tesis penerapan hukum acara pengadilan anak andi...

135
TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA ANDI DEVI YUSRIANA Y P0902211002 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 16-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

TESIS

PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA

ANDI DEVI YUSRIANA Y P0902211002

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 2: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA

Program Studi

Ilmu Hukum

Disusun dan diajukan oleh :

ANDI DEVI YUSRIANA Y P0902211002

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 3: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons
Page 4: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Dzat Yang Maha Kuasa,

Pencipta Ilmu dan Pengetahuan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Shalawat serta salam senantiasa terlantun kepada junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya serta bagi mereka yang

istiqmah di jalan-Nya, atas limpahan rezeki berupa ilmu pengetahuan dan izin-Nya,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul : Penerapan Hukum

Acara Pengadilan Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana.

Penulis sadar walaupun telah banyak masukan, arahan, bimbingan yang

diberikan terutama oleh Komisi Penasihat dalam upaya menyempurnakan tesis ini,

namun tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Hal

ini merupakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, dan bukan

merupakan suatu kesengajaan.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang paling tulus dan dalam teruntuk

orang tua tercinta yang telah menjadi pembimbing dan anutan manusiawiku dalam

mengarungi dan menjalani hidup, walau ikhlas sampai saat ini dan sampai kapanpun

saya tidak mampu memberi sesuatu yang setimpal dengan apa yang telah mereka

berikan.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Prof. Dr.

Muhadar, S.H., M.Si. dan Ibu Dr. Wiwie Heryani, S.H., M.H., sebagai Ketua dan

Anggota Komisi Penasihat, atas luang waktunya yang sangat berharga dalam

membimbing sekaligus memberikan dorongan moril kepada penulis.

Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua penulis Ibunda Andi Sahriawan

Page 5: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

AM, S.H., M.H., dan Ayahanda Andi S Yusuf T, S.H., atas segala pengorbanan,

kasih sayang serta jerih payahnya selama membesarkan dan mendidikku, serta doa

yang senantiasa dipanjatkan hanya semata-mata mengharapkan keberhasilan

penulis.

Terima kasih pula penulis haturkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Marthen Arie, SH., MH. sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu

Hukum Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, atas segala petunjuk

dan bantuannya selama ini kepada penulis.

2. Segenap dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang senantiasa

meluangkan waktunya guna mengajarkan ilmu yang sangat berharga kepada

penulis.

3. Teman-teman pada Program Pascasarjana angkatan 2011 atas kebersamaan

dan keakraban yang telah terjalin.

4. Saudara-saudaraku tersayang Andi Dedi Priyanto, S.H., Andi Nurcahyanti dan

Andi Puspitasari terima kasih atas segala bantuannya, materil maupun inmateril

kepada penulis.

5. Teman-teman Unhy, Anthy, Kak Diana, Kak Darma, Kak Ria, Kak Asdar, Kak

Izoel, Kak Agus n Pak Syam terima kasih atas persahabatan dan bantuan kalian.

6. Staf akademik yang telah membantu kelancaran akademik penulis selama studi

di Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

7. Kantor Polres Bone, Kejaksaan Negeri Bone, Pengadilan Negeri Bone dan

Lembaga Pemasyarakatan Bone makasih atas bantuannya telah memberi data

yang penulis butuhkan.

Page 6: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan

yang sifatnya membangun guna perbaikan dan penyempurnaan usulan tesis ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas pengorbanan tulus yang telah

diberikan dengan segala limpahan Rahmat dan HidayahNya. Akhir kata, semoga

karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua kelak. Amin.

Makassar, Mei 2013

P e n u l i s

Page 7: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 15

C. Tujuan Penelitian 15

D. Manfaat Penelitian 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak Nakal 17

B. Pengertian Tindak Pidana Anak 20

C. Batasan Usia Pemidanaan Anak 24

D. Hak-hak Anak yang Melakukan Tindak Pidana 30

E. Perlindungan Anak 38

F. Proses Penyelesaian Perkara Pidana Anak 42

G. Kerangka Pikir 59

H. Definisi Operasional 63

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 64

B. Lokasi Penelitian 64

C. Populasi dan Sampel 64

Page 8: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

D. Jenis dan Sumber Data 65

E. Teknik Pengumpulan Data 65

F. Teknik Analisis Data 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Hukum Acara Pengadilan Anak Sebagai Pelaku

Tindak Pidana 67

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Hukum Acara

Pengadilan Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana 118

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 147

B. Saran 148

DAFTAR PUSTAKA 150

LAMPIRAN

Page 9: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons
Page 10: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons
Page 11: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak sebagai salah satu sumber daya manusia dan merupakan generasi

penerus bangsa, sudah selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari

pemerintah, dalam rangka pembinaan anak untuk mewujudkan sumber daya

manusia yang tangguh serta berkualitas. Berkaitan dengan pembinaan anak

diperlukan sarana dan prasarana hukum yang mengantisipasi segala

permasalahan yang timbul.

Sarana dan prasarana yang dimaksud menyangkut kepentingan anak

maupun yang menyangkut penyimpangan sikap dan perilaku yang menjadikan

anak terpaksa dihadapkan ke muka pengadilan. Mental anak yang masih dalam

tahap pencarian jati diri, kadang mudah terpengaruh dengan situasi dan kondisi

lingkungan di sekitarnya, sehingga jika lingkungan tempat anak berada tersebut

buruk, dapat terpengaruh pada tindakan yang dapat melanggar hukum. Hal itu

tentu saja dapat merugikan dirinya sendiri dan masyarakat. Tidak sedikit tindakan

tersebut akhirnya menyeret mereka berurusan dengan aparat penegak hukum.

Anak merupakan bagian dari masyarakat, mereka mempunyai hak yang

sama dengan masyarakat lain yang harus dilindungi dan dihormati. Setiap

negara dimanapun di dunia ini wajib memberikan perhatian serta perlindungan

yang cukup terhadap hak-hak anak, yang antara lain berupa hak-hak sipil,

ekonomi, sosial dan budaya. Namun sepertinya kedudukan dan hak-hak anak

jika dilihat dari perspektif yuridis belum mendapatkan perhatian serius baik oleh

pemerintah, penegak hukum maupun masyarakat pada umumnya dan masih

jauh dari apa yang sebenarnya harus diberikan kepada mereka. Kondisi inipun

Page 12: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dipersulit oleh lemahnya penerapan hukum mengenai hak-hak anak yang

dilakukan oleh aparat penegak hukum itu sendiri.

Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang mendapat

jaminan dan perlindungan hukum internasional maupun hukum nasional, yang

secara universalpun dilindungi dalam Universal Declaration of Human Right

(UDHR) dan International on Civil and Political Rights (ICPR). Pembedaan

perlakuan terhadap hak asasi anak dengan orang dewasa, diatur dalam

konvensi-konvensi internasional khusus. Sebagaimana diutarakan dalam

Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons of his physical and mental

immaturity, needs special safeguards and care, including appropriate legal

protection, before as well as after birth…” Deklarasi Wina tahun 1993 yang

dihasilkan oleh Konferensi Dunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia (HAM),

kembali menekankan prinsip “First Call for Children”, yang menekankan

pentingnya upaya-upaya nasional dan internasional untuk memajukan hak-hak

anak atas “survival protection, development and participation.” (Harkristuti

Harkrisnowo, 2002:4).

Di Indonesia telah dibuat peraturan-peraturan yang pada dasarnya sangat

menjunjung tinggi dan memperhatikan hak-hak dari anak yaitu diratifikasinya

Konvensi Hak Anak (KHA) dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990.

Peraturan perundangan lain yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia antara

lain Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Secara

substansinya undang-undang tersebut mengatur hak-hak anak yang berupa, hak

Page 13: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

hidup, hak atas nama, hak pendidikan, hak kesehatan dasar, hak untuk

beribadah menurut agamanya, hak berekspresi, berpikir, bermain, berkreasi,

beristirahat, bergaul dan hak jaminan sosial.

Dibuatnya aturan-aturan tersebut sangat jelas terlihat bahwa negara

sangat memperhatikan dan melindungi hak-hak anak. Hak-hak anak tersebut

wajib dijunjung tinggi oleh setiap orang. Namun sayangnya dalam

pengaplikasiannya masalah penegakan hukum (law enforcement) sering

mengalami hambatan maupun kendala baik yang disebabkan karena faktor

internal maupun faktor eksternal.

Salah satunya adalah dalam sistem pemidanaan yang sampai sekarang

terkadang masih memperlakukan anak-anak yang terlibat sebagai pelaku tindak

pidana itu seperti pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Anak

ditempatkan dalam posisi sebagai seorang pelaku kejahatan yang patut untuk

mendapatkan hukuman yang sama dengan orang dewasa dan berlaku di

Indonesia.

Padahal pemidanaan itu sendiri lebih berorientasi kepada individu pelaku

atau biasa disebut dengan pertanggungjawaban individual/ personal (Individual

responsibility) dimana pelaku dipandang sebagai individu yang mampu untuk

bertanggung jawab penuh terhadap perbuatan yang dilakukannya, sedangkan

anak merupakan individu yang belum dapat menyadari secara penuh atas

tindakan/perbuatan yang dilakukannya, hal ini disebabkan karena anak

merupakan individu yang belum matang dalam berpikir. Tanpa disadari hal

tersebut tentu saja dapat menimbulkan dampak psikologis yang hebat bagi anak

yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan mental dan jiwa dari si anak

tersebut. Oleh sebab itu dengan memperlakukan anak itu sama dengan orang

Page 14: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dewasa maka dikhawatirkan si anak akan dengan cepat meniru perlakuan dari

orang-orang yang ada di dekatnya.

Kenakalan anak atau dalam istilah asingnya disebut dengan Juvenile

Delinquency. Ada dua hal yang menjadi topik pembicaraan utama yaitu segi

pelanggaran hukumnya dan sifat tindakan anak apakah sudah menyimpang dari

norma yang berlaku dan melanggar hukum atau tidak. Juvenile Delinquency

adalah suatu tindakan atau perbuatan pelanggaran norma, baik norma hukum

maupun norma sosial yang dilakukan oleh anak-anak usia muda (Wagiati

Soetodjo, 2006:11).

Ketentuan kejahatan anak atau disebut delikuensi anak diartikan sebagai

bentuk kejahatan yang dilakukan anak dalam title-titel khusus dari bagian KUHP

dan atau tata peraturan perundang-undangan (Maulana Hassan Wadong,

2000:81). Pengadilan anak dibentuk karena dilatarbelakangi sikap keprihatinan

yang melanda Negara-negara Eropa dan Amerika atas tindakan kriminalisasi

yang dilakukan anak dan pemuda yang jumlahnya dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Namun perlakuan terhadap pelaku tindak kriminal dewasa, sehingga

diperlukan tindakan perlindungan khusus bagi pelaku kriminal anak-anak.

Pengadilan anak dimaksudkan untuk menanggulangi keadaan yang

kurang menguntungkan bagi anak-anak, dan dalam pelaksanaan proses

peradilan pidana anak tidak boleh diperlakukan sama seperti orang dewasa. Di

Indonesia sendiri dalam rangka mewujudkan suatu peradilan yang benar-benar

memperhatikan kepentingan anak perlu diwujudkan peradilan yang terbatas bagi

anak untuk menjamin kepentingan anak melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan Anak (yang disingkat UU Pengadilan Anak), kemudian

digantikan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Page 15: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Peradilan Pidana Anak (yang disingkat UU SPPA) yang disahkan oleh

Pemerintah pada tanggal 30 Juli 2012 dan berlaku 2 (dua) tahun dari tanggal

disahkannya. Peradilan khusus bagi anak diadakan guna mengatasi

permasalahan tindak pidana yang dilakukan oleh mereka yang masih termasuk

golongan anak-anak, semuanya wajib disidangkan dalam peradilan bagi anak

yang ada pada pengadilan di lingkungan peradilan umum.

UU Pengadilan Anak akan memberikan landasan hukum yang bersifat

nasional untuk perlindungan hukum bagi anak melalui tatanan peradilan anak.

Selain itu UU Pengadilan Anak, yang ditujukan sebagai perangkat hukum yang

lebih mantap dan memadai dalam melaksanakan pembinaan dan memberikan

perlindungan hukum terhadap anak yang bermasalah dengan hukum maupun

penegakan hak-hak anak dan hukum anak untuk mewujudkan prinsip

kepentingan yang terbaik bagi anak (the best interest of the child). Ketentuan

yang ada dalam UU Pengadilan Anak telah sebagian mengacu pada rambu-

rambu semacam ini. Perampasan kemerdekaan misalnya, haruslah dilakukan

hanya sebagai measure of the last resort, hal mana berkenaan dengan hak anak

untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya (Maulana Hassan Wadong, 2000:81).

Anak sebagai individu yang belum dewasa perlu mendapatkan

perlindungan hukum/yuridis (legal protection) agar terjamin kepentingannya

sebagai anggota masyarakat. Masalah penegakan hak-hak anak dan hukum

anak, pada dasarnya sama dengan masalah penegakan hukum secara

keseluruhan. Oleh karena itu, masalah pengimplementasian hukum anak

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor (Moh. Joni, dkk. 1999:90) :

1. Peraturan hukumnya, yakni peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang masalah hukum tertentu. Dalam hal ini, masalah peraturan hukum tentang hak-hak anak berkenaan dengan : a. Cara pembentukan dan persyaratan yuridis pembentukannya.

Page 16: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

b. Materi hukum tersebut apakah telah sesuai dengan semangat, nilai, asas, atau kaidah hukumnya maupun sanksi hukumnya.

c. Peraturan pelaksanaan yang dikehendaki perlu dipersiapkan untuk mencegah kekosongan hukum.

2. Catur wangsa yang meliputi kepolisian (lembaga penyidik), kejaksaan (penuntut), hakim (peradilan), dan pengacara atau advokat. Untuk menegakkan hak-hak anak dan menegakkan hukum anak, menghadapi permasalahan umum yang melanda Indonesia yakni keterbatasan kemampuan para penegak hukum yang memahami hukum anak dan hak-hak anak, kualitas, pendidikan dan keahlian masing-masing aparat penegak hukum, dan kemampuan organisasi dalam menegakkan hukum anak dan hak-hak anak.

3. Budaya hukum masyarakat, yakni struktur sosial dan pandangan kultural yang berlangsung dan diyakini masyarakat dalam menegakkan hukum sebagai sebuah pedoman tingkah laku sehari-hari. Masalah budaya hukum merupakan masalah penting dalam menegakkan hukum di Indonesia yang menyangkut keyakinan masyarakat pada hukum dan para penegak hukum.

4. Masyarakat hukum, yakni tempat bergeraknya hukum dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup dengan sejauh mana kepatuhan masyarakat kepada hukum, kepedulian masyarakat untuk menegakkan hukum untuk menuju ketertiban dan kedamaian. Dalam hal penegakan hak-hak anak dalam praktek kehidupan sehari-hari. Hukum anak hanya pedoman yang bisa dijadikan acuan untuk mengarahkan bagaimana masyarakat bertindak jika masalah anak ditemukan.

Pasal 22 UU Pengadilan Anak, terhadap anak nakal hanya dapat

dijatuhkan pidana atau tindakan. Adapun pidana yang dapat dijatuhkan kepada

anak nakal adalah :

(1) Pidana pokok dan pidana tambahan. (2) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal adalah :

a. Pidana penjara b. Pidana kurungan c. Pidana denda d. Pidana pengawasan

(3) Selain Pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terhadap anak nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan berupa perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.

(4) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Ada pembedaan ancaman pidana bagi anak yang ditentukan oleh Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dimana dalam penjatuhan pidananya

ditentukan paling lama ½ dari ancaman maksimum terhadap orang dewasa,

sedangkan penjatuhan pidana mati dan pidana penjara seumur hidup tidak

Page 17: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

diberlakukan terhadap anak-anak. Sanksi yang dijatuhkan terhadap anak dalam

undang-undang juga ditentukan berdasarkan umur, yaitu bagi anak yang

berumur 8 sampai 12 tahun hanya dikenakan tindakan, sedangkan anak yang

telah berusia 12 sampai anak yang belum mencapai umur 18 tahun baru dapat

dijatuhi pidana.

Untuk terciptanya suatu keseimbangan dalam masyarakat diadakan

sanksi. Sanksi tersebut dibentuk dari suatu sistem atau lembaga yang

berwenang untuk menanganinya.

Semua masyarakat mempunyai sistem kelembagaan dalam menangani

kejahatan dan kenakalan, yang merupakan reaksi terhadap terjadinya kejahatan

dan kenakalan. Sistem kelembagaan yang dimaksud adalah kepolisian,

pengadilan, custodial institutions, dan berbagai metode supervise dan

pembinaan petindak pidana dalam masyarakat (misalnya, probation dan parole).

Tujuan dari reaksi terhadap kejahatan dan kenakalan adalah untuk pencegahan

terhadap kejahatan dan kenakalan, serta resosialisasi petindak pidana (Shanty

Dellyana, 1988:57).

Sistem pemidanaan yang berlaku saat ini di Indonesia hanya bertumpu

pada sifat pemidanaannya saja tanpa memperhatikan bagaimana dapat merubah

si anak tersebut menjadi lebih baik. Diberikannya sistem pemidanaan yang

bersifat edukatif, yaitu suatu sistem pemidanaan yang tidak hanya menekankan

dari segi pemidanaannya saja namun lebih kepada bagaimana caranya agar

seorang anak itu bisa dirubah perilakunya menjadi lebih baik dan tidak akan

mengulangi tindakannya tersebut tanpa harus diberikan sanksi badan atau

penjara.

Page 18: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Hal ini dilihat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak pada Pasal 17 ayat (1), yaitu setiap anak yang dirampas

kebebasannya berhak untuk :

1. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa.

2. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, misalnya bimbingan sosial dari pekerjaan sosial, konsultasi dari psikolog dan psikiater atau bantuan dari ahli bahasa.

3. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam bidang tertutup untuk umum.

Seorang pelaku kejahatan yang dilakukan oleh anak akan lebih mudah

pengendaliannya dan perbaikannya daripada seorang pelaku kejahatan yang

dilakukan oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan karena taraf perkembangan

anak itu berlainan dengan sifat-sifatnya dan ciri-cirinya, pada usia bayi, remaja

dewasa dan usia lanjut akan berlainan psikis maupun jasmaninya. Sistem

pemidanaan dengan pemberian sanksi pidana yang bersifat edukatif/mendidik

selama ini jarang dilakukan oleh aparat penegak hukum di Indonesia khususnya

oleh hakim. Salah satu contoh sanksi pidana yang bersifat edukatif adalah

pemberian sanksi pidana yang tidak hanya dikembalikan kepada orang tua/wali

atau lingkungannya saja namun sanksi pidana tersebut sifatnya juga mendidik

misalnya dimasukkan ke pondok pesantren bagi pelaku tindak pidana yang

beragama Islam, atau diberikan kepada gereja bagi yang beragama nasrani, dan

lembaga keagamaan lainnya yang sesuai dengan agama yang dipeluk atau

dianutnya.

Sistem pemidanaan individual (individual responsibility) yang digunakan

selama ini adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat fragmentair

yaitu hanya melihat upaya pencegahan tersebut dari segi individu/personalnya

saja. Padahal dalam menangani masalah anak ini tidak hanya dilihat dari

Page 19: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

penanggulangan individu si anak saja melainkan dilihat dari banyak faktor, salah

satunya adalah membuat bagaimana si anak tidak lagi mengulangi perbuatannya

namun juga memberikan teladan dan pendidikan yang baik kepada si anak.

Hal ini dimaksudkan agar mental spiritual si anak itu lebih terdidik

sehingga perilaku yang menyimpang dari si anak inipun menjadi lebih baik.

Dengan dimasukkannya si anak sebagai pelaku kejahatan ke lembaga

pemasyarakatan bukannya tidak menjamin bahwa si anak tersebut dapat

berubah, namun di dalam lembaga pemasyarakatan tersebut tidak ada masukan

yang lebih bagi perbaikan mental spiritual anak karena mereka diasingkan

bersama-sama dengan para pelaku tindak pidana lain hal ini mengakibatkan

proses pemulihan perilaku si anak untuk menjadi lebih baik sering kali terhambat

yang disebabkan lingkungan dari dalam lembaga pemasyarakatan itu sendiri

yang kurang kondusif.

Tentunya hal ini akan berbeda jika menempatkan si anak pada suatu

lingkungan dimana dia tidak merasa diperlakukan sebagai seorang pelaku tindak

pidana, namun lebih memperlakukan si anak sebagai seorang manusia yang

belum dewasa yang masih belum tahu apa-apa sehingga masih perlu diberikan

bimbingan, pengarahan serta pengajaran mana yang disebut dengan tindakan

baik dan mana yang disebut dengan tindakan buruk. Tentu saja perlakuan yang

diberikan kepada mereka yang terlibat tindak pidana, selama dalam proses

hukum dan pemidanaannya menempatkan mereka sebagai pelaku tindak

kriminal muda yang mempunyai perbedaan karakteristik dengan pelaku tindak

kriminal dewasa.

Sebenarnya sistem pemidanaan yang bersifat edukatif seperti ini bukan

sesuatu yang baru. Di dalam UU Pengadilan Anak sistem pemidanaan yang

Page 20: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

bersifat mendidik telah jelas tersirat namun pada pengaplikasiannya hal ini jarang

sekali dilakukan, bahkan tidak jarang anak-anak tersebut ditangani oleh penegak

hukum yang belum begitu profesional untuk menangani kasus-kasus di bidang

anak dan terkadang juga penempatan anak-anak terpidana dicampur dengan

orang dewasa.

Kultur aparat penegak hukum yang demikian, didukung oleh instrumen

regulasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(yang selanjutnya disingkat UU Perlindungan Anak) yang pasal-pasalnya

memberikan legitimasi begitu mudahnya mempidanakan anak. Oleh sebab itu,

KPAI pada tanggal 22 Desember 2009 lalu telah menyampaikan berkas

permohonan Judicial Review UU Pengadilan Anak kepada Mahkamah Konstitusi

untuk menghapus pasal-pasal yang mengkriminialisasi anak, seperti : Pasal 1

tentang definisi anak, Pasal 4 tentang usia pertanggungungjawaban hukum,

Pasal 5 tentang penyidikan, Pasal 22 dan 23 tentang pemidanaan, dan Pasal 31

tentang pemenjaraan. KPAI menunggu putusan Mahkamah Konstitusi tentang

uji materiil tersebut dengan harapan, ke depan Indonesia akan segera

melakukan reformasi peradilan anak sehingga lebih menjamin terselenggaranya

perlindungan anak yang efektif dan tidak ada lagi anak-anak yang dipenjarakan.

Dengan lahirnya UU Pengadilan Anak dan UU Perlindungan Anak

tersebut, tampak bahwa sesungguhnya pemerintah telah bertekad untuk

mewujudkan suatu peradilan anak dan perlindungan bagi anak. Dengan

demikian diharapkan anak yang terkena kasus pelanggaran hukum tidak

dirugikan secara fisik maupun mental. Dalam hal ini UU Pengadilan Anak dan

UU Perlindungan Anak dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum

bagi anak dalam proses acara pidananya.

Page 21: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Selain itu, UU Pengadilan Anak ternyata telah mencabut ketentuan Pasal

45, Pasal 46, dan Pasal 47 KUHP, yang selama ini digunakan dalam menangani

perkara anak, sehingga sekarang ketentuan-ketentuan tersebut sudah tidak

berlaku lagi.

Menurut UU Pengadilan Anak ada dua alternatif tindakan yang dapat

diambil apabila anak yang berumur di bawah 8 tahun melakukan tindak pidana

tertentu, yaitu pertama diserahkan kepada orang tua, wali atau orang tua

asuhnya, jika anak tersebut masih dapat dibina. Kedua, diserahkan kepada

Departemen Sosial jika anak tersebut tidak dapat dibina oleh orang tua, wali atau

orang tua asuhnya.

Namun dalam hal memperhatikan kepentingan anak, hakim dapat

menghendaki diserahkan kepada organisasi sosial kemasyarakatan, seperti

pesantren, panti sosial dan lembaga sosial lainnya dengan memperhatikan

agama si anak yang bersangkutan.

Berkaitan dengan anak-anak yang menjadi korban kekerasan, perspektif

perlindungan anak para aparat penegak hukum masih sangat memprihatinkan

dan belum menunjukkan keberpihakannya terhadap anak. Hal ini ditunjukkan

dengan lambatnya kasus-kasus penanganan kekerasan terhadap anak,

rendahnya vonis pengadilan terhadap para pelaku kekerasan terhadap anak

karena banyak aparat penegak hukum yang tidak menggunakan UU

Perlindungan Anak dalam proses peradilan dimana anak menjadi korban. Kasus

perkawinan dini di Semarang yang melibatkan Syeh Puji sebagai pelaku

misalnya, walaupun pasal-pasal di dalam UU Perlindungan Anak sangat jelas

ketentuan pidananya, namun sampai sekarang persidangan atas kasus tersebut

masih macet di Pengadilan Negeri.

Page 22: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Kondisi buruk bagi anak ini, dapat berkembang terus dan mempengaruhi

hidupnya lebih lanjut dalam bernegara dan bermasyarakat. Situasi seperti ini

dapat membahayakan negara, padahal maju atau mundurnya suatu bangsa

sangat tergantung bagaimana bangsa itu memperlakukan dan mendidik anak-

anaknya. Oleh karena itu, perlindungan anak perlu mendapat perhatian khusus di

dalam pembangunan bangsa.

