tesis penerapan pembelajaran kooperatif · pdf filetesis penerapan pembelajaran kooperatif...

67
TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH SOSIOLOGI KEPERAWATAN (Penelitian di Prodi D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya) Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Oleh: SUGENG MASHUDI NIM. S540908319 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: phamanh

Post on 03-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

TESIS

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

MATA KULIAH SOSIOLOGI KEPERAWATAN (Penelitian di Prodi D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya)

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

SUGENG MASHUDI

NIM. S540908319

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

MATA KULIAH SOSIOLOGI KEPERAWATAN (Penelitian Tindakan kelas di Prodi D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya)

TESIS

oleh: SUGENG MASHUDI

NIM. S540908319

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing: Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd. NIP 194404041976031001 Pembimbing II Pancrasia Murdani, dr., MHPEd NIP 19480512197903100

Mengetahui, Ketua Program Studi Kedokeran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr.,MM.,M.kes.,PAK. NIP 130 543 994

Page 3: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

MATA KULIAH SOSIOLOGI KEPERAWATAN (Penelitian Tindakan kelas di Prodi D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya)

TESIS

oleh:

SUGENG MASHUDI NIM. S540908319

Telah Disetujui oleh Tim Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua

: Prof. Dr. Satimin Hadiwidjaja, dr., PAK,MARS

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

Anggota

: Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd.

Anggota

: Pancrasia Murdani, dr., MHPEd

Mengetahui : Ketua Program Studi Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., Kedokteran Keluarga MM, M.Kes.,PAK NIP.130 543 994

Direktur Program Prof. Drs.Suranto, MSc., Ph.D Pascasarjana NIP. 131 472 192

Page 4: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Sugeng Mashudi

NIM : 540908319

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul “PENERAPAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM

PENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH

SOSIOLOGI KEPERAWATAN” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal

yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 5 Maret 2010

Yang Membuat Pernyataan

(Sugeng Mashudi)

iv

Page 5: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

KATA PENGANTAR

Kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar.

Belajar dapat membawa perubahan dan perubahan itu pada pokoknya adalah

diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Dalam melakukan proses

pembelajaran dosen dapat memilih beberapa metode mengajar. Model

pembelajaran kooperatif disebut efektif jika memenuhi beberapa hal antara lain

adanya aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran, minat siswa, kemampuan

bekerja kelompok dan kemampuan mahasiswa memahami materi yang

disampaikan. Menurut beberapa ahli Model Jigsaw sangat bagus untuk

meningkatkan pemahaman dan membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaran.

Penulisan tesis berjudul “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MODEL JIGSAW DALAM PENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

PADA KULIAH SOSIOLOGI KEPERAWATAN” bertujuan untuk mengetahui

efektifitas penerapan metode pembelajaran kooperatif Model Jigsaw ditinjau dari

segi minat dan prestasi.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan penghargaan yang tulus dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang kami hormati:

1. Prof. Dr. H. M. Syamsulhadi, dr, SPKJ(K) selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kemudahan kepada

penulis dalam melaksanakan pendidikan Pascasarjana di Universitas

Sebelas Maret Surakarta

2. Prof. Drs. Suranto, MSc.,Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kemudahan

kepada penulis dalam melaksanakan pendidikan Pascasarjana di

Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM.,M.Kes.,PAK, selaku Ketua Program

Studi Kedokteran Keluarga, yang telah memberikan bantuan dan

kemudahan kepada penulis.

v

Page 6: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

4. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dan menyusun

hasil penelitian ini.

5. Pancrasia Murdani, dr., MHPEd selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan penulis dalam menyusun hasil

penelitian ini.

6. Prof. Dr. Zainudin Maliki, M.Si, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Surabaya, yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Sukadiono, dr., MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah

memberikan ijin penelitian.

8. Seluruh staf pengajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surabaya yang telah membantu penelitian ini.

9. Ayah handa H. Muhlani dan Ibu Hj. Suparmi, serta nenek yang senantiasa

mendoakan kesuksesan putra-putri tercinta.

10. Keluarga Mas Santoso, Mbak Siti M, dik Ilham H, dik Darmawan H,

Keluarga Mas Nur, Mbak Ning, dik Anindya S, dik Nuha A, Keluarga

Mas Suwoko, Mbak Wahyu H, dik Yudi, dik Norma, Mas Lukman dan

Mbak Yani yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material

selama studi, sehingga terselesaikannya tesis ini.

11. Istriku Lusia Cahyanti YKW, dr. yang telah memberikan dukungan

sepenuh hati selama studi sehingga terselesaikannya tesis ini.

Penulis berharap penyusunan tesis ini berguna sebagai sumber informasi

bagi pembaca, masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi peneliti

selanjutnya.

Surakarta, 1 Juni 2010

Penulis

vi

Page 7: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PERNYATAAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

ABSTRAK xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw 5

2. Minat Belajar 8

3. Prestasi Belajar Sosiologi 8

4. Materi Pembelajaran Sosiologi keperawatan 10

B. Penelitian yang Relevan 38

C. Kerangka Berpikir 39

D. HipotesisTindakan 40

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 41

B. Subjek Penelitian 41

C. Metode Penelitian…............................................................. 41

D. Langkah-Langkah Penelitian …...................................... ......42

41 41 41 42 45 51 51

39

39

39

40

5

8

8

10

36

37

38

41

41

41

42

45

51

51

Page 8: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

E. Cara Pengumpulan Data…............................................... .....46

F. Teknik Analisis Data…..................................................... ...

G. Indikator Keberhasilan

..

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

A. Deskripsi Tempat Penelitian

B. Temuan Penelitian

C. Pembahasan

D. Keterbatasan Penelitian .... .

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Implikasi

C. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

50

51

62

65

61

61

62

45

46

47

49

56

60

43

Page 9: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli 6

Gambar 2. Struktur keluarga 13

Gambar 3. Beban kasus keluarga 18

Gambar 4. Keluarga dan lingkungan eksternal 19

Gambar 5. Hubungan antara penyakit dan keadan sakit 30

Gambar 6. Level pencegahan penyakit 33

Gambar 7. Teori Blum 34

Gambar 8. Teori adopsi inovasi Rogers 36

Gambar 9. Kerangka pikir 39

Gambar 10. Siklus PTK menurut Kemmis and Taggart 40

ix

Page 10: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standart nilai mahasiswa 9

Tabel 2. Status kesehatan individu 32

Tabel 3. Kisi-kisi minat belajar 44

Tabel 4. Kriteria minat mahasiswa 45

Tabel 5. Hasil tes minat mahasiswa 51

Tabel 6. Hasil tes prestasi 51

Tabel 7. Hasil tes pestasi mahasiswa setelah siklus II 53

Tabel 8. Hasil tes efektif 53

x

Page 11: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance penelitian

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Muhammadiyah Surabaya

Lampiran 4. Lembar kesediaan responden

Lampiran 5. Lembar observasi minat belajar

Lampiran 6. Lembar prestasi belajar

Lampiran 7. Lembar pertanyaan terbuka minat dan prestasi

Lampiran 8. Lembar observasi kegiatan pembelajaran

Lampiran 9. Rencana Pembelajaran

Lampiran 10. Lembar hasil observasi kegiatan pembelajaran

Lampiran 11. Lembar hasil angket minat mahasiswa

Lampiran 12. Lembar hasil prestasi mahasiswa

Lampiran 13. Pembagian kelompok Jigsaw

Lampiran 14. Denah diskusi kelompok Jigsaw kelompok Asal dan Ahli

Lampiran 15. Foto proses pembelajaran Jigsaw

Lampiran 16. CD transkrip wawancara

Page 12: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

ABSTRAK Sugeng Mashudi, NIM.S540908319.2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Mata Kuliah Sosiologi Keperawatan. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Model pembelajaran pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan di Program Studi D3 Keperawatan saat ini masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Aktivitas pembelajaran yang selama ini berpusat pada dosen mengakibatkan proses pembelajaran tidak menyenangkan, membosankan, dan kurang memotivasi mahasiswa untuk belajar. Model Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan mahasiswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dengan model Jigsaw diharapkan partisiasi mahasiswa dalam proses pembelajaran Sosiologi Keperawatan akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah Sosiologi Keperawatan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diaksanakan dalam dua siklus dan tiap-tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian adalah 48 mahasiswa semester II Program Studi D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Sumber data diperoleh dari mahasiswa, tempat, dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik dan alat pengumpulan data menggunakan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan trianggulai sumber data. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan model pembelajaran Jigsaw rata-rata minat mahasiswa tergolong rendah (skor 78,7) dan setelah siklus I skor rata-rata minat mahasiswa tergolong tinggi (skor 96,3). Sedangkan prestasi mahasiswa sebelum dilakukan model pembelajaran jigsaw sebanyak 81,2% memiliki skor di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), setelah siklus I prestasi mahasiswa yang di bawah KKM mengalami penurunan menjadi 23%, dan setelah siklus II mahasiswa yang mendapat nilai di bawah KKM hanya 6,2%. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Sosiologi Keperawatan melalui metode Jigsaw terbukti mampu mendorong mahasiswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran sehingga minat dan prestasi belajar mahasiswa meningkat. Kata kunci: Model Jigsaw-minat-prestasi-sosiologi keperawatan

xii

Page 13: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

ABSTRCT Sugeng Mashudi, NIM. S540908319. 2010. Implementation Jigsaw Cooperative Learning Model to Increase Interests and Achievements in Improving Learning Teaching Nursing Sociology.Thesis: Post Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.

Learning process in sociologycal nursing in bachelor nursing program have been using convensional model. Teacher center Learning makes the atmosphere becomes unpleasant, tedious, and less motivated students to learn. Jigsaw was one of the cooperative learning models that involves students working collaboratively to achieve common goals. Jigsaw learning model was expected partisiasi students in the learning process will increase Nursing Sociology. The aim of this research is to describe, to explain The Application Jigsaw Cooperative Learning Model to Increase Interests and Achievements in Improving Learning Teaching Nursing Sociology.

This research is as classroom action research done two times and each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The research subject is the 48 students of the second grade of bachelor Nursing Program at Muhammadiyah University of Surabaya. The source of data is taken from the the students, the place and the event of teaching and learning process activity, and documents. The technique and the data collecting use questionnaires, observation, and interview. The data validity uses the data triangulation. The data analysis uses the qualitative analysis.

The result of this research shows that before being held the classroom action research, the average of the students’ Interests low (scor 78,7) dan after getting the first cycle high (skor 96,3). Meanwhile, based on the Achievements also increases in every cycle 81,2% have under standart scor, 23% on the first cycle, dan on the first cycle 6,2% on the second cycle. Based on the result of the above research, it is concluded that application of co-operative learning Jigsaw can increase the student to more active in learning process so increase interest and achievment of student. . Key words: Model Jigsaw-Interest-achievement-nursing sociology

xiii

Page 14: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Model pembelajaran pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan di Program Studi D3

Keperawatan saat ini masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelanjaran yang

dilakukan hanya Lihat, Catat, Datang (LCD), serta Datang, Duduk, Diam (D3). Aktivitas

pembelajaran yang selama ini berpusat pada dosen mengakibatkan proses pembelajaran terasa

kering, tidak menyenangkan, membosankan, serta kurang memotivasi mahasiswa untuk belajar.

Mahasiswa belum mampu membangun pemahaman mereka sendiri, sehingga mahasiswa kesulitan

dalam aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari, meskipun konsep tersebut sangat terkait

dengan praktik keperawatan. Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang

melibatkan mahasiswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Hedden, T.

2003). Dengan model pembelajaran Jigsaw diharapkan partisiasi mahasiswa dalam proses

pembelajaran Sosiologi Keperawatan akan meningkat. Namun, sampai saat ini belum ada

penelitian tentang penerapan pembelajaran kooperatif melalui model Jigsaw dalam meningkatkan

minat dan prestasi belajar Sosiologi Keperawatan pada Program Studi D3 Keperawatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa D3 keperawatan bahwa Sosiologi

Keperawatan termasuk mata kuliah yang sulit dipahami. Walaupun pembelajaran sudah

difokuskan pada aspek kognitif, psikomotorik, dan aspek afektif sudah diperhatikan, tetapi

mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan pada praktik keperawatan.

Hal ini menyebabkan mahasiswa kurang percaya diri ketika melaksanakan praktik keperawatan

sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri berkurang. Salah satu prinsip psikologi belajar

menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan, maka semakin besar

kesempatan untuk mengalami proses belajar. Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang

siswa menuju ke pembentukan manusia seutuhnya (a fully functioning person) (Amien, 1987). Hal

ini berarti pembelajaran yang baik harus meliputi aspek psikomotorik, aspek afektif, dan aspek

kognitif. Oleh karena itu, dosen harus berusaha agar mahasiswa tidak hanya belajar memahami

konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi mahasiswa juga mengalami proses belajar tentang

pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, dan komunikasi sosial (Yachin, BM.,et al., 2006).

Menurut Ibrahim, M. (2005), terdapat enam tahap utama dalam pembelajaran kooperatif

model Jigsaw diantaranya adalah: 1. menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa; 2.

menyampaikan informasi; 3. mengorganisasikan mahasiswa ke dalam kelompok kooperatif; 4.

membimbing kelompok kerja dan belajar; 5. mengevaluasi; 6. memberikan penghargaan. Melalui

enam tahap tersebut Jigsaw terbukti mampu meningkatkan kemampuan bekerjasama pada

mahasiswa. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi

yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada

anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain

1

Page 15: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

2

dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A.,

1994). Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan kerjasama dan

kolaborasi, dan juga keterampilan tanya-jawab (Ibrahim, M. 2005).

