tesis peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu ...etheses.uinmataram.ac.id/449/1/irawan sasmita...

134
i TESIS PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA LOMBOK TENGAH Oleh: IRWAN SASMITA NIM: 15.4.14.1.028 Dosen Pembimbing: Dr. H. Adi Fadli., M.Ag Dr. H. Subki, M.Pd.I Tesis Ini Diajukan Kepada Pascasarjana IAIN Mataram Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Agama Islam PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM 2016

Upload: others

Post on 03-Jan-2020

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

TESIS

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA LOMBOK

TENGAH

Oleh:

IRWAN SASMITA NIM: 15.4.14.1.028

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Adi Fadli., M.Ag

Dr. H. Subki, M.Pd.I

Tesis Ini Diajukan Kepada Pascasarjana IAIN Mataram Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Agama Islam

PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM 2016

ii

iii

iv

v

vi

vii

Motto :

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut

(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi)

sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya

(dituliskan) kalimat Allah (ilmu Allah). Sesungguhnya Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S al-lukman,27)

viii

Persembahan:

Aku persembahkan kepada Bapak dan ibunda tercinta,

Keluarga, saudara-saudaraku semuanya, untuk guru-

guruku yang telah mengajari dan mendidikku sekalipun

satu huruf, semoga Allah SWT membalasnya dengan

sebaik-baik balasan, baik ketika di Dunia maupun di

Akhirat kelak.

ix

ABSTRAK Irwan Sasmita, 2016 : Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirulul Arifin NW Praya

Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu

mendeskripsikan peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya dan Mendeskripsikan strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya.

Dilihat dari fokus permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini maka penelitian ini temasuk penelitian kualitatif, dengan mempergunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data, yaitu: (1) Metode Observasi, (2) Metode Wawancara dan (3) Metode Dokumentasi.

Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Peran Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Atas Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya mempunyai kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di lembaganya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya peningkatan pembelajaran pendidikan agama islam yang diharapkan. Berbagai peran yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya diantaranya adalah (a). Kepala Sekolah sebagai Pendidik, (b). Kepala Sekolah sebagai Administrator, (c). Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dan (d) Kepala Sekolah sebagai Manager. Semua peran kepala sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik stakholder yang ada di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya bekerjasama dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya (2) Strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya meliputi (a). Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru, (b). Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan, (c). Pelaksanaan Supervisi secara Rutin, (d). Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat dan (e). Penerapan Disiplin yang Ketat. Semua Strategi kepala sekolah diatas dapat berjalan dengan baik karena stakholder yang ada di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya bekerjasama dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya

Kata kunci : Peran Kepala Sekolah, Strategi Pembelajaran, Mutu Pembelajaran

x

ABSTRACT

Irwan Sasmita, 2016: The Role of the Principal in Improving the Quality of Learning Islamic Education in Schools from high Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya

This study stems from the desire of researchers to see the development of Islamic education in which the principal is given the full authority of and responsibility to the learners for learners to become useful beings for Religion, Society, Nusa and the Nation. One important orientation in improving the quality of learning of Islamic Education in High School Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya is a service of the school, especially the learning process for students. Quality learning process is closely related to many factors such as principals, students, teachers, facilities, curriculum, and environment. In order to realize the quality of the learning quality of Islamic education, the role and mature strategy and performance of the teacher learning. This strategy is primarily concerned with the aspect of improving the quality of teaching Islamic education, better planning of competence, materials, tools and source / media, learning scenarios, as well as aspects of the evaluation and follow-up. Meanwhile, the role of Principal of the most important in learning is how far the ability of teachers to implement the learning process in accordance with planning in improving the quality of learning of Islamic Education. Learning with planning and strategy Principal mature and teacher performance are assured, will be realized a process of improving the quality of teaching Islamic education conducive, productive and enjoyable so that it can generate outputs and outcome quality and can compete in the global era. Keywords: Role of the Principal, Strategy Principal, Improving the Quality of Learning Islamic Education

xi

الملخص

دور مدیر المدرسة في تحسین جودة التعلیم التربیة الدني : ٢٠١٦إیروان ساسمیتا، ن برایااإلسالمي في المدارس زائد منیر العارفین نھضة الوط

في المدرسة مدیر دور تصف التي األھداف من نوعان ھناك الدراسة، ھذه في

عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة في اإلسالمي الدیني التعلیم من التعلیم نوعیة تحسین اإلسالمي الدین والتعلم التعلیم نوعیة تحسین في االستراتیجیة مدیر ووصف برایا اثان نھضة

.برایا واثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة سةالمدر في

في بما البحث ھذا الدراسة، ھذه تناولتھا التي المشكلة على التركیز من انطالقا والبیانات األولیة البیانات البیانات، مصادر من اثنین باستخدام وذلك نوعیة، دراسة ذلك

.(ج)، و الطریقة مقابلة (ب) ،الرصد طرق (أ) :وھي البیانات، جمع تقنیات .الثانویة .التوثیق طریقة

الثانویة المدرسة في المدرسة مدیر دور (أ) تنتھي أن یمكن الدراسة ھذه نتائج

یكون أن یمكن وكالة في اإلمكانات كل لدینا محاولة في واجب عارفین منیر برایا اثان نھضة األدوار أداء .المتوقع اإلسالمي لدینيا التعلیم التعلم في زیادة تحقیق أجل من استخدام أفضل

في اإلسالمي الدیني التعلیم من التعلیم نوعیة تحسین أجل من المدارس مدیري المختلفة المربي، كما المدرسة مدیر .(أ) :یلي برایا اثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة

كافة تشغیل یمكن .كمدیر مدیر (د) و الرئیسي المشرف كما .(ج) األساسي، مدیر .(ب) نھضة عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة في المصلحة أصحاب من أي مع الرئیسیة األدوار

الثانویة المدرسة في اإلسالمي الدیني التعلیم من التعلیم نوعیة تحسین في التعاون برایا اثان تحسین في المدرسة مدیر بھا یقوم التي استراتیجیات (2) برایا اثان نھضة عارفین منیر زائد

اثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة في اإلسالمي الدیني التعلیم من التعلیم جودة مرفق، والتعلیم اإلعالم وسائل استخدام تحسین .(ب) المعلمون، · ترقیات .(أ) :یلي برایا

االنضباط تطبیق .(ه) و الجماعة مع تعاون إقامة .(د) اإلشراف، الروتین تنفیذ .(ج) المدرسة في المصلحة أصحاب كذلك تعمل أن یمكن استراتیجیة فوق مدیري جمیع .الصارم التعلیم من التعلیم نوعیة تحسین في التعاون برایا اثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة برایا اثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة في اإلسالمي الدیني

التعلیم جودة التعلم، استراتیجیة المدرسة، مدیر دور :ثالبح كلمات

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan taufik serta hidayah Nya peneliti dapat menyelesaiakan penyusunan

tesis ini. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada nabi besar

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya sampai

akhir zaman.

Tesis dengan judul: Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul

Arifin NW Praya Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat ini masih

terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti

mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca

untuk lebih sempurnanya dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada

umumnya.

Dengan selesainya penyusunan tesis ini, peneliti mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat berharga kepada

peneliti yaitu:

1. Dr. H. Adi Fadli, M.Ag, selaku Pembimbing I

2. Dr. H. Subki, M.PdI., selaku Pembimbing II;

3. Dr. H. Nazar Na’amy, M. Si, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN

Mataram

4. Dr. H. Mutawalli, M.Ag., selaku Rektor IAIN Mataram;

5. TGH. Zainal Arifin Munir, Lc.,M.Ag Selaku Pimpinan Pondok Pesantren

Munirul Arifin NW Praya

6. Ahmad Yani, S.Sy, Selaku Kepala Sekolah dan guru-guru SMA Plus Munirul

Arifin NW Praya

7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian tesis ini, yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

xiii

Semoga jasa baik mereka mendapat balasan yang setimpal disisi Allah

SWT dan tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah SWT. Amien.

Mataram, 17 Februari 2017

Peneliti

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................... . i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHA ....................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING 1............................................... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING 2.............................................. v

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI................................. vi

MOTTO.......................................................................................vii

PERSEMBAHAN...................................................................... viii

ABSTRAK.................................................................................. ix

KATA PENGANTAR................................................................ xii

DAFTAR ISI ..............................................................................xiv

PEDOMANTRANSLITERASI................................................ xix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ 1

B. Permasalahan Penelitian ................................................................ 7

C. Perumusan Masalah ....................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian............................................................................ 8

E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9

G. Sistematika Pembahasan........................................................... 13

xv

BAB II : KAJIAN TEORITIS

A. Landasan teori........................................................................... 15

1. Peran................................................................................... 15

2. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan

Mutu Pembelajaran PAI..................................................... 16

a. Kepala Sekolah sebagai pendidik .............................. 17

b. Kepala Sekolah sebagai maneger................................ 18

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator...................... 18

d. Kepala Sekolah sebagai supervisor............................. 18

3. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan

Mutu Pembelajaran PAI..................................................... 19

a. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru.................. 19

b. Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana

Pendidikan................................................................... 22

c. Pelaksanaan Supervisi secara Rutin............................ 23

d. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat ................... 24

e. Penerapan Disiplin yang Ketat.................................... 26

4. Mutu Pembelajaran............................................................ 27

5. Pendidikan Agama Islam .................................................. 29

6. SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ............................... 39

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian & Jenis Penelitian ............................... 41

B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 43

C. Instrumen Penelitian ................................................................. 44

D. Tehnik Penelitian ..................................................................... 45

E. Data dan Sumber Data ............................................................. 50

1. Sumber Data Primer ............................................................ 49

2. Suber Data Sekunder ......................................................... 49

E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 50

1. Observasi 50

xvi

2. Interview ........................................................................... 51

3. Dokumentasi ..................................................................... 51

F. Analisis Data ............................................................................ 52

1. Reduksi Data ..................................................................... 52

2. Penyajian Data .................................................................. 53

3. Verifikasi ( Menarik Kesimpulan ) ................................... 53

G. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................. 54

1. Perpanjangan Keikutsertaan ............................................... 54

2. Ketekunan Pengamatan ....................................................... 55

3. Trianggulasi ......................................................................... 55

BAB IV : PAPARAN DAN HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Obyek penelitian ....................................................... 57

1. Sejarah singkat berdirinya sekolah SMA

Plus Munirul Arifin NW Praya ......................................... 57

2. Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ..................... 58

3. Struktur Pengurus Yayasan Pondok Pesantren

Munirul Arifin Nahdlatul Wathan (YANMU NW) Praya 59

a. Dewan Pembina ......................................................... 59

b. Pengurus Harian ......................................................... 59

6. Stuktur Organisasi SMA Plus Munirul Arifin NW Praya 59

7. Visi .................................................................................... 59

8. Misi ................................................................................... 62

9. Tujuan ............................................................................... 63

10. Sasaran Program ............................................................... 64

B. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran

PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ........................... 65

1. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik ...................................... 65

2. Kepala Sekolah Sebagai Administerator ............................ 66

3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ................................... 69

4. Kepala Sekolah Sebagai Manager ..................................... 70

xvii

C. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ... 72

1. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru ......................... 72

2. Optimalisasi Penggunaan Media dan sarana pendidikan ... 74

3. Pelaksanaan supervisi secara rutin .................................... 75

4. Menajalin kerjasama dengan masyarakat ........................... 77

5. Penerapan disiplin yang ketat ............................................. 78

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Peran kepala sekolah dalam Meningkatkan mutu pembelajaran

PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ........................... 80

1. Kepala Sekolah sebagai Pendidik ........................................ 89

2. Kepala Sekolah sebagai Maneger ...................................... 90

3. Kepala Sekolah sebagai Administerator ............................ 91

4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor ........................................

91

B. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran Pai di SMA Plus Munirul Arifin Nw Praya .......... 94

1. Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru .......................... 97

2. Optimalisasi penggunaan media dan sarana pendidikan .....100

3. Pelaksanaan supervisi secara rutin .......................................101

4. Menjalin kerjasama dengan masyarakat ........................... 102

5. Penerapan disiplin yang ketat ..............................................103

BAB VI : PENUTUP A. SIMPULAN .............................................................................. 106

B. SARAN-SARAN .................................................................... 107

C. DAFTAR PUSTAKA

D. LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu lembaga pendidikan, Kepala Sekolah memiliki peran yang

sangat menentukan maju mundurnya sebuah lembaga pendidikan karena

Kepala Sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan

sebuah lembaga pendidikan salah satu tujuannya adalah mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan serta

bertanggung jawab.

Dari situlah peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam

merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan

Agama Islam sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi

manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah

sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem

pembelajaran yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang

berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,

beragama, berbangsa, dan bernegara.

Reformasi pembelajaran merupakan respon terhadap perkembangan

tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasi sistem pendidikan

yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi

tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pembelajaran,

pendidikan Agama Islam harus berwawasan masa depan yang memberikan

jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan

seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di

masa depan1.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan

sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha pengembangan SDM tidak

1Depdiknas, ManejemenPeningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku IV Perintisan Program Dirjen Dikdasmen, (Jakarta: Depdiknas 2000 ), 94.

2

hanya dilakukan melalui pembelajaran khususnya pendidikan formal

(sekolah). Tetapi sampai detik ini, pembelajaran masih dipandang sebagai

sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan

sistematis, programatis, dan berjenjang.

Kemajuan pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan

dari masyarakat untuk menangkap proses informatisasi dan kemajuan

teknologi. Karena Proses informatisasi yang cepat dan kemajuan teknologi

semakin membuat horizon kehidupan didunia semakin meluas dan sekaligus

semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia

menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh kejadian dibelahan bumi yang lain, baik masalah politik, ekonomi ,

maupun sosial.

Sejalan dengan hal diatas, Tilaar menyatakan bahwa :

“Kesetiakawanan sosial umat manusia semakin kental, hal ini berarti kepedulian umat manusia terhadap sesamanya semakin merupakan tugas setiap manusia, pemerintah, dan sistem pendidikan nasional. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pendidikan bertugas untuk mengembangkan kesadaran akan tanggung jawab setiap warga Negara terhadap kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan masyarakat dan Negara, juga umat manusia.”2

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa manusia tidak dapat hidup

sendiri tanpa bantuan orang lain, setiap manusia akan selalu membutuhkan

dan berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai segi kehidupan.

Kesetiakawanan sosial yang merupakan bagian dari proses pendidikan dan

pembelajaran mempunyai peranan yang sangat kuat bagi individu untuk

berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.

Dalam proses pelaksanaannya peningkatan mutu pembelajaran PAI di

lapangan, kesetiakawanan sosial diwujudkan melalui interaksi antar manusia,

baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok

dengan kelompok.

2H.A.R Tilar, Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta:.2004), 4.

3

Interaksi antar manusia dapat terjadi dalam berbagai segi kehidupan di

belahan bumi, baik dibidang pendidikan, ekonomi, sosial, politik, budaya,

dan Agama. Interaksi di bidang pendidikan dapat diwujudkan melalui

interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan masyarakat ,

guru dengan guru, guru dengan masyarakat disekitar lingkungannya3.

Apabila dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian

dari proses pembelajaran, seperti dikatakan bahwa : “Pembelajaran adalah

suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu”

Selanjutnya Syaiful Sagala menyatakan bahwa

“Pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu: “Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri“ 4 Dari sini Secara verbal dapat dikatakan bahwa semua Kepala Sekolah

mengharapkan terwujudnya kualitas yang baik di lembaga pendidikan yang

di kelolanya, tetapi secara aktual banyak di antara mereka yang

kebingungan, atau harapan terbentuknya kualitas itu hanya sekedar

memenuhi tingkat kepantasan semata.5

Indikasinya banyak Kepala Sekolah yang memiliki kecendrungan

mengadakan kegiatan-kegiatan seremonial; kerap mendatangkan para

pejabat, menambah bangunan fisik seperti pagar, gapura, dan gudang, ada

juga sikap maupun tindakakan yang kontra produktif terhadap

pembentukan kualitas pendidikan Islam seperti adanya, mengontrol nilai

mereka dalam raport sehingga naik kelas padahal mestinya tertinggal,

terlalu murah dalam memberi nilai pada mereka, memasukkan keluarga

3Syaiful Sagala, Manajemen Pendidikan Tarap Nasional, (Jakarta: 2003), 61. 4Ibid., 63 5Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, (Jakarta:Baping Raya,2013), 123.

4

sendiri sebagai tenaga pengajar tanpa seleksi akademis yang ketat,sementara

mereka tidak memiliki kepedulian membangun kualitas sama sekali secara

serius konsisten, dan kosekuen.6 Padahal itu semua bertentangan dengan

tujuan Pendidikan Nasional.

Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional yaitu melalui peningkatan mutu pendidikan Islam karena adanya

peningkatan mutu pendidikan akan dapat mengikuti perkembangan dunia

Ilmu pengetahuan bahkan dapat mewarnai dinamika masyarakat.

Karena itu yang tidak kalah pentingnya dari persoalan strategi

penguatan mutu tersebut adalah hal-hal yang menyangkut psikologis seperti

mindset Kepala Sekolah hingga guru, semangat membagun dan

mengembangkan komitmen yang tinggi dalam melakukan perbaikan, respon

yang positif terhadap program yang mengarah pada kemajuan, idealisme

terhadap proses dan hasil pendidikan lain kesiapan dan ketegaran

menghadapi tantangan dan hambatan, dan senantiasa tidak terpuaskan oleh

hasil pembelajaran yang di capai sambil mencari terobosan - terobosan

baru.7

Pentingnya starategi pembelajaran yang demikian itu juga sebagai

salah satu solusi untuk mengatasi masalah belum berdayanya pembelajaran

pendidikan Agama Islam dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk

masa depan. Para lulusan pendidikan saat ini misalnya belum mampu

berkomunikasi baik lisan maupun tulisan sungguhpun mereka sudah belajar

pendidikan Agama Islam mulai dari sekolah dasar hingga strata 3 (S3)

mereka belum juga memiliki kemauan untuk belajar mandiri untuk menuju

masyarakat belajar, sungguhpun mereka telah memiliki ilmu ilmu dasar

sebagai pendukungnya. Mereka belum juga memiliki keterampilan untuk

hidup (life skill) walaupun telah di ajarkan tentang berbagai konsep dan teori

tentang hidup yang sukses dan berakhlaq8.

6Ibid., 125. 7Ibid., 129. 8Abuddin Nata, Persefektip Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana,

2009), 3.

5

Timbulnya berbagai keadaan yang kurang menguntungkan bagi lulusan

pendidikan ini salah satu penyebabnya adalah strategi pembelajaran yang di

terapkan para guru terhadap peserta didik belum mengarah kepada

memberdayakan peserta didik tersebut serta belum mendorong terciptanya

masyarakat belajar.9 Hal ini terjadi, karena tugas pendidikan yang demikian

berat itu banyak di serahkan belum kepada ahlinya.

Suatu hal yang perlu di catat, adalah bahwa pembelajaran

pendindidikan Agama Islam bukanlah pekerjaan amatiran, melainkan

pekerjaan profesional yang tidak dapat diserahkan kepada sembarang orang.

Mereka yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, terutama pendidikan

Agama Islam bukanlah mereka yang semata mata menguasai ilmu yang

akan diajarkannya secara luas, mendalam dan komfrehensif, melainkan juga

harus memeiliki kemampuan untuk mentrasperkan ilmu yang secara efektip

dan efisien, serta memiliki keperibadian sebagai pendidik yang baik, seperti

bersikap dewasa dalam berpikir dan bertindak, memiliki semangat dan

komitmen pengabdian yang kuat, bersikap terbuka, jujur, mengayomi,

ikhlas pemaaf senantiasa meningkatkan dan mengembangkan ilmunya dan

lain sebagainya. Berbagai kemampuan tersebut bukan hanya dibuktikan

secara formal dalam berbagi dokumen tertulis, melainkan juga tampak

dalam pola pikir dan tindakannya yang nyata sehari-hari.

“Tujuan pembelajara pendidikan Agama Islam adalah; (1)

Meningkatkan mutu pembelajran PAI melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengelola dan membudayakan sumber daya yang tersedia,

(2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelengggaraan pendidikan melalui keputusan bersama. (3)

Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,

pemerintah tentang mutu Pendidikan Agama Islam . Dan (4) Meningkatkan

kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan

9Yusup Miarso, The Learning Society, (Jakarta: 1988), 23.

6

dicapai”.10

Berdasarkan tujuan di atas diketahui bahwa penerapan demokrasi

pendidikan ini, menuntut masing-masing lembaga pendidikan untuk

dapat meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam,

meningkatkan kepedulian warga sekolah, meningkatkan tanggung jawab

sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan

kompetisi yang sehat antar sekolah. Disisi lain masing-masing lembaga

pendidikan ditantang dan dihadapkan dengan berbagai masalah dan

tuntutan seiring perkembangan di segala bidang.

Untuk itulah sekolah diberikan otonomi yang lebih besar dalam

kewenangan dan pengelolaan dengan menerapkan keputusan partisipatif

dalam meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan

pendidikan nasional. Dengan demikian diharapkan demokrasi pendidikan

di sekolah mengarah pada pemberdayaan dan kemandirian sekolah.

Disamping itu diharapkan adanya pemberdayaan yang tinggi dari potensi

masyarakat dan orang tua, baik melalui perencanaan target mutu, pedoman

dan monitoring, masukan dan pertimbangan dalam mewujudkan mutu

pendidikan yang lebih baik.

Dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama

Islam khususnya, Kepala Sekolah mempunyai peran dan strategi untuk

memajukan dan mengembangkan lembaga yang dipimpinnya. Adanya

tenaga pengajar yang profesional dan yang tidak professional dalam usaha

meningkatkan mutu pendidikan akan mempengaruhi proses belajar

mengajar, karena mereka harus mampu mewujudkan tujuan pendidikan

dan juga menghasilkan peserta didik yang mampu menguasai Ilmu

pengetahuan dan teknologi serta beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT. 11

Beberapa fenomena dari paparan di atas yang menjadi alasan

10Abdul Wahid, Manajemen Berbasis Madrasah, Ikhtiar Menuju Madrasah yang

Mandiri, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 266. 11Adhika Prasetya K, Strategi Pendidikan Islam, (Jakarta: Baping Raya, 2013), 126.

