tesis sari sri hartiwi

81
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Bupati Sragen Nomor 14 Tahun 2004 Tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen merupakan salah satu implikasi ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diganti dengan undang-undang nomor 32 Tahun 2004.. Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen merupakan penggabungan dari dua instansi yaitu Badan Keluarga Berencana Nasional dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Oleh karena penggabungan maka kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja juga mengalami perubahan. Tugas Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen yaitu melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah di bidang Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat yang meliputi: bidang pemberdayaan keluarga dan masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna, informasi pengolahan data dan analisis program, serta bidang keluarga berencana. Tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen tersebut harus berjalan sebagaimana mestinya. Tugas dan fungsi akan dapat berjalan dengan baik apabila kepemimpinan organisasi dapat berjalan dengan baik pula.

Upload: murdesi

Post on 24-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Peraturan Bupati Sragen Nomor 14 Tahun 2004 Tentang Penjabaran

    Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat Kabupaten Sragen merupakan salah satu implikasi ditetapkannya

    Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

    sebagaimana telah diganti dengan undang-undang nomor 32 Tahun 2004.. Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen

    merupakan penggabungan dari dua instansi yaitu Badan Keluarga Berencana

    Nasional dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Oleh karena penggabungan

    maka kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja juga mengalami

    perubahan.

    Tugas Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Kabupaten Sragen yaitu melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah di

    bidang Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat yang meliputi: bidang

    pemberdayaan keluarga dan masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam dan

    teknologi tepat guna, informasi pengolahan data dan analisis program, serta

    bidang keluarga berencana. Tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen tersebut harus berjalan

    sebagaimana mestinya. Tugas dan fungsi akan dapat berjalan dengan baik apabila

    kepemimpinan organisasi dapat berjalan dengan baik pula.

  • 2

    Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan menyelami

    kebutuhan-kebutuhan organisasi dan keinginan-keinginan kelompoknya, sehingga

    dapat mengetahui kehendak-kehendak yang realistis dan mampu menemukan

    jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai kehendak Pemimpin yang baik adalah

    pemimpin yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang handal

    dan professional dalam menjalankan manajemen. Menurut T Hani Handoko

    (1999: 3) manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,

    penyusunan personalia pengarahan, sedangkan pengarahan meliputi motivasi,

    kepemimpinan, integrasi dan pengelolaan konflik.

    Guna mencapai tujuan organisasi tersebut perlu adanya komunikasi antar

    personal yang efektif, baik komunikasi sesama staf, dan komunikasi antara staf

    dengan pimpinan. Di samping itu untuk dapat menjalankan tugas dengan baik

    perlu didukung adanya lingkungan kerja yang baik, lingkungan kerja yang baik

    yaitu lingkungan kerja yang dapat menunjang kelancaran, keamanan,

    keselamatan, kebersihan dan kenyamanan dalam bekerja dan adanya fasilitas-

    fasilitas yang memadai sehingga pegawai merasa aman, tenang dan senang dalam

    menjalankan tugas-tugas yang dibebankan dan menjadi tanggung jawabnya.

    Penelitian L. Suyono (2006) membuktikan bahwa lingkungan kerja secara

    parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai, dan gaya kepemimpinan

    secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai. Sedangkan

    penelitian Sukir (2008) membuktikan bahwa disiplin kerja secara parsial

    berpengaruh signifikan terhadap kinerja, lingkungan kerja secara parsial

    berpengaruh signifikan terhadap kinerja, dan motivasi kerja secara parsial

  • 3

    berpengaruh terhadap kinerja. Adapun penelitian Tri Widoyo (2008)

    membuktikan bahwa gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh terhadap

    kualitas pelayanan publik dan komunikasi secara parsial tidak berpengaruh secara

    signifikan terhadap kualitas pelayanan publik

    Pada praktiknya kinerja Petugas Lapangan Keluarga Berencana di

    lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten

    Sragen belum mampu memecahkan masalah yang dihadapi, kurang teliti dalam

    menjalankan tugas, kurang mampu dalam bekerja sendiri, dan belum mampu

    menyelesaikan seluruh pekerjaan yang ditugaskan. Hal itu ada kemungkinan

    disebabkan oleh gaya kepemimpinan atasannya yang belum mampu

    mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi stafnya. Di samping itu sikap

    petugas lapangan yang kurang komunikatif baik antarpetugas maupun komunikasi

    dengan masyarakat yang meminta pelayanan. Sebagian pegawai mengatakan

    bahwa fasilitas yang ada kurang menunjang, terutama sejak penggabungan Kantor

    Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kantor BKKBN menjadi Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat menjadi Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian ini dengan mengambil judul PENGARUH KEPEMIMPINAN,

    KOMUNIKASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA

    PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA DINAS

    PEMBERDAYAAN KELUARGA BERENCANA DAN MASYARAKAT DI

    KABUPATEN SRAGEN

  • 4

    B. Perumusan Masalah

    Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan, komunikasi dan

    lingkungan kerja secara parsial terhadap kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat di Kabupaten Sragen?

    2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan, komunikasi dan

    lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja PLKB Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat di Kabupaten Sragen?

    3. Variabel manakah (kepemimpinan, komunikasi atau lingkungan kerja) yang

    dominan mempengaruhi kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat di Kabupaten Sragen?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini yaitu untuk:

    1. Menganalisis signifikansi pengaruh kepemimpinan, komunikasi dan

    lingkungan kerja secara parsial terhadap kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat di Kabupaten Sragen.

    2. Menganalisis signifikansi pengaruh kepemimpinan, komunikasi dan

    lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja PLKB Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat di Kabupaten Sragen.

    3. Menganalisis variabel yang dominan pengaruhnya di antara ketiga variabel

    (kepemimpinan, komunikasi atau lingkungan kerja) terhadap kinerja PLKB

    tertsebut.

  • 5

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Sebagai kajian bagi pembaca khususnya Petugas Lapangan Keluarga

    Berencana dan unsur pimpinan di lingkungan Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen tentang arti

    pentingnya pengaruh kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja

    terhadap kinerja yang dikaitkan dengan hasil penelitian.

    b. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti berikutnya

    yang relevan dengan obyek penelitian.

    2. Manfaat Praktis

    a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

    Pemerintah Kabupaten Sragen melalui Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen terutama dalam rangka

    pengambilan kebijakan bagi Petugas Lapangan Keluarga Berencana di

    lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Kabupaten Sragen

    b. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian bagi para unsur pimpinan

    dalam rangka mendorong kinerja pegawai yang lebih baik.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori

    1. Kepemimpinan

    a. Pengertian Kepemimpinan

    Menurut RA Argawal dalam Sukanto Reksohadiprojo (1999:167)

    kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain, mengarahkan

    kemauan mereka, kemampuan dan usaha-usaha untuk mencapai tujuan

    pimpinan. Ishak Arep dan Hendri Tanjung (2004: 93) mengatakan:

    kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau

    mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda-beda menuju

    pencapaian tertentu.

    Supardi dan Syaiful Anwar (2004: 66) mengatakan: kepemimpinan

    yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua

    pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Ralf M. Stogdill dalam

    Yayat Hayati Djatmiko (2005: 47) mendefinisikan, kepemimpinan

    manajerial sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang

    berhubungan dengan tugas dari anggota kelompok Sedangkan Stephen P.

    Robbins dalam Benyamin Molan (2006: 432) mengatakan bahwa

    kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok

    menuju pencapaian sasaran.

  • 7

    Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat dikatakan

    bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk

    mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah

    ditentukan.

    b. Tugas Pemimpin

    Tugas seorang pemimpin antara lain:

    1) Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompoknya dan keinginan kelompoknya.

    2) Dari keinginan-keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.

    3) Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan

    khayalan.

    4) Menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai/mewujudkan kehendak-kehendak tersebut (M Ngalim Purwanto dan Sutadji

    Djojopranoto dalam Dyah Indrawati, 2008: 11).

    c. Gaya Kepemimpinan

    Menurut Supardi dan Syaiful Anwar (2004: 75) gaya

    kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi

    bawahannya.

    Berikut ini dikemukakan beberapa gaya kepemimpinan menurut

    pendapat para ahli sebagai berikut:

    Menurut Lewin terdapat tiga gaya kepemimpinan, yaitu:

    1) Otoriter. Pemimpin yang bergaya otoriter ini berimpretasi, memberi saran, dan mengarahkan gerakan kelompok. Seluruh informasi yang

    akan dibagikan kepada kelompok disaring dan diputuskan oleh

    pemimpin dan permintaannya dipatuhi dan harapannya dipenuhi.

    2) Demokratis. Pemimpin melakukan kepemimpinan dari perspektif mempercayai anggota kelompok agar mengembangkan potensi dirinya.

    Fungsi pemimpin sebagai fasilitator. Mereka bekerjasama,

    berkolaborasi, dan membagi tanggung jawab dengan kelompok.

    3) Laissez-fair. Pemimpin meninggalkan begitu saja tanggungjawab. Anggota kelompok dibiarkan bekerja sesuai keinginan dan potensinya,

    tanpa dirahkan dan dipimpin (Arifin Abdulrahman, 1997: 41).

  • 8

    Pada umumnya digunakan empat macam gaya kepemimpinan yakni:

    1) Democratic Leadership. Gaya kepemimpinan yang menitik beratkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk

    menciptakan kepercayaan.

    2) Dictatorial atau Autocratic Leadership. Gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan

    keinginannya..

    3) Paternalistik Leadership. Gaya kepemimpinan gabungan Democratic Leadership dan Dictatorial atau Autocratic Leadership

    4) Free Rein Leadership. Gaya kepemimpinan yang seratus persen menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijaksanaan pengoperasian

    MSDM kepada bawahannya.(Ishak Arep dan Hendri Tanjung, 2004:

    94)

    Fandy Tjiptono dan Anastasia membagi lima macam gaya

    kepemimpinan, yaitu:

    1) Otokratis. Pemimpin mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan bawahan.

    2) Demokratis. Pemimpin melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, artinya keputusan diambil setelah menerima masukan dari

    bawahan.

    3) Partisipatif. Pemimpin yang menggunakan gaya ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan.

    4) Berorientasi kepada tujuan. Pemimpin dan bawahan semua memusatkan perhatian hanya pada tujuan.

    5) Kepemimpinan situasional. Penerapan gaya ini didasarkan pada pertimbangan atas faktor-faktor pemimpin, pengikut dan situasi dalam

    arti struktur tugas, peta kekuasaan, dan dinamika kelompok (Fandy

    Tjiptono dan Anastasia Diana dalam Supardi dan Syaiful Anwar ,

    2004: 75).

