tesis retno_corporate governance_likuiditas saham_manajemen laba

74
PENGARUH MANAGEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI PADA HUBUNGAN GOVERNANSI PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS SAHAM: STUDI EMPIRIS DI BEI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Program Studi Akuntansi Diajukan oleh: RETNO YUNI NUR SUSILOWATI 07/275307/PEK/12681 Kepada PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009

Upload: retno-yuni-wicaksono

Post on 04-Jan-2016

819 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

  

PENGARUH MANAGEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL

PEMEDIASI PADA HUBUNGAN GOVERNANSI PERUSAHAAN

DAN LIKUIDITAS SAHAM: STUDI EMPIRIS DI BEI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2

Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh:

RETNO YUNI NUR SUSILOWATI

07/275307/PEK/12681

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

ii 

Page 3: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

iii  

Page 4: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

iv  

Karya ini kupersembahkan untuk:

Suamiku tercinta, Haryo Wicaksono (terimakasih untuk semua dukungan Mas 

padaku dan terimakasih telah bersamaku hingga kini);  

Kedua puteraku, M. Ali Akhyar Wicaksono dan M. Zaki Delshadi Wicaksono (karya 

sederhana ini untuk kalian…kita mau, maka kita bisa); 

Kedua ayahandaku yang telah berpulang ke Rahmatullah, Bapak Sulaiman dan 

Bapak Suradji Purwowiyoto.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan. Maka

nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kamu dustakan.”

 

Page 5: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

v  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang yang tak pernah berhenti melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya

sehingga sebuah karya “tesis” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis percaya bahwa

keberhasilan ini tidak lepas dari campur tangan dan kuasa Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian tesis ini tidak lepas dari segala kekurangan

dan hambatan. Namun, meretia menjadi tiada berarti karena dukungan dan doa yang

terus mengalir dari orang-orang terdekat: keluarga, dosen, sahabat, dan kolega. Oleh

karena itu, izinkan penulis menghaturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada

pihak-pihak berikut. Hanya Allah semata yang kuasa membalas amal mereka.

1. Keluarga besar penulis, baik yang berada di Magelang maupun di Lampung.

Terimakasih kuhaturkan kepada ibu, ibu mertua, mas-mbak, adik, dan seluruh

keluarga besar tercinta, yang senantiasa menempati ruang terbesar dalam segenap

langkah berkarya. Terimakasih untuk segala cinta dan doa yang tidak pernah putus

untuk keberhasilan, kesuksesan, dan keselamatanku. Khusus untuk kedua pamanku,

Prof. Ir. Widi Agoes Pratikto, M.Sc. dan Dr. Bambang Hartadi, M.M., Akt.,

panjenengan berdua selalu menginspirasi dan menjadi semangatku untuk menjadi

lebih baik. Khusus untuk adikku, Tetin, kuingin menegaskan dengan karya ini bahwa

memiliki keluarga tidak akan menghambat kita untuk berkarya;

2. Prof. Dr. Suwardjono, M.Sc., pembimbing tesis yang senantiasa menginspirasi

penulis untuk terus berkarya lebih baik. Terima kasih untuk diskusi-diskusi yang

sangat berharga;

3. Sahabat-sahabat terbaikku selama di MSi: Mbak Nining, Karlina Aprilia, Mely, Bu

Teguh, Mbak Arie, Lidiya, dan Mbak Sinarti. Terimakasih telah menjadi bagian dari

hidup selama di MSi baik dalam kondisi susah maupun senang. Terimakasih Novan,

untuk kesediaanmu membantu mengolah data. Teman-teman MSi Angkatan Mei 2008

(Diana Ayank, Andi Irfan, Mbak Dita, Mbak Ninuk, Bu Yeni, Vera, Mbak Eva, Baiq

Rosyida, Ayu, Ana dan teman-teman yang lain) terimakasih untuk kebersamaan dan

persahabatan yang indah. Semoga kita semua bisa terus memberikan karya-karya

terbaik;

4. Keluarga besar FE Universitas Lampung, terutama rekan-rekan jurusan Akuntansi,

terimakasih atas perhatian, bantuan, dukungan dan doa yang diberikan. Terimakasih

Page 6: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

vi  

Pak Einde, Bu Farichah, Pak Saring, Bu Agriyanti, Bu Lindrianasari, Bu Fajar, Bu

Reni, Bu Dewi, Bu Yeni, Bu Rindu, dan rekan-rekanku yang lain. Khusus untuk Bu

Lindrianasari kuucapkan terimakasih untuk dukungan, termasuk ‘ejekan’nya yang

bersahabat dan penuh semangat;

5. Rekan-rekan diskusi: Pak Fuad Rahman (Universitas Gadjah Mada), Bu Tri Gunarsih

(Universitas Teknologi Yogyakarta), dan Bu Khomsiyah (Universitas Trisakti).

Terimakasih untuk diskusi yang berharga;

6. Teman-teman di kos Annisa, Swakarya, dek Resti, Mbak Asti, Ama, dan Naim untuk

semangat yang diberikan. Khusus untuk dek Resti, terimakasih untuk semua

dukungannya; memang benar, setiap tahapan harus kita selesaikan untuk bisa

menyempurnakan sebuah karya;

7. Teman-teman komisariat HMI (MPO) FE UGM: dek Wahyudi, Fanani, dek Sita, Fina

dan Nugroho. Terimakasih untuk semua dukungan. Khusus untuk Fina, kuingin

menyemangatinya dengan karya ini; menjadi ibu bukanlah halangan, justru

penyemangat kita untuk menjadi lebih baik;

8. Semua pihak yang telah membantu, namun belum dapat penulis sebutkan disini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

masukan, saran ataupun kritik untuk perbaikan dan pengembangan penelitian selanjutnya

sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 30 Desember 2009

Penulis,

Retno Yuni Nur Susilowati

  

Page 7: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

vii  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………... i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………………. ii

HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………………………… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………………..... iv

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. v

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………... ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………...... x

ABSTRAK ……………………………………………………………………………….. xi

ABSTRACT …………………………………………………………………………….... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Permasalahan ………………………………………………………. 8

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………. 9

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………... 10

1.5 Sistematika Pembahasan ……………………………………………………….. 12

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Governansi Perusahaan ……………………………………………………..….. 14

2.1.1 Definisi Governansi Perusahaan …………………………………..…… 14

2.1.2 Teori-teori Governansi Perusahaan …………………………………..…. 15

2.1.3 Prinsip-prinsip Governansi Perusahaan ……………………………..….. 17

2.1.4 Peran Governansi Perusahaan …………………………………….…….. 21

2.2 Likuiditas Saham ……………………………………………………..…………

2.3 Managemen Laba ………………………………………………………………. 25

Page 8: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

viii  

2.4 Saluran yang Menghubungkan Governansi Perusahaan dan Likuiditas Saham... 29

2.5 Saluran yang Menghubungkan Governansi Perusahaan dan Managemen Laba.. 30

2.6 Saluran yang Menghubungkan Managemen Laba dan Likuiditas Saham ……... 32

BAB 3 METODA PENELITIAN

3.1 Data dan Sampel ……………………………………………………………….. 36

3.2 Variabel dan Pengukuran …………………………………………………….... 37

3.2.1 Governansi Perusahaan …………………………………………………. 37

3.2.2 Managemen Laba …………………………………………………….…. 38

3.2.3 Likuiditas Saham ………………………………………………………... 40

3.3 Pengujian Asumsi Klasik ……………………………………………………..... 41

3.4 Pengujian Hipotesis ………………………………………………………..…… 42

BAB 4 ANALISIS DATA

4.1 Pengumpulan Data …………………………………………………………..…. 45

4.2 Statistik Deskriptif ………………………………………………………….….. 46

4.3 Pengujian Asumsi Klasik ………………………………………………..……... 47

4.4 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ………………………………………….. 48

4.4.1 Pengujian Regresi untuk Langkah Pertama ……………………………... 49

4.4.2 Pengujian Regresi untuk Langkah Kedua ………………………………. 50

4.4.3 Pengujian Regresi untuk Langkah Ketiga dan Keempat ………………... 51

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ……………………………………………………………………….. 52

5.2 Keterbatasan ……………………………………………………………………. 57

5.3 Implikasi dan Saran Penelitian …………………………………………………. 57

REFERENSI

 

Page 9: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

ix  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perusahaan Peserta Survei CGPI dan Indeks LQ45 ………………………..….. 5

Tabel 4.1 Pemilihan Sampel Penelitian ………………………………………………………….. 45

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif …………………………………………………………………….. 46

Tabel 4.3 Hasil Regresi Pertama …………………………………………………………………. 49

Tabel 4.4 Hasil Regresi Kedua …………………………………………………………………… 51

Tabel 4.5 Hasil Regresi Ketiga …………………………………………………………………… 52

 

Page 10: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

x  

DAFTAR GAMBAR

Model Penelitian ………………………………………………………………………….. 35

Skema Pengujian Hipotesis ………………………………………………………………. 42

 

Page 11: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

xi  

PENGARUH MANAGEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL

PEMEDIASI PADA HUBUNGAN GOVERNANSI PERUSAHAAN

DAN LIKUIDITAS SAHAM: STUDI EMPIRIS DI BEI

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa (1) terdapat pengaruh governansi perusahaan (corporate governance) terhadap likuiditas saham (stock liquidity), (2) praktik managemen laba (earnings management) memediasi hubungan antara governansi perusahaan dan likuditas saham. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berpartisipasi dalam survei CGPI (corporate governance perception index) 2003 – 2007, yang diadakan oleh IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi tiga tahap sesuai dengan langkah-langkah pengujian pemediasian oleh Baron dan Kenny (1986).

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa governansi perusahaan berpengaruh positif terhadap likuiditas saham. Berikutnya, hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa pengaruh governansi perusahaan pada likuiditas saham dimediasi secara parsial oleh managemen laba. Hal yang menarik, yang tidak sesuai dengan teori yang dibangun, ditunjukkan oleh koefisien pengaruh managemen laba pada likuiditas saham yang bernilai positif. Artinya, semakin besar praktik managemen laba, semakin tinggi likuiditas saham. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa investor tidak mengetahui adanya praktik managemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

Kata Kunci: governansi perusahaan (corporate governance), managemen laba (earnings management), likuiditas saham (stock liquidity), mekanisme pemediasian.

   

Page 12: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

xii  

EARNINGS MANAGEMENT AS THE MEDIATING VARIABLE ON

THE RELATIONSHIP BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE AND

STOCK LIQUIDITY: CASE STUDY AT IDX

Abstract

This research aims to get empirical evidences that (1) there is an influence of corporate governance practices on the firms’ stock liquidity, (2) earnings management practices mediate the relationship between corporate governance and stock liquidity. Samples used in this research are nonfinancial companies listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) that participated in the CGPI (corporate governance perception index) surveys in the periods 2003-2007 performed by IICG (the Indonesian Institute for Corporate Governance). The hypotheses are tested by using three steps regression analysis according to Baron and Kenny (1986).

The results indicate that corporate governance has a positive effect on stock liquidity. These also indicate that the influence of corporate governance on stock liquidity is partially mediated by earnings management. Piquancy, which inappropriate with woke up theory, is shown by the positive coefficient of the earnings management influence on stock liquidity. It means, the greater the earnings management practices, the higher the stock liquidity. This matter generates notion that investors do not realize the existence of earnings management practices conducted by companies.

Keywords: corporate governance, earnings management, stock liquidity, mediating mechanism.

Page 13: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

1  

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika

prinsipal/pemilik perusahaan memekerjakan agen/manager untuk memberikan suatu

jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen

tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Manager, sebagai agen yang berperan sebagai

pengelola perusahaan, lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek

perusahaan dibanding dengan pemilik. Oleh karena itu, ia berkewajiban memberikan

sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Namun, informasi yang

disampaikan oleh manager kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan

yang sebenarnya. Kondisi ini, yang merupakan suatu masalah keagenan, dikenal

sebagai asimetri informasi (information asymmetry).

Asimetri informasi berpotensi mengurangi kepercayaan investor terhadap kinerja

managemen. Tia terjadi ketika laporan keuangan, sebagai alat melaporkan kinerja

managemen dan sekaligus sarana pemonitoran oleh pemegang saham, melaporkan

kondisi perusahaan yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Tia dimotivasi

oleh tindakan oportunistik managemen untuk bertindak demi kepentingannya sendiri

(Fama dan Jensen, 1983).

Asimetri informasi sebagai suatu masalah keagenan, menciptakan kebutuhan akan

governansi perusahaan1 (corporate governance) untuk memonitor manager dan

                                                       1 Dalam konteks GCG, governance sering juga disebut ‘tata pamong’, atau ‘penadbiran,’ istilah yang berasal dari bahasa Melayu. Namun tampaknya secara umum di kalangan pebisnis, istilah GCG diartikan ‘tata kelola perusahaan,’ meskipun tia masih rancu dengan terminologi managemen (Daniri, 2004). Kajian yang tepat dalam bahasa Indonesia yang benar masih diperlukan untuk mencari terjemahan corporate governance yang tepat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan istilah governansi perusahaan sebagai serapan istilah corporate governance.

Page 14: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

2  

melindungi investor dari masalah keagenan (Jensen dan Meckling, 1976; Fama dan

Jensen, 1983). Governansi perusahaan merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa

managemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang kepentingan

(stakeholders).

Pada awal dekade ini, beberapa perusahaan di Amerika Serikat mengalami

kebangkrutan karena tindakan managemen yang tidak mencerminkan governansi

perusahaan. Contohnya adalah kasus Enron pada tahun 2002, kasus Xerox Corporation,

WorldCom, dan Tyco. Di Indonesia, kasus serupa juga terjadi, misalnya kasus

penggelembungan (mark-up) PT Kimia Farma, perdagangan yang melibatkan informasi

orang dalam (insider trading) yang menimpa PT Bank Central Asia pada tahun 2001,

kasus salah kelola yang menimpa PT Timah pada tahun 2002, serta skandal Rp1,7

triliun yang menimpa PT BNI pada tahun 2002. Lemahnya governansi perusahaan

diduga juga menjadi salah satu penyebab krisis keuangan yang melanda negara-negara

Asia (Arifin, 2005 dalam Aprilia, 2009).

Salah satu ciri utama lemahnya governansi perusahaan adalah adanya tindakan

mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manager. Jika para manager melakukan

tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan

investor, maka harapan investor atas pengembalian investasi yang telah mereka

tanamkan akan jatuh. Penurunan kepercayaan investor akan mengakibatkan terjadinya

penurunan aliran masuk modal ke perusahaan, yang akan menyebabkan menurunnya

harga saham perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip

governansi perusahaan menjadi isu penting, yang ditunjukkan dengan banyaknya

penelitian yang meneliti ranah ini.