Kabupaten Bone merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Selatan yang

termasuk Kabupaten yang mempunyai luas dan jumlah penduduk yang tinggi

setelah Kabupaten Bone dibandingkan dengan kabupaten lain di Sulawesi

Selatan yang mempunyai karakteristik dan budaya tersendiri.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis berusaha mengkaji sampai

seberapa jauh penerapan hukum acara pengadilan anak dalam penyelesaian

tindak pidana di Kabupaten Bone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas masalah perlindungan terhadap anak

sangatlah luas, maka di sini penulis membatasi masalah tersebut khususnya bagi

anak sebagai pelaku tindak pidana, dengan motif dan berbagai saran yang

digunakan, sehingga masalah pokok tersebut dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan hukum acara pengadilan anak terhadap anak

sebagai pelaku tindak pidana di Kabupaten Bone ?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penerapan hukum acara

pengadilan anak terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana di Kabupaten

Bone ?

C. Tujuan Penelitian

Page 23: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis :

1. Penerapan hukum acara pengadilan anak terhadap anak sebagai pelaku

tindak pidana di Kabupaten Bone.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hukum acara pengadilan anak

terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana di Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut

:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dan masukan

bagi pelaksanaan penelitian di bidang yang sama untuk masa mendatang

pada umumnya dan masukan serta sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya pada Hukum Acara Perlindungan Anak.

2. Kegunaan Praktis

Memberikan informasi secara ilmiah bagi masyarakat umum sehingga

diharapkan dapat lebih mengetahui dan mengerti tentang hukum acara

pengadilan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana, dan dengan adanya

informasi tersebut diharapkan juga dapat menambah pengetahuan bagi

masyarakat.

Page 24: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak Nakal

Anak merupakan seseorang yang dilahirkan dari sebuah hubungan antara

pria dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita ini jika terikat dalam suatu

ikatan perkawinan lazimnya disebut sebagai suami istri. Anak yang dilahirkan

dari suatu ikatan perkawinan yang sah statusnya disebut sebagai anak sah.

Namun ada juga anak yang dilahirkan di luar dari suatu ikatan perkawinan, anak

yang dilahirkan bukan dari suatu ikatan perkawinan yang sah statusnya biasanya

disebut sebagai anak tidak sah atau lebih konkritnya biasa disebut sebagai anak

haram jaddah.

Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang yang

belum dewasa (minderjarig/person under age), orang yang di bawah

umur/keadaan di bawah umur (minderjarig heid/inferiority) atau biasa disebut

juga sebagai anak yang berada di bawah pengawasan wali (minderjarige under

voordij). Pengertian anak itu sendiri jika kita tinjau lebih lanjut dari segi usia

kronologis menurut hukum dapat berbeda-beda tergantung tempat, waktu dan

untuk keperluan apa, hal ini juga akan mempengaruhi batasan yang digunakan

untuk menentukan umur anak.

Perbedaan pengertian anak tersebut dapat kita lihat pada tiap aturan

perundang-undangan yang ada pada saat ini. Misalnya pengertian anak menurut

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak adalah

seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin

(Abdussalam, 2007:5)

Page 25: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Pengertian anak pada Pasal 1 Convention On The Rights of The Child,

anak diartikan sebagai : “setiap orang dibawah usia 18 tahun, kecuali

berdasarkan hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah diperoleh

sebelumnya”. Yang dimaksud dengan anak adalah mereka yang belum dewasa

dan yang menjadi dewasa karena peraturan tertentu mental, fisik masih belum

dewasa) (Shanty Dellyana dalam Abdussalam, 2007:50).

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia

menjabarkan pengertian tentang anak ialah setiap manusia yang berusia di

bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah termasuk anak yang masih

dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

Pengertian tersebut hampir sama dengan pengertian anak yang terdapat

di dalam Pasal 1 ayat (1) UU Perlindungan Anak bahwa : “anak adalah

seseorang yang berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih di

dalam kandungan”.

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (1) UU Pengadilan Anak, pengertian anak

adalah : “orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan)

tahun tetapi belum pernah kawin”. Namun hal berbeda ditunjukkan dalam

lapangan Hukum Tata Negara, hak memilih dalam Pemilu misalnya seseorang

dianggap telah mampu bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang

dilakukannya kalau ia sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun. Melihat dari

hal-hal tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa penetapan batas umur

anak adalah relatif tergantung pada kepentingannya.

Anak nakal menurut Pasal 1 sub 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997

yaitu :

a. Anak yang melakukan tindak pidana

Page 26: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Perbuatan yang dikategorikan tindak pidana tersebut tidak terbatas kepada perbuatan yang melanggar perbuatan KUHP saja melainkan juga melanggar peraturan di luar KUHP. Misalnya dalam Undang-Undang Narkotika, Undang-Undang Hak Cipta, Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan sebagainya. Terhadap anak yang melakukan tindak pidana ini hakim menjatuhkan pidana pokok dan pidana tambahan dalam Pasal 23 atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997.

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak.

Perbuatan terlarang yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan

hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Peraturan ini misalnya hukum adat atau aturan kesopanan dan kepantasan

dalam masyarakat. Terhadap anak nakal tersebut hakim menjatuhkan

tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997.

B. Pengertian Tindak Pidana Anak

Menurut Pasal 1 butir 2 UU Pengadilan Anak, yang dimaksud dengan

anak nakal adalah :

1. Anak yang melakukan tindak pidana, atau 2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi anak,

baik menurut perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Dalam KUHP, jelas terkandung makna bahwa suatu perbuatan pidana

(kejahatan) harus mengandung unsur-unsur (Wagiati Soetodjo, 2006:12) :

1. Adanya perbuatan manusia 2. Perbuatan tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum 3. Adanya kesalahan 4. Orang yang berbuat harus dapat dipertanggung jawabkan.

Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan

dengan hukum, yaitu (Purnianti, dkk. 2003:2) :

Page 27: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

1. Status Offence adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan

oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah;

2. Juvenile Deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila

dilakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum.

Namun terlalu ekstrim apabila tindak pidana yang dilakukan oleh anak

disebut dengan kejahatan, karena pada dasarnya anak-anak memiliki kondisi

kejiwaan yang labil, proses kemantapan psikis menghasilkan sikap kritis, agresif

dan menunjukkan tingkah laku yang cenderung bertindak mengganggu

ketertiban umum. Hal ini belum dapat dikatakan sebagai kejahatan, melainkan

kenakalan yang ditimbulkan akibat dari kondisi psikologis yang tidak seimbang

dan si pelaku belum sadar dan mengerti atas tindakan yang telah dilakukannya.

Ada beberapa faktor penyebab yang paling mempengaruhi timbulnya

kejahatan anak, yaitu (A. Syamsudin Meliala dkk. 1985:31) :

1. Faktor lingkungan 2. Faktor ekonomi/sosial 3. Faktor psikologis.

Sementara dalam KUHP ditegaskan bahwa :

Seseorang dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya karena adanya kesadaran diri dari yang bersangkutan dan ia juga telah mengerti bahwa perbuatan itu terlarang menurut hukum yang berlaku. Tindakan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak merupakan

manifestasi dari kepuberan remaja tanpa ada maksud merugikan orang lain

seperti yang diisyaratkan dalam suatu perbuatan kejahatan yang tercantum

dalam KUHP dimana pelaku harus menyadari akibat dari perbuatannya itu serta

pelaku mampu bertanggung jawab terhadap perbuatannya tersebut.

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency. Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak; anak

Page 28: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

muda, sedangkan Deliquency artinya terabaikan/mengabaikan yang kemudian

diperluas menjadi jahat, kriminal, pelanggar peraturan dan lain-lain.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim, 1991:219)

bahwa : “Delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat”.

Suatu perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan

tersebut bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia

hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-

unsur anti normatif (Sudarsono, 1991:10)

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono (1992:7) adalah

sebagai berikut :

Juvenile delinquency yaitu perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan

anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang. Sedangkan juvenile deliquency menurut Romli Atmasasmita (1983:40)

adalah :

Setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan. Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan

perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya. Suatu

perbuatan tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana, kesusilaan dan

ketertiban umum bila dilakukan oleh seseorang yang berusia di atas 21 tahun

disebut dengan kejahatan (crime), namun jika yang melakukan perbuatan

tersebut adalah seseorang yang berusia di bawah 21 tahun maka disebut

dengan kenakalan (Deliquency).

Page 29: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Hal ini yang kemudian muncul sebuah teori oleh Sutherland (Wagiati,

2006:24) yang disebut dengan teori Association Differential yang menyatakan

bahwa :

Anak menjadi delinkuen disebabkan oleh partisipasinya ditengah-tengah suatu lingkungan sosial yang ide dan teknik delinkuen tertentu dijadikan

sebagai sarana yang efisien untuk mengatasi kesulitan hidupnya. Karena itu semakin luas anak bergaul, semakin intensif relasinya dengan anak nakal, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya asosiasi deferential tersebut dan semakin besar pula kemungkinan anak tadi

benar-benar menjadi nakal dan kriminal. Shanty Dellyana (Shanty Dellyana, 1988:56) mengemukakan bahwa :

Anak yang berumur di bawah 7 tahun dianggap tidak mampu untuk mempunyai kehendak jahat (incapable of having the criminal intent),

sedangkan mereka yang berumur antara 7 sampai 14 tahun pada umumnya dianggap mampu untuk mempunyai kehendak jahat, berarti tidak dapat melakukan kejahatan (incapable of crime).

C. Batasan Usia Pemidanaan Anak

Dalam hal pemidanaan anak ada batasan usia minimal dan maksimal

anak tersebut dapat dijatuhi sanksi pidana. Batas usia anak adalah

pengelompokan usia maksimal sebagai wujud kemampuan anak dalam status

hukum, sehingga anak tersebut beralih status menjadi usia dewasa atau menjadi

seorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri terhadap

perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh anak itu

(Maulana Hassan Wadong, 2000:24).

Dalam menetapkan batasan umur anak, para ahli ilmu jiwa dan beberapa

sarjana mempunyai pandangan serta pendapat yang berbeda-beda.

Aristoteles (384 – 322 SM) membagi masa perkembangan selama 21

tahun dalam tiga septenia (3 periode kali 7 tahun). Pembagian tersebut adalah

sebagai berikut (Bimo Wologito, 1978:6) :

1. 0 - 7 tahun, disebut sebagai masa anak kecil, masa bermain.

Page 30: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

2. 7 - 14 tahun, masa anak-anak, masa belajar atau masa sekolah rendah.

3. 14 – 21 tahun, masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa.

Soerjono Soekanto (1982:21) memberikan batasan usia remaja sebagai

berikut :“…yang dapat mencakup anak-anak muda-mudi adalah berkisar antara

usia 13 tahun sampai usia 18 tahun”.

Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam

penentuan batasan usia anak diperoleh ketidaksamaan antara peraturan

perundang-undangan yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kriteria

masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut. Itu berarti bahwa

seseorang yang usianya telah lebih dari 16 (enam belas) tahun, sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dalam UU Pengadilan Anak maka ia dapat dikenakan

sanksi pidana sesuai dengan ketentuan pidana yang berlaku bagi orang dewasa.

Namun ketentuan dalam Pasal 45, 46 dan 47 KUHP dinyatakan sudah

tidak berlaku lagi berdasarkan ketentuan Pasal 67 UU Pengadilan Anak.

Sedangkan jika kita tinjau pada batasan anak dalam KUHP sebagai korban

kejahatan seperti yang tercantum dalam BAB XIV Pasal 287, 290, 292, 294 dan

295 KUHP adalah berumur kurang dari 15 (lima belas) tahun.

Pasal 330 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan

bahwa : “Belum dewasa adalah mereka yang belum dewasa mencapai umur

genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin”. Dapat ditarik kesimpulan

makna dari bunyi pasal tersebut adalah bahwa seseorang yang genap berusia 21

(dua puluh satu) tahun dan telah pernah menikah, dianggap telah dewasa atau

cakap berbuat hukum, maka semua akibat dari perbuatan hukum yang dilakukan

ditanggung sepenuhnya oleh yang bersangkutan.

Page 31: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Batasan usia dalam peraturan perundang-undangan jika dilihat dalam

hukum adat di Indonesia akan berbeda. Usia bukanlah menjadi suatu ukuran

seorang anak tersebut sudah dianggap dewasa atau belum. Dalam hukum adat

Indonesia batasan umur untuk disebut anak bersifat pluralistis. Dalam artian

kriteria untuk menyebut bahwa seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya, misalnya : telah “kuat gawe”, “akil baliq”,

“menek bajang”, dan lain sebagainya (Irma Setyowati Soemitro, 1990:16).

Di tiap daerah di Indonesia ukuran kedewasaan seorang anak jika dilihat

dari hukum adatnya akan berbeda-beda, namun secara umum ada beberapa hal

yang bisa dijadikan pedoman untuk mengetahui batasan usia anak.

Menurut ahli hukum Adat R. Soepomo (Lilik Mulyadi, 2005:6)

menyebutkan ciri-ciri ukuran kedewasaan sebagai berikut :

1. Dapat bekerja sendiri. 2. Cakap dan bertanggung jawab dalam masyarakat. 3. Telah menikah. 4. Berusia 21 tahun.

Hal yang sama pun terjadi di negara lain. Jika kita bandingkan dengan

negara lain batasan usia anak tidaklah sama, misalnya di Inggris dan Belanda

batasan usia minimal adalah 12 tahun, di Denmark dan Kamboja umur minimal

15 tahun, Taiwan usia minimal 14 tahun, Philipina, Malaysia dan Singapura batas

minimal adalah 7 tahun. Sedangkan batas usia maksimal 18 tahun yang

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, Undang-Undang Nomor

12 Tahun 1995 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sama dengan

Kamboja, Taiwan, Iran dan 27 (duapuluh tujuh) negara bagian di Amerika

Serikat. Batas umur maksimal 17 tahun berlaku di Negara Australia, 6 (enam)

negara pada negara bagian di Amerika Serikat, Philipina, Malaysia dan

Singapura.

Page 32: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Di Indonesia sendiri sejak dibentuk UU Pengadilan Anak, memberikan

batasan yang tegas tentang batas usia pemidanaan anak di Indonesia. Dalam

Pasal 4 disebutkan bahwa :

(1) Batas umur anak nakal yang dapat diajukan ke sidang anak adalah sekurang-kurangnya 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin.

(2) Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan dapat diajukan ke sidang pengadilan, setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut tetapi belum mencapai umur 21 tahun, tetap diajukan ke sidang anak.

Jika pelaku kejahatan dilakukan oleh anak di bawah dari batas usia

minimum yang ditentukan atau belum berumur 8 tahun, dalam Pasal 5 UU

Pengadilan Anak ditegaskan bahwa :

(1) Dalam hal anak belum mencapai umur 8 (delapan) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, maka terhadap anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik.

(2) Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masih dapat dibina oleh orang tua, wali atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua, wali, atau orang tua asuhnya.

(3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dibina lagi oleh orang tua, wali atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan anak tersebut kepada Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan dari pembimbing kemasyarakatan.

Jadi ada 2 (dua) alternatif yang dapat diambil yaitu, pertama jika anak

tersebut masih dapat dibina maka diserahkan kepada orang tua, wali atau orang

tua asuhnya, yang kedua adalah diserahkan kepada Departemen Sosial jika

anak tersebut sudah tidak dapat dibina lagi oleh orang tua, wali atau orang tua

asuhnya.

Lebih lanjut Lela B Costin (Shanty Dellyana, 1988:56) mengemukakan

bahwa : “Anak-anak yang berumur di bawah 7 tahun, berada di bawah umur

yang dapat dipertanggung-jawabkan dan karenanya tidak dapat dihukum”.

Page 33: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Pengelompokan anak berdasarkan pertimbangan umur sangatlah penting,

mengingat pada tiap tingkatan usia anak berbeda pula tingkat kematangan anak

dalam berpikir sehingga akan berbeda cara memperlakukan anak tersebut, yang

terpenting seseorang tergolong dalam usia anak dalam batas bawah usia

seorang anak, yaitu 0 (nol) tahun batas penuntutan 8 (delapan) tahun sampai

dengan batas atas 18 tahun dan belum pernah kawin.

Pengelompokan ini, dimaksud untuk mengenal secara pasti faktor-faktor

yang menjadi sebab-sebab terjadinya tanggung jawab anak dalam hal-hal berikut

ini (Maulana Hasan Wadong, 2000:26) :

1. Kewenangan bertanggung jawab terhadap anak. 2. Kemampuan untuk melakukan peristiwa hukum. 3. Pelayanan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana. 4. Pengelompokan proses pemeliharaan. 5. Pembinaan yang efektif.

Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Nomor 1/PUU-VIII/2010, bahwa :

Dalam pertimbangan hukum, anak dapat dikategorikan sebagai “anak nakal” bukan merupakan proses tanpa prosedur dan dapat dijustif ikasi oleh setiap orang. Pemberian kategori anak nakal merupakan justifikasi yang dapat dilakukan melalui sebuah proses peradilan yang standarnya akan ditimbang dan dibuktikan di muka hukum, dengan perubahan batasan usia minimal pertanggungjawaban hukum bagi anak adalah 12 (dua belas) tahun, maka Mahkamah Konstitusi berpendapat hal tersebut membawa implikasi hukum terhadap batas umur minimum bagi anak nakal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1) UU Pengadilan Anak. Oleh karenanya Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa meskipun pasal a quo tidak dimintakan pengujiannya oleh para pemohon, namun pasal a quo merupakan jiwa dan ruh dari UU Pengadilan Anak,

sehingga batas umur minimum juga harus disesuaikan agar tidak bertentangan dengan dengan Undang-Undang Dasar 1945, yakni 12 (dua belas) tahun. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak (UU SPPA), batas usia yang dapat dipertanggungjawabkan adalah

12 (dua belas) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Anak yang belum

Page 34: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

berusia 12 (dua belas) tahun dan melakukan tindak pidana dapat dikembalikan

ke orang tua atau panti.

Berdasarkan batasan umur di atas, maka ini berarti anak yang melakukan

tindak pidana di bawah umur 12 tahun tidak dapat dituntut dan diajukan ke

depan persidangan. Pada Pasal 20 UU SPPA dan dalam hal tindak pidana

dilakukan oleh anak sebelum genap berumur 18 (delapan belas) tahun dan

diajukan ke sidang pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampaui

batas umur 18 (delapan belas) tahun, tetapi belum mencapai umur 21 (dua

puluh satu) tahun, anak tetap diajukan ke sidang anak.

Batasan dari segi usia akan sangat berpengaruh pada kepentingan hukum

anak yang bersangkutan. Pertanggungjawaban pidana anak diukur dari tingkat

kesesuaian antara kematangan moral dan kejiwaan anak dengan kenakalan

yang dilakukan anak, keadaan kondisi fisik, mental dan sosial anak menjadi

perhatian (Maidin Gultom, 2008:33). Adanya batasan usia dimaksudkan agar ada

perlindungan dan pembinaan bagi anak, karena anak merupakan sumber daya

manusia dan menjadi generasi penerus bangsa.

D. Hak-Hak Anak yang Melakukan Tindak Pidana

Menurut Maulana Hasan Wadong (2000:29) bahwa : “Yang dimaksud

dengan hak, yaitu kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada seseorang

(atau badan hukum) karena perhubungan hukum dengan orang lain (badan

hukum lain)”.

Hak-hak anak merupakan salah satu hal terpenting yang tidak boleh kita

lupakan, karena hal itu sebagai suatu bentuk sisi pendekatan untuk melindungi

anak-anak dari masalah hukum. Hak anak itu mempunyai kedudukan yang sama

dengan manusia lain atau subjek hukum lainnya.

Page 35: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Hak anak adalah sesuatu kehendak yang dimiliki oleh anak yang

dilengkapi dengan kekuatan (macht) yang diberikan oleh sistem hukum / tertib

hukum kepada anak yang bersangkutan.

Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia (HAM) Pasal 52 ayat (1) disebutkan bahwa : “Setiap anak berhak atas

perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara”.

Sedangkan pada Pasal 52 ayat (2) menyatakan : “Hak anak adalah hak

asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh

hukum bahkan sejak dalam kandungan”.

Pengaturan lain terhadap perlindungan hak-hak anak tercantum dalam

berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan, antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak untuk

bidang hukum.

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Kesehatan, pada Pasal 1, Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (2), untuk

bidang kesehatan.

3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) dan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1945 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan

Pengajaran di Sekolah, Pasal 19 dan Pasal 17, untuk bidang

pendidikan.

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,

untuk bidang kesejahteraan.

Dalam hukum internasional pun ada tiga instrumen yang penting dalam

melakukan perlindungan terhadap hak-hak anak yang bermasalah dalam bidang

hukum (Children in conflict with the law) yaitu (Maidin Gultom, 2008:51) :

Page 36: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

1. The UN Guidelines for the Prevention of Juvenile Delinquency (The Riyadh Guidelines);

2. The UN Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice (The Beijing Rules);

3. The UN Rules for the Protection of Juvenile Deprived of Their Liberty.

Pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 20

November 1959, mensahkan Deklarasi tentang hak-hak anak. Dalam Deklarasi

ini memuat 10 (sepuluh) asas tentang hak-hak anak, yaitu :

1. Anak berhak menikmati semua hak-haknya sesuai ketentuan yang terkandung dalam deklarasi ini. Setiap anak tanpa pengecualian harus dijamin hak-haknya tanpa membedakan suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik, kebangsaan, tingkatan sosial, kaya miskin, kelahiran atau status lain, baik yang ada pada dirinya maupun pada keluarga.

2. Anak berhak memperoleh perlindungan khusus dan harus memperoleh kesempatan yang dijamin oleh hukum dan sarana lain, agar menjadikannya mampu untuk mengembangkan diri secara fisik, kejiwaan, moral, spiritual, dan kemasyarakatan dalam situasi yang sehat, normal sesuai dengan kebebasan dan harkatnya. Penuangan tujuan itu ke dalam hukum, kepentingan terbaik atas diri anak harus merupakan pertimbangan utama.

3. Anak sejak dilahirkan berhak akan nama dan kebangsaan. 4. Anak berhak dan harus dijamin secara kemasyarakatan untuk tumbuh

kembang secara sehat. Untuk ini baik sebelum maupun setelah kelahirannya harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi anak dan ibunya. Anak berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan.

5. Anak yang cacat fisik, mental, dan lemah kedudukan sosialnya akibat keadaan tertentu harus memperoleh pendidikan, perawatan, dan perlakuan khusus.

6. Agar kepribadian anak tumbuh secara maksimal dan harmonis, ia memerlukan kasih sayang dan pengertian. Sedapat mungkin ia harus dibesarkan di bawah asuhan dan tanggung jawab orang tuanya sendiri, dan bagaimanapun harus diusahakan agar tetap berada dalam suasana yang penuh kasih sayang, sehat jasmani dan rohani. Anak di bawah usia lima tahun tidak dibenarkan terpisah dari ibunya. Masyarakat dan pemerintah yang berwenang berkewajiban memberikan perawatan khusus kepada anak yang tidak memiliki keluarga dan kepada anak yang tidak mampu. Diharapkan agar pemerintah atau pihak lain memberikan bantuan pembiayaan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga besar.

7. Anak berhak mendapatkan pendidikan wajib secara cuma-cuma sekurang-kurangnya di tingkat sekolah dasar. Mereka harus mendapatkan perlindungan yang dapat meningkatkan pengetahuan umumnya, dan yang memungkinkan, atas dasar kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuannya, pendapat pribadinya,

Page 37: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dan perasaan tanggung jawab moral dan sosialnya, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang berguna. Kepentingan anak haruslah dijadikan pedoman oleh mereka yang bertanggungjawab terhadap pendidikan dan bimbingan anak yang bersangkutan: pertama-tama tanggungjawab tersebut terletak pada orangtua mereka. Anak harus mempunyai kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekreasi yang diarahkan untuk tujuan pendidikan masyarakat dan pemerintah yang berwenang harus berusaha meningkatkan pelaksanaan hak ini.

8. Dalam keadaan apapun anak harus didahulukan dalam menerima perlindungan dan pertolongan.

9. Anak harus dilindungi dari segala bentuk kealpaan, kekerasan, penghisapan. Ia tidak boleh dijadikan subjek perdagangan. Anak tidak boleh bekerja sebelum usia tertentu, ia tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat merugikan kesehatan atau pendidikannya, maupun yang dapat mempengaruhi perkembangan tubuh, jiwa dan akhlaknya.

10. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi sosial, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Mereka harus dibesarkan di dalam semangat penuh pengertian, toleransi dan persahabatan antar bangsa, perdamaian serta persaudaraan semesta dengan penuh kesadaran bahwa tenaga dan bakatnya harus diabdikan kepada sesama manusia.

Hak-hak anak dalam proses peradilan pidana merupakan suatu hasil

interaksi yang saling terkait dan mempengaruhi dengan yang lainnya. Aspek

mental, fisik, sosial, dan ekonomi merupakan faktor yang harus ikut diperhatikan

dalam mengembangkan hak-hak anak. Untuk mendapatkan suatu keadilan,

diperlukan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Demikian juga

halnya dengan pelaksanaan hak dan kewajiban bagi anak yang melakukan

tindak pidana perlu mendapatkan bantuan serta perlindungan hukum agar

tercapai suatu keadilan yang diharapkan. Namun yang kiranya perlu

digarisbawahi bahwa memperlakukan anak harus melihat situasi, kondisi fisik

dan mental, keadaan sosial serta usia dimana pada tiap tingkatan usia anak

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.

Page 38: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Arif Gosita (Shanty Dellyana, 1988:51), berpendapat ada beberapa hak-

hak anak yang perlu diperhatikan dan diperjuangkan pelaksanaannya bersama-

sama yaitu :

1. Sebelum persidangan : a. Hak diperlakukan sebagai yang belum terbukti salah; b. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan tindakan

yang merugikan, menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial dari siapa saja (ancaman, penganiayaan, cara dan tempat penahanan misalnya).

c. Hak untuk mendapatkan pendamping, penasehat dalam rangka mempersiapkan diri berpartisipasi dalam persidangan yang akan datang dengan prodeo;

d. Hak untuk mendapatkan fasilitas ikut serta memperlancar pemeriksaan terhadap dirinya (transport, penyuluhan dari yang berwajib).

