tesis manajemen guru model guardian angel
TRANSCRIPT
1
TESIS
MANAJEMEN GURU MODEL GUARDIAN ANGEL
MENURUT MUNIF CHATIB
Disusun Oleh :
NI’MATUL KHASANAH
NIM 12234019
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM ( MPI )
SEKOLAH PASCA SARJANA STAIN PURWOKERTO
2014
2
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 13
F. Metode Penelitian .................................................................................... 15
G. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 17
BAB II ............................................................................................................... 19
MANAJEMEN SUMBER DAYA PENDIDIKAN .............................................. 19
A. Manajemen Sumber Daya Pendidikan ....................................................... 19
B. Manajemen Guru ..................................................................................... 22
C. Model Manajemen Sumber Daya Manusia Guru ........................................ 32
D. Peran Otak dan Hati dalam Proses Manajemen Guru .................................. 41
E. Motivasi, Kompetensi Guru dan Manajemen Waktu ................................... 49
BAB III.............................................................................................................. 58
BIOGRAFI MUNIF CHATIB ............................................................................ 58
A. Latar Belakang Sosial Kultural.................................................................. 58
B. Latar Belakang Pendidikan ...................................................................... 62
C. Karier di Dunia Pendidikan ...................................................................... 62
D. Karya-Karya Munif Chatib ....................................................................... 64
1. Sekolahnya Manusia ............................................................................. 66
2. Gurunya Manusia ................................................................................. 66
3. Orang Tuanya Manusia......................................................................... 67
4. Sekolah Anak-Anak Juara ..................................................................... 67
5. Kelasnya Manusia ................................................................................ 67
E. Konsep dan Filosofi Manajemen Guru Model GA ...................................... 68
3
BAB IV ............................................................................................................. 79
IMPLEMENTASI MANAJEMEN GURU .......................................................... 79
MODEL GUARDIAN ANGEL .......................................................................... 79
A. Deskripsi Pemberdayaan Guru .................................................................. 79
1. Lesson Plan sebagai Media Belajar Guru ................................................... 86
2. Pelatihan dalam Pengembangan Kompetensi Guru ..................................... 87
3. Manajemen Keikhlasan dalam Ketenagaan ................................................ 89
4. Manajemen Waktu Guru........................................................................... 90
5. Komitmen terhadap Peran Guru ................................................................ 93
6. Manajemen Kompetensi Guru................................................................... 94
1. Komitmen Dan Perubahan Paradigma ...................................................... 98
2. Hak Dan Kewajiban Guru ...................................................................... 103
3. Mengajar Dengan Hati........................................................................... 107
4. Guardian Angel Sang Malaikat Penyelamat............................................. 110
BAB V ............................................................................................................. 117
KESIMPULAN ................................................................................................ 117
A. Kesimpulan ........................................................................................... 117
B. Rekomendasi ......................................................................................... 118
C. Penutup ................................................................................................. 121
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional yang bertujuan untuk mencetak sumber daya
manusia menjadi manusia yang mulia memerlukan guru yang berkualitas.
Pendidikan berkualitas akan mampu memberikan pelayanan yang
menyenangkan terhadap peserta didik. Pengalaman belajar dan berinteraksi
dengan semua elemen di lingkungan lembaga pendidikan menjadikan
pengalaman yang sangat berarti bagi peserta didik. Pendidikan yang
berkualitas adalah pendidikan yang tidak hanya mengejar nilai, sehingga guru
pun akan terhindar dari belenggu sistem pendidikan yang menjadikan guru
mandeg.
Mulyasa mengutip pernyataan Syaodih menyatakan bahwa guru
memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum, mulai dari
perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Guru dianggap sebagai
pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.1 Guru menjadi kunci
kesuksesan kurikulum untuk mensukseskan tujuan pendidikan. Terkait dengan
pendidikan Islam, merujuk pada filosofi pendidikan yang disampaikan Chatib
mengutip pernyataan Haidar, direktur Lazuardi GIS, mengatakan
“Secara aksiologis, pendidikan Islam mempunyai nilai pragmatis, etika
dan estetika. Namun, ini dipangkas oleh pendidikan Barat, yaitu pendidikan hanya mempunyai nilai pragmatis saja. Pendidikan itu untuk mendapat nilai, lalu untuk bekerja, dan mencari kekayaan
sebanyak-banyaknya. Tiba-tiba kunci sukses pendidikan ada pada
1 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda Karya, 2013), hlm. 13.
5
kekuasaan dan kekayaan. Padahal, dalam pendidikan Islam, pendidikan
adalah untuk meraih kebahagiaan, baik dunia dan akhirat. Sungguh, jangan persempit filosofi pendidikan hanya untuk tujuan duna.2”
Adanya praktik copy paste pada dunia pendidikan terutama pada
produk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, merupakan realita yang
memprihatinkan. Guru hanya mengejar penilaian dalam rangka peningkatan
karir dengan mengesampingkan nilai etika dan estetika. Witarsa dalam
penelitiannya, “Analisis Kemampuan Inkuiri Guru yang Sudah Tersertifikasi
dan Belum Tersertifikasi dalam Pembelajaran Sains” menunjukkan bahwa
pemahaman tentang inkuiri sebesar 81%, kemampuan guru dalam
memunculkan aspek-aspek inkuiri dalam RPP sebesar 27%, kemampuan guru
dalam memunculkan aspek-aspek dalam pembelajaran sains sebesar 31% dan
kemampuan guru dalam membuat soal-soal inkuiri untuk mengevaluasi
pembelajaran sains rata-rata 3%.3 Hal ini menunjukkan belum optimalnya
peranan guru sebagai perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi
kelasnya.
Chatib membuat sebuah program Manajemen Tenaga Pendidikan
dengan Pelatihan Guardian Angel. Program pendidikan Guardian Angel
membahas secara tuntas tentang manajemen sebuah lembaga pendidikan
dalam rangka mendapatkan pendidikan yang bermutu. Tawaran Chatib
berbeda dengan Mulyasa dalam hal pengadaan pegawai. Chatib lebih memilih
2 Munif Chatib, Belajar Filosofi Pendidikan dari Syed Haidar,
https://www.facebook.com, diakses pada 10 April 2014. 3 Ramdan Witarso, “Analisis Kemampuan Inkuiri Guru yang Sudah Tersertifikasi
dan Belum Tersertifikasi dalam Pembelajaran Sains”, Jurnal UPI edu, Edisi Khusus, No. 2,
Tahun 2011, hlm. 38-47.
6
komitmen dalam perekrutan pegawai, sementara Mulyasa mensyaratkan
adanya seleksi melalui ujian lisan, tulisan, dan praktek.4
Istilah Guardian Angel (GA) dipilih Chatib di antara beberapa pilihan
istilah yang lain, yakni supervisor, light house, continuous improvement.
Baginya, istilah supervisor lebih cocok untuk perusahaan, light house sudah
digunakan oleh Stephen Coffee dalam The Leader in Me, dan CI (continous
improvement) sudah ada dalam Total Quality Management (TQM). Salah satu
alasan penggunaan GA karena ada istilah “malaikat” yang menurut bahwa
sekolah itu banyak setannya. Perlu ada malaikat yang diterjunkan. Jika hanya
manusia, pasti akan tergoda oleh setan.5
Pengalaman sebagai konsultan pendidikan, dia mendampingi beragam
sekolah, baik yang masih dan sedang tumbuh, sampai dengan sekolah yang
hampir mati. Chatib menawarkan model manajemen sekolah Guardian Angel.
Istilah ini diambil karena menganggap bahwa tugas seorang manajer pada
sebuah lembaga pendidikan bukanlah tugas yang ringan, malaikat penyelamat
dianggap mampu menggambarkan tugas yang tidak ringan tersebut.6 Mulyasa
memberikan tiga syarat utama dalam pembangunan pendidikan agar
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, salah
satunya adalah guru dan tenaga kependidikan yang profesional.7 Lebih lanjut,
4 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Bandung: Rosda
Karya, 2012), hlm. 43. 5 Munif Chatib, Guardian Angel, Romantika Membangun Sekolahnya Manusia
(Kaifa: Bandung, 2013), hlm.16. 6 Munif Chatib, Mengurus Sekolah Tak Semudah Membalik Tangan ,
https://www.facebook.com, diakses pada 20 Maret 2014. 7 E. Mulyasa, Menjadi, hlm. 3. Tiga syarat utama dalam pembangunan pendidikan
agar berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, yakni: (1) sarana
gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional
7
mengutip pendapat Tilaar, Mulyasa menambahkan satu dari tujuh masalah
pokok pendidikan nasional adalah sumber daya yang belum profesional.8
Chatib sering menggambarkan guru sebagai sebuah profesi yang belum
profesional. Menurutnya, guru harus mengembangkan diri agar menjadi
profesional. Caranya adalah pengembangan potensi diri dalam frame Multiple
Intelligences. Inilah yang disebut Chatib dengan MIS (Multiple Intelligences
System). Konsep tersebut biasanya digambarkan dalam tulisannya di jejaring
sosial dengan beragam gaya penulisan. Pada 12 Januari 2014, paradigma
tersebut kembali dituliskan lewat puisi, berikut penggalannya: “ Anak kita
jangan jadikan robot...; Sekolah kita jangan jadi pabrik robot; Guru kita
jangan jadi pencetak robot; Anak kita adalah manusia saling berbeda dan
punya makna”. 9
Manajemen guru agar tidak menjadi pencetak robot memerlukan
langkah awal yang tidak mudah. Dominan guru, apalagi yang telah puluhan
tahun mengajar akan sangat tidak nyaman untuk mengikuti langkah ini.
Kualitas guru tidak hanya diukur dari hasil belajar siswa, dapat juga diukur
dari proses pembelajaran. Pembelajaran berkualitas adalah saat guru mampu
melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran. 10
Dalam managemen guru model Guardian Angel menurut Chatib
terdapat manajemen pengetahuan (knowledge management), bagaimana
8 E. Mulyasa, Menjadi, hlm. 6. 9 Munif Chatib, Jangan Ada Lagi Generasi Robot, https://www.facebook.com,
Diakses pada 12 Januari 2014. 10 E. Mulyasa, Menjadi, hlm. 14.
8
seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu terhadap siswa, tetapi bagaimana
agar ilmu yang mereka miliki bukan hanya untuk diri sendiri. Guru dipantik
menjadi inspirator bagi anak didik yang siap menghantarkan siswanya untuk
menemukan kompetensi terbaik lebih awal dengan menjunjung nilai-nilai
moral kemanusiaan.11 Modalitas kompetensi guru diperlukan untuk memenuhi
tujuan tersebut, salah satu hal penting dari kompetensi guru adalah terkait
dengan kompetensi pedagogik yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Penilaian profesionalisme guru dapat melibatkan siswa untuk mengukur
kompetensi pedagogik guru.
Secara umum, ada tiga tugas guru sebagai profesi, yakni mendidik,
mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup; melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan
untuk kehidupan siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab
di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan kompetensi
tertentu sebagai bagian dari profesionalisme guru. Peran manajemen guru
sangat berpengaruh untuk merealisasikan tugas yang dimaksud. Manajemen
guru dimulai pada proses rekrutmen dan pembinaan karier guru yang baik,
akan tercipta guru yang profesional dan efektif. Untuk kepentingan sekolah,
memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan bagi
proses belajar mengajar di sekolah itu. Bahkan John Goodlad, seorang Tokoh
Pendidikan Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian yang hasilnya
menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan
11 Eni Purwati , Pendidikan Islam Berbasis MIS , Disertasi, (Surabaya: PPs IAIN
Sunan Ampel, 2011, hlm.18.
9
proses pembelajaran. Penelitian itu kemudian dipublikasikan dengan judul
“Behind the Classroom Doors”, yang di dalamnya dijelaskan bahwa ketika
para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka
kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru.12
Manajemen guru model Guardian Angel mengedepankan aset
pengetahuan dalam peningkatan kapabilitas guru, kinerja yang superior,
inovasi dan meningkatkan mutu pendidikan. Manajemen guru model
Guardian Angel menggunakan filosofi profesional dengan pengetahuan.
Pengetahuan tentang rekam medis diperlukan oleh seorang dokter sebagai
profesional, standar operasional prosedur juga diperlukan oleh seorang pilot
dalam melakukan pekerjaannya, manajemen guru juga sangat diperlukan agar
aset pengetahuan yang ada dapat menjadi pengetahuan formal dan sistematis.
Angel yang dalam bahasa arab dikenal dengan malaikat, mempunyai makna
dasar kekuatan. Kekuatan dalam mengelola pengetahuan diharapkan mampu
untuk menyelamatkan problem pendidikan, khususnya dalam permasalahan
manajemen guru.
Mulyasa mengutip pendapat Simon dan Alexander mengatakan adanya
dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi belajar peserta didik; yaitu: jumlah waktu efektif yang digunakan guru
untuk melakukan pembelajaran di dalam kelas, dan kualitas kemampuan guru
kelas.13 Kemampuan profesional guru dapat dilakukan melalui proses belajar.
Guru sebagai manusia pembelajar, guru harus belajar tentang paradigma, cara
12 Suyanto,Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional,hlm. 6. 13 E. Mulyasa, Menjadi, hlm. 13.
10
dan komitmen. Hasil belajar tersebut berupa produk belajar pengetahuan,
kompetensi dan perilaku yang mendukung peningkatan profesionalisme guru.
Guru tidak hanya mempunyai kewajiban membuat perencanaan, mengajar dan
mengevaluasi, menurut Chatib dalam bukunya Gurunya Manusia ada hal unik
yang selama ini jarang diangkat oleh pemerhati pendidikan. Hak guru yang
dalam benak kebanyakan orang adalah mendapatkan penghasilan, diganti
dengan hak untuk belajar.14
Belajar merupakan hak guru karena sebagai tenaga pendidik yang
setiap saat berinteraksi dalam proses pendidikan. Pertama, tentang paradigma
guru terhadap siswa, dalam bukunya Sekolahnya Manusia Munif Chatib
mengupas tuntas tentang bagaimana seharusnya guru memandang siswa.
Kedua , tentang cara atau strategi mengajar setelah guru memahami paradigma
sekolahnya manusia. Cara mengajar guru harus sama dengan gaya belajar
siswa, yakni memahami gaya belajar siswa dengan mengantongi strategi
mengajar berbasis multiple intelligences. Ketiga, komitmen sebagai guru
Sekolahnya Manusia diperlukan saat menghadapi kenyataan di lapangan
bahwa tidaklah mudah untuk mewujudkan siswa menjadi anak-anak juara.15
Ada sebuah tawaran menarik yang dilontarkan oleh Chatib dengan
istilah Guardian Angel yang di dalamnya membahas tentang manajemen guru.
Manajemen guru model ini berorientasi pada pembentukan karakter atau
sering diistilahkan Chatib dengan kondisi terbaik. Gurunya manusia dijadikan
14 Munif Chatib, Gurunya Manusia (Mizan: Bandung, 2011), hlm 28. 15 Munif Chatib, Gurunya, hlm.34.
11
landasan filosofis dalam manajemen guru model GA. Guru adalah manusia
yang terpilih untuk terus belajar dan mengajar.
Keunikan-keunikan manajemen guru model GA adalah adanya
pengembangan keempat kompetensi guru dengan berbasis manusia. Lesson
plan atau RPP menjadi cerminan dari adanya keempat kompetensi tersebut.
Sistem pengajaran memiliki prosedurnya sendiri, yang dikenal dengan
istilah rencana pengajaran atau lesson plan. Rencana pengajaran tidak bersifat mutlak dengan nilai validasi sangat fleksibel mengikuti kecenderungan gaya belajar murid. Tak ada satu pun model lesson plan
yang paling benar terhadap model lesson plan lainnya. Semuanya, dapat dirancang sesuai dengan kondisi belajar murid. Lesson plan tidak
bersifat abadi selama bertahun-tahun karena ia bersifat dinamis mengikuti dinamika gaya belajar murid. Hanya saja, satu hal yang tidak boleh dilakukan guru ketika mengajar: mengajar tanpa lesson plan.16
Manajemen guru model GA mendukung terwujudnya lesson plan
kreatif. Istilah lesson plan netto dan lesson plan bruto juga digunakan dalam
manajemen guru model GA. Guru tidaklah harus mengajar sesuai dengan apa
yang direncanakan, yang lebih penting adalah guru mengajar dengan
perencanaan. Perencanaan guru dalam mengajar merupakan sesuatu yang
wajib dibuat oleh guru, sebagai panduan memulai pembelajaran. Selain itu,
dengan perencanaan guru tetap dapat melakukan aktivitas pembelajaran meski
tidak terdapat dalam lesson plan. Apabila terjadi kendala teknis dilapangan,
perencanaan memudahkan guru mengganti dengan ide lain yang sejenis.
Kendala tersebut dapat berupa kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau
juga berasal dari diri guru sendiri. Tema penelitian ini menarik untuk dikaji
dan analisis lebih lanjut.
16 Munif Chatib, Lesson Plan Tidak Abadi, https://www.facebook.comdiakses 13
maret 2014.
12
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran Munif Chatib dalam
Manajemen Tenaga Pendidik Model Guardian Angel dengan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep manajemen guru model GA menurut Munif
Chatib?
2. Landasan apa yang dipakai Munif Chatib dalam me-manage guru
model GA?
3. Mengapa GA berkembang dalam pemikiran Munif Chatib?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan konsep manajemen guru model GA menurut Munif
Chatib yang berkembang dalam manajemen guru model GA.
2. Mengeksplorasi konsep manajemen guru model GA menurut Munif
Chatib yang berkembang dalam manajemen guru model GA.
3. Menganalisis konsep manajemen guru model GA menurut Munif
Chatib yang berkembang dalam manajemen guru model GA.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Adanya deskripsi konsep manajemen guru model GA menurut Munif
Chatib yang berkembang dalam manajemen guru model GA
13
bermanfaat sebagai salah satu referensi dalam ilmu manajemen sumber
daya manusia bidang pendidikan.
Adanya teori manajemen sumber daya manusia berkolaborasi dengan
manajemen guru model GA menurut Munif Chatib yang berkembang
dalam manajemen guru.
2. Manajemen guru model GA menurut Munif Chatib yang berkembang
dalam manajemen guru model GA bermanfaat sebagai alternatif model
manajemen guru yang aplikatif, bukan manipulatif.
E. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian terkait dengan model manajemen guru diantaranya
seperti dikemukakan oleh Fatur Rakhman dalam tesisnya bahwa manajemen
guru termasuk didalamnya penerapan manajemen mutu melalui perencanaan
mutu sampai dengan pengendalian mutu.17 Peran guru dalam manajemen
peningkatan mutu pendidikan di sekolah, menurut hasil penelitian Suwandi18
dalam disertasinya disampaikan sekolah sangat memberikan kontribusi dan
pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan mutu pendidikan. Asep
Akhbarudin dalam penelitiannya menyebutkan adanya tiga stategi
pengembangan kompetensi pedagogik guru oleh kepala sekolah sebagai
berikut: Pertama, strategi mendorong atau memotivasi guru belajar mandiri,
Kedua, strategi menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan (workshop) serta
menfasilitasi guru untuk mengikuti musyawarah guru mata pelajaran, Ketiga,
17 Fatur Rakhman, “Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru
Madrasah di Pondok Pesantren”, Tesis, (Malang: PPs UIN Malang, 2008). 18 Suwandi, “Peran Guru dalam Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan bagi
Ilmu Manajemen Pendidikan”, Disertasi, (Malang: UIN Malang, 2011).
14
strategi pemanfaatan program sertifikasi yang dilakukan oleh pemerintah. 19
Berdasarkan hasil penelitian diatas, diketahui beberapa model manajemen
guru dan seberapa penting manajemen guru terhadap mutu pendidikan.
Nurkholis dalam penelitiannya menyayangkan bahwa manajemen guru
banyak dipengaruhi oleh politik lokal dan sering dipolitisasi oleh penguasa.
Manajemen guru belum dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan
akuntabel. 20 Pada penelitian ini peneliti ingin mengkaji tentang manajemen
guru yang tentunya bertujuan selain untuk meningkatkan kompetensi guru
juga untuk menjadikan guru memiliki kesadaran akan profesi mulia yang
dimilikinya.
Penelitian lain yang membahas tentang pentingnya peningkatan
kualitas guru adalah tentang model pelatihan yang tepat dalam peningkatan
profesionalisme guru. Sri Hidayati dalam penelitiannya yang berjudul
“Keikutsertaan dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran, Supervisi
Kunjungan Kelas, In Service Training dan Kompetensi Profesional Guru SMP
Negeri Sub Rayon 04 Jekenan Pati profesional guru” menunjukkan bahwa
pentingnya pemahaman bersama dalam pemecahan masalah kelompok.
Bekerja sama membantu anggota menyelesaikan konflik kognitif dan
membangun kesepahaman.
19 Asep Akhbarudin, “Strategi Pengembangan Kompetensi Guru di SMP Darussalam
Cimanggis Ciputat Tangerang Selatan,” Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011). 20 Nurkholis, “Urgensi Reformasi Manajemen Guru di Era Otonomi Daerah”, Jurnal
Manejemen Pendidikan, Vol 1 No. 2 Tahun 2012.
15
In service training merupakan salah satu bentuk pelatihan yang
mendukung profesionalitas guru sebesar 10,33 % dari 83, 1 %. In service
training merupakan bentuk pelatihan yang bertujuan untuk menambah
pengetahuan, ketrampilan dan meningkatkan serta mengembangkan
ketrampilan kerja. In service training terdiri dari serangkaian aktivitas yang
dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun
perubahan sikap seseorang.21
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat library research, yaitu
mengkaji karya-karya Munif Chatib tentang Manajemen Guru dengan
fokus kajian pada profesionalitas atau empowering guru. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif yang berusaha mengkaji
konsep manajemen guru yang komplek dan dinamis.22
2. Alat analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teori Balanced Scorecard. Teori ini merupakan seperangkat
alat untuk memotivasi karyawan untuk mewujudkan visi perusahaan, tidak
21 Sri Hidayati, Keikutsertaan dalam Kegiatan MGMP, “Supervisi Kunjungan Kelas,
In Service Training dan Kompetensi Profesional Guru SMP Negeri Sub Rayon 04 Jekenan
Pati”. Jurnal Manajemen Pendidikan , Edisi Khusus, Tahun 2012, hlm. 73-82. 22 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 399.
16
hanya sebagai alat ukur kinerja saja tetapi suatu sistem manajemen yang
memfokuskan pada usaha orang lain melalui organisasi dan meraih tujuan
organisasi.23
3. Sumber Penelitian
Sumber primer dalam penelitian ini adalah buku karya Munif Chatib yang
terkait dengan manajemen guru model Guardian Angel, yaitu:
1) Sekolahnya Manusia. Bandung: Mizan Pustaka. (2009)
2) Gurunya Manusia. Bandung: Mizan. (2011)
3) Sekolah Anak-Anak Juara. Jakarta: Kaifa. (2012)
4) Kelasnya Manusia, Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan
Manajemen Display Kelas. Bandung: Mizan Pustaka (2013)
5) Guardian Angel, Romantika Membangun Sekolahnya Manusia.
Bandung: Kaifa. (2013)
Selain berdasarkan data primer, penelitian ini juga didukung dengan data
tulisan Munif Chatib di media sosial serta materi seminar dan pelatihan,
serta hasil wawancara langsung dengan Munif Chatib (pada aspek-aspek
tertentu).