Tujuan penelitian ini adalah menguji hubungan governansi perusahaan (corporate

governance) dan likuiditas saham (stock liquidity) dengan managemen laba (earnings

Page 15: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

3  

management) sebagai variabel pemediasi. Ada dua alasan mengapa perlu

menghubungkan antara governansi perusahaan dan likuiditas saham. Argumen

pentingnya meneliti pengaruh langsung governansi perusahaan pada likuiditas saham

diuraikan sebagai berikut.

Pertama, terdapat beberapa penelitian, dengan menggunakan data U.S., yang

memberikan indikasi bahwa penerapan governansi perusahaan berkorelasi dengan

likuiditas. Penelitian yang telah menginvestigasi pentingnya hubungan antara

governansi perusahaan dan likuiditas di antaranya Becht (1999), Brockman dan Chung

(2003), LaFond et al. (2007), Attig et al. (2006), dan Chung et al. (2009) dengan

berbagai pengesetan. Chung et al. (2009) menyatakan bahwa governansi perusahaan

memengaruhi likuiditas pasar saham karena governansi yang efektif akan

meningkatkan transparansi keuangan dan operasional, yang akan mengurangi asimetri

informasi antara investor dalam (pemegang saham mayoritas) dan investor luar

(spekulan/liquidity providers). Berdasarkan penelitian Chung et al. (2009), terdapat

bukti empiris bahwa semakin bagus penerapan governansi perusahaan, semakin tinggi

pula tingkat likuiditas saham. Namun, terdapat fakta bahwa meskipun peringkat

penerapan governansi perusahaan di Indonesia terus mengalami peningkatan, namun

praktik-praktik governansi perusahaan ternyata belum cukup efektif untuk menaikkan

tingkat likuiditas saham, yang ditunjukkan dengan masih banyaknya saham tidur di

BEI2. Adanya ketidaksinkronan hubungan tersebut memotivasi penelitian ini untuk

mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh langsung governansi perusahaan pada

likuiditas saham perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

Kedua, investor sangat memerhatikan likuiditas saham perusahaan-perusahaan,

selain return dan risiko saham (Handa dan Schwartz,1996). Saham yang likuid

                                                       2 Sampai dengan tahun 2008, persentase saham tidur di BEI adalah 80%.

Page 16: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

4  

memiliki kemungkinan yang lebih baik untuk meraih gain dibandingkan saham yang

likuiditasnya rendah; tia lebih mencerminkan faktor fundamental perusahaan; serta

perubahan atau fluktuasi harga lebih stabil, tidak melonjak-lonjak dan likuiditasnya

bersifat kontinus. Bai et al. (2002) menyatakan bahwa likuiditas saham merupakan

salah satu bentuk mekanisme eksternal untuk melakukan pemonitoran. Bai et al. (2002)

menyebutkan bahwa keberadaan suatu pasar adalah sangat penting untuk mengetahui

alokasi sumber daya yang efisien. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan yang

sahamnya likuid merupakan perusahaan-perusahaan yang sumber dayanya dikelola

secara efisien. Saham-saham yang likuid mencerminkan perusahaan yang memiliki

kinerja dan prospek yang bagus. Artinya, likuiditas saham juga dapat merupakan sarana

pemonitoran kinerja managemen, sehingga dengan membeli saham yang likuid investor

telah menghemat kos pemonitoran.

Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan langsung

antara governansi perusahaan dan likuiditas saham, terdapat kekurangkonsistenan

dalam hubungan ini. Ada tiga alasan mengapa hubungan langsung tersebut diduga

kurang konsisten. Alasan-alasan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, sebagian besar perusahaan-perusahaan yang masuk dalam indeks

governansi perusahaan memang menunjukkan likuiditas yang tinggi. Namun, terdapat

pula perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja dan praktik governasi perusahaan

yang bagus, namun memiliki likuiditas yang rendah (lihat tabel 1.1). Adanya

ketidaksinkronan hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas memunculkan

dugaan adanya mekanisme pemediasian.

Page 17: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

5  

Tabel 1.1

Perusahaan peserta survei CGPI dan indeks LQ45

Perusahaan Tahun Skor

CGPI Keterangan

PT Astra Graphia Tbk. 2003 76.76 Masuk dalam indeks LQ45 perioda Agustus 2003-Juli 2004

2004 80.52 Tidak masuk dalam indeks LQ45 perioda Agustus 2004-Januari 2005

2005 78.33 Tidak masuk dalam indeks LQ45 perioda Februari 2005-Januari 2006

2006 80.3 Tidak masuk dalam indeks LQ45 perioda Februari 2006-Januari 2007

PT Apexindo Pratama Putra Tbk.

2005 77.58 Tidak masuk dalam indeks LQ45 perioda Februari 2005-Januari 2006

2006 77.61 Tidak masuk dalam indeks LQ45 perioda Februari 2006-Januari 2007

PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.

2006 67.5 Tidak masuk dalam indeks LQ45 perioda Februari 2006-Januari 2007

2007 68.52 Tidak masuk dalam indeks LQ45 perioda Februari 2007-Januari 2008

(sumber IICG dan BEI, data olahan)

Kedua, secara teori, Cooper dan Schindler (2006) menjelaskan bahwa hubungan

pemediasian terjadi ketika variabel-variabel dalam hubungan sebab-akibat secara

konseptual sulit dijelaskan secara langsung. Hubungan yang tidak sepenuhnya dapat

dijelaskan oleh hubungan sebab akibat mungkin dikarenakan adanya variabel

pemediasi. Variabel pemediasi merupakan mekanisme konseptual yang dengan

melaluinya, maka variabel independen (X) dan variabel pemediasi (M) memengaruhi

variabel dependen (Y). Sedangkan Sekaran (2005) menyatakan bahwa variabel

pemediasi (intervening variable) melingkupi antara waktu variabel independen

beroperasi memengaruhi variabel dependen dan pengaruhnya pada variabel dependen.

Oleh karena itu, terdapat dimensi waktu dalam variabel intervening. Tia berfungsi

sebagai operasi variabel independen dalam berbagai situasi dan membantu

Page 18: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

6  

mengonseptualisasi serta menjelaskan pengaruh variabel independen pada variabel

dependen.

Dalam konteks penelitian ini, variabel governansi perusahaan memengaruhi

variabel likuiditas saham, namun hubungan tersebut secara konsep sulit untuk

berhubungan secara langsung dan terdapat dimensi waktu pada pengaruh governansi

perusahaan dan likuiditas saham. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia

menguji hubungan governansi perusahaan dan aspek internal perusahaan seperti kinerja

perusahaan (Darmawati dkk., 2005), nilai perusahaan (Kusumawati, 2006),

pengungkapan (Kusumawati, 2007), dan managemen laba (Siddharta dan Veronica,

2006). Ketika sebuah penelitian bermaksud menguji hubungan governansi perusahaan

dengan mekanisme pengawasan eksternal perusahaan, seperti likuiditas saham, maka

diduga variabel governansi perusahaan, sebagai variabel independen, akan

memengaruhi variabel dependen melalui variabel pemediasi.

Ketiga, secara empiris, Goh et al. (2008) telah menginvestigasi adanya mekanisme

pemediasian yang menghubungkan governansi perusahaan dan likuiditas saham. Goh et

al. (2008) menyatakan bahwa variabel adverse selection3, pengungkapan sukarela dan

ulasan analis memediasi hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas saham.

Sayangnya, penelitian tersebut tidak menyebutkan landasan teoretis yang kokoh

mengapa perlu dilakukan investigasi atas hubungan pemediasian antara governansi

perusahaan dan likuiditas saham. Goh et al. (2008) hanya menyebutkan bahwa

penelitian tersebut dimotivasi oleh tujuan membuka ‘black-box’ hubungan antara

governansi perusahaan dan likuiditas saham. Penelitian di Indonesia yang

menginvestigasi pengaruh langsung dan taklangsung variabel governansi perusahaan

                                                       3 Adverse selection merupakan kemungkinan terjadinya perdagangan oleh pedagang terinformasi (informed traders), yaitu pedagang yang memeroleh informasi privat selain informasi publikasian. Adverse selection terjadi ketika penjual/pembeli memiliki asimetri informasi sehingga justru lebih mungkin memilih hasil atau produk yang ‘buruk’ (Goh et al., 2008).

Page 19: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

7  

pada likuiditas belum ditemukan, sehingga belum dapat diobservasi adanya

ketidakkonsistenan dalam area penelitian ini. Masih sedikitnya penelitian yang

menginvestigasi pengaruh langsung maupun taklangsung antara governansi perusahaan

dan likuiditas saham memotivasi penelitian ini untuk menguji hubungan-hubungan

tersebut.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah variabel apa yang mungkin memediasi

hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas saham. Penelitian ini menduga

managemen laba4 memediasi hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas

saham. Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2007) serta Liu dan Lu (2007)

menunjukkan bukti empiris bahwa governansi perusahaan berhubungan dengan

managemen laba.

Penelitian yang dilakukan oleh Chung et al. (2008) menyatakan bahwa adverse

selection cost berhubungan dengan managemen laba. Selanjutnya, Chung et al. (2008)

menyatakan bahwa semakin besar managemen laba menyebabkan semakin tingginya

adverse selection cost5. Adanya hubungan antara adverse selection cost dan

managemen laba memunculkan kemungkinan managemen laba sebagai variabel

pemediasi yang lain.

Dengan mengadaptasi model penelitian yang dilakukan oleh Goh et al. (2008),

yang membuat membuat rerangka penelitian yang parsimoni atas mekanisme

pemediasian variabel-variabel tersebut, dan penelitian yang dilakukan oleh Chen et al.

(2007) dan Liu dan Lu (2007), yang menghubungkan governansi perusahaan dan

managemen laba, serta penelitian Chung et al. (2008), yang menghubungkan antara

managemen laba, adverse selection cost, dan likuiditas saham, maka penelitian ini

bermaksud untuk menguji adanya pengaruh langsung maupun taklangsung antara                                                        

4 Managemen laba merupakan usaha managemen untuk memoles hasil yang dilaporkan. 5 Adverse selection cost merupakan kos yang timbul akibat terjadinya proses pasar ketika terdapat ketidakmampuan penjual/pembeli untuk membedakan kualitas produk-produk tertentu.

Page 20: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

8  

governansi perusahaan dan likuiditas dengan melalui variabel managemen laba.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena apabila hipotesisnya terdukung, maka

hasilnya memberikan implikasi bahwa penerapan praktik-praktik governansi

perusahaan akan dapat memengaruhi tingkat likuiditas saham secara efektif hanya

dengan cara menghilangkan praktik-praktik managemen laba.

1.2. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1) Apakah terdapat pengaruh langsung antara governansi perusahaan dan likuiditas

saham pada pasar modal Indonesia, mengingat kondisi pasar modal Indonesia

yang tengah berkembang, yang berbeda dengan kondisi pasar modal di Amerika?

Perbedaan kondisi pasar modal di Indonesia dengan pasar modal lain, terutama

pasar modal di U.S. adalah pada tipisnya perdagangan saham, yang diukur dari

banyaknya saham yang tidak aktif diperdagangkan, rendahnya kapitalisasi pasar,

dan rendahnya tingkat likuiditas. Sampai dengan tahun 2008, likuiditas saham di

BEI hanya sebesar 20%, yang artinya terdapat 80% ‘saham tidur’ di BEI. Ini

merupakan karakteristik pasar modal yang sedang berkembang.

2) Apakah terdapat pengaruh pemediasian yang memediasi hubungan antara

governansi perusahaan dan likuiditas? Apabila ada mekanisme pemediasian,

apakah variabel managemen laba memediasi hubungan tersebut? Pengaruh

pemediasian perlu diteliti karena tiga alasan. Pertama, hubungan governansi

perusahaan dan likuiditas saham secara konseptual tidak berhubungan secara

langsung seperti halnya hubungan antara governansi perusahaan dan nilai

perusahaan, atau pun hubungan governansi perusahaan dan kinerja perusahaan.

Page 21: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

9  

Cooper dan Schindler (2006) menjelaskan bahwa hubungan pemediasian terjadi

ketika variabel-variabel dalam hubungan sebab akibat secara konseptual tidak

berhubungan langsung. Sedangkan Sekaran (2005) menyatakan bahwa hubungan

pemediasian terjadi ketika terdapat dimensi waktu untuk melihat pengaruh

governansi perusahaan pada likuiditas saham. Kedua, terdapat ketidaksinkronan

hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas saham yang ditunjukkan

dengan adanya perusahaan yang memiliki skor CGPI terpercaya, namun tidak

masuk ke dalam indeks LQ45, misalnya PT Astra Graphia Tbk., PT Apexindo

Pratama Putra Tbk., dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Fakta-fakta tersebut

menimbulkan dugaan terjadinya mekanisme pemediasian pada hubungan

governansi perusahaan dan likuiditas saham. Terakhir, Goh, Ng dan Yong (2008)

telah menunjukkan adanya mekanisme pemediasian pada hubungan governansi

perusahaan dan likuditas saham. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud

memertanyakan pengaruh taklangsung governansi perusahaan pada likuiditas

saham.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris

mengenai:

1) pengaruh langsung governansi perusahaan pada likuiditas saham perusahaan-

perusahaan publik di Indonesia.

2) pengaruh mekanisme pemediasian pada hubungan governansi perusahaan dan

likuiditas saham. Fokus penelitian ini adalah managemen laba sebagai variabel

pemediasi hubungan governansi perusahaan dan likuiditas saham perusahaan-

perusahaan publik.

Page 22: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

10  

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Bagi akademisi, penelitian ini memberikan tambahan bukti kajian literatur tentang

pengaruh langsung maupun taklangsung governansi perusahaan pada likuiditas

saham. Penelitian ini dapat memberikan bukti tambahan bukti empiris mengenai

adanya indikasi secara umum, nyata dan sederhana atas keefektifan prinsip-prinsip

governansi perusahaan maupun aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah

maupun Bapepam terkait pelaksanaan governansi perusahaan yang baik (good

corporate governance).

2) Bagi calon investor dan analis, penelitian ini memberikan masukan untuk lebih

berhati-hati akan adanya kemungkinan managemen laba yang dilakukan

managemen untuk memoles kinerjanya. Managemen laba akan memengaruhi

kualitas pelaporan keuangan perusahaan-perusahaan publik, yang akan berdampak

pada penurunan keyakinan calon investor dan analis atas kinerja managemen,

sehingga calon investor lebih bijak dalam mengambil keputusan investasi.

Sebaiknya calon investor lebih peka terhadap teknik-teknik managemen laba dan

menggali informasi dari sumber-sumber di luar laporan keuangan perusahaan.