2. Selama Persidangan : a. Hak mendapatkan penjelasan mengenai tata cara persidangan dan

kasusnya; b. Hak mendapatkan pendamping, penasehat selama persidangan; c. Hak untuk mendapatkan fasilitas ikut serta memperlancar

persidangan mengenai dirinya (transport, perawatan kesehatan); d. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan-tindakan

yang merugikan, menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial (berbagai macam ancaman, penganiayaan, cara dan tempat penahanan misalnya).

e. Hak untuk menyatakan pendapat. f. Hak untuk memohon ganti kerugian atas perlakuan yang

menimbulkan penderitaan, karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau badan hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam KUHAP (Pasal 1 ayat 22).

g. Hak untuk mendapatkan perlakuan pembinaan/ penghukuman yang positif, yang masih mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya.

h. Hak akan persidangan tertutup demi kepentingannya. 3. Setelah persidangan :

a. Hak untuk mendapatkan pembinaan atau penghukuman yang manusiawi sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan ide mengenai pemasyarakatan.

b. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan-tindakan yang merugikan, menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial dari siapa saja (berbagai macam ancaman, penganiayaan, pembunuhan misalnya).

c. Hak untuk tetap dapat berhubungan dengan orang tuanya, keluarganya.

Page 39: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan

masyarakat. Hal ini juga merupakan suatu perwujudan adanya keadilan dalam

suatu masyarakat, sehingga dalam melakukan perlindungan terhadap anak hak-

hak anak benar-benar perlu diperhatikan.

Kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan

perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif

yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak (Arif Gosita,

1989:19).

Anak merupakan golongan yang rawan dan dependent sehingga dalam

perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya menyangkut pengaturan dalam

peraturan perundang-undangan. Faktor pendukung dalam usaha pengembangan

hak-hak anak dalam peradilan pidana adalah (Wagiati Soetodjo, 2006:71) :

1. Dasar pemikiran yang mendukung Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara, ajaran agama, nilai-nilai sosial yang positif mengenai anak, norma-norma (deklarasi hak-hak anak, Undang-Undang Kesejahteraan Anak).

2. Berkembangnya kesadaran bahwa permasalahan anak adalah permasalahan nasional yang harus ditangani sedini mungkin secara bersama-sama, intersektoral, interdisipliner, interdepartemental.

3. Penyuluhan, pembinaan, pendidikan dan pengajaran mengenai anak termasuk pengembangan mata kuliah Hukum Perlindungan Anak, usaha-usaha perlindungan anak, meningkatkan perhatian terhadap kepentingan anak.

4. Pemerintah bersama-sama masyarakat memperluas usaha-usaha nyata dalam menyediakan fasilitas bagi perlindungan anak.

Beberapa faktor penghambat dalam usaha pengembangan hak-hak anak

dalam peradilan pidana, adalah (Wagiati Soetodjo, 2006:72) :

1. Kurang adanya pengertian yang tepat mengenai usaha pembinaan, pengawasan dan pencegahan yang merupakan perwujudan usaha-usaha perlindungan anak.

2. Kurangnya keyakinan hukum bahwa permasalahan anak merupakan suatu permasalahan nasional yang harus ditangani bersama karena merupakan tanggung jawab nasional.

Page 40: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Selanjutnya pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak merumuskan hak-hak anak sebagai berikut :

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam aturan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan Negara yang baik dan berguna.

3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

Pada Pasal 3 UU Sistem Peradilan Pidana Anak menegaskan bahwa

setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak :

a. diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya;

b. dipisahkan dengan orang dewasa; c. memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif; d. melakukan kegiatan rekreasional; e. bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam,

tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya; f. tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup; g. tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir

dan dalam waktu yang paling singkat; h. memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak

memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum; i. tidak dipublikasikan identitasnya; j. memperoleh pendampingan orang tua/Wali dan orang yang dipercaya

oleh Anak; k. memperoleh advokasi sosial; l. memperoleh kehidupan pribadi; m. memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat; n. memperoleh pendidikan; o. memperoleh pelayanan kesehatan; dan p. memperoleh hak lai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pasal 4 UU Sistem Peradilan Pidana Anak menegaskan bahwa :

1. Anak yang sedang menjalani masa pidana berhak: a. mendapat pengurangan masa pidana; b. memperoleh asimilasi; c. memperoleh cuti mengunjungi keluarga; d. memperoleh pembebasan bersyarat; e. memperoleh cuti menjelang bebas; f. memperoleh cuti bersyarat; dan

Page 41: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

g. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Anak yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan.

Perlindungan hukum terhadap anak perlu mendapat perhatian yang

serius. Perlindungan hukum, dalam hal ini mengandung pengertian perlindungan

anak berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku (yang mengatur tentang

Peradilan Pidana Anak), baik sebagai tersangka, terdakwa,

terpidana/narapidana.

E. Perlindungan Anak

Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita

luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai

sumber harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas-

luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani,

jasmani, dan sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh

lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari

betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Jika mereka telah

matang pertumbuhan fisik maupun mental dan sosialnya, maka tiba saatnya

menggantikan generasi terdahulu.

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk

menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan

kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik

fisik, mental, dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya

keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak

diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Kegiatan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya

Page 42: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Hukum merupakan jaminan

bagi kegiatan perlindungan anak. Gosita (1989:19) mengemukakan bahwa :

Kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak. Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan

memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu sendiri,

sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak berakibat negatif.

Perlindungan anak dilaksanakan rasional, bertanggungjawab dan bermanfaat

yang mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien. Usaha perlindungan

anak tidak boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreativitas, dan hal-hal lain

yang menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tak

terkendali, sehingga anak tidak memiliki kemampuan dan kemauan

menggunakan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Perlindungan anak dapat dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu :

1. Perlindungan anak yang bersifat yuridis, yang meliputi : perlindungan dalam

bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan.

2. Perlindungan anak yang bersifat non yuridis, meliputi : perlindungan dalam

bidang sosial, bidang kesehatan, bidang pendidikan.

Berdasarkan hasil seminar perlindungan anak/remaja oleh Prayuana

Pusat tanggal 30 Mei 1977, terdapat dua perumusan tentang perlindungan anak

(Soemitro, 1990:14) yaitu :

1. Segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah dan swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan, pemenuhan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial anak dan remaja yang sesuai dengan kepentingan dan hak asasinya.

2. Segala daya upaya bersama yang dilakukan secara sadar oleh perorangan, keluarga, masyarakat, badan-badan pemerintah dan swasta untuk pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak berusia 0 – 21 tahun,

Page 43: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

tidak dan belum pernah nikah, sesuai dengan hak asasi dan kepentingannya agar dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak menentukan bahwa :

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala upaya yang

ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi, dan memberdayakan anak yang

mengalami tindak perlakuan salah (child abused), eksploitasi, dan penelantaran,

agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara

wajar, baik fisik, mental, dan sosialnya (Anonim, 1998:3)

Gosita (1989:52) berpendapat bahwa : “Perlindungan anak adalah suatu

usaha melindungi anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya”.

Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya menyangkut langsung

pengaturan dalam peraturan perundang-undangan. Kebijaksanaan, usaha dan

kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan hak-hak anak, pertama-tama

didasarkan atas pertimbangan bahwa anak-anak merupakan golongan yang

rawan dan dependent, di samping karena adanya golongan anak-anak yang

mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik rohani,

jasmani maupun sosial.

Perlindungan anak bermanfaat bagi anak dan orang tuanya serta

pemerintahnya, maka koordinasi kerjasama perlindungan anak perlu diadakan

Page 44: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dalam rangka mencegah ketidakseimbangan kegiatan perlindungan anak secara

keseluruhan (Gultom, 1997:53).

Sehubungan dengan hal ini, Nusantara (1986:22) mengatakan :

Masalah perlindungan hukum bagi anak-anak merupakan satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak Indonesia. Masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis, tapi perlu pendekatan lebih luas, yaitu ekonomi, sosial, dan budaya.

F. Proses Penyelesaian Perkara Pidana Anak

Proses penyelesaian perkara pidana anak diatur sangat rinci dalam

KUHAP uang pada prinsipnya memberikan kewenangan tertentu kepada

lembaga untuk melaksanakan sistem, mekanisme aturan serta menjamin hak

tersangka dalam proses pemeriksaan.

Pada kondisi itu, menurut Anthon F.S (2004:82) bahwa peradilan pidana

memiliki kekuasaan yang luar biasa besar, mulai dari Kepolisian, Kejaksaan,

Pengadilan dan Lembaga Permasyarakatan (Permasyarakatan Peneliti).

Peradilan pidana merupakan suatu sistem yang bertujuan menanggulangi

kejahatan. Tujuan sistem ini dapat tercapai jika sub-sub system dalam sistem

peradilan pidana adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam kualitas

sebagai penyelidik dan penyidik, Kejaksaan dalam kualitas sebagai penuntut

umum, Pengadilan dalam fungsi dan jabatan sebagai hakim, sub sistem yang

keempat adalah Lembaga Permasyarakatan.

1. Perlindungan dalam Proses Penyidikan

Istilah penyidikan diartikan “serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya” (Pasal 1 ayat (2) KUHAP).

Pada asasnya penyidikan tindak pidana merupakan suatu upaya

penegakan hukum yang bersifat pembatasan atau pengekangan hak asasi

seseorang dalam rangka usaha untuk memulihkan terganggunya

Page 45: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum, demi

terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh karena itu

penyidikan tindak pidana harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara penegak

hukum yang mempunyai tugas sebagai penyidik tunggal terhadap adanya

suatu persangkaan telah terjadi tindak pidana. Pelaksana tugas penyidikan

dilaksanakan oleh Satuan Reserse yang telah diberi tugas khusus untuk

menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi reserse kepolisian.

Meskipun penyidik berasal dari Polri, akan tetapi tidak semua penyidik

Polri dapat melakukan penyidikan terhadap anak. Dalam Pasal 7 ayat (5)

Undang-Undang Pengadilan Anak, dikenal adanya “penyidik anak”. Penyidik

inilah yang berwenang melakukan penyidikan.

Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 dijelaskan

bahwa seorang penyidik seharusnya telah berpengalaman sebagai penyidik

tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa serta mempunyai minat,

perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak (selanjutnya disingkat UU SPPA) yang diundangkan

pada tanggal 30 Juli 2012 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 153. Menurut Pasal 108 UU SPPA bahwa : “Undang-

Undang ini mulai berlaku setelah 2 (dua) tahun sejak diundangkan”.

Masalah penyidik dalam UU SPPA ditentukan syarat untuk menjadi

penyidik dalam perkara anak dalam Pasal 26 ayat (3) adalah :

1. Telah berpengalaman sebagai penyidik; 2. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah

anak; serta 3. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang Peradilan Anak.

Page 46: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Untuk mengetahui bagaimana fase penyelesaian perkara anak dalam

penyidikan, diuraikan sebagai berikut :

1. Penangkapan

Awal proses suatu perkara pidana biasanya dimulai dengan

tindakan penangkapan terhadap seseorang yang diduga melakukan tindak

pidana. Hal tersebut tertuang dalam KUHAP Pasal 16 ayat (2) yang

berbunyi : “Untuk kepentingan penyidikan penyidik berwenang melakukan

penangkapan”

Undang-Undang Pengadilan Anak ternyata tidak mengatur tentang

penangkapan terhadap tersangka anak. Oleh karena itu tindakan

penangkapan tersangka anak berlaku ketentuan KUHAP sebagai

peraturan umumnya (lex specialis derogat lege generalis).

Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga

keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup.

Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas Kepolisian

Negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta

memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang

menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan

yang dipersangkakan (Pasal 18 ayat (1) KUHAP).

Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat

perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan

tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik

pembantu yang terdekat (Pasal 18 ayat (2) KUHAP).

Page 47: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Pada Pasal 43 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 : dikatakan

penangkapan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan paling lama 1

(satu) hari.

Dalam UU SPPA Pasal 30 ditentukan bahwa :

(1) Penangkapan terhadap Anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling lama 24 (dua puluh empat) jam.

(2) Anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus Anak.

(3) Dalam hal ruang pelayanan khusus Anak belum ada di wilayah yang bersangkutan, Anak dititipkan di LPKS.

(4) Penangkapan terhadap Anak wajib dilakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya.

(5) Biaya bagi setiap Anak yang ditempatkan di LPKS dibebankan pada anggaran kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.

1) Penahanan

Setelah anak ditangkap, maka selanjutnya anak akan menjalani

masa penahanan. Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal

44 ayat (2) dan (3) dijelaskan bahwa, masa penahanan anak adalah

paling lama 20 hari. Apabila pemeriksaan belum selesai penyidik dapat

meminta perpanjangan waktu penahanan kepada penuntut umum

untuk paling lama 10 hari. Jadi jumlah waktu penahanan pada tingkat

penyidikan adalah 30 hari.

Selanjutnya bahwa dalam jangka waktu 30 hari, penyidik sudah

harus menyerahkan berkas perkara yang bersangkutan kepada

penuntut umum. Apabila jangka waktu dilampaui dan berkas perkara

belum diserahkan, maka tersangka harus dikeluarkan dari tahanan

demi hukum. Penahanan terhadap anak dilaksanakan di tempat

khusus untuk anak di lingkungan Rumah Tahanan Negara, cabang

Rumah Tahanan Negara, atau di tempat tertentu.

Page 48: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Dalam UU SPPA Pasal 32 ayat (2) ditentukan bahwa :

(2) Penahanan terhadap anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut : a. Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih;

dan b. Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman

pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih.

Batasan waktu wewenang melakukan penahanan bagi anak

yang diduga melakukan tindak pidana sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 32 ayat (2) yang dilakukan oleh penyidik paling lama 7 (tujuh)

hari dapat diperpanjang atas permintaan penyidik kepada Penuntut

Umum (PU) paling lama 8 (delapan) hari. Dengan demikian,

keseluruhan kewenangan penyidik untuk melakukan penahanan

terhadap anak yang diduga melakukan tindak pidana adalah 15 (lima

belas) hari.

2) Pemeriksaan

Ketika tersangka anak telah berada dalam masa penahanan,

maka dilakukanlah pemeriksaan.

Dalam Undang-Undang Pengadilan Anak Pasal 42 ayat (1)

mewajibkan penyidik anak melakukan pemeriksaan tersangka dalam

suasana kekeluargaan. Pengertian kekeluargaan menurut Undang-

Undang Pengadilan Anak dimaksudkan bahwa dalam menyidik anak

petugas hendaknya memberikan perlakuan yang ramah, tidak

memaksa atau menakuti-nakuti bahkan memukul. Dalam pemeriksaan,

anak tidak boleh mendapat tekanan. Hal ini dimaksudkan agar

pemeriksaan berjalan lancar. Sebab apabila anak merasa takut dalam

menghadapi penyidik, anak akan mengalami kesulitan memberikan

keterangan yang benar dan sejelas-jelasnya.

Page 49: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Selain itu dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka

anak penyidik juga terikat oleh pembimbing kemasyarakatan dalam hal

ini petugas Balai Pemasyarakatan (Bapas). Dalam Pasal 42 ayat (2)

Undang-Undang Pengadilan Anak dinyatakan penyidik mempunyai

kewajiban untuk meminta pertimbangan atau saran dari pembimbing

kemasyarakatan, karena pembimbing kemasyarakatan tugasnya

membantu memperlancar penyidik dengan membuat laporan

kemasyarakatan harus siap memberikan pertimbangan atau saran

yang diminta penyidik.

Selain memeriksa tersangka anak, maka dalam tahap

pemeriksaan ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Hal

ini dilakukan dalam rangka mencari kebenaran di balik perkara

tersebut.

3) Penyelesaian dan penyerahan berkas perkara

Setelah pemeriksaan terhadap tersangka sudah selesai, maka

langkah selanjutnya adalah menyelesaikan berkas perkara yang

lazimnya dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). BAP

inilah yang akan diserahkan kepada penuntut umum.

Dalam Undang-Undang Pengadilan Anak tidak diatur mengenai

pemberkasan perkara anak, sehingga ketentuan pemberkasan berlaku

ketentuan dalam KUHAP sebagai peraturan umumnya.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Pasal 8 ayat (2) dan (3)

tentang Hukum Acara Pidana, menyebutkan bahwa penyidik

menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. Penyerahan

berkas perkara dibagi 2 tahap :

a. Tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara.

Page 50: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

b. Dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai maka, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

c. Jika penyidik bukan hanya menyerahkan secara fisik tersangka dan barang buktinya, sebab kedua-duanya akan diajukan ke persidangan pengadilan oleh penuntut umum.

Jadi penyidik bukan hanya menyerahkan berkas perkara saja,

akan tetapi juga menyerahkan secara fisik tersangka dan barang

buktinya, sebab kedua-keduanya akan diajukan ke persidangan

pengadilan oleh penuntut umum.

Page 51: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

2. Perlindungan Dalam Proses Penuntutan

Pada dasarnya Undang-Undang Pengadilan Anak menghendaki agar setiap Kejaksaan Negeri memiliki penuntut umum anak untuk menangani perkara anak nakal. Akan tetapi apabila pada suatu kantor Kejaksaan Negeri sementara tidak mempunyai penuntut umum anak, maka menurut Pasal 53 ayat (3) tugas selanjutnya dibebankan kepada Jaksa Penuntut yang sering menangani perkara pidana orang dewasa.

Berkenaan dengan penuntutan terhadap tersangka anak, Pasal 53 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 menjelaskan bahwa penuntutan terhadap anak nakal dilakukan oleh penuntut umum, yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung. Ditekankan selanjutnya pada ayat (2) Pasal 53, bahwa penuntut umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :

a. Telah berpengalaman sebagai penuntut umum tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak.

Sementara dalam UU SPPA Pasal 41 ayat (2) ditentukan bahwa :

(2) Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penuntut Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Telah berpengalaman sebagai penuntut umum; b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah

Anak; dan c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak.

Kewajiban seorang penuntut umum selanjutnya adalah membuat surat

dakwaan sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP. Dalam jangka waktu 25

hari, penuntut umum harus melimpahkan berkas perkara anak kepada

pengadilan negeri.

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud di atas dilampaui dan

perkara belum dilimpahkan ke pengadilan negeri, maka tersangka harus

dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

Dalam UU SPPA, dikenal adanya upaya diversi yang merupakan hal

baru dalam undang-undang ini dan tidak dikenal dalam UU Nomor 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan Anak. Diversi adalah pengalihan penyelesaian

perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.

Page 52: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses

peradilan sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang

berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam

lingkungan sosial secara wajar.

Dalam Pasal 42 UU SPPA ditentukan bahwa :

(1) Penuntut Umum wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima berkas perkara dari penyidik.

(2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari.

(3) Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, Penuntut Umum menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk dibuat penetapan.

(4) Dalam hal diversi gagal, Penuntut Umum wajib menyampaikan berita acara diversi dan melimpahkan perkara ke pengadilan dengan melampirkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan.

Dalam UU SPPA ini terlihat perkembangan dalam sistem hukum di

negara kita dengan masuknya keadilan restoratif yang akan digunakan dalam

penyelesaian perkara pidana anak dengan melibatkan pelaku, korban,

keluarga korban/pelaku, serta pihak lain yang terlibat untuk mencari

penyelesaian dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak,

dengan tujuan pemulihan kembali pada keadaan semula, bukan pembalasan.

Selain itu dalam pendekatan keadilan restoratif ini, juga mendorong peran

serta masyarakat agar terlibat dalam penyelesaian perkara anak. Tidak lagi

hanya menyasar pada “anak sebagai pelaku” sebagaimana kesan yang

muncul dalam persepsi masyarakat, tetapi lebih kepada bagaimana mendidik

anak agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan

mempertimbangkan kepentingan terbaik untuk anak tentunya. Sesungguhnya

yang dibutuhkan adalah bagaimana mendidik, memperbaiki kerusakan, dan

memulihkan keadaan seperti semula sehingga dapat terbentuknya

kedewasaan pada para pihak untuk waktu ke depannya yang lebih baik.

Page 53: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Sejalan dengan masuknya keadilan restoratif yang diperlukan bagi

penyelesaian perkara pidana anak, maka diperlukan juga diversi yang

dijelaskan dalam UU SPPA dapat digunakan untuk tindak pidana yang

ancamannya di bawah 7 (tujuh) tahun. Diversi ini merupakan poin penting

yang mempunyai tujuan untuk menjauhkan anak dari proses peradilan pidana

dengan cara pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan

pidana ke proses di luar peradilan pidana yang dijelaskan dalam Pasal 1 ayat

(7) UU ini. Dalam pelaksanaan Diversi haruslah memperhatikan beberapa hal

penting sebagai berikut (Pasal 8 ayat (3) UU SPPA) :

1. Mempertimbangkan kepentingan korban; 2. Kesejahteraan dan tanggung jawab anak; 3. Penghindaran stigma negatif; 4. Penghindaran pembalasan; 5. Keharmonisan masyarakat serta kepatutan; 6. Kesusilaan dan ketertiban umum. Dalam membuat surat dakwaan, yang harus dipedomani oleh penuntut

umum adalah Pasal 143 KUHAP, bahwa surat dakwaan harus memenuhi

syarat formil dan syarat materil. Syarat formil dimaksud yakni nama lengkap,

tempat lahir, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, agama dan

pekerjaan tersangka. Sedangkan syarat materiilnya adalah menyangkut

uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang

didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu

dilakukan.

Surat dakwaan yang sudah dilimpahkan ke pengadilan dapat dirubah

oleh penuntut umum sebelum pengadilan menetapkan hari sidang.

Perubahan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan surat dakwaan.

3. Perlindungan dalam Proses Pengadilan

Formatted: Font: Arial, Not Bold

Formatted: Font: Arial, Not Bold

Formatted: Font: Arial, Not Bold

Formatted: Font: Arial, Not Bold

Formatted: Font: Arial, Not Bold

Formatted: Font: Arial, Not Bold

Formatted: Font: Arial, Not Bold

Page 54: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Pemeriksaan sidang bagi terdakwa anak dilakukan oleh hakim khusus yaitu hakim anak. Pengangkatan hakim anak ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan mempertimbangkan usul dari Ketua Pengadilan Tinggi tempat hakim tersebut tugas.

Syarat utama untuk dapat ditetapkan sebagai hakim anak dalam Pasal 10 Undang-Undang Pengadilan Anak sebagai berikut :

a. Telah berpengalaman sebagai hakim di pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.

b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak.

Pasal 43 ayat (2) UU SPPA, menentukan bahwa : Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai hakim dalam perkara anak adalah : a. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan

umum; b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah

Anak; dan c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.

Beberapa hal yang merupakan ciri khas persidangan anak nakal sebagai berikut : 1) Pemeriksaan sidang anak dilakukan dengan hakim tunggal (Pasal 11 ayat (1)

Undang-Undang Pengadilan Anak). Hal ini bertujuan agar sidang perkara anak

dapat diselesaikan dengan cepat. Perkara anak yang disidangkan dengan

hakim tunggal adalah perkara yang ancaman hukumannya lima tahun ke

bawah dan pembuktiannya mudah atau tidak sulit. Biasanya perkara yang

dimaksud adalah tindak pidana pencurian, penipuan, penggelapan dan

sebagainya.

Namun apabila tindak pidananya dianggap berat (di atas lima tahun) serta

pembuktiannya sulit, maka berdasarkan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang

Pengadilan Anak, maka perkaranya diperiksa oleh hakim majelis (tidak

tunggal) (Pasal 14 dan Pasal 18 Undang-Undang Pengadilan Anak).

2) Dalam pemeriksaan sidang anak nakal pejabat pemeriksa yaitu, hakim,

penuntut umum dan penasehat hukum tidak memakai toga. Begitupula oleh

seorang panitera pun tidak memakai jas (Pasal 6 Undang-Undang Pengadilan

Anak). Hal ini dimaksudkan agar persidangan tidak berkesan menakutkan.

Page 55: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Selain itu agar dengan pakaian biasa dapat menjadikan persidangan lancar,

dan penuh dengan rasa kekeluargaan.

3) Persidangan bagi anak nakal dilaksanakan secara tertutup. Undang-Undang

Pengadilan Anak Pasal 57 ayat (1) menjelaskan bahwa hakim membuka

persidangan dan menyatakan sidang tertutup untuk umum. Hal ini sejalan

dengan Pasal 153 ayat (3) KUHAP, bahwa untuk keperluan pemeriksaan,

hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum,

kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.

4) Berbeda dengan persidangan biasa, dalam persidangan anak wajib ada

laporan penelitian kemasyarakatan dari Balai Pemasyarakatan, sesuai Pasal

56 Undang-Undang Pengadilan Anak. Sebelum sidang dibuka, hakim

memerintahkan kepada pembimbing kemasyarakatan agar menyampaikan

laporan hasil penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan.

Laporan hasil penelitian kemasyarakatan berisi :

a. Data individu anak dan keluarga anak yang bersangkutan.

b. Kesimpulan atau pendapat dari pembimbing kemasyarakatan yang

membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan.

Menurut Pasal 57 ayat (2) Undang-Undang Pengadilan Anak, bahwa

terdakwa selain didampingi oleh penasehat hukum, juga didampingi oleh orang

tua wali, orang tua asuh dan pembimbing kemasyarakatan. Namun tugas masing-

masing berbeda, penasehat hukum mempunyai fungsi membela kepentingan

terdakwa di persidangan. Ia berperan aktif dalam mengungkapkan kebenaran

terhadap perkara yang sedang dihadapi terdakwa.

Page 56: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Dalam UU SPPA, Pasal 1 ayat (19) ditentukan bahwa : “Advokat atau

pemberi bantuan hukum adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik

di dalam maupun di luar pengadilan”, sehingga dalam memberikan bantuan

hukum lebih efektif.