    Tipologi pimpinan dikatagorikan lima tipe yaitu:

    1) Tipe Otokratik. Dalam tipe ini pengambilan keputusan seorang pimpinan bertindak sendiri.

    2) Tipe Paternalistik. Hubungan antara atasan dan bawahan bersifat bapak dan anak.

    3) Tipe Kharismatik. Hubungan dengan bawahan didasarkan pada relasional dan bukan orientasi pada kekuasaan.

    4) Tipe Laissez Faire. Hubungan yang intim antara pemimpin dengan bawahan dengan sendirinya para bawahan akan terdorong untuk

    menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara

    bertanggungjawab.

    5) Tipe Demokratik. Ciri pemimpin yang demokratik dalam pengambilan keputusan tercermin mengikutsertakan staf. Pemimpin yang

    demokratik cenderung memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja

    (Yayat Hayati Djatmiko, 2004: 52)

  • 9

    Usaha menggerakkan pegawai dalam pelaksanaan tugas tergantung pada

    kompetensi pimpinan untuk menjelaskan tugas-tugas atau kinerja mereka.

    Berdasarkan beberapa gaya kepemimpinan tersebut, maka gaya

    kepemimpinan yang baik yaitu gaya kepemimpinan yang tepat sesuai dengan

    situasi dan kondisi yang dihadapi yang diterapkan pada Petugas Lapangan

    Keluarga Berencana di lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana

    dan Masyarakat Kabupaten Sragen.

    2. Komunikasi

    Melalui komunikasi seseorang akan mengetahui secara jelas tugas-tugas

    yang menjadi tanggungjawabnya, sehingga tumbuh jiwa rasa memiliki di

    dalam dirinya yang akhirnya timbul gerak kerja, disiplin dan kerjasama dalam

    lingkungan kerja.

    a. Pengertian Komunikasi

    Menurut Onong U Effendy (2000: 122) komunikasi adalah proses

    mengubah perilaku orang lain. Pimpinan cukup berkomunikasi dengan

    para penanggung jawab kelompok.

    Paradigma Harold Lasswel menunjukkan bahwa komunikasi

    meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan yakni:

    1) Komunikator (communicator, source, sender) 2) Pesan (message) 3) Media (channel, media) 4) Komunikan (communicant, communicate receiver, recipient) 5) Efek (effect, influence) (Onong U Effendy, 2000: 10)

    Komunikasi dalam penelitian ini yaitu komunikasi yang terjadi

    antara Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dengan segenap

    staf dan unsur pimpinan di lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga

  • 10

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen, komunikasi antara PLKB

    dengan mitra kerja serta komunikasi antara PLKB dengan warga

    mayarakat dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan kewajibannya.

    b. Kriteria Komunikasi Yang Efektif

    Kriteria komunikasi yang efektif paling tidak harus dapat

    menimbulkan lima hal yaitu:

    1) Pengertian ,yaitu pemahaman dan penerimaan yang cermat terhadap isi pesan seperti yang dimaksud komunikator.

    2) Kesenangan yaitu bahwa dengan berkomunikasi akan menimbulkan rasa senang dan puas bagi pihak-pihak yang berkomunikasi.

    3) Mampu merubah sikap, artinya komunikasi yang dilakukan dapat mempengaruhi sikap peserta komunikasi sesuai dengan isi pesan.

    4) Hubungan sosial yang baik, maksudnya komunikasi bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan hubungan sosial ke arah yang

    lebih baik.

    5) Tindakan, merupakan hasil akhir dari proses komunikasi yang efektif, komunikasi bertindak dengan tindakan nyata dan positif (Tubs dan

    More dalam Jalaluddin Rahmat, 2000: 57)

    Komunikasi dikatakan efektif bila dapat menimbulkan:

    1) Pengertian bersama, artinya pihak-pihak yang berkomunikasi dapat mencapai saling pengertian dan pemahaman bersama.

    2) Kepercayaan, artinya menerima dan mempercayai informasi yang digunakan bersama sebagai suatu yang benar serta menerima pihak

    yang menggunakan informasi sebagai seorang yang jujur dan dapat

    dipercaya.

    3) Persetujuan, artinya saling mencapai penafsiran dan kesepakatan bersama diantara peserta komunikasi (Kincaid dan Schram dalam

    Jalaludin Rahmat, 2000: 59)

    Komunikasi dalam suatu organisasi mutlak diperlukan, oleh karena

    itu, dengan komunikasi yang baik dan efektif diharapkan dapat

    menimbulkan suasana yang menguntungkan sehingga pelaksanaan tugas

    akan dapat berjalan sebagaimana tujuan yang diharapkan.

  • 11

    Menurut Alex S Nitisemito (1998: 240) untuk melaksanakan

    komunikasi yang baik dalam organisasi, sebagai syarat mutlak adalah

    adanya jalinan pengertian antara yang menyampaikan komunikasi dengan

    yang menerima komunikasi.

    Menurut Onong U Effendy (2000: 117-118), seorang pemimpin

    harus dapat melaksanakan kepemimpinannya secara efektif,

    berkomunikasi efektif dan mampu membuat para karyawan melakukan

    kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan dan kegembiraan dengan

    suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan.

    Sistem komunikasi organisasi mempunyai dua aspek yakni sistem

    formal dan sistem tidak formal. Komunikasi formal adalah komunikasi

    antara pimpinan dengan bawahan berdasarkan konsesi hukum, saluran

    resmi dan jalur komando untuk melaksanakan koordinasi manajemen.

    Sedangkan komunikasi informal sebagai komunikasi berupa kontak

    pribadi, terutama tukar menukar pikiran, dengan pendapat melalui cara

    dan prosedur serta kebiasaan dalam pergaulan biasa dan dialog

    (Richard C Huseman, Carl M Hauque dan Dwight L Fresley dalam

    Onong U Effendy, 2000: 130)

    Berdasarkan beberapa teori di atas dapat dikemukakan bahwa

    dengan komunikasi yang baik akan tercipta suatu kesamaan pengertian

    antara pimpinan dan staf/pegawai, termasuk PLKB, kesamaan pengertian

    antar staf dan kesamaan pengertian antara PLKB dengan masyarakat.

    Komunikasi yang dilakukan pimpinan dikatakan lancar apabila informasi

    yang diberikan dapat diterima dan dikerjakan dengan baik oleh pegawai

    bawahannya sesuai keinginan yang diharapkan pimpinan.

  • 12

    Kemampuan komunikasi pimpinan juga dapat dilihat dari sikapnya

    memperlakukan bawahan dalam hubungannya dengan kinerja pegawai,

    pimpinan yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan sangat

    memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhi kepercayaan bawahan

    terhadap pimpinan sehingga program apapun yang disampaikan oleh

    pimpinan akan mendapat dukungan sepenuhnya dari pegawai/stafnya.

    3. Lingkungan Kerja

    Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang harus mendapatkan

    perhatian dan penanganan yang serius, karena lingkungan kerja sangat

    berpengaruh terhadap kinerja.

    Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja

    dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

    dibebankan. Penciptaan lingkungan kerja yang menyenangkan dan dapat

    memenuhi kebutuhan pegawai akan memberikan rasa puas dan mendorong

    semangat kerja mereka. (Alex S Nitisemito, 1998: 183).

    T Hani Handoko (1999: 192) mengemukakan penciptaan lingkungan

    kerja yang sehat untuk menjaga kesehatan para karyawan dari gangguan-

    gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan dan lain-lain. Sedangkan Moh

    Asad (2001: 104) mengatakan kepuasan kerja itu sebagai hasil interaksi

    manusia dengan lingkungan kerjanya.

    Pengaturan lingkungan kerja ini mencakup pengendalian secara bisnis,

    pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan kelembaban dan suhu udara,

    pelayanan kebutuhan karyawan, pengaturan penggunaan warna. pemeliharaan

    kebersihan lingkungan, dan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan

    karyawan, seperti kamar mandi, ruang ganti pakaian dan sebagainya.

  • 13

    Penciptaan lingkungan kerja yang menyenangkan dan dapat memenuhi

    kebutuhan pegawai akan memberikan rasa puas dan mendorong semangat

    kerja mereka. Lingkungan kerja yang kurang mendapat perhatian akan

    membawa dampak negatif dan menurunkan kinerja.

    Suad Husnan dan Heidjrachman (1999: 184) mengatakan Kebutuhan-

    kebutuhan yang lain dipuaskan dengan mempunyai lingkungan kerja yang

    menyenangkan di sekitar tempat kerjanya.

    Lingkungan kerja mempunyai peranan penting dalam meningkatkan

    kinerja pegawai. Dengan lingkungan kerja yang menyenangkan maka kinerja

    pegawai diharapkan akan lebih baik dan rasa tanggung jawab dalam

    melaksanakan tugas pekerjaannya dan merasa tidak ada yang mengganggu.

    Buchori Zainun (2004: 59) mengatakan bahwa kinerja pegawai ditentukan

    pula oleh faktor-faktor lingkungan luar dan iklim kerja organisasi. Bahkan

    kemampuan kerja dan motivasi itu pun ditentukan pula oleh faktor-faktor

    lingkungan organisasi itu.

    Hendiana dalam Ishak Arep dan Hendri Tanjung (2004: 46) mengatakan

    faktor motivasi yang berhubungan nyata terhadap kondisi pemberdayaan

    pegawai di antaranya yaitu kondisi lingkungan kerja baik secara fisik maupun

    non fisik.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan

    kerja berpengaruh terhadap peningkatan kinerja yang lebih baik. Jika

    lingkungan kerja menyenangkan, maka pegawai akan bekerja dengan

    bergairah dan lebih serius.

  • 14

    Guna menciptakan iklim yang menyenangkan perlu adanya pengaturan

    dan pengontrolan lingkungan kerja antara lain: pengaturan penerangan tempat

    kerja, pengontrolan terhadap suara-suara gaduh, pengontrolan terhadap udara,

    pengontrolan terhadap kebersihan tempat kerja, dan pengontrolan keamanan

    tempat kerja. Lingkungan kerja yang kurang mendapat perhatian akan

    membawa dampak negatif dan menurunkan kinerja pegawai.

