara kematangan kepribadian dengan
sikap toleransi?
c. Bagaimana hubungan, pengaruh, signifikansi, dan kontribusi antara
kematangan beragama dan kematangan kepribadian dengan sikap toleransi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kematangan beragama, kematangan kepribadian, dan
sikap toleransi pada Guru SD PTQ Annida Salatiga.
2. Membuktikan hubungan antara variabel terikat (sikap toleransi) dan variabel
bebas (kematangan beragama dan kematangan kepribadian).
3. Menentukan persentase hubungan antara variabel terikat (sikap toleransi) dan
variabel bebas (kematangan beragama dan kematangan kepribadian).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan hasil darinya dapat
memperkaya khazanah kajian keilmuan dalam bidang agama dan psikologi
agama khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara kematangan
beragama, kematangan kepribadian, dan sikap toleransi..
6
2. Manfaat Sosial
1) Manfaat bagi peneliti
Manfaat bagi penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan
pembelajaran baru bagi peneliti terkait dengan kematangan beragama,
kematangan kepribadian, dan sikap toleransi.
2) Manfaat bagi lembaga pendidikan terkait
Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan bisa memberikan
manfaat kepada lembaga Guru SD PTQ Annida untuk mengembangkan guru
agar memiliki kepribadian dan keberagamaan yang matang serta mampu
bersikap toleransi kepada sesama.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.
Ada tiga variabel dalam penelitian ini yaitu kematangan beragama, kematangan
kepribadian dan sikap toleransi. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
adalah mendalami teori dari ketiga variabel tersebut kemudian merumuskan
indikator-indikatornya. Selanjutnya, peneliti menyusun sebuah angket berisi
instrumen pertanyaan dari indikator yang telah dirumuskan. Sebelum disebar,
angket tersebut diuji tingkat validitas dan reliabilitas dan kemudian disebar
kepada responden untuk menggali data.
Dari hasil data yang terkumpul, peneliti kemudian melakukan kuantifikasi
nilai dan selanjutnya mengolah data tersebut agar bisa menjawab hipotesis yang
7
diajukan oleh peneliti yaitu berkaitan dengan bagaimana hubungan antara
kematangan beragama dengan sikap toleransi, bagaimana hubungan antara
kematangan kepribadian dengan sikap toleransi, dan bagaimana hubungan antara
kematangan beragama dan kematangan kepribadian secara bersama-sama dengan
sikap toleransi.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dari pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Plus Tahfizhul Quran
(PTQ) ANNIDA. Sedangkan waktu pelaksanaan dari penelitian ini adalah pada
bulan Desember 2019 sampai bulan Februari 2020.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah para guru di SD Plus Tahfizhul Quran
(PTQ) Annida Salatiga yang berjumlah 33 guru. Oleh karena jumlah populasi
dalam penelitian ini berjumlah 33 orang, maka penelitian ini merupakan penelitian
populasi, dimana semua populasi menjadi responden dalam penelitian ini.8
Rinciannya, 33 orang yang menjadi populasi penelitian ini terdiri dari 6
orang berjenis kelamin laki-laki, dan 27 orang berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan tingkat pendidikan, ada 29 orang yang berlatar pendidikan sarjana
(S.1), dan 4 orang lulusan SLTA. Dari 30 orang yang memiliki latar pendidikan
sarjana (S.1) tersebut, ada 3 orang yang berasal dari kampus berlatar belakang
kristen, 3 orang dari kampus umum, dan sisanya dari kampus berlatar belakang
Islam sejumlah 24 orang.
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta 2010, 112.
8
Berdasarkan pernah tidaknya belajar di pesantren, ada 17 orang yang pernah
belajar di pesantren, dan sisanya yaitu 16 orang tidak pernah di pesantren.
Sedangkan berdasarkan usia, ada 10 orang yang berusia antara 20-25 tahun, 15
orang berusia 26-30 tahun, dan 8 orang berusia di atas 30 tahun. Dan berkaitan
masa kerja di sekolah, ada 27 orang dengan masa kerja 0-4 tahun dan ada 6 orang
dengan masa kerja di atas 4 tahun.
4. Metode Pengumpulan Data
Salah satu tahapan penting dalam penelitian adalah menentukan cara
mengukur variabel dan alat pengumpulan data. Karenanya diperlukan instrumen
pengumpul data yang sesuai dengan apa yang akan diukur (variabel). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua macam, yaitu:
a. Metode Angket
Metode angket ini digunakan untuk menggali data tentang tingkat
kematangan beragama, kematangan kepribadian, dan sikap toleransi dari para
guru di SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA. Angket yang digunakan ini
melalui proses tahap uji validitas dan uji reliabilitas sehingga layak digunakan
untuk menggali data.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan untuk menggali data-data pendukung
dari populasi penelitian. Metode ini digunakan karena peneliti ingin
mendapatkan data personal guru di SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA
yang meliputi jenis kelamin, latar belakang pendidikan baik pendidikan agama,
pendidikan umum, pernah atau tidaknya di pesantren, dan masa kerja di
sekolah tersebut.
9
5. Pengujian Instrumen Penelitian
Untuk menguji validitas dan uji reliabilitas instrumen angket, peneliti
melakukan uji coba awal kepada 5 orang responden. Dari data tersebut kemudian
dicari validitas dan reliabilitas melalui aplikasi komputer SPSS 16.0. Dari hasil
perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan r-tabel. Apabila hasil
koefisien korelasi dari hasil SPPS tersebut 16.0 tersebut lebih besar dari koefisien
r-tabel, berarti koefisien korelasi tersebut dinyatakan signifikan dan butir
pertanyaan digunakan valid.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, langkah-langkah proses analisis data meliputi
kuantifikasi dan menganalisis data dengan rincian sebagai berikut:
a. Kuantifikasi
Analisis ini dilakukan untuk memperoleh nilai pada setiap pertanyaan
yang telah dijawab oleh responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Jawaban yang memiliki bobot tinggi akan mendapat nilai tinggi,
sedangkan yang memiliki bobot rendah akan mendapatkan nilai rendah.
Adapun kriteria bobot yang ditetapkan oleh peneliti yaitu:
- Untuk pilihan “Sangat Setuju” bobot nilainya adalah 4
- Untuk pilihan “Setuju” bobot nilainya adalah 3
- Untuk pilihan “Tidak Setuju” bobot nilainya adalah 2
- Untuk pilihan “Sangat Tidak Setuju” bobot nilainya adalah 1
b. Menganalisis Data untuk Menguji Hipotesis
Untuk menganalisis data yang terkumpul guna menguji hipotesis yang
diajukan, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
10
1) Untuk mengetahui tingkat kematangan beragama, kematangan kepribadian,
dan sikap toleransi guru SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) Annida Salatiga,
peneliti menggunakan rumus persentase sebagai berikut:
𝑃 =𝐹
𝑁 𝑥 100 %
Keterangan:
P : Presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah total sampel
2) Untuk mengetahui bagaimana hubungan dari masing-masing variabel,
peneliti menggunakan aplikasi komputer SPSS 16.0. Hubungan variabel
yang ingin diketahui oleh peneliti adalah hubungan antara kematangan
beragam dengan sikap toleransi (X1 dengan Y) dan hubungan antara
kematangan kepribadian dan sikap toleransi (X2 dengan Y).
3) Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kematangan beragama dan
kematangan kepribadian secara bersama-sama dengan sikap toleransi,
peneliti menggunakan aplikasi komputer SPSS 16.0 tentang regresi ganda.
Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang
terdiri dari dua kategori. Dua kategori variabel tersebut meliputi variabel
bebas (independent variable) yaitu tingkat kematangan beragama (X1) dan
tingkat kematangan kepribadian (X2), yang masing-masing sebagai variabel
pertama dan kedua. Adapun variabel yang ketiga yaitu variabel terikat
(dependent variable), yaitu sikap toleransi.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Kematangan Beragama
Kematangan beragama merupakan salah satu bagian dari perkembangan
keberagamaan seseorang. Roni Ismail menyebutkan bahwa konsep psikologi
tentang kematangan beragama sangat relevan sebagai konsep hidup toleransi ter
masuk toleransi beragama.9 Selanjutnya, terkait dengan kematangan beragama ini
ada beberapa psikolog yang menjelaskannya dengan bermacam pembahasan.
Walter Houston Clark mendefinisikan kematangan beragama sebagai pengalaman
keberjumpaan batin seseorang dengan Tuhan yang pengaruhnya dibuktikan dalam
perilaku nyata hidup seseorang.
Dalam Al-Qur’an, ciri orang yang matang dalam beragama antara lain,
sangat cinta kepada Allah (QS. Al Baqarah: 165), beriman kepada semua nabi
(QS. Al Baqarah: 136, memiliki keimanan yang mantap dan senantiasa beribadah
dan mengabdikan diri kepada Allah (QS Al Baqarah: 194), setia kepada janji (QS.
Al Baqarah: 177), selalu membantu dalam kebaikan (QS. Al Maidah: 2), bersikap
adil meskipun harus merugikan dirinya atau kelompoknya (QS. An Nisa: 135),
bersikap jujur meskipun kepada lawan (QS Al Maidah: 2), hidup secara wajar
(QS. Al Baqarah: 62), menafkahkan sebagian hartanya dan memaafkan kesalahan
orang lain (QS. Ali Imran: 133-134), selalu mencari ridho Allah Swt (QS. Al
9 Roni Ismail, “Konsep Toleransi dalam ......., 1-12.
12
12
Baqarah: 207), dan tentunya masih ada ayat-ayat lainnya yang menjelaskan
tentang kematangan beragama.10
Menurut Clark, ciri-ciri orang yang memiliki kematangan beragama yaitu
pertama, lebih kritis, kreatif, dan otonom dalam beragama. Kedua, memperluas
perhatiannya terhadap hal-hal di luar dirinya. Ketiga, keagamaan matang tidak
puas semata-mata dengan rutinitas ritual dan verbalisasinya.11
Sedangkan Gordon Allport, sebagaimana dikutip oleh Roni Ismail,12
memberikan ciri-ciri kematangan beragama adalah pertama, berpengetahuan luas
dan rendah hati (well-differentiated and self critical). Orang yang memiliki ciri ini
mengimani dan memiliki kesetiaan yang luas terhadap agamanya, dan juga dia
mengakui kemungkinan kekurangan untuk diperbaiki sehingga mau belajar dari
siapapun. Kedua, menjadikan agama sebagai kekuatan motivasi (motivational
force). Orang yang matang dalam beragama menjadikan agama sebagai tujuan dan
kekuatan yang selalu dicari untuk mengatasi setiap masalahnya.
Ketiga, memiliki moralitas yang konsisten (moral consistency). Orang yang
beragama matang memiliki perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai moral secara
yang konsisten dalam perilaku nyata sehari-hari. Keempat, pandangan hidup yang
komprehensif (comprehensiveness), yang intinya adalah toleransi. Orang yang
beragama matang memiliki keyakinan kuat akan agamanya tetapi juga
mengharuskan dirinya untuk hidup berdampingan secara damai dan harmonis
dengan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Konflik kekerasan tentu bukan
bagian dari kehidupannya karena toleransi merupakan visi hidupnya.
10
Mulyono, “Kematangan Jiwa Beragama”, Ulul Albab, Volume 9, Nomor 1, (2008), 104-119. 11
Walter Houston Clark, The Psychology of Religion: An Introduction to Religious Experience and Behavior. New York: The MacMillan Company, 1968, 242-243.