Sedangkan pembimbing kemasyarakatan lebih banyak bersikap pasif. Ia

tidak mempunyai hak untuk membela kepentingan terdakwa. Meskipun demikian

bukan berarti tidak mempunyai hak bicara sama sekali di persidangan. Mereka

mempunyai kesempatan untuk mengemukakan hal-hal yang dianggap

bermanfaat bagi anak (Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Pengadilan Anak).

4. Perlindungan Anak dalam Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) merupakan tempat atau wadah yang diperuntukkan bagi terpidana atau narapidana dalam menjalani hukuman pidananya. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Pemasyarakatan memberi pengertian bahwa : “Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan”.

Dari pengertian ini, dapat diketahui tentang perincian siapa yang dibina

oleh Lapas, yaitu anak didik pemasyarakatan dan narapidana. Namun lebih

lanjut Undang-Undang Pemasyarakatan tampak memberikan perbedaan

keduanya. Diterangkan bahwa istilah narapidana dipergunakan untuk

terpidana dewasa, sedangkan istilah anak didik pemasyarakatan

diperuntukkan kepada terpidana anak.

Tidak digunakan istilah narapidana untuk anak bertujuan untuk tidak

menyinggung perasaan atau bahkan mensugestikan sesuatu kepada hal

yang tidak menyenangkan bagi anak.

Sejalan dengan itu Pasal 60 Undang-Undang Pengadilan Anak

menegaskan, bahwa anak didik pemasyarakatan ditempatkan di Lapas anak

Page 57: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

yang harus terpisah dengan orang dewasa. Hal ini untuk kepentingan anak

supaya tidak terpengaruh jika dicampur, sehingga perkembangan anak tidak

menjadi gelap bagi masa depannya.

Pada prinsipnya setiap tempat atau kota terdapat Lapas anak, akan

tetapi apabila di suatu tempat belum dibangun, maka anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas, namun penempatannya harus

dipisahkan dengan tempat narapidana dewasa.

Anak yang ditempatkan di Lapas, berhak memperoleh pendidikan dan

latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 60 ayat (2) Undang-

undang Pengadilan Anak).

Dalam Undang-undang Pemasyarakatan dikenal ada 3 (tiga) macam

anak didik pemasyarakatan (Pasal 1 angka (8)) adalah :

a. Anak pidana

b. Anak negara

c. Anak sipil

Dalam UU SPPA, tidak lagi dipakai istilah anak nakal, anak pidana,

anak negara dan anak sipil. Walaupun status berbeda akan tetapi

pembedaan perlakuan sulit dilaksanakan.

G. Kerangka Pikir

Anak adalah suatu potensi tumbuh kembang suatu bangsa di masa

depan. Oleh sebab itu anak patut diberikan pembinaan dan perlindungan secara

khusus oleh negara dan undang-undang untuk menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik, mental dan sosial. Untuk melaksanakan pembinaan dan

pemberian perlindungan tersebut diperlukan dukungan baik yang menyangkut

Page 58: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai oleh

karena itu anak yang melakukan tindak pidana diperlukan pengadilan anak yang

secara khusus menangani kasus anak.

Oleh karena itu sudah seharusnya sistem pemidanaan terhadap anak

yang berhadapan dengan hukum harus memperhatikan kepentingan anak dan

sesuai dengan standar nilai dan perlakuan sejumlah instrumen nasional maupun

internasional yang berlaku untuk anak. Semua instrumen hukum internasional

dan instrumen hukum nasional ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan

perlindungan hak-hak anak. Indonesia sudah memiliki aturan untuk melindungi,

mensejahterakan dan memenuhi hak-hak anak antara lain Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak. Namun tampaknya tidak cukup membawa

perubahan yang signifikan bagi nasib dari anak-anak yang berkonflik dengan

hukum, dan apa yang diharapkan pada kenyataan sering tidak dapat terlaksana

dengan baik karena putusan hakim lebih bersifat punitive sehingga merugikan si

anak itu sendiri.

Salah satu alternatif dalam menangani kasus anak dengan menggunakan

diversi dan konsep restorative justice. Konsep restorative justice ini perlu menjadi

bahan pertimbangan dalam penanganan kasus anak karena konsep ini

melibatkan semua pihak dalam rangka untuk perbaikan moral anak agar anak

tidak lagi mengulangi perbuatannya namun anak tidak merasa menjadi seperti

seorang pesakitan sehingga mempengaruhi perkembangan mental anak.

Sistem pemidanaan yang bersifat edukatif harus menjadi prioritas hakim

dalam menjatuhkan putusan. Menempatkan anak pada penjara senantiasa

Page 59: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

menjadi pilihan terakhir dan dengan jangka waktu yang sesingkat mungkin.

Menempatkan anak pada lembaga-lembaga yang mempunyai manfaat dan

fungsi sosial serta perbaikan bagi anak itu lebih baik, namun diharapkan

lembaga-lembaga tersebut dapat memberikan perawatan, perlindungan,

pendidikan dan keterampilan khusus yang bersifat mendidik sehingga dapat

berguna dengan tujuan membantu mereka memainkan peran-peran yang secara

sosial konstruktif dan produktif di masyarakat.

Page 60: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Skema Kerangka Pikir

UU No. 3 Tahun 1997

tentang Pengadilan Anak

Hukum Acara Pengadilan Anak

sebagai pelaku tindak pidana

Terwujudnya perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku

tindak pidana dalam hukum acara pengadilan anak

Penerapan Hukum Acara Pengadilan Anak :

Faktor yang mempengaruhi penerapan

Hukum Acara Pengadilan Anak :

1. Faktor substansi hukum

2. Faktor kualitas aparat penegak hukum

3. Faktor sarana dan prasarana

4. Faktor budaya hukum/kultur masyarakat

5.

1. Polres Watampone

2. Kejaksaan Negeri Watampone

3. Pengadilan Negeri Watampone

4. Lembaga Pemasyarakatan Watampone

Page 61: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

H. Definisi Operasional

1. Hukum acara pengadilan anak adalah keseluruhan proses penyelesaian

perkara Anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan

sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana.

2. Perlindungan hukum terhadap anak dalam proses penyelesaian perkara

pidana adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar

setiap anak yang terlibat perkara pidana dapat melaksanakan hak dan

kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik

fisik, mental dan sosial.

3. Substansi hukum adalah materi yang terdapat pada peraturan perundang-

undang yang mengatur masalah anak baik dia sebagai korban maupun

pelaku yang masih perlu mendapat perhatian yang lebih serius dalam rangka

upaya perbaikan materi peraturan perundang-undangan tersebut.

4. Penegak hukum adalah semua aparat yang berwenang menangani tindak

pidana anak yang terwujud dalam criminal justice system (sistem peradilan

pidana) yang saling terkait satu sama lain dalam hal ini kepolisian, kejaksaan,

pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.

5. Sarana dan prasarana adalah sarana dan prasarana yang mempengaruhi

perlindungan hukum terhadap anak dalam proses penyelesaian perkara

pidana.

Page 62: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan hukum acara pengadilan anak, dengan demikian penulis menggunakan pendekatan normatif – empirik, yaitu menelaah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peradilan anak serta bentuk pelaksanaannya di lapangan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone, khususnya pada Polres Watampone, Kejaksaan Negeri Watampone, Pengadilan Negeri Watampone, serta pada Lembaga Pemasyarakatan Watampone. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini atas dasar pertimbangan bahwa fokus penelitian secara langsung melibatkan unsur pihak-pihak tersebut di atas.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah polisi yang menangani kasus anak, Jaksa yang pernah menangani kasus anak, hakim yang pernah menangani kasus anak, dan petugas lembaga pemasyarakatan.

Penentuan sampel dilakukan dengan cara non probabilitas. Pengambilan

sampel purposif ditetapkan sebanyak 3 orang yaitu Kanit PPA pada Polres Watampone, 1 orang jaksa pada Kejaksaan Negeri Watampone, 1 orang hakim pada Pengadilan Negeri Watampone, 2 orang petugas Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Bone.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data empirik yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian yang bersumber dari responden atau informan sebagai sumber data. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan, bahan-bahan dokumentasi dari instansi terkait, surat kabar atau bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan materi penelitian ini termasuk peraturan perundang-undangan yang terkait.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang diperlukan, dikumpulkan dengan teknik sebagai berikut : 1. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara bebas dan/atau

terpampang dalam bentuk tanya jawab dari responden dan informan sebagai

Page 63: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

pelengkap (kuesioner) dengan menggunakan pedoman wawancara yang

merupakan instruksi.

2. Pengamatan langsung terhadap situasi dan kondisi di lapangan.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif, yakni analisis yang bersifat mendeskripsikan data yang diperoleh, baik data primer dan data sekunder kemudian diberi penafsiran dan kesimpulan, penulis berusaha menggambarkan hasil penulisan dalam bentuk tanya uraian secara sistematis hingga tiba pada kesimpulan/jawaban atas rumusan masalah.

Page 64: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Hukum Acara Pengadilan Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana

Telah diuraikan sebelumnya pada latar belakang masalah, bahwa akhir-akhir ini semakin banyak dijumpai anak yang masih di bawah umur melakukan perbuatan yang menyimpang dari norma-norma hukum. Perbuatan mereka ini sudah sangat mengkhawatirkan karena sudah mengarah pada perbuatan pidana.

Demikian halnya di Kabupaten Bone, ternyata cukup banyak anak yang melakukan perbuatan pidana tersebut. Hal ini dapat terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Jumlah Pelaku Pidana Anak Tahun 2010 – 2012

No Tahun Jumlah Pelaku

1

2

3

2010

2011

2012

96 orang

74 orang

87 orang

Jumlah 257 orang

Sumber Data : Polres Bone, 2013 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anak pelaku tindak pidana

tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut tahun 2010 sebanyak 96 kasus kemudian turun pada tahun 2011 menjadi 74 kasus pada tahun 2012 menjadi 87 orang.

Selanjutnya data di bawah ini menggambarkan jumlah pelaku pidana anak berdasarkan jenis pidana yang dilakukan :

Tabel 2. Jumlah Pelaku Pidana Anak Berdasarkan Jenis Pidana Tahun 2010 – 2012

No Jenis Pidana 2010 2011 2012 Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

Pembunuhan

Pencurian

Penganiayaan

Pemerasan

Narkoba

Senjata Tajam

Perkosaan

Pencabulan

1

78

4

3

4

4

1

1

1

54

4

3

4

4

1

3

1

54

7

5

7

4

4

5

3

186

15

11

15

12

6

9

Page 65: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Sumber Data : Polres Bone, 2013

Data tabel 2 di atas menunjukkan bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh anak semakin bervariasi. Tindak pidana pencurian menduduki peringkat pertama dari jenis pidana yang dilakukan oleh anak. Namun secara kuantitatif mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Sebaliknya, tindak pidana narkotika dan obat terlarang menduduki peringkat kedua dari jenis pidana yang dilakukan oleh anak. Dari tahun ke tahun tampak mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan kita karena masalah narkoba ini sudah melanda anak di bawah umur yang merupakan generasi penerus bangsa. Jika hal ini dibiarkan berlanjut, maka akan rusaklah generasi kita di masa depan.

Data tabel 2 di atas, menunjukkan pula adanya sifat kekerasan di kalangan anak-anak. Hal ini ditandai dengan banyaknya kasus penganiayaan (Pasal 351 KUHP) dan senjata tajam yang dilakukan oleh anak. Pengaruh masalah sosial yang mengitari anak sangat kompleks. Kesenjangan sosial, kebosanan serta kejengkelan akibat tekanan hidup dapat menjadi pemicu bagi anak untuk menjadi agresif, berperilaku menyimpang, yang pada akhirnya membuat anak justru melakukan tindak pidana.

Oleh sebab itu dengan semakin bervariasinya perbuatan pidana yang dilakukan oleh anak, maka dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 diharapkan akan mengurangi/mencegah anak untuk melakukan perbuatan pidana. Namun bagaimanapun juga, karena anak ini telah melakukan perbuatan melanggar hukum, maka demi tegaknya hukum dan demi memberikan rasa aman kepada masyarakat, maka anak yang terlibat pidana ini harus diproses menurut aturan dan hukum yang berlaku.

Berdasarkan dengan data penunjang diatas diketahui bahwa banyak

kuantitas anak yang bermasalah dengan hukum yang harus menjalani proses

peradilan pidana. Di usianya yang masih sangat muda, mereka harus mengalami

proses hukum atas perkara pidana yang demikian panjang dan melelahkan,

mulai dari tahap penyidikan oleh polisi, penuntutan oleh jaksa, persidangan oleh

hakim dan pelaksanaan putusan hakim. Sejak tahap penyidikan, aparat hukum

telah diberi kewenangan oleh undang-undang untuk melakukan penahanan.

Situasi dalam tahanan memberikan beban mental berlipat bagi si anak, ditambah

lagi tekanan psikologis yang harus dihadapi mereka yang duduk dalam

persidangan sebagai pesakitan.

Penggunaan hukum pidana di Indonesia sebagai sarana untuk

menanggulangi kejahatan tampaknya tidak menjadi persoalan, hal ini terlihat dari

Page 66: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

praktek perundang-undangan selama ini yang menunjukkan bahwa penggunaan

hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan atau politik hukum yang dianut

di Indonesia. Penggunaan hukum pidana dianggap sebagai hal yang wajar dan

normal, seolah-olah eksistensinya tidak dipersoalkan. Persoalan sekarang

adalah garis-garis kebijakan atau pendekatan yang bagaimanakah sebaiknya

ditempuh dalam menggunakan hukum pidana.

Menurut Kanit PPA Polres Bone AIPTU Alimuddin (wawancara tanggal 19

Maret 2013) bahwa : “Sanksi pidana adalah suatu alat atau sarana terbaik yang

tersedia, yang dimiliki untuk menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar

serta untuk menghadapi ancaman-ancaman”.

Selanjutnya Kanit PPA Polres Bone AIPTU Alimuddin (wawancara tanggal

19 Maret 2013) menyatakan bahwa :

1. Sanksi pidana sangatlah diperlukan; kita tidak dapat hidup, sekarang maupun di masa yang akan datang, tanpa pidana

2. Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang tersedia, yang kita miliki untuk menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar dan segera serta untuk menghadapi ancaman-ancaman dari bahaya.

3. Sanksi pidana suatu ketika merupakan penjamin yang utama dari kebebasan manusia. Ia merupakan penjamin apabila digunakan secara hemat-cermat dan secara manusiawi, ia merupakan pengancaman apabila digunakan secara sembarangan dan secara paksa.

Pendapat tersebut di atas dalam konteks frasa sembarangan dan secara

paksa dalam hukum pidana ditujukan kepada dua hal, yaitu tentang norma

hukum apa yang dilanggar (hukum pidana materiel) dan bagaimana cara

menegakkan hukum terhadap tindakan tersebut (hukum pidana formil) sehingga

dalam menggunakan sanksi pidana untuk menanggulangi kejahatan harus

dilakukan dengan hati-hati, karena bukan tidak mungkin penggunaan sanksi

pidana itu akan menjadi semacam "bumerang" bagi tujuan pemidanaan itu

sendiri.

Page 67: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Terkait dengan apa yang akan dikaji dalam tesis ini penulis juga

menekankan pada sarana penal yang telah diberlakukan di Kabupaten Bone saat

ini yaitu pada penerapan sanksi yang menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi di dalam penegakan hukum.

Dalam penerapan sanksi terhadap anak, maka terdapat beberapa teori

yang dapat digunakan sebagai landasan dalam penerapan sanksi pidana yakni :

1. Teori imbalan (absolute/vergeldingstheorie)

Menurut teori ini dasar dari pemberian hukuman harus dicari dari

kejahatan itu sendiri. Dimana karena kejahatan itu telah memberi dan

menimbulkan penderitaan dari orang lain maka sebagai imbalannya

(vergelding) maka si pelaku juga harus diberi penderitaan.

2. Teori maksud atau tujuan (relative/doeltheorie)

Berdasarkan teori ini, hukuman dijatuhkan untuk melaksanakan

maksud atau tujuan dari hukuman itu. Dimana dalam teori ini tujuan hukuman

adalah untuk mencegah (prevensi) kejahatan. Dimana terdapat perbedaan

dalam prevensi yakni :

a. Prevensi umum (algemene preventive) hal ini dapat dilakukan dengan

ancaman hukuman, penjatuhan hukuman, dan pelaksanaan hukuman.

b. Spesial prevensi, yakni yang ditujukan kepada orang yang melakukan

kejahatan itu.

3. Teori gabungan (verenigingstheorie)

Pada dasarnya teori gabungan ini adalah gabungan antara teori

imbalan dan teori maksud dan tujuan. Dimana apabila digabungkan maka

pengertian teori gabungan ini adalah mengajarkan bahwa penjatuhan

Page 68: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

hukuman adalah untuk mempertahankan tata tertib hukum dalam masyarakat

dan untuk memperbaiki pribadi si penjahat.

Hukum pidana modern menyatakan bahwa pemidanaan yang diterima

oleh seorang anak yang melakukan perbuatan itu tidak hanya berupa pidana,

akan tetapi juga tindakan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari

perbuatan-perbuatan yang merugikannya yang sering disebut dengan double

track system, namun dilihat dari latar belakang kemunculan dapat disimpulkan

bahwa ide dasar sistem tersebut adalah kesetaraan antara sanksi pidana dan

sanksi tindakan.

Hukum pidana merupakan bagian dari politik kriminal, yaitu usaha yang

rasional dalam menanggulangi kejahatan, sebab di samping penanggulangan

dengan menggunakan pidana, masih ada cara lain untuk melindungi masyarakat

dari kejahatan.

Sistem peradilan pidana (criminal justice system) adalah “sistem dalam

suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan”. Berkenaan dengan

istilah sistem peradilan pidana atau criminal justice system tidak terpisah dari

istilah sistem “the word system conveys an impression of a complex to end”

artinya bahwa kata sistem menunjukkan adanya suatu kesan dari objek yang

komplek lainnya dan berjalan dari awal sampai akhir, oleh karena itu dalam

mewujudkan tujuan sistem tersebut ada empat instansi yang terkait yaitu

kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.

Keempat komponen tersebut harus bekerja sama secara terpadu

(integrated criminal justice administration). Berproses secara terpadu artinya

bahwa keempat sub sistem ini bekerja sama berhubungan walaupun masing-

masing berdiri sendiri. Polisi selaku penyidik melakukan penyidikan termasuk

Page 69: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

penyelidikan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan

pemeriksaan surat. Jaksa selaku penuntut umum melakukan penuntutan

berdasarkan hasil penyidikan yang disampaikan oleh penyidik. Hakim atas dasar

dakwaan penuntut umum melakukan pemeriksaan dalam sidang pengadilan.

Dalam hal penjatuhan sanksi pidana pada anak yang berhadapan dengan

hukum, ternyata terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

penjatuhan sanksi pidana. Hal ini mengandung maksud bahwa dalam hal

penjatuhan sanksi pidana, walaupun substansi dan pemenuhan unsur sama

dengan orang dewasa namun pengenaan sanksi pidananya tidak sama dengan

orang dewasa.

Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan

peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan,

persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan,

pengundangan dan penyebarluasan. Di antara rangkaian proses di atas ada

proses yang tidak disebutkan secara tegas tetapi mempunyai peran yang sangat

penting yaitu proses pengharmonisasian. Bertolak dari hal tersebut maka

pengharmonisasian merupakan salah satu rangkaian proses pembentukan

peraturan perundang-undangan. Proses pengharmonisasian dimaksudkan agar

tidak terjadi atau mengurangi tumpang tindih peraturan perundang-undangan.

Berkaitan dengan perumusan suatu norma atau peraturan perundang-

undangan maka dalam hal ini norma hukum ditetapkan oleh badan hukum yang

berwenang. Sistem peradilan pidana anak (juvenile justice system) adalah segala

unsur sistem peradilan pidana yang terkait di dalam penanganan anak yang

bermasalah dengan hukum. Menurut Kanit PPA Polres Bone AIPTU Alimuddin

(wawancara tanggal 19 Maret 2013) bahwa :

Page 70: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Unsur tersebut meliputi : Polisi sebagai institusi formal ketika anak nakal pertama kali bersentuhan dengan sistem peradilan, yang juga akan menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses lebih lanjut. Jaksa dan lembaga pembebasan bersyarat yang juga akan menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses ke pengadilan anak. Pengadilan anak, tahapan ketika anak akan ditempatkan dalam pilihan-pilihan, mulai dari dibebaskan sampai dimasukkan dalam institusi penghukuman dan terakhir institusi penghukuman. Keempat institusi pilar sistem peradilan pidana anak telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan tersendiri sebagai landasan yuridis bagi aparat

penegak hukum dalam menjalankan kewenangannya. Kewenangan tersebut

dilengkapi dengan hukum pidana material yang diatur dalam KUHP dan hukum

pidana formal yang diatur dalam KUHAP.

Berbicara mengenai proses peradilan anak yang berhadapan dengan

hukum maka sebelum membahas mengenai hal bagaimana proses peradilan

anak di Kabupaten Bone, maka hendaknya kita membahas mengenai apa

sebenarnya yang dimaksud dengan proses penanganan anak itu sendiri. Proses

peradilan adalah suatu proses yuridis, dimana harus ada kesempatan orang

berdiskusi dan dapat memperjuangkan pendirian tertentu yaitu mengemukakan

kepentingan oleh berbagai macam pihak, mempertimbangkannya dan dimana

keputusan yang diambil tersebut mempunyai motivasi tertentu. Seperti halnya

orang dewasa, anak sebagai pelaku tindak pidana juga akan mengalami proses

hukum yang identik dengan orang dewasa yang melakukan tindak pidana, arti

kata identik di sini mengandung arti ”hampir sama”, yang berbeda hanya lama

serta cara penanganannya.

Menghadapi dan menangani proses peradilan anak nakal, maka hal yang

pertama yang tidak boleh dilupakan adalah melihat kedudukannya sebagai anak

dengan semua sifat dan ciri-cirinya yang khusus, dengan demikian orientasi

adalah bertolak dari konsep perlindungan terhadap anak dalam proses

Page 71: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

penanganannya sehingga hal ini akan akan berpijak ada konsep kesejahteraan

anak dan kepentingan anak tersebut. Penanganan anak dalam proses hukumnya

memerlukan pendekatan, pelayanan, perlakuan, perawatan serta perlindungan

yang khusus bagi anak dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap

anak yang berhadapan dengan hukum.

Menurut Kanit PPA Polres Bone AIPTU Alimuddin (wawancara tanggal 19

Maret 2013) bahwa :

Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional, melindungi anak adalah melindungi manusia, dan membangun manusia seutuh mungkin. Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berbudi luhur. Mengabaikan masalah perlindungan anak berarti tidak akan memantapkan pembangunan nasional. Akibat tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang dapat mengganggu penegakan hukum, ketertiban, keamanan, dan pembangunan nasional. Maka, ini berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan apabila kita ingin mengusahakan pembangunan nasional yang memuaskan. Proses penanganan anak yang berhadapan dengan hukum erat kaitannya

dengan penegakan hukum itu sendiri, dimana dalam sistem peradilan pidana

anak (juvenile justice system). Menurut Barda Nawawi Arief (2006:10) bahwa :

Sistem peradilan pidana pada hakikatnya merupakan ”sistem kekuasaan menegakkan hukum pidana” yang diwujudkan dalam 4 (empat) subsistem yaitu : 1. Kekuasaan penyidikan (oleh Badan/Lembaga Penyidik) 2. Kekuasaan penuntutan (oleh Badan/Lembaga Penuntut Umum) 3. Kekuasaan “mengadili dan menjatuhkan putusan/pidana” (oleh badan

pengadilan) 4. Kekuasaan pelaksanaan putusan pidana” (oleh Badan/Aparat

Pelaksana/Eksekusi).

Keempat institusi pilar sistem peradilan pidana anak telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan tersendiri sebagai landasan yuridis bagi aparat

penegak hukum dalam menjalankan kewenangannya. Kewenangan tersebut

dilengkapi dengan hukum pidana material yang diatur dalam KUHP dan hukum

pidana formal yang diatur dalam KUHAP. Perkembangan terakhir dengan

Page 72: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

diundangkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat pada

Pasal 5 ayat (1), maka advokat telah mempunyai legitimasi sebagai aparat

penegak hukum dan dapat dimasukkan sebagai salah satu komponen sistem

peradilan pidana.

Hasil penelitian ini tidak terlepas dari adanya peraturan yang memuat

hukum materiil dan formil terkait dengan perkara yang pelakunya anak yaitu tidak

terlepas dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,

dimana dalam aturan norma ini dalam kenyataan yang terjadi di Kabupaten Bone

belumlah dapat memenuhi tujuan dari Undang-undang itu sendiri dimana dalam

orientasi ini adalah berorientasi pada ”kepentingan terbaik bagi anak”.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 yang merupakan ius constitutum

mengenai pengadilan anak saat ini tidak efektif sebagaimana yang digariskan

pada konsiderans dan penjelasan undang-undang itu sendiri, disebabkan pada

undang-undang itu tidak memberikan ruang dan jalan keluar untuk melakukan

diskresi dan diversi kepada hakim setelah melihat penilaian BAPAS. Padahal

diskresi dan diversi merupakan klep pengaman bagi anak-anak pelaku delinkuen

tertentu, untuk terhindar dari proses konvensional sistem peradilan pidana anak

yang lazimnya memiliki dampak negatif terhadap terjadinya stigmatisasi anak.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tersebut pada tataran ius operatum

ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, penegakan hukumnya belum

mampu dilakukan oleh aparat penegak hukum yang profesional membidangi

anak sebagaimana dikehendaki undang-undang itu sendiri. Dalam kajian

kriminologi, stigmatisasi yang dialami anak menjadi faktor pemicu kriminogen

dalam mengulangi kenakalan berikutnya.