    4. Kinerja

    Menurut Bambang Marhijanto (1999: 212) kinerja diartikan sebagai

    sesuatu yang dicapai. Menurut Henry Simamora (1999: 500) kinerja adalah

    tingkat hasil kerja karyawan dalam mencapai persyaratan-persyaratan

    pekerjaan yang diberikan. Suyadi Prawirosentono (1999: 2) mengatakan

    kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

    orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

    masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan

    secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai moral maupun etika.

    Gibson dalam Ninuk Hadiasni (1996: 70) mengatakan bahwa kinerja

    adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Adapun Miner dalam Sukir

    (2008: 13) mengatakan kinerja adalah tingkat keberhasilan seorang

    karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas pengertian kinerja adalah hasil

    kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

    organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,

    dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan.

  • 15

    Guna mendukung pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan, maka

    kinerja mereka harus dinilai. Robert L Mathis dan John H Jackson dalam

    Jimmy Sadeli dan Bayu Prawiro (2002: 81) mengatakan bahwa penilaian

    kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan

    mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian

    mengkomunikasikannya dengan para karyawan.

    Stephen P Robbins dalam Benyamin Molan (2006: 684) menyatakan

    bahwa evaluasi kinerja juga memenuhi maksud pemberian umpan balik

    kepada karyawan mengenai bagaimana pandangan organisasi akan kinerja

    mereka.

    Tujuan penilaian pelaksanaan pekerjaan diperinci sebagai berikut:

    1) Mengetahui keadaan ketrampilan dasar perencanaan setiap karyawan secara rutin

    2) Sebagai dasar perencanaan bidang personalia, khususnya kesempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu; dan hasil kerja

    3) Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal mungkin.

    4) Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan.

    5) Mengetahui kondisi prestasi kerja karyawan dalam bekerja 6) Mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing sehingga dapat

    memacu perkembangannya. Dan lebih mengenal karyawan, sehingga

    dapat membantu dalam meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja

    7) Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di bidang personalia secara keseluruhan (Suprihanto,

    2000: 231)

    Adapun ukuran-ukuran dalam penilaian hasil kerja sebagai berikut.:

    1) Kualitas pekerjaan meliputi: pemahaman dan penguasaan tugas, kebutuhan terhadap instruksi-instruksi pelaksanaan tugas, kemampuan dalam

    memecahkan masalah, ketelitian dalam tugas, efesiensi waktu, tenaga dan

    biaya dalam melaksanakan tugas, ketekunan dan kedisiplinan dalam

    melaksanakan tugas, inisiatif, sikap terhadap tugas, kemampuan dalam

    bekerja sendiri, tanggung jawab, kepemimpinan, kecakapan dalam

    menggunakan peralatan, dan kemampuan memperbaiki peralatan kerja

  • 16

    2) Kuantitas pekerjaan meliputi: kemampuan menyelesaikan seluruh pekerjaan yang ditugaskan, kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan

    melebihi yang ditugaskan

    3) Ketepatan waktu kerja meliputi: ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas, ketepatan waktu dalam kehadiran, ketepatan waktu dalam istirahat

    dan pulang kantor dan tingkat kehadiran

    Kerjasama dengan rekan kerja meliputi: kemampuan bekerjasama di

    dalam kelompok, kemampuan bekerja di luar kelompok, kemampuan

    menjalin komunikasi dengan atasan, dan kemampuan memberi bimbingan

    dan penjelasan kepada karyawan lain.(Miner dalam Endang Sri

    Handayani, yang dikutip Sukir, 2008: 13)

    B. Penelitian Terdahulu

    Beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi acuan dasar

    sebagaimana tercantum pada tabel berikut:

    TABEL 1

    PENELITIAN TERDAHULU

    No Nama

    Peneliti

    Judul Penelitian Variabel

    Penelitian

    Hasil Penelitian

    1

    L. Suyono

    (2006)

    Pengaruh

    lingkungan

    kerja dan gaya

    kepemimpinan

    terhadap

    motivasi kerja

    di Kantor

    Informasi dan

    Komunikasi

    Kabupaten

    Karanganyar

    Variabel bebas

    Lingkungan kerja

    (X1)

    Gaya

    kepemimpinan

    (X2)

    Variabel terikat

    (Y) Motivasi kerja

    1. Hasil Uji t a. Terdapat pengaruh yang

    signifikan lingkungan kerja

    terhadap motivasi kerja

    pegawai. Nilai signifikansinya

    0,014 < 0,05

    b. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan

    terhadap motivasi kerja

    pegawai di Kantor Informasi

    dan Komunikasi Kabupaten

    Karanganyar. Nilai

    signifikansinya 0,255 > 0.052.

    c. Hasil uji F Terdapat pengaruh yang

    signifikan lingkungan kerja dan

    gaya kepemimpinan secara

    bersama-sama terhadap

    motivasi kerja pegawai di

    Kantor Informasi dan

    Komunikasi Kabupaten

  • 17

    Karanganyar. Nilai

    signifikansinya 0,042 0.05.

    2. Hasil uji F

    Gaya kepemimpinan, dan

    komunikasi secara bersama sama

    berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap kualitas

    pelayanan publik di Kecamatan

    Karanganyar Kabupaten

    Karanganyar

    Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 .

    Sumber: Diolah dari hasil penelitian

  • 18

    Ketiga hasil penelitian terdahulu tersebut penulis jadikan acuan dasar

    karena variabel bebasnya ada yang sama meskipun variabel terikatnya berbeda.

    Hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

    1. Penelitian L. Suyono (2006)

    a. Lingkungan kerja secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja

    pegawai

    b. Gaya kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi

    kerja pegawai

    2. Penelitian Sukir (2008)

    a. Disiplin kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja

    b. Lingkungan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja

    c. Motivasi kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja

    3. Penelitian Tri Widoyo (2008)

    a. Gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh terhadap kualitas

    pelayanan publik

    b. Komunikasi secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

    kualitas pelayanan publik

    Adapun penelitian ini meneliti tentang Pengaruh Kepemimpinan,

    Komunikasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Lapangan Keluarga

    Berencana Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana di Kabupaten Sragen.

    Diharapkan hasil penelitian ini melengkapi kesimpulan dari hasil penelitian

    terdahulu.

  • 19

    C. Kerangka Pemikiran Teoritis

    Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mengarahkan dan

    mempengaruhi perilaku orang lain baik secara individu atau kelompok yang

    terorganisir untuk mencapai tujuan organisasi. Pimpinan dalam suatu organisasi

    pemerintah berarti ditunjuk oleh atasan yang lebih tinggi dan dipercaya untuk

    melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan tuntutan uraian jabatan yang

    diemban. Pimpinan tersebut dituntut untuk memiliki pengetahuan, ketrampilan

    dan kemampuan untuk mengarahkan segenap potensi baik sumber daya manusia

    maupun sumber daya lainnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

    Kepemimpinan yang baik yaitu kepemimpinan yang dapat mempengaruhi

    dan menggerakkan segenap potensi baik staf/pegawai dan sumber daya lainnya

    untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan hak dan kewajibannya

    sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu

    pemimpin harus memahami kebutuhan-kebutuhan dan keinginan stafnya dan

    dapat meyakinkan para pegawainya serta menemukan cara-cara yang perlu

    ditempuh untuk mewujudkan apa yang menjadi kehendak mereka. Dengan

    demikian kepemimpinan memberikan sumbangan positif terhadap kinerja.

    Komunikasi yang baik dalam organisasi diharapkan tumbuh suasana yang

    menguntungkan sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan secara efektif. Adanya

    komunikasi dapat menumbuhkan rasa memiliki di dalam individu pegawai

    sehingga mendorong terciptanya kinerja pegawai dalam bentuk gairah kerja, dan

    menimbulkan kerjasama yang baik.

  • 20

    Komunikasi memungkinkan pimpinan dapat berhadapan langsung dengan

    bawahan, dengan demikian diharapkan dapat timbul persamaan pengertian di

    antara sesama pegawai yang kemudian timbul sikap dan tingkah laku yang dapat

    memperlancar pelaksanaan tugas. Pimpinan juga harus mampu menciptakan

    kondisi lingkungan kerja yang sehat, bukan hanya lingkungan yang bersih tetapi

    lingkungan yang lebih dari itu yaitu lingkungan yang dapat memberikan perasaan

    aman dari gangguan-gangguan, baik gangguan penglihatan, pendengaran atau

    suara-suara gaduh serta lingkungan yang menimbulkan gairah kerja dan semangat

    kerja.

    Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

    GAMBAR 1

    KERANGKA PEMIKIRAN

    Keterangan:

    Pengaruh secara parsial

    Pengaruh secara simultan

    Kinerja PLKB

    (Y)

    Kepemimpinan

    ( X1 )

    Komunikasi

    (X2)

    Lingkungan Kerja

    (X3)

  • 21

    D. Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut

    1. Terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan, komunikasi dan

    lingkungan kerja secara parsial terhadap kinerja Petugas Lapangan Keluarga

    Berencana Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    (PKBM) di Kabupaten Sragen

    2. Terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan, komunikasi dan

    lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja Petugas Lapangan

    Keluarga Berencana Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Sragen

    3. Variabel komunikasi merupakan variabel yang dominan pengaruhnya

    terhadap kinerja Petugas Lapangan Keluarga Berencana Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Sragen.

  • 22

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    Peneliti memilih lokasi penelitian ini, karena data yang ada dan kondisi.

    Petugas Lapangan Keluarga Berencana di lingkungan Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen belum mampu

    memecahkan masalah yang dihadapi, kurang teliti dalam menjalankan tugas,

    kurang mampu dalam bekerja sendiri, dan belum mampu menyelesaikan seluruh

    pekerjaan yang ditugaskan, sehingga mendorong peneliti untuk melakukan

    penelitian. Di samping itu Kepala Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat Kabupaten Sragen memberi ijin untuk melakukan penelitian.

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Menurut Sugiyono (2005: 90) populasi adalah wilayah generalisasi yang

    terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

    yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

    kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu Petugas Lapangan

    Keluarga Berencana (PLKB) dan Kepala UPTD di lingkungan Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen

    sebanyak 80 orang.

  • 23

    2. Sampel

    Menurut Sugiyono, (2005:94) sampel adalah bagian dari jumlah dan

    karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Mengingat populasi relatif

    kecil maka seluruh populasi dijadikan obyek penelitian atau sensus. Teknik

    pengambilan sampel ini disebut juga total sampling.