7

penulis untuk meneliti Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu

pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.

B. Permasalahan Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang peneliti kaji di atas

yang menjadi kajian peneliti. Adapun permasalahan yang dibahas dalam

Tesis ini, dapat dirumuskan langkah” Peran Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran PAI yang terkait manajerial

kepemimpinan dalam supervise dan administrasi di SMA Plus Munirul

Arifin NW Praya Lombok Tengah. Maka peneliti dapat mengidentIfikasi

masalah ynng terkait dengan Peran kepala sekolah di SMA Plus Munirul

Arifin NW Praya diantaranya :

a. Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

b. Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

2. Pembatasan Masalah

Dari gambaran faktual dan realitas empirik sebagaimana yang

dipaparkan dibagian latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka

peneliti perlu membatasi penelitian ini agar tidak meluas, yaitu focus

mengkaji Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran

PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya Lombok Tengah.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian, mengambil focus Peran

Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI, Untuk itu

batasan masalah Bagaimanakah Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan

mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, untuk itu

batasan masalahnya sebagai berikut :

8

a. Peran Kepala Sekolah dalm meningkatkan mutu pembelajaran PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

b. Strategi Kepala Sekolah dalm meningkatkan mutu pembelajaran PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

C. Perumusan Masalah

Agar tidak bias dan sesuai dengan kemampuan peniliti baik waktu,

finansial serta tenaga, maka penelitian akan mengambil judul “Peran Kepala

Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI di SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya” yang kemudian dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran

PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ?

b. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pembelajaran PAI di SMAPlus Munirul Arifin NW Praya ?

D. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam

hal ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu

pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

2. Mendeskripsikan strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu

pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.

E. Manfaat Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka maanfaat daripenelitian ini

dibagi menjadi dua yaitu kegunaan secara teoritis dan secara praktis. Adapun

uraian kegunaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah

wawasan dan perbendaharan ilmu pengetahuan. Peran Kepala Sekolah

9

dalam meningkatkan Mutu pembelajaran PAI dikaji sebagai bahan

pengetahuan terutama bagi peneliti sehingga di massa yang akan datang

Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu pembelajaran PAI

dapat diterapkan dengan lebih baik.

2. Secara Praktis

a. Bermanfaat untuk pengembangan ilmu. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menambah refensi Ilmu manajemen pendidikan

khususnya dalam bidang Ilmu Agamadalam bentuk penajaman

konsep serta aspek-aspek lain yang berkaitan dengan pendidikan

Agama Islam.

b. Sebagai bahan informasi untuk memperkaya khasanah Ilmu

pengetahuan, khususnya bidang peningkatkan mutu pendidikan

Agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu dalam rangka menerapkan,

meningkatkan dan mengembangan kualitas pelaksanaan peningkatan

mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini mengenai peran Kepala Sekolah dalam meningkatakan

mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya. Berdasarkan

eksplorasi penelitian terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan

penelitian ini, berikut saya jabarkan dengan persamaan dan perbedaannya

1. Hj. Muhaiminiah,12“Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah

Komponen Sarana dan Prasarana Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

(Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan) di

Madrasah Aliyah Darul Kamal NW Kembang Kerang Tahun Pelajaran

2014/2015” Tesis ini membahas tentang impelemtasi perencanaan,

Pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan Impelemtasi Stategi

12Hj. Muhaiminah, Implementasi Komponen Sarana dan Prasarana Dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan (Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan) di Sekolah Aliyah Darul Kamal NW Kembang Kerang Tahun Pelajaran 2014/2015 (Mataram: PPs IAIN Mataram, 2014)

10

dalam menigkatkan mutu pembelajaran yang mencakup sarana dan

prasarana untuk meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam Sedangkan

Tesis yang saya kaji adalah mengenai Bagaimana Peran Kepala Sekolah

Dalam Meningkat Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA

Plus Munirul Arifin NW Praya yang lebih menekankan bagaiman Peran

Kepala Sekolah dalam mengarahkan Peserta Didik Untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Sahabul Khairi13,”Strategi Program Pendidikan Khusus dan Kelas Umum

di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri tahun 2014/2015”, tesis ini

membahas tentang pengelolan program pendidikan (Diniyah Salapiyah)

terutama pada manajemen kesiswaan dalam meningkatkan pembelajaran

peserta didik di pondok pesantren Nurul Hakim, Sedangkan Tesis yang

saya kaji adalah mengenai Bagaimana Peran Kepala Sekolah Dalam

Meningkat Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya yang lebih menekankan bagaiman Peran Kepala

Sekolah dalam mengarahkan Peserta Didik Untuk Meningkatkan Mutu

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

3. Makhrus14,”Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Agama Islam di SMAN 1 Labuan Bima” Tesis ini mengkaji tentang

bagaimana peran guru dalam pengembangan kurikulum PAI di lingkungan

sekolah tersebut. Hal ini karena menurut penyusun tesis selama ini

pengembangan kurikulum hanya sebatas pada pola mengajar berdasarkan

KTSP dengan cara menyampaikan materi dengan menggunakan metode

ceramah dan sedikit metode diskusi. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis tentang bagaimana peran guru dalam

pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMAN 1

Kecamatan Lambu Bima. Sedangkan Tesis yang saya kaji adalah

mengenai Bagaimana Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkat Mutu

13Sahabul Khairi, Manajemen Program pendidikan Khusus dan Kelas Umum di Pondok

Pesantren (Mataram:PPs IAIN Mataram,2015) 14 Makhrus, Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di

SMAN I Kecamatan Lambu Kabupaten Bima (Mataram: PPs IAIN Mataram, 2012)

11

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya yang lebih menekankan bagaiman Peran Kepala Sekolah dalam

mengarahkan Peserta Didik Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

N

O

Peneliti Judul

Penelitian

Perbedaan Persamaan

1 Hj.

Muhaimini

ah

Implementasi

Manajemen

Berbasis

Madrasah

Komponen

Sarana

Prasarana

Dalam

Meningkatkan

Mutu

Pendidikan di

Madrasah

Aliyah Darul

Kamal NW

Kembang

Kerang

-Implementasi

Manajemen Berbasis

Madrasah komponen

Sarana Prasarana

Dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan di

- Tempat penelitian di

MA Darul Kamal NW

Kembang Kerang

- Tahun Penelitian

2014/2015

- Fokus pada

pengorganisasian,

Pelaksanaan, dan

Pengawasan

Impelementasi

Strategi

meningkatkan mutu

pembelajaran

- Meningkat

kan Mutu

Pembelajar

an

- Metode

Penelitian

Kualitatif

2. Shabul

Khairi

Strategi

Program

Pendidikan

Khusus dan

Kelas umum

- Strategi

Pendidikan

program khusus

dan kelas

umum ponpes

- Strategi

dalam

meningkatk

an mutu

pembelajar

12

di pondok

pesantren

Nurul Hakim

nurul hakim

- Tempat

Penelitian di

Ponpes Nurul

Hakim Kediri

Lobar

- Terfaocus pada

program

pendidikan

khusus dan

umum

- Tahun

Penelitian

2014/2015

an

- Metode

Kualitatif

3. Makhrus Peran Guru

dalam

pengembanga

n Kurikulum

Pendidikan

Agama Islam

di SMA

Labuan Bima

- Peran guru

dalam

Pengembangan

kurikulum PAI

- Tempat Labuan

Bima

- Focus Pada

Pengembangan

Kurikulum PAI

- Tahun 2014

- Sama –

sama

membahas

tentang

Peran

- Metode

penelitian

kualitatif

4 Irwan

Sasmita

Peran Kepala

Sekolah

Dalam

Meningkatkan

- Peran Kepala

Sekolah

- Strategi Kepala

Sekolah

- Sama –

Sama

Meningkat

kan Mutu

13

Mutu

Pembelajaran

Pendidikan

Agama Islam

di SMA Plus

Munirul

Arifin NW

Praya

- Tempat

Penelitian di

SMA Plus

Munirul Arifin

NW Praya

- Tahun 2016

Pendidikan

- Metode

penelitian

kualitatif

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dari enam bab sebagai

berikut :

1. Bagian awal.

Padaa bagian awal terdiri dari, halaman judul, surat

pernyataan keaslian, halaman pengesahan, nota dinas pembimbing,

halaman persetujuan, halaman moto, halaman persembahan,

abstrak, kata pengantar, daftar isi dan pedoman transliterasi.

2. Bagian isi.

Bab I: Pendahuluan; bab ini mencakup latar belakang,

permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka,

Bab II : Kajian Pustaka; yang meliputi secara umum, peran

kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI dan

Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran

PAI

Bab III : Metode penelitian ; bab ini mencakup pendekatan

dan jenis penelitian, Lokasi Penelitian, Instrumen Penelitian,

Data dan Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisa

Data, Pengecekan Keabsahan Data.

Bab IV : Paran Data yang menjelaskan tentang gambaran

14

umum obyek penelitian, dan temuan penelitian tentang Peran dan

strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran

PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Bab V : Pembahasan yang menjelaskan tentang Peran dan

strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran

PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Bab VI: Merupakan bab penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran-saran yang diberikan oleh peneliti.

3. Bagian akhir

Bagian akhir ini berisikan daftar pustaka, lampiran

pedoman wawancara, lampiran pedoman observasi, lampiran

pedoman dokumentasi, dan lampiran kegiatan selama penelitian

15

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Landasan Teori

1. Peran

Teori peran atau (Role Theory) adalah teori yang merupakan

perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari

psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam

sosiologi dan antropologi.15

Peran pertama kali diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang

aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya

sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berprilaku secara tertentu.

Peran adalah konsep sentral dari teori peran. Meskipun begitu,

defenisi peran adalah yang paling tidak jelas. Dalam literatur ditemukan

lebih dari 100 defini tentang peran. Menurut Bidle dan Thomas

kebanyakan defenisi itu menyatakan bahwa peran adalah serangkaian

rumusan yang membatasi prilaku-prilaku yang diharapkan dari pemegang

kedudukan tertentu.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah

beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oelh orang yang

berkedudukan dimasyrakat dan harus dilaksanakan.17

Peran tidak bisa dipisahkan dari status (kedudukan), walaupun

keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan

yang lainnya dan sebaliknya, maka peran diibaratkan seperti dua sisi mata

uang yang berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali, seorang

dikatakan memiliki peran karena orang tersebut mempunyai status dalam

masyrakat, walaupun kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan

orang lain, akan tetapi masing – masing dirinnya berbeda sesuai dengan

statusnya.

15 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2005), 224.

16 Ibid.,225 17 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta:Balai Pustaka,1998),667.

16

2. Peran Kepala Sekolah

Lembaga pendidikan Islam sebagaimana lembaga pendidikan pada

umumnya adalah agen peradaban dan perubahan sosial yang di berikan

kewajiban penuh kepada Kepala Sekolah untuk berperan dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran di setiap Sekolah posisi dan peran

pimpinan selalu sangat sentral. Maju dan mundurnya Sekolah sangat

tergantung pada sejauh mana Kepala Sekolah mampu berimajinasi untuk

memajukan Sekolahnya. Demikian pula dalam konteks sekolah sebagai

organisasi, maka posisi Kepala Sekolah juga sangat penting dalam

memajukan lembaga yang dipimpinnya. Bila mutu pembelajarana

Pendidikan Agama Islam suatu sekolah rendah yang mau diperbaiki, maka

kuncinya ada pada kepemimpinan yang kuat.18

Setelah dipahami mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam, harus

di ketahui apa saja yang termansuk dalam dimensi mutu pendidikan Islam

sebab Kepala Sekolah sebagai individu yang bertanggung jawab di sekolah

mempunyai kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di

lembaganya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan

yang diharapkan. Oleh karenanya, kepemimpinan Kepala Sekolah menjadi

salah satu faktor penting yang dapat mendorong sumber daya sekolah

untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah19. Untuk

kepentingan tersebut Kepala Sekolah harus mampu memobilisasi sumber

daya sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program

sekolah, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan

ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa,

hubungan sekolah dengan masyarakat dan penciptaan iklim sekolah.

Adapun menurut Wijono,20 tugas seorang Kepala Sekolah secara

garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu administrasi material,

18Baharudin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jakarta:Arruz Media

Depok, 2012), 254. 19Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada 2012), 56. 20Depdiknas, Manejemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku IV Perintisan

Program Dirjen Dikdasmen, (Jakarta: Depdiknas 2000 ), 34.

17

administrasi personel dan administrasi kurikulum. Administerasi material

adalah administerasi yang mencakup bidang-bidang material sekolah

seperti ketatausahaan sekolah, keuangan, perlengkapan, dan lain-lain.

Administerasi personel adalah administerasi yang mencakup administerasi

keguruan, murid, dan pegawai sekolah lainnya. Administerasi kurikulum

adalah administerasi yang mencakup penyusunan kurikulum, pembinaan

kurikulum dan pelaksanaan kurikulum. Kepemimpinan dan

administratif pendidikan yang berhasil bagi Kepala Sekolah adalah

diarahkan pada pengembangan aktifitas pengajaran dan belajar siswa.

Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut tak lepas dari

peran Kepala Sekolah sebagai pengelola dalam lembaga pendidikan.

Adapun yang dimaksud dengan peran Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam di sini adalah

usaha-usaha yang dilakukan Kepala Sekolah untuk mencapai kemajuan

dan kesempurnaan pembelajaran yang dipercayakan kepadanya. Berikut

ini penulis akan uraikan tentang peran Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran, yang meliputi perannnya sebagai

edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan

motivator, diantaranya adalah sebagai berikut

a. Kepala Sekolah sebagai pendidik (Edukator)

Sebagai Edukator Kepala Sekolah bertugas untuk membimbing

guru, tenaga kependidikan, peserta didik, mengikuti perkembangan

IPTEK, dan memberi teladan yang baik. Dalam melakukan fungsinya

sebagai edukator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat

untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan

disekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan

nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh

tenaga kependidikan, dan tak ubahnya melaksanakan fungsi-fungsi

dan tugas tugas kepemimpinan organisasi21.

21Baharudin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jakarta: Arruz Media Depok,

2012), 178.

18

Upaya yang dapat dilakukan Kepala Sekolah dalam

meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam

peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta

didik adalah sebagai berikut:

1) Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran atau pendidikan

lanjutan

2) Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik

3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara

mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran

sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara

efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran dan

sebagainya.

b. Kepala Sekolah sebagai manejer untuk melakukan peran dan fungsinya

sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat.

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Administrasi merupakan suatu proses yang menyeluruh dan terdiri

dari bermacam kegiatan atau aktivitas di dalam pelaksanaannya. Sebagai

administator, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas kelancaran segala

pekerjaan dan kegiatan administratif di sekolahnya. Aktivitas

administratif adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan,

penyusunan dan dokumentasi program dan kegiatan sekolah. Secara

spesifik, Kepala Sekolah juga dituntut untuk mengelola kurikulum,

mengelola administrasi saranadan prasarana, mengelola administrasi

kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.

d. Kepala Sekolah sebagai supervisor

Supervisi juga dapat diartikan sebagai pembinaan yang diberikan

kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan

untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik sesuai

19

dengan tujuan pendidikan. Kepala Sekolah sebagai supervisior mempunyai

peran dan tanggung jawab untuk membina, memantau, dan memperbaiki

proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Supervisi

Kepala Sekolah dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.22 Di

antara tugas-tugas Kepala Sekolah sebagai supervisor adalah:

1) Membantu stafnya menyusun program

2) Membantu stafnya mempertinggi kecakapan dan keterampilan

mengajar

3) Mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang kesanggupan stafnya

dan tentang kemajuan program pendidikan pada umumnya.

3. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI

Dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam

Beberapa strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan

mutu pembelajaran meliputi:23

a. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru

Strategi pertama yang diterapkan oleh Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan cara peningkatan

kemampuan mengajar guru. Peningkatan kemampuan mengajar ini

dipandang sangat penting oleh Kepala Sekolah mengingat gurulah sebagai

peran kunci yang melaksanakan dan menentukan baik tidaknya mutu

pembelajaran tersebut. Selain itu pula sejumlah permasalahan dalam

meningkatkan mutu pembelajaran banyak bersumber dari guru, misalnya

kurang disiplin, kurang profesional, kinerjanya rendah atau permasalahan-

permasalahan pribadi lainnya.24

Untuk itu Peran Kepala Sekolah juga di pandang perlu untuk

memberikan penetapan terhadap guru untuk meningkatkan mutu

22Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, (Jakarta:

Grapindo, 2003), 121. 23Kemendikbud, Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kemendikbud.

2014), 423. 24Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Karisma Putra

Utama Kencana, 2009), 210.

20

pembelajara. Komponen- komponen tersebut dapat di kemukakan sebagai

berikut:

1. Penetapan perubahan yang di harapkan

Kegiatan sebagai mana tersebut di atas di tandai oleh adanya usaha

secara terencan dan sistematika yang di tunjukan untuk mewujudkan

adanya perubahan pada diri peserta didik , baik pada aspek wawasan,

pemahaman , keterampilan, sikap, dan sebagainya. Dalam menyusun

strategi pembelajaran, berbagai perubahan tersebut harus di tetapkan

secara spesifik, terencana dan terarah. Hal ini penting agar kegiatan

belajar tersebut dapat terarah dan memiliki tujuan yang pasti.

Perubahan yang diharapkan ini selanjutnya, harus di tuangkan dalam

tujuan pengajaran yang jelas dan konkret, mengunakan bahasa yang

operasional, dan dapat di perkirakan alokasi waktu dan lainya yang di

butuhkan

2. Penetapan pendekatan

Pendekatan adalah sebuah kerangka analisis yang di gunakan

dalam memahami sesuatu masalah. Di dalam pendekatan tersebut

terkadang mengunaka tolok ukur sebuah disiplin ilmu pengetahuan,

tujuan yang ingin di capai, langkah langkah yang di gunakan atau

sasaran yang di tuju. Jika sebuah ilmu yang akan di gunakan sebagai

tolak ukur, pada pendekatan dapat menggunakan disiplin ilmu politik,

ekonomi, pendidikan, dakwah dan sebagainya.

3. Penetapan Metode atau Strategi

Pada uaraian terdahulu telah di kemukakan, bahwa metode

pengajaran sangat memegang peranan penting dalam mendukung

kegiatan belajar mengajar. Pengguna metode strategi tersebut selain

harus mempertimbangkan tujuan yang ingin di capai, dan harus

memerhatikan bahan pelajaran yang akan di berikan, kondisi anak

didik, lingkungan, dankemampuan dari guru itu sendiri. Suatu metode

mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, dan

tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain.

21

Lebih jauh, Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan

Djihad Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu

:

a) Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari

bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan

berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar

yang diselenggarakannya.

b) Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik

dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.

c) Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap

dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan

mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran :

Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri

Handayani.25

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan

nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi

guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan

Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan yaitu :

1) Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam

pengelolaan peserta didik yang meliputi:

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

b) Pemahaman terhadap peserta didik

c) Pengembangan kurikulum/silabus

d) Perancangan pembelajaran

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

f) Evaluasi hasil belajar, dan

g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

25Ibid., 220

22

2) Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan

kepribadian yang:

a) Mantap

b) Stabil

c) Dewasa

d) Arif dan bijaksana

e) Berakhlak mulia

f) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

g) Mengevaluasi kinerja sendiri dan

h) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

3) Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk :

a) Berkomunikasi lisan dan tulisan

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik;

dan

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

a) Konsep, struktur dan metode keilmuan/teknologi/seni

yang menaungi dengan materi ajar

b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari dan

e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global

dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

b. Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan

23

Strategi yang diterapkan Kepala Sekolah dalam meningkatkan

mutu pembelajaran yaitu dengan optimalisasi pemanfaatan dan

penggunaan media dan sarana pendidikan.Permasalahan yang muncul

dalam hal ini bahwa selama ini guru kurang mendayagunakan

penggunaan media dan sarana pendidikan yang ada, sehingga

keberadaannya jelas tidak bermanfaat untuk memperlancar

pembelajaran.26

Dalam uraian terdahulu telah di kemukakan metode dalam

mengoptimalisasi penggunaan media dan sarana ini dilakukan dengan

cara membuat kebijakan untuk mewajibkan setiap guru dalam melakukan

pembelajarannya dengan menggunakan media atau sarana pendidikan

yang tersedia, sehingga mampu mewujudkan hasil pengajaran yang

optimal27. Sementara itu pula sebagai pimpinan, Kepala Sekolah

berupaya untuk membina dan mengarahkan cara-cara penggunaan media

dan sarana pendidikan yang mendukung terhadap pembelajaran, sehingga

hasil pembinaan dan pengarahan ini setiap guru dapat menggunakan

media dan sarana pendidikan tersebut dengan baik dalam pembelajaran.

Keadaan ini dilakukan dalam upaya mengkondisikan media dan

sarana pendidikan yang ada mampu dilindungi dan mampu untuk

dimanfaatkan keberadannya. Lebih lanjut Kepala Sekolah

menganggarkan biaya untuk pemeliharaan dan pengadaan media dan

sarana pendidikan yang belum tersedia.

c. Pelaksanaan Supervisi secara Rutin

Strategi yang lain yang diterapkan Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan pelaksanaan supervisi

rutin. Keadaan ini dilakukan mengingat keberadaan guru yang relatif

memiliki pendidikan cukup sama yaitu S.Pd, sehingga pembinaan dan

pengarahan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan sekali dalam

26Faisal Jalal Cs, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adi Cita, 2001), 10.

27Ibid., 213.