Pembelajaran sekarang menuntut student center, problem based, integrated, dan

community oriented (Yazdani, 2002). Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti terdorong

untuk melakukan penelitian mengenai penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw terhadap

peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah Sosiologi Keperawatan pada Program Studi D3

Keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan

minat belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan?

2. Bagaimanakah menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan

prestasi belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan?

3. Mengapa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw, minat dan prestasi

mahasiswa D3 Keperawatan pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan meningkat?

C. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar mahasiswa D3 keperawatan pada mata

kuliah Sosiologi keperawatan dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw II.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Mengetahui peningkatkan minat belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada mata kuliah

Sosiologi Keperawatan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw.

b. Mengetahui peningkatkan prestasi belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada mata kuliah

Sosiologi Keperawatan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw.

c. Mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada

mata kuliah Sosiologi Keperawatan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model

Jigsaw.

Page 16: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

3

D. MANFAAT

Manfaat Teoritis :

Diharapkan dapat membuktikan secara empiris bahwa penerapan pembelajaran kooperatif

model Jigsaw mampu meningkatan minat dan prestasi mahasiswa pada mata kuliah Sosiologi

Keperawatan.

Manfaat Praktis :

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam pemahami materi Sosiologi

Keperawatan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam bidang kesehatan dengan

mendapatkan metode pembelajaran yang efektif dan mudah di terapkan.

Page 17: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Terdapat beberapa variasi jenis Jigsaw pada saat ini. Jigsaw yang pertama kali

dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas

dikenal sebagai Jigsaw I, sedangkan Jigsaw yang dikembangkan oleh Slavin dan teman-teman di

Universitas John Hopkins dikenal sebagai Jigsaw II. Kedua Jigsaw tersebut berbeda dalam hal ada

tidaknya penghargaan kelompok. Terdapat satu jenis Jigsaw III yang dikembangkan oleh Kagan,

pelaksanaan Jigsaw III menggunakan dua bahasa (bilingual classroom).

Menurut Sugiyanto (2008), langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw II adalah:

a. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 mahasiswa yang

karakteristiknya heterogen.

b. Bahan akademik disajikan kepada mahasiswa dalam bentuk tes, dan setiap siswa bertanggung

jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari

suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya bertemu dan saling membantu mengkaji

bagian tersebut. Kumpulan mahasiswa semacam ini disebut “Kelompok Pakar” (expert group).

d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kekelompok asal (home

team) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok

pakar.

e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home team para siswa dievaluasi secara

individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Individu atau tim yang telah memperoleh skor

tinggi akan diberi penghargaan dari dosen.

Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan oleh Arend, R. I.

Sebagai berikut:

+ + + +

# # # #

@ @ @ @

@ #

+ $

@ #

+ $

@ #

+ $

$ $ $ $

@ #

+ $

K e l o m p o k A h l i

K e l o m p o k A s a l

5

Page 18: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

5

Gambar 1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli Sumber Sugiyanto (2008)

Menurut Muhammad Nur (2005), pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw II dilaksanakan

sebagai berikut:

1. Membaca

Mahasiswa diberi topik-topik ahli dan disuruh membaca bahan yang ditugaskan untuk

mencari infaormasi. Kegiatan membaca dapat digunakan sebagai tugas awal dalam

pembelajaran.

2. Diskusi kelompok ahli

Siswa dalam kelompok ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan informasi dalam

kelompok-kelompok ahli.

3. Laporan kelompok

Para ahli kekelompoknya masing-masing untuk mengajarkan topik-topik mereka kepada

teman satu kelompoknya.

4. Kuis

Mahasiswa mengerjakan kuis individu yang mencakup seluruh topik. Apabila telah selesai

maka segera diadakan skoring terhadap kuis tersebut.

5. Penghargaan kelompok

Setelah diadakan kuis, dosen mengumumkan skor perbaikan individu dan skor kelompok

serta memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran Jigsaw II, mahasiswa

ditempatkan pada kelompok yang heterogen. Mahasiswa ditugasi mempelajari bab atau materi

pelajaran untuk dibaca, dan diberikan “lembar ahli” yang berisi topik yang berbeda untuk anggota

setiap kelompok. Kegiatan membaca dapat digunakan sebagai tugas rumah. Apabila para

mahasiswa telah selesai membaca, siswa dari kelompok berbeda dengan topik yang sama bertemu

dalam sebuah “kelompok ahli” untuk membahas topik mereka. Para ahli tersebut kemudian

kembali ke kelompok asal dan secara bergantian mengajar teman satu kelompoknya tentang topik-

topik keahlian mereka. Kemudian siswa diberikuis tentang seluruh topik, dan skor kuis tersebut

menjadi skor kelompok. Skor yang disumbangkan oleh mahasiswa dalam kelompok mereka

didasarkan pada sistem skor perbaikan/perkembangan individu, dan kelompok yang mendapatkan

skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Kunci keberhasilan Jigsaw II adalah saling

ketergantungan, yaitu setiap mahasiswa tergantung kepada anggota kelompoknya untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Penskoran dalam Jigsaw II diambil dari skor kuis mahasiswa. Sebenarnya dari uraian di

atas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran Jigsaw II terdapat kelebihan antara lain: 1.

Page 19: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

6

Meningkatkan kemampuan akademik mahasiswa, 2. Meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa,

3. Menumbuhkan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian, 4. Meningkatkan

kemampuan mahasiswa untuk berdiskusi. Selain memiliki kelebihan, model Jigsaw II juga

memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: 1. Kegiatan pembelajaran membutuhkan waktu yang

lebih banyak, 2. Keadaan kelas akan cenderung gaduh jika mahasiswa tidak memanfaatkan

sebaikmungkin untuk belajar kelompok, 3. Bagi dosen model pembelajaran tipe ini memerlukan

kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Belajar

tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.

Pada penelitian ini, yang dimaksud aktivitas belajar mahasiswa meliputi waktu untuk

belajar Sosiologi Keperawatan, sikap mandiri dalam mengikuti pelajaran mata kuliah Sosiologi

Keperawatan, belajar Sosiologi Keperawatan secara kelompok, mengerjakan tugas atau latihan

sendiri, dan mempelajari sumber pelajaran selain buku ajar Sosiologi keperawatan.

2. Minat belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), “minat adalah kecenderungan hati yang

tinggi (keinginan) terhadap sesuatu”. Selanjutnya Poerbakawatja dan harahap (1981) menyatakan

bahwa “minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima dari luar”. Purwoto

(2000) menyatakan bahwa “minat adalah sejenis perasaan, minat adalah perkara hati yang

didorong oleh keinginan yang datangnya dari dalam jiwa”. Kurt Siregar (1987) menjelaskan

bahwa minat adalah suatu landasan yang paling menyakinkan demi keberhasilan suatu proses

belajar. Jadi, seorang siswa yang memiliki rasa ingin belajar ia akan lebih cepat mengerti dan

mengingatnya.

Dari uraian di atas dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan

bahwa seorang mahasiswa yang berminat terhadap suatu hal daripada hal yang lain akan lebih

memperhatikan subjek tersebut. Poerbakawatja dan harahap (1981) juga menjelaskan bahwa

perhatian merupakan respons umum terhadap sesuatu yang merangsang dikarenakan terdapat

bahan apersepsi pada kita yang berakibat kesadaran kita menyempit dan memusat kepada hal-hal

yang merangsang kita. Peneliti menyimpulkan minat merupakan suatu faktor yang berasal dari

dalam diri manusia dan berfungsi sebagai faktor pendorong dalam berbuat sesuatu yang akan

terlihat dalam indikator “rasa senang”, “memberi perhatian”, “kesadaran”, “konsentrasi”, dan

“kemauan”.

3. Prestasi Belajar Sosiologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), prestasi adalah hasil yang

telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan dan sebagainya). Menurut

Umar (1996), prestasi belajar berkaitan dengan kemampuan mahasiswa dalam

menyerap atau memahami suatu bahan pelajaran yang telah diajarkan. Prestasi

belajar dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran. Menurut

Page 20: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

7

Usman (1993) indikator yang dijadikan tolok ukur keberhasilan pembelajaran

adalah sebagai berikut.

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi yang

baik setara antara individu maupun kelompok.

b. Perilaku yang digunakan dalam tujuan pembelajaran khususnya telah

dicapai mahasiswa baik individu maupun kelompok.

Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar mahasiswa maka diadakan tes

prestasi belajar. Tes itu disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang harus

dicapai mahasiswa. Hasil Tes prestasi belajar yang tinggi, menunjukkan tingkat

pencapaian tujuan pembelajaran yang tinggi.

Tingkat pencapaian tujuan pembelajaran tidak lepas dengan ketuntasan

belajar. Menurut Abdullah (1995) belajar dikatakan tuntas jika apa yang dipelajari

mahasiswa dapat dikuasai sepenuhnya atau mencapai taraf penguasaan tertentu

mengenai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan standar normal

tertentu. Tingkat ketuntasan baik secara individu maupun klasikal belum ada

ketentuan pasti. Di Universitas Muhammadiyah Surabaya mahasiswa dikatakan

lulus jika mendapatkan nilai minimal C (setara dengan 56-60 untuk skala 0-100),

yang dihitung dengan menggunakan rumus [(1 X A) + (2 X T) + (3 X UTS) + (4 x

UAS)] : 10, dengan A adalah aktivitas, T adalah tugas, UTS adalah ujian tengah

semester, dan UAS adala ujian akhir semester.

Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya menggunakan standart nilai, sebagai

berikut:

Tabel 1. Standart Nilai mahasiswa di Fakultas Ilmu kesehatan UMSurabaya

Angka Kriteria Score Nilai A Sangat Baik ≥ 80

AB Baik 70-79 B Baik 66-69

BC Cukup 60-65 C Cukup 55-59 D Kurang 45-54 E Sangat Kurang ≤ 44

(Sumber: Buku Panduan Akademik Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya, 2009)

Page 21: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

8

Mahasiswa yang mendapatkan nilai E dan D wajib mengikuti ujian ulang

sedangkan nilai BC dan C mahasiswa diberikan pilihan untuk mengikuti ujian

perbaikan. Perbaikan nilai yang diberikan maksimal B dan atau naik maksimal

dua tingkat.

Suatu proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang

berpengaruh dalam proses belajar mengajar saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Indikator pencapaian tujuan pembelajaran salah satunya adalah prestasi

belajar mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa merupakan hasil interaksi antara berbagai

komponen yang terdapat di dalam pembelajaran.

4. Materi Pembelajaran Sosiologi keperawatan

a. Deskripsi

Sosiologi Keperawatan merupakan bagian dari kelompok Mata Kuliah Kehidupan

Bermasyarakat (MBB). Fokus mata kuliah ini diantaranya: konsep kebudayaan, hubungan

manusia, masyarakat dan budaya, religi dalam kehidupan bermasyarakat, permasalahan sosial,

proses sosial dan interaksi sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, lapisan-lapisan masyarakat,

kelompok sosial, lembaga kemasyarakatan, konsep keluarga, perilaku sehat-sakit masyarakat, dan

implementasi sosial-budaya pada asuhan keperawatan. Kegiatan pembelajaran menggunakan

pembelajaran model Jigsaw.

b. Tujuan

Setelah menyelesaikan cabang ilmu ini mahasiswa mampu memahami berbagai konsep

dasar sosiologi keperawatan dan mengintegrasikannya ke dalam cabang ilmu keperawatan lain

serta memodifikasi sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan.

c. Lingkup Bahasan

1) Konsep kebudayaan

2) Hubungan manusia, masyarakat dan budaya

3) Religi dalam kehidupan bermasyarakat

4) Permasalahan social

5) Proses sosial dan interaksi sosial

6) Perubahan sosial dan kebudayaan

7) Lapisan-lapisan masyarakat

8) Kelompok social

9) Lembaga kemasyarakatan

10) Konsep keluarga

11) Perilaku sehat-sakit masyarakat

12) Implementasi sosial-budaya pada asuhan keperawatan.

d. Materi I: Konsep keluarga

Pengertian Keluarga

Page 22: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

9

Sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat, banyak ahli memberikan definisi

tentang keluarga. Berikut ini akan dikemukakan lima pengertian keluarga.

1) Menurut Sayekti (1994), keluarga adalah ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan

antara orang dewasa yang berlainan jenis hidup bersama atau sendiri-sendiri, dengan atau

tanpa anak sendiri atau anak adopsi, dan tinggal dalam suatu rumah tangga.

2) Menurut Bailon dan Maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu

yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam

perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

3) Menurut Departemen kesehatan RI 1998, keluarga adalah unit terkecil dari suatu

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Sesuai dengan pengertian di atas maka, dapat di simpulkan bahwa karakteristik keluarga

adalah sebagai berikut:

1) Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu

sama lain

3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial

sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik

4) Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan

fisik, psikologis, dan sosial anggota.

Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga merupakan suatu sistem. Sebagai suatu

sistem, keluarga mempunyai anggota di antaranya ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang

tinggal di dalam rumah tangga. Anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi, dan

interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka

sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya, yaitu lingkungan atau masyarakat dan

sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan atau masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting

peran dan fungsi keluarga dalam membentuk individu sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-

psiko-sosial dan spiritual. Jadi, sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan

keperawatan. Keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan akan mewujudkan

masyarakat yang sehat.

Sebuah keluarga harus terbentuk atas dasar perkawinan yang sah. Hal ini merupakan

tradisi dan adat yang harus di junjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah melalui PP

No. 21 tahun 1992 telah mengatur dan menetapan bahwa terbentuknya keluarga harus berdasar

atas perkawinan yang sah.