    C. Variabel Penelitian

    1. Variabel Bebas

    Menurut Sugiyono (2005:39) variabel bebas adalah merupakan variabel

    yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

    variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepemimpinan

    (X1), komunikasi (X2) dan lingkungan kerja (X3)

    2. Variabel Terikat

    Menurut Sugiyono (2005:40) variabel terikat merupakan variabel yang

    dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam

    penelitian ini variabel terikatnya yaitu kinerja PLKB di lingkungan Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen.

    D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

    Definisi operasional masing-masing variabel penelitian sebagai berikut:

    1. Kepemimpinan

    Kepemimpinan adalah kemampuan seorang dalam mengarahkan stafnya

    untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam penelitian ini kepemimpinan yang

  • 24

    diteliti yaitu kepemimpinan dari Kepala UPTD sebagai atasan langsung

    PLKB, para Kepala Seksi, Kepala Bidang. Dan Kepala Dinas. Indikator

    kepemimpinan yang diteliti meliputi kemampuan mengarahkan, kemampuan

    membimbing, kemampuan mempengaruhi orang lain, sikap, perilaku,

    kecakapan, peranan, dan tanggung jawab.

    2. Komunikasi

    Komunikasi dalam penelitian ini yaitu proses penyampaian pesan,

    informasi atau penjelasan antar pegawai di lingkungan Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen. Indikator variabel

    komunikasi yang diteliti meliputi: komunikasi antar petugas, intensitas

    komunikasi, kepuasan yaitu tingkat penerimaan informasi yang disampaikan,

    perubahan sikap.

    3. Lingkungan kerja

    Lingkungan kerja yaitu lokasi tempat kerja dan sekitarnya yang

    memungkinkan berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan

    tersebut. Indikator lingkungan kerja yang diteliti meliputi: keamanan,

    keselamatan, kebersihan, pengaturan penerangan, pengaturan ventilasi udara,

    dan penyediaan fasilitas.

    4. Kinerja

    Kinerja pegawai yaitu hasil kerja pegawai yang dicapai. Indikator kinerja

    pegawai yang diteliti meliputi: pemahaman dan penguasaan tugas, pemahaman

    terhadap instruksi, kemampuan memecahkan masalah, ketelitian dalam tugas,

    kedisiplinan, inisiatif, kemampuan dalam bekerja sendiri, dan kecakapan

  • 25

    menggunakan peralatan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan yang

    ditugaskan, ketepatan waktu, ketepatan waktu dalam istirahat dan pulang

    kerja, dan tingkat kehadiran, kemampuan bekerja sama dengan kelompok,

    kemampuan bekerja sama di luar kelompok, kemampuan menjalin komunikasi

    dengan atasan, dan kemampuan memberi bimbingan dan penjelasan kepada

    pegawai lain. Adapun parameternya pengukuran menggunakan skala Likert

    dengan 5 (lima) kriteria sebagaimana tersebut dalam tabel berikut:

    TABEL 2

    SKOR JAWABAN ANGKET VARIABEL KEPEMIMPINAN,

    KOMUNIKASI, LINGKUNGAN KERJA, DAN KINERJA

    Alternatif Jawaban Skor

    Positif (+) Negatif (-)

    Sl Selalu

    Sr Sering

    Kk Kadang-kadang

    Htp Hampir Tidak Pernah

    Tp Tidak pernah

    5

    4

    3

    2

    1

    1

    2

    3

    4

    5

    Sumber: Sugiyono (2005: 107)

    E. Metode Pengumpulan Data

    1. Jenis Data

    a. Data kualitatif

    Data kualitatif yaitu data yang tidak berwujud angka. Dalam penelitian ini

    data kualitatif berupa tanggapan responden tentang kepemimpinan,

    komunikasi lingkungan kerja dan kinerja yang diperoleh dari tanggapan

    responden melalui kuesioner.

  • 26

    b. Data kuantitatif

    Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka. Dalam penelitian ini,

    data kuantitatif berupa jumlah dan identitas PLKB Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen.

    2. Sumber Data

    a. Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

    penelitian. Data primer dalam penelitian ini yaitu data dari responden

    berupa tanggapan melalui angket tentang kepemimpinan, komunikasi,

    lingkungan kerja dan kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen.

    b. Data sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data

    sekunder tersebut biasanya telah tersedia pada lembaga di tempat

    penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder berupa data PLKB dan data

    Kepala UPTD.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Kuesioner

    Kuesioner yaitu berupa sejumlah daftar pertanyaan atau pernyataan secara

    tertulis yang diberikan kepada obyek yang diteliti dan diisi atau dijawab

    secara tertulis pula. Kuesioner dimintakan pengisiannya kepada responden

    secara langsung yaitu PLKB dalam batas waktu 3 (tiga) hari, setelah itu

    angket dikumpulkan untuk didata dan selanjutnya diteliti dan dianalisis.

  • 27

    Mengingat batas waktu yang diberikan masih banyak yang belum

    mengembalikan kuesioner, maka peneliti menggundang responden

    bersamaan dengan Rapat Koordinasi di Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen dengan mengganti biaya

    transpot dan menyediakan konsumsi sekedarnya. Hal ini peneliti lakukan

    untuk mempermudah pengumpulaan kuesioner.

    b. Observasi

    Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sitematis terhadap

    fenomena-fenomena yang terjadi terhadap obyek yang diteliti. Peneliti

    melakukan observasi sebagai pelengkap data yang diperoleh melalui

    kuesioner, wawancara dan studi dokumentasi.

    c. Wawancara

    Wawancara yaitu pengambilan data dengan melakukan tanya jawab lisan

    secara langsung dan tatap muka atau melalui alat lain misalnya telepon.

    Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada PLKB dan Kepala

    UPTD Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Kabupaten Sragen.

    d. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dilakukan dengan meminta dokumen yang ada pada

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten

    Sragen khususnya yang berkaitan dengan obyek penelitian berupa identitas

    dan jumlah Petugas Lapangan Keluarga Berencana.

  • 28

    F. Metode Analisis Data

    1. Uji Instrumen Penelitian

    a. Uji Validitas

    Instrumen valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan

    sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk memudahkan

    pengujian menggunakan bantuan komputer program SPSS V. 12

    Indikator pertanyaan dikatakan valid, jika tampilan output SPSS

    menunjukkan korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor

    konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jika tingkat signifikansi <

    0,05. maka butir pertanyaan dikatakan valid. Untuk memudahkan melihat

    nilai signifikansinya yaitu dengan melihat hasil yang ada tanda bintang

    berarti signifikan. Atau Apabila dibandingkan dengan tabel jika r hitung

    positif > dari r tabel maka butir pertanyaan dikatakan valid ((Imam

    Ghozali, 2005: 17)

    b. Uji Reliabilitas

    Reliabilitas artinya sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

    Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

    pelaksanaan pengukuran terhadap obyek yang sama diperoleh hasil yang

    sama, selama obyek yang diukur tidak berubah. Untuk mengujinya

    menggunakan Reability Analysis Statistic dengan Cronbach Alpha.

    Menurut Nunally dalam Imam Ghozali (2005:11) jika Cronbach Alpha >

    0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel

    2. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Multikolionieritas

    Uji Multikolinieritas untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan

    adanya korelasi antar variabel bebas. Tujuannya untuk mendekteksi ada

  • 29

    tidaknya multikolinieritas dengan melihat nilai tolerance dan nilai

    variance inflation factor. Menurut Imam Ghozali (2005:92), apabila nilai

    tolerance variabel independen < 0,10 dan nilai variance inflation factor

    (VIF) > 10, dapat dikatakan terjadi multikolonieritas. Sebaliknya jika nilai

    tolerance semua variabel bebas > 0,1 dan nilai VIF < 10. maka dapat

    disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel bebas dalam

    model regresi, berarti lolos uji multikolinieritas.

    b. Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi yaitu untuk menguji apakah dalam model regresi linear

    ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-

    1. Jika terjadi korelasi berarti ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi

    autokorelasi akan digunakan metode Run Test.

    Jika hasil uji autokorelasi > 0,05 tidak signifikan. ini berarti antar residual

    tidak terdapat hubungan korelasi, berarti lolos uji. Sebaliknya jika hasil uji

    autokorelasi < 0,05 signifikan. ini berarti antar residual terdapat hubungan

    korelasi berarti tidak lolos uji autokorelasi (Sugiyono, 2005: 104).

    c. Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

    ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

    yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

    tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

    heteroskedastisitas. Adapun untuk mendekteksi digunakan uji Glejser.

    Menurut Imam Ghozali (2005: 32) dan Sugiyono (2005: 106), model

  • 30

    regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi

    heteroskedastisitas. Jika nilai P value tidak signifikan atau > 0.05 berarti

    tidak terjadi heteroskedastisitas artinya model regresi lolos uji

    heteroskedastisitas. Sebaliknya jika nilai P value signifikan atau < 0.05

    berarti terjadi heteroskedastisitas artinya tidak lolos uji heteroskedastisitas.

    d. Uji Normalitas

    Uji normalitas yaitu untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

    pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk mengujinya,

    dilakukan dengan uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov

    (Sugiyono, 2005:110). Variabel tersebut normal jika nilai Kolmogorov-

    Smirnov dan Unstandardized Residual Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05, berarti

    lolos uji normalitas. Sebaliknya jika nilai Kolmogorov-Smirnov dan

    Unstandardized Residual Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05, berarti tidak lolos

    uji normalitas.

    3. Uji Hipotesis

    a. Analisis Regresi Linear Berganda

    Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh

    variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji hipotesis akan

    digunakan rumus regresi linear berganda sebagai berikut:

    Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b3 X3 + e.(Djarwanto, 1996:176)

    Keterangan:

    Y = Variabel Kinerja

    a. = Konstanta.

  • 31

    b1,b2 b3 = Koefisien regresi X1, X2, X3

    X1 = Variabel Kepemimpinan

    X2 = Variabel Komunikasi

    X3 = Variabel Lingkungan Kerja

    e = error

    b. Uji t (Uji Signifikansi Regresi Parsial)

    Uji t yaitu menguji variabel bebas secara individu untuk mengetahui

    apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan

    terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen

    lainnya konstan. Hipotesis yang akan diuji yaitu: Terdapat pengaruh yang

    signifikan kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja secara parsial

    terhadap kinerja Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen.

    Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

    1) Menentukan hipotesis nihil ( Ho) dan hipotesis alternatif (Ha)

    Ho : = 0 Artinya tidak terdapat pengaruh kepemimpinan, komunikasi

    dan lingkungan kerja secara parsial terhadap kinerja PLKB

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Kabupaten Sragen.

