tesis pengaruh pemberian virgin coconut oil terhadap

131
TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP PENINGKATAN KONVERSI SPUTUM BTA DAN STATUS GIZI PADA PENDERITA TB PARU DI BBKPM KOTA MAKASSAR TAHUN 2013 THE INFLUENCE OF VIRGIN COCONUT OIL (VCO) INTERVENTION TO INCREASE CONVERSION AND NUTRIENT STATUS OF PATIENTS WITH PULMONARY TB IN PUBLIC LUNG HEALTH CANCER OF MAKASSAR CITY IN 2013 KASMAN P1804211002 PROGRAM PASACASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

TESIS

PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

PENINGKATAN KONVERSI SPUTUM BTA DAN STATUS GIZI

PADA PENDERITA TB PARU DI BBKPM

KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

THE INFLUENCE OF VIRGIN COCONUT OIL (VCO) INTERVENTION TO

INCREASE CONVERSION AND NUTRIENT STATUS OF PATIENTS

WITH PULMONARY TB IN PUBLIC LUNG HEALTH CANCER

OF MAKASSAR CITY IN 2013

KASMAN

P1804211002

PROGRAM PASACASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

PENINGKATAN KONVERSI SPUTUM BTA DAN STATUS GIZI

PADA PENDERITA TB PARU DI BBKPM

KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

K A S M A N

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP
Page 4: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Kasman

NIM : P1804211002

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dimanfaatkan

sebagaimana mestinya.

Makassar, Agustus 2013

Yang menyatakan

K a s m a n

P 180 42 11 002

Page 5: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

iv

PRAKATA

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat, izin, petunjuk dan hinayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pemberian Virgin

Coconut Oil terhadap Peningkatan Konversi Sputum BTA dan Status Gizi

pada Penderita TB Paru di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013”. Tesis ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Kesehatan Masyarakat di Universitas Hasanuddin.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari motivasi dan bantuan dari

berbagai pihak selama proses penelitian hingga penyusunan selesai. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ida Leida Maria, SKM.MKM.,M.Sc.PH

selaku ketua komisi penasihat dan Bapak Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc.,

Ph.D selaku anggota komisi penasihat atas segala bantuan, bimbingan,

nasihat, petunjuk dan saran serta waktu yang telah diberikan selama ini

kepada penulis. Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya

penulis sampaikan pula kepada Bapak Prof. Dr. drg. H. A. Arsunan

Arsin, M.Kes, Bapak Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes,

M.Sc.PH dan Ibu Dr. Nurhaedah Jafar, Apt, M.Kes atas kesediaannya

menjadi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan

berharga. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

Page 6: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

v

1. Dr. dr. H. Noer Bachry Noor, M. Sc selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas

Hasanuddin

2. Prof. Dr. dr. H. M. Alimin Maidin, MPH selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta staf

3. Prof. Dr. Ir. H. Mursalim selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin beserta staf.

4. Bapak Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

5. Pegawai Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar

serta Tim penelitian yang telah banyak membantu dalam proses

pelaksanaan penelitian.

6. Teman-teman seperjuangan di Magister Kesehatan Masyarakat

Angkatan 2011 “Pasukan Anti Basi” yang telah memberikan

dukungan dan motivasi selama menimba ilmu dan dalam

penyelesaian tesis ini.

7. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu

persatu yang telah banyak membantu penulis selama ini.

Akhirnya sembah, sujud, segala cita, cinta dan penghargaan yang

tak terhingga penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta

Ayahanda Usman dan Ibunda Kansu, adik-adikku tersayang Satriadi,

Rahman, dan Ahyaruddin, terima kasih atas segala pengorbanan, doa

Page 7: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

vi

dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis selama menempuh

pendidikan di Pascasarjana Universitas Hasanuddin sampai selesai. Dan

Kepada Adinda Nuning Irnawulan, terima kasih telah menjadi inspirasi

dan motivasi untuk menyelesaikan studi ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna

karena berbagai hambatan dan keterbatasan penulis. Oleh karena itu,

kritik dan saran senantiasa diharapkan dari berbagai pihak. Semoga

karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya dan Allah SWT senantiasa meridhoi niat baik serta

berkenan memberikan curahan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin

Yaa Rabbal Alamin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Agustus 2013

K a s m a n

Page 8: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

vii

ABSTRAK

Kasman Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil terhadap Peningkatan

Konversi Sputum BTA dan Status Gizi pada Penderita TB Paru di BBKPM

Kota Makassar Tahun 2013.(dibimbing oleh Ida Leida M.Thaha dan Veni

Hadju)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi (pemberian) VCO terhadap peningkatan konversi dan status gizi penderita TB Paru. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Kota Makassar tahun 2013 dengan jenis penelitian True Experimental Design pre post test control group design.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengunjung yang datang berobat di BBKPM Makassar dengan memeriksakan dahaknya dengan jumlah sampel terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing 20 penderita TB Paru dengan hasil pemeriksaan klinis BTA positif, RO positif, dan menderita TB Paru serta merupakan penderita baru

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konversi pada penderita yang mendapatkan pengobatan DOTS dan VCO (mean = 4 minggu) lebih cepat dua hari dibanding dengan yang hanya mendapatkan pengobatan DOTS (mean = 6 minggu) dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Rata-rata peningkatan IMT selama pengobatan pada penderita yang mendapatkan pengobatan DOTS dan VCO (1,01 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata peningkatan IMT pada pasien yang hanya mendapatkan pengobatan DOTS (0,43 kg) dengan nilai siginifikansi < 0,05. Penambahan VCO pada pengobatan TB Paru bisa menjadi pilihan untuk mempercepat konversi dan peningkatan status gizi penderita TB Paru.

Kata kunci : VCO, TB, Konversi, IMT

Page 9: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

viii

ABSTRACT

Kasman. The Influence of Virgin Coconut Oil (VCO) Intervention to

Increase Conversion and Nutrient Status of Patients with Pulmonary TB in

Public Lung Health Cancer of Makassar City in 2013 (Supervised by Ida

Leida, M. Thaha, and Veni Hadju)

This aim of the research is to find out the influence of the intervention (provision) VCO to increase conversions and nutritional status of pulmonary TB patients. The research was conducted at the Center for Lung Health Society (BBKPM) Makassar in 2013 with the kind of non-randomized studies True Experimental Design pre post test control group design.

Population were all visitors tohave medical treatment inpublic Lung Health Center of Makassar with the number ofsputum samples. They were divided into two groups consiting of 20 pulmonary TB patients of each group in which the results ofclinical treatment indicate positive smear, positive RO, pulmonary TB, and new patients.

The results of the research indicate that the average conversion in patients who have DOTS treatment and VCO (mean = 4 weeks) is faster two weeks compared to the one in patients who have DOTS treatment (mean = 6 weeks) with the significant value of 0.000 (p <0,05). The average increase in body mass index during the medical treatment of patients who have DOTS treatment and VCO (1.01 kg) is higher than the the one of patients who have DOTS treatment (0.43 kg) with the siginificant value of p<0.05. VCO intervention of the treatment of Pulmonary TB can be a choice to accelerate conversion and increase nutrient status of pulmonary TB patients.

Key words : VCO, TB, conversion, body mass index

Page 10: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................................... iii

PRAKATA .................................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjau Umum Tentang TB .......................................................... 11

B. Tinjauan Umum Tentang Pengobatan TB .................................. 26

C. Tinjauan Umum Tentang VCO ................................................... 33

D. Tinjaun Umum Tentang Konversi ............................................... 41

E. Status Gizi pada penderita TB .................................................... 44

F. Kerangka Teori ........................................................................... 49

G. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 50

H. Hipotesis Penelitian .................................................................... 51

I. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Model Rancangan Penelitian ..................... 54

B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 55

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 55

D. Tahapan Penelitian .................................................................... 59

E. Pengumpulan Data ..................................................................... 63

Page 11: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

x

F. Pengolahan data ........................................................................ 64

G. Penyajian data ........................................................................... 65

H. Kontrol kualitas .......................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 67

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 67

B. Pembahasan .............................................................................. 85

C. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 94

A. Kesimpulan ................................................................................. 94

B. Saran ......................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 96

LAMPIRAN ................................................................................................... 105

Page 12: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kandungan Asam Lemak dalam VCO …………………. 37

Tabel 2 Tabel Sintesa Konversi BTA …………………………….. 43

Tabel 3 Batas Ambang Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) ……… 46

Tabel 4 Tabel Sintesa Berat Badan dalam Pengobatan TB …… 46

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kelompok Penelitian di BBKPM

Kota Makassar Tahun 2013 ……………………………...

67

Tabel 6 Distribusi Karakteristik Penderita TB di BBKPM Kota

Makassar Tahun 2013 ……………………………………

68

Tabel 7 Food Frekuensi Penderita TB Paru di BBKPM Kota

Makassar Tahun 2013 ……………………………………

70

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Hapusan

Sputum BTA Selama Pengobatan Penderita TB di

BBKPM Kota Makassar Tahun 2013 ……………………

75

Tabel 9 Hasil Uji test Normalitas Lama Konversi ……………….. 77

Tabel 10 Perbandingan Rerata Lama Konversi antara Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol ………………………..

77

Tabel 11 Perbandingan Peningkatan Rerata IMT Selama

Pengobatan berdasarkan Status Gizi Penderita ……….

78

Tabel 12 Perbandingan Peningkatan Rerata IMT antara

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Selama

Pengobatan ………………………………………………..

78

Tabel 13 Perbandingan Food Frekuensi Penderita TB Paru di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013 ……………………

79

Tabel 14 Hasil Uji test Normalitas IMT …………………………….. 81

Tabel 15 Hasil Perhitungan IMT Awal dan Akhir Pengobatan

Semua Pasien ……………………………………………..

81

Tabel 16 Perbandingan Beda Rerata IMT antara Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol ……………………......

82

Page 13: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ……………………………………………. 48

Gambar 2 Kerangka Konsep …………..…………………………….. 49

Gambar 3 Alur Penelitian Penelitian ………………………………… 57

Gambar 4 Perbandingan Rata-rata Peningkatan Berat Badan antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol …...

69

Gambar 5 Perbandingan Rata-rata Peningkatan IMT antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ……………

69

Gambar 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hasil Perhitungan IMT (≥18,5) Selama Pengobatan Penderita TB di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013 ……………………

71

Gambar 7 Gambaran Hasil Pemeriksaan Sputum BTA Selama Pengobatan Pada Kelompok Intervensi (DOTS+VCO) .

72

Gambar 8 Gambaran Hasil Pemeriksaan Sputum BTA Selama Pengobatan Pada Kelompok Intervensi (DOTS) .

73

Gambar 9 Gambaran Konversi Sputum BTA Selama Pengobatan Penderita TB di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013 ...

73

Gambar 10 Rerata Konversi Sputum BTA berdasarkan status gizi Penderita TB di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013....

76

Gambar 11 Perbandingan Peningkatan Rerata IMT Selama Pengobatan antara Kelompok Intervensi dan Kontrol ...

80

Gambar 12 Perbedaan Peningkatan Rerata IMT Selama Pengobatan Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol ...

82

Page 14: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

xiii

DAFTAR SINGKATAN

BACTEC : Battle Area Clearence and Training Equipment Consultants

BB : Berat Badan

BBKPM : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

BMI : Body Mass Index

BTA : Batang Tahan Asam

CDR : Case Detection Rate

CMI : Cell Mediated Immunity

DALY : Disability-Adjusted Life-Year

DOTS : Directly Observed Treatment Short-course

ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent Assay

FDC : Fixed Dose Combination

HIV : Human Immunodeficiency Syndrome

ICT : Information and Communication Technology

IMT : Indeks Massa Tubuh

IUATLD : Internasional Union Against Tuberculosis

LDL : Low Density Lipoprotein

LED : Light-Emitting Diode

MDR : Multiple Drug Resistant

MCFA : Medium Chain Fatty Acid

OAT : Obat Anti Tuberkulosis

PMO : Pengawas Minum Obat

PCR : Polymerase Chain Reaction

PRM : Puskesmas Rujukan Mikroskopis

Page 15: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

xiv

RBD : Refined, Bleached and Deodorized

RBW : Relative Body Weight

RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

SPS : Sewaktu–Pagi–Sewaktu

TB : Tuberkulosis

UPK : Unit Pelayanan Kesehatan

USAID : United States Agency for International Development

VCO : Virgin Coconut Oil

WHO : World Health Organization

Page 16: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Naskah Penjelasan kepada Subyek Untuk Persetujuan

Lampiran 2. Informed Concent Penelitian

Lampiran 3. Form Penelitian

Lampiran 4. Kuesioner Food Frekuensi

Lampiran 5. Master Tabel Penelitian

Lampiran 6. Hasil Output SPSS Analisis Uji Statistik

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 9. Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 10. Biodata Penulis

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian

Page 17: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang penting di tingkat global, regional, nasional, maupun

lokal. Tuberkulosis menyebabkan 5000 kematian per hari, atau hampir 2

juta kematian per tahun di seluruh dunia. Laporan WHO tahun 2010

menyatakan bahwa insiden kasus TB di dunia diperkirakan 137 kasus/

100.000 populasi. Angka prevalensi TB mencapai 200 kasus/100.000. TB

menjadi penyebab 20 kematian/100.000 populasi. Negara-negara di Asia

termasuk Indonesia menjadi penyumbang 55% kasus TB secara global.

(WHO, 2010).

Tingginya angka kesakitan terhadap penyakit TB paru menyebab-

kan WHO memprediksi bahwa lebih kurang sepertiga penduduk dunia

telah terinfeksi kuman TB dan diperkirakan 35 juta di antaranya akan

meninggal dunia pada kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2020.

Berdasarkan kalkulasi disability-adjusted life-year (DALY) WHO, TB

menyumbang 6.3% dari total beban penyakit di Indonesia, dibandingkan

dengan 3.2 persen di wilayah regional Asia Tenggara (USAID, 2008).

Menurut Global Tuberculosis Control, Indonesia menduduki peringkat ke

empat setelah China, India, dan Aprika Selatan dalam hal jumlah kasus

Page 18: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

2

baru pertahun (450.000 kasus baru/tahun) dari 22 negara dengan kasus

baru tertinggi. (WHO, 2011).

Jumlah pelaporan Kasus TB di seluruh daerah wilayah Indonesia

meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, angka penemuan kasus/

Case Detection Rate (CDR) TB Paru BTA positif meningkat dari 37% pada

tahun 2003 menjadi 54% di tahun 2004 dan meningkat pula pada tahun

2005 menjadi 68% sebagai hasil akselerasi Ekspansi DOTS (Directly

Observed Treatment Short-course). Dan Proporsi jumlah kasus

Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS pada tahun 2009

sebanyak 73,1% dan tahun 2011 meningkat menjadi 83,48% (Bagian

Data & Informasi KUKP-RI MDGs, 2011).

Angka prevalensi semua tipe Kasus TB, insidensi dan kasus baru

TB Paru BTA Positif dan kematian Kasus TB menunjukkan bahwa pada

tahun 2009 prevalensi semua tipe TB sebesar 244 per 100.000 penduduk

atau sekitar 565.614 kasus semua tipe TB, dan tahun 2011 meningkat

menjadi 289 per 100.000 penduduk. Insidensi semua tipe TB sebesar 228

per 100.000 penduduk atau sekitar 528.063, dan tahun 2011 menurun

menjadi 189 per 100.000 penduduk. Kasus semua tipe TB, Insidensi

Kasus baru TB BTA Positif sebesar 102 per 100.000 penduduk atau

sekitar 236.029 Kasus baru TB Paru BTA Positif sedangkan kematian TB

39 per 100.000 penduduk atau 250 orang per hari (Global Tuberculosis

Control, 2009, KUKP-RI MDGs, 2011).

Page 19: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

3

Melihat dari data tersebut, pengendalian program tuberkulosis di

Indonesai telah mencapai target MDGs pada tahun 2011 dengan 189

kasus per 100.000 penduduk. Tetapi proporsi kasus TB yang diobati dan

sembuh dalam program DOTS tahun 2009 91,0% menurun pada tahun

2011 menjadi 90,30% (KUKP-RI MDGs, 2011). Walaupun insidensi TB

mengalami penurunan tapi prevalensi TB masih mengalami peningkatan.

Hal ini berarti pengobatan TB memiliki jangka waktu yang lama. Penelitian

ini dimaksudkan untuk membantu pengobatan TB dengan mempercepat

masa konversi hasil pemeriksaan dahak penderita.

Kematian akibat TB merupakan 25% dari seluruh kematian yang

sebenarnya dapat dicegah dan diperkirakan 95% penderita TB berada di

Negara berkembang dimana 75 % dari penderita TB adalah kelompok

usia produktif (15 – 55 tahun) (Ahmad, 2004).

Tahun 2011 di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Kota Makassar terdapat 436 (9,57%) penderita TB BTA positif dan pada

tahun 2012 meningkat menjadi 472 (10,28%) penderita TB BTA positif

dengan rata-rata perbulannya 40 penderita TB BTA positif.

Meningkatnya angka kejadian TB mengakibatkan pemerintah dan

departemen terkait berusaha semaksimal mungkin mengaktifkan berbagai

macam cara dalam menanggulangi penyakit TB (Aditama, 2004). Salah

satu cara adalah dengan pemberian asupan gizi yang baik karena dengan

pemberian asupan gizi baik makro maupun mikronutrien sangat

membantu penyembuhan penderita TB. Bagian paru rumah sakit

Page 20: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

4

Pertamina Jakarta memaparkan contoh kasus pasien penyakit TB paru

yang dirawat di rumah sakit, menunjukkan perbaikan total setelah

mendapatkan pengobatan dan dukungan nutrisi enteral yang adekuat

tinggi protein, dan bebas laktosa (Mariono, 2003). Bagian Gastroentologi

FKUI RSCM memberikan asupan protein pada pasien penyakit kronis

yang berat dan pasien TB dengan malnutrisi dan berat badan rendah,

setelah 2 minggu ternyata terlihat adanya peningkatan indeks massa

tubuh (IMT) yang bermakna (p<0,05), penambahan berat badan dan juga

nitrogen balance yang positif (Simadibrata), 2002). Penelitian di Balai

Pengobatan Penyakit Paru Makassar pada 70 pasien rawat jalan TB

dengan malnutrisi yang dibagi dalam kelompok perlakuan (35) diberi diet

suplemen protein dan kelompok kontrol (35) tanpa diberi supplement

protein. Ternyata setelah 2 bulan menunjukkan perbedaan status gizi

yang bermakna (p<0,05) dimana kelompok perlakuan menunjukkan hasil

yang lebih baik (Taslim, 2004).