Sedangkan analis semestinya memberikan edukasi pada investor naïf mengenai

tanda-tanda suatu perusahaan melakukan managemen laba.

Argumen yang dapat diajukan peneliti atas masukan di atas adalah sebagai

berikut. Mekanisme governansi perusahaan merupakan mekanisme yang bertujuan

memberi keyakinan bahwa kinerja yang dilaporkan oleh managemen merupakan

kinerja yang sesungguhnya. Apabila mekanisme ini berjalan efektif, maka

kepercayaan investor terhadap kinerja yang dilaporkan managemen akan

meningkat. Meningkatnya keyakinan investor akan mengurangi kos pemonitoran

Page 23: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

11  

yang harus dikeluarkan oleh investor. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

investor memiliki kecenderungan untuk berinvestasi pada perusahaan dengan

praktik governansi perusahaan yang baik.

3) Bagi investor (dalam hal ini adalah pemilik saham), penelitian ini memberikan

masukan atas linearitas pengaruh governansi perusahaan pada likuiditas saham.

Apabila penerapan governansi perusahaan yang baik tidak linear dengan likuiditas

saham, maka muncul dugaan akan adanya variabel lain yang memediasi hubungan

tersebut. Variabel pemediasi tersebut berimplikasi pada fokus perhatian investor

ketika mengambil keputusan investasi agar tidak hanya memerhatikan praktik

governansi perusahaan dan likuiditas saham saja ketika menilai kinerja

perusahaan, melainkan juga pada kemungkinan terjadinya managemen laba.

4) Bagi regulator, dalam hal ini penyusun standar, penelitian ini memberi

pertimbangan dalam menetapkan peraturan atau standar sebagai usaha pencapaian

solusi yang terbaik dalam mengoptimalkan governansi perusahaan dan

menghilangkan managemen laba. Penelitian ini memberi kontribusi berupa bukti

empiris keefektifan aturan-aturan yang dikeluarkan terkait penerapan governansi

perusahaan, pada peningkatan likuiditas saham perusahaan-perusahaan publik di

Indonesia. Pemerintah, baik secara langsung maupun melalui pihak yang

berautoritas di BEI (Bapepam), telah mengeluarkan undang-undang dan aturan

lain terkait penerapan governansi perusahaan. Misalnya, penerbitan UU No. 1

tahun 1995 tentang perseroan terbatas, yang mengamanatkan dibentuknya dewan

komisaris perusahaan; Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No. Kep

315/BEJ/06-2000 yang mewajibkan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia untuk memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari

jumlah seluruh anggota komisaris; dan Surat Edaran Direksi Bursa Efek Jakarta

Page 24: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

12  

No.: SE-03/PM/2000, yang merekomendasi emiten atau perusahaan publik untuk

memiliki komite audit. Aturan-aturan tersebut bersifat mewajibkan maupun

menghimbau perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI untuk mempraktikkan

governansi perusahaan. Meskipun terdapat aturan-aturan tentang pelaksanaan

governansi perusahaan, namun terjadi ketidakkonsistenan fakta di lapangan, yaitu

dugaan terjadinya insider trading yang dilakukan oleh perusahaan yang peringkat

governansinya bagus sekaligus memiliki tingkat likuiditas saham yang tinggi,

misalnya kasus PT BCA, Bank BNI, dan PT Timah.

Apabila hipotesis penelitian ini terdukung, maka hasil penelitian ini memberi

implikasi bagi pemerintah untuk mendorong perbaikan penerapan praktik

governansi perusahaan dan aturan untuk membatasi praktik managemen laba,

misalnya dengan pemberian insentif berupa keringanan tarif pajak, pembebasan

dari audit pajak, dan prioritas dalam perolehan kredit. Sebaliknya, pemerintah

sepatutnya juga memberi disinsentif kepada perusahaan yang memiliki praktik

governansi perusahaan yang buruk dan melakukan managemen laba berupa denda,

suspensi transaksi (saham), dan pencopotan eksekutif puncak oleh RUPS.

1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan penelitian ini dibagi dalam lima bab. Rinciannya dijelaskan

sebagai berikut:

1. Bab pertama menjelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

2. Bab kedua menjelaskan rerangka teoretis yang menjadi landasan perumusan

hipotesis.

3. Bab ketiga membahas metoda yang digunakan dalam penelitian, meliputi sampel

dan data, pengukuran variabel, perumusan pengujian asumsi klasik, dan pengujian

Page 25: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

13  

hipotesis.

4. Bab keempat membahas analisis hasil penelitian, meliputi pengujian pendahuluan,

pembahasan statistik deskriptif, pengujian asumsi klasik, dan pengujian hipotesis.

5. Bab kelima membahas simpulan, keterbatasan, dan saran penelitian.  

   

Page 26: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

14  

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. GOVERNANSI PERUSAHAAN

2.1.1. Definisi Governansi Perusahaan 

Organization for Economic and Cooperation Development—OECD (2004) dan Forum

Corporate Governance Indonesia—FCGI (2001) mendefinisi governansi perusahaan

sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham,

pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan

intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau

dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dari

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa governansi perusahaan merupakan suatu

mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa pemilik modal perusahaan

memeroleh pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh manager, atau

dengan kata lain, bagaimana pemilik modal perusahaan melakukan pengendalian

terhadap manager. Lebih jauh, governansi perusahaan memberikan perhatian pada

kepentingan pemegang kepentingan (stakeholders) lainnya (Lukviarman, 2000 dalam

Aprilia, 2009).

Pengertian governansi perusahaan menurut Surat Keputusan Menteri

Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No.23/M-

PM/BUMN/2000 tentang pengembangan praktik governansi perusahaan yang baik

(good corporate governance) dalam perusahaan perseroan (persero) adalah prinsip

korporasi yang sehat, yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan, yang

dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka

mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat

dikatakan bahwa governansi perusahaan merupakan upaya yang dilakukan oleh semua

Page 27: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

15  

pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara

baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.

Dalam hal istilah, secara harfiah, governance kerap diterjemahkan sebagai

‘pengaturan.’ Adapun dalam konteks GCG, governance sering juga disebut ‘tata

pamong’, atau ‘penadbiran,’ istilah yang berasal dari bahasa Melayu. Namun

tampaknya secara umum di kalangan pebisnis, istilah GCG diartikan ‘tata kelola

perusahaan,’ meskipun tia masih rancu dengan terminologi managemen. Perbandingan

kegiatan antara corporate governance dan corporate management memperlihatkan

bahwa corporate governance sangat terkait dengan aspek pengawasan dan

akuntabilitas, sementara corporate management terkait dengan keputusan-keputusan

dan pengendalian eksekutif serta managemen operasional (Daniri, 2004). Kajian yang

tepat dalam bahasa Indonesia yang benar masih diperlukan untuk mencari terjemahan

corporate governance yang tepat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan

istilah governansi perusahaan sebagai serapan istilah corporate governance.

2.1.2. Teori‐teori Governansi Perusahaan 

Dua teori utama yang terkait dengan governansi perusahaan adalah stewardship theory

dan agency theory. Teori pelayanan (stewardship theory) dibangun di atas asumsi

filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakikatnya dapat

dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab memiliki, integritas, dan

kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang

dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain, teori pelayanan (stewardship

theory) memandang managemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun pemegang saham pada

khususnya.

Page 28: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

16  

Sementara itu, teori keagenan (agency theory) yang dikembangkan oleh Michael

Johnson, seorang professor dari Harvard, memandang bahwa managemen perusahaan

sebagai ‘agen’ bagi para pemegang saham, yang akan bertindak dengan penuh

kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana

serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana yang diasumsikan dalam model

pelayanan (stewardship model). Bertentangan dengan teori pelayanan (stewardship

theory), teori keagenan (agency theory) memandang bahwa managemen tidak dapat

dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada

umumnya maupun pemegang saham pada khususnya. Dalam perkembangan

selanjutnya, teori keagenan mendapat responsa lebih luas karena dipandang lebih

mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai governansi

perusahaan berkembang dengan bertumpu pada teori keagenan, yang menyatakan

bahwa pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan

bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan

ketentuan yang berlaku.

Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai kos keagenan (agency costs),

yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga kos untuk

mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan

kos pemonitorannya. Kos keagenan ini mencakup kos untuk pengawasan oleh

pemegang saham; kos yang dikeluarkan oleh managemen untuk menghasilkan laporan

yang transparan, termasuk kos audit yang independen dan pengendalian internal; serta

kos yang disebabkan karena menurunnya nilai pemilikan pemegang saham sebagai

bentuk ‘pengeluaran mengikat (bonding expenditures)’ yang diberikan kepada

managemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan

kepentingan managemen dengan pemegang saham. Meskipun demikian, potensi untuk

Page 29: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

17  

munculnya masalah keagenan (agency problem) tetap ada karena adanya pemisahan

antara pengurusan dengan pemilikan perusahaan, khususnya di perusahaan-perusahaan

publik.

2.1.3. Prinsip‐Prinsip Governansi Perusahaan  

Ada empat prinsip dasar governansi perusahaan yang baik, yaitu: pertama, keadilan

(fairness); kedua, transparansi (transparency); ketiga, dapat dipertanggungjawabkan

(accountability); dan keempat, pertanggungjawaban (responsibility).

1) Keadilan (fairness) 

Secara sederhana keadilan bisa didefinisi sebagai perlakuan yang adil dan setara di

dalam memenuhi hak-hak pemegang kepentingan (stakeholders) yang timbul

berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Keadilan

meliputi: (a) perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham; dan (b) perlakuan

yang sama bagi para pemegang saham. Keadilan juga mencakup adanya kejelasan

hak-hak pemodal, sistem hukum dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-

hak investor, khususnya pemegang saham minoritas, dari berbagai bentuk

kecurangan. Bentuk kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang

melibatkan informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai

perusahaan berkurang), korupsi-kolusi-nepotisme (KKN), atau keputusan-

keputusan yang dapat merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah

dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger, akuisisi, atau pengambilalihan

perusahaan lain.

Masalah yang timbul dalam praktik pengelolaan perusahaan, berasal dari

benturan kepentingan, baik perbedaan kepentingan antara managemen (dewan

Page 30: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

18  

komisaris dan direksi) dengan pemegang saham, maupun antara pemegang saham

pengendali (pemegang saham pendiri),6 dengan pemegang saham minoritas.7

Di tengah situasi seperti ini, ada beberapa manfaat yang diharapkan bisa

diperoleh dari prinsip keadilan. Tia diharapkan membuat seluruh aset perusahaan

dikelola secara baik dan hati-hati, sehingga muncul perlindungan kepentingan

pemegang saham secara jujur dan adil. Tia juga diharapkan memberi perlindungan

kepada perusahaan terhadap praktik korporasi yang merugikan seperti disebutkan

di atas. Pendek kata, keadilan menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin

perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.

Namun seperti halnya sebuah prinsip, keadilan memerlukan syarat agar bisa

diberlakukan secara efektif berupa peraturan dan perundang-undangan yang jelas,

tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara baik serta efektif. Hal ini dinilai

penting karena akan menjadi penjamin adanya perlindungan atas hak-hak

pemegang saham mana pun, tanpa ada pengecualian. Peraturan perundang-

undangan ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghindari

penyalahgunaan lembaga peradilan (litigation abuse). Di antaranya adalah

penyalahgunaan ketidakefisienan lembaga peradilan dalam mengambil keputusan

sehingga pihak yang tidak beritikad baik mengulur-ngulur waktu kewajiban yang

harus dibayarkannya atau bahkan dapat terbebas dari kewajiban yang harus

dibayarkannya.

2) Transparansi/keterbukaan informasi (transparency) 

Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses

pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan

                                                       6 di Indonesia biasanya mayoritas 7 pada perusahaan publik biasanya pemegang saham publik

Page 31: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

19  

relevan mengenai perusahaan. Menurut peraturan di pasar modal Indonesia, yang

dimaksud informasi material dan relevan adalah informasi yang dapat

memengaruhi naik turunnya harga saham perusahaan tersebut, atau yang

memengaruhi secara signifikan risiko serta prospek usaha perusahaan yang

bersangkutan. Transparansi meliputi: (a) pengungkapan informasi yang bersifat

penting; (b) informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan

pembukuan yang berkualitas; serta (c) penyebaran informasi harus bersifat adil,

tepat waktu dan efisien.

Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus menyediakan

informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan diharapkan pula

dapat memublikasi informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan

berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu.

Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan

secara mudah pada saat diperlukan.

Manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan prinsip ini adalah, pertama,

pemegang kepentingan (stakeholders) dapat mengetahui risiko yang mungkin

terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kedua, karena adanya

informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas,

konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi

pasar. Ketiga, jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan

dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai

pihak dalam managemen.

   

Page 32: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

20  

3) Akuntabilitas/pertanggungjelasan (accountability) 

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban

organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

Akuntabilitas meliputi pengertian bahwa: (a) anggota dewan direksi harus

bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham; (b)

penilaian yang bersifat independen terlepas dari managemen; serta (c) adanya

akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu. Implementasi

prinsip ini berupa kewajiban memiliki komisaris independen dan komite audit,

sebagaimana yang ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta. Selain itu, beberapa bentuk

implementasi lain dari prinsip akuntabilitas adalah praktik audit internal yang

efektif, serta adanya kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab dalam anggaran dasar perusahaan dan target pencapaian perusahaan di masa

depan (Statement of Corporate Intent).

Apabila prinsip akuntabilitas diterapkan secara efektif, maka akan ada

kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab antara pemegang

saham, dewan komisaris, serta direksi. Dengan adanya kejelasan inilah, maka

perusahaan akan terhindar dari kondisi masalah keagenan.

4) Responsibilitas/pertanggungjawaban (responsibility) 

Responsibilitas/pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (kepatuhan) di

dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta

peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini termasuk yang

berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan

hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang

sehat. Responsibilitas meliputi: (a) menjamin dihormatinya segala hak pemegang

kepentingan; (b) para pihak yang berkepentingan harus memiliki kesempatan untuk

Page 33: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

21  

mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka; (c)

dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang

berkepentingan; serta (d) jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus

memunyai akses terhadap informasi yang relevan.

Penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan menyadari bahwa

dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia menghasilkan eksternalitas (dampak

luar kegiatan perusahaan) negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat. Prinsip

responsibilitas ini juga diharapkan dapat membantu peran pemerintah dalam

mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja pada segmen

masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar.