4. Teknik Pengumpulan Data
Data primer berupa buku-buku karya Munif Chatib didokumentasi dan
dikelompokkan ke dalam pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan
manajemen guru. Kemudian data tersebut didukung dengan tulisan yang di
23 Freddy Rangkuti, SWOT Balanced Scorecard, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2011), hlm. 204.
17
ambil dari media sosial, materi seminar serta wawancara langsung dengan
Munif Chatib.
5. Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data lebih banyak dilakukan dengan
pengumpulan data. Analisis data yang dilakukan dengan analisis domain
dilanjutkan dengan analisis tema.24 Data tentang manajemen guru yang
terdapat dalam buku-buku karya Munif Chatib di analisis dengan
mengelompokkan terhadap cara pencapaian kompetensi guru. Data yang
ada dibandingkan dengan teori yang mendukung serta kondisi manajemen
guru di lapangan.
G. Sistematika Pembahasan
Pembahasan tahap awal dilakukan dengan mendeskripsikan
manajemen guru menurut Munif Chatib. Data yang disajikan berasal dari
buku-buku karya Munif Chatib, catatan harian pada jejaring sosial serta
pemikiran dan aktivitas yang diperoleh dari web site pribadi Munif Chatib.
Pada tahap selanjutnya adalah melakukan proses reduksi/ fokus terhadap
deskripsi manajemen guru, dan menyajikannya pada tahap selection. Pada
tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci.
Pada tahap ke-3 dari penelitian, setelah peneliti melakukan analisis
yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti
dapat menemukan tema dengan cara mengkontruksikan data yang diperoleh
24 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 401.
18
menjadi suatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru. Hasil akhir
penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan informasi-informasi yang
bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk
membantu mengatasi masalah dan meningkatkan mutu pendidikan, khususnya
manajemen guru pada lembaga pendidikan Islam.
19
BAB II
MANAJEMEN SUMBER DAYA PENDIDIKAN
Pendidikan salah satunya adalah pengembangan SDM, dalam hal ini
guru. Siswa yang berkulitas perlu difasilitasi oleh guru yang berkualitas. Pada
bagian ini akan dibahas a) Manajemen Sumber Daya Pendidikan, b)
Manajemen Guru, c) Model Manajemen Guru, d) Peran otak dan hati dalam
Proses Manajemen guru.
A. Manajemen Sumber Daya Pendidikan
Malayu S. P. Hasibuan memberikan definisi bahwa manajemen
sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.25 Sedangkan definisi manajemen seperti dikemukakan oleh Wibowo
bahwa manajemen merupakan proses penggunaan sumber daya organisasi
dengan menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien.26
Mukhamad Ilyasin dan Nanik Nurhayati mengutip pendapat George R.
Terry mendefinisikan bahwa manajemen adalah proses khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-saaran
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta
25 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), hlm. 1-2. 26 Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm.
10.
20
sumber-sumber yang lain.27 Lebih lanjut Ilyas dan Nurhayati mengutip
pendapat Zulkarnain Nasution bahwa manajemen banyak diartikan sebagai
ilmu atau seni untuk mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain. Manajemen
hanya dapat dilaksanakan apabila pencapaian tujuan tersebut tidak hanya
dilakukan seorang tetapi juga dilakukan lebih dari seorang dalam pencapaian
tujuan. Tekanan khusus pada proses dan komponen-komponen pendukung
manajemen yang salah satunya adalah manusia sebagai subjek dari
manajemen. 28
Lembaga pendidikan didalamnya terdapat beragam sumber daya
pendidikan, yaitu: kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, peserta
didik, hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat dan sarana prasarana.
S. Nasution mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya meliputi mata
pelajaran saja melainkan semua pengalaman belajar yang diterima anak dan
mempengaruhi pribadinya atau segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan
yang diinginkan baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan
sekolah. 29
Secara sistemik, komponen internal (unit-unit dalam sekolah) dan
komponen eksternal (komite sekolah, masyarakat, dan perubahan lingkungan
stratejik) merupakan satu kesatuan yang saling terkait sebagai satu sistem yang
saling membutuhkan. Dengan melihat sekolah sebagai suatu sistem, di mana
27 Mukhamad Ilyasin dan Nanik Nurhayati, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang:
Aditya Media Publishing, 2012), hlm. 66. 28 Mukhamad Ilyasin dan Nanik Nurhayati, Manajemen, hlm. 62. 29 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1991),
hal. 9.
21
tiap-tiap unit saling terkait satu sama lain, maka tiap-tiap unit dalam organisasi
akan bersedia dan dengan mudah berbagi pengetahuan, saling menolong, serta
berbagi sumberdaya demi kemajuan bersama. 30
Manajemen tenaga pendidik merujuk dari definisi dari Suharsimi
Arikunto adalah segenap proses penataan yang bersangkutan dengan masalah
memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk dan di sekolah dengan
efisien demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan. 31
Manajemen peserta didik bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan
dapat berjalan lancar, tertib, teratur serta dapat mencapai tujuan pendidikan. 32
Mulyasa mendefinisikan manajemen hubungan sumber daya manusia sebagai
suatu proses komunikasi untuk meningkatkan pengertian warga masyarakat
yang bertujuan memungkinkan orang tua dan warga wilayah berpartisipasi
aktif dan penuh arti di dalam kegiatan pendidikan di sekolah. 33 Manajemen
sarana prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan
prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan
berarti pada jalannya proses pendidikan. 34
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya fisik yang
ada sekolah. Manajemen sumber daya manusia secara garis besar meliputi
30 Djamaludin Ancok dan Neila Ramdhani, Pemimpin Sekolah yang Inspirasional ,
(Jakarta: Titian Foundation, 2014), hlm. 149. 31 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 81. 32 Mukhamad Ilyasin dan Nanik Nurhayati, Manajemen, hlm. 105. 33 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: dalam Konteks Menyukseskan
MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 173. 34 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi ,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 114.
22
aktivitas merencanakan, menerima, menempatkan, melatih, dan
mengembangkan serta memelihara atau merawat sumber daya atau warga
sekolah. Manajemen sumber daya manusia tidak terjadi pada lingkungan yang
statis, tapi pada lingkungan yang selalu berubah. 35 Manajemen guru adalah
sebuah proses peningkatan sumber daya manusia dalam lembaga pendidikan
yang dinamis.
B. Manajemen Guru
Upaya peningkatan kualitas guru bukan merupakan masalah yang
sederhana, tetapi memerlukan penanganan yang multidimensi dengan
melibatkan berbagai pihak yang terkait. Dalam konteks ini, kualitas guru
bukan hanya berpusat pada pencapaian empat kompetensi guru semata, akan
tetapi menyangkut semua aspek yang secara langsung maupun tidak, turut
menunjang terciptanya gurunya manusia yang utuh.
Mulyasa mengemukakan bahwa guru yang baik dan profesional
minimal harus memenuhi dua kategori, terutama berkaitan kapabilitas dan
loyalitas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi profesional, yakni
kemampuan dalam bidang ilmu yang diampunya, memahami manajemen
pembelajaran yang efektif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
35 Deni Darmawan dan Kunkun Nur Fauzi, Sistem Informasi Manajemen, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 32.
23
pembelajaran, serta loyal terhadap keguruan, yakni loyal dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya sesuai kode etik yang berlaku.36
Hernowo mengutip pendapat Rhenald Kasali dalam artikel “Kurikulum
‘Berpikir’ 2013” membahas tentang perlunya manajemen perubahan. Kasali
menunjukkan bahwa anak-anak kita punya tradisi yang mengakar sejak taman
kanak-kanak, yaitu pelajaran yang dipelajari banyak, tetapi tidak mendalam.
Kalau sulit, rumus yang sangat banyak, guru akan membuatkan jembatan
keledai atau singkatan-singkatan agar mudah dihafal. Cara belajar yang
demikian berpotensi menghasilkan mental “penumpang” ketimbang
“pengemudi”. Guru yang berperan sebagai seorang driver akan mengajak
siswa untuk berkembang dan keluar dari tradisi belajar lama menuju
pembelajaran menjadi seorang driver. Guru akan memberikan kontribusi
dalam mutu pendidikan dengan menjadi seorang professional driver. 37
Rosyada mengutif pendapat Beidler tentang sepuluh kriteria guru yang
baik dan profesional yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian kinerja
guru, yakni berikut.
1. Benar-benar berkeinginan untuk menjadi guru yang baik. 2. Berani mengambil risiko. Mereka berani menyusun tujuan yang
sangat ideal, bahkan dalam hal tertentu mungkin berbeda dengan yang lain, lalu bekerja keras untuk mewujudkannya.
3. Memiliki sikap positif. Seorang guru tidak boleh sinis dengan pekerjaannya, dan harus bangga dengan profesinya, serta tidak boleh beranggapan bahwa profesi guru adalah profesi kering.
4. Memanfaatkan waktu secara efektif. 5. Selalu berpikir bahwa menjadi guru merupakan tugas mulia.
6. Selalu berupaya untuk membuat peserta didiknya percaya diri.
36 Mulyasa, Uji Kompetensi … (Bandung : Rosdakarya, 2013), hlm. 94. 37 Rhenald Kasali, Self Driving, Menjadi Driver atau Passenger? (Bandung: Mizan,
2014), hlm.3.
24
7. Selalu membuat posisi tidak seimbang antara peserta didik dengan
dirinya. 8. Selalu mencoba memotivasi peserta didiknya untuk hidup mandiri. 9. Tidak percaya sepenuhnya terhadap evaluasi peserta didik
10. Mendengarkan pernyataan-pernyataan peserta didik.
Pandangan di atas dikemukakan Beidler berdasarkan pengalamannya
sebagai guru di salah satu college di Amerika, dan semua kriteria yang
dikemukakannya menyangkut sikap seorang guru bahwa dia harus benar-benar
memiliki motivasi untuk menjadi guru yang baik dan profesional, menjadi
pekerja keras, bangga dengan profesinya, penuh perhatian dan berlaku baik
terhadap peserta didik.38 Peran fungsional guru dalam pembelajaran aktif yang
utama adalah sebagai fasilitator. Fasilitator adalah seseorang yang membantu
peserta didik untuk belajar dan memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tylee (2000) menyatakan
tugas pokok seorang fasilitator atau peran guru pada saat tatap muka di kelas
terutama adalah: 1) menilai para siswa; 2) merencanakan pembelajaran; 3)
mengimplementasikan rancangan pembelajaran; dan 4) melaksanakan evaluasi
proses pembelajaran.39
Guru hendaknya merencanakan strategi pembelajaran untuk
mengajarkan konsep-konsep yang akan diajarkan. Perencanaan pembelajaran
hendaknya dibuat secara tertulis. Hal ini dilakukan guru agar dalam menilai
38 Mulyasa, Uji Kompetensi… (Bandung : Rosdakarya, 2013), hlm. 97. 39 Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, Teori dan Asesmen (Bandung :
Rosdakarya, 2012), hlm. 20.
25
diri sendiri selama proses pembelajaran. Atas dasar penilaian itu guru dapat
mengadakan tugas sebagai guru dan pendidik makin lama makin meningkat.40
Penilaian kinerja guru berkaitan dengan efektifitas pembelajaran yang
mencakup berbagai aspek, baik yang berkaitan dengan input, proses, maupun
output-nya. Menciptakan iklim kelas yang efektif dan kondusif dengan
peningkatan efektifitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara
parsial, tetapi harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi.
Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi ini harus merupakan siklus
yang berkesinambungan, sehingga terjadi perbaikan dan peningkatan secara
terus menerus. Model siklus ini menghendaki guru untuk memahami
kurikulum yang sudah disepakati oleh pemerintah, pemakai lulusan dan para
pelanggan sekolah sendiri.41
Tugas seorang guru selain sebagai pengajar, adalah sebagai pendidik.
Sebagai pengajar, guru mengajarkan ilmu pengetahuan, sedangkan sebagai
pendidik guru menstimulasi murid untuk mengembangkan sikap dan perilaku
mereka agar sesuai dengan kaidah perilaku warga negara yang diharapkan
oleh masyarakat dan negara. Salah satu metode dalam membentuk sikap dan
perilaku adalah modifikasi perilaku. Salah satu acuan untuk pengembangan
perilaku ini adalah Peraturan Menteri nomor 16 tahun 2007. Berdasarkan
peraturan meneri tersebut dapat disusun modul program pengembangan
40 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Erlangga,
2011), hlm. 72. 41 Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinrja Guru (Bandung : Rosdakarya,
2013), hlm. 102.
26
perilaku. Uraian kompetensi ini diterjemahkan ke dalam keterampilan-
keterampilan psikologis yang seharusnya dikembangkan melalui modul
pelatihan sehingga dijadikan dasar di dalam pengembangan modul pelatihan
kompetensi kepribadian, soial, maupun pedagogi dari program TQI (Teacher
Quality Improvement)42
Tabel 1. Syarat Kompetensi Kepribadian, Ketrampilan Psikologis
Yang Dibutuhkan Dan Modul Pengembangan Kompetensi
Pasal Uraian Kompetensi pada PERMEN 16 tahun 2007
Ketrampilan
Psikologis yang
dibutuhkan
Menu Modul
Pengembangan
Kompetensi
Kepribadian dan
Sosial 11.1 Menghargai peserta didik tanpa
membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, dan gender.
Mengenali perbedaan
Mengelola perbedaan
Komitmen Profesional Guru
Motivasi Diri
Kebiasaan-Kebiasaaan Guru Efektif
Mengenali Diri Mengenali
Orang Lain
Pandangan Terhadap Murid
Memotivasi Orang Lain
Modeling Teknik Memotivasi Murid
Krativitas Diri
11.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
Mengenali diri Mengenali
orang lain
Mengelola perbedaan
12.1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi
Pengenalan Diri
Penerimaan Diri
Komitmen
12.2 Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
Komitmen Teknik
42 Neila Ramdhani, Menjadi Guru Inspiratif (Jakarta: Titian Foundation, 2012), hlm.
83.
27
12.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
Komitmen
Kecerdasan Emosi
Komunikasi Kreativitas
Mengembangkan Kreativitas
Menciptakan Lingkungan yang Memupuk Kreativitas
Modeling Pengembangan Kreativitas
Mengenali Keberbedaan
Kecerdasan Ganda
Mengelola Keberbedaan
Sinergi
Ketrampilan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi untuk Kerjasama Kelompok
Mengelola Konflik
Mengelola Stres Rencana Pengembangan Diri
13.1 Menampilakn diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
Kecerdasan Emosi
Mengelola Stres 13.2 Menampilkan diri sebagai pribadi
yang dewasa, arif, dan berwibawa.
Kecerdasan Emosi
14.1 Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
Komitmen terhadap profesi guru
Motivasi diri
14.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
Komitmen terhadap profesi
14.3 Bekerja mandiri secara
profesional. Komitmen
terhadap profesi
Motivasi diri
Sumber: Neila Ramdhani, Menjadi Guru Inspiratif
(Jakarta: Titian Foundation, 2012), hlm. 83.
Konsep komitmen terhadap profesi yang dibahas dalam program
pengembangan kompetensi guru adalah komitmen seorang guru terhadap
profesinya. Peraturan Menteri no. 16 tahun 2007 pasal 14 ayat 1
mencantumkan wujud komitmen guru ini ditunjukkan dalam bentuk “etos
kerja dan tanggung jawab yang tinggi”. Pasal 14 ayat 2 mempertajam
komitmen ini dengan adanya rasa “bangga menjadi guru dan percaya pada diri
sendiri”. Upaya untuk menumbuhkan komitmen guru terhadap profesinya
dapat dipahami dengan menggunakan konsep komitmen yang dikemukakan
28
oleh Meyer & Alln (1991). Komitmen dapat dipahami dalam tiga bentuk
kelekatan individu terhadap organisasi atau profesinya. Kelekatan ini dapat
termanifestasi ke dalam tiga dimensi komitmen yaitu komitmen normatif
(normative commitment), komitmen afektif (affective commitment) dan
komitmen keberlanjutan (continuance commitment).43
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan
bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan
efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus
dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan
memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota
mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier
tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1)
perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan
pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai,
(6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan
baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga
kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai
serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.44
Pelatih-pelatih olah raga selalu mendorong atlet-atlet bintang maupun
pemain-pemain asuhannya untuk mengembangkan semua potensi dan
43 Neila Ramdhani, Menjadi Guru Inspiratif (Jakarta: Titian Foundation, 2012), hlm.
87. 44 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung : Rosdakarya, 2012), hlm. 42.
29
memaksimalkan peforma mereka. Mereka mencapai hasil yang luar biasa
lewat upaya membangun relasi saling percaya dan menciptakan lingkungan di
mana tingkat stres anak binaan berkurang sementara rasio sukses mereka
melejit. Para pelatih memberi inspirasi dengan secara aktif membimbing anak
asuhnya untuk berani mengambil risiko dan menghadapi tantangan.45
Manajemen kinerja (performance management) adalah proses
berorientasi tujuan yang diarahkan untuk memastikan bahwa proses-proses
keorganisasian ada pada tempatnya untuk memaksimalkan produktivitas para
karyawan, tim dan akhirnya, organisasi. Setiap fungsi SDM berkontribusi
terhadap penilaian kinerja, pelatihan dan penilaian kinerja memainkan peran
signifikan dalam proses tersebut. Jika penilaian kinerja adalah kejadian sekali
waktu setiap tahun, manajemen kinerja adalah proses yang dinamis, konstan,
dan berkelanjutan. Setiap orang dalam organisasi adalah bagian dari sistem
manajemen kinerja.46
Mondy mendefinisikan penilaian kinerja (performance appraisal)
sebagai sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi kinerja tugas individu
atau tim. Penilaian kinerja merupakan faktor penting untuk suksesnys
manajemen kinerja. Meskipun penilaian kinerja hanyalah salah satu unsur
manajemen kinerja, sistem tersebut penting karena mencerminkan secara
langsung rencana stratejik organisasi. Meskipun evaluasi atas kinerja tim
penting seiring keberadaan tim-tim dalam suatu organisasi, fokus penilaian
45 Stix & Hrbek, Guru sebagai Pelatih Kelas (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 1. 46 R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia (Erlangga: Jakarta, 2008),
hlm. 256.
30
kinerja pada sebagian besar perusahaan tetap pada karyawan individual. Lepas
dari penekanan tersebut, sistem penilaian yang efektif akan mengevaluasi
prestasi dan menginisiasi rencana-rencana untuk pengembangan, tujuan, dan
sasaran.47
Dijelaskan Mondy lebih detail bagaimana penilaian kinerja harus
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan spesifik seorang karyawan akan
pelatihan dan pengembangan. Dengan mengodentifikasi kekurangan-
kekurangan yang secara negatif mempengaruhi kinerja, program pelatihan dan
pengembangan dapat dikembangkan sehingga memungkinkan orrang-orang
untuk membangun kekuatan dan meminimalkan kekurangan mereka. Suatu
sistem penilaian tidak menjamin adanya para karyawan yang dilatih dan
dikembangkan secara tepat. Namun, penentuan kebutuhan-kebutuhan
pelatihan dan pengembangan akan lebih tepat jika data penilaian tersedia.
Proses penilaian kinerja terangkum dari gambar berikut:
Gambar 1. Proses Penilaian Kinerja
Sumber: R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia
(Erlangga: Jakarta, 2008), hlm. 256.
47 R. Wayne Mondy, Manajemen, hlm.256.
Mengidentifikasi Tujuan-Tujuan
Penilaian Spesifik Menetapkan Kriteria-Kriteria dan Mengkomunikasikannya kepada Para
Karyawan Memeriksa Pekerjaan yang
Dijalankan Menilai Kinerja
Mendiskusikan Penilaian Bersama
Karyawan
31
Dalam menetapkan kriteria (standar) kinerja yang paling umum adalah
sifat, perilaku, kompetensi, pencapaian tujuan dan potensi perbaikan. Salah
satu metode penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja adalah
metode standar kerja. Penilaian ini adalah penilaian kinerja yang
membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah ditetapkan
atau tingkat output yang diharapkan. Manfaat nyata penggunaan standar
sebagai kriteria penilaian adalah objektivitas. Namun, agar para karyawan
mempersepsikan bahwa standar-standar tersebut objektif, mereka harus
memahami dengan jelas cara standar-standar tersebut ditetapkan. Manajemen
juga harus menjelaskan alasan dari setiap perubahan pada standar-standar.
Kegunaan dasar sistem penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki
kinerja orang-orang, tim dan organisasi secara keseluruhan. Sistem tersebut
juga berperan untuk membantu keputusan-keputusan administratif yang
berkenaan dengan kenaikan bayaran, transfer, atau pemberhentian. Di samping
itu, sistem penilaian harus bisa dipertanggungjawabkan secara hukum.
Meskipun tidak ada sistem yang sempurna, setiap sistem harus memiliki
karakteristik-karakteristik tertentu. Organisasi-organisasi harus mengupayakan
penilaian yang akurat atas kinerja yang memungkinkan pengembangan
rencana untuk memperbaiki kinerja individual dan kelompok. Sistem tersebut
harus secara jujur memberi informasi kepada orang-orang mengenai posisi
mereka dalam organisasi. Faktor-faktor yang dapat membantu dalam mencapai
tujuan-tujuan tersebut adalah kriteria yang terkait pekerjaan, harapan-harapan
kinerja, sandarisasi, penilai yang terlatih, kominikasi terbuka berkelanjutan,
32
melaksanakan tinjauan kinerja dan due process.48 Proses penilaian kinerja
adalah sebuah perjalanan panjang dari perencanaan program, keberlangsungan
program dan evaluasi program. Keberhasilan proses penilaian kinerja
dipengaruhi oleh faktor internal berupa komitmen individu dan faktor
eksternal berupa kondisi lingkungan atau organisasi.
C. Model Manajemen Sumber Daya Manusia Guru
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah pemanfaatan
sejumlah individu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Pengembangan
sumber daya manusia adalah fungsi MSDM utama yang tidak hanya terdiri
atas pelatihan dan pengembangan namun juga aktivitas-aktivitas perencanaan
dan pengembangan karier individu, pengembangan organisasi, serta
manajemen dan penilaian kinerja.49
Gambar 3. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber: R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia
(Erlangga: Jakarta, 2008), hlm. 5.
48 R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Erlangga, 2008),
hlm.221. 49 R. Wayne Mondy, Manajemen hlm.4.
Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Kompensasi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Hubungan
Kekaryawanan dan
Perburuhan
Penyediaan Staf
Manajemen Sumber
Daya Manusia
33
Mentoring dan coaching menjadi cara penting dalam pengembangan
manajemen. Aktivitas-aktivitas coaching dan mentoring bisa terjadi secara
formal atau informal. Mentoring adalah pendekatan dalam memberi nasihat,
membimbing, dan membina, untuk menciptakan hubungan praktis guna
mendorong pertumbuhan dan pengembangan karir individu, pribadi dan
profesional. Sedangkan coaching sering dianggap sebagai tanggung jawab
atasan langsung yang memberikan bantuan, hampir seperti mentor.50
Neila Ramdhani dalam bukunya Menjadi Guru Inspiratif yang
merupakan rangkuman materi pada pelatihan Teacher Quality Improvement
(TQI) banyak mengemukakan tentang manajemen sumber daya manusia.
Salah satunya tentang teori Kanter (2001) bahwa menumbuhkan komitmen
perlu juga memahami aspek kognitif, emosi dan moral dari manusianya.