    Ha: 0. Artinya terdapat pengaruh kepemimpinan, komunikasi dan

    lingkungan kerja secara parsial terhadap kinerja PLKB

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Kabupaten Sragen.

  • 32

    2) Menentukan level of significance ( ) = 0,05

    3) Menentukan kriteria pengujian

    Ho diterima apabila nilai signifikansinya 0.05 dan

    Ho ditolak apabila nilai signifikansinya < 0.05

    4) Kesimpulan

    Dengan melihat nilai signifikansinya maka dapat ditentukan apakah

    Ho diterima atau Ho ditolak.

    Jika hasil uji t menunjukkan < 0,05 maka signifikan, berarti terdapat

    pengaruh kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja secara parsial

    terhadap kinerja PLKB di lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen. Sebaliknya jika > 0.05

    berarti tidak signifikan. Artinya tidak terdapat pengaruh kepemimpinan,

    komunikasi dan lingkungan kerja secara parsial terhadap kinerja PLKB

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten

    Sragen.

    c. Uji F (Uji Signifikansi Regresi Simultan)

    Uji F menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap

    variabel terikat. Dalam analisis ini untuk mengetahui apakah terdapat

    pengaruh kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja secara

    bersama-sama terhadap kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen.

    Langkah-langkah untuk mengujinya sebagai berikut:

    1) Menentukan hipotesis nihil ( Ho), dan hipotesis alternatif (Ha)

  • 33

    Ho : 1 = 2 = 3 = 0. Artinya tidak terdapat pengaruh kepemimpinan,

    komunikasi dan lingkungan kerja secara

    bersama-sama terhadap kinerja PLKB Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat Kabupaten Sragen.

    Ha : 1 2 3 0 Artinya terdapat pengaruh kepemimpinan,

    komunikasi dan lingkungan kerja secara

    bersama-sama terhadap kinerja Petugas

    Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat Kabupaten Sragen.

    2) Menentukan level of significance 0,05 atau 5 %

    3) Menentukan kriteria pengujian.

    Ho diterima apabila nilai signifikansinya 0.05

    Ho ditolak apabila nilai signifikansinya < 0.05

    4) Kesimpulan

    Dengan melihat nilai signifikansinya maka dapat ditentukan apakah

    Ho diterima atau Ho ditolak

    Dalam raangka memudahkan pengujiannya dilakukan dengan bantuan

    Program SPSS.V. 12. Jika hasil uji F menunjukkan < 0,05 maka signifikan

    berarti terdapat pengaruh kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan

    kerja secara bersama-sama terhadap kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen. Sebaliknya jika

  • 34

    tingkat probabilitasnya > 0,05 maka tidak signifikan berarti tidak terdapat

    pengaruh kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja secara

    bersama-sama terhadap kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen.

    d. Uji R (Uji Koefisien Determinasi)

    Uji R2 pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model

    menerangkan variasi variabel terikat. Analisis ini untuk mengetahui

    besarnya sumbangan pengaruh variabel bebas (kepemimpinan,

    komunikasi dan lingkungan kerja) terhadap variabel terikat (kinerja PLKB

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten)

    dalam bentuk persentase. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Nilai

    R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam

    menjelaskan variabel terikat sangat terbatas. Menurut Gujarati dalam

    Imam Ghozali (2005: 83) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2

    negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis

    jika nilai R2 = 1, maka Adjusted R

    2 = R

    2 = 1 sedangkan jika nilai R

    2 = 0,

    maka adjusted R2 = (1-k)( n-k). Jika k > 1, maka adjusted R

    2 akan bernilai

    negatif. Adapun pengujiannya dilakukan dengan program SPSS V. 12

  • 35

    BAB IV

    HASIL ANALISIS DATA

    A. Gambaran Umum Populasi dan Responden

    1. Gambaran Umum Populasi

    a. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana

    dan Masyarakat

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Kabupaten Sragen merupakan penggabungan dari dua instansi yaitu

    Badan Keluarga Berencana Nasional dan Kantor Pemberdayaan

    Masyarakat Desa.

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Kabupaten Sragen mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

    Pemerintah Daerah di bidang Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat yang meliputi bidang pemberdayaan keluarga berencana dan

    masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna,

    informasi pengolahan data dan analisis program, serta bidang keluarga

    berencana

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    Kabupaten Sragen mempunyai fungsi:

    1) Perumusan kebijakan teknis di bidang penyelenggaraan

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

  • 36

    2) Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    3) Pelaksanaan pemberian perijinan dan pelayayan umum

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    4) Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat

    5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

    tugas dan fungsinya

    b. Susunan Organisasi

    Susunan Organisasi Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat terdiri dari:

    1) Kepala Dinas

    2) Bagian Tata usaha

    3) Bidang Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat

    4) Bidang Pemenfaatan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna

    5) Bidang Informasi, Pengolahan data dan Analisis Program

    6) Bidang Keluarga Berencana

    7) Unit Pelaksana Teknis Dinas

    8) Kelompok Jabatan Fungsional

    c. Unit Pelaksana Teknis Dinas

    Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana

    dan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

  • 37

    operasional Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    yang masing-masing mempunyai wilayah kerja 1 (satu) Kecamatan

    Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana

    dan Masyarakat mempunyai fungsi:

    1) Pelaksanaan sebagian operasional Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat

    2) Pelaksanaan tugas administrasi

    3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat sesuai dengan

    tugas dan keahliannya.

    2. Gambaran Sampel atau Responden.

    Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 80 orang yang terdiri dari

    Petugas Lapangan Keluarga Berencana (Penyuluh KB dan PLKB) yang

    bertugas di wilayah kecamatan dan di bawah koordinasi Unit Pelaksana Teknis

    Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat.

    a. Jenis Kelamin Responden

    TABEL 3

    KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

    NO. JENIS KELAMIN JUMLAH

    (orang)

    %

    1 Laki-laki 51 63,7

    2 Perempuan 29 36,3

    Jumlah 80 100

    Sumber: Data primer diolah

  • 38

    Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana tersebut pada tabel 3 sebagian

    besar responden berjenis kelamin laki-laki. Meskipun tugasnya sebagai

    penyuluh KB yang notabene berhadapan dengan kaum perempuan.

    b. Usia Responden

    TABEL 4

    KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN UMUR

    NO. UMUR

    (tahun)

    JUMLAH

    (orang)

    %

    1 30-35 1 1,3

    2 36-40 11 13,7

    3 41-45 20 25

    4 46-50 26 32,3

    5 51-55 17 21,3

    6 56-60 5 8,7

    Jumlah 80 100

    Sumber: Data primer diolah

    Berdasarkan hasil penelitian usia responden bervariasi. Resonden yang

    berusia antara 46-50 tahun (32,3%) Dan yang telah berusia antara 56-60

    tahun. Ada 8,7% Sedangkan responden yang berusia muda yaitu antara

    antara 30-35 tahun hanya 1,3%. Adanya responden yang usianya lebih dari

    55 tahun ini karena Penyuluh KB merupakan jabatan fungsional..

    c. Tingkat Pendidikan Responden

    Berdasarkan tabel 5, tingkat pendidikan Petugas Lapangan bervariasi mulai

    dari SMP hingga Pasca Sarjana. Sebagian besar berlatar belakang

    pendidikan SLA, sedangkan Sarjana Muda/D3 ada 7,5%, Sarjana (S1) ada

    36,25%., Pascasarjana (S2) ada 1,25% Adapun yang Staf yang hanya

    berlatar belakang pendidikan SMP (SMEP) hanya 5%.

  • 39

    TABEL 5

    KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN

    TINGKAT PENDIDIKAN

    NO TINGKAT PENDIDIKAN

    UMUM

    JUMLAH

    (orang)

    %

    1. Tamat SMP 4 5

    2. Tamat SLA 40 50

    3. Sarjana Muda/Diploma 6 7,5

    4. Sarjana (S1) 29 36,25

    5. Pasca Sarjana (S2) 1 1,25

    Jumlah 80 100

    Sumber: Data primer diolah

    d. Pangkat dan Golongan/Ruang Responden

    TABEL 6

    KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN

    PANGKAT DAN GOLONGAN/RUANG

    NO PANGKAT GOLONGAN/

    RUANG

    JUMLAH

    (orang)

    %

    1 Pembina IV/a 7 8,75

    2 Penata Tk. I III/d 19 23,75

    3 Penata III/c 26 32,25

    4 Penata Muda Tk.I III/b 19 23,75

    5 Penata Muda III/a 3 3,75

    6 Pengatur Tk.I II/d 2 2,5

    7 Pengatur II/c 4 5

    Jumlah 80 100

    Sumber: Data primer diolah

    Tabel 6 di atas menunjukkan responden yang menduduki pangkat Pembina

    (IV/a) ada 8,75%, Pengatur (II/c) ada 5%. Pengatur Tk.I II/d ada 2,5%

    Golongan III/a ada 3,75%. III/b ada 23,75%, III/c ada 32,25%, dan III/d ada

    23,75%,

  • 40

    e. Masa kerja Responden TABEL .7

    KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN

    MASA KERJA

    NO. MASA KERJA

    (tahun)

    JUMLAH

    (orang)

    %

    1 6 - 10 5 6,25

    2 11 - 15 29 36,25

    3 16 - 20 22 27,5

    4 21 - 25 24 30

    5 26 - 30 - -

    JUMLAH 80 100

    Sumber: Data primer diolah

    Tabel 7 menunjukkan bahwa masa kerja Petugas Lapangan KB Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen

    bervariasi. Petugas Lapangan yang memiliki masa kerja antara 11-15 tahun

    yaitu 36,52%. Sedangkan yang memiliki masa kerja masa antara 16 sampai

    20 tahun, ada 27,5%, kemudian yang memiliki masa kerja antara 21-25

    tahun ada 30%. Adapun yang baru memiliki masa kerja antara 6 -10 tahun

    hanya 6,25%

    B. Hasil Pengumpulan Data

    1. Hasil Pengumpulan Kuesioner

    Jumlah kuesioner yang disampaikan kepada responden sebanyak 80

    kuesioner dan semuanya telah diisi dan dikembalikan. Selanjutnya diteliti dan

    dikonversikan ke dalam data kuantitatif berdasarkan skala Likert,

    ditabulasikan kemudian dianalisis

  • 41

    2. Hasil Tabulasi

    Hasil tabulasi dari kuesioner terdiri dari data variabel kepemimpinan, (X1)

    komunikasi (X2), lingkungan kerja, (X3) dan data variabel kinerja (Y)

    selanjutnya dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik.