Pemberian obat Kategori I tahap intensif yaitu INH, Rifamfisin,

Pyrazinamide dan Etambutol (2 HRZE) bila diberikan secara tepat,

biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurung waktu 2

minggu. Sebagian besar penderita dengan BTA positif menjadi BTA

negative pada akhir pengobatan intensif selama 2 bulan. Pada penelitian

di Mumbay India, menemukan pada satu bulan pertama sesudah terapi

intensif dijumpai konversi BTA 52% dan hanya 71,3% BTA negative

setelah pengobatan selama dua bulan (Al-Moamary, 1999). Faktor yang

Page 21: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

5

mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah

karena gizi buruk, berat badan rendah sehingga daya tahan tubuh menjadi

rendah (Depkes RI, 2002).

Malnutrisi sering dijumpai pada penderita TB paru. Beberapa studi

dilaporkan bahwa pasien dengan TB Paru mengalami malnutrisi dan

menunjukkan penurunan protein viseral. Penelitian di Philipina pasien

MDR-TB rata-rata mempunyai body mass index (BMI) 19,2 setengah dari

mereka mengalami malnutrisi (BMI < 18,5) dan 33,3% mempunyai

malnutrisi berat. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan ada hubungan

yang signifikan antara malnutrisi dengan lamanya waktu sputum smear

conversion (P = 0,02) (Antonios, 2007 dalam Ida Leida, 2012). Pada

kasus MDR-TB, konsumsi makanan penderita MDR-TB tidak mencukupi

kebutuhan yang seharusnya, dengan tak terpenuhinya kecukupan asupan

makan yang terstandar maka akan mempengaruhi status gizi, hal ini

dibuktikan penderita MDR-TB lebih banyak dengan status gizi kurang

(29,3%) dibandingkan dengan status gizi baik (9,8%) (Ida Leida, 2012).

Penelitian Karyadi (2002) dilakukan pada 80 pasien TB

menununjukan effek positif pada pemberian 5000 UI vitamin A dan 15 mg

Zn selama 6 bulan. Penderita TB paru dengan status gizi yang rendah

(IMT 17-18,5) memiliki risiko gagal konversi 8,861 kali lebih besar

dibandingkan dengan status gizi normal (IMT 18,5-25,0) sedangkan

pasien TB paru dengan status gizi kurus (IMT <17) memiliki risiko 30,918

kali lebih besar mengalami gagal konversi dibandingkan dengan status

Page 22: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

6

gizi normal. Hal ini diakibatkan karena respon imunitas tubuh dalam

melawan infeksi TB hanya 10% yang dapat berkembang menjadi TB aktif

akibat sistim tidak melakukan replikasi kekebalan imunitas tubuhnya

(Subagyo dkk, 2006 dan Ahmad, 2011). Penurunan imunitas ini salah

satunya diakibatkan karena kurangnya asupan mikronutrien dalam tubuh.

Peranan mikronutrient sangat berpengaruh terhadap kejadian

penyakit infeksi seperti TB karena dengan terjadinya defisiensi zat

mikronutrient secara signifikan terjadi penurunan status imunitas sehingga

menurunkan kapasitas untuk mengontrol adanya infeksi (Means RT, 1999

dalam Ida Leida, 2012). Penelitian Van Crevel pada tahun 2002

menemukan bahwa penderita TB sering mengalami penurunan berat

badan yang parah, gejala yang dianggap imunosupresif dan penentu

utama keparahan penyakit.

Defisiensi mikronutrien telah dilaporkan pada penderita

tuberkulosis, termasuk juga mereka yang dengan koinfeksi HIV. Penelitian

penelitian secara cross sectional mengindikasikan defisiensi vitamin A,

thiamin, vitamin B6, folat dan vitamin E sering terjadi pada penderita TB

aktif. Defisiensi vitamin A, vitamin E, thiamin, riboflavin, vitamin B6 dan

vitamin C lebih umum terjadi penderita TB dengan HIV. Defisiensi

mikronutrien dan status gizi umum yang jelek pada penderita TB aktif

dapat menekan system imun cell-mediated yang merupakan pertahanan

utama host untuk melawan bakteri Mycobacterium (Cegielski, 2004). Hasil

penelitian yang dilakukan Ida Leida (2012) pada pasien TB dengan

Page 23: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

7

resisten menununjukkan ada hubungan yang signifikan (OR = 4,1) antara

kandungan mikronutrien yang tak normal dengan kejadian TB dengan

resisten.

Untuk mempercepat konversi sputum BTA, penderita TB diberi

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek program DOTS yang berefek

bakterisid dengan cara mencegah kekambuhan dalam 2 bulan setelah

pengobatan dengan kegiatan sterilisasi, menghilangkan atau mengurangi

gejala dan lesi melalui perbaikan kekebalan tubuh. Virgin Coconut Oil

(VCO), adalah salah satu bahan makanan yang mengandung proporsi

asam lemak jenuh rantai sedang dengan berbagai kandungan aktif, yang

memberikan asupan lemak jenuh rantai sedang serta dapat membantu

membunuh kuman bakteri dan virus, tetapi tidak membahayakan karena

bersahabat dengan bacteri flora dalam usus, serta dapat mencegah

resistensi antibiotic (Fife, 2004)

Bahan anti mikroba dalam VCO yang paling aktif adalah asam

laurat specific dalam bentuk Monolaurin. Medium Chaun Fatty Acid

(MCFA) yang terkandung dalam VCO dapat merusak dinding lipid kuman

TB, sehingga melemahkan membrane dan bahkan terjadi disintegrasi

membrane sehingga menumpahkan isinya dan membunuh

mikroorganisme tersebut tanpa menyebabkan kerusakan terhadap

jaringan tubuh manusia. Efek anticeptive VCO disebabkan karena

mengandung Glycerol Monolaurat (monolaurin) yang merupakan asam

laurat spesifik yang berfungsi sama dengan asam urat yang dapat

Page 24: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

8

membunuh kuman TB (Fife, 2004). Manfaat lain dari VCO adalah dapat

memperbaiki nafsu makan dan menambah berat badan pada penderita

infeksi pernafasan kronik dengan kaheksia (Ashitani dkk, 2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami tertarik untuk

melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian VCO

terhadap peningkatan konversi sputum BTA dan status gizi pada

penderita TB Paru.

A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada

pengaruh intervensi Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap peningkatan

konversi dan status gizi penderita TB di Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat (BBKPM) Makassar tahun 2013

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh intervensi (pemberian) VCO

terhadap peningkatan konversi dan status gizi penderita TB di Balai

Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rata-rata peningkatan konversi dan status gizi

penderita TB yang mendapat DOTS.

Page 25: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

9

b. Untuk mengetahui rata-rata peningkatan konversi dan status gizi

penderita TB yang mendapat DOTS+VCO.

c. Untuk membandingkan peningkatan konversi dan status gizi

penderita TB yang mendapat DOTS dengan penderita yang

mendapatkan pengobatan DOTS+VCO.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber kajian

pustaka ilmiah khususnya untuk penanggulangan pengobatan

penderita TB paru dengan inovasi pengobatan untuk mempercepat

kesembuhan.

2. Manfaat Institusi

Sebagai sumber informasi bagi Kepala Dinas Kesehatan Kota

Makassar, khususnya pengelola atau pemegang program TB agar

lebih berhasil dimasa akan datang dan sebagai salah satu bahan

informasi bagi pihak yang terkait dalam penanggulangan penyakit

tuberkulosis guna proses perencanaan dan evaluasi dalam

penanggulangan TB, sehingga dapat merumuskan langkah-langkah

perbaikan dimasa mendatang.

3. Manfaat bagi Peneliti

Khusus bagi peniliti, sebagai penerapan ilmu yang telah

dipelajari dan merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam

Page 26: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

10

kegiatan-kegiatan penelitian sehingga dapat memperluas wawasan

dan menambah pengetahuan penerapan keilmuwan di lapangan.

4. Manfaat untuk Masyarakat

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

masyarakat tentang pengobatan TB-paru sehingga tingkat

kesembuhan penyakit TB paru menjadi lebih baik.

Page 27: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjau Umum Tentang TB

1. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman

TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

2. Epidemiologi TB

WHO menyatakan bahwa dari sekitar 1,9 milyar manusia,

sepertiga penduduk dunia ini telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis.

Pada tahun 1993 WHO juga menyatakan bahwa TB sebagai

reemerging disease. Angka penderita TB paru di negara berkembang

cukup tinggi, di Asia jumlah penderita TB paru berkisar 110 orang

penderita baru per 100.000 penduduk.

Survei prevalensi TB telah dilaksanakan pada beberapa negara.

Per 100.000 penduduk pada tahun 1995 di Korea terdapat 70 BTA

(Basil Tahan Asam) positif dan tahun 1997 di Philipina terdapat 310

BTA positif per 100.000. Survei di Cina tahun 2000 ditemukan 122 BTA

positif dan tahun 2001 di Ethiopia ditemukan 189 BTA positif per

100.000 penduduk (WHO dalam Depkes RI, 2005).

Page 28: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

12

Hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan

bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara nasional 110 per

100.000 penduduk. Secara regional prevalensi TB BTA positif di

Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1. wilayah Sumatera

angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk, 2. wilayah

Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk,

3. wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per

100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka

prevalensi TB adalah 68 per 100.000 penduduk. Berdasar pada hasil

survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA

positif secara Nasional 3 - 4 % setiap tahunnya. Menurut data survey

tuberkulosis nasional 2004, setiap 2,5 menit akan muncul satu

penderita tuberkulosis baru di Indonesia (Achmadi 2004).

3. Penyebab TB

Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), pertama kali

ditemukan oleh Robert Kohc pada tahun 1882. Sebagian besar kuman

TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya

(Depkes RI, 2007).

Kuman TB berbentuk batang berwarna merah dengan ukuran

panjang sekitar 4 mikron dan tebalnya 0.3–0.6 mikron. Kuman TB

tersebut mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap penghilangan

warna dengan asam dan alkohol pewarnaan. Oleh karena itu disebut

Page 29: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

13

pula dengan Basil Tahan Asam (BTA). Kuman akan tumbuh optimal

pada suhu 37oC dengan Ph 6.4–7 (Adiatma, 2006).

Kuman ini cepat mati sekitar 5 menit dengan sinar matahari

langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang

lembab dan gelap. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat

dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan

menjadikan tuberkulosis aktif lagi.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis antara lain :

a) Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan

diturunkan secara genetik.

b) Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka

kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.

c) Usia: Pada masa bayi kemugkinan terinfeksi sangat tinggi

d) Pada masa puber dan remaja dimana pertumbuhan yang cepat,

kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diet yang tidak adekuat.

e) Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau Penyakit,

kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).

f) Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi Inflamasi

dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.

g) Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi

lebih mudah.

h) Nutrisi ; status nutrisi kurang

Page 30: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

14

i) Infeksi berulang : HIV, Measles, Pertusis.

j) Tidak mematuhi aturan pengobatan.

4. Cara Penularan

Sumber penularan penyakit TB paru adalah pasien TB BTA

POSITIF. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman

ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk

dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Umumnya penularan dapat

terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu

yang lama dan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan

yang gelap dan lembab Sekali seorang terinfeksi kuman TB, risiko

berkembang menjadi klinis TB adalah 10% dimana kebanyakan Ya 50–

70% menampakkan gejala dalam waktu 2 tahun sejak terinfeksi

(Depkes RI, 2007).

Data dari penelitian Rungiigu dalam Enarson (1996) menyatakan

Percikan dahak yang mengandung kuman TB dapat bertahan beberapa

jam pada suhu kamar, terhirup oleh orang sehat sewaktu bernafas,

selanjutnya akan berkembang biak dalam jaringan paru-paru,

kemungkinan pula akan masuk pada jaringan tubuh lainnya melalui

pembuluh darah, saluran limfe atau penyebaran langsung ke tubuh

lainnya. Risiko tertular tergantung dari tingkat pejanan dengan percikan

dahak. Penderita TB Paru dengan BTA positif memberikan

kemungkinan risiko penularan lebih besar dari penderita TB Paru BTA

negatif. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi Tuberkulin

Page 31: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

15

negatif menjadi Positif. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan

menjadi sakit TB. Faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi

penderita TB adalah daya tahan tubuh terhadap kuman TB rendah,

adanya infeksi HIV/AIDS dan gizi buruk (Depkes RI, 2007).

5. Riwayat Terjadinya Tuberkulosis

a. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi pada saat soseorang terpapar pertama

kali dengan kuman TB, droplet yang terhirup sangat kecil

ukurannya, sehingga dapat melewati sistim pertahanan mukosiler

bronkus dan terus berjalan sehingga sampai dialveolus dan

menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil

berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru yang

mengakibatkan peradangan didalam paru. Saluran limfe akan

membawa kuman TB ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan ini

disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi

sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4–6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi

tuberkulin dari negatif menjadi positif.

b. Tuberkulosis Pasca Primer

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

bulan atau setahun setelah infeksi primer, misalnya karena daya

tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau staus gizi buruk. Ciri

Page 32: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

16

khasnya yaitu kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitasi

atau efusi pleura.

6. Penemuan Penderita

a. Penemuan Penderita Pada Orang Dewasa

Penemuan kasus adalah komponen yang sangat penting

dalam pemberantasan penyakit tuberkulosis paru dan hampir

semua penyakit menular lainnya. Penemuan Ya merupakan langkah

pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan

dan penyembuhan penderita TB secara bermakna akan dapat

menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di

masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan TB

yang paling efektif di masyarakat. Pada program penanggulangan

dan pemberantasan TB Paru di Indonesia dengan strategi DOTS,

angka kesembuhan sudah cukup meningkat namun angka

penemuan masih sangat rendah (Info Gerdunas, 2005). Penemuan

penderita Tuberculosis pada orang dewasa dilaksanakan secara

pasif dengan promosi aktif, artinya penjaringan penderita tersangka

TB Paru yang dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung

ke Unit Pelayanan Kesehatan. Kegiatan ini harus didukung dengan

penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun oleh

masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan.

Page 33: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

17

b. Penemuan Penderita Pada Anak

Penemuan penderita pada anak sebagian besar didasarkan

pada gambaran klinis, foto rontgen dan uji tuberkulin. Pada anak-

anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak

pada anak biasanya sangat sulit karena pada anak-anak jarang

batuk berdahak dan merka belum dapat mengeluarkan dahak dari

mulut (Depkes RI, 2007).

7. Mycobacterium Tuberculosis

Kuman tuberkulosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 µ x 0,2-

0,5µm, dengan bentuk uniform, tidak berspora dan tidak bersimpai.

Dinding sel mengandung lipid sehingga memerlukan pewarnaan

khusus agar dapat terjadi penetrasi zat warna. Yang lazim digunakan

adalah pengecatan Ziehl-Nielsen. Kandungan lipid pada dinding sel

menyebabkan kuman TB sangat tahan terhadap asam basa dan tahan

terhadap kerja bakterisidal antibiotika.

M.Tuberculosis mengandung beberapa antigen dan determinan

antigenik yang dimiliki mikobakterium lain sehingga dapat menimbulkan

reaksi silang. Sebagian besar antigen kuman terdapat pada dinding sel

yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Kuman

TB tumbuh secara obligat aerob. Energi diperoleh dari oksidasi

senyawa karbon yang sederhana. CO2 dapat merangsang

pertumbuhan. Dapat tumbuh dengan suhu 30-400C dan suhu optimum

Page 34: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

18

37-380C. Kuman akan mati pada suhu 600C selama 15-20 menit.

Pengurangan oksigen dapat menurunkan metabolisme kuman.

8. Penegakan Diagnosis TB

Penegakan diagnosis penyakit TB Paru didasarkan pada :

a. Gejala Klinis

Gejala utama penderita TB Paru adalah :

1) Batuk berdahak selama 2–3 minggu atau lebih

2) Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak

bercampur darah, sesak napas dan rasa nyeri pada dada

3) Badan lemas, nafsu makan menurun, rasa kurang enak badan

(malaise)

4) Berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam,

meriang lebih dari satu bulan.

b. Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakan diagnosis,

menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi

penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis

dilakukan dengan mengumpulkan 3 (tiga) spesimen dahak yang

dikumpulkan dalam 2 (dua) hari kunjungan berurutan berupa

Sewaktu–Pagi–Sewaktu (SPS).

S (Sewaktu) :Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek

Page 35: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

19

atau tersangka TB membawa sebuah pot dahak untuk

mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

P (Pagi) : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,

segera bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan

sendiri kepada petugas di Unit Pelayanan Kesehatan

(UPK).

S (Sewaktu) : Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat

menyerahkan dahak pagi.

Pemeriksaan dahak dengan mikroskopis merupakan

pemeriksaan yang paling sederhana, mudah dan murah, dimana

setiap Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dapat

melaksanakannya. Hasil pemeriksaan sangat spesifik dan sensitive.

Dahak yang baik untuk diperiksa adalah dahak mukopurulen (nanah

berwarna hijau kekuning-kuningan) jumlahnya 3–5 ml tiap

pengambilan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3

spesimen SPS BTA hasil positif ; Bila hanya satu dari hasil

pemeriksaan SPS positif maka pemeriksaan lanjut dengan foto

rontgen dada, apabila hasil rontgen mendukung TB maka penderita

di diagnosis TB Paru BTA (+) ; Hasil rontgen tidak mendukung maka

di diagnosis bukan penderita TBC

Page 36: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

20

c. Pemeriksaan Radiologis (Foto Rontgen)

Pemeriksaan rontgen ini membantu penegakan diagnosis TB,

bila 3 kali pemeriksaan dahak BTA hanya 1 negatif atau semuanya

negatif sedangkan secara klinis mendukung sebagai TB, maka

perlu pemeriksaan rontgen. Foto rontgen tidak selalu memberikan

gambaran yang khas pada TB paru dan belum merupakan

diagnosa pasti.