Ketiga unsur pemroses informasi tersebut harus diaktifkan. Aspek kognitif
ditumbuhkan dengan berbagai kesempatan menambahkan ilmu pengetahuan
(mastery), aspek emosi ditumbuhkembangkan dengan perasaan sebagai warga
(membership) yang berada diantara warga lainnya. Sedangkan asapek moral
manusia perlu digugah dengan kembali merenungkan makna (meaning) dari
profesi yang diembannya. Hidup yang bermakna adalah hidup yang berguna
untuk orang lain. Dalam budaya Jawa ada istilah urip niku urup yang artinya
hidup itu adalah untuk menghidupkan orang lain.51
Sebagai pusat pembelajaran, sekolah harus memfasilitasi warganya
terutama para guru untuk terus menambah pengetahuannya dengan cara
50 R. Wayne Mondy, Manajemen hlm.224. 51 Djamaludin Ancok dan Neila Ramdhani, Pemimpin Sekolah yang Inspirasional
(Jakarta: Titian Foundation, 2014), hlm. 24-25.
34
belajar terus menerus (life long learning).Aktivitas menambah pengetahuan ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti berbagai program
pendidikan yang tersedia. Forum berbagi pengetahuan dapat dijadikan
alternatif berbagi pengetahuan dan pengalaman. Sebagai seorang pembelajar,
guru perlu membiasakan diri untuk memanfaatkan media yang tersedia (surat
kabar, televisi, internet) untuk memperbaiki ilmu yang dimilikinya.52
Mondy mendefinisikan Manajemen SDM sebagai pemanfaatan para
individu untuk mencapai tujuan organisasi.53 Model manajemen
pengembangan sumber daya manusia yang digagas oleh Neila Ramdhani
mengajak guru dengan mengenali diri sendiri. TQI adalah model pelatihan
yang di dalamnya mengajak semua peserta pelatihan untuk merasakan apa
yang sebetulnya harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pendidik.
“Guru adalah sebuah profesi. Profesionalitas guru tentunya sangat
terkait dengan unsur manajemen kerja guru: bagaimana guru membuat
perencanaan, kemudian mengaplikasikannya dengan mengajar di kelas,
lalu harus ada evaluasi tentang kualitas pembelajaran itu hari demi
hari”54
Profesionalitas guru dapat dilakukan dengan model continuous
improvement, yaitu usaha-usaha berkelanjutan yang dilakukan untuk
mengembangkan dan memperbaiki produk, pelayanan, ataupun proses. Usaha-
52 Djamaludin Ancok dan Neila Ramdhani, Pemimpin, hlm. 34-37. 53 R. Wayne Mondy, Manajemen, hlm.4. 54 Munif Chatib, Profesionalitas Guru, https://www.facebook.com diakses 12 maret
2014.
35
usaha tersebut bertujuan untuk mencari dan mendapatkan “bentuk terbaik”
dari improvement yang dihasilkan, yang memberikan solusi teraik bagi
masalah yang ada, yang hasilnya akan bertahan dan bahkan berkembang
menjadi lebih baik lagi.
Berubah dari guru dalam zona nyaman menjadi guru yang terus
berproses menjadi gurunya manusia, berubah dari passenger menjadi driver.
Rhenald Kasali memberikan tiga kata kunci dalam perubahan, yaitu passport,
assertiveness dan agility. Hernowo mengartikan assertiveness sebagai seni
bertutur kata, menampilkan gerak isyarat yang menunjukkan ketegasan,
namun tetap bersahabat. Untuk dapat memiliki sikap asertif seperti yang
dilukiskan Rhenald Kasali, diperlukan latihan-latihan yang kontinu dan
konsisten. 55 Sikap asertif sangat penting dimiliki oleh guru yang dalam
kesehariaannya banyak berkomunikasi dengan siswa, rekan guru, kepala
sekolah dan wali siswa serta warga sekolah lainnya. Melalui latihan akan
dibangkitkan kesadaran diri, kemampuan bernegosiasi, membaca isyarat,
mengurangi agresivitas, memperbaiki tone , dan komunikasi.56
Sekolah sebagai organisasi pembelajar harus mengembangkan
dirinya, menurut Peter Senge (2006) memiliki lima ciri, yakni:57
55 Hernowo, Passport, Assertiveness, dan Agility: Bahasa Perubahan Rhenald Kasali,
https://www.facebook.com, Diakses pada 5 November 2014. 56 Rhenald Kasali,Self Driving : Menjadi Driver atau Passenger,(Mizan: Jakarta,
2014) hlm. 99. 57 Djamaludin Ancok, Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi, (Jakarta: Erlangga,
2012), hlm. 112-115.
36
1. Shared vision, dalam organisasi pembelajar, setiap warga organisasi
mengembangkan visi bersama agar memiliki cita-cita bersama serta
bergerak ke arah dan tujuan yang sama.
2. Mental model, setiap orang dalam organisasi harus memiliki pandangan
positif terhadap kemampuan setiap karyawan untuk berinovasi. Setiap
manusia pada dasarnya punya potensi menjadi inovator
3. System thinking, tiap-tiap unit dalam organisasi akan bersedia dan dengan
mudah untuk berbagi pengetahuan, saling menolong, serta berbagi sumber
daya demi kemajuan bersama.
4. Team learning, setiap warga organisasi harus saling mengasah
pengetahuan mereka melalui saling berbagi (silih asah), baik antarsesama
anggota kelompok dalam unit kerja, maupun dengan anggota kelompok
antar unit kerja.
5. Personal mastery (pengembangan potensi diri), kompetensi yang
dikembangkan bukan hanya kompetensi dibidang pengetahuan dan
ketrampilan kerja, tetapi kompetensi lunak (soft competence).
Pelatihan dan pengembangan (training and development) adalah
jantung dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi karyawan
dan kinerja organisasi. Pelatihan memberi para pembelajar pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka saat ini. Di sisi lain,
pengembangan melibatkan pembelajaran yang melampaui pekerjaan saat ini
dan memiliki fokus jangka panjang. Mondy dengan jelas menyatakan bahwa
pelatihan dan pengembangan bukan sekedar sesuatu yang menyenangkan
37
untuk diberikan. Pelatihan dan pengembangan adalah sumber daya stratejik,
sesuatu yang perusahaan-perusahaan harus manfaatkan untuk memberi tenaga
bagi organisasi mereka di abad ke- 21 ini. 58
Bagan 2. Proses pelatihan dan pengembangan
Sumber: R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia (Erlangga: Jakarta, 2008), hlm. 214.
Manajemen dalam konsep mutu berlaku bagi setiap orang, sebab setiap
orang dalam sebuah institusi, apapun status, posisi atau peranannya, adalah
58 R. Wayne Mondy, Manajemen, hlm.211.
Tentukan kebutuhan yang spes i fik
Tentukan tujuan yang spesifik
Pil ih metode dan sistem penyampaian
Implementasikan program
Evaluasi program
LINGKUNGAN EKSTERNAL
LINGKUNGAN INTERNAL
38
manajer bagi tanggungjawabnya masing-masing. Guru adalah manager bagi
tanggung jawabnya sesuai dengan tugas pokok guru.59
Pengembangan manajemen terdiri atas seluruh pengalaman pelatihan
yang diberikan oleh organisasi yang menghasilkan peningkatan ketrampilan
dan pengetahuan yang diperlukan dalam posisi-posisi manajerial saat ini dan
di masa mendatang. Pemberdayaan guru dengan memberikan pengalaman
belajar oleh lembaga pendidikan diperlukan dalam menentukan profesionalitas
saat ini dan masa mendatang. Penyelenggaraan pelatihan manajemen yang
dilakukan dalam lembaga pendidikan memiliki beberapa keunggulan, yaitu: 1)
pelatihan yang lebih spesifik sesuai kebutuhan, 2) biaya lebih rendah, 3) waktu
lebih sedikit, 4) bahan-bahan yang relevan dan konsisten, 5) lebih banyak
kontrol atas isi dan pengajaran dan 6) pengembangan budaya organisasi dan
kerja tim.60
Dalam konsep mutu, staf dalam institusi harus memahami dan
melaksanakan pesan moral peningkatan mutu. Ada dua hal penting yang
diperlukan staf untuk menghasilkan mutu. Pertama, staf membutuhkan sebuah
lingkungan yang cocok untuk bekerja. Mereka membutuhkan alat-alat
ketrampilan dan mereka harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang
sederhana dan membantu pekerjaan mereka. Kedua, untuk melakukan
pekerjaan dengan baik, staf memerlukan lingkungan yang mendukung dan
menghargai kesuksesan dan prestasi yang mereka raih.61
59 Edward Sallis,Total Quality Management in Education,(IRCiSoD: Jogjakarta,
2012), hlm. 74. 60 R. Wayne Mondy, Manajemen, hlm.223-224. 61 Edward Sallis,Total,hlm. 79.
39
Aspek penting dari peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah
memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang yang luas untuk
meningkatkan pembelajaran para pelajar. Stanley Spanbauer, Ketua Fox
Valley Technical College, yang telah memperkenalkan TQM ke dalam
pendidikan kejuruan di Amerika Serikat, berpendapat bahwa, “Dalam
pendekatan berbasis mutu, kepemimpinan di sekolah bergantung pada
pemberdayaan para guru dan staf lain yang terlibat dalam proses belajar
mengajar. Para guru diberi wewenang untuk mengambil keputusan, sehingga
mereka memiliki tanggungjawab yang besar. Mereka diberi keleluasaan dan
otonomi untuk bertindak.”62
Guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya memerlukan
kedisiplinan. Rhenald Kasali menyatakan bahwa tak ada yang mampu
mengalahkan manusia-manusia yang disiplin. “Bahkan senjata yang lebih
modern dan pasukan yang lebih banyak sekalipun tak akan bisa mengalahkan
Samurai.” Lebih lanjut Kasali menambahkan definisi disiplin sebagai sebuah
komitmen. Meski sesuatu berubah, kalau kita berkomitmen, maka kita selalu
siap menghadapi dan memenuhinya. Self dicipline adalah sebuah kemampuan
yang memungkinkan manusia bertindak tanpa terganggu oleh keadaan emosi.
63 Kedisiplinan adalah saat seseorang sudah mampu bertindak disiplin tanpa
diikuti oleh keinginan yang menguntungkan diri sendiri.
Pelatih profesional Deborah Van Grift mengatakan bahwa investasi
dalam pelatihan memberikan hasil yang besar dalam pelbagai bidang sebagai
62 Edward Sallis,Total,hlm. 174-175. 63 Rhenald Kasali,Self Driving : Menjadi Driver atau Passenger,(Mizan: Jakarta,
2014) hlm. 111-119.
40
berikut: lingkungan kerja, komunikasi, produktivitas dan sumber daya
manusia. Model dari pelatihan dalam dunia olahraga diterapkan dalam dunia
pendidikan dengan membawa perubahan dan inovasi.64
Stix & Hrbek menekankan upaya mengembangkan bakat para siswa
supaya mereka dapat menampilkan bahan ajar ke hadapan rekan-rekan setim
mereka. Ketika bahan ajar menjadi hidup dalam cara ini, para siswa merasa
terlibat dan termotivasi. Stix & Hrbek menawarkan suatu metodologi
kepelatihan baru yang membantu guru mendorong para siswa untuk
membawakan materi pelajaran dengan cara yang bermakna. Prosedur dan
strategi yang ditampilkan melibatkan para siswa dalam suatu pembelajaran
berbasis proyek, di mana mereka ditantang untuk berpartisipasi secara aktif
dalam model lokakarya pemeriksaan. Metodologi tersebut terbagi dalam dua
bagian utama. Pada bagian pertama, membahas manfaat kepelatihan dalam
kelas, teknik melatih siswa untuk mengembangkan performa mereka, teknik
menolong siswa membangun kepercayaan diri mereka untuk mengambil resiko,
dan teknik mengembangkan suasana saling percaya dimana tingkat stres
berkurang sementara siswa menumbuhkan kepercayaan diri demi mencapai
kesuksesan. Pada bagian kedua, memberikan penjelasan mendetail tentang
strategi-strategi untuk membantu para siswa membaca, menulis, dan
mendengarkan bahan pelajaran yang bermakna.65
Guru sebagai pelatih adalah guru yang menfokuskan materi pelajaran
pada apa yang dibutuhkan oleh siswa dalam hal pendekatan pembelajaran.
64 Stix & Hrbek, Guru sebagai Pelatih Kelas (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 1. 65 Stix & Hrbek, Guru sebagai Pelatih Kelas (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm 1-5.
41
Guru akan fokus pada materi yang harus dikuasai siswa dengan menggunakan
pendekatan pentingnya berprestasi bagi siswa. Komunikasi guru terhadap siswa
akan menentukan kesusksesan siswa dalam memperoleh pelajaran yang
bermakna.
D. Peran Otak dan Hati dalam Proses Manajemen Guru
Pentingnya manajemen guru dilatarbelakngi hasil penelitian seperti
dikutip Kasali dalam bukunya Self Driving:
Dari sejumlah orang yang menekuni profesi tertentu, hanya kurang dari 2% yang benar-benar serius dan mengembangkan dirinya. Yang lain
terperangkap dalam mentalitas penumpang yang memilih untuk menunggu.
Profesi guru memerlukan manajemen guru agar tidak terperangkap dalam
mentalitas seperti dimaksud oleh Kasali. Manejemen guru adalah manajemen
terhadap apa yang ada dalam tubuh guru. Otak sebagai salah satu organ
penting dalam diri manusia, otak manusia bisa berubah, berkembang atau
mengecil. Sejak dulu kala para ilmuwan menyebutkan tiga inti pada manusia,
yaitu mind, body, and soul. Tanpa melatih ketiganya maka sia-sialah potensi
yang diberikan Tuhan pada manusia. Otak yang berkembang hanya mungkin
terjadi dalam organisasi yang mengedepankan proses yang dinamis, bukan
semata-mata melihat kecerdasan di masa lalu, IQ, bakat atau ijazah. 66
Pengembangan SDM sangat bermanfaat untuk mencerdaskan otak.
Dan otak yang cerdaslah yang sangat bermanfaat untuk bisa mencari
66 Rhenald Kasali,Self Driving : Menjadi Driver atau Passenger,(Mizan: Jakarta,
2014) hlm. 235-237.
42
penyelesaian masalah yang dihadapi seorang guru. Otak yang tidak diasah,
bisa mengalami penurunan kualitas. Bisa mengalami keguguran sel-sel
otaknya. Kecuali jika kualitas otak tersebut senantiasa dirawat, dengan cara
selalu mempergunakannya untuk berpikir. Karena semakin otak diajak
berpikir, semakin pandailah otak, dan semakin mudah dan cepatlah ia
menyerap informasi.67 Posisi guru sebagai manajer pembelajaran, harus
senantiasa ditingkatkan kemampuan profesionalitasnya dalam semua bidang
kompetensi. Jika gurunya tidak dikembangkan kualitasnya, pasti peserta
didiknya pun tak akan bisa berkembang.
Guardian angel sebagai pemimpin dalam manajemen guru harus
memiliki kemampuan kepemimpinan dan manajerial secara berimbang: lead
by heart, manage by head.68 Manajemen guru dengan model manajemen
humanis, ketika guardian angel harus berhadapan dengan persoalan yang
terkait dengan orang, maka ia harus menggunakan pendekatan-pendekatan
empati, kepercayaan, atau hubungan personal (pendekatan hati/ emosional).
Namun, ketika menghadapi persoalan-persoalan pekerjaan, maka ia harus
menggunakan pendekatan sistem, profesionalitas, objektivitas, atau efisiensi-
efisiensi (pendekatan pikiran/ rasio).
Arif Yahya menceritakan pengalaman dalam memimpin perusahaan
Telkom dalam bukunya Great Spirit Grand Strategy. Menurutnya manajemen
sumber daya manusia dengan berfalsafah spiritual akan mampu menghasilkan
67 Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga (Jakarta: Pustaka Inti, 2009), hlm. 237. 68 Arif Yahya, Great Spirit, Grand Strategy, Corporate Philosophy, Leadership
Architecture, and Corporate Culture for Sustainable Growth (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm.
121.
43
sesuatu yang luar biasa. Arif Yahya menyatakan bahwa keselarasan antara visi
spiritual karyawan dengan visi spiritual organisasi menjadi kunci agar selalu
menghasilkan perkerjaan yang terbaik.69
Lebih lanjut, Arif Yahya menawarkan konsep Spiritual Capital
Management (SCM) yang di dalamnya memiliki tiga tujuan strategis. Pertama,
menciptakan spirit di kalangan karyawan bahwa bekerja merupakan
manifestasi dari ibadah dan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, membentuk karyawan yang memiliki integritas tinggi dalam bekerja.
Ketiga, yang merupakan tujuan tertinggi, adalah membangun karakter Ihsan
dalam bekerja.
Departemen sumber daya manusia bertanggung jawab terhadap
aktivitas perusahaan yang bervariasi dengan melaksanakan fungsi-fungsinya.
Menurut Mondy, fungsi-fungsi sumber daya manusia terdiri dari: a) human
resources planning, recruitment and selection; b) human resources
development; c) compensation and benefit; d) safety and healthy; e) employee
and labor relation
Fungsi-fungsi sumber daya manusia dapat dilakukan dengan sebuah
program manajemen kinerja yang pada dasarnya adalah sebuah proses dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia. 70 Dalam proses manajemen kinerja,
terdapat 5 kegiatan utama, yaitu: (1) merumuskan tanggung jawab yang harus
dicapai, (2) menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai
69 Arif Yahya, Great Spirit, Grand Strategy, Corporate Philosophy, Leadership
Architecture, and Corporate Culture for Sustainable Growth (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm.
20. 70 Achmad S. Ruky, Sistem Manajemen Kerja, Panduan Praktis untuk Merancang
dan Meraih Kinerja Prima (Jakarta: Gramedia, 2006), hlm.18.
44
oleh karyawan dalam kurun waktu tertentu, (3) melakukan “monitoring”,
koreksi, memberikan bantuan dan kesempatan yang diperlukan, (4) menilai
dengan standar/ tolak ukur yang ditetapkan, dan (5) memberikan umpan balik.
Pengembangan SDM adalah fungsi utama dalam MSDM yang tidak
hanya terdiri atas pelatihan dan pengembangan, namun juga aktivitas-aktivitas
perencanaan dan pengembangan karir individu, pengembangan organisasi,
serta manajemen dan penilaian kinerja.71
Peningkatan kualitas dan kompetensi internal merupakan salah satu
dari empat falsafah kepemimpinan stratejik.72 Mutu guru adalah aspek penting
dalam manajemen stratejik dalam kepemimpinan di sekolah. Kepemimpinan
kepala sekolah menjalankan manajemen strategik termasuk didalamnya dalam
memilih model manajemen. Manajemen guru dalam kepemimpinan statejik
berkontribusi pada pengembangan kompetensi guru.
Pengembangan kompetensi guru adalah salah satu tujuan manajemen
sumber daya manusia, yaitu tujuan personal. Mondy menambahkan tujuan
personal para karyawan akan tercapai jika para karyawan dipelihara,
dipertahankan dan dimotivasi. Jika tidak demikian, kinerja dan kepuasan
karyawan akan menurun dan karyawan bisa meninggalkan organisasi.73 Guru
sebagai sebuah individu mempunyai 3 modal utama, yaitu: (1) modal
intelektual, (2) modal moral dan (3) modal kreativitas.
71 R. Wayne Mondy, Manajemen, hlm.8. 72 J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik (Bandung: Grasindo,2004), hlm. 53. 73 R. Wayne Mondy, Manajemen, hlm.223.
45
Modal moral berlandaskan pada kecerdasan moral yang berbasis pada
empat kompetensi moral, yaitu:74
a. Integritas (integrity), yakni kemauan seseorang untuk mengintegrasikan
nilai-nilai universal dalam perilaku. Individu memilih berperilaku yang
tidak bertentangan dengan kaidah perilaku etis yang universal.
b. Bertanggung jawab (responsibility) atas perbuatan yang dilakukannya.
Hanya orang-orang yang mau bertanggung jawab atas tindakannya dan
memahami konsekuensi dari tindakannya yang bisa berbuat sejalan dengan
prinsip etika universal
c. Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan merugikan
orang lain, karena dia menyadari memberi kasih sayang pada orang lain
juga sama dengan memberi kasih sayang pada diri sendiri. Orang yang
melanggar etika adalah orang-orang yang tidak memiliki kasih sayang
pada orang lain yang dirugikan, sebab perbuatannya melanggar hak orang
lain
d. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang terarah (diberikan) pada sesama
manusia. Orang yang memiliki kecerdasan moral tinggi bukanlah tipe
orang pendendam yang membalas perilaku tidak menyenangkan dengan
cara yang tidak menyenangkan pula.
Modal kreativitas adalah bagian penting dari modal manusia dalam
kaitannya dengan proses inovasi. Sebuah inovasi pembelajaran akan muncul
dari guru yang mempunyai pemikiran kreatif atau dari sekumpulan guru yang
74 Djamaludin Ancok, Psikologi, hlm. 76.
46
kreatif. Para pakar berbeda pendapat tentang definisi kreativitas. Menurut
mereka ada beberapa ciri kreativitas, yakni:75 a)Fleuncy;
b)Flexibility;c)Originality; d)Elaboration; e)Visualization ; f)Transformation;
g)Intuition; h)Synthesis
Modal intelektual didefinisikan Djamaludin Ancok sebagai
pengelolaan modal intelektual merujuk pada knowledge management.
Modal intelektual (intellectual capital) adalah suatu istilah yang
memiliki berbagai pengertian. Dalam konteks pengelolaan pengetahuan
(knowledge management), yang sifatnya berupa tacit knowledge dan
explicit knowledge.76
Dalam kondisi yang ditandai oleh perubahan yang super cepat,
manusia harus terus menerus memperluas pengetahuannya dan meningkatkan
daya kritisnya dalam melihat sebuah fenomena. Modal intelektual terletak
pada kemauan untuk berpikir dan kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang
baru, modal intelektual tidak selalu ditentukan oleh pendidikan formal yang
tinggi.
Pandangan positif Munif Chatib terhadap guru yang mempunyai
keinginan untuk belajar menjadi gurunya manusia, mendasari pentingnya
perilaku positif pada setiap guru di sekolahnya manusia. Neila Ramdhani
menuliskan aspek utama dalam psikologi positif.
Psikologi positif yang dimotori oleh Martin Seligman (Seligman,
2002) memfokuskan perhatiaan pada upaya menggali dan mengembangkan karakter yang merupakan sisi kekuatan manusia
75 Djamaludin Ancok, Kepemimpinan, hlm. 68. 76 Djamaludin Ancok, Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi (Jakarta: Erlangga,
2012), hlm. 53.
47
(promotion of character strength) agar terhindar dari permasalahan
psikologis di dalam hidup. Pengenalan dan pengembangan sisi kekuatan karakter akan menghantarkan hidup individu pada kebahagiaan yang murni (authentic happiness) dan mampu berfungsi
secara optimal (optimal functioning) dalam kehidupannya, baik sebagai individual, anggota keluarga, anggota masyarakat dan negara.
Ada tiga aspek utama yang menjadi titik perhatian perkembangan
manusia yang optimal yakni: Emosi yang positif (positive emotion), sifat diri
yang positif (positive personal traits) atau untuk selanjutnya disebut dengan
karakter positif, dan institusi yang positif (positive institution).