Struktur Dan Tipe Keluarga

Berbagai Macam Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Patrilineal. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah

Page 23: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

10

dalam beberapa generasi, hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

4) Patrilokal. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

5) Keluarga kawinan. Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,

dan beberapa sanak saudar yang menjadi bagian kelaurga karena adanya hubungan

dengan suami-istri.

Menurut Friedmen (1988) struktur keluarga terdiri atas: a. pola dan proses komunikasi; b.

struktur peran; c. struktur kekuatan dan struktur nilai; d. norma. Struktur keluarga oleh Friedman

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Struktur keluarga Sumber (Friedman, 1988)

1) Struktur Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka,

melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hirarki kekautan. Komunikasi keluarga bagi pengirim

yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan

balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.

Sebaliknya, komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,

adanya issue atau gosip negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang issue dan

pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak

jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,

diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), tidak terjadi komunikasi dan kurang atau tidak valid.

2) Struktur Peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial

yang diberikan. Pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.

3) Struktur Kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau

merubah perilaku orang lain. hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert

power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan affektif power.

4) Struktur Nilai dan Norma

Struktur Komunikasi

Struktur Nilai dan Norma Struktur Kekuatan

Struktur Peran

Page 24: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

11

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya

tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagi

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga

berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam

meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu memahami dan mengetahui

berbagi tipe keluarga.

1) Tradisional Nuclear. Keluarga Inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan, anak yang tinggal

dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Extended family. Extended family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,

misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan lain sebagainya.

3) Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu

bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya

dapat bekerja di luar rumah.

4) Niddle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya

bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meniti karir.

5) Dyadic Nuclear. Suami-istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya/salah satu bekerja di luar rumah.

6) Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-

anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

7) Dual Carrier. Suami-istri atau keduanya orang karir dan tanpa anak.

8) Commuter Married. Suami-istri/keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

9) Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan

untuk kawin.

10) Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

11) Institusional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

12) Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-

anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

13) Group Marriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah

orang tua dari anak-anak.

14) Unmaried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki,

Page 25: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

12

anaknya diadopsi.

15) Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

Dari berbagai macam tipe kelaurga tersebut, maka secara umum di negara

Indonesia dikenal dua tipe keluarga yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe

keluarga non tradisional. Termasuk tipe keluarga tradisional adalah keluarga inti,

extended family, single parent, keluarga usila, dan single adult. Sedangkan yang

termasuk dalam tipe keluarga extended family adalah commune family, yaitu lebih

dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah, orang tua atau ayah ibu

yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak yang hidup bersama dalam satu rumah

tangga, dan keluarga homoseksual yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama

dalam satu rumah tangga.

Di Indonesia dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 disebutkan bahwa

keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami-istri dan

anak atau ayah/ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan, di Indonesia

bertujuan menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera

dalam Undang-undang No. 10 tahun 1992 disebut sebagai keluarga yang dibentuk

berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup

spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan yang serasi, selaras, seimbnag antar anggota dan dengan masyarakat.

Tugas Dan Fungsi Keluarga

Secara umum terdapat dua tugas dan fungsi keluarga, yaitu keluarga sebagai unit

pelayanan dan keluarga sebagai sistem masyarakat.

1) Keluarga Sebagai Unit Pelayanan

Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan

keluarga saling berkaitan dan saling memengaruhi, masalah kesehatan anggota

keluarga akan memengaruhi kelaurga yang lain atau masyarakat secara

keseluruhan.

2) Alasan keluarga sebagai unit pelayanan

a) Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan

sebagai gambaran dari manusia.

b) Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi

dapat pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya

pemecah masalah kesehatan.

Page 26: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

13

c) Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling memengaruhi

terhadap individu dalam keluarga.

d) Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk

mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga.

e) Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi

masalah.

f) Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan

mengembangkan kesehatan kepada masyarakat.

3) Siklus penyakit dan kemiskinan dalam keluarga

Pemberian asuhan keperawatan keluarga harus lebih ditekankan pada keluarga-keluarga

dengan status sosial ekonomi yang rendah. Alasannnya adalah keluarga dengan sosial ekonomi

yang rendah umumnya berkaitan dengan ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan ketidakmauan

dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi. Masalah kemiskinan akan

sangat mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga mereka

terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan, dan kebutuhan-kebutuhan

lainnya. Semua ini akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Berdasarkan survey yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik akhir Desember tahun

1998 menunjukkan bahwa keluarga miskin di Indonesia sekitar 24, 2%. Mayoritas masyarakat

Indonesia masih tergolong miskin dan GNP per kapitanya hanya bisa disejajarkan dengan

Vietnam. Jika berpedoman pada kriteria Word Bank dengan patokan makan USD 2 per orang per

hari, maka jumlah penduduk miskin sebesar 49,5% atau 108 juta orang dari 220 juta penduduk

Indonesia. Jika berpedoman pada Badan Pusat Statistik (BPS) dengan patokan makan hanya Rp

170 ribu per bulan per orang, jumlah penduduk miskin hanya 37,7 juta orang. Namun ada

pendapat lain bahwa angka kemiskinan versi BPS hanya mencapai 16,5% atau turun drastis

dibanding dengan awal tahun 1998 saat krisis ekonomi yaitu mencapai 24,2%. Di Jawa Timur

berdasarkan persentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk di Jawa Timur 17,9% dari

total jumlah penduduk 26 juta jiwa, dengan demikian di Jawa Timur terdapat penduduk miskin 5

juta jiwa. Kecenderungan tingginya keluarga miskin di Indonesia akibat adanya krisis ekonomi

yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia.

Keluarga miskin adalah keluarga yang dibentuk secara sah, yang tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasar hidup material yang layak khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, sandang,

dan pangan. Di Negara Indonesia pada tahun 2000 Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) telah menetapkan 9 indikator keluarga miskin yaitu.

a) Tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih.

b) Tidak bisa menyedikan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang

satu minggu sekali.

Page 27: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

14

Tubuh menjadi lebih rentan

terhadap penyakit

Penghasilan Rendah

Produktivitas Berkurang

Daya tahan tubuh terhadap

penyakit ¯

Kecenderungan terjadi: Sanitasi Jelek Gizi Kurang

Pendidikan Rendah Kebiasaan Kesehatan

c) Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.

d) Tidak bisa memperoleh pakain baru minimal satu stel setahun sekali.

e) Bagian terluas lantai rumah dari tanah.

f) Luas lantai rumah kurang dari 8 m² untuk setiap penghuni rumah.

g) Tidak ada anggota kelaurga yang berusia15 tahun mempunyai penghasilan

tetap.

h) Bila anak sakit /PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan.

i) Anak berumur 7 sampai 15 tahu tidak bersekolah.

Beban Kasus Keluarga

Beban kasus keluarga (family case load) adalah jumlah kasus dalam keluarga yang

ditangani oleh seorang perawat dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya keluarga yang

ditangani oleh perawat adalah keluarga yang mempunyai masalah dan kebanyakan keluarga ini

adalah keluarga dengan penghasilan yang rendah. Hal ini dapat dimengerti karena kebutuhan akan

pelayanan dan bimbingan perawatan lebih tinggi pada kalangan masyarakat yang berpenghasilan

rendah.

Siklus penyakit dan kemiskinan dalam keluarga dapat digambarkan sebagai berikut.

4) Keluarga Sebagai Sistem Masyarakat

Keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat dan juga

merupakan perawat utama dalam anggota keluarga. Keluarga akan berperan

banyak terutama dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh anggota

keluarga. Sebagai satu sistem di dalam keluarga akan terjadi interaksi, interelasi,

Gambar 3. Beban kasus keluarga Sumber: Mashudi, S. 2009

Page 28: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

15

dan interdependensi antara sub-sub sistem keluarga. Dengan kata lain jika salah

satu anggota keluarga mengalami gangguan,, maka sistem keluarga secara

keseluruhan akan terganggu.

Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan sebagai

berikut.

1) Keluarga sebagai sistem terbuka, sebab.

a) Dalam keluarga terjadi saling tukar menukar materi, energi, dan informasi dengan

lingkungannya.

b) Keluarga berinteraksi dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya.

c) Keluarga yang terbuka mau menerima gagasan-gagasan informasi, teknik,

kesempatan, dan sumber-sumber baru untuk menyelesaikan masalah.

d) Mempunyai kesempatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan

(masyarakat) sekitarnya atau sistem yang dipengaruhi oleh lingkungan atau adanya

interaksi antar sistem tersebut dengan lingkungannya melalui batasan-batasan atau

filter yang semipermiabel sehingga pengaruh lingkungan dapat ditapis. Batasan-

batasan ini dikenal dengan norma-norma atau nilai-nilai keluarga.

e) Sebagai sistem terbuka keluarga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal sebagi

berikut.

Gambar 4. Keluarga dan lingkungan eksternal (Friedman, 1986)

Akibat interaksi tersebut, norma-norma keluarga dapat berkembang sesuai dengan keunikan atau

pengalaman masing-masing keluarga dalam menerima pengaruh lingkungan.

2) Keluarga sebagai sistem tertutup, sebab.

Agama Politik

Komunikasi

Kesehatan

Sistem Keluarga

Sosial

Pendidikan

Hukum

Page 29: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

16

a) Memandang perubahan sebagai sesuatu yang membahayakan, orang asing tidak

dipercaya dan dipandang membahayakan.

b) Tipe keluarga bersifat kaku, akibatnya kejadian dalam keluarga menjadi konstan dan

dapat dipredikasi.

c) Mempertahankan stabilitas dan tradisi.

d) Sistem yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau memberi

perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

Tugas dan Fungsi Keluarga Menurut Perawat

Bagi para profesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan kesehatan merupakan

pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Guna menempatkan dalam sebuah persektif, fungsi

ini merupakan salah satu fungsi keluarga yang memerlukan penyediaan kebutuhan-kebutuhan fisik

seperti: makanan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Jika dilihat dari perspektif

masyarakat, keluarga merupakan sistem dasar di mana perilaku sehat dan perawatan kesehatan

diatur, dilaksanakan, dan diamankan.

Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-

sama merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh lagi keluarga mempunyai tanggung jawab

utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para profesional

perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan memelihara

kesehatan. Keluarga melakukan praktik asuhan kesehatan untuk mencegah terjadinya gangguan

atau merawat anggota yang sakit. Keluarga haruslah mampu menentukan kapan meminta

pertolongan kepada tenaga profesional ketika salah satu anggotanya mengalami gangguan

kesehatan.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan memengaruhi tingkat

kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga terkait konsep sehat-sakit akan

memengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Misalnya

sering ditemukan keluarga yang menganggap diare sebagai tanda perkembangan, imunisasi

menyebabkan penyakit (anak menjadi demam), mengkonsumsi ikan menyebabkan cacingan.

Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari

tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan

dengan baik berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Selain keluarga mampu melaksanakan fungsi dengan baik, keluarga juga harus mampu

melakukan tugas kesehatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut: 1)

mengenal masalah kesehatan keluarga; 2) membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat; 3)

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit; 4) mempertahankan suasana rumah yang

sehat; dan 4) menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa

kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang

Page 30: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

17

dialami anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat

sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh

keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau

teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan maka keluarga dapat

meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih

merasa menagalami keterbatasan maka anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah

memiliki keamampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga

sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan

tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan,

keindahan, ketentraman, dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Keluarga atau anggota keluarga apabila mengalami gangguan atau masalah yang

berkaitan dengan kesehatan harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.

Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan

problem yang dialami anggota keluarga sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam

penyakit.

Kelima tugas keluarga tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh keluarga, seorang

perawat yang melaksanakan proses keperawatan keluarga perlu mengkaji sejauhmana keluarga

mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik dan memberikan bantuan atau pembinaan

terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga. Kelima tugas keluarga tersebut oleh

perawat dijadikan etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga.

Terdapat tujuh tugas pokok sebuah keluarga, di antaranya adalah sebagai berikut: 1)

berupaya memelihara sumber daya yang ada dalam keluarga; 2) mengatur tugas masing-masing

anggota: 3) melakukan sosialisasi antaranggota keluarga; 4) melakukan pengaturan jumlah

anggota keluarga yang diinginkan; 5) memelihara ketertiban anggota keluarga; 6) penempatan

Page 31: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

18

anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas; 7) mendorong dan membangkitkan semangat

para anggota keluarga.

Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga.

Perkembangan keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya di

sepanjang waktu. Siklus perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap

kerangka kerja yang memandang keluarga sebagai suatu sistem. Perkembangan ini terbagi menjadi

beberapa tahap atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas

perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.

Kerangka perkembangan keluarga menurut Evelyn Duvall memberikan pedoman untuk

memerikasa dan menganalisis perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam

keluarga selama siklus kehidupan mereka. Tingkat perkembangan keluarga ditandai oleh umur

anak yang tertua. Keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja.

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum

seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.

Berikut adalah tahap-tahap perkembangan keluarga, di antaranya adalah: a. tahap I

pasangan baru atau keluarga baru (berginning family); b. tahap II keluarga dengan kelahiran anak

pertama (child- bearing); c. tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool);

d. tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children); e. tahap V keluarga

dengan anak remaja (families with teenagers) f. tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau

pelepasan (launching center families) g. tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)

h. tahap VIII keluarga lanjut usia.

Peran Perawat Keluarga

Sebagai upaya untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarganya sehingga

keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Friedman menyatakan bahwa keluarga

diharapkan mampu mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga di antaranya: fungsi afektif,

sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga.. Perawatan kesehatan keluarga

adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk

mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan

kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas

perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga

antara lain.

a. Pendidik (educator)

Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri

dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu

didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar

mengajar.