2.1.4. Peran Governansi Perusahaan 

Peran utama governansi perusahaan adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui

supervisi atau pemantauan kinerja managemen dan adanya akuntabilitas managemen

terhadap pemegang saham dan pemegang kepentingan lainnya, berdasarkan rerangka

aturan dan peraturan yang berlaku. Di samping hal-hal tersebut di atas, tia juga

berperan mengurangi kos keagenan (agency cost), yaitu suatu kos yang harus

ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak

managemen. Kos-kos ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai

akibat penyalahgunaan wewenang (wrong-doing), ataupun berupa kos pengawasan

yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

Selain itu, tia berperan mengurangi kos modal (cost of capital), yaitu berupa

penurunan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan.

Kos modal akan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat risiko perusahaan

sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan yang baik.

Page 34: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

22  

Selanjutnya, tia juga akan meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat

meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.

Terakhir, tia berperan menciptakan dukungan para pemegang kepentingan

(stakeholders) dalam lingkungan perusahaan terhadap keberadaan dan berbagai strategi

serta kebijakan yang ditempuh perusahaan karena secara umum mereka mendapat

jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan

operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.

2.2. LIKUIDITAS SAHAM

Likuiditas merupakan sebuah keadaan yang di dalamnya investor mudah melakukan

jual beli dan bahkan mudah menentukan harga sekuritas (Goh et al., 2008). Likuiditas

saham merujuk pada aktivitas perdagangan saham di bursa efek. Tia merupakan

keunggulan aset finansial atas aset real karena tanpa likuiditas, pasar modal menjadi

tidak menarik dan akan kehilangan perannya sebagai sarana investasi sekaligus sumber

pembiayaan. Acharya dan Pedersen (2005) menyatakan bahwa kos ekuitas akan lebih

besar pada kondisi pasar yang semakin taklikuid. Likuiditas maksimal ketika pedagang

dapat bertransaksi tanpa ada penundaan waktu maupun ketidakpastian harga.

Likuiditas atau daya jual (marketability) suatu aktiva keuangan mengacu pada

kemudahan aktiva untuk dijual sesuai dengan nilainya atau setidaknya mendekati nilai

tersebut (Fabozzi, 1999). Tia juga dapat dijelaskan secara sederhana sebagai

kemudahan untuk menjual atau membeli efek pada harga yang wajar. Fabozzi (1999)

menjelaskan bahwa likuiditas dapat dilihat dari seberapa besar penjual bersedia

menerima kerugian jika mereka ingin menjual aktiva dengan segera dibandingkan

dengan kos dan waktu yang harus dikeluarkan. Likuiditas saham juga dapat diartikan

sebagai seberapa cepat saham tersebut dapat dikonversi menjadi kas. Semakin cepat

Page 35: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

23  

suatu saham dapat diubah menjadi kas berarti semakin tinggi likuiditas saham tersebut.

Artinya, saham yang likuid adalah saham yang mudah ditukar atau dijadikan uang.

Menurut teori, suatu aset disebut likuid jika aset itu dapat ditransaksikan dengan

cepat dan biaya yang rendah, dalam jumlah besar tanpa memengaruhi harga.

Berdasarkan konsep ini, Harris (2003) dalam Frensidy (2008) menyatakan bahwa

likuiditas memiliki empat dimensi, yaitu immediacy, width, depth, dan resiliency.

Dimensi pertama, immediacy, mengukur seberapa cepat pedagang dapat

bertransaksi dalam aset itu. Jika mereka selalu dapat melakukannya dengan segera

setiap kali mereka menginginkan, maka aset tersebut likuid.

Dimensi kedua, width atau breadth, melihat likuiditas dari biaya yang harus

ditanggung untuk transaksi aset itu. Untuk properti, biaya-biaya itu adalah biaya

notaris, BPHTB (transaksi beli), dan PPh (transaksi jual). Untuk valuta asing, biaya itu

adalah selisih kurs jual dan kurs beli. Untuk saham, biaya transaksi meliputi bid-ask

spread (selisih harga beli dan harga jual) dan komisi broker. Semakin kecil biaya

transaksi sebuah aset, maka aset semakin likuid. Saat ini, spread saham likuid di BEI

bisa serendah 1/199 (10/1990 atau 25/4975) dan untuk komisi pembelian (penjualan),

angkanya mulai dari 0,19% (0,29%) dari nilai transaksi sehingga untuk transaksi dua

arah (beli dan jual), biayanya hanya sekitar 0,6%? 0,9%. Nilai ini sangat rendah

dibandingkan dengan biaya transaksi beli-jual properti yang dapat mencapai 5% atau

lebih.

Dimensi ketiga adalah depth. Untuk saham, dimensi ini melihat banyaknya order

beli dan order jual yang ada di pasar. Semakin banyak order beli (jual), semakin mudah

pedagang dapat melakukan aksi jual (beli) tanpa memengaruhi harga, sehingga saham

semakin likuid.

Page 36: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

24  

Terakhir, dimensi resiliency berhubungan dengan seberapa cepat harga aset dapat

kembali ke tingkat sebelumnya jika terjadi ketidakseimbangan aksi jual (beli) dalam

jumlah besar. Jika harga suatu saham cepat kembali ke tingkat harga wajarnya seperti

sebelumnya, maka saham dinyatakan likuid.

Pengukuran tingkat likuiditas suatu saham pada penelitian dapat dilihat dari

perubahan bid-ask spread, volume turnover, dan frekuensi transaksi perdagangan

saham. Indikatornya antara lain frekuensi perdagangan, volume perdagangan, nilai

perdagangan dan seberapa banyak pihak-pihak atau investor yang bertransaksi di saham

tersebut. Semakin tinggi indikator menunjukkan likuiditas yang semakin baik. Selain

indikator–indikator tersebut, terdapat indikator lain untuk menilai likuiditas saham,

yaitu fluktuasi atau perubahan harga saham tersebut. Semakin stabil perubahan harga

saham, maka likuiditas saham akan semakin tinggi.

Sebagai instrumen investasi, saham yang likuid memiliki beberapa keunggulan.

Pertama, harga pasar yang terbentuk lebih mencerminkan kondisi fundamental emiten

karena harga terbentuk berdasarkan mekanisme pasar. Kedua, saham yang likuid lebih

aman bagi investor karena sewaktu-waktu investor membutuhkan dana, ia bisa

langsung melepas sahamnya di pasar pada harga wajar. Ketiga, saham yang likuid

memiliki ruang lingkup distribusi yang lebih menyebar. Keempat, perubahan atau

fluktuasi harga lebih stabil, tidak melonjak-lonjak dan likuiditasnya bersifat kontinus.

Saham yang likuid tidak hanya menguntungkan bagi investor. Ia juga membawa

berkah bagi issuer atau emiten. Dengan tingkat likuiditas yang tinggi, setidaknya

mendongkrak reputasi emiten di mata publik. Investor percaya terhadap kinerja

(performance) emiten dan tren pertumbuhan ke depan. Pada gilirannya, hal ini tentu

akan memudahkan emiten untuk menggali dana jika dibutuhkan sewaktu-waktu untuk

ekspansi usaha.

Page 37: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

25  

2.3. MANAGEMEN LABA

Copeland (1968) mendefinisi managemen laba sebagai, “some ability to increase or

decrease reported net income at will.” Ini berarti bahwa managemen laba mencakup

usaha managemen untuk memaksimalkan, atau meminimalkan laba, termasuk perataan

laba sesuai dengan keinginan managemen. Managemen laba diyakini muncul sebagai

konsekuensi langsung dari upaya-upaya manager atau pembuat laporan keuangan untuk

melakukan managemen informasi akuntansi, khususnya laba (earnings), demi

kepentingan pribadi dan/atau perusahaan (Gumanti, 2003).

Verbrugen et al. (2008), berdasarkan review yang dilakukannya, mengidentifikasi

empat cara yang dapat ditempuh oleh manager untuk melakukan managemen laba,

yaitu, pertama, managemen laba melalui manipulasi akrual dengan tanpa konsekuensi

langsung terhadap aliran kas perusahaan. Kedua, manager dapat melakukan

managemen laba melalui alokasi kos atau pergeseran laba. Ketiga, managemen laba

dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure). Terakhir, manager juga memiliki

kemungkinan untuk mengelola atau mengatur angka laba yang dilaporkan melalui

manipulasi aktivitas nyata (real earnings management).

Menurut Scott (2000), pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan dapat bersifat

efisien (meningkatkan keinformatifan laba dalam mengomunikasikan informasi privat)

dan dapat bersifat oportunis (managemen melaporkan laba secara oportunis untuk

memaksimalkan kepentingan pribadinya). Literatur-literatur tersebut hanya sedikit

mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menjadi perhatian pembuat standar,

misalnya saja apakah managemen laba memang selalu terjadi ataukah hanya terjadi di

waktu tertentu saja, atau akrual manakah yang biasanya dikelola dan pengaruhnya

terhadap keputusan pengalokasian sumber daya.

Page 38: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

26  

Healy and Wahlen (1999) memberikan suatu definisi managemen laba yang

dipandang dari perspektif penyusun standar. Mereka menyatakan bahwa managemen

laba terjadi pada saat manager menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan

pada saat penstrukturan transaksi untuk mengubah laporan keuangan yang dapat

menyesatkan beberapa pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan atau

untuk memengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang

dilaporkan.

“Earnings management occurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the company or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers” (Healy and Wahlen, 1999, p.365).8

Schipper (1989) mengartikan managemen laba sebagai tindakan intervensi yang

dilakukan managemen terhadap proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal

dengan maksud untuk memeroleh keuntungan pribadi. Sedangkan Healy (1985)

barangkali adalah orang pertama yang mencoba untuk mengungkapkan kemungkinan

munculnya managemen laba, khususnya keterkaitan antara managemen laba dan pola

bonus (bonus schemes) dalam proses pelaporan data keuangan.

Meskipun diterima secara luas, kedua definisi tersebut sulit untuk

dioperasionalisasi secara langsung dengan menggunakan atribut-atribut laporan

keuangan karena definisi yang diberikan oleh Schipper (1989) dan Healy dan Wahlen

(1999) lebih berfokus pada tujuan managerial yang tidak dapat diukur secara langsung

(unobservable). Selain itu, dua definisi tersebut juga tidak menjelaskan motivasi di

balik managemen laba.

Watts dan Zimmerman (1986) mengajukan tiga hipotesis motivasi managemen

laba yang meliputi:

                                                       8 Healy dan Wahlen, 1999 menggunakan definisi ini untuk mereview beberapa penelitian dalam managemen laba.

Page 39: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

27  

1. Hipotesis Program Bonus

Hipotesis ini menyatakan bahwa manager akan termotivasi untuk memilih

prosedur akuntansi yang meningkatkan keuntungan yang dilaporkan dalam upaya

untuk memaksimalkan imbalan bonus. Sehingga laba akan dikelola sedemikian

rupa agar dapat mencapai batas yang diinginkan, yaitu dalam batas atas dan batas

bawah yang ditetapkan (Healy, 1985).

2. Hipotesis Perjanjian Hutang

Hipotesis perjanjian hutang menyatakan bahwa manager termotivasi melakukan

managemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang. Kreditor

biasanya membatasi pembayaran dividen, pembelian kembali saham beredar, dan

penambahan utang untuk menjamin pembayaran pokok utang dan bunga.

3. Kos politik

Hipotesis kos politik menguji peran pilihan kebijakan akuntansi dalam proses

politik. Proses politik menimbulkan kos bagi perusahaan atau industri yang

diyakini memperoleh keuntungan dari publik atau memperoleh laba sangat tinggi.

Laba sangat tinggi mengakibatkan perusahaan ditekan agar menurunkan harga jual

atau pemerintah meregulasi harga. Manager memiliki insentif dalam pemilihan

metoda akuntansi dan penggunaan diskresi untuk menurunkan laba dan risiko

politik.

Verbrugen et al. (2008) mengidentifikasikan lima kategori motivasi managemen

pajak, yaitu: 1) insentif pasar modal, 2) signaling/merahasiakan informasi privat, 3) kos

politis, 4) membuat CEO terlihat bagus dan 5) motivasi internal. Verbrugen et al.

(2008) berdasarkan reviewnya mengidentifikasikan empat cara yang dapat ditempuh

oleh manager untuk melakukan managemen laba, yaitu: 1) managemen laba melalui

akrual; 2) managemen laba melalui alokasi biaya atau pergeseran laba; 3) managemen

Page 40: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

28  

laba melalui pengungkapan; dan 4) managemen laba melalui manipulasi aktivitas

nyata.

Keterlibatan dalam managemen laba memiliki konsekuensi yang berbeda.

Sebagaimana disebutkan di atas, perusahaan dapat berusaha untuk meningkatkan harga

saham atau menghindar dari kos politis. Manager dapat meningkatkan pembayaran

bonus atau nilai dari opsi saham atau meningkatkan reputasi mereka, namun usaha-

usaha ini juga memiliki konsekuensi negatif bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat

dalam managemen laba. Konsekuansi negatif bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat

dalam managemen laba, misalnya, adalah adanya kos litigasi, penurunan harga saham

atau bahkan kehilangan reputasi. Dampak negatif yang diakibatkan managemen laba,

dengan sendirinya menjadi pembatas kuat untuk melakukan tindakan tersebut.

Isu-isu mengenai cara pencegahan managemen laba memang menjadi topik yang

sangat menarik untuk diteliti. Verbrugen et al. (2008) mengidentifikasi ada tiga cara

yang digunakan untuk membatasi managemen laba, yaitu: 1) peningkatan standar

akuntansi, peran Bapepam dan kendali pemerintah untuk membatasi managemen laba;

2) audit sebagai pembatas managemen laba; dan 3) karakteristik perusahaan yang

membatasi managemen laba.

Beberapa penelitian managemen laba yang dipublikasi di Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia juga mengangkat isu mengenai pembatasan managemen laba, misalnya

penelitian yang dilakukan oleh Ardiati (2005), Veronica dan Utama (2006) dan Sanjaya

(2008). Ardiati (2005) memberikan bukti empiris adakah pengaruh managemen laba

pada perusahaan yang diaudit oleh KAP big 5 dibandingkan dengan non-big 5 dan hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit bisa menjadi penghalang terjadinya

managemen laba di perusahaan. Veronica dan Utama (2006) memberikan bukti empiris

mengenai pengaruh struktur pemilikan, ukuran perusahaan, dan praktik good corporate

Page 41: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

29  

governance terhadap besaran pengelolaan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara konsisten mempunyai

pengaruh negatif yang signifikan terhadap besaran pengelolaan laba yang dilakukan

perusahaan. Rata-rata pengelolaan laba pada perusahaan dengan pemilikan keluarga

tinggi dan bukan perusahaan konglomerasi secara signifikan lebih tinggi daripada rata-

rata pengelolaan laba pada perusahaan lain. Sanjaya (2008) menginvestigasi apakah

kombinasi komite audit (memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat atau tidak

membentuk) dan auditor (big four dan non big four) dapat mengurangi managemen

laba. Dia berhasil menunjukkan bahwa KAP yang berafiliasi dengan big four mampu

mengurangi managemen laba. Namun, penelitian ini gagal membukukan keberadaan

komite audit sebagai salah satu lembaga dalam penerapan GCG untuk mengurangi dam

mencegah managemen laba.