Profesi seorang guru tercermin pada pencapaian hasil terbaik, dan flow
(kondisi bekerja yang mengalir, tanpa beban, bahkan seolah-oleh waktu
berlalu begitu cepat). Kecintaan pada profesi muncul karena guru berhasil
memberikan makna lebih (meaningful) atas apa yang dikerjakan dan passion:
gairah, semangat, antusias.77
Kecintaan pada profesi saja, sepertinya tidaklah cukup. Tuntutan
berikutnya adalah kemampuan dalam menunaikan pekerjaan, amanah, atau
tanggung jawab dengan kualitas terbaik, unik, dan menginspirasi. Ini hanya
bisa dipenuhi ketika seseorang memiliki daya pembeda (different)-hampir
sama dengan istilah diferensiasi dalam marketing-dan juga kemampuan untuk
terus melakukan terobosan-terobosan baru yang bermanfaat (innovative).
Nonaka dan Takeuchi membedakan pengetahuan menjadi dua dimensi:
pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit yang pertama
kali dipopulerkan Michael Polanyi adalah pengetahuan yang dibangun dari
pengalaman-pengalaman, bersifat subyektif dan personal sehingga cukup sulit
77 Munif Chatib, dkk.Guardian Angel, (Bandung: Kaifa, 2013), hlm. 27.
48
untuk memformalkan dan membagi kepada orang lain. Pengetahuan tacit
meliputi wawasan, pengalaman, intuisi dan firasat yang tidak mudah nampak
atau diekspresikan. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan formal dan
sistematis, dapat diekspresikan dengan mudah dalam kalimat atau angka.
Pengetahuan eksplisit berupa rasionalitas yang mudah dikomunikasikan dan
dibagi kepada pihak lain dalam bentuk data, formula, kodifikasi prosedur, atau
prinsip-prinsip universal.
Nonaka dan Takeuchi merepresentasikan proses transfer pengetahuan
dalam model knowledge spiral yang terdiri dari empat tipe pembangkitan dan
transformasi pengetahuan, meliputi: sosialisasi, eksternalisasi, internalisasi,
dan kombinasi. Masing-masing saling mengikuti secara spiral dan
mentransformasi pengetahuan dari individu ke individu lain atau ke suatu
kelompok/organisasi.
Sosialisasi adalah mempertukarkan dan saling berbagi pengetahuan
tacit (tacit to tacit) melalui pembicaraan orang per orang atau melalui berbagi
pengalaman. Eksternalisasi: pengetahuan tacit dibuat menjadi pengetahuan
eksplisit, misalnya melalui kodifikasi, dan dibagikan dalam suatu kelompok
(tacit to explicit). Kombinasi: pengetahuan eksplisit dikumpulkan kemudian
dikombinasikan untuk menghasilkan pengetahuan baru (explicit to explicit).
Internalisasi: pengetahuan eksplisit dibuat dan diubah menjadi pengetahuan
tacit (explicit to tacit).
49
E. Motivasi, Kompetensi Guru dan Manajemen Waktu
Motivasi guru dalam mencapai tingkat kompetensi profesional
membutuhkan manajemen waktu. Mengenali motivasi guru dalam bekerja
akan memudahkan pihak manajemen pengembangan guru. Manajemen waktu
mendukung guru untuk memanfaatkan waktu bekerjanya dengan sebaik-
bainya. Hizbul Muflihin mendifinisikan motivasi kerja sebagai kondisi yang
berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja. Beberapa teori kerja dikemukakan oleh
Muflihin yang sering dipakai untuk meneropong jenis motivasi apa yang
mendasari seseorang berbuat, diantaranya: 78
1. Teori X dan Y (Mc Gregor)
Teori X memberikan gambaran betapa seorang pemmimpin atau
manajer harus mampu melakukan pengawasan yang ketat, tugas-tugas
yang jelas, dan menetapkan imbalan atau hukuman yang sepadan pula.
Teori X ini memberi gambaran bahwa pada intinya setiap oranng,
termasuk guru pada dasarnya hanya ingin tugas-tugas dapat dilaksanakan
sesuai prosedur atau cara kerja yang ditetapkan, namun tidak suka untuk
menerimaa resiko jika terjadi sesuatu hal yang berkaitan dengan kualitas
tugasnya.
Sebaliknya, teori Y mengharapkan manajer mesti terbuka dan
mendorong inisiatif kompetensi dalam bekerja. Pada prinsipnya manusia
suka bekerja, sebab bekerja tidak lain aktifitas alami, dan masalah gaji atau
78 Muh. Hizbul Muflihin, Manajemen Kinerja Tenaga Pendidik, Relasi
Kepemimpinan, Kompetensi, dan Motivasi Kerja, (Purwokerto: STAIN Press, 2014), hlm.
107.
50
insentif adalah implikasinya, dengan sendirinya diawasi atau tidak menurut
teori Y ini tidak banyak berpengaruh pada kerja yang dilakukannya.
2. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal
yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti
bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor
hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku
seseorang dalam kehidupan seseorang.
Secara umum motivasi guru dalam bekerja yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik ini disinggung pula dalam firman Allah SWT dalam surat Al
Baqarah: 200 yang berbunyi:79
Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah
Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat.
Muflihin menyebutkan bahwa ayat tersebut secara tegas
menunjukkan bahwa di dalam beribadah termasuk di dalamnya bekerja
dengan profesi sebagai guru, dimungkinkan ada yang mempunyai tujuan
atau motivasi sekadar ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia saja,
79 Muh. Hizbul Muflihin, Manajemen Kinerja…, hlm. 118.
51
termasuk kategori motivasi ekstrinsik. Sedangkan yang bekerja
mengharapkan adanya kebahagiaan bathin, ruhani, termasuk kategori
motivasi intrinsik.
3. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hal
yang termasuk dalam faktor internal adalah: a) persepsi seseoranng
mengenai diri sendiri; b) harga diri; c) harapan pribadi; d) kebutuhan; e)
keinginan; f) kepuasan kerja; g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain
ialah: a) jenis dan sifat pekerjaan; b) kelompok kerja dimana seseorang
bergabung; c) organisasi tempat bekerja; d) situasi lingkungan pada
umumnya; e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
Dalam prespektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah
merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yaitu:80
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru meliputi pemahaman
guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
80 Suyanto dan Asep Djihad, Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional ,
(Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), hlm.49.
52
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Menurutt Hall & Lindzey, (1970: 167), kepribadian dapat didefinisikan:
“The personality is not a series of biographical facts but something more
general and enduring that is inferred from the facts.” Definisi itu
memperjelas konsep kepribadian yang abstrak yang karenanya bisa
dirumuskan konstruknya lebih memiliki indikator empirik. Namun ia
menekankan bahwa teori kepribadian bukan sesederhana sebuah
rangkuman kejadian-kejadian. Implikasi dari pengertian tadi adalah bahwa
kepribadian individu merupakan serangkaian kejadian, dan karakteristik
dalam keseluruhan kehidupan dan merefleksasikan elemen-elemen tingkah
laku yang bertahan lama, berulang-ulang, dan unik.
3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
53
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya.
Pada praktiknya, guru menerangkan pelajaran dan siswa memperhatikan,
selanjutnya siswa diuji tentang kemampuannya menangkap materi yang telah
diajarkan oleh guru. Jika siswa tidak mampu memberikan jawaban secara
benar, maka kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Ada juga guru
dalam mengajar melibatkan siswa, memberikan porsi yang banyak kepada
siswa untuk aktif sehingga guru mampu bertindak sebagai fasilitator. Dalam
proses pembelajaran, siswa memang harus dikondisikan secara positif
sehingga tumbuh perasaan senang dan memiliki motivasi untuk
memperhatikan seluruh materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran
yang menarik bukanlah sekedar menyenangkan tanpa target. Ada sesuatu yang
ingin dicapai dalam proses pembelajaran, yaitu pengetahuan atau ketrampilan
baru. Jadi, pembelajaran menarik (sebagaimana yang diharapkan siswa), ia
harus mampu memfasilitasi siswa untu bisa berhasil mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal, dengan cara mudah, cepat, dan menyenangkan.
Target kompetensi untuk seorang guru sudah tersusun rapi dalam
peraturan perundang-undangan. Namun tentunya, hal yang harus dilakukan
setelah itu adalah merealisasikanya. Hal terpenting dalam program
peningkatan kualitas guru adalah niat dan kemauan guru untuk kreatif dan
bertanggung jawab terhadap keberhasilan pekerjaannya. 81 Secara sederhana
Munif Chatib memberikan definisi terhadap kompetensi guru sebagai berikut:
81 Munif Chatib, Gurunya…, hlm.29.
54
1) kompetensi pedagogi, adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa
yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya; 2) kompetensi kepribadian,
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa yang akan menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak
mulia; 3) kompetensi profesional, adalah penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam sehingga guru dapat membimbing siswa memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dan 4) kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif di antara peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Mulyasa mendefinisikan kompetensi guru sebagai berpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara
kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup
penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang
mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Mulyasa
menambahkan, selain standar profesi di atas, guru perlu memiliki atandar
mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik dan psikis, sebagai berikut:82
1. Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai,
mengabdi dan memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya
82 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung : Rosdakarya,
2012), hlm. 28.
55
2. Standar moral: guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral
yang tinggi.
3. Standar sosial: guru harus mampu mempunyai kemampuan untuk
berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat lingkungannya.
4. Standar spiritual: guru harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
yang diwujudkan dalam ibadah sehari-hari.
5. Standar intelektual: guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan
baik dan profesional.
6. Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki
penyakit menular yang membahayakan diri, peserta didik dan
lingkungannya.
7. Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan
jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas
profesionalnya.
Seorang guru yang bekerja dengan profesional nilai dan manfaatnya
bukan saja akan memberi kepuasan kepada wali siswa dengan prestasi
anaknya, seluruh warga lembaga pendidikan, akan tetapi juga akan dilihat oleh
Allah SWT dan akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Allah SWT
menegaskan dalam surat Al-Taubah: 105 sebagai berikut:83
83 Muh. Hizbul Muflihin, Manajemen Kinerja …, hlm. 103.
56
105. dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Setiap guru mempunyai waktu bekerja yang sama, rata-rata 37,5 jam
dalam satu pekan. Namun dengan modal waktu yang sama ini, ternyata hasil
yang diperoleh satu guru dengan guru lain bisa jauh berbeda. Manajemen
pengelolaan waktu merupakan salah satu kuncinya. Karena modal waktu yang
diberikan kepada manusia tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang dan
hari kiamat. Maka, siapa yang hanya mampu menghabiskan waktu, tak akan
banyak yang bisa ia peroleh. Tetapi siapa yang bisa memanfaatkan waktu,
dialah yang bisa memetik hasil lebih banyak.84
Guru yang belum terbiasa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan
yang efektif, dengan manajemen waktu pada manajemen guru model GA
diharapkan akan mampu menghargai mahalnya waktu. Perlahan, dengan
upaya guru untuk bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal, guru akan
belajar semakin banyak untuk memanfaatkan waktu, bukan sekadar
menghabiskan waktu. Dengan belajar menghargai waktu, guru hanya
84 Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga (Jakarta: Pustaka Inti, 2009), hlm. 116.
57
memerlukan sedikit waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dalam manajemen
waktu yang telah disusunnya.
58
BAB III
BIOGRAFI MUNIF CHATIB
A. Latar Belakang Sosial Kultural
Munif Chatib lahir di Surabaya 5 Juli 1969, dan mendapatkan julukan
Sang Mutiara dari Sidoarjo oleh Neno Warisman. Ketertarikannya di dunia
pendidikan di awali ketika masih di bangku SMA. Meskipun masih berstatus
siswa kelas 3, beliau ikut membantu gurunya memberi bimbingan belajar
kepada teman-temannya. Namun menurut bapak yang mempunyai seorang
putri yang sudah duduk dikelas 1 SMP ini mengatakan bahwa, meskipun ia
suka mengajar namun waktu itu tidak ada orang yang mengarahkan untuk
jenjang S1 nya, sehingga beliau merasa salah jurusan.
“Saya masuk di fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, dan
tahun pertama saya seperti masuk ke dunia lain,” kenang bapak yang senang
menulis puisi. Karena itulah beliau tidak begitu tertarik pada dunia hukum,
seperti menjadi hakim, jaksa atau pengacara, meskipun profesi pengacara
pernah dijalaninya pada tahun pertama kelulusannya menjadi sarjana hukum.
Namun hatinya lebih mantap menjadi pengajar. Dan pada tahun 1992 sebelum
diwisuda beliau dipercayakan untuk menjadi seorang asisten dosen di fakultas
hukum sebuah universitas baru di Sidoarjo. Namun malang, hanya 1 bulan,
beliau dikeluarkan dari kampus tersebut karena mengkritik dosennya dalam
memberikan kuliah yang monoton dan menjemukan.
59
Pengalaman pertama bekerja dirasakan benar pada saat tahun 1993
bergabung dengan perusahaan asing di Jakarta selama dua tahun. Sempat
memimpin sebuah lembaga pendidikan komputer dan bahasa Inggris di
Jakarta, akhirnya diminta oleh Universitas Nasional Jakarta untuk menjadi
pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Dan pada tahun 1998 sampai
1999 telah menyelesaikan studi dengan Distance Learning di Supercamp
Oceanside California USA yang dipimpin oleh Bobby de Porter.Dari 73
lulusan alumni pertama tersebut, beliau menduduki rangking 5 dan satu-
satunya lulusan dari Indonesia. Tesisnya, ”Islamic Quantum Learning”, cukup
menggemparkan dan sampai sekarang dijadikan referensi yang diminati di
Supercamp.
“Islamic Quantum Learning adalah kritik tentang penokohan fiktif
yang dikembangkan oleh Bobby de Porter. Dan sepertinya saya menemukan
hal yang luar biasa, yaitu ternyata mereka mengakui bahwa nilai-nilai Islam
adalah nilai-nilai terbaik dalam penerapan penokohan dan character building
yang diajarkan di sekolah-sekolah. Seperti seorang menimba air dari dalam
sumur. Air sumur itu adalah nilai Islam dan mereka menyedotnya dengan
mesin yang canggih. Sedangkan kita di Indonesia atau di sekolah-sekolah
Islam mengambil air itu dengan timba bocor. Inilah kelemahan kita yaitu
terletak pada metodologi,” ujar Munif Chatib yang selalu yakin bahwa sekolah
Islam mestinya dapat menjadi sekolah terbaik dan unggul.
“Namun bagaimanapun juga saya harus berterima kasih kepada semua
guru saya yang sudah memberikan banyak ilmu dengan metodologi yang
60
canggih. Bobby de Poerter beserta teamnya, dan beberapa direktur stakeholder
Supercamp, termasuk terima kasih saya kepada DR. Howard Gardner yang
membimbing saya dalam menyelesaikan pekerjaan maha berat, yaitu Multiple
Intelligence Research untuk diterapkan di Indonesia,” cerita Munif Chatib
yang sampai tahun 2007 ini sudah menyelesaikan lebih dari 12.000 responden
dalam melakukan Multiple Intelligence Research diberbagai kota di Indonesia.
Ada hal menarik dari intisari hasil belajarnya tersebut dan dikemas
dalam sebuah rumus yang cukup mengagetkan banyak orang, yaitu sebuah
rumus untuk sekolah unggul. Sekolah unggul menurut beliau adalah sekolah
yang memandang tidak ada siswa yang bodoh dan semua siswanya merasakan
tidak ada pelajaran satupun yang sulit.
“Coba anda bayangkan betapa cantiknya sebuah proses belajar dalam
sebuah kelas apabila guru memandang semua siswanya pandai dan cerdas dan
para siswanya merasakan semua pelajaran yang diajarkan mudah dan
menarik. Kelas tersebut akan hidup. Keluar dari kelas tersebut, semua siswa
mendapatkan pengalaman pertama yang luar biasa dan tak akan pernah lupa
seumur hidup. Coba anda bayangkan … bila kelas seperti itu terjadi pada
jutaan kelas di sekolah-sekolah di Indonesia. Pasti negara ini akan menjadi
negara maju yang diperhitungkan oleh dunia,” kata Munif Chatib yang merasa
banyak mendapat tantangan untuk mengangkat YIMI menjadi lembaga
pendidikan unggul dan diperhitungkan di Gresik.
61
Menurut Munif Chatib, YIMI adalah tantangan terberatnya.
“Alhamdulillah dengan kerjasama yang baik antara personel yayasan, kepala
sekolah dan para guru, sekolah ini dalam waktu satu tahun cukup mendapat
kepercayaan masyarakat. Ini adalah keberhasilan kolektif, ” ucapan syukur
beliau.
Pesan yang cukup perlu diperhatikan dari seorang yang selalu bersemangat
dalam bekerja ini adalah:
“Setiap sekolah dimanapun dengan kualitas apapun, para siswanya
adalah amanah yang perlu dijaga. Dan orang yang paling bertanggungjawab
adalah para guru. Sekolah unggul adalah sekolah yang mempunyai guru
profesional. Dan penyelenggara sekolah yang profesional adalah yang selalu
memikirkan kesejahteraan para gurunya.”
Munif Chatib yang bertempat tinggal di jalan Bougenvil C4
Sekardangan Sidoarjo, bersama istri dan puteri tercintanya ananda Bela tinggal
dalam lingkungan keluarga yang hangat. Suasana harmoni dalam keluarga
yang selalu menghidupkan diskusi mampu membuat seorang ayah mengenali
potensi putrinya dari awal. Pada jenjang sekolah dasar anada Bela yang
terkena kesulitan dalam mengenali angka (diskalkulia), mampu melewati
setiap jenjang pendidikan dengan dukungan penuh dari kedua orang tuanya.
Gagasan yang diusung Munif Chatib bukanlah hanya ada di dataran mimpi.
Putrinya ananda Bela telah menjadi bukti dari konsep Sekolahnya Manusia,
sampai akhirnya menemukan potensinya pada usia yang masih terbilang belia.
62
Cita-cita yang masih terus diperjuangkan ananda Bela adalah menjadi desainer
pada kondisi akhir terbaiknya.
B. Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan Formal:
SD : SD Al-Irsyad Surabaya
SMP : SMP Negeri 3 Sidoarjo
SMA : SMA Negeri Sidoarjo
PT : Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Program Pasca Sarjana Pendidikan Anak Udia Dini
Universitas Negeri Jakarta
Pendidikan Non Formal
Distance Learning Supercamp Bobbi De Porter 1999
C. Karier di Dunia Pendidikan
AlamatKantor :
Next Edu, Gedung Graha Kebon Agung Lt. 1 C3.
Jl. Raya Margorejo Indah Kav. A131-132 Surabaya 60238
Telp. 031 8415222
Fax. 031 8416444
Jenjangkarir di duniapendidikan:
a. Kepala Sekolah Sd Mutiara Ilmu Pasuruan 2004-2005
b. Direktur Sekolah Yimi Gresik 2004-2010
63
c. Konsultan Pendidikan Di Berbagai Sekolah 2006 - Sekarang
d. Trainer Pendidikan 2009 - Sekarang
e. Ceo Next Edu, Lembaga Pelatihan Managemen Pendidikan 2007 –
Sekarang
Daftarlembagapendidikan yang dikonsultani:
a. Sd Chandra Buana, Parung Bogor, 2014
b. Sd Unggulan Permata Jingga Malang, 2014
c. Hooray Kids Denpasar, 2014
d. Tk, Sd, Smp Al Maka Jkarta Barat, 2014
Jabatan selain sebagai direktur next edu:
a. Kementrian pendidikan
Tim Penulis Buku Tematik Terpadu Kuriklum 2013 Kelas 1 Sd
b. Program Indonesia Mengajar
Trainer Tetap Indonesia Mengajar
c. Counter Part Nagoya University 2014-2021
d. Konsutan Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Surabaya 2012 -
Sekarang
Penggagas program peningkatan kualitas SDM (guru, kepalasekolah,
ketuayayasan):
a. Studi banding keJepang
Juni 2013; November 2013; Februari 2014
b. Studi banding keFinlandia
64
September – Oktober 2014
c. Wokshop tentang Berbagai Tema Pendidikan, antara lain Kurikulum
2013
d. Pelatihanmenjadi Trainer Edu Camp
e. Parenting Bahagia Menjadi Orangtuanya Manusia di berbagai sekolah
Daftar Tema seminar/ workshop yang pernah diisi:
a. Disain Sekolahnya Manusia
b. Bahagia Menjadi Gurunya Manusia
c. Bahagia Menjadi Orangtuanya Manusia
d. Apa Itu Kurikulum 2013
e. Manajemen Kelas
f. Strategi Mengajar Dengan Pendekatan Multple Intelligences
D. Karya-Karya Munif Chatib
Munif Chatib, lahir di Surabaya 5 Juli 1969, adalah konsultan
pendidikan dan penulis empat buku best-seller pendidikan, Sekolahnya
Manusia, Gurunya Manusia, Sekolah Anak-Anak Juara dan Orangtuanya
Manusia. Tahun 2009 adalah tahun yang luar biasa baginya sebab buku itu
pertama kali di cetak, dan pada tahun itu juga Munif Chatib bertemu dan
menjadi pembicara bersama gurunya Bobbi DePorter, di aula kantor
kementrian pendidikan. Hampir 1000 Guru berada ruangan itu. Pengalaman
yang mengesankan Munif Chatib saat itu adalah membubuhkan tanda tangan
bersama Bobbi pada hampir 750 buku Sekolahnya Manusia. Pada 21 Mei
65
2011, kembali Munif Chatib meluncurkan buku keduanya yang berjudul
Gurunya Manusia yang dilanjutkan dengan bedah buku seantero kota di
Indonesia. Menurut Munif Chatib, jika buku Sekolahnya Manusia ibarat
sebuah piring, maka isi piring tersebut adalah Gurunya Manusia.
Di tahun 2012 Bersama Bapak Alamsyah Said, Munif Chatib menulis
buku ketiganya, Sekolah Anak-Anak Juara. Buku ini menunjukkan bagaimana
proses pengajaran berkualitas, yaitu “bukan sebesar apa kecerdasanmu,
melainkan bagaimana kau menjadi cerdas”. Dengan gaya ringan, praktis, dan
menarik, buku ini mengajarkan bagaimana menjadi Sekolah The Best Output,
yaitu Sekolahnya Manusia.
Bukunya yang keempat, Orangtuanya Manusia, diterbitkan pada tahun
2012. Buku ini mendapat sambutan luar biasa dari para 0rang tua di seluruh
Indonesia yang ingin mendapatkan wawasan baru bahwa setiap anak itu cerdas
dan setiap anak adalah bintang. Buku ini menjadi guide bagi orangtua untuk
memberikan stimulus dan lingkungan yang tepat sesuai bakat dan minat setiap
anak.
Munif Chatib juga di percaya menjadi salah satu trainer Pengajar Muda
Program Indonesia Mengajar dari Bapak Anis Baswedan. Sekarang Munif
Chatib masih mendalami program studi di Pasca sarjana Universitas Negeri
Jakarta. Sehari hari Munif berkantor di Lazuardi-Next, Gedung SMP
LAzuardi Lantai 2, Jl. Margasatwa No 39, Cilandak, Jagakarsa, Jakarta
Selatan. Dan di Graha Kebun Agung Lantai 1 C3, Jl. Raya Margorejo Indah
Kav A 131-132 Surabaya.
66
Pemikiran Munif Chatib dituangkan dalam buku-buku karyanya yang
sinopsisnya sebagai berikut:85
1. Sekolahnya Manusia
Sekolahnya manusia, buku yang saya tulis 2009 itu seperti sebuah
piring. Buku itu bercerita tentang sederhananya konsep Sekolahnya
Manusia yang mempunyai 3 bagian, yaitu: Pertama Input, Sekolahnya
Manusia menerima siswa dalam berbagai kondisi. Siswa pandai, baik,
nakal, bodoh dan anak berkebutuhan khusus. Sekolahnya Manusia selalu
menuju sekolah inklusi.