Page 73: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Bertolak dari hal tersebut di atas apabila kita lihat dalam ius constitutum

maka di Kabupaten Bone terkait dengan proses penanganan anak yang

berhadapan dengan hukum adalah berdasarkan dengan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997

tentang Pengadilan Anak, dimana sesuai dengan asas “lex spesialis derogat lex

generalis” yaitu aturan khusus mengesampingkan aturan umum sehingga dalam

hal proses penanganan anak yang berhadapan dengan hukum adalah

berlandaskan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,

namun sepanjang tidak diatur oleh undang-undang ini maka KUHAP tetap

diberlakukan.

Dalam konteks ini, berbicara tentang mekanisme peradilan pidana sebagai

suatu “proses”, dimana hal ini dimulai dari proses penangkapan, penggeledahan,

penahanan, penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan serta diakhiri dengan

pelaksanaan pidana di lembaga pemasyarakatan. Proses (pelaksanaan

penegakan hukum) pidana merupakan suatu bentuk pemeriksaan yang dilakukan

menurut tatacara yang ditentukan oleh undang-undang (Pasal 3 KUHAP).

Undang-undang ini menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka yang

ada dalam proses dimana pelaksanaan dan hak dan kewajiban mereka itu

menjadi intinya proses.

Perlindungan hukum terhadap anak dalam proses peradilan dilakukan

dimulai semenjak tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di

sidang pengadilan sampai pada pelaksanaan putusan pengadilan tersebut.

Selama proses peradilan tersebut, maka hak-hak anak wajib dilindungi oleh

hukum yang berlaku dan oleh sebab itu harus dilakukan secara konsekuen oleh

pihak-pihak terkait dengan penyelesaian masalah anak nakal tersebut. Adapun

Page 74: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penanganan anak yang

berhadapan dengan hukum adalah sebagai berikut :

1. Dalam proses penyidikan

Kekuasaan penyidikan adalah tahap yang paling menentukan dalam

operasionalisasi sistem peradilan pidana terpadu tersebut dalam rangka

tercapainya tujuan dari penegakan hukum pidana, karena pada tahap

penyidikanlah dapat diketahui adanya tersangka suatu peristiwa kejahatan

atau tindak pidana serta menentukan tersangka pelaku kejahatan atau tindak

pidana tersebut sebelum pelaku kejahatan tersebut pada akhirnya dituntut

dan diadili di pengadilan serta diberi sanksi pidana yang sesuai dengan

perbuatannya. Tanpa melalui proses atau tahapan penyidikan maka secara

otomatis, tahapan-tahapan selanjutnya dalam proses peradilan pidana yaitu :

tahapan penuntutan, pemeriksaan di muka pengadilan dan tahap

pelaksanaan putusan pidana tidak dapat dilaksanakan (hasil wawancara

dengan Kanit PPA Polres Bone AIPTU Alimuddin (wawancara tanggal 20

Maret 2013). Penyidikan itu sendiri, berarti serangkaian tindakan penyidik,

dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk

mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya,

sedangkan ”bukti”, dalam ketentuan tersebut di atas adalah meliputi alat bukti

yang sah dan benda sitaan/barang bukti. Masalah kewenangan dan

ketentuan mengenai ”penyidikan” diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8

tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

yang menjadi dasar hukum pidana formil di Indonesia. Ketentuan mengenai

aparat yang berwenang untuk melakukan penyidikan, selain diatur di dalam

Page 75: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

KUHAP, juga diatur di dalam peraturan perundang-undangan lain di luar

KUHAP.

Tindakan yang dapat dilakukan penyidik adalah penangkapan,

penahanan, mengadakan pemeriksaan di tempat kejadian, melakukan

penggeledahan, pemeriksaan tersangka dan interogasi, membuat Berita

Acara Pemeriksaan (BAP), penyitaan, penyimpanan perkara, pelimpahan

perkara. Penyidikan yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan Anak harus dipandang sebagaimana layaknya

status dan fungsi seorang penyidik menurut KUHAP.

Penyidikan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dilakukan

oleh penyidik anak yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala

Kepolisian RI atau pejabat yang ditunjuknya, dimana berdasarkan Pasal 41

ayat (2) yang berbunyi :

Pasal 41 ayat (2) :

Syarat-syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. Telah berpengalaman sebagai penyidik tindak pidana yang

dilakukan oleh orang dewasa; b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah

anak.

Sedangkan terkait dengan penyidikan anak tersebut haruslah dalam

suasana kekeluargaan sebagaimana diatur dalam Pasal 42 Ayat (1), (2) dan

(3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang

Pengadilan Anak menyebutkan bahwa :

a. Penyidik wajib memeriksa tersangka dalam suasana kekeluargaan; b. Dalam melakukan penyelidikan terhadap anak nakal, penyidik wajib

meminta pertimbangan atau saran dari pembimbing kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya;

c. Proses penyidikan terhadap anak nakal wajib dirahasiakan.

Page 76: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Bertolak dari hal tersebut maka pada waktu pemeriksaan terhadap

anak yang berhadapan dengan hukum tersebut seorang penyidik tidak

memakai seragam atau dinas dan melakukan pendekatan secara efektif, aktif,

dan simpatik.

Berbicara mengenai penyidikan anak maka kita akan berbicara

mengenai kewenangan yang diatur menurut Pasal 5 ayat (2) dan (3) Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1997 yang berbunyi :

(2) Apabila menurut hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masih dapat dibina oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya, Penyidik menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua, wali, atau orang tua asuhnya.

(3) Apabila menurut hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dibina lagi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya, Penyidik menyerahkan anak tersebut kepada Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan dari Pembimbing Kemasyarakatan.

Bertolak dari bunyi pasal tersebut terlihat jelas adanya suatu keadaan

yang bersifat kabur, dimana dalam hal ini apakah yang menjadi dasar

legalitas atas tindakan lain yang berupa pengembalian anak yang bermasalah

dengan hukum kepada orang tua atau wali ataupun tindakan pengembalian

kepada pihak Departemen Sosial terhadap anak yang bermasalah dengan

hukum.

Terkait dengan hal tersebut akan sangat bersinggungan dengan

adanya diskresi yang dimiliki oleh pihak penyidik, sehingga dalam hal ini

menimbulkan adanya multitafsir terhadap perumusan pasal tersebut (hasil

wawancara dengan Kanit PPA Polres Bone AIPTU Alimuddin (wawancara

tanggal 19 Maret 2013).

Page 77: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Secara khusus tidak ada ketentuan undang-undang di Indonesia yang

menetapkan standar tindakan lain atau pengalihan (diversi) untuk

pelaksanaan penanganan perkara terhadap anak pelaku tindak pidana oleh

aparat kepolisian, namun demikian berdasarkan kewenangan diskresi yang

diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf l yang berbunyi:

Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk : mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Ayat (2) yang berbunyi : tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat : 1) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; 2) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan

tersebut dilakukan; 3) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan

jabatannya; 4) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;

dan 5) Menghormati hak asasi manusia.

Rumusan kewenangan diskresi kepolisian merupakan kewenangan

yang bersumber dari asas kewajiban umum kepolisian (plichtmatigheids

beginsel), yaitu asas yang memberikan kewenangan kepada aparat

kepolisian untuk bertindak ataupun tidak melakukan tindakan apapun

berdasarkan penilaian pribadi sendiri dalam rangka kewajibannya menjaga,

memelihara ketertiban dan menjaga keamanan umum. Keabsahan

kewenangan diskresi kepolisian, didasarkan pada pertimbangan

keperluannya untuk menjalankan tugas kewajibannya dan ini tergantung pada

kemampuan subjektifnya.

Berpijak dari hal tersebut maka akan sangat terkait pula dengan TR

Kabareskrim No. 1124/XI/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Bagi

Kepolisian dan Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 8

Page 78: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar HAM.

Penyelenggaraan tugas POLRI, dimana TR ini bersifat arahan untuk menjadi

pedoman dalam pelaksanaan diversi dalam TR ini disebutkan bahwa :

Prinsip diversi yang terdapat dalam konvensi hak-hak anak anak, yaitu suatu pengalihan bentuk penyelesaian dari penyelesaian yang bersifat proses pidana formal ke alternatif penyelesaian dalam bentuk lain yang di nilai terbaik menurut kepentingan anak. Diversi dapat dikembalikan ke orang tua, si anak baik tanpa maupun

disertai peringatan informal/formal, mediasi, musyawarah keluarga pelaku

dan keluarga korban, atau bentuk-bentuk penyelesaian terbaik lainnya yang

sesuai dengan budaya masyarakat setempat.

Secara garis besarnya tugas-tugas penyidikan terdiri dari tugas

menjalankan operasi lapangan dan tugas administrasi hukum. Menurut

Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, terdapat

tugas-tugas penyidik yang berhubungan dengan tugas yang meliputi :

1. Penangkapan

Wewenang penangkapan dalam menangani anak yang berhadapan

dengan hukum harus pula memperhatikan asas hukum pidana

presumptions of innocence (asas praduga tak bersalah). Kedudukan anak

dalam proses pemeriksaan penyidikan terdapat nuansa yang

menimbulkan hak-hak anak secara khusus yang dapat mengesampingkan

upaya paksa dan tindakan paksa dari proses penyidikan. Kontak awal

antara anak dan polisi harus dihindarkan dalam suasana kekerasan fisik

dan psikis sehingga dalam proses penyidikan terdapat hak-hak anak yang

meliputi (hasil wawancara dengan BRIPKA M. T. Latif, SH. Penyidik Anak

pada Polres Bone, tanggal 20 Maret 2013) :

Page 79: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

a. Terhadap keluarga anak sebagai tersangka wajib diberitahukan terlebih dahulu baik melalui surat maupun lisan sebelum proses penangkapan dilakukan.

b. Penangkapan terhadap anak tidak dibolehkan dengan menggunakan alat atau senjata upaya paksa atau wewenang paksa.

c. Tersangka anak harus segera mendapat bantuan hukum secara wajib dan cuma-cuma (dalam penangkapan penyidik penuntut umum harus mengikutsertakan seorang pengacara yang kelak akan menjadi penasehat hukum anak tersebut).

d. Tersangka anak atau orang belum dewasa harus segera mendapatkan proses pemeriksaan.

e. Hak untuk mendapatkan ganti kerugian sebagai akibat dari kesalahan.

2. Penahanan

Penahanan Anak harus memperhatikan kepentingan yang

menyangkut pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental,

maupun sosial anak serta mempertimbangkan kepentingan masyarakat

misalnya dengan ditahannya anak akan membuat masyarakat aman dan

tenteram.

Terkait dengan penahanan sama halnya seperti penangkapan,

penahanan tahap pertama terhadap anak juga sama dengan penahanan

terhadap orang dewasa yaitu dilakukan hanya berlaku paling lama 20 (dua

puluh) hari dan apabila belum selesai, atas permintaan penyidik dapat

diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk paling lama 10

(sepuluh) hari. Dalam waktu 30 (tiga puluh hari), Polri sebagai penyidik

tindak pidana sudah harus menyerahkan berkas perkara yang

bersangkutan kepada Penuntut Umum, apabila jangka waktu tersebut

dilampaui dan berkas perkara belum diserahkan maka tersangka harus

dikeluarkan dari tahanan demi hukum. Perbedaan antara penahanan

terhadap anak dengan penahanan orang dewasa terletak di jangka waktu

perpanjangan penahanan apabila proses penyidikan belum selesai. Jika

Page 80: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

anak-anak diperpanjang paling lama 10 (sepuluh) hari tapi jika orang

dewasa dapat diperpanjang paling lama 40 (empat puluh) hari. Di samping

itu penahanan terhadap anak dilaksanakan di tempat khusus untuk anak

di lingkungan Rumah Tahanan Negara, Cabang Rumah Tahanan Negara

atau di tempat tertentu.

3. Dalam proses penuntutan

Penanganan anak yang berhadapan dengan hukum khususnya

dalam proses penuntutan dipandang sangat diperlukan untuk

mendapatkan perlindungan hukum terkait dengan hak-hak anak dalam

proses penuntutan yang meliputi (wawancara dengan Kasi Pidum

Kejaksaan Negeri Watampone Abd. Rahman Morra, SH.,MH. tanggal 23

Maret 2013) :

a) Menetapkan masa tahanan terhadap anak cuma pada sudut urgensi pemeriksaan.

b) Membuat dakwaan yang dimengerti oleh anak c) Secepatnya melimpahkan pada Pengadilan Negeri d) Melaksanakan penetapan hakim dengan jiwa dan semangat

pembinaan atau mengadakan rehabilitasi.

4. Dalam proses persidangan

Beberapa hak-hak anak dalam proses persidangan dalam proses

peradilan pidana anak meliputi (hasil wawancara dengan Bintang AL. SH.,

MH. hakim anak pada Pengadilan Negeri Watampone, tanggal 25 Maret

2013) :

a) Hak untuk mendapat penjelasan mengenai tata cara pelaksanaan persidangan pada kasusnya.

b) Hak untuk mendapatkan pendamping, penasehat hukum selama persidangan.

c) Mendapatkan fasilitas ikut serta memperlancar persidangan mengenai dirinya.

d) Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan dan menimbulkan penderitaan mental, fisik dan sosial.

Page 81: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

e) Hak untuk menyatakan pendapat. f) Hak untuk memohon ganti rugi atas perlakuan yang

menimbulkan penderitaan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili dengan alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang-orang atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.

g) Hak untuk mendapatkan perlakuan pembinaan atau penghukuman yang positif dalam artian masih mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya.

h) Melakukan persidangan yang tertutup demi kepentingannya.

Mengenai tata ruang sidang pengadilan anak, belum ditentukan

secara jelas dalam Undang-Undang Pengadilan Anak, oleh karena itu tata

ruang sidangnya dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 230 ayat (3)

KUHAP, sebagai berikut :

a) Tempat meja dan kursi hakim terletak lebih tinggi dari tempat penuntut umum, terdakwa, penasihat hukum dan pengunjung;

b) Tempat panitera terletak di belakang sisi kanan tempat hakim ketua sidang;

c) Tempat penuntut umum terletak di sisi kanan depan hakim; d) Tempat terdakwa dan penasihat hukum terletak di sisi kiri depan

dari tempat hakim dan tempat terdakwa di sebelah kanan tempat penasihat hukum;

e) Tempat kursi pemeriksaan terdakwa dan saksi terletak di depan tempat hakim;

f) Tempat saksi atau ahli yang telah didengar terletak di belakang kursi pemeriksaan;

g) Tempat pengunjung terletak di belakang tempat saksi yang telah didengar;

h) Bendera nasional ditempatkan di sebelah kanan meja hakim dan panji pengayoman ditempatkan di sebelah kiri meja hakim sedangkan lambang negara ditempatkan pada dinding bagian atas di belakang meja hakim;

i) Tempat rohaniawan terletak di sebelah kiri tempat panitera; j) Tempat sebagaimana dimaksud huruf a sampai huruf i di atas

diberi tanda pengenal; k) Tempat petugas keamanan di bagian dalam pintu masuk utama

ruang sidang dan di tempat lain yang dianggap perlu.

Bertolak bahwa suatu penanganan anak dalam proses hukumnya

memerlukan pendekatan, pelayanan, perlakuan, perawatan serta

perlindungan yang khusus bagi anak dalam upaya memberikan

Page 82: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum.

Perlindungan hukum anak yang berhadapan dengan hukum

kedudukannya sangat penting mengingat dalam mekanisme prosesnya

hal terkait dengan perlindungan anak tidak boleh diabaikan.

Menurut Bintang AL. SH., MH. hakim anak pada Pengadilan Negeri

Watampone, tanggal 25 Maret 2013) bahwa :

Usaha-usaha perlindungan anak ini sebenarnya merupakan suatu tindakan hukum yang mempunyai akibat hukum oleh karena itu perlu adanya jaminan hukum bagi bagi kegiatan perlindungan anak tersebut. Kepastian hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan anak. Lebih lanjut dinyatakan bahwa :

Perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum terwujud pada : a) Tidak seorang anak pun dapat menjadi sasaran penyiksaan

atau perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat. Hukuman mati atau seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan, tidak boleh dikenakan pada kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh seorang yang berusia di bawah 18 tahun.

b) Tidak seorang anak pun dapat dirampas kemerdekaannya secara tidak sah atau sewenang-wenang. Penangkapan, penahanan, atau pemenjaraan seorang anak harus sesuai dengan hukum dan hanya diterapkan sebagai upaya terakhir dan untuk jangka waktu yang sesingkat-singkatnya.

c) Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya harus diperlakukan secara manusiawi dan dihormati martabat manusianya dan dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan manusia seusianya. Khususnya, setiap anak yang dirampas kemerdekaannya harus dipisahkan dari orang-orang dewasa, kecuali bila dianggap bahwa kepentingan terbaik si anak yang bersangkutan menuntut agar hal ini tidak dilakukan dan anak berhak untuk mempertahankan hubungan dengan keluarganya melalui surat menyurat atau kunjungan-kunjungan, kecuali dalam keadaan-keadaan khusus.

d) Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya berhak untuk secepatnya memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain yang layak dan juga menggugat keabsahan perampasan kemerdekaannya di depan pengadilan atau pejabat lain yang berwenang, independen dan tidak memihak dan berhak untuk

Page 83: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dengan segera memperoleh keputusan mengenai tindakan perampasan kemerdekaan tersebut (wawancara tanggal 25 Maret 2013).

Dalam proses peradilan pidana anak harus menggambarkan

adanya jaminan-jaminan khusus bagi anak di bidang anak yang

berhadapan dengan hukum. The Beijing Rules merupakan peraturan-

peraturan standar minimum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai

administrasi peradilan bagi anak yang mengatur tentang sistem peradilan

pidana yang sensitif terhadap anak, aturan ini merupakan aturan standar

yang digunakan apabila seorang anak berhadapan dengan hukum serta

harus menjalani proses peradilan pidana anak itu sendiri.

Masalah proses penanganan terhadap anak yang bermasalah

dengan hukum dalam hal ini perlu untuk sangat diperhatikan terkait

dengan masalah sumber daya manusia (SDM) dari aparat penegak

hukum khususnya dari sub-sistem kepolisian, dimana dalam The Beijing

Rules dalam Rule 12.1 menekankan adanya suatu pendidikan khusus dan

latihan khusus bagi aparat penegak hukum khususnya kepolisian

sehingga dalam hal ini unit polisi khusus yang terdidik dan terlatih

menangani proses penanganan anak yang bermasalah dengan hukum.

5. Proses pelaksanaan pidana

Dalam pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan

dikenal 10 (sepuluh) prinsip pemasyarakatan, yaitu :

1) Ayomi dan berikan bekal agar mereka dapat menjalankan peranan sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna;

2) Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam oleh negara; 3) Berikan bimbingan bukan penyiksaan, supaya mereka

bertobat; 4) Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk

atau lebih jahat daripada sebelum dijatuhi pidana; 5) Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, napi dan anak

Page 84: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

didik harus dikenalkan dengan dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat;

6) Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat sekedar pengisi waktu, juga tidak boleh diberikan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan jawatan atau kepentingan negara sewaktu-waktu saja, pekerjaan di masyarakat dan menunjang usaha peningkatan produksi;

7) Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik harus berdasarkan Pancasila;

8) Narapidana dan anak didik sebagai orang tersesat adalah manusia dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia, martabat dan harkatnya sebagai manusia harus dihormati;

9) Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan sebagai satu-satunya derita yang dapat dialami;

10) Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat men-dukung fungsi rehabilitatif, korektif, dan edukatif sistem pemasyarakatan.

Sehubungan dengan hal ini dikenal 10 (sepuluh) wajib Petugas

Pemasyarakatan, yaitu :

1) Menjunjung tinggi hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan; 2) Bersikap welas asih dan tidak sekali-kali menyakiti Warga

Binaan Pemasyarakatan; 3) Berlaku adil terhadap warga binaan pemasyarakatan; 4) Menjaga rahasia pribadi warga binaan pemasyarakatan; 5) Memperhatikan keluhan warga binaan pemasyarakatan; 6) Menjaga rasa keadilan masyarakat; 7) Menjaga kehormatan diri dan menjadi teladan dalam sikap dan

perilaku; 8) Waspada dan peka terhadap kemungkinan adanya ancaman

dan gangguan keamanan; 9) Bersikap sopan tetapi tegas dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat; 10) Menjaga keseimbangan kepentingan

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara menjadikan narapidana menjadi anggota

masyarakat. Lembaga pemasyarakatan berperan dalam pembinaan

narapidana, yang memperlakukan narapidana agar menjadi baik, yang

perlu dibina adalah pribadi narapidana, membangkitkan rasa harga diri

dan mengembangkan rasa tanggungjawab untuk menyesuaikan diri

dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat,

Page 85: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

sehingga potensial menjadi manusia yang berpribadi dan bermoral tinggi.

Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan menentukan

bahwa, Pembinaan Anak Pidana dilaksanakan dengan beberapa tahap

pembinaan. Tahap pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu :

1) Tahap awal;

2) Tahap lanjutan;

3) Tahap akhir.

Berkaitan dengan hal ini Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

menentukan :

(1) Pembinaan tahap awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a meliputi: a. Masa pengamatan, pengenalan, dan penelitian lingkungan

paling lama 1 (satu) bulan; b. Perencanaan program pembinaan kepribadian dan

kemandirian; c. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan

kemandirian; d. Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal.

(2) Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b meliputi : a. Perencanaan program pembinaan lanjutan; b. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan; c. Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan; d. Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi.

(3) Pembinaan tahap akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c meliputi : a. Perencanaan program integrasi; b. Pelaksanaan program integrasi; c. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir.

(4) Pentahapan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan.

(5) Dalam Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Kepala Lapas Anak wajib memperhatikan Litmas.

Page 86: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

(6) Ketentuan mengenai bentuk dan jenis kegiatan program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

Pembinaan anak yang terlibat perkara pidana berakhir apabila yang

bersangkutan (hasil wawancara dengan Supeno Djoko Bc. IP., S.H., M.H.

Kepala Lapas tanggal 26 Maret 2013) :

1. Masa pidananya telah habis; 2. Memperoleh pembebasan bersyarat; 3. Memperoleh cuti menjelang bebas; atau 4. Meninggal dunia (Pasal 59 PP No. 31 Tahun 1999).

Pembinaan anak negara dititikberatkan pada pendidikan. Wujud

pembinaan anak negara meliputi (hasil wawancara dengan Supeno Djoko

Bc. IP., S.H., M.H. Kepala Lapas tanggal 26 Maret 2013) :

1. Pendidikan agama dan budi pekerti; 2. Pendidikan umum; 3. Pendidikan kepramukaan; 4. Latihan keterampilan.

Sehubungan dengan pembinaan anak negara ini, menurut Supeno

Djoko Bc. IP., S.H., M.H. (Kepala Lapas tanggal 26 Maret 2013) bahwa :

Pembinaan anak negara pada Lembaga Pemasyarakatan Watampone dilaksanakan sesuai dengan Pasal 23 PP Nomor 31 Tahun 1999 sebagai berikut : (1) Pembinaan bagi anak negara dilaksanakan dengan pentahapan

setiap 6 (enam) bulan. (2) Pembinaan tahap awal bagi Anak Negara dimulai sejak yang

bersangkutan berstatus sebagai anak negara sampai dengan 6 (enam) bulan pertama.

(3) Pembinaan tahap lanjutan dilaksanakan sejak berakhirnya masa pembinaan tahap awal sampai dengan 6 (enam) bulan kedua.

(4) Pembinaan tahap akhir dilaksanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan paling lama anak negara yang bersangkutan mencapai umur 18 (delapan belas) tahun.

(5) Apabila masa pembinaan: (a) Telah lewat 6 (enam) bulan pertama menurut pertimbangan

Tim Pengamat Pemasyarakatan, anak negara yang bersangkutan sudah menunjukkan perkembangan yang baik, pembinaan dapat dilanjutkan dengan program asimilasi;

(b) Telah lewat 6 (enam) bulan kedua menurut pertimbangan Tim Pengamat Kemasyarakatan, anak negara yang

Page 87: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

bersangkutan sudah menunjukkan perkembangan yang baik, pembinaan dapat dilanjutkan dengan program integrasi.

(6) Dalam hal anak negara belum memenuhi syarat untuk diberikan program asimilasi atau integrasi, maka pembinaan sebagaimana dimaksud dilanjutkan dengan pembinaan 6 (enam) bulan kedua dan seterusnya sampai Anak Negara yang bersangkutan mencapai umur 18 (delapan belas) tahun.

Program pembinaan bagi anak sipil disesuaikan dengan

kepentingan pendidikan anak sipil yang bersangkutan (Pasal 26 ayat (1)

PP Nomor 31 Tahun 1999). Jangka waktu pembinaan anak sipil

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan penetapan

pengadilan. Dalam hal diperlukan pembinaan tahap, lanjutan maka

pentahapan program pembinaan bagi anak negara, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 berlaku juga terhadap Anak Sipil (hasil

wawancara dengan Supeno Djoko Bc. IP., S.H., M.H. Kepala Lapas

tanggal 26 Maret 2013). Sehubungan dengan anak sipil ini, Pasal 28

menentukan bahwa anak sipil sewaktu-waktu dapat dikeluarkan dari

Lembaga Pemasyarakatan Anak, berdasarkan penetapan Menteri

Kehakiman atau pejabat yang ditunjuk atas permintaan orang tua, wali

atau orang tua asuh Anak Sipil.

Pembinaan anak sipil berakhir apabila anak sipil yang bersangkutan

(hasil wawancara dengan Supeno Djoko Bc. IP., S.H., M.H. Kepala Lapas

tanggal 27 Maret 2013) :

Masa penempatannya di Lembaga Pemasyarakatan Watampone telah selesai berdasarkan penetapan pengadilan, telah mencapai umur 18 (delapan belas) tahun; dan dikeluarkan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan Watampone berdasarkan alasan tertentu dan meninggal dunia.