    Setelah diketahui validitas dan reliabilitas dan semua variabel lolos uji asumsi

    klasik, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan uji regresi linear

    berganda, selanjutnya dilakukan uji t, uji F dan uji koefisien determinasi (R2).

    C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    1. Hasil Uji Validitas

    Hasil uji validitas ke empat instrumen variabel yaitu kepemimpinan (X1),

    komunikasi (X2), lingkungan kerja (X3) dan kinerja PLKB Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen

    secara lengkap disajikan pada lampiran. Indikator pertanyaan dikatakan

    valid, jika tingkat signifikansi < 0,05. maka butir pertanyaan dikatakan valid,

    dan sebaliknya apabila nilai signifikansi > 0,05, maka butir pertanyaan tidak

    valid.

    a. Hasil uji validitas untuk angket variabel kepemimpinan (X1)

    Instrumen variabel kepemimpinan (X1) yang digunakan dalam

    pengumpulan data penelitian yaitu 15 (lima belas) item, berdasarkan uji

    validitas sebagaimana tersebut pada tabel 8 semua item menunjukkan

    valid. Hal itu karena hasil uji validitas variabel kepemimpinan (X1) nilai P

    value masing-masing item pertanyaan tersebut menunjukkan < 0,05

  • 42

    TABEL 8

    VALIDITAS VARIABEL KEPEMIMPINAN (X1)

    Nomor

    item P value Kesimpulan

    1 0,05 0,001 Valid

    2 0,05 0,000 Valid

    3 0,05 0,000 Valid

    4 0,05 0,000 Valid

    5 0,05 0,000 Valid

    6 0,05 0,000 Valid

    7 0,05 0,000 Valid

    8 0,05 0,000 Valid

    9 0,05 0,000 Valid

    10 0,05 0,000 Valid

    11 0,05 0,002 Valid

    12 0,05 0,000 Valid

    13 0,05 0,000 Valid

    14 0,05 0,000 Valid

    15 0,05 0,002 Valid

    Sumber: Data primer diolah

    b. Hasil uji validitas untuk angket variabel komunikasi (X2)

    Instrumen angket variabel komunikasi (X2) yang digunakan dalam

    pengumpulan data penelitian yaitu 15 (lima belas) item. Berdasarkan uji

    validitas sebagaimana tersebut pada tabel 9 semua item menunjukkan

    valid. Hal itu karena nilai signifikansi hasil analisis variabel komunikasi

    (X2) semua item P value menunjukkan < 0,05

  • 43

    TABEL 9

    VALIDITAS VARIABEL KOMUNIKASI (X2)

    Nomor

    item P value Kesimpulan

    1 0,05 0,000 Valid

    2 0,05 0,000 Valid

    3 0,05 0,000 Valid

    4 0,05 0,002 Valid

    5 0,05 0,000 Valid

    6 0,05 0,002 Valid

    7 0,05 0,000 Valid

    8 0,05 0,000 Valid

    9 0,05 0,000 Valid

    10 0,05 0,024 Valid

    11 0,05 0,007 Valid

    12 0,05 0,024 Valid

    13 0,05 0,000 Valid

    14 0,05 0,002 Valid

    15 0,05 0,003 Valid

    Sumber : Data primer diolah

    c. Hasil uji validitas untuk angket variabel lingkungan kerja (X3)

    TABEL 10

    VALIDITAS VARIABEL LINGKUNGAN KERJA (X3)

    Nomor

    item

    P value Kesimpulan

    1 0,05 0,000 Valid

    2 0,05 0,000 Valid

    3 0,05 0,000 Valid

    4 0,05 0,000 Valid

    5 0,05 0,000 Valid

    6 0,05 0,000 Valid

    7 0,05 0,000 Valid

    8 0,05 0,000 Valid

    9 0,05 0,000 Valid

    10 0,05 0,000 Valid

    11 0,05 0,000 Valid

    12 0,05 0,000 Valid

    Sumber: Data primer diolah

  • 44

    Instrumen variabel lingkungan kerja (X3) yang digunakan dalam

    pengumpulan data penelitian yaitu 12 (dua belas) item. Berdasarkan uji

    validitas sebagaimana tersebut pada tabel 10 semua item menunjukkan

    valid. Hal itu karena hasil analisis variabel lingkungan kerja (X3) nilai P

    value masing-masing item pertanyaan dalam angket tersebut

    menunjukkan < 0,05.

    d. Hasil uji validitas untuk angket variabel kinerja (Y)

    TABEL 11

    HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA (Y)

    Nomor

    item P value Kesimpulan

    1 0,05 0,000 Valid

    2 0,05 0,000 Valid

    3 0,05 0,000 Valid

    4 0,05 0,000 Valid

    5 0,05 0,000 Valid

    6 0,05 0,000 Valid

    7 0,05 0,000 Valid

    8 0,05 0,000 Valid

    9 0,05 0,000 Valid

    10 0,05 0,000 Valid

    11 0,05 0,000 Valid

    12 0,05 0,000 Valid

    13 0,05 0,001 Valid

    14 0,05 0,002 Valid

    Sumber: Data primer diolah

    Instrumen variabel kinerja (Y) yang digunakan dalam pengumpulan data

    penelitian yaitu 14 (empat belas) item. Berdasarkan uji validitas

    sebagaimana tersebut pada tabel 11 semua item menunjukkan nilai P

    value < 0,05 berarti valid.

  • 45

    Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tersebut dapat disimpulkan sebagai

    berikut:

    1) Instrumen variabel kepemimpinan (X1) yang digunakan dalam

    pengumpulan data penelitian 15 (lima belas) item semuanya valid

    2) Instrumen variabel komunikasi (X2) yang digunakan dalam pengumpulan

    data penelitian 15 (lima belas) item, semuanya valid

    3) Instrumen variabel lingkungan kerja (X3) yang digunakan dalam

    pengumpulan data penelitian adalah 12 (dua belas) item semuanya valid

    4) Instrumen variabel kinerja (Y) yang digunakan dalam pengumpulan data

    penelitian adalah 14 (empat belas) item semuanya valid

    2. Hasil Uji Reliabilitas

    Menurut Nunally dalam Imam Ghozali (2005: 11) Jika Cronbach Alpha

    menunjukkan > 0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel. Hasil uji

    reliabilitas ke empat instrumen yaitu variabel kepemimpinan (X1), variabel

    komunikasi (X2), variabel lingkungan kerja (X3), dan variabel kinerja (Y)

    hasilnya sebagaimana tersebut pada tabel berikut

    TABEL 12

    HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN

    N of

    Items

    Variabel Cronbach's

    Alpha

    Nilai kritis Kesimpulan

    15 Kepemimpinan (X1) 0,803 0,60 Reliabel

    15 Komunikasi (X2) 0,688 0,60 Reliabel

    12 Lingkungan Kerja (X3) 0,874 0,60 Reliabel

    14 Kinerja (Y) 0,853 0,60 Reliabel

    Sumber: Data primer diolah

  • 46

    Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas instrumen tersebut dapat

    disimpulkan sebagai berikut:

    a. Instrumen variabel kepemimpinan (X1) yang digunakan dalam

    pengumpulan data mempunyai nilai cronbach s alpha 0,803 > 0,60 maka

    reliabel

    b. Instrumen variabel pengawasan (X2) yang digunakan dalam pengumpulan

    data mempunyai nilai cronbach s alpha 0,688 > 0,60 maka reliabel

    c. Instrumen variabel disiplin kerja (X3) yang digunakan dalam pengumpulan

    data mempunyai nilai cronbach s alpha 0,874 > 0,60 maka reliabel

    d. Instrumen angket variabel kinerja (Y) yang digunakan dalam

    pengumpulan data mempunyai nilai cronbach s alpha 0,853 > 0,60 maka.

    reliabel

    D. Teknik Analisis Data

    1. Analisis Deskriptif

    Data yang dianalisis deskriptif dalam penelitian ini, diambil dari keempat

    instrumen variabel penelitian yaitu variabel kepemimpinan (X1), variabel

    komunikasi (X2), variabel lingkungan kerja (X3) dan variabel kinerja (Y).

    a. Variabel Kepemimpinan

    Tabel 13 menunjukkan sebagian besar responden menjawab sering

    Berdasarkan jawaban responden tersebut dapat dideskripsikan

    kepemimpinan di lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana

    dan Masyarakat Kabupaten Sragen pada umumnya dinilai baik

  • 47

    TABEL 13

    DESKRIPSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG

    VARIABEL KEPEMIMPINAN (X1)

    Kode

    Jawaban

    Pernyataan jawaban Jumlah

    %

    Sl Selalu 947,1 37,1

    Sr Sering 1253 49,1

    Kk Kadang-kadang 285 11,2

    Htp Hampir Tidak Pernah 54 2,1

    Tp Tidak Pernah 11 0,4

    Jumlah total 2550 100

    Sumber : Data primer diolah

    b. Variabel Komunikasi

    Tabel 14 menunjukkan 36,9%, responden menjawab selalu. Ada 29,25%,

    responden yang menjawab sering, kemudian yang menjawab kadang-

    kadang ada 27,8%, Berdasarkan jawaban responden tersebut dapat

    dideskripsikan bahwa komunikasi yang dilakukan di lingkungan Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen

    belum optimal

    TABEL 14

    DESKRIPSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG

    VARIABEL KOMUNIKASI (X2)

    Kode

    Jawaban

    Pernyataan jawaban Jumlah

    %

    Sl Selalu 443 36,9

    Sr Sering 351 29,25

    Kk Kadang-kadang 334 27,8

    Htp Hampir Tidak Pernah 51 4,25

    Tp Tidak Pernah 21 1,75 Jumlah total 1200 100

    Sumber : Data primer diolah

  • 48

    c. Variabel Lingkungan Kerja

    TABEL 15

    DESKRIPSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG

    VARIABEL LINGKUNGAN KERJA (X3)

    Kode

    Jawaban

    Pernyataan jawaban Jumlah

    %

    Sl Selalu 152 15,8

    Sr Sering 590 61,5

    Kk Kadang-kadang 178 18,5

    Htp Hampir Tidak Pernah 40 4,1

    Tp Tidak Pernah - -

    Jumlah total 960 100

    Sumber : Data primer diolah

    Tabel 15 menunjukkan yang menjawab selalu 15,8% yang menjawab

    sering 61,5%, yang menjawab kadang-kadang 18,5 %, yang menjawab

    hampir tidak pernah 4,1%. Berdasarkan jawaban responden tersebut dapat

    dideskripsikan bahwa lingkungan kerja Dinas Pemberdayaan Keluarga

    Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen cenderung baik.

    d. Variabel Kinerja

    TABEL 16

    DESKRIPSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG

    VARIABEL KINERJA PEGAWAI (Y)

    Kode

    penilaian

    Penilaian Jumlah

    %

    Sb Sangat baik 153 20,6

    B Baik 461 59,2

    Cb Cukup baik 268 34,4

    Kb Kurang baik 37 4,7

    Ks Kurang sekali - -

    Jumlah total 779 100

    Sumber: Data primer diolah

  • 49

    Tabel 16 menunjukkan responden yang dinilai sangat baik 20,6%, yang

    dinilai baik 59,2% yang dinilai cukup baik 34,4%, dan yang dinilai kurang

    baik hanya 4,7% Berdasarkan penilaian kinerja responden tersebut dapat

    dideskripsikan bahwa sebagian besar kinerja responden dinilai baik.