24

meningkatkan mutu pembelajaran. Strategi inipun ditempuh Kepala

Sekolah untuk mengatasi permasalahan sehubungan dengan

kurangnya sikap profesionalisme yang dilakukan oleh guru dalam

melaksanakan tugas.Kegiatan supervisi yang dilakukan Kepala

Sekolah ini agar Kepala Sekolah mengetahui secara langsung

permasalahan yang dihadapi guru selama melaksanakan pembelajaran,

sehingga Kepala Sekolah dapat memberikan bantuan sesuai dengan

kemampuannya.28

Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan

cara mengadakan kunjungan kelas, rapat-rapat dan pembinaan secara

individual terhadap guru. Kunjungan kelas yang dilakukan oleh

Kepala Sekolah di sini yaitu dengan mengadakan pengunjungan

terhadap setiap kelas tentang kelengkapan sarana pendidikan yang ada

dan mengecek kehadiran guru maupun siswa. Selanjutnya supervisi

yang dilakukan oleh Kepala Sekolah ini dilakukan dengan cara

mengadakan rapat-rapat yang dilakukan dalam mengadakan

pengevaluasi atau bahkan pembinaan terhadap para guru untuk

mengenalkan sesuatu yang baru dan perlu diketahui oleh guru

mengenai hal yang berkaitan dengan pembelajaran. Kemudian juga

Kepala Sekolah sering mengadakan supervisi terhadap para guru

secara perorangan dalam membina dan mengarahkan guru tersebut,

sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik, biasanya

dilakukan jika ada permasalahan yang begitu besar dan terjadi pada

tugas guru tersebut.

d. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat

Masyarakat merupakan relasi yang cukup besar dalam

memberikan pengaruh dan bantuan terhadap kelancaran

penyelenggaraan pembelajaran. Apalagi jika dikaitakan dengan

28E Mulyasa, Manejemen Berbasis Sekolah; Konsep Strategi Dan Implementasi, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2013), 145.

25

keadaan sekarang bahwa masyarakat memiliki peran sebagai

pengawas dan penyumbang kebutuhan sekolah dengan dibentuknya

“Komite Sekolah”.Namun demikian dalam kenyataannya bahwa

masyarakat masih kurang peka terhadap kebutuhan sekolah.

Oleh karena itulah sebagai langkah awal memperbaiki

hubungan dengan sekolah dengan masyarakat, maka Kepala Sekolah

mengadakan suatu strategi dalam bentuk kerjasama dengan

masyarakat.Dalam mengadakan hubungan kerjasama dengan

masyarakat ini, maka sekolah membentuk Komite Sekolah yang

memiliki fungsi dan peran sebagai wadah untuk memfasilitas

masyarakat berhubungan dengan sekolah atau sebaliknya.Selama ini

melalui “Komite Sekolah” itulah orang tua siswa, masyarakat umum

atau donatur mengadakan jalinan hubungan yang harmonis.Lebih

lanjut Kepala Sekolah mengadakan hubungan dan komunikasi

dengan para orang tua siswa dan “Komite Sekolah” yaitu dengan

mengadakan rapat-rapat29.

Rapat atau pertemuan dengan para orang tua siswa dilakukan

pada awal tahun pelajaran dan pada waktu pembagian “Buku

Laporan Pendidikan”. Pada pertemuan sekolah dengan orang tua

siswa pada awal tahun merupakan pertemuan yang membicarakan

tentang pengenalan program-program pendidikan yang akan

diselenggarakan dan uraian secara terbuka mengenai anggaran yang

digunakannya. Sementara pertemuan pada pembagian Buku Laporan

Pendidikan merupakan pertemuan yang berupaya untuk secara tetap

menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang tua siswa. Rapat

“Komite Sekolah”30 merupakan upaya menjalin kerjasama dengan

masyarakat dalam membahas program-program pendidikan yang

akan diselenggarakan oleh pihak sekolah. Pada pertemuan ini

29Faisal Jalal, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adi

Cita, 2001), 139. 30Ibid., 134.

26

dibahas mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh

pihak sekolah.

e. Penerapan Disiplin yang Ketat

Penerapan disiplin yang ketat merupakan pula salah satu

strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan

mutu pembelajaran. Penerapan disiplin ini penting dilakukan

sehubungan dengan rendahnya tingkat kedisiplinan guru maupun

siswa, antara lain: datang terlambat, berpakaian kurang rapi dan

pulang belajar mengajar belum pada waktunya. Pendisiplinan ini

dilakukan untuk mengkondisikan semua warga memiliki kinerja

dalam menjalankan tugas dan peranannya secara optimal.Di mana

melalui pendisiplinan ini diharapkan para personil pendidikan

mampu memberikan kinerjanya yang optimal.Sementara

pendisiplinan yang terapkan pada siswa diharapkan mampu

menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam menjalankan atau

mengikuti pembelajaran.

Pendisiplinan iklim sekolah ini dilakukan dengan cara

pembuatan tata tertib bagi siswa dan tata tertib bagi para guru yang

ada di sekolah. Pendisiplinan ini ditegakkan secara objektif,

sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu

pembelajaran.Kepala Sekolah setiap hari mengontrol kedisiplinan

guru dan siswa dengan cara melihat kehadiran, kerapihan dari

pakaiannya dan menampilkan perilaku kepemimpinan yang patut

untuk dicontoh atau ditiru. Lebih konkritnya jika ada guru maupun

siswa yang tidak disiplin, maka Kepala Sekolah melakukan teguran

secara lisan, melakukan pemanggilan dan pemberian sanksi apabila

guru maupun siswa tetap nakal.Selain itu pula khusus untuk siswa

jika ada yang tidak disiplin, Kepala Sekolah memanggil orang tua

siswa ke sekolah untuk meminta bantuan dalam membina anaknya.

27

Secara lebih konkrit pendisiplinan yang dilakukan kepada

guru, Kepala Sekolah melakukan evaluasi terhadap ketepatan waktu

mengajar, kehadiran dan kerapian pakainnya.Kepala Sekolah

terbiasa memanggil guru yang terlambat dalam mengajar, tidak rapi

dalam berpakaian dan sering tidak hadir.Kondisi tersebut

ditindaklanjuti dengan pembinaan dan pengajaran, sehingga para

guru tetap mampu menegakkan kedisiplinannya.31

Kepala Sekolah menganggap bahwa melalui pendisiplinan

inilah nantinya akan mampu memberikan dampak terhadap hasil

belajar. Dengan demikian kedisiplinan ini perlu diciptakan dengan

baik, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap mutu

pembelajaran dengan baik pula.

4. Mutu Pembelajaran

1. Pengertian Mutu Pembelajaran

Menurut Sudarwan Danim, mutu pembelajaran mengacu pada

masukan, proses, luaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari

beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya

manusia, seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha dan peserta

didik. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa

alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah dan lain-

lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria deskripsi kerja dan struktur

organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan,

seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita. 32

Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan

sumber daya sekolah mentransfomasikan beragam jenis masukan dan

situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari peserta didik.

Apabila dilihat dari hasil pendidikan, mutu pendidikan dipandang bermutu

31Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Karisma Putra

Utama Kencana, 2009), 217. 32 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik , 53.

28

jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakulikuler pada

peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau

menyelesaikan program pembelajaran tertentu.33

Dari deskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mutu sekolah

adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan sekolah secara efektif dan

efisien untuk melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakulikuler pada

peserta didik yang dinyatakan lulus untuk suatu jenjang pendidikan atau

menyelesaikan program pembelajaran tertentu.

2. Ciri-ciri Mutu Pembelajaran

Transformasi menuju sekolah bermutu diawali dengan mengadopsi

dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staf,

peserta didik, guru dan komunitas. Proses diawali dengan

mengembangkan visi dan misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah

serta departemen dalam wilayah tersebut.34

Sekolah dikatakan bermutu apabila mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut: pertama, bisa menghasilkan output yang diharapkan sekolah.

Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses

pembelajaran dan manajemen di sekolah. Kedua, proses sekolah yang

bermutu pada umumnya memiliki sejumlah ciri proses sebagai berikut:

proses belajar-mengajar yang efektifitasnya tinggi; kepemimpinan kepala

sekolah yang kuat; lingkungan sekolah yang aman dan tertib; pengelolaan

tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang efektif; sekolah yang

mempunyai teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis; sekolah yang

memiliki kewenangan dan kemandirian; partisipasi yang tinggi dari warga

sekolah dan masyarakat; sekolah yang memiliki keterbukaan (transparansi

manajemen); sekolah yang mempunyai kemampuan untuk berubah

(psikologis dan fisik); sekolah yang melakukan evaluasi dan perbaikan

33 Sulthon Masyhud Kusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka,

2005), 82. 34 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip dan Tata Langkah

Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 10.

29

secara berkelanjutan; sekolah yang responsif dan antisipatif terhadap

kebutuhan; sekolah yang memiliki komunikasi yang baik, terutama antar

warga sekolah dan sekolah-masyarakat.

Ketiga, input pendidikan yang bermutu pada umumnya memiliki

ciri sebagai berikut: memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang

jelas; sumberdaya tersedia dan siap; staf yang kompeten dan berdedikasi

tinggi; memiliki harapan prestasi yang tinggi; fokus pada pelanggan

khususnya peserta didik. Adapun input manajemen yang dimaksud

meliputi: tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program

yang mendukung bagi pelaksana rencana, ketentuan-ketentuan (aturan

main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak,

dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk

meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.35

Jadi, untuk mendorong sekolah agar menjadi lembaga pendidikan

yang berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi maka perlu

dilakukan upaya-upaya pemberdayaan kepada peserta didik baik internal

maupun eksternal secara terpadu dan partisipatif.

5. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian pendidikan agama Islam

Pendidikan adalah proses internalisasi budaya kedalam diri

seseorang dan masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan hanya sarana

transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana

pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturasi). Tugas guru memang

sangatlah kompleks, sehingga mereka harus menguasai sejumlah ilmu

pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan. Guru harus memiliki

kemampuan profesional dalam tugasnya dengan merupakan konsep

teknologi pembelajaran dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan

dan pembelajaran.36

35 Umaidi, Manajemen..., 12-20.

36 Muhammad Rohmadi, Menjadi Guru...,12

30

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh

orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta

didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

Mendidik adalah membantu anak dengan sengaja (dengan jalan

membimbing, membantu dan memberi pertolongan) agar ia menjadi

manusia dewasa, susila, bertanggung jawab dan mandiri. Bab I Pasal 1 UU

RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”37

Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah usaha meningkatkan

diri dalam segala aspek yang melibatkan guru maupun tidak melibatkan

guru (pendidik) mencakup pendidikan formal, maupun non formal serta

informal.38

Agama Islam adalah agama yang membawa keselamatan dunia

akhirat. agama Islam adalah keyakinan berserah diri kepada Allah, seorang

yang tunduk kepada Tuhan, atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi

laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah

menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi

dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh

bahwa Muhammad adalah Nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia

oleh Allah.

Ketundukan kepada Allah diwujudkan dengan mengikuti segala

yang diperintahkan-Nya melalui rasul-Nya yang meliputi keyakinan

(aqidah) kepada keesan Allah, mentaati norma yang sudah ditetapkannya

37 Undang Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2006), 25. 38 Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1990), 6.

31

dalam syariah, dan berbuat atau berperilaku berdasarkan tuntunan-Nya

dalam akhlak.39

Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia,

baik dalam hal aqidah, syariah, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Azza

wa Jalla menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ar Ruum ayat 30 sebagai berikut:

Artinya : “Maka hadapkanlah dirimu kepada agama (Allah) yang benar itu;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."40

Rumusan tujuan hidup yang didasari oleh ajaran agama menempati

posisi sentral, yakni orang yang hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama

yang diyakininya, melalui figur ulama kharismatik, atau menurut kitab suci.

Menurut Islam, tujuan hidup manusia adalah untuk menggapai rida Allah,

Firman Allah SWT dalam QS. al Baqarah (2): 207 sebagai berikut:

بالعباد رءوف واللھ اللھ مرضاة ابتغاء نفسھ یشري من الناس ومنArtinya : “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya

karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”41

b. Hakikat dan tujuan pendidikan agama Islam

Hakekat pendidikan Islam adalah mengembangkan sikap pada diri

seseorang, sikap tersebut merupakan internalisasi dari nilai-nilai kebaikan

yang diajarkan al-Quran, bagi pendidikan Islam dikotomi antara

39 M. Natsir Abdullah dan Lalu Hamdian Affandi, Pendidikan Agama Islam (Lombok

Barat: Arga Puji Press, 2011), 13. 40 Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta: PT. Mutiara, 1983), 791.

41 Ibid., 61.

32

pendidikan umum dan pendidikan agama harus dihilangkan. Kesamaan

dalam satu hal, yaitu potensi dasar beriman kepada Allah, ini adalah fitrah

semua manusia.42

Menurut Puskur Depdiknas, sebagaimana dikutip Abdul Majid

dalam bukunya mengatakan: tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik memalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta

pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah Swt,

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.43

c. Visi dan misi pendidikan agama Islam

Visi Pendidikan Agama Islam di sekolah umum adalah terbentuknya

sosok anak didik yang memiliki karakter, watak dan kepribadian dengan

landasan iman dan ketakwaan serta nilai-nilai akhlak, budi pekerti yang

kukuh yang tercermin dalam keseluruhan sikap dan prilaku sehari hari,

untuk melanjutkan memberi corak bagi pembentukan watak bangsa.

Sedangkan misi Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut :

1) Melaksanakan pendidikan agama sebagai bagian integral dari

keseluruhan proses pendidikan di sekolah.

2) Menyelenggarakan pendidikan agama di sekolah dengan meng-

integrasikan aspek pengajaran, pengamalan serta aspek

pengamalan bahwa kegiatan belajar mengajar di depan kelas

diikuti dengan pembiasaan pengamalan ibadah bersama di

sekolah, kunjungan dan memperhatikan lingkungan sekitar serta

penerapan nilai dan norma akhlak dalam perilaku sehari-hari.

3) Melakukan upaya bersma antara guru agama dan kepala sekolah

serta seluruh unsur pendukung pendidikan di sekolah untuk

42 Fatmah, Pendidikan Islam dan Isu-isu Sosial (Yogyakarta: Kurnia Kalam

Semesta, 2011), 120. 43 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2012), 18.

33

mewujudkan budaya sekolah (shcool cultute) yang dijiwai oleh

suasana dan disiplin keagamaan yang tinggi yang tercermin dari

aktualisasi nilai dan norma keagamaan dalam keseluruhan

interaksi antar unsur pendidikan di sekolah dan di luar sekolah.

4) Melakukan penguatan posisi dan peran guru agama di sekolah

secara terus menerus, baik sebagai pendidik maupun sebagai

pembimbing dan penasihat, komunikator, serta penggerak bagi

terciptanya suasana dan disiplin keagamaan di sekolah.44

Dari uraian visi dan misi Pendidikan Agama Islam di

sekolah umum, maka para guru Pendidikan Agama Islam selalu

berkeinginan dan berusaha sekuat tenaga untuk selalu

menghasilkan kualitas hasil pendidikan pada hari ini senantiasa

lebih baik dari hari kemarin. Maka tidak ada satupun usaha

peningkatan mutu penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam yang

dirasakan sulit untuk diwujudkan, yang terpenting adalah adanya

usaha untuk mewujudkan strategi tersebut. Adapun mengenai hasil

dari usaha tersebut semuanya kita serahkan kepada Allah SWT.

Manusia hanya bisa berikhtiar, namun Allah yang menentukan

segalanya.

d. Materi pembelajaran pendidikan agama Islam

Sasaran dan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam akan

tercapai, bilamana materi pendidikan tersebut diseleksi dengan baik dan

tepat. Materi dalam kontek ini intinya adalah substansi yang akan

disampaikan dalam proses interaksi edukatif kepada peserta didik dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam sebagaimana telah

diuraiakan di atas.

Intisari pengajaran pada periodesasi Nabi Muhammad saw, dapat

dikelompokkan menjadi tiga devisi utama yang meliputi bidang akidah,

ibadah dan akhlak. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang menjelaskan

44Ibid., 19.

34

tentang materi pendidikan Islam yang diajarkan oleh malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad SAW:

لا أن تشھد أن اإلسلام.: م. ص اهللا رسول فقال الإسلام عن أخبرني محمد یا

تحج و رمضان الزكاةوتصوم وتؤتي لاةالص وتقیم محمدارسولاهللا وأن إلااهللا إلھ

:قال ویصدقھ، یسألھ لھ فعجبنا صدقت: قال سبیلا، إلیھ استطاع البیتان

األخر والیوم ورسلھ وكتبھ وملائكتھ باهللا تؤمن أن: قال الإیمان عن فأخبرني

أن: قال الإحسان عن فأخبرني: قال صدقت، قال ، خیرھوشره بالقدر وتؤمن

یا: قال ثم ملیا فلبثت انطلق ثم. یراك فإنھ تراه لمتكن فإن تراه كأنك اهللا تعبد

یعلمكم اتاكم جبریل فإنھ: قال اعلم ورسولھ قلتاهللا ؟ منالسائل أتدرى عمر

) رواه مسلم( دینكم

Artinya: “Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam,

maka Rasul menjawab: Islam itu bersaksi bahwa tiada tuhan

selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah,

mendirikan shalat, membayar zakat, puasa bulan ramadhan dan

menunaikan haji jika mampu. Laki-laki itu berkata, kamu benar

Muhammad, maka kamipun heran kepadanya, ia yang

menanyakan dan ia pula yang membenarkannya. Laki-laki itu

berkata lagi: beritahukan kepadaku tentang iman, Rasul

menjawab: beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada qadha dan

qadar baik dan buruknya. Laki-laki itu membenarkannya,

kemudian berkata lagi, beritahukan kepadaku tentang ihsan.

Rasul menjawab: beribadah kepada Allah seakan-akan kamu

melihat-Nya dan bila kamu tidak dapat melihat-Nya

sesungguhnya Dia (Allah) melihat kamu. Kemudian laki-laki itu

pergi begitu saja kemudian Nabi bertanya kepada Umar ra., hai

Umar apakah kamu mengetahuai siapakah yang bertanya?

Umar menjawab: Allah dan Rasul-Nyalah yang mengetahui.

35

Nabi berkata sesungguhnya laki-laki tersebut adalah malaikat

Jibril yang mendatangi kalian untuk mengajarkan kalian

tentang agama kalian).45

Memperhatikan isi kandungan dari hadits di atas, bahwa inti dari

materi pendidikan Islam adalah iman (akidah), ibadah dan akhlakul

karimah. Ketiga aspek iman, ibadah dan akhlak merupakan tiga serangkai

yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Sebab ketiganya merupakan

satu kesatuan yang saling melengkapi.

Kehidupan dunia dan akhirat tidak mungkin tercapai kecuali

dengan keutamaan akhlak, keutamaan akhlak tidak mungkin tercapai

kecuali dengan mengetahui Tuhan (iman) dan memuja-Nya lewat ibadah

yang telah disyari’atkan agama. Jadi ketiga-tiganya merupakan kunci

pokok dari ajaran agama Islam. Secara mendasar ketiga materi

pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Pendidikan Iman (akidah)

Pendidikan akidah adalah inti dari dasar keiman seseorang

yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Karena dengan

pendidikan inilah anak akan menegnali siapa Tuhannya, bagaimana

cara bersikap kepada Tuhannya, dan apa saja yang meski mereka

perbuat dalam hidup ini.

Materi pendidikan keimanan ini adalah untuk mengikat

anak dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar

syari’ah, sejak anak mengerti dan mulai memahami sesuatu. Tujuan

yang mendasar dari pendidikan ini adalah agar anak hanya

mengenal Islam mengenai dirinya, Al-Qur’an sebagai imamnya dan

Rasulullah sebagai pemimpin teladannnya.46

b). Pendidikan Ibadah (Syari’ah)

45 Muslim. Shahih Muslim Juz I (Bandung: Syirkah Ma’arif Lithob’i

Wannasyr, tt.), 23. 46 Nasih Ulwan, A., Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam ( Semarang: CV. Asy-

Syifa’, 1981), 51.

36

Materi pendidikan ibadah secara menyeluruh oleh para ulama

telah dikemas dalam sebuah disiplin ilmu, yang dinamakan ilmu

fiqh. Karena seluruh tata peribadatan telah dijelaskan di dalamnya,

sehingga perlu diperkenalkan sejak dini kepada anak didik dan

sedikit demi sedikit dibiasakan dalam diri mereka, agar kelak mereka

tumbuh menjadi insan-insan yang betaqwa.47

Sementara Aly dan Munzier menyimpulkan bahwa pranata-

pranata (aturan) ibadah di dalam Islam, termasuk shalat,

merealisasikan tujuan umum pendidikan Islam, yaitu menanamkan

jiwa taqwa. Pendidikan ibadah disini khususnya pada pendidikan

shalat merupakan tiang dari segala amal ibadah. Shalat tidak hanya

terbatas pada konteks fi’liyah, melainkan menanamkan nilai-nilai di

balik ibadah shalat, sehingga mampu tampil sebagai pelopor amar

ma’rūf nahī munkar serta jiwanya teruji menjadi orang yang sabar.48

c). Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-

dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki

dan dijadikan kebiasaan oleh anak masa kecil sehingga menjadi

orang mukallaf, yaitu seseorang yang telah siap mengarungi

lautan kehidupan. Tujuan dari pendidikan akhlak ini adalah untuk

membentuk benteng relegius yang berakar pada hati sanubari

anak. Benteng tersebut akan memisahkan anak dari sifat-sifat

negatif, kebiasaan berbuat dosa dan tradisi jahiliyah.49

Sesungguhnya referensi yang paling penting dalam

pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an. Pendidikan akhlak dalam

Al-Qur’an memiliki porsi yang besar. Tujuan pendidikan Islam

dapat dicapai melalui pendidikan akhlak dalam bentuk

47 M. Nipan Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga (Yogyakarta: Mitra

Pustaka, 2000), 102. 48 Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Priska

Agung Insani, 2003), 74. 49 Nasih Ulwan, A., Pedoman..., 174.

37

pengembangan sikap kepasrahan, penghambaan dan ketakwaan

kepada Allah swt. Allah swt menjadikan sifat-sifatnya yang

terdapat di dalam al-asmā’ al-usnā sebagai nilai ideal akhlak

yang mulia dan menyerukan kepada manusia untuk

meneladaninya.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapatlah disimpulkan

bahwa tujuan akhir dari mata pelajaran pendidikan agama Islam

adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia.

Karena tujuan inilah yang menjadi misi utama diutusnya Nabi

Muhamad SAW ke dunia yaitu menyempurnakan akhlak yang

mulia. Pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan agama

Islam dan akhlakkul karimah merupakan hakikat dari tujuan

pendidikan agama Islam.

e. Peran pembelajaran pendidikan agama Islam

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari

betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka

internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi

menajdi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan

baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat.