Pembinaan pribadi selama waktu tertentu, agar narapidana

kemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi dan taat terhadap hukum

yang berlaku di dalam masyarakat. Pembinaan narapidana dipengaruhi

masyarakat luar, yang menerima narapidana menjadi anggotanya. Arah

Page 88: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

pembinaan bertujuan (hasil wawancara dengan Arief Guna, Kepala Klien

Anak, tanggal 28 Maret 2013) :

1. Membina pribadi narapidana agar jangan sampai mengulangi kejahatan dalam menaati peraturan hukum;

2. Membina hubungan antara narapidana dengan masyarakat luar, agar dapat berdiri sendiri dan dapat menjadi anggotanya. Untuk menyelenggarakan usaha pembinaan ini diperlukan sarana baik yang bersifat materil, struktural. Usaha-usaha yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan dalam pembinaan narapidana adalah : a. Penyuluhan agama dari departemen agama; b. Penyuluhan hukum dari pihak pengadilan; c. Penataran tentang penghayatan Pancasila.

Lembaga Pemasyarakatan Watampone mengundang para pemuka

agama dalam proses pembinaan narapidana setiap bulan. Salah satu

program pendidikan narapidana, memberikan ceramah yang bersifat

membangun jiwa narapidana. Menurut Arief Guna, Kepala Klien Anak

(wawancara tanggal 28 Maret 2013) bahwa :

Penyuluhan dilakukan oleh Kantor Wilayah Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Propinsi Sulawesi Selatan atau Pengadilan Negeri Watampone sekali sebulan, seperti : 1. Ceramah tentang kesadaran hukum (kadarkum); 2. Membuat suatu kelompok diskusi antar narapidana, yang

membahas hal yang berkaitan dengan hukum; 3. Memberikan pandangan yang bersifat membangun kepada

narapidana setelah habis masa pembinaan.

Jenis-jenis pembinaan narapidana dapat digolongkan atas tiga yaitu

:

1. Pembinaan mental;

2. Pembinaan sosial;

3. Pembinaan keterampilan.

Pembinaan mental dilakukan mengingat terpidana mempunyai pro-

blem seperti perasaan bersalah, merasa diatur, kurang biasa mengontrol

emosi, merasa rendah diri yang diharapkan secara bertahap mempunyai

Page 89: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

keseimbangan emosi. Pembinaan mental yang dilakukan adalah (hasil

wawancara dengan Arief Guna, Kepala Klien Anak, tanggal 28 Maret

2013) :

Memberikan pengertian agar dapat menerima dan menangani rasa frustasi dengan wajar, melalui ceramah; memperlihatkan rasa prihatin melalui bimbingan berupa nasihat; merangsang dan menggugah semangat narapidana untuk mengembangkan keahliannya; memberikan kepercayaan kepada narapidana dan menanamkan rasa percaya diri, untuk menghilangkan rasa cemas dan gelisah dengan menekankan pentingnya agama. Pembinaan sosial mengembangkan pribadi dan hidup

kemasyarakatan narapidana. Aktivitas yang dilakukan adalah:

memberikan bimbingan tentang hidup bermasyarakat yang baik dan

memberitahukan norma-norma agama, kesusilaan, etika pergaulan dan

pertemuan dengan keluarga korban; mengadakan surat menyurat untuk

memelihara hubungan batin dengan keluarga dan relasinya; kunjungan

untuk memelihara hubungan yang harmonis dengan keluarga.

Pembinaan keterampilan bertujuan untuk memupuk dan

mengembangkan bakat yang dimiliki narapidana, sehingga

memperoleh keahlian dan keterampilan. Aktivitas yang dilakukan

adalah: menyelenggarakan kursus pengetahuan (pemberantasan buta

huruf), kursus persamaan sekolah dasar; latihan fisik untuk

memelihara kesehatan jasmani dan rohani seperti senam pagi; latihan

kesenian seperti seni musik

Melihat beberapa pemaparan di atas terkait dengan proses peradilan anak

di Kabupaten Bone maka dalam hal ini kita dapat mengkajinya yaitu di dalam

beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Pengadilan Anak terkait dengan

permasalahan anak terdapat beberapa pengaplikasian dari aturan internasional

pada hakekatnya telah diadopsi dalam aturan hukum positif kita, namun adopsi

Page 90: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

tersebut belum sepenuhnya dilakukan di Kabupaten Bone sehingga dalam hal

proses penanganan anak di Kabupaten Bone, masih terdapat kendala-kendala

dalam pelaksanaannya antara lain yaitu (hasil wawancara dengan Kanit PPA

Polres Bone AIPTU Alimuddin, tanggal 25 Maret 2013) :

1. Masalah tentang legalitas apa yang dipakai penyidik untuk melakukan tindakan lain berupa pengembalian anak kepada orang tua/wali ataupun pengembalian anak kepada Departemen Sosial terhadap anak yang bermasalah dengan hukum yang dalam normanya belum dijelaskan secara tegas dan eksplisit sehingga menimbulkan keadaan suatu norma yang bersifat kabur serta menimbulkan suatu keadaan yang multitafsir, dimana setelah dikaji secara akademis maka masalah dasar legitimasi terkait dengan proses penanganan anak yang bermasalah dengan hukum maka ada beberapa landasan legitimasi dalam penggunaan diversi ataupun tindakan lain yang dapat diambil oleh penyidik

2. Masalah diversi sangat penting untuk diperhatikan dalam penanganan anak pelaku delinkuen oleh sebab itu maka pengaturan secara khusus mengenai diversi sangatlah diperlukan untuk pembangunan hukum ke depannya, oleh karena itu diversi dapat menghindarkan anak dari proses stigmatisasi yang lazimnya terjadi dalam proses penanganan anak lewat sistem peradilan pidana anak sehingga dalam hal penanganan proses anak yang berhadapan dengan hukum diharapkan ke depannya dapat ditangani dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kedudukan anak.

Bertolak dari pemaparan di atas tersebut, maka berdasarkan penelitian

normatif yang dilakukan oleh penulis dalam tesis ini terkait dengan adanya

kekaburan norma tersebut adalah menemukan solusi yang tepat guna untuk

penanganan anak yang berhadapan dengan hukum.

Menurut hasil wawancara dengan Ketua KPAI Kabupaten Bone Dra. A.

Ratnawati, M.Si (wawancara tanggal 11 Juli 2013) bahwa :

Salah satu solusi yang dapat dilakukan terhadap kekaburan norma adalah dengan melakukan suatu penafsiran (interpretasi) terhadap hukum tersebut dalam hal ini : 1. Interpretasi bahasa. 2. Historis undang-undang. 3. Sistematis. 4. Kemasyarakatan.

Page 91: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Kekaburan norma dari legalitas dari penyidik untuk menentukan tindakan

lain berupa pengembalian anak kepada orang tua/wali ataupun pengembalian

anak kepada Departemen Sosial terhadap anak yang bermasalah dengan hukum

yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan

Anak dapat dipergunakan interpretasi bahasa yaitu dalam konteks tata bahasa

yang dimaksud tersebut menekankan pada penyidik sebagai aparat penegak

hukum yang memiliki suatu kewenangan atau diskresi dalam penanganan proses

sistem peradilan pidana anak yang berhadapan dengan hukum dapat

menggunakan tindakan lain dalam proses penanganan anak. Bertolak dari hal

dapat dipergunakan interpretasi historis dari perundang-undangan tentang

Pengadilan Anak tersebut dimana Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 adalah

penjelmaan salah satu konvensi internasional tentang anak khususnya The

Beijing Rules sehingga dalam hal ini legalitas dalam melakukan tindakan lain

berupa pengembalian anak kepada orang tua/wali ataupun pengembalian anak

kepada Departemen Sosial oleh aparat penegak hukum.

Peradilan anak terbentuk sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan Anak. Dengan berlakunya undang-undang tersebut

mulai tanggal 03 Januari 1998, maka tata cara persidangan maupun penjatuhan

hukuman dilaksanakan berlandaskan undang-undang tersebut. Memang jauh

sebelum dibentuknya Undang-Undang Pengadilan Anak tersebut, pengadilan

negeri telah menyidangkan berbagai perkara pidana yang terdakwanya anak

dengan menerapkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam KUHP dan KUHAP.

Menurut Soedarto (1981:79) bahwa :

Sejak tahun lima puluhan perhatian ke arah terwujudnya pengadilan anak telah timbul di mana-mana. Di samping itu beberapa hakim telah dikirim ke luar negeri untuk mempelajari penyelenggaraan pengadilan anak. Di beberapa pengadilan negeri telah ditunjuk hakim-hakim tertentu mengadili

Page 92: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

perkara-perkara yang terdakwanya adalah anak-anak, dengan tidak terlalu menyimpang dari acara yang berlaku bagi orang-orang dewasa. Menurut Bintang, AL, hakim pada Pengadilan Negeri Watampone

(wawancara tanggal 27 Maret 2013) bahwa : “Pengadilan anak meliputi segala

aktivitas pemeriksaan dan pemutusan perkara yang menyangkut kepentingan

anak”.

Secara harfiah, peradilan anak terdiri dari dua kata yaitu kata peradilan

dan anak. Menurut kamus Bahasa Indonesia, peradilan berarti segala sesuatu

mengenai pengadilan. Bertolak dari hal tersebut maka peradilan merupakan

peristiwa atau kejadian atau hal-hal yang terjadi mengenai perkara di pengadilan.

Secara sempit, peradilan adalah hal-hal yang menyangkut hukum acara yang

hendak mempertahankan materiilnya. Sedangkan secara luas adalah kejadian-

kejadian atau hal-hal yang terjadi dengan suatu perkara termasuk proses

penerapan hukum acara dalam mempertahankan materiilnya (Agung Wahyono

dkk, 1993:14)

Secara yuridis, peradilan merupakan kekuasaan kehakiman yang

berbentuk badan peradilan, dan dalam kegiatannya melibatkan lembaga

pengadilan, kejaksaan, kepolisian, bantuan hukum, untuk memberikan

perlindungan dan keadilan bagi setiap warga Indonesia.

Menurut Sudikno Mertokusumo (Agung Wahyono, dkk. 1993:51) bahwa :

Peradilan adalah suatu pelaksanaan hukum dalam hal konkrit adanya tuntutan hak, yang fungsinya dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh negara serta bebas dari pengaruh apapun atau siapapun dengan cara memberikan putusan yang bersifat mengikat dan bertujuan mencegah “eigenrichting”.

Menurut Bintang, AL (hakim pada Pengadilan Negeri Watampone,

wawancara tanggal 27 Maret 2013) bahwa :

Page 93: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Fungsi peradilan anak pada umumnya adalah tidak berbeda dengan peradilan lainnya yaitu menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya, namun untuk peradilan anak perkara yang ditangani khusus menyangkut perkara anak. Pemberian perlakuan khusus dalam rangka menjamin pertumbuhan fisik serta mental anak sebagai generasi penerus yang harus diperhatikan masa depannya, dimana dalam hal ini untuk memberikan suatu keadilan, hakim melakukan berbagai tindakan dengan menelaah terlebih dahulu tentang kebenaran peristiwa yang diajukan kepadanya. Hakim dalam mengadili berusaha menegakkan kembali hukum yang

dilanggar, oleh karena itu biasa dikatakan bahwa hakim atau pengadilan adalah

penegak hukum. Pengadilan dalam mengadili harus berdasarkan hukum yang

berlaku meliputi hukum yang tertulis dan hukum yang tidak tertulis. Bertolak dari

hal tersebut maka dalam pelaksanaannya, fungsi tersebut dijalankan oleh

pejabat-pejabat khusus peradilan anak, dengan kata lain, fungsi tersebut tidak

akan tercapai tanpa adanya pemegang peran yaitu pejabat-pejabat peradilan.

Bertolak dari hal tersebut maka tujuan peradilan anak, bukanlah semata-

mata mengutamakan pidananya saja sebagai unsur utama, melainkan

perlindungan bagi masa depan anak adalah sasaran yang hendak dicapai oleh

peradilan anak.

Tujuan peradilan bukan hanya menyatakan terbukti tidaknya suatu

peristiwa konkrit dan kemudian menjatuhkan putusan saja, melainkan

menyelesaikan perkara. Putusan itu harus menuntaskan perkara, jangan sampai

putusan itu tidak dapat dilaksanakan atau bahkan menimbulkan perkara atau

masalah baru, dimana mengingat bahwa anak harus mendapat perlindungan dan

oleh karena itu perlu mendapat perhatian dan perlakuan khusus pula, maka

dalam peradilan anak ini janganlah hanya dititikberatkan kepada terbukti tidaknya

perbuatan atau pelanggaran yang dilakukan si anak semata-mata tetapi harus

lebih diperhatikan dan dipertimbangkan latar belakang dan sebab-sebab serta

Page 94: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

motivasi pelanggaran atau perbuatan yang dilakukan oleh si anak dan apa

kemungkinan akibat putusan itu bagi si anak demi masa depan si anak.

Bertolak dari hal tersebut, maka melalui peradilan anak diharapkan

adanya suatu perbaikan kondisi, pemeliharaan dan perlindungan anak serta

pencegahan terjadinya pengulangan kejahatan anak melalui tindakan pengadilan

yang konstruktif. Penanganan anak yang berhadapan dengan hukum pada

prinsipnya terkait dengan tujuan dan dasar pemikirannya adalah untuk

mengutamakan kesejahteraan anak. Sasaran utama dalam tujuan ini merupakan

fokus utama dalam sistem hukum yang menangani pelanggaran anak khususnya

dalam sistem hukum yang mengikuti model peradilan pidana harus lebih

menekankan atau mengutamakan kesejahteraan anak.

Sasaran kedua adalah menyangkut prinsip proporsionalitas dimana dalam

hal ini merupakan alat untuk mengekang sanksi yang lebih menghukum dalam

arti hanya membalas semata-mata. Bertolak dari aturan tersebut apabila dasar

pemikiran dan tujuan peradilan anak difokuskan pada kesejahteraan anak maka

berpijak kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak, proses peradilan anak juga haruslah dapat menjamin pertumbuhan dan

perkembangan anak secara wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial

sehingga dari pendekatan yang berorientasi pada kesejahteraan atau

kepentingan anak diperlukan pula pendekatan secara khusus dalam proses

penanganan anak yang bermasalah dengan hukum. Hal ini berarti bahwa

diperlukan adanya perhatian khusus, pertimbangan khusus, pelayanan khusus,

dan perlakuan khusus dalam penanganan anak yang bermasalah dengan hukum

tersebut.

Page 95: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Dunia hukum dalam beberapa tahun ini telah mengalami reformasi cara

pandang dalam penanganan anak yang melakukan kenakalan dan perbuatan

melanggar hukum. Banyak negara yang mulai meninggalkan mekanisme

peradilan anak yang bersifat represif dikarenakan kegagalan sistem tersebut

untuk memperbaiki tingkah laku dan mengurangi tingkat kriminalitas yang

dilakukan oleh anak.

Para pakar hukum dan pembuat kebijakan mulai memikirkan alternatif

solusi yang lebih tepat dalam penanganan anak dengan memberikan perhatian

lebih untuk melibatkan mereka secara langsung (reintegrasi dan rehabilitasi)

dalam penyelesaian masalah, berbeda dengan cara penanganan orang dewasa.

Hal ini dikarenakan peningkatan kesadaran bahwa anak bukanlah miniatur orang

dewasa. Masa anak-anak adalah periode yang rentan dalam kondisi kejiwaan

dimana anak belum mandiri, belum memiliki kesadaran penuh, kepribadian

belum stabil atau belum terbentuk secara utuh, dengan kata lain keadaan

psikologinya masih labil, tidak independen, dan gampang terpengaruh.

Kondisi demikian menyebabkan adanya suatu perbuatan yang dilakukan

oleh anak tidak sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan oleh anak itu sendiri,

karena anak sebagai pelaku bukanlah sebagai pelaku murni akan tetapi juga

sebagai korban. Anak tidak seharusnya dihadapkan pada sistem peradilan jika

ada yang lebih baik demi kepentingan terbaik bagi anak untuk menangani

perbuatan anak yang melanggar hukum.

Kesadaran untuk menjadikan peradilan pidana sebagai langkah terakhir

untuk menangani anak berhadapan dengan hukum tercermin dari konvensi yang

disepakati oleh negara-negara di dunia. Anak yang melakukan pelanggaran

hukum atau melakukan tindakan kriminal sangat dipengaruhi beberapa faktor lain

Page 96: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

di luar diri anak. Untuk melakukan perlindungan terhadap anak dari pengaruh

proses formal sistem peradilan pidana, maka timbul pemikiran manusia atau para

ahli hukum dan kemanusiaan untuk membuat aturan formal tindakan

mengeluarkan (remove) seorang anak yang melakukan pelanggaran hukum atau

melakukan tindak pidana dari proses peradilan pidana dengan memberikan

alternatif lain yang dianggap lebih baik untuk anak.

Dalam proses pemidanaan, mengenai berat ringannya pidana yang akan

dijatuhkan tergantung dari pendirian dan penilaian hakim. Oleh karena itu dalam

menjatuhkan pidana kepada anak, hakim wajib mempertimbangkan berbagai

keadaan yang dapat melatarbelakangi anak untuk melakukan tindak pidana.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa faktor usia, pendidikan dan ekonomi

keluarga, juga turut mempengaruhi anak-anak di Kabupaten Bone untuk

melakukan suatu tindak pidana. Hal ini dapat digambarkan pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 3 Gambaran anak pelaku tindak pidana berdasarkan golongan umur di Kabupaten Bone Tahun 2010 – 2012

No Umur Frekwensi Persentase (%)

1 12 tahun - 0

2 13 tahun - 0

3 14 tahun - 0

4 15 tahun 29 11

5 16 tahun 71 28

6 17 tahun 80 31

7 18 tahun 77 30

Jumlah 257 100

Sumber Data : Pengadilan Negeri Bone, 2013 Angka jumlah anak pelaku tindak pidana pada tabel di atas, menunjukkan

bahwa dari 257 anak yang terlibat perkara pidana, terdapat 29 orang (11%)

berusia 15 tahun, 71 orang (28%) yang berusia 16 tahun, 80 orang (31%) yang

berusia 17 tahun dan 77 orang (30%) yang berusia 18 tahun. Dengan demikian

maka pada kurun waktu 2010 – 2012 tindak pidana yang dilakukan oleh anak di

Page 97: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Kabupaten Bone lebih banyak dilakukan oleh mereka yang berusia 17 tahun.

Menurut penulis, penyebab angka kejahatan yang tinggi pada anak-anak yang

berumur 17 tahun adalah karena pada usia tersebut seorang anak mulai

mengalami masa transisi dari remaja menuju dewasa, masa dimana seorang

anak membutuhkan bimbingan dari orang tua. Jika anak kurang mendapat

perhatian dan bimbingan, maka besar kemungkinan anak tersebut akan mencari

perhatian di tempat lain, yang bisa saja memberikan dampak negatif bagi anak

itu sendiri.

Selanjutnya tentang tingkat pendidikan narapidana anak di Kabupaten

Bone dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4 Gambaran anak pelaku tindak pidana berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Bone Tahun 2010 – 2012

No Tingkat Pendidikan Frekwensi Persentase (%)

1 Sekolah Dasar (SD) 0 0

2 Sekolah Menengah Pertama (SMP)

10 4

3 Sekolah Menengah Atas (SMA)

247 96

Jumlah 257 100

Sumber Data : Pengadilan Negeri Bone, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 257 anak yang terlibat dalam

perkara pidana di Kabupaten Bone, terdapat 10 orang (4%) yang

berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 247 orang (96%)

yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pada tingkat Sekolah Menengah Atas anak cenderung

mulai mendapatkan hal yang baru yang diakibatkan oleh pergaulan dengan

teman-teman mereka yang karakternya hampir sama yakni peralihan dari

Page 98: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

kanak-kanak ke remaja sehingga tidak tertutup kemungkinan muncul tindakan

yang cenderung negatif.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa selain faktor usia

dan tingkat pendidikan, faktor latar belakang ekonomi keluarga juga turut

mempengaruhi anak dalam melakukan kejahatan. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 5 Gambaran tentang jenis pekerjaan orang tua anak pelaku tindak pidana di Kabupaten Bone Tahun 2010 – 2012

No Pekerjaan Orang Tua Frekwensi Persentase (%)

1 PNS 10 4

2 Petani 40 16

3 Wiraswasta 35 14

4 Karyawan 35 14

5 Supir 69 27

6 Buruh 58 23

Jumlah 257 100

Sumber Data : Pengadilan Negeri Bone, 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 257 orang anak yang terlibat

perkara pidana, 10 orang (4%) yang orang tuanya merupakan pegawai negeri

sipil, 40 orang (16%) orang tuanya berprofesi sebagai petani, 35 orang (14%)

orang tuanya berprofesi sebagai wiraswasta, 35 orang (14%) yang mata

pencaharian orang tuanya adalah sopir dan 58 orang (23%) yang orang

tuanya bekerja sebagai buruh.

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya ekonomi

keluarga anak yang terlibat perkara pidana berada pada tingkat ekonomi yang

kurang mampu atau pas-pasan. Hal ini ikut berpengaruh terhadap

pemenuhan kebutuhan dan permintaan terpidana anak yang kurang

dikabulkan sehingga dapat menimbulkan konflik dalam jiwanya maka akan

Page 99: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dapat mengakibatkan frustasi dan cenderung narapidana anak terdorong

untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan masyarakat.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, hakim seharusnya dapat

menjatuhkan putusan yang lebih mengedepankan kesejahteraan anak,

karena seberat apapun tindak pidana yang dilakukan oleh seorang anak,

anak tetaplah anak, bukan orang dewasa.

Hal ini sesuai dengan pendapat Dra. A. Ratnawati, M.Si (Ketua KPAI

Kabupaten Bone) bahwa :

Mereka masih membutuhkan bimbingan dan perlindungan dari orang tua dan keluarga. Akan tetapi dalam kenyataannya, hakim Pengadilan Negeri Bone dalam menjatuhkan putusannya, masih mengedepankan penjatuhan pidana penjara dari pada sanksi lainnya dalam hal ini sanksi tindakan yang lebih mengedepankan aspek pembinaannya daripada aspek pemberian efek jeranya. Sampai saat ini hakim Pengadilan Negeri Bone lebih cenderung

memberikan sanksi pidana penjara dibandingkan dengan sanksi pidana lain

yang terdapat dalam Pasal 23 UU Pengadilan Anak. Hal ini dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Page 100: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Tabel 6 Gambaran tentang penjatuhan sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana di Kabupaten Bone Tahun 2010 – 2012

No Jenis Sanksi Frekwensi Persentase (%)

1 Penjara 147 57

2 Tindakan

Diserahkan kepada orang tua/wali

Diserahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja

110

-

43

-

Jumlah 257 100

Sumber Data : Pengadilan Negeri Bone, 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 257 orang anak yang terlibat

perkara pidana, 147 orang (57%) yang dikenakan sanksi penjara dan 110

orang (43%) anak pelaku tindak pidana yang dijatuhi sanksi tindakan. Bentuk

sanksi tindakan yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan Negeri Bone adalah

pengembalian kepada orang tua/wali anak yang berhadapan dengan hukum

tersebut. Masih banyaknya jumlah putusan yang menjatuhkan pidana penjara

pada anak yang berhadapan dengan hukum tentu saja tidak memperhatikan

Pasal 16 ayat (3) UU Perlindungan Anak bahwa :

(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

Hakim dalam memutus perkara pidana anak selain harus

memperhatikan aspek yuridis juga harus memperhatikan aspek non yuridis

sebagai bahan pertimbangan hakim dalam pembuatan suatu keputusan

khususnya yang berhubungan dengan pertanggungjawaban pidana, jenis

pidana dan berat ringannya pidana yang dijatuhkan terhadap anak.

Page 101: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Adapun aspek non yuridis tersebut antara lain adalah aspek sosiologis,

psikologis, kriminologis dimana ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang

saling terkait yang membantu hakim untuk menganalisis secara obyektif dan

realistis sehingga pemahaman mengenai aspek-aspek non yuridis dalam

hubungan dengan pelaku tindak pidana anak di samping sangat relevan, juga

menjadi penting bagi seorang hakim ketika ia menangani perkara tentang

pidana anak, sehingga putusannya akan menjadi lebih adil dan tepat.

Aspek sosiologis berguna untuk mengkaji latar belakang sosial

mengapa seorang anak melakukan suatu tindak pidana, aspek psikologis

berguna untuk mengkaji aspek psikologis anak pada saat anak melakukan

suatu tindak pidana dan setelah menjalani pidana sedangkan aspek

kriminologi diperlukan untuk mengkaji sebab-sebab seorang anak melakukan

tindak pidana dan bagaimana sikap serta perilaku anak yang melakukan

tindak pidana, dengan demikian hakim diharapkan dapat memberikan

putusan yang adil sesuai dengan kebutuhan anak.

Selain itu, menurut Bintang, AL., SH., MH. Bintang, AL (hakim pada

Pengadilan Negeri Watampone, wawancara tanggal 27 Maret 2013) bahwa :

Penjatuhan pidana penjara menimbulkan dampak negatif dan kerugian khususnya terhadap terpidana anak, adapun dampak dari penjatuhan pidana perampasan kemerdekaan diantaranya adalah : 1) Anak akan terpisah dari keluarganya sehingga akan berdampak

pada gangguan terhadap gangguan hubungan keluarga seperti terlalu singkatnya dalam memberikan pendidikan, pengarahan, bimbingan yang positif dari orang tua terhadap terpidana anak.

2) Anak menjadi lebih ahli tentang kejahatan, hal ini dikarenakan adanya pengaruh yang didapat dari terpidana lainnya dimana hal ini membuka kemungkinan bagi terpidana untuk mempelajari perilaku kriminal terpidana lainnya sehingga anak akan menjadi lebih ahli tentang kejahatan.

3) Anak tersebut diberi cap oleh masyarakat, dimana masyarakat memandang para kriminal bukanlah sebagai orang yang bersifat jahat tetapi mereka adalah individu-individu yang sebelumnya

Page 102: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

pernah berstatus jahat sebagai pemberian sistem peradilan pidana maupun masyarakat luas.