Page 32: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

19

Secara umum tujuan proses pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku sehat atau

mengubah perilaku yang tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah

untuk peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit serta membantu keluarga untuk

mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah yang sedang dialami atau dibutuhkan. Di

samping hal-hal di atas perawat kesehatan keluarga juga melakukan bimbingan antisipasi

kepada keluarga sehingga dapat terwujud keluarga yang sejahtera, bertanggung jawab

memberikan pendidikan keperawatn keluarga kepada sesama perawat dan tim kesehatan lain.

b. Koordinator (coordinator)

Menurut American National Assosiation (ANA), praktik keperawatn komunitas

merupakan praktik keperawatan yang umum, menyeluruh, dan berlanjut. Keperawatan

berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik.

Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien

yang pulang dari Rumah Sakit memerlukan perawatan lanjutan di rumah, maka diperlukan

koordinasi lanjutan asuhan keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari berbagai

disiplin pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang-tindih dalam

pelaksanaannya. Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar tercapai pelayanan

yang komprehensif.

c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung

Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang sakit.

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit

bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga

memberikan perawatan pada anggota yang sakit di Rumah Sakit, perawat melakukan

perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan

keluarga mampu melakukannya di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi

keluarga melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat

kesehatan masyarakat.

d. Pengawas kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

e. Konsultan atau penasihat

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

Hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan

dapat dipercaya dengan demikian keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang

masalah yang bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai nara sumber

untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.

f. Kolaborasi

Page 33: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

20

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota

tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.

g. Advokasi

Keluarga seringkali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala

keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan, sebagai advokat klien, perawat

berkewajiban melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan sosial ekonomi lemah

yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga

mencari bantuan.

h. Fasilitator

Peran perawat komunitas di sini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat

kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai

kendala yang ada. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam

menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan masalah sosial budaya. Agar dapat

melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui

sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana sehat.

i. Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah

kesehatan secara dini sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.

j. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun

lingkungan masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

e. Materi II: Perilaku Sehat-sakit Masyarakat

Pengertian Sehat

Sebelum kami membahas lebih jauh tentang perilaku sehat masyarakat,

akan kami uraikan tentang pengertian sehat menurut WHO.Menurut WHO (1947)

sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial tidak

hanya bebes dari penyakit atau kelemahan. Dari definisi ini, terdapat tiga

karakteristik utama tentang sehat di antaranya adalah: 1) merefleksikan perhatian

pada individu sebagai manusia; 2) memandang sehat dalam kontes lingkungan

internal dan ekternal; 3) sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.

Seorang yang sehat akan berusaha untuk memertahankan kesehatannya dengan

selalu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Sehat merupakan keadaan rentang antara sehat sempurna dan keadaan sebelum timbulnya

gejala penyakit, digambarkan sebagai proses. Proses di sini dapat diartikan sebagai usaha adaptasi

individu terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya.

Page 34: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

21

Indikator sehat positif menurut WHO di antaranya adalah: 1)tidak terdapat kelainan; 2)

kemampuan fisik seseorang (aerobik, ketahanan, kekuatan, dan kelenturan sesuai umur); 3) penilai

kesehatan; 4) indeks masa tubuh. Sebagai konsekuensi dari konsep sehat ini maka, seorang

individu dikatakan sehat jika: 1) tidak sakit (bahagia secara rohani); 2) tidak cacat (sejahtera

secara sosial); 3) tidak lemah (kuat secara jasmani).

Secara aktual sumber-sumber perawatan diri mencangkup pengetahuan, keterampilan, dan

sikap individu. Sedangkan penjamin tindakan perawatan diri individu berupa perilaku yang sesuai

dengan tujuan, hal ini diperlukan untuk memeperoleh, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi

psikososial dan spritual.

Perilaku Sakit

Sebelum dibahas lebih jauh tentang perilaku sakit masyarakat, akan

diuraikan tentang pengertian perilaku sakit.

1) Perilaku sakit menurut Notoatmojo dan (1986), perilaku sakit merupakan tindakan untuk

menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu.

2) Perilaku sakit menurut Mechanic dan Volkhart (1961), perilaku sakit adalah suatu cara gejala

penyakit ditanggapi oleh individu sebagai perasaan tidak nyaman.

3) Perilaku sakit menurut von Mering (1970) perilaku sakit adalah usaha individu dalam

usahanya untuk mengurangi penyakitnya dengan terlibat dalam serangkaian proses

pemecahan masalah baik internal maupun eksternal, spesifik maupun nonspesifik.

Seperti yang selama ini dapat kita pikirkan bahwa istilah sakit memiliki pengertian bahwa

perasaan kita sedang tidak nyaman, tidak menyenangkan, dan hal ini akan berpengaruh terhadap

penurunan kualitas hidup.

Beberapa Faktor Penyebab Sakit

Beberapa faktor penyebab seseorang menjadi sakit, di antaranya adalah: 1) adanya

penyakit; 2) manusia; 3) lingkungan; 4) perkembangan 5) sosial kultur; 6) pengalaman masa lalu;

7) keturunan; 8) pelayanan.

1) Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang

mengakibatkan berkurangnya suatu kapasitas tertentu.

a) Faktor dari dalam tubuh (Endogen). Faktor yang tidak terlihat dengan jelas, merupakan faktor

yang datang dari lahiriah seseorang serta dapat berasal dari faktor genetik (turunan).

b) Faktor dari luar trubuh (eksogen).

Mekanis = Jatuh, luka.

Page 35: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

22

Fisis = Panas, dingin karena aliran listrik.

Kimia = Keracunan zat kimia atau defisiasi nutrisi.

2) Manusia

Manusia sebagai organisme hidup memiliki suatu sistem kekebalan tubuh terhadap benda

asing atau sistem imun. Sistem imun terbentuk sejak manusia berada dalam kandungan yang

dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh dari sang Ibu, terus berkembang sejak dilahirkan dan

didukung dengan menurun sehingga tubuh tidak mampu melawan datangnya benda asing ke dalam

tubuh atau suatu penyakit

3) Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan faktor yang sangat menentukan dan sangat memengaruhi

kesehatan manusia karena lingkungan hidup yang bersih dan sangat menunjang kasehatan hidup

manusia.

4) Perkembangan

Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempunyai arti

bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah

pertumbuhan dan perkembangan, mengingat proses perkembangan dimulai dari bayi sampai usia

lanjut.yang memiliki pemahaman dan respons terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

Respons dan pemahaman inilah yang dapat memengaruhi status kesehatan seseorang.

5) Sosial Kultur

Sosial kultur mampu memengaruhi proses perubahan status kesehatan seseorang. Hal

ini dapat memengaruhi persepsi atau keyakinan individu sehingga dapat menimbulkan perubahan

dalam perilaku kesehatan. misalnya seorang yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang kotor,

namun jarang mengalami sakit akan beranggapan bahwa mereka dalam keadaan sehat. Persepsi ini

akan mengganggu proses perubahan status kesehatan, hal ini dapat dianggap sebagai masalah

kesehatan.

6) Pengalaman Masa Lalu

Pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalaman

kesehatan yang buruk akan berdampak pada perilaku kesehatan. Misalnya

seorang yang mengalami diare menyebabkan dirinya masuk rumah sakit.

Pengalaman sakit diare yang tidak menyenangkan ini akan berdampak pada

perilaku individu untuk berupaya tidak mengulangi perilaku yang kurang sehat

dengan melakukan pencegahan terhadap hal-hal yang dapat meyebabkan diare.

7) Keturunan

Memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat

potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik

Page 36: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

23

walaupun tidak terlalu besar tetapi memengaruhi respons terhadap berbagai

penyakit.

8) Pelayanan

Faktor penyebab sakit yang terakhir adalah adanya pelayan kesehatan

yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

terlalu jauh atau kualitas pelayanan yang kurang sesuai dengan standar

pelayanan yang ada dapat memengaruhi masyarakat dalam memilih pelayanan

kesehatan. Bagi penduduk di daerah terpencil yang jauh dari pelayanan

kesehatan mereka akan cenderung enggan untuk memeriksakan diri apabila ada

keluarga yang mengalami sakit. Demikian pula pelayanan kesehatan yang

kurang standar akan membuat masyarakat beralih ke sistem pelayanan

kesehatan yang lain.

Hubungan Anara Penyakit dan Keadaan Sakit

Penyakit dan keadaan sakit merupakan dua istilah yang berbeda. Penyakit (diseases)

merupakan konsep medis terkait abnormalitas dari tubuh seseorang yang dapat dilihat berdasarkan

tanda dan gejalanya (sign and simtom). Sedangkan keadaan sakit (illness) merupakan perasaan

seseorang yang merasa terganggu terhadap status kesehatannya, tampak dari keluhan sakit yang

dirasakan seperti tidak enak badan, merasa dingin dan lain sebagainya. Sangat mungkin seseorang

yang tidak sakit merasa dirinya sakit, dan sebaliknya seseorang yang sakit merasa sehat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sakit adalah berasa tidak nyaman di tubuh atau

bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit perut, dan sebagainya). Sedangkan penyakit

adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup; gangguan kesehatan

yg disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem faal atau jaringan pada organ tubuh (pada

makhluk hidup); kebiasaan yang buruk; sesuatu yg mendatangkan keburukan.

penyakit

ada

ya

keadaan sakit

tidak ada

tidak

Page 37: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

24

Gambar 5. Hubungan antara penyakit dan keadaan sakit (Field, 1953)

berdasarkan definisi di atas tampak bahwa penyakit dan keadan sakit merupakan dua

istilah yang berbeda. Penyakit menunjukkan sesuatu yang objektif terlihat adanya kerusakan,

sedangkan keadaan sakit lebih bersifat subjektif dan berkaitan dengan akibat dari suatu penyakit.

Seseorang dikatakan sakit jika terdapat gangguan pada fisik maupun psikisnya sehingga

berpengaruh terhadap biopsikososial dan spiritual. Dengan demikian keadaan sakit ditunjukkan

oleh keadaan perasaan yang nyata, pengkajian oleh perawat disebut symtoms, akan tetapi dihadapi

klien secara nyata yang biasanya dilebih-lebihkan.

Terdapat empat kemungkinan pada individu terkait dengan penyakit dan keadaan sakit

(Gambar 5). Pertama, seseorang yang merasa sakit dan memang terdapat tanda adanya penyakit.

Kedua, seseorang yang merasa sakit tetapi tidak terdapat tanda dan gejala sakit. Ketiga, seseorang

yang merasa tidak sakit tetapi terdapat tanda dan gejala penyakit. Keempat, seorang yang merasa

tidak sakit dan tidak terdapat tanda-gejala penyakit.

Persepsi Masyarakat Tentang Sehat-Sakit

Persepsi sehat-sakit yang berbeda antara masyarakat dan perawat dapat menimbulkan

permasalahan. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa

lalu terhadap penyakit serta terkait dengan sosial-budaya masyarakat setempat. Budaya masyarakat

Jawa dan Madura dalam mencari pengobatan sangat berbeda. Masyarakat Jawa terkadang lebih

memilih berobat pada ”orang pintar” kedukun daripada ke dokter atau masyarakat madura yang

lebih meminta disuntuik dua kali saat berobat ke mantri, semua ini didasari atas persepsi

masyarakat dalam mencari pengobatan ketika mereka sakit. Menurut Sudarti (1988) individu yang

merasa penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus, akan mencari ”orang pintar” atau dukun yang

dianggap mampu mengusir makhluk halus yang dipersepsikan sebagai penyebab sakit. Perbedaan

seperti ini biasanya menimbulkan masalah tersendiri bagi perawat atau petugas kesehatan dalam

menerapkan program kesehatan.

Penyakit merupakan sesuatu yang bersifat objektif sedangkan sakit lebih bersifat

subjektif. Pengalaman sakit lebih menekankan akan perasaan tidak enak, merasa sakit atau

terdapat kekurangan pada individu yang merasa sakit. Menyimak uraian hubungan antara sakit dan

penyakit di atas (Gambar 11.1) kemungkinan seseorang yang sakit merasa sehat dan sebaliknya

seseorang yang merasa sakit merasa tidak terdapat penyakit pada dirinya. Di negara-negara Eropa

atau Amerika yang tergolong sebagai negara maju, memiliki kesadaran kesehatan yang cukup

tinggi. Masyarakat di negara maju ini cenderung takut terkena penyakit, sehingga jika merasa

terdapat kelainan pada tubuh mereka, maka akan segera pergi ke pelayanan kesehatan, padahal

Page 38: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

25

1

a

2

b

setelah diperiksa secara saksama oleh perawat dan dokter tidak terdapat kelainan. Keluhan

psikosomatis seperti ini lebih banyak dirasakan oleh masyarakat negara maju atau orang kaya

daripada negara berkembang atau masyarakat marginal. Keadaan sakit sangat terkait dengan

subjektivitas seseorang.

Sesuai dengan persepsi yang subjektif tentang sakit dan penyakit maka,

Notoatmojo dan Sarwono (1986), memberikan penilaian tentang kondisi kesehatan individu ke

dalam delapan golongan.