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya menempatkan mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran pokok

dengan maksud untuk peningkatan potensi spiritual dan membetuk

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sebagaimana

yang tertera dalam visi dan misi sekolah. Akhlak mulia mencakup

etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan

agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengamalan,

38

pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta

pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun

kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada

akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang

dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan agama Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan

kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang

bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan

untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis,

saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal

maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya

standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara

nasional ditandai dengan ciri-ciri:

1) Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain

penguasaaan materi.

2) Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya

pendidikan yang tersedia.

3) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di

lapangan untuk mengembangkan strategi dan program

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber

daya pendidikan.

Pendidikan agama Islam di SMAN se-Kota Mataram

diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya

menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun

peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam

memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu

diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan

perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam

lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

39

Para pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode

pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat

dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua

siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan

pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

6. SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

a. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah

diperoleh penjelasan sebagaia berikut:

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya adalah sebagai lembaga

pendidikan umum swasta di tingkat menengah, yang diselenggarakan oleh

Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Prayayang dimana Salah

Satu lembaga yang di buat Ialah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.

Sekolah SMA Plus ini di didirikan berdasarkan desakan dari berbagai

elemen masyarakat untuk mendirikan sekolah umum yang dikelola oleh

yaayasan yang bernuansa Islami dan berguna bagi masyarakat Agama dan

negara. Karena kebudayaan yang mempunyai keunggulan dibidang

pemahaman agama Islam. Secara fisik citra yang ditampilkan adalah

bernafaskan Islam, sehingga terkesan berwibawa, sejuk, rapi dan indah.

Bayangan pokok yang ditampilkan oleh SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya adalah Islami dan terkesan modern, serta dihuni oleh orang-orang

yang dekat dengan Allah SWT, Ramah terhadap sesama, santun, selalu

tersenyum, serta peduli terhadap lingkungannya.

Ditinjau dari kelembagaan SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

mempunyai tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, memiliki

manajemen yang kokoh yang mampu menggerakkan seluruh potensi untuk

mengembangkan kreativitas civitas akademika SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya serta memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan proaktif.

Selain itu SMA Plus Munirul Arifin NW Praya memiliki pimpinan yang

40

mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi

kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh.50

50Wawancara, Dengan Ahmad Yani, S.Sy, pada tanggal 20 Mei 2016 Ruang Kepsek

SMA Plus Muniru Arifin NW Praya

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan, fokus penelitian, obyek penelitian, maupun sumber data

yang akan dikumpulkan, maka dapat diketahui bahwa penelitian ini

termasuk penelitian lapangan (field Research), field Research ini terutama

mendasarkan diri pada penelitian di tengah kancah atau lapangan,51 maka

metode yang digunakan penelitian adalah metode kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. Fenomenologis memandang prilaku manusia

yaitu apa yang dikatakan dan dilakukan orang sebagai produk dari orang

tersebut menafsirkan dunianya, maka fenomenologis berusaha memberi arti

peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi

tertentu.52

Obyek metode kualitatif adalah seluruh bidang/aspek kehidupan

manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia.

Obyek itu diungkapkan kondisinya sebagaimana adanya atau dalam keadaan

sewajarnya (natural setting), mungkin berkenaan dengan aspek/bidang

kehidupannya yang disebut ekonomi, kebudayaan, hukum, organisasi,

agama, dan sebagainya.53

Dengan demikian diketahui bahwa pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan

tindakan kepada subyek adalah untuk mengungkapkan makna dari Peran

Kepala Sekolah dalam menigkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama

Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya yang berada di Praya. Dalam

hal ini menurut Bugdan dan Bieklem (1998) dalam Wahid Murni dan Nur

Ali, bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam54 yaitu;

51Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung:Mandar Maju,1996), 47.. 52Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosda

Karya,1991), 9. 53Ibid., 9

54Wahid Murni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan kelas, Pendidikan Agama dan Umum, disertai Contoh Hasil Penelitian, UIN Malang,2008, 31.

42

1. Menggunakan latar alamiah, Sebagai sumber data langsung dan

peneliti merupakan instrumen kunci (the key instrumen).

2. Bersifat deskriptif, Data-data yang dikumpulkan, disajikan dalam

bentuk kata-kata dan gambar-gambar. Data ini mencakup transkrip

wawancara, catatan lapangan, foto, tape, dokumen dan data lainnya

3. Lebih mementingkan proses dari pada hasil, Sesuai dengan latar yang

bersifat alami peneliti kualitatif lebih memperhatikan aktivitas-

aktivitasnya sehari-hari, prosedur-prosedur dan interaksi yang terjadi.

4. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara

Induktif, Penelitian kualitatif tidak mencari bukti untuk menerima atau

menolak suatu hipotesis yang dirumuskan sebelum terjun ke lapangan.

5. Makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif mementingkan apa yang disebut perspektif

partisipan (participant perspective), sehingga penelitian dapat

menonjolkan situasi yang dinamik (innerdynamic ofsituation).

Berdasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa Penelitian

kualitatif mempunyai karakteristik pokok mementingkan makna, konteks,

proses penelitiannya lebih bersifat siklus dari pada linier. Pengumpulan

dan analisa data berlangsung secara simultan. Lebih mementingkan

kedalaman ketimbang keluasan penelitian.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif disebut juga dengan

penelitian naturalistik. Penelitian naturalistik pada hakikatnya mengamati

orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta

berusaha memahami tuturan dan penafsiran mereka tentang dunianya.

Untuk itu perlu diamati lingkungan yang melatar belakangi kehidupan

orang tersebut. Dengan pendekatan ini, dapat teramati keutuhan dan

kealamiannya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tindakan kalaboratif

partisipatoris, yaitu peneliti bekerja sama dengan guru dan kepala

Sekolahserta serta warga sekolah yang terkait, termasuk di sini komite.

Dalam hal ini peneliti terjun langsung dalam merencanakan ,

43

mengindentifikasi masalah sampai ber-akhirnya penelitian ini.

Dengan demikian kehadiran peneliti dalam penelitian ini mutlak,

karena semua kegiatan yang peneliti lakukan, selalu bekerja sama dengan

semua warga Sekolah untuk menentukan lankah-langkah yang harus

dilakukan demi lancar dan berhasilnya penelitian ini, dan dapat

memberikan sumbangan demi kemajuan sekolah yang diteliti.

Oleh karena itu sesuai dengan fokus dalam penelitian ini, maka

penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan menelaah tentang “Peran

Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan

Agama Islam” Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatakan kualitatif.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati individu atau unit secara

,mendalam dan mencari faktor-faktor yang dapat menjelaskan kondisi

subyek dan obyek yang diteliti. Penelitian kualitatif lebih menghendaki

arah bimbingan penyusunan teori subyektif yang berdasarkan data, baik

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Jadi penelitian ini

bertujuan untuk menyajikan uraian deskriptif tentang bagaimana peran

kepala Sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

program dalam menigkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama

Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya serta strategi kepala

sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama

Islam.

B. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian hendaknya didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan kemenarikan, keunikman dan keseuaian dengan topik yang

dipilih.Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya, letak geografis jika

perlu disertakan peta lokasi, suasana sehari-hari lokasi penelitian dan

informasi lain yang dianggap perlu untuk dikemukakan,55

55Wahid Murni, Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan

kualitatif dan kuantitatif; Skripsi Tesis dan Disertasi ( Program Pasca Sarjana UIN Malang, 2008),

44

Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, yang

berada di Praya Peneliti tertarik melakukan penelitian di SMA Plus Munirul

Arifin NW Praya karena beberapa alasan berikut;

Peran kepala sekolah dan komite Sekolah sangat penting dalam

Meningkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam ini. Peran kepala

sekolah yang memiliki dan mampu memimpin sekolah dan pihak terkait

untuk memiliki motivasi dalam pengembangan sekolah menjadi lebih baik

lagi. Didukung oleh komite sekolah yang mampu memberikan dukungan

positif, dan berperan serta memberikan gagasan pemikiran dan sumbangsih

ide-ide terkait dengan sasaran utama dan program yang akan dijalankan oleh

sekolah.56

Untuk itu dalam penelitian ini mengambil judul peran kepala sekolah

dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam dengan

tujuan untuk dapat mendeskripsikan peran kepala sekolah dalam mutu

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya, dengan satu alasan bahwa Sekolah memiliki tanggung jawab untuk

membangun Sekolah menjadi sebuah Sekolah yang unggul dalam segala hal.

Maka dibutuhkan peran kepala Sekolah dalam upaya dan motivasi yang kuat

agar sekolah mampu berdaya saing. Bukan untuk alasan bersaing dalam hal

gengsi dan merasa paling unggul, tapi tetap bersaing untuk membuat sebuah

pendidikan yang dapat bermanfaat bagi peserta didik, lingkungan masyarakat

dan diharapkan agar semua lapisan masyarakat memiliki kesadaran akan

pentingnya pendidikan.

Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel, sehingga subyek

penelitiannya adalah guru yang terlibat langsung mengajar pada SekolahSMA

Plus Munirul Arifin NW Praya

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, 32

56Irfan Rachmat 2009 ; http:///www.irfanrahmat-artikel-mbs/2009/12/10/ MBS Belum Ada Nilai, Diakses tanggal 10 Mei 2016

45

pengumpul data, dan sekaligus melaporkan hasil penelitian. Untuk itu

peneliti berusaha bersikap sebaik mungkin, hati-hati, jujur dan bersungguh-

sungguh dalam menjaring data sesuai dengan kenyataan di lapangan,

sehingga data yang terkumpul benar-benar relevan dan terjamin

keabsahannya.

Menurut Moleong,57 ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen

mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,

mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya,

memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan,

serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim.

Karena peneliti berperan sebagai instrumen utama, maka penyesuaian

diri dengan situasi dan kondisi latar penelitian sangat menentukan

keefektifan, keefisienan bahkan keberhasilan penelitian. Untuk itu peneliti

berusaha menciptakan kondisi yang baik dengan para personalia madrasah

dengan cara bergaul secara aktif setiap hari, mengikuti peraturan atau norma

atau hukum yang dibuat oleh mereka dan sebagainya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini, peneliti

menjadi instrument kunci, namun dalam pelaksanaannya, peneliti juga

menggunakan instrument, berupa pedoman wawancara, pedoman observasi

dan pedoman dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan Tehnik pengumpulan data yang bersipat

lansung terhadap responden yang ikut berperan dalam proses

pengembangan. Menurut Dedi Mulyana Menjelaskan wawancara

adalah komonikasi antara dua orang, melibatkan seorang yang

imngin meperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

57Lexi J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosda

Karya,1991), 121.

46

mengajukan pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu58

Jadi wawancara merupakan lembar acuan yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang dirancang oleh peneliti. Dalam wawancara ini

peneliti mewancarai Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah,

Bendahara, Guru dan Tata Usaha dan Steckholder sekolah.

Adapun data yang diperoleh dengan tehnik wawancara ini

adalah

1. Peran kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran

PAI

2. Strategi kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu

Pembelajaran PAI

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap

informan yang diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan data (

informasi ) yang jelas . Wawancara yang dilakukan dalam penelitian

ini terdiri dari : Kepala Sekolah dan Serta sebagian guru yang ada

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya. Pedomam wawancara yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan

dalam.penelitian ini, dibedakan menjadi dua, yang pertama untuk

Kepala Sekolah dan kedua untuk guru, yang dalam penelitian ini

selain kepala Sekolah semuanya sama sebagai guru dan Komite

dimasukkan dalam kategori guru karena beliau termasuk guru yang

mengajar di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya sama seperti

halnya KTU dan Kepala Perpustakaan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat perekam, dan

pedoman wawancara, namun dalam pelaksanaannya ada sebagian

informan yang tidak suka di rekam tapi ada sebagaian yang terekan

hasil wawancaranya dengan menggunakan tape recorder.

Kelengkapan pedoman wawancara disertai dengan jawaban baik itu

yang lisan maupun yang terekam, terlampir.

58 Dedi Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Rosda Karya,2001), 180.

47

2. Observasi

Observasi merupakan alat untuk memudahkan peneliti dalam

mengambil data secara lengkap pada waktu berlangsungnya proses

penelitian. Pedoman observasi peneliti gunakan untuk mengetahui

obyek atau tempat berlangsungnya peristiwa, yang dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung, seperti melalui foto. Pengamatan

yang dilakukan secara langsung adalah terhadap fenomena dari

subyek atau obyek yang diteliti, seperti siswa, guru, kondisi sarana

prasarana, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan serta suasana

aktifitas kegiatan.

Dengan metode observasi ini,peneliti memperoleh data

tentang :

a. Peran kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu

Pembelajaran PAI

b. Strategi kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu

Pembelajaran PAI

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu tehnik mengumpulkan data

yang bersumber dari non manusia. Menurut Dedi Mulyana Dokumen

dapat berupa catat pribadi, surat pribadi, buku haria, majalah, koran

notulen rapat, catat khusus, rekaman kaset, rekaman vidio, photo dan

lain sebagainya.59

Adapun data – data yang diperoleh melalui tehnik

dokumentasi ini antara lain

a. Sejarah singkat berdirinya SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

b. Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

c. Program-program SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

d. Dokumen lain yang dianggap penting dan mendukung hasil

penelitian (struktur organisasi sekolah, Guru dan tenaga

administrasi dan hal-hal lain yang terkait dengan penelitian ini.

59 Ibid., 101

48

Pedoman dokumentasi ini secara rinci yang diperoleh dari obyek

penelitian meliputi; 1. Kondisi Obyek Penelitian, 2. Pengelolaan

pendidikan, 3. Visi-Misi, 4. Struktur Organisasi. 5. Kualifikasi

pendidikan guru, 6. Data jumlah murid dan data lain yang terkait

dengan penelitian ini. Seperti prestasi yang pernah diraih,

laporan hasil belajar siswa, kurikulum yang digunakan, jadwal

belajar siswa, pedoman dan pembagian tugas dan tatib siswa)

E. Data dan Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang

sesuai dengan fokus penelitian yaitu kepala Sekolah, guru-guru SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya yang berada di Praya dan akan ditambah pula

dengan komite untuk lebih meyakinkan data yang diperoleh.

Data yang dikumpulkan tersebut dapat bersifat deskriptif dalam bentuk

kata-kata atau gambar. Data bisa didapat dari hasil interview, catatan

pengalaman lapangan, dokumen perorangan, dan dokumen resmi60 Data

adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian

(analisis atau kesimpulan)61

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh62, Jadi

sumber data itu menunjukkan asal informasi. Data itu harus diperoleh dari

sumber data yang tepat, jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan

data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diteliti.

Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu

manusia/ orang dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai

subyek atau informen. Sedangkan sumber data bukan manusia berupa

dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto, catatan

60Robert C Bugdan dan Sari R. Biklen, Qualitative Research for Education An

Introduction toTheory and Methods ( Boston Allyn and Bacon,1982), 2-3. 61Wahid Murni Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan

kualitatif dan kuantitatif; Skripsi Tesis dan Disertasi, ( Program Pasca Sarjana UIN Malang, 2008), 31.

62Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,( PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002),98

49

rapat atau tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.

Sehubungan dengan wilayah sumber data yang djadikan sebagai subyek

penelitian ini ada dua yaitu;

1. Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan.

Sumber primer juga merupakan sumber dasar yang merupakan bukti atau

saksi utama dari kejadian yang lalu, Contoh dari data atau sumber primer

adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu

keterangan saksi mata, keputusan-keputusan rapat dan sebagainya.63 Data

primer juga dapat dipeoleh dalam bentuk verbal atau kata-kata serta

ucapan lisan dan perilaku dari subyek (informan) dari Kepala Kepala

Sekolah Guru-guru, KTU ,semua wakail kepala sekolah, dll.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah catatan adanya peristiwa, atau pun

catatan catatan yang "jaraknya" telah jauh dari sumber orisionil. Misalnya

keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan dari

rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita, surat kabar. Berita surat kabar

tentang rapat tersebut adalah sumber sekunder. Menggunakan citasi orang

lain tentang suatu kejadian, merupakan sumber sekunder dalam sejarah.

Sumber dan bukan dari penyaksi kejadian sendiri juga merupakan sumber

sekunder.64

Sumber sekunder dapat juga diartikan sumber dari bacaan.

Maksudnya , data yang digunakan untuk melengkapi data primer yang

tidak diperoleh secara langsung dari kegiatan lapangan. Data ini biasanya

dalam bentuk surat-surat pribadi, kitab harian, notulen rapat perkumpulan,

sampai dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.

Mengenai data sekunder yang diperkirakan ada kaitannya dengan

fokus penelitian antara lain dokumen tentang kesiswaan, ketenagaan,

63Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, (Jakarta,2003), 50. 64Ibid., 50 .

50

sarana prasarana, prestasi sekolah dan lain sebagainya. Menurut

Moleong,65 Kata-kata dan tindakan seseorang yang diambil dan

diwawancarai merupakan inti sumber data utama. Sumber data dicatat

melalui catatan tertulis, perekaman audio dan pengambilan foto,

pencatatan itu merupakan hasil gabungan dari aktivitas meliputi:

mendengar dan bertanya, berkaitan dengan penelitian ini, informasi yang

dapat diambil data nya ialah:

a. Kepala Sekolah di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya yang berkaitan

peran dan strategi dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI.

b. Wakil Kepala Sekolah yang berkaitan dengan data penunjang peran dan

strategi dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI.

c. Para guru terlebih Guru PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran PAI

d. KTU SMA Plus Munirul Arifin NW Praya yang berkaitan dengan data

untuk meningkatkan mutu pembelajaran PAI.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan penelitian ini, yaitu pengambilan data dilakukan

secara langsung di lapangan, maka penulis dalam mengungkapkan data

menggunakan teknik observasi, interview dan dokumenter yang diuraikan

sebagai berikut:

1. Observasi

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana penulis mengadakan

pengamatan terhadap gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi pada

obyek.66. Adapun teknik pengamatan yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah pengamatan tersembunyi dan pengamatan terbuka,

hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan situasi yang alamiah dari data

yang diperoleh akuntabel dan realistis.67

65Ibid., 112. 66Sutrisno Hadi, Metodologi Riserch, Jilid II (Yogyakarta:Fak Psikologi UGM,1980),

136. 67S. Nasetion, Metode Penelitian Naturalistik Kuwalitatif, (Bandung:Tarcito,1998), 2.

51

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara

langsung tentang keadaan sarana dan prasarana. kegiatan pendidikan,

Kegiatan keseharian siswa, keadaan, perpustakan peran kepala sekolah dan

data lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Interview

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak

yang dilanjutkan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan

penelitian,68 Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan:

a. Interview terpimpin atau guided interview, yaitu wawancara yang

dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan

dipersiapkan oleh peneliti terlebih dahulu. Pedoman wawancara yang

telah dibuat dan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian

lampiran.

b. Interview tak terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan secara bebas

dilakukan pada awal-awal penelitian ini.

3. Dokumentasi

Data Dokumenter yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang

isinyaterdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu, serta

ditulis dengansengaja untuk menyiapkan atau meneruskan keterangan

mengenai peristiwatersebut.69 Sebagai aplikasi metode ini, peneliti juga

menggunakan buku-buku arsip-arsip yang dimiliki oleh lembaga tersebut,

bentuk dokumen tersebut antara lain berupa tulisan, gambar serta

statistik.Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data

tentang Profil Sekolah, Visi-Misi, Struktur organisasi, Data tentang guru

dan pegawai, tujuan sekolah, sasaran sekolah, program sekolah serta data

lain yang terkait dengan penelitian.

68Marzuki, Metodologi Reaserch, Cet II (Yogyakarta:Fak. Ekonomi, UII,1983), 83.

69Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research dengan Metodologi Ilmiah, (Bandung:Tarsito,1986), 125.

52

F. Analisa Data

Pada penejelasan sebelumnya peneliti mengemukakan bahwa penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan demikian analisa dalam

penelitian ini juga menggunakan jenis analisa data dengan pendekatan

kualitatif. Dalam hal ini Dr.Wahidmurni mengemukakan bahwa;

“Analisis data dalam penelitian kualitatif, hendaknya diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistimatis transkri-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan bahan temuannya. Analisis data ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal penting, dan penentuan apa yang dilporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data”.70

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis data merupakan

proses mencari dan mengatur secara sistimatis transkrip wawancara,

catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang dipahami oleh peneliti.

Kegiatan analisis dilakukan dengan menelaah data, menata data, membagi

menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensimtesis, mencari pola,

menemukan apa yang bermakna dan apa yang diteliti dan dilaporkan

secara sistimatis.

Data itu sendiri terdiri dari deskripsi yang rinci mengenai situasi,

peristiwa, orang, interaksi, dan perilaku. Dengan kata lain data merupakan

deskripsi dari pertanyaan-pertanyaan seseorang tentang perspektif,

pengalaman suatu hal, sikap, keyakinan dan pikirannya serta petikan-

petikan isi dokumen yang berkaitan dengan suatu program.

Analisis data kualitatif model Milis Mattew B dan Michel Huberman

terdapat 3 tahap yaitu 71

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabastrakkan, dan transformasi

data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan,

70Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitin Lapangan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif), 52.

71 Emzir, Analisis Data, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011), 129.

53

dan reduksi data berlangsung secara terus menerus selama proyek

yang berorientasi kualitatif berlangsung72. Mula-mula data yang

diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terinci,

selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi

selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema,

membuat gugus-gugus, menulis memo). Reduksi data/proses-

transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan sampai

laporan akhir lengkap tersusun.

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Mexy J. Meloeng, bahwa

penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang

bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam

penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari

data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara sistimatis

dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun

selektif.73

3. Verifikasi ( Menarik Kesimpulan )

Agar kesimpulan teori deskripsi yang rinci sifat/sifat dari data

yang dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-

pernyataan teoritis secara umum. Di saat telah memadainya rekaman

cadangan diskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang relevan,

barulah peneliti dapat menghipotesiskan jalinan hubungan di antara

fenomena-fenomena yang ada, dan kemudian mengujinya dengan

menggunakan fersi data yang lain. Bertolak dihipotesiskan. Peneliti

mengembangkan atau menemukan grounded theory seperti yang

dinyatakan oleh Gloser dan Strauss dengan istilah “menemukan teori

dari data hasil mengujikan mengverifikasikan teori yang ada”.

72Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.., 54 73 Lexy. J. Meloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya,2005), 45

54

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa verifikasi data

dilakukan secara terus menerus sejak awal penelitian dan selama

proses penelitian. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan dalam

memberi kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi dengan

tujuan memberi jawaban terhadap permasalahan dengan didukung

hasil temuan selama penelitian yang dilakukan,melalui tahapan-

tahapan yang telahditentukan. Data-data hasil temuan yang telah

direduksi, dibuat sebuah kesimpulan kemudian dilakukan

pembahasan.

H. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang

dihasilkan dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk

mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang

tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu hasil penelitian.

Dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini

dilakukan melalui beberapa teknik pengujian data sebagai berikut;

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Dalam penelitian kulitatif, peneliti langsung terjun ke

lapangan dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan subyek penelitian.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,

tetapi memerlukan waktu yang lebih lama dari sekedar untuk melihat

dan mengetahui subyek penelitian. Dengan perpanjangan

keikutsertaan ini berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai

data yang dikumpulkan penuh74

Dengan demikian dapat diketahui bahwa perpanjangan

keikutsertaan yang dimaksud adalah perpanjangan masa penelitian.

Cara ini penulis lakukan agar dapat memperoleh cukup waktu untuk

melaksanakan observasi dan pengamatan secara terus menerus

74Ibid., 327.

55

terhadap subyek penelitian untuk mempertajam dan memperdalam

pemahaman peneliti tentang data yang diperoleh melalui berbagai

peristiwa yang terjadi. Cara sangat bermanfaat untuk memperoleh

bukti yang lebih lengkap, terinci dan mendalam serta untuk

memeriksa konsistensi dan tindakan atau motivasi para informen.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dimasudkan untuk menentukan data

dan informasi yang relevan dengan persoalan yang sedang dicari

oleh peneliti, kemudian peneliti memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci.

3. Trianggulasi

Tringulasi merupakan pengecekan keabsahan data dengan

berbagai sumber di luar data sebagai bahan pertimbangan.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan

melalui sumber lainnya. Maleong 75 mengutip Denzim membedakan

empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

Trianggulasi dengan sumber berarti membedakan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.76 Hal ini dapat

dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara;(2) membandingkan apa yang

dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya

secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

75 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2007), 178.

76 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2002), 4.

56

waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,

orang pemerintahan; dan (5) membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Dalam hal ini jangan terlalu berharap banyak bahwa hasil

pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat

atau pemikiran. Yang penting di sini adalah bisa mengetahui

adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.77

Pada trianggulasi dengan metode, menurut Patton78

terdapat dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan

(2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

Teknik trianggulasi jenis ketiga ialah dengan jalan

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan

pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam

pengumpulan data. Pada dasarnya penggunaan suatu tim penelitian

dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah

memnbandingkan hasil pekerjaan seseorang analis dengan analis

lainnya.

77 Ibid.,198. 78Ibid., 199.

57

BAB IV

PAPARAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskrifsi Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah

diperoleh penjelasan sebagaia berikut:

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya adalah sebagai lembaga

pendidikan umum swasta di tingkat menengah, yang diselenggarakan oleh

Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Prayayang dimana Salah

Satu lembaga yang di buat Ialah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.

Sekolah SMA Plus ini di didirikan berdasarkan desakan dari berbagai

elemen masyarakat untuk mendirikan sekolah umum yang dikelola oleh

yaayasan yang bernuansa Islami dan berguna bagi masyarakat Agama dan

negara. Karena kebudayaan yang mempunyai keunggulan dibidang

pemahaman agama Islam. Secara fisik citra yang ditampilkan adalah

bernafaskan Islam, sehingga terkesan berwibawa, sejuk, rapi dan indah.

Bayangan pokok yang ditampilkan oleh SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya adalah Islami dan terkesan modern, serta dihuni oleh orang-orang

yang dekat dengan Allah SWT, Ramah terhadap sesama, santun, selalu

tersenyum, serta peduli terhadap lingkungannya.

Ditinjau dari kelembagaan SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

mempunyai tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, memiliki

manajemen yang kokoh yang mampu menggerakkan seluruh potensi untuk

mengembangkan kreativitas civitas akademika SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya serta memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan proaktif.

Selain itu SMA Plus Munirul Arifin NW Praya memiliki pimpinan yang

mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi

kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh.79

79Wawancara, Dengan Ahmad Yani, S.Sy, pada tanggal 20 Mei 2016 Ruang Kepsek

SMA Plus Muniru Arifin NW Praya

58

2. Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Paparan dari hasil penelitian penulis mendapatkan informasi tentang

profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya untuk itu penulis sajikan profil

tersebut.80

Tabel. 4.1

Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

N S S : 202230201041

N I S : 30 0300

N P S N : 50205213

Nama Sekolah : SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Status Sekolah : Swasta

Tahun Berdiri : 2005

SK Ijin Operasional : 119 TAHUN 2006

Yayasan/Badan Penyelenggara : Yayasan Ponpes Munirul Arifin

Nahdlatul Wathan (YANMU NW) Praya

Penandatangan SK Pend. Sek. : Kepala Dinas Dikpora

P B M : Pagi

Sertifikat ISO 9001:2000 : Belum

Alamat Sekolah

Jalan : Basuki Rahmat

Desa/Kelurahan : Praya

Kecamatan : Praya

Kabupaten : Lombok Tengah

Propinsi : Nusa Tenggara Barat

Kode Pos : 83511

No. Telp. : (0370) 653194

No. Fax :

Website : http://www.yanmunw.org

E-mail : [email protected]

80 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 20 Mei 2016

59

Kepala Sekolah

Nama : Ahmad Yani, S.Sy

N I P : -

No. Handphone : 087 864 958 737

3. Struktur Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin

Nahdlatul Wathan (YANMU NW) Praya

a. Dewan Pembina

TGH. Zainal Arifin Munir, Lc.M.Ag 81

b. Pengurus Harian

Ketua : TGH. Mashur Rajab, QH., S.Pd

Wakil Ketua : H. Ahmad Mustanir Arifin, S.HI

Sekretaris : Ala’ul Islam, QH

Wakil Sekretaris : Saroji Ilham, S.SosI., M.H

Bendahara : Hj. Sakinah Mustafa82

4. Struktur Organisasi SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Kepala Sekolah : Ahmad Yani, S.Sy

Waksek Kurikulum & Sarana : Lalu Buchari, S.Pd

Waksek kesiswaan & Humas : Muh. Hamdani, QH, S.PdI

Komite Sekolah : Zirratil Izzi, QH83

5. VISI SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Perkembangan dan tantangan masa depan seperti:

perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang

sangat cepat, era informasi, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan

81 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 21 Mei 2016 82 Ibid., 83 Ibid.,

60

orang tua terhadap pendidikan memicu sekolah untuk merespon

tantangan sekaligus peluang itu. SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang

diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam Visi sekolah yaitu:

“Terwujudnya insan yang cerdas unggul, Kreatif dan Berdaya

Saing”

Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang

berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai

dengan norma dan harapan masayarakat.84

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan

menunjukkan bahwa kepala sekolah melakukan peninjauan kembali

visi yang telah dibuat dengan mengundang bapak/ibu guru sebagai

penggerak dan pelaksana visi tersebut.85 Hasil observasi tersebut

diperkuat dengan hasil dokumentasi dan wawancara peneliti dengan

kepala sekolah.

Begitu pula yang ditunjukkan oleh hasil wawancara peneliti

dengan nara sumber, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah

(bidang kurikulum, kesiswaan, sarana parasarana, dan humas), dan

bapak ibu guru Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.

Kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Ketika pertama kali memimpin Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, maka langkah pertama yang saya lakukan adalah meninjau ulang visi dan misi Sekolah. Ini saya lakukan karena perumusan visi merupakan sesuatu yang sangat penting dan perlu ditinjau terlebih dahulu. Dalam melakukan peninjauan kembali visi tersebut, waktu itu saya melibatkan komite sekolah karena untuk penyusunan dokumen satu KTSP, di sana kan ada unsur visi dan misi, ini yang saya lakukan pertama.”86

84 Ibid., 85 Observasi, pada tanggal 21 Mei 2016.

86 Wawancara, dengan Ahmad Yani. S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, pada tanggal, 22 Mei 2016.

61

Demikian pula yang dipaparkan oleh bapak wakil kepala sekolah

bidang kurikulum, ia memaparkan bahwa:

“Bapak kepala sekolah tidak sekedar melakukan peninjauan kembali visi yang telah dibuat. Akan tetapi, bapak kepala sekolah juga melakukan berbagai upaya dalam menjadikan sekolah ini masuk standar nasional, dan bahkan beliau selalu mengatakan bahwa sekolah kami telah sesuai dengan standar nasional. Adapun upaya yang dilakukan bapak kepala sekolah dalam menstandarkan sekolah menjadi standar nasional, yaitu dengan cara meningkatkan kualitas standar pendidik dan kependidikannya, standar sarananya, standar prosesnya, dan standar-standar yang lainnya. Bapak kepala sekolah mengajak seluruh komponen yang ada di sini untuk menerjemahkan harapaan-harapan itu lewat tupoksinya masing masing. Dengan begitu bisa dilihat apakah guru-guru di sekolah ini masih sama dengan guru-guru Sekolah SMA yang lain, atau kita punya nilai plus.”87

Menurut kepala sekolah, rumusan visi yang telah ditetapkan

menjadi landasan, tujuan, dan pemandu utama warga Sekolah. Karena

itulah, kepala sekolah berupaya untuk senantiasa fokus pada visi dan

misinya. Kepala sekolah menyatakan:

“Saya menganggap bahwa visi itu sebagai, apa itu ya, stir, jadi saya mau mengarahkan ke mana, kalau ini mobil mau ke mana, kalau ini kapal mau ke mana, itu menurut saya adalah tujuan saya memang harus ke sana. Saya harus fokus ke visi dan misi itu. Karenanya di awal-awal saya menjadi kepala sekolah, saya ke teman-teman, saya sampaikan visi itu beberapa kali, beberapa kali, (sehingga) andaikan teman-teman tidak hafal kata-katanya dan redaksinya, minimal jiwanya itu sudah ditangkap. Di samping itu, visi misi juga harus disampaikan kepada warga sekolah.” 88

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara tersebut

dapat disimpulkan bahwa visi merupakan sesuatu yang sangat penting

dalam suatu lembaga pendidikan dan penyampaian visi pimpinan

87 Wawancara, dengan Lalu Buchari, S.Pd, Wakil Kepala kurikulum Sekolah SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya, pada tanggal 22 Mei 2016. 88 Wawancara dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya pada tanggal 22 Mei 2016.

62

kepada warganya agar diketahui dan ditangkap makna dari visi tersebut.

Sehingga visi tersebut tidak hanya menjadi jargon tertulis akan tetapi

mampu menjiwai segenap aktifitas dan kegiatan yang dilakukan warga

Sekolah untuk mewujudkannya secara bersama-sama.

6. MISI SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Untuk mewujudkan visi, sekolah menentukan langkah-langkah

strategis yang dinyatakan dalam Misi berikut:

a. Mempersiapkan perangkat kurikulum satuan pendidikan yang

adaptif dan kompetetif

b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga

peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan potensi

yang dimiliki

c. Melengkapi sarana prasarana dan media pembelajaran yang

mendukung proses pembelajaran

d. Meningkatan kopetensi dan profesionalisme tenaga pendidik

melalui diklat MGMP sehingga mampu menemukan metode dan

strategi pembelajran yang inofatif, efektif dan menyenangkan.89

Begitu pula yang ditunjukkan oleh hasil wawancara peneliti

dengan nara sumber, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah

(bidang kurikulum, kesiswaan, sarana parasarana, dan humas), dan

bapak ibu guru SMA Plus Munrirul Arifin NW Praya

Kepala sekolah mengatakan bahwa:

“pada saat ini kami telah mempersiapkan ruabgan multimedia untuk sarana pembelajran agar ketika peserta didik belajar lebih nyaman aman dan teretib sehingga itu mendukung dalam meniningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW.”90

89 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 24 Mei 2016.

90 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, pada tanggal, 24 Mei 2016.

63

Begitu juga yang dikatakan oleh bapak wakil kepala sekolah

bidang sarana dan prasarana, ia mengatakan bahwa:

“Untuk menunjang misi pengadaanan sarana dan prasara untuk pembelajaran kepala sekolah telah menyedian ruangan yang kosng agar nantinya ruangan tersebut dipakai untuk ruangan multimedia, sehingga nantinya ketika peserta didik dalam belajar aman, nyaman sehingga mutu pembelajaran yang diharapkan dapat meningkat.” 91

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti

dilapangan, kepala sekolah menyiapkan satu ruangan untuk ruangan

multimedia dengan menyuruh wakasek sarana dan prasarana untuk

menyiapkan ruangan tersebut.92

Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara

tersebut dapat disimpulkan bahwa di samping visi, misi juga merupakan

sesuatu yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan dan salah

satu hal yang dilakukan sekolah dengan menyiapkan ruangan multimedia

untuk pembelajaran untuk meningkatan mutu pembelajaran PAI.

7. Tujuan SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional

adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut. Untuk mencapai standar mutu pendidikan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara nasional, kegiatan pembelajaran di

sekolah mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yang telah

ditetapkan oleh BSNP sebagai berikut ini:

Kepala Sekolah dan Para Guru serta dengan persetujuan

Komite Sekolah menetapkan sasaran program, baik untuk jangka

91 Wawancara, dengan Muh. Hamdani, QH.,S.PdI, Wakasek Sarana dan Prasarana SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya pada tanggal 24 Mei 2016. 92 Observasi, Pada Tanggal 24 Mei 2016

64

pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sasaran program

dimaksudkan untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.

a Mengupayakan pencapaian nilai UN pada tahun yang akan datang

rata-rata 7,50

b Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana

pendidikan.

c Meningkatkan kedisiplinan peserta didik dalam belajar maupun

dalam kegiatan ekstra kurikuler.

d Meningkatkan kualitas managemen pengelolaan sekolah

e Memiliki sarana dan prasarana peralatan penunjang proses

Belajar Mengajar sesuai kebutuhan dan skala prioritas dengan

standar pendidikan Nasional

f Memiliki peserta didik yang mempunyai kemampuan

keterampilan ilmiyah sesuai dengan tingkat perkembangan

pengetahuan siswa yang memiliki kemampuan ekstrakurikuler

dan siswa yang memiliki keterampilan cabang-cabang olah raga.

g Memiliki tenaga edukatif / guru yang mampu bersaing dengan

perkembangan dunia pendidikan. 93

8. Sasaran Program Sekolah SMA Plus MunirulmArifin NW Praya

Sasaran program tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan

strategi pelaksanaan yang wajib dilaksanakan oleh seluruh warga

sekolah sebagai berikut:

a Mengadakan pembinaan terhadap peserta didik, guru dan

karyawan secara berkelanjutan.

b Mengadakan jam tambahan pada pelajaran tertentu

c Melakukan kerjasama dengan pihak kabupaten untuk membantu

pembiayaan bagi peserta didik yang mempunyai semangat dan

motivasi yang tinggi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

93 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 24 Mei 2016

65

d Menjalin komunikasi yang baik dengan Dinas Dikpora kabupaten

Lombok Tengah

e Mengadakan laboratorium bahasa.

f Mengefektifkan kelompok gemar Bahasa Inggris.

g Membentuk kelompok belajar.

h Pengadaan buku penunjang.

i Pengadaan komputer.

j Mengintesifkan kelompok belajar di Asrama Pelajar Putra dan

Putri.

k Mengintensifkan komunikasi dan kerjasama dengan orangtua /

wali.

l Pelaporan secara berkala kepada orangtua / wali.94

B. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajara PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Peran kepala sekolah dalam meninhkatkan mutu pembelajaran PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya sangatlah penting di karenakan Kepala

Sekolah memiliki Peran yang sangatlah stategis didalam meningkatkan mutu

pembelajara PAI, Diantara Peran itu adalah sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah sebagai Pendidik

Di sebuah lembaga pendidikan kepala sekolah sangatlah berperan

penting, Kepala Sekolah Mengatakan :

“Saya Sebagai seorang kepala Sekolah memang memiliki peran yang sangat strategis untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendik dan tenaga kependidikan di lembaga yang saya pimpin seperti misalnya menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, dan tugas lain juga saya kerjakan.”95

94 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 28 Mei 2016. 95 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya, Pada tanggal 30 Mei 2016.

66

Senada dengan itu wakasek kurikulum mengatakan :

“Memang betul kepala sekolah selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar seperti misalnya, (a) Mengikut sertakan guru-guru dalam penataran dan seminar, (b) Membina petugas prasarana dalam menjalankan tugasnya dan (c) Mengarahkan guru agar menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah.”96

Diperkuat dengan observasi bahwa kepala sebagai pendidik

menugaskan KTU untuk selalu memeberikan informasi setiap 2 hari

sekali terutama informasi yang berkaitan untuk peningkatan mutu baik

untuk guru maupun untuk peserta didik.97

Dari uraian tersebut diketahui bahwa kepala sekolah meginginkan

semua warga sekolah dapat meningkatkan profesionalismenya baik

sebagai tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan.

2. Kepala Sekolah Sebagai Administrator di Sekolah SMA Plus Munirul

Arifin NW Praya

Di sebuah lembaga pendidikan administerasi merupakan urat nadi

gerak sebuah lembaga. Menurut Kepala Sekolah :

“Saya dan dibantu oleh KTU dan staf KTU dan TU yang ada bertanggung jawab atas kelancaran segala pekerjaan dan kegiatan administratif di sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, namun tanggung jawab saya tidak hanya sampai disitu, saya juga bertanggung jawab di bidang kurikulum, di bidang administrasi di bidang sarana dan prasarana, dibidang Keuangan dll”98

Hal serupa juga diungkapkan oleh wakasek kesiswaan, Beliau

mengatakan : ada beberapa hal yang juga yang dilakukan oleh kepala

sekolah diantaranya : 99

a. Dalam Bidang Kurikulum/ Proses Belajar Mengajar Saya melihat bahwa kepala sekolah berupaya melaksanakan

pembelajaran dengan sistem PAKEM. PAKEM itu seperti

96 Wawancara, dengan Lalu Buchari, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 30 Mei 2016

97 Observasi, pada tanggal 30 Mei 2016 98 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016. 99 Wawancara, dengan Lalu Buchari, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.

67

pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan seperti juga hal dengan konsep pembelajaran PAI. Dan juga kepala sekolah selalu menyediakan baik berupa sarana, prasana maupun dana kalau perlu demi meningkatkan mutu pembelajaran.

b. Bidang Sarana dan Prasarana Saya melihat kepala sekolah meperhatikan sarana dan prasarana

seperti juga Harus tercapai kebutuhan sarana belajar dan pendukung pembelajaran. Ruang perpustakaan, koperasi, lab. IPA, Fisika, Kimia, Biologi, serta kesenian, olahraga, pramuka merupakan target yang akan dicapai, baik itu pengadaan baru maupun penyempurnaan untuk menuju ke arah standar yang ditarjetkan. Terciptanya sekolah yang rindang, hijau, asri dimasukkan juga dalam program untuk mewujudkan pembelajaran PAI.

c. Bidang administrasi Saya melihat kepala sekolah di bagian administrasi sangat antusias

demi tercapainya peningkatan mutu pembelajaran PAI dengan melengkapi semua sarana administrasi. Oleh sebap itu Peran kepala sekolah cukup tinggi dengan dibuktikan tercapainya predikat B dalam akreditasi sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.

Berkaitan dengan bidang administrasi penulis mendengar paparan

langsung dari kepala sekolah dengan jelas, dia mengatakan :

“Seperti yang kita liat saat sekarang ini banyak sekali dorongan, dukungan, dan bisa dikatakan hal hal yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran PAI lebih lebih di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya sangat lah Bergantung pada administrasi karna saran prasana bisa dikatakan bersumber dari administrasi.”100

d. Bidang Kelembagaan

Saya memandang dalam bidang kelembagaan diharuskan terciptanya status sekolah yang profesional, dengan melengkapi organisasi sekolah. Seperti Organisasi, staf, pengawas, penjaga, ini semua dibentuk dengan melibatkan unsur birokrasi di atasnya dan sekolah serta unsur masyarakat dengan bermusyawarah

e. Bidang Ketenagaan

Saya merasa dengan terciptanya staf yang profesional dengan menyediakan sarana, mendatangkan pakar pembelajaran dan pengiriman ke diklat dan penataran serta menyekolahkan guru kejenjang pendidikan S2.

100 Wawancara, dengan Ahmad Yani,S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.

68

Berkaitan dengan ketenagaan kepala sekolah memaparkan : “memang benar denag mendatangkan pakar pembelajaran dan menyekolahkan kejenjang pendidikan S2 bukan hanya guru yang dikatakan lembaga maupun peserta didik semangat dan mutu pembelajarannya sangat tinggi itulah alasan skolah SMA Plus Munirul Arifin Mendatangkan Pakar dan menyekolahkan guru ke pendidikan yang lebih tinggi”.101

f. Bidang Pembiayaan Semua pihak di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya berupaya mewujudkan manajemen transparan yang melibatkan semua unsur Sekolah dan komite Sekolah untuk membahas pendanaan secara jelas, terbuka, demokratis dan diketahui oleh semua pihak. Berkaitan denga keuangan Bendahara mengatakan :

“ya memang benar skolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya dalam menyelesaikan keuangan selalu dengan transparan dan semua pihak di libatkan sehingga menimbulkan aroma kekeluargaan.”102

Berdasarkan observasi dilapangan menunjukan bahawa kepala

sekolah meminta kepada wakasek kurikulum untuk mengadakan rapat

dengan pihak – pihak terkait dalam penyusunan kurikulum KTSP begitu

juga yang yang dilakukan kepala sekolah dengan meminta kepada

bendahara dalam penyusunan RAB, baik itu RAB BOS dan laing

sebagainya agar lebih transparan dalam pengelolaannya.103

Dari uraian di atas jelaslah bahwa segala kegiatan yang berkaitan

dengan administerasi menjadi tanggung jawab penuh kepala sekolah

walaupun kepala sekolah tidak semua harus beliau sendiri yang kerjakan

akan tetapi minimal seorang kepala sekolah mengetahui semua yang

akan, sedang berlansung di lembaga yang dia pimpin.