Kedua Proses, Sekolahnya Manusia menerapkan ‘The Best Process’.
Maksudnya guru menerapkan multi strategi dalam mengajar. Tidak hanya
ceramah sebagai metode tunggul. Ketiga Ouput, Sekolahnya Manusia
memotret kemampuan siswanya dalam 3 ranah besar, yaitu kognitifnya,
psikomotorik dan afektif.
2. Gurunya Manusia
Gurunya Manusia kental sekali dengan nuansa guru harus kreatif,
harus terus belajar dan menjadi ‘penyelam’ bagi semua siswanya. Ibaratnya
Gurunya Manusia adalah isi dalam sebuah piring Sekolahnya Manusia.
Ketika dalam Sekolahnya Manusia ada Gurunya Manusia, ternyata masalah
belum selesai. Masih ada Orangtua siswa yang menjadi konsumen
pendidikan sebuah sekolah. Banyak terjadi masalah, terutama hubungan
dengan sekolah jika paradigma orangtua belum sama dengan sekolah.
85 http://munifchatib.wordpress.com/2012/10/21/empat-buku-seperti-aliran-air/
67
3. Orang Tuanya Manusia
Orangtuanya Manusia, buku yang saya tulis 2012 ini seperti menjadi
‘petunjuk’ sederhana bagi orangtua, terutama bagaimana memandang
pendidikan anak-anaknya. Memandang kemampuan anak kita yang seluas
samudera dan bintang. Bagaimana hubungan orangtua dengan guru anak-
anaknya. Guru dan orangtua harus menjadi sahabat sejati. Jika orangtua dan
guru bekerja sama dalam membantu anak untuk belajar, maka anak tersebut
akan menjadi juara. Anak itu akan menemukan kondisi terbaiknya.
4. Sekolah Anak-Anak Juara
Sekolah Anak-Anak Juara, yang saya tulis juga di tahun 2012
bersama sahabat saya Alamsyah Said, seperti menjadi bukti otentik. Jika
seorang anak bersekolah di Sekolahnya Manusia, lalu dididik oleh Gurunya
Manusia, di rumah ada Orangtuanya Manusia, maka Insya Allah anak
tersebut menjadi “juara” di bidang masing-masing. Sukses dunia akhirat.
5. Kelasnya Manusia
Buku berikutnya yang membahas tentang Kelasnya Manusia bersama
sahabat saya Irma Nurul Fatimah, seorang Gurunya Manusia yang arsitek.
Kita berdua percaya sebenarnya dinding-dinding kelas baik indoor maupun
outdoor bisa menjadi asisten guru. Bahkan sampai puluhan asisten.
6. Guardian Angel
Buku ini berisi tulisan peserta GA yang terinspirasi dengan model
sekolahnya manusia, membahas tentang romatika membangun sekolahnya
manusia.
68
Penelitian :
Penelitian Multiple Intelligence Research pada setiap jenjang pendidikan TK,
SD, SMP dan SMA, tahun 2000 – 2008
Penelitian Permasalahan Guru Mengajar dengan KBK, tahun 2002-2003
Penelitian Kualitas Soal dalam UNAS, tahun 2005
Peneliltian Efektifitas PR di Sekolah SD, SMP dan SMA, tahun 2006
Karya Tulis:
Islamic Quantum Learning
Multiple Intelligence System
Riset Pendidikan dengan Multiple Intelligence
Reformasi Sekolah
KBK, masalah dan solusinya
Kritik sertifikasi pra kinerja pada UU Guru dan Dosen
Competence and Benefit System, solusi polemik UNAS
Character Building sebagai bidang studi
Doors Curriculum System
E. Konsep dan Filosofi Manajemen Guru Model GA
Munif Chatib menggagas program unggulan dari pengembangan
sumber daya manusia di dunia pendidikan yaitu perkualiahan Guardian Angel.
Pelatihan ini diperuntukkan bagi pengelola sekolah, kepala sekolah, guru,
orang tua, konsultan pendidikan dan pemerhati pendidikan. Lama perkualihan
69
pada program GA adalah 6 bulan dengan jumlah pertemuan 4 hari dalam
setiap bulannya. Peserta GA sampai dengan 2014 sudah pada angkatan ke 16.
Perkuliahan GA dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia, yaitu Jakarta,
Surabaya, Medan, Samarinda dan Makasar. Pada perkuliahan GA, Munif
Chatib menyebutnya sebagai perkuliahan S2 ½ karena di dalamnya
membahas tentang manajemen tingkat tinggi.
Orang yang bekerja dengan dilandasi hati yang ikhlas, bekerja
senantiasa dilandasi suatu cita-cita yang tinggi dan baik. Dalam prakteknya,
setiap orang yang berbuat atau bekerja senantiasa akan dihadapkan pada siklus
berpikir.86 Manajemen guru model GA memberikan tantangan kepada guru
untuk terus berpikir dan berproses dalam mengembangkan potensinya sebagai
guru. Motivasi guru dalam bekerja akan mempengaruhi proses pengembangan
profesi guru. Keberhasilan proses ini dipengaruhi oleh motivasi intrinsik yang
kuat dari dalam diri guru diperkuat dengan adanya motivasi eksternal dengan
adanya manajemen pengembangan guru.
Konsep filosofi dari Steven Covey bahwa setiap pembelajar menjadi
guru, dan setiap guru menjadi pembelajar mengilhami Munif Chatib dengan
menganggap bahwa belajar adalah hak guru. Guru dengan penilaian kinerja
berarti guru yang telah mendapatkan keadilan, karena terpenuhi haknya untuk
belajar. 87 Hak guru dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan secara
terprogram dengan materi pelatihan disesuaikan dengan maping need
86 Muh. Hizbul Muflihin, Manajemen Kinerja Tenaga Pendidik, Relasi
Kepemimpinan, Kompetensi, dan Motivasi Kerja, (Purwokerto: STAIN Press, 2014), hlm. 5. 87 “Parallels between Performance management Quality and Organizational
Performance,” Supervision 66 (August 2005: 19-20).
70
assesment yang telah diusulkan oleh para guru. Just in time training adalah
pelatihan yang diberikan kapanpun dan dimanapun pelatihan tersebut
dibutuhkan.88
Manajemen di sekolah adalah manajemen tingkat tinggi, sama halnya
dengan di perusahaan. Mengubah kebiasaan lama karyawan dan eksekutif
tentu saja bukan pekerjaan mudah. Perbedaan orientasi sikap antara bisnis
dengan non bisnis dapat diilustrasikan sebagai lembaga pendidikan yang apa
adanya dan yang profesional. 89
Dalam bisnis, tugas kami yang utama adalah menghasilkan barang/ jasa yang diterima, membuat mereka lebih sejahtera, dan hidup mereka lebih bahagia lagi.-Konnosukke Matsushita-
Pada buku gurunya manusia halaman 60 Munif menyebutkan alasan
mengapa sekolah memerlukan manajemen tingkat tinggi. Di dalamnya, 99%
adalah manusia yang dinamis dan punya berjuta-juta keinginan. Setiap sekolah
yang sudah baik pengelolaannya maupun yang pemula, pasti punya masalah.
Di antaranya berkaitan dengan siswa, sarana dan prasarana, serta manajemen
guru dengan wali siswa. Manajemen guru di dalamnya termasuk manajemen
sarana dan prasarana, bagaimana seorang guru melakukan tindakan kreatif
dengan adanya fasilitas yang ada. Pengembangan kompetensi guru
memberikan kepercayaan kepada wali siswa, termasuk didalamnya adalah
bagaimana cara komunikasi efektif dengan wali siswa.
88 George T. Milkovich and Jerry M. Newman, with the assistance of Carolyn
Milkovich, Compensation, 7th ed. (Boston: Mc. Graw-Hill, 2002): 368. 89 Rhenald Kasali,Change,(Mizan: Jakarta, 2013) hlm. 268.
71
Bagan 5. Perbedaan orientasi sikap antar bisnis dan non bisnis
Sikap Berorientasi pada Bisnis
1. Bisnis harus kommpetitif dan produktif
2. Penempatan orang harus berdasarkan kompetensi dan prestasi
3. Setiap manajer/ kepala unit harus punya sasaran jelas
4. Prioritas utama adalah konsumen
5. Harus selalu inovatif dan bergerak cepat
6. Pengangkatan/ penunjukan pemasok harus transparan dan menguntungkan perusahaan
7. Berorientasi pada standar kualitas dan peningkatan mutu
8. Memanfaatkan umpan balik dan riset pasar
9. Berorientasi pada kesejahteraan
10. Harus efisien 11. Setiap kepala unit, kepala seksi
sampai general manajer dan direksi wajib membaca laporan-laporan keuangan dan mampu menganalisanya
12. Harus ada bagian penghasilan yang didermakan untuk masyarakat (stakeholders)
Tidak Berorientasi Bisnis
1. Yang penting semua orang senang, jangan paksa kami kerja lebih cepat
2. Siapa anda menetukan posisi anda. Anda pertama-tama harus bisa diterima teman-teman
3. Sasaran bisa merepotkan, yang penting kerja saja
4. Karyawan dan keluarga harus didahulukan
5. Tidak pernah terpikirkan. Statis dari masa ke masa. Semua harus sabar menunggu
6. Harus mengutamakan kenalan/ kerabat
7. Tidak ada insentif untuk peningkatan kualitas
8. Semua keputusan diambil dari atas (top-down)
9. Kesejahteraan memang sudah kewajiban negara, tapi mengapa gaji kami tidak kompetitif?
10. Efisiensi dianggap tidak manusiawi 11. Tidak jelas
12. Tidak jelas. Kadang sangat besar, tapi pihak penerima tidak jelas dan tujuannya kurrang dipikirkan dengan baik.
Beberapa tips untuk mendorong agar berorientasi bisnis sudah dimasukkan
Munif dalam model manajemen guru model GA,90 yaitu:1) komunikasi,
menyampaikan pesan sekolahnya manusia kepada semua orang, termasuk di
dalamnya wali siswa, 2) pelatihan, menjadwalkan pelatihan dalam kegiatan harian
90 Rhenald Kasali,Change,(Mizan: Jakarta, 2013) hlm. 269.
72
guru, 3) kompetisi, adanya tingkatan jenjang guru untuk memunculkan guru-guru
yang selalu berproses dalam penguasaan strategi pembelajaran, 4) bersihkan, aset
utama dari sekolah adalah SDM yang benar, yang berkomitmen terhadap konsep
sekolahnya manusia, 5) berikan bonus kelompok, adanya apresiasi dari rapot guru
akan meningkatkan penguasaan strategi mengajar dan 6) penularan, mengundang
guru tamu dalam mengisi materi pelatihan akan menularkan pengalaman yang
berorientasi kemajuan dan inspiratif.
Hasil penelitian disertasi Eni Purwati pada lembaga pendidikan yang
menerapkan manajemen guru model GA menyatakan bahwa penilaian kompetensi
guru meliputi: hasil belajar siswa, kualitas lesson plan, kreativitas, dan perilaku/
kinerja. Penilaian tersebut sesuai dengan profesionalisme guru, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. 91
Konsultasi guru dengan GA mempunyai tingkat efektifitas dan efisiensi
dalam hal peningkatan mutu sumber daya manusia. Mentoring dan coaching
adalah konsep sejenis dalam konsultasi GA. Mentoring adalah pendekatan dalam
memberi nasihat, membimbing, dan membina, untuk menciptakan hubungan
praktis guna mendorong pertumbuhan dan pengembangan karir individu.92
91 Penilaian kinerja program GA meliputi penyusunan lesson plan, penggunaan strategi
multiple intelligences dalam pembelajaran, waktu kerja guru 50-60% untuk mengajar dan 40-50%
untuk menyusun perangkat pembelajaran, konsultasi dengan GA, dan koreksi tugas s iswa.
Pelatihan guru secara rutin, minimal 6 kali dalam 1 tahun.Informasi diperoleh dari ringkasan
disertasi Pendidikan Islam Berbasis MIS, Eni Purwati , (Surabaya, PPs IAIN Sunan Ampel, 2011). 92 “Train Managers and Executive to Avoid Legal Danger Zones”, HR Focus 83 (August
2006): 4-7.
73
Coaching sering dianggap sebagai tanggung jawab atasan langsung yang
memberikan bantuan, hampir seperti mentor.93
Landasan Filosofi pemikiran Munif Chatib dalam manajemen guru model
GA adalah pada profesi guru mengemban pekerjaan manajemen yaitu:
perencanaan, mengajar, evaluasi dan belajar. Dalam melaksanakan tugas-tugas
tersebut guru memerlukan manajemen agar menjadi guru yang profesional.
Profesionalitas guru sangat terkait dengan manajemen kerja guru.
Landasan keilmuan juga digunakan Munif dalam manajemen guru model
GA, yaitu manajemen sumber daya manusia. Hizbul Muflihin mengutip pendapat
Simamora menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah
pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan
individu anggota organisasi.94
Profesi guru adalah profesi yang punya keikhlasan dalam mengajar dan
belajar. Dalam proses belajar guru melalui penilaian kinerja mendapatkan rapor
guru. Penilaian dalam rapor guru meliputi hasil belajar siswa, kualitas lesson plan,
kreativitas dan perilaku/ kenerja. Dengan landasan tersebut Munif Chatib
merancang sebuah penilaian kinerja guru yang disampaikan kepada para kepala
sekolah, guru, dan pemerhati pendidikan dalam pelatihan Guardian Angel.
Pengembangan SDM bermuara pada peningkatan mutu guru. Filosofi mutu
Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen.
93 Liz Hughes, “Motivating Your Employees,” Women in Business (March 1, 2003): 17. 94 Muh. Hizbul Muflihin, Manajemen, hlm. 7.
74
Pendekatan mencegah lebih baik dari pada mengobati, merupakan kontribusi unik
Deming dalam memahami bagaimana cara menjamin pengembangan mutu.95
Materi Penilaian Kinerja Guru mendapatkan porsi dominan dalam pelatihan
Guardian Angel. Ruang lingkup materinya meliputi efektivitas kerja guru, tugas
guru, profesionalitas guru , hak dan kewajiban guru, serta lesson plan. Hizbul
menambahkan bahwa seorang pegawai akan mampu menunjukkan hasil kinerja
yang maksimal, jika ia memiliki dorongan untuk melaksanakan tugas dengan
baik, maksimal dan mengarah pada pencapaian prestasi tinggi.96
Sekolah sebagai sebuah organisasi yang dipimpin oleh kepala sekolah
sebagai manajer. Tutwuri handayani adalah perilaku pemimpin yang
memberdayakan pengikutnya untuk dapat melakukan inisiatif, dan mempercayai
bawahannya bahwa mereka bisa berbuat dengan inisiatif sendiri. Memberdayakan
bermakna membuat pengikut yang tidak atau kurang berdaya menjadi lebih
berdaya dan mandiri.97
Model pendekatan manajemen SDM yang digunakan dalam manajemen
guru model GA adalah model humanistik. Munif memilih model pendekatan
manajemen SDM model humanistik, istilah gurunya manusia diambil sebagai kata
kuncinya. Manajemen model humanistik menggambarkan tumbuhnya perhatian
pihak manajemen lembaga/ organisasi terhadap arti pentingnya pelatihan dan
95 Edward Sallis,Total Quality Management in Education,(IRCiSoD: Jogjakarta, 2012),
hlm. 97. 96 Muh. Hizbul Muflihin, Manajemen, hlm. 7. 97 Djamaludin Ancok dan Neila Ramdhani, Pemimpin Sekolah yang Inspirasional ,
(Jakarta: Titian Foundation, 2014), hlm. 66.
75
pengembangan karyawan. Manajemen model humanistik kemunculannya
didahului dengan model klerikal, model hukum dan model finansial.98
Filosofi haji dapat juga digunakan dalam kegiatan manajerial guru, ada
saatnya guru mengalami permasalahan besar dalam manajemen pengelolaannya,
bahkan mungkin harus ditata ulang dan diperbaiki sejak dasar. Maka rangkaian
pembenahan bisa dimulai sesuai dengan rangkaian yang ditata dalam filosofi haji
sebagai berikut:99
1. Wukuf, mencari jati diri
Ibadah wukuf, menjadi awal dari rangkaian ibadah haji dalam Islam. Di
dalam agama Islam, ibadah ini sifatnya wajib, harus, walaupun cukup satu kali
seumur hidup. Dan ternyata, di dalam prosesi ibadah tersebut, memiliki makna
yang sangat dalam terhadap kehidupan keluarga.
Wukuf, yang dilaksanakan di padang arafah dan diisi dengan
perenungan do’a-do’a, mengibaratkan pentingnya mengawali profesi guru
dengan perenungan pula. Inilah saatnya untuk merenungkan, memikirkan,
siapa dan apa sebenarnya jati diri seorang guru.
Seorang guru yang tak memahami dan mengenal karakter dirinya
sendiri, tak akan pernah bisa sukses menjadi guru profesional. Maka, penting
untuk lebih dulu meluangkan sebuah perenungan, tentang apa, siapa, kemana
dan bagaimana guru akan melangkah. Kesempatan terbaik untuk melakukan
perenungan adalah pada awal menjalani profesi guru, saat menemukan banyak
permasalahan, saat guru hanya disibukkan dengan kegiatan rutinitas
98 Muh. Hizbul Muflihin, Manajemen, hlm. 25. 99 Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga (Jakarta: Pustaka Inti, 2009), hlm. 31.
76
administrasi semata. Memisahkan diri untuk merenung kembali, menemukan
jati diri yang telah sempat bergeser, hingga menemukan kembali arah
perjalanan yang sempat kacau.
2. Mabit di muzdalifah, membuat analisa SWOT
Mabit atau bermalam di Muzdalifah, para jemaah haji harus mencari
batu kerikil untuk esoknya digunakan untuk melempar jumrah. Ibarat dalam
perusahaan, yang di awal tahun akan menetapkan analisa kekuatan
perusahaan, melalui apa yang biasa disebut analisa SWOT, yaitu sebuah
analisa untuk mencari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity
(peluang), dan threat (tantangan) yang dimiliki perusahaan.
3. Lontar jumrah, membuang semua kelemahan
Setelah mengenal dan memahami potensi, kelebihan dan kelemahan
keluarga, maka saatnya melangkah lebih maju untuk berupaya menghapus
kelemahan-kelemahan yang ada dan sebaliknya memperkuat kelebihan-
kelabihan yang ada. Sifat-sifat seperti malas, kurang disiplin, atau terlalu
mudah putus asa, misalnya. Hal buruk tersebut harus dikikis terlebih dahulu
agar perjalanan menuju profesionalitas guru bisa lebih mulus dan lancar.
4. Thawaf, memastikan berada di garis edar
Sambil terus berputar mengelilingi ka’bah, selama prosesi ini para
jama’ah haji benar-benar memusatkan konsentrasi berpikir hanya kepada sang
pencipta, yang menciptakan segala sesuatu permasalahan. Dalam menjalani
profesinya guru menetapkan hati , agar berada dalam garis edar yang
ditetapkan Allah SWT.
77
5. Sa’i, kerja keras tanpa putus asa
Diawali oleh kisah haru Siti Hajar, sang Bunda Ismail yang rela berlari bolak-
balik tujuh kali dari bukit Shafa ke bukit Marwa, demikian pula dengan
pekerjaan guru. Rupanya tidak cukup hanya dengan sekadar kerja keras
semata, namun diikuti oleh sebuah keyakinan bulat akan datangnya
pertolongan Allah. Tak pernah putus asa dan berdo’a, hingga Allah yang
mencintai gurunya manusia akhirnya akan mengabulkan do’anya tersebut.
Disiplin diri adalah salah satu yang didapat setelah seseorang berhaji.
Disiplin diri seorang guru tidak secara otomatis diperoleh dari rekrutmen yang
bagus, tapi melalui proses belajar di lembaga pendidikan. Pentingnya manajemen
guru sebagai pembentukan budaya yang dimulai dari manusia. Manusia-manusia
diseleksi, ditempakan, dan dibina untuk memperoleh kebahagiaan-kebahagiaan
karena menyenangi pekerjaannya.100 Rhenald Kasali merangkumnya dalam bagan
berikut:
100 Rhenald Kasali,Change,(Mizan: Jakarta, 2013) hlm. 330.
Rekruitmen
Proses Seleksi
Penerimaan
Pelepasan (pensiun)
Kenaikan
Pangkat
Pengembangan
Karir
Pengangkatan
NILAI-NILAI
DASAR
78
Disiplin juga tampak dari manajemen waktu yang dijalankan oleh seorang
guru. Guru yang memiliki disiplin diri mengelola sebaik mungkin deadline atau
batas waktu yang tidak dapat ditoleransi. Manajemen deadline memungkinkan
guru tidak kehilangan makna karena tenggat waktu yang diberikan telah
berlalu.101 Gaya hidup guru akan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan seperti:
membuat alasan, menunda-nuda pekerjaan dan bekerja tanpa prioritas. Seorang
guru profesional adalah manusia yang berdisiplin, dan manusia yang memiliki self
dicipline tidak melulu harus diperintah dari orang lain untuk melakukan inisiatif-
inisiatif positif.
101 Arif Yahya, Great Spirit, Grand Strategy, Corporate Philosophy, Leadership
Architecture, and Corporate Culture for Sustainable Growth (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 132.
79
BAB IV
IMPLEMENTASI MANAJEMEN GURU MODEL GUARDIAN ANGEL
Manajemen pendidikan bertujuan untuk memajukan mutu pendidikan.
Pembahasan tentang mutu pendidikan Manajemen sumber daya manusia pada
sebuah lembaga pendidikan salah satunya adalah manajemen guru. Implementasi
manajemen guru di setiap sekolah adalah hal yang menarik untuk di analisa. Pada
bab IV penulis memaparkan implementasi manajemen guru model guardian angel
di beberapa sekolah. Data diperoleh dari tulisan para kepala sekolah dalam buku
“Guardian Angel, Romantika Membangun Sekolahnya Manusia” yang
menuliskan pengalaman setelah mengikuti program GA.
A. Deskripsi Pemberdayaan Guru
Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui perbaikan sistem dan
sumber daya manusia. Perbaikan sistem pendidikan mulai dari input, proses dan
output. Selanjutnya sistem tersebut harus diisi oleh sumber daya manusia yang
berkualitas. Pemberdayaan guru adalah mengembangkan potensi guru dengan cara
memberdayakan kompetensinya. Munif Chatib menganggap pekerjaan guru
bukan hanya mengajar. Profesi guru mengemban pekerjaan manajemen, ada tiga
kunci pokok menjadi seorang guru, yaitu: 1) kewajiban membuat perencanaan, 2)
kewajiban mengajar dan 3) kewajiban melakukan evaluasi.
Selain ketiga pekerjaan mananajemen di atas, guru berhak untuk belajar.
Guru yang berkualitas adalah guru yang konsisten dalam melaksanakan pelatihan
80
dan pengembangan kompetensinya. Syarat utama menjadi gurunya manusia
adalah tidak pernah berhenti belajar. Belajar merupakan kunci seorang guru dalam
mengembangkan profesinya. Belajar juga merupakan kata kunci untuk tiga hal
penting yaitu: paradigma, cara dan komitmen. Paradigma menjadi gurunya
manusia, cara mengenali strategi belajar mengajar dan komitmen untuk menjadi
gurunya manusia. Ketiga hal tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh, yaitu
belajar. Belajar tentang paradigma sekolahnya manusia akan menghasilkan
paradigma setiap mempunyai potensi seluas samudera, belajar tentang cara atau
strategi mengajar akan menghasilkan kompetensi guru dan belajar tentang
komitmen akan menghasilkan kekuatan untuk mempertahankan paradigma.