9. Klasifikasi Penyakit TB

Menurut Depkes RI pada panduan Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 cetakan pertama tahun 2007,

bahwa klasifikasi penyakit Tuberkulosis perlu ditentukan sebelum

pengobatan untuk menetapkan obat anti tuberkulosis.

a. Klasifikasi Berdasarkan Organ Tubuh yang Terkena

1) Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan

kelenjar pada hilus.

2) Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,

misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung dan lain-lain.

b. Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak secara

Mikroskopis

1) Tuberkulosis Paru BTA positif yaitu :

Page 37: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

21

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya

BTA positif.

b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen

dada menunjukan gambaran tuberkulosis.

c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan

kuman

2) Tuberkulosis Paru BTA negatif yaitu :

a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif .

b) Foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.

c) TB Paru BTA negatif dan rontgen positif dibagi berdasarkan

tingkat keparahan penyakitnya yaitu berat ringanya. Berat jika

gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran

kerusakan paru yang luas dan keadaan umum penderita

buruk.

c. Klasifikasi berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya (Tipe

Penderita).

1) Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan Obat

Anti Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT

kurang dari 1 bulan (4 minggu).

2) Kambuh (Relaps) adalah penderita Tuberkulosis yang

sebelumnya pernah mendapat pengobatan Tuberkulosis dan

telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, di diagnosis

kembali BTA positif .

Page 38: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

22

3) Setelah Putus Berobat (Default/Drop out) adalah penderita yang

telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif .

4) Setelah Gagal (Failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan

dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan

kelima atau lebih selama pengobatan.

5) Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang dipindahkan dari

UPK yang memiliki register TBC lain untuk melanjutkan

pengobatannya.

6) Lain adalah semua Ya yang tidak memenuhi ketentuan di atas,

termasuk dalam kelompok ini adalah Ya kronik yaitu penderita

yang masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang

dengan kategori 2.

10. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman TB

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.

Bahan untuk pemeriksaan bakteriologis ini dapat berasal dari dahak,

cairan pleura, bilasan bronkus, liquor cerebrospinal, bilasan

lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi.

b. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas

indikasi seperti foto apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis

Page 39: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

23

memberikan gambaran bermacam-macam pada foto toraks.

Gambaran radiologis yang ditemukan dapat berupa:

1) Bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus

bawah

2) Bayangan berawan atau berbercak

3) Adanya kavitas tunggal atau ganda

4) Bayangan bercak milier

5) Bayangan efusi pleura, umumnya unilateral

6) Destroyed lobe sampai destroyed lung

7) Kalsifikasi

8) Schwarte.

c. Pemeriksaan Khusus

Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang

dapat mendeteksi kuman TB seperti :

1) BACTEC: dengan metode radiometrik, dimana CO2 yang

dihasilkan dari metabolisme asam lemak M.tuberculosis dideteksi

growth indexnya.

2) Polymerase chain reaction (PCR) dengan cara mendeteksi DNA

dari M.tuberculosis, hanya saja masalah teknik dalam

pemeriksaan ini adalah kemungkinan kontaminasi.

3) Pemeriksaan serologi : seperti ELISA, ICT dan Mycodot

Page 40: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

24

d. Pemeriksaan Penunjang Lain :

Seperti analisa cairan pleura dan histopatologi jaringan,

pemeriksaan darah dimana LED biasanya meningkat, tetapi tidak

dapat digunakan sebagai indikator yang spesifik pada TB. Di

Indonesia dengan prevalensi yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat

bantu diagnosis penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini

mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau kepositifan

yang didapat besar sekali.

11. Pengecatan dan Pembacaan Sediaan

a. Pewarnaan sediaan dengan metode Ziehl – Nielsen

Bahan – bahan yang diperlukan :

1) Botol gelas berwarna coklat berisi larutan Carbol Fuchsin 0,3%

2) Botol gelas berwarna coklat berisi akohol (HCl-Alcohol 3%)

3) Botol coklat berisi larutan Merhylen Blue 0,3%

4) Rak untuk pengecatan slide

5) Baskom untuk ditempatkan di bawah rak

6) Corong dengan kertas filter

7) Pipet

8) Pinset

9) Api spiritus

10) Air yang mengalir berupa air ledeng atau botol berpipet berisi

air.

11) Beberapa rak cadangan

Page 41: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

25

Perwarnaan sediaan yang telah difiksasi, maksimum 12 slide.

Antar sediaan harus ada jarak untuk mencegah terjadinya

kontaminasi antar sediaan.

b. Cara Pewarnaan

1) Letakkan sediaan dahak yang telah difiksasi pada rak dengan

hapusan dahak menghadap ke atas.

2) Teteskan larutan Carbol Fuchsin 0,3% pada hapusan dahak

sampai menutupi seluruh permukaan sediaan dahak.

3) Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama

3 – 5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau kering. Apabila

mendidih atau kering maka Carbol Fuchsin akan terbentuk

kristal (partikel kecil) yang dapat terlihat seperti kuman TB

4) Singkirkan api spiritus, diamkan sediaan selama 5 menit.

5) Bilas sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat warna yang

bebas terbuang.

6) Teteskan sediaan dengan asam alkohol (HCl Alcohol 3%)

sampai warna merah Fuchsin hilang

7) Bilas dengan air mengalir pelan

8) Teteskan larutan Methylen Blue 0,3% pada sediaan sampai

menutupi seluruh permukaan

9) Diamkan 10 – 20 detik

Page 42: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

26

10) Bilas dengan air mengalir pelan. Keringkan sediaan di atas rak

pengering di udara terbuka (jangan dibawah sinar matahari

langsung)

c. Pembacaan BTA

Hasil pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(Internasional Union Against Tuberculosis) sesuai rekomendasi

WHO.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengobatan TB

Program pengobatan TB paru dalam pemberantasan TB adalah

dengan menggunakan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Di

Indonesia panduan OAT yang disediakan oleh program ada 3 yaitu

kategori -1 , kategori -2, dan kategori -3 dan sisipan (HRZE). Setiap

kategori pengobatan terdiri dari atas dua tahap pemberian yaitu fase awal

intensif dan fase lanjutan anerkala. Pada fase awal pasien minum obat

setiap hari dengan pengawasan penuh dan pada fase intermiten pasien

minum obat 3 kali seminggu.

Penemuan obat dengan sediaan Fixed Dose Combination (FDC)

adalah obat yang dibuat dengan mengkombinasikan beberapa jenis obat

dalam satu sediaan tablet yang dapat disesuaiakan dosisnya

berdasarakan berat badan. Dengan kemajuan teknologi dibidang

farmakologi tampaknya memungkinkan untuk mengkombinasikan

Page 43: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

27

beberapa jenis obat dalam satu sediaan yang tidak mengganggu

biovabilitas obat. Dengan demikian kualitas obat dapat terjamin dan

pemantauan dapat dilaksanakan secara berkala.

Beberapa keuntungan dari penggunaan OAT FDC untuk pengobatan

tuberkulosis adalah :

1. Mudahnya pemberiannya

Satu tablet sudah mengandung beberapa jenis obat yang dibutuhkan.

Dengan demikian dapat mencegah pengobatan TBC dengan obat

tunggal (mencegah terjadinya kekebalan obat).

2. Mudah untuk penderita

Memudahkan pasien untuk dapat minum obat secara rutin dan

mencegah ketidakkaruan minum obat.

3. Mudah menyesuaikan dosis obat dengan berat badan penderita

4. Mudah pengelolaan obat pada semua tingkat pelaksana karena hanya

beberapa jenis tablet sudah cocok untuk semua kategori.

5. Mudah pembiayaannya

Harga relatif murah dibandingkan dengan tablet yang mengandung

satu jenis obat seperti kombivak. Berdasarkan hal tersebut maka

memungkinkan untuk dapat meningkatkan akselerasi program

penanggulangan TBC dengan strategi DOTS.

Terdapat 2 jenis tablet FDC yang digunakan di Indonesia yaitu :

1. Tablet yang mengandung 4 macam obat yang dikenal sebagai tablet 4

FDC.

Page 44: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

28

Tiap tablet mengandung :

a. 75 mg isoniasid (INH)

b. 150 mg rifampisin

c. 400 mg Pirazinamid

d. 275 Etambutol

Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif

dan untuk sisipan. Jumlah tablet yang digunakan disesuaikan dengan

berat badan penderita.

2. Tablet yang mengandung 2 macam obat yang dikenal sebagai 2 tablet

FDC.

Setiap tablet mengandung :

a. 150 mg Isoniasid (INH)

b. 150 mg Rifampisin

Tablet ini digunakan untuk pengobatan Intermitten 3 kali seminggu

dalam tahap lanjutan , jumlah tablet yang digunakan disesuaikan

dengan berat badan penderita.

Disamping itu, tersedia obat lain untuk melengkapi panduan obat

kategori 2 yaitu :

a. Tablet Etambutol @ 400 mg

b. Streptomisin Injeksi, vial @ 750 mg

c. Aquabidest.

Page 45: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

29

1. Tujuan pengobatan TB dengan OAT

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan penderita,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai

penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat

Anti Tuberkulosis (OAT).

Pengobatan terhadap penderita Tuberkulosis dilakukan dengan

prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat

dalam jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori

pengobatan.

b. Untuk menjamin kepatuhan penderita minum obat, dilakukan

pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan

lanjutan.

Tahap Intensif yaitu penderita mendapat obat setiap hari dan

perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi

obat. Jika pengobatan intensif diberikan secara tepat, biasanya

penderita menular menjadi tidak menular dalam kurung waktu dua

minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) .

Tahap Lanjutan yaitu penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Pada tahap ini penting

untuk membunuh kuman sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Page 46: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

30

Panduan Obat Anti Tuberkulosis dengan Strategi DOTS yang

digunakan di Indonesia dibagi dalam 3 kategori yaitu :

a. Kategori 1 (2HRZE / 4H3R3)

Obat ini diberikan untuk penderita :

1) Penderita baru TB Paru BTA positif

2) Pasien TB Paru BTA (-) rontgen positif yang sakit berat

3) Pasien TB Ekstra paru berat

Pada tahap intensif obat ini terdiri dari Isoniasid (@ 300 mgr),

Rifampisin (@ 450 mgr), Pirasinamid (@ 500 mgr) dan Etambutol

(@ 250 mgr) diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian

dilanjutkan dengan tahap. lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (@

300 mgr), Rifampisin (@ 450 mgr) selama 4 bulan.

b. Kategori 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)

Obat ini diberikan untuk penderita :

1) Penderita Kambuh

2) Penderita Gagal

3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai

Pada tahap intensif obat ini terdiri dari Isoniasid (@ 300 mgr),

Rifampisin (@ 450 mgr), Pirasinamid (@ 500 mgr) dan

Etambutol (@ 250 mgr & @ 400 mgr) serta Streptomisin Injeksi

diberikan setiap selama 3 bulan terdiri dari 2 bulan diberikan

HRZE dan suntikan Streptomisin setiap hari dan 1 bulan

diberikan HRZE. Kemudian dilanjutkan dengan tahap. lanjutan

Page 47: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

31

yang terdiri dari Isoniasid (@ 300 mgr), Rifampisin (@ 450 mgr)

Etambutol (@ 250 mgr & @ 400 mgr) selama 4 bulan.

c. OAT Sisipan (HRZE)

Pada tahap intensif obat ini terdiri dari Isoniasid (@ 300 mgr),

Rifampisin (@ 450 mgr), Pirasinamid (@ 500 mgr) dan Etambutol

(@ 250 mgr) diberikan setiap hari selama 1 bulan

2. Jenis dan Dosis OAT.

a. Soniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90%

populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini

sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu

kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5

mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant

(persister) yang tidak dapat dibunuh oleh lsoniasid. Dosis 10 mg/kg

BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3

kali seminggu.

c. Pirasinamid (Z)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel

dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB,

Page 48: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

32

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan

dengan dosis 35 mg/kg BB.

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan

dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75

gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50

gr/hari.

e. Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15

mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

digunakan dosis 30 mg/kg BB.

3. Prinsip Pengobatan TB Paru

Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis,

dalam jumlah yang cukup dan dosis tepat selama 6 – 8 bulan, supaya

semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh.

Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis

tunggal pada saat perut kosong. Apabila panduan obat yang digunakan

tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TB

akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Pengobatan

dilakukan dengan pengawasan langsung (DOTS = Directly Observed

Treatment) oleh seorang pengawas menelan minum obat (PMO), untuk

menjamin kepatuhan penderita menelan obat.

Page 49: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

33

Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap, tahap intensif dan

lanjutan.

a. Tahap Intensif :

Pada tahap awal (intensif) penderita mendapat obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap

Rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2

minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA

negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat

dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya

kekebalan obat.

b. Tahap Lanjutan :

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat dalam jangka waktu

yang lebih lama dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah

terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh

kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan.

C. Tinjauan Umum Tentang VCO

Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak

kelapa dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar yaitu virgin coconut

oil (VCO) dan minyak kelapa yang diperoleh dari kopra yaitu RBD.CNO.

Page 50: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

34

Proses pembuatan minyak kelapa yang berasal dari daging buah kelapa

segar dikenal dengan proses basah (wet process). Sedangkan pembuatan

minyak kelapa yang berasal dari kopra dikenal dengan proses kering (dry

process). (Suhardiyono,L. 1995).

Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke

dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam laurtanya paling

besar dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat

kejenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iodin (iodine value),

maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying

oils, karena bilangan iod minyak tersebut antara 7,5 – 10,5. (Ketaren,S.

1986).

Virgin Coconut Oil merupakan minyak yang berasal dari pengolahan

buah kelapa segar yang diolah pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Selain

itu tanpa proses pemutihan dan hidrogenasi sehingga menghasilkan

minyak murni. Proses tersebut membuat minyak ini dikenal dengan

sebutan minyak kelapa murni (virgin coconut oil) atau ada yang

menamainya dengan sebutan minyak dara. Virgin coconut oil mempunyai

sifat tahan terhadap panas, cahaya, oksigen, dan proses degradasi. Sifat

itu membuat VCO dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. (Zainal

Ghani. 2006, Sutarmi, Rozaline, 2006 dan Nur, 2008, dan Marina, dkk,

2009).

Minyak kelapa murni tidak mengandung kolesterol, namun kaya

akan senyawa asam laurat. Berbeda dengan minyak goreng biasa,

Page 51: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

35

pengolahan secara fermentasi membuat kandungan vitamin E, asam

laurat, serta enzim lain pada buah kelapa tetap utuh meski telah diolah

menjadi minyak. Sifat asam lemak ini mirip dengan asam lemak yang

terdapat dalam air susu ibu yang mampu memberikan ketahanan tubuh

dan berefek membunuh virus. Minyak kelapa murni memiliki warna bening

seperti air, hal ini disebabkan ketika proses fermentasi/pemanasan,

dilakukan juga proses penyaringan dan penjernihan dengan

menggunakan zeolit. Zat ini akan menyerap kotoran dan membuat warna

minyak bening. (www.geocities.com dalam lucky, 2008).

Minyak kelapa komersial (RBD) dibuat dari kopra. Kopra merupakan

daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra dibuat dengan pemanasan

matahari maupun pembakaran dengan suhu tinggi mencapai 200o C. Hasil

ekstraksi dari kopra merupakan minyak mentah. Jika belum dimurnikan,

hasil ekstraknya tidak layak dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh

pengeringan kopra tidak memperhatikan sanitasi. Kebanyakan kopra

dikeringkan dibawah sinar matahari pada udara terbuka serta

terkontaminasi serangga dan pengotor. Produk akhir standar yang terbuat

dari kopra adalah minyak kelapa RBD yang diperoleh dengan pemurnian,

pemutihan, dan penghilangan aroma. Ketiga metode tersebut

menggunakan bahan kimia (pelarut ekstraksi, katalisator) dan pemanasan

tinggi. Proses tersebut mengakibatkan sebagian kecil kandungan minyak

hilang. Telah dilaporkan bahwa VCO mampu meningkatkan aktivitas

enzim antioksidan dan mengurangi tingkat peroksida lipid dan juga

Page 52: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

36

memiliki anti NINCDS aktivitas lebih dibandingkan dengan minyak kopra

(Nevin, dkk 2008).

Minyak kelapa komersial juga sering terjadi hidrogenasi. Minyak

terhidrogenasi mengandung lemak trans dan dapat meningkatkan serum

kolesterol yang terkontribusi pada penyakit jantung. Sementara minyak

kelapa murni (VCO) tidak mengalami proses pemurnian dan tidak

mengandung lemak trans. (Sutarmi,S. 2006).

1. Definisi

Minyak kelapa murni (VCO) berbeda dengan minyak kelapa

biasa. Minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) adalah

minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar tanpa melalui

penambahan bahan kimia ataupun proses yang melibatkan panas yang

tinggi (Timoti, 2005). Selain itu, juga tidak melalui tahap pemurnian,

pemucatan dan penghilang aroma (Sutarmi dan Rozaline, H, 2006).

Minyak kelapa murni juga memiliki warna dan rasa yang berbeda dari

minyak kelapa biasa (Timoti, 2005). Berdasarkan defenisi CODEX

Alimentarius, VCO adalah minyak dan lemak makan yang dihasilkan

tanpa mengubah minyak. Jadi, minyak yang diperoleh hanya dengan

perlakuan mekanis dan pemanasan minimal. Karena tidak melalui

pemanasan yang tinggi, vitamin E dan enzim-enzim yang terkandung di

dalamnya dapat dipertahankan (Nuralamsyah, 2005).

Page 53: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

37

2. Kandungan VCO

Secara kimiawi minyak kelapa terbentuk dari rantai karbon,

hidrogen dan oksigen yang disebut asam lemak. Asam lemak digabung

oleh satu molekul gliserol membentuk gliserida. Gliserida yang terdapat

pada minyak dan lemak adalah trigliserida (lipida). Diperlukan tiga

molekul asam lemak yang dikombinasi dengan satu molekul trigliserida

(Kuncoro dan Maloedyn, 2005).

a) Asam Lemak

Minyak kelapa murni (VCO) mempunyai asam lemak yang

tidak terhidrogenasi seperti minyak kelapa biasa. Hal ini

disebabkan karena VCO banyak mengandung asam lemak rantai

sedang (Medium Chain Fatty Acid/MCFA). MCFA mempunyai sifat

mudah diserap sampai ke mitokondria sehingga dapat

meningkatkan metabolisme tubuh (Timoti, 2005). Setelah

dikonsumsi, setibanya di dalam saluran cerna, dinding usus

langsung menyerapnya tanpa harus melalui proses hidrolisa dan

enzimatika, kemudian langsung masuk ke dalam aliran darah dan

langsung dibawa ke dalam organ hati untuk dimetabolisir. Di dalam

hati, minyak kelapa murni diproses untuk memproduksi energi saja

dan digunakan untuk meningkatkan fungsi semua kelenjar

endokrin, organ dan jaringan tubuh (Budiarso, 2009). MCFA yang

paling banyak terkandung dalam VCO adalah asam laurat (lauric

acid) (Timoti, 2005).