12 Roni Ismail, ”Konsep Toleransi dalam ......, 1-12.
13
Kelima, pandangan hidup yang integral (integral). Kriteria ini melibatkan
refleksi dan harmoni, dan hidup yang berguna. Orang yang beragama dengan
matang, sejalan dengan prinsip keempat sebelumnya, memiliki visi hidup yang
harmoni atau damai. Ia juga mengorientasikan hidupnya agar dapat berguna bagi
orang lainnya. Keenam, heuristic. Maksud dari kriteria ini adalah bahwa orang
yang beragama matang selalu mencari kebenaran dan memahami pencapaian
sementara tentang keyakinannya itu, yang menjadikannya seorang “pencari”
selamanya. Orang yang beragama matang memiliki kerendahan hati dan
keterbukaan atas pandangan-pandangan keagamaan baru dan menjadikan
perkembangan atau dinamika keagamaan sebagai sebuah pencarian asli.13
Lebih lanjut, William James14 memberikan kriteria kematangan beragama
secara komprehensif. Pertama, orang yang matang beragama memiliki sensibilitas
akan eksistensi Tuhan, maksudnya adalah bahwa orang yang beragama matang
selalu tersambung hati dan pikirannya dengan Tuhan. Kedua, kesinambungan
dengan Tuhan dan penyerahan diri pada-Nya. Ketiga, penyerahan diri
sebagaimana dalam poin kedua melahirkan rasa bahagia dan kebebasan yang
membahagiakan. James menandai sikap beragama sebagai kepercayaan akan
adanya ketertiban tak terlihat dan keinginan untuk hidup serasi dengan ketertiban
itu. Keempat, orang yang beragama matang mengalami perubahan dari emosi
menjadi cinta dan harmoni. Oleh karena itu, orang beragama matang bebas dari
rasa benci, prejudice, permusuhan,dan lain-lain.15
13
Roni Ismail, “Konsep Toleransi dalam ......., 1-12. 14
Jajaluddin Rakhmat menyebut William James sebagai bapak psikologi agama. Lihat: Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2004, 208.
15 William James, The Varieties of Religious Experience: A Study in Human Nature, New
York:Modern Library, 1958, 59.
14
Dari pemarapan di atas, disimpulkan bahwa indikator dari kematangan
beragama adalah sebagai berikut:
a. Deferensia yang meliputi terbuka terhadap pandangan baru dan selalu mencari
kebenaran, berpikir secara objektif, dan berpikir kritis.
b. Karakter dinamis yang meliputi menjadikan agama sebagai motivasi, tujuan,
dan kekuatan, melakukan suatu ibadah atas kemauan diri sendiri, dan tidak
hanya puas pada hal rutinitas
c. Komprehensif integral, meliputi sesuai antara perkataan dan perbuatan,
memiliki pandangan yang komprehensif, dan memiliki keinginan untuk
berguna bagi orang lain
d. Heuristik, meliputi randah hati akan diri sendiri, menyadari kekurangan diri
sendiri, dan memiliki perasaan damai dan harmonis dengan orang lain
2. Kematangan Kepribadian
Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality. Kata
personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng yang
digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan.16
Sebagaimana dikutip oleh Yusuf, Allport mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian kepribadian ini, yaitu “personality is the dynamic organization within
the individual of those psychophysical system that determine his unique
adjustment to his environment”. Jadi kepribadian merupakan organisasi yang
16
Syamsu Yusuf dan A. Juntika, Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008, 3.
15
dinamis dalam diri individual tentang sistem psikofisik yang menentukan
penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.17
Dalam ajaran Islam, kematangan kepribadian ditunjukkan salah satunya
dengan perilaku-perilaku yang baik terhadap lingkungan. Dalam QS. Al Furqon
ayat 72-73 disebutkan bahwa pribadi muslim yang baik akan selalu memberikan
dan upacan serta perilaku yang jujur dan bermanfaat bagi orang lain.
Digambarkan juga bahwa mereka orang muslim berjalan di muka bumi dengan
rendah hati, mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain, dan
menghindari perilaku yang merugikan atau yang tidak berfaedah bagi orang lain.
Menurut Gordon Allport, sebagaimana ditulis oleh Duane Schultz,18 ada
tujuh kriteria kematangan kepribadian. Pertama, perluasan eksistensi diri. Ketika
orang menjadi matang, dia akan mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri
yaitu dengan berpartisipasi dan beraktivitas keluar. Allport menyebutkan bahwa
semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang, atau ide,
maka dia juga akan semakin sehat secara psikologis. Kedua, hubungan diri yang
hangat dengan orang lain. Orang sehat psikologis mampu memperlihatkan cinta
terhadap orang lain, seperti orang tua, anak-anak, istri/suami, dan teman-
temannya. Hubungan kecintaan ini adalah perasaan perluasan diri yang
berkembang baik.
Ketiga, keamanan emosional. Pribadi yang sehat mampu mengontrol emosi-
emosi sehingga tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antar pribadi. Selain itu juga
mampu menerima semua orang, baik menerima kelemahan dan kekurangannya.
Keempat, persepsi realistis. Orang yang sehat ini mampu memandang sesuatu
17 Syamsu Yusuf dan A. Juntika, Teori Kepribadian......, 4.
18 Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat, terjemahan Yustinus,
Yogyakarta: Kanisius, 1991, 30-35.
16
secara objektif. Kelima, keterampilan dan tugas. Allport menekankan pentingnya
pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Orang yang
sehat tidak cukup hanya memiliki pekerjaan atau keterampilan saja namun juga
harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, penuh
dedikasi, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan tersebut.
Keenam, pemahaman diri. Kemampuan untuk memahami diri sendiri (self
objectification) ini menjadi penting dan dilakukan tanpa pernah berhenti.
Kepribadian yang sehat mampu mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang
lebih tinggi dari pada yang tidak sehat. Ketujuh, filsafat hidup yang
mempersatukan. Orang yang sehat akan selalu melihat ke depan, didorong oleh
tujuan dan rencana jangka panjang. Ini akan memberikan kontinuitas bagi
kepribadian mereka.19 Disebutkan juga bahwa ketika seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam kehidupannya, pastilah ada latar nelakang yang
mendasari segala sesuatu yang dikerjakannya yang memberi arti dan tujuan.
Termasuknya hal yang melatarbelakangi adalah aspek agama.20
Dari uraian tersebut, peneliti memberikan beberapa indikator dari
kematangan kepribadian yaitu kepedulian terhadap orang lain, menerima suatu
perbedaan sebagai sesuatu yang pasti ada, mengetahui kelebihan dan kekurangan
diri, memiliki persepsi yang realistis terhadap keadaan, menilai diri secara
objektif, dapat menyesuaikan diri dengan baik, dapat mempertahankan dengan
baik, menerima pendapat orang lain dengan terbuka, mamiliki target masa depan,
melakukan ikhtiar atau usaha untuk mencapai target, bekerjasama menyelesaikan
19
Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan ...., 30-35. 20
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Rajawali Press, 2016, 225.
17
pekerjaan, menyelasaikan pekerjaan dengan optimal, cinta pada pekerjaan, dan
memiliki semangat hidup yang tinggi.
Dari pemarapan di atas, disimpulkan bahwa indikator dari kematangan
kepribadian adalah sebagai berikut:
a. Memiliki integritas, kejujuran, tanggungjawab
b. Bermanfaat bagi orang lain
c. Perluasan eksistensi diri, berpartisipasi, peduli
d. Memiliki hubungan yang hangat dan harmonis dengan orang lain
e. Mampu menyesuaikan diri dengan baik
f. Mampu menjaga emosi dengan baik
g. Bisa menerima kekurangan dan kelebihan orang lain
h. Mampu menerima perbedaan
i. Memandang suatu hal dengan objektif
j. Menerima pandangan dari orang lain
k. Memiliki sikap ikhlas, antusias, dan penuh dedikasi dalam pekerjaan
l. Mampu menyelesaikan pekerjaan dengan optimal dan mencintai pekerjaan
m. Memiliki semangat hidup tinggi
n. Mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri
o. Melakukan sesuatu atas dasar landasan yang kuat
p. Memiliki target masa depan
q. Melakukan ikhtiar untuk mencapai target
3. Sikap Toleransi
Secara arti bahasa, toleran mempunyai beberapa pengertian, yaitu sifat atau
sikap toleransi, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih
18
diperbolehkan, dan penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran
kerja. Menoleransi berarti mendiamkan dan membiarkan.21 Kata toleransi dalam
bahasa Arab berasal dari asal kata ,yang berarti memberikan (samaha) سَمَحَ
memberi izin, dan membolehkan. Lebih lanjut, kata ٌسَمَاحَةٌ = سَمَاح (samah-
samahah) memiliki arti toleransi, izin, legitimasi, lisensi, maaf, keadaan lapang
dada, dan kedermawanan.22 Toleransi dalam bahasa arab juga sering disebut ٌتسََامُح
(tasamuh) artinya kemurahan hati, saling mengizinkan, saling memudahkan.23
Dalam bahasa Latin, toleransi berasal dari kata toleransitia yang memiliki
arti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan, dan kesabaran.24 Sedangkan dalam
bahasa Inggris berasal dari kata tolerare yang berarti dengan sabar membiarkan
sesuatu, yaitu suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari
aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang
orang lain lakukan.25 Dalam kamus Webster’s New American Dictionary,
disebutkan bahwa toleransi diartikan sebagai liberality toward the opinions of
other; patience with other.26 Esposito dalam bukunya Islam Aktual menjelaskan
bahwa toleransi merupakan sifat interaksi yang saling memahami dan penuh
pengertian antara satu individu dan kelompok lain.27
21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi ke IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011, 1478.
22 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta:
Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996, 1086. 23
Said Aqiel Siradj, “Tasawuf sebagai Basis Tasamuh, dari Sosial Kapital Menuju Masyarakat Moderat”, Al-Tahir, Volume 13, Nomor , (Mei 2013), 91.
24 Muhammad Ridho Dinata, “Konsep Toleransi Beragama ...., 86-108.
25 Salma Mursyid, “Konsep Toleransi (Al-Samahah) Antar ...., 35-51.
26 Edward N, Teall, A.M Wabster’s New American Dictionary, New York : Book, 1985, 347
27 Eko Nopriansyah.”Telaah Pemikiran Alwi Shihab tentang Toleransi Beragama dalam Buku Islam
Inklusif”, Nurani, Volume 17, Nomor 2 (Desember 2017), 133-153.
19
Dari pengertian toleransi di atas, maka toleransi dalam beragama berarti
saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain, tidak
memaksa mereka untuk mengikuti agamanya dan bahkan tidak mencampuri
sesuatu apapun dalam urusan agama masing-masing. Dengan kata lain, toleransi
merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan
agama, di mana seseorang saling menghargai, menghormati, dan memberikan
ruang gerak yang begitu luas bagi pemeluk agama untuk memeluk agamanya
masing-masing tanpa adanya unsur peksaan dari pemeluk agama lain.28 Roni
Ismail menyebutkan bahwa toleransi didefinisikan sebagai sikap menghargai
orang lain yang berbeda dari diri sendiri. Sedangkan toleransi beragama adalah
sikap saling menghargai orang lain yang memiliki agama atau pemahaman agama
yang berbeda.29 Toleransi juga merupakan konsep yang embivalen yakni
menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain meskipun terdapat konflik
dengan pemahaman diri sendiri mengenai agama yang hakiki menurut diri
sendiri.30
Toleransi dalam beragama bukan berarti mengikuti ibadah dan ritual semua
agama secara bebas. Namun, toleransi beragama merupakan bentuk pengakuan
akan adanya agama-agama lain selain agama sendiri dengan segala bentuk sistem,
dan tata cara peribadatannya serta memberikan kebebasan untuk menjalankan
kegiatan agamanya masing-masing. Muchlas Samani menyebutkan bahwa
toleransi merupakan sikap terbuka orang lain yang tingkat kematangan dan latar
28
Salma Mursyid, “Konsep Toleransi (Al-Samahah) Antar .........., 35-51. 29
Roni Ismail, “Konsep Toleransi dalam ......, 1-12. 30
Zakiyudin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga, 2005, 79.
20
belakangnya berbeda. Artinya, seseorang harus menerima dan menghargai orang
lain yang memiliki latar belakang berbeda dengan dirinya.31
Pasurdi Suparlan menyebutkan contoh-contoh sikap toleransi meliputi sikap
berlapang dada dalam menerima semua perbedaan, tidak melakukan diskriminasi,
tidak memaksa orang lain dalam hal keyakinan, tidak mengganggu orang lain
yang berbeda keyakinan, dan memberikan kebebasan kepada orang lain untuk
memilih keyakinan. Selain itu juga tetap bergaul dan bersikap baik dengan orang
yang berbeda keyakinan, menghormati ibadah orang lain, serta tidak membenci
dan menyakiti perasaan orang lain yang berbeda keyakinan.