4) Masyarakat menolak kehadiran mantan terpidana anak, terkait dengan stigma yang diberikan masyarakat dimana anak yang pernah menjalani hukuman penjara maka anak tersebut tetap disebut sebagai anak yang nakal dan memiliki perangai buruk sehingga masyarakat menolak kehadirannya sebab masyarakat khawatir kalau anak tersebut akan mengulangi kejahatan sama dan akan memberikan pelajaran yang tidak baik terhadap anak-anak yang lain, padahal belum tentu demikian adanya.

5) Masa depan anak menjadi lebih suram dan pada kenyataannya anak yang telah dijatuhi pidana penjara mereka justru tidak menjadi lebih baik dari sebelumnya tetapi justru akan melakukan kembali tindak pidana, maka dari sini dapat dikatakan bahwa ternyata penjatuhan pidana penjara tidaklah efektif dalam upaya menanggulangi kejahatan yang terjadi justru menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi anak.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa : 1) Agar anak tersebut sadar dan bertanggungjawab atas perbuatan

hukum yang dilakukannya. Dalam hal ini orang tua masih bisa memberikan nasehat,bimbingan dan motivasi kepada terpidana anak dan di dalam Lapas juga akan diberikan pendidikan khusus terhadap pidana anak.

2) Di dalam Lapas sel anak dan orang dewasa terpisah maka dari itu kecil kemungkinan bisa terpengaruh apalagi dari pihak Lapas telah memberikan pendidikan dan pelajaran agama agar anak tersebut dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

3) Masyarakat memandang para kriminal bukanlah sebagai orang yang bersifat jahat tetapi mereka adalah individu yang pernah berstatus terpidana anak.

4) Dalam hal ini masyarakat tidak seharusnya menolak kehadiran terpidana anak. Karena tidak selamanya terpidana anak yang keluar dari penjara akan memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Karena di dalam penjara anak telah diberikan pelatihan khusus dan pelajaran agama yang baik.

5) Hakim sebelum menjatuhkan putusan pidana penjara harus melihat hak-hak anak dan dilihat dari Pasal 16 ayat (3) UU Perlindungan Anak bahwa penangkapan,penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Dan tidak selamanya masa depan anak yang keluar dari penjara akan lebih suram sebab selama berada di penjara anak telah diberikan pelatihan khusus yang dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam diri mereka.

Page 103: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Mengenai penjatuhan sanksi pidana penjara terhadap anak, Bintang,

AL (hakim pada Pengadilan Negeri Watampone, wawancara tanggal 27 Maret

2013) bahwa :

Penjatuhan sanksi pidana penjara pada anak nakal, itu karena kasus atau perbuatannya yang dianggap perlu adanya sanksi pidana karena meresahkan masyarakat, orang tua/wali atau orang tua asuhnya tidak sanggup lagi untuk mendidik anak tersebut, kemudian dalam memutus perkara, hakim mengalami kesulitan mengeluarkan putusan yang tidak bersifat penal ini dikarenakan adanya ketidaksamaan persepsi aparat penegak hukum dalam menerapkan sanksi. Memperhatikan alasan hakim yang demikian maka sebelum

menjatuhkan sanksi pidana penjara terhadap anak hakim sebaiknya

mengetahui pentingnya perlindungan hak-hak anak, karena anak merupakan

generasi penerus bangsa. Pada dasarnya peradilan pidana anak juga untuk

melakukan koreksi dan rehabilitasi sehingga cepat atau lambat anak dapat

kembali ke kehidupan masyarakat normal dan bukan untuk mengakhiri

harapan dan potensi masa depannya. Selain itu hakim tidak serta merta harus

memenjarakan anak.

Tindakan yang tepat dan bijaksana adalah penjatuhan pidana terhadap

anak sesuai dengan apa yang si anak butuhkan, dengan tidak

mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi

terjaminnya hak dan perlindungan anak.

Selanjutnya agar hakim dapat memberikan sanksi pidana yang tepat

terhadap anak yang terlibat perkara pidana, maka kehadiran orang tua/wali

atau orang tua asuh pada saat persidangan sangatlah penting. Hal ini

dimaksudkan agar hakim dapat mendengarkan secara langsung keterangan

tentang keadaan si anak dari orang tuanya agar dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan, akan tetapi apabila

Page 104: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

keberadaan orang tua/wali atau orang tua asuhnya tidak diketahui atau anak

tersebut merupakan anak jalanan atau terlantar, maka hakim dalam penilaian

terhadap anak sifatnya subjektif yang berarti hakim dalam melihat kasus-

kasusnya memakai keyakinan atau hati nurani hakim sendiri dalam

menjatuhkan putusan.

Penjatuhan penjara ini menunjukkan pidana hanya dipandang sebagai

usaha untuk menanggulangi kejahatan, bahkan terlihat adanya pandangan

pemidanaan dipandang sebagai pembalasan. Hal ini dapat diketahui dari

dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana penjara secara umum

dalam hal-hal yang memberatkan setiap perkara anak berhadapan dengan

hukum adalah tindak pidana yang dilakukan oleh anak cukup meresahkan

masyarakat.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Hukum Acara Pengadilan

Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Kabupaten Bone,

dapat dijelaskan tentang adanya beberapa faktor yang mempengaruhi

penerapan hukum acara pengadilan anak yang dilakukan oleh penegak hukum

yaitu :

1. Substansi Hukum

Sistem peradilan pidana yang berlaku di Indonesia pada umumnya dan

pengadilan anak khususnya memiliki peranan yang penting dalam menjaga

wibawa hukum. Namun demikian dalam kenyataannya bukan berarti

pengadilan anak terlepas dari adanya permasalahan yang dihadapi dalam

rangka penerapan hukum acara pidana anak yang berhadapan dengan

hukum.

Page 105: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Permasalahan proses pengadilan terhadap anak terutama bersumber

dari Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak itu

sendiri. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 yang telah mencabut pasal 45,

46 dan 47 KUHP yang mengatur straf modus dan straf sort tentang sistem

pemidanaan untuk anak yang bertujuan semata-mata untuk kepentingan anak

(the best interest of child) sehingga tercapai perlindungan dan menghindari

stigmatisasi pada anak dalam menjalani proses pidana ternyata setelah

berjalan lebih dari satu dasawarsa dalam prakteknya tidak dapat memenuhi

tujuan akhir dari undang-undang tersebut.

Ketidakberhasilan kalau tidak mau disebut sebagai kegagalan ini

diakibatkan karena undang-undang ini lebih menonjolkan pendekatan yuridis

formal yang menutup upaya diskresi maupun diversi dalam mencari solusi

perkara anak berhadapan dengan hukum, padahal diskresi maupun diversi

inilah yang merupakan roh agar tujuan akhir Undang-Undang Nomor .3 tahun

1997 tentang Pengadilan Anak tercapai.

Pada tingkat penuntutan, upaya diversi tidak dapat dilakukan karena

lembaga penuntutan tidak memiliki kewenangan diskresioner. Sedangkan

pada tingkatan pengadilan diversi terbatas pada tindakan pengadilan untuk

tidak menjatuhkan pidana penjara atau kurungan. Untuk itu perlu adanya

pengaturan tentang upaya diversi secara jelas baik pada tingkat kepolisian,

kejaksaan maupun pengadilan. Shingga aparat kepolisian tidak

menggunakannya kewenangannya itu sekehendak hatinya, tetapi

berlandaskan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.

Tidak adanya pengaturan secara jelas tentang aturan penangkapan

dan penahanan terhadap anak nakal. Dalam prakteknya penangkapan

Page 106: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

terhadap anak nakal disamakan dengan orang dewasa. Yang membedakan

hanya jangka waktu penahanan terhadap anak lebih singkat dari orang

dewasa. Perlunya pengaturan secara jelas terhadap penangkapan dan

penahanan terhadap anak agar lebih memberikan perlindungan yang

maksimal terhadap anak dan terhindar dari perlakuan-perlakuan yang salah

dari aparat penegak hukum.

Permasalahan selanjutnya yang dialami oleh penegak hukum

berkaitan dengan istilah anak berhadapan dengan hukum yang dipergunakan

dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tidak

membedakan penyebutan anak yang berhadapan dengan hukum di setiap

tingkatan pemeriksaan, dalam arti anak yang berhadapan dengan hukum

menurut undang-undang ini disebut dengan “anak berhadapan dengan

hukum” . Penyebutan ini tentunya sudah merupakan masalah tersendiri

karena stigmatisasi sudah dimulai saat pemeriksaan.

Secara psikologis anak akan memproteksi diri apabila bersalah

sehingga dengan pelabelan anak berhadapan dengan hukum yang

disangkakan pada anak yang belum tentu bersalah akan memungkinkan anak

yang berhadapan dengan hukum secara pribadi melindungi diri sendiri

dengan memberikan keterangan yang bohong selama proses persidangan.

Selain itu dalam suatu proses persidangan akan kesulitan menggali

kebenaran.

Kondisi seperti ini mengakibatkan tujuan dari pemidanaan tidak akan

tercapai dan akan memberikan suatu persepsi yang menyatakan bahwa

pengadilan tidak merupakan suatu institusi yang digunakan sebagai sarana

Page 107: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

untuk mendapatkan keadilan namun digunakan sebagai sarana untuk

menghukum. Jika dikaji lebih jauh mengenai persepsi anak berhadapan

dengan hukum, dengan adanya pencitraan (labelling) anak sebagai suatu

bagian anak berhadapan dengan hukum maka akan tercipta cara pandang

dari anak bahwa dia adalah anak berhadapan dengan hukum dan tidak

mungkin lagi orang lain mau mengerti bahwa dia sebenarnya adalah anak

baik yang sedang berusaha untuk mendapatkan hak dan melakukan

kewajibannya namun berhadapan dengan hukum.

Apabila anak sudah berpikir demikian dalam memandang dirinya maka

dalam suatu peradilan anak, kondisi ini akan berpengaruh pada hakim (anak)

dalam penjatuhan sanksi. Pemberian pandangan anak yang berhadapan

dengan hukum sebagai anak berhadapan dengan hukum tentunya menjadi

suatu problematika sendiri yang dialami hakim dalam penjatuhan sanksi

pidana. Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya suatu pencitraan yang

menganggap bahwa anak tersebut merupakan anak berhadapan dengan

hukum dan oleh karenanya layak mendapatkan sanksi tanpa menghiraukan

adanya pendapat-pendapat lain di luar hasil pemeriksaan anak. Pandangan

ini tentulah memberikan suatu dampak yang tidak baik dalam kehidupan anak

tersebut karena dapat menjadikan anak terhambat perkembangan jiwanya.

Pemberian label anak nakal kepada anak yang berhadapan dengan

hukum akan memberikan suatu stigmatisasi buruk terhadap anak. Hal ini

dikarenakan beban psikologis selama proses persidangan yang selalu

menyebut anak nakal dapat membawa akibat gangguan psikologi anak baik

selama proses persidangan maupun setelah menjalani putusan. Hal lain dari

sudut substansi hukum adalah kurangnya jenis pemidanaan turut mendukung

Page 108: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

problematika yuridis terhadap penjatuhan pidana. Hal ini merupakan suatu

permasalahan yang menyangkut mengenai penjatuhan sanksi pidana dalam

rangka pemenuhan tujuan pemidanaan. Problematika yuridis yang

menyangkut mengenai jenis pemidanaan sudah barang tentu menjadi suatu

hal yang semakin membuat putusan hakim menjadi lebih dilematik dalam hal

penjatuhan pidana karena terbatasnya pilihan sanksi yang dianggap sesuai

dengan anak nakal.

Ancaman pidana maksimal telah dibedakan, akan tetapi ancaman

pidana minimal tidak diatur, hal ini mengakibatkan tertutupnya hakim

menjatuhkan pidana sesuai tujuan terbaik, dimana tidak ada pilihan hakim

menjatuhkan pidana di bawah minimal ancaman yang telah ditentukan.

Hal lain adalah dicabutnya Pasal 45,46 dan 47 KUHP menyebabkan

jenis pemidanaan terhadap anak menjadi semakin berat. Dengan dicabutnya

Pasal 45, 46 dan 47 KUHP justru dirasakan mengakibatkan pidana terhadap

anak nakal terasa lebih berat karena pasal-pasal ini merupakan pedoman

pemidanaan dalam KUHP yang terkait dengan ketentuan Pasal 10 s/d Pasal

43 KUHP. Ditambah lagi adanya ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997, mengakibatkan pidana bersyarat hanya dimungkinkan

terhadap pidana penjara. Ketentuan ini telah mendorong hakim menjatuhkan

pidana penjara dibandingkan bentuk sanksi yang lain.

Perbedaan terpidana anak dan orang dewasa yaitu hak-hak anak yang

berhadapan dengan hukum berbeda halnya dengan hak-hak orang dewasa

yang berhadapan dengan hukum. Hal ini disebabkan tingkat kecakapan

seorang anak berbeda dengan tingkat kecakapan orang dewasa, mental anak

dan orang dewasa berbeda,

Page 109: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

2. Faktor kualitas aparat penegak hukum

Faktor penegak hukum sangat mempengaruhi tindakan dan perilaku

penegak hukum dalam upaya penerapan hukum acara dimana anak sebagai

pelaku tindak pidana. Masyarakat sering mengeluh atas kinerja para penegak

hukum dalam penanganan tindak pidana pada umumnya dengan berbagai

alasan, antara lain terlalu lamban/santai, tidak proaktif dalam menangani

laporan yang dilaporkan masyarakat hingga kepada kualitas personil penegak

hukum yang tidak baik dalam menangani perkara yang sedang diproses.

Berdasarkan pada hasil penelitian bahwa kualitas atau kemampuan

penegak hukum yang diharapkan oleh masyarakat adalah terselenggaranya

profesional, efektif, efisien dan modern yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Profesional

Wujud dari profesional yaitu pelaksanaan tugas yang didasari oleh

etika profesi sehingga terselenggara secara tertib, ilmiah dan santun.

b. Efektif

Kemampuan melaksanakan tugas dan mencapai sasaran yang

dipilih secara tepat dalam waktu yang singkat dan energi (daya dan dana

yang sekecil-kecilnya (hemat dan sukses).

c. Efisien

Kemampuan melaksanakan tugas dengan benar dan

terselesaikannya sesuai dengan ketentuan yang ada seperti yang

diinginkan.

d. Modern

Page 110: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Berpikir maju, strategis dan atau mencapai hasil dengan bantuan

berbagai peralatan/teknologi mutakhir sehingga semua terselesaikan

secara efektif, efisien dan profesional.

Dari hasil penelitian dan pengamatan tindakan dan perilaku

penyidik/penyidik pembantu dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana

anak di Polres Bone dapat dijelaskan bahwa dengan melihat kemampuan dan

cara kerja penyidik/penyidik pembantu anak dalam setiap proses penyidikan

tindak pidana anak bila dikaitkan dengan pendidikan yang beraneka ragam

mereka peroleh serta dengan sarana, prasarana dan dana yang minimal,

ditambah lagi dengan tidak dapat terpenuhinya persyaratan sebagai penyidik

anak, maka penyidikan tindak pidana anak sebagaimana diharapkan

masyarakat untuk bertindak profesional efektif, efisien, profesional dan

modern belum dapat diwujudkan oleh penyidik/penyidik pembantu anak.

Penyidik/penyidik pembantu anak yang melakukan penyidikan tindak

pidana anak maupun ketentuan perundang-undangan di bidang anak, karena

sampai saat ini belum pernah ada pendidikan kejuruan di bidang anak

maupun pemberian pengetahuan hukum acara pidana anak sebagaimana

yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak.

Pendidikan kejuruan yang diberikan kepada penyidik/penyidik

pembantu khususnya di bidang anak diharapkan dapat diterapkan oleh

penyidik anak dalam melakukan penyidikan anak secara baik dan benar

tanpa ada lagi pelanggaran terhadap anak. Dengan demikian, pendidikan

kejuruan khusus anak diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

Page 111: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

penyidik/penyidik pembantu pidana anak dalam melaksanakan penyidikan

tindak pidana anak.

Jumlah penyidik/penyidik pembantu anak juga turut mempengaruhi

tindakan dan perilaku penyidik/penyidik pembantu dalam penyidikan tindak

pidana anak. Dengan jumlah penyidik/penyidik pembantu yang cukup

diharapkan dapat memberikan pelayanan, pengayoman dan perlindungan

terhadap masyarakat dengan cepat dan baik sebagaimana yang diharapkan

masyarakat.

Adanya tindakan diskresi sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 5

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dimana bila

anak belum berusia 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana maka

anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan. Bila menurut pemeriksaan

penyidik anak berpendapat bahwa anak tersebut masih dapat dibina oleh

orang tuanya maka penyidik anak akan menyerahkan anak tersebut kepada

orang tuanya. Begitu juga misalnya jika hasil dari pemeriksaan bahwa anak

tersebut tidak dapat dibina lagi maka penyidik anak akan menyerahkan

kepada negara setelah mendengar pertimbangan dan saran dari pembimbing

kemasyarakatan.

Pemberian motivasi kepada penyidik/penyidik pembantu anak turut

mempengaruhi tindakan dan perilaku penyidik/penyidik pembantu tersebut

dalam penyidikan tindak pidana anak. Pemberian motivasi kerja kepada para

penyidik/penyidik pembantu banyak ditentukan oleh peranan pimpinan.

Dalam hal memberi motivasi, seorang pemimpin tidak hanya semata-mata

memacu dan memberikan semangat semata tetapi dari sisi lain juga harus

diperhatikan tentang kebutuhan dan kehidupan pribadi para personilnya. Hal

Page 112: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

ini merupakan suatu terobosan agar, permasalahan yang ada pada diri

penyidik/penyidik pembantu tidak larut dalam penyidikan tindak pidana anak.

Faktor mental penyidik/penyidik pembantu juga ikut mempengaruhi

tindakan dan perilaku penyidik/penyidik pembantu anak dalam proses

penyidikan tindak pidana anak. Mental penyidik/penyidik pembantu anak yang

tangguh memegang peranan penting dalam proses penyidikan tindak pidana

anak. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya dapat diatasi tanpa

didukung dengan mental yang tangguh terdapat kecenderungan akan terjadi

tindakan-tindakan atau perilaku yang menyimpang. Hal ini dapat diyakini

karena seorang penyidik/penyidik pembantu bukanlah benda mati yang hidup

yang setiap hari dapat berubah dan terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang

dihadapinya, khususnya dalam pemenuhan kebutuhannya.

Selain itu faktor ekonomi penyidik/penyidik pembantu anak juga sangat

mempengaruhi jalannya setiap proses penyidikan yang dilakukan oleh

penyidik anak. Bilamana situasi ekonomi di rumah dalam keadaan tenang dan

masih dapat diatasi maka tindakan penyidik anak biasanya masih dapat

dikendalikan. Selain itu tindakan yang dilakukan penyidik diharapkan juga

tidak dapat melukai perasaan apalagi melakukan tindakan yang bersifat

melawan hukum.

Jaksa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem peradilan

pidana anak dan memegang peranan yang sangat strategis karena memiliki

tugas dan kewenangan sejak awal proses peradilan sampai pada penjatuhan

sanksi pidana dalam peradilan anak. Lingkup pekerjaan yang diemban oleh

institusi kejaksaan adalah mulai dari proses awal peradilan pidana anak

hingga proses akhir peradilan yaitu penjatuhan sanksi atas tindak pidana

Page 113: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

yang dilakukan oleh anak. Oleh karena tugas dan kewenangan jaksa yang

dimaksud maka dalam upaya perlindungan anak berdasarkan UU Pengadilan

Anak dan UU Perlindungan Anak dapat dilakukan oleh jaksa, walaupun jaksa

dalam melaksanakan kewenangannya akan bersinggungan dengan tugas

dan kewenangan instansi lain yaitu hakim di pengadilan. Mengingat tugas dan

kewenangan jaksa yang meliputi setiap proses dalam peradilan anak, maka

jaksa seharusnya memegang peranan dalam upaya perlindungan di peradilan

anak sesuai dengan tuntunan UU Perlindungan Anak. Dalam proses

penuntutan, upaya perlindungan terhadap hak-hak tersangka atau terdakwa

dapat dilakukan oleh jaksa, walaupun jaksa memiliki tugas untuk melindungi

hak-hak individu yang menderita kerugian atas tindak pidana yang dilakukan

oleh anak tetapi jaksa juga dalam kapasitas sebagai aparat penegak hukum

yang diberi tugas dan wewenang oleh negara untuk menegakkan hukum

demi keadilan, harus melindungi kepentingan masyarakat secara luas

termasuk terpidana anak.

Untuk dapat menangani suatu perkara tindak pidana anak, maka

seorang jaksa haruslah telah berpengalaman menangani tindak pidana yang

dilakukan oleh orang dewasa dan mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan

memahami masalah anak sebagaimana yang disebutkan dalam UU

Pengadilan Anak.

Hasil penelitian di Kejaksaan Negeri Bone, menunjukkan bahwa dalam

menangani perkara pidana anak, peranan jaksa dalam hal perlindungan anak

pada tahap penuntutan dapat dikatakan tidak berfungsi sebagaimana yang

diharapkan menurut ketentuan UU Perlindungan Anak karena semua kasus

yang diajukan oleh jaksa penuntut umum dalam menuntut anak di Pengadilan

Page 114: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Negeri Bone cenderung menuntut anak dengan pidana penjara. Sikap dan

pandangan jaksa untuk tetap memilih jenis sanksi pidana penjara

menunjukkan bahwa jaksa tidak mencerminkan perlindungan hukum terhadap

anak yang terlibat perkara pidana.

Sistem pemeriksaan pada peradilan anak. Pemeriksaan anak nakal di

sidang anak yang tidak berbeda dengan pemeriksaan perkara orang dewasa

telah menempatkan anak sebagai obyek pemeriksaan karena anak diletakkan

di tengah yang menjadi pusat perhatian. Pemeriksaan anak yang ada mau

tidak mau telah menempatkan anak nakal berhadap-hadapan langsung

dengan para saksi. Anak dikonfrontir langsung dengan para saksi, padahal

saksi kebanyakan yang lebih dominan terdiri dari orang dewasa. Hal ini

tentunya mengakibatkan anak nakal akan berada dalam tekanan tersendiri

sehingga tidak mendapat perlindungan dari sistem pemeriksaan yang ada.

Dalam rangka penjatuhan sanksi dalam suatu proses peradilan pidana,

hakim mengalami masalah yang berkaitan dengan prosedur pelaksanaan

sidang. Dalam pelaksanaan sidang, prosedur persidangan menjadi suatu hal

yang harus dilakukan dan tidak dapat dikesampingkan meskipun hal tersebut

sebagai upaya melakukan tindakan terbaik untuk anak nakal. Hal ini

mengandung arti bahwa dalam hal penjatuhan sanksi, hakim dapat

melakukan suatu kesalahan namun akan tidak dapat dimaafkan jika hakim

meninggalkan prosedur persidangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bintang AL. SH., MH. hakim

anak pada Pengadilan Negeri Watampone (wawancara tanggal 26 Maret

2013) bahwa :

Dalam menjatuhkan sanksi, hakim mempertimbangkan jenis tindak pidana yang dilakukan anak, hal-hal yang memberatkan dan

Page 115: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

meringankan di samping melihat hasil penelitian masyarakat, penjatuhan sanksi penjara menurut saya tidak bertentangan dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak, alasannya prinsip kepentingan terbaik bagi anak tidak dapat diartikan membebaskan anak dari tanggung jawabnya, karena sanksi penjara dapat memberi efek jera agar anak tidak lagi mengulangi perbuatannya, terutama bagi anak yang hampir mencapai umur 18 tahun yang akibatnya membahayakan atau sangat merugikan korban. Bagi anak yang dijatuhi sanksi pidana kurang dari 6 (enam) bulan, menurut saya manfaatnya untuk memberikan efek jera dan rasa keadilan bagi korban. Dalam hal pemahaman hakim terhadap anak turut menjadi suatu

kendala. Hal ini dikarenakan jika hakim anak tidak memahami kondisi anak

dalam perspektif perlindungan anak dan kesejahteraan anak serta pengadilan

anak maka hakim akan terjebak penerapan yang sama sistem peradilan

pidana anak seperti peradilan pidana untuk orang dewasa.

Lebih lanjut dikatakan oleh Bintang AL. SH., MH. (hakim anak pada

Pengadilan Negeri Watampone, wawancara tanggal 25 Maret 2013) bahwa :

Mengenai alternatif sanksi berupa sanksi tindakan bagi anak yang dijatuhi pidana kurang dari 6 (enam) bulan, hakim menyatakan dimungkinkan dijatuhkan sanksi tindakan, tetapi hanya diberikan pada anak yang akibat perbuatannya tidak berbahaya, tidak sangat merugikan korban dan anak tersebut berusia di bawah 15 tahun. Ada kesulitan yang dihadapi hakim bila menjatuhkan sanksi tindakan yakni orang tua anak yang melakukan tindak pidana keberatan, jika anaknya diserahkan ke negara atau ditempatkan di Dinas Sosial. Penegakan hukum yang benar dan adil harus bertitik tolak dari postulat

peradaban, kemasyarakatan, kepatutan. Hanya penegakan hukum yang

mengandung nilai-nilai peradaban dan kemanusiaan dan kepatutan yang

dapat mencapai kebenaran dan keadilan. Setiap penegakan hukum bertitik

tolak dari nilai-nilai peradaban, kemanusiaan, dan kepatutan, mendekati

kebenaran dan keadilan. Penegakan hukum bukan semata-mata

menegakkan peraturan perundang-undangan dan hukum saja, tetapi harus

ditujukan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, hal ini dilatarbelakangi

bahwa sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai peradaban dan kemanusiaan

Page 116: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dan kepatutan, pasti mengandung nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dimana

keadilan yang hakiki ialah nilai-nilai yang sesuai dengan kemanusiaan,

peradaban dan kepatutan. Setiap nilai kemanusiaan, peradaban dan

kepatutan yang sesuai dengan keadaan tempat, lingkungan dan waktu

dimana masyarakat yang bersangkutan hidup dalam hal ini di Kabupaten

Bone, oleh anggota masyarakat dirasakan benar-benar tepat dan adil.