Page 54: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

38

Asam lemak yang terkandung dalam VCO memiliki berbagai

komposisi yang terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak

jenuh dengan persentase yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya,

secara umum dapat kita lihat komposisi asam lemak VCO pada

tabel berikut (Timoti, 2005 dan Nuralamsyah, 2005).

Tabel 1. Kandungan Asam Lemak dalam VCO

b) Polifenol

T J Rajamohan dari University of Kerala, India membuktikan

jumlah polifenol pada VCO lebih tinggi dibandingkan minyak

kacang maupun minyak kelapa biasa. Dibandingkan minyak

kacang yang nilai polifenolnya 45 mg/dl dan kopra 65 mg/ dl, nilai

polifenol VCO 80 mg/dl. Dengan antioksidan tinggi itu kemampuan

menghambat pembentukan karbonil protein LDL penyumbat

saluran jantung juga meningkat. Persentasenya mencapai 90%

Page 55: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

39

pada VCO, sedangkan minyak kelapa 80%, dan minyak minyak

kacang 60% (Vina, 2013).

Menurut Dr Ir M. Ahkam Subroto, M. App. Sc., ahli peneliti

utama Pusat Penelitian Bioteknologi, kandungan antioksidan dalam

minyak kelapa murni berupa vitamin E dan polifenol. Jumlahnya

sangat bervariasi. Dalam 100 g VCO kualitas premium terdapat 0,1

mg vitamin E dan 80 mg polifenol. Vitamin E dan polifenol

meningkatkan kandungan dan aktivitas enzim-enzim antioksidan

dalam tubuh. Efeknya mencegah terjadinya peroksidasi dari lipida

dan menurunkan kadar lipida dalam plasma darah dan jaringan,

serta oksidasi LDL oleh oksidan fisiologis (Nevin dkk, 2004 dan

Nevin dkk, 2006).

3. Manfaat VCO

VCO mampu mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes

mellitus, jantung, kegemukan dan kolesterol. Diabetes mellitus di

Indonesia dikenal dengan nama kencing manis. Kencing manis adalah

glikosuria (glukosa dalam urin) karena menumpuknya glukosa dalam

darah sehingga dikelurakan bersama urin. Dalam kondisi ini produksi

insulin atau enzim menurun sehingga metabolisme terganggu. Hal ini

menyebabkan glukosa tidak bisa masuk kedalam sel-sel sehingga

konsentrasi glukosa darah meningkat. Timbunan glukosa tersebut

tidak dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi dan akhirnya

dibuang bersama urin (Afriadi, 2010 dan Garfinkel et al., 2009).

Page 56: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

40

Insulin berfungsi mengubah glukosa menjadi energi sel dengan

cara mentransfer glukosa ke darah dalam sel-sel yang membutuhkan.

Selain itu insulin juga mengubah glukosa menjadi energi cadangan

(glikogen dan lemak). Kandungan MCFA (medium chain fatty acid)

dalam VCO mampu merangsang produksi insulin yaitu hormon

pengangkut zat gula ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu VCO juga dapat

menembus dinding usus tanpa bantuan enzim sehingga sel mampu

menghasilkan energi lebih cepat (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

4. Hasil-hasil Penelitian tentang VCO

Beberapa penelitian tentang VCO telah banyak dilakukan untuk

menilai pemanfaatan VCO dalam menanggulangi berbagai penyakit.

VCO mempunyai peranan yang efektif dalam mengobati lesi oral

penderita HIV-AIDS, baik lesi oral yang disebabkan oleh virus atau

bakteri yang dilapisi oleh lipid maupun lesi oral yang disebabkan oleh

kandida (jamur). Efektivitas Virgin Coconut Oil dalam mengobati lesi

oral pada penderita HIV-AIDS tidak hanya dengan sifat antimikroba

yang dimilikinya, tetapi VCO juga mampu menstimulasi pembentukan

sel T helper yang nantinya akan meningkatkan sistem imun penderita

AIDS. Dengan menurunnya kadar viral load dan meningkatnya sistem

imun, disertai dengan pemberantasan virus atau bakteri yang

bersangkutan terhadap timbulnya manifestasi oral, akan menyebabkan

terjadinya penyembuhan lesi oral yang terjadi pada penderita AIDS

Page 57: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

41

dan akan mengurangi kemungkinan ia untuk mudah terkena infeksi

lainnya (Farah, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan Ashitani, dkk tahun 2009,

memberikan formula tinggi VCO dapat memperbaiki nafsu makan dan

pertambahan berat badan pada penderita infeksi pernapasan kronik

dengan kaheksia. Hasil penelitian Zakaria, dkk. 2011, menemukan

bahwa VCO dapat berfungsi sebagai antinoceptive dan anti inflamasi.

D. Tinjaun Umum Tentang Konversi

Konversi adalah perubahan dari BTA positif menjadi BTA negatif.

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa

dilaksanakan ulang dahak secara mikroskopik. Untuk memantau

kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan specimen sebanyak dua

kali (sewaktu dan pagi) hasil dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen

tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif maka hasil pemeriksaan

ulang dahak dinyatakan.

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan

dilakukan pada:

1. Akhir Tahap Intensif

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan kedua pengobatan

penderita baru BTA positif kategori I atau seminggu sebelum akhir

bulan ke-3 pengobatan ulang penderita BTA positif dengan katagori 2.

Page 58: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

42

Pemeriksaan dahak pada akhir tahap intensif dilakukan untuk

mengetahui telah terjadi konversi dahak.

a) Pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori I akhir

bulan ke 2 pengobatan sebagian besar (seharusnya > 80%) dari

penderita dahaknya sudah BTA negatif (konversi) dan penderita ini

dapat meneruskan pengobatan tahap lanjutan. Jika pemeriksaan

ulang dahak pada akhir bulan ke 2 hasilnya positif pengobatan

diteruskan dengan OAT sisipan selama 1 bulan. Setelah paket

sisipan satu bulan selesai, dahak diperiksa kembali. Pengobatan

tahap lanjutan tahap meskipun hasil pemeriksaan dahak BTA masih

tetap positif.

b) Pengobatan ulang penderita BTA positif dengan kategori 2. Jika

pemeriksaan ulang dahak pada akhir ke 3 positif, tahap intensif

harus diteruskan lagi selama 1 bulan dengan OAT sisipan. Setelah

satu bulan diberi sisipan dahak diperiksa kembali. Pengobatan

tahap lanjutan tetap diberikan meskipun hasil pemeriksaan dahak

ulang BTA masih positif.

c) Pengobatan penderita BTA negatif rontgen positif dengan Kategori 3

(ringan) atau kategori (berat) Penderita TB paru BTA negatif,

rontgen positif baikan dengan pengobatan kategori 3 (ringan) atau

kategori 1 (berat), tetap dilakukan pemeriksaan ulang dahak pada

akhir bulan ke 2. Bila hasil pemeriksaan ulang dahak BTA positif.

Page 59: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

43

Bila pemeriksaan ulang dahak akhir tetap intensif pada penderita

baru dan penderita pengobatan ulang BTA Positif, dahak menjadi BTA

negatif, pengobatan diteruskan ke tahap lanjutan.

Bila pada pemeriksaan ulang dahak pada tahap akhir intensif

penderita BTA negatif rontgen positif dahak menjadi BTA positif,

penderita dianggap gagal dan dimulai pengobatan dari permulaan

dengan kategori 2.

2. Sebulan Sebelum Akhir Pengobatan

Dilakukan seminggu sebulan akhir bulan ke 5 pengobatan

penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau seminggu sebelum

akhir bulan ke 7 pengobatan ulang penderita BTA positif dan kategori

2.

3. Akhir Pengobatan

Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 6 pengobatan pada

penderita baru BTA positif dengan kategori I, atau seminggu sebelum

akhir bulan ke 8 pengobatan ulang BTA positif dengan kategori 2.

Pemeriksaan ulang dahak pada sebulan akhir pengobatan dan akhir

pengobatan (AP) bertujuan untuk menilai hasil pengobatan (sembuh

atau gagal)

Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan

pengobatan secara lengkap, dan pemeriksaan ulang dahak (follow up)

paling sedikit 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negatif yaitu (pada AP

/ sebulan sebelum AP dan satu pemeriksaan follow up sebelumnya).

Page 60: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

44

Tabel 2. Tabel Sintesa Konversi BTA

No Peneliti/tahun Masalah Utama

Karakteristik Temuan

Subjek Instrument Metode

1. Yani Triyani, Ida Parwati, I. Sjahid, J.E. Gunawan

Konversi BTA dipengaruhi oleh jumlah dosis dalam pengobatan TB

85 pasien TB

Pemeriksaan mikroskopik

Analisis Deskriptif

Konversi Sputum BTA untuk kelompok dosis tinggi ditemukan signifikan lebih cepat daripada kelompok dosis standar.

2. Cindradewi Tangahu, Furqan Naiem , Arsunan Arsin

Melihat pengaruh Intervensi Propolis terhadap Konversi penderita TB

20 responden

Observasi Kuesioner

uji wilcoxon dan Chi square

Ada perbedaan konversi antara yang mendapat propolis dengan tanpa propolis. Konversi TB lebih banyak pada responden yang mendapat propolis + OAT dibanding OAT saja

Sumber : beberapa artikel ilmiah

E. Status Gizi pada penderita TB

Malnutrisi sering dialami oleh penderita TB, hal ini dapat dijelaskan

karena Cell Mediated Immunity (CMI) pada host telah terpapar dengan

kuman TB, Malnutrisi merupakan defisiensi terhadap makro dan

mikronutrien, Hal ini terlihat pada percobaan hewan menerangkan bahwa

ada hubungan yang erat antara malnutrisi dengan keberlangsungan

penderita TB yang diakibatkan menurunnya jumlah sel T – lymphosit.

Page 61: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

45

Malnutrisi merupakan faktor risiko penting untuk TB, karena imunitas

seluler merupakan kunci pertahanan host terhadap TB. Hubungan antara

berat badan, mortalitas dan morbiditas TB telah diteliti secara ekstensif

sejak 1986 (Sacks, dkk 1998, dan England, dkk 2003)

1. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan fisik seseorang atau

sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi

dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Supariasa, 2002). Status gizi

merupakan suatu keadaan penampakan fisik yang terjadi karena

ketidakseimbangan antara metabolisme zat gizi dari pengeluaran oleh

individu. Dalam peneltian ini penentuan status gizi penderita MDR-TB

menggunakan pengukuran antropometri yaitu IMT (BB/TB2) yang

tercatat dalam kartu riwayat pengobatan pasien yang sebelumnya

mendapatkan pengobatan dimana pemberian dosis obat disesuaikan

dengan BMI nya (Ida Leida, 2012).

Status gizi yang kurang akan menurunkan kekebalan tubuh

sehingga akan mudah terjadi penyakit. Kekurangan protein dan kalori

serta zat besi, dapat meningkatkan risiko tuberkulosis paru (Ida Leida,

2012), hal ini sesuai dengan penelitian di Tanzania yaitu dari 499

pasien TB diberikan asupan zat gizi (zink dan vitamin A) telah

mengalami peningkatan berat badan 0,8 Kg (Nyayogsa Range dkk,

2002).

Page 62: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

46

Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menilai status gizi

yaitu survei konsumsi pangan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

laboratorium.

a. Survei Konsumsi

Konsumsi pangan adalah indikator pola pangan yang baik,

dan tidak mengukur status gizi dengan cara yang tepat dan

langsung, Akan tetapi, suatu studi komsumsi lebih sering

digunakan hanya sebagai salah satu teknik untuk menunjukkan

tingkat keadaan gizi daripada dipakai sebagai salah satu pengukur.

b. Pemeriksaan Fisik

Penilaian antropometri yang meliputi pengukuran tinggi

badan, berat badan, tebal lipatan kulit dan lingkar lengan

merupakan teknik yang berharga untuk digunakan sehubungan

dengan pemeriksaan fisik guna menyaring individu untuk penilaian

tersebut. Cara ini sangat mudah dilakukan sehingga biasanya

dicantumkan dalam semua macam penilaian pengukuran status

gizi seseorang terutama dalam menentukan berat badan ideal,

antara lain menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), standar

Brocca, Relative Body Weight (RBW) dan SD-Score (Z-score).

Dalam penelitian ini pengukuran status gizi menggunakan

penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan pengukuran

antropometri yang paling mudah dan paling sering dihubungkan

dengan komposisi tubuh. Perhitungan ini digunakan komposisi

Page 63: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

47

pada mereka dengan golongan usia 18 tahun atau lebih. Batasan

berat badan normal dapat ditentukan dengan menilai indeks dari

berat badan normal dapat ditentukan dengan nilai indeks dari berat

badan terhadap kuadrat tinggi.

𝐼𝑀𝑇 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)2

Berikut ini adalah kategori IMT yang digunakan di Indonesia

untuk menentukan keadaan seseorang.

Tabel 3 Batas Ambang Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT Kategori St. Gizi

<17,0 17,0 - 18,5

Kekurangan BB tingkat berat Kekurangan BB tingkat ringan Kurus

18,5 - 22,9 Normal

≥23 - 24,9 25 - 29,9

≥30

Overweight

Obesitas I Obesitas II

Gemuk

Sumber: Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, 2002

Tabel 4. Tabel Sintesa Status Gizi dalam Pengobatan TB

No Peneliti/tahun Masalah Utama

Karakteristik Temuan

Subjek Instrument Metode

1. M. Vasantha, P.G. Gopi and R. Subramani

Berat badan berpengaruh terhadap pengobatan TB

1.557 pasien TB BTA (+)

Medical Record

Multiple regression method

Ada hubungan antara kenaikan berat badan dengan DOTS dalam penyembuhan pasien TB.

2. Colleen F. Hanrahan, Jonathan E. Golub, Lerato Mohapi, dkk

IMT dan risiko TB

3.456 responden

Kuesioner, telpon, surat

Clinical cohort

Peningkatan berat badan secara signifikan mengurangi kematian dan insiden TB.

Sumber : beberapa artikel ilmiah

Page 64: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

48

c. Pemeriksaan Laboratorium

Teknik laboratorium yang paling sering digunakan adalah teknik

yang mengukur kandungan berbagai zat gizi dalam darah dan air

seni, pada penelitian ini digunakan dengan melihat kandungan zat

mikronutrient dalam darah seperti Kandungan feritin dan vitamin D.

Page 65: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

49

F. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

(UNICEF – DEPKES dalam Ida Leida, 2012)

Imun

Isu – Isu Utama

Asupan Gizi

Penyebab Mendasar

Makro Nutrien

Mikro Nutrien

Pendidikan Kurang; Kurang Pengetahuan

Kurangnya Sumber Daya

Kemiskinan; Inflasi; Ketahanan Pangan

Politik dan Sosial

Aktivasi Antiproliferasi

Status

Gizi

Penyakit Infeksi (TB)

Akses pada

Makanan tidak

Memadai

Pola Asuh Tidak Memadai

Pelayanan Kesehatan Tidak

Memadai dan Riwayat Pengobatan

Lingkungan / Sanitasi yang

Buruk

Konversi

Antioksidan

Kuat Mikobacterium

TB

ROS

VCO

Efek

Page 66: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

50

G. Kerangka Konsep Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah peningkatan konversi sputum BTA dan

status gizi penderita TB yang mendapatkan pengobatan DOTS saja

maupun yang mendapatkan pengobatan DOTS ditambah VCO.

2. Variabel Independent

Variabel Independen adalah perbandingan intervensi pengobatan

penderita TB yang mendapatkan pengobatan DOTS ditambah VCO

dengan penderita yang hanya mendapatkan pengobatan DOTS saja.

Kerangka koseptual penelitan ini ditujukan sebagaimana skema

dibawah ini :

Gambar 2. Kerangka Konsep

OAT

1. PENINGKATAN KONVERSI SPUTUM BTA

2. PENINGKATAN STATUS GIZI

OAT + VCO

1. Meningkatkan daya bunuh dan daya hambat Mikobakteri TB

2. Meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan

Berat Badan

Page 67: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

51

H. Hipotesis Penelitian

Pemberian (intervensi) Virgin Coconut Oil (VCO) lebih mempercepat

konversi sputum BTA dan meningkatkan status gizi dalam pengobatan

penderita TB.

I. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Virgn Coconut Oil (VCO) berbentuk cairan diberikan pada subyek

penelitian yang terpilih selama 2 bulan (fase awal/intensif) dengan

dosis 3 x 2 sendok makan (@10 ml) sehari pada kelompok intervensi

dibawah pengawasan PMO dan peneliti.

2. OAT adalah obat anti TB yang diberikan berupa combination fixed

dose (Rifampisin, INH, Pirazinamide, Etambutol) dengan dosis yang

diberikan oleh program di BBKPM Makassar.

3. Konversi

Adalah perubahan BTA postif menjadi negatif pada penderita TB paru

yang telah menjalani pengobatan fase intensif selama kurang lebih 2

bulan (Depkes, 2002). Semua subyek penelitian diperiksa konversi

sputum BTA yang dilakukan pada awal penelitian untuk selanjutnya

setiap minggu selama 8 minggu (2 bulan) untuk melihat waktu konversi

sptum BTAnya. Pemeriksaan menggunakan metode pewarnaan “Ziehl

Nieelsen” dengan mikroskop binokuler.

Page 68: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

52

Kriteria Objektif :

a) Tuberkulosis paru BTA positif

1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya

BTA positif.

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks

dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.

3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman

TB positif.

4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA

negative dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika

non OAT.

b) Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB Paru BTA positif.