Selanjutnya, Agus dan Wahyudi dalam penelitiannya menemukan tiga aspek
karakter toleransi. Pertama, aspek kedamaian yang meliputi indikator peduli,
ketidaktakutan, dan cinta. Kedua, aspek menghargai perbedaan individu meliputi
indikator saling menghargai satu sama lain, menghargai perbedaan orang lain dan
menghargai diri sendiri. Ketiga, aspek kesadaran meliputi indikator menghargai
kebaikan orang lain, terbuka, reseptif, kenyamanan dalam kehidupan, dan
kenyamanan dengan orang lain.32
Dari pemarapan di atas, disimpulkan bahwa indikator dari sikap toleransi
adalah sebagai berikut:
a. Peduli terhadap orang lain
b. Memiliki rasa ketidaktakutan terhadap orang lain
c. Mencintai orang lain
d. Menghargai satu sama lain
31
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, 232.
32 Agus Supriyanto dan Amien Wahyudi. “Skala Karakter toleransi:Konsep dan oprasional Aspek
Kedamaian, Menghargai perbedaan dan kesadaran Individu”. Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 7 Nomor 2, (Nopember 2017), 61-70.
21
e. Menghargai perbedaan orang lain
f. Menghargai diri sendiri.
g. Menghargai kebaikan orang lain
h. Memiliki sikap terbuka
i. Menerima orang lain secara objektif
j. Memiliki kenyamanan dalam kehidupan
k. Memiliki kenyamanan dengan orang lain
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya
adalah penelitian oleh Emma Indirawati yang menyimpulkan bahwa ada korelasi
positif antara kematangan beragama dengan kecenderungan strategi coping dimana
strategi coping ini merupakan salah satu bentuk dari perilaku pribadi seseorang.33.
Selanjutnya, penelitian dari Ida Windi Wahyuni yang menyimpulkan bahwa ada
hubungan positif yang menunjukkan semakin tinggi kematangan beragama maka
semakin tinggi pula konsep dirinya.34
Selain itu, penelitian dari Fuad Nashori dan Sugiyanto menyimpulkan bahwa
ada hubungan antara kematangan beragama dengan kompetensi interpersonal
mahasiswa.35 Selanjutnya, penelitian dari Febritania Dwi Putri Iswantiningrum
33
Emma Indirawati, “Hubungan antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Coping”, Jurnal Psikologi Undip, Volume 3, Nomor 1 (Desember 2006), 69-92.
34 Ida Windi Wahyuni, “Hubungan Kematangan Beragama dengan Konsep Diri”, Al-Khikmah,
Volume 8, Nomor 1 (April 2011), 1-8. 35
Fuad Nashori & Sugiyanto, “Hubungan antara Kematangan Beragama dengan Kompetensi Interpersonal Mahasiswa”, Psikologika, Volume 5, Nomor 9 (2000), 56-64.
22
menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kematangan
kepribadian dengan kecenderungan Cinderella complex.36
Selain itu, penelitian dari Dinayanti Afian menyimpulkan bahwa ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara kematangan kepribadian dengan gaya
hidup hedonis.37 Selanjutnya, dalam penelitiannya Aris Sofyan menyimpulkan
bahwa ada pengaruh antara kematangan emosi terhadap sikap tasamuh.38 Selain itu,
dalam penelitiannya Ahmad Sholeh,39 Salma Mursyid,40 dan Muhammad Ridho
Dinata41 yang dengan pendekatan kualitatif membahas tentang konsep toleransi
dalam perspektif agama Islam. Hal yang membedakan dengan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah mencari signifikansi hal yang berhubungan dengan
toleransi dengan pendekatan kuantitatif yang dalam hal ini adalah kematangan
beragama dan kematangan kepribadian.
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
Kerangka konsep berpikir yang digunakan dalam penelitian ini selanjutnya
perlu dinyatakan dalam bentuk gambar diagram sehingga masalah penelitian yang
36
Febritania Dwi Putri Iswantiningrum, “Hubungan antara Kematangan Kepribadian dengan Kecenderungan Cinderella Complex pada Mahasiswa di Asrama Putri Universitas Negeri”, Jurnal Mahasiswa Psikologi, Volume 2, Nomor 1 (2003), 1-7.
37 Dinayanti Afian, “Hubungan antara Kematangan Kepribadian dengan Gaya Hidup Hedonis pada
Mahasiswi”, Publikasi Ilmiah, Univ. Muhammadiyah Surakarta, 2016. 38
Aris Sofyan, “Pengaruh Kematangan Emosi terhadap Sikap Tasamuh”, Mudarrisa, Volume VII, Nomor 1 (Juni 2005), 59-88.
39 Ahmad Sholeh, “Pemahaman Konsep Tasamuh (Toleransi) Siswa dalam Ajaran Islam”, J-PAI,
Volume 1, Nomor 1 (Desember 2014), 101-132. 40
Salma Mursyid, “Konsep Toleransi antar Umat Beragam dalam Perspektif Islam”, Jurnal Aqlam, Volume 2, Nomor 1 (Desember 2016), 35-51.
41 Muhammad Ridho Dinata, ”Konsep Toleransi Beragama dalam Tafsir Al-Qur’an Tematik Karya
Tim Departemen Agama Republik Indonesia”, Esensia, Volume XIII, Nomor 1 (Januari 2012), 85-108.
23
akan dicari jawabannya mudah dicari. Dalam hal ini, peneliti membuat gambar
bagan sebagai berikut:42
Gambar 1
Kerangka Konsep Penelitian
Dari gambar tersebut, peneliti membuat peta konsep hubungan antara
kematangan beragama dengan sikap toleransi, kematangan kepribadian dengan
sikap toleransi, dan kematangan beragama dan kepribadian secara bersama-sama
dengan sikap toleransi. Berkaitan dengan kerangka tersebut, selanjutnya peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara kematangan beragama dengan sikap
toleransi. (H1)
2. Ada hubungan yang signifikan antara kematangan kepribadian dengan sikap
toleransi. (H2)
3. Ada hubungan yang signifikan antara kematangan beragama dan kematangan
kepribadian dengan sikap toleransi. (H3)
42
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, 54
24
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Profil SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA
1. Sejarah
Lembaga Pendidikan Islam di mana pun berada selalu berupaya untuk
berbenah dan mengembangkan program maupun kelembagaan. Perubahan
tersebut diharapkan dapat memberikan pencerahan dan warna baru yang dapat
memberikan kontribusi bagi masyarakat luas. Berbekal dengan semangat untuk
mensyiarkan Islam dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil „alamin. Semangat
perubahan ini menjadi penting untuk menjadi spirit gerakan dakwah dan lembaga
Islam di manapun berada. Mengingat masih banyaknya stigma negatif terhadap
pendidikan Islam khususnya di pesantren. Untuk menjawab kehawatiran,
ketakutan, kegelisahan dan kecurigaan sebagian masyarakat, maka diperlukan
sebuah upaya komunikasi yang komprehensif dan menjawab masalah tersebut
dengan tindakan nyata. Salah satu upaya untuk menjawab kegamangan tersebut
adalah dengan melahirkan sistem dan branding kelembagaan yang integratif,
komunikatif dan solutif.
Pondok Pesantren Annida yang berdiri sejak 1 Juni 1979 ini telah mengukir
sejarah keemasannya tersendiri. Tidak heran di masa dekade tertentu ketika kita
bicara tentang pondok pesantren di Kota Salatiga, maka kita sedang
membicarakan Pondok Pesantren Annida. Ponpes yang diprakarsai oleh KH. Ali
As’ad (alm) dan para kyai-kyai (alumni Pondok Pesantren Ma’ahid Kudus) ini
telah melahirkan banyak alumni dari lintas generasi yang telah tersebar di
26
25
berbagai pelosok tanah air. Berbekal semangat untuk mengalirkan sumber
kehidupan (agama) di kota Salatiga, KH. Ali As’ad (Alm) dengan dana pribadi
dan bantuan para dermawan, mendirikan Ponpes An-Nida.
Dengan dukungan berbagai pihak, baik pengurus yayasan, alumni dan
masyarakat yang peduli dengan Ponpes Annida, maka pada tanggal 01 Februari
2013 di sepakati tentang pembenahan struktur kelembagaan dan pendirian embrio
Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Quran (PTQ) Annida Salatiga dengan branding
Qurani – Terampil – Mandiri dan motto “Building Future Quranic Generation”.
Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA yang disingkat SD
PTQ ANNIDA ini didesain dengan sistem Fullday school dengan kurikulum semi
pesantren. Model ini diadaptasi dari beberapa lembaga sekolah dasar atau
madrasah ibtidaiyah yang berbasis Al-Quran (tahfizhul Quran) dari berbagai
daerah. Diharapkan dengan berdirinya sekolah tersebut dapat memberikan
tambahan pilihan masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan yang unik dan
memiliki nilai plus dan berbasis Al Quran bagi anak mereka. Di samping tujuan
utamanya adalah untuk mengembalikan kebesaran dan khittoh Ponpes An-Nida
sebagai pengalir sumber kehidupan (agama) sebagaimana spirit yang dibawa oleh
KH. Ali As’ad (Alm).
2. Kebijakan Strategis Lembaga untuk Pengembangan Guru
Latar belakang guru SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA yang
beragam menjadi tanggungjawab pimpinan lembaga untuk mengembangkan dan
menumbuhkan mereka, termasuk menumbuhkan berkaitan dengan kematangan
beragama dan kematangan kepribadian. Untuk menuju kepada capaian tersebut,
26
lembaga baik atas nama Yayasan ataupun sekolah membuat program pembinaan
guru meliputi program-program sebagai berikut:
a. Mengaji Al-Qur’an dengan Bin Nazhor
Program ini bertujuan agar para guru di SD PTQ ANNIDA yang
memiliki latar belakang beragam bisa membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai
kaidahnya serta disetorkan secara musyafahah di hadapan guru. Program ini
menunjang berkaitan dengan menumbuhkan kematangan beragama dari para
guru.
b. Tahsin Al-Qur’an
Sebagaimana program sebelumnya, program tahsin Al-Qur’an juga
bertujuan agar semua guru bisa membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid
dengan benar. Program ini juga menunjang berkaitan dengan menumbuhkan
kematangan beragama dari para guru.
c. Wajib Shalat Berjamaah di Masjid
Program ini selain untuk memberikan keteladanan kepada siswa juga
untuk menjadikan shalat berjamaah sebagai ibadah rutinitas bagi guru dan bisa
menjadi kebiasaan positif yang tumbuh dalam diri. Program ini menunjang
berkaitan dengan menumbuhkan kematangan beragama dari para guru.
d. Kajian Fiqih Rutin/Tematik
Kajian fiqih rutin ini dilaksanakan untuk memberikan bekal kepada para
guru berkaitan dengan panduan amal ibadah sehari-hari. Dalam kajian fiqih ini,
materi disampaikan berdasarkan empat madzhab dengan harapan agar bisa
membuka wawasan baru bagi guru dan memiliki sikap terbuka dan tidak
27
cenderung eksklusif serta menutup diri. Program ini menunjang berkaitan
dengan menumbuhkan kematangan beragama dan kepribadian dari para guru.
e. Mentoring Pekanan
Mentoring pekanan ini dilaksanakan sebagai upaya pembinaan rutin
tentang pengembangan diri guru, baik yang berkaitan dengan ibadah,
kepribadian, dan relasi-relasi sosial yang baik. Dalam program ini, semua guru
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang diampu oleh satu orang pembina
dari unsur yayasan. Dari kelompok kecil ini diharapkan muncul sikap
keterbukaan antar sesama anggota serta muncul sikap saling memahami satu
sama lain. Program ini menunjang berkaitan dengan menumbuhkan
kematangan beragama dan kematangan kepribadian dari para guru.
f. In House Training
Program in house training merupakan program yang dilaksanakan oleh
lembaga dengan tujuan untuk up grade kapasitas guru kaitannya dengan tugas
dan perannya sebagai pendidik. Kegiatan ini juga mendukung program
pengembangan profesionalisme guru dalam dunia pendidikan dimana itu
merupakan salah satu bagian dari kematangan kepribadian seseorang.
g. Olahraga Bersama
Dalam rangka menumbuhkan sikap kerjasama dan menjaga kekompakan,
lembaga mengadakan kegiatan olahraga bersama yang diikuti oleh semua guru.
Selain olahraga, kegiatan ini juga diisi dengan fun game, out bond, dan lain
sebagainya. Kegiatan ini juga mendukung tentang sikap toleransi yaitu saling
memahami dan menghargai antar sesama karena masing-masing guru akan
berkelompok dengan rekan guru lainnya.