Tabel 2. Status kesehatan individu

Tingkat Dimensi sehat Psikologi Medis Sosial

Normally well Baik Baik Baik Pessimistic Sakit Baik Baik Socially iil Baik Baik Sakit Hypocondriacal Sakit Baik Sakit Medically iil Baik Sakit Baik Martyr Sakit Sakit Baik Optimistic Sehat Sakit Sakit Seriously iil Sakit Sakit Sakit

Sumber: Notoatmojo dan Sarwono (1986)

Bagi seorang perawat pemahaman tentang sejarah alamiah penyakit (natural history of

diseases) sangat diperlukan. Sejarah alamiah penyakit menunjukkan (Gambar 11.2) mula-mula (1)

individu (host) kontak pertama dengan penyakit (agen), agen akan mengalami inkubasi pada tubuh

host. Selama periode ini (a) pada host terjadi perubahan secara patologis yang tidak atau belum

dirasakan oleh host. Pada saat sampai pada titik (2) mulai timbul tanda dan gejala klinis yang

dirasakan oleh individu. Individu mulai mencari perawat atau dokter untuk mengatasi keluhan

penyakit yang dirasakan individu. Ketika individu menjalani proses penyembuhan penyakit maka

akan ada tiga kemungkinan di antaranya adalah: 1) individu akan sembuh total; 2) individu akan

cacat, terdapat gejala sisa; 3) individu akan meninggal dunia.

Gambar 6. Level pencegahan penyakit Sumber: Mashudi, S. (2009).

Terdapat tiga level pencegahan yang dilakuakn oleh perawat untuk membantu

masyarakat, yaitu pencegahan level primer, sekunder dan tersier. Pencegahan level pertama atau

primer dilakukan oleh perawat untuk mencegah timbulnya penyakit. Perawat dengan kompetensi

yang dimiliki berusaha menyadarkan masyarakat untuk selalu hidup sehat, mencegah lebih baik

daripada mengobati. Berbagai usaha dilakukan oleh perawat untuk menyadarkan masyarakat agar

primer sekunder tersier

Page 39: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

26

berperilaku hidup sehat, mulai dari penyuluhan, menempel iklan layanan kesehatan sampai

mengelar talk show serta seminar. Menurut penulis kendala yang dihadapi perawat saat melakukan

pencegahan primer ini adalah dukungan pemerintah yang kurang optimal. Pencegahan sekunder

dapat dilakukan oleh perawat dan petugas kesehatan dengan melakukan deteksi dini (screening)

terhadap suatu penyakit. Misalnya deteksi dini kanker serviks, deteksi dini hepatitis B, deteksi dini

flu babi, dan lain-lain. Adanya kampanye deteksi dini penyakit diharapkan masyarakat sadar akan

status kesehatannya. Harapan penulis pada level pencegahan sekunder ini pemerintah memberikan

diskon khusus agar masyarakat lebih teratur memeriksakan kesehatannya. Level pencegahan

ketiga adalah saat individu sudah merasa sakit. Intervensi keperawatan pada level ini perawat perlu

berkolaborasi dengan petugas kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, fisioterapi dan petugas

kesehatan lain. Menurut penulis usaha pemerintah untuk mendukung dan mengatasi pencegahan

pada level ini sangat besar. Berbagai rumah sakit negeri sampai level puskesmas mendukung

program pemerintah ini, bagi masyarakat kurang mampu pemerintah telah mengalokasihan

sejumlah dana untuk memberikan pengobatan gratis bagi warganya. Guna mensejahterakan dan

menyehatkan masyarakat Indonesia, sudah saatnya pemerintah mulai mendukung usaha-usaha

pencegahan level pertana, primer.

Peran Perawat Dalam Mengubah Perilaku Hidup Sehat Masyarakat

Menurut Blum (1974) perilaku memiliki peran besar dalam usaha

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan daripada penyediaan sarana

kesehatan. Penyedian sarana kesehatan tidak akan berguna jika masyarakat

dengan untuk memanfaatkan sarana kesehatan tersebut. Guna meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam menggunakan fasilitas kesehatan yang telah

disediakan diperlukan peran perawat atau petugas kesehatan untuk memberikan

pendidikan kesehata. Pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat

mencakup tiga level pencegahan penyakit di antaranya adalah promosi kesehatan,

pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi. Adanya pendidikan kesehatan

oleh perawat diharapkan terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik pada

masyarakat.

Status kesehatan

Genetik

Pelayanan kesehatan

Lingkungan

Perilaku

Page 40: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

27

Gambar 7. Teori Blum. Sumber: Mashudi, S (2009).

Menurut Notoatmodjo dan Sarwono (1986), terdapat tiga macam cara

yang dapat digunakan perawat dalam merubah perilaku masyarakat di antaranya

adalah: 1) menggunakan kekuasaan atau kekuatan; 2) memberikan informasi 3)

mengadakan diskusi dan partisipasi.

Perawat dalam merubah perilaku masyarakat dapat menggunakan

kekuasaan atau kekuatan. Seseorang dapat berubah perilakunya dengan

melakukan paksaan. Masyarakat dapat diancam dengan hukuman jika melanggar

atau diberikan hadiah jika menaati peraturan yang telah disepakati bersama.

Walaupun mengubah perilaku dengan paksaan terkadang kurang efektif, untuk

masyarakat golongan marginal cara ini biasanya lebih efektif.

Perawat dalam merubah perilaku masyarakat dengan cara memberikan

informasi kepada masyarakat. Pemberian informasi kepada masyarakat yang

paling sering adalah informasi cara hidup sehat dan pencegahan penyakit level

pertama dan kedua. Pemberian informasi ini diharapkan masyarakat memiliki

pengetahuan yang lebih baik sehingga terjadi perubahan perilaku. Pemberian

informasi kepada masyarakat melalui penyuluhan merupakan cara yang paling

baik, akan tetapi cara ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

Perawat dalam mengubah perilaku masyarakat dengan cara mengadakan

diskusi dan partisipasi dengan masyarakat. Adanya diskusi dan partisipasi

masyarakat dan perawat menunjukkan bahwa masyarakat sebagai subjek dari

pelayanan kesehatan. Perawat bersama masyarakat duduk bersama merumuskan

masalah yang dihadapi serta menentukan bagaimana pemecahan masalah tersebut.

Page 41: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

28

Kegiatan ini sering dilaksanakan oleh perawat komunitas dan dipercaya sangat

efektif dalam memberdayakan masyarakat.

Salah satu teori perubahan perilaku yang sering digunakan sebagai

acuhan perawat adalah teori adopsi inovasi Rogers. Teori yang dikembangkan

oleh Roger dan Shoemaker (1971) menjelaskan lima tahap dalam proses adopsi

inovasi, di antaranya adalah 1) mengetahui (awarness); 2) perhatian (interest); 3)

memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba (trial); 5) setuju untuk menerima

(adoption), atau dikenal sebagai AIETA (awarness, interest, evaluation, trial,

adoption).

Roger percaya bahwa perubahan yang efektif tergantung pada individu

yang terlibat, tertarik, dan selalu berupaya untuk bekerja dan melaksanakan

perubahan.

Sebagai salah satu tenaga kesehatan, perawat akan selalu berusaha melakukan

intervensi jika terdapat penyimpangan perilaku hidup pada masyarakat. Melalui intervensi yang

telah dirancang oleh perawat mula-mula individu menerima informasi dan ide baru (tahap

awarness). Pengetahuan dan ide baru akan menimbulkan minat terhadap individu (tahap Interest).

Perawat akan berusaha untuk meningkatkan motivasi terhadap ide baru yang telah diberikan

kepada individu tersebut (tahap evaluation). Melalui dukungan yang diberikan oleh perawat,

individu yang menerima ide baru akan berusaha mencoba menerapkan ide baru tersebut (tahap

trial). Jika ide baru tersebut menguntungkan individu maka hal ini akan berusaha dipertahankan

oleh individu (tahap adoption). Walaupun terkadang perilaku hidup sehat individu belum

terbentuk, seiring dengan berjalannya waktu, hal ini akan berubah jika didukung oleh suasana

lingkungan kondusif.

Gambar 8. Teori adopsi inovasi Rogers. Sumber: Mashudi, S (2009). Perilaku kesehatan (-) Perilaku kesehatan (+)

awarness

interest

trial

evaluation

adoption

Intervensi

Perilaku kesehatan (-)

Page 42: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

29

B. Penelitian Yang Relevan

1. Chusnal ainy (2000) dalam penelitianya yang berjudul “model pembelajaran kooperatif

jigsaw dalam pengajaran matematika SD” hasil penelitian ini adalah model penelitian

kooperatif jigsaw efektif untuk proses pembelajaran pada materi pokok luas dan keliling

di kelas V Sekolah Dasar. Berdasarkan analisis, menunjukkan bahwa prestasi belajar

siswa dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik daripada prestasi belajar dengan

model pembelajaran langsung.

2. Budi usodo (2000) dalam penelitianya yang berjudul “penerapan model pembelajaran

kooperatif jigsaw pada pembelajaran MIPA. Hasil penelitian ini adalah model Jigsaw

tidak dapat meningkatkan prestasi belajar pada pokok bahasan limit fungsi pada

mahasiswa jurusan MIPA FKIP UNS.

3. Ita kurniawati (2003) dalam penelitianya yang berjudul “pembelajaran kooperatif Jigsaw

terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas II SLTP

Negeri 15 Surakarta”. Hasil prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Jigsaw

lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada pokok bahasan jajarangenjang,

belah ketupat, dan layang-layang.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian pada

pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka berpikir berguna

untuk mengaitkan teori-teori yang seolah-olah terlepas menjadi satu rangkaian yang utuh untuk

menentukan jawaban sementara.

1. Kaitan antara penggunaan model pembelajaran tipe Jigsaw II dalam pembelajaran

terhadap prestasi belajar Sosiologi Keperawatan.

Berdasarkan kajian teori yang sudah diuraikan di atas maka dapat diuraikan kerangka

pemikiran dalam penelitian ini bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dalam

mencapai tujuan proses pengajaran dapat dilihat dari prestasi belajar mahasiswa. Banyak

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya adalah cara penyajian materi dan

aktivitas belajar siswa.

Model pembelajaran Jigsaw II merupakan salah satu alternatif pembelajaran Sosiologi

Keperawatan untuk meningkatkan minat dan aktivitas mahasiswa dalam belajar Sosiologi

Keperawatan, sehingga diharapkan pemaknaan mahasiswa terhadap proses pembelajaran

Sosiologi Keperawatan terjadi dengan lebih baik. Sehingga penggunaan pembelajaran

Jigsaw II dalam pembelajaran dalam diri mahasiswa, yang menghasilkan semangat

belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Mahasiswa yang memiliki minat

belajar yang baik akan berusaha mencapai prestasi sebaik mungkin. Dengan demikian

semakin tinggi minatnya, prestasi belajarnya juga semakin baik.

Jadi, mahasiswa yang memiliki minat tinggi besar kemungkinan akan mempunyai

prestasi belajar Sosiologi keperawatan yang lebih baik dibanding dengan mahasiswa yang

memiliki minat sedang. Demikian juga mahasiswa yang memiliki minat sedang diduga

Page 43: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

30

akan mempunyai prestasi belajar Sosiologi Keperawatan yang lebih baik dari pada siswa

yang mempunyai minat rendah.

2. Kaitan antara penggunaan model pembelajaran tipe Jigsaw II dalam pembelajaran

terhadap minat belajar Sosiologi Keperawatan.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata cara penyajian materi dan minat belajar siswa adalah

faktor penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Dari pemikiran di atas, dapat digambarkan kerangka penelitian sebagai berikut:

Gambar 9. Kerangka pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

4. Pembelajaran Sosiologi Keperawatan melalui metode Jigsaw dapat meningkatkan minat

belajar mahasiswa.

5. Pembelajaran Sosiologi Keperawatan melalui metode Jigsaw dapat meningkatkan prestasi

belajar mahasiswa.

6. Pembelajaran Sosiologi Keperawatan melalui metode Jigsaw dapat meningkatkan minat dan

prestasi belajar mahasiswa.

Metode Jigsaw Minat belajar mahasiswa Prestasi belajar mahasiswa

Page 44: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, di mana peneliti juga berperan sebagai dosen pelaksana

tindakan. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan mulai minggu pertama Februari sampai

minggu keempat bulan Mei 2010, di Program Studi D3 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo 59 Surabaya pada mahasiswa semester II.

Dipilihnya Program Studi ini didasarkan pertimbangan bahwa dosen diharapkan dapat mengatasi

permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya peningkatan kualitas

pembelajaran.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester II Program Studi D3 Keperawatan,

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surabaya berjumlah 48 mahasiswa, terdiri

atas 26 perempuan dan 24 laki-laki. Dipilihnya kelas ini karena sebagian besar minat dan rata-rata

hasil belajar Sosiologi Keperawatan rendah.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan memecahkan permasalahan-permasalahan riil yang muncul di

kelas dengan cara memberikan suatu tindakan. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Classroom Action Research atau penelitian tindakan kelas. Tindakan yang

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw untuk meningkatkan minat dan

prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan.

Penelitian tindakan terdiri atas siklus-siklus, masing-masing siklus materi yang dibahas

berbeda. Langkah-langkah yang yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1. Rencana

tindakan, 2. Pelaksanaan tindakan, 3. Observasi, dan 4. Refleksi. Desain penelitian yang digunakan

adalah desain penelitian menurut Kemmis and Taggar (1990), seperti gambar di bawah ini.