101 Ibid.., 102 Wawancara, denganSeni Ratna Juwita, QH, A.Md, Bendahara Sekolah SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016. 103 Observasi, pada tanggal 31 Mei 2016.

69

3. Kepala Sekolah sebagai supervisor di Sekolah SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya.

Saya menganggap Peran Kepala Sekolah sebagai supervisor

sangatlah penting itu di tandai dengan kepala sekolah memeberikan

arahan – arahan baik untuk meningkatkan kinerja, semangat, mutu

pembelajar dll.

Menurut Ahmad Yani, S.Sy Selaku Kepala Sekolah SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya mengatakan:

“saya juga membina profesionalisme kerja seperti membantu staf menyusun program, membantu pendidik dan tenaga kependidikan mempertinggi kecakapan dan keterampilan mengajar, mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang kesanggupan pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya dan tentang kemajuan program pendidikan pada umumnya. Dan keberhasilan peran saya sebagai supervisor dapat dilihat dari Meningkatnya kesadaran dan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya.104

Berdasarka penuturan guru biologi, Beliau mengatakan bahwa : “kepala sekolah sering melakukan supervisi kepada pendidik dua kali dalam satu semester, kepala sekolah biasanya melukan 2 metode dalam supervisi tersebut yaitu supervisi dengan ikut lansung kelas atau dengan lansung bertanya kepada guru yang bersangkutan”105 Demikian juga yang dikatan oleh peserta didik kelas XI IPS, bahawa : “Kepala sekolah sering kali melakukan supervisi dikelas, biasanya kepala sekolah duduk di kursi paling belakang lalu memperhatikan guru yang sedang mengajar, biasanya guru yang supervisi dengan cara seperti itu jadi gerogi, itu tampak dari caranya mengajar yang biasanya santai tapi ketika pak kepala sekolah ada guru tersebut menjadi tegang”106

104 Wawancara dengan Muh. Hamdani, QH.,S.PdI wakasek Sarana & Prasarana SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.

105 Wawancara, dengan Drs. H. A. Juz’an, M.Pd, Guru Biologi SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016

106 Wawancara, dengan Aprilia Mustika Dewi, Peserta Didik Kelas XI IPS di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.

70

Berdasarkan observasi dilapangan bahwa kepala sekolah sering

bergaul dengan warga sekolah dalam rangka supervisi atau sekesdar

menyapa warga sekolah.107

Dari uraian di atas jelaslah bahwa kepala sekolah dalam

melakukan supervisi melalui dua metode yaitu melihat lansung dikelas

pada saat pembelajaran berlansung dan bertanya lansung kepada guru

yang bersangkutan. Kepala sekolah melakukan semua itu dengan

tujuan agar pendidik dan tenaga kependidikan bisa bekerja lebih

profesional.

4. Kepala Sekolah Sebagai Manager

Setelah saya kaji ternnyata Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya sebagai manejer harus memiliki peran yang tepat dalam

memipin lembaganya, bila lembaga tersebut ingin maju maka kepala

sekolah harus melakukan tugas – tugasnya dengan baik.

Diantara tugas – tugas Kepala sekolah diantaranya sebagai berikut

a. Kepala sekolah sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah yang

dipimpinnya. Segala informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan

pendidikan di sekolah harus selalu terpantau oleh kepala sekolah.

b. Kepala sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan

yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para

guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari

tanggung jawab kepala sekolah.

c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus

mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan,

seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pendistribusian tugas

secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara

kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.

d. Kepala sekolah harus berfikir secara konsepsional. Kepala sekolah

harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian

menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feleksible. Serta harus

107 Observasi, pada tangggal 31 Mei 2016.

71

dapat melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling

berkaitan.

e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam

lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari

manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa

menimbulkan konflik. Untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah

dalam konflik tersebut.

f. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat

membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan

kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat

berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip

jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2)

terbentuknya aliansi seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, komite

sekolah dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama dengan berbagai

pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.

g. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai forum

pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang

dipimpinnya.

h. Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit.

Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah.

Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari

persoalan dan kesulitan-kesulitan108

Menurut kepala Tatu Usaha, Beliau mengatakan :

“Kepala sekolah dalam bekerja selalu memberika batas waktu, misalnya pekerjaan pembuatan KBM peserta didik diberi tuga satu hari keesokan harinya pasti ditanya sudah selasai belum katanya kepala sekolah, sehingga pekerjaan yang diberikan tidak hanya kepada saya sebagai KTU tapi pekerjaan ke teman yang yang lain juga berjalan engan efektif dan efesien.”109

108 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya. 109 Wawancara dengan Rizal Hartono, KTU SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada

tanggal 31 Mei 2016.

72

Berdasarkan observasi dilapangan menunjukan bahwa kepala

sekolah adalah seorang diplomatis itu terlihat ketika beliau mengambil

kebijakan yang strategis yang dimana kebijakan tersebut bisa diterima

oleh sebagaian besar warga sekolah.110

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kepala sekolah dalam

menjalankan tugasnya mempunyai peran yang sangat strategis dan

peran tersub dapat kepala sekolah jalankan dengan profesional.

C. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajara PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Saya melihat bahwa Kepala sekolah adalah barometer sebuah lembaga .

Maju mundurnya sebuah lembaga ditentukan oleh bagaimana strategi kepala

sekolah dalam mengatur lembaganyanya tak terkecuali untuk peningkatan

mutu pembelajaran.

Menurut Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, ada

berbagai macam strategi yang saya lakukan untuk meningkatkan mutu

pembelajaran PAI diantaranya adalah :

1. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru

“strategi yang saya dilakukan di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI yaitu dengan cara peningkatan kemampuan mengajar guru. Peningkatan kemampuan mengajar guru ini dipandang sangat penting mengingat gurulah sebagai peran kunci yang melaksanakan dan menentukan baik tidaknya mutu pembelajaran tersebut. Guru pendidikan agama islam mengajarkan pengetahuan keagamaan kepada peserta didik, guru tersebut juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian dan pembinaan akhlak, juga menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan bagi peserta didik”111

Terkait dengan tugas guru, Muh. Hamdani, QH.,S.SpdI memamaparkan:

110 Observasi, pada tanggal 31 Mei 2016. 111 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepsek SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.

73

“Tugas guru PAI adalah sebagai tugas yang menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik adalah tugas guru sebagai suatu profesional. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada peserta didik”112

Dari paparan Uman, S.Pd saya mendengar bahwa :

“sebagai seorang guru, guru itu sebagai pengajar dan sebagai pengabdi dalam bidang pendidikan semestinya harus mengerti tugas-tugasnya seperti misalnya: Tugas seorang guru sebagai profesi diantarannya mendidik, mengajar dan melatih, disekolah seorang guru adalah sebagai orang tua kedua setelah kedua orang tua mereka”113

Selanjutnya terkait dengan tanggung jawab guru PAI di SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya dimana guru adalah orang yang bertanggung

jawab mencerdaskan kehidupan peserta didik.

Untuk itu strategi saya sebagai Kepala Sekolah juga perlu untuk

memberikan penetapan terhadap guru untuk meningkatkan mutu

pembelajara PAI. Komponen- komponen tersebut sebagai berikut:

1. Penetapan perubahan yang di harapkan Sebagai mana saya jelaskan di atas di tandai oleh adanya usaha

secara terencana dan sistematika yang di tunjukan untuk mewujudkan adanya perubahan pada diri peserta didik, baik pada aspek wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya. Dalam menyusun strategi dalam Meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, berbagai perubahan tersebut harus saya berikan ketetapkan secara spesifik, terencana dan terarah. Hal ini penting agar kegiatan belajar tersebut dapat terarah dan memiliki tujuan yang pasti. Perubahan yang diharapkan ini selanjutnya, harus di tuangkan dalam tujuan pengajaran yang jelas dan konkret, mengunakan bahasa yang jelas, dan dapat di perkirakan alokasi waktu yang di butuhkan

2. Penetapan pendekatan

Saya melaksanakan strategi Pendekatan agar permasalahan bisa saya analisa agar permasalahan cepat terselesaikan dan semua pihak merasa diperhatikan lebih.

112 Wawancara, dengan Muh. Hamdani, QH.,S.PdI guru PAI SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016. 113 Wawancara, dengan Uman, S.Pd Guru Matematikan SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016 .

74

3. Penetapan Metode Saya telah uraikan, bahwa metode pengajaran sangat

memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Pengguna metode selain harus mempertimbangkan tujuan yang ingin di capai, dan harus memerhatikan bahan pelajaran yang akan di berikan, kondisi peserta didik, lingkungan, dan kemampuan dari guru itu sendiri. Suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan in tertentu, dan tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain.114

Dari hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa kepala

sekolah sering melakukan sebuah terobosan baru dalam rangka

peningkatan mutu tenaga pendidik seperti yangikut serta dalam

berbagai pelatihan yang menunjung profesionalisme sebagai seorang

tenaga pendidik.115

Berdasarkan Uraian di atas jelaslah bahwa kepala sekolah

melakukan berbagai macam pendekan kepada guru dalam rangka

peningkatan profesionalisme mereka sebagai tenaga pendidik.

b. Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan

Kepala sekolah memaparkan :

“Yang saya terapkan sebagai Kepala Sekolah di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI yaitu dengan optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan media dan sarana pendidikan. Permasalahan yang muncul dalam hal ini bahwa selama ini guru kurang mendaya gunakan penggunaan media dan sarana pendidikan yang ada, sehingga keberadaannya jelas bermanfaat untuk memperlancar pembelajaran”116

Guru TIK memaparkan :

“Ketika seorang guru mengoptimalkan penggunaan media dan sarana dalam pembelajarannya maka hasil nya akan optimal,dilain pihak kepala sekolah juga melakukan pengarahan

114 Wawancara dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepsek SMA Plus Munirul Arifin NW Praya,

Pada tanggal 31 Mei 2016. 115 Observasi, pada tanggal 31 Mei 2016. 116 Wawancara dengan Ahmad Yani,S.Sy, Kepsek SMA Plus Munirul Arifin NW Praya,

Pada tanggal 31 Mei 2016.

75

cara penggunaan media dan sarana pendidikan yang mendukung untuk pembelajaran agar proses pembelajran berjalan dengan baik”117

Dari hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa kepala

sekolah selalu mengarahkan kepada warga sekolah untuk selalu melek

terhadap IPTEK tak terkecuali dalam pengguna media dalam

pembelajaran.118

Uraian diatas menjelaskan bahwa kepala sekolah mengarahkan

kepada warga sekolah untuk melek terhadap IPTEK dan juga dalam

pelaksanaaan pembelajaran agar lebih aman dan nyaman sebaiknya

metode pembelajaran dikemas dalam hal yang baru terutama

pembelajaran dengan menggunal LCD.

c. Pelaksanaan Supervisi secara Rutin

Kepala sekolah mengatakan :

“Strategi yang lain yang saya terapkan selaku juga dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya yaitu dengan pelaksanaan supervisi rutin. Keadaan ini saya lakukan mengingat keberadaan guru yang relatif memiliki pendidikan cukup sama yaitu S.Pd, sehingga pembinaan dan pengarahan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan sekali dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Strategi ini pun saya ditempuh untuk mengatasi permasalahan sehubungan dengan kurangnya sikap profesionalisme yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugas. Kegiatan supervisi yang saya lakukan selaku Kepala Sekolah ini agar saya mengetahui secara langsung permasalahan yang dihadapi guru selama melaksanakan pembelajaran, sehingga saya dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya”.119

Terkait superpisi wakasek kurikulum memaparkan :

117 Wawancara dengan Bq. Widiarti, A.Md guru TIK SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016. 118 Observasi, pada tanggal 31 Mei 2016. 119 Wawancara dengan Ahmad Yani, S.Sy Kepsek SMA Plus Munirul Arifin NW Praya,

Pada tanggal 2 Juni 2016.

76

“Memang benar Kegiatan supervisi secara rutin ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan cara mengadakan kunjungan kelas, rapat-rapat dan pembinaan secara individual terhadap guru. Kunjungan kelas yang dilakukan oleh Kepala Sekolah di sini seperti mengadakan pengunjungan terhadap setiap kelas tentang kelengkapan sarana pendidikan yang ada dan mengecek kehadiran guru maupun siswa. Dan juga kepala sekolah melakukan supervisi dengan mengadakan rapat-rapat untuk mengevaluasi atau bahkan membina para guru untuk mengenalkan sesuatu yang baru dan yang perlu diketahui oleh seorang guru mengenai hal yang berkaitan dengan pembelajaran. Kepala Sekolah juga melakukan supervisi terhadap para guru secara perorangan dalam membina dan mengarahkan guru tersebut, sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik”120

Berdasarkan observasi dilapangan bahwa kepala sekolah sering

bergaul dengan warga sekolah dalam rangka supervisi atau sekesdar

menyapa warga sekolah.121

Dari uraian di atas jelaslah bahwa kepala sekolah dalam

melakukan supervisi melalui dua metode yaitu melihat lansung dikelas

pada saat pembelajaran berlansung dan bertanya lansung kepada guru

yang bersangkutan. Kepala sekolah melakukan semua itu dengan

tujuan agar pendidik dan tenaga kependidikan bisa bekerja lebih

profesional.

d. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat

Saya melihat masyarakat merupakan relasi yang cukup besar

dalam memberikan bantuan terhadap kelancaran penyelenggaraan

dalam peningkatan mutu pembelajarauln PAI di SMA Plus Munirul

Arifin NW Praya. Apalagi jika dikaitakan dengan keadaan sekarang

bahwa masyarakat memiliki peran sebagai pengawas dan

120 Wawancara dengan wakasek kurikulum SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada

tanggal 2 Juni 2016. 121 Observasi, pada tangggal 31 Mei 2016.

77

penyumbang kebutuhan sekolah dengan dibentuknya “Komite

Sekolah”. Tapi di satu sisi masyarakat juga masih kurang peka

terhadap kebutuhan sekolah.

Terkait hal di atas Waksek Humas memaparkan :

“Saya memakai strategi dalam bentuk kerjasama dengan masyarakat. Dengan membentuk Komite Sekolah yang memiliki fungsi dan sebagai wadah untuk memfasilitas masyarakat berhubungan dengan sekolah atau sebaliknya. yaitu dengan mengadakan rapat-rapat. Rapat atau pertemuan dengan para orang tua peserta didik dilakukan pada awal tahun pelajaran”. 122

Hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa kepala sekolah

sering menjalin komonikasi dengan masyrakat itu terbukti dari

pembentukan komite sekolah. Kepala sekolah juga sering

mengundang wali peserta didik untuk rapat mengenai program yang

akan diterpakn di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.123

Dari uraian diatas jelas bahwa kepala sekolah menjalin kerjasama

dengan masyarakat untuk ser program dan hal – hal tehnis lainnya

untuk peningkatan mutu pembelajaran peserta didik.

e. Penerapan Disiplin yang Ketat

Saya lihat Penerapan disiplin yang ketat merupakan pula salah

satu strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan

mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.

Kepala sekolah memamaparkan :

122 Wawancara, dengan Lalu Buchari, S.Pd wakasek kurikulum SMA Plus Munirul

Arifin NW Praya, Pada tanggal 2 Juni 2016. 123 Observasi, pada tanggal 2 Juni 2016.

78

“Penerapan disiplin disebuah lembaga penting dilakukan sehubungan dengan rendahnya tingkat kedisiplinan guru maupun siswa, antara lain: datang terlambat, berpakaian kurang rapi dan pulang belajar mengajar belum pada waktunya. Pendisiplinan ini dilakukan untuk mengkondisikan semua warga memiliki kinerja dalam menjalankan tugas dan peranannya secara optimal. di mana melalui pendisiplinan ini diharapkan para personil pendidikan mampu memberikan kinerjanya yang optimal. Sementara pendisiplinan yang ketat pada peserta didik diharapkan mampu menciptakan ketertiban dalam menjalankan atau mengikuti pembelajaran”124.

Senada dengan hal tersebut wakasek kesiswaaan memaparkan juga :

“Pendisiplinan di sekolah kepala sekolah lakukan dengan cara pembuatan tata tertib bagi peserta didik dan tata tertib bagi para guru yang ada di sekolah. Pendisiplinan ini ditegakkan secara objektif, agar mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Kepala Sekolah setiap hari mengontrol kedisiplinan guru dan peserta didik dengan cara melihat kehadiran, kerapihan dari pakaiannya dan menampilkan perilaku kepemimpinan yang patut untuk dicontohi. jika ada guru maupun siswa yang tidak disiplin, maka Kepala Sekolah melakukan teguran secara lisan, melakukan pemanggilan dan pemberian sanksi apabila guru maupun peserta tetap nakal. Selain itu pula khusus untuk peserta didik jika ada yang tidak disiplin, Kepala Sekolah memanggil orang tua siswa ke sekolah untuk meminta bantuan dalam membina anaknya”.125

Hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa di SMA plus

Munirul Arifin NW Praya ini menerapkan disiplin yang super ketat

itu terbukti dari peraturannya diantaranya adalah peserta didik tidak

boleh terlambat masuk kelas yang terlambat masuk kelas setelah bel

berbunyi bearti peserta didik tersebut tidak boleh masuk kelas dan

haru sberdiri di luar kelas. Dengan aturan seperti itu maka peserta

didik jarnang yang terlambat sehingga itu semua mendukung untuk

124 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya, Pada tanggal 2 Juni 2016 125 Wawancara, dengan Muh. Hamdani, QH.,S.PdI, Wakasek kesiswaan SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 2 Juni 2016 .

79

displinan dan akibat dari displin tersebut mengantar peserta didik

menjadi peserta didik yang berperestasi.126

Urain diatas menjelaskan bahwa dengan diterapkannya

displin yang ketat mengakibatkan warga sekolah menjadi displin

yang berefek pada meningkatnya kinerja masing – masing pendidik

dan tenaga kependidikan. Disamping itu juga dengan disiplin yang

ketat menjadikan peserta didik menjadi berperestasi.

126 Observasi, pada tanggal 2 Juni 2016.

80

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajara PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Peran utama Kepala Sekolah adalah Penyusunan perencanaan program

dalam peningkatan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya disusun berdasarkan Azas musyawarah dari semua unsur yang

berkepentingan dengan sekolah, ikut terlibat dalam Penyusunan perencanaan

program dalam peningkatan mutu pembelajaran PAI tersebut, dengan

berdasarkan,keputusan partisipatif, dan semua stakeholder bekerjasama

dengan warga sekolah dalam menyusun perencanan dan saling bahu-

membahu dalam mengoptimalkan mutu pembelajaran PAI, membuat sekolah

lebih mandiri dalam mengelola urusannya dan lebih luwas dalam berinovasi

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

Temuan penelitian tersebut sesuai dengan konsep peningkatan Mutu

pembelajaran PAI yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan

mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkansecara

langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran PAI

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.127

Jadi penyusunan perencanaan peningkatan mutu pembelajaran PAI

harusmelibatkan berbagai komponen yang ada di sekolah dan berbagai

potensi di luarsekolah yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.

Merencanakan pengelolaan madrasah dengan memberikan kekuasaan kepada

kepala madrasah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya

perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala sekolah, orang tua

siswa, dan masyarakat. Mutu pembelajaran PAI mengubah sistem

pengambilan keputusan dengan memindah kan otoritas dalam pengambilan

keputusan dan manajemen ke setiap kelompok yang berkepentingan di

127Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah-Buku 1(Depdiknas: Jakarta: 2001), 15

81

tingkat lokal (local stakeholders)128.

Bertolak dari hal tersebut, sekolah yang menjadi obyek dalam

penelitianini telah menggunakan keputusan partisipatif dalam penyusunan

perencanaan dalam peningkatangkatan Mutu pembelajaran PAI. Berdasarkan

data yang diperoleh, beberapa unsur yang dilibatkan dalam penyusunan

perencanaan dalam peningkatan mutu pembelajaran PAI yaitu :

1. Kepala Sekolah

2. Orang tua siswa

3. Siswa

4. Guru

5. Pengawas

6. Pegawai sekolah

7. Komite sekolah dan konsultan sekolah

Unsur masyarakat lainnya (kalau ada), termasuk didalamnya petani atau

nelayan, atau golongan etnis minoritas, atau pengusaha, dan lain-lain, sesuai

dengan keadaan setempat.( Dokumen SMA Plus Munirul Arifin NW Praya )

Keterangan: Data diambil dari dokumen sekolah dan daftar hadir penyusunan

perencanaan dalam peningkatan mutu pembelajara SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya.

Dari data di atas, posisi kepala sekolah merupakan bagian dari tim,

yang berperan sebagai koordinator program. dengan demikian kepala sekolah

tidak seharusnya mengerjakan administrasi dan tugas sekolah sendirian, tetapi

kepala sekolah harus dapat membagi tugas pekerjaan kepada orang lain yang

masih dalam satu kesatuan organisasi artinya kinerja kepala sekolah harus

bersifat terbuka, transparan menjunjung tinggi akuntabilitas, serta melibatkan

banyak pihak sehingga tujuan akhir sekolah dapat tercapai dengan baik.

Karena tujuan utama pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan

kwalitassekolah terutama meningkatkan hasil belajarsiswa.

Kepala sekolah berperan sebagai mediator dalam mengkoordinir semua

128Nanang Fattah, Muhammad Ali, Pengembangan Mutu Pembelajaran PAI,

(Jakarta,2008), 83.

82

usul dan pendapat dari warga sekolah, staf tata usaha, penjaga sekolah

bahkan tukang kebunpun diikutsertakan serta unsur birokrasi terkait. Dari

data dokumentasi memperkuat asumsi bahwa peran kepala sekolah

begitu besar dalam mengkoordinasikan jalannya penyusunan rencana

peningkatan mutu pembelajaran PAI, dalam menyatukan semua unsur

yang terlibat dari banyaknya usul dan pendapat yang diajukan peserta,

menunjukkan adanya keaktifan peserta dan sangat antusias dalam

mengikuti musyawarah penyusunan rencana dalam peningkatan mutu

pembelajaran di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Semua upaya yang dilakukan kepala sekolah tersebut adalah untuk

dapat meningkatkan mutu pendidikan PAI di sekolah. Hal inipun sejalan

dengan prinsip dalam meningkatkan mutu sebagai berikut; dalam

Peningkatan Mutu memiliki prinsip.129

a. Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah

b. Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya

kepemimpinan yang baik

c. Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat

kualitatif maupun kuantitatif

d. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua

unsur yang ada di sekolah

Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat

memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat Hasil

penelitian juga diketahui bahwa langkah-langkah penyusunan rencara

dalam peningkatan mutu pembelajaran PAI adalah sebagai berikut; (1)

Perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah, (2) Identifikasi kebutuhan, (3)

Perumusan Profil sekolah, (4) Identifikasi faktor kekuatan, (5)

Identifikasi faktor peluang, (7)Identifikasi faktor hambatan, (8)

Identifikasi faktor tantangan, (9) Perumusan program PAI yaitu

melalui; Pembuatan draf beserta anggarannya yang dalam hal ini

129Moh. Iwan Apriyadi,. Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas, Dikmen,

(Bandung,2000), 200-201.