3. Faktor sarana dan prasarana

Para penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi

berbagai sarana dan fasilitas berupa penyediaan fasilitas-fasilitas untuk

mendukung pelaksanaan tugasnya. Fasilitas yang disediakan antara lain

berupa peraturan perundang-undangan, petunjuk lapangan, petunjuk teknis

maupun peralatan dan perlengkapan (alat komunikasi, alat khusus,

kendaraan bermotor) dan lain sebagainya. Demikian halnya dengan jumlah

anggaran organisasi dan personil meskipun dengan jumlah yang terbatas.

Bermanfaatnya fasilitas yang telah tersedia senantiasa tergantung

pada pemakaiannya, apabila pemakai tidak memberikan fasilitas maka akan

mungkin terjadi hambatan dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam hal ini ada

dua hal yang perlu mendapatkan perhatian yakni keperluan atau kebutuhan

yang bertitik tolak pada segi individual dan adanya kekurangan-kekurangan

yang bertolak pada segi sistemnya.

Suatu organisasi tanpa didukung dengan penyediaan sarana dan

prasarana penyidikan yang memadai maka pelaksanaannya tidak akan

berjalan dengan baik. Demikian pula dengan jumlah dan kondisi serta fasilitas

yang ada.

Page 117: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Kondisi sarana dan fasilitas yang diberikan oleh dinas pada saat ini

sangat terbatas atau kurang memadai kalaupun ada kondisinya sudah tidak

layak. Hal inilah yang turut membuat proses hukum terhadap anak akan

semakin lama dan dikhawatirkan akan dapat membuat mental anak sendiri

menjadi turun.

Hal ini diakui oleh Kanit PPA Polres Bone AIPTU Alimuddin

(wawancara tanggal 25 Maret 2013) menyatakan bahwa :

Sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Bone belum mendukung terciptanya perlindungan hukum terhadap anak misalnya, belum terdapatnya lembaga pemasyarakatan anak, ruangan khusus penyidikan anak, namun proses penanganan anak yang berhadapan dengan hukum harus tetap dilanjutkan guna penegakan hukum. Dalam proses hukum acara pidana anak sangat diperlukan dana dan

anggaran. Hal ini tidak menutup kemungkinan terhadap proses acara pidana

anak karena tanpa adanya dana maka akan sulit ditentukan apakah proses

tersebut akan selesai dengan cepat dan tuntas. Selain itu, tanpa adanya dana

dan anggaran akan membuka peluang bagi para penegak hukum melakukan

perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari aturan-aturan hukum yang

seharusnya ditegakkan.

Dalam penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa negara Indonesia

berdasarkan atas hukum (rechstaat) tidak berdasar pada kekuasaan semata

(machtstaat). Pernyataan tersebut bukan dimaksudkan sebagai sekedar

sebuah slogan tertulis belaka tetapi merupakan suatu kebulatan tekad bangsa

yang harus diwujudkan menjadi kenyataan.

Rendahnya kesadaran hukum bukan hanya ada pada masyarakat,

akan tetapi juga kesadaran hukum para aparat/penguasa. Hal ini ditandai

dengan masih banyaknya aparat penegak hukum yang belum menguasai

Page 118: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya hukum acara pidana

anak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengadilan Anak.

Dengan demikian masih ditemukan tindakan penganiayaan dan

penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh para penegak hukum

khusus dalam proses penyidikan anak. Kanit PPA Polres Bone AIPTU

Alimuddin (wawancara tanggal 25 Maret 2013) menyatakan bahwa :

Membudayakan kesadaran hukum sebaiknya dilakukan dengan moral dan etika yang tinggi serta tenggang rasa yang mendalam sehingga tujuan penyuluhan hukum dapat mencapai kadar kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat. Terciptanya kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat apabila

setiap anggota masyarakat menyadari dan menghayati hak dan kewajiban

sebagai warga negara. Adanya kesadaran hukum yang tinggi di dalam

masyarakat dan pada aparat penegak hukum itu sendiri diharapkan tindak

pidana anak yang sebenarnya tidak boleh terjadi. Bilamana masing-masing

orang tua, wali atau orang tua asuh peduli terhadap perkembangan mental,

fisik dan sosial si anak sehingga anak tidak melakukan perbuatan tercela.

Apalagi perbuatan yang dapat merendahkan martabat bangsa Indonesia.

Salah satu tujuan dari hukum adalah menertibkan masyarakat dan

mencapai ketentraman. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu

masyarakat dapat mempengaruhi upaya penegakan hukum tersebut.

Perkembangan dunia yang begitu cepat dalam era globalisasi serta

persaingan dan tantangan antar bangsa demikian ketatnya sehingga

peningkatan sumber daya manusia perlu ditingkatkan seoptimal mungkin.

Salah satu peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten

Bone adalah dengan pendidikan/penyuluhan mengenai hukum yang berlaku

di Kabupaten Bone. Pembangunan sumber daya manusia dimaksud, yaitu

Page 119: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

pembangunan kesadaran hukum masyarakat Indonesia agar menjadi

manusia sadar dan taat hukum. Secara hukum tingkat pendidikan dan

kesadaran hukum masyarakat Kabupaten Bone tanpa membedakan pria dan

wanita. Oleh karena itu, penyuluhan hukum perlu dilaksanakan secara

berkesinambungan dan terpadu baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Penyuluhan hukum mempunyai arti yang sangat penting terutama

dalam suatu masyarakat yang sedang membangun. Bila kita melihat kepada

tindak pidana yang dilakukan oleh anak secara brutal, sadis dalam tawuran

maupun pemerkosaan serta penggunaan narkotika hal ini menunjukkan akan

rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki oleh masyarakat, khususnya

pengawasan dari pihak orang tua atau wali.

4. Faktor budaya hukum

Faktor kebudayaan juga turut mempengaruhi tindakan dan perilaku

penyidik/penyidik pembantu anak dalam penyidikan tindak pidana anak.

Kultur bangsa Indonesia khususnya masyarakat Kabupaten Bone adalah

saling memaafkan dan selalu berusaha kembali pada keadaan keseimbangan

apabila ada goncangan terhadap hal-hal yang mengganggu adanya

keseimbangan. Tanpa terkecuali atas adanya suatu perbuatan pidana

maupun perbuatan yang dilarang untuk anak yang telah dilakukan anak yang

berhadapan dengan hukum.

Budaya ini harus dikembangkan dalam berhukum, untuk itu tindakan

penegak hukum mengatasi permasalahan dalam rangka pelaksanaan hukum

acara pidana terhadap anak yang berhadapan dengan hukum harus juga

mencerminkan budaya ini. Hakim harus mendorong agar baik korban,

Page 120: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

terdakwa maupun masyarakat menyelesaikan kasus anak sesuai dengan

kultur yang berlaku di Kabupaten Bone.

Budaya saling memaafkan dan selalu kembali kepada keseimbangan

akan mengurangi bahkan menghilangkan stigmatisasi terhadap anak. Lebih

lanjut anak yang berhadapan dengan hukum akan dipandang sebagai bagian

yang merupakan pribadi dalam masyarakat yang perlu mendapat

pengayoman. Jika demikian peran penegak hukum di sini diharapkan

sebagai jembatan/mediator dalam suatu hukum acara pidana anak. Hal ini

dimaksudkan agar antara korban, pelaku dan masyarakat sama-sama

mendapatkan manfaat dan keadilan.

Kultur kebersamaan antar para penegak hukum, memiliki suatu

persepsi yang sama dalam memandang anak sebagai suatu pelaku sekaligus

korban juga perlu dikembangkan. Hal ini diharapkan akan menciptakan

persepsi yang sama bahwa anak yang berhadapan dengan hukum tidak

selamanya anak nakal namun dapat pula anak tersebut merupakan korban

dari lingkungan yang perlu untuk dilindungi demi kepentingan bangsa dan

negara.

Terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh anak di Kabupaten

Bone, maka dalam orientasi tersebut yaitu apabila suatu tatanan hukum

khususnya mengenai pengadilan anak apabila dikaji dalam konsep fakta yang

ada serta dianggap kurang atau tidak memiliki tujuan baik secara universal

(internasional) dan nasional maka pada hakekatnya diperlukan suatu

pemikiran atau konsep bersifat progresif sehingga penanganan terhadap

anak yang bermasalah dengan hukum khususnya terkait dengan proses

peradilan pidana yang dilaluinya sehingga diharapkan sesuai dengan

Page 121: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

instrumen internasional dan nasional mengenai konsep perlindungan anak

sehingga tidak akan menimbulkan kerugian fisik ataupun mental bagi pelaku

anak yang bermasalah dengan hukum.

Pengadilan anak dimaksudkan untuk menanggulangi keadaan yang

kurang menguntungkan bagi anak-anak, dan dalam pelaksanaan proses

peradilan pidana anak tidak boleh diperlakukan sama seperti orang dewasa.

Di Kabupaten Bone dalam rangka mewujudkan suatu peradilan yang benar-

benar memperhatikan kepentingan anak perlu diwujudkan peradilan yang

terbatas bagi anak untuk menjamin kepentingan anak melalui Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Anak sebagai individu yang belum dewasa perlu mendapatkan

perlindungan hukum atau yuridis (legal protection) agar terjamin

kepentingannya sebagai anggota masyarakat. Masalah penegakan hak-hak

anak dan hukum anak, pada dasarnya sama dengan masalah penegakan

hukum secara keseluruhan.

Menurut Bintang AL. SH., MH. (hakim anak pada Pengadilan Negeri

Watampone, tanggal 25 Maret 2013) bahwa :

Budaya hukum masyarakat, yakni struktur sosial dan pandangan kultural masyarakat yang berlangsung dan diyakini masyarakat dalam menegakkan hukum sebagai sebuah pedoman tingkah laku sehari-hari. Masalah budaya hukum merupakan masalah penting dalam menegakkan hukum terhadap anak di Kabupaten Bone, yang menyangkut keyakinan hakim dan masyarakat pada hukum. Masyarakat Bone adalah masyarakat yang masih memegang teguh budaya Bugis, sehingga dalam kehidupan sosialnya juga dipengaruhi oleh budaya Bugis termasuk juga bagaimana penerapan hukumnya banyak dipengaruhi oleh budaya Bugis yang dianut sampai sekarang, karena dianggap masih sesuai dengan kondisi dan rasa keadilan masyarakat. Pola-pola tindakan dan perilaku penyidik/penyidik pembantu anak

merupakan suatu cara untuk dapat melakukan penyidikan tindak pidana

Page 122: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yang menjadi landasan

terbentuknya kebudayaan dalam pendidikan tindak pidana. Teknik dan taktik

penyidikan tindak pidana sudah merupakan budaya yang berlaku dalam

setiap penyidikan baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.

Penyidikan dengan menggunakan cara-cara negatif berupa tindakan

kekerasan dilakukan dalam penyidikan khususnya dalam tahap

penangkapan, penahanan dan pemeriksaan. Tindakan kekerasan yang

dilakukan terhadap tersangka anak kelihatannya sudah menjadi budaya bagi

penyidik/penyidik pembantu yang berkeinginan menghalalkan segala cara

untuk menyelesaikan penyelidikan suatu perkara.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap tindakan dan

perilaku penyidik/penyidik pembantu anak di Polres Bone, budaya kekerasan

dalam penyidikan anak tidak pernah dilakukan oleh penyidik/penyidik

pembantu. Hal ini dilakukan dalam rangka melakukan suatu amanat yang

tercantum dalam perundang-undangan yang berlaku misalnya undang-

undang perlindungan anak, undang-undang kesejahteraan anak, hak asasi

manusia dan lain sebagainya. Namun tindakan ini juga harus tetap

memperhatikan hukum acara pidana dan tujuan penyidikan.

Dalam melakukan proses pemeriksaan tindak pidana penyidik/penyidik

pembantu anak tidak dapat melakukan tindakan semena-mena dan menurut

kemauannya sendiri tetapi harus berdasarkan pada norma-norma maupun

peraturan-peraturan yang telah ditentukan.

Prosedur pemeriksaan dalam proses penyidikan tindak pidana di

Kabupaten Bone telah ditentukan berdasarkan hukum acara pidana yang

ditetapkan didalam KUHAP sebagai hukum formalnya sedangkan hukum

Page 123: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

materiilnya mengacu pada Undang-Undang Pengadilan Anak. Selain

berpedoman pada hal tersebut di atas, para penegak hukum juga

berpedoman pada norma-norma tertulis yang berlaku dalam masyarakat

maupun kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan penegak hukum.

Hal yang paling perlu mendapat pengawasan dan pengendalian dari

pimpinan adalah erat kaitannya dengan target waktu penyelesaian berkas

perkara dan kewenangan penyidik untuk menahan tersangka anak yang telah

diatur dalam Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak yang menegaskan bahwa penyidik anak dapat menahan

paling lama 20 hari. Jangka waktu penahanan tersebut sama dengan yang

ditetapkan dalam hukum acara pidana (KUHAP) dan apabila pemeriksaan

belum selesai penyidik anak dapat meminta perpanjangan penahanan

kepada penuntut umum untuk paling lama 10 hari. Jumlah hari perpanjangan

itu lebih sedikit dibanding Pasal 24 ayat (2) KUHAP yang menetapkan selama

40 hari.

Bilamana terjadi suatu tindak pidana maka pengawasan secara

internal secara langsung dilakukan oleh atasan penyidik. Sedangkan kendali

pengawasan setiap proses penyidikan tindak pidana berada pada Kepala Unit

Reskrim dan Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh

keterangan dari Kanit PPA Polres Bone AIPTU Alimuddin (wawancara

tanggal 25 Maret 2013) terutama terkait dengan penahanan tersangka anak

adalah sebagai berikut :

Pengawasan penyidikan tindak pidana anak dengan tindak pidana lainnya pada dasarnya sama. Namun dalam tindak pidana anak maka pengawasannya harus lebih diperhatikan terutama masalah penahanan. Tindakan-tindakan yang saya lakukan adalah di saat akan

Page 124: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

dilakukan penyidikan maka saya selalu menekankan kepada penyidik/penyidik pembantu tentang lamanya penahanan dan jangan sampai melewati batas waktu yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Pengadilan Anak. Selanjutnya melakukan pengecekan tahanan melalui buku kontrol tahanan termasuk perkembangan hasil penyidikan dengan membuat laporan dan atau nota dinas. Dengan demikian, bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Kanit PPA

terhadap penyidikan kasus anak yaitu lebih menekankan kepada

penyidik/penyidik pembantu tentang batas waktu penahanan terhadap anak,

dengan cara melakukan pengecekan tahanan melalui buku kontrol tahanan.

Selain itu, adanya kewajiban bagi penyidik/penyidik pembantu untuk

melaporkan setiap perkembangan hasil penyidikan kasus yang ditanganinya.

Selain itu, salah satu upaya pimpinan dalam rangka melaksanakan

fungsi pengawasan terhadap proses penyidikan tindak pidana anak yaitu

dengan cara mengeluarkan suatu kebijakan dengan memberikan target waktu

penyelesaian penyidikan untuk kasus berat paling lama 14 (empat belas) hari

sedangkan kasus ringan maksimal 7 (tujuh) hari sudah harus dikirim ke

Penuntut Umum.

Kebijakan tersebut didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang

dapat dijadikan pedoman dalam proses penyidikan tindak pidana dan

dianggap efektif untuk melaksanakan pengawasan. Kebijaksanaan tersebut

selain dapat meningkatkan penyelesaian perkara pidana, tetapi juga

merupakan beban bagi penyidik pembantu untuk mencapai target waktu

penyelesaian perkara pidana yang ditangani. Karena dalam penyelesaian

perkara pidana tersebut, penyidik/penyidik pembantu dihadapkan pada

kendala-kendala baik dari kemampuan sumber daya manusia, mengenai

taktik dan teknis penyidikan maupun dukungan sarana dan prasarana seperti

yang telah dijelaskan di atas.

Page 125: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Manifestasi bentuk pengawasan dalam proses pemeriksaan tersangka

dan saksi tahap penyidikan bahwa pemeriksaan tersangka atau saksi hanya

dapat dilakukan oleh penyidik/penyidik pembantu atas perintah atasan

penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) poin g dan Pasal 8 ayat

(1) dengan tetap memperhatikan dan berpedoman pada asas-asas yang

dilakukan dalam KUHAP.

Dalam mengatasi permasalahan terhadap penerapan hukum acara pidana

terhadap anak di Kabupaten Bone di masa yang akan datang, maka perlu

adanya perhatian sebagai berikut :

1. Substansi Undang Undang tentang Pengadilan Anak diformulasikan dengan

memandang anak tidak hanya sebagai pelaku akan tetapi juga sebagai

korban.

2. Adanya diversi dan diskresi

3. Memandang bahwa peradilan anak digunakan sebagai sarana pemulihan

antara pelaku, korban dan masyarakat. Sehingga hal ini akan menekankan

bahwa peradilan restoratif digunakan sebagai sarana peradilan bagi anak.

4. Sinkronisasi antara penegak hukum terutama antara hakim dan jaksa

merupakan suatu hal yang penting sehingga hakim dan jaksa memiliki

pandangan yang sama mengenai penjatuhan sanksi pidana terhadap anak

pelaku tindak pidana. Dalam rangka penjatuhan sanksi pidana, hakim dan

jaksa diperlukan kesamaan pemikiran bahwa dalam menjatuhkan sanksi pada

anak nakal bukan sebagai upaya menghukum tetapi digunakan sebagai

sarana pemulihan (restorative) antara pelaku, korban dan masyarakat.

5. Kultur budaya hukum masyarakat Bugis Bone yang kental dengan budaya

saling memaafkan, menghargai dan menghormati dapat dijadikan sebagai

Page 126: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

suatu sarana bagi para penegak hukum dalam mengatasi permasalahan

dalam penerapan hukum acara pidana anak. Hal ini diupayakan agar terbina

suatu keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat terutama dalam kaitan

dengan penanganan perkara anak.

Page 127: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Penerapan hukum acara pengadilan anak terhadap anak sebagai pelaku

tindak pidana di Kabupaten Bone belum dapat terlaksana dengan baik. Hal ini

dikarenakan penanganan anak yang berhadapan dengan hukum di

Kabupaten Bone belum memahami apa yang menjadi tujuan dan dasar

pemikiran proses hukum acara pidana anak yang prioritas utamanya

kesejahteraan anak. Sasaran utama dalam tujuan ini merupakan fokus utama

dalam sistem hukum yang menangani pelanggaran anak khususnya dalam

sistem hukum yang mengikuti model peradilan pidana harus lebih

menekankan atau mengutamakan kesejahteraan anak. Prinsip

proporsionalitas dimana dalam hal ini merupakan alat untuk mengekang

sanksi yang lebih menghukum dalam arti hanya membalas semata-mata.

Bertolak dari aturan tersebut apabila dasar pemikiran dan tujuan peradilan

anak difokuskan pada kesejahteraan anak maka berpijak kepada Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, proses peradilan

anak juga haruslah dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak

secara wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial sehingga dari

pendekatan yang berorientasi pada kesejahteraan atau kepentingan anak

diperlukan pula pendekatan secara khusus dalam proses penanganan anak

Page 128: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

yang bermasalah dengan hukum. Hal ini berarti bahwa diperlukan adanya

perhatian khusus, pertimbangan khusus, pelayanan khusus, dan perlakuan

khusus dalam penanganan anak yang bermasalah dengan hukum tersebut.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hukum acara pidana terhadap

anak pelaku tindak pidana di Kabupaten Bone adalah lemahnya substansi

hukum, kurangnya pengetahuan aparat penegak hukum di bidang peradilan

anak, masih terbatasnya sarana dan prasarana pembinaan anak serta

budaya hukum masyarakat.

B. Saran

1. Diharapkan dalam menyelesaikan perkara pidana yang dilakukan oleh anak

sebaiknya hakim dapat lebih memperhatikan dan mengedepankan prinsip

perlindungan hukum terhadap anak, oleh karena itu dalam rangka menunjang

kinerjanya maka diharapkan agar meningkatkan pengembangan profesional,

meningkatkan perbaikan penampilan, meningkatkan perbaikan perilaku dan

mengembangkan karir.

2. Diharapkan kepada semua pihak dalam sistem peradilan pidana anak untuk

menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan sehingga dapat

menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan

diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar.

Pada akhirnya, proses ini harus bertujuan pada terciptanya keadilan

restorative bagi anak.

Page 129: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam. 2007. Hukum Perlindungan Anak. Jakarta, Restu Agung.

Achmad Ali. 1998. Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum. Yasrif Watampone,

Jakarta. Agung Wahyono & Ny. Siti Rahayu. 1993. Tinjauan tentang Peradilan Anak di

Indonesia. Jakarta, Sinar Grafika.

Arif Gosita. 1989. Masalah Perlindungan Anak. Jakarta, Akademi Pressindo,

Jakarta.

A. Syamsudin Meliala dan E.Sumaryono. 1985. Kejahatan Anak Suatu Tinjauan dari Psikologis dan Hukum. Yogyakarta, Liberty.

Anonim. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka. Bagir Manan. 2008. Restorative Justice (Suatu Perkenalan) dalam Refleksi

Dinamika Hukum Rangkaian Pemikiran dalam dekade Terakhir. Jakarta,

Perum Percetakan Negara RI.

Barda Nawawi Arief. 2006. Kapita Selekta Hukum Pidana tentang Sistem Peradilan Pidana Terpadu. Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Bimo Wologito. 1978. Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency). Yogyakarta,

Fakultas Psikologi UGM. Chairul Huda. 2006. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan. Kencana Prenada Media.

Harkristuti Harkrisnowo. 2002. Tantangan dan Agenda Hak-Hak Anak. Jakarta,

Newsletter Komisi Hukum Nasional. Edisi Februari.

Irma Setyowati Soemitro. 1990. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Jakarta, Bumi

Aksara.

Kartini Kartono. 1992. Pathologi Sosial, Kenakalan Remaja. Jakarta, Rajawali Pers.

Lawrence Friedman. 2009. Sistem Hukum (Perspektif Ilmu Sosial). Penerjemah M.

Khozim. Nusa Media Bandung.

Leden Marpaung. 2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Sinar Grafika, Jakarta.

Lilik Mulyadi. 2005. Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktik dan Permasalahannya. Bandung, Mandar Maju.

Maidin Gultom. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia. Bandung, PT Refika Aditama.

Mardjono Reksodiputro. 1997. Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana (Pusat Pelayanan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia). Jakarta.

Page 130: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

Maulana Hassan Wadong. 2000. Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak. Jakarta, Grasindo.

Moh. Joni dan Zulchaini Z. Tanamas. 1999. Aspek Hukum Perlindungan Anak.

Bandung, PT Citra Aditya Bakti.

O.C. Kaligis. 2006. Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana. Bandung, PT. Alumni.

Paulus Hadisuprapto. 2008. Delinkuensi Anak, Pemahaman dan Penanggulangannya. Malang, Bayumedia Publishing.

Purnianti, Mamik Sri Supatmi, dan Ni Made Martini Tinduk. 2003. Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice System) di Indonesia,

UNICEF, Indonesia.

Romli Atmasasmita. 1983. Problem Kenakalan Anak-anak Remaja. Bandung,

Armico.

. 1996. Sistem Peradilan Pidana. Bandung, Bina Cipta.

, 2010. Sistem Peradilan Pidana Kontemporer. Bandung, Bina

Cipta.

Satjipto Rahardjo. 2006. Membedah Hukum Progresif. Penerbit Kompas, Jakarta,

Shanty Dellyana. 1988. Wanita dan Anak di Mata Hukum. Yogyakarta, Liberty.

Soedirdjo. 1985. Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana. Jakarta, Akademika

Presindo.

Soerjono Soekanto. 1982. Sebab Musabab dan Pemecahannya Remaja dan Masalahnya. Yogyakarta, Kanisius.

Subur Tjahjono. 2011. Identifikasi Hukum Progresif Di Indonesia. Serial Online Juli

30, 2011, availaible from : URL: http://www.scribd.com/doc/21741046/Identifikasi-Hukum-Progresif Di Indonesia

Sudarsono. 1991. Kenakalan Remaja. Jakarta, Rineka Cipta.

Sudarto. 1981. Pengertian dan Ruang Lingkup Peradilan Anak. Bandung, Bina

Cipta.

Syahmin, AK. 1999. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Jakarta, Sinar Grafika.

Wagiati Soetodjo. 2006. Hukum Pidana Anak. Bandung, PT Refika Aditama,

W.La Patra, 1978, Analyzing of Criminal Justice System,Lexington Books, hal.9935

Y. Bambang Mulyono. 1984. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta, Kanisius.

Sumber lain :

Page 131: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons

www.kpai.go.id

www.antara.co.id/arc/2011/17

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

Keppres Nomor 36 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak.

Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar HAM

Surat Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Menteri Sosial Republik Indonesia, dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor : 166 A/KMA/SKB/XII/2009, Nomor : 148 A/A/JA/12/2009, Nomor : B/45/XII/2009, Nomor : M.HH-08 HM.03.02 Tahun 2009, Nomor : 10/PRS-2/KPTS/2009, Nomor : 02/Men.PP dan PA/XII/2009 tentang Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum.

Putusan Mahkamah Konstitusi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Nomor 1/PUU-VIII/2010.

TR Kabareskrim No. 1124/XI/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Bagi Kepolisian

Page 132: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons
Page 133: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons
Page 134: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons
Page 135: TESIS PENERAPAN HUKUM ACARA PENGADILAN ANAK ANDI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 4. · Deklarasi Hak-Hak Anak : “…the child, by reasons