Pemberdayaan guru adalah bagian fungsi pengembangan dalam fungsi
manajemen sumber daya manusia. Tahapan dalam manajemen pemberdayaan
guru secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Proses perencanaan dalam pemberdayaan guru di mulai dengan menyusun
jadwal mengajar dan belajar guru. Jadwal di susun oleh guru dan guardian angel
meliputi: a) konsultasi lesson plan, b) bedah buku, c) unit aktivitas, d) pelatihan
guru dan e) evaluasi dan diskusi.
2. Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dalam pemberdayaan guru meliputi: 1)
pengelolaan hati, 2) pengelolaan strategi mengajar dan 3) pengelolaan waktu.
Dalam proses organising guru mengubah paradigma tentang belajar mengajar dan
potensi yang dimiliki siswa. Guru juga perlu memahami strategi pembelajaran
81
yang bermuara pada penguasaan pengetahuan siswa pada memori jangka panjang.
Hal lain yang diperlukan adalah komitmen terhadap paradigma gurunya manusia.
3. Menggerakkan
Pada tahapan ini guru mempraktekkan gaya mengajar guru sama dengan
cara belajar siswa. Guru memakai strategi multiple intelligences dalam
melaksanakan pembelajaran. Lesson plan didiskusikan dengan GA sebagai mentor
untuk mendapatkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Penilaian dilakukan guru melalui ranah
kognitif, psikomotor dan afektif. Pemberdayaan guru melalui konsultasi lesson
plan, bedah buku dan pelatihan dilakukan sesuai jadwal yang sudah dirancang
pada awal semester.
4. Pengawasan
Pengawasan dalam proses pemberdayaan guru dilakukan melalui
pendampingan oleh GA selaku mentor. Guru yang berperan sebagai GA
melakukan supervisi terhadap guru. Supervisi pada manajemen guru model GA
bersifat humanis, GA akan berperan sebagai coachee. Guru dan GA berproses
bersama mewujudkan sekolahnya manusia. Paradigma teman sejawat dalam
proses contolling memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan yang
terbaik. Proses controling lebih berorientasi kepada pengawasan serta pemberian
motivasi agar guru mampu menghasilkan produk yang berkontribusi nyata dalam
dunia pendidikan. Produk tersebut dapat berupa teaching aids, koleksi strategi
mengajar, kamus alpha zone dan warmer serta buku panduan siswa.
82
Pengembangan guru dievaluasi melalui rapot guru yang di nilai berdasarkan 4
(empat) aspek, yaitu: a) rapot , b) rapot , c) rapot dan d) rapot..
Manajemen pemberdayaan guru sebagai ilmu dan seni mengatur proses
pemberdayaan guru secara efektif dan efisien mencapai tujuan tertentu.
Pemberdayaan guru model GA terangkum dalam gelar M. Pd. I. yang diuraikan
sebagai meaningful (kebermaknaan), passion (gairah, semangat, antusias),
different (daya pembeda) dan innovative (terobosan baru). Manajemen humanis
pada pemberdayaan guru dengan pendekatan mentoring dan coaching. Tugas GA
adalah memberi nasihat, membimbing dan membina guru dalam mengembangkan
karir guru.
B. Analisa dan Pembahasan
Pemberdayaan guru dalam perspektif Balances Scorecard dapat sajikan
dalam analisa berikut:
1. Perspektif keuangan
Pengembangan guru dilihat oleh kepala sekolah sebagai modal bagi
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan akan mampu memberikan
kontribusi terhadap mutu pendidikan dengan adanya keberhasilan dalam
pengembangan guru. Profesionalisme guru yang didapat melalui program
pengembangan guru memberikan dampak positif guru menemukan kondisi
akhir terbaiknya untuk berprestasi. Pengembangan guru pada hakekatnya
83
adalah pengembangan lembaga pendidikan, sebaliknya nilai jual lembaga
pendidikan meningkat maka kesejahteraan guru pun menyesuaikan.
2. Perspektif pelanggan
Wali siswa sebagai konsumen dalam lembaga pendidikan memahami
produk dan pelayanannya melalui guru berkualitas. Pemberdayaan guru
menambah tinggi kepercayaan wali siswa untuk bersinergi dengan lembaga
pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Potensi siswa seluas
samudera akan teroptimalkan oleh guru pembelajar. Kepuasan wali siswa akan
prestasi anaknya di suatu lembaga pendidikan akan menjadikan modal awal
munculnya pelanggan baru. Melalui informasi dari mulut ke mulut,
kepercayaan pelanggan akan terus menyebar seiring dengan pemberdayaan
guru.
3. Perspektif proses bisnis internal
Pengembangan guru dapat mendorong proses internal di lembaga
pendidikan sehingga menjadi lebih unggul. Proses pengembangan guru akan
lebih mendewasakan seluruh warga sekolah dalam mewujudkan lembaga
pendidikan yang unggul.
4. Perspektif pembelajaran dan tumbuh
Belajar dan mengajar dalam lembaga pendidikan merupakan proses
menuju pembelajaran. Manajemen pengembangan guru dirancang untuk
membudayakan belajar bagi guru, untuk tumbuh menjadi guru yang
profesional.
84
Dalam proses pemberdayaan guru model guardian angel, terdapat 5
kegiatan utama, yaitu: (1) merumuskan tanggung jawab yang harus dicapai, (2)
menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh guru dalam
kurun waktu tertentu, (3) melakukan “monitoring”, koreksi, memberikan bantuan
dan kesempatan yang diperlukan, (4) menilai dengan standar/ tolak ukur yang
ditetapkan, dan (5) memberikan umpan balik.
Pada awal proses pemberdayaan guru, guardian angel menyiapkan form
yang harus diisi oleh guru. Setiap guru menuliskan kondisi guru terkait dengan
pengetahuan dan pelatihan yang telah di peroleh. Guru juga mengisi lembar
problem yang berisi tentang catatan masalah yang dihadapi pada proses
pembelajaran. Selanjutnya guru menuliskan harapan yang akan dicapai pada
proses pemberdayaan guru pada tahap tertentu. Lembar ini selanjutnya disepakati
sebagai sasaran kerja guru dalam kurun waktu tertentu. Proses pemberdayaan
berlanjut dengan adanya jadwal konsultasi lesson plan. Konsultasi lesson plan
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada guru terkait dengan scene setting,
strategi pembelajaran, perancangan teaching aids, dan pengelolaan ruang kelas.
Proses pemberdayaan guru diukur dengan menggunakan rapot guru. Rapot guru
yang didasarkan pada hasil belajar siswa dapat dijadikan umpan balik dalam
merancang pembelajaran. Sedangkan rapot guru yang didasarkan pada rapot
lesson plan, rapot kreativitas dan rapot karakter/ akhlak dapat dijadikan umpan
balik untuk memperbaiki kinerja dan akhlak guru.
85
Berdasarkan data primer berupa keenam buku karya Munif Chatib, penulis
mencoba menyajikan pemikiran Munif Chatib dalam dunia pendidikan pada tabel
berikut:
Judul Buku Konsep Pemikiran Deskripsi
Sekolahnya
Manusia The best process
Sekolahnya manusia adalah sekolah
berbasis multiple intelligences, yaitu
sekolah yang menghargai berbagai jenis
kecerdasan siswa, mulai dari proses
pembelajaran, target keberhasilan
sekolah, sampai pada sistem
penilaiannya.
Gurunya
Manusia
Mengajar dengan
hati
Guru adalah sebuah profesi.
Profesionalitas guru sangat terkait
dengan unsur manajemen kerja:
bagaimana guru membuat perencanaan,
kemudian mengaplikasikannya dengan
mengajar di kelas, lalu harus ada
evaluasi tentang kualitas pembelajaran
dari hari ke hari.
Orang Tuanya
Manusia
Melejitkan potensi
kecerdasan dengan
menghargai fitrah
setiap anak.
Orang tuanya manusia adalah
sekolahnya orang tua untuk mengetahui
sosok anak sejatinya. Mengubah
paradigma orang tua dalam menilai
kemampuan anak yang seluas samudera.
Sekolah Anak-
anak Juara
Semua Anak Juara
Seorang anak yang bersekolah di
sekolahnya manusia, diajar oleh gurunya
manusia dan diasuh oleh orang tuanya
manusia akan tumbuh menjadi anak
juara.
86
Kelasnya
Manusia
Memaksimalkan
fungsi otak belajar
dengan manajemen
display kelas
Manajemen display kelas,
memanfaatkan dinding-dinding kelas
untuk dapat berbicara sebagai
pembangkit selera belajar siswa.
Guardian
Angel
Kisah inspiratif
membangun
sekolahnya manusia
Tulisan dari peserta GA yang menjadi
cahaya-cahaya yang menerangi kualitas
pendidikan di mikro-mikro dan terjalin
menjadi kekuatan makro yang besar
untuk bangsa Indonesia.
Implementasi guru model guardian angel yang dilakukan oleh kepala
sekolah atau konsultan pendidikan, dikelompokkan dalam pembahasan berikut:
1. Lesson Plan sebagai Media Belajar Guru
Lilis Indriyani, Kepala Sekolah playgroup dan TK Islam YIMA Gresik
menuturkan begitu pentingnya sebuah perencanaan dalam proses pembelajaran.
Pembuatan lesson plan serta mengkonsultasikannya kepada konsultan sekolah
sebelum dilaksanakan di dalam kelas. Lesson plan bagi para guru adalah ruh
dalam mengajar. Gamar, guru di YIMA Islamic School, Bondowoso, alumni GA
angkatan I ini menanbahkan perlunya seorang GA mempunyai communication
skill yang baik agar bisa menghidupkan suasana menyenangkan bagi guru pada
saat berkonsultasi lesson plan. Selain itu GA harus kreatif, punya segudang ide
scene setting, strategi, ataupun ice breaking untuk memberikan pijakan-pijakan
ataupun contoh-contoh saat ada guru yang masih kesulitan dalam membuatnya.
87
Tahun-tahun pertama dalam penerapan lesson plan sebagai kewajiban
guru, akan terlewati dengan indah jika diikuti dengan komitmen. Lesson plan
bukan sebuah masalah atau beban bagi guru, melainkan sebuah tantangan untuk
merencanakan pembelajaran yang lebih baik daripada sebelumnya. Dokumentasi
lesson plan dengan berbagai macam strategi mengajar pada akhirnya akan
menjadi ciri khas kegiatan setiap akhir semester di sekolahnya manusia.
Lesson plan yang merupakan bagian dari perancangan pembelajaran.
Perancangan pembelajaran didefinisikan Mulyasa sebagai salah satu kompetensi
pedagogis yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan
pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan,
yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar dan penyusunan
program pembelajaran. Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada
rencana pelaksanaan pembelajaran atau lesson plan, sebagai produk program
pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar
dan proses pelaksanaan program. 102 Lesson plan pada hakikatnya merupakan
suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan
serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya,
untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi.
2. Pelatihan dalam Pengembangan Kompetensi Guru
Bobbi De Porter, pakar Quantum Learning saat ditanya oleh Munif Chatib
tentang materi pelatihan yang paling sulit di Supercamp adalah mengubah
102 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bumi Aksara: Jakarta, 2012)
hlm. 100.
88
kebiasaan buruk guru yang selalu menyalahkan anak didik atau bahkan
merendahkannya. Munif menawarkan sebuah konsep untuk menghilangkan
kebiasaan buruk tersebut dengan menyamakan antara gaya belajar siswa dengan
cara mengajar guru.
Yudi Rohmad, trainer pendidikan dan perkembangan anak, alumni GA
angkatan V mendefinisikan kembali gaya belajar sebagai cara seseorang siswa
menyerap informasi (pelajaran) yang datang dari luar dirinya, ibarat wadah.
Sedangkan cara seseorang guru dalam menyampaikan informasi disebut dengan
gaya mengajar, dan diibaratkan isi. Gaya belajar berasal dari jenis kecerdasan,
kemampuan, dan bakat siswa yang tentu berbeda satu dengan lainnya. Manajemen
humanis sangat tepat digunakan mengingat keberagaman tersebut.
Dalam buku kelasnya manusia, Munif mengutip tulisan di sebuah ruang
guru:
“Setiap hari guru mengajar sebenarnya sedang bermain-main dengan otak siswa-siswanya. Bukan lambungnya, bukan ususnya. Naif jika seorang guru tidak mengetahui cara kerja otak.”
Munif Chatib membenarkan pernyataan rekannya, Taufik Pasiak, seorang
doktor ahli otak, bahwa ada dua ilmu yang baru dipahami manusia tak lebih dari
20%-nya. Yang pertama tentang astronomi dan yang kedua tentang otak.
Selanjutnya Munif memaparkan konsep triune brain dari Paul D MacLean, bahwa
otak manusia dalam perkembangannya dibagi menjadi tiga, yaitu otak reptil, otak
limbik (mamalia) dan otak neokorteks. Otak reptil berfungsi mengatur gerak
refleks dan keseimbangan koordinasi pada tubuh manusia. Otak inilah yang
89
mengendalikan dunia fisik. Otak reptil disebut juga sang penjaga. Ibarat penjaga
pintu gerbang, jika kita dapat memuaskan otak reptil, ia akan membukakan pintu
masuk arus informasi ke bagian otak limbik. Apabila otak limbik terpuaskan,
informasi tersebut akan diolah oleh otak neokorteks dalam aktivitas berpikir.
Proses belajar mengajar antara guru dan siswa, arus informasi akan terjadi
jika otak reptil siswa terpuaskan. Pada buku Kelasnya Manusia halaman 48 Munif
memandang perlu materi pelatihan bagaimana guru menjadi desainer interior.
Guru layaknya seorang aktris atau aktor, seorang guru merencanakan naskah yang
akan dipentaskan (lesson plan), bagaimana naskah itu dibawakan (strategi
mengajar), dan penataan panggung yang mendukung pementasan (display kelas).
3. Manajemen Keikhlasan dalam Ketenagaan
Gerakan Indonesia mengajar yang digagas oleh Anis Baswedan dalam
sistem perekrutan berorientasi pada fresh graduate. Berdasarkan pendaftar
gerakan Indonesia mengajar yang berhasil lolos dari periode ke periode lebih di
dominasi oleh alumni dari perguruan tinggi seperti ITB, UI, UGM, UNDIP.
Rekrutmen ketenagaan dengan cara serupa juga dilakukan oleh Ahmad Hidayat,
Kepala Sekolah LPS Al Aqobah Jombang, baik di bidang tenaga edukatif maupun
non edukatif. Junaidi lebih suka mengutamakan mereka yang masih belum
berpengalaman, fresh graduate. Mereka, para sarjana hebat yang baru lulus dari
perguruan tinggi dan masih betul-betul segar untuk bisa diisi potensi dan
kapasitasnya dengan semangat dan visi sekolah.
90
Fresh graduate atau yang belum berpengalaman tetapi punya potensi
hebat, menurut Junaedi masih mempunyai idealisme yang menyala-nyala untuk
menjadi pejuang pendidikan. Orang yang pada awalnya hebat, pasti seterusnya
akan bisa menjadi lebih hebat. Junaedi yakin, idealisme mereka masih murni dan
belum terjangkit penyakit pragmatisme kehidupan, yang sering kali menjadi
penyebab utama timbulnya penyakit rewelisme guru.
Langkah selanjutnya adalah terus menerus menyalakan dan mengobarkan
semangat pengabdian dan perjuangan agar tidak mengendur dan terkontaminasi
oleh virus-virus yang memadamkannya. Langkah ini dilakukan dengan
membangun pola hubungan personal yang humanistis dan islami, mengedepankan
pendekatan kekeluargaan dan personal dialogis ketimbang instruksional, dengan
senantiasa memahami dan berbagi ide serta saling memberi solusi atas
permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas-tugas edukasi.
4. Manajemen Waktu Guru
Dalam bab pertama buku Gurunya Manusia, Munif menekankan bahwa
unsur penting menuju guru profesional adalah kemauan guru untuk terus belajar.
Munif juga memberikan solusi manajemen waktu dalam guru bekerja: mengajar
dan belajar. Perubahan paradigma menuntut adanya learning capacity. Tanpa ada
kapasitas yang memadai untuk belajar, orang-orang lama cenderung menikmati
yang sudah ada. Bahkan mereka bisa mengorganisasi kekuatan untuk menentang
91
pembaruan. Orang-orang yang tak memiliki kapasitas untuk belajar cenderung
enggan berubah dan enggan untuk bekerja lebih baik.103
Guru membutuhkan manajemen waktu untuk mengatur kapan saatnya
guru membuat perencanaan, mengajar, evaluasi dan belajar. Berikut adalah contoh
jadwal guru dalam mengatur waktu untuk belajar, dengan menggunakan asumsi
jam kerja sampai dengan pukul 16.00 dan hari sabtu libur.
PUKUL 13.00 -15.00
HARI MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4
SENIN Konsultasi
lesson plan
Konsultasi
lesson plan
Bedah buku Pelatihan guru
SELASA Unit aktivitas Unit aktivitas Unit aktivitas Unit aktivitas
RABU Konsultasi
lesson plan
Konsultasi
lesson plan
Bedah buku Pelatihan guru
KAMIS Unit aktivitas Unit aktivitas Unit aktivitas Unit aktivitas
JUM’AT Evaluasi dan diskusi
Evaluasi dan diskusi
Bedah buku Pelatihan guru
Tabel 2. Jadwal guru belajar dalam satu bulan
Dari contoh jadwal tersebut ada 24 jam waktu guru untuk belajar dalam satu bulan
dengan perincian sebagai berikut:
Konsultasi lesson plan dan feedback mendapatkan waktu 8 jam
Evaluasi dan diskusi mendapatkan waktu 4 jam
Bedah buku mendapatkan waktu 6 jam
Pelatihan guru mendapatkan waktu 6 jam
103 Rhenald Kasali,Change,(Mizan: Jakarta, 2013) hlm. 247.
92
Manajemen waktu ini dapat menggantikan pelatihan guru yang biasanya
dilakukan selama 6 jam, yang dilakukan pada waktu libur para guru. Pelatihan
guru diletakkan pada jam kerja yang sudah disepakati.
Apabila jadwal tersebut dilakukan pada sekolah dengan hari kerja senin-
sabtu dengan jumlah jam kerja guru rata-rata 37,5 jam per minggu, dapat dihitung
waktu belajar guru sebagai berikut:
Jumlah jam mengajar guru, rata-rata 24-32 jam pelajaran per minggu, apabila
dikonversikan ke dalam perhitungan jam @ 60 menit, didapati data: 1) guru
SD mengajar sebanyak 14 jam; 2) guru SMP mengajar sebanyak 16 jam dan
3) guru SMA mengajar sebanyak 18 jam. Dapat dianalisis bahwa 40% waktu
guru digunakan untuk mengajar.
Apabila di asumsikan waktu rata-rata guru istirahat dalam sepekan adalah 5, 5
jam, ada sisa waktu sebanyak 14 jam per minggu atau 56 jam per bulan untuk
mengerjakan pekerjaan administrasi dan belajar.
37,5 jam -5,5 jam -18jam = 14 jam/minggu=56 jam/ bulan
Waktu yang dimiliki guru untuk membuat perencanaan dan penilaian adalah
32 jam/ bulan.
Manajemen waktu yang ditawarkan Munif membutuhkan kesadaran
bahwa setiap awal pasti sulit. Perubahan selalu dimulai dari diri kita sendiri
dengan mengubah sudut pandang dan kebiasaan-kebiasaan lama.104 Karena biasa
dengan jadwal konsultasi lesson, evaluasi dan diskusi, bedah buku, dan pelatihan
guru akan mudah melewatinya. Perasaan gugup, bingung, panik dapat hilang
104 Rhenald Kasali,Change,(Mizan: Jakarta, 2013) hlm. 261.
93
dengan sendirinya setelah guru melewati jadwal-jadwal tersebut selama beberapa
semester.
5. Komitmen terhadap Peran Guru
Sugianto, ketua yayasan SD Islamic Global School, Balikpapan, alumni
GA angkatan VI menganggap idealisme bagi seorang guru adalah sangat penting,
walaupun tampaknya seperti sebuah mimpi. Namun, idealisme yang benar akan
memberikan ruh gerak untuk terus maju bagi seorang guru. Guru yang kehilangan
idealisme akan jatuh derajatnya hanya sebagai tukang ngajar. Kepedulian terhadap
negeri ini tidak ada, yang ada hanyalah target materi selesai dan menerima gaji.
Manajemen guru termasuk didalamnya menyalakan kembali idealisme para guru
untuk bangkit melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, penuh dedikasi,
demi keselamatan pendidikan anak bangsa ke depan.
Dadang Insan, pengelola PAUD BEC Kids Center, alumni GA angkatan
VIII menambahkan pentingnya peran seorang guru. Seorang guru sejati
mensyaratkan komitmen, berorientasi pada kebutuhan anak didik, berpikir dan
bertindak dinamis. Manajemen profesi sangat diperlukan oleh seorang guru agar
dapat selalu berjalan pada rel peran sebagai guru. Idealisme dan komitmen untuk
terus mempertahankan idealisme akan mengantarkan guru pada kondisi
terbaiknya dalam berperan di dunia pendidikan. Pemahaman kompetensi
pedagogik akan membantu guru mewujudkan idealisme sebagai seorang guru
profesional.
94
Markus Tan, trainer dan konsultan dari Lembaga Training Master Brain
Surabaya, serta konsultan di SDK Santo Yusup di Tropodo, Surabaya sangat
tertarik untuk menggunakan kata guru inspiratif. Menurutnya, di antara semua
profesi, gurulah yang punya kesempatan paling besar untuk menyalakan percikan
api semangat anak didiknya; dan memberikan inspirasi bagi kehidupan masa
depan muridnya. Markus yang juga alumni GA angkatan II Surabaya menyadari
bahwa seorang manajer SDM bukanlah orang yang mempunyai misi mengubah
orang lain. Yang bisa dilakukan oleh seorang manajer adalah memberi para guru
inspirasi dan membantu mereka berubah. Bukan manajer atau GA yang mengubah
guru, tapi gurulah yang mengambil komitmen untuk berubah.
6. Manajemen Kompetensi Guru
Hartono, guru SMP 1 Jombang, alumni GA angkatan IX menggaris
bawahi undang-undang tentang konsumen yang salah satu ayatnya menyatakan
bahwa hak konsumen untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau
jasa yang digunakan. Berdasar undang-undang tersebut, peserta didik sebagai
konsumen, berhak memilih layanan jasa pembelajaran dari guru idaman, yang
dapat diakomodasikan pihak manajemen sekolah melalui kegiatan “bursa guru”.
Manajemen sekolah mempersiapkan mekanisme yang tepat dengan tanpa
mengesampingkan penilaian kinerja guru dengan indikator-indikator yang sudah
ada.
Manajemen guru melalui kegiatan bursa guru harus dipertimbangkan
dengan matang, agar mampu menjadi jembatan yang merajut jalinan emosional
guru dengan peserta didik, serta dapat mengantarkan pembelajaran produktif dan
95
hasil pembelajaran optimal. Bukan untuk menghakimi guru dengan label baik dan
tidak baik, profesional dan tidak profesional. Bursa guru hanya sebagai salah satu
item dalam manajemen guru.