2.4. SALURAN YANG MENGHUBUNGKAN GOVERNANSI PERUSAHAAN DAN

LIKUIDITAS SAHAM

Keefektifan pengelolaan sumber daya perusahaan oleh managemen dapat diketahui dari

informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Dengan kata

lain, reaksi pasar merupakan sinyal terhadap efektivitas praktik governansi perusahaan.

Penelitian yang menguji hubungan antara governansi perusahaan internal dan

likuiditas telah dilakukan oleh Chung et al. (2009). Hasilnya menunjukkan bahwa

governansi perusahaan yang semakin baik akan memersempit spreads, mempertinggi

indeks likuiditas pasar, dan memperkecil kemungkinan terjadinya perdagangan berbasis

informasi orang dalam (inside information). Chung et al. (2009) menyatakan bahwa

governansi perusahaan memengaruhi likuiditas pasar saham karena governansi yang

efektif akan meningkatkan transparansi keuangan dan operasional, yang akan

Page 42: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

30  

mengurangi asimetri informasi antara investor dalam (pemegang saham mayoritas) dan

investor luar (spekulan/liquidity providers).

Beberapa peneliti lain, dengan menggunakan data U.S., juga meneliti hubungan

governansi perusahaan dan likuiditas, meskipun dengan pengesetan yang berbeda. Attig

et al. (2004), dengan menggunakan data bursa efek Kanada, memberi bukti empiris

bahwa saham dengan pemisahan yang besar antara hak kendali (control right) dan hak

pemilikan (ownership right), memiliki komponen asimetri informasi bid-ask spread

yang makin lebar. Chen et al. (2007) menguji pengaruh pengungkapan dan mekanisme

governansi perusahaan pada likuiditas ekuitas dan memberi bukti empiris bahwa

perusahaan yang kurang transparan dan sedikit melakukan praktik pengungkapan akan

mengalami asimetri informasi. Penelitian-penelitian tersebut memberi bukti empiris

bahwa governansi perusahaan berhubungan dengan likuiditas. Artinya, apabila

perusahaan menerapkan praktik governansi yang baik, maka likuiditas sahamnya akan

meningkat.

Berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut, maka penelitian ini mengajukan

hipotesis bahwa semakin bagus praktik governansi perusahaan akan meningkatkan

likuiditas saham. Hipotesis tersebut dinyatakan sebagai berikut:

H1a: Governansi perusahaan berpengaruh positif pada likuiditas saham.

2.5. SALURAN YANG MENGHUBUNGKAN GOVERNANSI PERUSAHAAN DAN

MANAGEMEN LABA

Salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi terjadinya konflik

kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan adalah keberadaan

peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif mengarahkan kegiatan

operasional perusahaan serta kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang

Page 43: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

31  

memunyai kepentingan yang berbeda. Mekanisme pengendalian internal dalam

perusahaan antara lain struktur pemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh dewan

komisaris. Sedangkan mekanisme melalui pengendalian eksternal dapat diperankan

oleh investor, yang memiliki sumber daya dan insentif untuk memonitor perusahaan,

misalnya melalui pemilikan institusional. Selain itu, keefektifan pengelolaan sumber

daya perusahaan oleh managemen juga dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan

melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Pemilikan institusional memiliki

kemampuan untuk mengendalikan pihak managemen melalui proses pemonitoran

secara efektif sehingga mengurangi tindakan managemen melakukan managemen laba.

Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi juga dapat memengaruhi proses

penyusunan laporan keuangan, yang memiliki kemungkinan adanya diskresionarisasi

sesuai dengan kepentingan pihak managemen.

Penelitian yang menginvestigasi hubungan antara praktik governansi perusahaan

dan managemen laba, antara lain dilakukan oleh Chtourou et al. (2001). Penelitian ini

menginvestigasi apakah praktik governansi perusahaan berpengaruh pada kualitas

informasi keuangan yang diterbitkan perusahaan. Secara khusus penelitian ini menguji

hubungan antara karakteristik komite audit dan dewan direksi dengan managemen laba,

yang diukur dengan akrual diskresioner. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara managemen laba dan praktik governansi perusahaan.

Penelitian oleh Liu dan Lu (2007) menguji hubungan antara managemen laba dan

governansi perusahaan di Cina dengan menggunakan perspektif tunneling. Penelitian

ini menunjukkan bukti empiris bahwa perusahaan dengan level governansi perusahaan

yang makin tinggi memiliki level managemen laba yang makin rendah. Penelitian ini

juga menunjukkan bahwa konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dan

investor minoritas menempati porsi signifikan dalam masalah managemen laba pada

Page 44: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

32  

perusahaan-perusahaan publik di Cina. Selain itu, Chen et al. (2007) menginvestigasi

apakah karakteristik-karakteristik GCG yang diwajibkan oleh corporate governance

best-practice principles (CGBPP) untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa

efek Taiwan berhubungan dengan managemen laba. Secara khusus penelitian ini

menguji apakah independensi, keahlian finansial dan formasi sukarela dewan direksi

independen berhubungan dengan nilai absolut akrual diskresioner. Hasil penelitian

menyatakan bahwa independensi pengawas, keahlian finansial direksi independen, dan

formasi sukarela dewan direksi independen berhubungan dengan makin rendahnya

kecenderungan managemen laba. Temuan ini makin kuat ketika CGBPP diundangkan

sehingga menunjukkan bahwa implementasi CGBPP menurunkan managemen laba.

Penelitian lain dengan menggunakan data Indonesia, yang menguji hubungan

governansi perusahaan dan managemen laba dilakukan antara lain oleh Hutapea (2007),

Hidayat (2008), serta Iqbal dan Fachriyah (2008). Penelitian-penelitian tersebut

memberikan bukti empiris bahwa governansi perusahaan merupakah alat efektif untuk

meredakan managemen laba.

2.6. SALURAN YANG MENGHUBUNGKAN MANAGEMEN LABA DAN

LIKUIDITAS SAHAM

Jensen (2004) menunjukkan bahwa perataan laba untuk memenuhi proyeksi pasar akan

membawa pada keputusan buruk yang merusak nilai perusahaan. Sementara itu, Leuz

et al. (2003), yang menguji perbedaan lintas negara dalam hal managemen laba,

menemukan bahwa timbulnya asimetri informasi disebabkan karena pihak managemen

mencoba melindungi kepentingan privat mereka dengan menggunakan managemen

laba untuk menutupi kinerja perusahaan dari pihak investor (outsider). Chung et al.

(2008) meneliti hubungan antara managemen laba dan likuiditas. Chung et al. (2008)

Page 45: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

33  

menduga bahwa dorongan untuk menyalahsajikan kinerja perusahaan melalui

managemen laba muncul dari konflik kepentingan antara pihak managemen dan

investor. Apabila investor menemukan adanya managemen laba yang agresif, maka

mereka akan melindungi diri dengan cara melebarkan bid-ask spread yang akan

mencerminkan tingkat likuiditas saham yang menurun. Dengan demikian, semakin

besar managemen laba akan semakin memperlebar bid-ask spread dan menurunkan

likuiditas. Penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara peningkatan managemen

laba dengan peningkatan adverse selection cost serta makin lebarnya bid-ask spread

sebagai pengukur likuiditas saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Chung et al. (2009), yang menguji hubungan

antara governansi perusahaan dan likuiditas, Chen et al. (2007), yang menguji

hubungan governansi perusahaan dan managemen laba, serta penelitian oleh Chung et

al. (2008), yang menguji hubungan antara managemen laba dan likuiditas,

memunculkan dugaan adanya mekanisme pemediasian antara hubungan governansi

perusahaan dan likuiditas. Penelitian yang menguji adanya mekanisme pemediasian

antara governansi perusahaan dan likuiditas saham antara lain dilakukan oleh Goh et al.

(2008). Sayangnya, penelitian tersebut tidak menyebutkan landasan teoretis yang kokoh

mengapa perlu dilakukan investigasi atas hubungan langsung antara governansi

perusahaan dan likuiditas saham.

Goh et al. (2008) hanya menyebutkan bahwa penelitian tersebut dimotivasi oleh

tujuan membuka ‘black-box’ hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas

saham. Penelitian tersebut menguji adanya pengaruh langsung dan taklangsung antara

governansi perusahaan dan likuiditas saham dengan menggunakan tiga variabel

pemediasi, yaitu adverse selection (kemungkinan terjadinya perdagangan oleh

pedagang terinformasi—informed traders), pengungkapan sukarela, dan ulasan analis

Page 46: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

34  

(analyst following). Penelitian tersebut dimotivasi oleh beberapa penelitian terdahulu

yang menguji hubungan governansi perusahaan dengan variabel-variabel lain. Namun,

karena tidak terdapat penelitian yang menguji hubungan tersebut secara simultanus,

maka penelitian oleh Goh et al. (2008) bermaksud menguji hubungan tersebut secara

simultanus. Penelitian oleh Goh et al. (2008) menunjukkan bahwa memang terdapat

hubungan taklangsung antara governansi perusahaan dan likuiditas saham dengan

melalui mekanisme pemediasian. Selanjutnya, Goh et al. (2008) menyebutkan bahwa di

antara ketiga mekanisme pemediasian, variabel adverse selection memiliki peran paling

penting dalam memediasi pengaruh governansi perusahaan pada likuiditas saham jika

dibandingkan dengan variabel pengungkapan sukarela maupun ulasan analis (analyst

following). Variabel adverse selection menjelaskan sebesar 70% atas pengaruh mediasi

hipotesisan antara governansi perusahaan dan spread, sedangkan variabel

pengungkapan sukarela dan ulasan analis menjelaskan pengaruh pemediasian masing-

masing sebesar 16% dan 14%. Penelitian Goh et al. (2008) tersebut menjadi landasan

bagi penelitian ini untuk menginvestigasi lebih lanjut variabel lain yang memediasi

pengaruh langsung governansi perusahaan pada likuiditas saham.

Besaran ekonomis (economic magnitude) pengaruh adverse selection dalam

menjelaskan hubungan pemediasian antara governansi perusahaan dan likuiditas saham

merupakan motivasi untuk memfokuskan penelitian pada adverse selection cost.

Penelitian yang dilakukan oleh Chung et al. (2008) menunjukkan adanya korelasi

antara peningkatan managemen laba dengan peningkatan adverse selection cost serta

makin lebarnya bid-ask spread sebagai pengukur likuiditas saham. Penjelasan yang

dapat diberikan atas hasil ini adalah ketika terjadi managemen laba, maka asimetri

informasi meningkat. Karena informasi tidak mencerminkan kinerja perusahaan yang

sesungguhnya, maka investor berusaha mencari informasi dalam sehingga terjadilah

Page 47: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

35  

perdagangan dengan menggunakan informasi privat. Asimetri informasi juga

menyebabkan investor melindungi dirinya dengan memperlebar bid-ask spread. Oleh

karena itu, dalam kondisi terdapat managemen laba, likuiditas akan menurun yang

ditunjukkan dengan makin lebarnya bid-ask spread.

Berdasarkan saluran-saluran yang menghubungkan antara governansi perusahaan

dan managemen laba serta antara managemen laba dan likuiditas, maka penelitian ini

mengajukan hipotesis bahwa semakin baik praktik governansi perusahaan akan

mengurangi kecenderungan melakukan managemen laba. Tingkat managemen laba

yang makin rendah akan meningkatkan likuiditas saham. Hipotesis tersebut dinyatakan

sebagai berikut:

H2a: Governansi perusahaan berpengaruh terhadap likuiditas saham melalui

managemen laba.

Sedangkan untuk model penelitian digambarkan sebagai berikut:

 

 

 

 

   

ManagemenLaba  

Governansi  Perusahaan   

Likuiditas Saham   

H1

H2

Page 48: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

36  

BAB 3

METODA PENELITIAN

3.1. DATA DAN SAMPEL

Penelitian ini menggunakan data sekonder. Data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI, yang tersedia di pusat data

bisnis dan ekonomi (PDBE) UGM, informasi keuangan lain yang tersedia di ICMD dan

data OSIRIS untuk variabel likuiditas saham dan managemen laba. Sedangkan variabel

governansi perusahaan (corporate governance) menggunakan data skor CGPI yang

diperoleh dari IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang mengikuti

survei CGPI (corporate governance perception index) IICG untuk perioda 2003-2007.

Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan nonkeuangan peserta survei

yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif diperdagangkan dari perioda tahun 2003-

2007. Alasan hanya menguji perusahaan-perusahaan nonkeuangan adalah kemungkinan

terjadinya bias akibat karakteristik industri yang berbeda jika menggunakan

perusahaan-perusahaan, baik keuangan maupun nonkeuangan. Alasan lain adalah

karena perusahaan-perusahaan nonkeuangan memiliki regulasi yang tidak seketat

perusahaan-perusahaan keuangan (terutama sektor perbankan), dengan demikian

diharapkan praktik governansi perusahaan sukarela yang diterapkan perusahaan lebih

diresponsa oleh investor. Sampel tidak mengkhususkan pada sektor tertentu, misalnya

pemanufakturan, karena penelitian ini tidak bermaksud menginvestigasi fungsi tertentu.

Metoda penyampelan yang digunakan adalah metoda penyampelan bersasaran

(purposive sampling) dengan sasaran sampel sebagai berikut:

− Perusahaan nonkeuangan peserta survei yang terdaftar di BEI selama lima

tahun terakhir, yaitu sejak 2003 hingga 2007.

Page 49: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

37  

− Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan yang berakhir pada tanggal 31

Desember selama perioda pengamatan.

− Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

− Memiliki semua data yang digunakan untuk menghitung variabel yang

menjadi fokus dalam penelitian ini seperti untuk menghitung total akrual,

akrual nondiskresioner (nondiscretionary accruals) dan akrual diskresioner

(discretionary accruals).

− Perusahaan yang diestimasi melakukan managemen laba.

3.2.VARIABEL DAN PENGUKURAN

3.2.1. Governansi  perusahaan 

Governansi perusahaan (corporate governance) didefinisi sebagai seperangkat aturan

dan prinsip-prinsip, yaitu keadilan (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas

atau pertanggungjelasan (accountability), dan pertanggungjawaban (responsibility),

yang mengatur hubungan antara pemegang saham, managemen perusahaan (direksi dan

komisaris), pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan

(stakeholders) lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing

pihak. Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemegang

kepentingan (stakeholders) dalam perusahaan. Adanya nilai tambah bagi pemegang

kepentingan (stakeholders) ini akan menarik investor untuk menanamkan modalnya di

perusahaan yang bersangkutan.