Kriteria diagnostic TB paru BTA negatif harus meliputi:

Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

Sewaktu : Negatif

Pagi : Negatif

Sewaktu : Negatif

4. Status gizi hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dari penderita

yang diukur berdasarkan Body Mass Indeks (BMI) atau Indeks Massa

Tubuh (IMT) (menurut Gray), dengan mengukur tinggi badan dan berat

badan. Hasil perhitungan dihitung dengan rumus :

Page 69: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

53

𝑩𝑴𝑰/𝑰𝑴𝑻 = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒌𝒈)

𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓)𝟐

Kriteria Objektif :

Status Gizi kurang : IMT < 18,5

Status Gizi baik : IMT 18,5-25,0

Page 70: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

54

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Model Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian True Experimental Design pre

post test control group design karena dalam intervensi dilakukan

randomisasi pengelompokan, ada reflikasi dan terdapat kelompok kontrol.

Rancangan penelitian sebagai berikut :

Keterangan:

O1 : Observasi dan pengukuran awal (pre-test) penilaian konversi

sputum BTA dan status gizi penderita yang akan mendapatkan

DOTS + VCO

P1 : Perlakuan (intervensi) yaitu penambahan VCO selain pengobatan

intensif (DOTS)

O2 : Observasi dan pengukuran akhir (post-tes) penilaian konversi

sputum BTA dan status gizi penderita yang diintervensi dengan

DOTS + VCO.

O3 : Observasi dan pengukuran awal (pre-tes) penilaian penderita yang

akan mendapatkan DOTS.

--- : Tanpa perlakuan, maksudnya adalah tidak diberikan VCO,

pengobatan berjalan sesuai dengan program.

O2

O4

TB+

O1

O3

P1

---

Page 71: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

55

O4 : Observasi dan pengukuran akhir (post-tes) penilaian sputum BTA

dan status gizi penderita yang mendapatkan DOTS.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(BBKPM) Kota Makassar. Alasan pemilihan tempat penelitian ini dengan

pertimbangan berdasarkan survey data sekunder memperlihatkan bahwa

jumlah kasus TB paru selalu meningkat tiap tahun dan BBKPM Kota

Makassar merupakan balai layanan khusus untuk penyakit paru-paru.

Waktu penelitian selama 4 bulan, yaitu dari Bulan April – Juli 2013.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengunjung yang

datang berobat di BBKPM Makassar dengan memeriksakan dahaknya.

2. Sampel

Adalah sebagian dari pengunjung di BBKPM Makassar yang

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dan hasil pemeriksaan klinis BTA

positif, RO positif, dan menderita TB Paru serta merupakan penderita

baru. Sampel penelitian dibagi atas 2 group, yaitu group I (kelompok

intervensi) adalah penderita TB Paru yang mendapatkan DOTS +

VCO. Group II (kelompok kontrol) adalah penderita TB Paru yang

hanya mendapatkan DOTS. Penentuan nomor urut dalam group baik

kelompok intervensi maupun kontrol ditentukan berdasarkan urutan

Page 72: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

56

kunjungan, dimana setiap pemilihan kelompok intervensi diikuti dengan

pemilihan kelompok kontrol pada setiap group.

a) Kriteria inklusi

1) Penderita TB paru kategori I (BTA positif)

2) Belum pernah mendapatkan pengobatan TB DOTS sebelumnya

(penderita baru).

3) Usia pasien 18-45 tahun pada saat penelitian berlangsung baik

laki-laki maupun perempuan dimana kelompok usia ini adalah

usia produktif.

4) Status status gizi kurang (IMT < 18,5) dan gizi baik (IMT ≥ 18,5)

5) Bersedia ikut dalam penelitian ditandai dengan inform consent.

6) Penderita TB yang beralamatkan di Kota Makassar.

7) Didampingi PMO (Pengawas Minum Obat).

8) Tidak menderita penyakit HIV-AIDS positif.

9) Tidak menderita penyakit komplikasi paru berat seperti : pleural

effusion, PPOK, Pneumoni berat, Azthma kronik dan

Bronchopneumoni berat.

b) Kriteria eksklusi

1) Berdomisili diluar Kota Makassar.

2) Pasien pernah mendapatkan pengobatan dibawah 1 bulan

c) Kreteria pengunduran diri/drop out

1) Pasien berpindah tempat tinggal di luar Kota Makassar yang

memungkinkan untuk dilakukan kontrol.

2) Pasien menyatakan untuk berhenti mengikuti penelitian.

Page 73: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

57

3) Penderita yang mengalami efek samping obat selama

penelitian.

d) Sampling (cara penarikan sampel)

Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

Sistematic Random Sampling, sampel penelitian diambil dari kasus

suspek TB yang berkunjung di BBKPM Makassar dengan

memenuhi kriteria penelitian. Setiap pasien dengan memenuhi

kriteria penelitian secara otomatis akan masuk dalam sampel

penelitian dengan urutan kelompok Intervensi kemudian kelompok

kontrol. Penentuan urutan dilakukan dengan sistim undian/lot.

Dalam 1 kelompok terbagi menjadi 2 kategori yakni pasien dengan

status gizi kurang dan status gizi baik. Penetuan urutannya juga

dilakukan secar undian/lot.

e) Besar Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan

menggunakan skala pengukuran numerik berpasangan. Dengan

demikian rumus besar sampel yang digunakan adalah :

𝑛1 = 𝑛2 = 𝑍𝛼 + 𝑍𝛽 𝑆

𝑋1 − 𝑋2

2

Dimana :

n1=n2 = jumlah sampel tiap kelompok

Z = Harga kurva normal tingkat kepercayaan tertentu

S = Simpangan baku kedua kelompok (dari pustaka) = 5

Page 74: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

58

α = Kesalahan tipe I, ditetapkan sebesar 5% atau 0,05, hipotesis 1

arah sehingga Zα=1,64

β = Kesalah tipe II ditetapkan sebesar 10% sehingga Zβ=1,28

𝑋1 − 𝑋2 = Selisih perbedaan klinis minimal yang dianggap

bermakna = 3,25

𝑛1 = 𝑛2 = 1,64 + 1,28 . 5

3,25

2

𝑛1 = 𝑛2 = 20 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Jadi jumlah sampel minimal sesuai dengan rumus diatas adalah

20 tiap kelompok. Jumlah keseluruhan sampel adalah 20 x 2 = 40

orang.

Page 75: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

59

D. Tahapan Penelitian

1. Tahap Pengukuran Variabel Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

Komparasi Hasil Pre dan Post Test

Pemeriksaan I 1. Pemeriksaan Sputum BTA (3 kali - SPS) 2. Status Gizi awal penderita(Ukur BB, TB)

DOTS

POPULASI : Semua pengunjung yang datang berobat di BBKPM

Makassar dengan memeriksakan dahaknya

SAMPEL : Memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dan hasil

pemeriksaan klinis BTA+, RO+, dan menderita TB Paru serta merupakan penderita baru

Pemeriksaan III 1. Pemeriksaan Sputum BTA (3 kali - SPS) 2. Status Gizi awal penderita(Ukur BB, TB)

Pemeriksaan II 1. Pemberian DOTS + VCO pada kelompok intervensi dan

DOTS pada kelompok kontrol 2. Pemeriksaan Sputum BTA setiap minggu(3 kali - SPS) 3. Mengukur BB dan TB penderita setiap bulannya untuk

menghitung IMT

DOTS+VCO

Page 76: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

60

Tahapan dalam pengumpulan data sebagai berikut:

a. Penderita suspectI TB ke BBKPM Makassar.

b. Mengambil dahak penderita suspect dan dilakukan pemeriksaan

dahak oleh petugas laboratorium BBKPM Makassar.

c. Membuat list penderita suspect dengan hasil pemeriksaan BTA

Positif hingga didapatkan penderita TB positif.

d. Memberikan inform concent pada penderita TB positif serta

menjelaskan tujuan penelitian, penjelasan pengambilan dan

pemeriksaan dahak, pengukuran status gizi serta penjelasan

mengenai pemberian VCO kepada kelompok intervensi (penderita

yang mendapatkan pengobatan DOTS + VCO) beserta efek

samping yang mungkin terjadi selama mendapatkan pengobatan.

Inform concent ini dilakukan hingga tercapai 40 penderita yang

menjadi subjek penelitian.

e. Melakukan pengukuran Tinggi badan dan berat badan

menggunakan alat ukur yang tersedia di BBKPM Makassar.

Pengukuran ini dilakukan setiap minggunya selama 8 minggu untuk

melihat peningkatan berat badan penderita. Pengerjaan ini

dilakukan oleh peneliti dan/atau pembantu peneliti. Penderita yang

tidak bisa datang ke BBKPM untuk dilakukan pengukuran berat

badan akan didatangi oleh peneliti dan/atau pembantu peneliti.

f. Melakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis untuk

mengetahui apakah telah terjadi konversi. Pemeriksaan dahak ini

Page 77: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

61

dilakukan setiap minggu untuk mengetahui perkembangan

pengobatan.

g. Sebelum penderita pulang ke rumah, diberikan 1 pot dahak untuk

mengumpulkan dahak pagi minggu berikutnya dan dibawa ke

BBKPM untuk diperiksa. Penderita pada kelompok intervensi

diberikan pengobatan DOTS ditambah VCO untuk 1 minggu.

Sehari sebelum obat habis, penderita datang ke BBKPM untuk

mengambil obat sekaligus membawa dahak pagi untuk diperiksa.

Penderita yang tidak bisa datang ke BBKPM Makassar untuk

mengambil obat dan/atau membawa dahaknya, akan didatangi oleh

peneliti dan/atau pembantu peneliti.

h. Untuk menghindari terjadinya bias dalam minum obat, maka

penelitii/pembantu peneliti mengingatkan kepada pasien untuk

minum obatnya. 3 hari pertama di lakukan setiap hari dan

selanjutnya setiap 3 hari akan sampai penelitian selesai (minggu

ke-8 pengobatan).

i. Data yang telah terkumpul seperti karakteristik responden, hasil

pengukuran tinggi badan dan berat badan, serta hasil pemeriksaan

dahak, kemudian diinput dalam program SPSS dan selanjutnya

dilakukan analisis data.

2. Metode Pengukuran

a. Pemeriksaan sputum : Pemeriksaan sputum BTA sampel

penelitian menggunakan metode pewarnan “Ziehl Neelsen” semua

Page 78: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

62

dilaksanakan di laboratorium BBKPM Kota Makassar, sehingga

kualitas pengukuran tetap sama.

b. Pengukuran status gizi : Semua pengukuran status gizi subyek

penelitian dilaksanakan di BBKPM Kota Makassar dengan cara

menimbang BB dengan menggunakan timbangan badan merek

“Seca” dan TB menggunakan alat ukur tinggi badan “Microtoise

Staturmeter” setiap setiap bulannya untuk menghitung IMT,

sehingga kualitas pengukuran tetap sama. Pengukuran Food

Frekuensi dilakukan untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan dari penderita.

3. Pelaksanaan Pengukuran Penelitian

a. Semua kegiatan intervensi di atas dilaksanakan oleh petugas

BBKPM Makassar yang sudah dilatih (petugas pelaksana peneliti,

petugas gizi dan petugas laboratorium).

b. Petugas yang melaksanakan pengukuran baik petugas laboratium

dan petugas gizi sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu

dilatih di BBKPM Kota Makassar. Petugas pengukur tidak

diberitahu siapa kelompok intervensi dan siapa kelompok kontrol.

c. Pasien dianjurkan datang setiap minggu selama 8 minggu untuk

pemeriksaan sputum BTA dan setiap bulan selama 2 bulan untuk

mengukur status gizi penderita.

d. Setiap 3 hari pasien diingatkan untuk minum obat untuk

menghindari bias dalam minum obat.

Page 79: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

63

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari hasil pengamatan selama

proses penelitian, dimana kelompok kontrol mendapatkan pengobatan

DOTS sedangkan kelompok intervensi diberi pengobatan DOTS +

VCO, kemudian diamati dan dicatat perkembangan dan kemajuannya

oleh peneliti selama 2 bulan. Pengukuran tinggi badan dan berat

badan dilakukan untuk mengetahui status gizi subjek penelitian.

Adapun tahapan pengumpulan data sebagai berikut:

a. Pengumpulan data dengan kuesioner meliputi pertanyaan tentang

karakteristik responden, hasil pemeriksaan sputum BTA, serta

pengukuran status gizi penderita.

b. Pemeriksaan sampel dahak SPS (sewaktu-pagi-sewaktu) dilakukan

untuk menentukan apakah pasien menderita TB atau tidak.

Pemeriksaan dahak dilakukan setiap minggu untuk melihat apakah

terjadi konversi atau tidak.

c. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk

menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien. Pengukuran berat

badan dilakukan selama 3 kali setiap bulannya selama dua bulan

untuk mengetahui peningkatan berat badan penderita. Pengukuran

pertama dilakukan pada saat pasien pertama kali didiagnosis TB

positif. Pengukuran kedua dilakukan setelah 1 bulan mendapatkan

Page 80: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

64

pengobatan, dan pengukuran ke tiga dilakukan setelah 2 bulan

mendapatkan pengobatan.

d. Pengukuran Food Frekuensi dilakukan untuk untuk memperoleh

data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau

makanan jadi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diambil di BBKPM Makassar berupa jumlah suspek

dan kasus TB yang tercatat di register TB serta nomor registrasi pasien

untuk memudahkan dalam melakukan kontrol pencatatan hasil

penelitian.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 18 untuk melakukan analisis data secara univariat dan

bivariat.

1. Analisi Univariat

Analisis yang dilakukan pada masing-masing variabel untuk melihat

gambaran umum setiap variabel, distribusi, dan frekuensinya seperti

karakteristik (umur, jenis kelamin, pekerjaan), status gizi serta hasil

pemeriksaan dahak untuk melihat konversi.

2. Analaisis Bivariat

Hasil yang diperoleh dibandingkan antara sebelum dan sesudah

intervensi dengan menggunakan uji T-test. Untuk melihat perbedaan

Page 81: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

65

rerata lama konversi antara kelompok intervensi (DOTS + VCO)

dilakukan analisis uji T tidak berpasangan. Untuk melihat perbedaan

rerata peningkatan status gizi selama pengobatan maka dilakukan uji T

berpasangan.

G. Penyajian data

Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik disertai

dengan narasi.

H. Kontrol kualitas

Kontrol kualitas dilakukan untuk mengontrol semua aspek operasional

dalam proses penelitian mulai dari persiapan sampai pengolahan data.

1. Standarisasi Petugas Lapangan

Standarisasi petugas lapangan dilaksanakan untuk memberikan

pemahaman yang sama dengan gold standard peneliti, pelatihan

petugas yaitu melatih petugas dalam hal penggunaan instrument

penelitian secara baik dan benar dengan presisi dan akurat. Untuk

tenaga laboratorium, peneliti menggunakan tenaga dari BBKPM

Makassar yang sudah berpengalaman.

2. Standarisasi Alat Ukur

Uji coba alat ukur di lapangan untuk melihat apakah alat ukur yang

digunakan benar-benar berfungsi baik dan mampu untuk memberikan

hasil pengukuran yang diharapkan. Untuk menjamin alat ukur maka

Page 82: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

66

digunakan alat ukur yang standar yang digunakan di BBKPM

Makassar.

3. Etika Penelitan

Penelitian ini telah mendapat izin dari Komite Etik FK Unhas serta izin

pelaksanaan penelitian dari Kepala BBKPM Makassar. Inform Concern

(persetujuan untuk mengikuti penelitian) diberikan kepada responden

dan ditandatangani sebagai bentuk pernyataan persetujuan. Data yang

terkumpul semata-mata hanya untuk keperluan ilmiah, identitas dari

responden terjamin kerahasiaannya.

4. Supervisi Lapangan

Kegiatan supervisi dilakukan oleh peneliti kepada pembantu peneliti,

termasuk mengkonfirmasi ulang sebagai bentuk crosscheck. Kegiatan

ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi bila terjadi masalah yang

muncul dilapangan.

Page 83: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(BBKPM) Makassar yang merupakan klinik khusus untuk TB di wilayah

Indonesia Timur. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intervensi

(pemberian) VCO terhadap peningkatan konversi dan status gizi penderita

TB di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar

dengan menggunakan desain True Experimental Design pre post test

control group design.

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan terhitung mulai April sampai

Juli 2013 pada dua kelompok yakni kelompok intervensi dan kontrol.

Kelompok intervensi adalah penderita yang mendapatkan pengobatan

DOTS ditambah dengan VCO serta kelompok kontrol adalah penderita

yang hanya mendapatkan pengobatan DOTS. Penilaian sputum BTA

dilakukan setiap minggu selama 8 minggu dan pengukuran status gizi

penderita dilakukan setiap bulan selama 2 bulan. Setelah itu setiap

kelompok diikuti dan dilihat perkembangannya untuk mengetahui penilaian

sputum BTA dan status gizi penderita.

Dalam proses penelitian terdapat 2 sampel penelitian yang

mengalami drof out karena tidak bisa meminum VCO sehingga dilakukan

pergantian sampel yang memenuhi kriteria penelitian. Jumlah sampel

Page 84: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

68

yang didapatkan adalah 20 penderita TB positif kelompok intervensi

(DOTS + VCO) dan 20 penderita TB positif kelompok kontrol (DOTS).

Sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 40 penderita TB Positif. Data

yang telah dikumpulkan kemudian diperiksa kelengkapannya dan diolah

menggunakan program SPSS. Hasilnya dianalisis dan disajikan secara

deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi serta analisis bivariat dengan

uji T test untuk melihat perbedaan rerata peningkatan konversi dan status

gizi selama penelitian pada kedua kelompok.

1. Analisis Univariat

Pada tahap ini dilakukan analisis diskriptif untuk melihat

gambaran dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta

karakteristik umum responden seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status gizi pre-post dan pemeriksaan sputum BTA pre-post. Tujuan

analisis ini adalah mendeskripsikan karakteristik sampel dan variabel

yang diteliti menurut jenis data masing-masing kedalam bentuk

distribusi frekwensi dan presentase sebagai berikut:

a. Kelompok Penelitian

Kelompok penelitian terbagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu

kelompok intervensi (DOTS + VCO) dan kelompok kontrol (DOTS)

untuk dapat membandingkan pengaruh pemberian VCO terhadap

peningkatan konversi sputum BTA dan status gizi penderita TB.

Tabel 5 memperlihatkan bahwa jumlah sampel masing-

masing kelompok adalah sama yakni 20 orang (50,0%).