Hasan Hamido, alumni GA angkatan IX dari Makasar sangat sepakat
dengan pandangan seorang kaisar Jepang bahwa guru adalah sosok yang paling
utama dalam membangun bangsanya, guru adalah kunci utama untuk melakukan
perubahan yang signifikan dalam perbaikan pendidikan saat ini. Kunci utama
dalam “membenahi” guru menurutnya tidak terlalu rumit, sepanjang para guru
ingin selalu berbagi dan berdialog. Manajemen guru guardian angel adalah
manajemen humanis yang didalamnya mengedepankan pendekatan humanis,
salah satunya adalah berdialog.
Munif Chatib dalam buku Gurunya Manusia menyatakan bahwa
manajemen quality control terhadap profesi guru diterapkan, empat rapot guru
dapat digunakan sebagai mesin penyaringnya. Rapot guru yang dimaksud adalah:
1) rapot karakter/ akhlak; 2) rapot kreativitas; 3) rapot lesson plan; 4) rapot siswa.
Profesi guru adalah profesi yang profesional, sehingga harus punya standar ukur
kinerja. Membangun dan melahirkan guru-guru profesional adalah pekerjaan
manajemen sumber daya manusia tingkat tinggi.
Dalam pencapaian kompetensi guru, Munif Chatib membagi jenjang
kompetensi guru menjadi 5 (lima), yaitu: 1) probation period, guru masa
percobaan; 2) medium teacher, guru dengan moto just tell; 3) good teacher, guru
dengan moto explain; 4) excellent teeacher, guru dengan moto demonstrate dan
96
5) great teacher, guru yang mempunyai moto inspire. Kenaikan setiap jenjang
kompetensi berdasarkan skor kelulusan yang diperoleh dari empat rapor guru.
Manajemen harapan perlu diberikan kepada guru untuk dapat mencapai
level great teacher. Harapan bukan hanya perlu dikendalikan melainkan perlu
terus dipelihara. Harapan adalah ekspektasi yang disertai oleh getaran-getaran
emosi dan impian. Dengan demikian, harapan yang positif dapat menajdi
lokomotif penggerak untuk menciptakan perubahan. Ia menimbulkan hasrat dan
dorongan-dorongan, yang baru berhenti bila harapan terpenuhi. Guardian angel di
sekolahnya manusia perlu terus memelihara harapan munculnya guru-guru dengan
level great teacher.105
Rumus pembelajaran, gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar siswa
membawa konsekuensi terhadap guru. Dalam modul perkuliahan GA, Munif
membagi tahapan guru berdasarkan penguasaan terhadap strategi mengajar ke
dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: 1) mencari bentuk, 2) mendapatkan bentuk dan 3)
guru multiple intelligences.
Tabel 4. Tahapan Penguasaan Strategi Mengajar Guru
Tahap Mencari Bentuk Tahap Mendapatkan
Bentuk
Guru Multiple
Intelligences
Guru mampu mengubah
paradigma mengajar
dengan menitik beratkan
pada aktivitas siswa
Guru merasa bahwa ada
yang beda dengan model
pembelajaran sebelumnya
Guru yang mampu
memberikan konsultasi
pada rekan guru lain
105 Rhenald Kasali,Change,(Mizan: Jakarta, 2013) hlm. 411.
97
Guru cenderung belum
mengaitkan antara
kecenderungan
kecerdasan dengan
strategi mengajarnya
Guru merasa
kreativitasnya terus
menerus ditantang
Guru yang mempunyai
koleksi dan katalog aplha
zone
Guru mengajar strategi
yang sama untuk semua
siswa
Guru merasa banyak hal
harus dipelajaari, malah
lebih giat untuk mengajar
dengan strategi multiple
intelligences
Guru yang selalu dicintai
siswanya
Membutuhkan waktu
sekitar 1 tahun
Guru mampu mengoleksi
strategi mengajar yang
selalu berkembang
Guru yang setiap
diajarkannya masuk
memori jangka panjang
siswa
Guru sudah membuat
lesson plan yang
bervariasi
Guru yang mampu
membuat siswanya
produk-produk
pembelajaran
Guru mampu membuat
penilaian otentik dan
pelaporannya
Guru yang mampu
membuat siswanya
mampu menemukan
kondisi akhir terbaik
C. Model Manajemen Guru Model Guardian Angel
Model manajemen guru yang digagas oleh Munif Chatib adalah sebagai
berikut:
98
1. Komitmen Dan Perubahan Paradigma
Mutu pendidikan saat ini masih menjadi sesuatu yang diperdebatkan, guru
dituding menjadi salah satu faktor belum tercapainya mutu pendidikan yang
diinginkan. Paradigma tentang mutu pendidikan pastinya harus dirumuskan ulang,
karena apa yang menjadi tolak ukur di masyarakat tentang mutu pendidikan
sangat lekat dengan kemampuan kognitif. Guru sebagai salah subjek dalam proses
peningkatan mutu pendidikan sudah sepantasnya memiliki perubahan paradigma
tentang apa yang seharusnya dimiliki peserta didik setelah selesai dalam proses
pendidikan.
…seorang guru akan menginspirasi murid-muridnya untuk
belajar bukan karena takut atau untuk mendapat ijasah, tapi untuk
mengisi hidup dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.106
Neila Ramdhani menyatakan bahwa komitmen guru dapat ditumbuhkan
dengan tiga cara yaitu” 1) menggugah kebermaknaan profesi guru, 2)
menciptakan suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan nilai-nilai
kebersamaan, 3) memberikan imbalan baik materi maupun kesempatan untuk
berkembang.
Kehidupan selalu ditandai dengan perubahan. Manusia yang hidup
akan berubah. Hari ini ia adalah seorang bayi yang hidupnya tergantung orang lain. Esok ia adalah makhluk kecil yang belajar berjalan dan sesekali jatuh, lalui berlari dengan kedua tangan dan kakinya. Setelah itu ia
106 Neila Ramdhani, Menjadi, hlm. 90 -92
99
menjadi makhluk dewasa yang menghadapi bermacam-macam persoalan.
Kadang senang dan tertawa lebar, kadang hidup susah dan menangis.107
Komitmen guru terhadap mutu pendidikan memudahkan guru melewati
setiap tahapan menuju gurunya manusia. Guru yang berorientasi kepada proses,
menikmati proses belajar dan mengajar dengan tidak mengedepankan hasil.
Berproses menjadikan peserta didiknya menjadi seseorang yang membanggakan
dengan keanggunan akhlak, kecakapan ketrampilan dan pengetahuan yang
mumpuni. Menganggap setiap proses pembelajaran sebagai langkah menuju
keberhasilan peserta didik, selalu berinovasi dalam menghadapi permasalahan.
Rhenald Kasali menggunakan istilah “memori masa depan” sebagai modal
untuk mengarungi masa depan. Mengubah wajah dunia secara bertahap dan
menciptakan standar-standar baru sehingga yang lain pun harus mengikuti dunia
baru yang mereka ciptakan. 108 Munif Chatib mengelompokkan guru yang
berproses dengan komitmen menjadi tiga, yaitu: a) guru dalam masa mencari jati
diri, b) guru dalam masa mengenali dirinya, c) guru dalam masa menjadi gurunya
manusia.109 Masing-masing tahapan memiliki waktu pencapaian yang berbeda
antara satu guru dengan lainnya.
Buku Gurunya Manusia halaman 13 mengisyaratkan adanya problem
komitmen pada guru saat berproses menjadi gurunya manusia. Problem komitmen
merupakan hal yang penting, komitmen dianggap sebagai daya untuk
mempertahankan paradigma dan cara pelaksanaan. Seorang guru yang belum
107 Rhenald Kasali, Change,(Mizan: Jakarta, 2013) hlm. 5. 108 Rhenald Kasali, Change, hlm. 17. 109 Munif Chatib, Materi Perkuliahan Guardian Angel , (Jakarta: Next Edu), hlm 45.
100
menemukan pola mengajar dalam waktu tiga tahun, apakah bisa dianggap telah
bersabar? Kesabaran adalah bagian dari komitmen. Guru yang komitmennya
lemah akan serta merta meninggalkan konsep gurunya manusia begitu dia
menemukan kesulitan atau hambatan. Problem komitmen juga akan muncul jika
para guru terjebak pada zona nyaman sehingga tidak mau lagi berkreasi.
Komitmen menyangkut pula sejauh mana seorang guru bertahan mengajar di
sebuah sekolah ketika sekolah tersebut belum mampu memberikan kesejahteraan
kepadanya.
Cara terbaik untuk memperlihatkan perubahan adalah: (1) Ciptakan
kontras yang tajam; (2) Ciptakan konfrontasi yang efektif, dan (3) Gabungkan
keduanya. Perubahan paradigma dari guru belajar siswa belajar menjadi gaya
mengajar guru sama dengan cara belajar siswa mencerminkan adanya kontras dan
konfrontasi.110 Gaya mengajar guru sama dengan cara belajar siswa harus terus
diinformasikan dengan beragam media. Melalui leaflet, poster ataupun motto yang
di pajang di tempat-tempat strategis akan membantu proses perubahan.
Manajemen guru model GA membutuhkan komitmen dari seorang GA
yang bergelar M.Pd. I (meaningful, passion, different dan innovative). Ujian
terhadap komitmen adalah menghadapi tantangan dari waktu ke waktu. Karena
apabila digambarkan dalam bentuk grafik, tingkat komitmen dan tahapan waktu
masing-masing ada dalam sumbu y dan sumbu x.
110 Rhenald Kasali, Change, hlm. 122-128.
101
Rhenald Kasali mengutip Richard I, menggambarkan tahapan menuju
komitmen dalam perubahan dengan bagan berikut:111
Bagan 3. Tahapan Menuju Komitmen dalam Perubahan
Pada tahap persiapan dilakukan dua hal. Pertama memperkenalkan
(sentuhan pertama), baik lewat rapat, surat keputusan, memo dan sebagainya.
Kedua dibangun proses kesadaran melalui dialog-dialog. Pada tahap kedua, kepala
sekolah dan guardian angel membantu guru untuk memahami apa yang akan
terjadi dan manfaat dari sekolahnya manusia. Setelah semua guru mulai bisa
menerima, barulah keputusan untuk melakukan implementasi dimulai. Setelah itu
memasuki tahap ketiga, yaitu komitmen yang terdiri dari dua langkah yaitu
instalasi dan institusionalisasi. Setelah instalasi selesai barulah dilakukan
institusionalisasi, penerapan secara luas, terintegrasi pada seluruh organisasi.
111 Rhenald Kasali, Change, hlm. 349.
TAHAPAN WAKTU
TIN
GK
AT
KO
MIT
MEN
Tahap Komitmen
Tahap Penerimaan
Tahap Persiapan
Sentuhan Pertama
Kesadaran
Kepemahaman
Implementasi
Instalasi
Institusionalisas
i
102
Paradigma baru yang juga harus dibangun adalah budaya mengutamakan
kepentingan seluruh sekolah di atas kepentingan pribadi. Budaya ini disebut
company first philosophy. Persaingan guru dengan guru bukan saling menolong,
tapi saling meyimpan informasi merupakan paradigma yang sangat merugikan
kepentingan bersama.112 Manajemen guru model GA mendukung perubahan
paradigma belajar bersama untuk kemajuan bersama.
Belajar yang paling cepat adalah belajar dalam kelompok yang ditandai
oleh perilaku berbagai pengetahuan. Dengan berbagi pengetahuan, saling belajar
dan mengajar maka akan bertambah banyak pengetahuan yang dimiliki oleh
warga sekolah, dan sekaligus akan menjadi pengetahuan kolektif yang memacu
inovasi. Gagasan beberapa orang yang berbeda dapat menghasilkan gagasan baru
yang orisinil. Selain itu kompetensi yang dimiliki guru melalui belajar dalam tim
akan terus meningkat. 113 Program konsultasi guru dengan GA dalam bentuk up
grading yang teragenda merupakan salah satu program peningkatan kompetensi
guru.
Pada buku gurunya manusia halaman 56, dilihat dari faktor kemauan
untuk maju, Munif mengelompokkan guru menjadi tiga jenis, yaitu:1) guru robot,
yaitu guru yang persis bekerja seperti robot; 2) guru materialistis, yaitu guru yang
selalu melakukan perhitungan, mirip dengan aktivitas jual beli dan 3) gurunya
manusia, yaitu guru yang punya keikhlasan dalam mengajar dan belajar. Guru
yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar sebab mereka sadar, profesi guru
112 Djamaludin Ancok dan Neila Ramdhani, Pemimpin Sekolah yang Inspirasional ,
(Jakarta: Titian Foundation, 2014), hlm. 150. 113 Djamaludin Ancok dan Neila Ramdhani, Pemimpin , hlm. 150.
103
tidak boleh berhenti untuk belajar. Gurunya manusia menempatkan penghasilan
sebagai akibat yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya, yaitu
keikhlasan mengajar dan belajar.
2. Hak Dan Kewajiban Guru
Kualitas guru adalah kunci utama kemajuan bangsa, begitu pengantar
Anies Baswedan, Ph. D. dalam buku Gurunya Manusia. Anies menganggap
tidaklah terlalu penting menganalisis terlalu lama mengetahui banyak faktor yang
membuat kualitas guru belum sesuai keinginan kita. Yang lebih penting adalah
“bagaimana” mencetak guru berkualitas. Lebih tepat lagi menyalakan lebih
banyak lilin daripada mengutuk kegelapan: stop cursing darkness, let’s light more
and more candles. Jika kita bisa mencetak guru berkualitas, ini adalah jalan
menuju munculnya generasi masa depan berkualitas. Hal penting bagi guru:
seorang guru harus selalu belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Tidak
dapat dimungkiri bahwa zaman selalu berubah. Perkembangan zaman
memungkinkan siswa mendapatkan informasi dari beragam sumber. Akibatnya,
siswa menjadi lebih cerdas dan kritis. Inilah salah satu contoh kecil mengapa guru
harus selalu belajar.
Hak adalah sesuatu yang seharusnya diperoleh guru dalam kesempatan
untuk berkembang sesuai dengan tuntutan profesi. Guru membutuhkan “teman”
yang berada setiap saat, menjawab setiap kebingungan dengan jawaban. Mereka
ini disebut change agent atau para sahabat perubahan. Fungsinya adalah sebagai
teman bercermin, bertanya, berdialog, dan mencegah orang-orang merasa
104
keletihan, berjalan pelan-pelan, atau menyerah terlalu dini.114 Munif menyiapkan
guardian angel pada sekolah-sekolah sebagai sahabat perubahan. Guardian angel
bukanlah kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bagian kurikulum. Setiap guru
yang berkompeten dapat dipilih menjadi guardian angel dengan tugas utama
adalah membersamai guru dalam melewati perubahan menjadi gurunya manusia.
Pendampingan GA bertujuan untuk menghilangkan penyakit disteachia
yang ditemukan oleh Thomas Amstrong, artinya penyakit salah mengajar.
Disteachia mengandung tiga virus T, yaitu 1) teacher talking time, guru
menghabiskan dengan hampir 80% waktunya di dalam kelas untuk berceramah; 2)
talk analysis, artinya setiap penyampaian materi pelajaran kepada siswa biasanya
langsung masuk ke materi. Guru belum terbiasa menjelaskan kegunaan materi
untuk aplikasi kegiatan sehari-hari sang siswa; 3) tracking, adalah pengelompokan
siswa ke dalam beberapa kelas berdasarkan kemampuan kognitifnya.
Perjalanan yang panjang menuju gurunya manusia membutuhkan rest
area, yaitu titik untuk melakukan istirahat dan melepaskan diri dari kepenatan.
Pada titik-titik itu guru bukan cuma memerlukan toilet, rumah makan, dan tempat
mengisi bahan bakar, melainkan juga informasi-informasi penting yang
menyangkut perjalanan itu sendiri. Maka dalam setiap perjalanan panjang
dibutuhkan kemenangan-kemenangan jagka pendek, imbalan-imbalan berupa
materi atau non material.115
114 Rhenald Kasali, Change, hlm. 138-139. 115 Rhenald Kasali, Change, hlm. 137.
105
Sebagian orang berpikir, kalau ia mau dinilai cerdas maka ia harus bisa
menyajikan sesuatu secara kompleks dengan menyampaikan hal-hal yang sulit
dimengerti orang lain. Sikap seperti ini tentu tidak sepenuhnya benar. Kalau ini
dibiarkan berlangsung terus-menerus, organisasi akan lambat bergerak dan
berubah menjadi kompleks. Orang akan takut mengambil keputusan, sulit melihat
sesuatu dengan jelas, yang ditandai dengan penambahan keruwetan.116 Lesson
plan menjadi kata simpel dalam mewakili manajemen guru model guardian
angel. Manajemen guru disederhanakan Munif menjadi lesson plan untuk
membuka paradigma guru bahwa kewajiban guru yang utama adalah membuat
perencanaan sebelum mengajar.
Dalam buku Sekolahnya Manusia halaman 148-152 Munif Chatib
menuliskan bahwa menjadi guru profesional berarti menjadi guru yang tidak
pernah berhenti belajar. Aset terbesar dan paling bernilai di sebuah sekolah adalah
guru yang berkualitas. Miriam Kronish, Kepala Sekolah SD John Eliot, Needham,
massachusetts yang merupakan sekolah terbaik di Amerika, mengatakan dalam
sebuah pidato:
“Masa depan pendidikan Amerika ditentukan oleh sebuah kekuatan. Dan jika saja kami memiliki kekuatan, kekuatan tersebut adalah program utama di sekolah kami, yaitu pelatihan guru. Guru tidak hanya cukup membaca
metode-metode pembelajaran terbaru. Guru harus dilatih di dalamnya, seperti halnya aktor atau penyair perlu berlatih. Setelah itu, guru baru bisa
mengajarkannya kepada orang lain. Guru profesioanal adalah gelombang masa depan Amerika.
116 Rhenald Kasali, Change, hlm. 216.
106
Munif Chatib menuliskan ada 5 syarat mendasar guru profesional, 1)
bersedia untuk selalu belajar, 2) secara teratur membuat rencana pembelajaran
sebelum mengajar, 3) bersedia di observasi, 4) selalu tertantang untuk
meningkatkan kreativitas dan 5) memiliki karakter yang baik.
Masih di buku Gurunya Manusia, pada halaman 64 Munif Chatib
memberikan definisi gurunya manusia sebagai guru yang tak pernah berhenti
belajar. Ini karena belajar merupakan kata kunci untuk tiga hal penting bagi
profesi guru, yaitu paradigma, cara dan komitmen.
Bagan 4. Gaya Mengajar Guru
Jika paradigma guru tentang belajar mengajar sudah sama dan benar,
selanjutnya guru harus mengetahui cara belajar-mengajar yang sesuai dengan
paradigma tersebut. Begitu banyak pengetahuan berkaitan paradigma menjadi
tidak punya arti apa pun jika guru tidak mengetahui cara belajar mengajar yang
tepat. Akhirnya, paradigma tersebut akan ditinggalkan sebab para guru tidak
diberi tahu cara pelaksanaannya saat belajar mengajar. Komitmen merupakan
daya untuk mempertahankan paradigma dan cara yang sudah disepakati dan
KOMPETENSI PERILAKU
BELAJAR
Paradig
ma
Komit
men
Cara
107
dianggap benar. Dalam komitmen unsur kedisiplinan, kesabaran, kreativitas, dan
keinginan untuk berjuang hingga mampu menyelesaikan masalah. Keutuhan
paradigma, cara, dan komitmen dapat terus dipertahankan dengan tak henti
belajar. Paradigma akan menghasilkan pengetahuan dan pola pikir yang benar.
Cara pelaksanaan paradigma tersebut akan menghasilkan kemampuan pedagogi.
Sementara itu, komitmen akan menghasilkan karakter atau perilaku disiplin,
tanggung jawab, dan pantang menyerah; tiga karakter yang selalu saling terkait.
Mengutip materi kuliah Bobbi DePotter, proses belajar mengajar adalah
sebuah pekerjaan seni yang profesional dan mempunyai Manajemen Quality
Control dalam pembelajaran. Konsekuensi penerapan MQC adalah: 1) lesson
plan, guru harus membuat perencanaan pembelajaran, 2) konsultasi, guru harus
mendiskusikan rencana pembelajaran kepada supervisor atau konsultan sebelum
mengajar, 3) observasi, supervisor atau konsultan mengamati secara langsung
proses belajar di dalam kelas atau di lingkungan lain, dan 4) umpan balik, guru
meminta konsultan atau supervisor untuk menjelaskan hasil observasi terhadap
proses belajar tadi. Terjadi dialog dan interaksi yang intens antara guru dan
konsultan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam proses belajar dan
menemukan gaya mengajar maupun gaya belajar yang cocok.
3. Mengajar Dengan Hati
Dalam seminar Gurunya Manusia, materi utama yang diberikan Munif
Chatib adalah 5(lima) bingkisan terkait dengan paradigma yang harus dimiliki
oleh guru. Kelima bingkisan tersebut nantinya akan mengantarkan seorang guru
menjadi gurunya manusia, guru yang mendidik dengan hati. Bingkisan yang
108
dimaksud adalah 1) memandang setiap anak adalah juara; 2) memandang bahwa
kemampuan anak seluas samudera; 3) setiap anak cerdas dengan multiple
intelligences; 4) menjadi penyelam dalam memahami kemampuan anak dan 5)
meyakini bahwa setiap anak mempunyai bakat yang dapat dikembangkan dengan
bantuan minatnya. Gurunya manusia selalu mendukung budaya organisasi
sekolahnya manusia, bahwa setiap anak adalah juara dengan kecerdasan multiple
intelligences.
Menerima keunikan orang lain adalah syarat untuk berbagi kekuatan. Jika
merasa nyaman dengan kekuatan kehadiran sendiri, kita menciptakan rasa hormat
pada diri sendiri dan akan lebih mudah menghormati orang lain. Kita menjadi
lebih kuat untuk tidak terjebak dalam kendali orang lain dan tidak berkeinginan
untuk mengendalikan orang lain.117 Menerima keunikan peserta didik adalah
syarat bagi gurunya manusia. Dengan memahami kekuatan diri sendiri, guru
menjadi lebih kuat untuk tidak membuat siswa menjadi produk yang sama. Setiap
peserta didik mempunyai potensi yang berbeda-beda, setelah proses pembelajaran
dengan guru mestinya potensi masing-masing anak akan melejit.
Berbekal cinta tanpa syarat, seorang gurunya manusia akan mengajar
dengan hati. Berubah dari orientasi guru yang berdasar pada gaji menuju orientasi
yang didasarkan pada cinta tanpa syarat dan belas kasih jelas bukan pekerjaan
mudah. Seperti dikatakan Gandhi:
“ Kita semua harus menjadi perubahan yang kita inginkan terjadi di dunia.”
117 Sabina Spencer, The Heart of Leadership, 7 Kunci Menjadi Pemimpin yang Sukses,
(Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2009), hlm. 150.
109
Cinta berawal dari dalam hati seorang guru, baru nanti kemudian menyebar ke
luar, kepada peserta didik dan lingkungannya. Cinta tampak dalam perilaku dan
sikap kerja seorang guru pada peserta didik dan lingkungannya. Setiap detik
dalam hidup, gurunya manusia memilih untuk melakukan kebaikan, kemurahan
hati, rasa terima kasih dan kepedulian pada orang lain.118
Dalam membantu organisasi, budaya berinteraksi dengan informasi.