28
B. Penyajian Data Hasil Penelitian
Setelah para guru di SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA mengisi angket
penelitian, kemudian didapatkan hasil isian angket yang terdiri dari variabel
Kematangan Beragama (X1), Kematangan Kepribadian (X2) dan Sikap Toleransi (Y)
sebagai berikut:
Tabel 1
Penyajian Data Distribusi Hasil Penelitian
No Nama Inisial X1 X2 Y X12 X2
2 Y
2 X1Y X
2Y X1X2
1 ZZ 47 69 36 2209 4761 1296 1692 2484 3243
2 KH 51 71 43 2601 5041 1849 2193 3053 3621
3 NS 56 77 39 3136 5929 1521 2184 3003 4312
4 MB 54 69 39 2916 4761 1521 2106 2691 3726
5 FT 52 78 41 2704 6084 1681 2132 3198 4056
6 ER 58 81 41 3364 6561 1681 2378 3321 4698
7 DE 56 84 46 3136 7056 2116 2576 3864 4704
8 FD 51 86 49 2601 7396 2401 2499 4214 4386
9 MF 47 69 36 2209 4761 1296 1692 2484 3243
10 UL 57 85 50 3249 7225 2500 2850 4250 4845
11 AN 53 70 40 2809 4900 1600 2120 2800 3710
12 LR 57 80 48 3249 6400 2304 2736 3840 4560
13 AM 44 67 38 1936 4489 1444 1672 2546 2948
14 NU 58 88 48 3364 7744 2304 2784 4224 5104
15 RE 51 79 45 2601 6241 2025 2295 3555 4029
16 WT 49 69 38 2401 4761 1444 1862 2622 3381
17 CQ 43 59 33 1849 3481 1089 1419 1947 2537
18 AY 59 84 47 3481 7056 2209 2773 3948 4956
19 IL 48 65 39 2304 4225 1521 1872 2535 3120
20 MU 56 80 45 3136 6400 2025 2520 3600 4480
29
21 WN 49 63 38 2401 3969 1444 1862 2394 3087
22 NI 56 73 40 3136 5329 1600 2240 2920 4088
23 HB 47 69 39 2209 4761 1521 1833 2691 3243
24 IK 52 78 45 2704 6084 2025 2340 3510 4056
25 KS 59 92 45 3481 8464 2025 2655 4140 5428
26 RS 50 79 41 2500 6241 1681 2050 3239 3950
27 HU 45 62 41 2025 3844 1681 1845 2542 2790
28 AR 60 88 52 3600 7744 2704 3120 4576 5280
29 HY 56 80 42 3136 6400 1764 2352 3360 4480
30 RH 53 74 46 2809 5476 2116 2438 3404 3922
31 SF 58 90 52 3364 8100 2704 3016 4680 5220
32 NH 52 76 42 2704 5776 1764 2184 3192 3952
33 AF 56 73 45 3136 5329 2025 2520 3285 4088
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul lengkap, maka selanjutnya peneliti akan menganalisa data
yang diperoleh agar mempunyai makna yang dapat disimpulkan sehingga bisa
menjawab rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya,
yaitu:
1. Bagaimana hubungan antara kematangan beragama dengan sikap toleransi?
2. Bagaimana hubungan antara kematangan kepribadian dengan sikap toleransi?
3. Bagaimana hubungan antara kematangan beragama dan kematangan kepribadian
secara bersama-sama dengan sikap toleransi?
Sebelum ke pembahasan untuk menjawab rumusan masalah, penulis melakukan
uji normalitas. Uji normalitas data hasil tes digunakan grafik normal probability plot
melalui tampilan output SPSS 16.0 sebagai berikut:
30
Gambar 2
Grafik Uji Normalitas
Berdasarkan grafik di atas, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal,
serta penyebarannya mengikuti arah diagonal, maka model regresi layak dipakai untuk
prediksi sikap toleransi berdasarkan masukan variabel independennya. Oleh karena data
variabel independennya berdistribusi normal, maka bisa dilakukan perhitungan
menggunakan statistik parametric. Hasil uji normalitas mengggunakan statistic uji
Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut:
Tabel 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Beragama Kepribadian Toleransi
N 33 33 33
Normal
Parametersa
Mean 52.73 75.97 42.70
Std. Deviation 4.725 8.538 4.747
Most Extreme
Differences
Absolute .180 .096 .124
Positive .069 .096 .124
Negative -.180 -.079 -.110
Kolmogorov-Smirnov Z 1.034 .551 .715
Asymp. Sig. (2-tailed) .236 .922 .686
a. Test distribution is Normal.
32
31
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas, jika probabilitas
> 0,05, maka data berdistribusi normal. Jika probabilitas < 0,05, maka data
berdistribusi tidak normal. Terbukti bahwa angka pada kolom ASYMP.SIG adalah
0,236; 0,922; dan 0,686 > dari 0,05, maka berarti distribusi data mengikuti
distribusi normal.
Selanjutnya, peneliti juga menghitung persentase dari masing-masing variabel.
Untuk tingkat kematangan beragama, terdapat hasil nilai persentase sebagaimana pada
tabel berikut:
Tabel 3
Tingkat Kematangan Beragama
No Kriteria Interval Jumlah Responden Persentase
1 Tinggi 55-60 14 42 %
2 Sedang 49-54 12 36 %
3 Rendah 43-48 7 21 %
Jumlah 33 100 %
Dari tabel di atas, diketahui bahwa ada 42% responden yang memiliki tingkat
kematangan beragama kategori tinggi, 36% tingkat kematangan beragama kategori
sedang, dan 21 % memiliki tingkat beragama kategori rendah.
Selanjutnya untuk tingkat kematangan kepribadian, terdapat hasil persentase
sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 4
Tingkat Kematangan Kepribadian
No Kriteria Interval Jumlah Responden Persentase
1 Tinggi 82-92 8 24 %
2 Sedang 70-81 15 45 %
3 Rendah 59-69 10 30 %
Jumlah 33 100 %
32
Dari tabel di atas, diketahui bahwa ada 24% responden yang memiliki tingkat
kepribadian kategori tinggi, 45% memiliki tingkat kepribadian kategori sedang, dan
30% tingkat kepribadian kategori rendah.
Dan selanjutnya untuk tingkat toleransi, terdapat hasil nilai persentase
sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 5
Tingkat Toleransi
No Kriteria Interval Jumlah Responden Persentase
1 Tinggi 46-52 9 27 %
2 Sedang 40-45 14 42 %
3 Rendah 33-39 10 30 %
Jumlah 33 100 %
Dari tabel di atas, diketahui bahwa ada 27% responden memiliki tingkat toleransi
kategori tinggi, 42% memiliki tingkat toleransi kategori sedang, dan 30% memiliki
tingkat toleransi kategori rendah.
A. Uji Hubungan antara Variabel X1 dengan Y
1. Linearitas
Uji linearitas digunakan untk melihat apakah spesifikasi model linear yang
digunakan sudah benar atau tidak. Secara umum Uji linearitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear secara
signifikan atau tidak. Jika nilai signifikansi adalah > 0,05 maka kedua variabel
terdapat hubungan yang linear, dan sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka
kedua variabel tidak terdapat hubungan yang linear yang signifikan.
33
Untuk mencari linier atau tidaknya antara variabel sikap toleransi (Y)
dengan kematangan beragama (X1), peneliti menggunakan aplikasi SPSS 16.0.
Tabel 6
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Sikap
Toleransi *
Kematangan
Beragama
Between
Groups
(Combined) 560.803 15 37.387 3.968 .004
Linearity 374.463 1 374.463 39.745 .000
Deviation
from Linearity 186.340 14 13.310 1.413 .247
Within Groups 160.167 17 9.422
Total 720.970 32
Berdasarkan table di atas, nilai signifikansi pada output SPSS Deviation
from Linearity adalah 0,247 lebih besar dari 0,05, maka kesimpulannya adalah
terdapat hubungan yang linear antara variabel Sikap Toleransi dan Kematangan
Beragama. Berdasarkan perbandingan nilai F hitung dengan F tabel, terbukti F
hitung 1,413. Adapun F tabel, dengan pembilang 1 dan penyebut 34 – 2 – 1 =
31 , didapatkan F tabel adalah 4,17. Sehingga F hitung 1,413 < F table 4,17
maka terdapat hubungan yang linear antara variabel Sikap Toleransi dan
Kematangan Beragama.
2. Arah, Signifikansi, dan Kekuatan Hubungan
Untuk mengetahui korelasi antara kematangan beragama (X1) dengan sikap
toleransi (Y) peneliti menggunakan aplikasi komputer SPSS 16.0 diperoleh hasil
sebagai berikut:
34
Tabel 7
Correlations
Kematangan
Beragama
Kematangan
Kepribadian
Sikap
Toleransi
Kematangan
Beragama
Pearson Correlation 1 .818**
.721**
Sig. (2-tailed)
.000 .000
N 33 33 33
Kematangan
Kepribadian
Pearson Correlation .818**
1 .826**
Sig. (2-tailed) .000
.000
N 33 33 33
Sikap Toleransi Pearson Correlation .721**
.826**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 33 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan nilai signifikansi Sig. (2-tailed), dari tabel output di atas
diketahui nilai Sig. (2-tailed) antara Kematangan Beragama (X1) dengan Sikap
Toleransi (Y) adalah sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa terdapat korelasi
atau hubungan antara variabel Kematangan Beragama dengan Sikap Toleransi.
Berdasarkan nilai r hitung (Pearson Correlations), diketahui nilai r hitung
untuk hubungan Kematangan Beragama (X1) dengan Sikap Toleransi (Y) adalah
sebesar 0,721 > r tabel yaitu 0,339, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara variabel Kematangan Beragama dengan Sikap Toleransi.
Oleh karenanya, setiap orang yang memiliki kematangan beragama tinggi,
tentunya akan diikuti dengan sikap toleransi yang tinggi pula.
Selanjutnya, kuat atau tidaknya hubungan tersebut, penulis
membandingkannya dengan tabel interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 3
35
Interpretasi Koefisien Korelasi43
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Nilai koefisien kematangan beragama (X1) dengan sikap toleransi (Y) yaitu
0,721 dibandingkan dengan tabel di atas, maka diketahui bahwa hubungan antar
keduanya termasuk ke dalam interval 0,60 – 0,799. Selanjutnya, bisa dikatakan
bahwa hubungan antara kematangan beragama (X1) dengan sikap toleransi (Y)
adalah hubungan yang kuat.
3. Kontribusi atau Sumbangan
Selanjutnya, adalah menghitung nilai kontribusi atau sumbangan yang
terdiri dari Sumbangan Efektif (SE) dan Sumbangan Relatif (SR) dari variabel
bebas yaitu kematangan beragama dan kematangan kepribadian terhadap variabel
terikat yaitu sikap toleransi. Untuk menghitung hal tersebut, peneliti
menggunakan hasil SPSS 16.0 berikut:
Tabel 9
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .829a .688 .667 2.739
a. Predictors: (Constant), Kematangan Kepribadian, Kematangan Beragama
43
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2010, 231.
36
Tabel 10
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.293 5.427 .975 .337
Kematangan
Beragama .138 .178 .138 .777 .443
Kematangan
Kepribadian .396 .099 .713 4.024 .000
a. Dependent Variable: Sikap
Toleransi
Dari tabel output di atas, peneliti meringkas hasil analisis korelasi dan
regresi sebagai berikut:
Tabel 11
Ringkasan Analisis Korelasi dan Regresi
Variabel Koefisien Regresi (Beta) Koefisien Korelasi (r) Rsquare
X1 0,138 0,721
0,688
X2 0,713 0,826
Selanjutnya, untuk menghitung Sumbangan Efektif (SE), peneliti
menggunakan rumus berikut:
SE (X1) % = BetaX1 . rxy . 100%
= 0,138 . 0,721 . 100%
= 9,95 %
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa Sumbangan Efektif
variabel kematangan beragama (X1) terhadap sikap toleransi (Y) adalah sebesar
9,95 %.
37
Selanjutnya, untuk Sumbangan Relatif (SR), peneliti menggunakan rumus
sebagai berikut:
SR (X) % =
Sumbangan Efektif %
R square
= 9,95 % / 68,84 %
= 14,45 %
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa sumbangan
relatif (SR) variabel kematangan beragama (X1) terhadap variabel sikap toleransi
(Y) adalah sebesar 14,45 %.