39

Page 45: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

32

Gambar 10. Siklus PTK menurut Kemmis and Taggart (1990)

Dikutip dari: Herawati,S (2009)

D. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

1. Rencana Tindakan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah sebagai berikut.

a. Menyususun rencana pelaksanaan pembelajaran

b. Menyiapkan bahan ajar konsep keperawatan keluarga

c. Menyusun lembar observasi dosen dan mahasiswa untuk melihat bagaimana kondisi

belajar di kelas saat model Jigsaw diaplikasikan.

d. Menyusun angket untuk mengetahui minat mahasiswa selama pembelajaran dengan

metode Jigsaw.

e. Menyusun format catatan kejadian harian untuk mencatat kegiatan penting dalam

pembelajaran.

f. Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi.

g. Menyiapkan sarana pembelajaran berupa LKS dan Buku Ajar.

h. Menyusun alat evaluasi untuk pretest dan tes akhir.

2. Implementasi Tindakan

Kegiatan yang berlangsung selama dua siklus menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut.

a. Siklus I (pertama)

1) Pendahuluan

a) Memotivasi mahasiswa

b) Menyiapkan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran

c) Membentuk kelompok secara heterogen

2) Kegiatan Inti

a) Memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan mahasiswa.

b) Mahasiswa dibagi menjadi 12 tim “kelompok Asal” yang anggotanya terdiri dari

4 mahasiswa yang karakteristiknya heterogen.

c) Bahan akademik disajikan kepada mahasiswa dalam bentuk tes, dan setiap siswa

bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik

tersebut.

d) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk

mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya bertemu dan

saling membantu mengkaji bagian tersebut. Kumpulan mahasiswa semacam ini

disebut “Kelompok Ahli” yang terbagi dalam 8 kelompok dengan anggota 6

mahasiswa.

Page 46: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

33

e) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kekelompok

asal (home team) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah

dipelajari dalam kelompok pakar.

f) Dosen melakukan observasi hasil kerja dan memastikan bahwa seluruh

kelompok telah memahami materi yang dibahas.

g) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home team para siswa dievaluasi

secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

3) Penutup

a) Membimbing mahasiswa membuat rangkuman

b) Memberikan tes akhir/kuis.

c) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya bagus.

d) Memberi tugas untuk kegiatan pertemuan berikutnya.

b. Siklus berikutnya

Seperti halnya siklus pertama, siklus berikutnya terdiri atas perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Seluruh kegiatan yang dilakukan

pada siklus berikutnya tegantung dari hasil refleksi dan analisis kegiatan

yang telah dilakukan pada siklus sebelumnya. Siklus berikutnya bertujuan

untuk memperbaiki kekurangan pelaksanaan tindakan pada siklus

sebelumnya dan meningkatkan pelaksanaan tindakan apabila hasil yang

dicapai sudah memenuhi harapan. Jika dengan dua siklus belum mencapai

tujuan pembelajaran makan dilanjutkan dengan siklus ketiga.

3. Observasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan observasi terhadap

pelaksanaan tindakan dengan menerapkan instrumen observasi yang telah disusun dalam tahap

perancanaan, meliputi: a. Melakukan observasi terhadap dosen yang melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan model Jigsaw, b. Melakukan observasi terhadap mahasiswa selama kegiatan

kerja kelompok, c. Mencatat kejadian penting selama pembelajaran berlangsung, dan d.

Mememinta kepada mahasiswa untuk mengisi angket minat sesuai dengan kenyataan yang

dihadapi. Kegiatan observasi dilakukan oleh kolaborator bersama dengan kegiatan tindakan.

4. Analisis dan Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan hasil observasi, kemudian

dianalisis untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan serta hal-hal yang sudah baik dalam

penerapan model pembelajaran. Hasil analisis kemudian diperbaiki pada siklus berikutnya.

Setiap selesai memberikan tindakan, dosen dibantu kolaborator akan dapat menilai

dirinya secara objektif apakah dosen sudah dapat menerapkan model Jigsaw dalam pembelajaran

Page 47: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

34

dengan baik, sehingga minat dan hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan. Disamping itu

hasil analisis juga dapat memberi gambaran mengenai hasil penguasaan kompetensi mahasiswa.

E. CARA PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data

Data dalam penelitian ini berupa: 1. Data minat belajar mahasiswa, 2. Data hasil tes

penguasaan kompetensi dasar mahasiswa.

2. Sumber Data

Sumber data yang dipakai adalah mahasiswa, dosen peneliti, dan kolaborator.

3. Teknik Pengumpulan Data

Guna mendukung kelancaran pengumpulan data, maka diperlukan teknik yang tepat.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Angket

Menurut Suharini Arikunto (1998) angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang dia ketahui. Angket digunakan untuk mengetahui minat

mahasiswa.

Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup dengan bentuk pilihan

ganda. Alasan angket digunakan sebagai alat pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1) Dapat dibuat standart, sehingga setiap subjek dapat diberi pertanyaan yang sama.

2) Dapat dilakukan secara serentak kepada subjek yang diteliti.

3) Pelaksanaan memerlukan waktu yang singkat dan efisien.

Guna menentukan ruang lingkup dan aspek yang diukur, maka disusun kisi-kisi angket

minat belajar mata kuliah Sosiologi keperawatan seperti pada tabel berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi minat belajar pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan Indikator Butir No Item

Positif Negatif Perasaan senang

a. Pendapat mahasiswa terhadap mata kuliah sosiologi keperawatan

b. Kesan mahasiswa terhadap dosen sosiologi keperawatan

c. Perasan mahasiswa saat belajar kelompok sosiologi keperawatan di kelas

d. Perasaan mahasiswa saat belajar sosiologi keperawatan secara kelompok di kampus

e. Perasaan mahasiswa saat belajar

1 2 3,5 7 33

32 29,35 6

Page 48: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

35

sosiologi keperawatan secara kelompok di rumah

Perhatian a. Perhatian mahasiswa saat mengikuti pelajaran sosiologi keperawatan

b. Perhatian mahasiswa saat ada ulangan sosiologi keperawatan

c. Perhatian mahaiswa saat mengalami kesulitan belajar sosiologi keperawatan

d. Perhatian mahasiswa saat diskusi sosiologi keperawatan

12 31 9 10

4

Konsentrasi a. Konsentrasi mahasiswa saat mengikuti kuliah sosiologi keperawatan

b. Konsentrasi belajar sosiologi keperawatan di rumah

8, 11, 21 13,20,22

Kesadaran a. Kesadaran mahaisiwa untuk belajar sosiologi keperawatan di rumah

b. Kesadaran mahasiswa untuk menambah pengetahuan sosiologi keperawatan diluar jam kuliah

c. Kesadaran mahasiswa untuk mengerjakan tugas d. Langkah mahasiswa untuk mengatasi kesulitan

belajar sosiologi

15,25 14,17 26

16 23

Kemauan a. Kemauan mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah sosiologi keperawatan

b. Kemauan mahasiswa untuk mengerjakan soal sosiologi keperawatan

c. Kemauan mahasiswa untuk belajar sosiologi keperawatan dari berbagai sumber

28 18,19 24,30

27,34

Total 26 9

b. tes

Tes adalah serentetan pernyataan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok (Suharini Arikunto, 1998). Tes yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah berupa butir-butir soal berbentuk objektif untuk penguasaan kompetensi dasar.

c. wawancara

Menurut Nursalam (2009) pertanyaan yang diajukan dalam wawancara mencakup

permasalahan secara luas yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi seseorang.

Tujuan wawancara untuk menggali emosi dan pendapat dari subjek terhadap suatu

permasalahan penelitian. Pengumpulan data secara wawancara dilakukan kepada

mahasiswa yang memiliki motivasi sangat tinggi dan prestasi pembelajaran yang baik.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Penentukan minat belajar mahasiswa digunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan uji

validitas keabsahan data, analisis juga dengan membandingkan skor. Penentuan kriteria minat

berpedoman pada tes minat berprestasi (Safari, 2004) pada tebel berikut.

Page 49: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

36

Tabel 4. Kriteria minat mahasiswa No Skor Rerata Kelas Kualifikasi

1

2

3

4

114 – 140

88 – 113

62 – 87

35 – 61

Sangat tinggi

Tinggi

Rendah

Sangat Rendah

2. Penentuan hasil belajar mahasiswa digunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat hasil dari

tes awal dan tes akhir. Hasil tersebut kemudian dihitung jumlah dan prosentase siswa yang

mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan 65 (sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang ditentukan oleh fakultas) pada setiap siklus.

3. Penentuan pengaruh penerapan pembelajaran model Jigsaw terhadap minat dan hasil belajar

dilakukan teknik triangulasi sumber dan metode observasi. Peneliti memilih sejumlah

mahasiswa yang mendapatkan skor minat dan hasil belajar tertinggi untuk dilakukan

wawancara, analisis interaktif.

G. INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Adanya peningkatan rerata minat belajar mahasiswa Program Studi D3 keperawatan

semester II pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan dan skor masing-masing mahasiswa

meningkat minimal 80% jumlah mahasiswa. Sebagai tolok ukurnya adalah perbandingan

skor rerata minat belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dan setelah tindakan.

2. Adanya peningkatan hasil belajar mahasiswa, sehingga yang mendapatkan nilai sama atau

lebih besar 55 sebesar sama atau lebih besar dari 80% mahasiswa Program Studi D3

keperawatan semester II pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan. Sebagai tolok ukurnya

adalah perbandingan ketuntasan belajar mahasiswa yang dicapai pada tes materi

kompetensi dasar sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan.

Page 50: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa semester II Program Studi D3

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya Jawa

Timur.

1. Program Studi D3 Keperawatan

Program Studi D3 Keperawatan merupakan program studi pertama di

bidang kesehatan yang berada di lingkungan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Pendirian Program Studi D3 keperawatan didirikan atas dasar untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kesehatan, khususnya ahli madya kesehatan, maka pada tahun

1992 Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pembinaan Kesehatan melalui surat

No. IV.B/4.a/220/1992 tanggal 14 desember 1992 mengajukan permohonan

pendirian pendidikan ahli madya kesehatan di lingkungan Muhammadiyah/Aisiyah

kepada Sekretaris Jendral Departemen Kesehatan RI UMSurabaya termasuk salah

satu yang diajukan untuk membuka program pendidikan yang dimaksud.

Berdasarkan SK menteri Kesehtaan RI No. HK.00.06.1.1.3331 tanggal 8 September

1993 secara resmi berdiri Akademi keperawatan (AKPER) di lingkungan

UMSurabaya.

Penyelenggaraan Program Studi D3 Keperawatan bertujuan:

a. Menyelenggarakan program pendidikan tinggi yang bermutu di bidang

akademik dan atau profesional, efektif serta efisien sesuai dengan visi dan

misi.

b. Menciptakan iklim akademik yang kondusif untuk mendorong civitas

akademika dalam usaha meningkatkan mutu, serta pengabdian kepada

masyarakat secara berkesinambungan.

c. Menghasilkan Ahli Madya Keperawatan (A.Md. Kep) yang memiliki

kompetensi moral, intelektual, teknikal, dan budaya, dan berdaya saing

dengan didasari iman dan takwa serta kepribadian Muhammadiyah.

Page 51: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

38

Kurikulum yang berlaku di Program Studi D3 Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Surabaya berdasarkan keputusan menteri pendidikan no.

232/U/2000, SK Menkes RI no. HK.00.06.2.4.3199 tanggal 14 september 2004

tentang petunjuk teknis penyelenggaraan pendidikan jenjang tinggi pendidikan

tenaga kesehtaan dan kurikulum persyarikatan, maka jumlah SKS yang diytempuh

adalah sebanyak 120 SKS ditempuh dalam 6 semester.

Jumlah mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan pada tahun ajaran

2009/2010 berjumlah 134 mahasiswa. Sejumlah 134 mahasiswa tersebut tersebar

dalam tiga tingkat dengan rincian tingkat I berjumlah 48 mahasiswa, tingkat II

berjumlah 40 mahasiswa dan tingkat III berjumlah 46 mahasiswa. Peneliti memilih

mahasiswa tingkat I dengan alasan saat ini, semester II sedang diajarkan mata

kuliah Sosiologi Keperawatan.

Jumlah dosen yang mengajar di Program Studi D3 Keperawatan sebanyak 47

dosen, dengan rincian 2 dosen DPK, 9 dosen tetap dan 36 dosen luar biasa. Dari 47

dosen tersebut dua diantaranya adalah pengajar mata kuliah Sosiologi Keperawatan.

Sugeng Mashudi, S.Kep,. Ns adalah dosen penanggung jawab mata kuliah

Sosiologi Keperawatan dengan latar belakang pendidikan keperawatan, sedangkan

dosen pengajar Sosiologi Keperawatan lain adalah Imam Syafi’i, S.H. dengan latar

belakang pendidikan hukum.

2. Proses Belajar Mengajar Sosiologi Keperawatan

Sosiologi keperawatan merupakan salah satu kelompok mata kuliah

kehidupan bermasyarakat (MBB) selain mata kuliah keperawatan komunitas,

keperawatan keluarga dan keperawatan gerontik. Mata kuliah sosiologi

keperawatan diajarkan pada semester 2 dengan bobot 2 sks, perkuliahan

dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 12.40-14.10 wib bertempat di ruang kuliah

lantai II Gedung F FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Metode pembelajaran yang diterapkan pada mata kuliah sosiologi

keperawatan selama ini menggunakan model pembelajaran konvensional, ceramah.

Perkuliahan dilaksanakan selama 14 minggu dan diakhir perkuliahan diadakan

evaluasi pembelajaran, Ujian Akhir Semester.