Page 85: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

69

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelompok Penelitian di BBKPM Kota

Makassar Tahun 2013

Kelompok Penelittian Total

Jumlah %

Intervensi (VCO + DOTS) 20 50,0

Kontrol (DOTS) 20 50,0

Jumlah 40 100,0

Sumber : Data Primer

b. Karakteristik Responden

Karakteristik umum penderita TB mencakup kelompok umur,

jenis kelamin, dan pekerjaan. Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat

dilihat bahwa untuk kelompok intervensi, paling banyak pada

kelompok umur >40 tahun yaitu 30%, sedangkan untuk kelompok

kontrol paling banyak pada kelompok umur 31 – 35 tahun yakni

30%. Baik pada kelompok intervensi dan kontrol, pasien paling

banyak dengan jenis kelamin laki-laki yaitu masing-masing 55%

dibandingkan dengan pasien perempuan yaitu 45%.

Karakteristik pekerjaan kelompok intervensi dan kontrol lebih

banyak bekerja sebagai swasta yakni masing-masing 30% dan

40%. Secara keseluruhan responden paling banyak bekerja di

sektor swasta yakni 35% dan paling sedikit bekerja sebagai

PNS/honorer 5%.

Page 86: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

70

Tabel 6. Distribusi Karakteristik Penderita TB di BBKPM Kota

Makassar Tahun 2013

Karakteristik Intervensi Kontrol Total

n % n % n %

Umur (tahun)

< 21 2 10,0 1 5,0 3 7,5

21 – 25 2 10,0 3 15,0 5 12,5

26 – 30 5 25,0 2 10,0 7 17,5

31 – 35 2 10,0 6 30,0 8 20,0

36 – 40 3 15,0 4 20,0 7 17,5

> 40 6 30,0 4 20,0 10 25,0

Jenis Kelamin

Laki-laki 11 55,0 11 55,0 22 55,0

Perempuan 9 45,0 9 45,0 18 45,0

Jenis Pekerjaan

PNS/honorer 2 10 0 0 2 5 Swasta 6 30 8 40 14 35 Nelayan/sopir 1 5 2 10 3 7,5 IRT 5 25 5 25 10 25 Pelajar/ Mahasiswa 3 15 3 15 6 15 Tidak bekerja 3 15 2 10 5 12,5

Jumlah 20 100 20 100 40 100,0

Sumber : Data Primer

c. Status Gizi

Status gizi merupakan ukuran dari keadaan kesehatan fisik

seseorang yang diukur dari ukuran gizi tertentu. Dalam penelitian

ini, pengukuran status gizi dengan menggunakan antropometri

yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan satuan dari

perhitungan antara berat badan dan tinggi badan dengan

menggunakan rumus :

𝐼𝑀𝑇 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)2

Page 87: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

71

Karakteristik status gizi penderita (tinggi badan, berat badan,

dan IMT) selama pengobatan antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Perbandingan Rata-rata Peningkatan Berat Badan antara

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Gambar 5. Perbandingan Rata-rata Peningkatan IMT antara

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Gambar 4 dan gambar 5 memperlihatkan bahwa baik

kelompok intervensi (DOTS +VCO) dan kelompok kontrol (DOTS)

masing-masing mengalami peningkatan berat badan dan status

48,5649,71

51,06

4444,78 45,04

40

42

44

46

48

50

52

1 2 3

DOTS + VCO

DOTS

18,91

19,39

19,92

17,7318,07 18,16

16,5

17

17,5

18

18,5

19

19,5

20

20,5

1 2 3

DOTS + VCO

DOTS

Berat Badan

Page 88: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

72

gizi. Tetapi pada kelompok intervensi mengalami rata-rata

peningkatan berat badan dan IMT yang lebih baik dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

Perbedaan frekuensi makanan antara kelompok intervensi

dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Food Frekuensi Penderita TB Paru Setelah Pengobatan di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013

Food Frekuensi

Intervensi (DOTS + VCO)

Kontrol (VCO) Total

n % n % n %

Cukup 12 63,2 7 36,8 19 100,0

Kurang 8 38,1 13 61,9 21 100,0

Jumlah 20 50,0 20 50,0 4 100,0

Sumber : Data Primer

Tabel 7 menunjukkan bahwa penderita yang mendapatkan

pengobatan DOTS+VCO lebih banyak yang frekuensi makannya

cukup yakni 63,2%, sedangkan pada penderita yang hanya

mendapatkan pengobatan DOTS lebih banyak yang frekuensi

makannya kurang yakni 38,1%.

Selama menjalani pengobatan, beberapa pasien mengalami

perubahan status gizi yangbaik. Perubahan status gizi (IMT ≥ 18,5)

penderita TB di BBKPM Kota Makassar selama pengobatan

kelompok intervensi (DOTS + VCO) dan kelompok kontrol (DOTS)

dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 89: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

73

Sumber : Data Primer

Gambar 6 memperlihatkan bahwa peningkatan status gizi

pada penderita yang mendapatkan pengobatan DOTS + VCO

(intervensi) lebih baik dibandingkan dengan penderita yang hanya

mendapatkan pengobatan DOTS (kontrol). Pada pemeriksaan ke

dua (1 bulan setelah pengobatan) jumlah penderita dengan status

gizi baik (IMT ≥ 18,5) meningkat menjadi 60% pada kelompok

intervensi sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami

perubahan yakni 50%. Pada pemeriksaan ke tiga (2 bulan setelah

pengobatan), status gizi baik (IMT ≥ 18,5) pada kelompok intervensi

meningkat menjadi 80% sedangkan pada kelompok kontrol

mengalami penurunan menjadi 45%.

50%

60%

80%

50% 50%45%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

I II II

Gambar 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan HasilPerhitungan IMT (≥ 18,5) Selama Pengobatan PenderitaTB di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013

DOTS + VCO

DOTS

Page 90: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

74

d. Sputum BTA

Hasil pemeriksaan sputum BTA pasien di awal penelitian dapat

dilihat pada gambar 6-7.

Gambar 7 - 8 menunjukkan hasil pembacaan hapusan

sputum BTA selama pengobatan (8 minggu). Pada awal

pengobatan (minggu 1), pasien dengan hasil pembacaan 1+ lebih

banyak pada kelompok kontrol yakni 75% dibandingkan kelompok

intervensi yaitu 50%. Untuk hasil bacaan sputum 2+ dan 3+ lebih

banyak pada kelompok intervensi yaitu masing-masing 25%.

Penderita yang mendapatkan pengobatan DOTS+VCO mengalami

konversi 100% pada minggu ke 7 sedangkan penderita yang hanya

mendapatkan pengobatan DOTS sampai minggu ke-8 hanya

mengalami 85% konversi.

20%

45%

65%70%

90%100% 100%

50%

80% 55% 35% 30% 10%

25%

25%

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 5 Mg 6 Mg 7 Mg 8

Gambar 7. Gambaran Hasil Pemeriksaan Sputum BTA Selama Pengobatan Pada Kelompok Intervensi (DOTS+VCO)

3+

2+

1+

Negatif

Page 91: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

75

Gambar 9. Gambaran Konversi Sputum BTA Selama Pengobatan

Penderita TB di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013

Gambar 8 memperlihatkan perubahan konversi sputum BTA

setiap minggu selama penelitian (8 minggu). Kelompok intervensi

mengalami perubahan konversi lebih cepat dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Minggu ke-2 pada kelompok intervensi telah

5%

15%

30%

50%

65%

85%

75%70%

85% 75%

70% 50% 35% 15%

15% 20%

10% 10%10% 10%

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 5 Mg 6 Mg 7 Mg 8

Gambar 8. Gambaran Hasil Pemeriksaan Sputum BTA Selama Pengobatan Pada Kelompok Kontrol (DOTS)

3+

2+

1+

Negatif

0

20%

45%

65%70%

90%

100% 100%

5%

15%

30%

50%

65%

85%

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1 2 3 4 5 6 7 8

Minggu

Intevensi

Kontrol

Page 92: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

76

mulai mengalami konversi sebanyak 20% dan minggu ke 7 telah

mengalami konversi sebanyak 100%. Sedangkan pada kelompok

kontrol mulai mengalami konversi pada minggu ke-3 sebanyak 5%

dan diakhir penelitian (minggu ke-8) masih terdapat 15% yang

belum mengalami konversi.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara

variabel independen dan variabel dependen. Hasil yang diperoleh diuji

dengan menggunakan T-test. Uji T tidak berpasangan untuk melihat

perbedaan rerata lama konversi antara kelompok intervensi

(DOTS+VCO) dengan kelompok kontrol (DOTS). Uji T berpasangan

untuk melihat perbedaan rerata status gizi selama pengobatan.

Intervensi (pemberian) VCO dapat mempengaruhi peningkatan

konversi dan status gizi penderita. Karena adanya Efek anticeptive

VCO yang disebabkan karena mengandung Glycerol Monolaurat

(monolaurin) yang merupakan asam laurat spesifik yang berfungsi

sama dengan asam laurat yang dapat membunuh kuman TB (Fife,

2004). Selain itu, manfaat lain dari VCO adalah dapat memperbaiki

nafsu makan dan menambah berat badan (Ashitani dkk, 2009).

a. Konversi

Konversi merupakan perubahan hasil pemeriksaan sputum

BTA dari BTA positif menjadi BTA negatif. Konversi sputum BTA

dapat dilihat pada Tabel berikut.

Page 93: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

77

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Hapusan Sputum BTA Selama Pengobatan Penderita TB di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013

Kelompok Status Gizi Min Max Mean n Std.

Deviation

Intervensi

(DOTS +

VCO)

Gizi baik 2 7 3,90 10 1,663

Gizi Kurang 2 7 4,50 10 1,780

Total 2 7 4,20 20 1,704

Kontrol

(DOTS)

Gizi baik 4 8 6,00 10 1,491

Gizi Kurang 2 8 6,60 10 1,713

Total 3 8 6,30 20 1,593

Total Gizi baik 2 8 4,95 20 1,877

Gizi Kurang 2 8 5,55 20 2,012

Total 2 8 5,25 40 1,945

Sumber : Data Primer

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konversi pada

penderita yang mendapatkan pengobatan DOTS dan VCO (mean =

4 minggu) lebih cepat dua hari dibanding dengan yang hanya

mendapatkan pengobatan DOTS (mean = 6 minggu). Dilihat dari

status gizinya, terlihat bahwa pemderita dengan status gizi baik

mengalami konversi yang lebih cepat dibandingkan dengan status

gizi yang kurang. Hal ini dapat dilihat lebih jelas pada gambar 10.

Pada kelompok intervensi, status gizi baik mengalami rata-

rata konversi selama 3,9 (4 minggu), lebih cepat dibandingkan

dengan penderita dengan status gizi kurang yakni 4,5 (5 minggu).

Konversi pada kelompok kontrol dengan status giz mengalami

konversi selama 6 minggu, lebih cepat dibandingkan dengan

kelompok kontrol yakni 6,6 (7 minggu). Secara keseluruhan pasien

dengan status gizi baik mengalami rata-rata konversi 4,95 (5

Page 94: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

78

minggu), lebih cepat dibandingkan dengan kelompok kontrol yakni

5,5 (6 minggu).

Gambar 10. Rerata Konversi Sputum BTA berdasarkan status gizi

Penderita TB di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013

Untuk melakukan uji perbedaan rerata lama konversi antara

kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dilakukan uji T tidak

berpasangan. Analisis ini dilakukan untuk melihat perbedaan lama

konversi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

untuk melakukan uji t tidak berpasangan maka sebaran data harus

normal. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 9.

3,9

6,0

5,0

4,5

6,6

5,6

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0

Intervensi (DOTS+VC)

Kontrol (DOTS)

Total

Minggu

Gizi Kurang Gizi Baik

Page 95: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

79

Tabel 9. Hasil Uji test Normalitas Lama Konversi

status penderita Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

konversi VCO ,159 20 ,198

Kontrol ,207 20 ,024

a. Lilliefors Significance Correction

Karena nilai P > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa sebaran data lama konversi untuk kelompok intervensi dan

kelompok kontrol mempunyai sebaran yang normal. Sehingga

dilakukan uji-T tidak berpasangan. Hasil uji-T tidak berpasangan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Perbandingan Rerata Lama Konversi antara Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol

n Rerata ± s.b. Perbedaan Rerata

(IK95%) P

Intervensi 20 4,2 ± (1,704) 2,1 (1,044 - 3,156) 0,000

Kontrol 20 6,3 ± (1,593)

Uji T tidak berpasangan

Hasil analisis dengan menggunakan uji T tidak berpasangan

didapatkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), artinya terdapat

perbedaan rerata percepatan konversi antara kelompok intervensi

dan kelompok kontrol setelah pengobatan dengan penambahan

VCO.

b. Status Gizi

Perbandingan peningkatan rerata status gizi selama

penelitian berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 96: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

80

Tabel 11. Perbandingan Peningkatan Rerata IMT Selama Pengobatan

berdasarkan Status Gizi Penderita

IMT Bulan 1 IMT Bulan 2 IMT Bulan 3

Gizi baik Mean 20,51 20,89 21,14

Std. Deviation 1,96 2,06 2,20

Gizi

kurang

Mean 16,13 16,56 16,95

Std. Deviation 1,44 1,56 1,77

Total Mean 18,3217 18,7293 19,0412

Std. Deviation 2,78978 2,83973 2,89360

Sumber : Data Primer

Tabel 11 memperlihatkan bahwa rata-rata status gizi awal

pengobatan pada pasien gizi baik adalah 20,51 dan mengalami

peningkatan pada bulan ke-3 menjadi 21,14. Pada pasien gizi

kurang rata-rata status gizi awal pengobatan adalah 16,13 dan

mengalami peningkatan di bulan ke-3 menjadi 16,95.

Tabel 12. Perbandingan Peningkatan Rerata IMT antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Selama Pengobatan

IMT Bulan 1 IMT Bulan 2 IMT Bulan 3

Intervensi

(DOTS+VCO)

Mean 18,91 19,39 19,92

N 20 20 20

S.D. 2,80 2,77 2,74

Kontrol (DOTS) Mean 17,73 18,07 18,16

N 20 20 20

S.D. 2,72 2,83 2,84

Total Mean 18,32 18,73 19,04

N 40 40 40

S.D. 2,79 2,84 2,89

Sumber : Data Primer

Untuk melihat perbedaan peningkatan rerata IMT selama

pengobatan antara pasien yang mendapatkan pengobatan OAT

Page 97: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

81

ditambah dengan VCO dan pasien yang hanya mendapatkan

pengobatan VCO, dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 menunjukkan bahwa kedua kelompok mengalami

peningkatan rerata IMT selama pengobatan. Pada kelompok

Intervensi mengalami peningkatan rerata IMT dari 18,91 pada awal

pengobatan menjadi 19,39 setelah 1 bulan pengobatan dan setelah

2 bulan pengobatan menjadi 19,92. Pada kelompok Kontrol

memiliki rerata IMT pada awal pengobatan yakni 17,73 menjadi

18,07 setelah 1 bulan pengobatan menjadi 18,16 setelah 2 bulan

pengobatan. Untuk melihat perbandingan food frekuensi penderita

TB antara kelompok intervensi dan kontrol setelah pengobatan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Perbandingan Food Frekuensi Penderita TB Paru di BBKPM Kota Makassar Tahun 2013

Intervensi (DOTS+VCO)

Kontrol (DOTS) p

N 20 20

Mean 421,85 376,80 0,113

Std. Deviation 61,60 73,75

Sumber : Data Primer

Penderita yang mendapatkan pengobatan DOTS+VCO

memiliki rerata asupan makanan yang lebih tinggi yakni 421,85

dibandingkan dengan penderita yang hanya mendapatkan

pengobatan DOTS yakni 376,80.

Page 98: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

82

Gambar 11. Perbandingan Peningkatan Rerata IMT Selama

Pengobatan antara Kelompok Intervensi dan Kontrol

Gambar 11 menunjukkan perbedaan peningkatan rerata IMT

antara kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol. Dimana

kelompok Intervensi memiliki peningkatan rerata IMT yang lebih

baik.

Untuk melakukan analisis status gizi maka dilakukan uji T

tidak Berpasangan. Uji ini dilakukan untuk melihat perbedaan IMT

sebelum dan sesudah pengobatan. Untuk melakukan uji T tidak

berpasangan, maka sebaran data harus normal. Berikut ini adalah

hasil uji normalitas.

0,48

0,53

0,34

0,09

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

δ Mean IMT Bulan 1 δ Mean IMT Bulan 2

VCO + OAT

OAT

Page 99: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

83

Tabel 14. Hasil Uji test Normalitas IMT

Kolmogorov-Smirnov

a

Statistic df Sig.

IMT Bulan 1 ,090 40 ,200*

IMT Bulan 3 ,095 40 ,200*

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Karena nilai P > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa sebaran IMT untuk kelompok intervensi dan kelompok

kontrol mempunyai sebaran yang normal. Sehingga dilakukan uji-T

berpasangan dengan hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Hasil Perhitungan IMT Awal dan Akhir Pengobatan Semua

Penderita

n Rerata ± s.b. Perbedaan

Rerata±s.b. IK95% P

IMT awal 20 18,32 ± 2,79 7,19 (0,69) 0,50 -0,94 0,000

IMT akhir 20 19,04 ± 2,89

Uji T berpasangan

Hasil analisis uji T berpasangan perhitungan IMT awal dan

akhir pengobatan didaptkan nilai P = 0,000 (P< 0,05). Artinya

“terdapat perbedaan rerata perhitungan IMT pada awal dan akhir

pengobatan dimana rerata IMT pada awal pengobatan didapatkan

18,32 dan setelah 2 bulan pengobatan rerata IMT meningkat

menjadi 19,04.

Untuk melihat perbandingan beda rerata IMT selama

pengobatan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol

dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 100: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

84

Tabel 16. Perbandingan Beda Rerata IMT antara Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol

n Rerata ± s.b. Perbedaan

Rerata (IK95%) P

Intervensi

(DOTS+VCO) 20 1,01 ± 0,66 0,58 (0,178- 0,99) 0,006

Kontrol (VCO) 20 0,43 ± 0,59

Uji t tidak berpasangan

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji statistic

didapattkan nilai p=0.006 (p<0,05). Artinya “terdapat perbedaan

beda rerata IMT pada awal dan akhir pengobatan antara dua

kelompok. Nilai rerata IMT pada kelompok Intervensi adalah

1,01kg, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yakni

0,43kg dapat dilihat pada gambar berikut.