4. Prediksi X1 terhadap Y
Selanjutnya, perlu mengetahui prediksi pengaruh antara kematangan
beragama terhadap sikap toleransi. Untuk itu, peneliti menggunakan rumus regresi
linear sederhana sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
a = angka konstanta
b = angka koefisien regresi
Sementara untuk mengetahui nilai keofisien regresi tersebut kita dapat
berpedoman pada output yang berada pada tabel koefisien menggunakan aplikasi
SPSS 16.0 berikut:
Tabel 12
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.527 6.620 .684 .499
38
Kematangan
Beragama .724 .125 .721 5.788 .000
a. Dependent Variable: Sikap
Toleransi
Dari tabel di atas, diketahui nilai a (angka konstanta) sebesar 4,527. Angka
ini merupakan angka konstan yang mempunyai arti bahwa jika tidak ada nilai
kematangan beragama (X1), maka nilai sikap toleransi (Y) adalah 4,527.
Selanjutnya, nilai b (angka koefisien regresi) sebesar 0,724. Angka ini
mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat kematangan beragama
(X1), maka sikap toleransi (Y) akan meningkat 0,724. Karena nilai koefisien
regresi bernilai positif, maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kematangan beragama (X1) berpengaruh positif terhadap sikap toleransi (Y).
Sehingga persamaan regresinya (Y = a + bX) adalah Y = 4,527 - 0,724 X.
B. Uji Hubungan antara Variabel X2 dengan Y
1. Linearitas
Untuk menentukan linear atau tidaknya variabel sikap toleransi (Y) dengan
kematangan kepribadian (X2), peneliti menggunakan aplikasi SPSS 16.0 dengan
menampilkan output sebagai berikut:
Tabel 13
Linearitas Y dengan X2
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Sikap Between (Combined) 656.770 21 31.275 5.359 .003
39
Toleransi *
Kematangan
Kepribadian
Groups Linearity 491.387 1 491.387 84.194 .000
Deviation
from
Linearity
165.382 20 8.269 1.417 .280
Within Groups 64.200 11 5.836
Total 720.970 32
Berdasarkan table di atas, nilai signifikansi pada output SPSS Deviation
from Linearity adalah 0,280 lebih besar dari 0,05, maka kesimpulannya adalah
terdapat hubungan yang linear antara variabel Sikap Toleransi dan Kematangan
Kepribadian. Berdasarkan perbandingan nilai F hitung dengan F tabel, terbukti F
hitung 1,417. Adapun F tabel, dengan pembilang 1 dan penyebut 34 – 2 – 1 = 31,
didapatkan F tabel adalah 4,17. Sehingga F hitung 1,417 < F table 4,17 maka
terdapat hubungan yang linear antara variabel Sikap Toleransi dan Kematangan
Kepribadian.
2. Arah, Signifikansi, dan Kekuatan Hubungan
Untuk mengetahui korelasi antara kematangan kepribadian (X2) dengan
sikap toleransi (Y) peneliti menggunakan aplikasi komputer SPSS 16.0 diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 14
Hubungan antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y
Correlations
Kematangan
Beragama
Kematangan
Kepribadian
Sikap
Toleransi
Kematangan
Beragama
Pearson Correlation 1 .818**
.721**
Sig. (2-tailed)
.000 .000
N 33 33 33
40
Kematangan
Kepribadian
Pearson Correlation .818**
1 .826**
Sig. (2-tailed) .000
.000
N 33 33 33
Sikap Toleransi Pearson Correlation .721**
.826**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 33 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan nilai signifikansi Sig. (2-tailed), dari tabel output di atas
diketahui nilai Sig. (2-tailed) antara Kematangan Kepribadian (X2) dengan Sikap
Toleransi (Y) terdapat nilai sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa terdapat
hubungan antara variabel Kematangan Kepribadian dengan Sikap Toleransi.
Berdasarkan nilai r hitung (Pearson Correlations), diketahui nilai r hitung
untuk hubungan Kematangan Kepribadian (X2) dengan Sikap Toleransi (Y)
adalah sebesar 0,826 > r tabel 0,339, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan atau korelasi antara variabel Kematangan Kepribadian dengan Sikap
Toleransi.
Selanjutnya, kuat atau tidaknya hubungan tersebut, penulis
membandingkannya dengan tabel interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 15
Interpretasi Koefisien Korelasi44
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
44
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2010, 231.
41
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Nilai koefisien kematangan kepribadian (X2) dengan sikap toleransi (Y)
yaitu 0,826 dibandingkan dengan tabel di atas, maka diketahui bahwa hubungan
antar keduanya termasuk ke dalam interval 0,80 – 1.000. Selanjutnya, bisa
dikatakan bahwa hubungan antara kematangan beragama (X2) dengan sikap
toleransi (Y) adalah hubungan yang sangat kuat.
3. Kontribusi atau Sumbangan
Selanjutnya, adalah menghitung nilai kontribusi atau sumbangan yang
terdiri dari Sumbangan Efektif (SE) dan Sumbangan Relatif (SR) dari variabel
bebas yaitu kematangan beragama dan kematangan kepribadian terhadap variabel
terikat yaitu sikap toleransi. Untuk menghitung hal tersebut, peneliti
menggunakan hasil SPSS 16.0 berikut:
Tabel 16
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .829a .688 .667 2.739
a. Predictors: (Constant), Kematangan Kepribadian, Kematangan Beragama
Tabel 17
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.293 5.427 .975 .337
Kematangan
Beragama .138 .178 .138 .777 .443
42
Kematangan
Kepribadian .396 .099 .713 4.024 .000
a. Dependent Variable: Sikap
Toleransi
Dari tabel output di atas, peneliti meringkas hasil analisis korelasi dan
regresi sebagai berikut:
Tabel 18
Ringkasan Analisis Korelasi dan Regresi
Variabel Koefisien Regresi (Beta) Koefisien Korelasi (r) Rsquare
X1 0,138 0,721 0,688
X2 0,713 0,826
Selanjutnya, untuk menghitung Sumbangan Efektif (SE), peneliti
menggunakan rumus berikut:
SE (X2) % = BetaX2 . rxy . 100%
= 0,713 . 0,826 . 100%
= 58,89 %
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa Sumbangan Efektif
variabel kematangan kepribadian (X2) terhadap sikap toleransi (Y) adalah sebesar
58,89 %.
Selanjutnya, untuk Sumbangan Relatif (SR), peneliti menggunakan rumus
sebagai berikut:
SR (X) % =
Sumbangan Efektif %
R square
= 58,89 % / 68,84 %
= 85,55 %
43
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa sumbangan
relatif (SR) variabel kematangan kepribadian terhadap variabel sikap toleransi
adalah sebesar 85,55 %.
Selanjutnya peneliti perlu menghitung Sumbangan Efektif (SE) total dan
Sumbangan Relatif (SR) total. Untuk Sumbangan Efektif (SE) adalah sebagai
berikut:
SE total = SE (X1) % + SE (X2) %
= 9,95 % + 58,89 %
= 68,84 %
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kematangan kepribadian (X2)
memiliki pengaruh lebih dominan terhadap sikap toleransi (Y) dari pada
kematangan beragama (X2). Untuk total sumbangan efektif adalah sebesar 68,84
%. Hal ini sama dengan koefisien determinasi (Rsquare) analisis regresi yaitu 68,8
%.
Selanjutnya, untuk Sumbangan Relatif (SR) total adalah sebagai berikut:
SR total = 14,45 % + 85,55 %
= 100 %
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa sumbangan
relatif (SR) variabel kematangan beragama (X1) terhadap variabel sikap toleransi
(Y) adalah sebesar 14,45 %. Sementara sumbangan relatif variabel kematangan
kepribadian terhadap variabel sikap toleransi adalah sebesar 85,55 %. Untuk
sumbangan relatif total adalah 100 % atau sama dengan 1.
4. Prediksi X2 terhadap Y
44
Selanjutnya, perlu mengetahui prediksi pengaruh antara kematangan
kepribadian terhadap sikap toleransi bisa dilihat dari tabel koefisien output SPSS
16.0 berikut:
Tabel 19
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.831 4.306 1.819 .079
Kematangan
Kepribadian .459 .056 .826 8.146 .000
a. Dependent Variable: Sikap
Toleransi
Dari tabel di atas, diketahui nilai a (angka konstanta) sebesar 7,831. Angka
ini merupakan angka konstan yang mempunyai arti bahwa jika tidak ada nilai
kematangan kepribadian (X2), maka nilai sikap toleransi (Y) adalah 7,831.
Selanjutnya, nilai b (angka koefisien regresi) sebesar 0,459. Angka ini
mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat kematangan kepribadian
(X2), maka sikap toleransi (Y) akan meningkat 0,459. Karena nilai koefisien
regresi bernilai positif, maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kematangan kepribadian (X2) berpengaruh positif terhadap sikap toleransi (Y).
Sehingga persamaan regresinya (Y = a + bX) adalah Y = 7,831 - 0,459 X.
C. Hubungan antara X1 dan X2 secara Bersamaan dengan Y
Untuk mengetahui hubungan antara kematangan beragama (X1) dan
kematangan kepribadian (X2) terhadap sikap toleransi (Y) pada guru di SD Plus
Tahfizhul Quran (PTQ) ANNIDA, terlebih dahulu perlu dikatahui terkait ada atau
tidaknya hubungan antara X1 dan X2. Untuk mengetahui hubungan antara keduanya,
45
peneliti menggunakan aplikasi komputer SPSS 16.0 dan diperoleh hasil dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 20
Hubungan antara X1 dan X2 secara Bersamaan dengan Y
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .829a .688 .667 2.739 .688 33.054 2 30 .000
a. Predictors: (Constant), Kematangan Kepribadian,
Kematangan Beragama
Berdasarkan tabel Model Summary diketahui bahwa besarnya hubungan antara
Kematangan Beragama dan Kematangan Kepribadian dengan Sikap Toleransi yang
dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,829. Sedangkan kotribusi atau
sumbangan secara simultan variabel Kematangan Beragama dan Kematangan
Kepribadian adalah 68,8%. Sedangkan sisanya yaitu 31,2% ditentukan oleh variabel
yang lain.
Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikansi koefisien korelasi ganda diuji
secara keseluruhan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : Kematangan Beragama dan Kematangan Kepribadian tidak berhubungan
secara simultan dan signifikan terhadap Sikap Toleransi.
2. Ha : Kematangan Beragama dan Kematangan Kepribadian berhubungan secara
simultan dan signifikan terhadap Sikap Toleransi.
46
Berdasarkan tabel Model Summary di atas, diketahui bahwa nilai probabilitas
(sig.F change) = 0,000. Karena nilai sig.F change 0,000 < 0,05, maka keputusannya
adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, Kematangan Beragama dan Kematangan
Kepribadian berhubungan secara simultan dan signifikan terhadap Sikap Toleransi.
D. Pembahasan
Temuan dalam penelitian ini memoderasi perspektif teori bahwa sikap toleransi
seseorang berhubungan erat dengan kematangan beragama dan kepribadian
seseorang. Berkaitan dengan hal ini, sikap toleransi merupakan perwujudan atau
pengungkapan diri dari kematangan beragama dan kepribadian yang ada pada diri
seseorang. Kematangan bergama dan kepribadian secara bersama-sama memberikan
kontribusi hubungan dengan sikap toleransi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 68,8%.
1. Hubungan antara Kematangan Beragama dan Sikap Toleransi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kematangan beragama
berhubungan dengan sikap toleransi berdasarkan nilai koefisien korelasi r hitung
0,721 > r tabel 0,339. Kategori hubungannya adalah kuat. Sumbangan Efektif dari
kematangan beragama terhadap sikap toleransi adalah sebesar 9,95 %. Penelitian
ini mendukung hasil penelitian dari Emma Indirawati yang menyimpulkan bahwa
ada korelasi positif antara kematangan beragama dengan kecenderungan strategi
coping dimana strategi coping ini merupakan salah satu bentuk dari perilaku
pribadi seseorang.45. Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian dari
Ida Windi Wahyuni yang menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang
menunjukkan semakin tinggi kematangan beragama maka semakin tinggi pula
45
Emma Indirawati, “Hubungan antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Coping”, Jurnal Psikologi Undip, Volume 3, Nomor 1 (Desember 2006), 69-92.