Page 52: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

39

B. TEMUAN PENELITIAN

1. Kondisi Pra Tindakan

a. Minat Mahasiswa

Sebelum model pembelajaran Jigsaw diterapkan pada mahasiswa,

peneliti menyebar angket minat. Guna mendapatkan data yang

sebenarnya maka pada lembar minat mahasiswa tidak diperkenankan

mencantumkan identitasnya. Setelah angket disebarkan, peneliti

mengumpulkan angket dan melakukan pensekoran. Kondisi mahasiswa

sebelum dilakukan metode pembelajaran Jigsaw menunjukkan skor

rata-rata minat belajar mahasiswa adalah rendah (78,7).

b. Prestasi Mahasiswa

Sebelum model pembelajaran Jigsaw diterapkan pada mahasiswa,

peneliti melakukan pre test. Pretest dilaksanakan satu minggu sebelum

peneliti menerapkan model pembelajaran Jigsaw (31 Maret). Setelah

pretest dilakukan, peneliti mengumpulkan lembar jawaban dan

melakukan pensekoran. Peneliti membandigkan nilai mahasiswa

dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di

Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya. Berdasarkan nilai pretest

menunjukkan bahwa sebelum dilakukan metode pembelajaran Jigsaw

sebagian besar mahasiswa (81,2% atau 39 mahasiswa) memiliki nilai di

bawah KKM.

2. Siklus I

a. Perencanaan

1) Dosen menyusun daftar observasi yang terdiri atas kegiatan dan

keterlaksanaan dalam pembelajaran.

2) Dosen mencatat hal-hal yang terjadi saat kegiatan berlangsung

berdasarkan urutan kegiatan.

3) Urutan pelaksanaan jigsaw adalah:

a) Dosen memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan mahasiswa.

Page 53: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

40

b) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki

tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik

yang sama dan selanjutnya bertemu dan saling membantu

mengkaji bagian tersebut. Kumpulan mahasiswa semacam

ini disebut “Kelompok Ahli” yang terbagi dalam 8

kelompok dengan anggota 6 mahasiswa.

c) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar

kembali kekelompok asal (home team) untuk mengajar

anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam

kelompok pakar.

d) Observer melakukan observasi hasil kerja dan memastikan

bahwa seluruh kelompok telah memahami materi yang

dibahas.

e) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home team

para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang

telah dipelajari.

b. Penerapan

Tindakan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Dosen memberikan penjelasan tentang proses pembelajaran

metode Jigsaw pada pokok bahasan konsep keluarga.

2) Para anggota dari kelompok ahli yang terdiri atas 6 mahasiswa

bertemu untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama.

3) Selanjutnya para mahasiswa yang berada dalam kelompok pakar

kembali kekelompok asal (home team) untuk mengajar anggota

lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok

pakar.

4) Observer melakukan observasi hasil kerja dan memastikan

bahwa seluruh kelompok telah memahami materi yang dibahas.

5) Dosen melakukan evaluasi pembelajaran.

Page 54: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

41

c. Hasil

Tabel 5. Hasil tes minat sebelum dan setelah silkus I pembelajaran model Jigsaw pada mahasiswa di Prodi D3 keperawatan April 2010 No Hasil Tes Pre test Siklus I 1 Nilai tertinggi 100 117 2 Nilai terendah 40 60 3 Rata-rata nilai kelas 76,7 96,3

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum siklus rata-rata

minat mahasiswa tergolong rendah (76,7), setelah siklus I rata-rata minat

mahasiswa mengalami kenaikan (96,3). Nilai tertinggi yang dapat dicapai

mahasiswa 117 dan nilai terendah yang dapat dicapai 60.

Tabel 6. Hasil tes prestasi sebelum dan setelah pembelajaran model Jigsaw pada mahasiswa di Prodi D3 keperawatan April 2010

No Hasil Tes Pre test Siklus I Nilai tertinggi 72 100 Nilai terendah 12 30 Rata-rata nilai kelas 38 72,77 Pencapaian ketuntasan 18,8% 75%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan

pembelajaran model Jigsaw pada siklus I jumlah mahasiswa yang lulus

sebanyak 75%.

d. Refleksi

Setelah dilaksanakan perencanaan dan pelaksanaan, peneliti

menemukan fakta bahwa data yang diperoleh antara lain adanya

peningkatan rerata minat belajar mahasiswa Program Studi D3 keperawatan

semester II pada mata kuliah Sosiologi Keperawatan dan skor masing-

masing mahasiswa yang mengalami peningkat sebanyak 81,3% (indikator

keberhasilan 80%) dari jumlah mahasiswa. Sebagai tolak ukurnya adalah

peningkatan skor rerata minat belajar siswa sebelum dilakukan tindakan

sebesar 76,6 dan setelah tindakan menjadi 96,3.

Secara prestasi terjadi perbaikan prestasi mahasiswa, hal ini

dibuktikan jumlah mahasiswa yang mendapat skor di bawah KKM

mengalami penurunan dari 81,2 % menjadi 25%. Jika dilihat dari indikator

keberhasilan, pada siklus I belum bisa dikatakan bahwa pembelajaran

Page 55: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

42

Jigsaw mampu meningkatkan prestasi mahasiswa (indikator keberhasilan

80% memiliki nilai di atas KKM).

Hasil yang diperoleh peneliti yang lain adalah:

1) Mahasiswa masih terlihat bingung terhadap tahapan pembelajaran

Jigsaw, kapan mahasiswa masuk ke kelompok ahli atau kelompok asal.

2) Pada sesi diskusi kelompok asal mahasiswa cenderung sibuk menulis

jawaban pertanyaan pada LKS.

3) Dosen terlihat kurang memotivasi mahasiswa

4) Mahasiswa terlihat tegang saat dilakukan evaluasi

3. Siklus II

a. Perencanaan

Sesuai dengan pembahasan pada refleksi siklus I, maka pada siklus II,

peneliti menyusun tahapan perencanaan yang terdiri atas:

1) Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw ditampilkan dalam slide power

poin termasuk daftar mahasiswa pada kelompok ahli dan kelompok

asal.

2) Dosen lebih aktif meningkatkan minat mahasiswa untuk berdiskusi

pada bahan yang telah disediakan.

3) Dosen menampilkan cuplikan film pendek berjudul vertikal limit untuk

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.

4) Sebelum dilakukan evaluasi pembelajaran, dosen kembali memutar film

berdurasi pendek untuk menambah semangat mahasiswa dan

mengurangi ketegangan menjelang evaluasi.

b. Penerapan

Tindakan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Dosen memberikan penjelasan tentang proses pembelajaran

metode Jigsaw pada pokok bahasan persepsi sehat sakit

masyarakat.

2) Dosen memutarkan film vertilkal limit untuk meningkatkan

motivasi mahasiswa pada proses pembelajaran Jigsaw.

3) Para anggota dari kelompok ahli yang terdiri atas 6 mahasiswa

bertemu untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama.

Page 56: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

43

4) Selanjutnya para mahasiswa yang berada dalam kelompok pakar

kembali kekelompok asal (home time) untuk mengajar anggota

lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok

pakar.

5) Perwakilan mahasiswa menjelaskan konsep sehat sakit

masyarakat di depan.

6) Dosen memutarkan film sebelum melakukan evaluasi

pembelajaran.

c. Hasil

Tabel 7. Hasil tes prestasi sebelum dan setelah pembelajaran model Jigsaw pada mahasiswa di Prodi D3 keperawatan April 2010

No Hasil Tes Pre test Siklus I Siklus II

Nilai tertinggi 72 100 95 Nilai terendah 12 30 50 Rata-rata nilai kelas 38 72,77 72,83 Pencapaian ketuntasan 18,8% 75% 93,8%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan

metode pembelajaran Jigsaw pada siklus II nilai tertinggi yang dicapai

mahasiswa adalah 95.

Tabel 8. Hasil tes efektif sebelum dan setelah pembelajaran model Jigsaw berdasarkan KKM pada mahasiswa di Prodi D3 keperawatan April 2010 No Hasil Tes Pre Test Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Di atas

KKM 9 18,8% 36 75% 45 93,8%

2 Di bawah

KKM 39 81,2% 12 25% 3 6,2%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setelah dilakukan

metode pembelajaran Jigsaw pada siklus II jumlah mahasiswa yang

mendapatkan nilai di atas KKM sebanyak 45 mahasiswa (93,8%) dan

yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 3 mahasiswa (6,2%).

Page 57: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

44

d. Refleksi

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, peneliti melakukan

pembahasan dan terdapat data-data sebagai berikut:

1) Mahasiswa tidak terlihat bingung terhadap tahapan pembelajaran Jigsaw,

dengan melihat slide yang ditampilkan mahasiswa lebih mengerti kapan

masuk ke kelompok ahli atau kapan masuk kelompok asal.

2) Dosen terlihat lebih aktif membimbing mahasiswa dalam berdiskusi dengan

berkeliling secara periodik ke setiap kelompok.

3) Penayangan film vertikal limit terlihat lebih memacu minat mahasiswa

untuk mengikuti proses pembelajaran Jigsaw.

4) Mahasiswa terlihat lebih siap dan tenang saat mengerjakan evaluasi setelah

dosen memutarkan film.

4. Hasil Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam terkait dengan peningkatan minat dan

prestasi belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada mata kuliah Sosiologi

Keperawatan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw.

Wawancara kami lakukan pada enam mahasiswa yang memiliki skor minat

yang tinggi dan memiliki prestasi yang baik. Secara keseluruhan peneliti

mengajukan tujuh pertanyaan terkait dengan minat dan prestasi belajar pada

enam mahasiswa. Sedangkan pada mahasiswa yang tidak lulus perlu

dilakukan remidial.

Model Jigsaw menuntut mahasiswa menjadi lebih aktif bersama

teman sekelompok baik kelompok ahli maupun kelompok asal. Menuntut

mahasiswa untuk berfikir secara aktif saat sesi diskusi kelompok. Dengan

model pembelajaran jigsaw belajar tidak menjadi jenuh, mahasiswa dapat

bertukar pikiran dengan teman lain terutama saat diskusi kelompok ahli,

mendapatkan banyak pengetahuan dari teman lain saat diskusi kelompok

asal. Belajar dengan Jigsaw lebih menyenangkan sehingga dengan

penerapan pembelajaran tersebut mahasiswa optimis mampu meningkatkan

minat dan prestasi mahasiswa.

Page 58: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

45

Model Jigsaw terbukti mampu meningkatkan prestasi mahasiswa.

Pada proses pembelajaran mahasiswa lebih aktif untuk berdiskusi dengan

teman kelompoknya, sehingga dengan semakin aktifnya mahasiswa dalam

pembelajaran maka materi yang tersaji lebih mudah dipahami.

“model pembelajaran ini telah meningkatkan prestasi belajar saya. Model

jigsaw menuntut kreatifitas saya bersama teman sekelompok baik kelompok

ahli maupun kelompok asal. Jika tidak aktif dalam pembelajaran tentunya

saat tes di akhir pokok bahasan nilai saya tidak sebagus yang saya

dapatkan saat ini” (SF: 1/3 2010, 13.00).

“model pembelajaran jigsaw terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar

saya, tes pertama sebelum di terapkan jigsaw nilai saya hanya 56, setelah

diterapkan jigsaw nilai saya 100 pada tes kedua dan 95 pada tes ketiga.

Model jigsaw menuntut saya untuk selalu aktif dalam berfikir disetiap

diskusi, jika saya pasif saya akan tertinggal dengan mahasiswa lain” (DA:

1/3 2010, 13.15).

Model pembelajaran Jigsaw terbukti mampu meningkatkan prestasi

mahasiswa. Proses pembelajaran dengan student center membuat

mahasiswa tidak mudah merasa jenuh dan memudahkan mahasiswa

mendapatkan pengetahuan baru.

“saya yakin model pembelajaran jigsaw mampu meningkatkan prestasi aku.

Saya bisa aktif dan senang dalam belajar. Dengan model pembelajaran ini

belajar tidak menjadi jenuh, bisa bertukar pikiran dengan teman lain

terutama saat diskusi kelompok ahli, dan mendapatkan banyak pengetahuan

dari teman lain saat diskusi kelompok asal”. (ST: 1/3 2010, 13.30).

Model pembelajaran Jigsaw mampu meningkatkan pemahaman

terhadap materi yang diajarkan. Dengan membaca mahasiswa tahu, dengan

menulis mahasiswa hafal dan dengan berbicara mahasiswa paham.

“saya yakin, prestasi pembelajaran tentunya tidak hanya ditentukan dengan

kepandaian membaca, menulis, dan menghafal. Model pembelajaran jigsaw

mengajarkan kita untuk berbicara langsung setelah kita membaca, dengan

berbicara kepada teman kita terhadap apa yang kita baca membuat kita

Page 59: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

46

lebih cepat hafal dan paham terhadap materi pembelajaran” (AE: 1/3

2010, 13.45).

Model pembelajaran Jigsaw mampu meningkatkan minat dan

prestasi belajar mahasiswa. Skor nilai yang di perlihatkan setiap selesai

evaluasi mampu memberikan optimisme dan penghargaan tersendiri bagi

mahasiswa. Minat mahasiswa terhadap mata kuliah sosiologi keperawatan

meningkat.

“ya, karena setelah diterapkan model pembelajaran jigsaw nilai saya

sangat memuaskan. Ini terbukti niali tes saya selalu diats 90 bahkan nilai

tes ke dua saya mendapatkan nilai 100. Saya sangat berminat dengan mata

kuliah sosiologi sehingga lebih giat belajar” (DQ: 1/3 2010, 14.05).

Model pembelajaran Jigsaw cocok diterapkan pada pembelajaran sosiologi

keperawatan. Mahasiswa berharap mata kuliah lain juga menerapkan

metode Jigsaw.

“100% sangat yakin, karena kemampuan belajar saya memang sesuai

dengan metode ini. Saya berharap apabila semua pembelajaran di kampus

ini memekai metode seperti sosiologi” (AH: 1/3 2010, 14.15).