83

melibatkan semua warga madrasah Jadi Finishingnya suluruh guru,

yang dibentuk dalam bagian yaitu; Bagian Guru, Bagian Sarana

Prasarana, Bagian Humas, Bagian Kesiswaan, Bagian Litbang, Bagian

KTU-an dan Bagian Komite. Ini dalam rangka untuk

menyederhanakan, sehingga mereka akan tahu kita dapat uang berapa

digunakan untuk apa sesuai atau tidak dengan program yang

direncanakan. Ini masuk dalam RAPBS.

Paparan hasil temuan penelitian di atas sejalan langkah-langlah

perencanaan peningkatan mutu pembelajaran PAI sebagai berikut;

1) Mengidenfikasi sistem, budaya, dan sumberdaya, mana yang perlu

dipertahan kan dan diubah dengan memperkenalkan dahulu format

baru yang lebih baik.

2) Membuat komitmen secara rinci yang diketahui semua unsur yang

bertang gung jawab, jika terjadi perubahan yang mendasar.

3) Hadapilah penolakan terhadap perubahan dengan memberi

pengertian akan pentingya perubahan demi mencapai tujuan

bersama.

4) Bekerja dengan semua unsur sekolah dalam menjelaskan atau

memaparkan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-

program penyelenggaraan pendidikan Agama Islam

5) Menggaris bawahi prioritas sistem, budaya dan sumberdaya yang

belum ada dan sangat diperlukan130

Dari paparan data temuan penelitian juga menunjukkan bahwa

dalam penyusunan rencana program, dibagi dalam bagian i yaitu bagian

kurikulum, bagian kesiswaan, bagian humas, bagian KTU-an, Bagian

pustaka dan bagian kebersihan. Bagian – bagian tersebut yang membuat

draf-draf perencanan program beserta anggarannya, kemudian

dikumpulkan pada koordinator masing-masing

Keputusan partisipatif dijadikan dasar penyusunan program

130Arief Furchan, Pelatihan Berbasis Kompetensi, Manajemen Berbasis Madrasah,

(Jakarta :2002), 72.

84

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mempertimbangkan

semua masukan dan usulan dari peserta rapat. Proses musyawarah

berjalan santai, penuh kekeluargaan, aktif dan antusias dalam

memperoleh kesepakatan dan keputusan bersama. Materi PAI bersifat

menyeluruh menyangkut semua komponen dan ditangani oleh team work

dan Tim Sembilan, yang telah dibentuk. Kepala sekolah mempunyai

peran sangat penting yang ditunjukkan dalam keaktifannya memimpin

musyawarah dan memasukkan bidang-bidang peningkatan mutu

pembelajaran Agama Islam

Sejalan dengan pernyataan tersebut Prof Endang Komara mengatakan

“bahwa peran kepala sekolah yang fisioner dan optimal dengan sistem perencanaan yang efektif akan mendatangkan hasil yang optimal. Dengan prinsip PAI yang menekankan efektivitas terhadap perencanaan program PAI maupun sekolah diharapkan terpenuhi secara maksimal dan optimal. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pemetaan permasalahan bersifat objektif, aktual, konstektual dan berbagai masalah teridentifikasi secara objektif.131

Peran Kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu

pembelajaran PAI dapat dilihat dari materi yang akan dibahas pada

penyusunan rencana, yang meliputi bidang-bidang di bawah ini;

Keterangan: Data diambil dari dokumen sekolah dan notulen rapat

penyusunan program

Dalam bidang kurikulum/ proses belajar mengajar, target yang

dicapai adalah terlaksananya pembelajaran sistem PAKEM yaitu

pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini sesuai

dengan konsep pembelajaran PAI. Upaya ini dicapai dengan jalan selalu

menyediakan sarana dan dana yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Di

samping dana dan sarana, peran kepala sekolah harus selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan melalui program supervisi, baik individu

maupun kelompok.

131Komara Endang, Peran Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta Bumi Aksara: 2009),

95.

85

Bidang sarana fisik sekolah adalah tercapai kebutuhan sarana

belajar dan pendukung pembelajaran. Ruang perpustakaan, koperasi, lab.

IPA, serta kesenian, olahraga, pramuka merupakan target yang akan

dicapai, baik itu pengadaan baru maupun penyempurnaan untuk menuju

ke arah standar yang ditargetkan. Terciptanya sekolah yang rindang,

hijau, asri dimasukkan juga dalam program untuk mewujudkan

pembelajaran PAI.

Bidang administrasi sekolah adalah tercapainya peningkatan

mutu pembelajaran PAI dengan melengkapi semua sarana administrasi.

Peran kepala sekolah cukup tinggi dengan dibuktikan tercapainya

predikat B dalam akreditasi sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya.

Bidang kelembagaan adalah terciptanya status sekolah negeri

yang profesional, dengan melengkapi organisasi sekolah. Organisasi lini

dan staf dibentuk dengan melibatkan unsur birokrasi di atasnya dan

sekolah serta unsur masyarakat (Stakeholder).

Bidang ketenagaan adalah terciptanya staf yang profesional

dengan menyediakan sarana, mendatangkan pakar pembelajaran dan

pengiriman ke diklat dan penataran serta menyekolahkan guru kejenjang

pendidikan S2. Tercapainya kesejahteraan guru dengan memberikan

insentif secara rutin dan bentuk intensif yang bersifat insidental.

Bidang pembiayaan, berupaya mewujudkan manajemen

transparan yang melibatkan semua unsur sekolah dan komite sekolah

untuk membahas pendanaan secara jelas, terbuka, demokratis dan

diketahui oleh semua pihak.132

Bidang peserta didik adalah tercapainya target lulusan yang dapat

diandalkan untuk berkompetensi. Target prestasi nonakademis juga

ditargetkan dalam program tersebut, diantaranya bidang olahraga,

kesenian, pramuka, dan ekstra kurikuler lainnya. Partisipasi anak didik

dalam proses pendidikan dan pembelajaran bukan sebagai alat

132Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, ( Jakarta :2002), 73 .

86

pendidikan, melainkan sebagai intinya. Sebagai bagian dari jaring-jaring

kemasyarakatan, masyarakat pendidikan perlu mengemban tugas

pembebasan, berupa penciptaan norma, aturan, prosedur, dan kebijakan

baru. Orang tua, guru, dan dosen harus mampu membebaskan anak-anak

dari aneka belenggu, bukan malah menindasnya dengan cara menetapkan

norma tunggal atau menuntut kepatuhan secara membabi buta. Mereka

perlu membangun kesadaran bagi lahirnya proses dialogis yang

mengantarkan individu-individu secara bersama-sama untuk

memecahkan masalah eksistensial mereka. Tidak menguntungkan jika

anak dan anak didik diberi pilihan tunggal ketika mereka menghadapi

fenomena relatif dan normatif, termasuk fenomena moralitas133

Bidang lingkungan/kultur sekolah adalah terciptanya

lingkungan sekolah yang asri, rindang dan indah. Hal ini diprogramkan

dalam pembuatan taman, penanaman pohon pelindung dan

penyempurnaan asesoris sekolah. Penghijauan kelas juga menjadi

perhatian kepala sekolah dengan melibatkan siswa dan guru untuk

membawa bunga dalam pot serta bunga gantung lainnya.

Budaya kerja sama antar fungsi dalam sekolah, antar individu

dalam sekolah harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari bagi warga

sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Robbins yang menyatakan

bahwa struktur organisasi yang sederhana memiliki kekuatan yang

terletak pada kecepatannya, fleksibel, efesien untuk dikelola dan

akubntabilitasnya jelas134. Kepala Sekolah merupakan motor penggerak

bagi sumber daya sekolah terutama guru dan karyawan sekolah. Begitu

besarnya peranan kepala sekolah dalam proses pencapaian tujuan

pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu

sekolah sangat ditentukan oleh kwalitas Kepala Sekolah terutama dalam

kemampuannya memberdayakan guru dan karyawan ke arah suasana

133Supervisi Pengajaran Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru di akses

tanggal 31 Mei 2016 134P.S.Robbins, Organization Behaviore ( Terjemah Diana Angelica), ( Jakarta:Selemba

Empat,2007), 225.

87

kerja yang kondusif ( positif, menggairahkan, dan produktif). Guna

mendukung hal ini, Kepala Sekolah dituntut: jujur, idealis, cerdas,

pemberani, terbuka, aspiratif, komunikatif, kooperatif, kreatif,

cekatan/lincah, suka berfikir positif, penuh tanggung jawab135

Kepala Sekolah memiliki peranan yang sangat kuat dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber

daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah

merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat

mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-

program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala

sekolah dituntut mempunyai kemampuan karna Kepala sekolah

merupakan salah satu komponen pembelajaran yang paling berperan

dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI. Oleh karena itu seorang

kepala sekolah haruslah orang yang profesional. Secara profesional

seorang kepala sekolah memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

a. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan

sekolah yang dipimpinnya. Segala informasi yang berkaitan dengan

penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus selalu terpantau oleh

kepala sekolah.

b. Kepala sekolah bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan

yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para

guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari

tanggung jawab kepala sekolah.

c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus

mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan,

seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pendistribusian tugas

secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara

kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.

135Pidarta, Dalam, M.Mursyid http///ilmiahmanajemen, blogspot.com/2008/10/26 Kepala

Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, di Akses 31 Mei 2016

88

d. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional.

Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu

analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang

feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu

keseluruhan yang saling berkaitan.

e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam

lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari

manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang

bisa menimbulkan konflik.Untuk itu kepala sekolah harus jadi

penengah dalam konflik tersebut.

f. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat

membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan

kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat

berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip

jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2)

terbentuknya aliansi atau koalisiseperti organisasi profesi, OSIS,

BP3, komite sekolah dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama

(cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam

aktivitas dapat dilaksanakan.

g. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai forum

pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang

dipimpinnya.

h. Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit.

Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah.

Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari

persoalan dan kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-

kesulitan, kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang

dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.136

136Wahjosumidjo, Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,

( Yogyakarta: 2002), 97.

89

Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut tak lepas

dari peran Kepala Sekolah sebagai pengelola dalam lembaga

pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan peran Kepala

Sekolahdalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama

Islam di sini adalah usaha-usaha yang dilakukan Kepala Sekolahuntuk

mencapai kemajuan dan kesempurnaan pembelajaran yang

dipercayakan kepadanya.Berikut ini penulis akan uraikan tentang peran

Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutupembelajaran, yang meliputi

perannnya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,leader,

inovator, dan motivator, diantaranya adalah sebagai berikut

1. Kepala Sekolah sebagai pendidik (Edukator)

Sebagai EdukatorKepala Sekolah bertugas untuk

membimbing guru, tenagakependidikan, peserta didik, mengikuti

perkembangan IPTEK, dan memberi teladan yang baik. Dalam

melakukan fungsinya sebagai edukator, Kepala Sekolah harus

memilikistrategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme

tenaga kependidikan disekolahnya.Menciptakan iklim sekolah yang

kondusif, memberikan nasehat kepadawarga sekolah, memberikan

dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, dan tak ubahnya

melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas tugas kepemimpinan

organisasi137.

Upaya yang dapat dilakukan Kepala Sekolah dalam

meningkatkan kinerjanya sebagaiedukator, khususnya dalam

peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi

belajar peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Mengikutsertakan guru-guru dalam penataranatau pendidikan

lanjutan

b. Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik

137Baharudin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jakarta:Arruz Media Depok,

2012), 178.

90

c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan

cara mendorong para guruuntuk memulai dan mengakhiri

pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan,

sertamemanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan

pembelajaran dansebagainya.

2. Kepala Sekolah sebagai manejer untuk melakukan peran dan

fungsinya sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi

yang tepat yaitu mengikut sertakan peran guru PAI dalm literatur

kependidikan Islam, seorang guru/ pendidik bisa di sebut sebagai

ustaz , Mua’allim, murabby, mursid mudarris, dan mu’addib.

Kata ustaz bisa di gunakan untuk memanggil seseorang

profesor. Ini mengandung makna bahwa sesorang guru di tuntut

untuk komitmen terhadap propesonalisme dalam mengembankan

tugasnya. Seseorang di katakan propisional, bila mana pada dirinya

melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya. Sikap

komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja sikap dan

continious inprovemen, yakni selalu berusah memperbaiki dan

memperbaharui model model atau cara kerjanya sesuai dengan

tuntunan zaman nya.138 Yang di landasi oleh kesadaran yang

tinggi bahwa tugas mendidik adalah menyiapkan generasi penerus

yang akan hidup pada zamanya di masa depan, sebagai mana

pernyataan sahabat ali bin abi tallib r.a. allimu auladakum

Painnahum Makhlukuna lizamanin gairi zamanikum (

didik/ajarilah anak anakmu karena mereka di ciptakan untuk

zamanya di mas depan bukan untuk zamanmu sekarang).

Kata mu’allim berasar dari kata dasarz ‘ilm yang berati

menangkap hakekat sesuatu. Dalm setiap ‘ilm terkadangdimensi

tioritis dan dimensi amaliyah (al- Asfahani, 1972). Ini mengandung

makna bahwa seorang guru di tuntut untuk mampu menjelaskan

hakekat Ilmu pengetahuan yang di ajarkan, Allah mengutus

138 Muhaimin, Abdul Mudjib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung ,1993), 45.

91

Rasulnya antara lain agar beliau agar mengajarkan (ta’lim)

kandungan Alkitab dan Al hikmah, yakni kebijakan dan kemahiran

melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat dan menampilkan

mudarat(shihab 2000)139

Kata Murabbiy berasar dari kata dasar Rabb. Tuhan adalh

sebagai Rabb Al ‘alamin dan Rabb al-nas, yakni yang menciptakan

yang mengatur, dan mengatur alam seisinya termansuk manusia

manusia sebagai khalipah-nya di beri tugas untuk menumbuh

kembankankreatipitas agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur

dan memelihara alam seisinya.140

3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Administrasi merupakan suatu proses yang menyeluruh dan

terdiri dari bermacamkegiatan atau aktivitas di dalam

pelaksanaannya. Sebagai administator, Kepala

Sekolah bertanggung jawab atas kelancaran segala pekerjaan dan

kegiatan administratif disekolahnya.Aktivitas administratif adalah

semua kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan, penyusunan dan

dokumentasi program dan kegiatan sekolah.Secara spesifik,Kepala

Sekolah juga dituntut untuk mengelola kurikulum, mengelola

administrasi saranadan prasarana, mengelola administrasi

kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.

4. Kepala Sekolah sebagai supervisor

Supervisi juga dapat diartikan sebagai pembinaan yang

diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat

meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar

mengajar dengan lebih baik sesuai dengan tujuan

pendidikan.Kepala Sekolahsebagai supervisior mempunyai peran

dan tanggung jawab untuk membina, memantau,dan memperbaiki

proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

139 Muhaimin , Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, (Jakarta,2012), 45. 140 Ibid., 47.

92

menyenangkan.Supervisi Kepala Sekolah dapat dilakukan secara

individual maupun kelompok.141Di antara tugas-tugas Kepala

Sekolah sebagai supervisor adalah:

a. Membantu stafnya menyusun program

b. Membantu stafnya mempertinggi kecakapan dan keterampilan

mengajar

c. Mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang kesanggupan

stafnya dantentang kemajuan program pendidikan pada

umumnya. Keberhasilan peran kepalasekolah sebagai

supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh:

d. Meningkatnya kesadaran guru dan staf untuk meningkatkan

kinerjanya;

e. Meningkatkan keterampilan guru dan staf dalam melaksanakan

tugasnya.142

Sedangkan yang berkaitan dengan mutu pembelajaran PAI

dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar, sedangkan mutu

proses belajar mengajar ditentukan oleh berbagai komponen yang

saling terkait satu sama lain, yaitu input peserta didik, kurikulum,

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana,

manajemen, dan lingkungan. Kurikulum merupakan lah satu

komponen pendidikan yang sangat strategis karena merupakan

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tetentu. Kurikululum sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa

di dalam kurikulum terdapat panduan interaksi antara guru dan

141Nurkolis, Manajemen berbasis sekolah; Teori, Model dan Aplikasi,(Jakarta:

Grapindo, 2003), 121. 142Departemen pendidikan nasional direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah

direktorat sekolah lanjutan tingkat pertama, Manejemen Peningkatan Mutu berbasis Sekolah buku,(Jakarta:Depdiknas, 2001), 27.

93

peserta didik.Dengan demikian kurikulum berfungsi sebagai "nafas

atau inti" dari proses pendidikan di sekolah untuk memberdayakan

potensi peserta didik.

Seiring dengan perubahan pengelolaan pemerintahan yang

memasuki era desentralisasi, diikuti dengan perubahan pengelolaan

pendidikan berupa desentralisasi pendidikan, otonomi pendidikan,

dan otonomi manajemen sekolah, maka kurikulum yang sifatnya

sentralistik seperti kurikulum 1994, dimana satu kurikulum

diberlakukan untuk semua peserta didik dari Sabang sampai

Merauke, berarti kemampuan seluruh peserta didik seolah-olah

dianggap sama. Pada hal kenyataannya kemampuan setiap peserta

didik berbeda satu sama lain, berbeda antara daerah yang satu

dengan daerah yang lain, berbeda antara sekolah yang satu dengan

yang lain. Dan yang paling memahami kemampuan setiap peserta

didik adalah guru-guru yang bersangkutan.Hal ini antara lain yang

mendasari penyempurnaan kurikulum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah

disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi

(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman

pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP).

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang

mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dimaksudkan untuk

menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Nasional

Pendidikan terdiri atas: Standar Isi, Standar Proses, Standar

Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar

94

Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Dua dari kedelapan

standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi

satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Untuk memenuhi amanat Undang-undang tersebut di atas dan

guna mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta

tujuan pendidikan sekolah pada khususnya, SMA Plus Munirul

Arifin NW Praya sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah

memandang perlu untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP).

Melalui KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program

pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan

peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya melibatkan

seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku

kepentingan di lingkungan sekitar sekolah.

B. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI

di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Strategi kepala sekolah merupakan sebuah komponen yang sangat

berpengaruh dalam dunia pendidikan, terlebih pada proses pembelajaran

pendidikan agama Islam. StrategiPembelajaran pendidikan Agama Islam ini

merupakan salah satu upaya untuk menerapakan bagaimana nilai-nilai ajaran

Agama Islam yang ada pada tiap materimampu diserap, dihayati serta bisa

diamalkan oleh peserta didik

Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa

metode, yaitu metode observasi, interview dan dokumentasi. Sedangkanuntuk

analisis datanya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,

Untuk mendukung dari pemaparan data penulis juga menyertakan

berbagailampiran yang terkait dengan penelitian seperti foto, dokumen-

95

dokumen dari kegiatan peserta didik.143 Hasil penelitian yang dilakukan

penulis dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa strategi atau cara yang

diterapkan dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Plus

Munirul Arifin NW Praya tersebut mengguanakan berbagai cara, diantaranya

pada kegiatan pembalajaran, yang menyangkut perbaikan sistem mengajar,

kurikulum, penambahan jam mata pelajaran PAI, mata pelajaran metode

membaca Al-Qur’an, adanya memodifikasi gaya mengajar guru, dan

pengadaan serta perbaikan sarana penunjang pendidikan.

Di lembaga Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ini mempunyai

komitmen bahwa adanya sedikit program, tetapi bisa terlaksana program

tersebut. Faktor pendukung

1. Semangat siswa,

2. Kegiatan sekolah yang sangat memperhatikan masalah agama,

3. Tata tertib yang mendukung

4. Program yang terarah Kepada tujuan pendidikan,

5. Guru-Guru yang berkualitas

6. Lingkungan sekolah yang kondunsif

7. Ekstrakulikuler yang mendukung,

8. Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung,

9. Peran aktif orang tua

10. Lingkungan luar sekolah.

Sedangkan faktor penghambat dalam peningkatan mutu pembelajaran

PAI ialah

a) Latar belakang siswa,

b) Minat serta semangat siswa yang terkadang kurang,

c) Kemampuan penangkapan siswa yang heterogen,

d) Kesadaran siswa yang masih kurang

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena

143Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. (Jakarta:Quantum

Teaching, 2005)

96

pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju

pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat,

terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.

Mentalitas sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama pada

masyarakat agraris, dengan ketertinggalannya sebagai akibat penjajahan,

belum mendukung tercapainya cita-cita pembangunan nasional. Berbagai

kekurangan dan kelemahan mentalitas masyarakat Indonesia tersebut antara

lain : suka melakukan terobosan dengan mengabaikan mutu, kurang rasa

percaya diri, tidak berdisiplin murni, tidak berorientasi ke masa depan, dan

suka mengabaikan tanggung jawab tanpa rasa malu. Terdapat ciri-ciri

manusia Indonesia yang menghambat, yaitu hipokrit atau munafik, segan

dan enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, putusannya, kekuatannya,

pikirannya, berjiwa feodal, percaya pada takhayul, boros, lebih suka tidak

bekerja keras kecuali kalau terpaksa, ingin cepat kaya, berpangkat, cepat

cemburu, dengki dan tukang meniru. di samping itu terdapat kelemahan lain

yang kurang menunjang pembangunan144.

Menghadapi kondisi masyarakat Indonesia sebagaimana diuraikan di

atas, pembangunan pendidikan merupakan suatu keharusan dan amat

penting untuk dilakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi guna

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Didalam

Undang-Undang Dasar 1945, Ketentuan dalam UUD 45 Pasal 31

mengamanatkan bahwa :

1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, setiap warga

negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya.