47
konsep dirinya.46
Selain itu juga mendukung hasil penelitian dari Fuad Nashori
dan Sugiyanto menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kematangan beragama
dengan kompetensi interpersonal mahasiswa.47
Sikap-sikap yang berhubungan dengan kematangan beragama pada
penelitian di atas erat kaitannya dengan indikator tentang toleransi yang
dikemukakan oleh Agus dan Wahyudi. Dalam penelitiannya, Agus dan Wahyudi
menemukan tiga aspek karakter toleransi. Pertama, aspek kedamaian yang
meliputi indikator peduli, ketidaktakutan, dan cinta. Kedua, aspek menghargai
perbedaan individu meliputi indikator saling menghargai satu sama lain,
menghargai perbedaan orang lain dan menghargai diri sendiri. Ketiga, aspek
kesadaran meliputi indikator menghargai kebaikan orang lain, terbuka, reseptif,
kenyamanan dalam kehidupan, dan kenyamanan dengan orang lain.48
2. Hubungan antara Kematangan Kepribadian dan Sikap Toleransi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kematangan kepribadian
berhubungan dengan sikap toleransi berdasarkan nilai koefisien kematangan
kepribadian r hitung 0,826 > dari r tabel 0,339. Kategori hubungannya adalah
sangat kuat. Sumbangan Efektif kematangan kepribadian terhadap sikap toleransi
adalah sebesar 58,89 %. Penelitian ini juga mendukung penelitian dari Aris
Sofyan yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara kematangan emosi dan sikap
tasamuh. Ketika dilihat dari indikatornya, kematangan emosi ini berdekatan
46
Ida Windi Wahyuni, “Hubungan Kematangan Beragama dengan Konsep Diri”, Al-Khikmah, Volume 8, Nomor 1 (April 2011), 1-8.
47 Fuad Nashori & Sugiyanto, “Hubungan antara Kematangan Beragama dengan Kompetensi
Interpersonal Mahasiswa”, Psikologika, Volume 5, Nomor 9 (2000), 56-64. 48
Agus Supriyanto dan Amien Wahyudi. “Skala Karakter toleransi:Konsep dan oprasional Aspek Kedamaian, Menghargai perbedaan dan kesadaran Individu”. Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 7 Nomor 2, (Nopember 2017), 61-70.
48
dengan kematangan kepribadian.49
Selanjutnya, penelitian ini juga mendukung
penelitian dari Febritania Dwi Putri Iswantiningrum menyimpulkan bahwa ada
hubungan negatif yang signifikan antara kematangan kepribadian dengan
kecenderungan Cinderella complex.50
Selain itu juga mendukung penelitian dari
Dinayanti Afian menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara kematangan kepribadian dengan gaya hidup hedonis.51
Sikap-sikap yang memiliki hubungan positif dengan kematangan
kepribadian pada penelitian di atas erat kaitannya dengan indikator tentang
toleransi yang dikemukakan oleh Agus dan Wahyudi sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya pada pembahasan tentang kematangan beragama. Oleh
karenanya, berdasarkan kajian-kajian dan penelitian yang sudah ada dan juga
berdasarkan analisis uji hipotesis yang dilakukan oleh peneliti sendiri, peneliti
menyimpulkan bahwa kematangan beragama dan kematangan kepribadian
memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap toleransi.
3. Hubungan antara Kematangan Beragama dan Kematangan Kepribadian
dengan Sikap Toleransi
Pada pembahasan mengenai rumusan masalah ketiga, didapatkan hasil
bahwa ada hubungan signifikan antara kematangan beragama dan kematangan
kepribadian dengan sikap toleransi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya r hitung
dengan koefisien korelasi adalah 0,829 lebih besar dari r tabel.
49
Aris Sofyan, “Pengaruh Kematangan Emosi terhadap Sikap Tasamuh”, Mudarrisa, Vol. 7, No. 1, (Juni 2015), 60.
50 Febritania Dwi Putri Iswantiningrum, “Hubungan antara Kematangan Kepribadian dengan
Kecenderungan Cinderella Complex pada Mahasiswa di Asrama Putri Universitas Negeri”, Jurnal Mahasiswa Psikologi, Volume 2, Nomor 1 (2003), 1-7.
51 Dinayanti Afian, “Hubungan antara Kematangan Kepribadian dengan Gaya Hidup Hedonis pada
Mahasiswi”, Publikasi Ilmiah, Univ. Muhammadiyah Surakarta, 2016.
49
Selanjutnya, Sumbangan Efektif (SE) dari variabel bebasnya adalah
68,84%. Ini didapatkan hasil dari Sumbangan Efektif kematangan beragama
sebesar 9,95 % dan Sumbangan Efektif dari kematangan kepribadian 58,89 %.
Hal ini sesuai dengan nilai koefisien determinasi atau r square yaitu 68,8%.
Adapun nilai sumbangan relatifnya dari masing-masing adalah 14,45 % + 85,55
% = 100 %.
Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa ternyata kematangan kepribadian
memiliki pengaruh lebih dominan dari pada kematangan beragama. Bahkan
sumbangannya lebih dari 50%. Itu artinya, kematangan kepribadian memiliki
pengaruh yang sangat besar.
50
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Ada hubungan positif signifikan antara kematangan beragama dengan sikap
toleransi. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari harga r hitung (0,721) lebih besar
dari r tabel (0,339). Kategori hubungannya adalah kuat. Sumbangan Efektif dari
kematangan beragama terhadap sikap toleransi adalah sebesar 9,95 %. Dan setiap
penambahan 1% tingkat kematangan beragama (X1), maka sikap toleransi (Y)
akan meningkat 0,724.
2. Ada hubungan positif signifikan antara kematangan kepribadian dengan sikap
toleransi. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari harga r hitung (0,826) lebih besar
dari r tabel (0,339). Kategori hubungannya adalah sangat kuat. Sumbangan Efektif
kematangan kepribadian terhadap sikap toleransi adalah sebesar 58,89 %. Dan
setiap penambahan 1% tingkat kematangan kepribadian (X2), maka sikap
toleransi (Y) akan meningkat 0,459.
3. Ada hubungan signifikan antara kematangan beragama dan kematangan
kepribadian dengan sikap toleransi. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari harga r
hitung (0,829) lebih besar dari r tabel (0,339). Sedangkan kotribusi atau
sumbangan secara simultan variabel Kematangan Beragama dan Kematangan
Kepribadian adalah 68,8%. Sedangkan sisanya yaitu 31,2% ditentukan oleh
variabel yang lain.
B. Saran
54
51
Berdasarkan dari penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada para guru yang menjadi responden disarankan untuk lebih menumbuhkan
lagi tentang kematangan beragama dan kematangan kepribadian agar tercipta
sikap toleransi yang lebih besar.
2. Kepada lembaga disarankan untuk memberikan program-program penguatan
untuk menguatkan tingkat kematangan beragama dan kematangan kepribadian
3. Kepada peneliti berikutnya untuk bisa meneliti lebih luas lagi tentang hal-hal lain
yang memberikan dampak terhadap sikap toleransi sehingga tercipta sebuah teori-
teori baru yang berhubungan dengan sikap toleransi.
52
DAFTAR PUSTAKA
Afian, Dinayanti. “Hubungan antara Kematangan Kepribadian dengan Gaya Hidup
Hedonis pada Mahasiswi”, Publikasi Ilmiah, Univ. Muhammadiyah Surakarta,
2016.
Ali, Atabik & Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Aris Sofyan, “Pengaruh Kematangan Emosi terhadap Sikap Tasamuh”, Mudarrisa,
Vol. 7, No. 1, (Juni 2015), 60.
Baidhawy, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:
Erlangga, 2005.
Cahyo Pamungkas, Toleransi Beragama dalam Praktik Sosial, Episteme, Volume 9,
Nomor 2, (Desember 2014), 311.
Clark, Walter Houston. The Psychology of Religion: An Introduction to Religious
Experience and Behavior. New York:The McMillan Company, 1968.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi
ke IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Dinata, Muhammad Ridho. “Konsep Toleransi Beragama dalam Tafsir Al Quran
Tematik Karya Tim Departemen Agama Republik Indonesia”, Esensia (Januari
2012):86-108.
Fahruddin Faiz, “Front Pembela Islam: Antara Kekerasan dan Kematangan Beragama”,
Kalam, Volume 8, Nomor 2, (Desember 2014), 363.
Hasyim. Toleransi Kemerdekaan Beragama dalam Islam sebagai Dasar Menuju Dialog
dan Kerukunan antar Agama. Surabaya: Bina Ilmu, 1979.
Indirawati, Emma. “Hubungan antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan
Strategi Coping”, Jurnal Psikologi Undip (Desember 2006): 69-92.
Ismail, Roni. “Konsep Toleransi dalam Psikologi Agama”, Jurnal Religi (Januari
2012): 1-12.
Iswantiningrum, Febritania Dwi Putri. “Hubungan antara Kematangan Kepribadian
dengan Kecenderungan Cinderella Complex pada Mahasiswa di Asrama Putri
Universitas Negeri”, Jurnal Mahasiswa Psikologi (2003): 1-7.
53
James, William. The Varieties of Religious Experience: A Study in Human Nature. New
York: Modern Library, 1958.
Mujtahidin, dkk, “Peran Nilai Budaya dalam Membentuk Perspektif Toleran dan
Intoleran di Madura: Studi Kasus Konflik Sunni-Syiah di Desa Karanggayam
Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Madura” Jurnal Pamator, Volume 10
Nomor 2, (Oktober 2017), 125.
Mulyono. “Kematangan Jiwa Beragama”, Ulul Albab (2008): 104-119.
Mursyid, Salma. “Konsep Toleransi (Al-Samahah) Antar Umat Beragama Perspektif
Islam”, Jurnal Aqlam (Desember 2016): 35-51.
Nashori, Fuad & Sugiyanto. “Hubungan antara Kematangan Beragama dengan
Kompetensi Interpersonal Mahasiswa”, Psikologika (2000): 56-64.
Nopriansyah, Eko.”Telaah Pemikiran Alwi Shihab tentang Toleransi Beragama dalam
Buku Islam Inklusif”, Nurani (Desember 2017): 133-153.
PDSPK Kemdikbud. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Toleransi di
Indonesia. Jakarta: PDSPK Kemdikbud RI, 2017.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Agama: Sebuah Pengantar. Bandung: Mizan, 2004.
Sabiq, Ahmad Fikri. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Salatiga: Linsser Media, 2018.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2013.
Schultz, Duane. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Terjemahan
Yustinus. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Sholeh, Ahmad. “Pemahaman Konsep Tasamuh (Toleransi) Siswa dalam Ajaran Islam”,
J-PAI (Desember 2014): 101-132.
Siradj, Said Aqiel. “Tasawuf sebagai Basis Tasamuh, dari Sosial Kapital Menuju
Masyarakat Moderat”, Al-Tahir (Mei 2013): 91.
Sofyan, Aris. “Pengaruh Kematangan Emosi terhadap Sikap Tasamuh”, Mudarrisa
(Juni 2005): 59-88.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta,
2010.
Supriyanto, Agus & Amien Wahyudi. “Skala Karakter toleransi:Konsep dan oprasional
Aspek Kedamaian, Menghargai perbedaan dan kesadaran Individu”. Jurnal Ilmiah
Counsellia (Nopember 2017): 61-70.
54
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian, Jakarta: Rajawali Press, 2016.
Teall, Edward N. A. M. Wabster‟s New American Dictionary. New York: Book, 1985.
Wahyuni, Ida Windi. “Hubungan Kematangan Beragama dengan Konsep Diri”, Al-
Khikmah (April 2011): 1-8.
Yamsu, Yusuf & A. Juntika. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.
http://amp.suara.com/news/2019/04/03/163344/salib-dipotong-hingga-tolak-sedekah-
laut-4-kasus-into-leransi-di-yogyakarta. (diakses pada Senin, 16 Desember 2019
pukul 19.30)
http://idntimes.com/news/indonesia/linda/5-kejadian-penyerangan-rumah-ibadah-di-
indonesia. (diakses pada Senin, 16 September 2019 pukul 19.30)
http://m.detik.com/news/berita/d-478795/imparsial-ada-31-kasus-intoleransi-di-
indonesia-mayoritas-pelara-ngan-ibadah. (diakses pada Senin, 16 Desember 2019
pukul 19.00).
i
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
Lampiran 1 - Angket Kuesioner
1. Indikator Kematangan Beragama (X1)
No Indikator Butir Instrumen
1 Terbuka terhadap
pandangan baru dan
selalu mencari
kebenaran
1. Tentang agama, saya selalu menerima pandangan/ilmu dari
orang lain yang yang saya anggap memiliki kapasitas
keilmuan yang sesuai dengan syari’at agama meskipun
berasal dari orang yang beda organisasi/gerakan
2 Berpikir secara
objektif
2. Ketika saya menerima informasi suatu kasus di media sosial,
maka saya tidak akan langsung percaya begitu saja, saya
akan mencari kebenaran informasi tersebut.