C. PEMBAHASAN

1. Peningkatkan minat belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada mata kuliah

Sosiologi Keperawatan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model

Jigsaw.

Skor rata-rata minat belajar mahasiswa sebelum dilakukan metode

pembelajaran Jigsaw sebesar 78,7 dan setelah dilakukan metode pembelajaran

Jigsaw terjadi peningkatan skor rata-rata minat belajar mahasiswa menjadi

96,3. Jumlah masing-masing mahasiswa yang mengalami kenaikan skor

minat sebanyak 39 (81,3%) mahasiwa, tetap sebanyak 7 (15 %)mahasiswa,

dan turun sebanyak 2 (4%) mahasiswa.

Adanya peningkatan rerata minat belajar mahasiswa Program Studi D3

keperawatan pada mata kuliah sosiologi keperawatan dari 78,7 menjadi 96,3

dan skor masing-masing mahasiswa yang mengalami peningkatan 81,3%

(indikator keberhasilan minimal 80%) dari jumlah mahasiswa membuktikan

Page 60: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

47

bahwa hipotesis pembelajaran sosiologi keperawatan melalui metode Jigsaw

dapat meningkatkan minat belajar mahasiswa telah terbukti.

Purwoto (2000) menyatakan bahwa minat adalah sejenis perasaan, minat

adalah perkara hati yang didorong oleh keinginan yang datangnya dari dalam

jiwa. Sedangkan Kurt Siregar (1987) menjelaskan bahwa minat adalah suatu

landasan yang paling menyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar.

Jadi, seorang siswa yang memiliki rasa ingin belajar ia akan lebih cepat

mengerti dan mengingatnya.Timbulnya rasa senang, memberi perhatian,

kesadaran, konsentrasi, dan kemauan dalam mempelajari Sosiologi

Keperawatan merupakah suatu hal yang diperlukan dalam meningkatkan

prestasi belajar, sehingga perbedaan minat belajar pada mahasiswa

berdampak pada perbedan hasil belajar yang dicapainya.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa penggunaan metode

pembelajaran Jigsaw mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa.

Menurut peneliti hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan minat

mahasiswa di Program Studi D3 Keperawatan adalah mengajak tim pengajar

Sosiologi Keperawatan lain untuk menggunakan metode sejenis dalam

pengajaran. Tim pengajar lain sampai saat ini masih menggunakan model

pembelajaran ceramah atau klasikal.

2. Peningkatkan prestasi belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada mata kuliah

Sosiologi Keperawatan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model

Jigsaw.

Prestasi mahasiswa sebelum dilakukan metode pembelajaran Jigsaw

menunjukkan, sebagian besar mahasiswa (81,2% atau 39 mahasiswa) memiliki

nilai dibawah KKM. Setelah dilakukan metode pembelajaran Jigsaw terjadi

peningkatan prestasi mahasiswa, hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi sikus I

mahasiswa yang memiliki nilai di bawah KKM menurun menjadi (23% atau 11

mahasiswa) dan pada siklus II mahasiswa yang memiliki nilai di bawah KKM

menurun sampai 6,2% atau hanya 3 mahasiswa yang mendapat nilai dibawah

KKM. Adanya peningkatan hasil belajar mahasiswa, sehingga yang

mendapatkan nilai sama atau lebih besar 55 sebesar sama atau lebih besar dari

80% mahasiswa Program Studi D3 keperawatan semester II pada mata kuliah

Page 61: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

48

Sosiologi Keperawatan menunjukkan bahwa hipotesis pembelajaran sosiologi

keperawatan melalui metode Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar

mahasiswa telah terbukti kebenarannya.

Diketahui bahwa prestasi belajar sosiologi keperawatan adalah hasil

interaksi antara berbagai komponen yang terdapat di dalam pembelajaran. Pada

metode pembelajaran kooperatif Jigsaw, yang dimaksud aktivitas belajar

mahasiswa meliputi waktu untuk belajar Sosiologi Keperawatan, sikap mandiri

dalam mengikuti pelajaran mata kuliah Sosiologi Keperawatan, belajar

Sosiologi Keperawatan secara kelompok, mengerjakan tugas atau latihan

sendiri, dan mempelajari sumber pelajaran selain buku ajar Sosiologi

keperawatan.

Penggunaan metode pembelajaran Jigsaw topik konsep keluarga dan

perilaku sehat-sakit masyarakat membuat mahasiswa menjadi lebih aktif dalam

proses pembelajaran, terutama pada diskusi kelompok ahli merangsang

mahasiswa untuk mandiri dan beraktualisasi atas kemampuan memahami

konsep yang telah diberikan. Sebaliknya, pada metode pembelajaran

konvensional mahasiswa secara monoton dan pasif menerima informasi dari

dosen, sehingga peran dosen sangat dominan. Semua kegiatan mahasiswa

berada di tangan dosen, karena proses belajar mengajar berbeda sehingga

mempengaruhi hasil belajar.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa penggunaan metode

pembelajaran Jigsaw sesuai diterapkan pada mata kuliah Sosiologi

Keperawaan.

3. Peningkatan minat dan prestasi belajar mahasiswa D3 Keperawatan pada mata

kuliah Sosiologi Keperawatan dengan penerapan pembelajaran kooperatif

model Jigsaw.

Model pembelajaran Jigsaw mampu meningkatkan minat dan prestasi

belajar mahasiswa. Skor nilai yang di perlihatkan setiap selesai evaluasi

mampu memberikan optimisme dan penghargaan tersendiri bagi mahasiswa.

Minat mahasiswa terhadap mata kuliah sosiologi keperawatan meningkat.

Model pembelajaran Jigsaw cocok diterapkan pada pembelajaran sosiologi

keperawatan. Mahasiswa berharap mata kuliah lain juga menerapkan metode

Page 62: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

49

Jigsaw. Model jigsaw menuntut mahasiswa menjadi lebih aktif bersama teman

sekelompok baik kelompok ahli maupun kelompok asal. Mahasiswa menjadi

berfikir lebih aktif saat sesi diskusi kelompok. Dengan model pembelajaran

Jigsaw belajar tidak menjadi jenuh, mahasiswa dapat bertukar pikiran dengan

teman lain terutama saat diskusi kelompok ahli, mendapatkan banyak

pengetahuan dari teman lain saat diskusi kelompok asal. Belajar dengan jigsaw

lebih menyenangkan sehingga dengan penerapan pembelajaran tersebut

mahasiswa optimis mampu meningkatkan minat dan prestasi mahasiswa.

Menurut Soesilowindradini dalam (Tuharjo, 1989), suatu kegiatan

yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang

kurang menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat

seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat

menimbulkan motivasi. (Purnama, 1994) menjabarkan karakteristik

individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu adanya

perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada

keberhasilan, mempunyai kebanggaan, kesediaan untuk berusaha dan

mempunyai pertimbangan yang positif.

Minat pada dasarnya berfungsi sebagai pendorong usaha dalam

pencapaian prestasi. Mahasiswa yang memiliki minat yang tinggi maka

prestasi yang diperoleh akan lebih baik pula, sebaliknya apabila minat

belajar yang rendah dan merasa dirinya bosan dan malas belajar maka

prestasi belajarnya akan menurun. Hal ini secara langsung akan

mempengaruhi output proses belajar di keperawatan (Sardiman, 2001).

Menurut Chusnal Ainy (2000) menunjukkan bahwa prestasi belajar

siswa dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik daripada prestasi

belajar dengan model pembelajaran langsung. Ita kurniawati (2003)

menunjukkan bahwa hasil prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran

Jigsaw lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada pokok bahasan

jajaran genjang, belah ketupat, dan layang-layang.

D. KETERBATASAN PENELITIAN

Page 63: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

50

Penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model

Jigsaw dalam Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Mata Kuliah Sosiologi

Keperawatan” ini disusun oleh peneliti dengan sampel dan mata kuliah

tertentu.

Sampel yang digunakan peneliti terbatas pada mahasiswa D3

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya,

sehingga penelitian ini belum tentu cocok diterapkan pada kelas lain.

Mata kuliah yang digunakan penelitian ini hanya mata kuliah Sosiologi

keperawatan. Sehingga metode pembelajaran Jigsaw belum tentu cocok

diterapkan pada mata kuliah lain.

Page 64: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

51

BAB V

PENUTUP

E. KESIMPULAN

Berdasarkan landasan teori dan didukung adanya hasil analisis

serta mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis yang telah di uraikan

di depan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

7. Pembelajaran Sosiologi Keperawatan melalui metode Jigsaw dapat

meningkatkan minat belajar mahasiswa.

8. Pembelajaran Sosiologi Keperawatan melalui metode Jigsaw dapat

meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

9. Pembelajaran Sosiologi Keperawatan melalui metode Jigsaw terbukti

mampu mendorong mahasiswa untuk lebih aktif selama proses

pembelajaran sehingga minat dan prestasi belajar mahasiswa meningkat.

F. IMPLIKASI

Sesuai dengan kesimpulan yang telah dinyatakan bahwa

pembelajaran Sosiologi Keperawatan melalui metode Jigsaw dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar mahasiswa terutama pada pokok

bahasan konsep keluarga dan konsep sehat-sakit masyarakat. Hal ini dapat

digunakan sebagai acuhan dalam mengembangkan dan penggunaan

metode pembelajaran Jigsaw pada pokok bahasan yang lainnya.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk memilih dan mempersiapkan kegiatan pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan Program

Studi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surabaya, dalam penerapan Jigsaw sesuai dengan apa

yang diharapkan, meskipun masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil

kesimpulan penelitian Jigsaw mampu mendorong mahasiswa untuk lebih

aktif selama proses pembelajaran sehingga minat dan prestasi belajar

mahasiswa meningkat.

Page 65: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

52

G. SARAN

Guna meningkatkan minat dan prestasi belajar mahasiswa, maka

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Jigsaw hendaknya diterapkan secara menyeluruh

pada proses pembelajaran. Dosen cenderung melaksanakan proses

pembelajaran konvensional jika Jigsaw tidak dilaksanakan secara

menyeluruh.

2. Perlu dibuat modul proses pembelajaran Jigsaw, sehingga dosen

pengajar pada setiap mata kuliah yang ada di Program Studi D3

Keperawatan dapat menerapkan model pembelajaran Jigsaw.

3. Dosen perlu meningkatkan minat belajar mahasiswa dengan

pembelajaran model Jigsaw sehingga prestasi belajar meningkat.

Page 66: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

53

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. 1987. Mengajar Ilmu Pengetahuan (IPA) dengan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud.

Anita, L. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Arikunto, S. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara. ----- 1999.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Bailon dan Maglaya. 1978. Perawatan Kesehatan Keluarga: Suatu Pendekatan

Proses (Terjemahan), Jakarta: Pusdiknakes. BKKBN, 2000. Pendataan Keluarga Tahun 2000. Blum, H L, 1974. Planning for health, development and Application of Social

Change Theory. New York: Human Sciences Press. Chusnal, A. 2000. Model pembelajaran kooperatif jigsaw dalam pengajaran

matematika SD. Thesis: UNS. Depkes RI. 1998. Standar Praktek Keperawatan Bagi Perawat Kesehatan.

Jakarta: Depkes RI. Ebsten, R. 2004. Learning from the problems of problem-based learning.

http://www.biomedcentral.com/1472-6920/4/1. Diakses pada 18 Januari 2009 jam 09.30 wib.

Field, D. 1953. Structured Strain in the Role of the Soviet Physician. American Journal of Sociology. 58: 493-502

Friedman, MM, 1988. Family Nursing Research. Theory and Practice. (4th ed.) Coonecticut : Appleton-Century-Cropts.

Hariati, T. 2002. Pengembangan perangkat pembelajaran SD berorientasi pembelajaran berdasar masalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah. Tesis: Tesis magister pendidikan UNESA. Tidak dipublikasikan.

Hedeen,T. 2003. The Reverse Jigsaw: a Process of Cooperative Learning and Discussion. Teaching Sociology. Proquest Sociology Pg. 325.

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Bedasarkan Masalah. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya Press. Kurniawati, I. 2003. Pembelajaran kooperatif Jigsaw terhadap prestasi belajar

matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas II SLTP Negeri 15 Surakarta. Thesis: UNS.

Kemmis, S dan Mc Tagart,R, 1990. The Action Research planner. Third Edition. Victoria: Deakin University press.Muhammad Nur, 2005. Pengantar teori tes. Program refreser IKIP Surabaya.

Mashudi, S. 2009. Sosiologi keperawatan. FIK UMSurabaya: Surabaya Mechanic, D dan Edmund HV, 1961. Stress, Illness Behaviour, and the Sick Role.

Journal of American Sociological Review Vol 26: 51-58. Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya. Notoatmojo, S dan Sarwono, S. 1986. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Badan

penerbit Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta. Priatiningsih. 2003. Pengembangan Instrumen penilaian Biologi. Semarang:

Depdikbud.

Page 67: TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF · PDF filetesis penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam peningkatan minat dan prestasi belajar mata kuliah sosiologi keperawatan

54

Roger, EM and Shoemaker. 1971. Diffusion of Innovation. New York: Mc Millan Publishing Co. Inc.

Sayekti, 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta. Menara Mas. Sugiyanto, 2008. Model-model pembelajaran inovatif. PLPG, UNS Undang-Undang No. 10 tahun 1992. Usman, M. Uzer dan Setiawati, Lilis, 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan

Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Usodo, B. 2000. Penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada

pembelajaran MIPA. Thesis. UNS. Von Mering, O. 1970. Medicine and Psiciatry. Pittsburgh: University of

Pittsburgh Press