1,01

0,43

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

VCO + OAT OAT

Gambar 12. Perbedaan Peningkatan Rerata IMT Selama Pengobatan Antara Kelompok Intervensi dan Kontrol

VCO + OAT

OAT

Page 101: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

85

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik

Krakteristik penderita menggambarkan status IMT, kelompok

umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Hasil penelitian ini (Tabel 6)

memperlihatkan penderita TB Paru pada kelompok kontrol lebih

banyak pada kelompok umur 31-35 tahun (30%), sedangkan pada

pada kelompok intervensi lebih banyak pada umur >40 tahun (30%).

Menurut WHO 75% dari penderita TB Paru adalah kelompok usia

produktif (15-50 tahun) (Depkes RI, 2002). Begitu juga penelitian Yani,

dkk 2007 yang mendapatkan bahwa penderita TB Paru lebih banyak

pada umur 26-35 tahun yakni 38,8%.

Distribusi menurut jenis kelamin pada penelitian ini untuk berat

badan rendah yang terbanyak adalah laki-laki (55%). Hasil ini sesuai

dengan penelitian Suwarno, 2008 yang menemukan bahwa penderita

TB Paru lebih banyak pada laki-laki (69%), penelitian Yani, dkk 2007

bahwa penderita TB paling banyak pada laki-laki yakni 53,8% dan

penelitian Indra tahun 2008 juga lebih banyak pada laki-laki 63%..

Distribusi responden menurut pekerjaan, yang paling banyak

menderita TB adalah wiraswasta (35%). Hal ini berkaitan akibat

rendahnya tingkat penghasilan karena pekerjaan yang tidak tetap

sehingga mengalibatkan kurangnya asupan maupun kualitas gizi yang

dikonsumsi sehari-hari, dimana asupan gizi yang kurang akan

meningkatkan risiko menderita TB Paru.

Page 102: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

86

2. Konversi

Konversi adalah perubahan dari BTA positif menjadi BTA negatif.

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa

dilaksanakan ulang dahak secara mikroskopik. Dalam penelitian ini

pemeriksaan dahak dilakukan setiap minggu untuk melihat hasil

konversi antara pasien yang mendapatkan DOS (kontrol) dan pasien

yang mendapatkan DOS+VCO (intervensi).

Hasil pemeriksaan sputum BTA setiap minggu (Gambar 7-8)

memperlihatkan bahwa pada penderita yang mendapatkan tambahan

VCO mulai konversi pada minggu ke-2 (20%) dan mengalami konversi

secara keseluruhan (100%) pada minggu ke-7 pengobatan, sedangkan

pada penderita yang hanya mendapatkan pengobatan DOTS mulai

konversi pada minggu ke-3 (5)% dan pada akhir penelitian (minggu ke-

8) tidak semua mengalami konversi (85%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yani, dkk, 2007 yang mendapatkan bahwa hasil akhir penelitian

ditemukan sebanyak 15,4% penderita TB paru yang mendapat

pengobatan (terapi) DOTS kategori I tidak mengalami perubahan

(konversi) pada minggu ke-8. Ada beberapa penyebab tidak terjadinya

pengubahan (konversi) sputum BTA antara lain, IMT yang rendah, dan

kepatuhan meminum obat (Depkes RI, 2002). IMT yang rendah akan

menurunkan kekebalan tubuh sehingga akan mudah terjadi penyakit.

Page 103: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

87

Kekurangan protein dan kalori serta zat besi, dapat meningkatkan

risiko tuberkulosis paru (Ida Leida, 2012).

Jika dilihat dari trend percepatan konversi (gambar 9) maka

terlihat pasien yang mendapatkan tambahan VCO mengalami konversi

lebih cepat dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan

pengobatan OAT. Hasil statistik nilai rata-rata konversi yang

mendapatkan VCO adalah 4 minggu, lebih cepat 2 minggu

dibandingkan dengan rata-rata konversi pada pasien yang hanya

mendapatkan pengobatan DOTS yakni 6 minggu (Tabel 9). Hali ini

dikarenakan asam lemak jenuh rantai sedang yang terkandung dalam

VCO membantu membunuh kuman bakteri dan virus, tetapi tidak

membahayakan karena bersahabat dengan bakteri flora dalam usus,

serta dapat mencegah resistensi antibiotic.

Kandungan asam laurat specific dalam bentuk Monolaurin.

Medium ChaIn Fatty Acid (MCFA) yang terkandung dalam VCO dapat

merusak dinding lipid kuman TB, sehingga melemahkan membrane

dan bahkan terjadi disintegrasi membrane sehingga menumpahkan

isinya dan membunuh mikroorganisme tersebut tanpa menyebabkan

kerusakan terhadap jaringan tubuh manusia. Efek anticeptive VCO

disebabkan karena mengandung Glycerol Monolaurat (monolaurin)

yang merupakan asam laurat spesifik yang dapat membunuh kuman

TB (Fife, 2004). Hasil penelitian Zakaria, dkk. 2011, menemukan

bahwa VCO dapat berfungsi sebagai antinoceptive dan anti inflamasi.

Page 104: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

88

Hasil uji T tidak berpasangan menunjukkan adanya perbedaan

rerata percepatan konversi secara bermakna antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol setelah pengobatan dengan

penambahan VCO (p=0,000). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil

penelitian rotor pada tahun 2008 bahwa kuman TB yang diberi

Glycerol Monolaurat (GML) dari VCO akan terjadi perubahan morfologi

karena terjadi diskuontinuitas dari lapisan terluar sel menunjukkan

adanya penyusutan sel, ruang kosong dalam sel, hilangnya sebagian

atau tidak lengkapnya komponen seluler, sel-sel terpecah-pecah yang

menyebabkan bahan seluler bocor sehingga tidak terjadi pembelahan

sel.

Clinical trail yang dilakukan Dalmation tahun 2011 di Philipina

General Hospital yang memakai VCO untuk mendukung pengobatan

TB, dirancang untuk membandingkan antara penderita yang hanya

diberi Pengobatan DOTS dengan penderita yang diobati dengan

DOTS ditambah dengan VCO. Hasilnya bahwa VCO dapat

meningkatkan energy untuk membantu membunuh Mycobacterium TB

dengan cara memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Jika dilihat rerata konversi berdasarkan status gizi, maka

penderita dengan status gizi baik mengalami konversi yang lebih cepat

dibandingkan dengan penderita dengan status gizi kurang (Gambar

10). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Collen, dkk tahun 2010

bahwa semakin baik status gizi akan semakin baik dalam pengobatan

Page 105: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

89

TB. Perbedaan gizi menjadi salah satu penyebab biologis untuk efek

perlindungan terhadap kuman TB. Individu dengan peningkatan BMI

mungkin memiliki protein yang lebih tinggi setiap hari dan asupan

energi, yang dapat mengakibatkan fungsi kekebalan tubuh lebih kuat

dan mendorong penurunan kematian dan TB (Abba, dkk 2008)

3. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan fisik seseorang atau

sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi

dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Supariasa, 2002). Status gizi

merupakan suatu keadaan penampakan fisik yang terjadi karena

ketidakseimbangan antara metabolisme zat gizi dari pengeluaran oleh

individu (Ida Leida, 2012). Dalam peneltian ini penentuan status gizi

penderita TB paru menggunakan pengukuran antropometri yaitu IMT

(BB/TB2) yang tercatat dalam kartu riwayat pengobatan pasien yang

mendapatkan pengobatan dimana pemberian dosis obat disesuaikan

dengan BMI nya. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat

peningkatan perbaikan status gizi penderita TB Paru setelah

mendapatkan pengobatan. Pemberian penambahan VCO akan

membantu memperbaiki status gizi penderita TB paru.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik nilai rata-rata status

gizi penderita mengalami peningkatan selama pengobatan. Tetapi

pengingkatan rerata status gizi (gambar 4-5) pada kelompok intervensi

Page 106: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

90

(DOTS+VCO) lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol

(DOTS). Peningkatan status gizi terkait dengan frekuensi makanan.

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran frekuensi makanan. Metode

frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode

tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Frekuensi makanan

pengobatan pada pasien yang mendapatkan pengobatan DOTS

ditambah dengan VCO lebih baik dibandingkan dengan pasien yang

hanya mendapatkan DOTS. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Status gizi penderita TB dalam satu bulan pengobatan pada

pasien yang mendapatkan pengobatan DOTS ditambah dengan VCO

mengalami peningkatan menjadi 60% yang sebelumnya 50% gizi baik,

dan setelah 2 bulan pengobatan meningkat lagi menjadi 80%.

Sedangkan pada pasien yang mendapatkan pengobatan OAT saja

justru mengalami penurunan dari 50% gizi baik menjadi 45% (Gambar

6). Hal ini menunjukkan bahwa penderita TB yang mendapatkan

penambahan VCO mengalami perbaikan status gizi yang lebih baik

dibandingkan dengan penderita yang diobati dengan DOTS saja. Hasil

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ashitani, dkk 2009,

memberikan formula tinggi VCO dapat memperbaiki nafsu makan dan

pertambahan berat badan pada penderita infeksi pernapasan kronik

dengan kaheksia. Penderita yang mendapatkan tambahan pengobatan

VCO memiliki rerata frekuensi makan yang lebih tinggi dibandingkan

Page 107: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

91

dengan penderita yang hanya mendapatkan pengobatan DOTS (Tabel

7).

VCO mempunyai asam lemak yang tidak terhidrogenasi seperti

minyak kelapa biasa. Hal ini disebabkan karena VCO banyak

mengandung asam lemak rantai sedang (Medium Chain Fatty Acid

/MCFA). MCFA mempunyai sifat mudah diserap sampai ke mitokondria

sehingga dapat meningkatkan metabolisme tubuh (Timoti, 2005).

Setelah dikonsumsi, setibanya di dalam saluran cerna, dinding usus

langsung menyerapnya tanpa harus melalui proses hidrolisa dan

enzimatika, kemudian langsung masuk ke dalam aliran darah dan

langsung dibawa ke dalam organ hati untuk dimetabolisir. Di dalam

hati, minyak kelapa murni diproses untuk memproduksi energi saja dan

digunakan untuk meningkatkan fungsi semua kelenjar endokrin, organ

dan jaringan tubuh (Budiarso, 2009). MCFA yang paling banyak

terkandung dalam VCO adalah asam laurat (lauric acid) (Timoti, 2005).

Jika dilihat dari perbandingan rerata IMT selama pengobatan

(Gambar 12), dapat dilihat bahwa pada pasien yang mendapatkan

pengobatan OAT ditambah dengan VCO mengalami peningkatan

status gizi yang lebih baik. Hasil analisis uji T berpasangan

menunjukkan adanya perbedaan rerata status gizi pada awal dan akhir

(setelah 2 bulan) pengobatan (p=0.000). Jika dilihat dari perbandingan

beda rata-rata setiap bulannya (Gambar 11), maka akan terlihat bahwa

Page 108: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

92

peningkatan rerata IMT pada kelompok Intervensi (DOTS+VCO) lebih

baik dibandingkan dengan kelompok Kontrol (DOTS).

Hal ini sesuai dengan penelitian di Tanzania yaitu dari 499

pasien TB diberikan asupan zat gizi (zink dan vitamin A) telah

mengalami peningkatan berat badan 0,8 Kg (Nyayogsa Range dkk,

2002). Status gizi yang kurang akan menurunkan kekebalan tubuh

sehingga akan mudah terjadi penyakit. Kekurangan protein dan kalori

serta zat besi, dapat meningkatkan risiko tuberkulosis paru (Ida Leida,

2012). Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa kepustakaan yang

memuat penjelasan bahwa keadaan (status) gizi/IMT merupakan hal

yang perlu diperhatikan dalam pemberian pengobatan (terapi) untuk

mendapatkan hasil penyembuhan yang lebih maksimal (Karyadi, dkk,

2002), dan (Raviglione, dkk, 2000). Penurunan berat badan dan

berkurangnya gizi mewakili faktor risiko independen untuk insiden

radang paru-paru dan kematian pada pasien dengan penyakit

pernapasan kronis (Alp, dkk tahun 2005 dan Chailleux, 2003).

Hasil penelitian ini mengindikasikan pentingnya asupan

mikronutrien seperti yang terkandung dalam VCO untuk memperbaiki

status gizi dan meningkatkan imunitas penderita TB Paru. Sehingga

konversi sputum BTA bisa menjadi lebih cepat. Peranan mikronutrient

sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit infeksi seperti TB

karena dengan terjadinya defisiensi zat mikronutrient secara signifikan

terjadi penurunan status imunitas sehingga menurunkan kapasitas

Page 109: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

93

untuk mengontrol adanya infeksi (Means RT, 1999 dalam Ida Leida,

2012).

Defisiensi mikronutrien dan status gizi umum yang jelek pada

penderita TB aktif dapat menekan system imun cell-mediated yang

merupakan pertahanan utama host untuk melawan bakteri

Mycobacterium (Cegielski, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan Ida

Leida (2012) pada pasien TB dengan resisten menununjukkan ada

hubungan yang signifikan (OR = 4,1) antara kandungan mikronutrien

yang tak normal dengan kejadian TB dengan resisten.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam pelaksanaan penelitian ini ditemukan beberapa keterbatasan

antara lain.

1. Kontrol pasien dalam minum obat tidak bisa dilakukan sepenuhnya

oleh peneliti, sehingga memungkinkan pasien tidak teratur dalam

minum obat baik OAT maupun VCO.

2. Masih kurangnya hasil penelitian serupa yakni penggunaan VCO

dalam pengobatan TB paru sehingga menyulitkan peneliti dalam

melakukan pembahasan.

Page 110: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Rata-rata peningkatan konversi penderita TB Paru yang hanya

mendapatkan pengobatan DOTS adalah 6 minggu. Untuk

perbedaan rerata peningkatan status gizi adalah 0,43 kg.

2. Rata-rata peningkatan konversi penderita TB Paru yang

mendapatkan pengobatan DOTS+VCO adalah 4 minggu. Untuk

perbedaan rerata peningkatan status gizi adalah 1,01 kg.

3. Terdapat perbedaan rerata percepatan konversi antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol setelah pengobatan dengan

penambahan VCO (p=0,000). Dimana kelompok intervensi

mengalami konversi yang lebih cepat.

4. Terdapat perbedaan rerata IMT antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol setelah pengobatan dengan penambahan VCO

(p=0,006). Pada pemeriksaan ke tiga (2 bulan setelah pengobatan),

status gizi baik (IMT ≥ 18,5) pada kelompok intervensi meningkat

menjadi 80% sedangkan pada kelompok kontrol mengalami

penurunan menjadi 45%.

Page 111: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

95

B. Saran

1. Kepada penderita TB Paru diharapkan menjaga asupan

makanannya untuk mencukupi asupan gizi.

2. Perlu dilakukan penambahan VCO pada pengobatan penderita TB

Paru karena dengan penelitian ini, penambahan VCO bisa

mempercepat konversi dan peningkatan status gizi penderita TB

Paru.

3. Untuk penelitian selanjutnya perlu menggunakan VCO dengan

kandungan asam laurat khusus kuman TB untuk melihat efektifitas

pengobatan.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan kepada penderita TB dengan

Resisten (MDR-TB) untuk membuktikan apakah VCO juga bisa

berpengaruh terhadap pengobatan pasien MDR-TB.

Page 112: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

96

DAFTAR PUSTAKA

Abba K, Sudarsanam TD, Grobler L, Volmink J. 2008. Nutritional

supplements for people being treated for active tuberculosis.

Cochrane Database Sys Rev. 2008; 4:CD006086.

Achmadi UF, 2004; Masaalah TB di Indonesia dan Upaya Percepatan

Penanggulangan Tuberkulosis, ”Stop TB Sekarang Juga ” dalam

buku Makalah Seminar TB Day: FK USU: 53-61

Aditama TY. 2004. Overview: Update Global TB Management (DOTS)

dalam buku Makalah Seminar TB Day ; FK USU : 75-84

Aditama, T.Y. 2006. Perkembangan Teknologi, Perkembangan Kuman.

Jurnal Tuberkulosis Indonesia. 3(2): ii.

Afriadi, 2010. Uji Efek Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Berat Badan

Dan Penurunan Kadar Gula Darah (KGD) Tikus Putih Diabetes Yang

Diinduksi Streptozotocin (STZ). Tesis. Program Magister Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Ahmad S,2004; Masaalah TB di Indonesia pada Seminar TB Day di FK-

USU.

Aggett PJ. 1994. Zinc In : Trace element in infancy and childhood.

Annales Nestle Journal; 52 : p. 94– 106

Ahn J, Koo SI. 1995. Effects of zinc and essential fatty acid deficiencies on

the lymphatic absorbtion of vitamin A and secretion of phospholipids.

J Nutr Biochem : p. 595 – 603

Page 113: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

97

Alp E, Güven M, Yildiz O, Aygen B, Voss A, Doganay M: Incidence, Risk

Factors and Mortality of Nosocomial Pneumonia in Intensive Care

Units: a Prospective Study. Ann Clin Microbiol Antimicrob 2004,

3:17.

Al-Moamary MS, Black W, Bessuille, Elwood RK, Vedal S. 1999. The

Significance of the Persistent Presence of Acid-fast Bacilli in Sputum

Smears in Pulmonary Tuberkulosis, Cheast ; 116:726-731.

Ashitani J,I., Matsumoto, N, and Masamitsu, N. 2009. Effect Of Octanoic

Acid-Rich Formula On Plasma Ghrelin Levels In Cachectic Patients

With Chronic Respiratory Disease. Biomed Central.

Bakaev VV, Duntau AP. 2004. Ascorbic acid in blood serum of patients

with pulmonary tuberculosis and pneumonia. Int J Tuberc Lung Dis.

Vol.8(2):263-266.

Beard JL. 2001. Iron biology in immune function, muscle metabolism and

neuronal functioning. Journal of Nutrition ; Vol.131: p. 568 – 80.

Berdanier CD. 1998. Advanced Nutrition and Micronutrition. CRC Press

New York. USA: p. 183 – 203

Browning J, O’Dell B. 1995. Zinc deficiency decreases the concentration

of N-ethyl D-aspartate receptors in guinea pig cortical synaptic

membranes. J. Nutr. Vol.125: p. 2083 – 89.