3 Berpikir kritis 3. Saya sering berpikir tentang apa hakikat hidup, untuk apa
hidup, mengapa Allah menciptakan orang ada yang beriman
dan ada yang kafir, mengapa Allah menciptakan surga
neraka, dsb.
4 Menjadikan agama
sebagai motivasi,
tujuan, dan kekuatan
4. Saya selalu menjadikan agama yang saya yakini sebagai
motivasi, tujuan, dan kekuatan dalam melaksanakan suatu
perbuatan
5 Melakukan suatu
ibadah atas kemauan
diri sendiri
5. Saya selalu melakukan ibadah atas kemauan diri sendiri,
tanpa harus disuruh-suruh dan dipaksa-paksa dan bukan
karena ingin mendapat pujian atau semata-mata karena
perintah atasan
6 Tidak hanya puas
pada hal rutinitas
6. Apapun keadaannya, amal ibadah yang saya lakukan hari ini
harus lebih baik dari kemarin
7. Saya akan senantiasa menjadi pribadi yang rajin ibadah dan
bersikap baik dalam hubungan sosial
7 Sesuai antara
perkataan dan
perbuatan
8. Perbuatan yang saya lakukan selalu sesuai dengan apa yang
saya ajarkan atau saya sampaikan kepada orang lain,
termasuk sesuai dengan apa yang saya ajarkan kepada anak
didik saya
8 Memiliki pandangan
yang komprehensif
9. Saya memiliki prinsip semisal saya harus selalu shalat
jamaah di masjid/mushola. Suatu saat saya dalam kondisi
sangat lelah dan capek, tiba-tiba ada adzan. Meskipun
sangat lelah dan capek, saya akan tetap shalat jamaah di
masjid/mushola karena itu prinsip saya
9 Memiliki keinginan
untuk berguna bagi
orang lain
10. Suatu ketika saya ditunjuk oleh atasan atau masyarakat
untuk dipercaya mengemban suatu amanah/jabatan/tugas
yang bermanfaat bagi lembaga/masyarakat (misal jadi
penanggungjawab program, jadi pengurus remaja, dll).
Maka saya akan selalu bersedia sambil belajar mengemban
iii
amanah/tugas tersebut
11. Saya tahu riba adalah haram. Maka, bagaimanapun
kondisinya, saya tetap akan meninggalkan riba
12. Ada orang yang menitipkan motor di depan rumah saya.
Maka, bagaimana pun keadaannya, saya akan menjaga
titipan tersebut.
10 Randah hati akan
diri sendiri
13. Saya selalu menyadari bahwa amal ibadah yang saya
lakukan belum tentu diterima oleh Allah Swt, namun saya
akan tetap berusaha melakukan yang terbaik di sisi Allah
11 Menyadari
kekurangan diri
sendiri
14. Saya orang yang semangat mencari ilmu agama karena ilmu
agama saya masih sedikit
12 Memiliki perasaan
damai dan harmonis
dengan orang lain
15. Saya selalu harmonis dengan orang lain, tidak pernah
memiliki konflik horizontal dengan siapa saja
2. Indikator Kematangan Kepribadian (X2)
No Indikator Butir Instrumen
1 Memiliki integritas,
kejujuran,
tanggungjawab
1. Ketika saya menjadi bendahara organisasi/lembaga, saya
tidak akan menggunakan uang tersebut meskipun utk
dipinjam dan nanti dikembalikan. Ketika saya sangat butuh
sekali, saya akan tetap menjaga uang umat/lembaga
tersebut seutuhnya dan tidak akan
menggunakan/meminjam untuk kebutuhan saya.
2 Bermanfaat bagi
orang lain
2. Kalau ada 100 orang yang berkontribusi manfaat bagi
orang lain, maka salah satunya saya. Kalau ada 10 orang
yang berkontribusi manfaat bagi orang lain, maka salah
satunya saya. Kalau ada 1 orang yang berkontribusi
manfaat bagi orang lain, maka itulah saya.
3 Perluasan eksistensi
diri, berpartisipasi,
peduli
3. Saya adalah orang yang tidak hanya berpikir untuk diri
sendiri namun juga peduli dan berpartisipasi kepada orang
lain di sekitar
4. Di kampung, ada kegiatan kerja bakti. Maka saya akan
berusaha untuk selalu ikut sebagai sebuah partisipasi dan
kontribusi saya untuk masyarakat
5. Saya selalu menyisihkan sebagian gaji saya untuk sedekah
kepada orang-orang di sekitar saya yang membutuhkan
6. Dalam bekerja, saya tidak hanya sekedar untuk meniti
karir, mencari uang, atau mencari pengalaman, namun juga
iv
agar bagaimana saya sebisa mungkin berkontribusi untuk
masa depan bangsa dan agama melalui jalur pendidikan
4 Memiliki hubungan
yang hangat dan
harmonis dengan
orang lain
7. Ketika bersama teman-teman, saya bisa menempatkan dan
membedakan dimana saat serius dan bercanda sehingga
saya tidak pernah tersinggung/marah ketika sedang
bercanda
5 Mampu
menyesuaikan diri
dengan baik
8. Ketika saya masih menjadi orang baru di lingkungan kerja
baru, maka saya harus memposisikan diri agar bisa akrab
dengan orang lain
6 Mampu menjaga
emosi dengan baik
9. Ketika saya sedang memiliki masalah pribadi di rumah,
saya tidak akan membawa ke sekolah dan saya akan tetap
bekerja dengan profesional serta nampak tenang seakan
tidak ada masalah
7 Bisa menerima
kekurangan dan
kelebihan orang lain
10. Setiap orang pasti ada kelebihan dan kekurangan, dan saya
adalah orang yang selalu menerima kelebihan dan
kekurangan orang lain
11. Ketika saya sedang mengajari orang lain yang tidak bisa
akan suatu hal, saya selalu membimbing dengan baik dan
tidak pernah bersuara dalam hati semisal “masak gitu saja
tidak bisa”
8 Mampu menerima
perbedaan
12. Saya adalah orang yang senantiasa bisa menerima
perbedaan, seperti beda pendapat, beda agama, beda daerah
asal, dll
9 Memandang suatu
hal dengan objektif
13. Ketika ada teman yang mengajak ghibah/gosip tentang
salah satu teman, saya selalu merasa tidak suka dan
berusaha untuk memberhentikan atau mengalihkan
pembicaraan agar tidak berlarut gosip/ghibah
10 Menerima
pandangan dari
orang lain
14. Saya orang yang mudah menerima pandangan dan
pendapat orang lain yang saya rasa benar
11 Memiliki sikap
ikhlas, antusias, dan
penuh dedikasi
dalam pekerjaan
15. Ketika saya sehat, saya selalu berangkat sekolah dan
mengikuti kegiatan lembaga/yayasan dan tidak pernah
mencari-cari kesibukan lain agar ada alasan untuk ijin
16. Ketika ada agenda pribadi penting namun tidak mendesak
(alias bisa dilakukan di lain waktu) yang
berbenturan/bersamaan dengan agenda lembaga, saya akan
tetap memilih mengikuti kegiatan lembaga sebagai wujud
komitmen saya
12 Mampu 17. Saya selalu menyelesaikan tugas saya sebagai seorang guru
v
menyelesaikan
pekerjaan dengan
optimal dan
mencintai pekerjaan
dengan baik
18. Saya adalah termasuk orang yang berangkat sekolah lebih
awal dan pantang pulang sebelum waktunya
13 Memiliki semangat
hidup tinggi
19. Saya ingin menjadi guru yang berprestasi, oleh karenanya,
saya akan selalu belajar mengembangkan hal baru agar
saya menjadi guru berprestasi
14 Mengetahui
kelemahan dan
kelebihan diri sendiri
20. Saya adalah orang yang memiliki semangat hidup yang
tinggi, mengejar mimpi dan cita-cita serta tidak takut jatuh
15 Melakukan sesuatu
atas dasar landasan
yang kuat
21. Ketika melaksanakan dan memutuskan sesuatu, saya selalu
memiliki dasar landasan yang kuat, tidak sekedar ikut-
ikutan teman
16 Memiliki target
masa depan
22. Saya memiliki target dan rencana masa depan yang sudah
saya susun secara tertulis
17 Melakukan ikhtiar
untuk mencapai
target
23. Saya selalu melakukan ikhtiar/usaha untuk mencapai target
dan cita-cita saya
3. Indikator Sikap Toleransi (Y)
No Indikator Butir Instrumen
1 Peduli terhadap
orang lain
1. Saat di jalan dan dalam kondisi sedang buru-buru, saya
melihat orang jatuh dari kendaraan dan butuh pertolongan.
Saya akan langsung menolong orang tersebut karena dia
butuh bantuan tanpa memperdulikan kondisi saya yang
sedang buru-buru
2 Memiliki rasa
ketidaktakutan
terhadap orang lain
2. Saya baru saja pindah rumah/kontrakan di sebuah
lingkungan baru yang belum pernah kenal sama sekali. Saya
bisa langsung berusaha untuk bersosialisasi dengan
tetangga, RT/RW setempat, dan tidak mengurung diri di
rumah karena takut atau malu kepada orang baru
3 Mencintai orang lain 3. Saat ada tetangga kristen atau budha yang sakit, saya selalu
menjenguknya baik di rumah sakit atau di rumahnya
4 Menghargai satu
sama lain
4. Saya selalu menghargai pendapat orang lain meskipun beda
dengan saya. Dan saya tidak akan memaksakan pendapat
saya di sebuah forum ketika banyak yang tidak setuju
dengan pendapat saya
5. Saya ada teman yang kepalanya botak dan selalu dijuluki
kuncung oleh orang lain. Terkadang dia suka dengan
julukan tersebut dan terkadang tidak suka. Melihat hal
vi
tersebut, saya tidak akan memanggil dia kuncung meskipun
sekedar bercanda
5 Menghargai
perbedaan orang lain
6. Di dalam Islam ada adzan, pujian, sholawatan yang
dikumandangkan dengan speaker keras. Apakah Anda setuju
kalau ada agama lain (misal kristen) yang
mengumandangkan lagu-lagu mereka dengan speaker keras
di dekat lingkungan Anda setiap hari?
6 Menghargai diri
sendiri.
7. Sejelek apapun karya saya, saya tetap menghargai bahwa ini
adalah karya terbaik dari saya
7 Menghargai
kebaikan orang lain
8. Saya tidak pernah membeda-bedakan tamu yang datang ke
rumah saya, baik pejabat, teman dekat, saudara, pengemis.
Semua selalu saya jamu dengan hal yang sama, baik
makanan, minuman, sapaan, dll.
8 Memiliki sikap
terbuka
9. Saya memandang positif jika melihat ada siaran acara di TV
tentang kajian agama lain misal kristen, budha, dll.