Penelitian ini menggunakan corporate governance perception index (CGPI), hasil

pemeringkatan penerapan governansi perusahaan (corporate governance) yang

dilaporkan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Alasan

penggunaan indeks ini disebabkan oleh keterbatasan data tentang penelitian penerapan

Page 50: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

38  

governansi perusahaan (corporate governance) pada perusahaan-perusahaan di

Indonesia. Indeks tersebut merupakan satu-satunya indeks (yang dipublikasi) dari hasil

penelitian pada perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan menggunakan instrumen

yang telah disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku di Indonesia

(Khomsiyah, 2005).

Komponen indeks tersebut adalah prinsip-prinsip governansi perusahaan yang

telah dikembangkan oleh OECD (organization for economic and cooperation

development), yaitu keadilan, akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi. Prinsip

tersebut telah dijabarkan sesuai dalam 7 bagian: komitmen, dewan komisaris, dewan

direksi, komite fungsional, hak pemegang saham, responsibilitas, dan transparansi.

Indeks ini menggunakan skala interval 0–100.

3.2.2. Managemen laba 

Variabel managemen laba diukur dengan menggunakan akrual diskresioner. Akrual

diskresioner merupakan akrual yang terjadi karena pemilihan kebijakan akuntansi oleh

manager perusahaan. Model yang digunakan untuk mengukur terjadinya managemen

laba adalah model Jones (1991). Model ini dipilih berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Sanjaya (2008) yang memberikan bukti empiris bahwa model Jones asli

dan model Jones modifikasian (Dechow, 1995) adalah sama dan konsisten dalam

mendeteksi managemen laba.

Managemen laba didefinisi sebagai tindakan manager untuk menggunakan

pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan strukturisasi transaksi-

transaksi dengan tujuan untuk menyesatkan beberapa pemegang kepentingan

(stakeholders) tentang kinerja perusahaan atau memengaruhi kontraktual karena

kontrak-kontrak ini dibatasi oleh angka-angka akuntansi (Healy dan Wahlen, 1999).

Page 51: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

39  

Hasil pengukuran akrual diskresioner tinggi atau positif mengindikasi bahwa manager

melakukan income increasing. Sebaliknya, jika hasil pengukuran akrual diskresioner

turun atau negative, maka hal ini mengindikasi bahwa manager melakukan income

decreasing. Jika hasil pengukuran akrual diskresioner bernilai nol, maka hal ini

mengindikasi bahwa manager tidak melakukan managemen laba.

Langkah-langkah untuk melakukan perhitungan model Jones adalah sebagai

berikut (Sanjaya, 2008):

a) Menghitung besarnya total akrual seluruh perusahaan manufaktur dengan

pendekatan aliran kas, yaitu selisih antara laba sebelum pos luar biasa, operasi

diskontinus, dan akumulasi perubahan metoda akuntansi perusahaan dengan

aliran kas operasi dari tahun 2003-2007.

b) Melakukan regresi untuk mendapatkan angka-angka untuk koefisien α1, α2, α3

dengan variabel dependen total akrual dan variabel independen adalah total

aktiva tahun sebelumnya (t-1), perubahan pendapatan, total aktiva tetap kotor

perusahaan pada tahun ke-t.

c) Setelah mendapatkan nilai untuk koefisien α1, α2, α3, maka dilakukan estimasi

besarnya akrual nondiskresioner selama tahun peristiwa. Menurut model Jones

(1991), akrual nondiskresioner diestimasi selama tahun peristiwa sebagai berikut:

NDAit = α1 (1/Ait-1) + α2 (ΔRevit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1)

dalam hal ini,

NDAit: akrual nondiskresioner perusahaan i pada perioda t.

Ait-1: total aktiva perusahaan i pada perioda t-1.

ΔRevit: perubahan pendapatan perusahaan i pada perioda t.

PPEit: total aktiva tetap kotor perusahaan i pada perioda ke-t.

Page 52: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

40  

d) Dari perhitungan persamaan di atas akan diperoleh nilai NDAit, yaitu akrual

nondiskresioner pada tahun t. setelah mendapatkan angka ini, maka akan

didapatkan nilai akrual diskresioner (DAit) dengan mengurangi nilai TAit, yaitu

total akrual perusahaan i pada perioda ke-t.

DAit = TAit/Ait-1 - [α1(1/Ait-1) + α2(ΔRevt/Ait-1) + α3(PPEt/Ait-1)]

Sanjaya (2008) menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukannya menggunakan

akrual diskresioner absolut karena tidak terdapat data tentang kejadian

sebelumnya yang menjelaskan motif managemen untuk melakukan managemen

laba.

3.2.3. Likuiditas saham 

Likuiditas merupakan sebuah keadaan yang di dalamnya investor mudah melakukan

jual beli dan bahkan mudah menentukan harga sekuritas (Goh et al., 2008). Likuiditas

saham merujuk pada aktivitas perdagangan saham di bursa efek. Tia merupakan

keunggulan aset finansial atas aset real karena tanpa likuiditas, pasar modal menjadi

tidak menarik dan akan kehilangan perannya sebagai sarana investasi sekaligus sumber

pembiayaan. Acharya dan Pedersen (2005) menyatakan bahwa kos ekuitas akan lebih

besar pada kondisi pasar yang semakin nonlikuid. Likuiditas maksimal ketika pedagang

dapat bertransaksi tanpa ada penundaan waktu maupun ketidakpastian harga.

Pengukuran tingkat likuiditas suatu saham pada penelitian dapat dilihat dari

perubahan bid-ask spread, volume turnover, dan frekuensi transaksi perdagangan

saham. Indikatornya antara lain frekuensi perdagangan, volume perdagangan, nilai

perdagangan dan seberapa banyak pihak-pihak atau investor yang bertransaksi di saham

tersebut. Semakin tinggi indikator menunjukkan likuiditas yang semakin baik. Selain

indikator–indikator tersebut, terdapat indikator lain untuk menilai likuiditas saham,

Page 53: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

41  

yaitu fluktuasi atau perubahan harga saham tersebut. Semakin stabil perubahan harga

saham, maka likuiditas saham akan semakin tinggi.

Penelitian ini menggunakan ukuran frekuensi perdagangan saham (trading

frequency) dengan beberapa alasan. Pertama, kriteria yang selama ini digunakan untuk

menetapkan 45 saham terlikuid (LQ45) setiap enam bulan adalah volume dan frekuensi

transaksi. Artinya, semakin besar volume dan frekuensi transaksi, maka semakin tinggi

likuiditas. Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Febrian dan Herwany (2008),

yang menguji ketiga ukuran likuiditas (bid-ask spread, frekuensi perdagangan dan

rasio-rasio likuiditas) dengan menggunakan model ARCH (autoregressive conditional

heteroscedasticity) dan GARCH (generalized autoregressive conditional

heteroscedasticity), menyediakan bukti empiris bahwa frekuensi perdagangan dengan

data bulanan merupakan ukuran yang paling tepat untuk mengukur likuiditas saham di

BEI. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fleming (2003) dan

Huang et al. (2002), yang menyediakan bukti empiris bahwa frekuensi perdagangan

memiliki tingkat signifikansi paling tinggi dibandingkan kedua variabel yang lain.

3.3. PENGUJIAN ASUMSI KLASIK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah governansi perusahaan memengaruhi

likuiditas saham dan apakah hubungan tersebut dimediasi oleh managemen laba.

Analisis yang digunakan untuk menguji hubungan langsung dan taklangsung adalah

dengan uji regresi berganda (multiple regression) atau biasa dinyatakan dalam ordinary

least square (OLS).

Cohen dan Cohen (1983) dalam Solihin (2006) menyatakan bahwa untuk menguji

kecukupan (adequacy) model regresi, maka residual (residuals) dari nilai regresi

estimasian harus diuji. Oleh karena itu, sebelum menguji hipotesis dilakukan pengujian

Page 54: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

42  

untuk memastikan bahwa asumsi mendasar pada model regresi terpenuhi. Tes

dilakukan terhadap normalitas residual, homogenitas variansi residual, dan ketepatan

model linear. Untuk memastikan terpenuhinya asumsi mendasar pada model regresi,

maka keberadaan multikolinearitas diuji dengan uji toleransi (tolerance test) dan uji

VIF (variance inflation factor) untuk masing-masing model regresi.

3.4. PENGUJIAN HIPOTESIS

Kenny (2009) menyatakan bahwa pengaruh governansi perusahaan (X) pada likuiditas

saham (Y) mungkin dimediasi oleh sebuah proses atau variabel managemen laba (M),

sedangkan variabel governansi perusahaan masih memiliki pengaruh pada likuiditas

saham. Jalur c disebut pengaruh total (total effect) sedangkan model mediasian adalah

sebagai berikut:

Jalur c’ merupakan pengaruh langsung (direct effect). Variabel mediator disebut

sebagai variabel mediasi (intervening variable) atau variabel proses. Pemediasian

penuh terjadi ketika variabel X tidak langsung memengaruhi variabel Y setelah M

dikontrol, dengan demikian jalur c’ adalah nol.

Dalam konteks penelitian ini, maka jalur c terjadi karena adanya pengaruh total

variabel governansi perusahaan pada likuiditas saham sedangkan jalur c’ merupakan

pengaruh langsungnya. Pemediasian penuh terjadi ketika variabel governansi

X Yc

X Yc’

M a b

Page 55: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

43  

perusahaan tidak langsung memengaruhi variabel likuiditas saham setelah variabel

managemen laba dikontrol.

Kenny (2009) menyatakan bahwa model mediasional merupakan model

kausalitas. Misalnya, managemen laba (mediator) diduga memengaruhi likuiditas

saham (Y). Jika model prakiraan tidak tepat, maka hasil analisis mediasional bernilai

kecil. Pemediasian tidak didefinisi secara statistis. Data statistik digunakan untuk

mengevaluasi model mediasional prakiraan. Selanjutnya, Kenny (2009) menyatakan

bahwa jika sebuah model mediasional telah ditetapkan secara benar, maka jalur-jalur di

atas (c, a, b, dan c’) dapat diestimasi dengan menggunakan regresi ganda (multiple

regression) yang kadang disebut dengan istilah ordinary least square atau OLS.

Pengujian hipotesis, baik H1 maupun H2 menggunakan langkah-langkah pengujian

pemediasian oleh Baron dan Kenny (1986) dan Judd dan Kenny (1981).

Baron dan Kenny (1986) dan Judd dan Kenny (1981) telah mendiskusikan 4 tahap

untuk menetapkan pemediasian:

Langkah 1. Langkah pertama bertujuan untuk menunjukkan bahwa variabel

governansi perusahaan (X) berhubungan dengan variabel likuiditas saham (Y). Dengan

menggunakan likuiditas sahan sebagai variabel kriteria (criterion variable) dalam

persamaan regresi dan governansi perusahaan sebagai prediktor, maka dilakukan

estimasi dan pengujian jalur c. Langkah ini bertujuan untuk menetapkan bahwa ada

pengaruh yang mungkin dimediasi.

Langkah 2. Langkah kedua bertujuan untuk menunjukkan bahwa variabel

governansi perusahaan (X) berhubungan dengan managemen laba (M). Dengan

menggunakan managemen laba (M) sebagai variabel kriteria (criterion variable) dalam

persamaan regresi dan governansi perusahaan (X) sebagai variabel prediktor, maka

selanjutnya dilakukan estimasi dan pengujian atas jalur a.

Page 56: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

44  

Langkah 3. Dengan menggunakan likuiditas saham sebagai variabel kriteria

dalam persamaan regresi dan managemen laba (M) sebagai prediktor, maka dilakukan

estimasi dan pengujian jalur b. Dalam konteks penelitian ini, langkah ketiga bertujuan

menunjukkan bahwa managemen laba (M) memengaruhi variabel likuiditas saham (Y).

Tidak cukup hanya dengan menghubungkan managemen laba dengan likuiditas

saham (M dan Y), baik managemen laba maupun likuiditas saham (M dan Y) harus

berhubungan karena keduanya disebabkan oleh variabel governansi perusahaan. Variabel

governansi perusahaan harus dikontrol dalam menetapkan pengaruh managemen laba

(M) pada likuiditas saham (Y).

Langkah 4. Untuk menetapkan bahwa managemen laba (M) sepenuhnya

memediasi hubungan governansi perusahaan dan likuiditas saham, maka pengaruh

governansi perusahaan pada likuiditas saham (jalur c’) harus nol. Pengaruh langkah

ketiga dan keempat diestimasi dalam persamaan yang sama. Jika semua langkah

dipenuhi, sedangkan data konsisten dengan hipotesis bahwa variabel managemen laba

memediasi sepenuhnya hubungan governansi perusahaan dan likuiditas saham, dan jika

ketiga langkah pertama terpenuhi, tetapi langkah keempat tidak, maka hal ini

merupakan indikasi adanya pemediasian parsial.

 

Page 57: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

45  

BAB 4

ANALISIS DATA

4.1. PENGUMPULAN DATA

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan peserta survei CGPI (corporate

governance perception index) oleh IICG (the Indonesian Institute for Corporate

Governance) yang terdaftar di BEI. Sampel penelitian adalah perusahaan nonkeuangan

peserta survei CGPI, yang terdaftar di BEI, yang datanya tersedia untuk menghitung

variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini. Perioda penelitian adalah tahun 2003

sampai dengan 2007. Untuk kepentingan penelitian ini diperlukan data perusahaan

yang terdaftar di BEI dari tahun 2002 hingga 2007. Perusahaan peserta survei CGPI

2003-2007 adalah sebanyak 132 perusahaan. Dari 132 perusahaan tersebut dikeluarkan

sejumlah 39 perusahaan yang berasal dari sektor keuangan (perbankan, perusahaan

kredit selain bank, perusahaan sekuritas dan perusahaan asuransi). Dari 93 perusahaan,

sejumlah 58 perusahaan harus dikeluarkan dari sampel karena datanya tidak lengkap

atau bukan perusahaan publik. Dengan demikian yang digunakan sebagai sampel dalam

penelitian ini adalah 35 perusahaan dengan 5 tahun pengamatan. Pemilihan sampel

secara ringkas dapat dilihat di tabel 4.1.