Budiarso IT, 2009. Minyak Kelapa, Minyak Goreng Yang Paling Aman Dan

Paling Sehat. http://www.wismamas.tk.

Page 114: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

98

Cegielski JP. 2004. McMurray DN. The relationship between malnutrition

and tuberculosis, evidence from studies in humans and experimental

animals. International Journal of Tuberculosis and Lung

Disease;8(3):286–98.

Chailleux E, Laaban JP, Veale D: Prognostic Value of Nutritional Depletion

in Patients with COPD Treated by Long-term Oxygen Therapy: data

from the ANTADIR observatory. Chest 2003, 123:1460-1466.

Colleen, dkk. 2010. Body Mass Index and Risk of Tuberculosis and Death.

Online Journal. National Institut of Health. 24(10): 1501–1508

Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Depkes RI, Jakarta

Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Depkes RI, Jakarta

Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi

2 Cetakan Pertama. Depkes RI, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Keputusan Menteri

Kesehatan RI Tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis.

Depkes RI, Jakarta.

England A, Bjorge T, Sogaard AJ, Tverdal A. 2003. Body mass index in

adolescence in relation to total mortality: 32-year follow-up of

227,000 Norwegian boys and girls. Am J Epidemiol 2003; 157(6):

517-

Page 115: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

99

23 Farah, Julia Nasution. 2009. Peranan Virgin Coconut Oil (VCO) Dalam

Menyembuhkan Lesi Oral Penderita HIV/AIDS. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

Fife, Bruce, C.N., N.D, 2004. Coconut Oil Miracle, cetakan kedua, PT

Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 1114

Garfinkel M., Lee S., Opara E C., Akwari O E. (2009). Insulinotropic

potency of lauric acid: a metabolic rationale for medium chain fatty

acids (MCF) in TPN formulation. J-Surg-Res. 1992 Apr; 52(4): 328-

33. http://www.apnet.com/www/journal/jr.htm

Gerdunas, Warta. 2005. Menyajikan Informasi Seputar Tuberkulosis.

Cetakan ke 8. Departemen Kesehatan RI , Jakarta

Groff JL, Gropper SS, Hunt SM. 1996. Advanced Nutrition and Human

Metabolism. 2nd-ed; p. 368.

Guneylioglu D, Yilmaz A, Bilgin S, Bayram U, Akkaya E, 2004; Factors

Affecting Delays in Diagnosis and Treatment of Pulmonary

Tuberkulosis in Tertiary Care Hospital in Istanbul, Turkey: J.Med SCI

Monit; 10(2): 62-67

Hariadi S, 2005. Fixed Dose Combination to Prrevent Drug Resistance.

KONAS PDPI 2005.

Heidelise. Neurodevelopment of preterm infant. 1997. In : Fanarof AA,

Martin RJ. (editor). Neonatal – perinatal medicine : disease of the

fetus and infant.;6th ed.

Page 116: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

100

Hemila H, Kaprio J, Pietinen P, Albanes D, Heinonen OP. 1999. Vitamin C

and other compounds in vitamin C rich food in relation to risk of

tuberculosis in male smokers. Am J Epidemiol.;150(6):632-641.

Isselbecher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL,

1999. Harrison’s Principle of Internal Medicine. Editor edisi bahasa

Indonesia Ahmad A Asdie ed 13, Jakarta EGC : 799-805.

Ida Leida, 2012. Analisis Epidemiologi Genetik dan Faktor Mikronutrien

Pada Penderita Multi Drug Resisten Tuberkulosis (Mdr – TB).

Disertasi Program Pasca Sarjan dan Spesialis Fakultas Kedokteran

Unhas.

Indra, Janis, 2008. Konversi BTA pada Penderita TB Paru Kategori I yang

mendapat Terapo Intensif dengan Diabetes Mellitus Terkontrol dan

Diabetes Mellitus Tidak Terkontrol. Tesis Pascasarjana USU.

Jun, dkk. 2009. Effect of Octanoic Acid-Rich Formula on Plasma Ghrelin

Levels in Cachectic Patients with Chronic Respiratory Disease.

Nutrition Journal 2009, 8:25 doi:10.1186/1475-2891-8-25

Karyadi E, Schultink JW, Nelwan RHH, et al. Poor Micronutrient Status of

Active Pulmonary Tuberculosis Patients in Indonesia. J Nutr

2000;130: p. 2953-8

Karyadi E, West CE, Schultink W. 2002. A double-blind, placebo-

controlled study of vitamin A and zinc supplementation in persons

with tuberculosis in Indonesia: effects on clinical response and

nutrional status. Am J Clin Nutr ; 75: 720–7.

Page 117: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

101

Ketaren,S.1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI – Press.

King JC, Keen CL. Zinc. Dalam Modern Nutrition in Health and Disease.

9th ed. Lippincot Williams and Wilkins. Maryland. USA. 1999 : p. 223

– 39.

Kuncoro J., dan Maloedyn. 2005. Gempur Penyakit Dengan VCO. Jakarta:

Agromedia Pustaka, hal : 14 – 22

Lucky, Prima Prihatinani. 2008. Studi Analisis Beberapa Parameter Mutu

Refined Bleaching Deodorized Coconut Oil (RBD.CNO) dan Virgin

Coconut Oil (VCO). Tesis di terbitkan. Universitas Sumatra Utara.

M. Sopiyudin Dahlan. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3. Jakarta:

Salemba Medika

Mariono S. 2003. Nutrisi untuk Pasien Paru di Rumah Sakit dan Rawat

Jalan, Respina V

Marina AM, Che Man YB, Nazimah AH. 2009. Chemical Properties of

Virgin Coconut Oil. J Am Oil Chem Soc; 86: 301–307.

Mugusi FM, Rusizoka O, Habib N, Fawzi W. 2003. Vitamin A status of

patients presenting with pulmonary tuberculosis and asymptomatic

HIV-infected individuals, Dar es Salaam, Tanzania. Int J Tuberc Lung

Dis.;7(8):804-807.

Nevin KG, Rajamohan T. 2004. Beneficial Effects of Virgin Coconut Oil on

Lipid Parameters and in Vitro LDL Oxidation. Clin Biochem 2004; 37:

830–835.

Page 118: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

102

Nevin KG, Rajamohan T. 2006. Virgin Coconut Oil Supplemented Diet

Increases the Antioxidant Status in Rats. Food Chem 2006; 99: 260–

266.

Nevin KG, Rajamohan T. 2008. Influence of virgin coconut oil on blood

coagulation factors, lipid levels and LDL oxidation in cholesterol fed

Sprague-Dawley rats. Eur J Clin Nutr Metab 2008; 3: 1–8.

Nixon P. 2000. Iron transport, storage and overload. GMC Biochemistry

home page. Biochemistry department. The University of Quesland.

Australia.. (http://biosci.uq.edu.au/GMC/iron ovr 00.htm.)

Nur Hapsari, 2008. Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan Metode

Sentrifugasi. Jurnal online. ejournal.upnjatim.ac.id

Nuralamsyah A, 2005. Minyak Kelapa Murni: Harapan Nilai Tambah yang

Menjanjikan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ramachandran G, Santha T, Garg R, et al. 2004. Vitamin A Levels in

Sputum-Positive Pulmonary Tuberculosis Patients in Comparison

with Household Contacts and Healthy ‘Normals.’ Int J Tuberc Lung

Dis.;8(9):1130-1133.

Raviglione MC and O’Brien. 2000. Tuberculosis. Dalam: Harrison’s

Principles of Internal Medicine. Edisi ke-15. New York, McGraw Hill

international Book Co.

Sacks LV, S Pendle. 1998. Factors related to in-hospital deaths in patients

with Tuberculosis. Arch Intern Med 1998; 158(17): 1916-22.

Page 119: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

103

Simadibrata M. 2003. Manfaat Suplemen Protein Formula Khusus

Berbasis Kedelai Bagi Pasien Malnutrisi . Respina V.

Suhardiyono, L. 1995. Tanaman Kelapa : Budidaya dan Pemanfaatannya.

Yogyakarta : Kanisus.

Sutarmi dan Rozaline, H. 2006. Taklukan Penyakit dengan VCO. Jakarta :

Penebar Swadaya.

Suwarno, Usman. 2008. Konversi BTA Pada Penderita TB Paru Kategori I

Dengan Berat Badan Rendah Dibandingkan Berat Badan Normal

Yang Mendapatkan Terapi Intensif. Tesis diterbitkan. USU e-

Repository

Taslim NA. 2004. Penyuluhan Gizi, Pemberian Soy Protein dan Perbaikan

Status Gizi Penderita Tuberculosis di Makassar. J Med Nus. 2004;

25:59-64.

Timoti H. 2005. Aplikasi Teknologi Membran Pada Pembuatan Virgin

Coconut Oil (VCO). Nawapanca Adhi Cipta.

Van Crevel R, dkk. (2002). Decreased plasma leptin concentrations in

Tuberculosis patients are associated with wasting and inflammation.

J Clin Endocrinol Metab 2002; 87(2):758-63.

Vasantha M, dkk. 2008. Weight Gain in Patients With Tuberculosis

Treated Under Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS).

Indian J Tubrc 2009; 56: 5-9

Page 120: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

104

Vigna Dyah Puspitasari, 2010. Kadar Asam Laurat Dan Fenol Virgin

Coconut Oil (VCO) Yang Diolah Dengan Metode Pemanasan,

Sentrifugasi Dan Pancingan. Jurnal online. http://eprints.undip.ac.id

Vina Fitriani, 2013. Perjuangan VCO Menerjang Fitnah.

http://www.vcosemeru.com/?Kajian_Ilmiah_VCO . Diakses tanggal 6

Februari 2013.

Whittaker P. 1998. Iron and zinc interaction in human. Am J Clin Nutr

1998;68 : p. 442-6.

World Health Organization Report. 2009. Global Tuberculosis Control. A

short update to the 2009 report.

Yani, Triyani, Ida Parwati, I. Sjahid, J.E. Gunawan. 2007. Peralihan

(Konversi) Sputum Bta Antara Pemberian Dosis Baku (Standar) Dan

Tinggi Rifampicin Pada Pengobatan (Terapi) Anti Tuberkulosis

Kelompok (Kategori) I. Indonesian Journal of Clinical Pathology and

Medical Laboratory, Vol. 14, No. 1: hal.1-10.

Zakaria, Z.A. Somchit, M.N. Mat Jais, A.M. The, L.K. Salleh, M.Z. 2011. In

vivo Antinociceptive and Anti-inflammatory Activities of Dried and

Fermented Processed Virgin Coconut Oil. Med Princ Pract; 20: 231–

236

Page 121: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu

JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar. Telp. (0411)5780103, Fax (0411) 581431.

Contact person dr. Andi Muh Ichsan,PhD (HP. 081342280880), email: am_ichsan @ yahoo.com

LAMPIRAN 1

NASKAH PENJELASAN KEPADA SUBYEK UNTUK PERSETUJUAN

Selamat siang Bapak/ Ibu, saudara(i).

Bagaiamna keadaan Bapak/ Ibu, saudara(i)? Kenalkan nama saya Kasman,

saya mahasiswa pasca sarjana Unhas sedang melakukan penelitian akhir study.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Virgin

Coconut Oil (VCO) terhadap peningkatan konversi sputum BTA penderita TB Paru.

Bapak/ Ibu, saudara(i) akan di ukur berat badan dan tinggi badan untuk menghitung

IMT (Indeks Massa Tubuh) serta pengukuran food recall untuk mengetahui asupan

makanan yang akan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, bulan pertama

penelitian dan akhir penelitian (bulan ke 2 penelitian). Selain itu, kamu akan

melakukan pemeriksaan sputum BTA setiap minggu selama 2 bulan untuk melihat

progress dari konversi Sputum BTAnya.

Anda akan kami berikan OAT dan VCO secara gratis dan kami akan

membantu dan memantau supaya bisa meminum obatnya secara rutin. VCO ini aman

diminum karena memberikan asupan lemak jenuh rantai sedang serta dapat membantu

membunuh kuman bakteri dan virus, tetapi tidak membahayakan karena bersahabat

dengan bacteri flora dalam usus, serta dapat mencegah resistensi antibiotik. Efek

anticeptive VCO disebabkan karena mengandung Glycerol Monolaurat (monolaurin)

yang merupakan asam laurat spesifik yang berfungsi sama dengan asam urat yang

dapat membunuh kuman TB.

Efek yang mungkin terjadi adalah rasa mual-mual setelah meminum VCO.

Hal ini karena belum terbiasa dengan rasa dari VCO, tetapi setelah terbiasa, maka hal

ini akan berkurang.

Jika setuju, maka Bapak/ Ibu, saudara(i) akan mendapatkan pengawasan

selama prosedur kegiatan tersebut berlangsung dan semua biaya untuk tindakan dan

bahan yang digunakan dalam penelitian ini akan ditanggung sepenuhnya oleh saya

Page 122: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

2

selaku peneliti. Semua data-data mulai dari identitas sampai hasil penelitian akan

dijamin kerahasiaanya. Namun jika Bapak/ Ibu, saudara(i) tidak bersedia ikut dalam

penelitian ini atau mungkin mengundurkan diri dari penelitian ini, kami tidak akan

memaksakannya dan tetap akan memberikan pelayanan sebagaimana mestinya sesuai

dengan standar pelayanan medis yang berlaku.

Jika ada sesuatu ketidaksesuaian selama rangkaian penelitian ini, Bapak/ Ibu,

saudara(i) bersama saya selaku peneliti dapat menelaah kembali untuk mencari jalan

terbaik dalam menangani ketidaksesuaian tersebut. Bila ada yang belum dimengerti

dipersilakan untuk bertanya.

Terima kasih

Kasman, SKM

Jln. Sahabat 3 No. 13 Tamalanrea Makassar

HP. 085226549077

Page 123: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

INFORMED CONCENT PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

PENINGKATAN KONVERSI SPUTUM BTA DAN STATUS GIZI

PADA PENDERITA TB PARU DI BBKPM

KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya telah mendapatkan

penjelasan dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang belum saya mengerti

mengenai penelitian ini. Setelah mendapatkan penjelasan, dengan ini saya

menyatakan secara sukarela ikut serta dalam penelitian ini dan saya berhak

mengundurkan diri bila ada alasan sehubungan dengan kesehatan saya. Demikian

pula jika terjadi ketidaksesuaian, saya akan menelaah kembali untuk mencari jalan

keluar yang terbaik tentang ketidak sesuaian tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan.

Makassar, 2013

Saksi Tanda tangan Yang menyatakan

1. ………………. ……………

2. ………………. …………… (…..………………..)

Penanggung jawab penelitiaan,

Kasman, SKM

Jln. Sahabat 3 No. 13 Tamalanrea Makassar

HP. 085226549077

Lampiran 2

Page 124: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

FORM PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP PENINGKATAN

KONVERSI SPUTUM BTA DAN STATUS GIZI PADA PENDERITA TB PARU

DI BBKPM KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

I. DATA KARAKTERISTIK (DK)

DK1 Nomor urut Responden

DK2 No. Registrasi BBKPM …………………………………..

DK3 Tanggal Masuk Berobat ………………………………….

DK4 Nama responden …………………………………………………

DK5 Kelompok Penelitian 1. Intervensi 2. Kontrol

DK6 Umur .............. tahun

DK7 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

DK8 Pekerjaan ............................................................

DK9 No. Telpon ..........................................................

DK10 Alamat ................................................................

DK11 PMO ...................................................................

II. KONVERSI

Minggu

SPS

I II III IV V VI VII VIII

Sewaktu

Pagi

Sewaktu

III. STATUS GIZI

Waktu

STATUS GIZI

(AWAL)

I

(1 BULAN PENGOBATAN)

II

(2 BULAN PENGOBATAN)

III

Tinggi Badan

Berat Badan

IMT

RAHASIA Lampiran 3

Page 125: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

KUESIONER FOOD FREKUENSI

PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP PENINGKATAN KONVERSI SPUTUM BTA DAN STATUS GIZI PADA PENDERITA TB PARU

DI BBKPM KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

I. DATA KARAKTERISTIK (DK)

DK1 Nomor urut Responden

DK2 No. Registrasi BBKPM

DK3 Tanggal Masuk Berobat ………………………………….

DK4 Nama responden …………………………………………………

DK5 Kelompok Penelitian 1. Intervensi 2. Kontrol

DK6 Umur .............. tahun

DK7 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi

Setiap Kali Makan 1 x

Sehari >3 x

Seminggu < 3 x

Semingu Jarang TidakPernah

Makanan Pokok

Beras

Jagung

Sagu Roti

Mie

Lauk Hewani

Daging

Ikan segar

Ikan asin

Ayam

Telur

Udang Lauk Nabati

Tempe

Tahu

Kacang-kacangan

Sayur-sayuran

Daun hijau

Daun berwarna

Sayur buah-buah

Kacang panjang

Buah-buahan Pisang

Pepaya

Mangga

Jeruk

Jambu

Lainnya

Lain-lain

Minyak kelapa

Kue Susu

Kopi

Teh

Gula

RAHASIA Lampiran 4

Page 126: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP
Page 127: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP
Page 128: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

DOKUMENTASI PENELITIAN

Inform Consent

Page 129: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

Pengukuran Tinggi Badan dan Berat badan

Pemeriksaan Dahak

Page 130: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

Tempat Pembuatan VCO

Pengukuran Food Frekuensi

Page 131: TESIS PENGARUH PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL TERHADAP

CURICULUM VITAE

A. DATA DIRI

1. Nama : Kasman

2. Tempat/Tanggal Lahir : Rappang / 04 Februari 1988

3. Alamat : Jl. KUD Sipodeceng, Passeno II, Kel.

Duampanua Kec. Baranti Kab. Sidrap,

91652

4. Telp/Hp : 085226549077

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Agama : Islam

7. Status pernikahan : Belum Menikah

B. PENDIDIKAN

1. SDN 6 Baranti, Kab. Sidrap, tamat tahun 2000

2. SMPN 1 Baranti Kab. Sidrap, tamat tahun 2003

3. SMAN 1 Panca Rijang Kab. Sidrap. Tamat tahun 2006

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, tamat tahun

2010.

5. Program Pasca Sarjana FKM UNHAS, tamat tahun 2013.

Makassar, Agustus 2013

K a s m a n