2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

144Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Bogor: Prenada Media, 2003.), 12.

97

serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

yang diatur dalam undang-undang.

3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya

20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta APBD untuk

memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

4) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Dalam meningkatkan mutu pembelajaran penidikan Agama Islam

Beberapa strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran meliputi:145

a. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru

Strategi pertama yang diterapkan oleh Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan cara peningkatan

kemampuan mengajar guru. Peningkatan kemampuan mengajar ini

dipandang sangat penting oleh Kepala Sekolah mengingat gurulah sebagai

peran kunci yang melaksanakan dan menentukan baik tidaknya mutu

pembelajaran tersebut.Selain itu pula sejumlah permasalahan dalam

meningkatkan mutu pembelajaran banyak bersumber dari guru, misalnya

kurang disiplin, kurang profesional, kinerjanya rendah atau permasalahan-

permasalahan pribadi lainnya.146

Untuk itu Peran Kepala Sekolah juga di pandang perlu untuk

memberikan penetapan terhadap guru untuk meningkatkan mutu

pembelajara. Komponen- komponen tersebut dapat di kemukakan sebagai

berikut:

1) Penetapan perubahan yang di harapkan

145Kemendikbud. Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar, (Jakarta:Kemendikbud.

2014), 423. 146 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana,

2009), 210.

98

Kegiatan sebagai mana tersebut di atas di tandai oleh adanya

usaha secara terencan dan sistematika yang di tunjukan untuk

mewujudkan adanya perubahan pada diri peserta didik , baik pada

aspek wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya.

Dalam menyusun strategi pembelajaran, berbagai perubahan tersebut

harus di tetapkan secara spesifik, terencana dan terarah. Hal ini

penting agar kegiatan belajar tersebut dapat terarah dan memiliki

tujuan yang pasti. Perubahan yang diharapkan ini selanjutnya, harus di

tuangkan dalam tujuan pengajaran yang jelas dan konkret,

mengunakan bahasa yang operasional, dan dapat di perkirakan alokasi

waktu dan lainya yang di butuhkan.

2) Penetapan pendekatan

Pendekatan adalah sebuah kerangka analisis yang di gunakan

dalam memahami sesuatu masalah. Di dalam pendekatan tersebut

terkadang mengunaka tolok ukur sebuah disiplin ilmu pengetahuan,

tujuan yang ingin di capai, langkah langkah yang di gunakan atau

sasaran yang di tuju. Jika sebuah ilmu yang akan di gunakan

sebagai tolak ukur, pada pendekatan dapat menggunakan disiplin

ilmu politik, ekonomi, pendidikan, dakwah dan sebagainya.

3) Penetapan Metode atau Strategi

Pada uaraian terdahulu telah di kemukakan, bahwa metode

pengajaran sangat memegang peranan penting dalam mendukung

kegiatan belajar mengajar. Pengguna metode strategi tersebut selain

harus mempertimbangkan tujuan yang ingin di capai, dan harus

memerhatikan bahan pelajaran yang akan di berikan, kondisi anak

didik, lingkungan, dan kemampuan dari guru itu sendiri. Suatu

metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu, dan tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain.

Lebih jauh Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto

dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi

guru, yaitu :

99

2) Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari

bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan

berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar

yang diselenggarakannya.

3) Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik

dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.

4) Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap

dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan

mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran :

Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri

Handayani.147

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional,

pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru

sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :

1) Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam

pengelolaan peserta didik yang meliputi:

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

b) Pemahaman terhadap peserta didik

c) Pengembangan kurikulum/silabus

d) Perancangan pembelajaran

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

f) Evaluasi hasil belajar dan

g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan

kepribadian yang:

a) Mantap

b) Stabil

c) Dewasa

147Ibid., 220

100

d) Arif dan bijaksana

e) Berakhlak mulia

f) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

g) Mengevaluasi kinerja sendiri dan

h) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

3) Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik

sebagai bagian dari masyarakat untuk :

a) Berkomunikasi lisan dan tulisan

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik

dan

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

a) Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar

b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari dan

e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan

tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

b. Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan

Strategi yang diterapkan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu

pembelajaran yaitu dengan optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan

media dan sarana pendidikan. Permasalahan yang muncul dalam hal ini

bahwa selama ini guru kurang mendayagunakan penggunaan media dan

101

sarana pendidikan yang ada, sehingga keberadaannya jelas tidak

bermanfaat untuk memperlancar pembelajaran.148

Dalam uraian terdahulu telah di kemukakan metode dalam

mengoptimalisasi penggunaan media dan sarana ini dilakukan dengan

cara membuat kebijakan untuk mewajibkan setiap guru dalam

melakukan pembelajarannya dengan menggunakan media atau sarana

pendidikan yang tersedia, sehingga mampu mewujudkan hasil

pengajaran yang optimal.149 Sementara itu pula sebagai pimpinan,

Kepala Sekolah berupaya untuk membina dan mengarahkan cara-cara

penggunaan media dan sarana pendidikan yang mendukung terhadap

pembelajaran, sehingga hasil pembinaan dan pengarahan ini setiap guru

dapat menggunakan media dan sarana pendidikan tersebut dengan baik

dalam pembelajaran.

Keadaan ini dilakukan dalam upaya mengkondisikan media dan

sarana pendidikan yang ada mampu dilindungi dan mampu untuk

dimanfaatkan keberadannya. Lebih lanjut Kepala Sekolah

menganggarkan biaya untuk pemeliharaan dan pengadaan media dan

sarana pendidikan yang belum tersedia.

c. Pelaksanaan Supervisi secara Rutin

Strategi yang lain yang diterapkan Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan pelaksanaan supervisi

rutin. Keadaan ini dilakukan mengingat keberadaan guru yang relatif

memiliki pendidikan cukup sama yaitu S.Pd, sehingga pembinaan dan

pengarahan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan sekali dalam

meningkatkan mutu pembelajaran. Strategi ini pun ditempuh Kepala

Sekolah untuk mengatasi permasalahan sehubungan dengan kurangnya

sikap profesionalisme yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan

tugas. Kegiatan supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah ini agar

148Faisal Jalal Cs, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adi Cita, 2001), 10.

149Ibid., 213.

102

Kepala Sekolah mengetahui secara langsung permasalahan yang

dihadapi guru selama melaksanakan pembelajaran, sehingga Kepala

Sekolah dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya.150

Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan

cara mengadakan kunjungan kelas, rapat-rapat dan pembinaan secara

individual terhadap guru. Kunjungan kelas yang dilakukan oleh Kepala

Sekolah di sini yaitu dengan mengadakan pengunjungan terhadap setiap

kelas tentang kelengkapan sarana pendidikan yang ada dan mengecek

kehadiran guru maupun siswa. Selanjutnya supervisi yang dilakukan

oleh Kepala Sekolah ini dilakukan dengan cara mengadakan rapat-rapat

yang dilakukan dalam mengadakan evaluasi atau bahkan pembinaan

terhadap para guru untuk mengenalkan sesuatu yang baru dan perlu

diketahui oleh guru mengenai hal yang berkaitan dengan pembelajaran.

Kemudian juga Kepala Sekolah sering mengadakan supervisi terhadap

para guru secara perorangan dalam membina dan mengarahkan guru

tersebut, sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik, biasanya

dilakukan jika ada permasalahan yang begitu besar dan terjadi pada

tugas guru tersebut.

d. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat

Masyarakat merupakan relasi yang cukup besar dalam memberikan

pengaruh dan bantuan terhadap kelancaran penyelenggaraan

pembelajaran. Apalagi jika dikaitakan dengan keadaan sekarang bahwa

masyarakat memiliki peran sebagai pengawas dan penyumbang

kebutuhan sekolah dengan dibentuknya “Komite Sekolah”. Namun

demikian dalam kenyataannya bahwa masyarakat masih kurang peka

terhadap kebutuhan sekolah.

Oleh karena itulah sebagai langkah awal memperbaiki hubungan

dengan sekolah dengan masyarakat, maka Kepala Sekolah mengadakan

150E Mulyasa, Manejemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi Dan Implementasi,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), 145.

103

suatu strategi dalam bentuk kerjasama dengan masyarakat. Dalam

mengadakan hubungan kerjasama dengan masyarakat ini, maka sekolah

membentuk Komite Sekolah yang memiliki fungsi dan peran sebagai

wadah untuk memfasilitas masyarakat berhubungan dengan sekolah

atau sebaliknya. Selama ini melalui “Komite Sekolah” itulah orang tua

siswa, masyarakat umum atau donatur mengadakan jalinan hubungan

yang harmonis. Lebih lanjut Kepala Sekolah mengadakan hubungan

dan komunikasi dengan para orang tua siswa dan “Komite Sekolah”

yaitu dengan mengadakan rapat-rapat 151.

Rapat atau pertemuan dengan para orang tua siswa dilakukan

pada awal tahun pelajaran dan pada waktu pembagian “Buku Laporan

Pendidikan”. Pada pertemuan sekolah dengan orang tua siswa pada

awal tahun merupakan pertemuan yang membicarakan tentang

pengenalan program-program pendidikan yang akan diselenggarakan

dan uraian secara terbuka mengenai anggaran yang digunakannya.

Sementara pertemuan pada pembagian Buku Laporan Pendidikan

merupakan pertemuan yang berupaya untuk secara tetap menjalin

komunikasi yang harmonis dengan orang tua siswa. Rapat “Komite

Sekolah”152 merupakan upaya menjalin kerjasama dengan masyarakat

dalam membahas program-program pendidikan yang akan

diselenggarakan oleh pihak sekolah. Pada pertemuan ini dibahas

mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh pihak

sekolah.

e. Penerapan Disiplin yang Ketat

Penerapan disiplin yang ketat merupakan salah satu strategi yang

dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu

pembelajaran. Penerapan disiplin ini penting dilakukan sehubungan

dengan rendahnya tingkat kedisiplinan guru maupun siswa, antara lain:

151Faisal Jalal, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah,(Yogyakarta: Adi Cita, 2001), 139.

152Ibid., 134.

104

datang terlambat, berpakaian kurang rapi dan pulang belajar mengajar

belum pada waktunya. Pendisiplinan ini dilakukan untuk

mengkondisikan semua warga memiliki kinerja dalam menjalankan

tugas dan peranannya secara optimal.Di mana melalui pendisiplinan ini

diharapkan para personil pendidikan mampu memberikan kinerjanya

yang optimal.Sementara pendisiplinan yang terapkan pada siswa

diharapkan mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam

menjalankan atau mengikuti pembelajaran.

Pendisiplinan iklim sekolah ini dilakukan dengan cara pembuatan

tata tertib bagi siswa dan tata tertib bagi para guru yang ada di sekolah.

Pendisiplinan ini ditegakkan secara objektif, sehingga mampu

memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran.

Kepala Sekolah setiap hari mengontrol kedisiplinan guru dan siswa

dengan cara melihat kehadiran, kerapihan dari pakaiannya dan

menampilkan perilaku kepemimpinan yang patut untuk dicontoh atau

ditiru. Lebih konkritnya jika ada guru maupun siswa yang tidak

disiplin, maka Kepala Sekolah melakukan teguran secara lisan,

melakukan pemanggilan dan pemberian sanksi apabila guru maupun

siswa tetap nakal.Selain itu pula khusus untuk siswa jika ada yang tidak

disiplin, Kepala Sekolah memanggil orang tua siswa ke sekolah untuk

meminta bantuan dalam membina anaknya.

Secara lebih konkrit pendisiplinan yang dilakukan kepada guru,

Kepala Sekolah melakukan evaluasi terhadap ketepatan waktu

mengajar, kehadiran dan kerapian pakainnya. Kepala Sekolah terbiasa

memanggil guru yang terlambat dalam mengajar, tidak rapi dalam

berpakaian dan sering tidak hadir. Kondisi tersebut ditindak lanjuti

dengan pembinaan dan pengajaran, sehingga para guru tetap mampu

menegakkan kedisiplinannya.153

153Abuddin Nata. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Karisma

Putra utama kencana, 2009), 217.

105

Kepala Sekolah menganggap bahwa melalui pendisiplinan inilah

nantinya akan mampu memberikan dampak terhadap hasil belajar.

Dengan demikian kedisiplinan ini perlu diciptakan dengan baik,

sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap mutu pembelajaran

dengan baik pula.

106

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah melakukan kajian teoritis dan analisis data berdasarkan

penelitian dan penemuan di lapangan mengenai peran kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya, maka dapat disimpulkan:

Pertama Peran Kepala Sekolah di SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya mempunyai kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di

lembaganya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya

peningkatan pembelajaran PAI yang diharapkan. Berbagai peran yang

dilakukan kepala sekolah dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran PAI

di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya diantaranya adalah (a). Kepala

Sekolah sebagai Pendidik, (b). Kepala Sekolah sebagai Administerator, (c).

Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dan (d) Kepala Sekolah sebagai Manager.

Semua peran kepala sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik karena

stakholder yang ada di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya bekerjasa sama

dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI.

Kedua Strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW

Praya meliputi (a). Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru, (b).

Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan, (c). Pelaksanaan

Supervisi secara Rutin, (d). Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat dan (e).

Penerapan Disiplin yang Ketat. Semua Strategi kepala sekolah diatas dapat

berjalan dengan baik karena stakholder yang ada di SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya bekerjasa sama dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI.

107

B. Saran-saran

Melalui tesis ini peneliti ingin menyampaikan beberapa saran

kaitannya dengan judul dan hasil penelitian yang dilakukan, dan semoga

bermanfaat bagi semua pihak. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Kepada kepala sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya agar

terus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam meningkatkan mutu

pembelajaran PAI dengan melaksanakan perannya denagan baik dan

memanfaatkan serta memfungsikan semua sumber daya yang ada sesuai

dengan fungsinya masing-masing secara maksimal seperti wakasek,

pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, media, sarana dan sumber

belajar lainnya.

2. Pendidik di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Kepada pendidik di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya agar tetap

meningkatkan profesionalisme baik di dalam maupun di luar sekolah baik

dalam mendidik maupun dalam menjalin kerjasama dengan orang tua

peserta didik, sehingga terciptanya hubungan yang harmonis terutama

dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya.

3. Peserta Didik SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

Kepada peserta didik agar bersungguh-sungguh dan rajin dalam

belajar seperti mengikuti pelajaran dengan disiplin, mentaati tata tertib

sekolah dan memanfaatkan waktu belajar serta sumber belajar yang ada

secara maksimal.

108

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama,, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah-Buku 1 Depdiknas: Jakarta, 2001.

Bahruddi & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media,2012.

Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Buku IV PerintisanProgram Dirjen Dikdsmen, Depdiknas : Jakarta,2000.

E Mulyasa, Manajemen berbasis madrasah; Konsep Strategi dan Implementasi PT. Remaja RosdaKarya: Bandung,2003.

Faisal Jalal Cs, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah Yogyakarta: Adi Cita,2001

Glickman dalam Suhartin, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan

Jakarta: Rineka Cipta,2000. Hadari Nawawi, Penelitian Terapan Yogyakarta : Gajah Madah University Perss

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial Bandung : Mandar Maju, 1996

Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, PT Bina Aksara: Jakarta,1988. Marzuki, Metodologi Reaserch, Cet II Yogyakarta; Fak. Ekonomi, UII, 1983

Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah : Konsep, Strategi dan implementasi Bandung : PT.Raja Granfindo Persada,2002.

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Reke Sarasian,

1994.

Nurkolis, Manajemen ; Teori, Model dan Aplikasi Jakarta:Grasindo, 2003.

H Muhaimin, Pengembagan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta:PT. Raja Grafindon Persada, 2012.

Mujamil komar. Strategi Pendidikan Islam. Jakarta:Erlangga,2013.

109

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Prenada Media Group, 2009.

Robert Bodman and Steven J. Taylor, Intraduction to Qualitative Research Method, (Toronto, John Wiley and Son Inc, 1975

S.Nasetion, Metode Penelitian Naturalistik Kwalitatif Bandung, Tarcito, tt

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :PT Rineka Cipta, 2002.

Sutrisno Hadi, Metodologi Riserch, Jilid II Yogyakarta:Fak Psikologi UGM, 1980.

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional.

Wahid Abdul, Abdul, Manajemen berbasis madrasah; Ikhtiar Menuju Madrasah yang Mandiri, dalam Dinamika Pesantren dan Madrasah

Wahid Abdul, Manajemen berbasis madrasah; Ikhtiar Menuju Madrasah yang Mandiri, dalam Dinamika Pesantren dan Madrasah Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002.

Wahid Murni dan Nur Ali,Penelitian Tindakan kelas, Pendidikan Agama dan Umum, disertai Contoh Hasil Penelitian, UIN Malang, 2008

Wahid Murni, Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan kualitatif dankuantitatif; Skripsi Tesis dan Disertasi Program Pasca Sarjana UIN Malang, 2008.

Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitin Lapangan, PendekatanKuantitatif dan Kualitatif (Skripsi Tesis dan Disertasi), Malang:UM Pres,2008.

Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research dengan Metodologi Ilmiah Bandung:Tarsito, 1986

110

Lampiran: 1

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. 4.1 Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya 58

2 4.2 Data Pembina & Pengasuh SMA Plus Munirul Arifin

NW Praya

59

111

Lampiran : 2

Curiculum Vitay

Nama : Irwan Sasmita

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Guru Honorer

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jln. Basuki Rahmat Kamp. Rabitah Praya, Praya, Lombok

Tengah NTB

Alamat Email : [email protected]

No. HP. : 081 917 110 999

Pendidikan:

1. SDN 1 Penendem 2000

2. MTs NW Selaparang Putra 2003

3. MA Plus Munirul Arifin NW Praya 2006

4. MDQH NW Anjani 2010

5. Fakultas Kegurua dan Ilmu Pendidikan (UNW) 2011

Pengalaman Pekerjaan:

1. Guru Honorer SMP Plus Munirul Arifin NW Praya 2010- Sekarang

2. Kepala Sekolah SMP Plus Munirul Arifin NW Praya 2015 - Sekarang

112

LAMPIRAN III

PEDOMAN WAWANCARA

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA

Sumber Data : ..........................................

Peneliti : ..........................................

NIM : ..........................................

Hari /Tanggal : ..........................................

PETUNJUK :

1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan

baik dan benar sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

2. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini boleh dijawab mana yang dianggap

paling mudah.

3. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini hanya semata-mata untuk mendapatkan

data dan informasi kaitannya dengan apa yang diteliti dalam penelitian ini.

Serta guna untuk menyelesaikan studi akhir peneliti

Adapun data dan informasi yang ingin diperoleh dari pedoman khusus

wawancara ini yang paling pokok adalah:

1. Bagaimana implementasi visi misi di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya?

Mohon dijelaskan ?

113

2. Apa saja peran kepala sekolah dalam meningkatkaan mutu pembelajaran PAI?

Mohon Jelaskan?

3. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai pendidik ? Mohon dijelaskan !

4. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai manajer ? Mohon dijelaskan !

5. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai administerator ? Mohon dijelaskan !

6. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai supervisor ? Mohon dijelaskan !

7. Apa strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI?

Mohon dijelaskan !

8. Bagimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan Kemampuan Mengajar

Guru? Mohon dijelaskan !

9. Bagimana strategi kepala sekolah dalam mengoptimalkan Penggunaan Media

dan Sarana Pendidikan? Mohon dijelaskan !

10. Bagimana strategi kepala kepala sekolah dalam Pelaksanaan Supervisi secara

Rutin? Mohon dijelaskan !

11. Bagimana strategi kepala kepala sekolah dalam Menjalin Kerjasama dengan

Masyarakat? Mohon dijelaskan !

12. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya? Mohon dijelaskan !

13. Apakah hambatan yang dihadapi tersebut bersal dari dalam (internal) dan

bersal dari luar (eksternal) SMA Plus Munirul Arifin NW Praya? Mohon

dijelaskan !

14. Apa saja hambatan yang berasal dari dalam (internal) yang dihadapi dalam

meningkatkan mutu pendidikan di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya?

Mohon dijelaskan !

15. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan mutu

pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya? Mohon

dijelaskan!

DATA DAN TEMUAN

114

LAMPIRAN IV

PEDOMAN OBSERVASI

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA

Sumber Data : ..............................................

Peneliti : ............................................

Nim : ..........................................

Hari /Tanggal : ...........................................

Adapun data dan informasi yang ingin diperoleh dari pedoman khusus observasi

ini yang paling pokok adalah:

1. Inplemntasi visi misi di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

2. Peran kepala sekolah bertindak sebagai pendidik

3. Peran kepala sekolah bertindak sebagai administerator

4. Peran Kepala Sekolah bertindak Sebagai supervisor

5. Peran Sekolah bertindak sebagai manager

6. Strategi kepala sekolah dalam mengatur peningkatan kemampuan mengajar

guru.

7. Strategi kepala sekolah dalam mengatur optimalisasi penggunaan media

8. Strategi kepala sekolah dalam mengatur dan sarana pendidikan

9. Strategi kepala sekolah dalam mengatur pelaksanaan supervisi secara rutin,

115

10. Strategi kepala sekolah dalam mengatur kerjasama dengan Masyarakat dan

penerapan disiplin yang ketat.

11. Faktor pendukung yang ada dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

12. Faktor penhambat yang ada dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di

SMA Plus Munirul Arifin NW Praya

DATA DAN TEMUAN

116

LAMPIRAN V

PEDOMAN DOKUMENTASI

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA

Sumber Data : ..............................................

Peneliti : ............................................

Nim : ..........................................

Hari /Tanggal : ...........................................

Adapun data dan informasi yang ingin diperoleh dari pedoman khusus

dokumentasi ini yang paling pokok adalah:

1. Letak Geografis

a. Lokasi penelitian

b. Sejarah berdirinya

c. Luas sekolah

d. Batas-batas sekolah (sebelah utara, selatan, timur dan barat berbatasan

dengan apa).

2. Sarana dan Prasarana

a. Profil sekolah

b. Struktur organisasi sekolah

c. Media

3. Tenaga Pengajar dan Siswa

a. Jumlah pmbina, pengasuh dan guru mapel

117

4. Dokumen yang lain

a. Buku-buku, Catatan penting

b. Data lainnya yang terkait

DATA DAN TEMUAN