Tabel 4.1. Pemilihan Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah Perusahaan/Tahun 

2007  2006  2005   2004   2003

Perusahaan peserta survei CGPI 28 25 26 22 31

Perusahaan keuangan 7 6 8 9 9

Perusahaan yang datanya tidak lengkap atau bukan perusahaan publik 13 11 8 9 17

Total perusahaan yang dijadikan sampel 8 8 10 4 5

Page 58: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

46  

4.2. STATISTIK DESKRIPTIF

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka statistik deskriptif masing-masing

variabel yang diuji dalam penelitian ini akan dianalisis terlebih dahulu. Statistik

deskriptif variabel yang menjadi fokus penelitian ini digambarkan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Statistik Deskriptif

Variabel  N  Minimum  Maksimum  Mean Deviasi Standar 

GP ML LS 

35 35 35 

56,38 ‐0,356013468 1 

87,40,7534790352099,5

76,55942857‐0,021084851 295,0421818

6,6459952310,168493034 374,6778079

Tabel 4.2 memerlihatkan nilai mean dari variabel governansi perusahaan (GP)

sebesar 76,56, sedangkan nilai tertinggi GP adalah 87,4 dan nilai terendahnya adalah

sebesar 56,38, dengan standar deviasi sebesar 6,65. Dari data tersebut terlihat bahwa

rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian telah memiliki praktik governansi

perusahaan yang baik, meskipun terdapat variansi nilai praktik governansi perusahaan

yang cukup besar.

Nilai mean managemen laba (ML) sampel observasian adalah -0,021. Nilai

tertinggi ML adalah 0,753 sedangkan nilai terendah adalah -0,356 dengan deviasi

standar sebesar 0,168. Meskipun data tersebut menunjukkan bahwa aktivitas

managemen laba yang dilakukan perusahaan sampel memiliki kisaran akrual

diskresioner dari negatif ke positif, namun motif perusahaan melakukan managemen

laba tidak dapat diketahui. Hal ini disebabkan karena intensitas managemen laba yang

berkisar dari negatif ke positif tidak serta merta menunjukkan bahwa perusahaan

melakukan managemen laba dengan cara menurunkan atau menaikkan laba. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini tidak dibedakan apakah perusahaan melakukan

managemen laba dengan menurunkan atau menaikkan laba.

Page 59: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

47  

Nilai mean likuiditas saham (LS) sampel observasian adalah 295,04. Nilai

tertinggi LS adalah 2099,5 sedangkan nilai terendah adalah 1 dengan deviasi standar

sebesar 374,678. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa terjadi variansi yang sangat

besar atas nilai likuiditas saham perusahaan-perusahaan publik di Indonesia yang

menjadi sampel pada penelitian ini. Data tersebut menunjukkan bahwa ada saham

perusahaan sampel yang sahamnya tidak secara aktif diperdagangkan di lantai bursa,

dan ada pula perusahaan sampel yang sahamnya sangat aktif diperdagangkan. Hal ini

terlihat aneh ketika dibandingkan dengan nilai praktik governansi perusahaan sampel

yang rata-rata menunjukkan nilai yang baik.

4.3. PENGUJIAN ASUMSI KLASIK

Pengujian atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis regresi berganda (multiple regression) sebagaimana yang disarankan oleh

Baron dan Kenny (1986). Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis

regresi disebut ordinary least squares (OLS). Menurut Gujarati (2003), terdapat

sepuluh asumsi utama yang mendasari model regresi linier klasik dengan menggunakan

model OLS. Dari sepuluh asumsi tersebut, terdapat tiga asumsi yang penting untuk

diperhatikan pada penelitian ini, yaitu normalitas, heteroskedastisitas, dan

multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji

heteroskedastisitas White menunjukkan nilai p sebesar 0,459711, yang menunjukkan

bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Namun, uji heteroskedastisitas

Breusch-Pagan menunjukkan nilai p sebesar 0,006803, yang menunjukkan bahwa

terjadi masalah heteroskedastisitas. Untuk mengatasinya, maka dilakukan pengujian

Page 60: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

48  

hipotesis, baik langkah pertama hingga langkah keempat, dengan menggunakan model

heteroskedastisitas koreksian. Dengan demikian, langkah-langkah pengujian kedua

hingga keempat menyesuaikan dengan model heteroskedastisitas koreksian.

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu

distribusi data. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan uji normalitas

chi-square. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi data pada ketiga

pengujian regresi adalah normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p sebesar 0,00000

pada pengujian pertama; 0,00003 pada pengujian kedua; dan 0,00000 pada pengujian

ketiga.

Salah satu asumsi model regresi linear adalah bahwa tidak terdapat masalah

multikolinearitas antara variabel independen yang masuk dalam model penelitian. Salah

satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah multikolinearitas adalah dengan

melihat nilai VIF (variance inflation factors), bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai

tolerance diatas 0,10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berbahaya dan

begitu pula sebaliknya. Dari hasil pengujian, dengan menggunakan model

heteroskedastisitas koreksian, diperoleh hasil bahwa nilai VIF sebesar 1,139. Hasil ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolenearitas pada variabel governansi

perusahaan dan managemen laba.

4.4. PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Pengujian ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistis masing-masing variabel

independen. Apabila signifikansi statistis (p-value) yang diperoleh lebih kecil dari 0,05

maka H0 dapat ditolak (α=5%). Langkah-langkah pengujian menggunakan pengujian

Page 61: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

49  

pemediasian oleh Baron dan Kenny (1986). Meretia terdiri dari empat langkah

pengujian yang dilakukan dalam tiga kali uji regresi.

4.4.1. Pengujian regresi untuk langkah pertama 

Pengujian regresi pertama bertujuan untuk menguji H1, yang bermaksud untuk

menetapkan adanya pengaruh total (total effect) variabel governansi perusahaan

pada likuiditas saham. Variabel independen pada pengujian ini adalah governansi

perusahaan yang diukur dengan skor CGPI, sedangkan variabel dependennya

adalah likuiditas saham yang diukur dengan frekuensi perdagangan saham

bulanan.

Hasil pengujian menunjukkan nilai p sebesar 0,07506 (Tabel 4.3) atau

dengan kata lain hasil pengujian signifikan pada α=10%. Pengujian

heteroskedastisitas dengan uji White pada regresi pertama menghasilkan nilai p

sebesar 0,459711 yang menunjukkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.

Namun pengujian heteroskedastisitas dengan uji Breusch-Pagan menghasilkan

nilai p sebesar 0,006803 yang menunjukkan bahwa terdapat masalah

heteroskedastisitas (ketentuan pengujian: jika nilai p signifikan pada α=5%, maka

dukung H0, yang artinya ada masalah heteroskedastisitas).

Tabel 4.3. Hasil regresi pertama

Sebelum heteroskedastisitas koreksian

Coefficient Std. Error t-ratio p-value

Const CGPI 

-1020,3217,181

718,2199,34705

-1,4206 1,8381

0,16481 0,07506*

Setelah heteroskedastisitas koreksian

Const CGPI 

-852,173 14,9749

460,643 6,28496

-1,8500 2,3827

0,07329* 0,02310**

*signifikan pada α=10%

**signifikan pada α=5%

Page 62: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

50  

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dilakukan kembali pengujian

regresi dengan menggunakan model heteroskedastisitas koreksian yang sudah

tersedia dalam piranti lunak. Hasil pengujian menghasilkan nilai p sebesar

0,02310. Tia menunjukkan bahwa H1 terdukung pada α=5%. Artinya, terdapat

pengaruh langsung governansi perusahaan pada likuiditas saham. Tabel 4.3 juga

menunjukkan nilai koefisien yang positif, yang berarti bahwa governansi

perusahaan berpengaruh positif pada likuiditas saham. Dengan demikian, hasil

secara empiris menunjukkan bahwa semakin bagus praktik governansi

perusahaan, semakin tinggi likuiditas saham. Pengujian ini juga menunjukkan

bahwa data berdistribusi normal, yang ditunjukkan dengan nilai p pada pengujian

chi-square sebesar 0,00000.

4.4.2. Pengujian regresi untuk langkah kedua  

Pengujian regresi kedua dan ketiga bertujuan untuk menguji apakah variabel

managemen laba memediasi hubungan governansi perusahaan dan likuiditas

saham, serta apakah pemediasian tersebut penuh atau parsial. Secara khusus,

pengujian regresi kedua bertujuan menguji pengaruh governansi perusahaan pada

managemen laba. Untuk menyesuaikan dengan regresi pertama yang

menggunakan model heteroskedastisitas koreksian, maka regresi kedua juga

menggunakan model yang sama. Variabel independen pada pengujian ini adalah

governansi perusahaan yang diukur dengan skor CGPI, sedangkan variabel

dependennya adalah managemen laba yang diukur dengan akrual diskresioner

(discretionary accruals) yang dihitung dengan menggunakan model Jones

(1991).

Page 63: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

51  

Hasil pengujian menghasilkan nilai p, yang secara statistis signifikan,

sebesar 0,03295 pada α=5% (Tabel 4.4). Artinya, terdapat pengaruh governansi

perusahaan pada managemen laba. Tabel 4.3 juga menunjukkan nilai koefisien

yang negatif, yang berarti bahwa governansi perusahaan berpengaruh negatif

pada managemen laba. Dengan demikian, hasil secara empiris menunjukkan

bahwa semakin bagus praktik governansi perusahaan, semakin kecil

kemungkinan managemen melakukan praktik managemen laba. Pengujian ini

juga menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, yang ditunjukkan dengan

nilai p pada pengujian chi-square sebesar 0,00003.

Tabel 4.4. Hasil regresi kedua

Coefficient Std. Error t-ratio p-value

Const CGPI

0,797792 -0,0106896

0,361564 0,00480202

2,2065 -2,2261

0,03442** 0,03295**

**signifikan pada α=5%

4.4.3. Pengujian regresi untuk langkah ketiga dan keempat 

Langkah ketiga dan keempat diuji melalui regresi ketiga. Langkah-langkah ini

bertujuan untuk menguji apakah variabel managemen laba memediasi hubungan

governansi perusahaan dan likuiditas saham, serta apakah pemediasian tersebut

penuh atau parsial. Langkah ketiga menguji pengaruh managemen laba pada

likuiditas saham, sedangkan langkah keempat bertujuan menguji apakah variabel

managemen laba memediasi hubungan governansi perusahaan dan likuiditas

saham secara penuh atau parsial. Variabel independen pada pengujian ini adalah

governansi perusahaan dan managemen laba, sedangkan variabel dependennya

adalah likuiditas saham.

Page 64: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

52  

Hasil pengujian menghasilkan nilai p, yang secara statistis signifikan pada

α=1%, sebesar 0,0005 untuk variabel governansi perusahaan dan <0,0001 untuk

variabel managemen laba (Tabel 4.5). Artinya, baik governansi perusahaan

maupun managemen laba memengaruhi likuiditas saham. Namun, karena nilai p

untuk governansi perusahaan tidak bernilai nol, maka disimpulkan bahwa

variabel managemen laba memediasi secara parsial pengaruh governansi

perusahaan pada likuiditas saham.

Koefisien variabel governansi perusahaan bernilai positif, artinya governansi

perusahaan berpengaruh positif pada likuiditas saham. Hal yang menarik

ditunjukkan oleh nilai koefisien managemen laba yang positif, sedangkan yang

diharapkan adalah negatif. Dari data tersebut disimpulkan bahwa managemen

laba justru berpengaruh positif pada likuiditas saham, artinya makin besar

managemen laba, makin tinggi likuiditas. Penjelasan yang mungkin dari hasil ini

adalah bahwa investor tidak mengetahui adanya managemen laba sehingga

peningkatan managemen laba justru meningkatkan likuiditas saham.

Tabel 4.5. Hasil regresi ketiga

Coefficient Std. Error t-ratio p-value

Const CGPI ML

-1821,2428,0657917,868

438,702 5,96202 175,117

-4,1514 4,7074 5,2415

0,00023*** 0,00005***

<0,00001*** ***signifikan pada α=1%

Tabel 4.5 juga menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas.

Ketentuan pengujian atas multikolinearitas adalah jika nilai VIF<10,0 dan nilai

tolerance diatas 0,10, maka tidak terdapat masalah multikolinearitas. Data

menunjukkan bahwa nilai VIF adalah sebesar 1,139 sehingga disimpulkan tidak

terjadi multikolinearitas. Pengujian ini juga menunjukkan bahwa data

Page 65: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

53  

berdistribusi normal, yang ditunjukkan dengan nilai p pada pengujian chi-square

sebesar 0,00000.

 

Page 66: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

54  

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh bukti empiris apakah governansi perusahaan

berpengaruh positif pada likuiditas saham serta apakah pengaruh tersebut dimediasi

oleh managemen laba. Penelitian ini dilandasi oleh penelitian yang dilakukan oleh

Chung et al. (2009), yang menyatakan bahwa semakin bagus penerapan governansi

perusahaan, semakin tinggi pula tingkat likuiditas saham. Namun, terdapat fakta bahwa

meskipun peringkat penerapan governansi perusahaan di Indonesia terus mengalami

peningkatan, yang ditunjukkan oleh kenaikan skor indeks CLSA, namun praktik-

praktik governansi perusahaan ternyata belum cukup efektif untuk menaikkan tingkat

likuiditas saham, yang ditunjukkan dengan masih banyaknya saham tidur di BEI.

Adanya ketidaksinkronan hubungan tersebut memotivasi penelitian ini untuk

mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh langsung governansi perusahaan pada

likuiditas saham perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

Penelitian ini juga dilandasi oleh penelitian yang dilakukan oleh Goh et al. (2008),

yang telah menginvestigasi adanya mekanisme pemediasian yang menghubungkan

governansi perusahaan dan likuiditas saham. Goh et al. (2008) menyatakan bahwa

variabel adverse selection, pengungkapan sukarela dan ulasan analis memediasi

hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas saham. Sayangnya, penelitian

tersebut tidak menyebutkan landasan teoretis yang kokoh mengapa perlu dilakukan

investigasi atas hubungan pemediasian antara governansi perusahaan dan likuiditas

saham. Goh et al. (2008) hanya menyebutkan bahwa penelitian tersebut dimotivasi oleh

tujuan membuka ‘black-box’ hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas

saham. Penelitian di Indonesia yang menginvestigasi pengaruh langsung dan

Page 67: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

55  

taklangsung variabel governansi perusahaan pada likuiditas belum ditemukan, sehingga

belum dapat diobservasi adanya ketidakkonsistenan dalam area penelitian ini. Masih

sedikitnya penelitian yang menginvestigasi pengaruh langsung maupun taklangsung

antara governansi perusahaan dan likuiditas saham memotivasi penelitian ini untuk

menguji hubungan-hubungan tersebut.

Penelitian ini bermaksud memperluas penelitian yang dilakukan oleh Goh et al.