9 Menerima orang lain
secara objektif
10. Saya selalu tidak pernah berprasangka buruk (suudzon)
kepada orang lain sebelum tahu fakta sebenarnya
11. Saat ada anak saya dan anak tetangga bertengkar, saya akan
tetap bersikap objektif meskipun anak saya yang melakukan
kesalahan
10 Memiliki
kenyamanan dalam
kehidupan
12. Saya tidak pernah melakukan kesalahan fatal terhadap orang
lain (misal teman, tetangga, saudara) sehingga saya hidup
nyaman dan tentram tanpa ada rasa takut
11 Memiliki
kenyamanan dengan
orang lain
13. Saya memiliki teman dan sahabat yang beragam, baik
beragam agama, suku, warna kulit, status sosial dan saya
nyaman untuk bergaul dengan mereka semua tanpa ada
beban atau perasaan macam-macam
vii
Lampiran 2 - Tabulasi Skor Angket
1. Kematangan Beragama
No N 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5 Jml
1 ZZ 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 47
2 KH 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 51
3 NS 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 56
4 MB 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 54
5 FT 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 52
6 ER 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 58
7 DE 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 56
8 FD 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 51
9 MF 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 47
10 UL 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 57
11 AN 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 2 53
12 LR 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 57
13 AM 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 44
14 NU 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 58
15 RE 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 51
16 WT 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49
17 CQ 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 43
18 AY 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 59
19 IL 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 48
20 MU 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 56
21
W
N 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 49
22 NI 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 56
23 HB 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47
24 IK 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 1 4 4 3 52
25 KS 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
26 RS 4 4 4 2 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 50
27 HU 4 3 4 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 45
28 AR 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
29 HY 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 56
30 RH 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 53
31 SF 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 58
32 NH 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 52
33 AF 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 56
2. Kematangan Kepribadian
No N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jml
1 ZZ 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 69
2 KH 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 71
3 NS 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77
viii
4 MB 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
5 FT 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 78
6 ER 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 81
7 DE 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 84
8 FD 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86
9 MF 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
10 UL 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 85
11 AN 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 70
12 LR 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 80
13 AM 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 67
14 NU 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 88
15 RE 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 79
16 WT 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
17 CQ 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 59
18 AY 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 84
19 IL 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 65
20 MU 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 80
21 WN 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 63
22 NI 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73
23 HB 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
24 IK 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 78
25 KS 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 92
26 RS 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 79
27 HU 3 3 3 1 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 1 3 3 3 2 3 62
28 AR 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 88
29 HY 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 4 80
30 RH 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 2 3 3 3 74
31 SF 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90
32 NH 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
33 AF 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73
3. Sikap Toleransi
No N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jml
1 ZZ 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 36
2 KH 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 43
3 NS 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
4 MB 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 39
5 FT 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 41
6 ER 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 41
7 DE 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 1 3 46
8 FD 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 49
9 MF 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 3 2 3 36
10 UL 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 50
11 AN 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 40
12 LR 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 48
ix
13 AM 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 38
14 NU 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 48
15 RE 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 45
16 WT 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 38
17 CQ 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 33
18 AY 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 47
19 IL 3 2 2 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 39
20 MU 4 4 4 3 4 2 4 4 2 3 4 3 4 45
21 WN 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 38
22 NI 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40
23 HB 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
24 IK 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 45
25 KS 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 45
26 RS 4 4 3 3 4 2 1 4 2 4 4 3 3 41
27 HU 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 4 41
28 AR 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
29 HY 3 4 3 4 4 2 3 4 2 3 4 3 3 42
30 RH 4 4 4 4 4 2 4 4 2 3 4 4 3 46
31 SF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
32 NH 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 42
33 AF 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 45
x
Lampiran 3 - Uji Validitas Korelasi Product Moment dan Uji Reliabilitas Alpha
1. Kematangan Beragama (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.870 .875 15
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
br1 49.3333 21.729 .077 . .881
br2 49.0909 19.273 .657 . .855
br3 49.3939 20.746 .227 . .877
br4 48.9091 20.585 .362 . .868
br5 49.0303 19.155 .724 . .853
br6 49.1212 18.547 .650 . .854
br7 49.0303 19.155 .724 . .853
br8 49.3333 19.604 .564 . .860
br9 49.6364 18.864 .560 . .860
br10 49.3636 18.989 .636 . .856
br11 49.0909 19.648 .564 . .860
br12 49.2727 19.392 .425 . .868
br13 48.9697 19.780 .610 . .858
br14 48.9697 20.155 .508 . .862
br15 49.6364 18.864 .622 . .856
2. Kematangan Kepribadian
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.932 .934 23
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
kp1 72.6667 68.792 .388 . .932
kp2 72.7576 65.752 .698 . .927
kp3 72.6061 67.246 .677 . .928
kp4 72.5455 65.068 .642 . .928
xi
kp5 72.4545 68.318 .516 . .930
kp6 72.3939 68.121 .547 . .930
kp7 72.6061 67.496 .566 . .929
kp8 72.4545 66.693 .718 . .927
kp9 72.4242 67.877 .573 . .929
kp10 72.5152 67.695 .595 . .929
kp11 72.8788 69.547 .281 . .934
kp12 72.5758 67.939 .577 . .929
kp13 72.8485 66.570 .679 . .928
kp14 72.8788 71.797 .056 . .939
kp15 72.6667 65.042 .726 . .927
kp16 72.7576 65.064 .655 . .928
kp17 72.7576 66.564 .679 . .928
kp18 72.9697 64.468 .699 . .927
kp19 72.7273 67.580 .615 . .929
kp20 72.7879 66.422 .645 . .928
kp21 72.6970 64.280 .820 . .925
kp22 72.8182 65.716 .624 . .928
kp23 72.5455 64.881 .773 . .926
3. Sikap Toleransi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.863 .870 13
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
to1 39.3333 18.979 .607 .794 .849
to2 39.2424 18.377 .650 .870 .845
to3 39.3939 17.746 .816 .929 .834
to4 39.3333 18.729 .737 .718 .842
to5 39.1818 19.716 .443 .541 .859
to6 39.9394 20.246 .309 .465 .868
to7 39.2424 19.752 .395 .640 .863
to8 39.1212 20.235 .453 .588 .858
to9 39.7879 20.735 .277 .703 .868
to10 39.5758 19.877 .560 .757 .853
to11 39.2727 19.142 .714 .730 .844
to12 39.5455 19.068 .475 .644 .858
xii
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
to1 39.3333 18.979 .607 .794 .849
to2 39.2424 18.377 .650 .870 .845
to3 39.3939 17.746 .816 .929 .834
to4 39.3333 18.729 .737 .718 .842
to5 39.1818 19.716 .443 .541 .859
to6 39.9394 20.246 .309 .465 .868
to7 39.2424 19.752 .395 .640 .863
to8 39.1212 20.235 .453 .588 .858
to9 39.7879 20.735 .277 .703 .868
to10 39.5758 19.877 .560 .757 .853
to11 39.2727 19.142 .714 .730 .844
to12 39.5455 19.068 .475 .644 .858
to13 39.3939 19.809 .603 .697 .851
xiii
Lampiran 4 - Uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kematangan Beragama 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Kematangan Kepribadian 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Sikap Toleransi 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Kematangan Beragama Mean 52.73 .823
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 51.05
Upper Bound 54.40
5% Trimmed Mean 52.86
Median 53.00
Variance 22.330
Std. Deviation 4.725
Minimum 43
Maximum 60
Range 17
Interquartile Range 8
Skewness -.369 .409
Kurtosis -.877 .798
Kematangan Kepribadian Mean 75.97 1.486
xiv
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 72.94
Upper Bound 79.00
5% Trimmed Mean 76.00
Median 77.00
Variance 72.905
Std. Deviation 8.538
Minimum 59
Maximum 92
Range 33
Interquartile Range 14
Skewness -.020 .409
Kurtosis -.767 .798
Sikap Toleransi Mean 42.70 .826
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 41.01
Upper Bound 44.38
5% Trimmed Mean 42.65
Median 42.00
Variance 22.530
Std. Deviation 4.747
Minimum 33
Maximum 52
Range 19
Interquartile Range 7
Skewness .210 .409
xv
Kurtosis -.561 .798
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kematangan Beragama .180 33 .008 .950 33 .136
Kematangan Kepribadian .096 33 .200* .978 33 .715
Sikap Toleransi .124 33 .200* .972 33 .535
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Kematangan Beragama
Kematangan Beragama Stem-and-Leaf Plot
xvi
Frequency Stem & Leaf
2,00 4 . 34
7,00 4 . 5777899
10,00 5 . 0111222334
13,00 5 . 6666667788899
1,00 6 . 0
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
xvii
xviii
Kematangan Kepribadian
Kematangan Kepribadian Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
1,00 5 . 9
2,00 6 . 23
7,00 6 . 5799999
5,00 7 . 01334
6,00 7 . 678899
6,00 8 . 000144
4,00 8 . 5688
2,00 9 . 02
xix
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
xx
xxi
Sikap Toleransi
Sikap Toleransi Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
1,00 3 . 3
9,00 3 . 668889999
9,00 4 . 001111223
11,00 4 . 55555667889
3,00 5 . 022
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
xxii
xxiii
Lampiran 5 - Uji Linearitas
1. Y dengan X1
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Sikap
Toleransi *
Kematangan
Beragama
Between
Groups
(Combined) 560.803 15 37.387 3.968 .004
Linearity 374.463 1 374.463 39.745 .000
Deviation from
Linearity 186.340 14 13.310 1.413 .247
Within Groups 160.167 17 9.422
Total 720.970 32
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Sikap Toleransi *
Kematangan Beragama .721 .519 .882 .778
xxiv
2. Y dengan X2
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Sikap
Toleransi *
Kematanga
n
Kepribadia
n
Between
Groups
(Combined) 656.770 21 31.275 5.359 .003
Linearity 491.387 1 491.387 84.194 .000
Deviation from
Linearity 165.382 20 8.269 1.417 .280
Within Groups 64.200 11 5.836
Total 720.970 32
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Sikap Toleransi *
Kematangan Kepribadian .826 .682 .954 .911
xxv
Lampiran 6 – Tabel Korelasi
Correlations
Kematangan
Beragama
Kematangan
Kepribadian Sikap Toleransi
Kematangan Beragama Pearson Correlation 1 .818** .721
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 33 33 33
Kematangan Kepribadian Pearson Correlation .818** 1 .826
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 33 33 33
Sikap Toleransi Pearson Correlation .721** .826
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 33 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
xxvi
Lampiran 7 – Tabel Regresi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .829a .688 .667 2.739
a. Predictors: (Constant), Kematangan Kepribadian, Kematangan
Beragama
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 495.918 2 247.959 33.054 .000a
Residual 225.051 30 7.502
Total 720.970 32
a. Predictors: (Constant), Kematangan Kepribadian, Kematangan Beragama
b. Dependent Variable: Sikap Toleransi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 495.918 2 247.959 33.054 .000a
Residual 225.051 30 7.502
Total 720.970 32
a. Predictors: (Constant), Kematangan Kepribadian, Kematangan Beragama
b. Dependent Variable: Sikap Toleransi
xxvii
Lampiran 8 – Biografi Penulis
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Ahmad Fikri Sabiq
Tempat/tanggal Lahir : Grobogan, 1 Mei 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Promasan RT 05/02, Kumpulrejo, Argomulyo, Salatiga
Pendidikan:
1. SD Negeri Ngambakrejo 1 Lulus tahun 2004
2. MTs Miratul Muslimien Lulus tahun 2007
3. MA Yasu’a Lulus tahun 2010
4. S.1 IAIN Salatiga Lulus tahun 2015
5. S.2 IAIN Salatiga Lulus tahun 2020
Pengalaman Organisasi:
1. LDK Darul Amal STAIN Salatiga sebagai Ketua Umum tahun 2013
2. KAMMI Komisariat Salatiga sebagai Ketua Dept. Kebijakan Publik tahun 2014
3. KAMMI Daerah Salatiga sebagai Sekretaris Jenderal 2018
4. KAMMI Wilayah Jateng sebagai Sekretaris Bidang Pengembangan Daerah 2017
5. JQH Al-Furqon STAIN Salatiga sebagai Staf Dev. Tahfidz tahun 2012
6. Al-Khidmah Kampus Kota Salatiga sebagai anggota tahun 2014
7. Lembaga Pendamping Usaha (LPU) Katalis sebagai Bendahara tahun 2015
8. IMADISA (Ikatan Mahasiswa Purwodadi IAIN Salatiga)
9. GP Ansor Kumpulrejo sebagai Wakil Ketua IV tahun 2020
10. Komunitas Guru Belajar (KGB) tahun 2020
11. K3S Argomulyo sebagai penanggungjawab bidang olahraga tahun 2020
Pengalaman Kerja:
1. SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) Annida sebagai Guru Tahfizh
2. CV Lantabura Mitra Niaga sebagai Manager Operasional
xxviii
3. SD Plus Tahfizhul Quran (PTQ) Annida sebagai Kepala Sekolah
4. Madrasah Diniyah Nurul Huda Promasan Kumpulrejo sebagai pengajar
Karya Penulisan (buku):
1. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tahun 2018
(ebook)
2. Dari Kehidupan Kita Belajar, tahun 2018 (ebook)
3. 20 Langkah Ampuh Tembus Meja Redaksi Surat Kabar, 2020