    2. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Multikolinieritas

    Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

    ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendekteksi ada

    tidaknya multikolonieritas dengan melihat nilai tolerance dan nilai inflasi

    variance.

    TABEL 17

    HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

    Coefficientsa

    17.904 6.643 2.695 .009

    .386 .104 .461 3.691 .000 .549 1.820

    .033 .108 .036 .303 .763 .606 1.649

    .246 .112 .216 2.195 .031 .882 1.134

    (Constant)

    Kepemimpinan

    Komunikas i

    Lingkungan Kerja

    Model

    1

    B Std. Error

    Unstandardized

    Coefficients

    Beta

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. Tolerance VIF

    Coll inearity Statistics

    Dependent Variable: Kinerja_Ptgsa.

    Apabila nilai tolerance variabel independen < 0,10 dan nilai variance

    inflation factor (VIF) > 10, dapat dikatakan terjadi multikolinieritas.

    Sebaliknya jika nilai tolerance semua variabel bebas >0,1 dan nilai VIF <

    10. maka tidak ada multikolinieritas antara variabel bebas dalam model

    regresi. Berarti lolos uji multikolinieritas. (Imam Ghozali, 2005: 92)

  • 50

    Hasil output perhitungan Collinierrity Statistic menunjukkan nilai

    tolerance variabel bebas kepemimpinan (X1) sebesar 0,549, komunikasi

    (X2) sebesar 0,606 dan lingkungan kerja (X3) sebesar 0,882. Dari nilai

    tolerance ketiga variabel bebas tersebut > 0.10 dan nilai inflation factor

    (VIF) untuk X1 sebesar 1,820, untuk X2 sebesar 1,649, dan X3 sebesar

    1,134. Ketiganya (X1, X2, dan X3) nilai VIFnya < 10. Dengan demikian

    tidak ada multikolinieritas antara variabel bebas dalam model regresi.

    Berarti lolos uji multikolinieritas

    b. Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada

    korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1.

    Jika terjadi korelasi berarti ada problem autokorelasi

    TABEL 18

    HASIL UJI AUTOKORELASI

    Runs Test

    .16408

    40

    40

    80

    37

    -.900

    .368

    Test Valuea

    Cases < Test Value

    Cases >= Test Value

    Total Cases

    Number of Runs

    Z

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    Unstandardiz

    ed Residual

    Mediana.

    Hasil output perhitungan uji autokorelasi dengan menggunakan Run Test

    menunjukkan hasil tidak signifikan sebesar 0,368 > 0,05. Berarti antar

    residual tidak terdapat hubungan korelasi.

  • 51

    c. Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas yaitu untuk menguji apakah dalam model regresi

    terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

    pengamatan yang lain. Model regresi yang baik yaitu yang

    homokedastisitas atau yang tidak heteroskedastisitas. Untuk mendekteksi

    digunakan uji Glejser (Sugiyono, 2005: 106). Menurut Imam Ghozali

    (2005: 32) model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau

    tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika nilai P Value tidak signifikan atau >

    0.05 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas artinya lolos uji

    heteroskedastisitas.

    TABEL 19

    HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

    Coefficientsa

    4.138 4.472 .925 .358

    -.082 .070 -.178 -1.159 .250

    .068 .073 .137 .941 .350

    -.003 .075 -.005 -.043 .966

    (Constant)

    Kepemimpinan

    Komunikas i

    Lingkungan Kerja

    Model1

    B Std. Error

    Unstandardized

    Coefficients

    Beta

    Standardized

    Coefficients

    t Sig.

    Dependent Variable: AbsUta.

    Hasil output uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser

    menunjukkan nilai signifikan constant sebesar 0,358, kepemimpinan

    0,250, komunikasi 0,350, dan lingkungan kerja 0,966. Data tersebut nilai

    signifikansinya > 0,05. Model regresi yang digunakan tidak terjadi

    heteroskedastisitas antar residual. Berarti lolos uji heteroskedastisitas.

  • 52

    d. Uji Normalitas

    Untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu

    memiliki distribusi normal, dilakukan dengan uji statistik non parametric

    Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 2005: 110). Variabel tersebut normal

    jika nilai Kolmogorov-Smirnov dan Unstandardized Residual Asymp. Sig

    (2-tailed) > 0,05. Berarti lolos uji normalitas.

    TABEL 20

    HASIL UJI NORMALITAS

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    80

    .0000000

    4.53379869

    .085

    .085

    -.057

    .756

    .617

    N

    Mean

    Std. Deviation

    Normal Parametersa,b

    Absolute

    Pos itive

    Negative

    Most Extreme

    Differences

    Kolmogorov-Smirnov Z

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    Unstandardiz

    ed Residual

    Test distribution is Normal.a.

    Calculated from data.b.

    Data penelitian dari ke empat variabel yaitu: kepemimpinan (X1),

    komunikasi (X2), lingkungan kerja (X3) dan kinerja pegawai (Y) setelah

    dianalisis menunjukkan pola distribusi normal. Hasil uji Kolmogorov-

    Smirnov Test menunjukkan keempat variabel tersebut normal karena

    Unstandardized Residual Asymp. Sig (2-tailed) menunjukkan nilai 0,617.

  • 53

    3. Uji Hipotesis

    a. Analisis Regresi Linear Berganda

    Analisis regresi linear berganda ini untuk mengetahui pengaruh variabel

    bebas yaitu kepemimpinan (X1), komunikasi (X2) dan lingkungan kerja

    (X3), terhadap variabel terikat kinerja PLKB (Y). Dari hasil analisis

    diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

    Y= 17,904 + 0,386 X1 + 0,033 X2 + 0,246 X3

    Berdasarkan pada persamaan regresi linier berganda tersebut dapat

    diinterprestasikan sebagai berikut:

    a =17, 904 artinya apabila kepemimpinan (X1), komunikasi (X2) dan

    lingkungan kerja (X3) sama dengan nol, maka kinerja

    PLKB (Y). positif.

    b1 = 0,386 artinya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja.

    Jika kepemimpinan meningkat, maka kinerja PLKB

    meningkat dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.

    b2 = 0,033 artinya komunikasi berpengaruh positif terhadap kinerja.

    Jika komunikasi meningkat, maka kinerja PLKB akan

    meningkat dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.

    b3= 0,246 artinya lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja.

    jika lingkungan kerja meningkat, maka kinerja akan

    meningkat dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap.

  • 54

    Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka variabel komunikasi

    (X1), mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja PLKB yaitu

    sebesar 3,961. Karena nilai t lebih besar dari pada nilaI t variabel

    komunikasi dan nilai t variabel kepemimpinan, maka hipotesis 3 yang

    menyatakan bahwa Variabel komunikasi merupakan variabel yang

    dominan pengaruhnya terhadap kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat di Kabupaten Sragen dibandingkan

    dengan variabel komunikasi dan variabel lingkungan kerja tidak terbukti

    kebenarannya dan tidak terdukung oleh data.

    b. Analisis Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

    TABEL 21

    HASIL UJI KOEFISIEN REGRESI PARSIAL (UJI t)

    Coefficientsa

    17.904 6.643 2.695 .009

    .386 .104 .461 3.691 .000

    .033 .108 .036 .303 .763

    .246 .112 .216 2.195 .031

    (Constant)

    Kepemimpinan

    Komunikas i

    Lingkungan Kerja

    Model

    1

    B Std. Error

    Unstandardized

    Coefficients

    Beta

    Standardized

    Coefficients

    t Sig.

    Dependent Variable: Kinerja_Ptgsa.

    Hasil uji koefisien regresi parsial (Uji t) menunjukkan bahwa:

    1) Variabel kepemimpinan (X1), berpengaruh signifikan terhadap

    kinerja PLKB (Y) Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Sragen. Hal ini ditunjukkan nilai

    signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.

  • 55

    2) Variabel komunikasi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap

    kinerja PLKB (Y) Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Sragen. Hal ini ditunjukkan oleh

    nilai signifikansi sebesar 0,763 > 0.05.

    3) Variabel lingkungan kerja (X3) berpengaruh signifikan terhadap

    kinerja PLKB (Y) Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Sragen Hal ini ditunjukkan

    dengan nilai sebesar 0,031 < 0.05.

    Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa: Terdapat pengaruh yang

    signifikan kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja secara

    parsial terhadap kinerja Petugas Lapangan Keluarga Berencana Dinas

    Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat (PKBM) di

    Kabupaten Sragen yang terbukti kebenarannya (terdukung data) yaitu

    variabel kepemimpinan dan variabel lingkungan kerja, sedangkan untuk

    variabel komunikasi tidak terbukti (tidak didukung data). Hal ini

    disebabkan komunikasi yang kurang lancar dan kurang harmonis

    terutama akibat likuidasi atau penggabungan dari 2 kantor menjadi satu

    dinas dan dproses penyesuaian/adaptasi

    c. Analisis Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

    Uji F untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas

    (kepemimpinan, komunikasi, dan lingkungan kerja) secara bersama-

    sama terhadap variabel terikat (kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan

    Keluarga Berencana dan Masyarakat Kabupaten Sragen )

  • 56

    TABEL 22

    HASIL KOEFISIEN REGRESI SIMULTAN (UJI F)

    ANOVAb

    866.329 3 288.776 13.515 .000a

    1623.871 76 21.367

    2490.200 79

    Regress ion

    Res idual

    Total

    Model

    1

    Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja, Komunikas i, Kepemimpinana.

    Dependent Variable: Kinerja_Ptgsb.