(2008) dengan menyediakan bukti empiris akan variabel lain yang memediasi

hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas saham. Dugaan bahwa

managemen laba juga memediasi hubungan antara governansi perusahaan dan

likuiditas saham didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Chung et al. (2009),

Chung et al. (2008), Chen et al. (2007) serta Liu dan Lu (2007) yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara governansi perusahaan, likuiditas saham dan

managemen laba dengan masing-masing pengesetan.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan nonkeuangan peserta survei

CGPI tahun 2003-2007 yang diperkirakan melakukan managemen laba. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression)

sebagaimana yang disarankan oleh Baron dan Kenny (1986) serta Judd dan Kenny

(1981). Langkah-langkah pengujian terdiri dari empat tahap, sebagaimana yang

disarankan oleh Baron dan Kenny (1986), yang diuji dengan menggunakan tiga regresi.

Hasil penelitian dapat diringkas sebagai berikut:

1) Terdapat bukti empiris yang mendukung bahwa governansi perusahaan,

secara statistis, berpengaruh positif pada likuiditas saham. Artinya, makin

bagus governansi perusahaan, makin tinggi likuiditas saham. Bukti empiris

ini mendukung penelitian Chung et al. (2009), yang menyatakan bahwa

governansi perusahaan memengaruhi likuiditas saham.

Page 68: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

56  

2) Governansi perusahaan, secara statistis, berpengaruh negatif terhadap

managemen laba. Artinya, makin bagus governansi perusahaan, makin

kecil kemungkinan melakukan managemen laba. Bukti empiris ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Chtourou (2001), Chen et al.

(2007), serta Liu dan Lu (2007), yang menyatakan bahwa governansi

perusahaan memengaruhi managemen laba. Penelitian ini juga mendukung

penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Ardiati (2005), Veronica dan

Utama (2006) serta Sanjaya (2008), yang menyatakan bahwa governansi

perusahaan merupakan penghalang bagi praktik managemen laba.

3) Managemen laba berpengaruh posistif terhadap likuiditas saham. Artinya,

makin besar managemen laba, makin tinggi pula likuiditas saham. Hal ini

tidak sesuai dengan prediksi yang menyatakan bahwa makin besar

managemen laba, makin rendah likuiditas saham. Penjelasan atas hasil

adalah adanya kemungkinan bahwa investor tidak menyadari aktivitas

managemen laba melalui akrual diskresioner (discretionary accruals) yang

dilakukan oleh managemen. Hasil ini berbeda dengan temuan Chung et al.

(2008), yang menyatakan bahwa managemen laba berpengaruh negatif

terhadap likuiditas saham. Perbedaan hasil ini diduga karena perbedaan

data penelitian. Chung et al. (2008) meneliti pengaruh managemen laba

pada likuiditas saham dengan menggunakan data perusahaan-perusahaan

yang terdaftar di bursa efek Cina. Pengaruh negatif ini dapat menjadi

indikasi bahwa investor Cina mengetahui aktivitas managemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan dan meresponsanya dengan memperlebar

spread saham.

 

Page 69: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

57  

4) Managemen laba secara parsial memediasi (partially mediated) hubungan

antara governansi perusahaan dan managemen laba. Artinya, ada sebagian

pengaruh governansi perusahaan yang secara langsung memengaruhi

likuiditas saham. Bukti ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Goh

et al. (2008), yang menyatakan bahwa hubungan antara governansi

perusahaan dan likuiditas saham dimediasi oleh variabel lain.

5.2. KETERBATASAN

Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Perioda pengamatan yang tidak menggunakan keseluruhan perioda survei

CGPI, yaitu tahun 2001-2007. Keterbatasan ini diakibatkan oleh adanya

keterbatasan data, baik data skor peserta CGPI publikasian maupun data

laporan keuangan yang disediakan oleh Osiris dan PDBE. Tia mungkin

akan memengaruhi generalisasi hasil penelitian.

2) Terbatasnya peserta survei CGPI-IICG, yang rata-rata per tahun hanya

sekitar 27 perusahaan untuk survei 2003-2007. Secara rata-rata, peserta

survei CGPI adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki praktik

governansi perusahaan yang baik dengan skor minimal 56,38 (skor cukup

terpercaya). Sampel yang digunakan dapat menimbulkan bias bertahan

(survivorship bias). Sayangnya, penelitian ini tidak dapat mengontrol

kemungkinan terjadinya bias tersebut.

5.3. IMPLIKASI DAN SARAN PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan bagi perusahaan, investor, kreditor maupun para pengambil

keputusan lainnya untuk mempertimbangkan pengaruh managemen laba akrual dalam

Page 70: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

58  

memediasi hubungan antara governansi perusahaan dan likuiditas saham. Hasil

penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori

mengenai governansi perusahaan, managemen laba, dan likuiditas saham. Karena

masih terbatasnya penelitian yang menguji pengaruh langsung maupun taklangsung

governansi perusahaan pada likuiditas saham, khususnya dengan managemen laba

sebagai variabel pemediasi, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

berkaitan dengan kedua pengaruh tersebut.

Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi investor agar lebih terdorong

untuk mencermati kemungkinan managemen melakukan managemen laba, sekalipun

perusahaan tersebut adalah perusahaan yang memiliki praktik governansi perusahaan

yang baik. Untuk regulator, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam penyusunan aturan tentang governansi perusahaan agar

kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan dapat diselaraskan. Dengan

demikian, sudah seharusnya regulator memberikan perhatian pada isu managemen laba

dengan mengeluarkan kebijakan atau peraturan-peraturan yang mampu membatasi

tindakan manager dalam memanipulasi akrual.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan perioda pengamatan secara

keseluruhan. Di samping itu penelitian selanjutnya juga disarankan untuk

menginvestigasi variabel lain yang mungkin menjadi variabel pemediasi hubungan

governansi perusahaan dan likuiditas saham. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

menguji pengaruh langsung dan taklangsung governansi perusahaan pada likuiditas

saham dengan melalui managemen laba pada perusahaan-perusahaan keuangan untuk

menginvestigasi adanya perbedaan pada kedua jenis industri. Selain itu, sebaiknya

penelitian selanjutnya membedakan antara sampel berdasarkan skor CGPI yang

diperoleh untuk menghilangkan bias bertahan (survivorship bias).

Page 71: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

59  

REFERENSI

Acharya, V., dan L. H. Pedersen. 2005. Asset pricing with liquidity risk. Journal of Financial Economics 77: 375-410.

Aprilia, K. 2009. A review of the corporate governance literature in “Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.” Makalah. Universitas Gadjah Mada.

Ardiati, A.A. 2005. Pengaruh manajemen laba terhadap return saham pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5 dan KAP non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 8 (3): 235-249.

Attig, N., W.M. Fong, Y. Gadhoum dan L.H.P. Lang. 2004. Effects of large shareholding on information asymmetry and stock liquidity. Working Paper. SSRN.

Bai, C., Q. Liu, F. Song. 2002. The value of corporate control: Evidence from China's distressed firms. Working Paper. SSRN.

Baron, R. M. dan D.A. Kenny. 1986. The moderator-mediator variable distinction in social psychological research: Conceptual, strategic and statistical considerations. Journal of Personality and Social Psychology 51: 1173-1182.

Becht, M. 1999. European corporate governance: Trading off liquidity and control. European Economic Review 43: 1071-1083.

Bebchuk, L. A., dan J. M. Fried. 2003. Executive Compensation as an Agency Problem. Journal of Economic Perspectives 17(3): 71–92.

Brennan, N., T. Chordia, dan A. Subrahmanyam. 1998. Alternative factor specifications, security characteristics, and the cross-section of expected stock returns. Journal of Finance Economics 49: 345-373.

Brockman, P., dan D. Y. Chung. 2008. Investor protection, adverse selection, and the probability of informed trading. Review of Quantitative Finance and Accounting 30: 111-131.

Bushee, B., dan C. Noe. 2000. Corporate disclosure practices, institutional investors, and stock return volatility. Journal of Accounting Research 38 (Supplement): 171-202.

Chen, K.Y., R.J. Elder, dan Y.M. Hsieh. 2007. Corporate governance and earnings management: The implications of corporate governance best-practice principles for Taiwanese listed companies. Working Paper. SSRN.

Chtourou, S.M., J. Bedard, dan L. Courteau. 2001. Corporate governance and earnings management. Working Paper. SSRN.

Chung, H., R.K. Chou, dan JL. Wang. 2008. The economic cost of earnings management on equity liquidity in the period of corporate financial reporting crisis. Working Paper. SSRN.

Page 72: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

60  

Chung, K.H., J. Elder, dan J-C. Kim. 2009. Corporate governance and liquidity. Journal of Financial and Quantitative Analysis (forthcoming).

Cooper, D.R. dan P.S. Schindler. 2006. Business Research Methods. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 9th edition.

Copeland, R.M. 1968. Income Smoothing. Journal Accounting Research, Empirical Research In Accounting, Selected Studies 6 (Supplement): 101-116

Daniri, M.A. 2004. Good Corporate Governance: Pengertian dan Konsep Dasar. Makalah (tidak dipublikasi).

Darmawati, D., Khomsiyah dan R.G. Rahayu. 2005. Hubungan corporate governance dan kinerja perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 8 (1): 65-81.

Dechow, P., R. Sloan, A. Sweeney. 1995. Detecting earnings management. The Accounting Review 70 (2): 193-225.

Diamond, D.W. 1985. Optimal Release of Information by Firms. Journal of Finance 40: 1071-1094.

Fabozzi, Frank J. 1999. Manajemen Investasi. Edisi Indonesia. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.

Fama, E. F., dan M. C. Jensen. 1983a. Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics 26: 301-325.

Fama, E. F., dan M. C. Jensen. 1983b. Agency problems and residuals claims. Journal of Law and Economics 26: 327-349.

Febrian, E. dan A. Herwany. 2008. Liquidity measurement based on bid-ask spread, trading frequency, and liquidity ratio: The use of GARCH model on Jakarta Stock Exchange (JSX). Working Paper. SSRN.

Fleming, M.J. 2003. Measuring treasury market liquidity. Economic Policy Review. Federal Reserve Bank of New York.

Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Peranan dewan komisaris dan komite audit dalam pelaksanaancorporate governance. Seri Tata Kelola Perusahaan. Jilid II. Edisi ke – 2. Jakarta.

Frensidy. B. 2008. Likuiditas Sama Pentingnya. www.wartaekonomi.com.

Goh, B.W, J. Ng, dan K.O. Yong. 2008. Corporate governance and liquidity: An exploration of voluntary disclosure, analyst coverage and adverse selection as mediating mechanism. Working Paper. SSRN.

Gumanti, T.A. 2003. Motivasi di balik earnings management. Usahawan (12): 33.

Gujarati, D.N. 1995. Basic Econometrics. 3rd edition, McGraw-Hill.

Handa, P. dan R.A. Schwartz. 1996. Limit order trading. Journal of Finance 51 (5).

Page 73: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

61  

Hasrul, F. 2008. Pengaruh managemen laba real terhadap nilai perusahaan dengan tata kelola perusahaan sebagai variabel pemoderasi. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Healy, P.M. dan Wahlen. 1999. A Review of the earnings management literature and its implication for standard setting. Accounting Horizon 13 (4): 365-383.

Healy, P.M. 1985. The effect of bonus schemes on accounting decisions. Journal of Accounting And Economics 7:85-107.

Hidayat, U. 2008. Pengaruh leverage perusahaan, corporate governance dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap praktik manajemen laba. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Huang, R.D., J. Cai dan Xiaozu Wang. 2002. Information based trading in the treasury note interdealer broker market. Journal of Financial Intermediation 11 (3): 269-96.

Hutapea, F.R.P. 2007. Analisis corporate governance terhadap manajemen laba dan kualitas laba: Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Iqbal, S. dan Nurul F. 2008. Corporate governance sebagai alat pereda praktik manajemen laba (earnings management). Jurnal Perbanas 12 (3).

Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs, and ownership structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360.

Jensen, M., 2004. Agency costs of overvalued equity. Working Paper. Harvard University. SSRN.

Jones, J.J. 1991. Earnings management during import relief investigations. Journal of Accounting Research 29 (2): 193-228

Judd, C.M. dan D.A. Kenny. 1981. Process analysis: Estimating mediation in treatment evaluations. Evaluation Review 5: 602-619.

Kenny, D.A. 2009. Mediation. www.davidakenny.net.

Khomsiyah. 2005. Hubungan corporate governance dan pengungkapan informasi: Pengujian secara simultan. Disertasi. Universitas Gadjah Mada.

Kusumawati, D.N. 2006. Transparency and corporate governance: An analysis of factors affecting transparency and its effect on market value of firm. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 19 (2): 115-135.

Kusumawati, D.N. 2007. Profitability and corporate governance disclosures: An Indonesian study. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 10 (2): 131-146.

LaFond, R., M. H. Lang, dan H. Ashbaugh-Skaife. 2007. Earnings smoothing, governance and liquidity: International evidence. Working Paper. MIT. SSRN.

Page 74: Tesis Retno_Corporate Governance_Likuiditas Saham_Manajemen Laba

62  

Leuz, C., dan R. Verrecchia. 2000. The economic consequences of increased disclosure. Journal of Accounting Research 38: 91-124.

Leuz, Christian, D. Nanda, dan P. Wysocki. 2003. Earnings management and investor protection: An international comparison. Journal of Financial Economics 69: 505-527.

Liu, Q. dan Z. Lu. 2007. Corporate governance dan earnings management in the Chinese listed companies: A tunneling perspective. Journal of Corporate Finance 13: 881-906.

Matthews, M. 2004. Would You Rather Own Google Than Indonesia? Working Paper. SSRN.

OECD. 2004. OECD Principles of Corporate Governance.

Rauterkus, S.Y. 2002. The interrelations between investor beliefs, information, and market liquidity. Working Paper. www.etd.lsu.edu.

Sanjaya, I.P.S. 2008. Auditor eksternal, komite audit, dan manajemen laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 11 (1): 97-116.

Schipper, K. 1989. Commentary on earnings management. Accounting Horizons 3 (4): 91-102.

Scott, W.A. 2000. Financial Accounting Theory. 2nd edition. Canada: Prentice Hall.

Sekaran, U. 2005. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. New York: John Willey & Sons, Inc. 5th edition.

Solihin, M. 2003. The effect of multiple measures-based performance evaluation on managers’ performance: The role of interpersonal trust. Makalah. Universitas Teknologi Yogyakarta.

Verbrugen, S., J. Cristaens, dan K.Milis. 2008. Earning Management: A Literature Review. HUB Research Paper: Faculteit Economie & Management Hogeschool-Universiteit Brussel.

Veronica, N.P.S. dan S. Utama. 2006. Pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan praktek corporate governance terhadap pengelolaan laba (earnings management). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 9 (3): 307-326.

Watts, R.L., dan J. L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice-Hall, Englewood Cliffs.