Budaya yang hidup adalah budaya yang belajar dari lingkungan dan dengan
memanfaatkan umpan balik. Budaya tumbuh dan berkembang, hidup karena
belajar dan memanfaatkan umpan balik.119 Budaya mengajar dengan hati,
memandang siswa sebagai subjek belajar dengan mengoptimalkan lingkungan
belajar, terus menghidupkan radar untuk melaporkan informasi. Guru akan
bergerak secara otomatis, menentukan sendiri arah jalan yang ditempuh dengan
terus menghidupkan hati sebagai radar. Hal-hal yang harus dipahami guru dari
peserta didik, antara lain kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian,
kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya di
sekolah.120 Mengenali gaya belajar siswa dimulai dengan mengenali karakteristik
siswa sehingga guru tidak hanya fokus pada pencapaian materi semata.
Guru inspiratif adalah guru yang mampu memberikan stimulasi mental
kepada murid-muridnya. Stimulasi mental ini mempengaruhi murid tidak hanya
pada aspek kognitif tetapi melibatkan rasa atau emosi positif sehingga memberi
118 Sabina Spencer, The Heart, hlm. 172-173. 119 Rhenald Kasali, Change, hlm. 301. 120 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Bumi Aksara: Jakarta, 2012) hlm. 64.
110
dampak yang lebih kuat terhadap pemahaman murid. 121 Guru yang memberikan
pembelajaran dengan menyenangkan akan menginspirasi murid untuk berpikir
sehingga rasa ingin tahunya berkembang. Neila Ramdhani mengutip dari Steele
tentang 13 kriteria standar guru inspiratif dan profesional yang harus dipenuhi
yaitu: 1) menguasai materi pembelajaran, 2)menggunakan dengan tepat
kemampuannya dalam mengajar, 3) kemampuan memecahkan masalah berkaitan
dengan instruksional pembelajaran, 4) kemampuan melakukan improvisasi, 5)
manajemen kelas, 6) kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran
berlangsung, 7) sensitivitas terhadap konteks, 8) memonitor pembelajaran, 9)
bertindak berdasarkan data, 10) respek terhadap orang lain, 11) mempunyai jiwa
mendidik, 12) memfasilitasi murid agar mencapai prestasi tertinggi dan 13)
memfasilitasi murid agar lebih memahami kompleksitas.122
4. Guardian Angel Sang Malaikat Penyelamat
Dalam buku Gurunya Manusia halaman 135 Munif Chatib setelah sepuluh
tahun mendalami multiple intelligences sangat menyadari bahwa ternyata tiga hal
penting yang disebutkan Howard Gardner sangat berkaitan dengan dunia
pendidikan. Ketiga hal penting tersebut adalah komponen inti, kompetensi, dan
kondisi akhir terbaik. Setiap area otak yang disebut lobus of brain ternyata punya
komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul dari setiap area otak
apabila diberi stimulus yang tepat. Akibat adanya stimulus yang tepat, kepekaan
inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Dan apabila kompetensi tersebut
dilatih terus menerus dalam jenjang silabus yang tepat, dari kompetensi akan
121 Neila Ramdhani, Menjadi, hlm. 68. 122 Neila Ramdhani, Menjadi, hlm. 69- 80.
111
muncul kondisi akhir terbaik seseorang. Kondisi akhir terbaik inilah yang disebut
kebanyakan orang “profesi”.
Setiyo Iswoyo, trainer berhonor 2M, pengajar program GA,
mendefinisikan kecintaan pada profesi tercermin dari munculnya keceriaan,
pencapaian hasil terbaik, dan flow (kondisi bekerja yang mengalir, tanpa beban,
bahkan seolah-olah waktu berlalu begitu cepat). Kecintaan pada profesi muncul
karena kita berhasil memberikan makna lebih (meaningful) atas apa yang kita
jalankan. Juga, karena kita memiliki passion: gairah, semangat, antusias. Pada
kondisi ini bekerja seolah-olah menjadi hobi. Hari-hari selalu penuh tantangan,
bahkan ketika masalah muncul pun selalu dipandang sebagai sarana untuk naik
kelas. Kecintaan pada profesi saja, sepertinya tidaklah cukup. Tuntutan berikutnya
adalah kemampuan dalam menunaikan pekerjaan, amanah, atau tanggung jawab
dengan kualitas terbaik, unik dan menginspirasi. Ini hanya bisa dipenuhi jika guru
memiliki daya pembeda (different) dan juga kemampuan untuk terus melakukan
terobosan-terobosan baru yang bermanfaat (innovative). Iswoyo menyandingkan
kata kunci dari uraian diatas menjadi M. Pd. I, inilah gelar yang disematkan di
pikiran, hati dan tindakan teman-teman GA.
Manajemen guru GA menggunakan prinsip stimulus yang tepat sehingga
menghasilkan kompetensi yang akan mengantarkan seorang guru pada kondisi
akhir terbaiknya sebagai guru yang profesioanl. Profesional adalah sesuatu yang
dapat dipelajari, frekuensi waktu belajar guru di sekolah sangat menentukan baik
atau tidaknya kualitas sekolah tersebut. Pada halaman 39 secara lebih detail Munif
Chatib mengusulkan beberapa saran praktis, dan tentunya murah, agar guru tetap
112
punya waktu dan semangat untuk belajar. Pertama, membentuk divisi guardian
angel, sang malaikat penyelamat, yaitu divisi khusus untuk pelatihan dan
pengembangan guru di tiap sekolah. Tugas utama divisi ini adalah: 1) mendesain
prioritas program pelatihan guru yang sangat dibutuhkan, 2) mengikuti pelatihan-
pelatihan dan meneruskan pelatihan-pelatihan tersebut kepada para guru lainnya,
3) memberikan konsultasi lesson plan kepada para guru dan 4) membuat dan
menerbitkan rapor kualitas lesson plan sebagai standar ukur guru dalam kualitas
proses belajar mengajar. Kedua, program bedah buku secara reguler. Setiap kali
terbit buku pendidikan yang baru, para guru di sebuah sekolah harus membedah
buku itu. Jika setiap bab dalam sebuah buku itu dibedah oleh seorang guru,
tentunya tidak memberatkan sebab setiap guru hanya membedah satu bab. Ketiga,
program tamu kita minggu ini. Pertemuan rutin untuk mencari jalan keluar
masalah atau bagaimana menghadapi siswa bisa menjadi solusi praktis untuk
menyelesaikan masalah siswa tertentu.
Seorang GA harus mengetahui tiga informasi penting yang harus diketahui
dari seorang guru sehingga bisa dipakai untuk menyusun pelatihan yang tepat
untuk mereka. Informasi yang dimaksud adalah, 1) kondisi, artinya kondisi guru
terkini setelah mengikuti bermacam pelatihan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah seorang guru membutuhkan pelatihan untuk suatu materi
tertentu atau tidak. Data yang diperoleh lalu dibuat dalam lembar kondisi; 2)
problem, artinya guru harus mencatat maalah-masalah apa pun yang dihadapi
selama dia mengajar, di antaranya berhubungan dengan kondisi siswa atau strategi
mengajar. Data yang diperoleh kemudian dibuat dalam lembar problem; 3)
113
harapan, artinya guru harus menuliskan keinginan atau harapan masing-masing
terhadap pengembangan kualitas mengajar mereka. Data yang diperoleh tersebut
dibuat dalam lembar harapan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Munif Chatib melalui email
pribadinya, [email protected] diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Alasan mengapa ada program kuliah Guardian Angel adalah berawal dari
kelelahan dan sebuah niat baik untuk mewujudkan sekolah yang humanis dan
rumah yang menyenangkan bagi siswanya. Mewujudkan sekolah yang
humanis melalaui program peningkatan kompetensi guru menjadi gurunya
manusia.
2. Istilah Guardian Angel diambil karena sungguh di setiap sekolah ini banyak
setannya. Harus dikirim seorang malaikat untuk mengaturnya, jika hanya
manusia pasti tergoda. Manajemen tingkat tinggi diperlukan untuk menjadikan
sekolah sebagai lembaga profesional. Manajemen guru sangat penting
mengingat guru adalah faktor penting dalam membangun peradaban.
3. Salah satu target terendah lulusan GA adalah menjadi guru yang profesional,
sedangkan target tertinggi adalah menjadi pengelola sekolah yang humanis.
Mengedepankan sisi humanis dalam pengembangan sumber daya manusia,
khususnya guru dengan adanya program rapot guru.
4. Sampai dengan november 2014 kelas-kelas GA sudah menyelesaikan 15
angkatan dengan lokasi yang berbeda, 8 angkatan di Surabaya, 5 angkatan di
Jakarta, 1 angkatan di Samarinda dan 1 angkatan di Makasar.
114
5. Materi dalam pelatihan GA selalu berkembang, diantaranya desain global
sekolahnya manusia, multiple intelligences, the brain base learning,
kurikulum 2013 menuju kurikulum humanis, strategi mengajar dengan
pendekatan saintifik, penilaian kinerja guru, HRD in academic, dan total
quality management in academic serta menuju sekolah inklusi.
Berdasarkan wawancara dengan Budi Hasturi, kepala sekolah SD Juara
Yogyakarta yang merupakan peserta GA angkatan IV, hal yang paling
mengesankan adalah bahwa GA mencetak guru-guru yang humanis terhadap anak
didik. Terkait dengan manajemen guru dengan konsep 3K + 1 H (3 kewajiban dan
1 hak) dalam implementasinya sangat bisa dilakukan. Kunci utamanya adalah
adanya kontorl yang intensif dari kepala sekolah. Kontrol pun harus dengan iklim
yang humanis, tidak terlalu dipelototin. Lebih lanjut Hastuti menambahkan bahwa
program GA hanya sebagai awalan, untuk selanjutnya seorang GA harus mampu
menggali potensi diri. Secara umum desain GA sudah bagus dalam program
peningkatan sumber daya manusia, karena GA bermaksud mengoptimalkan tugas
guru. Idealnya, menjadi pendamping guru. Semua kompetensi guru
dikembangakan dalam program GA. Paling menonjol pada kompetensi pedagogik
dan profesional, lebih fokus lagi ke profesional.
Vivi Ade Cerliana, pengelola PAUD Cerliana Pekan Baru Riau yang juga
merupakan peserta GA angkatan IV mengutip pendapat Munif Charib bahwa
sekolah tetap merupakan perusahaan. Setelah mengikuti GA manajemen guru
diterapkan Vivi dengan menerapkan rapot guru. Awalnya terjadi respon kurang
menyenangkan dari guru, beberapa guru yang tidak siap dengan model
115
manajemen memilih keluar dari sekolah. Dengan berjalannya waktu guru mulai
beradaptasi dengan manajemen guru model GA, dan berimplikasi terhadap
peningkatan kompetensi guru.
Seorang GA adalah seorang coachee, yaitu orang yang memberikan
bantuan kepada guru dalam mengoptimalkan tugasnya. Kata coaching sering
diasosiasikan dengan pelatih oleh raga sedangkan kata counseling lebih banyak
diasosiasikan kepada penyembuh atau pemberi bantuan kepada sesorang yang
mengalami permasalahan psikologis. Indikasi dari perlunya coaching dan
counseling antara lain munculnya gejala seperti:123
(1) Kurang terampilnya guru dalam bekerja, dan bahkan ada guru yang tidak tahu
cara melaksanakan tugasnya dengan benar.
(2) Kurang terlihat adanya motivasi maksimal dalam bekerja yang indikasinya
antara lain datang terlambat dan tidak mau melakukan tugas yang diberikan
padanya.
(3) Masalah pribadi guru dalam hubungan dengan teman sekerja, atau masalah
dalam keluarga yang dihadapinya yang mengganggu pelaksanaan tugas
sebagai guru.
Coaching pada dasarnya adalah upaya menumbuhkan kompetensi pada guru
untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan tugas di sekolah, apakah itu tugas
yang bersifat akademik, atau administratif. Counseling ditujukan untuk
123 Djamaludin Ancok dan Neila Ramdhani, Pemimpin Sekolah yang Inspirasional ,
(Jakarta: Titian Foundation, 2014), hlm. 191-194.
116
membangun motivasi pada guru agar mereka berani melakukan sesuatu yang
sudah diketahuinya.
Model pendampingan dalam peningkatan kompetensi guru menjadi
alternatif efektif, Titian Foundation mengembangkan program komprehensif
peningkatan kualitas guru dengan nama Program Peningkatan Kualitas Guru atau
Teacher Quality Improvement (TQI). Proses peningkatan kualitas guru
memerlukan panel-panel alat ukur yang mengumumkan secara rutin apa-apa saja
yang telah dicapai dan apa-apa saja yang belum selesai dikerjakan, pengukuran
kemajuan, peningkatan mutu, respon masyarakat/ konsumen, dan seterusnya.
Tanpa pengukuran ini, semua upaya bisa berakhir sia-sia dan perubahan tidak
menimbulkan kepercayaan.124
Coaching merupakan proses mengantar atau mendampingi orang yang
dibina dari kondisi saat ini kepada kondisi yang lebih baik sesuai dengan
kebutuhannya. Hayes (2003) menulis bahwa coaching adalah kunci dari
keberhasilan dalam suatu proses manajemen, karena coaching membawa orang-
orang untuk selalu berkontribusi dan berpartisipasi dalam pekerjaan. Sementara
Parsloe (1999) mengatakan coaching adalah suatu proses yang memungkinkan
pembelajaran dan pengembangan diri terjadi sehingga meningkatkan kinerja.125
124 Rhenald Kasali, Change, hlm. 139.
125 Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Supeervisi Akademik Implementasi
Kurikulum 2013, (Jakarta: Kemendikbud, 2014), hlm. 36.
117
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang ada, peneliti dapat
menyimpulkan hal-hal berikut:
1. Konsep manajemen guru menurut Munif Chatib adalah menggunakan pola
manajemen humanis. Tahapan dalam proses manajemen dengan
melibatkan guru sebagai subjek, setiap tahapan tidak boleh
mengesampingkan aspek humanis.
a. Jadwal konsultasi, guru bersama GA membuat kesepakatan waktu dan
tempat yang memungkinkan keduanya dapat berkomunikasi dalam
kondisi nyaman, layaknya teman.
b. Strategi mengajar yang humanis dirancang oleh guru dan GA dalam
mempersiapkan proses kegiatan belajar mengajar.
c. Penilaian kinerja guru dilihat dari kualitas lesson plan (bruto dan
netto), hasil belajar siswa, serta kreativitas guru. Program raport guru
bermuara pada terciptanya produk berdasarkan potensi diri guru.
2. Munif Chatib menggunakan landasan keilmuan sumber daya manusia
dalam me-manage guru model GA. Sedangkan landasan filosofinya adalah
bahwa profesi guru mengemban pekerjaan manajemen, yaitu perencanaan,
mengajar, evaluasi dan belajar. 3 hal pertama difahami sebagai kewajiban,
sedangkan belajar dimaknai sebagai hak bagi seorang guru.
118
3. Manajemen guru dalam pemikiran Munif Chatib adalah pengembangan
sumber daya manusia dalam pendidikan dititik beratkan pada guru sebagai
salah satu penopang dalam terciptanya sekolah humanis. Manajemen
waktu kerja, pembagian waktu antara belajar dan mengajar agar mampu
menjadikan guru profesional.
B. Rekomendasi
Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang ada, peneliti dapat
merekomendasikankan hal-hal berikut:
1. Rekomendasi kepada pengelola lembaga pendidikan
Manajemen sumber daya manusia dalam mewujudkan sekolah
yang humanis dapat dimulai dengan menjadikan guru sebagai gurunya
manusia. Paradigama bahwa kewajiban guru adalah membuat
perencanaan, mengajar dan mengevaluasi dan belajar adalah hak guru
hendaknya terus diperdengungkan kepada guru dalam setiap kesempatan.
Kepala sekolah sebagai leader di sekolah dapat menunjuk satu atau
beberapa guru senior untuk menjadi GA.
Mutu pendidikan selain dipengaruhi oleh perbandingan ideal
guru dan siswa, juga disertai adanya perbandingan ideal antara guru dan
GA. Apabila dalam satu sekolah memiliki jumlah guru yang banyak,
idealnya pola pengembangan sumber daya manusia tidak hanya melalui
pendidikan dan pelatihan. Program pendampingan secara lebih terencana
dengan berasas manajemen humanis dapat dijadikan alternatif.
119
Program supervisi dapat berjalan dengan baik karena sudah ada
GA yang bertanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya
manusia. Pengembangan SDM dengan model manajemen humanis sangat
tepat digunakan dalam peningkatan sumber daya manusia.
2. Rekomendasi kepada divisi Litbang lembaga pendidikan.
Pembentukan Guardian Angel(GA) merupakan langkah strategis
divisi litbang dalam peningkatan mutu guru. GA berkontribusi dalam
pengembangan sumber daya manusia (guru) untuk mengembangkan
potensi diri. Guru dengan beragam potensi yang dimilikinya dapat
menemukan kondisi akhir terbaiknya dengan pola pengembangan 3 K +
1H (3 kewajiban dan 1 hak). Motivasi kepada guru dilakukan melalui
tahapan-tahapan pencapaian dalam berproses kepada gurunya manusia.
Penyusunan program pengembangan sumber daya manusia
dengan memetakan berdasarkan kondisi dan harapan dapat dijadikan
alternatif oleh divisi Litbang dalam penyusunan materi pelatihan. Materi
pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan harapan guru,
sehingga antusiasme dan hasil akhir pelatihan dapat diperoleh secara
maksimal.
3. Rekomendasi kepada pemerintah
Adanya kepala sekolah dan GA dalam sebuah sekolah seperti
dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Kepala sekolah mempunyai
120
tanggung jawab yang tidak ringan dalam mewujudkan sekolah unggul. GA
berfokus pada pengembangan guru secara lebih profesional. Kendala
teknis di lapangan adalah GA sebagai guru memerlukan kepastian dalam
pengembangan karir yang diakui oleh pemerintah.
Adanya program guru pendamping dalam kurikulum yang
berjalan sekarang dapat ditinjak lanjuti dengan mengkonversikannya
dengan beban mengajar guru. Belum berjalannya program pendampingan
guru karena guru yang ditunjuk sebagai guru pendamping masih memiliki
beban mengajar yang sama dengan guru lainnya. Beban mengajar 24 jam
pelajaran di rasa masih memberatkan guru mengingat kewajiban guru
tidak hanya mengajar.
Konsep penilaian pada kurikulum sekarang tidak akan
membebani guru jika kesempatan belajar bagi guru terpenuhi. Kompetensi
guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan
kompetensi sikap/ sosial hendaknya dikembangkan secara berimbang.
Penilaian kinerja guru tidak hanya terlihat dari proses perencanaan, saat
guru mengajar dan membuat penilaian siswa. Hasil belajar siswa juga
dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan guru. Hal lain yang
juga tidak kalah penting adalah kreativitas guru, banyaknya teaching aids
(alat peraga) yang dihasilkan, dan juga karya tulis ilmiah yang berhasil
dibuat.
121
C. Penutup
Puji syukur alhamdulillah yang mendalam kehadirat Allah SWT yang
dapat penulis panjatkan, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan tesis ini.
Tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak yang
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu semua
diucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada mereka yang telah
membantu terselesaikannya penulisan tesis ini.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan
penulisan tesis ini masih banyak kekurangan untuk mencapai kesempurnaan
sebuah karya dalam arti yang hakiki. Hal ini karena keterbatasan kemampuan
yang penulis miliki. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
semua, amin.
122
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta: Erlangga.
Ancok, D dan Ramdhani, N. (2014). Pemimpin Sekolah yang Inspirasional. Jakarta: Titian Foundation.
Arikunto, S. (1993). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Chatib, M. (2013). Guardian Angel, Romantika Membangun Sekolahnya
Manusia. Kaifa: Bandung.
Chatib, M. (2011). Gurunya Manusia. Mizan: Bandung.
Chatib, M. (2013). Kelasnya Manusia, Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar
dengan Manajemen Display Kelas. Bandung: Mizan Pustaka.
Chatib, M. (2014, Maret 13). Multiple Intelligences Community. Dipetik Maret
19, 2014, dari Lesson Plan Tidak Abadi:
https://www.facebook.com/#!/groups/nextmunif/
Chatib, M. (2012). Orang Tuanya Manusia. Bandung: Mizan Pustaka.
Chatib, M. (2012). Sekolah Anak-Anak Juara. Jakarta: Kaifa.
Chatib, M. (2009). Sekolahnya Manusia. Bandung: Mizan Pustaka.
DePorter, B. (Boston). Quantum Teaching, Orchestrating Student Success. 1999:
Allyn and Bacon.
DePorter, B. (2009). Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Mizan Pustaka.
DePorter, B. (1992). Quantum Learning, Unleasing The Genius in You. New
York: Dell Publishing.
DePorter, B. (2010). Quantum Teaching, Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Mizan Pustaka.
Djamaludin Ancok, Neila Ramdhani. (2014). Pemimpin Sekolah yang
Inspirasional. Jakarta: Titian Foundation.
Excellent People, Excellent Business: pemikiran strategik untuk human...
123
Foundation, T. (2014). Aku Bangga Menjadi Guru. Jakarta: Titian Foundation.
Harefa, A. (2006). Menjadi Manusia Pembelajar, pemberdayaan diri,
transformasi organisasi dan masyarakat lewat proses pembelajaran. Jakarta:
Kompas.
Harsanto, R. (2011). Pengelolaan Kelas yang Dinamis, paradigma baru
pembelajaran menuju kompetensi siswa. Yogyakarta: Kanisius.
Hasibuan, M. S. P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Hernowo, Passport, Assertiveness, dan Agility: Bahasa Perubahan Rhenald Kasali,
https://www.facebook.com, diakses pada 5 November 2014.
Hidayati, S. (2012). Keikutsertaan dalam Kegiatan MGMP, Supervisi Kunjungan
Kelas, In Service Training dan Kompetensi Profesionall Guru SMP Negeri Sub
Rayon 04 Jekenan Pati. Jurnal Manajemen Pendidikan , 73-82.
Ilyasin, M dan Nurhayati, N (2012). Manajemen Pendidikan Islam. Malang: Aditya Media Publishing.
Irawati Istadi (2009). Bunda Manajer Keluarga . Jakarta: Pustaka Inti
Kasali, R. (2014). Self Driving, Menjadi Driver atau Passenger? Jakarta: Mizan.
Manajemen Sektor Publik, Manajemen Strategik. (t.thn.).
http://jhansem.wordpress.com/2009/03/10/manajemen-sektor-publik/.
Mondy, R. W. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.
Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E. (2012 (cet 2)). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Bandung: Rosda Karya.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional: dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 173.
Mulyasa (2004). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. (1991), Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bhakti
124
Personal Knowledge Management-Part 1. (t.thn.).
http://blog.ck4bc.sbm.itb.ac.id/index.php/2013/08/22/personal-knowledge-
management-part-1/.
Ramdhani, N. (2012). Menjadi Guru Inspiratif. Jakarta: Tititan Foundation.
Rizal, A. (2009). Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional. Bandung:
Grasindo.
Stix & Hrbek. (2007). Guru sebagai Pelatih Kelas . Jakarta: Erlangga
Sallis, E. (2012). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: Ircisod.
Salusu, J. (2004). Pengambilan Keputusan Strategik. Bandung: Grasindo.
Simamora, H. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Sugiyono. (2013, cet-16). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitaif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Asep Djihad. (2012). Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru
Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Wibowo (2008). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Witarso, R. (2011). Analisis Kemampuan Inkuiri Guru yang Sudah Tersertifikasi
dan Belum Tersertifikasi dalam Pembelajaran Sains. Jurnal UPI edu , 38-47.
Yahya, A. (2013). Great Spirit, Grand Strategy, Corporate Philosophy,
Leadership Architecture, and Corporate Culture for Sustainable Growth. Jakarta:
Gramedia.