    Hasil output perhitungan uji F menunjukkan bahwa tingkat signifikansi

    0,000 karena probabilitas 0,000 < 0,05 dengan nilai F sebesar 13,515

    maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja PLKB.

    Artinya variabel bebas (kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan

    kerja) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

    variabel terikat (kinerja PLKB Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana

    dan Masyarakat Kabupaten Sragen).

    Berdasarkan hasil analisis melalui uji F sebagaimana tersebut pada tabel

    23 dapat dikatakan bahwa hipotesis 2 yang menyatakan Terdapat

    pengaruh yang signifikan kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan

    kerja secara bersama-sama terhadap kinerja Petugas Lapangan Keluarga

    Berencana Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    (PKBM) di Kabupaten Sragen terbukti kebenarannya (terdukung oleh

    hasil analisis)

  • 57

    Hipotesis 3 yang menyatakan variabel disiplin kerja merupakan variabel

    yang dominan pengaruhnya terhadap kinerja Petugas Lapangan Keluarga

    Berencana Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan Masyarakat

    (PKBM) di Kabupaten Sragen tidak terbukti kebenarannya (tidak

    terdukung oleh hasil analisis), karena variabel yang dominan

    pengaruhnya terhadap kinerja yaitu variabel kepemimpinan. Hal itu

    dapat dilihat dari dari nilai t variabel kepemimpinan lebih besar dari nilai

    t variabel komunikasi dan variabel lingkungan kerja

    4. Uji Koefisien Determinasi

    TABEL 23

    HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI

    Model Summary

    .590a .348 .322 4.62242

    Model

    1

    R R Square

    Adjusted

    R Square

    Std. Error of

    the Estimate

    Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja, Komunikasi,

    Kepemimpinan

    a.

    Nilai adjusted R Square sebesar 0,322 yang artinya variabel bebas

    (kepemimpinan, komunikasi dan lingkungan kerja) dapat memberikan

    sumbangan pengaruh terhadap variabel terikat (kinerja PLKB) sebesar 32,2%

    dan sisanya 67,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh

    peneliti misalnya, motivasi kerja, budaya organisasi, disiplin kerja,

    pengawasan, kompensasi, kepuasan kerja, pengalaman kerja, pendidikan dan

    sebagainya.

  • 58

    5. Uji Kesesuaian Tanda

    a. Kesesuaian dengan teori

    1) Kepemimpinan

    Menurut Ishak Arep dan Hendri Tanjung, (2004: 94) kepemimpinan

    Democratic Leadership yaitu gaya kepemimpinan yang menitik

    beratkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral dan

    kemampuan untuk menciptakan kepercayaan. Sedangkan

    kepemimpinan Paternalistik Leadership yaitu gaya kepemimpinan

    gabungan Democratic Leadership dan Dictatorial atau Autocratic

    Leadership Sejalan dengan pendapat di atas Fandy Tjiptono dan

    Anastasia Diana dalam Supardi dan Syaiful Anwar (2004: 75)

    mengatakan gaya kepemimpinan demokratis, yaitu: pemimpin

    melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, artinya

    keputusan diambil setelah menerima masukan dari bawahan. Gaya

    Partisipatif yaitu gaya pemimpin yang hanya sedikit memegang

    kendali dalam proses pengambilan keputusan. Selanjutnya gaya

    kepemimpinan yang berorientasi kepada tujuan, yaitu pemimpin dan

    bawahan semua memusatkan perhatian hanya pada tujuan. Menurut

    Yayat Hayati Djatmiko (2004: 52) ciri pemimpin yang demokratik

    dalam pengambilan keputusan tercermin mengikutsertakan staf.

    Pemimpin yang demokratik cenderung memperlakukan bawahan

    sebagai rekan kerja. Gaya kepemimpinan yang dilaksanakan oleh

    pimpinan di lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

  • 59

    Masyarakat Kabupaten Sragen sesuai dengan teori-teori kepemimpinan

    yang dikemukakan para ahli tersebut. Gaya kepemimpinan yang

    dijalankan kepemimpinan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi

    yang dihadapi yang diterapkan pada Petugas Lapangan Keluarga

    Berencana. Dengan demikian hasil penelitian mendukung teori

    kepemimpinan demokratis sebagaimana dikemukakan Ishak Arep dan

    Hendri Tanjung, (2004: 94), Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana

    dalam Supardi dan Syaiful Anwar (2004: 75) dan Yayat Hayati

    Djatmiko (2004: 52)

    2) Komunikasi

    Menurut Tubs dan More dalam Jalaluddin Rahmat, (2000: 57) Kriteria

    komunikasi yang efektif paling tidak harus dapat menimbulkan lima

    hal yaitu: pengertian, kesenangan mampu merubah sikap, hubungan

    sosial yang baik, tindakan, pengertian bersama, kepercayaan, dan

    persetujuan. Menurut Alex S Nitisemito (1998: 240) untuk

    melaksanakan komunikasi yang baik dalam organisasi, sebagai syarat

    mutlak adalah adanya jalinan pengertian antara yang menyampaikan

    komunikasi dengan yang menerima komunikasi.

    Menurut Onong U Effendy (2000: 117-118), seorang pemimpin harus

    dapat melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, berkomunikasi

    efektif dan mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan

    tertentu dengan kesadaran, kegairahan dan kegembiraan dengan

    suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan.

  • 60

    Hasil penelitian membuktikan bahwa komunikasi tidak berpengaruh

    signifikan terhadap kinerja PLKB. Dengan demikian hasil penelitian

    tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Alex S Nitisemito (1998:

    240) maupun Onong U Effendy (2000: 117-118). Hal ini terjadi

    karena komunikasi yang terjadi di lingkungan cenderung belum

    optimal. Berdasarkan fakta di lapangan hal itu disebabkan antara lain

    akibat likuidasi dua kantor menjadi satu dinas sehingga masih transisi

    dan dalam proses penyatuan.

    3) Lingkungan Kerja

    Menurut Alex S Nitisemito (1998: 183). Penciptaan lingkungan kerja

    yang menyenangkan dan dapat memenuhi kebutuhan pegawai akan

    memberikan rasa puas dan mendorong semangat kerja mereka. T Hani

    Handoko (1999: 192) mengemukakan penciptaan lingkungan kerja

    yang sehat untuk menjaga kesehatan para karyawan dari gangguan-

    gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan dan lain-lain. Buchori

    Zainun (2004: 59) mengatakan bahwa kinerja pegawai ditentukan pula

    oleh faktor-faktor lingkungan luar dan iklim kerja organisasi. Hasil

    penelitian membuktikan bahwa lingkungan kerja berpengaruh

    signifikan terhadap kinerja PLKB. Dengan demikian hasil penelitian

    mendukung teori tentang lingkungan kerja yang dikemukakan Alex S

    Nitisemito (1998: 183). T Hani Handoko (1999: 192) dan. Buchori

    Zainun (2004: 59)

  • 61

    b. Kesesuaian dengan penelitian terdahulu

    Penelitian L. Suyono (2006) membuktikan bahwa lingkungan kerja secara

    parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai dan gaya

    kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja

    pegawai. Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian ini yaitu lingkungan

    kerja dan gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja.

    Dalam hal ini variabel terikatnya berbeda. Peneliti terdahulu mengkaji

    pengaruh lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi

    kerja, sedangkan penulis menganalisis pengaruh lingkungan kerja dan

    gaya kepemimpinan terhadap kinerja. Hasilnya saling mendukung.

    Demikian pula dibandingkan dengan hasil penelitian Sukir (2008) yang

    membuktikan bahwa lingkungan kerja secara parsial berpengaruh

    signifikan terhadap kinerja. Maka hasil penelitian ini mendukung peneliti

    terdahulu. Selanjutnya jika dibandingkan dengan penelitian Tri Widoyo

    (2008) yang membuktikan bahwa gaya kepemimpinan secara parsial

    berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik dan komunikasi secara

    parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pelayanan

    publik, maka hasil penelitian ini juga mendukung, meskipun variabel

    terikat yang dianalisis Tri Widoyo yaitu kualitas pelayanan publik,

    sedangkan peneliti variabel terikatnya kinerja PLKB

  • 62

    E. Implikasi Dan Kebijakan

    1. Implikasi

    Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis secara deskriptif maka implikasi

    dari variabel yang diteliti sebagai berikut:

    a. Kepemimpinan

    Kepemimpinan di lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana

    dan Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Sragen telah berjalan baik Hal ini

    terbukti dari tanggapan responden yang mengatakan pimpinan memiliki

    kemampuan mengarahkan, membimbing PLKB, mempengaruhi PLKB

    untuk bekerja, pandai membuat rencana atau program kerja, melakukan

    koordinasi dengan PLKB, melakukan pengawasan kepada PLKB, pandai

    membagi tugas kepada PLKB, memberikan penilaian, bersikap ramah dan

    sopan santun serta menghargai PLKB, menunjukkan sikap tidak angkuh

    dan tidaak sombong, menunjukkan sifat keteladanan, cakap dan terampil

    serta dapat diandalkan, professional dalam tugasnya, memiliki rasa

    tanggung jawab, dan memiliki sikap disiplin yang tinggi

    b. Komunikasi

    Komunikasi di lingkungan Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Sragen telah berjalan namun belum

    optimal terutama pada aspek-aspek yang antara lain meliputi: penjelasan

    sebelum PLKB melaksanakan tugas, pelaksanaan rapat koordinasi, dan

    keharmonisan hubungan pimpinan dengan PLKB, hubungan antarPLKB

    dan PLKB dengan staf lainnya

  • 63

    c. Lingkungan Kerja

    Lingkungan Kerja Dinas Pemberdayaan Keluarga Berencana dan

    Masyarakat (PKBM) di Kabupaten Sragen dapat menunjang kinerja,

    terbukti berdasarkan tanggapan responden lingkungan kerja di Dinas

    PKBM aman dari segala gangguan, dapat memberikan perasaan tentram

    bagi pegawai, jauh dari suara gaduh/bising yang mengganggu aktivitas

    kerja, terjaga kebersihannya, ada pengaturan penerangan, setiap ruangan

    tempat kerja ada ventilasi udara, tempat kerja tidak terjadi kelembaban,

    peralatan fasilitas kerja memadai, terjalin kerjasama yang baik antar

    pegawai

    d. Kinerja

    Berdasarkan penilaian yang disampaikan melalui angket, pada umumnya

    kinerja Petugas Lapangan Kelua